BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/979/5/BAB II.pdf · Balita adalah masa anak muai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang
Post on 13-Nov-2020
4 Views
Preview:
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian Balita
Balita adalah masa anak muai berjalan dan merupakan masa yang paling
hebat dalam tumbuh kembang ,yaitu usia 1 sampai 5 Tahun . Masa ini merupakan
Masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhann
intelektual. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 Tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun) .saat usia batita anak masih tergantung penuh kepadaorang
tua untuk melakukan kegiatan penting seperti Perkembangan berbicara dan
berjalan sudah bertambah baik Namun kemampuan lain masih terbatas
(Kemenkes RI, 2015)
Anak balita (umur 0-5 tahun) adalah satu sasaran pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh bidan. Anak baru lahir (0-28 hari) dan bayi (umur 1-12
bulan) termask anak balita. Masa ini sering juga disebut masa sebagai fase
“Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk
memperhatikan tumbuh kemban anak secara cermat agar sedini mungkin dapat
terdeteksi apabila ada kelainan (Nanny V, 2010).
2. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola tang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan disini menyangkut adanya proses
8
diferensiansi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan
perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu. Progresif mengandung
arti bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju
kedepan, tidak mundur kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi pada saat ini,
sebelumnya dan berikutnya (Soetjiningsih, 2012).
Perkembangan berkaitan dengan bertambahnya struktur fungsi tubuh yang
meliputi kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian. Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan
susunan saraf pusat dengan organ yang di pengaruhinya, sehingga perkembangan
ini berperan penting dalam kehidupan manusia (Nanny, 2010).
Pada dasarnya tumbuh kembang mempunyai prinsip yang berlaku secara
umum yaitu:
a. Tumbuh kembang merupakan suatu proses terus menerus dari konsepsi hingga
dewasa
b. Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya kecepatannya
dapat berbeda
c. Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala keseluruh anggota badan,
misalnya mulai melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri, dan
seterusnya.
9
3. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah mielinisasi pada traktus kortikosminal,
traktur piramidal, dan raktus kortikobular. Traktus piramidal berawal dari kontek
motorik dan premotorik, selanjutnya terhubung ke bangsal ganglia, melewati
medulla oblongata, dan turun kebagian leterla medulla spinalis. Proses tersebut
menyebabkan penghambatan sistem subkorikal, termasuk reflek primitive, dan
meningkatkan perkembangan respons postural dan postur berdiri, berjalan
(Soetjiningsih, 2012).
Perkembangan motorik kasar melibatkan otot-otot besar, meliputi
perkembangan gerakan kepala, badan, anggota badan, keseimbangan, dan
pergerakan. Perkembagan motorik tergantung pada maturasi saraf dan otot
Perkembangan aktivitas motorik yang berbeda, sejalan dengan perkembangan area
sitem saraf yang berbeda. Karena pusat saraf perifer yang terletak di medulla
spinalis lebih dulunmuncul daripada gerakan volunteer. Refleks tersebut berguna
untuk mempertahankan hidup, seperti refleks mengisap, menelan, berkedip,
refleks tendon patella. Belajar keterampilan motorik tidak bisa terjadi sampai
anak siap secara matang. Tidak ada gunanya mencoba mengajarkan gerakan
keterampilan anak sebelum sistem saraf dan otot berkembang dengan baik (Karnia
N, 2010).
Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diprediksi.
Perkembangan motorik mengikuti oleh hokum perkembangan. Arah
perkembangan anak berlangsung secara sefalokaudal dan proksimodistal, yakni
perubahan dari gerakan menyeluruh menuju ke aktivitas yang spesifik (Kemenkes
RI, 2015).
10
Kecepatan perkembangan motorik berbeda untuk setiap individu.
Perkembangan motorik mengikuti suatu pola yang sama, tetapi umur untuk
mencapai tahap-tahap perkembangan tersebut berbeda untuk setiap individu.
Contoh, umur pencapaian anak untuk bisa duduk sendiri, berbeda-beda untuk
setiap anak (Soetjiningsih, 2012).
4. Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor)
Perkembangan motorik kasar merupakan aspek perkembangan lokomosi
(gerakan) dan postur (posisi tubuh) berarti pengembangan pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian
tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada
waktu lehir. Kondisi ketidakberdayaan pada anak akan berubah secara cepat,
selama empat tahun atau lima tahun pertama kehidupan pascalahir anak dapat
mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan-gerakan tersebut melibatkan bagian
badan yang luas (Sulistyawati A, 2017).
Kira-kira pada umur 6 bulan, refleks primitive secara progresif ditekan dan
semakin menghilang. Selanjutnya, refleks ini dihambat oleh jalur kortikal yang
lebih tinggi, sehingga muncul gerakan-gerakan yang bertujuan. Muncunya
perkembangan gerakan yang bertujuan dapat diperkirakan. Ragkaian
perkembangan tersebut sejalan dengan menghilangnya refleks primitive yang
digantikan oleh refleks postural sebagai perlindungan bagi bayi. Menetapnya
refleks primitive menunjukkan adanya gangguan perkembangan susunan saraf
pusat (Sulistyawati A, 2017).
Pada awal abad ke-20, Gessel, seorang peneliti dalam bidang
perkembangan anak, mengemukakan bahwa keahlian spesifik atau mileston dapat
11
digunakan untuk menandai kemajuan perkembangan anak. Umur ketika milestone
dapat digunakan untuk menandai kemajuan perkembangan anak. Umur ketika
milestone perkembangan itu terjadi bisa juga membantu diagnosis perkembangan
anak, dengan menentukan apakah anak mengalami keterlambatan keterampilan
motorik sesuai umurnya (Upi, 2015).
Akan tetapi, milestone perkembangan tersebut dapat terjadi pada umur
yang berbeda-beda. Milestone tersebut mencerminkan rata-rata umur anak dapat
menyelesaikan keterampilan tersebut. Beberapa penelitian mengenai milestone
perkembangan telah dilakukan dalam sampel populasi yang besar. Pada umur 19-
20 bulan, anak bisa loncat dengan satu kaki. Berdiri sendiri tanpa berpegangan
selama 30 detik dan berjalan tanpa terhuyuung-huyung (Andriani D, 2017).
Kemampuan motorik kasar akan berkembang dengan baik apabila ada
perhatian orang tua dan latihan yang baik. Kebebasan bergerak yang diberikan
pada anak pada masa pertumbuhan dan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya. Secara umum perkembangan motorik dibagi
enjadi dua motorik kasar dan motorik halus . motorik kasar merupakan aktivitas
motorik mencakup keterampilan otot-otot besar (Tadulako M, 2017).
B. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan (Kemenkes RI, 2012). Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
12
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ
dan perkembangan pada masing-masing anak.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,
terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,
bertambah umur, bertambah berat, dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap,
yaitu :
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke
arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
13
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal)
6. Perkembangan memiliki tahap yag berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih
dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak
mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling
berkaitan.
a. Tahapan perkembangan motorik kasar Terdapat beberapa kemampuan motorik
kasar yang harus dikuasai batita antara lain:
1) Umur 0-3 bulan
a) Mengangkat kepala setinggi 450
b) Menggerakkan kepala dari kiri atau kanan ke tengah
2) Umur 4-6 bulan
a) Berbalik dari telungkup ke telentang
b) Mengangkat kepala setinggi 900
c) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
3) Umur 7-9 bulan
a) Duduk (sikap tripod-sendiri)
b) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan 3)
Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
14
4) Umur 10-12 bulan
a) Mengangkat badanya ke posisi berdiri
b) Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan pada kursi
c) Dapat berjalan dengan dituntun
5) Umur 13-18 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
c) Berjalan mundur 5 langkah
6) Umur 19-24 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung
C. Prinsip Perkembangan Motorik
Beberapa penelitian longitudinal dilakukan pada sekelompok bayi dan
anak-anak yang diteliti dalam periode tertentu untuk melihat kapan tepatnya
tingkah laku motorik muncul dan menghilang dan apakah tingkah laku tersebut
sama untuk anak lain yang umurnya sama . dari penelitian tersebut, didapatkan
lima prinsip penting perkembangan motorik (Sulistyawati A, 2017).
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan motorik tergantung pada maturasi saraf daan otot.
Perkembangan aktivitas motorik yang berbeda, sejalan dengan perkembangan
area sistem saraf yang berbeda. Karena pusat saraf perifer yang terletak di
medulla spinalis lebih dulu muncul daripadagerakan volunteer. Reflek tersebut
15
berguna untuk mempertahankan hidup, seperti reflek menghisap, menelan, dan
reflek tondon patella.
2. Belajar keterampilan motorik tidak bisa terjadi sampai anak siap secara
matang. Tidak ada gunanya mencoba mengajarkan gerakan keterampilan anak
sebelum sistem saraf dan otot berkembang dengan baik.
3. Pola perkembangan motorik dapat ditentukan .
Anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan dan tidak mungkin arahnya
terbalik.
4. Kecepatan perkembangan berbeda untuk setiap anak individu.
Perkembangan motorik mengikuti suatu pola yang sama, tetapi umur untuk
mencapai tahap-tahap perkembangan tersebut berbeda untuk setiap individu.
Contoh, umur pencapaian anak untuk bisa duduk sendiri, berbeda-beda untuk
setiap anak.
5. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,
sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan
perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak
memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi
yang dimiliki anak.
6. Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian
perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung
dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
16
D. Gangguan Perkembangan Anak
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Salah satu penyebabnya adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler.
Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik
sebagai akibat spastisitas, athetosis, atau hipotonia (Soetjiningsih, 2012).
Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat
menyebabkan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia
atau hipotonia, serta dapat juga menyebabkan keterlambatan perkembangan
motorik. Penyakit neuromuscular seperti muskular distrofi merupakan gangguan
perkembangan motorik yang selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor
lingkungan serta kepribadian anak juga dapat memengaruhi keterlambatan dalam
perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan belajar seperti
sering di gendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan
dalam mencapai kemampuan motorik (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan, 2014).
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak (Depkes RI, 2012). Adapun faktor-faktor
tersebut antara lain :
1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
a. Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.
17
b. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
laki lebih cepat.
e. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
2. Faktor Luar (Eksternal)
a. Faktor Prenatal
1) Gizi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan, ibu hamil
terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti
18
protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan air apabila kebutuhan
tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anak . asupan nutrisi yang berlebihan
juga berdampak buruk bagi anak yaitu terjadi kadar lemak yang
menumpuk dalam sel atau jaringan bahkan pembuluh darah
Penyebab status gizi kurang pada anak :
a) Asupan nutrisi yang tidak adekuat ,baik secara kuantitatif maupun
kualitatif
b) Hiperaktivitas fisik atau istirahat kurang
c) Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan
nutrisi
d) Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
atau aborsi makanan yang tidak adekuat.
2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid, dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
4) Endokrin
Diabetes meilitus dapat menyebabkan mekrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
19
5) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo Virus Herpers simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin ; katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental,
dan kelainan jantung kongenital.
7) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
9) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
20
b. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia, dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c. Faktor Pascasalin
1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, Nutrisi adalah salah satu komponen
yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan
dan perkembangan, ibu hamil terutama dalam trimester akhir
kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin terdapat kebutuhan
zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral,
dan air apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak . asupan
nutrisi yang berlebihan juga berdampak buruk bagi anak yaitu terjadi
kadar lemak yang menumpuk dalam sel atau jaringan bahkan
pembuluh darah
Penyebab status gizi kurang pada anak :
a) Asupan nutrisi yang tidak adekuat ,baik secara kuantitatif maupun
kualitatif
b) Hiperaktivitas fisik atau istirahat kurang
c) Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan
nutrisi
d) Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
atau aborsi makanan yang tidak adekuat.
21
2) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan janin.
3) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari ,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
4) Psikologis
Hubungan anak dengan prang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
diketahui oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
7) Lingkungan pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
22
8) Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan.
F. Stimulasi
1. Pengertian Stimulasi
Stimulasi merupakan rangsang yang datang dari lingkungan luar anak dan
kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dan
juga termasuk satu dari 3 kebutuhan dasar anak yaitu asah. Stimulasi yang
diberikan pada anak dimasa Golden Period (usia 0-3 Tahun) yang sesuai dengan
aspek tumbuh kembang akan mengoptimalkan perkembangan anak (Soetjiningsih,
2012).
2. Prinsip Dasar Stimulasi
a. Stimulasi dilakukan dengan rasa cinta dan kasih sayang
b. Pemberi stimulasi menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena
anak cenderung meniru 16
c. Memberikan stimulasi kepada anak sesuai usianya
d. Memberikan stimulasi dengan cara yang menyenangkan (bermain,
menyanyi) tanpa paksaan dan hukuman
23
e. Stimulasi dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak
f. Dapat menggunakan alat bantu peraga yang aman dan sederhana g.
Memberikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan
g. Selalu berikan pujian atas keberhasilan anak.
3. Stimulasi Ibu
Keluarga merupakan lingkungan primer yang menjadi media pembelajaran
pertama anak pada usia awal kehidupan. Keluarga primer terdiri dari ayah, ibu
dan anak. Ibu merupakan orang yang melahirkan, merawat serta membesarkan
anak sedangkan ayah merupakan kepala dari suatu keluarga yang mempunyai
tugas utama untuk mencari nafkah untuk keluarga. Baik ayah maupun ibu
memiliki peran penting dalam tumbuh-kembang anak. Anak yang usia kurang dari
satu tahun dapat mengenali orang yang dekat dengannya sehingga akan merasa
nyaman bila orang terdekat seperti ayah atau ibunya berada di dekat dan bermain
dengan anak (Soetjiningsih, 2012).
4. Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar
Stimulasi motorik kasar yang dapat dilakukan (Sari, 2015). Antara lain:
a. Stimulasi anak usia 0-1 tahun
1) Memposisikan anak ketika berbaring atau tengkurap agar anak
dapat mengangkat kepalanya
2) Mencoba mendudukan anak dengan bantuan
3) Mencoba memposisikan anak untuk berdiri dengan bantuan
24
b. Stimulasi anak usia 1-2 tahun
1) Mendorong anak untuk menaiki tangga dengan bantuan
2) Mengajarkan anak melangkah dan berjalan
3) Mengajarkan anak menendang bola 18
4) Mengajarkan anak melompat
c. Stimulasi anak usia 2-3 tahun
1) Mendorong anak untuk naik tangga tanpa bantuan
2) Mengajarkan anak mengendarai sepeda roda tiga
3) Mengajak anak bermain lempar-tangkap bola.
5. Pada Anak Usia 18-24 Bulan
a. Kemampuan gerak kasar
Stimulasi yang perlu di lanjutkan, antara lain:
1) Dorongan anak agar mau berlari, berjalan dengan berjinjit
2) Bermain di air
3) Menendang menangkap dan melempar bola
4) Berjalan naik turun tangga
a) Melompat
Ajarkan anak bagaimana cara melompat dengan dua kaki.
Mula-mula pegangi anak di kedua tangammya. Usahakan agar
ia melompat diatas keset atau handuk.
b) Masalah keseimbangan tubuh
Ajari anak bagaimana cara brdiri diatas satu kaki. Mula-mula
anak akan memerlukan bantuan. Usahakan agar anak menjadi
25
terbiasa dan dapat berdiri dengan seimbang dalam waktu yang
lebih lama setiap kali ia mengulangi permainan ini.
c) Mendorong mainan dengan kaki
d) Biarkan anak mencoba mainan yang perlu didorong dengan
kakinya agar mainan itu dapat bergerak maju.
b. KPSP (Kueisioner Pra Skrining Perkembangan)
1) Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan alat menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau
ada penyimpangan.
2) Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9,
12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika
anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang
kembali pada umur skrining terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Misalnya, bayi umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6
bulan. Apabila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan, yang
diberikan adalah KPSP 9 bulan.
3) Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK,
dan petugas PADU terlatih.
4) Alat/instrumen yang digunakan sebagai berikut.
Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9–10 pertanyaan
tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak.
Sasaran KPSP anak umur 0–72 bulan. Alat bantu pemeriksaan
berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis kerincingan, kubus
26
berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biskuit kecil berukuran 0,5–1 cm.
5) Cara menggunakan KPSP
a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan
tahun anak lahir. Apabila umur anak lebih 16 hari dibulatkan
menjadi 1 bulan.
Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan.
Apabila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
c) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai
dengan umur anak.
d) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu pertama,
pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh:
”Dapatkah bayi makan kue sendiri?” Kedua, perintah kepada
ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP. Contoh: ”Pada posisi bayi Anda
telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara
perlahan-lahan ke posisi duduk.”
e) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab. Karena itu, pastikan ibu/pengasuh anak mengerti
apa yang ditanyakan kepadanya.
f) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu per satu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ”Ya” atau ”Tidak”.
Catat jawaban tersebut pada formulir.
27
g) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
h) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
6) Interpretasi hasil KPSP
a) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
(1) Jawaban ”Ya”, apabila ibu/pengasuh anak menjawab: anak
bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang
melakukannya.
(2) Jawaban ”Tidak”, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak
belum pernah melakukan atau tidak pernah atau
ibu/pengasuh anak tidak tahu.
b) Jumlah jawaban ”Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S).
c) Jumlah jawaban ”Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M).
d) Jumlah jawaban ”Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
e) Untuk jawaban ”Tidak”, perlu diperinci jumlah jawaban
”Tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
7) Intervensi
a) Apabila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan
berikut:
(1) Beri pujian karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
28
(2) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
(3) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan kepada ibu umur dan kesiapan
anak.
(4) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan
setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak
sudah memasuki usia prasekolah (36–72 bulan), anak dapat
diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-
kanak.
(5) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP
setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan.
b) Apabila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut.
(1) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan
sesering mungkin.
(2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
29
(3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya.
(4) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
(5) Jika hasil KPSP ulang jawaban ”Ya” tetap 7 atau 8,
kemungkinan ada penyimpangan (P).
c) Apabila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan
jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
6. Kebutuhan Akan Stimulasi
a. Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak .stimulasi
ini terdiri atas pendidikan dan pelatihan
b. Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada dilingkungan anak,
seperti bermain, berdiskusi, dan lain-lain selain itu juga stimulasi
berasal dari orang tua
c. Stimulasi ini dapat merangsang hubungan antar sel otak(sinaps)
d. Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan. Pada saat
itu belum ada hubungan antar sel otak
e. Bila ada rangsangan maka akan terbentuk suatu hubungan
f. Jika rangsangan sering diberikan maka hubungan akan semakin kuat
g. Jika variasi rangsangan banyak maka akan terbentuk hubungan yang
semakin kompleks atau luas .dengan demikian dapat merangsang otak
30
kiri dan kanan sehingga terbentuklah multiple intelegent dan juga
kecerdasan yang lebih luas dan tinggi
h. Stimulasi melalui bermain
1) Melalu bermain seorang anak dapat mengembangkan kemampuan
sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional,
moral-spiritual kemandirian, kreativitas, kerja sama dan
kepemimpinan
2) Cara mengembangkan kemampuan tersebut bila melalui
rangsangan suara,musik, gerakan, perabaan, bicara, bernyanyi,
bermain, memecahkan masalah, mencoret-coret dan menggambar
3) Stimulasi ini dapat dilakukan setiap kali orang tua berinteraksi
dengan anak, seperti saat memandikan, mengganti baju, menonton
TV, bermain dan lain-lain
i. kapan stimulasi dilakukan ?
1) Stimulasi dapat dilakukan sejak janin berusia 23 minggu, pada
masa masa ini awal terjadinya sinaptogenesis. Stimulasi dilakukan
sampai anak berusia 3 tahun ketika sinaptogenesis berakhir dan
usia 14 tahun yang merupakan akhir pruning
2) Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, maka akan
semakin lama dan besar manfaatnya
a) 0-6 bulan : penyesuaian dan presepsi ibu
b) 0-36 bulan : intelektual dan perilaku
c) 0-48 bulan : kognitif
d) 0-96 bulan : membaca dan menghitung
31
j. Kebutuhan akan stimulasi
a) Stimulasi dapat menunjang perkembangan mental psikososial
(agama, etika, moral, kepribadian, kecerdasan, kreativitas,
keterampilan dan sebagainya)
b) Stimulasi dapat terjadi dilingkungan pendidikan informal,
formal dan non formal
k. Apa yang perlu dilakukan ?
a) Memberikan rangsangan terhadap otak kiri dapat mengasah
kemampuan yang sifatnya konvergen (menyempit dan
menajam) sebagai berikut ini
(1) Berbicara
(2) Tata bahasa
(3) Baca-tulis-hitung
(4) Daya ingat
(5) Bersifat logis ,analitis, dan rasional
(6) Kecerdasan pendidikan formal
b) Memberikan rangsangan kepada otak kanan yang dapat
mengasah kemampuan yang bersifat divergen (melebar dan
meluas) seperti berikut ini
(1) Berperasaan,gaya bahasa
(2) Sifat waspada,daya konsentrasi
(3) Pengenalan diri dan lingkungan
(4) Senang musik
(5) Sosialisasi
32
(6) Sifat berkhayal, kesenian,dan agama
(7) Kreatif dan produktif
c) Kecerdasan multipel (majemuk): kerja sama otak kanan dan
kiri
(1) Merangkai kalimat dan bercerita
(2) Pemecahan masalah
(3) Berfikir 3 dimensi dan streometris
(4) Gerak,tari dan olahraga
(5) Bunyi, nada, irama lagu dan musik
(6) Memahami dan mengontrol diri sendiri
(7) Memahami dan menyesuaikan dengan orang lain
(8) Memahami dan memanfaatkan lingkungan
(9) Moral, rohani dan ketuhanan (Karnia, 2010).
7. Penatalaksanaan
Perkembangan pada anak dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
tingkat kesehatan dan status gizi anak disamping pengaruh lingkungan hidup,sifat
dasar genetic, kondisi dalam masa prenatal, proses kelahiran, kecerdasan IQ,
stimulasi, pola asuh dan tumbuh kembang anak yang juga merupakan salah satu
faktor dominan (Kemenkes RI, 2015).
Apabila anak umur 0 – 5 tahun kurang mendapat stimulasi di rumah, maka
biasanya akan memperlihatkan gejala – gejala yang mengarah pada kemungkinan
ada keterlambatan perkembangan motorik kasar. Pada anak tersebut apabila
dilakukan intervensi dini yang dilakukan secara benar dan intensif, sebagian besar
gejala – gejala keterlambatan perkembangan motorik kasar dapat di atasi dan anak
33
akan tumbuh berkembang normal seperti anak sebaya lainnya. Tujuan intervensi
dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengkoreksi, memperbaiki
dan mengatasi masalah atau keterlambatan perkembangan motorik kasar sehingga
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.
Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi keterlambatan
perkembangan mororik kasar anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak
masih dibawah lima tahun (Karnia N, 2010).
Intervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu perkembangan
anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesuai dengan yang
seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining pemeriksaan KPSP
jawabn “YA” = 7 atau 8 (Depkes RI, 2012).
Lakukan intervensi sebagai berikut:
1. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak sesering
mungkin, penuh kesabaran dan kasih saying, bervariasi dan sambil bermain
dengan anak agar anak tidak bosan.
2. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3 – 4 jam,
selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi
dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu,
dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensikan lagi.
Minta orang tua atau keluarga datang kembali/control 2 minggu kemudian
untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah ada
kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
KPSP yang sesuai dengan umur skrining terdekat.
top related