BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian · PDF filedalam empat variabel segmentasi utama, yaitu: (a) ... sosial dan ekonomi (Abdullah, ... tersebut terdiri atas dua bagian
Post on 11-Feb-2018
215 Views
Preview:
Transcript
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 1
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku konsumen yang
paling mendasar, bahkan budaya menjadi faktor utama dalam perilaku
pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Budaya konsumsi yang muncul
pada suatu komunitas juga dipengaruhi antara lain oleh strategi pemasaran dan
konsumsi massal yang meningkat sejalan dengan semakin banyaknya orang
yang memiliki pendapatan lebih. Oleh karena itu, budaya juga mempunyai
berbagai makna dari suatu perilaku konsumsi dalam suatu masyarakat. Budaya
mempengaruhi perilaku konsumen dalam tiga faktor, yaitu (Engel et al., 1994) :
(a) Budaya mempengaruhi struktur konsumsi,
(b) Budaya mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, dan
(c) Budaya adalah variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi dari
sebuah produk.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga,
orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Konsumen akhir dari suatu produk yang dipasarkan dapat dikelompokkan ke
dalam empat variabel segmentasi utama, yaitu:
(a) Geografis,
(b) Demografis,
(c) Psikografis, dan
(d) Perilaku.
Konsumen adalah makhluk sosial yang hidup bersama dengan orang lain dan
berinteraksi dengan sesamanya, saling mempengaruhi dalam membentuk
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 2
perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting,
yang merupakan bagian dari kebudayaan.
Pada dasarnya budaya-budaya yang hidup di Indonesia dibangun oleh tiga
dasar yang dominan yakni, nilai religius, nilai solidaritas dan nilai estetika.
(Timotius Nusan:2003). Selain tiga hal tersebut, setiap masyarakat juga memiliki
rumusan adat istiadat yang isinya disusun berdasarkan hasil interaksi dan
interpretasi masyarakat setempat sehingga memiliki traits yang spesifik, maka
adat istiadat tersebut sering disebut sebagai suatu kearifan lokal.
(Tjahyono;1999).
Demikian pula halnya dengan masyarakat Sunda, yang dalam kehidupan
bermasyarakat juga menampilkan nilai-nilai dalam wujud kaidah-kaidah
sosialnya. Masyarakat Sunda mempunyai keyakinan relatif atas apa yang baik
dan buruk, yang benar dan salah, yang seharusnya dan yang tidak seharusnya
ada dalam perilaku sosialnya. Nilai-nilai yang dipedomani orang Sunda tidak
berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan nilai-nilai lain dari pandangan hidup,
contohnya seperti: Ajeg dina agama jeung dari agama atau taat dan patuh
terhadap agama dan berperilaku baik dalam hidup bermasyarakat sesuai
tuntunan agama. Adapun agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat
Sunda yakni Islam. Oleh karena itu secara umum, karakter orang Sunda
dilandasi oleh nilai-nilai agama Islam, yang mengacu kepada ”citra sebagai
insan ahlaqul karimah” yakni keseimbangan antara agama, sosial dan ekonomi
(Abdullah, 2006).
Dalam skala budaya yang lebih luas, masyarakat Sunda bersifat egaliter dan
terbuka terhadap hal-hal baru, dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan tetap memegang teguh nilai moral seperti: Cageur, bageur, bener,
pinter. Cageur artinya sehat, bukan hanya sehat jasmani, tetapi juga lebih
berdimensi moral. Bageur, artinya baik dalam tingkah laku dan tutur kata. Bener
artinya benar dalam bertindak yang sesuai dengan kaidah-kaidah moral dan
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 3
norma masyarakat. Pinter artinya pintar dalam menentukan sikap, bijak dalam
mengambil keputusan. Dengan memahami nilai dasar tersebut, diharapkan
masyarakat Sunda telah mengintegrasikan agama Islam dengan nilai dan
kaidah sosial ke dalam adat istiadat mereka, sebagai dasar pandangan hidup
(http://rukmanapsikologi.blogspot.co.id/2014/01/pengaruh-budaya-dan-
subbudaya-terhadap.html, 10 Januari, 2016).
Adanya perubahan gaya hidup masyarakat Sunda yang lebih konsumtif
terhadap produk-produk baru dan pergeseran pola konsumsi makanan dari
tradisional ke modern, didorong oleh munculnya keanekaragaman produk yang
tersedia di pasar. Selain itu, kebutuhan akan produk-produk yang sehat dan
halal menjadi pilihan utama hampir seluruh masyarakat pada saat ini. Adapun
pengertian produk halal menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat
adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam.
Kehalalan produk menjadi suatu hal yang penting untuk eksistensi produk itu
sendiri, demi menjaga kenyamanan para konsumennya.
Perkembangan produk-produk halal semakin tinggi, terutama pada produk
makanan, obat-obatan dan kosmetika. Hal ini mengakibatkan konsumen
dihadapkan pada berbagai pilihan produk yang menarik minat untuk mencoba
jenis-jenis produk baru tersebut. Mengkonsumsi produk halal dan baik (thoyib)
merupakan perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang
beriman. Dengan demikian, mengkonsumsi produk halal dengan dilandasi iman
dan taqwa karena mengikuti perintah Allah SWT merupakan ibadah yang
mendatangkan pahala dan memberikan kebaikan dunia dan akhirat.
Masyarakat Sunda yang mayoritas beragama Islam dan memegang teguh nilai
dan normal yang dianutnya, meyakini bahwa suatu produk akan terjaga kualitas
dan asal muasalnya, jika telah mendapat sertifikasi halal. Kota Bandung
mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi sebagai representasi dari
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 4
masyarakat Sunda. Banyaknya jumlah penduduk dan meningkatnya inovasi
berbagai produk telah menyebabkan semakin tingginya aktifitas ekonomi.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis tentang perilaku belanja
masyarakat Sunda terhadap produk halal. Hasil penelitian ini akan memberik
gambaran tentang kompleksitas terbentuknya masyarakat konsumsi modern,
dengan menunjukan pentingnya budaya untuk memahami perilaku konsumen.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan atas latar belakang yang telah dibahas pada bagian terdahulu,
maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi seperti berikut:
(a) Sejauh mana Bandung menjadi kota belanja yang potensial untuk produk-
produk halal?
(b) Bagaimana analisis deskripsi terhadap relevansi antara budaya Sunda,
nilai-nilai Islam, dan konsumsi produk halal?
(c) Bagaimana sintesa dari perilaku masyarakat Sunda dalam mengambil
keputusan untuk berbelanja produk halal?
3. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola perilaku
belanja masyarakat Sunda terhadap produk halal di kota Bandung. Adapun
tujuan secara khusus adalah untuk:
(a) Mengidentifikasi sejauh mana Bandung menjadi kota belanja untuk produk
halal
(b) Mendapatkan sintesa tentang deskripsi relevansi antara budaya sunda,
nilai-nilai Islam, dan produk halal
(c) Mendapatkan sintesa tentang pola perilaku masyarakat Sunda dalam
mengambil keputusan untuk berbelanja produk halal.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 5
4. Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya melingkupi wilayah kota Bandung, sebagai representasi dari
mayoritas masyarakat Sunda yang berada di daerah perkotaan. Hal ini
didasarkan atas asumsi, bahwa perilaku berbelanja masyarakat kota yang
sangat dinamis, harus berhadapan dengan realitas munculnya berbagai inovasi
produk baru yang sangat cepat. Oleh sebab itu masyarakat Sunda perlu sikap
waspada dalam memilih produk halal.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Budaya
Geertz dalam Tasmuji (2011) mengatakan bahwa budaya adalah suatu sistem
makna dan simbol yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu
mendefinisikan dunianya. Para individu dapat menyatakan perasaan dan
memberikan penilaian-penilaiannya, sebagai suatu pola makna yang
ditransmisikan secara historis, diwujudkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui
sarana komunikasi, pengabdian, dan pengembangan pengetahuan. Karena
kebudayaan merupakan suatu sistem simbolik, maka haruslah dibaca,
diterjemahkan dan diinterpretasikan.
Antropolog Inggris, Edward B. Taylor (1832-1917) dalam Koenjtaraningrat
mengatakan bahwa kultur adalah keseluruhan budaya yang kompleks termasuk
didalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat dan
segala kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai
seorang anggota masyarakat. Ralph Linton dalam Tasmuji (2011) memberikan
definisi kebudayaan yang berbeda dengan perngertian dalam kehidupan sehari-
hari. Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak
hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan
lebih diinginkan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan
bahwa budaya adalah suatu sistem makna dan simbol yang kompleks yang
terdiri dari kepercayaan, kebiasaaan, moral dan sesuatu yang diperoleh
manusia dari aktifitasnya sebagai suatu kelompok masyarakat.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 7
2. Budaya Sunda
Istilah Sunda kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta yakni sund atau
suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. Dalam bahasa Jawa kuno
(Kawi) dan bahasa Bali dikenal juga istilah sunda dalam pengertian yang sama
yakni bersih, suci, murni, tak bercela atau bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan
waspada. Menurut R.W. van Bemmelen seperti dikutip Edi S. Ekadjati, istilah
Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian
barat laut wilayah India Timur, sedangkan dataran bagian Tenggara dinamai
Sahul.
Dataran Sunda dikelilingi oleh sistem Gunung Sunda yang melingkar (Circum-
Sunda Mountain System) yang panjangnya sekira 7.000 km. Dataran Sunda
tersebut terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian Utara meliputi kepulauan
Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik, bagian Barat serta
bagian Selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India). Dengan
demikian, bagian Selatan dataran Sunda itu dibentuk oleh kawasan mulai Pulau
Banda di timur, terus ke arah barat melalui pulau-pulau di kepulauan Sunda
Kecil (the lesser Sunda island), Jawa, Sumatra, Kepulauan Andaman, dan
Nikobar sampai Arakan Yoma di Birma. Selanjutnya, dataran ini bersambung
dengan kawasan Sistem Gunung Himalaya di Barat dan dataran Sahul di Timur.
Dalam buku-buku ilmu bumi dikenal pula istilah Sunda Besar dan Sunda Kecil.
Sunda Besar adalah himpunan pulau yang berukuran besar, yaitu Sumatra,
Jawa, Madura, dan Kalimantan, sedangkan Sunda Kecil adalah pulau-pulau
yang berukuran kecil yang kini termasuk kedalam Provinsi Bali, Nusa Tenggara,
dan Timor. Dalam perkembangannya, istilah Sunda digunakan juga dalam
konotasi manusia atau sekelompok manusia, yaitu dengan sebutan urang
Sunda (orang Sunda). Di dalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan
keturunan (hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 8
Menurut kriteria pertama, seseorang bisa disebut orang Sunda jika orang
tuanya, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu ataupun keduanya, orang
Sunda, di mana pun ia atau mereka berada dan dibesarkan. Menurut kriteria
kedua, orang Sunda adalah orang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial
budaya Sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-
norma dan nilai-nilai budaya Sunda. Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan
sosial budaya dan sikap orangnya yang dianggap penting. Bisa saja seseorang
yang orang tuanya atau leluhurnya orang Sunda, menjadi bukan orang Sunda
karena ia atau mereka tidak mengenal, menghayati, dan mempergunakan
norma-norma dan nilai- nilai social budaya sunda dalam hidupnya.
Dalam konteks ini, istilah, Sunda juga dikaitkan secara erat dengan pengertian
kebudayaan. Bahwa ada yang dinamakan kebudayaan Sunda, yaitu
kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda
yang pada umumnya berdomosili di tanah Sunda, dalam tata kehidupan sosial
budaya Indonesia digolongkan sebagai kebudayaan daerah. Di samping
memiliki persamaan-persamaan dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia,
kebudayaan Sunda memiliki ciri-ciri khas tersendiri yang membedakannya dari
kebudayaan lain.
Secara umum, masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, sering dikenal dengan
masyarakat yang memiliki budaya religius. Kecenderungan ini tampak
sebagaimana dalam pameo "silih asih, silih asah, dan silih asuh" (saling
mengasihi, saling mempertajam diri, dan saling memelihara dan melindungi). Di
samping itu, masyarakat Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas
seperti kesopanan (handap asor), rendah hati terhadap sesama; penghormatan
kepada orang tua atau kepada orang yang lebih tua, serta menyayangi orang
yang lebih kecil (hormat ka nu luhur, nyaah ka nu leutik); membantu orang lain
yang membutuhkan dan yang dalam kesusahan (nulung ka nu butuh nalang ka
nu susah), dan sebagainya.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 9
Bahwa budaya Sunda adalah budaya religius, itu merupakan konsekuensi logis
dari pandangan hidupnya yang mendasarkan pada ajaran agama, yakni Islam.
Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial agama adalah sebuah sistem nilai yang
memberikan sejumlah konsep mengenai konstruksi realitas yang berperan
besar dalam menjelaskan struktur tata normatif dan tata sosial serta
memahamkan dan menafsirkan dunia sekitar. Dalam konteks inilah, agama
memiliki signifikansinya dalam pengembangan, pembentukan, pengisian, dan
pengayaan budaya.
Kebudayaan Sunda adalah semua sistem gagasan, aktivitas dan hasil karya
masyarakat Sunda yang terwujud sebagai hasil interaksi terus-menerus antara
manusia Sunda sebagai pelaku dan latar tempat ia hidup, dalam rentang waktu
yang panjang dan suasana yang bermacam-macam. Kebudayaan Sunda
adalah milik masyarakat Sunda yang diperoleh dari hasil proses adaptasi
terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang terus-menerus dalam jangka
waktu yang sangat lama. Kebudayaan Sunda adalah sumber kerangka acuan
masyarakat Sunda ketika mereka berhadapan dengan berbagai perubahan.
Suatu perubahan akan ditolak atau diterima oleh masyarakatnya, akan
bergantung pada sejauh mana perubahan itu bisa diterima oleh
kebudayaannya. Oleh karena itu, suatu perubahan yang akan dilakukan
terhadap masyarakat Sunda mestilah mempertimbangkan aspek tradisi dan
kebudayaan masyarakat Sunda itu sendiri. Ketika suatu perubahan yang
berasal dari suatu unsur kebudayaan asing terlalu berbeda jauh dengan
kebudayaan Sunda, perubahan itu akan sangat lama diterima untuk menjadi
bagian dari kebudayaan Sunda. Pada awalnya, perubahan itu akan ditolak
karena dianggap kontra budaya atau unsur budaya yang berlainan, tapi lambat
laun perubahan itu sedikit demi sedikit akan diterima menjadi subbudaya dan
dalam waktu yang relatif lama, akan diterima menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kebudayaan Sunda.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 10
3. Nilai – Nilai Islam
Ajaran agama Islam haruslah dipahami oleh seorang mukmin yang ingin
mengamalkan ajaran Islam secara kaffah, akan tetapi dari kesemuanya itu yang
juga penting untuk diketahui adalah pemahaman tentang nilai-nilai atau unsur-
unsur yang terkandung dalam agama Islam. Adapun dimensi kehidupan yang
mengandung nilai-nilai ideal Islam dapat dikategorikan kedalam tiga kategori,
yaitu:
(a) Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia didunia.
(b) Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia untuk meraih
kehidupan di akhirat yang membahagiakan.
(c) Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara
kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi
Adapun nilai-nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, maka dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
(a) Nilai Ilahi, adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Nilai ilahi
dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan pernah mengalami
perubahan, dan tidak berkecenderungan untuk berubah atau mengikuti
selera hawa nafsu manusia. Sedangkan aspek alamiahnya dapat
mengalami perubahan sesuai dengan zaman dan lingkungannnya.
(b) Nilai Insani, adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas kesepakatan
manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang ke arah yang lebih maju
dan lebih tinggi. Nilai ini bersumber dari ra’yu, adat istiadat dan kenyataan
alam.
Sumber nilai-nilai yang tidak berasal dari Al- Qur’an dan Hadits, dapat
digunakan sepanjang tidak menyimpang atau dapat menunjang sistem nilai
yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 11
4. Landasan Nilai – Nilai Islam dalam Budaya Sunda
Landasan atau dasar nilai-nilai keislaman dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu:
(a) Dasar pokok, yakni meliputi Al-Qur’an dan hadits
(1) Al-Qur’an
Menurut Abdul Khallaf Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui
malaikat Jibril kepada hati Rasulullah anak Abdullah dengan lafadz bahasa arab
dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan
menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah
membacanya. Al-qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan
oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok
yang dapat dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran
yang terkandung didalam Al- Qur’an itu terdiri terdiri dari dua prinsip besar, yaitu
yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang
berhubungan dengan amal yag disebut syari’ah.
Nabi Muhammad sebagai pendidik pertama, pada masa awal petumbuhan
Islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam disamping
Sunnah beliau sendiri. Al-Qur’an lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi
seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar
pendidikan umat Islam adalah bersumber kepada filsafat hidup yang
berdasarkan kepada Al-Qur’an. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok
pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Qur’an itu sendiri. Firman Allah:
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 12
Artinya : Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman.surat ?(Q. S. An-Nahl : 64). Firman Allah lainnya adalah:
Artinya : Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Q. S. As- Shad : 29)
Sehubungan dengan masalah nilai budaya, Muhammad Fadhil Al-Jamali
menyatakan sebagai berikut:
“Pada hakikatnya Al-Qur’an itu sebagai perbendaharaan yang besar untuk
kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya
merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan , moril (akhlak), dan spiritual
kerohanian”.
(2) Sunnah
As-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuanRasulullah SAW.
Yang dimaksud dengfan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang
lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau
perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-
Qur’an. Firman Allah SWT:
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 13
Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Qs. Al-Ahzab : 21)
Konsepsi dasar yang dicontohkan Rasulullah SAW swbagai berikut:
Disampaikan sebagai rahmatan lil-‘alamin
Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.(Qs. Al-Anbiya’ : 107)
Disampaikan secara universal, yang disampaikan merupakan kebenaran
mutlak
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (Qs. Al- Hajr : 9)
Kehadiran Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan.
Artinya : (yaitu) Tuhan Musa dan Harun".(Qs. Al-Syura : 48)
Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi (uswah hasanah) bagi umatnya
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 14
Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Qs. Al-Ahzab : 21)
Adanya dasar yang kokoh ini terutama Al-Qur’an dan As- Sunnah, karena
keabsahan dasar ini sebagai pedoman hidup telah mendapat jaminan Allah dan
Rasul-Nya. Dengan demikian barangkali wajar jika kebenaran itu kita
kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan Allah dalam Al-Qur’an.
Firman Allah Qs. Al-Baqarah : 2
Artinya : Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa. (Qs. Al-Baqarah : 2)
5. Pola Perilaku Belanja Konsumen
Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang
dalam persainganya, dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan
barang dan jasa. Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli
setiap harinya. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli
konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang
dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa mereka
membeli, serta mengapa mereka membeli. Pemasar dapat mempelajari apa
yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa
yang mereka beli, dimana dan berapa banyak, tetapi mempelajari mengenai
alasan tingkah laku konsumen bukan hal yang mudah untuk diamati,
jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak konsumen.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 15
Pengertian perilaku konsumen yang didefinisikan para ahli sebagai berikut:
“Consumer behaviour is the study of how individuals, groups, and organizations
select, buy, use, and dispose of goods, service, ideas, or experiences to satisfy
their needs and wants” (Kotler and Keller, 2012). Pendapat lain menjelaskan
bahwa perilaku konsumen sebagai perilaku yang terlibat dalam hal
perencanaan, pembelian, dan penentuan produk serta jasa yang konsumen
harapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Christina
Whidya Utami, 2010, 45). Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana
individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan
bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan mereka (Kotler dan Keller, alih bahasa oleh Bob Sabran, 2009).
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan
tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen
perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan
menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau
pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang
menentukan tindakan-tindakan tersebut. Konsumen adalah individu yang
mempunyai warna tersendiri tiap–tiap individunya, sebagai pemasar kita perlu
memahami konsep pemikiran mereka dengan menerka faktor yang
mempengaruhi konsumen. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen yang dikemukakan Kotler dan Keller yang dialih
bahasakan oleh Bob Sabran (2012) yaitu :
(a) Faktor budaya (culture factors), dimana kelas budaya (culture), subbudaya
(subculture), dan kelas sosial (social class), sangat mempengaruhi
terhadap perilaku pembelian konsumen.
(b) Faktor sosial (social factors), dalam faktor ini seperti kelompok
referensi/kelompok acuan (reference groups), keluarga (family), serta
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 16
peran sosial dan status (social roles and statuses) mempengaruhi perilaku
pembelian.
(c) Faktor pribadi (personal factors), dimana keputusan pembelian
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang meliputi usia (age), tahap siklus
hidup pembeli (stage in the life cycle), pekerjaan (occupation), keadaan
sosial (economic circumstances), kepribadian dan konsep diri
(personality), serta gaya hidup dan nilai (lifestyle and self-concept).
(d) Faktor psikologis (psychological factors), dimana dalam faktor ini terdiri
dari motivasi (motivation), persepsi (perception), pengetahuan, keyakinan
dan sikap.
6. Tipe Perilaku Pembelian
Perilaku pembelian konsumen mempunyai empat tipe dalam pembelian sebuah
produk yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh
Bob Sabran (2012) yaitu :
(a) Perilaku pembelian rumit: konsumen menempuh perilaku membeli yang
kompleks bila mereka semakin terlibat dalam kegiatan membeli dan
menyadari perbedaan penting diantara beberapa merek produk yang ada.
Para pemasar produk mengharapkan adanya keterlibatan yang mendalam,
yaitu harus memahami pengumpulan informasi dan perilaku menilai dari
para konsumen yang melakukan pertimbangan mendalam. Pemasar perlu
mengembangkan strategi untuk membantu pemebeli dalam mempelajari
ciri-ciri golongan produk dan tingkat kelapangan secara efektif.
(b) Pembelian pengurangan ketidaknyamanan: pembeli akan memilih pilihan
produk yang tersedia, akan tetapi dia akan cepat mebeli karena perbedaan
merek tidak ditekankan. Setelah membeli, konsumen mungkin akan
mengalami ketidak cocokan, lalu konsumen mulai mempelajari banyak hal
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 17
lain dan berusaha untuk membenarkan keputusannya guna mengurangi
ketidakcocokan. Implikasi situasi tersebut bagi pemasar bahwa penentuan
harga, lokasi yang baik, dan tenaga jual yang efektif adalah penting untuk
mempengaruhi pilihan merek.
(c) Perilaku pembelian karena kebiasaan: terbukti bahwa konsumen yang
tidak terlibat dalam keputusan yang mendalam (low involvement) bila
membeli sesuatu yang harga nya relatif murah atau produk yang sering
dibeli, misalnya sabun mandi, dalam hal ini pemasar memerlukan
keterlibatan rendah dengan sedikit perbedaan merek, akan menjumpai
keefektifan dalam memanfaatkan promosi.
(d) Perilaku pembelian yang mencari variasi: dalam beberapa situasi
pembelian, keterlibatan konsumen yang rendah, tetapi ditandai dengan
perbedaan merek yang nyata. Dalam situasi ini konsumen sering
melakukan penggantain merek, yang terjadi adalah memperoleh
keragaman, bukan karena tidak puas.
7. Model Perilaku Konsumen
Berbicara mengenai perilaku konsumen, pada akhirnya akan sampai kepada
bagaimana implikasi terhadap langkah-langkah strategi pemasaran yang
dilakukan. Mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui dan
memahami berbagai aspek yang berada pada diri konsumen dan diperlukan
suatu kerangka model keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan
keputusan. Model perilaku konsumen pada Gambar 1 menunjukan bahwa
bauran pemasaran merupakan stimuli awal yang mempengaruhi konsumen
untuk melakukan pembelian suatu produk dan juga menjadikan pembeli produk
tersebut pembeli yang loyalitasnya tinggi terhadap produk yang mereka beli
dikarenakan kepuasan para pembeli produk tersebut terpenuhi sepenuhnya.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 18
Oleh karena itu tugas pemasar adalah harus dapat memahami apa yang terjadi
dalam kesadaran konsumen antara kedatangan rangsangan pemasaran dari
luar dan keputusan pembelian akhir.
Gambar 1. Model Keterlibatan Konsumen
(Kotler dan Keller, alih bahasa oleh Bob Sabran, 2009)
Penjelasan dari lima tahap proses keputusan pembelian konsumen pada
Gambar 1 adalah sebagai berikut:
(a) Pengenalan masalah atas kebutuhan: pada proses pembelian ini dimulai
saat konsumen mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan konsumen
dapat dipengaruhi oleh rangsangan internal atau rangsangan eksternal.
Pemasar perlu mengidentifikasi berbagai macam keadaan yang menurut
kebutuhan-kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dan data
dari sejumlah konsumen, penawar dapat mengidentifikasi rangsangan
yang paling sering menimbulkan minat pada suatu produk.
Psikologi
konsumen
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
memori Proses keputusan
pembelian konsumen
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca
pembelian
Karakteristik
konsumen
Budaya Sosial
Pribadi
Rangsangan
pemasaran
Rangsangan
lain
Produk dan jasa
Harga
Distribusi
Promosi
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Keputusan pembelian
konsumen
Pilihan produk
Pilihan merek
Pilihan penyalur
Jumlah pembelian
Waktu pembelian
Metode pembayaran
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 19
(b) Pencarian informasi: proses pengambilan keputusan pembeli di mana
konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen
mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari
informsai secara aktif. Sumber informasi konsumen dapat dibagi menjadi
empat kelompok:
Pribadi, yaitu berasal dari keluarga, teman, tetangga, dan rekan.
Komersial, yaitu berasal dari iklan, situs web, wiraniaga, penyalur,
kemasan, tampilan.
Publik, yaitu berasal dari media massa, organisasi pemeringkat
konsumen.
Eksperimental, yaitu berasal dari penanganan, pemeriksaan,
penggunaan produk.
(c) Evaluasi alternarif: proses keputusan pembeli di mana konsumen
menggunakan informasi yang telah di peroleh untuk mengevaluasi
berbagai merek alternatif di dalam sejumlah pilihan.
(d) Keputusan pembelian: dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk
prefensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga
mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai.
Karena keputusan pembelian dalam penelitian ini merupakan variabel Y
maka materi akan lebih detail. Ada enam keputusan yang dilakukan oleh
pembeli, yaitu :
Pilihan produk, konsumen dapat mengambil keputusan untuk
membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan
yang lain. Dalam hal ini perusahaan harus memuaskan perhatiannya
kepada orang-orang yang berminat membeli sebuah produk serta
alternatif yang mereka pertimbangkan.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 20
Pilihan merek, konsumen harus mengambil keputusan tentang merek
mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan–
perbedaan tersendiri, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui
bagaimana konsumen memilih sebuah merek yang terpercaya.
Pilihan penyalur, konsumen harus mengambil keputusan tentang
penyalur mana yang akan dikunjungi. Setiap konsumen berbeda
dalam hal menentukan penyalur bisa dikarenakan faktor lokasi yang
dekat, harga yang terjangkau, persediaan barang yang lengkap dan
juga kenyamanan tempat dalam berbelanja.
Waktu pembelian, keputusan konsumen dalam pemilihan waktu
pembelian bisa berbeda. Misalnya ada konsumen ada yang membeli
setiap hari, satu minggu sekali bahkan bisa bisa sebulan sekali.
Jumlah pembelian, konsumen dapat mengambil keputusan tentang
seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat.
Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu jenis produk,
dalam hal ini perusahaan harus bisa mempersiapkan banyaknya
produk sesuai dengan keinginan konsumen yang berbeda.
Metode pembayaran, konsumen dapat mengambil keputusan tentang
metode pembayaran yang akan dilakukan dalam pengambilan
keputusan konsumen menggunakan produk atau jasa.
(e) Perilaku pasca pembelian: setelah membeli produk, konsumen akan
mengalami kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak
berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca
pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian.
Tindakan pasca pembelian, dan pemakaian pasca pembelian pada
masing–masing produk.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 21
(f) Kepuasan pasca pembelian: konsumen mendasarkan harapannya kepada
informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataan yang
mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapakan, maka mereka
merasa tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan, mereka akan
merasa puas.
(g) Tindakan pasca pembelian: kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya jika konsumen
tersebut puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk
membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas
mungkin akan membuang atau mungkin mengembalikan produk tersebut.
Pemasar dapat menggunakan berbagai cara untuk mengurangi ketidak
puasan ini. Komunikasi pasca pembelian dengan pembeli telah terbukti
menghasilkan penurunan pengembalian produk dan pembatalan pesanan.
Selain itu juga merupakan cara yang sangat tepat untuk mempertahankan
pelanggan. Misalnya dengan sistem saran, mengirim sepucuk surat atau
menelpon orang yang telah membeli produknya.
(h) Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian: pemasar juga harus
memantau para pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Jika
para konsumen menyimpan produk itu kedalam lemari untuk selamanya,
produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan. Jika para konsumen
tersebut menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan produk
baru akan menurun. Jika para konsumen membuang produk tertentu,
pemasar harus mengetahui cara mereka membuangnya, terutama jika
produk tersebut dapat merusak lingkungan.
Selain perspektif pengambilan keputusan diatas, sebenarnya terdapat perspektif
lain dalam keputusan pembelian oleh konsumen yang disebut sebagai
perspectif experiental dan perspectif behavioral influence.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 22
8. Produk Halal
Halal berasal dari bahasa Arab yaitu halla yang berarti lepas atau tidak terikat.
Dalam kamus fiqih, kata halal dipahami sebagai segala sesuatu yang boleh
dikerjakan atau dimakan. Istilah ini, umumnya berhubungan dengan masalah
makanan dan minuman. Lawan dari kata halal adalah haram. Haram berasal
dari bahasa Arab yang bermakna, suatu perkara yang dilarang oleh syara’
(agama). Mengerjakan perbuatan yang haram berarti berdosa dan mendapat
pahala bila ditinggalkan. Misalnya, memakan bangkai binatang, darah, minum
khamr, memakan barang yang bukan miliknya atau hasil mencuri. Menurut Ali
Mustofa Ya’kub dalam Muchith A. Karim (2013:11) suatu makanan atau
minuman dikatakan halal apabila masuk kepada 5 kriteria, yaitu:
(a) Makanan dan minuman tersebut thayyib (baik) yaitu sesuatu yang
dirasakan enak oleh indra atau jiwa tidak menyakitkan dan menjijikkan.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 4, artinya: ‛Mereka bertanya
kepadamu, ‚Apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah, dihalalkan
bagimu yang baik-baik‛.
(b) Tidak mengandung dharar (bahaya);
(c) Tidak mengandung najis;
(d) Tidak memabukkan, dan
(e) Tidak mengandung organ tubuh manusia.
Dalam penelitian ini produk halal bukan hanya dinyatakan halal secara syar’i
namun juga telah mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI). Produk ini mudah dikenali dengan adanya label halal yang dikeluarkan
oleh MUI pada kemasannya.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 23
9. Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Konsumen melakukan berbagai tahap dalam memenuhi dan memuaskan
kebutuhan dan keinginannya. Tahap yang dilakukan konsumen melalui
beberapa proses sebelum melakukan keputusan pembelian. Berikut tahap yang
menggambarkan proses tersebut:
Gambar 2.1
Gambar 2. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Sumber : Kotler dan Keller alih bahasa Benyamin Molan (2007:235)
Proses keputusan pembelian konsumen menurut Kotler dan Keller yang dialih
bahasakan oleh (2009:235) adalah sebagai berikut:
(a) Pengenalan masalah:
Proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan.
Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan
sejumlah keadaan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku Pasca
Pembelian
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 24
adanya rangsangan internal maupun eksternal. Para pemasar perlu
mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan
mengumpulkan informasi dari sejumlahkonsumen, para pemasar dapat
mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat
akan kategori produk tertentu. Para pemasar kemudian dapat menyusun
strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen.
(b) Pencarian Informasi:
Konsumen yang ingin memenuhi kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi produk. Pencarian informasi terdiri dari dua jenis
menurut tingkatannya. Pertama, perhatian yang meningkat, ditandai
dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja. Kedua, pencarian
informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari
segala sumber. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat
kelompok:
Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan
Sumber komersial: iklan, penjual, pengecer, pajangan di took
Sumber publik: media masa, organisasi pemberi peringkat
Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian dan pemakaian
produk.
(c) Evaluasi Alternatif:
Setelah pencarian informasi, konsumen akan menghadapi sejumlah pilihan
mengenai produk yang sejenis. Pemilihan alternatif ini melalui beberapa
tahap suatu proses evaluasi tertentu. Sejumlah konsep dasar akan
membantu memahami proses ini, yaitu:
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 25
Sifat-sifat produk, bahwa setiap konsumen memandang suatu produk
sebagai himpunan dari sifat atau ciri tertentu dan disesuaikan dengan
kebutuhannya.
Konsumen mencari keuntungan dari produk-produk yang ditawarkan
tersebut.
Konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut yang
memiliki kemampuan yang berbeda dalam memberikan keuntungan
yang dapat memuaskan kebutuhan.
(d) Keputusan Pembelian:
Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas produk-
produk yang ada dalam kumpulan pilihan. Selanjutnya konsumen
membuat keputusan untuk membeli produk yang telah dipilih melalui
berbagai pertimbangan.
(e) Perilaku Pasca Pembelian
Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengalami level kepuasan
dan ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika
produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian,
tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
Kepuasan pasca pembelian; konsumen mendasarkan harapannya
kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataan
yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapakan, maka
mereka merasa tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan,
mereka akan merasa puas.
Tindakan pasca pembelian; kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya jika
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 26
konsumen tersebut puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang
lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan
yang tidak puas mungkin akan membuang atau mungkin
mengembalikan produk tersebut. Pemasar dapat menggunakan
berbagai cara untuk mengurangi ketidak puasan ini. Komunikasi pasca
pembelian dengan pembeli telah terbukti menghasilkan penurunan
pengembalian produk dan pembatalan pesanan. Selain itu juga
merupakan cara yang sangat tepat untuk mempertahankan pelanggan.
Misalnya dengan sistem saran, mengirim sepucuk surat atau
menelpon orang yang telah membeli produknya.
Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian; pemasar juga harus
memantau para pembeli memakai dan membuang produk tertentu.
Jika para konsumen menyimpan produk itu kedalam lemari untuk
selamanya, produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan. Jika
para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk
tersebut, penjualan produk baru akan menurun. Jika para konsumen
membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka
membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat merusak
lingkungan.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk membedah suatu
fenomena. Penelitian dengan metode ini tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
Gambar 3. Tahapan Penelitian
Review literatur
Pengumpulan data
Review hasil studi pendahuluan
Kesimpulan dan rekomendasi
Hasil penelitian dan pembahasan
Pendefinisian masalah penelitian
Penyusunan operasionalisasi Variabel
Penentuan tujuan penelitian
Wawancara, kuesioner, observasi
Eliminasi data yang tidak valid
Uji validitas dan reliabilitas
Jika Valid
Jika tidak valid
Penentuan latar belakang masalah
Penentuan kontribusi penelitian
Penentuan model penelitian
Analisis statistik deskriptif
Pengolahan data
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 28
Metode penelitian ini ditujukan untuk mengumpulkan informasi secara aktual
dan terperinci, mengidentifikasikan masalah, membuat perbandingan atau
evaluasi, dan menentukan apa yang dilakukan pihak lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan
rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Secara detil, tahapan
penelitian pada metode deskriptif kualitatif dapat dilihat pada Gambar 3 di atas.
2. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Metode penelitian deskriptif kualitatif ini menuturkan, menganalisa, dan
mengklasifikasi data, menyelidiki dan mensintesa data dan informasi yang
diperoleh. Metode ini dipergunakan untuk meneliti kondisi di masa yang lalu
hingga saat ini baik terkait kesiapan budaya sunda maupun perilaku masyarakat
dalam berbelanja di kota Bandung. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong pada
jenis penelitian studi kasus. Dalam penelitian studi kasus, peneliti mempelajari
sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata.
Obyek penelitian adalah keadaan kelompok-kelompok dalam masyarakat,
lembaga-lembaga masyarakat, maupun individu-individu dalam masyarakat.
Alat pengumpulan data yang digunakan diantaranya melalui wawancara,
kuesioner, dan observasi, serta literatur review baik terkait sejarah budaya
sunda maupun teori terkait perilaku belanja. Seluruh data yang sudah terkumpul
kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif.
3. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung dengan objek penelitian perilaku
belanja masyarakat sunda terkait dengan barang halal. Oleh karena itu,
populasi penelitian adalah masyarakat kota Bandung yang berlatar belakang
keturunan orang Sunda. Karakteristik lainnya adalah agama yang dianut oleh
populasi adalah agama Islam. Penelitian ini akan dilakukan pada sampel
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 29
responden yang bertempat tinggal di Kota Bandung dengan menggunakan
teknik cluster sampling. Adapun barang halal yang menjadi penilaian dibatasi
hanya barang-barang yang masuk ke dalam kategori makanan dan minuman.
4. Protokol Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa, serta untuk
mendapatkan informasi yang bersifat pendalaman. Informasi-informasi yang
akan ditanyakan mencakup semua unsur budaya Sunda dalam perilaku belanja
barang halal. Adapun operasionalisasi variabel perilaku belanja masyarakat
sunda dalam barang halal dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Indikator Pengertian Pengukuran
Emét, artinya sedikit Diemét-emét, maksudnya
dipergunakan secara hemat. Hal ini
mengandung pengertian bahwa segala sesuatu, lebih khusus lagi
kekayaan, jangan dihambur-
hamburkan, yang dalam istilah sekarang disebut konsumtif.
Dalam berbelanja bukan hanya
mempertimbangkan
kehalalannya, namun juga jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan
Imeut, artinya tidak
ada yang terlewat atau cermat.
Yang bersikap imeut tidak akan
melakukan pekerjaan dengan tergesa-gesa, melainkan bersikap tertib,
disertai perencanaan yang matang.
Karena itu, hasil pekerjaannya akan
optimal, sehingga tidak memerlukan (banyak) koreksi
Dalam berbelanja tidak terburu-
buru mengambil keputusan untuk membeli barang yang
diluar rencana
Rajeun, artinya rajin kreatif, serta inovatif Dalam berbelanja mendahulukan
barang yang memiliki kualitas lebih baik
Leukeun, artinya
melakukan pekerjaan
dengan tekun
tidak (mudah) patah semangat, terus
mencoba dan mencoba dengan
segenap kemampuan
Berusaha terus untuk
mengurangi belanja yang
melebihi kebutuhan
Pakapradana, artinya
tidak canggung pada
saat harus tampil di depan umum
(sonagar)
merasa percaya diri yang ditopang
oleh kemampuan dan penampilan
fisik yang sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapinya.
Merasa percaya diri membeli
barang yang hanya memiliki
nilai fungsional
Selain itu, yang bersangkutan berani Membeli barang karena yakin
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 30
Indikator Pengertian Pengukuran
bertanggung jawab dalam menghadapi resiko dari apa yang
diperbuatnya
kehalalannya
Morogol-rogol, artinya besar
semangat
sanggup menghadapi tantangan hidup, serta tidak gamang saat
menghadapi kesulitan. Morogol-
rogol tidak sama artinya dengan
murugul, yaitu karakter orang yang tidak tahu batas, ingin menang
sendiri, dan tidak bisa diingatkan
Mampu mengatur/merencanakan belanja/anggaran sehingga
seluruh kebutuhan selalu
terpenuhi
Purusa ning sa,
artinya memiliki jiwa kepahlawanan
berani menegakkan keadilan dan
kebenaran. Dengan jiwa kepahlawanannya itu, yang
bersangkutan memiliki semangat
tolong-menolong yang tinggi, tanpa mengharap balas jasa
Bila menemukan
pedagang/penjual yang berbuat salah, maka tidak segan untuk
menegur atau melaporkan pada
yang berwajib
Dalam mengambil keputusan
belanja, memperhatikan sifat
tolong menolong
Widagda, artinya bijaksana
penuh pertimbangan, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan,
serta antara akal dan emosi selalu
seimbang.
Berbelanja dengan pertimbangan akal sehat, bukan emosional
Gapitan, artinya
berani berkorban
berani berkorban untuk mewujudkan
keyakinan dan cita-cita
Berani untuk tidak berbelanja
bila barang dinyatakan
haram/subhat
Karawaléya, artinya dermawan
tidak pelit dalam membagi rijki, peka terhadap kesengsaraan orang lain
Tidak pelit atau dermawan terhadap barang yang halal
Cangcingan, artinya
trengginas
gesit, tidak loyo, tidak berkeluh
kesah.
Tidak mencela makanan atau
minuman yang didapatkannya
Langsitan, artinya terampil
cepat menangkap peluang Mampu menghemat belanja/pintar menabung
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 31
DAFTAR PUSTAKA
Buchari Alma. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Revisi, Alfabeta, Bandung
Christina Whidya Utami. 2010. Manajemen Ritel: Strategi Dan Implementasi
Operasional Bisnis Ritel Modern Di Indonesia, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.
Tasmuji, Dkk. (2011). Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya
Dasar. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press Koenjtaraningrat. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta : UI Press, 1987 Muchith A Karim. (2013). Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan Dalam
Mengonsumsi Produk Halal. Jakarta : Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Sebelas Jilid 2. Indeks,
Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2012. Principles Of Marketing, Edisi Empat
Belas, Prentice-Hall Pearson, USA. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran, Alih
Bahasa Bob Sabran, Edisi Ketiga Belas, Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran, Alih
Bahasa Bob Sabran, Edisi Ketiga Belas, Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip dan Kevin Keller. 2012. Marketing Management, 14th Edition,
Perason Education Limited, England.
top related