BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46667/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Korea Selatan merpakan sebuah negara di Asia Timur yang telah
Post on 15-Jun-2020
0 Views
Preview:
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korea Selatan merpakan sebuah negara di Asia Timur yang telah berdiri
menjadi negara republik sejak tahun 1948. Negara ini merupakan salah satu negara
dengan tingkat kesejahteraan paling tinggi di kawasan Asia. Negara dengan
populasi 48 juta penduduk lebih ini merupakan negara pertama di dunia yang telah
melakukan revolusi digital di bidang teknologi dan media. Hal inilah yang
selanjutnya yang menjadi salah satu aspek melonjaknya income per capita negara
ini.1
Selain industri teknologi dan media, Korea Selatan juga terkenal dengan
industri kecantikan. Industri kecantikan di Korea meliputi industri kosmetik, skin
care dan klinik plastic surgery. Industri kecantikan di Korea sendiri telah dimulai
sejak awal tahun 2000 an. Pada periode tersebut, image perempuan cantik di Korea
dapat dikriteriakan sebagai perempuan yang memiliki kulit putih, wajah kecil
berbentuk V, hidung mancung, mata besar dan bibir kecil berwarna pink pucat.
Perspektif imej kecantikan ini yang pada akhirnya membuat warga Korea banyak
ingin merubah penampilannya berdasarkan kriteria-kriteria tersebut.2
1 South Korea Profile, BBC, diakses dalam: http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-
15289563, 3 Juni 2016 2 Mia D. Johnson, Seoul 2 Soul: The Journey Back to Me, Ivy Tech Community College Press, 2014,
h. 7
2
Berdasarkan data yang dilansir oleh ISAPS International Survey on
Aesthetic/Cosmetic, operasi plastik di Korea selatan telah membuat 740 orang dari
setiap 10.000 warga Korea melakukan operasi plastik dengan berbagai macam
prosedur pada tahun 2014. Data meliputi warga negara laki-laki dan perempuan
dengan rentang usia remaja hingga dewasa. Data ini sekaligus menunjukkan bahwa
negara Korea selatan merupakan negara dengan angka operasi plastik tertinggi di
kawasan Asia.3 Menurut data yang dipublikasikan oleh Seoul Touch Up,
perbandingan persentase laki-laki dan perempuan dari warga negara Korea yang
melakukan operasi plastik adalah sekitar 30:70%, artinya operasi plastik juga cukup
populer di kalangan laki-laki Korea .4
Tingkat operasi plastik yang begitu tinggi disertai dengan kemajuan
teknologi komunikasi dan dunia hiburan Korea Selatan, pada akhirnya membuat
operasi plastik juga menjadi bagian dari hallyu atau Korean wave, yang tersebar ke
seluruh penjuru dunia. Penampilan para public figure dengan penampilan yang
menawakan, dicirikan dengan karakteristik kulit putih khas Asia, Tubuh langsing
ideal dan wajah rupawan pada akhirnya ikut menstimulasi melonjaknya wisatawan
asing yang ingin melakukan operasi plastik di Korea Selatan. Pada tahun 2012
hingga 2014 , Korea Selatan mengalami kunjungan pasien operasi plastik yang
melonjak drastis hingga lebih dari ratusan persen, yaitu sekitar 300.000 pengunjung
asing dengan tujuan melakukan prosedur oprasi plastik, jauh berbeda denga dekade
3 ISAPS, International Survey on Aesthetic/Cosmetic, New York, 2014, h. 1-2 4 Seoul Touch Up, Korea n Plastic Surgery Statistics, diakses dalam:
https://www.seoultouchup.com/Korea n-plastic-surgery-statistics/, 22 Februari 2018, puul 21.00
WIB.
3
sebelum 2010 dengan jumlah pengunjung asing yang hanya berjumlah puluhan
ribu.5
Dengan dukungan penuh dari pemerintah Korea Selatan, Seoul sebagai
pusat operasi plastik negara ini telah memiliki branding dengan julukan The
Capital of Plastic Surgery. Industri operasi plastik di Seoul telah menjadi tujuan
destinasi pariwisata operasi plastik paling terkemuka di dunia. Industri kecantikan
di Korea secara keseluruhan termasuk industri operasi plastik telah menjadi salah
satu penyumbang devisa terbesar bagi Korea setelah industri Tenologi. Pada tahun
2013, Korea Selatan telah mendapatkan income sebeasr 138 milyar dolar AS dari
Industri ini dan meningkat menjadi 187 milyar dolar AS pada tahun 2014. Tentunya
angka tersebut merupakan angka income devisa yang cukup besar dalam bidang
industri non SDA.6
Dekade pasca 2010, Pemerintah Korea Selatan pada akhirnya memberi
dukungan penuh pada industri kecantikan di Korea guna semakin menstimulasi
meningkatnya wisatawan medis dengan tujuan oprasi plastik ke Korea . Dukungan
ini terlihat dari industri hiburan Korea yang tidak luput dari campur tangan
pemerintah. Upaya branding guna untuk guna untuk meluruskan perspektif negatif
tentang operasi plastik sebagai gaya hidup warga Korea juga dilakukan oleh
pemerintah Korea Selatan. Salah satunya terlihat dari kerjasama pemerintah Korea
Selatan dengan Id Hospital yang meluncurkan sebuah reality show dengan judul
5 Ibid. 6 The Richest, Billion Dollar Industry To Be: Plastic Surgery In South Korea ,
https://www.therichest.com/expensive-lifestyle/billion-dollar-industry-to-be-plastic-surgery-in-
south-Korea /, 22 Februari 2018, puul 21.00 WIB.
4
Let Me in. Reality show ini telah disiarkan secara nasional melalui chanel Id
Hospital di televisi kabel Korea selatan dan juga telah disiarkan secara internasional
melalui Chanel yang sama. Reality show ini menunjukkan bagaimana seseorang
yang mempunyai wajah dibawah standard kecantikan mempunyai hak untuk
melakukan operasi plastik karena jika dibiarkan akan menyebabkan keadaan psikis
yang mengganggu.7
Reality Show ini tidak hanya berorientasi pada tujuan ekonomi, melainan
juga pada tujuan budaya, yakni meningkatkan level pemahaman masyarakat
internasional terkait trend oprasi plastik, karena Korea Selatan kerap kali dianggap
sebagai negara yang dibenci di dunia karena gaya hidup penduduknya yang
cenderung menjadikan operasi plastik sebagai habit yang normal. Dalam tulisan
SooJind Lee seluruh program Let Me In, didedikasikan sebagai bentuk ekspansi
budaya cosmetics surgery dan seluruh industrinya yang berhubungan dengan gaya
hidup dan kecantikan orang Korea Selatan.8
Sejauh ini, Let Me In telah masuk salah satu instrumen ekspansi program
televisi Korea Selatan dan industri hiburannya yang telah dimulai sejak taun 1997.
Upaya sejak tahun 1997 tersebut sebagian besar ditujukan untuk mempromosikan
gaya hidup dan segala sesuatu yang berhubungan dengan korean wave dalam
bentuk diplomasi publik media.9 Pada intinya, Pemerintah Korea Selatan telah
7 http://www.Korea times.co.kr/www/news/nation/2012/02/113_104263.html, 5 Juni 2016 8 SooJin Lee, Cosmetic Surgery in Contemporary Korean Art, Taipe: Associations of Asian Study,
2015, h. 150 9 Pao-Li Chang, Hyojung Lee, The Korean Wave: Determinants and its Implications on Trade,
School of Economics, Singapore Management University, 2017, h. 3
5
menggunakan industri hiburan di Korea termasuk Let Me In sebagai salah satu
bentuk diplomasi publik Korea Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dibuat guna sebagai guidance unit analisis yang akan
kita bahas dalam penelitian kita. Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana upaya diplomasi publik
Korea Selatan melalui operasi plastik?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dibuat guna untuk menjelaskan bahwa media merupakan
salah satu instrument diplomasi publik serta untuk Untuk mengetahui bagaimana
korea selatan merepresentasikan budaya operasi plastik Korea sebagai salah satu
instrumen diplomasi publik dalam meningkatkan income ekonomi negara dari
industri kecantikan serta meningkatkan pemahaman masyarakat internasional akan
budaya operasi plastik di Korea Selatan.
6
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat penelitian disini penulis bagi menjadi dua, yaitu:
1.3.2.1 Manfaat Akademis
Penulis berharap penelitian ini dapat menyumbang ilmu pengetahuan dan
rujukan teori bagi siapapun saja yang ingin membahas isu seputar isu penggunaan
diplomasi publik oleh negara tertentu sebagai instrumen kepentingan nasionalnya.
Selain itu penulis juga berharap agar tulisan ini nantinya akan bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya dan memberikan kontribusi penuh pada disiplin Ilmu
Hubungan Internasional.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Meningkatkan level pemahaman seputar budaya operasi plastik di Korea
dan seputar media sebagai salah satu alat diplomasi publik guna meningkatkan
pendapatan ekonomi negara-negara di dunia khususnya Korea Selatan. serta
meningkatkan pemahaman masyarakat internasional akan budaya operasi plastik di
Korea Selatan.
1.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu dibutuhkan guna sebagai informasi tambahan bagi
para pembaca terkait penelitian-penelitian serupa yang erat relevansinya dengan
penelitian penulis. Selain itu, kegunaan lainnya adalah untuk meminimalisir
kesamaan dengan penelitian-penelitian lainnya, penulis juga sedikit mengulas
penilitian-penelitian sebelumnya yang membahas seputar isu-isu yang saling
7
berkaitan dengan penelitian penulis. Berikut penelitian-penelitian terdahulu yang
penulis dapatkan:
Penelitian terdahulu yang pertama adalah skripsi saudari Noor Rahman
Yulia mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Skripsi Ini Dibuat Pada Tahun 2013 Dengan Judul Diplomasi
Kebudayaan Republic Of Korea Melalui Film Dan Drama: Pencapaian
Kepentingan Citra Dan Ekonomi Republic Of Korea Di Indonesia. Alat analisa
dalam skripsi ini adalah Diplomasi Budaya dan kepentingan nasional. Isi dari
penelitian ini menjelaskan tujuan Korea Selatan untuk meningkatkan level
pemahaman pemirsa di Indonesia akan kebudayaan Korea , selain itu tujuan
ekonomi juga dijelaskan disini. Tujuan ekonomi tersebut nampak pada
meningkatnya tujuan wisatawan konvensional dan wisatawan dalam hal beauty
tourism.10
Relevansi penelitian ini dengan penelitian penulis dapat dilihat dari
kepentingan Korea Selatan dalam mengginakan instrumen media dalam
meningkatkan pendapatan ekonominya dan sebagai bentuk pemahaman budaya
bagi masyarakat Internasonal. Operbedaannya objek penelitian terdahulu ini adalah
media film dan drama, sedangkan penelitian penulis adalah reality show dalam
bidang medis dan kecantikan yang ditujukan untuk menstimulasi masyarakat
Internasional guna memilih Korea Selatan sebagai destinasi wisata kecantikannya.
10 Noor Rahman Yulia, Diplomasi Kebudayaan Republic Of Korea Melalui Film Dan Drama:
Pencapaian Kepentingan Citra Dan Ekonomi Republic Of Korea Di Indonesia, Skripsi, Hubungan
Internasional UIN Syarif Hidayatullah, 2013.
8
Penelitian kedua adalah skripsi dari Megawati Irawan, mahasiswa jurusan
Hubungan Internasional Universitas Hasanudin. Judul skripsi ini adalah Peran
Voice Of America (VOA) Dalam Diplomasi Publik Amerika Serikat Di Indonesia.
Skripsi ini menggunakan alat analisa soft power dan diplomasi publik. Skripsi ini
berisi tentang VOA yang memiliki 240 afiliasi radio FM dan AM di seluruh penjuru
Indonesia. Lebih dari 80 persen pendengar VOA menangkap berbagai program
VOA melalui radio-radio afiliasi ini. Mulai tahun 2000, VOA melebarkan sayapnya
dengan memproduksi program-program televisi. Berbagai program televisi VOA
dapat disaksikan di sebagian besar stasiun televisi nasional dan lebih dari 30 televisi
lokal. Tujuan dari penyiaran ini adalah sebagai bentuk instrumen diplomasi publik
dan diplomasi publik Amerika guna meningkatkan level pemahaman positif rakyat
Indoneisa terhadap Amerika dalam hal politk, budaya dan ekonomi.11
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang penulis angkat terdapat
pada upaya negara dalam membuat instrumen diplomasi publik . Tujuan Amerika
menjadikan VOA sebagai instrumen diplomasi publik nya adalah untuk
meningkatkan level pemahaman masyarakat Indonesia atas kebudayaan Amerika
Serikat dan menstimulasi meningkatkan jumlah wisatawan Indonesia di Amerika.
Berbeda dengan penelitian penulis yang lebih terfokus pada upaya Korea dalam
meningkatkan kunjungan wisatawan medis guna melakukan operasi plastik,
sehingga pendapatan Korea semakin bertambah . program media di Korea juga
bertujuan menggambarkan realita orang-orang yang melakukan operasi plastik.
11 Mrgawati Irawan, Peran Voice Of America (VOA) Dalam Diplomasi Publik Amerika Serikat Di
Indonesia, Skripsi, Hubungan Internasional Universitas Hasanudin, 2015,
9
Penelitian terdahulu ketiga adalah penelitian Dody Perdana Eryanto,
jurusan Imu Komunikasi Universitas Diponegoro. Judul Penelitian ini adalah Pesan
Propaganda Ideologi Imperialisme dalam Film Transformers. Penelitian ini
menggunakan alat analisa propaganda dalam media Film. Unsur Propaganda dalam
penelitian ini terdapat pada isi film yang menegaskan bahwa Korea Utara,
Tiongkok, Rusia dan Iran merupakan ancaman serius bagi Dunia Khususnya bagi
Amerika.12
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada
instrumen media yang digunakan sebagai alat kepentingan sebuah negara. dalam
peneiltian terdahulu ini dijelaskan jika Amerika menggunakan media Film sebagai
instrumen propaganda agar masyarakat Internasional lebih berpihak dan
mengagumi Amerika Serikat. Tujuan lainnya adalah untuk mencari justifikasi
bahwa Korea Utara, Iran, Rusia dan Tiongkok merupakan negara-negara yang
kerap menimbulkan konflik internasional di seluruh dunia. Berbeda dengan
penelitian penulis, yang membahas seputar penggunaan media sebagai diplomasi
publik guna meningkatkan pendapatan ekonomi sebuah negara layaknya Korea
Selatan.
Penelitian keempat adalah skripsi Agnita A, Mahasiswa jurusan Hubungan
Internasional Universitas Muhammadiyah Malang. Skripsi ini berjudul Serial
Televisi Amerika Serikat Sebagai Media Cultural imperialism pada Perempuan
Arab. Alat analisa dalam penelitian ini adalah konsep cultural imperialism dan
12 Dody Perdana Eryanto, Pesan Propaganda Ideologi Imperialisme dalam Film Transformers,
Jurusan Imu Komunikasi Universitas Diponegoro, 2015.
10
postfeminisme. Isi penelitian ini menjelaskan bahwa Media Televisi Amerika yang
disiarkan di Arab Saudi dapat memberikan reaksi dan pengaruh terhadap
perempuan Arab Saudi yang menjadikan perempuan Amerika Serikat sebagai tolak
ukur trend kecantikan dan hak-hak dasar perempuan. 13
Relevansi penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada instrumen
media yang digunakan sebagai alat kepentingan sebuah negara. Amerika Serikat
menggunakan Media sebagai bentuk kultural imperialisme guna mempengaruhi
mindset atau cara berfikir para perempuan di Arab Saudi yang cenderung
konserfatif. Berbeda dengan penelitian penulis yang lebih membahas seputar upaya
Korea dalam meningkatkan kunjungan wisatawan medis guna melakukan operasi
plastik, sehingga pendapatan Korea semakin bertambah. Acara Let Me In juga
bertujuan menggambarkan realita orang-orang yang melakukan operasi plastik.
Orientasi tujuan ekonomi menjadi tujuan utama acara Let Me In yang menunjukkan
superioritas Teknologi kecantikan Korea Selatan.
Penelitian ke lima adalah penelitian Carmen Voinea yang berjudul Plastic
Surgery Phenomenon Among South Korean Women. The Instrumental Body In
A Rite Of Passage To The Normative Innocent Glamour.14 Penelitian ini
membahas seputar upaya media Korea Selatan untuk membuat konsep kecantikan
baru berdasarkan perspektif kecantikan Korea. Upaya ini mereka sampaikan
melalui program-program Korean Pop culture seperti Drama, Film, Reality Show,
13 Agnita A, Serial Televisi Amerika Serikat Sebagai Media Cultural Imperialism pada Perempuan
Arab, Skripsi, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Mlang, 2015 14 Carmen Voinea, Plastic Surgery Phenomenon Among South Korean Women. The Instrumental
Body In A Rite Of Passage To The Normative “Innocent Glamour”, Jurnal Sociological Studies,
University of Bucharest, No. 1, 2017
11
Musik dan lain sebagainya, salah satunya melalui reality show Let Me In. Perspektif
kecantikan yang diciptakan oleh Korea disebut dengan istilah innocent glamour,
berbeda jauh dengan konsep kecantikan dari Barat yang cenderung menampilkan
citra yang seksi, innocent beauty lebih pada citra fisik yang lembut, kalem ala gadis
Asia, kulit cerah, hidung kecil yang mancung, mata bulat dengan double eyelid,
dahi berisi, rahang kecil dagu lancip dan bentuk tubuh proporsional.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada
pembahasan seputar korean pop culture (Let Me In) yang digunakan sebagai
instrumen untuk menyampaikan ide baru seputar perspektif kecantikan Korea
Selatan. perbedaannya terdapat pada alat analisa. Jika penelitian penulis
menggunakan diplomasi publik , konsep peningkatan ekonomi dan konsep korean
pop culture, sedangkan penelitian ini menggunakan konsep modern body. Intinya,
penelitian ini ingin menyampaikan konsepsi baru seputar modern body yang
didasrkan pada perspektif tren kecantikan Korea Selatan.
Penelitian keenam yaitu penelitian Kwon Eun Jee yang berjudul Korean
Wave: Discourse Analysis on Korean Popular Culture in US and UK Digital
Newspapers.15 Penelitian ini membahas seputar meledaknya demam Korea di
Amerika Serikat dan Inggris sebagai dampak dari Korean Wave. Salah satu yang
berkontribusi mempromosikan demam Korea dalam penelitian ini adalah Digital
Newspapers yang hampir setiap hari membahas seputar tren musik Korea, drama
dan segala bentuk gaya hidup orang-orang Korea. Hal ini pada dasarnya merupakan
15 Kwon Eun Jee, Korean Wave: Discourse Analysis on Korean Popular Culture in US and UK
Digital Newspapers, Thesis, Radbound University, 2007
12
upaya pemerintah Korea dalam memesan kolom berita seputar dunia hiburan korea
pada portal onlin luar negeri khususnya di Amerika Serikat dan Inggris. Hasilnya,
cara ini begitu bekerja daalam mempromosikan segala bentuk industri Korea
Selatan, terutama industri hiburannya.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada instrumen
media yang digunakan sebagai alat dalam mempromosikan industri huburan Korea
Selatan, dengan demikinan akan semakin menarik publik internasional untuk
mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan Korea. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah internationalization, sedangkan penelitian
penulis menggunakan alat analisis yang berupa konsep diplomasi publik ,
peningkatan ekonomi dan korean pop culture.
Penelitian ke tujuh adalah penelitian Pao-Li Chang dan Hyojung Lee yang
berjudul The Korean Wave: Determinants and its Implications on Trade.16
Peneilitian ini membahas seputar korean wave yang mempunyai kontribusi besar
pada arus perdagangan industri Korea. Seperti yang kita tahu, Korean Wave selama
ini disebabkan oleh meluasnya program korean pop culture ke seluruh dunia seperti
drama, musik dan program-program hiburan lainnya. Demam korea yang terjadi di
negara-negara lain selanjutnya akan berimbas pada perdagangan industri korea,
kareana korean pop culture selama ini dianggap sebagai agen pengiklanan tidak
langsung produk-produk barang atau jasa dari korea selatan. Dengan mendunianya
demam korea, otomatis akan telah berkontribusi dalam meningkatkan pemasukan
16
13
korea dari beberapa industri, seperti industri kecantikan, industri mobile phone,
industri elektronik dan industri-industri lainnya.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada peran
media hiburan korea yang berperan penting sebagai agen promosi industri-industri
di Korea. Perbedaannya, penelutian penulis hanya terfokus pada industri kecantikan
khusnya industri bedah plastik, sedangkan penelitian ini menggambarkan dampak
pada semua industri perdagangan di korea secaram general. Konsep dalam
penelitian ini adalah korean wave. Sedangkan konsep yang penulis gunakan sebagai
alat analisis penelitian penulis adalah konsep diplomasi publik , peningkatan
ekonomi dan korean pop culture.
Penelitian Terakhir adalah penelitian Pettisa Rustadi yang berjudul
Korean Wave Sebagai Bentuk Instrumen Diplomasi Korea Selatan Dilihat Dari
Paradigma Realisme, Liberalisme Dan Konstruktivisme.17 Penelitian ini
membahas seputar fenomena Korea n Wave yang pada akhirnya menjadi instrumen
diplomasi publik dan diplomasi budaya Korea Utara dalam memperkenalkan seni
kontemporer negara ini, produk fashion hingga produk kecantikan dan produk
teknologi. Jika dipandang dari paradigma Realisme, Korea n Wave dapat dijelaskan
melalui diplomasi publik . Investasi Korea Selatan dalam industri hiburan dan
media di Korea , diharapkan dapat menjadi instrumen yang membawa citra positif
Korea ke ranah internasional. Jika dilihat dari paradigma liberalisme, fenomena
Korea n wave dapat dilihat dari peningkatan jumlah konsumsi masyarakat
17 Pettisa Rustadi, Korean Wave Sebagai Bentuk Instrumen Diplomasi Korea Selatan Dilihat Dari
Paradigma Realisme, Liberalisme Dan Konstruktivisme, Skripsi, HI, FISIP UI, 2012.
14
internasional atas produksi-prosuksi industri hiburan, fashion, konsmetik, teknologi
dan lain sebagainya yang berasal dari Korea Selatan. Jika dilihat dari aspek
konstruktivisme, fenomena Korean Wave dapat kita amati melalui nilai-nilai gaya
hidup idola Korea yang mulai terkonstruksi pada masyarakat internasional.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada instrumen
media yang digunakan guna menunjang kepentingan Korea Selatan. Perbedaannya
penelitian terdahulu ini bersifat lebih universal pada segala bentuk instrumen Korea
n wave, baik musik, film, drama dan instrumen meduia lain dari Korea selatan.
Penelitian terdahulu ini juga dianalisis melalui tiga perspektif besar ilmu Hubungan
Internasional, yaitu Liberalis, Realis dan konstruktivis. Berbeda dengan penelitian
penulis yang hanya membahas seputar reality show Let Me In Korea selatan yang
hanya dianalisis dengan konsep diplomasi publik .
Setelah penulis mereview beberapa isi penelitian terdahulu di atas, maka
dapat dilihat bahwa penelitian ini begitu berbeda dengan penelitian terdahulu yang
telah penulis sebutkan di atas. Secara umum, beberapa penelitian terdahulu tersebut
membahas sebuah acara media seperti drama, dan broadcasting radio yang
ditujukan sebagai propaganda dan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
internasional akan budaya sebuah negara. Meski ada juga yang bertujuan dalam
peningkatan ekonomi dalam bentuk diplomasi publik , namun isi penelitian tersebut
tetap berbada dengan penelitian penulis, karena penelitian penulis hanya membahas
seputar reality show Let Me In yang ditujukan sebagai bentuk diplomasi publik
Korea Selatan dalam meningkatkan perekonomian dalam sektor wisatawan medis
yang bertujuan melakukan operasi plastik.
15
Tabel 1.1 Posisi Penelitian
No
.
Penulis/Judul Penelitian Metode/Alat
Analisa
Isi Penelitian
1
Noor Rahman Yulia
/Diplomasi Kebudayaan
Republic Of Korea Melalui
Film Dan Drama: Pencapaian
Kepentingan Citra Dan
Ekonomi Republic Of Korea Di
Indonesia
Deskriptif/
Diplomasi
budaya dan
kepentingan
nasional
Penelitian
menjelaskan tujuan
Korea Selatan untuk
meningkatkan level
pemahaman pemirsa
di Indonesia akan
kebudayaan Korea ,
selain itu tujuan
ekonomi juga
dijelaskan disini.
Tujuan ekonomi
tersebut nampak
pada meningkatnya
tujuan wisatawan
konvensional dan
wisatawan dalam hal
beauty tourism.
Media merupakan
instrumen utama
dalam upaya ini.
Drama tv, film dan
musik merupakan
tiga jenis media
diplomasi budaya
Korea yang amat
diminati oleh orang-
orang Indonesia.
2
Megawati Irawan/Peran Voice
Of America (VOA) Dalam
Diplomasi Publik Amerika
Serikat Di Indonesia.
Deskriptif/Soft
Power,
Diplomasi
Publik
Skripsi ini berisi
tentang VOA yang
memiliki 240 afiliasi
radio FM dan AM di
seluruh penjuru
Indonesia. Mulai
tahun 2000, VOA
melebarkan
sayapnya dengan
memproduksi
program-program
16
televisi. Berbagai
program televisi
VOA dapat
disaksikan di
sebagian besar
stasiun televisi
nasional dan lebih
dari 30 televisi lokal.
Tujuan dari
penyiaran ini adalah
sebagai bentuk
instrumen diplomasi
publik dan diplomasi
publik Amerika
guna meningkatkan
level pemahaman
positif rakyat
Indoneisa terhadap
Amerika dalam hal
politk, budaya dan
ekonomi.
3 Dody Perdana Eryanto, / Pesan
Propaganda Ideologi
Imperialisme dalam Film
Transformers
Deskriptif/Propa
ganda
Penelitian ini berisi
tentang unsur
propaganda yang
terdapat pada film
Transformers. Unsur
Propaganda dalam
penelitian ini
terdapat pada isi film
yang menegaskan
bahwa Korea Utara,
Tiongkok, Rusia dan
Iran merupakan
ancaman serius bagi
Dunia Khususnya
bagi Amerika.
4 Agnita. A/ Serial Televisi
Amerika Serikat Sebagai Media
Cultural imperialism pada
Perempuan Arab
Deskriptif/cultur
al imperialism,
postfeminisme
penelitian ini
menjelaskan bahwa
Media Televisi
Amerika yang
disiarkan di Arab
Saudi dapat
memberikan reaksi
dan pengaruh
terhadap perempuan
Arab Saudi yang
17
menjadikan
perempuan Amerika
Serikat sebagai tolak
ukur trend
kecantikan dan hak-
hak dasar
perempuan.
5 Carmen Voinea/Plastic
Surgery Phenomenon Among
South Korean Women. The
Instrumental Body In A Rite Of
Passage To The Normative
Innocent Glamour.
Deskriptif/
Modern Body
Korea Selatan untuk
membuat konsep
kecantikan baru
berdasarkan
perspektif kecantikan
Korea. Upaya ini
mereka sampaikan
melalui program-
program Korean Pop
culture seperti
Drama, Film, Reality
Show, Musik dan
lain sebagainya,
salah satunya melalui
reality show Let Me
In. Perspektif
kecantikan yang
diciptakan oleh
Korea disebut
dengan istilah
innocent glamour,
berbeda jauh dengan
konsep kecantikan
dari Barat yang
cenderung
menampilkan citra
yang seksi
6 Kwon Eun Jee/Korean Wave:
Discourse Analysis on Korean
Popular Culture in US and UK
Digital Newspapers.
Dekriptif/
Internationalizat
ion
Hasil dari penelitian
ini menyatakan
bahwa Salah satu
yang berkontribusi
mempromosikan
demam Korea dalam
penelitian ini adalah
Digital Newspapers
yang hampir setiap
hari membahas
seputar tren musik
Korea, drama dan
18
segala bentuk gaya
hidup orang-orang
Korea. Hal ini pada
dasarnya merupakan
upaya pemerintah
Korea dalam
memesan kolom
berita seputar dunia
hiburan korea pada
portal onlin luar
negeri khususnya di
Amerika Serikat dan
Inggris. Hasilnya,
cara ini begitu
bekerja daalam
mempromosikan
segala bentuk
industri Korea
Selatan, terutama
industri hiburannya.
7 Pao-Li Chang dan Hyojung
Lee/ The Korean Wave:
Determinants and its
Implications on Trade.
Deskriptif/Korea
n Wave
Hasil dari penelitian
ini menjelaskan,
bahwa Korean Wave
selama ini
disebabkan oleh
meluasnya program
korean pop culture ke
seluruh dunia seperti
drama, musik dan
program-program
hiburan lainnya.
Demam korea yang
terjadi di negara-
negara lain
selanjutnya akan
berimbas pada
perdagangan industri
korea, kareana
korean pop culture
selama ini dianggap
sebagai agen
pengiklanan tidak
langsung produk-
produk barang atau
jasa dari korea
selatan. Dengan
19
mendunianya demam
korea, otomatis akan
telah berkontribusi
dalam meningkatkan
pemasukan korea
dari beberapa
industri, seperti
industri kecantikan,
industri mobile
phone, industri
elektronik dan
industri-industri
lainnya
8 Pettisa Rustadi/Korean Wave
Sebagai Bentuk Instrumen
Diplomasi Korea Selatan
Dilihat Dari Paradigma
Realisme, Liberalisme Dan
Konstruktivisme
Deskriptif/Realis
me, Liberalisme
Dan
Konstruktivism,
konsep
Diplomasi
publik dan
konsep
Diplomasi
Budaya
Menurut Realisme,
Korea n Wave dapat
dijelaskan melalui
diplomasi publik .
Investasi Korea
Selatan dalam
industri hiburan dan
media di Korea ,
diharapkan dapat
menjadi instrumen
yang membawa citra
positif Korea ke
ranah internasional.
Jika dilihat dari
paradigma
liberalisme,
fenomena Korea n
wave dapat dilihat
dari peningkatan
jumlah konsumsi
masyarakat
internasional atas
produksi-prosuksi
industri hiburan,
fashion, konsmetik,
teknologi dan lain
sebagainya yang
berasal dari Korea
Selatan. Jika dilihat
dari aspek
konstruktivisme,
fenomena Korea n
Wave dapat kita
20
amati melalui nilai-
nilai gaya hidup idola
Korea yang mulai
terkonstruksi pada
masyarakat
internasional.
9 Tristania Maulidya/ Upaya
Reality Show Let Me In Sebagai
Bentuk Diplomasi publik
Dalam Meningkatkan Ekonomi
Dan Memperkenalkan
Perspektif Kecantikan Korea
Selatan
Deskriptif/
diplomasi publik
, peningkatan
ekonomi,
Korean popular
Culture
Penelitian ini
merupakan
penelitian yang
penulis angkat
sebagai Tugas Akhir
penulis. berbeda
dengan literatur
review penelitian
terdahulu, penelitian
ini lebih terfokus
pada program Let Me
In Korea Selatan
yang diharapkan
dapat meningkatkan
imcome secara
ekonomi dari
kunjuungan
wisatawan asing dan
dapat
memperkenalkan
perspektif baru
kecantikan Korea
yang disebut
innocent glamour.
1.5 Teori dan Konsep
1.5.1 Diplomasi Publik
Dalam merampungkan penelitian ini, penulis tentunya memilih landasan
konseptual yang sesuai untuk digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini.
Landasan konseptual pertama yang penulis gunakan adalah diplomasi publik,
21
sebuah sub konsep dari diplomasi yang umunya digunakan sebagai upaya dalam
menginformasikan hal-hal yang berkaityan dengan kepentingan nasional sebuah
negara pada dunia Internasional.
Menurut Wilson P. Dizard, diplomasi publik banyak diimplementasikan
oleh aktor-aktor negara untuk merefleksikan citra negaranya. Contohnya yang
paling banyak dikenal dalah diplomasi publik Amerika Serikat pada asa presiden
Bush pasca dekade 2000 an. Pada masa ini diplomasi publik Amerika Serikat begitu
gencar menggunakan instrumen media untuk menunjukkan komitmennya pada
dunia internasional dalam melawan tindakan terorisme. Mulai dari media cetak,
media TV, internet hingga industri hiburan Holywood juga berperan penting dalam
diplomasi publik Amerika Serikat pada saat itu. Dizard kemudian mendefinisikan
diplomasi publik sebagai upaya untuk meningkatkan level pemahaman khalayak
internasional atas citra sebuah negara, agar khalayak internasional dapat berpihak
pada negara tersebut.18
Menurut J. Wang, Diplomasi publik diartikan sebagai proses komunikasi
pemerintah terhadap publik mancanegara yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman atas negara, sikap, institusi, budaya, kepentingan nasional, dan
kebijakan -kebijakan yang diambil oleh negaranya. Eksistensi diplomasi publik
dalam khazanah politik global juga dianggap begitu penting, guna menghindari
miss persepsi khalayak internasional atas citra sebuah negara dari berbgai aspek.19
18 Wilson P. Dizard, Inventing Public Diplomacy: The Story of the U.S. Information Agency,
London: Lynne Reinner Pubisher, 2004, h. 220-222 19 J. Wang, dalam: Citra Hennida, Diplomasi Publik dalam Politik Luar Negeri, Departemen
Hubungan Internasional, FISIP, Universitaas Airlangga, Surabaya, 2014, h. 2
22
Menurut Esti Andayani, Duta Besar Indonesia untuk Italia pada tahun
2016 menyatakan bahwa aktor dalam diplomasi publik bukan hanya aktor negara,
melainkan seluruh elemen masyarakat sebuah negara, media kreatif, para seniman
dan warga negara lainnya. Semua dapat berperan dalam diplomasi publik guna
memperkenalkan kearif20an dan budaya sebuah negara yang masih belu diketahui
secara jelas oleh masyarakat internasional.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa operasionalisasi
konsep ini begitu sesuai dengan tema penelitian penulis yang membahas seputar
diplomasi publik Korea Selatan melalui teknologi operasi plastik yang direfleksikan
melalui program-program media, seperti Let Me In. Acara ini kemudian
ditayangkan secara internasiona guna meningkatkan pemahaman masyarakat
internasional akan budaya operasi plastik Korea Selatan yang selama ini
dimisinterpretasikan oleh beberapa kalangan di dunia.
1.5.2 Konsep Peningkatan Eokonomi
Konsep kedua yang penulis gunakan sebagai alat analisis penelitian ini
adalah konsep peningkatan ekonomi. Dalam konteks peningkatan ekonomi,
perkembangan ekonomi sebuah negara begitu bergantung pada kebijakan
pemerintahnya dalam mendukung penuh industri barang dan jasa dalam negeri.
Peningkatan ekonomi sebuah negara juga tidak hanya bergantung pada Sumber
Daya Alam (SDA) yang dimiliki sebuah negara, melainkan juga bergantung pada
20 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia,
Diplomasi Publik Berbasis Nilai-Nilai Unggul Indonesia, diakses dalam:
https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Diplomasi-Publik-Berbasis-Nilai-Nilai-Unggul-
Indonesia.aspx, 28 November 2018, pukul 17.00 WIB.
23
kualitas kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh negara
tersebut.21
Secara ekonomi, ada beberapa cara untuk memperhitungkan peningkatan
ekonomi sebuah negara, baik dilihat dari sisi permintaan maupun jika dilihat dari
sisi penawaran. Apabila dari sisi permintaan (demand) yaitu dengan
memperhitungkan komponen-komponen makro ekonomi berupa konsumsi,
investasi, ekspor dan impor sedangkan dari sisi penawaran (supply) dengan
memperhitungkan nilai tambah setiap sektor dalam produksi nasional.
Perekonomian dibagi menjadi tiga sektor besar, yaitu primer, sekunder dan jasa-
jasa (tersier).22 Guna menyeimbangkan Supply dengan permintaan pasar,
pemerintah negara perlu menstimulasi dan menfasilitasi para pelaku ekonomi, guna
semakin meningkatkan kualiats SDM serta industri ekonomi di negara tersebut.
Jika dikaitkan dengan industri operassi plastik di Korea Selatan, demand
dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan konsumsi publik atas jasa operasi plastik.
Berbeda halnya dengan demand, supplay dapat diartikan sebagai sebarapa besar
sebuah industri barang atau jasa dapat mengimbangi deman-nya. Dalam konteks
operasi plastik di Korea Selatan, nantinya dapat dilihat seberapa besar kemampuan
industri operasi plastik dalam bersaing dengan industri serupa di negara lainnya dan
memenuhi permintaan konsumen serta mengimbangi jumlah konsumen pengguna
jasa operasi plastik.
21 Martin Perry, Controversies in Local Economic Development: Stories, Strategies, Solutions, New
York: Routledge, 2010, h. 31 22 Ibid.
24
Menurut Martin Perry, secara ekonomi, indikator peningkatan ekonomi
sebuah negara tidak hanya didasarkan pada suppy dan demand, melainkan juga
didasarkan pada nilai pasti income negara atau Gross Domestic Product (GDP) .
GDP sendiri telah disepakati sebagai tolak ukur utama sebuah perekonomian
negara, yang umumnya dihitung dari total pendapatan negara pertahun dari seluruh
sumber devisa. Sumber devisa ini dapat bersal dari berbagai sektor ekonomi, mulai
dari barang hingga jasa.23
Jika dikaitkan dengan tema penelitian yang penulis ambil, industri operasi
plastik di Korea Seatan merupakan salah satu sumber devisa utama negara. dengan
rata-rata GDP yang hampir sama sejak 2013 hingga 2014 (sekitar 1,4 Triliun
Dollar), industri operasi plastik telah membuktikan eksistensinya dalam
meningkatkan pendapatan negara. pada 2013, industri operasi plastik hanya
menyumbang pemasukan sekitar 9 persen dari jumlah GDP negara, dan pada tahun
2014 industri ini menyumbangkan sekitar 13 persen dari jumlah GDP Korea
Selatan. Artinya industri operasi plastik’ di Korea Selatan merupakan salah satu
industri penyumbang devisa negara bagi Korea Selatan.24
1.5.3 Korean Popular Culture
Konsep yang ketiga yang penuis gunakan sebagai konsep tambahan adalah
konsep Korean Popular Culture. Sebelum penulis membahas seputar konsep ini,
penulis akan terlebih dahulu mendefinisikan kata culture atau yang berarti budaya
23 Ibid., h. 32-33 24 he Richest, Billion Dollar Industry To Be: Plastic Surgery In South Korea ,
https://www.therichest.com/expensive-lifestyle/billion-dollar-industry-to-be-plastic-surgery-in-
south-Korea /, 22 Februari 2018, puul 21.00 WIB.
25
dalam konsep ini. Pada dasarnya, budaya adalah istilah abstrak dan luas, itulah
sebabnya budanya mempunyai berbagai macam variasi atau kategori, seperti
budaya etnis, budaya jalanan, budaya rakyat, budaya populer, dan budaya nasional.
Sama halnya seperti kata budaya, popular culture atau budaya populer
dapat didefinisikan dengan berbagai cara juga. Namun, untuk memahami
pengertian umum, kita harus merujuk pengertian budaya dan makna kombinasinya
dalam frasa budaya populer yang didefinisiakan oleh R. William. Menurut R.
William budaya diartikan sebagai cara hidup tertentu yang merujuk pada praktek-
praktek hidup yang umum dilakukan orang-orang, misalnya seperti liburan di tepi
pantai, perayaan Natal, dan lain sebagainya.25
Berikutnya adalah kata popular. Menurut R. William, kata popular
diambil dari kata dalam bahasa latin popularis yang secara etimologi berarti milik
orang lain. Secara terminologi, pengertian dari kata popular adalah suatu hal yang
banyak disukai atau digandrungi banyak orang. Dengan demikian frasa popular
culrure atau budaya populer berarti suatu praktek-praktek pada suatu hal yang
disukai oleh orang.26
Secarfa garis besar budaya populer berarti sebuah praktek atau objek yang
umum ditemukan sehari-hari. Salah satu bentuk dari budaya populer adalah
eksistensi sesuatu yang diproduksi secara masal dan dikonsumsi secara masal dan
disukai banyak orang, seperti buku, majalah, media visual (acara TV dan Film)
media online, musik dan lain sebagainya. Jika dikaitkan dengan korean pop culture,
25 R. William, dalam: Thao Emilie DO, Emergence Of The Korean Popular Culture In The World,
Thesis, Intgernational Busines Departement, Turku University Of Applied Sciences, 2011, h. 14 26 Ibid.
26
frasa yang terdiri dari tiga kata ini berarti segala bentuk produksi masal dari negara
Korea Selatan (terutama produksi industri media hiburan) yang diproduksi masal
dan disukai banyak orang di berbagai belahan dunia, sehingga dapat mempengaruhi
gaya hidup mereka hingga mempunyai kecenderungan pada praktek meniru atau
menyerupai objek yang ditemukan pada hal-hal yang datangnya dari Korea
Selatan.27
Konsep ini penulis gunakan sebagai sebuah acuan, agar kita dapat
mengenali bentuk bentuk korean pop culture, terutama yang berasal dari industri
media hiburan korea. Secara garis besar, Korean Pop Culture yang paling sering
kita jumpai adalah drama korea (k-drama), musik korea (k-pop), acara TV Korea
seperti reality show dan lain sebagainya. Berdasarkan definisi ini, dapat kita lihat
bahwa acara Let Me in merupakan bagian dari Korean Pop Culture.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Dalam menulis penelitian ini, penulis menggunakan model penelitian
deskriptif. Metode deskriptif adalah sebuah metode penelitian untuk
menggambarkan sebuah fenomena yang sedang atau telah terjadi. Artinya
penelitian model ini, sangat cocok diterapkan untuk mendeskripsikan seputar upaya
Korea Selatan dalam meningkatkan perekonomian melalui diplomasi publik
sebuah acara reality show.
27 Ibid.
27
1.6.2 Teknik Analisis
Teknik analisis data dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode
kualitatif yang nantinya akan menggunakan data pustaka sebagai data sukunder.
Data-data ini yang kemudian akan penulis gunakan sebagai pendukung dalam
pembuktian teori terkait isu yang telah terjadi yang dibahas dalam penelitian ini.
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
Layaknya penelitian pada umumnya, dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan data yang penulis peroleh dari library research yang berasal dari
buku, jurnal online maupun offline, website resmi, dan sumber-sumber lainnya.
Sumber utama penelitian ini adalah acara Let Me In dan rlisan tuliasan dari website
resmi Let Me In.
1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.4.1 Batasan Tahun
Penulis membatasi ruang lingkup penelitian disini berdasarkan waktu dan
tempat. Ruang lingkup waktu disini penulis pilih terhitung sejak 2011-2016. Tahun
Rentang tahun tersebut penulis pilih mengingat tahun 2011 hingga 2016 merupakan
tahun dimana promosi operasi plastik secara langsung ke dunia internasional
dilegalkan di Korea sekaligus tahun tayangnya sebuah program yang
merepresentsikan diplomasi publik Korea Selatan melalui oeperasi plastik, yaitu
Let Me In.
28
1.6.4.2 Batasan Materi
Ruang lingkup pembahasannya hanyalah terbatas pada upaya pemerintah
pemerintah Korea Selatan dalam menggunakan media sebagai sebagai bentuk
Diplomasi publik untuk memperkenalkan budaya operasi plastik Korea guna
meningkatkan pendapatan ekonomi dari industri kecantikan. Selain itu sebagai
refleksi korean pop culture yang digunakan sebagai instrumen diplomasi publik
dalam memperkenalkan perspektif baru kecantikan Korea.
1.7 Argumentasi Dasar
Argumentasi dasar diperlukan sebagai asumsi awal sebuah penelitian.
Berdasrakan latar belakang dan konsep diplomasi publik yang penulis jelaskan di
atas, dapat dilihat bahwa pemerintah Korea Selatan telah mengunkanan industri
hiburan dan media sebagai salah satu bentuk diplomasi publik dalam
memperkenalkan industri kecantikan khususnya dalam hal oprasi plastik. Salah
satu upaya promosinya dapat dilihat dari sebuah program yang merepresentsikan
diplomasi publik Korea Selatan melalui operasi plastik, yaitu Let Me In.. Acara ini
telah digunakan sebagai bentuk diplomasi publik Korea Selatan dalam bidang
ekonomi guna meningatkan jumlah kunjungan turis asing yang ingin melakukan
operasi plastik serta guna meningkatkan level pemahaman masyarakat internasional
dalam bidang industri kecantikan Korea serta budaya operasi plastik dari segi
perspektif kecantikan yang disebut dengan istilah innocent glamour.
29
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan diperlukan agar alur penulisan penelitian lebih
mudah dipahami. Berikut sistematika penulisan dalam penelitian penulis:
BAB I: PENDAHULUAN : 1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4 Penelitian Terdahulu
1.5 Konsep dan Teori
1.6 Metode Penelitian
1.7 Argumentasi Dasar
1.8 Sitematika Penulisa
BAB II: INDUSTRI
KECANTIKAN DI KOREA DAN
KOREAN POP CULTURE
: 2.1 Perkembangan Industri
Kecantikan
2.2 Operasi Plastik Ala Korea
2.2.1 Budaya Operasi Plastik
2.2.2 Manfaat Operasi Plastik
2.3 Reality Show Let Me In
BAB III: PROGRAM LET ME
IN DAN DIPLOMASI PUBLIK
KOREA SELATAN
: 3.1 Bentuk Diplomasi publik Dalam
Bidang Ekonomi
3.2 Bentuk Diplomasi publik
Memperkenalkan Perspektif
30
Kecantikan Korea (Innocent
Glamour)
BAB IV: PENUTUP : 4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
top related