BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Persiapan Penelitianeprints.ums.ac.id/57321/7/BAB IV.pdfmemiliki jadwal pelajaran tetap selama 2 jam pelajaran dengan total jam 80 menit setiap minggu
Post on 28-Mar-2019
223 Views
Preview:
Transcript
68
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian merupakan tahap awal penelitian yang akan
dilaksanakan, meliputi (1) Orientasi lapangan, (2) Expert Judgement dan Uji Coba
Skala Motivasi Berprestasi, (3) Uji coba Modul, (4) Penentuan partisipan dan
fasilitator, (4) Persiapan Modul dan Fasilitator.
1. Orientasi Lapangan
Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Salah satu
SMP Muhammaadiyah di kota Solo ini mempunyai jumlah siswa sebanyak 610
siswa, 43 guru, 1 jurusan, 19 kelas, 73 pelajaran, dan 10 ekstra kurikuler. Visi
yang diusung oleh sekolah ini adalah menjadi sekolah yang unggul dengan
mewujudkan prestasi optimal, iman taqwa dan berakhlaqul kharimah. Adapun
Misi yang diemban adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, humanis dan
berakhlaqul karimah
b. Meningkatkan profesionalisme guru untuk mewujudkan siswa berakhlaq
mulia, berprestasi, berbudi, dan bersahaja
c. Meningkatkan tata kelola sekolah yang islami dan berwawasan
Muhammadiyah
Program bimbingan dan konseling di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta
memiliki 4 program pengembangan diri, keempat program tersebut terdiri dari
69
layanan pribadi, layanan sosial, layanan karir, dan layanan belajar. Secara lebih
detail Standar kompetensi kemandirian peserta didik (SKKP) pada satuan SMP
mencakup 10 aspek perkembangan, yaitu : landasan hidup religius, landasan
perilaku etis, kematangan emosi, kematangan intelektual, kesadaran tanggung
jawab sosial, kesadaran gender, pengembangan pribadi, perilaku
kewirausahaan/kemandirian perilaku ekonomis, wawasan dan kesiapan karir, dan
kematangan hubungan dengan teman sebaya (Depdikbud, 2007). Untuk motivasi
berprestasi sendiri termasuk bidang layanan belajar, dimana aspek perkembangan
yang dikembangkan meliputi ; (1) menyadari potensi diri dalam aspek belajar dan
memahami berbagai hambatan belajar, (2) memiliki sikap dan kebiasaan belajar
yang positif, (3) memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat, (4)
memiliki keterampilan belajar yang efektif, (5) memiliki keterampilan
perencanaan dan penetapan pendidikan selanjutnya, dan (6) memiliki kesiapan
menghadapi ujian.
Di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta, bimbingan dan konseling sendiri
memiliki jadwal pelajaran tetap selama 2 jam pelajaran dengan total jam 80 menit
setiap minggu per kelas. 2 jam pelajaran tersebut mencakup pemberian materi
budi pekerti dan materi bimbingan dan konseling, sehingga terkadang materi
dalam keempat layanan bimbingan dan konseling tersebut tidak diberikan secara
tuntas. Untuk kasus-kasus tertentu yang dirasa perlu penanganan khusus, guru BK
akan melanjutkannya dalam sesi konseling individual ataupun kelompok,
sedangkan untuk kasus yang dirasa sudah berat maka kasus akan dialih tangankan
(referal).
70
2. Persiapan Alat Ukur
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang dibuat
untuk mengukur motivasi berprestasi siswa. Sebagai persiapan, dilakukan
validitas dan reliabilitas sebelum diberikan ke subjek sebagai standar bahwa skala
tersebut layak digunakan. Skala ini disusun berdasarkan teori dan bukti penulsian
sebelumnya, uji validitas pada tes ini menggunakan uji validitas isi dengan
bantuan expert judgement, yang dilakukan oleh:
a. DR. Lisnawati Ruhaena, M.Si, Psikolog
b. DR. Wiwien Dinar Pratisti, M.Si, Psikolog
c. Dra. Herni Setyanti
Guna memperkuat hasil validitas aitem peneliti melakukan try out setelah
tes diseleksi melalui expert judgement. Peneliti menggunakan uji coba dengan
menggunakan try out terpakai untuk mengetahui daya beda dan reliabilitas. Tes
yang dibuat terdiri dari 60 soal dengan 4 alternatif jawaban. Sistem penilaian
memodifikasi pengolahan Likert. Penilaian dari alternatif jawaban itu adalah 1, 2,
3, 4. Penilaian 1 dari jawaban yang sangat tidak sesuai hingga penilaian 4 untuk
jawaban sangat sesuai. Masing–masing subjek memberikan pilihan jawaban yang
sesuai dengan kondisi yang selama ini dilakukannya. Skala tersebut digunakan
sebagai alat ukur pada saat pretest, postest, dan follow up. Berikut sebaran aitem
yang dilakukan setelah try out pada tabel 9 halaman 71.
71
Tabel 9. Distribusi Aitem Setelah Uji Coba Alat Ukur Motivasi Berprestasi
No Aspek Motivasi Berprestasi
Sebaran Butir JumlahFavorable Unfavorable
1 Tanggung Jawab (5), 9, 35,(43), 56 (10), 16, 22, (31), 46
6
2 Mempertimbangkan resiko terhadap tugas
(2), (39), 47, (51), (52)
7, (15), 33,(41), 60 4
3 Kreatif dan Inovatif 6, (17), 19, (49), (54)
13,(25), 27, (37),(59)
5
4 Memperhatikan Umpan Balik
(3), (18), (38), (45), (57)
(4), (28), 34, 44, 58 3
5 Memperhatikan waktu terhadap tugas
14, (21), 32, 48, (53)
(8), (20), 26, 30, 50 6
6 Keinginan menjadi yang terbaik
(11), (29), (36), 40, 55
(1), (12), 23, 24, (42)
4
Total 28
Catatan : Angka dalam kurung ( ) merupakan aitem gugur
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba pada tabel terdapat aitem yang
gugur. Pemilihan aitem berdasarkan pada koefisien koreksi aitem min 0,25. Daya
beda antar aitem berkisar antara 0,250 hingga 0,564 dengan koefisien reliabilitas
0,871, sehingga skala sebagai alat ukur dapat dikategorikan reliabel. Suatu alat
ukur akan memenuhi koefisien reliabilitas yang tinggi jika semakin mendekati
angka 1,00 (Azwar, 2009).
Selanjutnya peneliti melakukan pembagian kriteria kategori penilaian
skala motivasi berprestasi berdasarkan 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah, sangat rendah sebagaimana terdapat pada tabel 10 halaman 73.
72
Tabel 10. Kategorisasi Skala Motivasi Berprestasi
Kategorisasi Rumus Norma
Sangat Tinggi 96 ≤ X ≤ 112
Tinggi 79 ≤ X ≤ 95
Sedang 63 ≤ X ≤ 78
Rendah 45 ≤ X ≤ 62
Sangat Rendah 28 ≤ X ≤ 44
3. Penyusunan Modul Pelatihan
Modul pelatihan pemodelan yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti.
Modul disusun berdasarkan jurnal penelitian yang direplikasi dengan
memodifikasi beberapa pernyataan yang disesuaikan dengan konteks penelitian.
Pelatihan ini menitikberatkan pada perbedaan metode pemodelan yaitu metode
video modelling dan metode live model (model nyata). Modul pelatihan kemudian
dibagi ke dalam 2 tema yang diberikan selama 2 hari. Hari pertama mengambil
tema penentuan tujuan dan perencanaan jangka panjang, sedangkan hari kedua
difokuskan pada perencanaan jangka pendek dan pemantapan komitmen.
Modul pelatihan yang telah disusun dilakukan expert judgement untuk
memberikan kelayakan seluruh prosedur yang akan dilakukan dalam proses
pelatihan. Adapun expert judgment dilakukan oleh:
a. Dr. Lisnawati Ruhaena, M.Si, Psikolog
b. Dr. Wiwien Dinar Prastiti, M.Si, Psikolog
c. Dra. Herni
d. Zahrotul Uyun, M.Si, Psikolog
e. Haryadi Nurwanto, S.Psi, Psikolog
73
Hasil evaluasi dari expert judgement terhadap modul sebagai berikut:
a. Perlu penyempurnaan tentang materi dan lembar kerja, lembar observasi
setiap peserta, maupun lembar evaluasi
b. Penambahan content tentang modul umum, sebaiknya cari model yang
seimbang secara gender
c. Sebaiknya subjek dalam video yang digunakan mempunyai rentang usia yang
tidak terjauh jauh dengan peserta
d. Perlu adanya penegasan berapa kali akan dilakukan, sebaiknya dibuat dalam
bentuk bagan
e. Perubahan jumlah hari dari 4 hari menjadi 2 hari, dengan pertimbangan ;
mengurangi beban siswa yang mengikuti pelatihan, tidak mengganggu waktu
belajar siswa, serta agar siswa lebih fokus, selain itu perlu pengurangan ice
breaking.
4. Uji Coba Modul
Setelah melalui expert judgment terhadap modul yang telah dibuat, peneliti
melakukan try out modul, untuk melihat apa yang perlu diperbaiki ataupun perlu
disempurnakan sebelum pelaksanaan yang sebenarnya.
Try out modul dilakukan di sekolah yang sama pada tanggal 14 dan 16
November 2016 dengan mengambil secara acak siswa yang dijadikan subjek try
out. Pemilihan acak ini melibatkan guru BK dari sekolah yang bersangkutan.
Terpilihlah 5 siswa kelas 8 dan 5 siswa kelas 9. Ke 10 siswa di acak untuk
kemudian dibagi ke dalam 2 kelompok eksperimen. Pada try out ini, peneliti
74
menguji cobakan 5 buah video yang telah dipilih oleh peneliti dan 4 orang live
model (model nyata). Proses try out dilakukan dalam dua hari.
Pertimbangan peneliti dalam memilih model adalah berdasarkan
karakteristik model yang efektif (Komalasari, 2011), diantaranya :
a. Model sebaiknya bersahabat atau teman sebaya yang memiliki kesamaan
seperti usia, status sosial ekonomi, ataupun penampilan fisik, bila mungkin
gunakan lebih dari 1 model.
b. Anak lebih senang meniru model yang seusianya dibandingkan model dewasa
c. Anak cenderung mengimitasi seorang yang hangat dan terbuka
Hasil dari uji coba modul dapat dilihat pada tabel 11 halaman 75.
75
Tabel 11. Hasil Uji Coba Modul
No. Berdasarkan Trainer Berdasarkan Konten Video Berdasarkan Model Nyata Berdasarkan Ruang dan Kelengkapan Intervensi
1. Perlunya penyederhanaan bahasa, sehingga sebaiknya diselingi dengan menggunakan bahasa harian/ bahasa daerah. Contoh : tujuan yang spesifik diganti menjadi tujuan yang jelas
3 partisipan memilih video kedua menjadi video yang paling menggugah emosi, sedangkan 2 partisipan memilih video yang pertama. Untuk video ketiga dan keempat, kelima partisipan memilih video ketiga lebih menarik dibandingkan video keempat (Sinopsis video terlampir)
Perhatian peserta sangat tergantung pada bagaimana model berkomunikasi, keramahan model, intonasi suara, kepercayaan diri, serta keruntutan dalam bertutur
Sebaiknya ruang untuk kelompok eksperimen 2, yaitu kelompok model simbolik diganti dengan ruang bahasa
2 Menggunakan bahasa candaan yang sewajarnya
Untuk live model yang cenderung pendiam serta kurang aktif berbicara, trainer perlu mengeksplorasi kemampuannya dalam memancing model untuk mau bercerita lebih banyak lagi
Penggunaan setting ruangan disesuaikan dengan tempat
3 Sebaiknya saat ice breaking, menggunakan permainan yang membuat partisipan bergerak
Perlu adanya batasan dalam hal-hal pribadi yang akan diceritakan oleh model, misalnya tidak membicarakan masalah keluarga terlalu jauh (hubungan antar anggota keluarga), walaupun masalah tersebut yang memicu semangatnya untuk lebih baik
Kesimpulan : 1. Untuk model simbolik, pada hari pertama, diberikan video pertama dan kedua, sedangkan pada hari kedua diberikan video ketiga 2. Untuk Live model (model nyata), peneliti memutuskan untuk mengambil model yang menurut peserta paling baik dalam memberikan
penjelasan dan imbal balik, yaitu S, kelas 9 (kelima partisipan memilih S sebagai model terbaik dibandingkan tiga lainnya).
76
5. Pelaksanaan Eksperimen
a. Pelaksanaan Survey lapangan
Pelaksanaan survey bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak indikator
motivasi berprestasi yang terlihat di tempat penelitian. Pelaksanaan survey
dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2016. Indikator yang didapatkan
berdasarkan hasil wawancara antara lain: kurang memperhatikan ketika pelajaran
berlangsung, bercanda dengan teman-temannya, jalan-jalan keluar kelas, tugas
tidak dikerjakan apalagi kalau gurunya kosong, hanya akan dikerjakan jika
ditunggui oleh guru piket, daya juang dan kompetisi kurang, dalam keseharian
seolah tidak peduli dengan prestasi dan masa depan.
b. Penentuan Subyek penelitian
Berdasarkan skrining yang dilakukan peneliti pada tanggal 19 November 2016
mendapatkan gambaran mengenai motivasi berprestasi siswa di tempat penelitian.
Jumlah subjek penelitian sebanyak 42 subjek yang didapatkan berdasarkan hasil
skrining awal. Proses skrining dilakukan bersamaan dengan proses pretest.
Sedangkan jumlah siswa yang ikut skrining adalah sebanyak 327 siswa dengan 8
siswa gugur dikarenakan terdapat beberapa soal yang tidak diisi. Siswa yang
mengikuti skrining dan pretest berasal dari seluruh kelas 7 dan kelas 8. Subjek
dipilih berdasarkan skor motivasi berprestasi yang masuk dalam kategori rendah
dan sedang. Subjek diberikan inform consent dan bersedia mengikuti pelatihan,
terdapat 42 subjek yang bersedia mengikuti pelatihan. Langkah berikutnya
peneliti membagi 42 siswa tersebut ke dalam 3 kelompok secara acak, 14 subjek
masuk ke dalam kelompok eksperimen 1 (video), 14 siswa masuk ke dalam
77
kelompok eksperimen 2 (model nyata), dan 14 siswa menjadi kelompok kontrol.
Berikut pembagian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada tabel 11.
Tabel 12. Pembagian Kelompok Subjek Penelitian
No. Subjek JK Kelompok
KELOMPOK EKSPERIMEN 1 (KE1) 1. SLP L KE1 2. RA L KE1 3. BS L KE1 4. F L KE1 5. FS P KE1 6. GM P KE1 7. J P KE1 8. TJ P KE1 9. MF P KE1 10. MG L KE1 11. MZ L KE1 12. MR L KE1 13. H L KE1 14. H L KE1
KELOMPOK EKSPERIMEN 2 (KE2) 1. DY L KE2 2. MI L KE2 3. MS L KE2 4. RAR L KE2 5. RI L KE2 6. Msy L KE2 7. MF L KE2 8. FP P KE2 9. M P KE2 10. EP P KE2 11. MB L KE2 12. AK L KE2 13. VK L KE2 14. R L KE2
78
Tabel 13. Lanjutan Pembagian Kelompok Subjek Penelitian
No. Subjek JK Kelompok
KELOMPOK KONTROL (KK) 1. AE P KK 2. BP P KK 3. A L KK 4. MI L KK 5. DA P KK 6. M P KK 7. S P KK 8. RM L KK 9. A L KK 10. Y P KK 11. I L KK 12. B L KK 13. MA L KK 14. W L KK
c. Persiapan Tempat pelaksanaan, alat dan bahan.
Penelitian berlangsung di sekolah asal. Terdapat 3 ruang yang digunakan yaitu
ruang laboratotium bahasa untuk kelompok eksperimen 1 (metode video),
laboratorium IPA untuk kelompok eksperimen 2 (model nyata), serta ruang seni
untuk kelompok kontrol. Alat yang dipersiapkan oleh peneliti antara lain:
1) Laptop
2) Rol Kabel
3) Spidol boardmaker dan 1 perangkat spidol warna-warni
4) File video
5) Lembar kerja
6) Alat tulis
7) Kertas karton warna-warni
79
8) Wireless (untuk kelompok eksperimen 1)
9) Meja dan kursi
10) LCD proyektor (untuk kelompok eksperimen 1)
11) Konsumsi
d. Penentuan fasilitator dan tim
Pelatihan ini dilakukan oleh 2 orang trainer, dan 6 orang asisten yang
sekaligus bertugas sebagai observer. Jadi untuk setiap ruang kelompok
eksperimen dipandu oleh 1 orang trainer dan 3 orang asisten/observer. Trainer
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 orang psikolog, yang sudah terbiasa
mengisi dalam bidang pendidikan. Trainer pada kelompok eksperimen model
nyata adalah Haryadi Nurwanto, S.Psi, Psikolog, dan trainer pada kelompok
eksperimen model simbolik adalah Vera Imanti, S.Psi, MPsi, Psikolog. Trainer
pada KE model simbolik dipilih atas rekomendasi dari psikolog pertama, dimana
diasumsikan memiliki kualitas yang hampir sama ataupun mendekati psikolog
yang pertama.
Sedangkan asisten sekaligus observer memiliki kualifikasi sebagai berikut:
1) Memiliki pengetahuan dan wawasan psikologi secara umum dan memiliki
pengalaman dalam memberikan pelatihan diutamakan psikolog pendidikan.
2) Sudah mengikuti training tentang isi dan rancangan penelitian modul
pemodelan untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa
3) Memahami dan menguasai modul pelatihan yang meliputi materi tiap sesi,
metode yang digunakan serta prosedur yang harus dilaksanakan.
4) Memiliki sikap positif terhadap orang lain/peserta.
80
5) Cakap dan terampil dalam berkomunikasi yaitu mampu mengungkapkan
diri secara jelas, mampu mendengarkan dan menanggapi orang lain dengan
efektif, dan memiliki kepekaan terhadap kebutuhan orang lain.
e. Briefing fasilitator dan tim.
Peneliti melakukan briefing dengan fasilitator dan tim terkait dengan proses
pelaksanaan penelitian. Peneliti melakukan briefing dengan fasilitator dan tim 2
hari sebelum try out, dan 2 jam sebelum penelitian. Pada saat try out, baik hari
pertama maupun hari kedua, dilakukan evaluasi setelah kegiatan selesai.
B. Proses Pengumpulan Data
1. Jadwal Pengumpulan Data
Penelitian ini dimulai pada bulan Pebruari 2016 sampai bulan November
2016. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan
penggalian data mengenai tempat penelitian dan orientasi lapangan untuk
mengetahui kemungkinan penelitian dilaksanakan. Kegiatan pengambilan data
diawali dengan pretest, pemberian perlakuan, dilanjutkan dengan postest dan
follow up. Secara umum, jadwal pengambilan data dapat dijelaskan pada tabel 14.
Tabel 14. Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data
Pretest Postest Follow Up Kelompok Eksperimen 1 (KE1)
19 November 2016 27 November 2016 13 Desember 2016 Kelompok Eksperimen 2 (KE2)
19 November 2016 27 November 2016 13 Desember 2016 Kelompok Kontrol (KK)
19 November 2016 27 November 2016 13 Desember 2016
81
Pada pelaksanaan penelitian ini, tidak semua partisipan dapat dianalisis
data, dikarenakan beberapa hal, antara lain : (1) pada kelompok video modelling
terdapat 1 orang yang gugur, yaitu A dikarenakan sewaktu postest partisipan
tidak hadir. (2) pada kelompok live model terdapat 3 orang yang tidak hadir pada
saat postest, yaitu MI, RA, dan RI.
2. Prosedur Pelaksanaan Pengumpulan Data
a. Pengambilan data Pre test
Pengambilan data pre test dilakukan bersamaan dengan skrining yaitu tanggal
19 November 2016 sebelum penelitian dilakukan. Oleh karena pretest dilakukan
bersamaan dengan skrining maka pengujian dilakukan pada 327 siswa pada
kelompok siswa kelas VII dan VIII. Setelah hasil skrining didapatkan dan
dikategorisasikan ke dalam 3 kelompok, yaitu rendah, sedang, tinggi, maka
ditentukanlah 42 sampel yang akan dijadikan subjek. Data pretest diperoleh dari
skala motivasi berprestasi.
b. Pelaksanaan Intervensi
Pelaksanaan Intervensi dilakukan pada tanggal 22 dan 23 November 2016.
Setiap pertemuan pada masing-masing hari dilaksanakan selama 210 menit,
dimulai pada jam 09.30 dan berakhir pada jam 13. 00 WIB. Pada kelompok
eksperimen 1 diberikan pemodelan dengan metode video modelling sedangkan
pada kelompok eksperimen 2 diberikan pemodelan dengan metode live model
(sharing dengan model nyata). Pada dasarnya materi yang diberikan pada proses
intervensi di antara kedua kelompok tidaklah berbeda, yang membedakan
82
hanyalah metode pemodelan. Secara garis besar tahapan pelaksanaan intervensi
dapat dijelaskan pada tabel 15 halaman 83.
c. Pelaksanaan Postest
Pengambilan data postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dilaksanakan pada tanggal 27 November 2016 pada pukul 09.45 WIB bertempat
di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Lembar postest diberikan pada 39 peserta,
dikarenakan terdapat 3 peserta dari kelompok eksperimen 2 yang tidak hadir
dalam kegiatan ini. Postest dilakukan selama 15 menit.
d. Pelaksanaan follow up
Pelaksanaan Follow Up dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2016. Follow
up ini dilakukan dua minggu setelah intervensi sesuai dengan pendapat Solso,
Maclin, dan Maclin (2008) yang menyatakan bahwa pengendapan informasi
mengalami peningkatan dapat mencapai 4 minggu. Peneliti memberikan skala
motivasi berprestasi pada semua kelompok baik kelompok eksperimen dan
kontrol. Setelah ketiga kelompok selesai mengisi skala, maka peneliti
memberikan garis besar materi intervensi kepada kelompok kontrol. Hal ini
bertujuan agar kelompok kontrol memperoleh informasi yang sama seperti
kelompok eksperimen.
83
Tabel 15. Tahapan Pelaksanaan Intervensi Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
Tahapan Intervensi Hari Pertama Dengan Tema “ Penetapan Tujuan Dan Rencana Jangka Panjang” Kelompok Eksperimen 1 Kelompok Eksperimen 2
Perkenalan dan Kontrak Belajar. Trainer memperkenalkan diri dan membangun raport dengan partisipan, dalam sesi ini trainer juga menjelaskan tujuan dan manfaat dari kegiatan yang akan dilakukan selama dua hari ke depan. Trainer juga mengarahkan peserta untuk membuat kontrak belajar berdasarkan kesepakatan bersama.
Perkenalan dan Kontrak Belajar. Trainer memperkenalkan diri dan membangun raport dengan partisipan, dalam sesi ini trainer juga menjelaskan tujuan dan manfaat dari kegiatan yang akan dilakukan selama dua hari ke depan. Trainer juga mengarahkan peserta untuk membuat kontrak belajar berdasarkan kesepakatan bersama.
Mission is not Imposible . Pada tahapan ini Trainer berusaha menggugah motivasi peserta melalui overview mengenai cita-cita masing-masing peserta. Pada sesi ini peserta diminta untuk mengisi lembar analisis diri pada lembar yang telah disediakan. Tujuan
Mission is not Imposible . Pada tahapan ini Trainer berusaha menggugah motivasi peserta melalui overview mengenai cita-cita masing-masing peserta. Pada sesi ini peserta diminta untuk mengisi lembar analisis diri pada lembar yang telah disediakan.
Pemutaran Video “ Pembuat Jejak” “, Birul Qodriyah” Setelah pemutaran video, peserta diajak untuk mengambil nilai-nilai pengalaman dari video yang telah diputarkan. Trainer dan fasilitator membantu peserta untuk mengungkapkan dan merasakan emosi yang diperlihatkan oleh model melalui video.
Sharing dengan Live model. Sebelum berdialog, fasilitator memberikan kesempatan pada model untuk menceritakan pengalamannya mengenai tema yang telah ditentukan sebelumnya. Pembahasan tema kemudian dilanjutkan dengan dialog antara model dan peserta dengan bantuan dari fasilitator. Fasilitator kemudian mengajak peserta mengambil nilai-nilai pelajaran
84
dari pengalaman model dan menyimpulkannya secara bersama-sama. Pemberian materi “SMART”(spesifik, measurable, action oriented, related, serta time frame). Materi ini diberikan agar peserta dapat membuat rencana sesuai dengan pedoman SMART.
Pemberian materi “SMART”(spesifik, measurable, action oriented, related, serta time frame). Materi ini diberikan agar peserta dapat membuat rencana sesuai dengan pedoman SMART.
Penugasan. Peserta diminta untuk mengisi lembar rencana jangka panjang yang telah disiapkan. Trainer dan fasilikator membantu peserta untuk menetapkan tujuan dan membuat perencanaan jangka panjang, pembuatan ini direncanakan berdasarkan cita-cita dari masing-masing peserta.
Penugasan. Peserta diminta untuk mengisi lembar rencana jangka panjang yang telah disiapkan. Trainer dan fasilikator membantu peserta untuk menetapkan tujuan dan membuat perencanaan jangka panjang, pembuatan ini direncanakan berdasarkan cita-cita dari masing-masing peserta.
Tahapan Intervensi Hari Pertama Dengan Tema “ Perencanaan Jangka Pendek dan Pemantapan Komitmen”
Kelompok Eksperimen 1 Kelompok Eksperimen 2 Overview. Overview dari hari sebelumnya, pada sesi ini trainer dan fasilitator mengulang kembali analisis diri yang telah diisi peserta di hari sebelumnya.
Overview. Overview dari hari sebelumnya, pada sesi ini trainer dan fasilitator mengulang kembali analisis diri yang telah diisi peserta di hari sebelumnya.
Pemutaran video “ Linus Nara” Setelah pemutaran video, trainer mengajak peserta untuk bisa mengambil dan memahami tahapan-tahapan yang dilakukan oleh model dalam video tersebut, bagaimana model merencanakan sesuatu, tahap demi tahap yang dilakukan, mencari ide lain ketika tahap yang pertama gagal dilakukan, bagaimana model berjuang sampai akhirnya dapat membuat sesuatu yang lebih mendekati keinginannya.
Sharing dengan live model mengenai tema perencanaan jangka pendek. Pada tahap ini live model menceritakan bagaimana merencanakan pembelajarannya, target apa yang ingin dicapai dalam waktu dekat, bagaimana mengatur waktu belajar dan bermain. Setelah itu dilanjutkan dengan dialog antara model dan peserta, dalam sesi ini model nyata menjelaskan dengan jujur dan terbuka.
85
Evaluasi/penugasan. Peserta diminta untuk mengisi perencanaan jangka pendek dengan bantuan trainer dan fasilitator. Setelah itu diminta membuat komitmen diri berdasarkan rencana-rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Evaluasi/ penugasan. Peserta diminta untuk mengisi perencanaan jangka pendek dengan bantuan trainer dan fasilitator. Setelah itu diminta membuat komitmen diri berdasarkan rencana-rencana yang telah dibuat sebelumnya.
“Pohon Harapan”. Peserta diminta menuliskan cita-cita nya pada selembar kertas berbentu daun, untuk kemudian menempelkannya pada pohon harapan yang telah ditempel fasilitator pada papan tulis di depan. Sesi terakhir, trainer mengajak semua peserta membacakan lembar komitmen diri yang telah dibuat sebelumnya. Komitmen diri ini dibacakan secara bersama-sama dengan lantang, dan trainer memberikan pujian dan dorongan.
“Pohon Harapan”. Peserta diminta menuliskan cita-cita nya pada selembar kertas berbentu daun, untuk kemudian menempelkannya pada pohon harapan yang telah ditempel fasilitator pada papan tulis di depan. Sesi terakhir, trainer mengajak semua peserta membacakan lembar komitmen diri yang telah dibuat sebelumnya. Komitmen diri ini dibacakan secara bersama-sama dengan lantang, dan trainer memberikan pujian dan dorongan.
86
C. Analisis data dan interpretasi
1. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan skor motivasi berprestasi pada seluruh siswa yang diukur
berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan. Berdasarkan pengukuran tingkat
motivasi berprestasi pada siswa SMP Muhammadiyah 5 Surakarta diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 16. Deskripsi Data Penelitian
Kelompok Subjek Pre Test Post Test Follow Up Skor Ket Skor Ket Skor Ket
KE1 SLP 60 Rendah 70 Sedang 95 Tinggi RA 71 Sedang 76 Sedang 84 Tinggi BS 62 Sedang 71 Sedang 67 Sedang F 69 Sedang 79 Tinggi 81 Tinggi FN 72 Sedang 63 Sedang 79 Tinggi GM 60 Rendah 66 Sedang 76 Sedang J 67 Sedang 68 Sedang 75 Sedang TJ 62 Sedang 80 Tinggi 68 Sedang MF 67 Sedang 79 Tinggi 87 Tinggi MB 73 Sedang 69 Sedang 69 Sedang MZ 54 Rendah 78 Sedang 86 Tinggi MR 73 Sedang 68 Sedang 70 Sedang H 70 Sedang 65 Sedang 76 Sedang HL 71 Sedang 72 Sedang 69 Sedang Mean= 66,50 Mean= 71,71 Mean = 77,29KE2 DY 66 Sedang 65 Sedang 69 Sedang MS 73 Sedang 69 Sedang 70 Sedang MSY 71 Sedang 67 Sedang 61 Rendah MF 73 Sedang 77 Sedang 70 Sedang FP 64 Sedang 70 Sedang 71 Sedang M 70 Sedang 75 Sedang 72 Sedang EP 69 Sedang 79 Tinggi 80 Tinggi MB 72 Sedang 93 Tinggi 65 Sedang AK 69 Sedang 69 Sedang 83 Tinggi VK 66 Sedang 82 Tinggi 76 Sedang R 57 Rendah 70 sedang 70 Sedang Mean = 68,18 Mean =74,18 Mean = 71,55
Kelomp
KK
Da
Gamba
Be
mengalam
77,29), na
60
62
64
66
68
70
72
74
76
78
pok Subj
AE BP A MI DA M S RM AG Y I B MA WY
ata penelitia
ar 1. Grafik
erdasarkan g
mi peningka
amun masih
KE1
jek PSko
7368726967707165717364736369Me
an sebelumn
k Rerata pre
grafik di at
atan dari pr
h berada da
Pre Test or Ket
SedangSedangSedangSedangSedangSedangSedangSedangSedangSedangSedangSedangSedangSedang
ean = 69,14
nya dapat di
test-postest
tas terlihat
retes-postes
alam kateg
KE2
PostSkor
g 74g 83g 65g 76g 65g 77g 80g 65g 77g 76g 69g 71g 69g 74
Mean =
iringkas dal
t-follow up p
bahwa rera
st hingga fo
ori yang sa
KK
t Test Ket
SedangTinggiSedangSedangSedangSedangTinggiSedangSedangSedangSedangSedangSedangSedang
= 72,93
lam diagram
pada KE1, K
ata kelompo
follow up (6
ama yaitu k
Follow UpSkor Ke72 Seda74 Seda73 Seda70 Seda68 Seda71 Seda80 Ting71 Seda75 Seda82 Ting75 Seda75 Seda54 Rend77 Seda
Mean = 72
m berikut ini
KE2, dan K
ok eksperim
66,50 – 71
kategori se
Pretes
Poste
Follow
87
Up et angangangangangangggiangangggiangangdahang,64
i :
KK
men 1
,71 –
dang.
st
st
w Up
88
Begitupun dengan kelompok eksperimen 2, dimana mengalami peningkatan dari
pretest-postest (68,18 – 74,18), dan walaupun mengalami penurunan
dibandingkan skor postest pada saat follow up (skor 71,55), namun tetap
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan pretest, kelompok ini juga masih
berada pada kategori yang sama, yaitu kategori sedang. Sedangkan pada
kelompok kontrol terlihat bahwa skor pretest memang sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan KE1 dan KE2 dengan rerata pretest sebesar 69,14, skor
postest 72,93, dan skor follow up sebesar 72,64, skor tersebut mengalami
kenaikan pada saat postest namun mengalami penurunan pada saat follow up.
Berdasarkan diagram tersebut juga dapat diketahui bahwa peningkatan
paling besar terdapat pada kelompok eksperimen 1 (KE1) dibandingkan dengan
KE2 dan KK.
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian juga diolah
dengan bantuan SPSS 16.0 for windows untuk dianalisis menggunakan teknik One
way anova, dan Friedman test K-Related Samples. Tujuan dari analisis data ini
adalah untuk menjawab hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Namun
sebelum uji hipotesis, akan dilihat dulu uji normalitas dan homogenitasnya.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui penyebaran data penelitian yang
terdistribusi secara normal dalam sebuah populasi. Pengujian normalitas
menggunakan tes One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas
menunjukkan sebaran yang normal pada populasi. Hal ini ditunjukkan oleh
koefisien Kolmogorov-smirnov Z yang bisa dilihat pada tabel 17 halaman 89.
89
Tabel 17. Tabel Normalitas
Waktu K-S Z P Normalitas Pretest 1,114 0,167 (>0,05) Normal Postest 0,830 0,496 (>0,05) Normal
Follow Up 0,704 0,705 (>0,05) Normal
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesamaan karakteristik
sampel penelitian. Hasil uji homogenitas pada sampel penelitian ini bisa dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 18. Tabel Homogenitas
Waktu Levene Statistic Sig. Homogenitas Pretest 2,563 0,91 (p>0,05) Homogen Postest 0,818 0,450 (p>0,05) Homogen
Follow Up 1,392 0,262 (p>0,05) Homogen
c. Uji Hipotesis
Hipotesis 1. Terdapat pengaruh antara pemodelan dengan motivasi
berprestasi siswa sekolah menengah tingkat pertama (SMP). Pengaruh pemodelan
dapat ditinjau dari beberapa analisis. Pertama, dengan melakukan uji beda antara
kelompok KE1, KE2, dan KK pada skor posttest , dengan menggunakan analisis
one-way anava (Anova). Berdasarkan analisis tersebut didapatkan nilai F sebesar
0,444 dengan nilai sig, sebesar 0,645 (p> 0,05). Ini berarti tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara KE 1, KE 2, dan KK pada saat posttest.
Selanjutnya dilakukan uji beda ketiga kelompok (KE1, KE2, dan KK) pada
saat follow up dengan menggunakan One way Anava (Anova). Berdasarkan
analisis tersebut didapatkan nilai F sebesar 2,318 dengan nilai Sig. sebesar 0,113
90
(p> 0,05). Ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara KE1, KE2,
dan KK pada saat Follow Up.
Berdasarkan kedua uji beda di atas maka bisa diambil kesimpulan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara pemodelan dengan motivasi berprestasi
pada siswa sekolah menengah tingkat pertama (SMP).
Hipotesis 2 : pemodelan dengan model simbolik lebih efektif dibandingkan
dengan model nyata dalam mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Untuk
menguji apakah pemodelan dengan model simbolik lebih efektif dibandingkan
dengan model nyata maka peneliti menguji kedua metode tersebut satu per satu
terlebih dahulu.
Pertama untuk menguji apakah model simbolik (KE1) efektif meningkatkan
motivasi berprestasi siswa maka digunakan uji perbedaan pretest, posttest, dan
follow up dengan menggunakan K – Related Sample Test. Berdasarkan hasil
Friedman Test untuk KE1 diperoleh hasil chi square sebesar 7,673 dengan
asymp.sig sebesar 0,022 (p<0,05). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada KE1 sebelum maupun setelah
perlakuan.
Selain melakukan uji beda antara pretest, posttest dan follow up pada KE1,
dilakukan juga analisis melalui gain-score motivasi berprestasi kelompok model
simbolik (KE1) sebagaimana terdapat pada tabel 19 halaman 91.
91
Tabel 19. Tabel Tabulasi Data Pretest, Postest, dan Follow Up beserta Gain core Kelompok Eksperimen 1
Partisipan Hasil Pengukuran
Motivasi Berprestasi Gain Score
Pretest Posttest Follow Up Gain pre-post
Gain pre-follow up
SLP 60 70 95 10 35 RA 71 76 84 5 13 BS 62 71 67 9 5 F 69 79 81 10 12
FN 72 63 79 -9 7 GM 60 66 76 6 16
J 67 68 75 1 8 TJ 62 80 68 18 6 MF 67 79 87 12 20 MG 73 69 69 -6 -6 MZ 54 78 86 24 32 MR 73 68 70 -5 -3 H 70 65 76 -5 6 H 71 72 69 1 -2 66,50 71,71 77,29 5,07 10,64
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa terdapat 10 subjek yang
mengalami peningkatan, sedangkan 4 diantaranya mengalami penurunan pada
gain score pre-post, sedangkan pada gain score pre-follow up terdapat 11 subjek
yang mengalami kenaikan dan 3 subjek mengalami penurunan. Hal ini berarti
terdapat peningkatan pada lebih dari setengah subjek. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik 3 dan 4 halaman 92.
92
Gambar 2. Grafik Gain Score Pre-post Motivasi Berprestasi KE1
Gambar 3. Grafik Gain Score Pre-Follow Up Motivasi Berprestasi KE1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
SLP RA BS F FN GM J TS MF MB MZ MR H HL
Pretest
POSTTEST
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
SLP RA BS F FN GM J TS MF MB MZ MR H HL
pretes
follow Up
93
Untuk menguji efektifitas model nyata (KE2) dilakukan perhitungan yang
sama dengan KE1 sebelumnya, yaitu :
Pertama, melalui uji perbedaan pretest, postest, dan follow up dengan
menggunakan K- Related Sample Test. Berdasarkan hasil Friedman Test untuk
KE2 diperoleh hasil Chi Square sebesar 1,762 dengan Asymp.Sig sebesar 0,414
(p>0,05). Berdasar data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada KE2 sebelum maupun setelah perlakuan.
Kedua, efektifitas pemodelan dengan metode model nyata dapat diketahui
dari Gain Score motivasi berprestasi pada KE2 sebagaimana terdapat pada tabel
berikut ini.
Tabel 20. Tabulasi Data Pretest, Postest, dan Follow Up beserta Gain Score Kelompok Eksperimen 2
Partisipan Hasil Pengukuran
Motivasi Berprestasi Gain Score
Pretest Posttest Follow Up Gain pre-post
Gain pre-follow up
DY 66 65 69 -1 3 MS 73 69 70 -4 -3
MSY 71 67 61 -4 -10 MF 73 77 70 4 -3 FP 64 70 71 6 7 M 70 75 72 5 2 EP 69 79 80 10 11 MB 72 93 65 21 -7 AK 69 69 83 0 14 VK 66 82 76 16 10 R 57 70 70 13 13 68,18 74,18 71,56 6 3,36
94
Berdasarkan data sebelumnya dapat diketahui bahwa terdapat 7 subjek
yang mengalami peningkatan, sedangkan diantaranya mengalami penurunan dan
1 subjek tidak mengalami peningkatan maupun penurunan pada gain score pre-
post, sedangkan pada gain score pre-follow up terdapat 7 subjek yang mengalami
kenaikan dan 4 subjek mengalami penurunan. Hal ini berarti walaupun terdapat
peningkatan pada lebih dari setengah subjek, namun peningkatannya kurang
signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Gambar 4. Grafik Motivasi Berprestasi Kelompok Eksperimen 2 dilihat dari Gain Score Pretest-Postest
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
DY MS MSY MF FP M EP MB AK VK R
Pretest
Postest
95
Gambar 6. Gambar 5. Grafik Motivasi Berprestasi Kelompok Eksperimen 2 dilihat dari Gain
Score Pretest - Follow Up
Berdasarkan analisis data antara efektifitas KE1 dan KE2 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara
kelompok model simbolik (KE1) dan model nyata (KE2), namun jika dilihat
berdasarkan Gain score peserta antara kedua kelompok, maka dapat disimpulkan
bahwa kelompok model simbolik memiliki tingkat efektifitas yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok model nyata. Pada KE1 terdapat 11 subjek yang
mengalami kenaikan, dan 3 subjek yang mengalami penurunan, sedangkan pada
KE2 terdapat 7 subjek yang mengalami kenaikan, dan 4 subjek yang mengalami
penurunan, dengan skor sig. 0,22 pada kelompok model simbolik (KE1), dan skor
sig. 0,414 pada kelompok model nyata (live model) (KE2).
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
DY MS MSY MF FP M EP MB AK VK R
Pretest
Follow Up
96
2. Analisis Kualitatif
Data kualitatif diperoleh melalui observasi pada saat intervensi, lembar
kerja, dan lembar evaluasi serta wawancara tidak terstruktur pada kedua kelompok
eksperimen. Analisis kualitatif ini bertujuan untuk melihat perubahan yang terjadi
pada subjek sebelum, pada saat pelatihan ataupun setelah pelatihan dilaksanakan.
Hasil analisis data kualitatif dapat dijabarkan pada tabel 21 hal. 98 dan tabel 22
hal. 100.
Berdasarkan hasil analisis data kualitatif diketahui bahwa pada kelompok
eksperimen 1 (KE1) memberikan penilaian yang sangat positif terhadap intervensi
yang diberikan dengan penilaian yang bergerak antara 70 % -100 %. Pada
kelompok ini subjek yang paling menonjol adalah subjek J. Sejak dari awal J
sangat antusias mengikuti kegiatan, J juga aktif dalam menjawab pertanyaan
maupun menanggapi penjelasan dari trainer, membuka diri dan cukup percaya diri
untuk mencoba maju ke depan ketika game berlangsung. Ketika mengerjakan
lembar kerja J menuliskannya dengan cukup detail, J mampu menuliskan mimpi
dan cita-cita jangka panjangnya lebih banyak dibandingkan teman-temannya yang
lain . J memiliki skor pretest 67, postest 68, dan follow up 75, ketiga skor tersebut
berada dalam kategori yang sama, yaitu sedang, namun angkanya terlihat semakin
mengalami kenaikan dibandingkan dengan skor pretest.
Berbeda halnya dengan J, subjek FN terlihat kurang antusias mengikuti
kegiatan, bahkan pada saat menonton video di hari kedua, di tengah-tengah
penanyangan video FN nampak tidak fokus dan terlihat tiduran di meja, hal ini
juga terjadi ketika mengerjakan lembar evaluasi. FN sesekali terlihat bingung dan
97
masih memerlukan bantuan serta bimbingan fasilitator dalam mengerjakan lembar
kerja, namun pada awal pelatihan FN cukup aktif menanggapi penjelasan dari
trainer. FN memiliki skor pretest 72, namun menurun pada saat postest menjadi
63 dan mengalami kenaikan lagi menjadi 79 pada saat follow up.
Pada kelompok eksperimen 2 (KE2) terlihat bahwa sebagian besar
partisipan cukup mampu mengambil nilai-nilai pengalaman positif dari model
namun tidak terlihat subjek yang paling menonjol, hanya ada beberapa subjek
yang cukup aktif antara lain MS dan MB. MS dan MB cukup antusias dan aktif
dalam mengikuti kegiatan, baik dalam mendengarkan trainer, model ataupun
berpendapat. Subjek MS cukup mampu membuat mind mapp dan membuat
perencanaan baik jangka panjang dan jangka pendek. MS memiliki skor pretest
73, namun skor postest nya menurun di angka 69, dan meningkat kembali pada
saat follow up menjadi 70. Sedangkan MB berada pada skor 72 pada saat pretest,
dan meningkat menjadi 93 pada saat postest, namun menurun kembali di skor 65
pada saat follow up.
98
Tabel 21. Hasil Analisis Kualitatif pada Kelompok Eksperimen 1 (KE1)
Subjek Hasil Analisis Data SLP Mampu mengambil nilai-nilai positif dari video yang dilihat, subjek menitikberatkan pada nilai berusaha, bekerja keras dan
pantang menyerah dalam mencapai prestasi serta menjadi percaya pada cita-citanya RA Mampu membuat tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk meraih cita-citanya. Subjek menitikbertakan pada nilai-nilai
kebaikan, kerja keras dan berusaha dalam meraih prestasi. Subjek menjadi termotivasi untuk meraih cita- citanya BS Cukup mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri, subjek mampu mengambil nilai-nilai dari video, antara lain pantang
menyerah, tidak mudah putus asa, serta selalu berusaha, selain itu subjek menjadi termotivasi dan semakin yakin dlam mengerjar mimpi dan cita-citanya. Menurut subjek, 70 % dari video tersebut ikut mempengaruhi motivasi yang dimiliki.
F Cukup antusias mengikuti kegiatan. Subjek menitikbertakan pada belajar sungguh-sungguh, berusaha dan belajar dari kesalahan sebagai nilai-nilai positif yang dapat diambil dari video yang ditayangkan sebelumnya. Menurut subjek 80 % dari video tersebut ikut mempengaruhi motivasi yang dimiliki
FN Kurang antusias mengerjakan lembar kerja, memerlukan bantuan fasilitator dalam mengerjakan, namun cukup aktif ketika ditanya. Subjek menitikberatkan pada belajar, usaha dan doa sebagai nilai yang dapat diambil dari video yang ditayangkan. Menurut subjek 85 % nilai dari video tersebut ikut mempengaruhi motivasi yang dimiliki
GM Kurang antusias dalam mengikuti kegiatan namun mampu mengambil nilai-nilai positif antara lain berjuang dan bekerja keras, bahwa semua orang mampu mengejar mimpi walaupun latar belakang mereka kekurangan
J Sangat antusias mengikuti kegiatan. Mampu membuat mind mapp dengan cukup detail, menitikberatkan pada belajar, berlatih dan bermimpi serta ingin bersungguh-sungguh dalam mencapai cita-cita. Menurut subjek 100% nilai dari video tersebut ikut mempengaruhi motivasi yang dimiliki
TS Cukup antusias mengikuti kegiatan, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, mampu membuat mind mapp dengan cukup baik, subjek menitikberatkan pada bekerja keras, tidak mudah putus asa, serta jujur sebagai nilai yang dapat diambil. Menurut subjek 99,99 % nilai dari video tersebut ikut mempengaruhi motivasi yang dimiliki
99
Subjek Hasil Analisis Data MF Kurang antusias mengikuti kegiatan, mengambil pentingnya belajar sebagai nilai yang bisa diambil. Menurut subjek 99,99 %
nilai dari video tersebut ikut mempengaruhi motivasi yang dimiliki MB Kurang antusias mengikuti kegiatan,cukup mampu merencanakan target prestasi, mampu mengambil nilai-nilai dan membuat
perencanaan. MZ Kurang antusias dan kurang fokus, namun cukuo aktif dalam menjawab pertanyaan, cukup mampu mengambil nilai-nilai
pengalaman dari model dalam video, antara lain ada keinginan ingin berubah, berusaha belajar lebih giat serta berusaha membanggakan orangtua. Menurut subjek 85 % nilai dari video tersebut ikut mempengaruhi motivasi yang dimiliki
MR Cukup antusias mengikuti kegiatan. Cukup mampumerencanakan target prestasi, cukup mampu mengambil nilai-nilai positif dari video yang ada. Menurut subjek 75 % nilai dari video tersebut ikut mempengaruhi motivasi yang dimiliki
H Cukup antusias mengikuti kegiatan, cukup mampu mengambil nilai-nilai positif dari video, antara lain jujur, belajar sungguh-sungguh, tidak mudah putus asa, serta menuruti perkataan orangtua, namun kurang mampu merencanakan target prestasinya dengan baik.
HL Kurang antusias mengikuti kegiatan, kurang mampu membuat mind mapp dengan detail, mengambil nilai pantang menyerah, rajin dan tekun sebagai nilai-nilai positif pengalaman yang bisa diambil dari video. Menurut subjek 85 % nilai dari video tersebut ikut mempengaruhi motivasi yang dimiliki
Kesimpulan : Sebagian besar partisipan mampu mengambil nilai-nilai positif pengalaman yang ditunjukkan melalui video, cukup mampu membuat mind mapp dan merencanakan target prestasi yang menjadi tujuan. Dalam kelompok ini, terlihat bahwa partisipan J yang paling menonjol dalam keseluruhan kegiatan, subjek J sangat antusias dan mampu menuangkan keinginan-keinginannya secara detail dan jujur. Namun untuk subjek FN masih memerlukan bimbingan dari orang lain dalam mengerjakan dan menjelaskan materi yang diberikan.
100
Tabel 22. Hasil Analisis Kualitatif pada Kelompok Eksperimen 2 (KE2)
Subjek Hasil Analisis Data DY Antusias dalam mengikuti kegiatan, namun terkadang mengganggu temannya yang lain, mampu menuliskan kelebihan dan
kekurangan dirinya, namun kurang mampu membuat mind mapp maupun perencanaan secara detail. Nilai yang didapat dari live model menurut subjek adalah belajar lebih keras. Subjek hanya mendapatkan 10 % nilai dari model yang dihadirkan
MS Cukup antusias dan aktif dalam menanggapi materi yang diberikan trainer, mampu menyadari minat yang ingin dilakukan (menyukai sepak bola dan bulu tangkis). Menuliskan mind mapp dan perencanaan baik jangka pendek dan jangka panjang berdasarkan minat sebelumnya. Subjek menitikberatkan pada nilai tekun dan bersungguh-sungguh sebagai nilai yang dapat diambil dari model. Menurut subjek 80 % dari nilai yang diperlihatkan oleh model dapat mempengaruhi motivasi yang dimiliki
MSY Cukup antusias mengikuti kegiatan namun cenderung pasif/diam, kurang mampu membuat mind mapp dan perencanaan secara detail, menitikberatkan pada nilai optimis dan bekerja keras yang diambil dari model, menurut subjek hanya 9% saja nilai yang didapat dari model yang dapat mempengaruhi motivasi yang dimiliki
MF Kurang antusias dalam mengikuti intervensi, membuat mind mapp secara garis besar berdasarkan minat, namun cukup mampu membuat perencanaan jangka pendek dengan cukup baik. Subjek mengambil nilai bekerja keras, tekun belajar dan tidak mudah putus asa sebagai nilai yang bisa diambil dari model.
FP Kurang antusias dan kurang aktif mengikuti kegiatan, kurang mampu membuat mind mapp secara detail namun cukup mampu menuliskan kelebihan dan kekurangan dirinya, subjek juga cukup bisa mengambil nilai-nilai pengalaman dari model diantaranya bagaimana model merencanakan jadwal hariannya, bagaimana doa, usaha dan kerja keras mampu membuat model menjadi siswa berprestasi. Namun menurut subjek hanya 16 % saja nilai dari model mampu mempengaruhi motivasi yang dimiliki
M Antusias mengerjakan tugas yang diberikan, namun cenderung pasif dalam memberikan imbal balik, belum memiliki tujuan yang jelas. Mengambil nilai belajar, doa dan usaha dari model.
101
Subjek Hasil Analisis Data EP Cukup antusias mengikuti kegiatan namun cenderung pasif dalam memberikan imbal balik, belum memiliki tujuan yang jelas
terlihat dari belum mampu membuat mind mapp dan perencanaan secara detail. Menurut subjek hanya 16 % saja nilai dari model mampu mempengaruhi motivasi yang dimiliki
MB Cukup antusias mengikuti kegiatan. Menurut subjek 80 % nilai dari model mampu mempengaruhi motivasi yang dimiliki AK Cukup antusias mengikuti kegiatan, cukup mampu menuliskan kelebihan dan kekurangannya, cukup mampu membuat mind
mapp dan merencanakan masa depan. Subjek mengambil nilai disiplin, berusaha dan menjadi lebih yakin bisa berprestasi lebih baik.
VK Cukup antusias mengikuti kegiatan, kurang bisa membuat mind mapp secara detail, namun cukup mampu membuat perencanaan berdasarkan minat yang dimiliki. Menurut subjek hanya 15 % saja nilai dari model mampu mempengaruhi motivasi yang dimiliki
R Aktif berpendapat dan aktif menjawab pertanyaan dari trainer, cukup mampu membuat mind mapp, cukup mampu mengambil nilai-nilai pengalaman dari model. Namun menurut subjek hanya 10 % saja nilai dari model mampu mempengaruhi motivasi yang dimiliki
Kesimpulan : Sebagian besar subjek dalam KE2 pada dasarnya cukup mampu mengambil nilai-nilai pengalaman positif dari model namun kurang mampu membuat mind mapp dan perencanaan secara detail. Nilai dari model hanya berkisar antara 10 % - 80 % mempengaruhi motivasi partisipan. Pada kelompok ini tidak terlihat subjek yang paling menonjol di antara ke 11 partisipan, beberapa subjek yang cukup aktif adalah MS dan MB, selain itu ada subjek MSY yang cenderung pasif/diam dalam mengikuti kegiatan.
102
D. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk melihat pengaruh pemodelan
terhadap motivasi berprestasi pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pemodelan, dalam hal ini menggunakan dua metode yaitu dengan menggunakan
model simbolik dan menghadirkan model sebagai sarana yang digunakan untuk
melihat pengaruhnya terhadap motivasi berprestasi siswa. Live model yaitu model
nyata yang diperoleh pengamat dari orang lain dalam bentuk tingkah laku yang
sesuai, pengaruh sikap, dan nilai-nilai keahlian kemasyarakatan, sedangkan
simbolik model dapat ditunjukkan melalui film, video, dan media rekaman
lainnya. (Bandura dalam Alwisol, 2009).
Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara pemodelan dengan motivasi berprestasi siswa.
Hal ini bisa dilihat pada hasil analisis data kedua kelompok eksperimen, dimana
walaupun terdapat peningkatan skor motivasi berprestasi pada lebih dari setengah
subjek pada kelompok model simbolik, namun peningkatan yang terjadi tidak
menunjukkan peningkatan yang signifikan, hal ini bisa dilihat dari kategori skor
subjek yang masih berada pada kategori sedang. Begitu pula dengan uji hipotesis
pada kelompok ke dua juga menunjukkan hasil yang relatif sama, tidak terdapat
perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara sebelum perlakuan dan
sesudah perlakuan. Uji beda yang dilakukan pada ketiga kelompok KE1, KE2,
dan KE3 juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara ketiga kelompok baik pada saat postest maupun pada saat follow up.
103
Jika ditinjau dari nilai gain score pada masing-masing kelompok terlihat
bahwa gain score pada kelompok eskperimen 1 memiliki gain score yang lebih
tinggi dibandingkan dengan gain score pada kelompok eskperimen 2, hal ini bisa
dijelaskan dengan menggunakan teori belajar sosial dari Albert Bandura, dimana
Bandura menekankan pada atensi atau perhatian sebagai proses pertama yang
dapat mempengaruhi peniruan atau pemodelan. Video dan audio dalam penelitian
ini membuat pengamat lebih fokus memberikan perhatiannya pada video yang
ditonton dibandingkan dengan hanya mendengarkan, dan melakukan tanya jawab
dengan model.
Berdasarkan teori kognitif sosial, orang dapat belajar melalui pengamatan
lingkungan atau dengan mengamati orang lain. Melalui pengamatan tersebut, pada
akhirnya seseorang akan termotivasi untuk melakukan sesuatu (ormrod, 2008), hal
inilah yang kemudian disebut dengan modelling atau pemodelan. Dalam proses
pemodelan, pembelajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dialami oleh
model, sehingga kemudian juga berhubungan dengan penguatan dan hukuman,
yang dikenal dengan istilah vicarious reinforcement atau vicarious punishment
(Ormrod, 2008; Panggabean, 2010). Menurut Bandura (1977) penguatan yang
berasal dari luar inilah yang nantinya akan mendorong motivasi untuk melakukan
sesuatu.
Ketika seorang siswa mengamati konsekuensi-konsekuensi yang dialami
teman-temannya, siswa tersebut bisa belajar bahwa belajar keras menghasilkan
nilai yang bagus, bahwa kerapian sangat dihargai, atau bahwa terpilih sebagai
ketua kelas meningkatkan status dan popularitas, dan hal tersebut mempengaruhi
104
sikap belajar dan sosialnya selanjutnya, maka siswa tersebut mengalami apa yang
disebut dengan penguatan yang seolah-olah dialami sendiri (vicarious
reinforcement) (Ormrod, 2008).
Dalam penelitian ini, konsekuensi-konsekuensi yang diperlihatkan oleh
model adalah hasil akhir yang mereka dapatkan, para partisipan bisa melihat dan
merasakan secara emosional bagaimana proses dan hasil akhir yang didapatkan
oleh model baik melalui video maupun dengan bertemu model yang diakui
memiliki prestasi baik secara akademik di sekolahnya. Dengan melihat
konsekuensi-konsekuensi tersebut diharapkan partisipan dapat mengambil nilai-
nilai pengalaman positif dari model.
Bandura (Alwisol, 2012) mengatakan bahwa dalam proses kognitif tahap
pertama pemodelan adalah atensi, artinya adalah bahwa partisipan memberikan
perhatian secara penuh pada fasilitator dan proses pelatihan yang dilakukan.
Selanjutnya masuk pada tahap retensi (pengolahan informasi), pada tahap ini
terdapat pengulangan informasi yang dilakukan oleh fasilitator baik setelah
mendapatkan model simbolik maupun sharing dengan model. Pengulangan
informasi ini dilakukan dengan mengadakan diskusi antara fasilitator dan
partisipan, dengan mengambil learning point dari kedua metode tersebut, ataupun
pengulangan informasi setelah metode SMART yang diberikan, dengan tujuan
peserta semakin paham pada materi yang disampaikan dan dapat tersimpan dalam
memori jangka panjang (long term memori) dan dapat dikeluarkan sewaktu-waktu
dibutuhkan. Tahap yang ketiga adalah reproduksi motorik dimana informasi yang
tersimpan dapat dikeluarkan ke dalam tingkah laku. Dalam hal ini peserta diminta
105
untuk mengeluarkannya dalam bentuk lembar tugas yang disiapkan, termasuk di
dalamnya peserta diminta untuk menuliskan cita-cita yang realistik, bagaimana
cara mendapatkannya, hambatan apa yang perlu diperbaiki, serta nilai-nilai apa
saja yang seharusnya dimiliki untuk menggapai cita-cita tersebut. Dari proses ini
dapat diketahui bagaimana informasi tersebut terserap oleh para peserta. Dan
terakhir adalah motivasi atau penguatan,
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh para peserta, secara umum
didapatkan hasil bahwa mereka pada dasarnya dapat mengambil nilai-nilai yang
didapatkan dari proses pemodelan yang diterima baik melalui model simbolik
maupun melalui model nyata. Nilai-nilai tersebut antara lain ; tidak mudah putus
asa, terus berusaha, optimis, bekerja keras, harus tekun belajar, menjadi lebih
percaya diri, untuk mencapai sesuatu harus tekun dan sungguh-sungguh, serta
mempunyai jadwal belajar yang tetap. Para partisipan juga memberikan penilaian
yang positif terhadap proses pelatihan baik dari segi materi, metode penyampaian,
durasi waktu, dan tempat pelatihan.
Sebagian besar peserta juga menunjukkan adanya peningkatan motivasi
berprestasi pada saat postest, dan follow up walaupun masih berada dalam
kategori yang sama terutama pada kelompok simbolik model. Untuk beberapa
peserta yang mengalami penurunan lebih karena disebabkan pada perhatian
peserta yang kurang fokus pada saat pelatihan, sesekali terlihat tertidur, dan
memerlukan bimbingan yang lebih individual dibandingkan dengan teman-
temannya yang lain. Sedangkan untuk para peserta yang berada dalam kelompok
model nyata secara garis besar mengalami peningkatan yang lebih kecil
106
dibandingkan dengan peningkatan pada kelompok model simbolik, beberapa
peserta yang berada pada kelompok ini kurang memiliki perhatian pada model
yang dihadirkan, ini terlihat dari sikap pasif/diam ataupun sikap mengganggu
peserta terhadap temannya yang lain.
Enam dari 14 peserta atau hampir setengah dari total peserta pada
kelompok simbolik model diketahui kurang antusias selama mengikuti pelatihan.
Bahkan dalam pengisian lembar kerja masih membutuhkan bantuan fasilitator.
Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa peningkatan motivasi berprestasi
pada kelompok ini tidak signifikan. Demikian pula pada kelompok kedua, bahwa
dari 11 peserta hanya 2 orang yang menyampaikan memperoleh nilai-nilai positif
yang memotivasi dari model sebesar 80 % sedangkan lainnya hanya memperoleh
nilai-nilai positif yang memotivasi tidak lebih besar dari 16 %. Peserta pun terlihat
pasif selama pelaksanaan pelatihan, kesulitan menetapkan tujuan dan membuat
mind map secara rinci.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek pada kelompok model nyata
terdapat satu orang peserta (DY) yang mengatakan secara lugas bahwa dirinya
merasa malu mendengarkan uraian dari model yang menceritakan mengenai
kondisi dirinya dan keluarga, bahwa model merupakan anak dari pernikahan
poligami. Subjek DY mengatakan bahwa menurutnya hal tersebut merupakan aib
yang seharusnya tidak diceritakan pada orang lain. Padahal menurut model,
kondisi tersebutlah yang membuatnya termotivasi untuk terus berprestasi. Dalam
hal ini terlihat bahwa nilai-nilai yang dianut oleh model berbeda dengan nilai-nilai
yang dianut oleh partisipan. Sebagaimana dijelaskan oleh Margolis & Mc. Cabe
107
(2006) bahwa salah satu hal yang membuat pengaruh model menjadi lebih efektif
adalah jika terdapat kesamaan nilai-nilai yang dianut antara model dan partisipan,
juga Komalasari, Wahyuni, & Karsih (2011) yang menjelaskan bahwa
keberhasilan teknik modeling sangat tergantung pada persepsi pengamat terhadap
model. Jika pengamat tidak menaruh kepercayaan pada model, maka pengamat
akan kurang mencontoh tingkah laku yang diperlihatkan oleh model.
Selain itu, harapan pengamat terhadap model juga mempengaruhi
keberhasilan pemodelan. Ekpektasi yang tinggi dari pengamat terhadap model
membuat efikasi diri pengamat meningkat sehingga keinginan untuk meniru
tingkah laku model menjadi semakin baik, namun jika terdapat ketidaksesuaian
antara harapan pengamat dan tingkah laku model, maka tujuan tingkah laku yang
didapat model menjadi kurang tepat. Atau bisa jadi pengamat menggangap
pemodelan ini sebagai keputusan tingkah laku yang harus ia lakukan, sehingga
pengamat akhirnya kurang bisa mengadaptasi model sesuai dengan gayanya
sendiri (Komalasari, dkk, 2011).
Selain itu, berdasarkan masukan dari observer diketahui bahwa model
lebih baik performancenya, lebih ekspresif, serta lebih bersemangat pada saat try
out modul dibandingkan pada saat penelitian berlangsung. Hal ini bisa
dimungkinkan karena beberapa alasan, antara lain : a) terdapat batasan yang
diberikan oleh peneliti kepada model dikarenakan model harus menjelaskan dua
tema pada dua hari, sehingga model diberikan batasan pembahasan berdasarkan
tema perhari, sedangkan pada saat try out modul model diberikan kebebasan
bercerita, b) terdapat kebosanan pada model, dikarenakan model harus
108
menceritakan pengalamannya tersebut selama 3x pertemuan (1x try out, 2x
penelitian), c) model merasa menjadi pusat perhatian, hal ini berbeda pada saat try
out, dimana terdapat dua model yang secara bergantian menceritakan
pengalamannya, sehingga merasa saling mendukung.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan juga bahwa video yang diberikan
sebaiknya video yang dapat menggugah emosi peserta dan memperlihatkan
semangat juang dalam menggapai sesuatu, hal ini sesuai dengan hasil wawancara
tidak terstruktur yang dilakukan peneliti setelah intervensi diberikan, para peserta
pada umumnya mengatakan bahwa video “pembuat jejak” mengendap lebih lama
dalam ingatan mereka dibandingkan dengan video “Rizki Putra” yang lebih
berfokus pada bagaimana pembelajaran yang dilakukan selama ini.
E. Kelemahan Penelitian
Beberapa hal yang bisa menjadi catatan dalam penelitian antara lain :
Adanya kesulitan waktu untuk melaksanakan kegiatan ini secara berkala, perlu
dipertimbangkan kembali faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan model,
serta stimulan yang digunakan dalam intervensi antara model simbolik dan model
nyata tidak seimbang, baik dalam hal durasi, maupun content yang diberikan.
top related