APLIKASI MANAJEMEN OPERASIONAL KEPERAWATAN DI RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG
Post on 21-Feb-2023
1 Views
Preview:
Transcript
APLIKASI MANAJEMEN OPERASIONAL KEPERAWATAN DI RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
Profesionalisme keperawatan pada hakekatnya menekankan pada
peningkatan mutu pelayanan keperawatan sebagai suatu kewajiban moral
profesi untuk melindungi masyarakat terhadap praktek yang tidak
profesional. Pelayanan keperawatan yang profesional merupakan praktek
keperawatan yang dilandasi oleh nilai-nilai profesional, yaitu nilai
intelektual, komitmen moral terhadap diri sendiri, tanggung jawab pada
profesi dan masyarakat, otonomi, pengendalian tanggung jawab dan
tanggung gugat.
Model praktek dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
khususnya di rumah sakit, memungkinkan perawat untuk melakukan asuhan
keperawatan dengan cara yang terbaik bagi klien, karena pemberian
asuhan keperawatan dilakukan secara efisien dengan menghasilkan
pelayanan/asuhan keperawatan yang bermutu. Praktek keperawatan
memerlukan kewenangan untuk membuat keputusan keperawatan, bertanggung
jawab untuk melaksanakan keputusan tersebut dan bertanggung gugat
terhadap praktek yang dilakukan.
Pengembangan model praktek keperawatan di RSUD Dr. Iskak
Tulungagung telah dimulai oleh pihak manajemen keperawatan dengan
diadakannya pelatihan manajemen dengan mengundang narasumber dari Sint
Carolus Jakarta maupun brainstrormin-brainstormin secara reguler melalui
pelatihan dan seminar. Brainstormin juga bekerja sama dengan Stikes Karya
Husada Pare Kediri untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang
manajemen keperawatan. Dari hasil wawancara dengan perawat maupun
kepala ruang ditemukan adanya motivasi untuk mengembangkan model
praktek pelayanan keperawatan (model Tim) namun pada aplikasinya belum
berjalan seperti yang diharapkan. Mayoritas mereka berpendapat belum
dapat menerapkan sepenuhnya karena banyak kendala yang dihadapi
seperti: keterbatasan jumlah tenaga perawat, kualifikasi tenaga
perawat belum memadai, dan mereka beranggapan cara kerja yang selama
ini mereka laksanakan itu yang lebih sesuai yaitu siapa yang ada waktu
dia yang mengerjakan (hal ini tidak terlepas dari karakter orang Jawa,
dimana rasa solidaritas antar teman sangat tinggi, berbeda dengan
sudut pandang perawat profesional). Masalah lain yang peneliti temukan
adalah keluhan perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan,
baik aspek pengkajian sampai dengan evaluasi yang sesuai dengan konsep
maupun dalam hal pengaturan waktu untuk menuliskan dokumen tersebut.
Mereka merasa terlalu memakan waktu untuk menulis dokumentasi asuhan
keperawatan.
Menilik permasalahan-permasalahan pelayanan keperawatan diatas,
maka peneliti berkeinginan mengidentifikasi bagaimana aplikasi
manajemen keperawatan di RSUD Dr. Iskak Tulungagung sehingga dapat
menemukan kebutuhan apa yang diharapkan yang bersifat teknis
operasional untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum
yang akhirnya dapat memotivasi semua perawat untuk evalusi diri dan
mau meningkatkan kemampuan diri secara formal maupun informal.
B. Rumusan Masalah
Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit sangat berkaitan
erat dengan penyelesaian masalah yang memberikan perubahan yang
berguna dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan.
Kebutuhan manajemen pelayanan keperawatan disetiap tempat (rumah
sakit) berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit tersebut
termasuk dari karakter perawat maupun karakter pengguna pelayanan
keperawatan (tuntutan masyarakat). Sebagai langkah awal menemukan
masalah adalah dengan pengkajian bagaimana aplikasi manajemen
pelayanan keperawatan yang sudah terlaksana.
C. Tujuan
Mendapatkan gambaran fungsi manajemen pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Iskak Tulungagung.
D. Manfaat
1. Bagi perawat : mutu manajemen pelayanan keperawatan secara umum
dapat memotivasi kinerja dan kepuasan kerja perawat di rumah sakit
2. Bagi Rumah Sakit : membantu manajer keperawatan untuk memecahkan
masalah yang bersifat teknis operasional dari suatu aspek tertentu.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I. Manajemen Pelayanan Keperawatan
Manajemen Pelayanan Keperawatan profesional (MPKP) merupakan
sistem yang terdiri dari struktur, proses dan nilai-nilai profesional
yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut. Pemberian asuhan keperawatan secara profesional diharapkan
dapat meningkatkan kepuasan klien dan kepuasan perawat yang lebih
tinggi. Pendekatan dalam manajemen pelayanan keperawatan yang
digunakan adalah pendekatan problem solving. Langkah-langkah dalam problem
solving untuk rumah sakit dan kesehatan yang lebih baik terdiri dari :
1) mendifinisikan masalah
2) menentukan bagian realistik dari masalah
3) mendefinisikan solusi
4) menyusun plan of action (PUSKA UI, 2004).
Pendekatan tersebut memanfaatkan sumber daya yang ada di rumah
sakit untuk mencapai dampak lebih besar dalam mengatasi masalah
kesehatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan serangkaian
kegiatan manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan dan pengendalian sebagai upaya mewujudkan
pelayanan yang berkualitas. Pelayanan keperawatan yang berkualitas
akan meningkatkan kepuasan klien dan kepuasan pemberi pelayanan.
Kegiatan manajemen pelayanan keperawatan tidak hanya menjadi tanggung
jawab manajer keperawatan dan kepala ruang untuk mewujudkan visi misi
rumah sakit, namun perlu melibatkan seluruh komponen perawat, sehingga
visi misi rumah sakit tersebut menjadi visi misi bersama.
Kegiatan manajemen pelayanan keperawatan meliputi pengkajian,
identifikasi masalah dan alternatif penyelesaian masalah, implementasi
penyelesaian masalah, dan evaluasi. Masalah yang teridentifikasi dan
juga penyelesaiannya haruslah merupakan hasil kesepakatan perawat
pelaksana, kepala ruang dan bidang keperawatan.
Pengkajian untuk mendapatkan informasi dilakukan dengan pendekatan
siklus penyelesaian masalah (problem solving cycle) terhadap aspek manajemen
pelayanan keperawatan meliputi: fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan, dan pengendalian baik input, proses maupun
output dari aspek tersebut.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Dalam bab ini, diuraikan tentang kerangka konsep dan definisi
operasional yang akan memberi arahan pada pelaksanaan penelitian dan
analisa data.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah sesuatu yang abstrak, logikal secara harfiah
yang akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan
body of knowledge (Nursalam, 2002). Kerangka konsep pada penelitian ini,
yang menjadi variabel penelitian adalah manajemen pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Iskak Tulungagung.
Karakteristik yang membedakan diantara responden pada penelitian ini
adalah usia, pendidikan, masa kerja, dan jabatan. Lebih jelasnya
tentang konsep penelitian ini dapat dilihat pada skema yang dijabarkan
berikut ini :
Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti/makna
pada masing-masing variabel untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan
replikasi agar memberikan pemahaman yang sama kepada setiap orang
mengenai variabel-variabel yang diangkat dalam suatu penelitian
(Nursalam & Siti Pariani, 2001 : 44).
Tabel 1. Definisi operasional
No
.
Variabel
peneliti
an
Definisi
Operasional
Indikator Instrumen
/alat
ukur
Skal
a
Score
1 manajeme
n
pelayana
n
keperawa
tan
Merupakan
serangkaian
kegiatan
manajemen
mulai dari
perencanaan
,
pengorganis
asian,
pengarahan,
pengawasan
dan
pengendalia
n sebagai
upaya
mewujudkan
1. Fungsi
Perencanaan
-Visi dan
Misi
Organisasi
-Filosofi
Keperawatan
-Rencana
Kerja
-Jadual Dinas
2. Fungsi
Pengorganisa
sian
- Struktur
Organisasi
Bidang
Kuesioner Ordi
nal
Dengan
memberikan
pertanyaan
dan diberi
nilai:
Benar : 1
Salah : 0
Dengan
Kriteria:
Baik : 76-
100%
Cukup :56-75%
Kurang :≤ 55%
(Nursalam,200
3:124)
pelayanan
yang
berkualitas
Keperawatan
- Uraian
Tugas
-
Pengorganisa
sian Asuhan
-
Klasifikasi
Pasien
-
Perhitungan
Tenaga
Keperawatan
- Metode
Asuhan
Keperawatan
- Ketenagaan
3. Fungsi
Pengarahan
-
Pendelegasia
n
- Supervisi
Keperawatan
-
Pertemuan/ra
pat
-
Komunikasi/m
otivasi
4. Fungsi
Pengawasan
dan
pengendalian
- Tujuan
Pengawasan
- Monitoring
Kegiatan
- Standar
Asuhan
Keperawatan
- Standar
Operasional
Prosedur
- Program
Kendali Mutu
- Ronde
Keperawatan
- Penilaian
Kompetensi
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas tentang desain penelitian, populasi dan sampel,
tempat dan waktu penelitian, alat pengumpulan data, etika penelitian,
prosedur pengumpulan data dan analisa data.
II. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah seluruh perencanaan untuk menjawab
penelitian dan untuk mengantisipasi kesulitan yang mungkin timbul
selama proses penelitian (Burn & Grove, 1991 :171). Desain dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti (Nursalam & Siti Pariani, 2001 : 64). Sedangkan
menurut Sugiyono, (2005), populasi adalah obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya dengan melakukan
generalisasi. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah
jumlah keseluruhan perawat di Rumah Sakit Dr.Iskak Tulung Agung.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan “sampling”
tertentu untuk bisa memenuhi/mewakili populasi (Nursalam & Siti
Pariani, 2001 : 64). Sedangkan rumus untuk penentuan jumlah sampel
pada penelitian ini seperti yang dikemukakan Notoatmojo, S (2002)
sebagai berikut :
N
n = -------------
1 + N (d)²
Dengan kriteria inklusi :
Perawat bersedia untuk dijadikan responden penelitian
Responden berada ditempat penelitian saat dilakukan pengumpulan
data
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi. Teknik sampling
merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar
memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subyek
penelitian (Nursalam,2003:125). Dalam penelitian ini teknik sampling
yang digunakan adalah purposive sampling.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr.Iskak Tulungagung
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 17- 29 Mei 2010
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan mengajukan permohonan
ijin kepada responden untuk mendapatkan persetujuan yang sebelumnya
akan dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat penelitian, dengan
menekankan masalah etika yang meliputi :
Informed Consent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan memberi
penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan,
serta menjelaskan akibat atau manfaat yang akan diperoleh. Jika
responden bersedia, maka responden akan menandatangani lembar
persetujuan tersebut, dan jika menolak maka peneliti akan tetap
menghormati hak mereka.
Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak
mencantumkan nama subyek pada pengumpulan data.
Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan responden, akan dijamin oleh
peneliti.
6.7 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner.
G. Validitas dan Reliabilitas Data
Kualitas data ditentukan oleh tingkat validitas dan reliabilitas alat
ukur. Validitas adalah kesahihan, yaitu seberapa dekat alat ukur
mengatakan apa yang seharusnya diukur (Hastono, 2001). Uji coba
kuesioner untuk mengetahui tingkat validitas instrumen dengan
menggunakan rumus korelasi product moment Karl Person :
r
= N (ΣXY) – (ΣXΣY)
√ {(NΣX2-(ΣX)2} {(NΣY2-(ΣY)2}
Keterangan :
r = nilai korelasi
N = jumlah responden
X = nilai setiap pertanyaan
Y = skore total
XY = skore pertanyaan tiap nomer dikali skore total
Tiap nomer pada kuesioner dinyatakan sah atau valid apabila nilai r >
0,5 (sebab nilai r berada diantara nilai 0 – 1) dengan menggunakan
Alpha Cronbach (Hastono, 2001). Sebelum diberikan kepada responden uji
kuesioner diberikan terlebih dahulu kepada 5 teman sejawat yang senior
untuk memperoleh masukan dan tanggapan atas kesesuaian alat ukur
dengan tujuan penelitian, dimana didapatkan masukan mengenai perbaikan
dalam struktur bahasa. Sedangkan hasil uji coba kuesioner pada 10
responden di Rumah Sakit dr. Iskak Tulungagung, didapatkan r hasil
tiap item pertanyaan pada kuesioner > r tabel (0,361). Jadi dapat
disimpulkan bahwa semua item pertanyaan pada kuesioner tersebut sudah
valid. Suatu pengukuran disebut andal, apabila ia memberikan nilai
yang sama atau hampir sama bila pemeriksaan dilakukan berulang-ulang
(Hastono, 2001). Keandalan, keterandalan atau ketepatan pengukuran
disebut reliabilitas. Hasil uji coba ini menunjukan nilai alpha 0,935
yang artinya mempunyai reliabilitas yang tinggi.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Setelah mendapatkan izin melakukan penelitian dari Direktur RS,
penelitian dimulai dengan tahapan sebagai berikut :
1. Informed consent diberikan sebelum pengisian kuesioner. Sebelum
dimulai pengumpul data menyampaikan maksud dan tujuan penelitian, dan
memberi kesempatan responden untuk bertanya. Jika calon responden
bersedia selanjutnya diberi lembar informed consent untuk ditandatangani.
2. Kuisioner diisi oleh responden yang dibagikan oleh petugas
pengumpul data.
I. Analisis Data
Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan bantuan
program computer. Tahapan pengolahan data diawali dengan editing data,
koding secara sistematis sesuai dengan variabel-variabel yang
diteliti, penetapan skor dari tiap-tiap variabel kemudian dilakukan
entry data dan diolah dengan menggunakan computer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
RSUD Dr. Iskak Tulungagung memiliki tenaga keperawatan sejumlah
307 orang sebagai pegawai negeri dan pegawai kontrak. Kualifikasi
pendidikan yang dimiliki S1 keperawatan 44 orang ( 14,3 %), DIII
keperawatan/Kebidanan 258 orang (84,0%) dan SPK 5 orang (1,7%).
Umumnya tenaga keperawatan pernah mengikuti seminar/pelatihan dan
beberapa tenaga keperawatan memiliki sertifikasi keahlian tertentu.
RSUD Dr. Iskak Tulungagung menerima praktikan mahasiswa
keperawatan/Kebidanan dari Stikes Karya Husada Pare, Stikes Hutama
Abdi Husada Tulungagung, Stikes Surya Mitra Kediri, UNITA Tulungagung,
dsb.
Hasil penelitian dari hasil pengkajian untuk mendapatkan
informasi dilakukan dengan pendekatan siklus penyelesaian masalah
(problem solving cycle) terhadap aspek manajemen keperawatan meliputi:
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan
pengendalian baik input, proses maupun output dari aspek tersebut.
Metode pengkajian yang digunakan yaitu: wawancara, observasi, dan
penyebaran kuesioner. Wawancara terstruktur dilakukan dengan Manajer
Keperawatan dan Kepala Ruang Keperawatan. Observasi dilakukan dengan
melihat jumlah dan jenis tenaga di ruang rawat inap, serta model
penugasan yang diberikan. Kuesioner terdiri dari: pengkajian
pelaksanaan manajemen operasional yang disebarkan pada
ruang ................ Kuesioner ditujukan pada perawat pelaksana,
kepala ruangan, kasi keperawatan dan kabid keperawatan. Berikut adalah
hasil pengkajian manajemen operasional pelayanan keperawatan di RSUD
Dr. Iskak Tulungagung.
1. Data Umum
Penyajian data karakteristik responden meliputi: usia, pendidikan,
jabatan dan lama kerja.
Dari diagram 1 diketahui bahwa umur perawat mayoritas antara 20 – 29
tahun dan 30 – 39 tahun sebanyak 34 orang (41,5%) dan 36 orang
(43,9%).
Diagram 1. Karakteristik perawat berdasarkan usia
Pendidikan mayoritas DIII Keperawatan & Kebidanan 258 orang (86,0%)
Diagram 2. Karakteristik perawat berdasarkan pendidikan
Lama kerja mayoritas < 5 tahun 47 orang (57,3%).
Diagram 3. Karakteristik perawat berdasarkan masa kerja.
Karakteristik jabatan perawat mayoritas 76 orang (97,7%) sebagai
perawat pelaksana
Diagram 4. Karakteristik perawat berdasarkan jabatannya.
Adapun hasil penelitian diperoleh aplikasi fungsi manajemen
pelayanan keperawatan di RSUD Dr. Iskak Tulungagung adalah sebagai
berikut seperti pada tabel 1.1.
Variabel Ada Tidak
n % n %
FUNGSI PERENCANAAN
Visi dan Misi Organisasi 79,2 96,
5
2,8 3,5
Filosofi Keperawatan 77,6 94,
7
4,4 5,3
Rencana Kerja 68,6 83,
7
13,
4
16,3
Jadual Dinas 60 73,
1
22 26,9
Total fungsi perencanaan 71,3 87,
0
10,
7
13,0
FUNGSI PENGORGANISASIAN n % n %
Struktur Organisasi Bidang
Keperawatan
82 100 0 0
Uraian Tugas 80 97,
6
2 2,4
Pengorganisasian Asuhan: 64 78,
0
18 22
Klasifikasi Pasien: 68 82,
9
14 17,1
Perhitungan Tenaga Keperawatan: 55 67,
1
27 32,9
Metode Asuhan Keperawatan 79 96,
3
3 3,7
Ketenagaan:
Rencana Kebutuhan Tenaga 74 90,
2
8 9,8
Rekruitmen dan seleksi 74 90,
2
8 9,8
Kategori tenaga berdasarkan
pendidikan
79 96,
3
3 3,7
Program orientasi 79 96,
3
3 3,7
Penempatan 79 96, 3 3,7
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa kepala ruang diperoleh
hasil bahwa bidang keperawatan sudah memiliki visi dan misi tersendiri
namun belum memiliki falsafah dan tujuan keperawatan. Sedangkan belum
semua perawat pelaksana mengetahui secara tepat tentang visi dan misi
bidang keperawatan, namun makna atau esensi dari visi misi tersebut
sebagian besar memahaminya. Berdasarkan hasil observasi disetiap
ruangan terpajang visi misi bidang keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer keperawatan dan data
dari bagian personalia diperoleh informasi bahwa kebutuhan tenaga
keperawatan masih belum mencukupi, namun demikian untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, saat ini belum menjadi prioritas. Hal ini
disiasati oleh kepala bidang keperawatan dengan cara rolling perawat agar
tercapai keseimbangan beban kerja.
Dari hasil wawancara pada perawat pelaksana dan kepala ruang
diperoleh data bahwa sebagian besar pernah mengikuti seminar atau
pelatihan. Diperoleh informasi juga bahwa tenaga keperawatan memiliki
kesempatan diijinkan dengan subsidi waktu untuk melanjutkan studi.
Berdasarkan wawancara dengan manajer keperawatan metode yang
digunakan metode tim yang pelaksanaannya merupakan variasi antara tim
dan fungsional. Hal tersebut didukung kuesioner yang menunjukkan bahwa
metode penugasan yang dilaksanakan di ruangan adalah metode tim.
Kendala pelaksanaan metode penugasan yang dirasakan oleh tenaga
operasional di ruangan adalah beberapa orang menyatakan kurang
menyadari tugas masing-masing, dan perasaan tidak enak (ewuh pekewuh)
terhadap yang lain karena masih kurangnya komitmen. Pemahaman terdahap
metode tim yang masih bervariasi mengakibatkan kurang efektifnya
metode tim ini. Dari hasil observasi diperoleh informasi bahwa Ruang
Buogenvil sudah menjadi role model yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa supervisi oleh
bidang keperawatan telah dilakukan kepada tenaga perawat, dan
kepengurusan tim pengendalian mutu sudah lama terbentuk. Staf bidang
keperawatan melakukan supervisi atas pelaksanaan asuhan keperawatan,
namun demikian pelaksanaan asuhan berdasarkan Standar Operasional
Prosedur (SOP) belum optimal, walaupun pedoman SOP sudah tersedia di
masing-masing ruang. Audit keperawatan dilakukan oleh bidang
keperawatan secara reguler setiap bulan. Audit baru pada aspek
kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan, belum sampai
kepada isi/kualitas. Hasil observasi diruangan pendokumentasian yang
dilaksanakan mulai tahap pengkajian sampai evaluasi sudah lengkap,
namun masih bervariasi cara penulisannya. Implementasi yang ditulis
belum mengacu pada diagnosa dan intervensi, evaluasi sebatas respon
klien atas intervensi yang diberikan.
Hasil wawancara dan observasi diperoleh informasi bahwa terdapat
komunikasi terbuka antara anggota tim perawatan didukung dengan
diadakannya pertemuan rutin staf sebulan sekali yang membahas kendala
serta permasalahan dalam pemberian pelayanan serta solusi yang bisa
diambil. Hasil observasi diperoleh bahwa perawat dalam memberikan
asuhan kepada klien belum memperhatikan fase orientasi ditunjukkan
dengan sebagian besar tenaga operasional perawatan belum menggunakan
belum memperkenalkan diri terhadap klien, diperkuat dengan pernyataan
klien yang tidak mengenal nama perawat yang merawatnya. Demikian pula
pada fase terminasi komunikasi belum efektif.
B. Pembahasan
Visi misi bidang keperawatan di tiap ruangan sudah ada, tapi
belum semua perawat pelaksana mengetahui/hafal betul bagaimana visi
misi bidang keperawatan tersebut. Pada dasarnya perawat pelaksana
mengetahui makna/esensi dari visi dan misi RS maupun bidang
keperawatan, hanya mungkin sosialisasinya yang belum menyentuh seluruh
perawat, karena tidak cukup visi misi itu hanya diketahui/dipahami
para manajer keperawatan, namun akan lebih baik semuanya sehingga
menjadi visi bersama untuk berjuang bersama mencapai tujuan organisasi
tersebut. Sedangkan falsafah dan tujuan keperawatan masih belum
terpajang disetiap ruangan, diperlukan sebagai cermin dari visi misi
bidang keperawatan.
Kesempatan yang diberikan RS untuk studi lanjut dan pengembangan
SDM dengan aktif mengikuti seminar maupun pelatihan menjadikan RSUD
Dr. Iskak Tulungagung menjadi memiliki potensi yang besar dalam
penerapan model praktek keperawatan professional, yang dapat
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sehingga pada akhirnya
meningkatkan kepuasan pelanggan.
Metode penugasan model tim yang terbentuk belum berjalan secara
efektif oleh karena bervariasinya pemahaman perawat terhadap model tim
tersebut dan masih kurangnya komitmen dalam mengaplikasikannya.
Menilik dari pengembangan SDM yang sudah berjalan dengan baik, yang
berarti tenaga bidang keperawatan memiliki potensi yang besar dalam
penerapan model praktek keperawatan professional. Hanya tinggal
penyamaan persepsi dan komitmenlah yang dibutuhkan. Sesuai dengan
pendapat pakar manajemen praktek keperawatan professional, Dr. Ratna
Sitorus bahwa untuk melakukan suatu perubahan manajemen memerlukan
komitmen yang tinggi selain persiapan SDMnya.
Tim pengendali mutu sudah lama terbentuk, supervisi berjalan
dengan baik, SOP tersedia disetiap ruangan, dan audit keperawatanpun
rutin secara regular dilaksanakan. Namun perawat kurang optimal
memanfaatkan SOP tersebut sehingga menurunkankan pencapaian kompetensi
perawat yang bervariasi penampilan kerjanya maupun kinerjanya. Kondisi
ini mungkin juga berkorelasi dengan bagaimana kelengkapan pengisian
dokumentasi dalam aspek isi/kualitas dan tidak hanya pada aspek respon
klien atas intervensi yang sudah diberikan. Kondisi tersebut
menunjukkan belum efektifnya fungsi dari esensi pelaksanaan supervisi
tersebut.
Dari hasil pengkajian menggunakan kuesioner, orientasi sudah baik
dilakukan oleh perawat terhadap pasiennya. Namun dari hasil observasi,
komunikasi terapeutik perawat-klien masih berjalan kurang efektif.
Seperti yang sudah dibahas didepan, secara SDM sudah tersedia cukup
baik dan berpotensi untuk berpenampilan profesional, tinggal
bagaimana berkomitmen terhadap pencapaian dari visi bidang
keperawatan dan falsafah keperawatannyapun senantiasa melekat disemua
komponen perawat.
Pengembangan manajemen pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan
merupakan bagian dari peningkatan mutu pelayanan RS. Oleh karena itu
diperlukan berbagai upaya dalam meningkatkan manajemen pelayanan dan
asuhan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan RS.
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyampaikan kesimpulan dari hasil penelitian yang disusun
berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dan saran-saran yang
sifatnya untuk pengembangan pelayanan keperawatan.
A. Simpulan
Karakteristik responden kualifikasi pendidikan yang dimiliki S1
keperawatan 44 orang ( 14,3 %), DIII keperawatan/Kebidanan 258 orang
(84,0%) dan SPK 5 orang (1,7%). Umur perawat mayoritas antara 20 – 29
tahun dan 30 – 39 tahun yaitu 34 perawat (41,5%) dan 36 perawat
(43,9%), lama kerja mayoritas < 5 tahun 47 orang (57,3%) dan
karakteristik jabatan perawat mayoritas 76 orang (97,7%) sebagai
perawat pelaksana.
Dari hasil hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada fungsi
perencanaan sudah baik, namun dalam membuat jadwal dinas atasannya
masih kurang menghargai latar belakang pribadi. Pada fungsi manajemen
pengorganisasian juga baik, namun masih bervariasinya pemahaman
perawat terhadap model tim tersebut dan masih kurangnya komitmen dalam
mengaplikasikannya, dimana dilihat dari SDMnya mereka mempunyai
potensi dalam penerapan model praktek keperawatan profesional. Pada
fungsi pengarahan juga sudah berjalan dengan baik, namun dalam
pelaksanaan supervisi masih belum efektif mengingat kurang
dimanfaatkannya SOP yang ada dan belum lengkapnya aspek isi dari
dokumentasi keperawatan. Demikian juga pada fungsi pengawasan dan
pengendalian aspek pelayanan keperawatan sudah berjalan baik.
B. Saran
1. Penerapan MPKPP tetap dilanjutkan dengan evaluasi dan monitoring
dari pimpinan terutama Bidang Keperawatan untuk melihat efektifitas
dan keberhasilan pengorganisasian pelayanan keperawatan.
2. Pemenuhan fasilitas pendukung penerapan MPKPP seperti penyediaan
computer agar pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan lebih efektif
dan efisien.
3. Pemanfaatan sarana pendidikan kesehatan perlu dioptimalkan guna
peningkatan kualitas asuhan keperawatan
4. Evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan secara berkala dengan
instrumen terstandarisasi sebagai evaluasi diri atas pelaksanaan
standar asuhan keperawatan.
5. Untuk meningkatkan kualitas SDM keperawatan perlu dibentuk tim
pengembangan SDM dengan menyusun program pendidikan berkelanjutan baik
secara formal maupun informal yang selanjutnya dikaitkan dengan
jenjang karier perawat di RS.
6. Perlunya orientasi kepada klien bahwa tujuan keperawatan pada
akhirnya untuk mencapai perawatan mandiri.
Daftar Pustaka
George, Julia B. (1995). Nursing theory:the base for professional nursingpractice. 4th.ed. Norwalk:Aplleton & Lange.
Gillies, Dee Ann. (1994). Nursing management: a system approach. 3th. ed. Philadelphia: WB Saunders.
Hidayat, Aziz Ali. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ilyas, Y. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit: teori, metoda, dan formula.
Jakarta: Pusat kajian ekonomi kesehatan FKM UI.
Notoadmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Rineka Cipta
Nursalam. (2002). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktek
keperawatan profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam & Siti Paliani. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta: CV Agung Seto
PUSKA UI. (2004). Problem Solving For Better Health & Hospital. Depok.
Asuhan Keperawatan
Senin, 07 Mei 2012
Teori Manajemen Kepemimpinan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat-Nya lah makalah yang berjudul “TEORI MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN” ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Makalah ini
diharapkan mampu memberi gambaran yang jelas tentang Standar Manajemen
Keperawatan secara khusus dalam dunia keperawatan.
Penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari sempurna baik
dalam bentuk penulisan maupun isi dari makalah ini sendiri, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan adanya masukan yang bersifat membangun
demi meningkatnya kualitas untuk penulisan yang akan datang.
Selamat membaca!!!
Jakarta, 07 mei 2012
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ........................................................
.....................
B. Rumusan
Masalah..........................................................
...............
C. Tujuan
Penulisan........................................................
...................
D. Batasan
Masalah..........................................................
.................
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian
Kepemimpinan..........................................................
.
2. Teori
Kepemimpinan..........................................................
.........
3. Macam-macam Gaya
kepemimpinan............................................
4. kepemimpinan yang
efektif...........................................................
5. Pengaruh Pimpinan dan
kekuasaan..............................................
6. Hubungan Pimpinan dan
kepemimpinan.......................................
7. Cara menangani Manajemen
konflik............................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................
...........................
B. Saran ...........................................................
...............................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia.
Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan
keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam
pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola
perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan
individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan
dunia individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut
merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang
lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada
pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan
berhasil apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang
efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan,
sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan. Untuk dapat
melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu
memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada
akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang
profesional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kepemimpinan?
2. Apa saja Teori Kepemimpinan?
3. Apa macam-macam Gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana Kepemimpinan yang efektif?
5. Apa saja pengaruh Kepemimpinan dan kekuasaan?
6. Apa hubungan Pimpinan dan kepemimpinan?
7. Bagaimana cara menangani Manajemen konflik?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Kepemimpinan
2. Menjelaskan apa saja Teori Kepemimpinan
3. Memaparkan macam-macam Gaya kepemimpinan
4. Menguraikan Kepemimpinan yang efektif
5. Menjelaskan pengaruh Kepemimpinan dan kekuasaan
6. Menjelaskan hubungan Pimpinan dan kepemimpinan
7. Memaparkan cara menangani Manajemen konflik
D. Batasan Masalah
Berhubung materi tentang kepemimpinan sangat komplek maka penulis
membatasi ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini, adapun yang
dibahas adalah pengertian Kepemimpinan, Teori Kepemimpinan, macam-
macam Gaya kepemimpinan, Menguraikan Kepemimpinan yang efektif,
Menjelaskan pengaruh, Kepemimpinan dan kekuasaan, Menjelaskan hubungan
Pimpinan dan kepemimpinan, dan Memaparkan cara menangani Manajemen
konflik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa batasan tentang Kepemimpinan antara lain :
a. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki
seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong
orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang
dipercayakan kepadanya (Ordway Tead).
b. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitasseseorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuantertentu yang telah ditetapkan (Stogdill).
c. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruhyang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang laintersebut secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapaitujuan yang diinginkan (Georgy R. Terry).
d. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitasseseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yangtelah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu (Paul Hersay, KenBlanchard).
Dapat dipahami dari empat batasan diatas bahwa kepemimpinan akan
muncul apabila ada seseorang yang karena sifat-sifat dan perilakunya
mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir,
bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang
diinginkannya.
B. Teori Kepemimpinan
Ada beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain :
a. Teori orang besar atau teori bakat.
Teori orang besar (the great men theory) atau teori bakat (Trait
theory) ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Disini disebutkan
bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat tertentu yang
diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir.
b. Teori situasi.
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi
(situasional theory). Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan,
dimana seseorang sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata dapat
pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut
menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah
karena adanya situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki
kesempatan untuk muncul sebagai pemimpin.
c. Teori Ekologi.
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah
kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari-
hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil dibentuk
menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang baik.
Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang
menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi
pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat-
bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari
alam.
C. Gaya Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh
sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan
perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak persis sama, maka
gaya kepemimpinan (leadership style) yang diperlihatkan juga tidak
sama.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu :
a. Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator (dictatorial leadership style) ini
upaya mencapai tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta
ancaman hukuman. Tidak ada hubungan dengan bawahan, karena mereka
dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.
b. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini (autocratic leadership style) segala
keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan
tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan
gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam bobot yang agak kurang.
c. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style)
ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan secara musyawarah, hubungan dengan bawahan dibangun dengan
baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan
antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya
rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi.
Sedangkan kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang-kadang
lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat
terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
d. Gaya Kepemimpinan Santai
Pada gaya kepemimpinan santai ini, peranan pimpinan hampir tidak
terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi
setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing-masing
sesuai dengan kehendak masing-masing pula.
D. Kepemimpinan yang Efektif
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil
yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa
kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
1. Ruth M. Trapper (1989), membagi menjadi 5 komponen :
a. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok.
Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang
profesinya.
b. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan
sendiri serta kebutuhan orang lain.
c. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
d. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan.
e. Mengambil tindakan.
2. Hellander (1974).
Dikatakan efektif apabila pengikutnya melihat pemimpin sebagai
seorang yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan
alternatif kegiatan.
3. Bennis (Lancaster dan Lancaster, 1982)
a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia
(hubungan antar manusia).
b. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
c. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam
mempengaruhi orang lain.
d. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang
mengenal orang lain dengan baik.
4. Gibson (Lancaster dan Lancaster, 1982).
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan hal berikut, yaitu :
a. Kewaspadaan diri.
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin
mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah
membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
b. Karakteristik kelompok.
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi :
norma, nilai-nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan
keakraban kelompok.
c. Karakteristik individu.
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena
setiap individu unik dan masing-masing mempunyai kontribusi yang
berbeda.
E. Pimpinan dan Kekuasaan
Menurut Gardner yang dikutip oleh Russel (2000) mendefinisikan
kekuasaan sebagai suatu kapasitas uuntuk memastikan hasil dari suatu
keinginan dan untuk menghambat mereka yang tidak mempunyai keinginan.
Dasar-dasar kekuasaan Franch dan Raven mengemukakan lima dasar
kekuasaan interpersonal, yaitu :
1. Kekuasaan legitimasi.
Kekuasaan yang sah adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
sehubungan dengan posisinya. Kekuasaan legitimasi tidak tergantung
kepada bawahan. Seseorang dengan posisi yang lebih tinggi dalam
organisasi mempunyai kekuasaan pada orang-orang yang di bawahnya.
2. Kekuasaan penghargaan.
Pimpinan yang menggunakan kekuasaan legitimasi dapat menggunakan
penghargaan untuk memperoleh kerja sama dari bawahan. Bawahan mungkin
akan menanggapi petunjuk atau permintaan apabila pimpinan dapat
menyediakan penghargaan yang bernilai, misalnya: kenaikan gaji,
pemberian bonus, pemberian hari libur dan lain-lain.
3. Kekuasaan paksaan.
Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan dengan hukuman. Bawahan akan
tunduk karena ketakutan. Walaupun kekuasaan paksaan mungkin digunakan
untuk memperbaiki perilaku yang tidak produktif dalam organisasi,
namun seringkali menghasilkan akibat yang sebaliknya.
4. Kekuasaan kharisma.
Seseorang pemimpin yamg kharismatik dapat mempengaruhi orang karena
benar-benar dari pribadi dan tingkah laku dari pimpinan tersebut.
5. Kekuasaan ahli.
Seseorang yang mempunyai keahlian khusus mempunyai nilai yang lebih
tinggi.
F. Pimpinan dan kepemimpinan
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan
proses atau fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pimpinan tingkat pertama (Lower Manager).
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang
menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada
konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi peranan technical
skill yang terbesar dan konseptual skill yang terkecil.
2. Pimpinan tingkat menengah (Middle Manager).
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat diatas Lower Manager.
Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan komunikasi timbal balik
antara Lower Manager dan Top Manager, yakni pimpinan puncak (diatas
Middle Manager) sehingga pimpinan ini diutamakan memiliki kemampuan
mengadakan hubungan antara keduanya.
Konseptual skill adalah keterampilan dalam penyusunan konsep-
konsep, identifikasi, dan penggambaran hal-hal yang abstrak. Sedangkan
techmnical skill adalah ketrampilan dalam melakukan pekerjaan secara
teknik. Hubungan antara manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan
komunikasi dengan sesama manusia lain.
3. Pimpinan puncak (Top Manager).
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi
tertinggi dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi.
Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual skill yang terbesar
dan technical skill yang terkecil.
Hubungan antar manusia ada dua jenis :
a. Human Relations Adalah hubungan antar manusia intern dalam organisasi
guna membina lancarnya tim kerja.
b. Public Relations Adalah hubungan antar manusia ekstern keluar
organisasi.
Tugas-tugas pimpinan :
a. Sebagai pengambil keputusan.
b. Sebagai pemikul tanggung jawab.
c. Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir
konseptual.
d. Bekerja dengan atau melalui orang lain.
e. Sebagai mediator, politikus dan diplomat.
Peranan pemimpin terhadap kelompok :
a. Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu
kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai
tanggung jawab dan memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan
pengembangan serta merupakan penghubung jaringan kerja diluar
kelompok.
b. Sebagai inovator atau pembaharu.
c. Sebagai pemberi informasi, yaitu : memonitori informasi yang ada
dilingkungan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada
bawahan dan mewakili kelompok sebagai pembicara.
d. Menghimpun kekuatan.
e. Merangsang perdebatan masyarakat.
f. Membuat kedudukan perawat di media massa.
g. Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat
yang tepat.
h. Mempertahankan kegiatan.
i. Memelihara formaf desentralisasi organisasi.
j. Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik.
k. Mempelajari pengalaman.
l. Jangan menyerah tanpa mencoba.
G. Manajemen Konflik
Konflik, menurut Deutsch (1969) didefinisikan sebagai suatu
perselisihan atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara
perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang yang terancam.
Penyebab konflik, Edmund (1979) menyebutkan sembilan faktor umum
yang berkaitan dengan semua kemungkinan penyebab konflik, yaitu :
a. Spesialisasi.
Sebuah kelompok yang bertanggung jawab untuk suatu tugas tertentu
atau area pelayanan tertentu memisahkan dirinya dari keompok lain.
Seringkali berakibat terjadinya konflik antar kelompok.
b. Peran yang bertugas banyak.
Peran keperawatan membutuhkan seseorang untuk dapat menjadi seorang
manajer, seorang pemberi asuhan yang trampil, seorang ahli dalam
hubungan antar manusia, seorang negosiator, penasihat dan sebagainya.
Setiap subperan dengan tugas-tugasnya memerlukan orientasi yang
berbeda-beda yang dapat menyebabkan konflik.
c. Interdependensi peran.
Peran perawat pelaksana dalam praktek pribadi tidak akan serumit
seperti peran perawat dalam tim kesehatan yang multidisiplin, dimana
tugas seseorang perlu didiskusikan dengan orang lain yang mungkin
bersaing untuk area-area tertentu.
d. Kekaburan tugas.
Ini diakibatkan oleh peran yang mendua dan kegagalan untuk
memberikan tanggung jawab dan tanggung gugat untuk suatu tugas pada
individu atau kelompok.
e. Perbedaan.
Sekelompok orang dapat mengisi peran yang sama tetapi perilaku
sikap, emosi dan kognitif orang-orang ini terhadap peran mereka bisa
berbeda.
f. Kekurangan sumber daya.
Persaingan ekonomi, pasien, jabatan, adalah sumber absolut dari
konflik antar pribadi dan antar kelompok.
g. Perubahan.
Saat perubahan menjadi lebih tampak, maka kemungkinan tingkat
konflik akan meningkat secara proporsional.
h. Konflik tentang imbalan.
Bila orang mendapat imbalan secara berbeda-beda, maka sering timbul
konflik, kecuali jika mereka terlibat dalam perbuatan sistem imbalan.
i. Masalah komunikasi.
Sikap mendua, penyimpangan persepsi, kegagalan bahasa, dan penggunaan
saluran komunikasi secara tidak benar, semuanya akan menyebabkan
konfllik.
Manajemen atau penatalaksanaan konflik dapat dilakukan melalui upaya
sebagai berikut :
a. Disiplin.
Upaya disiplin digunakan untuk menata atau mencegah konflik,
perawat pengelola harus mengetahui dan memahami ketentuan peraturan
organisasi. Jika ketentuan tersebut belum jelas maka perlu dilakukan
klarifikasi. Disiplin merupakan cara untuk mengoreksi atau memperbaiki
staf yang tidak diinginkan.
b. Mempertahankan tahap kehidupan.
Konflik dapat diatasi dengan membantu individu perawat mencapai tujuan
sesuai dengan tahapan kehidupannya, yang meliputi :
1. Tahap dewasa muda.
2. Tahap dewasa menengah.
3. Tahap manusia diatas 55 tahun.
c. Komunikasi.
Komunikasi merupakan seni yang penting untuk mempertahankan
lingkungan yang terapeutik. Melalui peningkatan komunikasi yang
efektif maka konflik dapat dicegah.
d. Asertif training.
Perawat yang asertif mengetahui bahwa mereka bertanggung jawab
terhadap pikiran, perasaan, dan tindakannya. Peningkatan kesadaran,
training sensitivitas dan training asertif dapat meningkatkan
kemampuan pengelola keperawatan dalam mengatasi perilaku konflik.
Teknik manajemen konflik :
a. Menetapkan tujuan.
Apabila ingin terlibat dalam manajemen konflik, maka perawat perlu
memahami gambaran yang menyeluruh tentang masalah atau konflik yang
akan diselesaikan. Tujuan yang ingin dicapai antara lain :
meningkatkan alternatif penyelesaian masalah konflik, bila perlu
motivasi fihak yang terlibat untuk mendiskusikan alternatif
penyelesaian masalah yang mungkin diambil sehingga pihak yang terlibat
konflik dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilih.
b. Memilih strategi :
1) Menghindar.
Untuk mencegah konflik yang lebih berat pada situasi yang memuncak,
maka strategi menghindar merupakan alternatif penyelesaian konflik
yang bersifat sementara yang tepat untuk dipilih.
2) Akomodasi.
Mengakomodasikan pihak yang terlibat konflik dengan cara
meningkatkan kerja sama dan keseimbangan serta mengembangkan kemampuan
penyelesaian masalah yang tepat dengan cara mengumpulkan data yang
akurat dan mengambil suatu kesepakatan bersama.
3) Kompromi.
Dilakukan dengan mengambil jalan tengah di antara kedua pihak yang
terlibat konflik.
4) Kompetisi.
Sebagai pimpinan, perawat dapat menggunakan kekuasaan yang terkait
dengan tugas stafnya melalui upaya meningkatkan motivasi antar staf,
sehingga timbul rasa persaingan yang sehat.
5) Kerja sama.
Apabila pihak-pihak yang terlibat konflik bekerja sama untuk
mengatasi konflik tersebut, maka konflik dapat diselesaikan secara
memuaskan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan adalah profesi yang terus mengalami perubahan,
fungsinya lebih luas, baik sebagai pelaksana asuhan, pengelola, ahli,
pendidik, maupun peneliti keperawatan. Melihat fungsinya yang luas
sebagaimana tersebut diatas, maka perawat profesional harus
dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang
kepemimpinan.
Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan
keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan.
Dengan model kepemimpinan yang efektif ini, diharapkan dimasa yang
akan datang profesi keperawatan bisa diterima dengan citra yang baik
dimasyarakat luas sebagai suatu profesi yang dikembangkan berdasarkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang.
B. Saran
Kepemimpinan yang baik adalah seorang katalisator dalam memudahkan
interaksi yang efektif diantara tenaga kerja, bahan dan waktu.
Pemecahan masalah yang tepat, kepemimpin yang netral, yang tidak
memutuskan dan tidak ambil bagian dalam isi diskusi kelompok
sebenarnya, namun membantu para anggota untuk berkomunikasi secara
efektif. Pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat mempengaruhi
orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan
bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat.
Harapan kita semua, semoga para Pemimpin maupun calon pemimpin
dinegara kita tercinta Indonesia ini boleh memimpin bangsa dan negara
dengan sebijaksana munkin dan bisa menjadi pemimpin yang lebih
efektif, agar terbina kesatuan dan persatuan yang kokoh antar manusia
yang satu dengan manusia lainnya. Dengan terjalinnya persatuan dan
kesatuan yang erat, maka terciptalah Indonesia yang damai , makmur dan
berwawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Anwar (1996), Pengantar administrasi kesehatan, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Djoko Wiyono (1997), Manajemen kepemimpinan dan organisasi kesehatan,
Airlangga University Press, Surabaya.
La Monika Elaine L (1998), Kepemimpinan dan manajemen keperawatan,
EGC, Jakarta.
Nursalam (2002), Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek
perawatan.
Prayitno Subur (1997), Dasar - dasar administrasi kesehatan
masyarakat, Airlangga, University Press, Surabaya.
Swanburg Russel C. (2000), Pengantar kepemimpinan & manajemen
keperawatan, EGC, Jakarta.
top related