BAB I PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG
Post on 18-Feb-2016
22 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan menjadi penting karena dengan adanya pembangunan kesehatan
yang baik akan menunjang pembangunan nasional pada umumnya. Tujuan pembangunan
kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial. Yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU
23 tahun 1992 tentang kesehatan ).
Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya
menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan. Keberhasilan
pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat sangat ditentukan oleh keberhasilan
menumbuhkan wawasan kesehatan pada setiap pelaku pembangunan ( masyarakat maupun
sektor lain diluar kesehatan ).
Konsep paradigma sehat berarti mencegah lebih baik daripada mengobati dan
pemberdayaan pada masyarakat agar dapat berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan yang
sehat.
Paradigma sehat berisi tentang upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat Indonesia, yang meliputi pembangunan berwawasan kesehatan,
profesionalisme, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan desentralisasi.Adapun
tujuan pembangunan nasional adalah untuk percepatan pencapaian MDGs . Adapun misi
pembangunan kesehatan di Indonesia :
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
1
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
1. Strategi pembangunan kesehatan di Indonesia :
a. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan
b. Profesionalisme
c. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
d. Desentralisasi
2. Pokok-pokok program pembangunan kesehatan :
a. Pokok program pemberdayaan masyarakat.
b. Pokok program upaya kesehatan.
c. Pokok program lingkungan sehat.
d. Pokok program pengembangan sumber daya kesehatan.
e. Pokok program pengembangan kebijakan dan manajemen.
f. Pokok program pengembangan dan penelitian kesehatan.
Perubahan pemahaman tentang pengertian sehat dan kesadaran yang semakin
meningkat mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan telah membawa
kesimpulan bahwa pemberian pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif tidak akan
mampu menciptakan masyarakat sehat seperti yang diharapkan. Upaya mencapai kesehatan
masyarakat memerlukan pendekatan yang bersifat pembinaan dalam jangka panjang akan
mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam pemeliharaan kesehatan
melalui peningkatan kesadaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan.
Upaya kesehatan yang semula lebih terfokus pada kuratif dan rehabilitatif, secara
berangsur berkembang ke arah promotif dan preventif, sehingga puskesmas merupakan ujung
tombak untuk mencapai “ MDGs (Millenium Development Goals)”.
Propinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 3.254.620 ha atau 26,04% luas pulau
jawa. Pemanfaatan tanah paling besar untuk areal pesawahan. Peningkatan angka
pertambahan penduduk sangat mencolok, umur harapan hidup penduduk juga telah
meningkat.
Puskesmas sebagai salah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional terdepan
berperan sebagai unit pelayanan kesehatan pemerintah diharapkan menjadi pusat
pengembangan pembangunan kesehatan dalam mencapai tujuan nasional. Untuk
2
merealisasikan peran dan fungsi puskesmas tersebut, maka diperlukan perangkat manajemen
yang baik demi penyelenggaraan puskesmas secara terpadu dan menyeluruh.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah juga merupakan
pusat pengembangan, pembinaan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas dalam hal
ini mempunyai fungsi medis dan administratif, oleh karena itu puskesmas dituntut untuk
melaksanakan fungsi-fungsi tersebut dengan sebaik-baiknya. Puskesmas dalam melaksanakan
tugas ini diharapkan mampu meningkatkan mutu pelayanan dan motivasi kerja dari para
pekerja kesehatannya.
Pelayanan kesehatan di puskesmas meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang ditujukan pada semua umur. Puskesmas dengan segala keterbatasan
meliputi keterbatasan SDM dan sarana, memiliki tanggung jawab yang besar. Salah satu
upaya yang perlu dilakukan untuk melaksanakan tanggung jawab ini adalah dengan
mengelola sumber daya sebaik mungkin dengan menggunakan manajemen puskesmas yang
baik dan tepat.
Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui 6 kegiatan pokok
secara terpadu dan menyeluruh, meliputi KIA/KB, Usaha Peningkatan Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Pengobatan dan Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat (PKM) serta ditambah lagi dengan Upaya Kesehatan Pengembangan
yaitu : Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Upaya Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan
Olahraga, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Gigi dan mulut, Upaya Kesehatan Jiwa,
Upaya Kesehatan Mata, Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan Upaya Pengobatan Tradisional
sehingga dapat mewujudkan misi puskesmas. Upaya Kesehatan Pengembangan yang
disebutkan diatas bergantung kepada situasi dan kondisi tiap-tiap Puskesmas.
Secara operasional, Puskesmas berarti harus ada upaya yang berkelanjutan,
menyeluruh, terpadu, sistematis dan objektif yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
Untuk mengembangkan reformasi Puskesmas, ada 3 pendekatan yang dapat
diterapkan yakni:
a. Penentuan prioritas program puskesmas
b. Pengembangan program menjaga mutu
3
c. Pengembangan swadana
Ketiga pendekatan itu sebaiknya dilaksanakan bertahap dan berkelanjutan karena
saling terkait satu sama lain. Dengan melakukan reformasi Puskesmas, diharapkan dapat
mengatasi berbagai masalah kesehatan terutama yang potensial berkembang di wilayah kerja
Puskesmas.
Untuk mengetahui apakah manajemen dari suatu kegiatan berhasil atau tidak maka
diperlukan adanya suatu evaluasi. Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah
dicapai dengan tujuan yang direncanakan. Evaluasi merupakan bagian yang penting dari
proses manajemen, karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik terhadap program
atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit rasanya untuk mengetahui sejauh
mana tujuan-tujuan yang direncanakan itu telah mencapai tujuan atau belum.
Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan adanya jenis
evaluasi, yakni jenis evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan
untuk mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau
perbaikan program. Biasanya evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk
menilai hasil akhir dari suatu program. Meskipun demikian pada praktek evaluasi program
sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut.
Evaluasi suatu program masyarakat dilakukan terhadap 3 hal, yakni evaluasi terhadap
proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan evaluasi terhadap dampak
program:
a. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut
penggunaan sumber daya seperti tenaga, dana dan fasilitas yang lain.
b. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil,
yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya:
meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya, dan sebagainya.
c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut
berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program kesehatan
tercermin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan
masyarakat.
4
Pada laporan ini akan dibahas tentang pelaksanaan manajemen pelayanan
PuskesmasSalaman I dan permasalahannya. Berdasarkan latar belakang diatas dapat
dirumuskan permasalahan yang ada yaitu bagaimana hasil pencapaian upaya kegiatan pokok
di Puskesmas Salaman I dibandingkan dengan target dalam Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang berlaku.
Identifikasi masalah ini dilakukan menggunakan SPM Puskesmas Salaman dimana
jumlah cakupan balita yang datang dan ditimbang (D/S) untuk bulan Januari - Februari 2012
sebesar 2604 balita (besar cakupan 41%) dimana target yang ditetapkan Dinkes Kabupaten
Magelang sebesar 80% sehingga besar pencapaian adalah52% dari Dinkes.
Sementara itu, di Dusun Jetis Desa Ngedirejo jumlah cakupan balita periode Januari –
Februari 2012 jumlah balita yang datang dan ditimbang (D) balita 15 untuk bulan Januari dan
22 untuk bulan Februari, dan jumlah seluruh balita adalah 28 balita sehingga cakupannya
mencapai61 % sementara pencapaiannya 76%. Hal ini menunjukan bahwa cakupan balita yang
datang dan ditimbang berat badannya di Dusun Jetis Desa Ngedirejo masih lebih rendah dari
target yang ditetapkan.
Hal ini menunjukan bahwa cakupan balita datang dan di timbang di Dusun Jetis Desa
Ngadirejo masih lebih rendah dari target yang ditetapkan. Oleh karena itu penulis ingin
mengambil judul tentang “Evaluasi Program Gizi Cakupan Balita Yang Datang dan
Ditimbang Berat Badannya di Dusun Jetis Desa NgedirejoKecamatan Salaman Kabupaten
Magelang Periode Januari-Februari 2012”
I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, serta hasil analisa program gizi di Dusun
Jetis Desa Ngedirejo didapatkan data bahwa balita yang datang dan ditimbang periode
Januari-Februari 2012 masih dibawah target pencapaian. Banyak faktor yang mempengaruhi
hal itu, oleh sebab itu perlu diketahui apa sajakah penyebab masih rendahnya jumlah balita
yang datang, ditimbang dan naik berat badannya di Dusun Jetis Desa Ngedirejoperiode
Januari-Februari 2012.
I.3 TUJUAN
Penulisan laporan kegiatan yang berjudul Evaluasi Manajemen Pelayanan Puskesmas
Salaman I ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.
5
B.1. Tujuan umum :
Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis, serta mengevaluasi penyebab rendahnya
cakupan balita yang datang dan ditimbangn (D/S) di Dusun Jetis Desa Ngedirejo, kecamatan
Salaman Iperiode Januari-Februari 2012.
B.2. Tujuan khusus :
1. Mendeskripsikan data umum (geografi, demografi, lingkungan, perilaku kesehatan)
wilayah kerja Puskesmas Salaman I
2. Mengetahui hasil pencapaian upaya-upaya kesehatan :
- KIA dan KB
- Gizi
- Kesehatan Lingkungan
- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)
- Promosi Kesehatan
- Pengobatan
di Puskesmas Salaman I pada bulan Januari - Februari 2012.
3. Mengetahui proses manajemen Puskesmas Salaman I
4. Mampu mengidentifikasi masalah Puskesmas Salaman I
5. Diperoleh data umum Dusun Jetis Desa Ngedirejo kecamatan Salaman I Kabupaten
Magelang.
6. Diperoleh profil balita di Dusun Jetis Desa Ngedirejo kecamatan Salaman I Kabupaten
Magelang periode Januari-Februari 2012.
7. Mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya balita yang datang dan
ditimbang (D/S) di Dusun Jetis Desa Ngedirejo kecamatan Salaman I Kabupaten
Magelang periode Januari-Februari 2012.
8. Menganalisis, dan mengevaluasi penyebab masalah rendahnya cakupan balita yang
datang dan ditimbang berat badannya (D/S) di Dusun Jetis Desa Ngedirejo kecamatan
Salaman I Kabupaten Magelang periode Januari-Februari 2012.
9. Memilih alternatif dan menentukan prioritas pemecahan masalah rendahnya cakupan
balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D/S) di Dusun Jetis Desa Ngedirejo
kecamatan Salaman I Kabupaten Magelang.
6
I.4 MANFAAT
1. Bagi Masyarakat Dusun Jetis
Menambah pengetahhuan masyarakat, terutama ibu – ibu yang memiliki balita
mengenai pentingnya pemantauan dan penimbangan berat badan balita sehingga
meningkatkan kesadaran ibu – ibu yang mempunyai balita untuk melakukan penimbangan
dan pemantauan perkembangan balita secara rutin di Posyandu.
2. Bagi Puskesmas Salaman I
Sebagai masukan serta evaluasi kinerja petugas puskesmas maupun petugas kesehatan
di Dusun Jetis, Desa Ngadirejosehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta
meningkatkan cakupan balita yang datang dan ditimbang berat badannya.
3. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan penulis tentang pemantauan dan pertumbuhan balita
b. Menambah pengetahuan penulis tentang penyebab dan pemecahan masalah
mengenai rendahnya cakupan balita yang datang dan di timbang berat badannya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. PEMBANGUNAN KESEHATAN
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep
pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu yang telah memperhitungkan
dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan kesehatan
masyarakat. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
(Depkes RI, 2004).(1)
Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan
maka pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu SDM
di berbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program – program pra-upaya kuratif
dan rehabilitatif yang didukung oleh informasi kesehatan secara berkesinambungan sehingga
dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki
kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Salah satu nya adalah pembentukan posyandu.
II.2. POSYANDU
II.2.1. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara lain : gizi,
imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare.(3) Definisi lain
Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.(4)
8
II.2.2. Tujuan Posyandu
Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur.(3) Posyandu direncanakan dan
dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang
KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim pembina
LKMD tingkat kecamatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh
masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat; mau dan mampu
bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin dan mempunyai cukup
waktu untuk bekerja bagi masyarakat. Posyandu dapat melayani semua anggota
masyarakat, terutama ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta Pasangan Usia
Subur (PUS). Biasanya dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi
oleh masyarakat dan ditentukan masyarakat sendiri.
II.2.3. Kedudukan Posyandu
Menurut lokasinya Posyandu dapat berlokasi di setiap desa atau kelurahan atau
negara. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dapat berlokasi di tiap RW, dusun,
atau sebutan lain yang sesuai. Kedudukan Posyandu (4) adalah :
Terhadap pemerintah desa atau kelurahan, adalah sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintah
desa atau kelurahan.
Terhadap Pokja Posyandu, sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek
administrasi, keuangan dan program Pokja.
Terhadap berbagai UKBM, adalah sebagai mitra.
Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan, adalah sebagai satuan organisasi yang
mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan Kecamatan.
Terhadap Puskesmas, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.
9
II.2.4. Tugas dan Tangung Jawab Pihak-Pihak yang Terkait
Beberapa pihak yang terkait dengan kegiatan Posyandu memilikitugas dan
tangung jawab sebagai berikut (4) :
a. Kader Kesehatan
Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana danprasarana Posyandu.
Melaksanakan pendaftaran.
Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yangberkunjung ke Posyandu.
Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisibuku register
Posyandu.
Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai denganhasil penimbangan
serta memberikan PMT.
Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai dengankewenangannya,
misalnya memberikan vitamin A, tablet besi,oralit, pil KB, kondom. Bila ada
petugas kesehatan makakegiatan kesehatan dilakukan bersama dengan
petugaskesehatan.
Setelah selesai penimbangan bersama petugas kesehatanmelengkapi pencatatan
dan membahas hasil kegiatan sertatindak lanjut.
b. Petugas Kesehatan
Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di meja 5
(lima).
Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, gizi dan KB kepada pengunjung
Posyandu dan masyarakat luas.
Menganalisa hasil kegiatan Posyandu dan melaporkannya kepada Kepala
Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan
sesuai kebutuhan.
II.2.5. Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatanpengembangan
atau pilihan, yaitu (5) :
a. Kegiatan Utama
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a) Ibu hamil
Pelayanan meliputi :
10
i. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh
kader kesehatan.
ii. Bila ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan hamil bila ada tempat atau ruang periksa dan pemberian
imunisasi Tetanus Toxoid. Bila ditemukan kelainan maka segera dirujuk ke
Puskesmas.
iii. Bila dimungkinkan diselenggarakan kelompok ibu hamil pada hari buka
Posyandu yang kegiatannya antara lain : penyuluhan tentang tanda bahaya
kehamilan, persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi ibu hamil, perawatan
payudara dan pemberian ASI, peragaan perawatan bayi baru lahir dan senam
ibu hamil.
b) Ibu nifas dan menyusui
Pelayanannya meliputi :
i. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, perawatan jalan lahir.
ii. Pemberian vitamin A dan tablet besi
iii. Perawatan payudara
iv. Senam ibu nifas
v. Bila ada petugas kesehatan dan tersedia ruangan maka dapat dilakukan
pemeriksaan payudara, tinggi fundus uteri, dan pmeriksaan lochea.
c) Bayi dan anak balita
Jenis pelayanan untuk bayi dan balita mencakup :
i. Penimbangan
ii. Penentuan status gizi
iii. Penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita
iv. Jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila ditemukan adanya
kelainanakan dirujuk ke Puskesmas.
2) Keluarga Berencana
11
Pelayanan KB di Posyandu yang diselenggarakan oleh kader adalah
pemberian pil dan kondom. Bila ada petugas keehatan maka dapat dilayani KB
suntik dan konseling KB.
3) Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan bila ada petugas
kesehatan Puskesmas. Jenis pelayanan imunisasi yang diberikan yang sesuai
program, baik untuk bayi, balita maupun untuk ibu hamil, yaitu : BCG, DPT,
hepatitis B, campak, polio, dan tetanus toxoid.
4) Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk pelayanannya
meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,
penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup besi
(Fe). Untuk ibu hamil dan ibu nifas diberikan tablet besi dan yodium untuk daerah
endemis gondok.
5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pelayanan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare antara lain
dengan cara penyuluhan tentang diare dan pemberian oralit atau larutan gula
garam.(4,6)
b. Kegiatan Pengembangan
Dalam keadaan tertentu Posyandu dapat menambah kegiatan baru, misalnya :
perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan berbagai
program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu demikian disebut dengan
Posyandu Plus.
Penambahan kegiatan baru tersebut dapat dilakukan bila cakupan kegiatan
utamanya di atas 50%, serta tersedianya sumberdaya yang mendukung. (4)
Kegiatan bulanan di Posyandu mengikuti pola keterpaduan KBKesehatan dengan
sistem lima meja (10) :
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan bayi dan anak balita.
Meja III : Pengisian KMS.
Meja IV : Penyuluhan perorangan
12
Meja V :Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA,KB,
Imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai dengan
kebutuhan.
II.2.6. Stratifikasi Posyandu
Semua Posyandu didata tingkat pencapaiannya, baik dari segipengorganisasian
maupun pencapaian programnya. Tujuannya adalahmelakukan kategorisasi atau
stratifikasi posyandu, yang bisadikelompokkan menjadi 4 tingkat, yaitu berturut-turut
dari terendahsampai tertinggi sebagai berikut (10) :
a. Posyandu Pratama, dengan warna merah
b. Posyandu Madya, dengan warna kuning
c. Posyandu Purnama, dengan warna hijau
d. Posyandu Mandiri, dengan warna biru
Penggolongan diatas dilakukan atas dasar pengorganisasian dan tingkat
pencapaian programnya, dalam hal ini digunakan 8 indikator yaitu :
a. Frekuensi penimbangan pertahun
Seharusnya posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila
teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataannya tidak
semua posyandu dapat berfungsi setiap bulan.Untuk itu diambil batasannya 8
kali.Posyandu yang mapan bila kegiatannya > 8 kali. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Yonferizal (2007), yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
keaktifan kader dengan intensitas pelayanan posyandu.(7)
b. Rata-rata jumlah kader pada hari H posyandu
Jumlah kader yang bertugas pada hari H dapat dijadikan indikasi lancar
tidaknya posyandu.Bila jumlah kader 5 orang atau lebih tanda kegiatannya
tertangani dengan baik.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian M. Munir Salham,
dkk. (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
antara motiasi kader dan pengguna pada hari buka Posyandu dengan revitalisasi
Posyandu, karena semakin tinggi tingkat motivasi kader dan pengguna semakin
tercapai pula upaya revitalisasi atau sebaliknya.(6,7)
c. Cakupan D/S
13
Cakupan D/S dapat dijadikan tolak ukur peran serta masyarakatdan aktivitas
kader atau tokoh masyarakat dalam menggerakkanmasyarakat setempat
untukmemanfaatkan posyandu. Peran serta masyarakat dianggap baik bila D/S
dapat mencapai 50 %. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2008),
disebutkan bahwa pengetahuan, sikap, pekerjaan, penghasilan, ketersediaan PMT,
kebutuhan, ketrampilan kader, dan keterjangkauan Posyandu mempunyai
hubungan bemakna terhadap pemanfaatan Posyandu balita.(7)
d. Cakupan Imunisasi
Cakupan imunisasi dihitung secara kumulatif selama 1 (satu) tahun.Cakupan
kumulatif dianggap baik bila mencapai 50 % keatas.
e. Cakupan ibu hamil
Cakupan pemeriksaan ibu hamil dihitung secara kumulatif selama 1 (satu)
tahun.Batas mapan tidaknya posyandu digunakan angka 50 %.
f. Cakupan KB
Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama 1 (satu)
tahun.Pencapaian 50 % keatas.
g. Program Tambahan
Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program yaitu : KIA, KB, Perbaikan
Gizi, Imunisasi dan Penaggulangan Diare. Bila telah mantap, maka programnya
dapat ditambahan. Program tambahan disini adalah bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat seperti : Bina Keluarga Balita, Pos Obat Desa,
Pondok Bersalin Desa, dan sebagainya.
h. Dana Sehat
Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan posyandu. Diharapkan
bila dana sehat telah mampu membiayai posyandu, maka tingkat kemandirian
masyarakat sudah baik. Sebagai ukuran digunakan persentase kepala keluarga
(KK) yang ikut dana sehat, dikatakan baik bila cakupan > 50 %.
Data Hasil Kegiatan Posyandu
14
Data yang dihasilkan dari kegiatan Posyandu yang tersedia di tingkat
Posyandu dan desa adalah sebagai berikut (4) :
Tabel 1. Data hasil kegiatan Posyandu yang tersedia di tingkat Posyandu dan Desa
Data Posyandu Desa
S
K
D
N atau T
BGM
O
B
Jumlah seluruh balita di wilayah Posyandu
Jumlah balita yang memiliki KMS pada bulan ini di wilayah
kerja Posyandu
Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di wilayah kerja Posyandu
Balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis pertumbuhan
pada KMS naik (N) atau tidak naik (T)
Balita yang BB-nya di bawah garis merah pada KMS.
Balita yang tidak ditimbang bulan sebelumnya.
Anak yang baru pertama kali ditimbang bulan ini Rekapitulasi
jumlah balita yang baru pertama kali ditimbang bulan ini dari
seluruh Posyandu di desa
Sumber : Depkes RI, 2002.
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk pemantauan dari data yang tersedia di atas
tidak semuanya digunakan untuk keperluan pemantauan pertumbuhan. Data yang diperlukan
untuk pemantauan pertumbuhan adalah N atau T, D, BGM, O dan B.4
Faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah balita yang datang dan
ditimbang (D/S)
15
1. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan/ pemahaman
masyarakat mengenai balita yang sehat.Makin rendah tingkat pendidikan seseorang
makin rendaj pula tingkat pemahaman atau pengetahuan mengenai balita yang sehat,
begitu pula sebaliknya, makin tinggi tingakat pendidikan seseorang makin tinggi pula
tingkat pemahaman/ pengetahuan tentang balita sehat.Pendidikan juga dapat diberikan di
bidang kesehatan secara formal di suatu klinik balita yang dapat dipakai di seluruh
puskesmas.
2. Tingkat Pengetahuan
Tahu adalah mengerti sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami, atau diajar.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang
baik untuk di konsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan
memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi.
Semakin bertambahnya pengetahuan ibu maka seorang ibu akan mengerti jenis dan
jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak
balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, sehingga dapat
mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga.
II.3 Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita
II.3.1 Pengertian KMS
KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator
perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita
setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “
rapor “ kesehatan dan gizi (Catatan riwayat kesehatan dan gizi ) balita ( Depkes RI,
1996 ). Di Indonesia dan negara - negara lain, pemantauan berat badan balita dilakukan
dengan timbangan bersahaja ( dacin ) yang dicatat dalam suatu sistem kartu yang disebut
“Kartu Menuju Sehat “ (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak
yang dipantau dapat segera terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik
yang dicatat dan tertera pada KMS tersebut. Naik turunnya jumlah anak balita yang
menderita hambatan pertumbuhan di suatu daerah dapat segera terlihat dalam jangka
waktu periodik ( bulan ) dan dapat segera diteliti lebih jauh apa sebabnya dan dibuat
rancangan untuk diambil tindakan penanggulangannya secepat mungkin. Kondisi
16
kesehatan masyarakat secara umum dapat dipantau melalui KMS, yang pertimbangannya
dilakukan di Posyandu ( Pos Pelayanan terpadu ), ( Sediaoetama, 1999 ). Indikator BB /
U dipakai di dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di Posyandu untuk memantau
pertumbuhan anak secara perorangan. Pengertian tentang “ Penilaian status Gizi ” dan “
Pemantauan pertumbuhan ” sering dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan.
KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat pendidikan kepada masyarakat terutama
orang tua agar dapat memantau pertumbuhan anak, dengan pesan “ Anak sehat tambah
umur tambah berat” ( Soekirman, 2000 ).
II.3.2 Tujuan Penggunaan KMS Balita
Umum : Mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita
secara optimal.
Khusus :
Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat pertumbuhan dan
perkembangan balita yang optimal.
Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan – tindakan untuk
mewujudkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal.
Sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan
dan gizi kepada balita. ( Depkes RI, 1996 )
II.3.3. Fungsi KMS Balita
a. Sebagai media untuk “ mencatat / memantau ” riwayat kesehatan balita
secara lengkap.
b. Sebagai media “ penyuluhan ” bagi orang tua balita tentang kesehatan balita
c. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas untuk
menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita.
d. Sebagai kartu analisa tumbuh kembang balita
( Depkes RI, 1996 )
Fungsi KMS ditetapkan hanya untuk memantau pertumbuhan bukan
untuk penilaian status gizi. Artinya penting untuk memantau apakah berat
badan anak naik atau turun, tidak untuk menentukan apakah status gizinya
kurang atau baik, ( Soekirman, 2000 ).
17
II.4 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang
ingin dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk
memecahkannya.
Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah :
Menyatakan hubungan dua atau lebih variable
Dapat diukur
Dapat diatasi (Hartoyo,2007)
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
1. Identifikasi / inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya
SPM.Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau
mengukur hasil pencapaian.Yang terakhir membandingkan antara keadaan
nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator
tertentu yang sudah ditetapkan.
2. Penentuan prioritas masalah
Penyusunan peringkat masalah lebih baik dilakukan oleh banyak orang
daripada satu orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:
Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto, dll.
3. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan
curah pendapat.Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang
dari masalah tersebut.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi.
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
18
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab
yang sudah diidentifikasi.Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada
alternatif pemecahan masalah.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih.Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan
Hanlon kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan)
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.
Siklus Pemecahan Masalah
19
Gambar 1. Diagram Analisis Masalah
II.5 Analisis Penyebab Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan system untuk
mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan – pendekatan masalah.
Dari pendekatan system ini dapat ditelusuri hal – hal yang mungkin menyebabkan
munculnya permasalahan di Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman
Kabupaten Magelang
Adapun sistem yang diutarakan disini adalah system terbuka pelayanan kesehatan
yang dibarkan sebagai berikut :
20
Gambar 2. Kerangka Pikir Pendekatan Sistem
II.6 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks MIVC
Setelah menemukan alternative pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode Matriks :
Keterangan:
Magnitude (m)
Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar atau
banyak penyebab masalah dapat diselesaikan maka akan semakin efektif.
Importancy (i)
Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara penyelesaian
dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif.
Vunerability (v)
Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitive maka akan
semakin efektif.
Skor untuk (magnitude, importancy dan vunerability):
1. Sangat kurang efektif
21
ENVIRONMENT
INPUT PROCESS
P1
P2
P3
OUTPUT
Cakupan
Program
OUTCOME IMPACT
M x I x V
C
2. Kurang efektif
3. Cukup efektif
4. Efektif
5. Sangat efektif
Cost (c)
Artinya biaya.
Skor untuk (cost):
1. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin kecil.
2. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan kurang besar
3. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan cukup besar
4. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan besar
Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin atau sangat besar.
BAB 3
22
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori Penelitian
Gambar 4. Kerangka Teori Penelitian
3.2 Kerangka Konsep Penelitian
23
Ibu lebih mementingkan
pekerjaan daripada
memperhatikan
pertumbuhan balitanya.
Pengetahuan Kader akan pentingnya balita yang dan ditimbang di posyandu yang kurang
Sedikitnya penyuluhan yang menarik
untuk ibu – ibu mengenai pentingnya
menimbang balita secara rutin ke
posyandu
Rendahnya pengetahuan
ibu yang memiliki balita
usia 0 – 5 tahun.
Kurangnya kesadaran
ibu untuk datang dan
menimbang rebalitanya
Rendahnya Cakupan Balita yang Datang dan ditimbang.
INPUT
Man
Money
Method
Material
Machine
PROSES
LINGKUNGAN
OUTPUT
Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian
BAB IV
24
Pengetahuan dan kesadaran ibu yang memiliki balita untuk datang dan menimbang di posyandu
Keaktifan Kader atau petugas kesehatan (bidan desa)
Penyuluhan mengenai pentingnya balita yang datang dan ditimbang di posyandu
Balita yang datang dan di timbang
METODE PENELITIAN
Laporan ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder yang didapatkan
selama empat hari dari tanggal 3 April s/d 6 April 2012 di Puskesmas Salaman dan Posyandu
Jetis. Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen (P1, P2, P3) yang diperoleh dari
dokter puskesmas beserta staf – staf Puskesmas. Data sekunder diperoleh dari data tertulis
yang ada diPuskesmas Salaman I dan Posyandu Jetis.
Hasil data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Kemudian dilakukan identifikasi
masalah menggunakan SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan ditentukan prioritasnya
menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Tahap selanjutnya adalah analisa penyebab
masalah menggunakan metode fishbone. Selanjutnya ditentukan alternatif pemecahan
masalah dengan menggunakan pendekatan manajemen dan ditentukan pemecahan masalah
dengan menggunakan kriteria matriks untuk selanjutnya dibuat rencana kegiatan POA
(Planning of Action).
IV.1 Batasan Judul
Laporan kegiatan dengan judul “Rencana Peningkatan Progran Gizi Cakupan
Pemantauan dan Pertumbuhan Balita yang Datang dan Ditimbang Berat Badannya di Dusun
Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Periode Januari 2012”
memiliki batasan pengertian judul sebagai berikut :
a. Evaluasi
Suatu proses untuk menilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
b. Program Gizi
Adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil. Ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta pra sekolah.
c. Cakupan
Adalah jangkauan suatu hal.
d. Balita
Adalah bayi dan anak yang berusia 0 – 5 tahun.
e. Balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D/S)
Jumlah balita yang datang serta di timbang berat badannya di posyandu balita.
f. Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
25
Adalah salah satu dusun dari 9 dusun yang terdapat di Desa Ngadirejo yang berada di
wilayah kerja Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
g. Periode Januari – Februari 2012
Adalah kurun waktu selama dua bulan pada awal tahun 2012.
IV.2 Definisi Operasional
a. Sasaran adalah banyaknya jumlah balita yang datang dan menimbang berat
badannya di wilayah Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten
Magelang.
b. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah balita yang datang dan
ditimbang dengan jumlah seluruh balita di wilayah Dusun Jetis Desa Ngadirejo
Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
c. Balita yang datang dan di timbang (D/S) adalah anak berusia 0 – 5 tahun yang
datang ke posyandu untuk di timbang berat badannya.
d. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Menurut Notoadmojo (2003) kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat dikategorikan sebagai berikut
Tingkat pengetahuan baik bila skor 75-100 %
Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60-75 %
Tingkat pengetahuan kurang bila skor <60 %
e. Kesadaran adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap stimulus
internaldan eksternal. Yaitu terhadap peristiwa-peristiwa lingkungan dan sensasi
tubuh, memori danpikiran.
f. Perilaku adalah tanggapan atau reaksiindividu yang terwujud alam gerakan (sikap);
tidak saja badan atau ucapan.
IV.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Lingkup lokasi : Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten
Magelang.
26
b. Lingkup waktu : Janurai 2012
c. Lingkup sasaran : Seluruh balita yang datang dan ditimbang berat badannya di
Dusun Jetis Desa Ngadirejo .
d. Lingkup metode : Kuesioner, wawancara dan pencatatan.
e. Lingkup materi : Evaluasi program gizi cakupan balita yang datang dan di
timbang (D/S) di Dusun Jetis Desa Ngadirejo kecamatan
Salaman Kabupaten Magelang periode Januari- Februari
2012.
IV.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria Inklusi dalam laporan ini adalah ibu dengan balita yang datang dan ditimbang
serta bersedia diwawancarai di Dusun Jetis Desa Ngadirejo . Kriteria ekslusi, ibu dengan
balita yang tidak datanf dan ditimbang serta tidak bersedia diwawancarai.
BAB V
27
HASIL PENELITIAN
V.1. Data Umum Desa Ngadirejo
V.1.1 Keadaan Geografi
Desa Ngadirejo terletak di wilayah kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah, yang terdiri dari 11 dusun.
Gambar 5. Peta Desa Ngadirejo [Sumber: Balai Desa Ngadirejo]
V.I.2. Batas Wilayah
28
Wilayah Desa Ngadirejo dibatasi oleh :
1. Sebelah Utara : Desa Sidomulyo
2. Sebelah Selatan : Desa Paripurno dan Desa Menoreh
3. Sebelah Timur : Desa Tegalarum dan Desa Kebonsari, Kecamatan
Borobudur
4. Sebelah Barat : Desa Salaman, Kecamatan Salaman
V.I.3. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Ngadirejo berdasarkan data Balai Desa Ngadirejo
adalah 352, 692 Ha. Secara administratif, Desa Ngadirejo dibagi menjadi 11
dusun dan terdiri dari 28 RT dan 14 RW, meliputi:
Tabel 2. Jumlah RT dan RW Desa Ngadirejo
No Dusun RT RW
1 Ngadiwongso 6 3
2 Dadapan 2 1
3 Dawungan 2 1
4 Rejosari 2 1
5 Randusari 2 1
6 Pete 2 1
7 Jetis I 2 1
8 Jetis II 2 1
9 Diri 2 1
10 Pendem 2 1
11 Pongangan 4 2
V.II. Keadaan Demografi
29
V.II.1. Jumlah Penduduk
Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
No DusunJenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan Jiwa Persentase KK
1 Ngadiwongso 601 692 1193 26,91% 364
2. Dadapan 131 140 271 6,11% 82
3. Dawungan 208 219 427 9,63% 117
4. Rejosari 109 129 238 5,36% 67
5. Randusari 155 154 309 6,97% 97
6 Pete 149 248 397 8,95% 106
7 Jetis I 109 109 218 4,91% 70
8 Jetis II 133 138 271 6,11% 79
9 Diri 141 154 295 6,65% 84
10 Pendem 141 127 268 6,04% 74
11. Pongangan 261 285 546 12,31 161
Jumlah 2138 2295 4433 100% 1301
Tabel 4. Penduduk menurut agama :
Islam
Kristen Katolik
Hindu Budha Konghuchu Jumlah
4432 1 - - - - 4433
Tabel 5. Penduduk menurut umur:
Kelompok umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4
0-4 173 208 381
5-9 192 218 410
30
10-14 263 319 582
15-19 224 220 444
20-24 181 186 367
25-29 207 214 421
30-39 209 221 431
40-49 224 237 461
50-59 238 279 517
60+ 126 144 283
Jumlah 2137 2165 4297
Tabel 6. Penduduk menurut tingkat pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tidak/belum sekolah 873 22,78%
2 Belum tamat SD 897 20,23%
3 SD 1124 25,35%
4 SLTP 809 18,24%
5 SLTA 482 10,87%
6 Perguruan tinggi 111 2,50%
Jumlah 4296 100%
V.II.2 Mata Pencaharian Penduduk di Desa Ngadirejo
Tabel 7. Mata Pencaharian Desa Ngadirejo
No Pekerjaan Jumlah
Persentase
1 Petani sendiri 284 6,40%
2 Buruh tani 536 12,09%
3 Pengusaha 71 1,60%
4 Buruh industry 398 8,97%
31
5 Buruh bangunan 303 6,83%
6 Pedagang 335 7,55%
7 Transportasi 118 2,66%
8 PNS/TNI/Polri 120 2,70%
9 Pensiunan 42 0,94%
10 Pelajar/mahasiswa 891 20,09%
11 Lain-lain 1198 30,11%
Jumlah 4296 100%
V.II.3 Fasilitas Pendidikan di Desa Ngadirejo
Tabel 8. Fasilitas Pendidikan di Desa Ngadirejo
No Sekolah Jumlah Guru Murid
1 TK 2 4 51
2 SD 3 24 281
3 SLTP - - -
4 SLTA - - -
V.II.4 Fasilitas Kesehatan di Desa Ngadirejo
Tabel 9. Fasilitas Kesehatan di Desa Ngadirejo
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 1
2 Pos Kesehatan / KIA 3
3 Puskesmas 1
4 Posyandu 6
32
V.II.5 Tenaga Kesehatan di Desa Ngadirejo
Tabel 10. Tenaga Kesehatan di Desa Ngadirejo
No Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter -
2 Bidan 1
3 Kader 14
V. 3. HASIL SURVEY
V. 3.1 Survey Ibu Yang Memiliki Balita
Survey ini dilakukan untuk mengetahui penyebab masalah masih kurangnya
pencapaian D/S di Dusun Jetis. Sebelum melakukan survey, dilakukan pendataan terlebih
dahulu mengenai jumlah balita di Dusun Jetisbulan Januari - Februari 2012.
Setelah mendapatkan data jumlah balita, penulis melakukan perhitungan :
Tabel 11. Data Balita Dusun JetisDesa Ngadirejo Periode Januari - Februari 2012
D/S di Dusun Jetis Desa Ngadirejo Januari 2012 Februari 2012
Jumlah balita yang datang dan ditimbang (D)
Jumlah balita yang tidak datang
Sasaran/ jumlah balita yang ada (S)
13 Balita
15 Balita
28 Balita
21 Balita
7 Balita
28 Balita
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa pada bulan Januari - Februari 2012 terdapat15 dan 7
balita yang tidak datang dan ditimbang, kemudiandiambil 28 Responden
Setelah mengidentifikasi data, kemudian dilakukan survey terhadap 28 responden
pada tanggal 3 – 6 April 2012 yaitu kepada ibu – ibu yang yang memiliki balita yang pernah
datang, tidak datang dan tidak ditimbang saat posyandu, selanjutnya diadakan survey dengan
33
menggunakan kuesioner dan wawancara yang dibuat berdasarkan penyebab jumlah balita
yang tidak datang dan tidak ditimbang (D/S rendah) di Dusun Jetis Desa Ngadirejo yang
berjumlah 15 balitauntuk bulan Januari dan 7 balita untuk bulan Februari
Dari survey yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Faktor Usia Anak
Tabel 12. Usia Anak
Usia Frekuensi %
0
1
2
3
4
5
-
4
8
7
9
-
0
14
28
25
33
0
28 100
Jika dikelompokan per dekade, maka menjadi 2 kelompok usia :
Tabel 13. Usia Anak per Dekade
Usia Frekuensi %
0 – 1
2 - 3
4- 5
4
15
9
14
54
32
28 100
Dari data pada Tabel 13 di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengunjung Posyandu
terbanyak adalah balita usia 2-3 tahun.
34
Tabel 14. Balita yang Tidak Datang dan Tidak Ditimbang
UsiaFrekuensi
Rerata %Januari Februari
0 – 1
2 - 3
4- 5
0
9
6
0
4
3
0
6,5
4,5
59
41
15 7
Dari data pada Tabel 14 di atas maka dapat disimpulkan bahwa balita yang tidak
datang dan ditimbang terbanyak adalah balita usia 2-3 tahun.
2. Faktor Usia Ibu
Dari hasil kuesioner yang disebar didapatkan usia ibu sebagai berikut :
Tabel 15. Usia Ibu
Usia Frekuensi %
19
20
21
22
24
26
27
32
33
34
36
37
38
2
1
3
2
2
4
2
1
3
2
3
1
2
7
4
11
7
7
14
7
4
11
7
11
4
7
28 100
35
Jika dikelompokan per dekade, maka menjadi 2 kelompok usia :
Tabel 16. Usia Ibu per Dekade
Usia Ibu Jumlah %
19 – 21
22 – 24
25 – 27
28 – 30
31 – 33
34 – 36
37 – 39
6
4
6
0
4
5
3
21
14
21
0
15
18
11
Total 28 100
3. Tingkat Pendidikan
Tabel 17. Tingkat Pendidikan Ibu di Dusun Jetis
Tingkat Pendidikan Jumlah %
Tinggi (Sarjana)
Menengah (SMA)
Rendah (Tidak
sekolah, SD, SMP)
0
10
18
0
36
64
Total 28 100
Tabel 17. Menggambarkan tingkat pendidikan orang tua balita di Dusun Jetis Desa
Ngadirejo . Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang
berpendidikan rendah yaitu yang tidak bersekolah, SD dan SMP.
36
4. Pekerjaan Ibu
Dari hasil wawancara kader dan kuesioner yang diedarkan, hampir semua ibu tidak rutin
membawa anaknya ke posyandu adalah ibu yang bekerja diluar rumah. Hasil ini disajikan
pada tabel 16di bawah ini :
Tabel 18. Ibu Bekerja
Ibu bekerja Jumlah %
YA
TIDAK
Total
18
10
28
64
36
100
Dari tabel 18. Dapat dilihat bahwa pada 20 responden yang tidak rutin membawa
balitanya ke posyandu sebesar 72 % adalah ibu bekerja. Tabel 12 di bawah akan
menggambarkan jenis pekerjaan ibu.
Tabel 19. Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah %
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
Pedagang
Buruh
Petani
Total
10
2
3
5
8
28
36
7
11
18
29
100
Dari tabel 19. Didapatkan jenis pekerjaan dari 28 responden adalah 10 orang (36 %)
tidak bekerja atau ibu rumah tangga , 10 orang (36 %) bekerja sebagai pedagang,
bekerja sebagai petani 8 orang (29%) dan 5 orang (18%) bekerja sebagai buruh.
37
5. Faktor Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Posyandu)
Tabel 20. Faktor Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Posyandu)
Pelayanan Kesehatan Jumlah %
Terjangkau
Tidak Terjangkau
Total
28
0
28
100
0
100
Dari 28 responden mengatakan bahwa pelayanan kesehatan (posyandu) terjangkau
karena diadakan setiap bulan yaitu pada tanggal 5 setiap bulannya, tidak memerlukan
transportasi dan dana untuk transportasi serta waktu yang lama.
6. Faktor Pengetahuan
Tabel 21. Pengetahuan Ibu tentang Posyandu dan KMS
PengetahuanNilai 75-100%
(Baik)
Nilai 60-75 %
(Cukup)
Nilai < 60%
(Kurang)
Jumlah
%
5
18 %
4
14 %
21
75 %
Tabel 21. Menunjukan bahwa pengetahuan responden terhadap pengertian, fungsi, kapan
diadakannya, pengertian KMS, fungsi KMS dan cara membaca serta pengertian KMS
didapatkan bahwa ibu yng berpengetahuan baik 18 %, berpengetahuan cukup 14 %,
berpengetahuan kurang 75 %. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa sebagian besar ibu
memiliki pengetahuan yang rendah tentang Posyandu dan KMS.
38
7. Sikap Ibu
Tabel 22. Sikap Ibu terhadap Posyandu dan KMS
Sikap Ibu terhadap Posyandu dan KMS Setuju Tidak Setuju
Jumlah Responden 28 0
% 100 0
Dari tabel 22. Ini dapat dilihat bahwa sikap seluruh responden baik terhadap posyandu
dan KMS.
8. Perilaku Ibu
Tabel 23. Perilaku Ibu Datang dan Menimbang Balita
Keterangan :
Jika yang menjawab ‘TIDAK” >50 % : perilaku kurang baik
Jika yang menjawab “TIDAK” < 50 % : perilaku baik
Tabel 23 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku ibu kurang baik untuk datang
dan menimbang balitanya ke Posyandu, membawa KMS saat ke posyandu, dan
memperhatikan kenaikan dan penurunan berat badan balita.
Tabel 24. Penyebab Ibu Tidak Membawa Balitanya ke Posyandu
Pelayanan Kesehatan Jumlah %
Ibu bekerja atau sibuk
Ibu pergi atau berhalangan hadir
20
5
72
18
39
Perilaku Ya Tidak1 x 2 x 3xJumlah 2 6 2 18
% 7 12 7 64
Ibu tidak tahu jadwal posyandu jika di undur
dari jadwal biasanya
Total
3
28
10
100
Tabel 25. Menunjukan bahwa ibu tidak membawa balita ke posyandu yang pertama adalah
karena ibu bekerja dan sibuk. Penyebab kedua ibu pergi atau berhalangan hadir, yang ketiga
adalah ibu tidak tahu jadwal posyandu jika diundur dari jadwal biasanya.
V.3.2 Hasil Wawancara Tenaga Kesehatan
Hasil wawancara dengan tenaga kesehatan dalam hal ini dengan bidan Desa
Ngadirejodidapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 25. Hasil Wawancara Tenaga Kesehatam (Bidan Desa Ngadirejo)
Bagian Nilai
I Identitas
Usia :
Pendidikan :
Masa Kerja :
35 tahun
PKB Kebidanan 2000
2 tahun
II PENGETAHUA
N
Skala nilai 1 – 5
Menjelaskan 5 Program
pokok kegiatan
posyandu
5
Untuk setiap
pertanyaan
Menjelaskan arti dari
istilah N,K,T,D
4
Total nilai 30 Menjelaskan arti N/D 5
< 80% = kurang
baik
Menjelaskan langkah
penimbangan balita
5
> 80 % = baik Menjelaskan kondisi
balita yang menjadi
perhatian setelah
dilakukan penimbangan
5
40
3 Menjelaskan cara
mengetahui
pertumbuhan balita
baik, kurang dan buruk
5
Total nilai pengetahuan 39
96 %
3 Sikap dan perilaku
Skala nilai 1 – 5
untuk setiap
pertanyaan
Rutin mengadakan
pelatihan setiap bulan
tetapi masih di rasa
kurang menyebar
informasinya
3
Selalu memperhatikan
kenaikan/ penurunan
BB balita
5
Total nilai sikap &
perilaku
8
80%
1. Man a. Jumlah kader aktif
disetiap dusun
cukup
2
2. Money a. Sumber dana
kegiatan posyandu
dari swadaya
masyarakat
b. Untuk penanganan
gizi buruk mendapat
dana dari
pemerintah
3
5
3. Methode a. Dilakukan
penimbangan setiap
bulan sekali
b. Pencatatan KMS
c. Pencatatan di kohort
5
5
5
41
balita
d. System 5 meja 3
4. Material Posyandu disetiap dusun
biasanya di tempat/
rumah kepala dusun/
warga
3
5. Machine Timbangan dacin, KMS
balita
5
Total nilai 36
72 %
2. Proses P1 Perencanaan jadwal
kegiatan posyandu di
setiap dusun.
Jadwal pertemuan
kader, pelatihan
4
P2
Pelaksanaan &
penggerak
Pelaksanaan :
Penimbangan balita
Pencatatan KMS
Pelayanan kesehatan
gizi
PMT
4
P3
(penilaian,
pengawasan,
pengendalian)
Adanya laporan
kegiatan setiap bulan
dan evaluasi kinerja
kader
4
Total nilai 12
80 %
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan Bidan desa Ngadirejo
adalah baik.
42
V.3.3 Hasil Wawancara dengan Kader Posyandu
Kuesioner kader ini diisi oleh 3 kader aktif di Posyandu JetisDusun Jetis Desa
Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
1. Tingkat pengetahuan tentang posyandu dan pemantauan pertumbuhan balita.
Untuk penilaian pengetahuan digunakan skala 1 – 5 untuk 4 pertanyaan dengan skor
total tertinggi 20 (100%)
Tabel 26. Tingkat Pengetahuan Kader
PertanyaanKader
1 2 3
Menyebutkan 5 sistem meja Posyandu 5 5 5
Mengetahui makna pita warna pada KMS 4 4 3
Mengetahui manfaat vitamin A dan Fe 4 3 4
Mengetahui cara memantau pertumbuhan balita 4 4 4
Total nilai setiap kader17
80%
16
75%
116
75%
Tabel 27.Persentase Tingkat Pengetahuan Kader
Dari Tabel 26 dan 27 dapat dilihat bahwa pengetahuan kader tentang pelayanan
posyandu, cara penimbangan dan pemantauan pertumbuhan kader berpengetahuan
baik.
43
PengetahuanNilai 75-100%
(Baik)
Nilai 60-75 %
(Cukup)
Nilai < 60%
(Kurang)
Jumlah Kader
%
3
100
2. Sikap kader tentang pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.
Tabel 28. Sikap Kader
SikapNilai > 50 %
(Baik)
Nilai < 50 %
(Kurang)
Jumlah
%
3
100
0
0
Dari tabel diatas didapatkan bahwa seluruh kader memiliki sikap yang baik mengenai
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita.
3. Perilaku kader tentang pemantauan dan pertumbuhan balita
Tabel 29. Perilaku Kader
Keterangan :
Jika yang menjawab ‘TIDAK” >50 % : perilaku kurang baik
Jika yang menjawab “TIDAK” < 50 % : perilaku baik
Dari data pada tabel di atas didapatkan bahwa perilaku kader sudah baik.
44
PerilakuYa
Tidak1x 2x 3x
Jumlah 0 0 5 0
% 0 0 100 0
BAB VI
ANALISA MASALAH
VI.1 Analisis Penyebab Masalah
Dalam menganalisis mesalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari
kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan – pendekatan masalah. Dari pendekatan
sistem ini dapat ditelusuri hal – hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan di
Dusun Jetis Desa Ngadirejo .
Tabel 30. Analisa Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya D/S Ditinjau dari Faktor
Input
Input Kelebihan Kekurangan
Man
(Tenaga Kerja)
Jumlah 3 kader aktif
Bidan
Koordinator gizi di
puskesmas
Keterampilan kader dan
bidan desa sudah baik
-
Money
(Pembiayaan)
Tersedianya dana
anggaran dari puskesmas
untuk penyelenggaraan
posyandu
Dana operasional yang
terbatas untuk penyuluhan
dan PMT (Pemberian
Makanan Tambahan)
Methode
(Metode)
Adanya program
penimbangan balita
Jadwal pelaksanaan
posyandu tetap setiap
bulan.
Minimnya penyuluhan
tentang gizi dan pentingnya
balita untuk datang dan
ditimbang.
45
Material
(Perlengkapan)
Terdapat posyandu disetiap
dusun
Tidak tetapnya tempat
pelaksanaan posyandu.
Machine
(Peralatan)
Tersedia alat seperti
timbangan dacin untuk
kegiatan posyandu
Adanya KMS dan Kohort
balita untuk pencatatan
Berat badan balita
Masih kurangnya media
promosi mengenai
pentingnya penimbangan
balita Posyandu
Tabel 31. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah RendahnyaDitinjau dari Faktor Proses
dan Lingkungan
Proses Kelebihan Kekurangan
P1
(Perencanaan)
Posyandu sudah diadakan tiap bulannya,
yaitu tanggal 5 setiap bulannya
Kerjasama lintas program antara Gizi
dengan KIA
Jika terjadi perubahan jadwal
posyandu, sulit untuk
melakukan pemberitahuan
secara merata.
P2
(Pelaksanaan)
Anak ditimbang
Dilakukan pencatatan KMS
Pencatatan di buku bantu Kader
Terdapat pelayanan kesehatan dan KB
Pelaporan ke bidan desa
Jadwal pelaksaaan
Posyandu yang
berbenturan dengan
jadwal PAUD
Kurangnya kegiatan
penyuluhan yang dapat
menarik minat ibu-ibu
untuk mengetahui
pentingnya menimbang
balita secara rutin ke
posyandu.
P3
(Penilaian,
pengawasan &
pengendalian)
Evaluasi berupa laporan bulanan hasil
posyandu tentang D/S
Kurangnya pengawasan
terhadap pelaksanaan
posyandu oleh petugas
lapangan.
Lingkungan Ibu memiliki sikap yang baik terhadap Banyaknya ibu-ibu yang
46
kegiatan posyandu lebih mementingkan
kesibukannya daripada
pertumbuhan balitanya.
Perilaku orang tua yang
menganggap bahwa
datang ke posyandu tidak
harus rutin
Kurangnya pengetahuan
dan kesadaran ibu tentang
pentingnya balita yang
datang dan ditimbang.
VI.2 Daftar Penyebab Masalah
1. Dana operasional yang terbatas untuk penyuluhan dan PMT (Pemeberian Makanan
Tambahan).
2. Minimnya penyuluhan tentang gizi dan pentingnya balita untuk datang dan ditimbang.
3. Tidak tetapnya tempat pelaksanaan posyandu.
4. Masih kurangnya media promosi mengenai pentingnya penimbangan balita Posyandu
5. Jika terjadi perubahan jadwal posyandu, sulit untuk melakukan pemberitahuan secara
merata.
6. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang berbenturan dengan jadwal PAUD
7. Kurangnya kegiatan penyuluhan yang dapat menarik minat ibu-ibu untuk mengetahui
pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu.
8. Kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan posyandu oleh petugas lapangan.
9. Banyaknya ibu-ibu yang lebih mementingkan kesibukannya daripada pertumbuhan
balitanya.
10. Perilaku orang tua yang menganggap bahwa datang ke posyandu tidak harus rutin
11. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya balita yang datang dan
ditimbang.
47
s
48
P1P2
1. Kurangnya kegiatan penyuluhan yang dapat
menarik minat ibu-ibu untuk mengetahui
pentingnya menimbang balita secara rutin ke
posyandu
2. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang berbenturan
dengan jadwal PAUDP3
Kurangnya pengawasan terhadap
pelaksanaan posyandu oleh petugas
lapangan.
Jika terjadi perubahan jadwal posyandu, sulit untuk melakukan pemberitahuan secara merata
INPUT
Dana operasional yang terbatas untuk penyuluhan dan PMT (Pemeberian Makanan Tambahan)
Money
1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih
mementingkan kesibukannya
daripada pertumbuhan balitanya.
2. Perilaku orang tua yang menganggap
bahwa datang ke posyandu tidak
harus rutin
3. Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran ibu tentang pentingnya
balita yang datang dan ditimbang.
Man
Material
Minimnya penyuluhan tantang gizi dan pentingnya balita untuk datang dan ditimbang
Method
Machine
Kurangnya kegiatan
penyuluhan yang dapat
menarik minat ibu-ibu untuk
mengetahui pentingnya
menimbang balita secara
rutin ke posyandu. LINGKUNGAN
Rendahnya Cakupan Balita yang datang dan ditimbang (D/S) sebesar 61 % di dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Sedangkan target Dinkes 80%
-
Tidak tetapnya tempat pelaksanaan posyandu
VI.3. Penyebab Masalah yang Paling Mungkin
Setelah dilakukan konfirmasi kepada bagian Gizi, Bidan Desa Ngadirejo, serta dilakukan wawancara dengan responden (ibu yang memiliki balita yang datang, tidak ditimbang dan ditimbang) maka didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin, yaitu :
1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih mementingkan kesibukannya daripada pertumbuhan
balitanya.
2. Kurangnya kegiatan penyuluhan yang dapat menarik minat ibu-ibu untuk mengetahui
pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu.
3. Perilaku orang tua yang menganggap bahwa datang ke posyandu tidak harus rutin.
4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya balita yang datang dan
ditimbang.
5. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang berbenturan dengan jadwal PAUD
49
BAB VII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
VII. 1 Analisa Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, dilakukan langkah selanjutnya yaitu dibuat alternatif
pemecahan masalah. Berikut ini alternatif pemecahan masalah:
Tabel 32. Alternatif Pemecahan Masalah
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih
mementingkan kesibukannya
daripada pertumbuhan balitanya.
Para kader mengingatkan jadwal
posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2
hari sebelumnya dan mengingatkan
pentingnya untukdatang ke posyandu.
2. Kurangnya kegiatan penyuluhan
yang dapat menarik minat ibu-ibu
untuk mengetahui pentingnya
menimbang balita secara rutin ke
posyandu
Menggunakan media-media yang
menarik seperti poster, leafleat, film dll
agar menarik perhatian ibu-ibu yang
memiliki balita untuk datang ke
posyandu
Mengadakan penyuluhan yang intensif
oleh bidan desa kepada ibu yang
memiliki balita mengenai pentingnya
menimbang berat badan balitanya ke
posyandu secara rutin.
3. Perilaku orang tua yang
menganggap bahwa datang ke
posyandu tidak harus rutin.
Memberikan penyuluhan kepada ibu
yang memiliki balita tentang pentingnya
mengikuti kegiatan posyandu hingga
anak berusia 5 tahun
Penyebaran informasi tentang pentingnya
datang ke posyandu secara rutin melalui
leaflet, poster atau kelompok RT dan
arisan
50
Meningkatkan keaktifan kader agar
dapat mengajak ibu-ibu yang memiliki
balita aktif ke posyandu balita.
4. Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran ibu tentang pentingnya
balita yang datang dan ditimbang.
Memberikan penyuluhan kepada ibu
yang memiliki balita tentang pentingnya
mengikuti kegiatan posyandu hingga
anak berusia 5 tahun
5. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang
berbenturan dengan jadwal PAUD
Membina kerja sama dengan sekolah untuk
menimbang balita di lingkungan sekolah.
51
VII. 2 Penggabungan Pemecahan Masalah
Tabel 33. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Banyaknya ibu-ibu yang lebih
mementingkan kesibukannya
daripada pertumbuhan balitanya
Para kader mengingatkan jadwal
posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2
hari sebelumnya dan mengingatkan
pentingnya untuk datang ke posyandu.
2. Kurangnya kegiatan penyuluhan
yang dapat menarik minat ibu-ibu
untuk mengetahui pentingnya
menimbang balita secara rutin ke
posyandu
Menggunakan media-media yang
menarik seperti poster, leafleat, film dll
agar menarik perhatian ibu-ibu yang
memiliki balita untuk datang ke
posyandu
3. Perilaku orang tua yang
menganggap bahwa datang ke
posyandu tidak harus rutin.
Mengadakan penyuluhan yang intensif
oleh bidan desa kepada ibu yang
memiliki balita mengenai pentingnya
menimbang berat badan balitanya ke
posyandu secara rutin
52
4. Kurangnya pengetahuan dan
kesadaran ibu tentang pentingnya
balita yang datang dan ditimbang.
Membina kerja sama dengan sekolah
untuk menimbang balita di
lingkungan PAUD
5. Jadwal pelaksaaan Posyandu yang
berbenturan dengan jadwal PAUD
Penggabungan alternatif pemecahan masalah ini adalah :
1. Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2 hari
sebelumnya dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan pentingnya untuk
datang ke posyandu.
2. Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film dll agar
menarik perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu.
3. Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki
balita mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya ke posyandu secara
rutin.
4. Membina kerja sama dengan sekolah untuk menimbang balita di lingkungan PAUD.
VII. 3. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas pemecahan masalah
dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks.
Tabel 34. Matriks MIVC
53
Alternatif Pemecahan
Masalah
Magnitude
(M)
Importancy
(I)
Vulnerability
(V)
Cost
(C)
Jumlah Prioritas
Para kader mengingatkan
jadwal posyandu pelaksanaan
posyandu 1 atau 2 hari
sebelumnya dilaksanakannya
kegiatan posyandu dan
mengingatkan pentingnya
untuk datang ke posyandu
3 3 4 2 18 II
Menggunakan media-media
yang menarik seperti poster,
leafleat, film dll agar menarik
perhatian ibu-ibu yang
memiliki balita untuk datang
ke posyandu.
3 3 3 3 9 IV
Mengadakan penyuluhan yang
intensif oleh bidan desa kepada
ibu yang memiliki balita
mengenai pentingnya
menimbang berat badan
balitanya ke posyandu secara
rutin
5 4 5 4 25 I
Membina kerja sama dengan
sekolah untuk menimbang
balita di lingkungan PAUD.
3 3 4 3 12 III
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan masalah
dengan menggunakan kriteria matriks maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan
penyebab masalah rendahnya cakupan balita yang datang dan ditimbang berat badannya di
Dusun Jetis Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang, antara lain :
1. Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki balita
mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya ke posyandu secara rutin
54
2. Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2 hari
sebelumnya dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan pentingnya untuk
datang ke posyandu.
3. Membina kerja sama dengan sekolah untuk menimbang balita di lingkungan PAUD
4. Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film dll agar menarik
perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu.
55
VII. 4 Plan Of Action
Dalam Plan Of Action akan disajikan perencanaan kegiatan pemecahan masalah D/S
Tabel 35. Plan Of Action
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolok ukur
1. Mengadakan
penyuluhan yang
intensif oleh bidan
desa kepada ibu
yang memiliki
balita mengenai
pentingnya
menimbang berat
badan balitanya ke
posyandu secara
rutin.
Memberikan
informasi
kepada ibu yang
memiliki balita
tentang
pentingnya
datang dan
menimbang
balita mereka di
posyandu secara
rutin
Ibu yang
memiliki
balita di
Dusun Jetis
Desa
Ngadirejo
Di rumah
kader atau
di rumah
penduduk
Kader desa
Bidan desa
3 bulan
sekali
Dana
BOK
Diskusi,
tanya
jawab,
pemberian
leaflet
gratis
Meningkatkan
pengetahuan ibu
tentang
pentingnya
posyandu
2. Para kader
mengingatkan
jadwal posyandu
pelaksanaan
Meningkatkan
keaktifan
kader
Meningkatkan
Ibu yang
memiliki
balita di
Dusun Jetis
Di rumah
kader atau
di rumah
penduduk
Kader desa 1 bulan
sekali
- Pemberitah
uan massal
kepada ibu
yang
Meningkatnya
partisipasi ibu
yang datang
dan
56
posyandu 1 atau 2
hari sebelumnya
dilaksanakannya
kegiatan posyandu
dan mengingatkan
pentingnya untuk
datang ke
posyandu.
kesadaran ibu
akan
pentingnya
datang ke
posyandu agar
ibu tidak lupa
datang ke
posyandu
Desa
Ngadirejo
atau di
tempat –
tempat
umum
atau
tempat
ibadah
saat
sedang
diadakan
acara atau
kegiatan
yang
mengikus
ertakan
masyrakat
seperti
arisan,
pengajian.
memiliki
balita
menimbangkan
balitanya ke
posyandu
Meningkatnya
kesadaran ibu
untuk
mengantarkan
balitanya ke
posyandu.
3. Membina kerja
sama dengan
PAUD untuk
Meningkatkan
jumlah balita
yang
Ibu yang
memiliki
balita di
Sekolah Kader ,
Bidan desa
1 bulan
sekali
Puskesm
as
Melakukan
kegiatan
Posyandu
Meningkatnya
jumlah balita
yang datang dan
57
menimbang balita
di lingkungan
PAUD
ditimbang Dusun Jetis
Desa
Ngadirejo
rutin bagi
balita
ditimbang di
Posyandu
4. Menggunakan
media-media yang
menarik seperti
poster,film dll agar
menarik perhatian
ibu-ibu yang
memiliki balita
untuk datang ke
posyandu.
Meningkatkan
ketertarikan
ibu untuk
mengikuti
kegiatan
Posyandu
Ibu yang
memiliki
balita di
Dusun Jetis
Desa
Ngadirejo
Posyandu
atau Balai
Desa
Kader ,
Bidan desa
2 bulan
sekali
Dana
BOK
Menempelk
an poster di
tempat-
tempat
umum,
pemberian
leaflet
gratis,
Meningkatnya
kesadaran ibu
untuk
mengantarkan
balitanya ke
posyandu
VII. 5 Gann Chart
58
Tabel 36. Gann Chart Kegiatan Pemecahan Masalah
Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang
memiliki balita mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya
ke posyandu secara rutin
Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau
2 hari sebelum dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan
pentingnya untuk datang ke posyandu
Membina kerja sama dengan sekolah untuk menimbang balita di
lingkungan PAUD
Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film
dll agar menarik perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke
posyandu.
59
BAB VIII
PENUTUP
VIII.1 Kesimpulan
1. Setelah melakukan analisis penyebab masalah, ditemukan penyebab angka balita yang datang
dan ditimbang di Dusun Jetis Desa Ngadirejo adalah :
Ibu lebih mementingkan kesibukannya daripada memantau pertumbuhan balitanya.
Masih kurangnya kegiatan penyuluhan yang menarik untuk ibu – ibu mengenai
pentingnya menimbang balita secara rutin ke posyandu
Perilaku orang tua yang menganggap bahwa posyandu tidak harus rutin.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya balita yang datang dan
ditimbang.
Jadwal pelaksanaan Posyandu yang berbenturan dengan jadwal sekolah
2. Prioritas pemecahan masalah rendahnya angka balita yang datang dan ditimbang di Dusun
Jetis Desa Ngadirejo adalah :
Mengadakan penyuluhan yang intensif oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki balita
mengenai pentingnya menimbang berat badan balitanya ke posyandu secara rutin
Para kader mengingatkan jadwal posyandu pelaksanaan posyandu 1 atau 2 hari sebelum
dilaksanakannya kegiatan posyandu dan mengingatkan pentingnya untuk datang ke
posyandu
Membina kerja sama dengan PAUD untuk melaksanakan kegiatan Posyandu di
lingkungan sekolah
Menggunakan media-media yang menarik seperti poster, leafleat, film dll agar menarik
perhatian ibu-ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu.
VIII. 2. Saran
60
1. Dihimbau kepada puskesmas untuk meningkatkan upaya pembinaan kader dalam
melakukan kegiatan posyandu.
2. Dihimbau kepada kader untuk melakukan kunjungan rumah untuk melakukan
penyuluhan atau konseling tentang pentingnya membawa balita untuk ditimbang ke
posyandu secara rutin.
3. Dihimbau kepada ibu yang memiliki balita untuk memiliki pengantar pengganti ke
posyandu jika ibu berhalangan hadir.
4. Dihimbau kepada PAUD agar mau membina kerja sama dengan Posyandu untuk
melaksanakan penimbangan balita.
DAFTAR PUSTAKA
61
1. Depkes RI. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem SurveilansEpidemiologi Kesehatan. Sub
Direktorat Survilans Epidemiologi,diunduh tanggal 4 Maret 2012dari :
http://www.surveilans.org.50.
2. Depkes RI. Modul Surveilans KIA : Peningkatan Kapasitas AgenPerubahan dan
Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak.Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta,
2007.
3. Dinkes Propinsi Jawa Timur. Buku Pegangan Kader Posyandu. Subdin PSD, Surabaya,
2005.
4. Depkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta, 2006.
5. Depkes RI. Buku Kader Posyandu Dalam Upaya Perbaikan Gizi Keluarga. DIPA Program
Perbaikan Gizi Masyarakat Dinkesprop Jawa Tengah, Sumarang, 2006.
6. Pemerintah Provinsi Jawa tengah. Pedoman Teknis Operasional Posyandu Model di Provinsi
Jawa Tengah. Semarang, 2006.
7. Yonferizal MR. Koto. Proses Pelaksanaan Manajemen Posyandu Terhadap Intensitas
Poyandu Analisis Data Sakerti 2000 (Tesis). 2007.
8. Hartoyo. Kegiatan Kepaniteraan di Puskesmas Kabupaten Magelang. Magelang; 2011.
9. Muninjaya Gde. Manajemen Kesehatan. EGC: Jakarta; 2002.
10. Hartoyo. Handout :Manajemen Pelayanan/Manajemen Program diPuskesmas. Magelang;
2011
62
LAMPIRAN
63
top related