BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4841/4/T1_132010011_BAB I… · perempuan dan kelompok kontrol terdiri dari 2 perempuan dan 4 laki-laki.
Post on 17-Feb-2018
213 Views
Preview:
Transcript
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah anak PPA AGAPE IO-847 Salatiga kelompok
usia 10 – 12 tahun. Setelah dilaksanakan pre-test diketahui bahwa dari 22 anak, 12
anak berada pada kategori rendah dan sangat rendah dalam perilaku prososialnya.
Anak yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen dipilih dengan cara acak. Dibawah ini adalah deskripsi mengenai
kondisi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum mendapatkan
perlakuan
Tabel 4.1 Diskripsi kelompok eksperimen dan kontrol
No. Inisial Kelompok Usia Jenis Kelamin
1 TK Eksperimen 10 tahun Perempuan
2 SK Eksperimen 10 tahun Perempuan
3 EN Eksperimen 10 tahun Perempuan
4 KR Eksperimen 10 tahun Perempuan
5 EL Eksperimen 10 tahun Perempuan
6 DN Eksperimen 10 tahun Perempuan
7 NV Kontrol 10 tahun Perempuan
8 GN Kontrol 10 tahun Perempuan
9 HT Kontrol 10 tahun Laki-Laki
10 IR Kontrol 10 tahun Laki-Laki
11 AW Kontrol 10 tahun Laki-Laki
12 EK Kontrol 10 tahun Laki-Laki
27
Berdasarkan tabel 4.1 dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan usia antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen terdiri dari 6
perempuan dan kelompok kontrol terdiri dari 2 perempuan dan 4 laki-laki.
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai skor pre-test perilaku prososial kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol :
Tabel 4.2 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
No Nama Total Kategori
Eks Kon Eks Kon Eks Kon
1 TK NV 53 68
Sangat rendah Rendah
2 SK GN 52 57
Sangat rendah Sangat Rendah
3 EN HT 63 63
rendah Rendah
4 KR IR 66 54
rendah Sangat Rendah
5 EL AW 65 69
rendah Rendah
6 DN EK 69 59
rendah Rendah
Jml 6 6 368
370
Keterangan : Eks : Eksperimen
Kon : Kontrol
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa dalam penelitian ini terdapat 12 anak
yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 6 anak sebagai kelompok kontrol dan 6
anak sebagai kelompok eksperimen. Jumlah skor keseluruhuan kelompok
eksperimen yaitu 368, sedangkan jumlah skor yang diperoleh kelompok kontrol
yaitu 370.
Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil skala sikap perilaku prososial
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok dengan ditunjukkan sig. 0.872 > 0.5.
28
Sedangkan mean rank kelompok eksperimen 6.63 dan mean rank kelompok
kontrol adalah 6.67.
Berdasarkan rancangan penelitian dan hasil analisis diatas, selanjutnya
kelompok eksperimen akan diberikan treatment. yaitu dengan teknik terapi
bermain sebanyak 9 kali pertemuan, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan
treatment. Penyusunan topik dalam pemberian layanan terapi bermain
berdasarkan pada indikator perilaku prososial menurut Eisenberg dalam
Dayakisni, T. & Hudaniah (2003).
Tabel 4.3 Program Layanan Terapi Bermain Untuk Meningkatkan Perilaku
Prososial
No Sesi Indikator Tujuan Rencana
Pelaksanaan
Alokasi
Waktu &
Pertemuan
Bentuk
Kegiatan
1 Ice
Breaking
Menciptak
an
keakraban
antara
anak
dengan
peneliti
dan antar
anak
Anak
dengan
senang hati
mengikuti
serangkaian
terapi
bersama
peneliti
14 April 2014 2 x 60 menit Permainan
2 Mengenal
Diri
Anak
mengenal
dirinya
terlebih
dahulu
sehingga
dapat
mengenal
orang lain
dengan
Anak
mampu
menyebutka
n siapa
dirinya, hal-
hal yang
disenangi
dan hal-hal
yang tidak
disenangi
15April 2014 2 x 60 menit Menggamba
r,
Bercerita,
Permainan
pasar loak
29
mudah dan Jendela
Johari,
refleksi
3 Mengontr
ol emosi
Anak
belajar
cara
mengontro
l perasaan
dan
mengekspr
esikannya
dengan
tepat
Anak
mampu
mengekspre
sikan
perasaannya
dengan
tepat
16 April 2014 2 x 60 menit Permainan
Menyusun
balok,
Bermain
malam,
diskusi,
refleksi
4 Manusia
makhluk
sosial
Anak
menyadari
bahwa
dirinya
adalah
makhluk
sosial
yang
membutuh
kan orang
lain
anak
menghargai
orang lain
seperti
dirinya
sendiri
anak lebih
peka
terhadap
orang lain
yang
membutuhk
an bantuan
18 April 2014 2 x 60 menit Permainan,
refleksi
5 Bersikap
Jujur
Mengajark
an kepada
anak
untuk
bersikap
jujur, baik
kepada
diri sendiri
maupun
orang lain
Anak
terbiasa
bersikap
jujur dalam
kehidupan
sehari-hari
21 April 2014 2 x 60 menit Permainan,
Refleksi
6 Empati Anak
belajar
Anak
mampu
22 April 2014 1 x 60 menit Permainan,
30
memaham
i perasaan
orang lain
memahami
dan
menghargai
orang lain
Refleksi
7 Tanggungj
awab
menolong
Menanam
kan
tanggungj
awab
menolong
kepada
orang
yang
membutuh
kan sesuai
kemampua
n
Anak
merasa
bertanggunj
awab untuk
menolong
orang lain
yang
membutuhk
an bantuan
23 April 2014 2 x 60 menit Permaianan,
Refleksi
8 Mengambi
l
Keputusan
untuk
menolong
Mengajark
an
pentingny
a memiliki
keputusan
dalam diri
Anak
terbiasa
berkeputusa
n untuk
menolong
dengan
mengurangi
pertimbanga
n akan
resikonya
25April 2014 2 x 60 menit Permainan,
Refleksi
9 Akhir
perjalanan
ku
Mengakhir
i
rangkaian
kegiatan
Terapi
Bermain
Anak
meyakini
bahwa
perilaku
menolong
sangat
dibutuhkan
dalam
bermasyara
kat
28 April 2014 2 x 60 menit Permainan,
Refleksi
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Pelaksanaan
31
Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan di lapangan, mulai bulan
Februari hingga Mei 2014. Total proses penelitian dari pembuatan proposal
hingga analisis data yaitu 7 bulan, dimulai bulan November 2013 hingga Mei
2014. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan
observasi. Sebelum melaksanakan observasi dan wawancara, peneliti
mempersiapkan kisi-kisi dan subyek yang akan diwawancarai. Selanjutnya
peneliti melaksanakan wawancara kepada mentor dan koordinator PPA. Jenis
observasi yang dipakai peneliti adalah Check List. Selanjutnya, peneliti
menjalankan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian yaitu uji instrument,
pre-test , treatment dan post-tes. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada jam PPA,
kecuali treatment yang dilaksanakan diluar jam PPA.
4.2.2 Pre-Test
Pre-test dilaksanakan pada tanggal 5 April 2014 dengan menyebarkan skala
perilaku prososial yang berjumlah 30 item pernyataan pada 22 anak PPA kelas
usia 10 – 12 tahun. Hasil dari analisis terdapat 8 anak dengan kategori perilaku
prososial rendah dan 4 anak dengan kategori prososial sangat rendah. Selanjutnya
anak yang masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah tersebut dibagi secara
random menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen 6 anak dan kelompok
kontrol 6 anak. Berdasarkan uji homogenitas yang dibantu dengan SPSS 16.0 for
Windows, dari kedua kelompok dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompo ekperimen,
dengan demikian penelitian dapat dilanjutkan.
32
4.2.3 Perlakuan (treatment)
Perlakuaan diberikan dengan memberi layanan terapi bermain sesuai dengan
rancangan yang telah disusun oleh penulis sebanyak 9 sesi dan dilaksanakan
setiap hari kecuali hari Minggu dan hari Libur. Layanan ini dikatakan berhasil
apabila kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan frekuensi perilaku
prososial dan hasilnya lebih tinggi dari kelompok kontrol setelah dilaksanakan
Pos-test. Adapun sesi eksperimen dengan terapi bermain adalah sebagai berikut:
Pertemuan pertama hari Senin 14 April 2014
1. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini, pemimpin kelompok mengucapkan salam, ucapan terimakasih
atas kedatangan anak-anak dan memimpin dalam doa. Pembimpin kelompok
kemudia menjelaskan tujuan kegiatan pada hari ini. Pada awal pertemuan ini,
pemimpin kelompok mengajak anggota untuk membaca ikrar/janji kerahasiaan.
Pemimpin kelompok meminta kepada seluruh anggota kelompok untuk menetapi
janji yang telah disebutkan bersama-sama (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup
dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/
keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan
yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).
2. Tahap Peralihan
Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan kelompok,
serta tata tertib yang ada dalam kegiatan. Kemudian pemimpin kelompok
33
menanyakan seberapa jauh kesiapan anggota kelompok untuk mengikuti proses
terapi ini
3. Tahap Kegiatan
Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan.
Anggota kelompok diminta untuk memperhatikan instruksi supaya permainan
dapat berjalan dengan baik. Pada awal sesi ini, semua permainan adalah untuk
tujuan mengakrabkan peneliti dengan anak dan antar anak dengan anak. Sehingga
peneliti memilih permainan yang asik dan menarik bagi anak. Permainan pertama
adalah Puisi Berantai. Langkah-langkah dalam permainan ini sudah penulis
lampirkan. Permainan yang kedia adalah jenis permainan Ice Breaking yaitu
“Ba.. Batu.. Batu-Batu..”. Selanjutnya kelompok diajak untuk bermain Dar Der
Dor, dan yang terakhir Domba dan Gembala.
4. Tahap Pengakhiran
Pemimpin menjelaskan bahwa kegiatan akan segera berakhir. Di akhir
kegiatan akan selalu ada refleksi, untuk mengetahui apa yang telah didapat oleh
anggota kelompok setelah mengikuti terapi. Setelah semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapatnya, pemimpin kelompok memberikan penguatan
terhadap refleksi dari setiap anggota kelompok.
Dalam konseling terapi bermain, pemimpin kelompok tidak diperkenankan
untuk memberikan nasehat atau himbauan kepada kelompok. Pemimpin
kelompok hanya bertugas untuk mengatur suapaya proses berjalan sesuai dengan
topik, dan memberikan penguatan terhadap hasil dari refleksi anggota kelompok.
Pertemuan Ke dua Selasa 15 April 2014
34
1. Tahap Pembentukan
Untuk memulai sesi kedua, pemimpin kelompok mengucapkan salam, dan
ucapan terimakasih atas kedatangan anak-anak dalam kegiatan di sesi kedua ini.
Pemimpin kelompok memimpin dalam doa, kemudian menjelaskan tujuan
kegiatan. Anggota kelompok diajak untuk membacakan ikrar/janji kerahasiaan
yang nantinya harus di tepati (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia
menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang
saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh
dan tidak layak diketahui oleh orang lain).
2. Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan, pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan
kelompok, seta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian pemimpin
kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan.
3. Tahap Kegiatan
Masuk pada tahap kegiatan, pemimpin kelompok menjelaskan peraturan
permainan. pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota
kelompok medengarkan dengan baik instruksi dari pemimpin kelompok. Pada
tahap ini, peneliti memilih beberapa permainan. Permainan yang pertama adalah
Pasar Loak. Pada permainan ini, anggota kelompok diminta untuk mengambil
barang bekas mana yang dia suka, kemudian memberikan penjelasan kepada
kelomok mengapa dia memilih barang itu. Masing-masing anak akan memilih
barang yang berbeda. Sehingga dari permainan ini, anak akan memahami, bahwa
setiap individu memiliki pemikiran yang berbeda, dan setiap pilihan memiliki
35
alasan. Sehingga dikatakan bahwa individu itu unik. Pasa sesi ini adalah sesi
untuk mengenal diri. Anak yang dapat mengenal dirinya, akan lebih mudah dalam
mengenal dan memahami orang lain yang ada di sekelilingnya.
Permainan yang kedua adalah materi jendela johari yang dikemas dalam
permainan, sehingga anak tidak merasa jenuh dalam mengisi kolom yang telah
disediakan. Permainan ini akan lebih memperjelas akan pengenalan terhadap diri
masing-masing anak.
Permainan yang ketiga adalah menggambar. Pada permainan ini, anak diminta
untuk menggambar bebas, akan tetapi harus ada unsur pohon, rumah dan orang.
Dalam hal ini peneliti meminta bantuan mahasiswa psikologi untuk membantu
penulis memahami arti dari gambar rumah, pohon dan manusia. Pengertian ini
hanya untuk pedoman peneliti saja. Akan tetapi interpretasi ada pada anak sendiri.
Anak akan menceritakan hasil dari gambarnya. Mengapa memilih gambar dan
warna sesuai apa yang mereka gambarkan.
4. Tahap Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran, pemimpin kelomok memimpin refleksi anggota
kelompok setelah mengikuti kegiatan. Kembali lagi bahwa pemimpin kelompok
tidak diharapkan memberikan nasehat, akan tetapi hanya memberikan penguatan
kepada refleksi dari kelompok. Kegiatan ditutup dengan doa.
Pertemuan ke tiga Rabu 16 April 2014
1. Tahap Pembentukan
Pada tahap pembentukan, pemimpin kelomok mengucapkan salam dan ucapan
terimakasih atas kehadiran anak dalam sesi ke tiga ini. Pemimpin kelompok
36
kembali menjelaskan tujuan kegiatan, dan mengajak anak untuk membaca
ikrar/janji kerahasisaan, yang harus ditaati oleh setiap anggota kelompok.
(Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan,
menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota
kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui
oleh orang lain).
2. Tahap Peralihan
Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan kelompok,
serta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian pemimpin kelompok
menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam memasuki kegiatan.
3. Tahap Kegiatan
Pemimpin kelompok menjelaskan cara danaturan permainan. Anggita
kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada
tahap ini peneliti memilih permainan Menyusun balok dan bermain dengan
malam/was. Pada permainan pertama, peserta dibagi menjadi dua kelompok.
Masing-masing kelompok mewakilkan dua dari anggota kelompoknya untuk
mengikuti permainan ini. Peserta diminta untuk saling membelakangi. Peserta
yang bertugas sebagai komunikator menyusun balok sesuai dengan keinginannya,
kemudian memberikan interuksi kepada anggota kelompok yang berada
dibelakangnya untuk mengikuti langkahnya. Akan tetapi tidak boleh ada
komunikasi dua arah. Hanya komunikator saja yang boleh memberikan interupsi.
Melalui permainan ini akan terlihat, bahwa tidak semua yang dilakuakan
seseorang dapat diterima oleh orang lain. Terkadang maksud dan tujuan seseorang
37
dapat disalah artikan oleh orang lain. Sehingga setiap anak perlu memiliki sikap
mengontrol emosi, supaya tidak ada yang dirugikan dan salah mengerti.
Dalam permainan membuat was, peserta diminta untuk membuat ekspresi
wajah, kemudian menceritakan pada keadaan yang seperti apa ekspresi itu keluar
dari dirinya. Kegiatan ini mengajak anak untuk dapat memahami macam-macam
emosi dalam dirinya, dan bagaimana mengatasinya.
4. Tahap Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota
kalompok setelah mengikuti kegiatan. Pemimpin kelompok memberikan
penguatan terhadap refleksi dari anggota kelompok. Kegiatan diakhiri denga doa
penutup.
Pertemuan ke empat, Jumat 18 April 2014
1. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini, pemimpin kelompok menyambut kedatangan anak dengan
menucapkan salam dan terimakasih atas kedatangan anak dalam kegiatan di sesi
ke empat ini. Pemimpin kelompok memimpin dalam doa, dan mengajak anggota
kelompok untuk kembali membacakan ikrar/janji kerahasiaan. (Saya....berjanji,
bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan
merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini
yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang
lain).
2. Tahap Peralihan
38
Pemimpin kelomok menjelaskan kembali kegiatan kelompok serta tata terrib
kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemimpin kelompok menanyakan kesiapan
anggota kelompok dalam memasuki kegiatan pada sesi ke empat.
3. Tahap Kegiatan
Pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota
kelompok mendengarkan dan mengikuti interuksi dari pemimpin kelompok. Pada
sesi ini, permainan yang dipilih adalah Bola Torong dan Piramid Buliding. Pada
permainan bola torong, anggota kelomok diminta untuk bermain bola seperti pada
umumnya, akan tetaip seluruh wajah ditutupi dengan kertas karton ygn dibentuk
seperti corong, sehingga hanya ada 1 lubang kecil untuk melihat. Supaya
kelompok dapat menang, setiap anggota harus bekerjasama untuk memenangkan
pertandingan. Melalui permainan ini, anak diajak untuk memahami bahwa
manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain. Permainan kedua juga memiliki arti yang sama. Dalam permaina kedua,
piramida tidak akan terbentuk apabila tidak ada komunikasi yang baik antara
anggota kelompok. Apabila anggota kelompok egois, maka piramida tidak dapat
terbentuk dengan baik.
4. Tahap Pengakhiran
Pemimpin kelompok meminpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti
kegiatan. Pemimpin kelomok kemudian memberikan penguatan terhadap hasil
refleksi dari anggota kelompok. Pemimpin kelompok tidak diperkenannkan
memberikan saran.nasehat. Kegiatan diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh
anggota kelompok.
39
Pertemuan ke lima, Senin 21 April 2014
1. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini, pemimpin kelompok mengucapkan salam dan ucapan
terimaksih atas kehadiran para anggota kelompok. Pemimpin kelompok
memimpin pertmuan dalam doa.
Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk mambaca ikrar/janji
kerahasiaan yang nantinya harus ditepati oleh anggota kelompok (Saya....berjanji,
bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan
merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini
yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang
lain).
2. Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan, pemimpin kelomok menegaskan tata tertib dalam
kegiatan yang dilaksanakan, serta menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam
memasuki kegiatan.
3. Tahap Kegiatan
Pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota
kelompok mengikuti interuksi yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada sesi
kelima ini, pemimpin kelompok memilih permainan Gobak Sodor dan Air
Mengalir dalam meningkatkan kejujuran anak. Pada permainan Gobak Sodor dan
Air mengalir, melatih anak untuk bersikap jujur. Permainan ini sepenuhnya diatur
oleh anggota kelompok. Pemimpin kelompok hanya mengawasi jalannya
permainan dan menentukan pemenang. Apabila ada anggota kelompok
40
yangmelakiukan kecurangan, pemimpin kelompok hanya melihat dengan
tersenyum Dengan cara ini, anggota kelompok kemudian meminta permainan
diulang, karena sudah bersikap tidak jujur. Tujuan konseling dengan terapi
bermain ini adalah anggota kelompok dapat menyadari dan mengubah perilakunya
dengan dukungan dari peneliti.
4. Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini, kelompok memimpin refleksi anggota kelompok setelah
mengikuti kegiatan. Pemimpin kelompok tidak diharapkan untk memberikan
saran/nasehat. Pemimpin kelompok hanya diperbolehkan untuk memberikan
penguatan atas refleksi yang dilakukan oleh anggota kelompok. Kegiatan diakhiri
dengan doa
Pertemuan ke enam , Selasa 22 April 2014
1. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini pemimpin kelompok mengucapkan salam dan mengucapkan
terimakasih atas kehadiran anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan. Kegiatan
diawali dengan doa yang dipimpin oleh pemimpin kelompok. Pemimpin
kelompok mengajak anggota kelompok membaca ikrar/janji kerahasiaan yang
nantinya harus ditepati oleh setiap anggota kelompok (Saya....berjanji, bahwa saya
sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala
data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).
2. Tahap Peralihan
41
Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiata kelompok
serta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemimpin kelompok
menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam memasuki kegiatan.
3. Tahap Kegiatan
Pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota
kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada
tahap ini peneliti memilih permainan gambar berantai untuk melatih rasa empati
siswa. Pada permainan gambar berantai, setiap anggota kelompok diminta untuk
saling bergantian menggambar objek yang telah ditentukan. Pada kegiatan ini,
anak merasa kesal dan jengkel karena teman yang lain tidak menggambar sesuai
dengan keinginannya. Dari sini anak diajarkan untuk memiliki rasa empati dan
menghargai perasaan orang lain.
4. Tahap Pengakhiran
Pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti
kegiatan. Pemimpin kelompok memberikan penguatan terhadap refleksi dari
anggota kelompok. Setelah kegiatan dirasa dapat diakhiri, pemimpin kelompok
memimpin dalam doa, dan kegiatan diakhiri dengan berjabat tangan.
Petemuan Ke tujuh, Kamis 23 April 2014
1. Tahap Pembentukan
Pada sesi ketujuh ditahap pembentukan, pemimpin kelompok menyambut
kedatangan anggota kelompok dengan memberikan salam dan ucapan trimakasih
atas kehadiran anggota kelompok. Pemimpin kelompok memimpin kegiatan
dengan doa, dan menjelaskan tujuan kegiatan. Pemimpin kelompok mengajak
42
anggota kelompok membaca ikrar/ janji kerahasiaan (Saya....berjanji, bahwa saya
sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala
data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).
2. Tahap Peralihan
Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan kelompok
serta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemimpin kelompok kemudian
menanyakan kesiapan anggota kelmpok dalam mengikuti kegiatan.
3. Tahap Kegiatan
Pada tahap kegiatan, pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan
permainan, Anggota kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin
kelompok. Pada sesi ini penulis memilih permainan Bola Balon untuk
mengingkatkan rasa tanggungjawab anak dalam hal menolong. Permainan ini
secara tidak sengaja memperlihatkan bahwa pada dasarnya manusia itu egois,
maka dari itu sikap tanggungjawab menolong harus dilatih dan ditanamkan sejak
usia dini.
4. Tahap Pengakhiran
Pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti
kegiatan. Setelah semua anggota kelompok menceritakan apa yang didapat dari
kegiatan yang sudah dilaksanakan, pemimpin kelompok memberikan penguatan
atas refleksid ari anggota kelompok. Kegiatan ditutup dengan doa yang dipimpin
oleh anggota kelompok.
Pertemuan ke delapan Jumat 25 April 2014
43
1. Tahap Pembentukan
Pada sesi kedelapan, pemimpin kelompok menyambut anggota kelompok
dengan mengucapkan salam, ucapan termakasih dan memimpin dengan doa.
Pemimpin kelompok menjelaskan tujuan kegiatan dan mengajak untuk
membacakan ikrar/janji yang harus ditepati oleh kelompok. (Saya....berjanji,
bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan
merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini
yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang
lain).
2. Tahap Peralihan
Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan kembali peraturan permainan
dan menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan
selanjutnya.
3. Tahap Kegiatan
Pada pertemuan ke delapan ini, peneliti memilih permainan The Longiest Tie
untuk mengajarkan kepada anak bahwa keputusan sangat penting dalam
melakukan tindakan prososial. Apabila sudah ada keinginan, akan tetapi tidak ada
keputusan untuk menolong, maka tidak akan ada tindakan menolong itu sendiri.
4. Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini, pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelompok
setelah mengikuti kegiatan. Setelah seluruh anggota kelompok memberikan
refleksi pemimpin kelompok memberikan penguatan atas apa yang sudah dibahas
44
oleh kelompok. Apabila dirasa cukup, kegiatan diakhiri dengan doa, yang
dipimpin oleh pemimpin kelompok.
Pertemuan ke sembilan Senin, 28 April 2014
1. Tahap Pembentukan
Pada sesi terakhir dalam pertemuan ini, pemimpin kelompok mengungkapkan
kebahagiaan atas kehadiran anggota kelompok yang konsisten dalam mengikuti
kegiatan. Kegiatan pada sesi terakhir dibuka dengan doa yang dipimpin oleh
pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok kemudian menjelaskan tujuan
kegiatan, dan mengajak anggota kelompok membaca ikrar/janji kerahasiaan yang
harus ditepati oleh seluruh anggota kelompok (Saya....berjanji, bahwa saya
sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala
data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).
2. Tahap Peralihan
Pada tahap ini pemimpin kelompok kembali menegaskan peraturan dari
kegiatan pada hari ini. Pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota dalam
mengikuti kegiatan.
3. Tahap Kegiatan
Pada tahap kegiatan, pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan
permainan. Anggota kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin
kelompok. Pada tahap ini peneliti memilih permainan tradisional “Betengan”
sebagai akhir dari kegiatan untuk menanamkan kepada anak pentingnya memiliki
perilaku prososial dalam bentuk menolong sesama.
45
4. Tahap Pengakhiran
Diakhir kegiatan, pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelomok
setelah mengikuti kegiatan. Setelah seluruh anggota kelompok menyatakan
pendapatnya, pemimpin kelompok memberikan penguatan etrhadap refleksi dari
kelompok.
4.2.4 Test Akhir (Post Test)
Post Test dilaksanakan pada hari Kamis 1 Mei 2014 dengan menyebarkan
skala perilaku prososial anak yang berjumlah 30 item pernyataan pada subyek
penelitian, yaitu 12 anak kelompok usia 10 – 12 tahun PPA AGAPE IO-847
Salatiga dengan 6 anak pada kelompok eksperimen dan 6 anak pada kelompok
kontrol.
Tabel 4.4 dibawah ini akan menjelaskan mengenai skor pre test dan post test
perilaku prososial kelompok eksperimen
Tabel 4.4 Hasil pre test dan post test perilaku prososial pada kelompok eksperimen.
Pre test Post test
No. Jenis
kelamin
Skor Kategori Skor Kategori
1. Perempuan 53 Sangat rendah 91 Sangat tinggi
2. Perempuan 52 Sangat rendah 96 Sangat tinggi
3. Perempuan 63 Rendah 101 Sangat tinggi
4. Perempuan 66 Rendah 83 Tinggi
5. Perempuan 65 Rendah 99 Tinggi
46
6. Perempuan 69 Rendah 89 Tinggi
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat peningkatan skor skala perilaku
prososial masing-masing subjek penelitian pada kelompok eksperimen. Skor skala
konsep diri pre test kelompok eksperimen menyatakan bahwa dari enam subjek
penelitian, 2 anak memiliki perilaku prososial yang sangat rendah yaitu skor
antara 52 – 53, dan 4 anak memiliki perilaku prososial rendah yaitu skor antara 63
– 69. Sedangkan pada hasil post test skala perilaku prososial yang telah
disebarkan, diketahui bahwa skor perilaku prososial masing-masing anak
meningkat. anak memiliki kategori tinggi yaitu skor antara 83 – 99, dan 3 anak
memiliki kategori sangat tinggi yaitu skor antara 91 – 101. Hasil pre test dan post
test kelompok eksperimen akan dianalisis dengan menggunakan Statistical
Product and Service Solution for Windows (SPSS) versi 16.0.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Analisis Perilaku Anak
Analisis perilaku anak diperoleh melalui hasil observasi yang dilakukan
penulis ketika pemberian tretment pada kelompok eksperimen, yaitu anak yang
memiliki perilaku prososial rendah dan sangat rendah.
1) TK
Pertemuan 1
Pada pertemuan pertama, TK mengikuti permainan dengan semangat. Akan tetapi
tidak senang mendengarkan interuksi dari peneliti. TK tertawa-tertawa bersama
etman-temannya dan tidak mengindahkan apa yang dikatakan peneliti. Krena pada
47
pertemuan pertama diisi dengan sesi Ice Breaking, maka peneliti membiarkan saja
anak bergerak senatural mungkin, sehingga tercipta kenyamanan antara anak dan
peneliti dan antar anak.
Pertemuan 2
Pertemuan yang kedua TK masih melakukan hal yang sama. TK bermain-main
sendiri dan kurang mengindahkan peneliti. TK akan menurut apabila peneliti
mulai bersuara lebih keras. Akan tetapi setelah beberapa menit, TK akan
mengulangi perilakunya. Pada pertemuan kedua, TK sering menjahili temannya.
Dalam permainan jendela johari, TK yang seharusnya tidak boleh melihat tulisan
temannya, malah mengambil kertas yang sedang ditulis oleh temannya. Pada
pertemuan kedua ini, masih belum ada tanda-tanda perubahan pada diri TK
Pertemuan 3
Pertemuan ketiga adalah menyusun balok. TK mendapat giliran kelomok kedua
dalam menyusun balok. TK mulai tertarik dan berkonsentrasi dengan permainan.
Meskipun ketika menjadi penonton saat temannya bermain, TK lebih sering
mengejek dan mengeluarkan kata-kata kasar.
Pertemuan 4
Pertemuan keempat adalah bola torong. Pada saat persiapan TK sering sekali
menjahili temannya dan bertindak seenaknya sendiri. Akan tetapi ketika
permainan dimulai, TK melaksanakannya dengan serius. TK menunjukkan sedikit
48
perubahan perilaku pada saat permainan bola torong. TK bermain dengan antusias
dan mengikuti interuksi dari peneliti
Pertemuan 5
Pertemuan kelima adalah gobak sodor dan air mengalir. Pada pertemuan ini
sangat terlihat perubahan pada TK. Pada permainan gobak sodor dan air mengalir,
Peneliti tidak berkomentar atas kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh
anggota kelompok TK. Akan tetapi TK menyadari sendiri bahwa anggotanya
melakukan kecurangan, kemudian TK meminta ijin kepada peneliti untuk
mengulangi permainan, karena merasa tidak sportif. Peneliti memberikan
apresiasi kepada TK atas perbuatannya ini
Pertemuan 6
Pertemuan keenam Perilaku TK mulai berubah. TK lebih senang mendengarkan
apa yang dikatakan peneliti. Pada permainan gambar berantai, TK lebih sering
menegur temannya untuk tidak berbuat curang dan tidak berisik. Terlihat bahwa
TK mulai menunjuukkan perubahan yang baik pada pertemuan ini
Pertemuan 7
Pada permainan ini semua anak masih terlihat egois, termasuk TK. Akan tetapi,
pada tahap refleksi, kemudian TK mulai menyadari arti dan inti dari permainan.
Pertemuan 8
49
Pertemuan ke delapan adalah sesi dimana anak diajarkan untuk mengambil
keputusan dalam menolong. TK mengikuti permainan panjang-panjangan dengan
antusias. Sampai-sampai semua barang yang ada didalam tasnya, dan yang
menempel ditubuhnya TK lepaskan, supaya kelompoknya bisa memenangkan
pertandingan. TK memperilatkan perubahan cara berbicara dan mulai menghargai
peneliti
Pertemuan 9
Pada pertemuan terakhir, terlihat bahwa TK mulai lebih tenang, menurut, dan
mengurangi kata-kata kasar yang biasanya sering diucapkan. Apabila pada awal
pertemuan TK selalu bersungut-sungut dan tidak mau melihat wajah peneliti, akan
tetapi pada pertemuan ini TK lebih ceria dan terlihat segar.
2) SK
Pertemuan 1
Pada pertemuan pertama, SK terlihat sangat agresif. Walaupun pada setiap
permainan SK mengikuti dengan semangat dan antusias, akan tetapi SK susah
untuk diatur, dan lebih sering memukul temannya.
Pertemuan 2
Pada pertemuan kedua, SK terlihat seperti penasaran saja dengan permainan apa
yang akan diberikan oleh peneliti. Pada permainan jendela johari ini, SK tidak
bersungguh-sungguh dalam mengikuti permainan. SK mengejek temannya dan
50
menjahili temannya. Akan tetapi setelah temannya usai melaksanakan tugas, SK
mau mengerjakan tugasnya
Pertemuan 3
Pada pertemuan ketiga, SK mendapatkan giliran pertama dalam menyusun balok.
SK mulai senang dengan permainan, dan mulai mau mendengarkan peneliti. Pada
saat sesi refleksi SK terliaht sungguh-sungguh dalam mendengarkan temannya
yang menceritakan apa yang mereka peroleh melalui permainan yang telah
dilakukan
Pertemuan 4
Pada pertemuan keempat, SK menunjukkan perubahan yang sangat drastis.
Permainan bila torong ini, SK mengikuti dengan baik. SK hanya beberapa kali
terliaht menjahili temannya.
Pertemuan 5
Pada air mengalir, SK kembali tidak bersungguh-sungguh mengikuti permainan.
SK berlari-lari dan membuang-buang ari yang ada. Akan tetapi pada saat refleksi,
seperti pada pertemuan ketiga, SK mulai diam dan mendengarkan temannya
dengan seksama.
Pertemuan 6
Pada permainan gambar berantai, SK terlihat tidak sabar dengan temannya yang
tidak menggambar sesuai dengan keinginnannya. Sk mulai berteriak-teriak, akan
51
tetapi mau mengindahkan peneliti. Apabila peneliti mulai menegur, maka SK
akan menurut dan diam.
Pertemuan 7
Pada permainan ini semua anak masih terlihat egois, termasuk TK. Akan tetapi,
pada tahap refleksi, kemudian SK mulai menyadari arti dan inti dari permainan.
Pertemuan 8
Pada permainan ini, SK terlihat rgau-ragu dalam meminjamkan apa yang
dimilikinya untuk kelompok. Akan tetapi atas desakan temannya, SK mau
meminjamkan peralatan dan bajunya. SK mulai menunjukkan sedikit perubahan
dengan tidak berteriak-teriak dan berbicara kasar.
Pertemuan 9
Pada pertemuan terakhir, terlihat bahwa SK senang dan antusias. SK bahkan
meminta temannya untuk teratur dan mendengarkan peneliti. SK mulai sering
tersenyum dan malu apabila melakukan kecurangan.
3) EN
Pertemuan 1
EN adalah anak yang sangat aktif, lebih aktif dari teman-teman yang lain. EN
lebih sering jail kepada teman dan mengolok-olok teman. Pada pertemuan
pertama, EN berperilaku seperti teman-temannya yang lain, yaitu seenaknya
sendiri.
52
Pertemuan 2
Pada permainan kedua, EN selalu tidak menerima apa yang diberikan oleh
peneliti. EN meminta apa yang diinginkannya, dan marah apabila tidak diberikan.
EN masih terlihat kurang sopan.
Pertemuan 3
Pertemuan ketiga adalah menyusun balok. EN mendapatkan giliran pertama dan
menyusun balok. EN terlihat senang mengikuti permainan ini. EN mengikuti sesi
ketiga dengan baik. Meskipun masih sering jail terhadap temannya, akan tetapi
tidak seperti pada pertemuan pertama. EN mulai mau mendengarkan peneliti.
Pertemuan 4
Pada permainan bola torong, EN sempat terluka karena kecerobohannya sendiri.
EN banyak bergerak dan berlai kesana sini, padahal permainan belum dimulai,
sehingga EN menabarak, dan torong yang dipakai menggores wajahnya. Akan
tetapi EN tidak menangis, justru EN lebih tenang dan lebih tertib.
Pertemuan 5
Pada pertemuan kelima, EN bermain gobak sodor dengan tertib. EN terlihat
gembir dan antusias mengikuti permainan. Pada permainan bola air, EN merasa
diperlakukan curang oleh temannya, sehingga permainan diulang dari awal. Pada
tahap refleksi, EN menceritakan apa yang EN peroleh dari permainan.
53
Pertemuan 6
Pada sesi ini, EN menunjukkan perubahan perilaku, sama seperti teman-temanya
yang lain. EN antusias dan menegur temannya yang tidak menurut atau tidak mau
mendengarkan peneliti. Pada pertemuan ini, terlihat bahwa beberapa anak mulai
menunjukkan perubahan.
Pertemuan 7
Pada pertemuan ketujuh, terlihat bahwa semua anak masih belum menyadari arti
dari permainan. Demikian juga EN. EN terlihat egois dan ingin menang sendiri.
Akan tetapi pada saat refleksi, EN mulai menyadari apa yang menjadi inti dari
permaiann.
Pertemuan 8
Pertemuan ke delapan adalah sesi dimana anak diajarkan untuk mengambil
keputusan dalam menolong. EN mau memberikan apa saja yang dimiliki. Bahkan
seluruh isi tasnya dikeluarkan untuk membantu teman-temannya supaya
kelompoknya menang. Hal ini terlihat baik. EN tidak berpikir panjang untuk
menolong teman-temannya.
Pertemuan 9
Pada pertemuan terakhir, EN datang dengan gembira dan lebih tertib. EN lebih
sopan dalam berbicara. Meskipun masih sering menjahili temannya, akan tetapi
tidak sesering pada awal pertemuan.
54
4) KR
Pertemuan 1
KR memliki postur tubuh yang lebih besar dari teman-teman yang lainnya. KR
ditakuti oleh teman yang lain, karena perkataannya yang kasar dan perilakunya
yang kasar terhadap teman-teman yang lainnya. Pada sesi ini, KR banyak
menenatang peniliti dan memberikan pendapat yang semaunya sendiri.
Pertemuan 2
Pada pertemuan kedua KR belum menunjukkan perubahan. KR masih beringas
dan semaunya sendiri. Meskipun KR mengikuti permainan sampai selesai, akan
tetapi selalu membantah apa yang dikatakan oleh peneliti.
Pertemuan 3
Pada saat permainan menyusun balok, KR mulai terlihat lebih lembut dari
biasanya. KR bersemangat mengikuti permainan dan sering tertawa. Akan tetapi
apabila ada teman yang melakukan kesalahan, KR akan marah dan mencaci maki
temannya.
Pertemuan 4
Pada pertemuan keempat, KR bermain bola torong seenangknya sendiri. Torong
yang dipakai oleh KR di sodokkan kepada temannhya, sehingga temannya terjatuh
dan menangis. KR telihat menyesali perbuatannya, dan mulai tertib pada sesi ini.
Pertemuan 5
55
Pada permainan gobak sodor dan bola air, KR serius dalam mengikuti permainan.
KR mulai tidak mau ada temannya yang berbuat curang. Meskipun KR mulai mau
mendengarkan peneliti, akan tetapi masih sering memarahi dan memukul teman
yang dia anggap tidak benar.
Pertemuan 6
Pada sesi keenam, KR lebih sering diam. Akan tetapi ketika temannya tidak
melakukan apa yang diinginkannya, KR kembali marah dan membentak
temannya. Akan tetapi kali ini tidak dengan memukul.
Pertemuan 7
Pada pertemuan ketujuh telihat bahwa KR menyadari arti dari permainan. Akan
tetapi karena teman-temannya yang lain berkompetisi, maka KR mengikuti alur
dari teman-temannya. Pada saat refleksi, KR mulai banyak berbicara dan
memberikan pendapat.
Pertemuan 8
Pada pertemuan ke delapan terlihat perubahan pada diri KR. KR mulai
mengurangi bebicara dengan membentak. KR sering bercanda dengan teman dan
peneliti.
Pertemuan 9
Pada pertemuan kesembilan, KR lebih sering berbicara pada saat refleksi. Refleksi
pada sesi ini lebih lama dari biasanya, karena setiap anggota kelompok
56
menceritakan dengan antusias apa saja pelajaran yang diperoleh selama sembilan
kali pertemuan.
5) EL
Pertemuan 1
EL anak yang pendiam, yang lebih sering mengomentari temannya dari belakang.
EL tidak berani mengekspresikan perasaannya didepan temannya. Apabila EL
tidak suka sesuatu, maka dia akan cemberut sampai akhir sesi. Pada sesi pertama
ini, EL mengikuti permainan dengan bersemangat. Akan tetapi apabila ada
temannya yang melakukan kesalahan, EL cemberut dan tidak bersemangat lagi.
Pertemuan 2
Pertemuan kedua EL mengikuti permainan dengan baik, EL mengikuti permainan
dengan tertib. Akan tetapi EL kurang memperhatiakn interuksi dari peneliti,
sehingga EL melakuakn kesalahan saat permainan.
Pertemuan 3
Permainan menyusun balok, EL mendapatkan giliran pertama dalam permainan.
EL serius mengikuti permainan. Pada saat sesi refleksi, EL terlihat banyak
berbicara dan mengutarakan pendapat. Dari pendapat yang diutarakan EL, terlihat
bahwa EL memahami apa maksud dari permainan.
Pertemuan 4
57
Pada saat permainan bola torong EL menurut dan tertib dalam mengikuti
permainan. Beberapa hal yang tidak EL mengerti diatanyakan kepada peneliti.
Berbeda pasa saat awal-awal pertemuan EL tidak mau bertanya dan hanya bisik-
bisik dengan temannya saja.
Pertemuan 5
EL mengaku belum pernah memainkan permainan gobak sodor, sehingga EL
terlihat canggung. Meskipun pada akhirnya EL menikamti permainan. Pada saat
sesi refleksi, EL mulai mengerti apa arti dari permainan pada pertemuan kelima.
Pertemuan 6
Pada sesi ini, EL menunjukkan perubahan perilaku, sama seperti teman-temanya
yang lain. EL antusias dan menegur temannya yang tidak menurut atau tidak mau
mendengarkan peneliti. Pada pertemuan ini, terlihat bahwa beberapa anak mulai
menunjukkan perubahan.
Pertemuan 7
Pada pertemuan ketujuh, EL mengikuti saja arus dari permainan. El mengikuti
permainan seperti teman-temannya yang lain. EL mulai sering bebicara dan mulai
sering mengungkapkan perasaannya.
Pertemuan 8
Pada sesi ini, EL masih sering lama berpikir ketika akan meminjamkan barangnya
untuk membantu kelompok. Teman-teman EL harus marah-marah terlebih dahulu
58
supaya EL mau meminjamkan barangnya. Pada sesi refleksi, EL mulai menyadari
bahwa perilakunya salah, melalui pernyataannya.
Pertemuan 9
Pada pertemuan terkahir. EL mulai terlihat bersemangat dan banyak bicara. EL
terlihat mulai beradaptasi dengan kelompok dan dengan peneliti. EL mengikuti
permainan dengan semangat. Pada saat refleksi EL terlihat lebih banyak bicara
dari sebelumnya. EL memahami arti dari sembilan pertemuan yang telah
dilaksanakan.
6) DN
Pertemuan 1
Pada awal pertemuan, DN sering marah-marah sendiri dan tidak mau menurut
kepada peneliti. Saat Ice Breaking DN lebih senang bermain-main sendiri. DN
selalul membantah apa yang dikatakan oleh peneliti.
Pertemuan 2
DN masih bersikap sama pada pertemuan kedua. DN sering mengajak temannya
utnuk tidak mengikuti peraturan.
59
Pertemuan 3
Pada pertemuan ketiga, DN tertarik dengan permainan menyusun balok. Peneliti
selalu memberikan apresiasi ketika DN melakukan tindakan yang baik. DN mulai
mau mendengarkan peneliti, dan mengikuti permainan dengan baik.
Pertemuan 4
Pada permainan ini, DN menunjukkan sikap yang baik. DN membantu peneliti
dalam mempersiapkan permainan. DN mulai lebih sering bertanya dan berada di
dekat peneliti, serta menurut.
Pertemuan 5
DN bersikap sangat baik dari biasanya. DN akan menegur temannya yang tidak
tertib dan berusaha mengikuti permainan dengan baik. DN membantu teman yang
kesulitan membawa peralatannya, dan membantu peneliti apabila terlihat kesulitan
dalam mempersiapkan permainan.
Pertemuan 6
Pada sesi ini, DN mengikuti permainan dengan baik dan tertib. DN sangat cepat
menunjukkan perubahan perilaku. Apabila ada teman yang tidak melaksanakan
tugas sesuai dengan harapan DN, maka DN hanya terdiam saja dan beruasaha
untuk bersabar.
Pertemuan 7
60
Pada pertemuan ketujuh, DN mengikuti teman-teman yang lain untuk
berkompetisi. Akan tetapi pada saatrefleksi, DN menunjukkan sikap yang baik
dan memberikan tanggapan yang baik. Dari tanggapan DN terlihat bahwa DN
memahami arti dari permainan pada sesi ini.
Pertemuan 8
Pada saat permainan panjang-panjangan, DN sangat bersemangat dalam
membantu kelompok. DN memberikan semangat kepada teman yang lain dan
berusaha dengan sangat keras untuk membantu temannya. DN berlari kesana
keamri untuk mencari benda-benda yang bisa membantu kelompoknya untuk
menang.
Pertemuan 9
Pada sesi terakhir, DN terlihat bersedih karena mengetahui bahwa pertemuan
berakhir. Pada permainan terakhir, DN terlihat kurang bersemangat. Akan tetapi
pada saat refleksi, DN mulai kembali bersemangat dan memberikan pendapat
mengenai sembilan sesi yang telah dijalani. DN menunjukkan perubahan yang
terlihat sangat baik, dibanding pada awal pertemuan.
4.3.2 Analisis Hasil Pre-Test dan Post-Test
Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data yang
dianalisis adalah data skor post test skala sikap perilaku prososial kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 4.4 merupakan perbandingan hasil post
test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
61
Tabel 4.5 Tabel perbandingan hasil post test skala perilaku prososial pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
No. Jenis
kelamin
Skor Kategori No. Jenis
kelamin
Sk
or
Kategori
1. Perempuan 91 Tinggi 1. Perempuan 68 Rendah
2. Perempuan 96 Sangat tinggi 2. Perempuan 57 Sangat Rendah
3. Perempuan 101 Sangat tinggi 3. Laki-laki 63 Rendah
4. Perempuan 83 Tinggi 4. Laki-Laki 54 Sangat Rendah
5. Perempuan 99 Sngat tinggi 5. Laki-Laki 69 Rendah
6. Perempuan 89 Tinggi 6. Laki-Laki 59 Sangat Rendah
Berikut merupakan hasil analisis data perbadingan hasil post test skala
perilaku prososial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji
menggunakan Analisis data Mann Whitney.
Ranks
Kelompok N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Pros
os
kelompok
eksperimen 6 9.50 57.00
kelmopok kontrol 6 3.50 21.00
Total 12
Test Statisticsb
prosos
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.887
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
62
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .002
a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa
terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol. Setelah diberikan treatment berupa terapi bermain pada kelompok
eksperimen, mean rank hasil skala perilaku prososial pada kelompok ini
berjumlah 9.50. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
treatment, memiliki mean rank 3.50. Dapat dilihat bahwa mean rank hasil skala
perilaku prososial kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan mean rank
hasil skala perilaku prososial kelompok kontrol.
Berdasar hasil analisis diatas, diketahui bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara hasil skala perilaku prososial kelompok eksperimen dengan skala
perilaku prososial kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
Asymp. Sig (2-tailed) hasil analisis berjumlah 0.004 < 0.01.
Tabel 4.6 Hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post tes skala
perilaku prososial pada kelompok ekperimen
Ranks
Kelom
pok N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
63
Prososi
al
pre
test 6 3.50 21.00
post
test 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
prososi
al
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.882
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .002
a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0 diketahui bahwa
terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test skala perilaku
prososial pada kelompok eksperimen. Mean rank pre test skala perilaku prososial
adalah 3.50 sedangkan mean rank post test skala perilaku prososial adalah 9.50.
Sehingga mean rank hasil post test skala perilaku prososial lebih tinggi dibanding
hasil pre test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen.
4.4 Uji Hipotesis
64
Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada peningkatan perilaku prososial
yang signifikan pada anak PPA AGAPE IO-847 Salatiga melalui terapi bermain.
Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed)
0.004 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selain itu, ada peningkatan perilaku
prososial yang signifikan, dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre test dan
post test kelompok eksperimen dengan hasil 0.004 < 0.01 sehingga dinyatakan
signifikan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka hipotesis yang diajukan
peneliti dapat diterima.
4.5 Pembahasan
Terapi bermain yang diberikan kepada kelompok eksperimen terdiri dalari 9
sesi pertemuan. Penyususnan topik layanan berdasarkan pada aspek-aspek
perilaku prososial menurut Eisenberg (Dalam Dayakisni, 2011). Aspek-aspek
perilaku prososial yaitu : Sharing (membagi), Cooperative (kerjasama), donating
(menyumbang, helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity
(kedermawanan), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.
Dalam setiap sesi terapi bermain dilakukan evaluasi dengan melibatkan
pengamat yang ditugaskan untk mengamati kegiatan. Dengan menggunakan hasil
pengamatan diketahui bahwa di setiap sesi terapi bermain, kelompok selalu
antusias dan bersemangat, serta mencapai tujuan yang diharapkan. Setelah
sembilan sesi selesai dilaksanakan, penulis menyebarkan skala sikap perilaku
prososial kepada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok
65
kontrol sebagai post test. Hasil dari post test akan menjadi pembanding antare
kedua kelompok tersebut. Berdasarkan hasil post test, diketahui bahwa terjadi
peningkatan perilaku prososial pada kelompok eksperimen. Hal tersebut diketahui
dari hasil analisis data skor pre test dan post test pada kelompok eksperimen.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis dalam
hal menningkatkan perilaku prososial melalui terapi bermain, maka dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan yang signifikan perilaku prososial anak kategori rendah
dan sangat rendah. Pada studi pendahuluan awal, ditunjukkan data bahwa lebih
dari 50% anak memiliki perilaku prososial yang rendah dan sangat rendah. Hal ini
perlu dicermat bagi pendidik dan orangtua. Seperti yang telah dijelaskan di awala,
bahwa anak mulai bersosialisasi dengan lingkungan dan lebih banyak
bersosialisasi dengan lingkungan diluar keluarganya, pada masa usia sekolah
dasar. Apabila dalam perkembangan ini, anak tidak menunjukkan perilaku
prososial bahkan menyimpang, maka lingkungan tidak akan menrimanya, dan
perkembangan anak akan terganggu.
Eisenberg dan mussen (1989) menyatakan bahwa anak yang telah
dikembangkan kapasitasnya untuk mengetahui apa yang „benar‟ belum tentu akan
terlibat dalam perilaku prososial. Karena perilaku prososial membutuhkan
keterampilan dan motivasi untuk dapat melakukannya. Keterampilan dan motivasi
anak dalam meningkatkan perilaku prososial seharusnya didapatkan anak di
rumah dan sekolah. PPA sebagai pusat pengembangan anak juga turut serta dalam
66
melatih anak dalam pencapaian tugas perkembangannya, dalam hal ini
perkembangan sosialnya.
Dari data yang telah penulis peroleh, terapi bermain efektif dalam
meningkatkan perilaku prososial anak, sehingga pendidik atau PPA dapat
menggunakan teori ini sebagai alat untuk membantu anak mencapai perilaku
prososial. Dunia anak tidak dapat lepas dari permainan. Anak akan lebih peka dan
lebih tertarik dengan bermain. Dengan bermain pula, anak dapat mengekspresikan
emosinya secara natural dan leluasa.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain
dapat meningkatkan perilaku prososial anak.
top related