ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MIASTENIA ...

Post on 26-Jan-2017

233 Views

Category:

Documents

2 Downloads

Preview:

Click to see full reader

Transcript

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE

Ns. KRISTIANAWATI, S.Kep M.Biomed

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKEDefinisi : Disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah otak yang terganggu (WHO, 1989)

Stroke terbagi atas 2 kategori yaitu :- Stroke hemoragik (terjadi perdarahan serebral)- Stroke non hemoragik (terjadi oklusi trombosis & emboli)

PatofisiologiSTROKE

Hemoragik

Pecahnya pembuluh darah otak

Hemoragik

Penurunan perfusi jaringan otak

Non Hemoragik

Oklusi/sumbatan aliran darah otak

Iskemia Pelebaran kolateral

Metabolisme anaerob

Pompa Na dan K gagal

Aktifitas elektrolit terganggu

Asam laktat

Edema otak

Perfusi otak menurun

Nekrosis jaringan otak

Penyebab Stroke

Trombosis serebral Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi pusing, perubahan kognitif atau kejang ( secara umum tidak terjadi secara tiba-tiba, kehilangan bicara sementara)Embolisme serebral : Abnormalitas patologik pada jantung kiri dll ( tempat-tempat asal emboli). Embolus menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral.

Iskemia serebral insufisiensi suplai darah ke otakHemoragi serebral :

- H.ekstradural (epidural) kedaruratan bedah neuro perlu perawatan segera

- H.subdural jembatan vena robek perode pembentukan hematom lebih lama menyebabkan tekanan pada otak

- H.subarakhnoid dapat terjadi akibat trauma atau hipertensi

- H.intraserebral perubahan degeneratif ruptur pembuluh darah

Manifestasi KlinikKehilangan motorikKehilangan komunikasi

- Afasia ekspresif (tdk mampu membentuk kata)

- Afasia reseptif (tdk mampu memahami kata yg dibicarakan)

- Afasia global (kombinasi keduanya)

Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologikDisfungsi kandung kemihDefisit sensori

Pengkajian - Perubahan tngkat kesadaran - Adanya atau tidak adanya gerakan

volunter atau involunter - Kekakuan - Pembukaan mata - Warna wajah dan ekstremitas - TTV - Kemampuan untuk bicara - volume cairan dan volume urin

Diagnosa Keperawatan ; - Kerusakan mobilitas fisik b.d hemparesis - Nyeri b.d hemiplegi - Kurang perawatan diri - Inkontnensia urin b.d ketidakstabilan

detrusor - Kerusakan proses pikr - Kerusakan komunikasi verbal - Risiko terhadap kerusakan integritas kulit - Perubahan proses keluarga

Tugas

Eksplorasi jurnal & Texbook - Peningkatan tekanan intrakranial - Epilepsi - Myastenia gravis - Trauma kranial

Komplikasi

Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi ke otakAliran darah serebral Hidrasi adekuat dengan penurunan viskositas darahEmbolisme serebral dapat terjadi setelah infark

Penatalaksanaan

Pasien ditempatkan pada posisi lateral dengan kepala tempat tidur ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurangBila perlu ventilasi mekanik bg stroke masifPantau komplikasi pulmonal (aspirasi, atelektasis, pneumonia)Pantau jantung serta tanda gagal jantung kongestifDiuretik menurunkan edema serebralAntikoagulanAntitrombosit

A. TINJAUAN TEORITIS a. Definisi

Miastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi tranmisi neuromuscular pada otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang (volunter).( Keperawatan Medikal Bedah, vol 3, Edisi 8, Brunner & Sudarth, 2000)

Jadi dapat kita definisika miastenia gravis adalah suatu penyakit yang bermanifestasi sebagai kelemahan dan kelelahan otot-otot rangka akibat defisiensi reseptor asetilkolin pada sambungan neuromuskular.

b. Klasifikasi Kelp 1 Miastenia OkularHanya menyerang otot-otot okular disertai ptosis dan diplopia. Sangat ringan dan tidak ada kematian Kelp 2. Miastenia Umum, dibagi menjadi: a. Miastenia umum ringan

Permulaan lambat, sering terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet dan bulbar.System pernafasan tidak terkena. Respon terhadap terapi obat baik. Angka kematian rendah.

b. Miastenia umum sedangAwitan bertahap dan sering disertai gejala-gejala ocular, lalu berlanjut semakin berat dengan terserangnya seluruh otot-otot skelet dan bulbar. Disartria, disfagia dan sukar mengunyah lebih nyata dibandingkan dengan miastenia umum ringan. Otot-otot pernapasan tak terkena. Respon terhadap terapi obat kurang memuaskan dan aktivitas pasien terbatas, tetapi angka kematian rendah.

c. Miastenia umum berat1. Awitan yang cepat dengan kelemahan otot-otot skelet dan bulbar yang berat disertai mulai terserangnya otot-otot pernapasan. Biasanya penyakit berkembang maksimal dalam waktu 6 bulan. Respon terhadap obat buruk, insiden terhadap krisis miastenik, kolinergik, maupun krisis gabungan keduanya tinggi. Tingkat kematian tinggi.

2. Lanjut: miastenia gravis berat timbul paling sedikit 2 tahun sesudah awitan gejala-gejala kelp 1 atau 2. Miastenia gravis dapat berkembang secara perlahan-lahan atau secara tiba-tiba. Respon terhadap obat dan prognosis buruk

c. Patofisiologi (Patoflodiagram) Tumor kelj. Tymus

Abnormal kelj Tymus

Hyperplasia Tymus

Stimulus antigen yg memprod Antiasetilkoline reseptor antibody tganggu

Proses autoimun pada fungsi neuromuskuler pd mebran postsinaps otot

(tmpt antibodi mhancrkn reseptor Ach)

Gangguan konduksi

neuromuskuler

Defisiensi jml ACh dari membran presinaps ke sinaps

Gangguan pembentukan & pelepasan ACh

Hantaran presinap & postsinap terganggu

Gangguan permebilitas Na & K

Gangguan potensial aksi

Kontraksi otot menurun

Sambungan patofisiologi(patoflodiagram)

Pd otot wajah: ekspresi wajah spt patung, pd laring:disfonia

Ggn kom verbal

Pd otot mata: diplopia, ptosis,

Ggn persepsi sensori:

penglihatan

Pd otot leher: kepala sulit tegak, cenderung jatuh

Defisit prwtn diri

Pd otot sendi & bahu: tdk dpt mengkat tangan m> kepala

Defisit prwtn diri

Pd otot bulbar: kesulitan

mengunyah, menelan

Perub nutrisi kurang dari kebut tubuh

Pd otot pernapasan: otot diapragma & otot2 interkostal

Pola napas tdk efektif

Gawat napas

Gambar www.med.nagoyacu.ac.jp

/.../mgenglish/index.html

Normal Neuromuscular Junction Neuromuscular Junction in Myasthenia Gravis Patient

There are enough number of acetylcholine receptortransmitting the signal from the nerveto the muscle.

Antibody (Y-shaped) binds andreduces the number of acetylcholine receptorand makes the transmission of the signal difficult.

d. Komplikasi

Krisis Miastenia Krisis Kolinergik

Meningkatnya tekanan darahTakikardiaGelisahKetakutanMeningkatnya sekresi bronkhial,

airmata dan keringatKelemahan otot umumKesulitan bernapas, menelan,

mengunyah, bicaraKehilangan refleks batukPenurunan output urine

Menurunnya tekanan darahBradikardia

GelisahKetakutan

Meningkatnya sekresi bronkhial, airmata dan keringat

Kelemahan otot umumKesulitan bernapas, menelan,

mengunyah, bicaraMual, muntah

DiareKram abdomen

e. Pemeriksaan DiagnostikUji tensilon ( endrofnium klorida )

Elektromiografi. .

CT scan timus, pemeriksaan tiroid, kreatinin-fosfokinase serum, laju sedimentasi, kadar antinukleus-antibodi, dan pemeriksaan imunologi.

Thorax foto: Foto dada dalam posisi antero-posterior dan lateral perlu dikerjakan, untuk melihat apakah ada timoma. Bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan dengan CT Scan.

Tes Wartenberg: Bila gejala-gejala pada kelopak mata tidak jelas, dapat dicoba tes Wartenberg.

Tes prostigmin: Prostigmin 0,5-1,0 mg dicampur dengan 0,1 mg atropin sulfas disuntikkan intramuskular atau subkutan. Tes dianggap positif apabila gejala-gejala menghilang dan tenaga membaik.

f. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan diarahkan pada perbaikan fungsi melalui pemberian obat antikolinesterase dan mengurangi serta membuang antibodi yang bersirkulasi (plasmaporesis)

Timektomi ( pembedahan eksisi kelenjar timus ) untuk mengangkat sumber antigen

Pergantian plasmaferesis atau plasma dapat dilakukan untuk membuang antibody reseptor antiasetilkolin yang beredar dari plasma, mengakibatkan sebagian perbaikan klinis.

Jika gagal pernapasan terjadi mungkin perlu dipasang ventilator mekanik.

B. ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian

Riwayat Kesehatan : Riwayat kelemahan otot: lamanya, sejak kapan, berangsur-angsur atau cepat, meningkat dengan pergerakan tenaga, membaik bila istirahat, tiba- tiba cepat lelah

Pemeriksaan fisik- Otot mata : Diplopia, ptosis, kelemahan otot bola mata- Otot wajah : kelemahan otot wajah, kesulitan tersenyum,

kesulitan mengunyah, menelan, suara dari hidung hilang.- Otot leher : kesulitan mempertahankan posisi kepala- Otot respirasi : pernapasan lambat, kegagalan pernapasan dengan

penurunan tidal volume dan vital capacity, tidak efektifnya batuk.- Otot lain : kelemahan otot rangka dan ekstremitas

• Status nutrisi : penururnan berat badan, tanda- tanda kekurangan nutrisi

b. Diagnosa keperawatan

Tidak efektifnya pola napas b.d kelemahan otot pernapasanDefisit perawatan diri b.d kelemahan otot, keletihan umum.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d kelemahan otot bulbar menyebabkan kesulitan mengunyah, menelan.

c. Rencana keperawatan Dp 1 :1. Kaji frekuensi pernapasan, irama, pola nafas,

penggunaan otot tambahan pernapasan, bunyi napas, warna kulit dan tingkat kesadaran setiap 2 jam

2. Kaji vital capacity dan tidal volume, hasil laboratorium analisa gas darah

3. Pertahankan posisi kepala 30 – 45 derajat

4. Catat adanya peningkatan kelemahan, kesulitan bernafas, peningkatan PaCO2, penurunana PaO2, menururnnya kapsitas vital dan meningkatnya kesulitan mengunyah dan bicara.

5. Kolaborasi dalam pemberian obat antikolinesterasedan berikan oksigen6. Kaji keadaan pernafasan, capasitas vital dan tidal

volume sebelum dan sesudah pemberian obat

Rencana keperawatan Dp 2 :1. Kaji kekuatan otot, ptosis, diplopia,

pergerakan bola mata, kemampuan mengunyah, menelan, reflek batuk, bicara

2. Kaji kekutan otot sebelum dan sesudah pemberian antikolineterase

3. Lakukan jadwal istirahat, dan berikan lingkungan yang tenang

4. Menganjurkan berpartisipasi dalam perawatan

5. Bantu dalam perawatan diri pasien selama kelemahan otot yang sangat berlebihan terjadi.

Rencana keperawatan Dp 3 :1. Kaji status nutrisi pasien2. Kaji kemampuan mengunyah dan menelan3. Hentikan pemberian makan peroral jika pasien

tidak dapat mengatasi sekresi oral atau jika reflek gag, menelan, batuk, tertekan.

4.Berikan diet tinggi protein, tinggi kalori5.Kolaborasi dalam pemasangan NGT bila terjadi

kesulitan menelan.6.Timbang berat badan setiap 3 hari7.Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral total

jika pemberian makan peroral/NGT tidak dapat dilakukan.

Terima Kasih

by: Lis & Lydia

top related