BAB I - Dr. Uhar Suharsaputra | BUKU ILMU BACA … · Web viewArtinya jelas apa yang akan diteliti dan dapat dipahami secara umum. masalah/pertanyaan penelitain harus significant.
Post on 19-Mar-2019
220 Views
Preview:
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
Lahirnya Ilmu Pengetahuan yang secara historis sering dikaitkan
dengan induknya yakni Filsafat telah banyak membawa perubahan dalam
kehidupan manusia, terlebih lagi dengan makin intensnya penerapan Ilmu
dalam bentuk Teknologi yang telah menjadikan manusia lebih mampu
memahami berbagai gejala serta mengatur Kehidupan secara lebih efektif
dan efisien.
Semua itu pada dasarnya tidak terlepas dari Kegunaan Ilmu itu sendiri
yakni untuk memahami, menjelaskan, mengatur dan memprediksi berbagai
kejadian baik yang bersifat kealaman maupun sosial yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Setiap masalah yang dihadapi manusia selalu
diupayakan untuk dipecahkan agar dapat dipahami, dan setelah itu manusia
menjadi mampu untuk mengaturnya serta dapat memprediksi (sampai batas
tertentu) kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan
pemahaman yang dimilikinya.
Upaya-upaya untuk menjawab dan memahami masalah yang dihadapi
ada yang mendasarkan pada kemampuan rasio semata dengan
menggunakan hukum-hukum logika (Sylogisme/Analogi), sementara itu ada
juga yang lebih mendasarkan pada bukti-bukti yang diperoleh dalam dunia
nyata, yang pertama sering disebut aliran Rasionalisme-idealisme yang
mengacu pada pengetahuan a priori dan yang kedua disebut aliran
Empirisme yang mengacu pada pengetahuan a posteriori. Meskipun kedua
paham tersebut sepintas nampak berada pada poisisi diametral, namun
dalam kenyataannya keduanya bersifat komplementer seperti terlihat dalam
suatu kegiatan Penelitian, baik penelitian Kuantitatif maupun Kualitatif (dalam
batas tertentu).
Penelitian Kuantitatif (Quantitative Research) adalah salah satu
bentuk penelitian yang umumnya diposisikan sebagai kebalikan dari
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 1
penelitian Kualitatif (Qualitative Research). Secara umum penelitian Kualitatif
atau naturalistic inquiry sering diartikan sebagai prosedur penelian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat diamati, demikianlah pendapat Bogdan dan
Guba, sementara itu penelitian Kuantitatif diartikan sebagai penelitian yang
dalam pelaksanaannya menggunakan pengukuran-pengukuran serta angka-
angka sebagai bahan untuk dilakukan analisis melalui pendeskripsian dan
kemudian dilakukan generalisasi.
Memposisikan kedua macam penelitian tersebut sebagai sesuatu yang
berdiri secara diametral nampaknya perlu hati-hati, mengingat dalam
kenyataannya pemaduan ke duanya bukan sesuatu yang mustahil, bahkan
sangat mungkin, sebagaimana dikemukakan banyak akhli dalam bidang
penelitian seperti tertuang dalam buku Mixing Methods : Qualitative and
Quantitative Research yang dihimpun Julia Brannen. Dalam buku tersebut,
yang terdiri dari tulisan beberapa akhli, nampak terlihat upaya penggabungan
kedua jenis penelitian tersebut serta implikasi-implikasi teoritis metodologis
yang kelihatannya masih memerlukan kajian lebih jauh.
Namun demikian suatu hal yang penting dari ide dasar buku tersebut
adalah bahwa pemikiran yang dikhotomis antara metode kualitatif dan
kuantitatif perlu dicermati kembali, sebab hal itu tidak akan membawa pada
inovasi yang sangat diperlukan dalam memahami masalah-masalah sosial
yang sangat kompleks yang terjadi di masyarakat dengan tingkat perubahan
yang sangat cepat.
Diantara para Pakar ada yang menganalogikan penelitian Kualitatif
sebagai metode induktif yakni suatu metode yang berawal dari pengumpulan
data-data empiris, kemudian dikaji untuk diketahui pola-pola atau tema dan
kemudian dikembangkan menjadi teori, konsep-konsep yang dimiliki peneliti
sifatnya sangat umum dan bisa berubah sesuai dengan perkembangan
penelitian, dalam penelitian kualitatif Variabel bisa merupakan produk atau
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 2
hasil dari suatu penelitian, sementara itu Penelitian kuantitatif dianalogikan
sebagai metode deduktif, yakni metode dimana pada awal penelitian
ditentukan hipotesis sebagai turunan dari kerangka teori untuk kemudian
dilakukan pengujian berdasarkan data empiris. Disamping itu dalam
penelitian kuantitatif Variabel-variabel ditentukan terlebih dahulu sebagai
panduan tentang apa yang mau diteliti, variabel-variabel tersebut dibingkai
dalam suatu hiupotesis untuk kemudian diujikan terhadap data penelitian.
Dengan memahami hal tersebut, jelas bahwa kedua macam metode
tersebut yakni Kualitatif dan Kuantitatif perlu dipahami secara baik tanpa
perlu mempertentangkannya, melainkan melihatnya sebagai sesuatu yang
bersifat komplementer, atau bahkan bersifat integral, sehingga dinamika
penelitian akan semakin kaya serta temuan-temuannya menjadi lebih variatif
dengan sudut pandang yang multidimensi.
Suatu hal yang penting dalam melakukan penelitian dengan salah satu
bentuk penelitian, baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif adalah
diikutinya persyaratan secara disiplin sesuai dengan bentuk penelitiannya,
agar hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
1.1. Pentingnya Penelitian
Secara naluriah manusia selalu berusaha untuk memahami berbagai gejala-
gejala yang terjadi dalam kehidupan baik gejala alam maupun gejala sosial,
berbagai gejala dicoba untuk dijawab/dijelaskan sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Menurut Charles Pierce terdapat empat cara untuk
mengetahui dan menjelaskan gejala-gejala alam yaitu :
a. Method of tenacity. Berpegang teguh pada sesuatu pendapat yang
sudah diyakini sejak lama.
b. Method of Authority. Berpegang pada pendapat orang-orang yang
dianggap pakar
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 3
c. Method of intuition. Berpegang pada suatu keyakinan pribadi yang
sudah dianggap jelas benarnya tanpa perlu pembuktian.
d. Scientific Method. Berpegang pada suatu pendapat yang sudah
terbukti berdasarkan suatu metode berpikir Ilmiah
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu metode ilmiah dalam
membantu memahami dan menjawab berbagai persoalan yang dihadapi
manusia dalam kehidupan, baik itu yang berkaitan dengan Alam maupun
Kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu bidang pendidikan pun jelas
memerlukan metode ilmiah ini dalam memahami/menjelaskan berbagai
masalah dalam bidang pendidikan, sehingga suatu kesimpulan dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen
“the scientific method provides us with another way of obtaining information –
information that is as accurate and reliable as we can get. Dengan demikian
nampak jelas pentingnya penelitian, karena hal itu dapat membantu
manusia dalam memperoleh suatu pemahaman dan penjelasan yang akurat
dan dapat dipercaya terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
1.2. Teori, Konsep, dan Variabel dalam Penelitian.
Upaya-upaya manusia untuk mampu memahami, menjelaskan,
memprediksi berbagai kejadian dalam kehidupan telah melahirkan berbagai
macam teori, dan apabila telah diorganisasikan sedemikian rupa serta
terbingkai dalam suatu obyek formal dan obyek material tertentu terwujudlah
suatu Ilmu, sementara itu Ilmu lebih jauh dapat membantu untuk mengkaji
guna memahami gejala-gejala baru yang dihadapi manusia sehingga lahirlah
teori-teori , oleh karena itu apabila suatu ilmu telah menjadi disiplin tersendiri,
akan muncul teori baru baik sebagai penambahan maupun sebagai koreksi
atas teori lama, dalam kaitan ini tepat sekali pernyataan Kerlinger dalam
Bukunya Foundation of Behavioural Research yang menyatakan bahwa
Tujuan utama Ilmu sebenarnya Teori, sekarang apa sebenarnya yang
dimaksud dengan Teori ?
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 4
Kerlinger mendefinisikan Teori sebagai himpunan konstruk (konsep),
definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang
gejala dengan menggambarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan
dan meramalkan gejala tersebut. Pengertian ini mengindikasikan bahwa
penjelasan (explanation) dan peramalan (prediction) merupakan dua hal yang
dapat diperankan oleh teori melalui konsep-konsep serta pandangan
sistematis terhadap berbagai fenomena yang dilihat dari sudut relasinya
dengan gejala-gejala lain. Sementara itu Kenneth D. Bailey dalam bukunya
Methods of Social Research menyatakan bahwa teori merupakan suatu
upaya untuk menjelaskan gejala-gejala tertentu serta harus dapat diuji, suatu
pernyataan yang tidak dapat menjelaskan dan memprediksi sesuatu
bukanlah teori, lebih jauh Bailey menyebutkan bahwa komponen-komponen
dasar dari teori adalah Konsep (Concept) dan variabel (Variable).
Teori terdiri dari sekumpulan konsep yang umumnya diikuti oleh relasi
antar konsep sehingga tergambar hubungannya secara logis dalam suatu
kerangka berpikir tertentu. Konsep pada dasarnya merupakan suatu
gambaran mental atau persepsi yang menggambarkan atau menunjukan
suatu fenomena baik secara tunggal ataupun dalam suatu kontinum, konsep
juga sering diartikan sebagai abstraksi dari suatu fakta yang menjadi
perhatian Ilmu, baik berupa keadaan, kejadian, individu ataupun kelompok.
Umumnya konsep tidak mungkin/sangat sulit untuk diobservasi secara
langsung, oleh karena itu untuk keperluan penelitian perlu adanya
penjabaran-penjabaran ke tingkatan yang lebih kongkrit agar observasi dan
pengukuran dapat dilakukan. Dalam suatu teori, konsep-konsep sering
dinyatakan dalam suatu relasi atau hubungan antara dua konsep atau lebih
yang tersusun secara logis, pernyataan yang menggambarkan hubungan
antar konsep disebut proposisi, dengan demikian konsep merupakan
himpunan yang membentuk proposisi, sedangkan proposisi merupakan
himpunan yang membentuk teori.
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 5
Dalam suatu peneltian, menurut Sofian Effendi, akan ditemui dua
jenis konsep yaitu pertama konsep-konsep yang jelas hubungannya dengan
realitas (Misalnya : Meja, Lemari, Kursi) dan kedua konsep-konsep yang lebih
abstrak dan lebih kabur hubungannya dengan realitas (misalnya : Motivasi,
Kecerdasan, Komitmen). Sementara itu Prof. Dr. H. Bambang Suwarno, MA.
Guru Besar UPI Bandung telah lama merumuskan penjabaran-penjabaran
Konsep untuk kepentingan suatu penelitian kedalam tiga tingkatan yaitu
konsep Teori, konsep empiris dan konsep Analitis, Konsep teori mempunyai
tingkat abstarksi yang tinggi dan merupakan pengertian esensil dari suatu
fenomena, konsep empiris merupakan gambaran konsep yang sudah dapat
diobservasi, sementara konsep analitis merupakan konsep yang menunjukan
apa dan bagaimana konsep empiris tersebut dapat diketahui untuk keperluan
analisa. untuk lebih jelas dapat dilihat dalam contoh berikut :
Tabel 1.1. Penjabaran Konsep
No Konsep Teori Konsep Empiris Konsep Analitis
1. Pendidikan - Asal Sekolah- Waktu menyelesaikan SLA- Ijazah terakhir yang dimiliki
Jawaban responden tentang asal sekolah, waktu menyelesaikan sekolah dan ijazah terakhir yang dimiliki
2. KecerdasanEmosi
-Pengenalan emosi diri-Pengelolaan emosi-Motivasi Diri-Pengenalan emosi pihak lain
-Membina Hubungan
Jawaban Responden akan skala yang disusun berdasarkan skala Likert dengan empat pilihan.
3. Pengetahuan Manajemen
-Pengetahuan tentang Pro- ses Manajemen-Pengetahuan tentang Substansi Manajemen
Jawaban Responden atas test yang diberikan tentang proses manajemen dan substansi manajemen
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 6
Apabila konsep analitis telah diketahui, kemudian dioperasionalkan ke
dalam item-item pernyataan atau pertanyaan untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian. Sementara itu menurut Bailey konsep yang
mempunyai nilai tunggal disebut konstanta sedang konsep yang
mengandung lebih dari satu nalai disebut variabel, dengan pemahaman
seperti ini maka Variabel menjadi sesuatu yang sangat penting dalam
kaitannya dengan teori dan penelitian.
Variabel, secara etimologis, berasal dari kata Vary yang berarti
berubah-ubah atau bervariasi baik dalam substansinya maupun dalam jenis
dan keluasannya, dalam konteks analisis hubungan, variabel dikelompokan
ke dalam variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Umumnya variabel merupakan operasionalisasi dari
konsep, meskipun bisa juga berbentuk konsep yang kontinum sehingga
mempunyai variasi nilai, apabila variabel merupakan suatu konsep maka
penjabaran seperti yang dikemukakan oleh Prof. Bambang akan sangat
membantu, sedangkan bila variabel merupakan penjabaran dari konsep
(sehingga sudah operasional), maka langkah berikutnya tinggal menentukan
indikator sebagai patokan dalam membuat item-item pertanyaan/pernyataan
(Instrumen Penelitian) yang diperlukan untuk pengumpulan data dalam
penelitian.
Dengan memahami apa yang diungkapkan di atas maka seorang
peneliti akan dapat melakukan langkah berpikir secara sistematis, dan ini
akan mendorong pada terwujudnya suatu penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan, karena telah mengikuti suatu method of scientific
Thinking
Dari uraian di atas nampak bagaimana hubungan/kaitan dan
urgensinya antara teori, konsep, variabel, indikator, serta Instrumen
Penelitian, dalam suatu penelitian, dan apabila digambarkan, hubungan
tersebut akan nampak sebagai berikut :
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 7
Gambar 1.1. Hubungan Teori,Konsep, Variabel, indikator danInstrumen Penelitian
Hipotesis
Gambar di atas menunjukan hubungan Teori, Konsep, Variabel,
Indikator serta Instrumen Penelitian untuk pengumpulan Data, dan sekaligus
juga menggambarkan bagaimana suatu penelitian (Kuantitatif) berproses
dalam suatu urutan Method of Thinking.
1.3. Proses Penelitian
Suatu penelitian yang mencoba menganalisis hubungan antar
fenomena harus di dasarkan pada suatu kerangka teori tertentu sebagai
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 8
T E O R I
PROPOSISI PROPOSISI
KONSEP KONSEP KONSEP KONSEP
VARIABEL VARIABEL VARIABEL VARIABEL
INDIKATOR
INDIKATOR
INDIKATOR
INDIKATOR
INSTRUMEN PENELITIAN/DATA PENELITIAN
bingkai, kemudian menentukan proposisi yang akan dijadikan fokus kajian,
proposisi yang tidak dapat dibuktikan/diuji secara langsung dalam penelitian
disebut Teori atau bagian dari suatu Teori (Axiomatic Theory) sedangkan
Proposisi yang akan diuji dalam penelitian disebut Hipotesis, disamping
mengacu pada Teori, Hipotesis juga bisa bersumber pada Empirical
Generalization (Generalisasi empiris adalah pernyataan suatu hubungan
berdasarkan induksi dan terbentuk berdasarkan observasi tentang adanya
hubungan tersebut), meskipun pada akhirnya generalisasi empiris ini
memerlukan sandaran Teori yang dapat memperkuatnya.
Pentingnya teori dalam suatu penelitian mengindikasikan bahwa
seorang peneliti perlu membekali dirinya dengan pendalaman teori-teori yang
berkaitan dengan masalah yang akan dikaji dalam penelitian, hal ini juga
dikarenakan teori itu, menurut Fisher, berfungsi sebagai peta yang
mengorganisasikan gejala-gejala menjadi kelas-kelas yang dapat dikenal
dengan prosedur penjabaran hubungan antara hukum-hukum teoritis dan
fenomena empiris. Dengan teori dan konsep-konsep tertentu peneliti
kemudian perlu mengoperasionalkan menjadi sesuatu yang bisa diamati, hal
ini berarti bahwa peneliti bergerak dari tahapan konseptualisasi ke tahapan
operasionalisasi. Konsep-konsep dijabarkan kedalam Variabel-variabel
kemudian ditentukan Definisi operasional (indikator-indikator) dari konsep
atau variabel, yang kemudian menjadi dasar dalam penyusunan Instrumen
penelitian sebagai alat untuk pengumpulan data. Hubungan antar Konsep
yang mengacu pada teori merupakan proposisi, pernyataan hubungan antar
Variabel (Konsep yang punya nilai Kontinum) yang akan diuji merupakan
hipotesa yang menjadi arah penelitian, untuk kemudian dioperasionalkan
guna keperluan observasi, serta pengujian hipotesis yang apabila
menggunakan analisis statistik perlu dikemukakan hipotesis statistiknya.
Hubungan tersebut terlihat dalam gambar 1.2. sebagai berikut :
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 9
Gambar 1.2. Hubungan antara Unsur-unsur Penelitian
Proposisi
Hipotesis
Hipotesis Statistik
(Sumber: Sofian Effendi, 1989 Metode Penelitian Survey. LP3ES)
setelah memahami uraian di atas, seorang peneliti perlu memahami apa
yang harus dilakukan bila akan melakukan penelitian, hal ini dimaksudkan
agar tahapan-tahapan pelaksanaannya akan mengikuti suatu proses yang
logis dan sistematis.
Menurut Bailey tahapan-tahapan dalam penelitian harus dilihat dalam
suatu kesatuan yang sifatnya melingkar dan saling ketergantungan, Diawali
dengan pemilihan masalah dan penentuan hipotesis, perumusan rancangan
penelitian, pengumpulan data, pengkodean dan penganalisaaan data, dan
diakhiri dengan penafsiran hasil penelitian untuk kemudian hasil penelitian
dapat dijadikan sebagai dasar pemilihan masalah serta hipotesis bagi
penelitian selanjutnya.yang bila digambarkan nampak sebagai berikut :
Gambar 1.3. Tahapan dalam Proses Penelitian
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 10
KONSEP KONSEP
VARIABEL VARIABEL
DEFINISI OPERASIONAL
DEFINISI OPERASIONAL
Gambaran yang dikemukakan Bailey nampak lebih bersifat garis
besar, namun sebagai pegangan dasar sangat penting. Dengan memahami
uraian di atas, secara lebih rinci, dapat disimpulkan bahwa untuk suatu
penelitian (kuantitatif), proses yang mesti dilalui adalah :
1. menentukan masalah yang akan diteliti .
2. mengkaji teori/generalisasi empiris dan memilih proposisi yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
3. menentukan konsep-konsep dan/atau variabel-variabel
4. menentukan desain penelitian serta hipotesis
5. menjabarkan konsep/variabel menjadi operasional
6. menentukan indikator-indikator konsep/variabel.
7. membuat Instrument penelitian
8. mengumpulkan data, menganalisa dan menyimpulkan.
Menentukan masalah yang akan diteliti. Penelitian pada dasarnya hanya
dapat dilaksanakan bila ada masalah yang perlu dipahami untuk dipecahkan,
masalah secara sederhana sering diartikan sebagai kesenjangan antara apa
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 11
1Choosing the problem and stating Hypothesis
2Formulating Research
Design
5Interpreting Results
4Coding and
Analyzing Data3
Data Collection
yang ada (Das sein) dengan apa yang seharusnya (Das sollen). Mc Guigan
dalam bukunya Experimental Psychology, A Methodological Approach,
sebagaimana dikutif oleh Supratiknya, mengartikan masalah sebagai situasi
atau keadaan saat kita mengalami tidak memiliki cukup informasi untuk
menjawab suatu pertanyaan atau saat kita mengalami bahwa pengetahuan
yang kita miliki kacau balau sehingga tidak mampu menjawab persoalan
yang sedang kita hadapi. Lebih jauh dikatakan bahwa masalah bisa tampil
dalam salah satu dari tiga keadaan berikut ini yaitu :
1. Ada kesenjangan dalam pengetahuan kita, yakni kita menyadari
ada sesuatu hal yang tidak kita ketahui atau terdapat informasi
yang tidak kita miliki.
2. ada sejumlah informamsi tentang sesuatu hal yang saling
bertentangan
3. ada sesuatu fakta yang perlu dijelaskan.
apabila kita memiliki pengetahuan dan informasi serta penjelasan tentang
segala sesuatu tentang fenomena alam, sosial, termasuk fenomenan
pendidikan, maka nampaknya penelitian tidak terlalu diperlukan.
Meskipun disadari bahwa penelitian memerlukan adanya masalah,
namun masalah tidak selamanya mendorong seseorang untuk melakukan
penelitian, karena hal itu berkaitan dengan konteks, urgensi, kemampuan,
cara berpikir serta substansi masalah, disamping itu maslah-masalah yang
ingin diperoleh jawabannya melalui pertanyaan penelitian perlu mengacu
pada suatu kriteria yang baik yakni :
1. masalah/pertanyaan penelitain harus feasible. Yakni
memungkinkan untuk dilakukan penelitian baik dari segi,
kemampuan, waktu, maupun dana.
2. masalah/pertanyaan penelitain harus clear. Artinya jelas apa yang
akan diteliti dan dapat dipahami secara umum.
3. masalah/pertanyaan penelitain harus significant. Artinya bermakna
bagi perolehan pengetahuan yang penting serta bagi masyarakat.
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 12
4. masalah/pertanyaan penelitain harus ethical. Artinya tidak
merugikan masyarakat baik lingkungan alam maupun kehidupan
sosial kemasyarakatan.
Seseorang yang telah dan akan terlibat dalam suatu bidang kehidupan
tertentu misalnya bidang pendidikan, akan mempunyai fokus yang lebih tajam
(dibanding seseorang yang terlibat dalam bidang non pendidikan) terhadap
masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan, temuan
permasalahan bisa didapat melalui bacaan tentang literatur pendidikan
ataupun berdasarkan pengalaman subyektif yang mendorong upaya untuk
mencari penjelasan dalam konteks realitas pendidikan. Secara lebih rinci
James H. McMillan dan Sally Schumacher dalam bukunya Research in
Education : A Conceptual Introduction, mengemukakan sumber-sumber yang
dapat dijadikan acuan menentukan masalah adalah :
1. Observasi terhadap praktek pendidikan
2. Deduksi teori
3. Studi kepustakaan
4. Masalah yang sedang terjadi
5. Situasi praktis
6. pengalaman pribadi
dengan melihat sumber-sumber yang dapat menjadi dasar dalam penentuan
masalah, mengindikasikan bahwa Masalah-masalah yang terdapat dalam
dunia pendidikan sangat banyak dan beragam, selain disebabkan karena
luasnya bidang kajian serta terbatasnya informasi dan penjelasan yang
dimiliki seseorang. Untuk itu seseorang yang ingin melakukan penelitian
bidang pendidikan (juga dalam bidang-bidang yang termasuk kajian ilmu-ilmu
lainnya) dalam menentukan masalah yang akan diteliti perlu melakukan
langkah sistematis-logis dalam menggambarkan posisi masalah serta
permasalahan yang ditelitinya, dalam hubungan ini sistematika penjelasan
yang perlu dikemukakan adalah Latar belakang Masalah, Identifikasi
masalah, pembatasan masalah, serta perumusan masalah.
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 13
Latar belakang Masalah. Mengemukakan tentang alasan-alasan
kenapa masalah tersebut timbul, dasarnya bisa bersifat teoritis ataupun
praktis, di sini bisa juga diungkapkan tentang terjadinya kesenjangan antara
apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi di lapangan, untuk itu
sebaiknya diungkapkan data awal tentang hal tersebut.
Identifikasi masalah. Mengungkapkan tentang posisi masalah serta
permasalahan dalam lingkup yang luas terutama tentang faktor-faktor yang
berkaitan dengan variabel yang diteliti, sehingga tergambar posisi dan
permasalahannya secara komprehensif.
Pembatasan Masalah. Posisi dan permasalah yang komprtehensif
sangat sulit, bahkan tidak mungkin untuk diteliti dalam satu penelitian, oleh
karena itu perlu dibatasi dengan memilih masalah-masalah terbatas yang
mungkin dan akan diteliti oleh seorang peneliti
Perumusan Masalah. Masalah yang akan diteliti perlu diperjelas
dengan mengungkapkannya dalam bentuk rumusan permasalahan, dengan
mengacu pada pembatasan masalah. Perumusan masalah sebaiknya dalam
bentuk pertanyaan yang menggambarkan variabel-variabel yang akan diteliti.
Contoh :
apakah siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi
tinggi mempunyai prestasi yang lebih tinggi dibanding siswa dari
keluarga dengan tingkat ekonomi rendah
apakah terdapat hubungan antara kehadiran siswa di kelas
dengan prestasi belajar
apakah penggunaan metode pembelajaran berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa
Mengkaji Teori/Generalisasi empiris dan memilih proposisi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Pengkajian teori dan atau
generalisasi empiris sebagai hasil-hasil penelitian sebelumnya merupakan
hal yang penting, langkah ini mencakup pencarian dan pemilihan teori yang
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 14
mendukung dan relevan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga
penelitian yang dilakukan mempunyai sandaran teoritis yang diperlukan
dalam bentuk proposi, baik yang tersurat maupun yang tersirat, langkah ini
lebih sangat diperlukan dalam penelitian kuantitatif, karena umumnya
penelitian bentuk ini bersifat verifikasi hipotesis (dengan tidak mengabaikan
sifat Falsifikasi dari Karl Popper) terhadap teori-teori yang sudah ada.
Pengkajian teori umumnya dilakukan melalui studi literatur, hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami secara lebih luas tentang
masalah yang akan diteliti sehingga posisi masalah menjadi jelas dalam
konteks teori atau hasil-hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
para pakar.
Studi literatur akan sangat membantu peneliti dalam melaksanakan
penelitiannya, oleh sebab itu seorang peneliti harus memahami tipe-tipe
sumber yang akan diriview, ada tiga sumber yang biasanya dapat
dipergunakan (sesuai kondisi) yakni :
Referensi umum. Biasanya dalam bentuk penerbitan yang
memuat berbagai hasil penelitian yang dilengkapi dengan abstrak,
ini akan sangat membantu untuk pelacakan sumber-sumber
lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian yang akan
dilakukan (biasanya dalam bentuk indeks yang memungkinkan
pelacakan lebih jauh pada sumber primernya)
Sumber Primer. Yaitu penerbitan suatu hasil penelitian yang
dilakukan seorang peneliti. Dimana sebagian besar sumber ini
biasanya terdapat dalam jurnal-jurnal penelitian seperti Journal of
educational research, dan hal ini dapat diperoleh di perpustakaan
atau melalui internet
Sumber sekunder. Penerbitan yang memuat penjelasan hasil-
hasil penelitian orang lain, biasanya terdapat dalam buku-buku
teks, dan sering sudah dibahas dalam konteks teori tertentu oleh
penulis buku tersebut.
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 15
agar studi kepustakaan dapat fokus dan efektif, ada beberapa langkah yang
harus diperhatikan yaitu :
o Berikan pengertian/definisi yang jelas tentang masalah penelitian
o Baca dengan cermat sumber-sumber sekunder yang relevan
o Pilih dan cermati beberapa referensi umum yang yang patut
dijadikan dasar
o Rumuskan kata kunci, konsep, proposisi, dan variabel pokok
berkaitan dengan masalah yang menjadi minat peneliti
Menentukan konsep-konsep dan/atau variabel-variabel. Setelah
melakukan kajian teori (kajian teoritis melalui studi kepustakaan), seorang
peneliti perlu menentukan konsep dan variabel yang akan dijadikan obyek
formal penelitian, sehingga arah dan sasaran penelitian akan jelas, hal ini
penting dalam upaya menentukan instrumen penelitian yang akan
dipergunakan baik dalam hal pendekatan maupun dalam pengukuran.
menentukan desain penelitian serta hipotesis. Setelah
konsep-konsep/variabel-variabel telah ditentukan, langkah berikutnya adalah
menentukan rancangan penelitian, dalam arti bagaimana penelitian itu akan
dialkukan, dan sebagai pemandunya maka penentuan hipotesis menjadi
penting. Dengan ditetapkannya hipotesis maka arah penelitain akan jelas
sehingga akan mereduksi berbagai gejala-gejala yang tidak terkait dengan
penelitian tersebut.
Hipotesis biasanya merupakan pengulangan pernyataan masalah
penelitian dengan memberi bobot prediksi berkaitan dengan hasil suatu
penelitian, contoh :
Rumusan Masalah : apakah siswa yang berasal dari keluarga dengan
tingkat ekonomi tinggi mempunyai prestasi yang lebih tinggi dibanding
siswa dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 16
Hipotesis : siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi
tinggi mempunyai prestasi lebih tinggi dibanding siswa dari keluarga
dengan tingkat ekonomi rendah
Rumusan Masalah : apakah terdapat hubungan antara kehadiran siswa
di kelas dengan prestasi belajar
Hipotesis : terdapat hubungan positif antara kehadiran siswa di Kelas
dengan prestasi belajar
Rumusan Masalah : apakah penggunaan metode pembelajaran
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
Hipotesis : penggunaan metode pembelajaran berpengaruh terhadap
prestasi belajar Siswa.
Adapun manfaat ditetapkannya hipotesis dalam suatu penelitian, yaitu :
o Hipotesis akan mendorong (bahkan memaksa) peneliti untuk berpikir
lebih mendalam tentang kemungkinan hasil penelitian
o Hipotesis merupakan suatu strategi yang baik dalam memampukan
seorang peneliti untuk membuat prediksi khusus berdasarkan
argumen teoritis dan bukti-bukti sebelumnya (bila sudah dapat
diketahui melalui studi kepustakaan)
Menjabarkan konsep/variabel menjadi operasional. Langkah ini
merupakan kelanjutan dari penetapan/pemilihan konsep dan variabel, dimana
agar penelitian dapat dilakukan konsep/variabel tersebut harus
dioperasionalkan sehingga dapat dialkukan pengukuran, dengan demikian
apa yang mau diteliti akan nampak semakin jelas .
Menentukan indikator-indikator konsep/variabel. untuk itu perlu diperinci
indikator-indikator Variabel, sehingga akan nampak jelas bahwa secara
operasional hal itu dapat diketahui melalui pengukuran
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 17
Membuat Instrument penelitian. Setelah langkah penentuan indikator,
kemudian dilanjutkan dengan membuat instrumen penelitian sesuai dengan
karakteristik penelitian dan variabel yang akan ditelitinya, baik itu berbentuk
Test, Skala, maupun penghitungan biasa
Mengumpulkan data, menganalisa dan menyimpulkan. Bila instrumen
penelitian telah siap, langkah berikutnya adalam mengumpulkan data,
kemudian dianalisa dan disimpulkan, sehingga tergambar dengan jelas yang
menjadi hasil penelitian, dan untuk menambah keluasan serta makna dari
hasil penelitian tersebut pembahasan nampaknya diperlukan juga baik
dengan membandingkan dengan hasil penelitian lain yang relevan maupun
dengan mendudukan kembali hasil tersebut dalam suatu teori yang menjadi
acuan dalam penelitian tersebut.
1.4. Formulasi dan Verifikasi Hipotesisdalam bagian terdahulu telah dikemukakan tentang contoh-contoh
formulasi hipotesis, secara sepintas apalagi kalau hanya dilihat dari sudut
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 18
UNTUK DIDISKUSIKAN
1. Ilmu berfungsi untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol. Berikan argumentasi dan contoh-contohnya berkaitan dengan fungsi tersebut.
2. Berikan penjelasan dan contoh-contoh berkaitan dengan metode berpikir Induktif dan Deduktif, serta jelaskan perbedaannya.
3. Berikan penjelasan berkaitan dengan hubungan antara Teori, Proposisi, Konsep, Hipotesis, dan Variabel serta kemukakan contoh-contohnya
4. Berikan penjelasan berkaitan dengan alasan kenapa penjabaran Konsep merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian, serta kemukakan contoh-contoh penjabaran konsep, sehingga tergambar bagaimana penelitian itu dilaksanakan.
5. Jelaskan kenapa kajian teori/studi kepustakaan penting dilakukan, serta kegiatan apa yang harus dilakukan bila seorang peneliti sedang melakukan kajian teori/studi kepustakaan untuk kepentingan penelitian
redaksional nampaknya sangat mudah, namun perumusan hipotesis bukan
sesuatu yang sederhana apalagi jika dikaitkan dengan upaya verifikasinya,
hal itu tidak lain karena formulasi dan verifikasi hipotesis memerlukan
pemahaman serta kemampuan dalam mengkombinasikan antara tataran
teori/konsep dengan tataran empiris/data (lebih jauh juga akan
berimplikasi /berkaitan dengan masalah metodologi). Untuk itu diperlukan
pemahaman lebih jauh tentang hubungan antara tataran konsep dan tataran
data.
Berbagai fenomena/gejala dalam kehidupan ini sangat bervariasi baik
dalam jumlah maupun intensitasnya, semua itu kebanyakan dapat langsung
diamati serta dimonitor secara langsung, baik dengan alat peraba,
pendengaran ataupun penciuman, namun dalam dunia ilmiah terdapat
banyak konsep yang sangat abstrak sehingga sulit bahkan tidak mungkin
untuk diamati secara langsung, untuk itu diperlukan langkah tertentu untuk
dapat mengamatinya guna kepentingan pemahaman.
Sebagaimana telah dikemukakan di muka bahwa konsep bersifat
abstrak (dengan variasi gradasi) dan sulit diukur langsung secara empiris,
oleh karena itu seorang peneliti harus berupaya mencari cara yang tepat
guna dapat memahami konsep-konsep tersebut dalam suatu format empiris
yang dapat diamati dan dipahami, dari sini timbul permasalah tentang
bagaimana mengoperasionalkan konsep-konsep untuk kepentingan
penelitian (masalah ini telah dikemukakan pada bagian sebelumnya).
Dalam suatu penelitian terutama penelitian kuantitatif kedaan tersebut
menunjukan terdapatnya dua tataran pemahaman yakni tataran konsep/teori
dan tataran empiris atau data, untuk itu seorang peneliti pada dasarnya
berusaha memahami hubungan antar konsep dalam suatu hubungan empiris,
hubungan antar konsep disebut proposisi sedangkan hubungan dalam
tataran empiris disebut hipotesa bila dimaksudkan untuk kepentingan suatu
penelitian. Konsep-konsep perlu dijembatani ke tataran empiris melalui
penjabaran konsep-konsep tersebut, agar konsep-konsep dapat diamati
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 19
melalui upaya pengukuran dalam tataran empiris, dengan demikian penelitian
pada dasarnya merupakan upaya mengkombinasikan antara tataran
teori/konsep dengan tataran empiris/data. Dari sini timbul permasalah lain
yaitu apakah upaya pengukuran yang dilakukan peneliti telah tepat dan tidak
mengandung kesalahan, dalam arti apakah hasil pengukurannya dapat
merefleksikan konsep/variabel yang diteliti, sehingga instrumen yang
dipergunakan dalam penelitian benar-benar menjaring data yang diperlukan
dalam rangka pengujian hipotesis. ini merupakan masalah yang krusial dan
sulit berkaitan dengan pengukuran konsep yang bebas dari kesalahan.
Kesulitan tersebut telah melahirkan tiga pendekatan dalam penyusunan dan
pengujian hipotesis yaitu : 1). Classical approach; 2). Grounded theory; 3).
Operationalism.
1. Pendekatan Klasik (Classical Approach)Pendekatan klasik terdiri dari tiga tahapan yaitu :
1. tahap pada tataran konsep, mencakup pendefinisian konsep dan
menuliskan suatu proposisi yang menyatakan hubungan antar
konsep.
2. tahap menjembatani atau menghubungkan antara tingkatan
konsep dan tingkatan empiris, ini mencakup upaya menemukan
cara-cara untuk mengukur konsep secara empiris, menuliskan
hipotesis dapat diuji (testable hypothesis) yang menghubungkan
ukuran-ukuran empiris dari dua konsep.
3. tahap mengumpulkan dan menganalisa data dalam upaya verifikasi
hipotesis.
Pendekatan tersebut bila digambarkan akan nampak sebagai berikut :
Gambar 1.4. Pendekatan Klasik dalam Formulasi dan Verifikasi Hipotesis
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 20
r1
r2 r3
r1’
dengan mengacu pada gambar di atas sebagai contoh, dapatlah
dijelaskan sebagai berikut : Pada tataran konsep, berdasarkan kajian teori,
seorang peneliti menyatakan suatu proposisi bahwa Motivasi berpengaruh
terhadap Prestasi Siswa, akan tetapi proposisi yang berada dalam tataran
konsep sulit untuk diverifikasi secara empiris, oleh karena itu seorang peneliti
perlu mencari cara untuk mengoperasionalkan/mengukur konsep-konsep
tersebut agar dapat diverifikasi secara empiris (dalam contoh di atas skor
skala sikap untuk mengukur motivasi dan skor test belajar untuk mengukur
prestasi Siswa), sehingga hipotesis dapat dikemukakan misalnya : semakin
tinggi motivasi semakin tinggi prestasi belajar, atau terdapat hubungan positif
antara motivasi dengan prestasi belajar (secara empiris hipotesis tersebut
mestinya dinyatakan : semakin tinggi skor skala Sikap tentang motivasi,
semakin tinggi skor test belajar), hubungan tersebut dilambangkan dengan r1
untuk tataran konsep dan r1’ untuk tataran empiris.
Hubungan lainnya adalah antara tingkatan konsep dan tingkatan
empiris yang dilambangkan dengan r2 dan r3 (umumnya disebut hubungan
epistemik/korelasi epistemik, tidak dapat diukur secara langsung tapi harus
diasumsikan) digambarkan dengan tanda anak panah ke bawah, dimana X’
dan Y’ merupakan ukuran empiris dari konsep-konsep teoritis X dan Y. X
adalah konsep Motivasi dan X’ adalah skala yang mengukur konsep tersebut,
demikian juga untuk Y dan Y’. ukuran-ukuran empiris X’ dan Y’ sering disebut
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 21
Skor Test Belajar (Y’)
Skor Skala Motivasi(X’)
Tingkatan Empiris
PRESTASI SISWA (Y)
MOTIVASI (X)
Tingkatan Konsep
secara beragam dengan istilah indikator, ukuran, skala, indeks atau definisi
operasional tergantung pada bentuk dan konteks penggunaannya. Salah
satu bahaya menggunakan pendekatan klasik adalah selalu terbukanya
kemungkinan kesalahan dalam pengukuran yang terjadi jika r2 dan r3
tidak/kurang sempurna, artinya X’ kurang sempurna sebagai pengukur X dan
Y’ kurang sempurna sebagai pengukur Y.
Langkah terakhir dalam pendekatan klasik adalah mengumpulkan data
dengan penyebaran instrumen untuk kemudian dianalisa untuk memastikan
apakah hipotesis diterima atau ditolak. Terdapat beberapa kemungkinan hasil
penelitian : pertama, terdapat hubungan positif yang signifikan sesuai
hipotesis; kedua, terdapat hubungan tapi kecil dan tidak signifikan; ketiga,
terdapat hubungan dengan arah kebalikan (korelasi negatif); keempat, tidak
terdapat hubungan antara variabel X dengan Y
Hasil yang kedua sampai keempat menunjukan kegagalan dalam
memverifikasi hipotesis, dan itu dapat terjadi karena : 1). Perumusan
hipotesis yang salah akibat pemahaman teori dan konsep yang kurang
sempurna; 2). Pada tahapan konsep, proposisi dinyatakan dengan benar tapi
hipotesis yang diajukannya tidak tepat; 3). Pengukuran yang tidak sempurna
(measurement error), atau instrumen yang digunakan tidak valid dan reliabel;
4). apabila tiga hal tersebut benar dan layak, maka kemungkinan kesalahan
terjadi akibat pengambilan sampel yang tidak memadai (tidak representatif).
2. Pendekatan Teori Dasar (Grounded Theory)Dalam pendekatan ini Teori ditemukan atau berasal dari data,
penelitian dilakukan tanpa bingkai suatu kerangka teori, akan tetapi
teori/konsep berkembang dan dikembangkan berdasarkan tataran empiris di
lapangan. Teori dasar dikembangkan melalui langkah-langkah :
1. Memasuki lapangan tanpa suatu hipotesis
2. Melukiskan apa yang terjadi
3. Merumuskan penjelasan tentang kenapa sesuatu itu terjadi dengan
mengacu pada hasil observasi.
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 22
berkaitan dengan teori Strauss dan Glaser, tokoh dari pendekatan Grounded,
menyatakan bahwa suatu teori agar berguna secara optimal harus
menggunakan konsep-konsep yang aplikabel terhadap data yang sedang
dikaji, serta harus mampu menjelaskan prilaku yang sedang diteliti/dipelajari,
untuk itu cara terbaik untuk membentuk suatu teori yang demikian adalah dari
data itu sendiri. Variabel-variabel muncul dari observasi demikian juga halnya
dengan hipotesis muncul dan berkembang sesuai dengan kegiatan observasi
terhadap data lapangan.
Berbeda dengan pendekatan klasik yang meliputi tahapan
penyusunan konsep dan proposisi, penentuan pengukuran konsep dan
formulasi hipotesis serta verifikasi hipotesis, pendekatan grounded berusaha
memadukan tahap dua dan tahap tiga dalam pendekatan klasik menjadi satu
tahapan saja, ini berarti bahwa variabel dan hipotesis yang digunakan
adalah yang berasal data, dengan demikian hanya hipotesis yang telah
diverifikasi yang diakui, sehingga tidak diperlukan proses verifikasi secara
tersendiri.
Dalam pendekatan klasik, proses verifikasi hipotesis diperlukan
mengingat pentahapannya dimulai dari tataran konsep menuju ke tataran
empiris, sedang pendekatan grounded bersifat kebalikannya yakni berawal
dari tahapan empiris dan berakhir dalam tataran konsep.
Oleh karena semua konsep dibentuk dari obeservasi langsung
terhadap data, maka kemungkinan salah dalam pengukuran sangat kecil dan
kalupun ada, itu terjadi karena kekeliruan persepsi/observasi
(perceptional/observational error) peneliti, meskipun demikian hal tersebut
sifatnya spesifik dalam hal waktu dan tempat pelaksanaan studi/penelitian
dan sulit untuk dilakukan generalisasi.
Jika peneliti mau menggunakan hipotesis yang dikembangkan dari
pendekatan grounded (pendekatan teori dasar) dalam situasi penelitian baru,
maka tahapan verifikasi perlu dilakukan sebagaimana dalam pendekatan
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 23
klasik. Bila digambarkan dalam bentuk diagram pendekatan grounded ini
akan nampak sebagai berikut :
Gambar 1.5. Pendekatan Teori Dasar
r1
r2 r3
r1’
3. Pendekatan Operasionalisme (Operationalism)Pendekatan operasionalisme mengacu pada kegiatan yang
dilaksanakan dalam pengukuran konsep, dalam pendekatan ini konsep tidak
lain dari suatu kumpulan operasi. Peneliti yang menggunakan pendekatan ini
umumnya mencari ukuran-ukuran kuantitatif dari konsep dan umumnya
bersikap pragmatis dimana bagi mereka kesalahan pengukuran bukanlah
masalah utama, sebab konsep itu sendiri didifinisikan untuk diukur, oleh
karena itu konsep yang tidak terdefinisikan dengan jelas untuk dapat diukur
sedikit kegunaannya atau bahkan tidak berguna bagi suatu penelitian.
Berbeda dengan pendekatan Grounded yang menggabungkan
tahapan dua dan tiga, pendekatan operasionalisme menggabungkan tahap
satu dan dua yakni tahapan teoritis dan empiris dari proposisi dengan
perumusan hipotesis) dengan tetap menganggap tahapan ketiga yakni
verifikasi merupakan tahap terpisah yang penting.
Pendekatan aliran ini terhadap formulasi hipotesi nampak dalam
gambar berikut :
Gambar 1.6. Pendekatan Operasionalisme
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 24
MOTIVASI (X)
PRESTASI SISWA (Y)
Skor skala Motivasi(X’)
Skor Test Belajar (Y’)
Tingkatan Konsep
Tingkatan Empiris
= =
r1 = r1’
Salah satu kelemahan dari pendekatan operasionalisme adalah
kecenderungan penyamaan antara tataran empiris dengan tataran teoritis,
dari contoh di atas bisa dikatakan bahwa motivasi adalah apa yang diukur
oleh skala motivasi, tapi apakah skala motivasi itu benar-benar mengukur
motivasi dan bukan yang lainnya, bagaimana hal itu bisa diketahui dan
apakah kita bisa menghimpun berbagai pernyataan untuk kemudian memilih
serangkaian pernyataan untuk digunakan sebagai pernyataan dalam skala
motivasi ?, jawabannya jelas tidak, sebab bagaimana mungkin menyatakan
sesuatu itu sebagai skala motivasi apabila pemikiran kosong (tanpa definisi)
dari pemahaman tentang apa itu motivasi, padahal motivasi itu sendiri telah
didefinisikan, sehingga pengukuran yang dilakukan valid (Face validity).
Dari ketiga pendekatan tersebut nampak bahwa masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang bila
diringkaskan adalah sebagai berikut :
N
o
Pendekatan Kelebihan Kekurangan
1. Klasik Lengkap, mencakup analisis teteoritis dan empiris/data
Menggunakan konsep-konsep abstrak yang punya kemampuan generalisasi, serta dapat menggunakan deduksi untuk membentuk
Kemungkinan melakukan kesalahan dalam pengukuran jika tidak merepresentasikan konsep
Terlalu menekankan pada deduksi dan verifikasi (menurut pengikut
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 25
Tingkatan Empiris
Skor skala Motivasi (X’)
PRESTASI SISWA (Y)
Skor Test Belajar (Y’)
MOTIVASI (X)
Tingkatan Konsep
konsep Grounded)2. Grounded
Theory Kemungkinan kesalahan
pengukuran berkurang Penekanan pada konsep
yang berasal dari data/empirik akan membatasi berteori.
Sulitnya melakukan generalisasi hasil temuan
3. Operasionalisme
Tidak ada kesalahan pengukuran
Membatasi perkembangan teori dan kekuatan untuk melakukan generalisasi
Pendekatan yang mana dari tiga pendekatan di atas yang paling tepat
untuk digunakan dalam penelitian ?, pertanyaan ini tidak bisa dijawab secara
hitam putih, karena sangat tergantung pada jenis dan substansi penelitian,
akan tetapi, apabila kita menganggap bahwa perlunya kemampuan yang
terintegrasi antara pemahaman teoritis dan empiris, nampaknya pendekatan
klasik sangat tepat, apalagi jika hal itu dikaitkan dengan dunia Kampus yang
benyak menggeluti dunia teori/konsep sebagai bekal untuk melakukan
penelitian guna penyelesaian studi dalam bentuk skripsi atau Tesis. Namun
demikian sesuai dengan semangat ilmiah, keterbukaan terhadap pendekatan
lainnya diperlukan mengingat masalah-masalah yang berkembang di
masyarakat sangat bervariasi, sehingga tidak tertutup kemungkinan perlunya
pendekatan yang berbeda.
stkip Kuningan / lembaga Penelitian / Uhar / Penelitian Kuantitatif / 2002 26
UNTUK DIDISKUSIKAN
1. Berikan penjelasan secara lebih mendalam tentang kebaikan dan kekurangan pendekatan Klasik
2. Berikan penjelasan secara lebih mendalam tentang kebaikan dan kekurangan pendekatan Teori Dasar
3. Berikan penjelasan secara lebih mendalam tentang kebaikan dan kekurangan pendekatan Operasionalisme
4. Pendekatan mana yang paling cocok untuk untuk penulisan skripsi atau Tesis, serta bebrikan alasan-alasannya
5. kemukakan rumusan Hipotesis paling sedikit lima hipotesis yang berkaitan dengan maslah pendidikan, serta gambarkan dalam bentuk tataran teori/konsep dan tataran empiris/data sehingga tergambar verifikasi hipotesisnya.
top related