BAB III KH. ASRORI ISHAQI DAN KIPRAHNYA DALAM THAREKAT ...digilib.uinsby.ac.id/4421/6/Bab 3.pdf · hasilkan semasa hidupnya, bahkan kitabnya yang berjudul Manaqib dan al-Iklil: Mahkota
Post on 29-Oct-2019
0 Views
Preview:
Transcript
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
BAB III
KH. ASRORI ISHAQI DAN KIPRAHNYA DALAM THAREKAT
QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH AL-USTMANIYAH
A. Biografi KH. Asrori Ishaqi
KH. Asrori Ishaqi1 dilahirkan di Surabaya pada tanggal 17 Agustus
1951. Dia merupakan putra yang ke-lima2 dari sepuluh bersaudara. Ia
merupakan putra dari KH. Utsman al-Ishaqi dan Nyai Siti Qomariah. KH.
Utsman Al-Ishaqi merupakan seorang ulama kharismatik dan mursyid
Thariqat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah pertama kali di Surabaya.3 Nama al-
Ishaqi dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena KH.
Utsman al-Ishaqi masih keturunan Sunan Giri.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia merupakan keturunan
Maulana Ishaq ke-15, sekaligus merupakan keturunan Rasulullah Saw yang
ke-38.4 Pada umur 38, KH. Asrori Ishaqi menikah dengan Dra. Hj. Moethia
1. Beberapa sumber menyebutnya dengan KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi, hal ini juga tertulis dalam
karyanya, al-Muntaqabat fi Rabitah al-Qalbiyah wa Silati al-Ruhaniyah. Namun dalam penelitian
ini penulis cukup menggunakan nama KH. Asrori Ishaqi, karena hal ini sudah mafhum dikalangan
masyarakat secara umum. 2. Thoha Hamim, Resolusi Konflik Islam Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2007), 277. 3. Ibid, 277. KH. Utsman al-Ishaqi merupakan salah satu murid kesayangan KH. Romli Tamim
Rejoso, Jombang. Ia mendapat ijazah mursyid dari KH. Romli bersama Kiyai Makki Karangkates
Kediri dan Kiai Bahri asal Mojokerto. Kemudian sepeninggal Kiai Musta’in (sekitar tahun 1977),
beliau mengadakan kegiatan sendiri di kediamannya Sawah Pulo Surabaya. Lihat ……,
(http://blog.its.ac.id/syafii/2009/08/30/mengenang-kh-ahmad-asrori-ustman-al-ishaqy-sang-
mursyid-thoriqoh-qodiriyah-naqsabandiyyah). Diunduh pada 23 Juni 2015 pukul 22.21 Wib. 4. Silsilah keturunan itu dapat dilihat sebagai berikut: Ahmad Asrori Al Ishaqi – Muhammad
Utsman – Surati – Abdullah – Mbah Deso – Mbah Jarangan – Ki Ageng Mas – Ki Panembahan
Bagus – Ki Ageng Pangeran Sedeng Rana – Panembahan Agung Sido Mergi – Pangeran Kawis
Guo – Fadlullah Sido Sunan Prapen – Ali Sumodiro – Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri – Maulana Ishaq – Ibrahim al-Akbar – Ali Nurul Alam – Barokat Zainul Alam – Jamaluddin al-
Akbar al-Husain – Ahmad Syah Jalalul Amri – Abdullah Khan – Abdul Malik – Alawi –
Muhammad Shohib Mirbath – Ali Kholi’ Qasam – Alawi – Muhammad – Alawi – Ubaidillah –
Ahmad al-Muhajir – Isa al-Naqib al-Rumi – Muhammad al-Naqib – Ali al-Uraidli – Ja’far al-
Shodiq – Muhammad al-Baqir – Ali Zainal Abidin – Hussain Bin Ali – Ali Bin Abi Thalib /
Fathimah Binti Rasulullah Saw. Lihat …….., (http://kuliexim.blogspot.com/2011/11/tentang-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
Setjawati. dikaruniai dua orang putra dan tiga orang putri, yakni: Siera
Annadia, Sefira Assalafi, Ainul Yaqien, Nurul Yaqien dan Siela Assabarina.
KH. Asrori Ishaqi wafat pada usia 58 tahun. Ia wafat pada hari Selasa,
26 Sya’ban 1430 H atau 18 Agustus 2009 pukul 02:20 dan dimakamkan di
kompleks Pondok Pesantren Al- Fithrah pada pukul 10.30 WIB. Sebagaimana
diberitakan oleh detik.com yang dimuat pada hari Selasa, 18 Agustus 2009, ia
meninggal dunia karena sakit komplikasi. Sebelum meninggal, dia juga
sempat menjalani operasi dan menjalani check up di Singapura.5
Sebagai seorang tokoh tersohor, pemakamannya dihadiri oleh ribuan
orang dari berbagai pelosok tanah air, bahkan Suliso Bambang Yudoyono
yang saat itu masih menjabat sebagai presiden, mengirimkan karangan bunga
sebagai tanda duka cita atas meninggalnya KH. Asrori Ishaqi. Beberapa
karangan bunga lainnya berasal dari Gubernur Jawa Timur, Sekretaris
Pemkot Surabaya dan para pengasuh pondok pesantren se-Jawa Timur.6
1. Genealogi Keilmuan KH.Asrori Ishaqi
Sebagaimana putra seorang kiai besar lainnya, KH. Asrori Ishaqi
menjalani pendidikan dengan unik. Ia hanya menerima pendidikan formal
sampai kelas 3 SD (Sekolah Dasar) saja. Sementara dalam pendidikan
agama, sejak kecil ia belajar di pesantren sang ayah (KH. Ustman al-
Ishaqi) di Sawah Pulo Surabaya, baru ketika umurnya genap 15 tahun,
syeikh-asrori-bin-utsman-al.html, bandingkan dengan: http://teguhrahardjo-
st.blogspot.com/2011/07/kh-achmad-asrori-al-ishaqi.html. diakses pada 23 Juni 2015 pukul 21.30) 5. http://teguhrahardjo-st.blogspot.com/2011/07/kh-achmad-asrori-al-ishaqi.html. (diakses pada 23
Juni 2015 pukul 22.04). 6. Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
ayahnya meminta dirinya untuk belajar ke pondok pesantren Darul Ullum
Rejoso Jombang yang dipimpin oleh KH. Musta’in Romli.7
Karena hubungan erat antara ayahnya dengan keluarga KH. Tamim
Romli, pada dasarnya KH. Asrori Ishaqi tidak ingin belajar atau mondok
di pesantren Darul Ulum. Dia merasa keberatan ketika ayahnya meminta
untuk mondok di pondok pesantren Darul Ulum atau belajar pada Kiai
Romli Tamim (putra KH. Tamim Romli), dengan alasan tidak mau
diistimewakan ketika di pondok. Dia juga tidak mau dianggap sebagai
putra kiai. KH. Asrori Ishaqi ingin menjadi santri biasa dan dianggap
seperti santri-santri yang lainnya. Tetapi, sang ayah tetap mendesaknya
untuk belajar di pondok pesantren Darul Ulum.8
Selama belajar di pondok pesantren Darul ulum, ia dikenal sebagai
santri yang cukup tekun dalam belajar, selain itu ketika ngaji bandongan,
ia selalu mengambil tempat di depan. Bahkan, ia juga mampu menguasai
Bahasa Inggris dengan baik, walaupun tidak mengikuti pendidikan formal
secara resmi. Namun, KH. Asrori Ishaqi menetap di pondok pesantren ini
hanya selama satu bulan.
Setelah dari pondok pesantren Darul Ulum, KH. Asrori Ishaqi
pindah ke pondok pesantren di Bendo Pare Kediri yang di pimpin oleh
KH. Hayatul Maki. Di pondok ini, ia belajar kurang lebih selama satu
7. KH. Ustman al-Ishaqi (ayah KH. Asrori Ishaqi) juga pernah mondok di Pesantren ini pada masa
kepemimpinan KH. Tamim Romli (ayah KH. Musta’in Romli), bahkan berdasarkan beberapa
sumber KH. Ustman al-Ishaqi merupakan murid kesayangan dari KH. Tamim. Wawancara dengan
Ustadz Ahmad Syatori (pada 26 Juni 2015). Ia adalah salah satu murid terdekat KH. Asrori Ishaqi. 8. http://wilayyahallah.blogspot.com/2011_04_08_archive.html. (diakses pada 23 Juni 2015 pukul
22.31).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
tahun. Sebagai calon Kiai Besar, proses belajar KH. Asrori Ishaqi
tergolong pola belajar yang nyentrik. Ia sering berpindah-pindah pondok,
bahkan ia pernah mondok hanya selama satu minggu. Hal itu dikarenakan
KH. Asrori Ishaqi mau dijadikan menantu oleh Kiai yang memimpin
pondok tersebut, tetapi Kiai Asrori melarikan diri dan pindah ke pondok
lain.9 Setelah belajar di berbagai pesantren, KH. Asrori Ishaqi kembali
belajar kepada ayahnya di Surabaya.10
9. Dalam beberapa sumber dalam rihlah keilmuan KH. Asrori Ishaqi selalu berpindah dari pondok
yang satu ke pondok yang lain, namun dari sumber-sumber tersebut tidak disebutkan secara jelas,
ia pernah nyantri ke pondok mana saja, kecuali ia mondok ke Darul Ulum dan ke pondok
pesantren pimpinan KH. Hayatul Maki, Bendo Pare Kediri. 10. https://kumpulanbiografiulama.wordpress.com/2013/01/09/ Biografi-KH.-Ahmad-Asrori-Al-
ishaqi-Kedinding-Lor-Surabaya. (Diakses pada 23 Juni pukul 22.24).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
GENEOLOGI KEILMUAN KH. ASRORI ISHAQI11
Keterangan:
= Hubungan guru murid (secara langsung)
= Hubungan sahabat
= Hubungan guru murid (secara tidak langsung)12
11. Diolah dari KH. Asrori Ishaqi , Setetes Embun Penyejuk Hati, (Surabaya : Al-Wafa, 2009), 84-86. KH. Asrori Ishaqi, al-Muntakhabat fi Rabitha al-Qolbiyah wa Shilathi al-Ruhaniyah. Terj.
Muhammad Musyafa’ bin Mudzakir bin Sa’id, dkk. (Surabaya: al-Wafa, 2009), 67, 70, .
Muhammad Rahmatullah, Jihad ala KH. Hasyim Asy’ari, (Surabaya: Imtiyaz, 2014), 80, 98.
Akhria Nazwar, Syekh Ahmad Khatib: Ilmuan Islam Permulaan Abad Ini (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1983), 19 dan 93. Dan beberapa sumber yang disebutkan di atas. Table ini bukan bentuk
final, maka ketika di kemudian hari ditemukan sumber-sumber pendukung, masih dapat berubah.
KH. Hayatul Maki
(Bendo Pare Kediri)
Syekh Muhammad Utsman
Al-Ishaqi
Syekh Abi Ishomuddin
Muhammad Romli Tamim
Syekh Kholil Rejoso
Syekh Hasbullah
Syekh Ahmad Khotib
Sambas
KH. Musta’in Romli
KH. Asrori Ishaqi
KH. Hasyim Asy’ari
Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Syekh Ibn ‘Arabi
Hujjat al-Islam imam al-Ghazali
Syekh Abu al-Qasim Junaid al-Bagdadi
Syekh Ibn Athoillah al-Sakhandari
Imam Suhrawardi
Syekh Nawawi al-Bantani
Syekh Mahfud Tarmasi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
2. Karya-Karya KH.Asrori Ishaqi
KH. Asrori Ishaqi selain terkenal sebagai mursyid tarekat
Qadiriyah wa Nakhsabandiyah al-Ustmaniyah, ia juga termasuk tokoh sufi
yang cukup produktif. Hal ini dibuktikan dengan puluhan kitab yang ia
hasilkan semasa hidupnya, bahkan kitabnya yang berjudul Manaqib dan
al-Iklil: Mahkota Tahlil telah dicetak sembilan kali dan setiap cetak itu
mencapai 10.000 kitab. Karya-karya KH. Asrori Ishaqi tersebut antara
lain:
a. Ash Sholawat Al Husainiyah
b. Majlis Al Khususy Al Khotmy
c. Manaqib
d. Bahjah
e. al-Iklil: Mahkota Tahlil
f. Amalan Selepas Sholat fardhu Dan Sholat Sunnah Sehari
Semalam
g. Maulid
h. Wadhifah Sebelum Sholat fardhu Dan Bacaan Burdah
i. Waqi’ah Dan Yasin Fadhilah
j. Nafahat
k. Sirri-Rahasia Puasa
l. Mutiara Hikmah Ma’rifat Kehadiran Allah Swt
12. Yang dimaksud dengan guru secara tidak langsung disini adalah ulama-ulama atau syekh yang
secara tidak langsung mempengaruhi cara berfikir KH. Asrori Ishaqi melalui karya-karya ulama
tersebut. Hal ini dapat diketahui dari karya-karya KH. Asrori Ishaqi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
m. Al-Muntakhobat Fi Robithoh al-Qolbiyyah Wa Shilati al-
Ruhiyyah serta terjemahnya Jilid 1 hingga 5
n. Nuqthoh dan terjemahnya
o. Mutiara Hikmah Dalam Penataan Hati, Ruhani, Dan Sirri
p. Apakah Manaqib Itu ?
q. Setetes Embun Penyejuk Hati
r. Zakat
s. Lima Pilar
t. Pedoman Kepemimpinan Dan Kepengurusan Dalam Kegiatan
Dan Amaliyah Ath Thoriqoh Dan al-Khidmah.13
B. Kiprah KH. Asrori Ishaqi Dalam Tharekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah
Sejak usia muda KH. Asrori Ishaqi telah menunjukkan karakter
kepemimpinannya, hal ini dapat diamati dari kepemimpinannya dalam Geng
Orong-Orong,14
Jama’ahnya rata-rata anak jalanan dan preman-preman yang
kemudian diajak untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah
pada malam hari. Meski masih muda, ia dikenal sebagai tokoh yang
kharismatik dan disegani berbagai pihak, termasuk para pejabat dari kalangan
sipil maupun militer.15
Dalam usia yang masih muda juga ia telah di bai’at
menjadi mursyid tharekat Qadiriyah wa Naasyabandiyah oleh ayahnya (KH.
Ustman al-Ishaqi). Menurut Thoha Hamim, ia dibai’at pada usia tiga puluh
13. Hasil Observasi lapangan, pada 26 Juni di koperasi pondok pesantren Al-Fitrah. 14
. Orong-Orong ialah binatang yang keluarnya malam hari. Penggunaan nama tersebut
disesuaikan dengan kegiatan anggota geng yang banyak memanfaatkan waktu di malam hari untuk
melakukan diskusi dan peribadatan (Artikel Jama‟ah Al Khiddmah Kabupaten Pati, edisi : 3). 15. http://wilayyahallah.blogspot.com/2011_04_08_archive.html. (diakses pada 23 Juni 2015 pukul
22.31).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
tahun.16
Tharekat yang dipimpinnya ini kemudian disebut dengan Qadiriyah
wa Naqsyabandiyah al-Ustmaniyah yang dinisbatkan kepada KH. Ustman al-
Ishaqi.17
Dakwah tharekatnya ini dimulai dengan membangun masjid di
Kedinding, Surabaya, secara perlahan dari uang yang berhasil dikumpulkan,
sedikit demi sedikit tanah milik warga disekitarnya dibeli untuk kelangsungan
dakwahnya, sehingga kini luasnya mencapai kurang lebih 3 hektar.
Dikisahkan, ada seorang tamu asal Jakarta yang cukup ternama dan kaya raya
bersedia membantu pembangunan masjid dan pembebasan lahan sekaligus,
tapi KH. Asrori al-Ishaqi mencegahnya. “Terima kasih, kasihan orang lain
yang mau ikutan menyumbang, pahala itu jangan diambil sendiri,lebih baik
dibagi-bagi”, ujarnya.18
Di atas lahan seluas 3 hektar tersebut KH. Asrori Ishaqi kemudian
mendirikan Pondok Pesantren Al-Fithrah yang saat ini mempunyai ribuan
santri putra putri dari berbagai pelosok tanah air, santri-santrinya yang telah
menyatakan bai’at kepadanya tidak hanya terbatas kepada masyarakat awam
yang telah berusia lanjut saja, tetapi telah menembus ke kalangan remaja,
eksekutif, birokrat hingga para selebritis, bahkan menurut Chafid Wahyudi,
orang-orang yang bai’at tharekat kepadanya berasal dari Negara-negara
16
. Thoha Hamim, Resolusi Konflik Islam Indonesia, 277. 17. Selanjutnya ….., Lihat, Ahmad Asrori Ishaqi, al-Muntaqabat fi Rabitah al-Qalbiyah wa Silati
al-Ruhaniyah. Terj. Muhammad Musyafa’, dkk. Jilid I, (Surabaya: Al Wafa, 2009), 1. 18. http://wilayyahallah.blogspot.com/2011_04_08_archive.html. (diakses pada 23 Juni 2015 pukul
22.31).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
tetangga, seperti dari Singapura, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam dan
Vietnam.19
Dalam kepemimpinan tharekatnya, KH. Asrori Ishaqi mempunyai
metode yang berbeda dengan para mursyid-mursyid lainnya. Secara rutin ia
melakukan pembinaan kepada murid-muridnya melalui majelis mingguan,
pengajian bulanan (dilakukan pada setiap Ahad awal bulan Hijriyah) dan
kunjungan rutin ke berbagai daerah. Tidak hanya itu, dalam membimbing
murid-muridnya, pengajian-pengajiannya juga disiarkan di radio yang berada
di bawah yayasan al-Fitrah.
Hal itu bertujuan agar para jamaah serta murid-muridnya yang
tersebar di berbagai daerah bisa selalu terbimbing dan termotivasi. Ada
beberapa siaran radio yang setiap pagi, siang dan malam selalu memutar
ulang dakwah KH. Asrori Ishaqi. Radio-radio tersebut antara lain radio
Rasika FM dan W FM yang berada di Semarang, radio Citra FM di Kendal,
radio Amarta FM di Pekalongan, Radio Suara Tegal berada di Slawi, radio
El-Bayu di Gresik, dan radio Citra Nusantara di pondok pesantren Al-Fithrah
Surabaya.
Pengajian-pengajiannya lebih banyak membahas tentang tasawuf,
akan tetapi KH. Asrori Ishaqi juga sering menyisipkan masalah fiqih sebagai
materi penunjang. Dalam bidang tasawuf, KH. Asrori Ishaqi sering
19. Wawancara dengan Chafid Wahyudi pada 13 Mei 2015. Ia adalah Dosen STAI AL-FITRAH
Surabaya (satu yayasan dengan Pondok Pesantren AL-FITRAH yang pernah dirintis oleh KH.
Asrori Ishaqi).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
menggunakan rujukan kitab Nashaih al-Ibad karya Syekh Nawawi al-
Bantani, al-Hikam karya Imam Ibnu Atha’illah dan lain lain.20
Selain itu, untuk menampung dan mengorganisir banyaknya murid
yang bai’at kepadanya, pada 25 Desember 2005, KH. Asrori Ishaqi
membentuk “Jama’ah Al-Khidmah” di Semarang, Jawa Tengah. kegiatan
utamanya yaitu menyelenggarakan majelis dzikir, majelis khotmil al-Qur’an,
maulid dan manaqib serta kirim do’a kepada orang tua dan guru-gurunya.
Kemudian menyelenggarakan majelis sholat malam, majelis taklim, majelis
lamaran, majelis akad nikah, majelis tingkeban, majelis memberi nama anak
dan lain lain.21
Dengan “Jama’ah Al-Khidmah” ini KH. Asrori Ishaqi menjadikannya
sebagai ruang terbuka bagi siapa saja yang ingin menempuh perjalanan
mendekat kepada Tuhan tanpa membedakan baju dan kulit luarnya. Pelan tapi
pasti organisasi ini mendapatkan banyak pengikut. Saat ini diperkirakan
jumlahnya telah mencapai jutaan. Dari perjuangannya inilah kemudian KH.
Asrori Ishaqi dikenal sebagai seorang mursyid besar yang jama’ahnya tidak
hanya dari dalam negeri.
20. Selengkapnya, Lihat ……, koleksi rekaman ceramah KH. Asrori Ishaqi. 21. sebuah jama’ah yang sebagian anggotanya adalah pengamal tarekat Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah al-Ustmaniyah. Jama’ah ini menarik karena sifatnya yang inklusif, ia tidak
memihak salah satu organisasi sosial manapun. Meski dihadiri tokoh-tokoh ormas politik dan
pejabat negara, majelis-majelis yang diselenggarakan Al-Khidmah berlangsung dalam suasana
murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis yang membebani.
(http://wilayyahallah.blogspot.com/2011_04_08_archive.html. (diakses pada 23 Juni 2015 pukul
22.31).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
Sebagian ajaran tasawuf ketarekatan KH. Asrori Ishaqi dalam
“Jama’ah Al-Khidmah” dapat ditelusuri dari arti dan lambang jama’ah
tersebut, diantaranya yaitu:
Lambang Al-Khidmah diatas Mengandung Arti dan Makna sebagai
berikut:
1. Menjunjung tinggi kefithrahan.
2. Mengabdi keharibaan Allah Swt.
3. Mensuritauladani Rasulullah Saw.
4. Menegakkan dan meneruskan amaliah Ulama’ Salafus Shaleh.
5. Berbakti kepada Nusa dan Bangsa.
6. Dalam naungan dan lindungan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
Gambar-gambar atau simbol dalam lambang Al-Khidmah Terdiri dari:
1. Pena – Alat untuk menulis.
2. Arah pena yang menunjuk ke arah bawah.
3. Kitab, 4 buah.
4. Bintang, 3 buah.
5. Tasbih.
6. Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam lingkaran.
7. Pentolan tasbih yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke
atas.
Diantara arti simbolik dari lambang Al-Khidmah tersebut adalah:
1. Pena sebagai lambang mencari ilmu.
2. pena ke bawah melambangkan: menuntut dan menambah ilmu
semenjak lahir hingga kembali ke liang lahat.
3. Empat buah kitab melambangkan: berlandaskan atas dasar Al
Qur’an, Al Hadist, Al Ijma’ dan Al Qiyas.
4. Tiga buah bintang melambangkan: Memantapkan dan mensem-
purnakan Al Islam, Al Iman dan Al Ihsan.
5. Tasbih melambangkan: mengikuti ketetapan dan amaliah Ulama’
Salafus Shaleh.
6. Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam melambangkan:kesung-
guhan dan keikhlasan dalam mengabdi dan berkhidmah kepada
Allah SWT.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
7. Pentolan tasbih yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke
atas melambangkan: berkepribadian dan berperilaku rendah hati,
mawas diri dan toleransi serta arif bijaksana demi meraih rahmat
dan ridho serta keutamaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT.22
22. http://alfithrah99.blogspot.com/2011/01/lambang-al-fithrah-al-khidmah-al.html (Diunduh pada
21 Juli 2015, pukul 20.00 Wib)
top related