BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik...5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Pembangkit tenaga listrik adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik, pada Pembangkit
Post on 17-Jul-2021
8 Views
Preview:
Transcript
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sistem Tenaga Listrik
Pembangkit tenaga listrik adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik,
pada Pembangkit Tenaga Listrik terdapat peralatan elektrikal, mekanikal dan bangunan
kerja. Terdapat juga komponen - komponen utama pembangkitan yaitu generator,
turbin yang berfungsi untuk mengkonversi energi (potensi) mekanik menjadi energi
(potensi) listrik. Sistem tenaga listrik secara umum digambarkan seperti Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Pembangkit tenaga listrik dan penyalurannya
Gambar diatas diilustrasikan bahwa listrik yang dihasilkan dari pusat
pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, panas bumi, nuklir
dll) untuk menggerakan turbin yang porosnya dikopel atau digandeng dengan
generator. Dari generator yang berputar menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang
dihasilkan disalurkan ke gardu induk melalui jaringan transmisi, kemudian langsung di
distribusikan ke konsumen melalui jaringan distribusi [1].
6
2.2 Pengertian Distribusi Tenaga Listrik
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi
ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk
Power Source) sampai ke konsumen. Fungsi distribusi tenaga listrik adalah pembagian
atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan merupakan sub
system tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya
pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11
kV sampai 24 kVdinaikkan tegangannya oleh gardu induk 500 kV kemudian disalurkan
melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik
pada saluran transmisi, dimana dalam satu hal ini kerugian daya adalah sebanding
dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Daya yang sama bila niai tegangan
diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil pula. Dari saluran transmisi,
tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kVdengan transformator penurun tegangan pada
gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga
listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah
gardu-garu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegngannya dengan trafo
distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan
oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa
sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam system tenaga listrik secara
keseluruhan [4].
7
2.2.1 Konfigurasi Jaringan Primer
Ditinjau dari keandalannya, jaringan distribusi dapat dibedakan, atas tiga sistem yaitu:
Sistem radial
Sistem gelang atau loop
Sistem spindle
1. Sistem jaringan radial
Struktur dengan jaringan ini merupakan jaringan yang paling sederhana metode
pengoperasianya mudah, hubungan langsung dari titik pengisiang ke pemakai. Bentuk
sistem jaringan radial akan diperlihatkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Sistem Jaringan Radial
Ciri – ciri sistem jaringan ini yaitu:
- Bentuk sederhana, mudah pelaksanaannya, sistem paling murah.
- Pengoperasian dan perawatan mudah.
- Feeder sekunder pendek, pengaturan tegangan lebih mudah dilakukan.
- Aliran pada jaringan berasal hanya dari satu arah sumber pengisian.
8
- Bila feeder utama terganggu, feeder cabang ikut terganggu, maka keandalan
rendah.
2. Sistem gelang atau loop
Sistem ini terdapat dua sumber dan arah pengisian yang satu dapat sebagai
cadangan, sehingga keandalan cukup tinggi, banyak dipakai pada jaringan umum dan
industri. Jika terjadi gangguan atau pekerjaan pada salah satu jaringan, penyaluran
tidak terputus, karena mempergunakan sumber pengisian cadangan atau arah yang lain.
Bentuk sistem jaringan radial akan diperlihatkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Sistem Jaringan gelang atau loop
3. Sistem jaringan spindle
Struktur sepindel merupakan struktur radial dimana spindle adalah kelompok
kumparan yang pola jaringannya ditandai dengan ciri adanya sejumlah kabel yang
keluar dari gardu induk (feeder), ke arah suatu titik temu yang disebut gardu hubung.
Kumpulan kabel dalam satu spindle dimaksudkan untuk menylurkan energi ke suatu
daerah konsumen, yang terdiri dari maksimum enam buah kabel kerja. Di sepanjang
9
kabel inilah gardu distribusi ditempatkan dengan satu buah kabel cadangan. Kabel
cadangan ini dikenal dengan sebutan express feeder. Kabel cadangan ditunjukkan
untuk menormalkan kembali penyaluran energi listrik ke seluruh bagian penyulang
(feeder) yang mengalami gangguan setelah gangguan yang terganggu diketahui dan
dipisahkan tehadap jaringan yang tengah beroperasi. Sistem jaringan spindle inilah
yang memiliki keandalan tertinggi. Bentuk sistem jaringan radial akan diperlihatkan
pada Gambar 2.4 [2].
Gambar 2.4 Sistem jaringan Spindel
2.3 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah
untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak
digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah yang digunakan di
Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang
ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.
Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor
yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang
10
harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 KV tersebut antar fase atau dengan
bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia.
Termasuk dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga bila penghantar
yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated single core).
Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap tegangan sentuh yang
dipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan temporer khususnya akibat
sentuhan tanaman. Bentuk saluran udara tegangan menengah (SUTM) akan
diperlihatkan pada Gambar 2.5 [5].
Gambar 2.5 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
2.3.1 Klasifikasi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah
Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga
listrik yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen.
11
Sedangkan jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di
dalam menyalurkan energi ke konsumen.
Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus
disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi
beban, perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya [6].
2.3.2 Jaringan Distribusi Sekunder (Jaringan Tegangan Rendah)
Saluran distribusi sekunder atau biasa disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
terletak pada sisi sekunder trafodistribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik
cabang menuju beban.Saluran ini memiliki tegangan kerja 380/220Volt. Sistem
distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi
kebeban-beban yang ada dikonsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran
yang paling banyak digunakan adalah bentuk radial. Sistem tegangan rendah ini
langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik. Penjelasan
jaringan distribusi sekunder dapat dilihat pada gambar 2.2 [3].
12
Gambar 2.6 Jaringan Distribusi Sekunder 380/220 V
2.3.3 Konstruksi Saluran Udara
Penghantar jaringan secara umum memakai kabel yang dikenal sebagai LVTC
(Low Voltage Twisted Cable), IBC (Insulated Bundled Conductor), TIC (Twisted
Insulated Conductor) atau kabel jenis NYY / NYFGbY untuk saluran kabel bawah
tanah. Jangkauan operasi dibatasi oleh batas‐batas tegangan +5% ‐10%, dengan
pembebanan yang maksimal. Konstruksi jaringan dengan tiang sendiri panjang 9 meter
atau dibawah saluran udara TM (underbuilt) tidak kurang dari 1 meter dibawah
penghantar SUTM.
2.3.4 Konstruksi SUTM
Konstruksi jaringan dimulai dari sumber tenaga listrik / Gardu Induk dengan
kabel tanah Tegangan Menengah kearah tiang pertama saluran udara. Tiang pertama
disebut tiang awal, tiang tengah disebut tiang penumpu (line pole) atau tiang penegang
13
(suspension pole), jika jalur SUTM membelok disebut tiang sudut dan berakhir pada
tiang ujung (end pole). Saluran yang sangat panjang dan lurus pada titik‐titik tertentu
dipasang tiang peregang. Fungsi tiang peregang adalah untuk mengurangi besarnya
tekanan mekanis pada tiang awal / ujung serta untuk memudahkan operasional dan
pemeliharaan jaringan. Topang tarik (guy wire) dapat dipakai pada tiang sudut dan
tiang ujung tetapi tidak dipasang pada tiang awal. Pada tempat‐tempat tertentu jika sulit
memasang guy wire pada tiang akhir atau tiang sudut, dapat dipakai tiang dengan
kekuatan tarik besar.
Isolator digunakan sebagai penumpu dan pemegang penghantar pada tiang,
hanya dipakai 2 jenis isolator yaitu isolator peregang (hang isolator/suspension
isolator) dan isolator penumpu (line‐post/pin‐post/pin‐insulator). Isolator peregang
dipasang pada tiang awal / akhir / sudut. Isolator penumpu dipasang pada tiang
penumpu dan sudut.
Konfigurasi konstruksi (Pole Top Construction) dapat berbentuk vertikal,
horizontal atau delta. Konstruksi sistem pembumian dengan tahanan (R = 12 Ohm, 40
Ohm dan 500 Ohm) atau dengan multi grounded common netral (solid grounded) yaitu
dengan adanya penghantar netral bersama TM, TR (Jawa Timur menggunakan system
pembumian 500 Ohm, dengan tambahan konstruksi penghantar pembumian diatas
penghantar fasa). Isolator dipasang pada palang (cross arm / bracket / travers)
tahan karat (Galvanized Steel Profile).
Penghantar Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ini dapat berupa:
1. A3C (All Alumunium Alloy Conductor)
14
2. A3C – S (Half insulated A3C, HIC); atau full insulated (FIC).
3. Full insulated A3C twisted (A3C‐TC) [8].
2.3.5 Konstruksi Saluran Bawah Tanah
Konstruksi saluran bawah tanah dipakai pada:
a. Kabel naik (Riser Cable – opstik kabel) antara PHB – TR di Gardu Distribusi dan
tiang awal jaringanTegangan Rendah.
b. Sebagai jaringan distribusi Tegangan Rendah pada daerah‐daerah tertentu yang
memerlukan atau sesuai permintaan pelanggan.
Jenis kabel yang dipakai adalah jenis kabel dengan isolasi ganda atau dengan
pelindung mekanis (contoh NYFGbY). Kabel jenis NYY dapat dipakai dengan
persyaratan harus dimasukkan dalam pipa pelindung sebagai penahan tekanan
mekanis. Persyaratan konstruksi kabel bawah tanah sama dengan persyaratan
konstruksi kabel bawah tanah jaringan Tegangan Menengah, hanya kedalaman
penggelaran adalah ± 60 cm
2.3.6 Proteksi Jaringan dan Pembumian
Jaringan Tegangan Rendah di mulai dari perlengkapan hubung bagi
Tegangan Rendah di Gardu Distribusi, dengan pengaman lebur (NT / NH Fuse) sebagai
pengaman hubungan singkat.Sistem pembumian pada jaringan Tegangan Rendah
memakai sistem TN–C, titik netral dibumikan pada tiap‐tiap 200 meter/tiap 5 tiang atau
pada tiap 5 PHB pada SKTR, dengan nilai tahanan pembumian tidak melebihi 10 Ohm.
Titik pembumian pertama satu tiang sesudah tiang awal dan paling akhir satu tiang
15
sebelum tiang akhir. Nilai pembumian total pada satu Gardu Distribusi sebesar‐
besarnya 5 Ohm [8].
2.4 Penghantar
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pasangan luar memakai jenis
penghantar pilin NFA2X–T (twisted cable) dengan inti Alumunium. Pada bagian yang
memasuki rumah pelanggan, kabel harus dilindungi dengan pipa PVC atau flexibel
conduit. Luas penampang penghantar yang dipakai 10 mm2, 16 mm2, 35 mm2, 50
mm2, 70 mm2 dengan karakteristik sebagai berikut:
Untuk Sambungan Pelayanan Fasa1 dan Fasa 3, t = 30⁰ C, ΔU 1%, panjang maksimum
30 meter sirkit, sedangkan untuk listrik pedesaan diperbolehkan sampai dengan 60
meter. Kabel untuk pelayanan ini tidak dibenarkan menyeberang (crossing) jalan raya
[8].
Tabel 2.1 Penghantar Kabel Udara Jenis NFA2X-T
16
2.5 Klasifikasi Konsumen Energi Listrik
Secara umum beban yang dilayani oleh sistem distribusi elektrik ini dibagi
dalam beberapa sektor yaitu sektor perumahan, sektor industri, sektor komersial dan
sektor usaha. Masing-masing sektor beban tersebut mempunyai karakteristik yang
berbeda, sebab hal ini berkaitan dengan pola konsumsi energi pada masing-masing
konsumen di sektor tersebut. Karakteristik beban banyak disebut dengan pola
pembebanan pada sektor perumahan ditujukan oleh adanya fluktuasi konsumsi energi
elektrik yang cukup besar. Hal ini disebabkan konsumsi energi elektrik tersebut
dominan pada malam hari.
Pada sektor industri fluktuasi konsumsi energi sepanjang hari hampir sama,
sehingga perbandingan beban puncak terhadap beban rata-rata hampir mendekati satu.
Beban sektor komersial dan usaha mempunyai karakteristik yang hampir sama, hanya
pada sektor komersial akan mempunyai beban puncak lebih tinggi ketika malam hari.
Berdasarkan jenis konsumen energi listrik, secara garis besar, ragam beban dapat
diklasifikasikan ke dalam :
1. Beban Rumah Tangga
Berdasarkan tarif dasar listrik untuk keperluan rumah tangga, terdiri atas :
a. Rumah tangga kecil pada tegangan rendah, dengan daya 450
VA s.d. 2.200 VA (R-1/TR).
b. Rumah tangga menengah pada tegangan rendah, dengan daya
17
3.500 VA s.d. 5.500 VA (R-2/TR).
c. Rumah tangga besar pada tegangan rendah, dengan daya diatas
6.600 VA (R-3/TR).
Umumnya beban rumah tangga berupa lampu untuk penerangan, alat rumah
tangga, seperti kipas angin, pemanas air, lemari es, penyejuk udara, mixer, oven, motor
pompa air dan sebagainya. Beban rumah tangga biasanya memuncak pada malam hari.
Gambar 2.7 Kurva Beban Harian
2. Beban Komersial
Umumnya terdiri atas penerangan untuk reklame, kipas angin, penyejuk udara
dan alat-alat listrik lainnya yang diperlukan untuk restoran. Beban hotel juga
diklasifikasikan sebagi beban komersial (bisnis) begitu juga perkantoran, pertokoan
dan mall. Beban ini secara drastis naik di siang hari untuk beban perkantoran juga
pertokoan dan menurun di waktu sore.
18
Berdasarkan tarif dasar listrik untuk keperluan bisnis, terdiri atas:
a. Bisnis kecil pada tegangan rendah, dengan daya 450 VA s.d.
5.500 VA (B-1/TR), contohnya pertokoan.
b. Bisnis menengah pada tegangan rendah, dengan daya 6.600 VA s.d. 200 kVA
(B-2/TR), contohnya jasa penginapan.
c. Bisnis besar pada tegangan menengah, dengan daya diatas 200 kVA (B-
3/TM), contohnya hotel, rumah sakit dan mall.
Berdasarkan tarif dasar listrik untuk keperluan perkantoran, terdiri atas:
a. Perkantoran kecil dan sedang pada tegangan rendah, dengan daya 450
VA s.d. 200 kVA (P-1/TR).
b. Perkantoran besar pada tegangan menengah, dengan daya diatas 200
kVA (P-2/TM).
Perkantoran biasanya berisi computer, pendingin ruangan (AC), lampu, printer,
dispenser. Untuk perbedaan perkantoran kecil dan besar itu hanya jumlah karyawan,
karena semakin banyak karyawan maka akan semakin banyak pula kebutuhan
listriknya.
3. Beban Industri
19
Dibedakan dalam skala kecil dan skala besar. Untuk skala kecil banyak beropersi
di siang hari sedangkan industri besar sekarang ini banyak yang beroperasi sampai 24
jam. Karena system yang dibuat oleh indsutri sekarang ialah system shift (bergeser),
pergeseran itu dibuat 3 pergeseran yaitu shift pagi, sore, dan malam. Maka dari itu
industri besar membutuhkan daya yang sangat banyak untuk mengopersikan peralatan
yang ada di pabrik. Kecuali hari libur beban industry baru mengalami penurunan daya,
karena mesin-mesin di pabrik sedang tidak bekerja.
Berdasarkan tarif dasar listrik untuk keperluan industri, terdiri atas:
a. Industri kecil atau industri rumah tangga pada tegangan rendah, dengan daya
450 VA s.d. 14 kVA (I-1/TR). Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-
ciri: modal relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang
biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi
pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan
industri makanan ringan.
b. Industri menengah pada tegangan menengah, dengan daya diatas 200 kVA (I-3
atau TM).Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal
relative besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-
200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih luas
(berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan industri
mainan anak-anak.
20
c. Industri besar pada tegangan tinggi, dengan daya diatas 30.000 kVA (I-
4/TT).Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar,
teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah
banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau internasional.
Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri otomotif, industri
transportasi, dan industri persenjataan.
4. Beban Fasilitas Umum
Beban untuk pelayanan umum seperti penerangan jalan, taman dan lainnya.
Penerangan jalan umum dalam jumlah besar akan berdampak pada konsumsi daya
listrik. Tarif untuk keperluan penerangan jalan umum pada tegangan rendah termasuk
golongan P3 atau TR.
5. Beban Lain-lain
Kumpulan beban-beban yang belum dimasukkan dalam kelompok beban
tersebut. Pengklasifikasian ini sangat penting artinya bila kita melakukan analisa
karakteristik beban untuk suatu sistem yang sangat besar. Perbedaan paling prinsip dari
empat jenis beban diatas, selain dari daya yang digunakan dan juga waktu
pembebanannya. Pemakaian daya pada beban rumah tangga akan lebih dominan waktu
pagi dan malam hari, sedangkan beban komersil lebih dominan ketika siang dan sore
hari. Pemakaian daya pada industri akan lebih merata, karena banyak industri yang
bekerja siang-malam. Pemakaian daya pada industri akan lebih menguntungkan karena
21
kurva bebannya yang lebih merata. Lain halnya pada beban fasi1itas umum lebih
dominan waktu siang dan malam hari. Beberapa daerah operasi tenaga listrik
memberikan ciri tersendiri, misalnya daerah wisata, pelanggan bisnis mempengaruhi
penjualan kWh walaupun jumlah pelanggan bisnis jauh lebih kecil dibanding dengan
pelanggan rumah tangga [3].
2.6 Sambungan Listrik Tegangan Rendah (SLTR)
Sambungan listrik tegangan rendah (SLTR) adalah sambungan listrik dengan
tegangan pelayanan sebesar 220/380 Volt dan dengan dya sebesar – besarnya 197
KVA. Terdapat 2 jenis konstruksi sambungan listrik tegangan rendah, baik untuk fasa
1 ataupun fasa 3 sebagai berikut:
a. Konstruksi melalui saluran udara.
b. Konstruksi melalui kabel bawah tanah [7].
2.7 Jenis – jenis Konstruksi Sambungan
a. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe A
Konstruksi tipe A adalah konstruksi sambungan tenaga listrik tanpa memakai tiang atap
atau dak standar dan diperguanakan jika jarak anatar tiang dan bangunan (sambungan
luar pelayanan) sampai dengan APP tidak melebihi 30 meter. Sambungan masuk
pelayanan tidak mengenal fisik bangunan dan dilindungi dengan pipa PVC tahan
mekanis atau sejenis.
22
Gambar 2.8 Sambungan tenaga listrik tipe A
b. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe B
Konstruksi tipe B adalah konstruksi sambungan tenaga listrik memakai tiang atap
atau dak standar dan dipergunakan apabila jarak aman terhadap lingkungan atau
permukaan jalan tidak memenuhi syarat jika memakai sambungan tipe A. Penghantar
sambungan masuk pelayanan, diluar dak pipa standar, dilindungi dengan pipa PVC
atau sejenis ; ujung pipa bagian atas ditutup dengan protective cup dan bagian bawah
ditutup dengan cable gland.
23
Gambar 2.9 Sambungan tenaga listrik tipe B
c. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe C
Konstruksi tipe C addalah sambungan pelayanan dengan sambungan luar pelayanan
mendatar dimana jarak banguna dan tiang atap sangat dekat (lebih kurang 3 meter).
Umumnya digunakan pada daerah pertokoan/ruko. Ketentuan mengenai SMP sama
dengan tipe A atau B.
24
Gambar 2.10 Sambungan tenaga listrik tipe C
d. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik D
Konstruksi tipe D untuk sambungan tenaga listrik seri pada ruko, rumah petak, toko
dan pertokoan atau mall. Sambungan pelayanan memakai kabel jenis NYFGbY atau
NYY yang dimasukan dalam pipa PVC tahan mekanis. Semua kabel dilindungi
secara fisik dari sentuhan tangan.
Pada konstruksi ini sadapan pencabangan dapat dilakukan dengan:
a. T doos atau kotak percabangan
b. Konektor/H atau O Pressed Connector atau tipe piercing
25
Gambar 2.11 Sambungan tenaga listrik tipe D
e. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik pada tiang melalui kabel bawah tanah tipe
E
Konstruksi E menggunakan kabel NYFGbY yang ditarik dari tiang SUTR. Ujung
kabel pada tiang harus diterminasi. Sambungan ke jaringan harus memakai bimetal
joint Al-Cu yang dibungkus dengan heathshrink sleeve. Kabel turun ke tanah diberi
pelindung pipa galvalis 11
2 inci sepanjang 2,5 meter di atas tanah dan tiap 1,5 meter
diikat dengan stainless steel dan link dan protective plastic tape selanjutnya
persyaratan konstruksi sama dengan persyaratan konstruksi kabel bawah tanah.
Gambar 2.12 Sambungan tenaga listrik tipe E
26
f. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik tipe F
Konstruksi tipe F merupakan sambungan tenaga listrik dengan alat pengukur kWh
dan pembatas terpasang terpusat pada tiang untuk beberapa rumah atau bangunan.
Gambar 2.13 Sambungan tenaga listrik tipe F
g. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik tipe G
Konstruksi tipe G sama dengan tipe F, hanya alat pengukur kWh dan pembatas
terpasang terpusat pada bangunan [7].
Gambar 2.14 Sambungan tenaga listrik tipe G
27
2.8 Jatuh Tegangan
Jatuh Tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu
penghantar. Jatuh tegangan atau jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara
umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik
dengan luas penampang penghantar. Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik dalam
persen atau dalam volt [8].
Salah satu kriteria yang dipertimbangkan dalam mendesain tarikan Sambungan Rumah
(SR) terdapat pada gambar berikut:
Gambar 2.15 Ketentuan Umum Sambungan Luar Pelayanan
1. Dari satu tiang boleh dipasang maksimal 5 Sambungan Luar Pelayanan (SLP).
2. Dari Sambungan Luar Pelayanan (SLP) 1 boleh disambung berturut-turut (seri)
maksimal 5 pelanggan.
28
3. Jatuh tegangan sepanjang Sambungan Rumah (SR) yang di ijinkan maksimal
2%.
4. Jarak sambungan dari tiang ke rumah atau dari rumah ke rumah maksimal 30
meter.
5. Jarak sambungan dari tiang ke rumah terakhir maksimal 150 meter.
Gambar 2.16 Ketentuan Umum Sambungan Pelayanan
JTR = STR sampai dengan APP (STR + SLP + SMP + APP)
SP = SLP sampai dengan APP (SLP + SMP + APP)
SR = SLP sampai dengan SMP (SLP + SMP)
29
Keterangan:
JTR adalah Jaringan Tegangan Rendah.
STR adalah Saluran Tegangan Rendah.
APP adalah Alat Pengukur Peralatan.
SLP adalah Sambungan Luar Pelayanan.
SR adalah Saluran Rumah.
SMP adalah Sambungan Masuk Pelayanan [9].
Besarnya jatuh tegangan yang terjadi pada saluran tersebut didapatkan pada
persamaan berikut ini [10]:
VS = VR + I.Z saluran …………………………………………..... (2.1)
Atau
VS – VR = I.Z saluran …………………………………………………..(2.2)
Sehingga,
ΔV = I.Z saluran ….………………………………………………….....(2.3)
Sedangkan untuk menghitung presentase nilai jatuh tegangan pada persamaan berikut:
ΔV (%) = VS - VR x 100% ……………………………………………………....(2.4)
dengan:
ΔV = Tegangan jatuh (Volt)
VR = Tegangan sisi terima (Volt)
Vs = Tegangan sisi sumber (Volt)
I = Arus beban yang mengalir (Ampere)
Z = Impedansi JTR (Ohm)
VS
top related