Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 1 BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku konsumen yang paling mendasar, bahkan budaya menjadi faktor utama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Budaya konsumsi yang muncul pada suatu komunitas juga dipengaruhi antara lain oleh strategi pemasaran dan konsumsi massal yang meningkat sejalan dengan semakin banyaknya orang yang memiliki pendapatan lebih. Oleh karena itu, budaya juga mempunyai berbagai makna dari suatu perilaku konsumsi dalam suatu masyarakat. Budaya mempengaruhi perilaku konsumen dalam tiga faktor, yaitu (Engel et al., 1994) : (a) Budaya mempengaruhi struktur konsumsi, (b) Budaya mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, dan (c) Budaya adalah variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi dari sebuah produk. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen akhir dari suatu produk yang dipasarkan dapat dikelompokkan ke dalam empat variabel segmentasi utama, yaitu: (a) Geografis, (b) Demografis, (c) Psikografis, dan (d) Perilaku. Konsumen adalah makhluk sosial yang hidup bersama dengan orang lain dan berinteraksi dengan sesamanya, saling mempengaruhi dalam membentuk
31
Embed
BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian · PDF filedalam empat variabel segmentasi utama, yaitu: (a) ... sosial dan ekonomi (Abdullah, ... tersebut terdiri atas dua bagian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 1
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku konsumen yang
paling mendasar, bahkan budaya menjadi faktor utama dalam perilaku
pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Budaya konsumsi yang muncul
pada suatu komunitas juga dipengaruhi antara lain oleh strategi pemasaran dan
konsumsi massal yang meningkat sejalan dengan semakin banyaknya orang
yang memiliki pendapatan lebih. Oleh karena itu, budaya juga mempunyai
berbagai makna dari suatu perilaku konsumsi dalam suatu masyarakat. Budaya
mempengaruhi perilaku konsumen dalam tiga faktor, yaitu (Engel et al., 1994) :
(a) Budaya mempengaruhi struktur konsumsi,
(b) Budaya mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, dan
(c) Budaya adalah variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi dari
sebuah produk.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga,
orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Konsumen akhir dari suatu produk yang dipasarkan dapat dikelompokkan ke
dalam empat variabel segmentasi utama, yaitu:
(a) Geografis,
(b) Demografis,
(c) Psikografis, dan
(d) Perilaku.
Konsumen adalah makhluk sosial yang hidup bersama dengan orang lain dan
berinteraksi dengan sesamanya, saling mempengaruhi dalam membentuk
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 2
perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting,
yang merupakan bagian dari kebudayaan.
Pada dasarnya budaya-budaya yang hidup di Indonesia dibangun oleh tiga
dasar yang dominan yakni, nilai religius, nilai solidaritas dan nilai estetika.
(Timotius Nusan:2003). Selain tiga hal tersebut, setiap masyarakat juga memiliki
rumusan adat istiadat yang isinya disusun berdasarkan hasil interaksi dan
interpretasi masyarakat setempat sehingga memiliki traits yang spesifik, maka
adat istiadat tersebut sering disebut sebagai suatu kearifan lokal.
(Tjahyono;1999).
Demikian pula halnya dengan masyarakat Sunda, yang dalam kehidupan
bermasyarakat juga menampilkan nilai-nilai dalam wujud kaidah-kaidah
sosialnya. Masyarakat Sunda mempunyai keyakinan relatif atas apa yang baik
dan buruk, yang benar dan salah, yang seharusnya dan yang tidak seharusnya
ada dalam perilaku sosialnya. Nilai-nilai yang dipedomani orang Sunda tidak
berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan nilai-nilai lain dari pandangan hidup,
contohnya seperti: Ajeg dina agama jeung dari agama atau taat dan patuh
terhadap agama dan berperilaku baik dalam hidup bermasyarakat sesuai
tuntunan agama. Adapun agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat
Sunda yakni Islam. Oleh karena itu secara umum, karakter orang Sunda
dilandasi oleh nilai-nilai agama Islam, yang mengacu kepada ”citra sebagai
insan ahlaqul karimah” yakni keseimbangan antara agama, sosial dan ekonomi
(Abdullah, 2006).
Dalam skala budaya yang lebih luas, masyarakat Sunda bersifat egaliter dan
terbuka terhadap hal-hal baru, dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan tetap memegang teguh nilai moral seperti: Cageur, bageur, bener,
pinter. Cageur artinya sehat, bukan hanya sehat jasmani, tetapi juga lebih
berdimensi moral. Bageur, artinya baik dalam tingkah laku dan tutur kata. Bener
artinya benar dalam bertindak yang sesuai dengan kaidah-kaidah moral dan
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 3
norma masyarakat. Pinter artinya pintar dalam menentukan sikap, bijak dalam
mengambil keputusan. Dengan memahami nilai dasar tersebut, diharapkan
masyarakat Sunda telah mengintegrasikan agama Islam dengan nilai dan
kaidah sosial ke dalam adat istiadat mereka, sebagai dasar pandangan hidup
kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataan
yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapakan, maka
mereka merasa tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan,
mereka akan merasa puas.
Tindakan pasca pembelian; kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya jika
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 26
konsumen tersebut puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang
lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan
yang tidak puas mungkin akan membuang atau mungkin
mengembalikan produk tersebut. Pemasar dapat menggunakan
berbagai cara untuk mengurangi ketidak puasan ini. Komunikasi pasca
pembelian dengan pembeli telah terbukti menghasilkan penurunan
pengembalian produk dan pembatalan pesanan. Selain itu juga
merupakan cara yang sangat tepat untuk mempertahankan pelanggan.
Misalnya dengan sistem saran, mengirim sepucuk surat atau
menelpon orang yang telah membeli produknya.
Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian; pemasar juga harus
memantau para pembeli memakai dan membuang produk tertentu.
Jika para konsumen menyimpan produk itu kedalam lemari untuk
selamanya, produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan. Jika
para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk
tersebut, penjualan produk baru akan menurun. Jika para konsumen
membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka
membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat merusak
lingkungan.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk membedah suatu
fenomena. Penelitian dengan metode ini tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
Gambar 3. Tahapan Penelitian
Review literatur
Pengumpulan data
Review hasil studi pendahuluan
Kesimpulan dan rekomendasi
Hasil penelitian dan pembahasan
Pendefinisian masalah penelitian
Penyusunan operasionalisasi Variabel
Penentuan tujuan penelitian
Wawancara, kuesioner, observasi
Eliminasi data yang tidak valid
Uji validitas dan reliabilitas
Jika Valid
Jika tidak valid
Penentuan latar belakang masalah
Penentuan kontribusi penelitian
Penentuan model penelitian
Analisis statistik deskriptif
Pengolahan data
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 28
Metode penelitian ini ditujukan untuk mengumpulkan informasi secara aktual
dan terperinci, mengidentifikasikan masalah, membuat perbandingan atau
evaluasi, dan menentukan apa yang dilakukan pihak lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan
rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Secara detil, tahapan
penelitian pada metode deskriptif kualitatif dapat dilihat pada Gambar 3 di atas.
2. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Metode penelitian deskriptif kualitatif ini menuturkan, menganalisa, dan
mengklasifikasi data, menyelidiki dan mensintesa data dan informasi yang
diperoleh. Metode ini dipergunakan untuk meneliti kondisi di masa yang lalu
hingga saat ini baik terkait kesiapan budaya sunda maupun perilaku masyarakat
dalam berbelanja di kota Bandung. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong pada
jenis penelitian studi kasus. Dalam penelitian studi kasus, peneliti mempelajari
sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata.
Obyek penelitian adalah keadaan kelompok-kelompok dalam masyarakat,
lembaga-lembaga masyarakat, maupun individu-individu dalam masyarakat.
Alat pengumpulan data yang digunakan diantaranya melalui wawancara,
kuesioner, dan observasi, serta literatur review baik terkait sejarah budaya
sunda maupun teori terkait perilaku belanja. Seluruh data yang sudah terkumpul
kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif.
3. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung dengan objek penelitian perilaku
belanja masyarakat sunda terkait dengan barang halal. Oleh karena itu,
populasi penelitian adalah masyarakat kota Bandung yang berlatar belakang
keturunan orang Sunda. Karakteristik lainnya adalah agama yang dianut oleh
populasi adalah agama Islam. Penelitian ini akan dilakukan pada sampel
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 29
responden yang bertempat tinggal di Kota Bandung dengan menggunakan
teknik cluster sampling. Adapun barang halal yang menjadi penilaian dibatasi
hanya barang-barang yang masuk ke dalam kategori makanan dan minuman.
4. Protokol Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa, serta untuk
mendapatkan informasi yang bersifat pendalaman. Informasi-informasi yang
akan ditanyakan mencakup semua unsur budaya Sunda dalam perilaku belanja
barang halal. Adapun operasionalisasi variabel perilaku belanja masyarakat
sunda dalam barang halal dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Indikator Pengertian Pengukuran
Emét, artinya sedikit Diemét-emét, maksudnya
dipergunakan secara hemat. Hal ini
mengandung pengertian bahwa segala sesuatu, lebih khusus lagi
kekayaan, jangan dihambur-
hamburkan, yang dalam istilah sekarang disebut konsumtif.
Dalam berbelanja bukan hanya
mempertimbangkan
kehalalannya, namun juga jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan
Imeut, artinya tidak
ada yang terlewat atau cermat.
Yang bersikap imeut tidak akan
melakukan pekerjaan dengan tergesa-gesa, melainkan bersikap tertib,
disertai perencanaan yang matang.
Karena itu, hasil pekerjaannya akan
optimal, sehingga tidak memerlukan (banyak) koreksi
Dalam berbelanja tidak terburu-
buru mengambil keputusan untuk membeli barang yang
diluar rencana
Rajeun, artinya rajin kreatif, serta inovatif Dalam berbelanja mendahulukan
barang yang memiliki kualitas lebih baik
Leukeun, artinya
melakukan pekerjaan
dengan tekun
tidak (mudah) patah semangat, terus
mencoba dan mencoba dengan
segenap kemampuan
Berusaha terus untuk
mengurangi belanja yang
melebihi kebutuhan
Pakapradana, artinya
tidak canggung pada
saat harus tampil di depan umum
(sonagar)
merasa percaya diri yang ditopang
oleh kemampuan dan penampilan
fisik yang sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapinya.
Merasa percaya diri membeli
barang yang hanya memiliki
nilai fungsional
Selain itu, yang bersangkutan berani Membeli barang karena yakin
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 30
Indikator Pengertian Pengukuran
bertanggung jawab dalam menghadapi resiko dari apa yang
diperbuatnya
kehalalannya
Morogol-rogol, artinya besar
semangat
sanggup menghadapi tantangan hidup, serta tidak gamang saat
menghadapi kesulitan. Morogol-
rogol tidak sama artinya dengan
murugul, yaitu karakter orang yang tidak tahu batas, ingin menang
sendiri, dan tidak bisa diingatkan
Mampu mengatur/merencanakan belanja/anggaran sehingga
seluruh kebutuhan selalu
terpenuhi
Purusa ning sa,
artinya memiliki jiwa kepahlawanan
berani menegakkan keadilan dan
kebenaran. Dengan jiwa kepahlawanannya itu, yang
bersangkutan memiliki semangat
tolong-menolong yang tinggi, tanpa mengharap balas jasa
Bila menemukan
pedagang/penjual yang berbuat salah, maka tidak segan untuk
menegur atau melaporkan pada
yang berwajib
Dalam mengambil keputusan
belanja, memperhatikan sifat
tolong menolong
Widagda, artinya bijaksana
penuh pertimbangan, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan,
serta antara akal dan emosi selalu
seimbang.
Berbelanja dengan pertimbangan akal sehat, bukan emosional
Gapitan, artinya
berani berkorban
berani berkorban untuk mewujudkan
keyakinan dan cita-cita
Berani untuk tidak berbelanja
bila barang dinyatakan
haram/subhat
Karawaléya, artinya dermawan
tidak pelit dalam membagi rijki, peka terhadap kesengsaraan orang lain
Tidak pelit atau dermawan terhadap barang yang halal
Cangcingan, artinya
trengginas
gesit, tidak loyo, tidak berkeluh
kesah.
Tidak mencela makanan atau
minuman yang didapatkannya
Langsitan, artinya terampil
cepat menangkap peluang Mampu menghemat belanja/pintar menabung
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas Page 31
DAFTAR PUSTAKA
Buchari Alma. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Revisi, Alfabeta, Bandung
Christina Whidya Utami. 2010. Manajemen Ritel: Strategi Dan Implementasi
Operasional Bisnis Ritel Modern Di Indonesia, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.
Tasmuji, Dkk. (2011). Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya
Dasar. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press Koenjtaraningrat. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta : UI Press, 1987 Muchith A Karim. (2013). Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan Dalam
Mengonsumsi Produk Halal. Jakarta : Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Sebelas Jilid 2. Indeks,
Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2012. Principles Of Marketing, Edisi Empat
Belas, Prentice-Hall Pearson, USA. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran, Alih
Bahasa Bob Sabran, Edisi Ketiga Belas, Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran, Alih
Bahasa Bob Sabran, Edisi Ketiga Belas, Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip dan Kevin Keller. 2012. Marketing Management, 14th Edition,