APLIKASI BATANG BAMBU (Gigantochloa apus SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/54785/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK APLIKASI BATANG BAMBU (Gigantochloa apus) SEBAGAI PENGUAT
Post on 22-Jun-2019
225 Views
Preview:
Transcript
APLIKASI BATANG BAMBU (Gigantochloa apus) SEBAGAI
PENGUAT TERAS BANGKU (Bench Terrace) UNTUK
KONSERVASI TANAH DAN AIR
(Skripsi)
BAYU ANUGRAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
APLIKASI BATANG BAMBU (Gigantochloa apus) SEBAGAI PENGUAT
TERAS BANGKU (Bench Terrace) UNTUK KONSERVASI TANAH DAN
AIR
Oleh
Bayu Anugrah
Teras bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa sehingga
bidang olah miring ke belakang (reverse back slope) dan dilengkapi dengan
bangunan pelengkap lainnya untuk menampung dan mengalirkan air permukaan
secara aman dan terkendali. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui
efektifitas penggunaan bambu sebagai penguat teras bangku.
Ada 4 perlakuan penelitian untuk mencapai tujuan. Masing-masing perlakuannya
yaitu menggunakan batang bambu setinggi 0,5 meter, 0,75 meter, 1 meter dan
tanpa penguat batang bambu. Analisis yang digunakan adalah metode rancangan
acak lengkap faktorial (RAL) dengan tiga ulangan. Parameter yang diamati yaitu
air limpasan (run off) harian, sedimen terlarut dan curah hujan harian.
Penguat teras 0,5 meter mengurangi jumlah air limpasan permukaan lebih besar
dibandingkan perlakuan yang lain. Dan perlakuan yang paling besar volume air
limpasan adalah penguat teras 1 meter dan menahan air limpasan lebih kecil
dibandingan perlakuan yang lainnya. Penguat teras 0,5 mengurangi jumlah
sedimen yang terlarut pada limpasan permukaan lebih besar dibandingkan
perlakuan yang lain. Dan perlakuan yang memiliki nilai rata-rata berat sedimen
terlarut terbesar adalah penguat teras 1 meter dan mengurangi jumlah sedimen
yang terlarut pada limpasan permukaan lebih kecil dibandingan perlakuan yang
lainnya. Dan dari segi efesiensi bahan, penguat teras 0,5 meter menggunakan
paling sedikit batang bambu yang digunakan sebagai penguat teras. Dan dari segi
efesiensi bahan, penguat teras 1 meter paling banyak menggunkan batang bambu
sebagai penguat teras.
Kata Kunci : Teras bangku, bambu, air limpasan permukaan, sedimen terlarut
ABSTRACT
APPLICATION OF BAMBOO RODS (Gigantochloa apus) AS A BENCH
TERRACE FOR LAND AND WATER CONSERVATION
By
Bayu Anugrah
The bench terrace is a terrace building that is made in such a way that the area is
tilted backwards (reverse back slope) and is equipped with other complementary
buildings to accommodate and drain surface water safely and in control. The
purpose of this study is to find out the effectiveness of using bamboo as a bench
brace.
There are 4 research treatments to achieve the goal. Each treatment is using a
bamboo rod as high as 0.5 meters, 0.75 meters, 1 meter and without reinforcing
bamboo sticks. The analysis used was a factorial completely randomized design
method (RAL) with three replications. Parameters observed were daily runoff,
dissolved sediment and daily rainfall.
0.5 meter terrace brace reduces the amount of surface runoff water is greater than
other treatments. And the biggest treatment of runoff water volume is a 1 meter
core brace and holds runoff water smaller than other treatments. Terrace brace 0.5
reduces the amount of sediment dissolved in surface runoff greater than other
treatments. And the treatment that has the average value of the largest dissolved
sediment weight is a 1 meter core brace and reduces the amount of dissolved
sediment on the surface runoff smaller than other treatments. And in terms of
material efficiency, a 0.5 meter core brace uses at least bamboo rods that are used
as reinforcement terraces. And in terms of material efficiency, the 1 meter terrace
brace uses bamboo rods as a core reinforcement.
Keywords: bench terrace, bamboo, surface runoff, dissolved sediment
APLIKASI BATANG BAMBU (Gigantochloa apus) SEBAGAI
PENGUAT TERAS BANGKU (Bench Terrace) UNTUK
KONSERVASI TANAH DAN AIR
Oleh
BAYU ANUGRAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi, 18 Mei 1995 sebagai
anak pertama dari pasangan Bapak Edi Susanto dan
Ibu Juwita Wati. Penulis menempuh pendidikan
sekolah dasar di SDN 1 Ketapang pada tahun 2001
sampai dengan tahun 2007. Penulis menyelesaikan
pendidikan menengah pertama di di SMP Negeri 1
Sungkai Selatan pada tahun 2010 dan sekolah
menengah atas diselesaikan di SMA Hang Tuah Prokimal pada tahun 2013.
Kemudian pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN.
Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi PERMATEP (Persatuan
Mahasiswa Teknik Pertanian) sebagai anggota aktif pada periode 2014-2015 dan
periode 2015-2016 dan anggota dari organisasi RAGAPALA pada tahun 2016.
Pada tahun 2016, penulis melaksanakan Praktik Umum di PT. Kebun Sayur Segar
(Parung Farm), Parung, Bogor selama 30 hari kerja efektif mulai tanggal 18 Juli
2016 sampai tanggal 20 Agustus 2016. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Surabaya Ilir, Kecamatan Bandar Surabaya, Kabupaten Lampung
Tengah selama 40 hari mulai tanggal 19 Januari 2017 sampai dengan 27 Februari
2017. Kemudian pada tahun 2017, penulis mengikuti Ekspedisi Nusantara Jaya
yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman selama
10 hari mulai tanggal 27 September 2017 – 7 Oktober 2017.
Persembahan
Puji dan syukur kehadirat Allaah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan kerendahan hati dan rasa syukur, kupersembahkan lembaran-lembaran ini
kepada:
Ayahanda tercinta Bp. Edi Susanto dan Ibunda tercinta Ibu Juwita Wati yang telah
membesarkanku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Beliau yang tak
pernah berhenti mendo’akanku, menaruh harapan, memberikan kepercayaan dan
senyuman yang menjadi penyemangatku, keringat dan air mata yang tidak pernah
pudar, demi keberhasilan dan kebahagianku. Adik-adikku tersayang Dwiki
Kurniawan dan Adinda Tri Widyanti yang selalu memberikan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Serta
Ku persembahan skripsi untuk yang selalu bertanya :
“kapan wisuda ?”
Bahwasannya lebih baik telat wisuda dari pada telat menyadari bahwa kamu
hanyalah pelarian ketika dia bosan ;)
Dan
Teman-Teman Teknik Pertanian 2013
Universitas Lampung
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah ; 6)
Kesempatan bukanlah hal yang kebetulan. Kau harus
menciptakannya.
(Chris Grosser)
بِِرْينَ إِنَّ هللاَ َمَع الصَّ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(Q.S. al-Baqarah 2: 153)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “APLIKASI BATANG BAMBU
(Gigantochloa apus) SEBAGAI PENGUAT TERAS BANGKU (Bench
Terrace) UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR” sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Penulis menyadari bahwa
selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertanian Universitas Lampung serta selaku Dosen Penguji Utama yang
telah memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ir. Iskandar Zulkarnain, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama serta
selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk membimbing, memberikan saran serta kritik, memotivasi, dan
memberikan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Moh. Amin, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang
telah memberikan banyak masukan, bimbingan, saran, dan kritik yang
membangun dalam proses penyusunan skripsi.
5. Keluargaku yang sangat aku sayangi, ayahku Bapak Edi Susanto, Ibuku
tercinta Ibu Juwita Wati, dan kedua adikku Dwiki Kurniawan dan Adinda
Tri Widyanti yang selalu ada dalam susah senangku, keluh kesahku dan
hari-hariku. Selalu memberikan semangat dan motivasi serta do’a yang
tiada henti.
6. Aditya Hari Prabowo dan Dyah Isworo Serta teman-teman Jurusan Teknik
Pertanian 2013 yang tidak bisa disebutkan semuanya , terima kasih untuk
kebersamaannya dan dukungannya.
7. Teman-teman kosan yang sangat membantu dalam pengerjaan maupun
semangat untuk mengerjakan skripsi Febri Kurniawan, Damar Panyobo,
Novi Khoirul Gufron, Sayyid Rangga Pradana dan Sugeng Puji Efendi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandar Lampung, 06 November 2018
Penulis
Bayu Anugrah
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Tujuan .......................................................................................................... 4
1.3. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.4. Manfaat ........................................................................................................ 4
1.5. Hipotesis ...................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
2.1. Konservasi ................................................................................................... 5
2.2. Erosi Tanah .................................................................................................. 6
2.3. Teras (Terrace) ............................................................................................ 8
2.3.1. Macam-macam Teras ............................................................................ 9
2.3.2. Teras Bangku (bench terrace) ............................................................ 11
2.4. Bambu (Bambuseae) ................................................................................. 13
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 16
3.1. Waktu dan Tempat .................................................................................... 16
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................................... 16
3.3. Metode Penelitian ...................................................................................... 16
3.4. Langkah- Langkah Penelitian .................................................................... 18
3.4.1 Persiapan Lahan ................................................................................... 19
ii
3.4.2 Persiapan Bahan ................................................................................... 20
3.4.3 Pemasangan penguat teras bangku (bench terras) ............................... 21
3.5. Parameter Yang Diamati ........................................................................... 24
3.6. Analisis Data ............................................................................................. 25
VI. HASIL DAN PEMABAHASAN ................................................................. 26
4.1. Curah Hujan .............................................................................................. 26
4.2. Limpasan Total .......................................................................................... 27
4.2.1. Air Limpasan Total Tanggal 3 Maret 2018 ........................................ 28
4.2.2. Air Limpasan Total Tanggal 5 Maret 2018 ........................................ 30
4.2.3. Air Limpasan Total Tanggal 6 Maret 2018 ........................................ 32
4.2.4. Air Limpasan Total Tanggal 8 Maret 2018 ........................................ 34
4.2.5. Air Limpasan Total Tanggal 10 Maret 2018 ...................................... 36
4.2.6. Air Limpasan Total Tanggal 12 Maret 2018 ...................................... 36
4.2.7. Air Limpasan Total Tanggal 18 Maret 2018 ...................................... 39
4.2.8. Air Limpasan Total Tanggal 22 Maret 2018 ...................................... 41
4.2.9. Air Limpasan Total Tanggal 24 Maret 2018 ...................................... 41
4.2.10. Air Limpasan Total Tanggal 26 Maret 2018 .................................... 42
4.3. Sedimen Terlarut ....................................................................................... 43
4.3.1. Sedimen Terlarut Tanggal 3 Maret 2018 ............................................ 45
4.3.2. Sedimen Terlarut Tanggal 5 Maret 2018 ............................................ 45
4.3.3. Sedimen Terlarut Tanggal 6 Maret 2018 ............................................ 46
4.3.4. Sedimen Terlarut Tanggal 8 Maret 2018 ............................................ 47
4.3.5. Sedimen Terlarut Tanggal 10 Maret 2018 .......................................... 49
4.3.6. Sedimen Terlarut Tanggal 12 Maret 2018 .......................................... 49
4.3.7. Sedimen Terlarut Tanggal 18 Maret 2018 .......................................... 50
4.3.8. Sedimen Terlarut Tanggal 22 Maret 2018 .......................................... 51
4.3.9. Sedimen Terlarut Tanggal 24 Maret 2018 .......................................... 51
4.3.10. Sedimen Terlarut Tanggal 26 Maret 2018 ........................................ 52
iii
4.4. Kemiringan Lereng Teras .......................................................................... 53
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 54
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 54
5.2. Saran .......................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
LAMPIRAN ......................................................................................................... 58
iv
DAFTAR TABEL
Tabel teks Halaman
1. Daftar Harga Bambu Tali Panjang 7 meter: ..................................................... 15
2. Hasil pengukuran limpasan rata-rata dan curah hujan .................................... 27
3. Hasil pengukuran volume limpasan pada tanggal 3 Maret 2018 ..................... 28
4. Anova air limpasan tanggal 3 Maret 2018 ....................................................... 28
5. Hasil Uji Lanjut Perlakuan ............................................................................... 28
6. Hasil pengukuran volume limpasan pada tanggal 5 Maret 2018 ..................... 30
7. Annova air limpasan tanggal 5 Maret 2018 ..................................................... 30
8. Hasil Uji Lanjut Perlakuan ............................................................................... 30
9. Hasil pengukuran limpasan pada tanggal 6 Maret 2018 ................................. 32
10. Annova air limpasan tanggal 6 Maret 2018 ................................................... 32
11. Hasil Uji Lanjut Perlakuan ............................................................................. 32
12. Hasil pengukuran limpasan pada tanggal 8 Maret 2018 ............................... 34
13. Annova data air limpasan tanggal 8 Maret 2018 ........................................... 34
14. Hasil Uji Lanjut Perlakuan ............................................................................. 34
15. Hasil pengukuran limpasan pada tanggal 10 Maret 2018 ............................. 36
16. Annova data air limpasan tanggal 10 Maret 2018 ......................................... 36
17. Hasil pengukuran limpasan pada tanggal 12 Maret 2018 ............................. 36
18. Annova air limpasan tanggal 12 Maret 2018 ................................................. 37
19. Hasil Uji Lanjut Perlakuan ............................................................................. 37
20. Hasil pengukuran limpasan pada tanggal 18 Maret 2018 ............................. 39
21. Annova air limpasan tanggal 18 Maret 2018 ................................................. 39
22. Hasil Uji Lanjut Perlakuan ............................................................................. 39
23. Hasil pengukuran limpasan pada tanggal 22 Maret 2018 ............................. 41
24. Annova air limpasan tanggal 22 Maret 2018 ................................................. 41
25. Hasil pengukuran volume limpasan pada tanggal 24 Maret 2018 ................. 42
v
26. Annova air limpasan tanggal 24 Maret 2018 ................................................. 42
27. Hasil pengukuran volume limpasan pada tanggal 26 Maret 2018 ................. 42
28. Annova air limpasan tanggal 26 Maret 2018 ................................................. 42
29. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut rata-rata dan curah hujan ............... 44
30. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut pada tanggal 3 Maret 2018 ............ 45
31. Annova Sedimen terlarut tanggal 3 Maret 2018 ............................................ 45
32. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut pada tanggal 5 Maret 2018 ............ 46
33. Annova Sedimen terlarut tanggal 5 Maret 2018 ............................................ 46
34. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut pada tanggal 6 Maret 2018 ............ 46
35. Annova Sedimen terlarut tanggal 6 Maret 2018 ............................................ 46
36. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut pada tanggal 8 Maret 2018 ............ 47
37. Annova Sedimen terlarut tanggal 8 Maret 2018 ............................................ 47
38. Hasil Uji Lanjut Perlakuan ............................................................................. 47
39. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut pada tanggal 10 Maret 2018 .......... 49
40. Annova Sedimen terlarut tanggal 10 Maret 2018 .......................................... 49
41. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut pada tanggal 12 Maret 2018 .......... 50
42. Annova Sedimen terlarut tanggal 12 Maret 2018 .......................................... 50
43. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut pada tanggal 18 Maret 2018 .......... 50
44. Annova Sedimen terlarut tanggal 18 Maret 2018 .......................................... 50
45. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut pada tanggal 22 Maret 2018 .......... 51
46. Annova Sedimen terlarut tanggal 22 Maret 2018 .......................................... 51
47. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut pada tanggal 24 Maret 2018 .......... 51
48. Annova Sedimen terlarut tanggal 24 Maret 2018 .......................................... 52
49. Hasil pengukuran berat sedimen terlarut pada tanggal 26 Maret 2018 .......... 52
50. Annova Sedimen terlarut tanggal 26 Maret 2018 .......................................... 52
51. Rata-rata kemiringan teras ............................................................................. 53
Lampiran
Lampiran 52. Data curah hujan selama penelitian dibulan maret 2018 ............... 62
Lampiran 53. Data volume air limpasan Maret 2018 .......................................... 63
Lampiran 54. Data Sedimen Terlarut Maret 2018 ............................................... 66
Lampiran 55. Data kemiringan teras .................................................................... 69
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar teks Halaman
1. Teras Bangku ................................................................................................... 12
2. Batang Bambu .................................................................................................. 15
3. Perlakuan 1 dengan tinggi 0,50 m .................................................................... 17
4. Perlakuan 2 dengan tinggi 0,75 m .................................................................... 17
5. Perlakuan 3 dengan tinggi 1,00 m .................................................................... 17
6. Tata letak percobaan ........................................................................................ 18
7. Diagram alir penelitian ..................................................................................... 19
8. Perataan Bibir Teras ......................................................................................... 20
9. Proses pemipihan bambu ................................................................................. 21
10. Bambu Hasil Pemipihan ................................................................................. 21
11. Bambu Penguat dipasang miring ................................................................... 22
12. Proses pemasangan penguat teras .................................................................. 22
13. Penambahan Penahan Patok Bambu .............................................................. 23
14. Pemasangan Penampung dan Plastik ............................................................. 23
15. Pemasangan plastik tambahan........................................................................ 24
16. Grafik curah hujan bulan Maret 2018 ............................................................ 26
17. Hubungan antara perlakuan dengan koefisien run off tanggal 3 Maret ......... 28
18. Hubungan antara perlakuan dengan volume limpasan tanggal 3 Maret ........ 29
19. Hubungan antara perlakuan dengan koefisien run off tanggal 5 Maret ......... 30
20. Hubungan antara perlakuan dengan volume limpasan tanggal 5 Maret ........ 31
21. Hubungan antara perlakuan dengan koefisien run off tanggal 6 Maret ......... 32
22. Hubungan antara perlakuan dengan volume limpasan tanggal 6 Maret ........ 33
23. Hubungan antara perlakuan dengan koefisien run off tanggal 8 Maret ......... 34
24. Hubungan antara perlakuan dengan volume limpasan tanggal 8 Maret ........ 35
25. Hubungan antara perlakuan dengan koefisien run off tanggal 12 Maret ....... 37
vii
26. Hubungan antara perlakuan dengan volume limpasan tanggal 12 Maret ...... 38
27. Hubungan antara perlakuan dengan koefisien run off tanggal 18 Maret ....... 39
28. Hubungan antara perlakuan dengan volume limpasan tanggal 18 Maret ...... 40
29. Hasil uji lanjut sedimen terlarut tanggal 8 Maret .......................................... 48
30. Hubungan antara perlakuan denga berat sedimen tanggal 8 Maret .............. 48
lampiran
Lampiran 31. Proses Pemotongan Batang Bambu ............................................... 59
Lampiran 32. Pelubangan Ember Penampung ..................................................... 59
Lampiran 33. Proses Pengukuran Volume Air Limpasan .................................... 60
Lampiran 34. Air Luapan Yang Tertampung ....................................................... 60
Lampiran 35. Sampel Air Untuk Mengukur Kadar Sedimen Terlarut................. 61
Lampiran 36. Pengukuran Kemiringan Teras ...................................................... 61
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Erosi tanah merupakan suatu proses berpindahnya, hilangnya sebagian atau
seluruh tanah dari lapisan permukaan. Berlangsungnya erosi pada tanah-tanah
pertanian disebabkan oleh pengaruh alam biasanya dipercepatoleh tangan-tangan
manusia itu sendiri (accelerated erssion), karena itu untuk mencegah dan
mengurangi keberlangsungan erosi diperlukan pengendalian serta upaya
pencegahan. Penyebab utama terjadinya erosi adalah akibat penggunaan lahan
yang tidak sesuai dengan kemampuannya, pengolahan tanah yang salah, dan tidak
dipakainya teknik atau kaidah-kaidah pengawetan (konservasi) tanah dan air
secara memadai. Kerusakan tanah akibat erosi dapat mengakibatkan menurunnya
kesuburan dan produktivitas tanah, bahaya banjir pada musimhujan atau cekaman
kekeringan di musim kemarau, dan terjadinya pengdangkalan sungai-sungai
ataupun danau - danau serta makin luasnya lahan-lahan kritis (Arsyad, 1983).
Dalam pemanfaatan lahan untuk pengembangan pertanian diperlukan perencanaan
dan penanganan yang tepat dan bertanggung jawab, agar lahan tersebut tidak
terdegradasi dan tetap memberikan keuntungan ekonomi.
2
Abdurachman dkk (2008) mengemukakan bahwa salah satu bagian penting dari
budi daya pertanian yang sering terabaikan oleh para praktisi pertanian di
Indonesia adalah konservasi tanah. Hal ini terjadi antara lain karena dampak
degradasi tanah tidak selalu segera terlihat di lapangan, atau tidak secara drastis
menurunkan hasil panen. Dampak erosi tanah dan pencemaran agrokimia,
misalnya, tidak segera dapat dilihat seperti halnya dampak tanah longsor
ataubanjir bandang. Padahal tanpa tindakan konservasi tanah yang efektif,
produktivitas lahan yang tinggi dan usaha pertanian sulit terjamin
keberlanjutannya.
Menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural
dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang.
Secara keseluruhan, Konservasi Sumberdaya Alam Hayati (KSDAH) adalah
pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Di
Indonesia, kegiatan konservasi seharusnya dilaksanakan secara bersama oleh
pemerintah dan masyarakat, mencakup masayarakat umum, swasta, lembaga
swadaya masayarakat, perguruan tinggi, serta pihak-pihak lainnya.
Mengingat makin luas dan cepatnya laju degradasi tanah, dan masih lemahnya
implementasi konservasi tanah di Indonesia, maka perlu segera dilakukan upaya
terobosan yang efektif untuk menyelamatkan lahan-lahan pertanian. Upaya
konservasi tanah harus mengarah kepada terciptanya sistem pertanian
berkelanjutan yang didukung oleh teknologi dan kelembagaan serta mampu
3
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan sumber daya lahan dan
lingkungan (Widada dkk, 2001).
Pembuatan teras dilakukan pada tanah yang letaknya miring. Maksudnya adalah
untuk mengurangi kecepatan air yang mengalir di atas permukaannya. Air yang
mengalir di tempat yang miring, jika tidak dibuat teras-teras, dapat menyebabkan
terkikisnya lapisan permukaan tanah. Sedang lapisan permukaan tanah
merupakan lapisan subur yang paling dibutuh kan oleh tanaman. Dengan
demikian pembuatan teras atau sengkedan dimaksudkan untuk melindungi atau
mempertahankan agar tanah tetap subur. Dengan adanya teras, peresapan air ke
dalam tanah dapat diperbanyak.
Perancangan teras pada lahan pertanian di Indonesia memerlukan berbagai
pertimbangan yang dapat dibedakan antara pertimbangan fisik teknis dan
pertimbangan social ekonomi. Aspek fisik teknis yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan teras adalah : (a) besarnya erosi yang diperbolehkan, (b)
kharakteristik tanah : erodibilitas, tingkat kesuburan, kedalaman tanah dan
kelerengan lahan, (c) kharakteristik hujan, (d) rencana penggunaan lahan, yaitu
jenis tanaman yang akan diusahakan, (e) jenis teras, (f) vertical interval teras (VI),
(g) lebar bidang olah teras, (h) penempatan lokasi saluran pembuang, dan (i)
bahan dan konstruksinya. Penentuan VI teras bangku untuk suatu negara berbeda
dengan negara lain, sedangkan negara Indonesia lebih banyak mengadopsi system
disain teras yang telah dikembangkan di beberapa negara berikut : Zimbabwe,
Afrika Selatan, Israel, Aljazair, Cina, Amerika Serikat (Schwab et al., 1981;
Hudson, 1981; Arsyad, 1989; ASAE, 1998).
4
Pembuatan penguat teras bangku menggunakan bahan batang bambu lebih murah
dibandingkan menggunakan penguat bahan lain seperti beton , semen dll.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui efektifitas penggunaan bambu sebagai
penguat teras bangku
1.3. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan batang bambu sebagai penguat teras bangku effektif untuk
mengurangi dampak erosi ?
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
mahasiswa dan masyarakat mengenai keuntungan penggunaan batang bambu
sebagai penguat teras bangku (terrace bench).
1.5. Hipotesis
Penggunaan batang bambu sebagai penguat teras bangku sangat efektif
mengurangi dampak erosi yang terbawa arus hujan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konservasi
Pada zaman sekarang, konservasi merupakan suatu keharusan agar sumber daya
alam tetap dapat dimanfaatkan secara lestari. Menurut Rijksen (1981), konservasi
merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi
lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari segi
ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba
mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi,
konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang
akan datang.
Menurut Siswomartono (1989), konservasi adalah perlindungan, perbaikan dan
pemakaian sumber daya alam menurut prinsip-prinsip yang akan menjamin
keuntungan ekonomi atau sosial yang tertinggi secara lestari. Konservasi standar
adalah standar untuk berbagai type tanah dan pemakaian tanah, meliputi kriteria,
teknik dan metode-metode untuk pengendalian erosi dan sedimen yang
disebabkan oleh aktivitas penggunaan tanah. Sedangkan Pengolahan Konservasi
adalah setiap sistem pengolahan tanah yang mengurangi kehilangan tanah atau air
dibanding pengolahan tanah yang lain, yang tidak mengindahkan kaidah
konservasi. Konservasi tanah dan air mengandung pengertian bagaimana kita
6
menggunakan tanah agar dapat memberi manfaat yang optimum bagi kepentingan
umat manusia dalam jangka waktu berkelanjutan.
Kegiatan konservasi tanah meliputi pengendalian erosi, banjir, pengaturan
pemanfaatan air, peningkatan daya guna lahan, peningkatan produksi dan
pendapatan petani termasuk peningkatan peran serta masyarakat yang terpadu dan
kegiatan pengamanannya (Wahyudi, 2014).
Konservasi tanah dan air mengarah kepada terciptanya sistem pertanian
berkelanjutan yang didukung oleh teknologi dan kelembagaan serta mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan sumber daya lahan
serta lingkungan. Upaya untuk mengurangi degradasi lahan dapat dilakukan
melalui: 1) penerapan pola usaha tani konservasi seperti agroforestri, tumpang
sari, dan pertanian terpadu, 2) penerapan pola pertanian organik ramah
lingkungan, dan 3) peningkatan peran serta kelembagaan petani (Sutrisno dan
Heryani, 2013).
Kegiatan konservasi tanah diutamakan menggunakan metode mekanis (teknik
sipil), seperti pembuatan teras sering, bangunan pengendali, bangunan penahan
sedimen dan erosi dan lain-lain (Masaki, 1995). Tahapan pelaksanaan kegiatan
konservasi meliputi perencanaan, pelaksanaan, bimbingan teknis pelaksanaan,
pemeliharaan, monitoring dan penyuluhan pada masyarakat.
2.2. Erosi Tanah
Erori tanah terjadi dimana-mana dan sudah menjadi masalah serius di negara kita
dan negara lainnya. Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya
7
lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun
angin (Suripin, 2002). Indonesia merupakan daerah lembab yang mana proses
terjadi erosi disebabkan oleh penghayutan air, dengan rata-rata curah hujan
melebihi 1500 mm/tahun.
Erosi adalah pengikisan dan perpindahan tanah dari suatu tempat ke tempat lain
yang diakibatkan oleh media alami. Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab-
penyebab utama dalam terjadinya kemerosotan produktivitas tanah-tanah
pertanian, dan kemerosotan kuantitas serta kualitas air.
Erosi itu sendiri meliputi proses : pelepasan partikel-partikel tanah (detachment),
penghanyutan partikel-partikel tanah (transportation), dan pengendapan
partikelpartikel tanah yang telah terhanyutkan (deposition) (Foster and Meyer,
1973 dalam Jauhari, 2012).
Erosi membawa lapisan tanah permukaan yang umumnya lebih subur, kaya bahan
organik dan unsur hara sehingga menyebabkan hilangnya unsur hara bagi
tanaman. Dalam peristiwa erosi, fraksi halus tanah terangkut lebih dahulu dan
lebih banyak dari fraksi yang lebih kasar, sehingga kandungan klei sedimen lebih
tinggi dari kandungan klei tanah semula. Hal ini terkait dengan daya angkut aliran
permukaan terhadap butir-butir tanah yang berbeda berat jenisnya. Pemindahan
partikel halus oleh erosi menyebabkan peningkatan persentase pasir dan kerikil di
permukaan tanah, dan pada waktu yang sama mengurangi persentase debu dan
klei (Blanco dan Lal, 2008 dalam Fuady, 2014).
8
Proses terjadinya erosi bermula dengan hancurnya agregat tanah oleh air hujan
yang jatuh ke bumi dan penghancuran agregat tanah tersebut kemudian dipercepat
dengan adanya daya penghancuran dan daya urai dari air hujan itu sendiri.
Hancurnya agregat ini kemudian menyumbat pori-pori tanah sehingga
mengakibatkan berkurangnya infiltrasi sehingga air akan mengalir dipermukaan
tanah yang kemudian disebut dengan limpasan permukaan (run off), aliran air ini
nantinya akan mengikis dan mengangkut partikel-partikel yang telah dihancurkan.
Selanjutnya jika tenaga aliran permukaan tersebut tidak mampu lagi untuk
mengangkut bahan-bahan hancuran tersebut maka akan terjadi pengendapan.
Terjadinya erosi dan sedimentasi menurut Suripin (2002) tergantung dari
beberapa faktor yaitu karakteristik hujan, kemiringan lereng,tanaman penutup dan
kemampuan tanah untuk menyerap.
Terjadinya erosi pada suatu lahan tidak dapat dihentikan sehingga tidak terjadi
erosi sama sekali. Pengendalian erosi yang dilakukan dimaksudkan agar erosi
yang terjadi tidak mengganggu keseimbangan alam. Erosi di lahan pertanian
dibatasi pada tingkat dimana erosi tidak mengganggu produktivitas tanaman
(Utomo, 1994).
2.3. Teras (Terrace)
Salah satu upaya melakukan konservasi adalah dengan membuat teras pada lahan
yang miring. Bentuk, jenis dan ukuran teras ada bermacam-macam tergantung
pada lokasi kemiringan (topografi), serta tujuan dibuatnya teras itu sendiri. Teras
adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan penggalian dan
9
pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan
saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan
pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan air yang tegak
lurus kontur. (Yuliarta., 2002).
Sedangkan menurut Sukartaatmadja (2004), teras adalah bangunan konservasi
tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng
dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan
tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi
kecepatan aliran permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga
kehilangan tanah berkurang.
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian erosi berkurang. (Arsyad, 1989).
Menurut Yuliarta (2002), manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran
permukaan sehingga daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil, memperbesar
peresapan air ke dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan
arah aliran permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman.
2.3.1. Macam-macam Teras
Teras dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Sukartaatmadja (2004)
mengklasifikasikan teras berdasarkan fungsi dan berdasarkan bentuk..
Berdasarkan fungsi, teras diklasifikan lagi dalam dua jenis yaitu: (a) teras
intersepsi (interception terrace) dan (b) teras diversi (diversion terrace). Pada
10
teras intersepsi aliran permukaan ditahan oleh saluran yang memotong lereng.
Sedangkan teras diversi berfungsi untuk mengubah arah aliran sehingga tersebar
ke seluruh lahan dan tidak terkonsentrasi pada satu tempat. Berdasarkan bentuk,
teras dibedakan ke dalam beberapa bentuk diantaranya teras kredit, teras guludan,
teras datar, teras bangku, teras kebun dan teras individu.
Schwab et. al. (1966) dan Arsyad (1989) mengklasifikasikan teras dalam dua tipe
utama, yaitu teras bangku (bench terrace) untuk mengurangi kemiringan lereng
dan teras berdasar lebar (broadbase terrace) yang ditujukan untuk mengurangi
atau menahan air pada lahan miring. Teras berdasar lebar ini dibagi lagi dalam
bentuk teras berlereng, teras datar, dan teras berdasar sempit.
Utomo (1994) membagi teras berdasarkan bentuk dan fungsinya ke dalam 3
macam teras, yaitu (a) teras saluran (channel terrace), (b) teras bangku atau teras
tangga (bench terrace), dan (c) teras irigasi pengairan (irrigation terrace). Teras
saluran terutama dibangun untuk mengumpulkan air aliran permukaan pada
saluran yang telah disiapkan untuk kemudian disalurkan pada saluran induk
jalannya air, sehingga aliran permukaan tersebut tidak menyebabkan erosi. Teras
bangku dibangun terutama untuk mengurangi panjang lereng. Lalu, teras
pengairan dibangun untuk menampung air hujan sehingga dapat digunakan oleh
tanaman, seperti pada petak-petak sawah tadah hujan.
Sedangkan Morgan (1986) membagi teras ke dalam 3 tipe utama, yaitu (a) teras
diversi (diversion terrace), (b) teras retensi (retention terrace), dan teras bangku
(bench terrace). Tujuan utama teras diversi adalah untuk menahan aliran di
permukaan dan menyalurkannya melalui lereng ke saluran outlet yang aman.
11
Teras retensi digunakan jika dibutuhkan konservasi air dengan menahannya di
lereng bukit. Sedangkan teras bangku dibuat jika lahan sampai kemiringan 30 %
akan digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian.
2.3.2. Teras Bangku (bench terrace)
Teras bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa sehingga
bidang olah miring ke belakang (reverse back slope) dan dilengkapi dengan
bangunan pelengkap lainnya untuk menampung dan mengalirkan air permukaan
secara aman dan terkendali. (Sukartaatmadja, 2004).
Teras bangku adalah serangkaian dataran yang dibangun sepanjang kontur pada
interval yang sesuai. Bangunan ini dilengkapi dengan saluran pembuangan air
(SPA) dan ditanami dengan rumput untuk penguat teras. Jenis teras bangku ada
yang miring ke luar dan miring ke dalam (Priyono, 2002).
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan
meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga
atau bangku. Teras jenis ini dapat datar atau miring ke dalam.
Teras bangku yang berlereng ke dalam dipergunakan untuk tanah-tanah yang
permeabilitasnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi
tidak mengalir ke luar melalui talud. Teras bangku sulit dipakai pada usaha
pertanian yang menggunakan mesin-mesin pertanian yang besar dan memerlukan
tenaga dan modal yang besar untuk membuatnya (Arsyad, 1989).
12
Gambar 1. Teras Bangku
(sumber : http://pkm.openthinklabs.com/home/topik/lingkungan-
environment/water-air/z-referensi/kliping/artikel/petunjuk-teknis-teknologi-
konservasi-tanah-dan-air)
Keuntungan teras bangku adalah: (a) efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran
permukaan,(b) menangkap tanah dalam parit-parit yang dibuat sepanjang teras
dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan ke bidang olah, (c) mengurangi
panjang lereng, dimana setiap 2–3 meter panjang lereng dibuat rata menjadi teras
sehingga mengurangi kecepatan air mengalir menuruni lereng, (d) dalam jangka
panjang akan meningkatkan kesuburan tanah, (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama, (e) tanaman penguat
teras dapat menjadi sumber pakan ternak, bahan organik untuk tanah dan kayu
bakar.
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan: (a) pada awalnya cukup
menganggu keadaan tanah, mengurangi produksi selama 2–3 tahun pertama, (b)
tenaga kerja / biaya untuk pembuatannya cukup tinggi, makin curam lahannya
makin banyak tenaga kerja dan biaya yang diperlukan, (c) berkurangnya luas
permukaan lahan efektif untuk budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan
dengan teknik konservasi tanah yang lain, makin curam lerengnya, makin besar
13
berkurangnya luas tersebut, (d) bidang olah yang terbentuk pada bagian galian
mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang olah yang
terbentuk pada bagian timbunan (Fitri, 2011).
Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami
dengan tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum
pohon merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras.
Tanaman murbei sebagai tanaman penguat teras banyak ditanam di daerah
pengembangan ulat sutra.
Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya
pada tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu
(Departemen Pertanian, 2006).
2.4. Bambu (Gigantochloa apus)
Tanaman bambu (Bambuseae) banyak tumbuh di Indonesia, serta dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan seperti perlengkapan rumah tangga, pagar, maupun
untuk peyangga beberapa jenis tanaman sayuran dan buah-buahan. Bambu adalah
tanaman rakyat dimana untuk mendapatkannya cukup mudah. Bambu merupakan
tanaman non kayu yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Penyebaran yang
hampir merata ini yang menjadikan bambu banyak dimanfaatkan oleh masyarakat,
antara lain sebagai bahan furniture, konstruksi bangunan, dan kerajinan tangan.
Ditinjau dari segi fisiknya, bambu termasuk tanaman yang memiliki sifat fisika
yang unggul. Salah satu keunggulannya adalah kuat tarik bambu yang mendekati
kuat tarik baja (Oka, 2005 dalam Rosita, 2014).
14
Bahan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk
dimanfaatkan antara lain : batangnya kuat, lurus, rata, keras, mudah dibelah,
mudah dibentuk, dan mudah dikerjakan serta mudah diangkut. Selain itu bambu
juga relatif murah dibanding bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di
sekitar pemukiman pedesaan. Bambu menjadi tanaman serba guna bagi
masyarakat pedesaan (Ridwanti, 2002).
Tanaman bambu di Indonesia ditemukan mulai dari dataran rendah sampai
pegunungan. Pada umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerahnya
bebas dari genangan air. Tanaman bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan
buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil
dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar
sehingga pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari
potongan-potongan ruasnya, disamping tunas-tunas rumpunnya. Keawetan
bambu sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan lingkungan. Bambu tanpa
perlakuan pengawetan, apabila dibiarkan bersentuhan secara langsung dengan
tanah dan tidak terlindung dari cuaca, hanya mempunyai umur pakai sekitar 1 – 3
tahun. Bambu yang terlindung dari gangguan cuaca, umur pakainya dapat
bertahan antara 4 – 7 tahun atau lebih. Jenis bambu yang sering digunakan oleh
masyarakat Indonesia adalah bambu tali, bambu andong, bambu petung dan
bambu hitam (Ridwanti, 2002).
15
Gambar 2. Batang Bambu
(sumber : http://pusatpenjualankayu.com/artikel/jual-bambu-petung-murah.html)
Tabel 1. Daftar Harga Bambu Tali Panjang 7 meter:
No. Diameter (cm) Harga (Rp)
1. 3 – 5 3.000
2. 6 – 8 5.000
3. 9 – 12 8.000
Sumber : Harga pasar di Bandar Lampung
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 di Laboratorium Lapang
Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gergaji, golok, meteran, palu,
ombro meter, gelas ukur dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
adalah bambu dan data curah hujan 5 tahun terakhir.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu
menggunakan tiga perlakuan dengan tiga ulangan dan kontrol tanpa batang
bambu. Perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Perlakuan 1 : Bambu dengan tinggi 0,50 m
Perlakuan 2 : Bambu dengan tinggi 0,75 m
Perlakuan 3 : Bambu dengan tinggi 1,00 m
Kontrol : Tanpa batang bambu
Tata cara pemasangan penguat bambu, disajikan pada Gambar 3, 4, dan 5.
17
Gambar 3. Perlakuan 1 dengan tinggi 0,50 m
Gambar 4. Perlakuan 2 dengan tinggi 0,75 m
Gambar 5. Perlakuan 3 dengan tinggi 1,00 m
18
Adapun tata letak percobaan pada penelitian sebagaimana berikut ini :
P1U2 P2U1 P1U1
P03 P1U3 P2U3
P01 P2U2 P02
P3U3 P3U2 P3U1
Gambar 6. Tata letak percobaan
Keterangan :
P : Perlakuan (Tinggi teras 0,50 m, 0,75 m, 1,00 m)
U : Ulangan (3 ualngan)
P0 : Kontrol (Tanpa batang bambu)
3.4. Langkah- Langkah Penelitian
Adapun langkah- langkah penelitian dilakukan melalui tahapan -tahapan sebagai
mana disajikan pada Gambar 7.
19
Gambar 7. Diagram alir penelitian
3.4.1 Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan yaitu lahan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas
Pertanian Universitas lampung. Penyiapan lahan yang dilakukan yaitu
menyiapkan lahan seluas 1,5 meter x 1 meter. Pada lahan tersebut menggunakan
jenis tanaman yang sama yaitu rumput liar. Untuk mencegah aliran run off dari
atas teras maka dilakukan penggalian dan membuat tanggul disekitar lahan.
Mulai
Penyiapan Alat dan Bahan
Penyiapan Lahan
Pemansangan penguat teras bangku dan
pemasangan penampung
Pengukuran dan Pengamatan
Data
Analisis Data
Selesai
20
Kemudain dilakukan perataan bibir teras dan mengukur panjang dan tinggi teras
yang akan dipasangi penguat teras menggunakan bambu. Tinggi teras yang akan
dipasangi penguat teras yaitu 50 cm , 75 cm dan 100 cm.
Gambar 8. Perataan Bibir Teras
3.4.2 Persiapan Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah bambu tali. Bambu yang telah ditebang dari
rumpunnya kemudian dipotong sepanjang 1 meter. Bambu yang telah di potong
per 1 meter kemudian dibelah menjadi dua agar mudah untuk melakukan
pemipihan. Bambu dipipihkan menggunakan palu besar atau pemukul besi.
21
Gambar 9. Proses pemipihan bambu
Gambar 10. Bambu Hasil Pemipihan
3.4.3 Pemasangan penguat teras bangku (bench terras)
Penguat Teras bangku (bench terrace) di pasang dibagian bibir ujung teras
(Gambar 8) , fungsinya menghalangi aliran air hujan dan mengurangi erosi akibat
hujan. Bambu penguat teras dipasang miring karena jika tegak maka akan sulit
memasang patok pada bambu. Patok yang digunakan yaitu bambu yang dibelah
menjadi dua dengan tinggi yang menyesuaikan.
22
Gambar 11. Bambu Penguat dipasang miring
Pemasangan penguat teras bangku menggunakan bambu yang telah dipipihkan
sebelumnya. Untuk menahan dari bambu yang dipasang maka digunakan patok
bambu yang dibelah dua
Gambar 12. Proses pemasangan penguat teras
Tetapi ternyata masih belum cukup kuat untuk menahan bambu tersebut. Jadi
ditambahkan bambu penahan patok seperti pada gambar.
23
Gambar 13. Penambahan Penahan Patok Bambu
Pemasangan penampung dilakukan untuk menampung limpasan air hujan. Untuk
mencegah meluapnya air pada penampung saat hujan deras adalah dengan cara
membuat lubang pada bagian atas penampung. Dibuat lima lubang yang
kemudian bagian tengah lubang diberi pipa panjang yang menghubungkan dengan
botol penampung, agar jumlah air yang meluap dapat dihitung. Selain
penampung, ada juga plastik yang dipasang dibagian aliran air hujan. Hal itu
dilakukan agar tidak kehilangan air hujan yang mengalir dan langsung menuju ke
penampung.
Gambar 14. Pemasangan Penampung dan Plastik
24
Untuk mencegah air hujan masuk ke dalam penampung maka ditambahkan plastik
dibagian atas penampung dan plastik aliran hujan.
Gambar 15. Pemasangan plastik tambahan
3.5. Parameter Yang Diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu :
1. Air limpasan total ( Run Off ) harian
Pengukuran air limpasan total yaitu dengan mengukur jumlah volume air yang
tertampung pada penampung yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Kadar zat terlarut yang terbawa air limpasan ( Run Off )
Atau bisa disebut sedimen terlarut cara mengukurnya yaitu menggunakan rumus :
Dimana : Cs = Konsentrasi sedimen/sedimen yg terlarut (gram/liter)
A = Cawan kosong oven (gram)
B = Cawan isi setelah oven (gram)
Vol. Air = Jumlah volume sampel air yg digunakan
25
3. Curah hujan harian
Curah hujan harian diukur setiap hari menggunakan ombro meter yang terdapat
pada Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
4. Dimensi dan kemiringan teras
Luas lahan dan Kemiringan teras dihitung menggunakan rumus :
Luas = A = P x L
Kemiringan =
Dimana :
A = Luas (m2),
P = Panjang (m)
L = Lebar (m)
Δh = Beda tinggi (m)
3.6. Analisis Data
Proses analisis data dilakukan menggunakan sidik ragam dan di lanjutkan dengan
uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
54
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian dan pembahan data tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Perlakuan yang paling efektif dalam menahan erosi pada penelitian ini
yaitu penguat teras dengan tinggi 0,5 meter. Hal tersebut karena perlakuan
tersebut mampu menekan run off dan jumlah sedimen terlarut.
2. Koefisien runoff terendah terjadi pada penguat teras 0,5 meter dengan nilai
0,158 atau 15,8 % dan koefisien runoff terbesar terjadi pada penguat teras
1 meter dengan nilai 0,582 atau 58,2 %.
3. Sedimen terlarut terendah terjadi pada penguat teras 0,5 meter dengan nilai
5,54 Ton/ha/Thn dan sedimen terlarut tertinggi pada penguat teras 1 meter
dengan nilai 36,76 Ton/ha/Thn.
5.2. Saran
Saran untuk menyempurnakan penelitian ini adalah menambah luas lahan sesuai
dengan petak erosi yaitu 22 x 2 meter dan menggunakan jenis tanaman yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., Dariah, A., dan Mulyani, A. 2008. Strategi dan teknologi
pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal
Litbang Pertanian 27 (2) : 43-49.
Astari,D. 2014. Model Hujan-Limpasan di Daerah Pemeable dan Impemeable
dengan Peubah Kemiringan Lahan. Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB-Press. Bogor.
ASAE. 1998. Standard Engineering Practice Data. Ed. 45th, ASAE. St. Joseph..
Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Budidaya Pertanian Pada Lahan
Pegunungan. Jakarta : Badan Litbang Pertanian.
Fitri, S. 2011. Pengaruh Teknologi Konservasi Hedgerows Pada Teras Batu Dan
Bangku Miring Terhadap Jumlah Bakteri Dan Jamur Tanah Serta
Pertumbuhan Tanaman Tembakau (Nicotiana Tobacum L.) Di Sub-Das
Progo Hulu. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta : Fakultas Pertanian UNS.
Fuady, Z., Satriawan, H., dan Mayani, N. 2014. Aliran Permukaan, Erosi Dan
Hara Sedimen Akibat Tindakan Konservasi Tanah Vegetatif Pada Kelapa
Sawit. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 11 (2) 2014.
Hudson, N. 1981. Soil Conservation. Ed. 2nd. Cornell university Press. New
York.
Jauhari, I. M. 2012. Prediksi Erosi di Sub-Sub DAS Lengkese, Sub DAS
Lengkese,Hulu DAS Jeneberang. Skripsi. Universitas Hasanudin. Makassar.
77p.
Masaki, I, 1995. The Watershed Management Technology Development Project.
Technical Manual Soil Conservation and Forest Road. Japan International
Cooperation Agency.
56
Morgan, R.P.C., 1986. Soil erosion and conservation. Longman Group UK Ltd.,
Essex: 295 pp.
Priyono. 2002. Konservasi Tanah dan Mekanisasi Pertanian. Dalam makalah
Teras : Bebas banjir, 2003.
Retnosari, A. 2013. Ekstraksi dan Penentuan Kadar Silika (SiO2) Hasil Ekstraksi
dari Abu Terbang (Fly A) Batu Bara. Skripsi. Universitas Jember.
Jember.55p.
Ridwanti, B. 2002. Pemanfaatan Bambu Di Indonesia. Sumatera Utara.
Rijksen.1981, Terdapat pada Integrasi Pengembangan Wisata Pantai Dan
Permukiman Nelayan Di Pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan Dalam
Rangka Konservasi Alam. ITS Surabaya.
Rosita, N., Susanto., Saputra,B., Nisa,K., dan Yulianto, A., 2014. Sifat Mekanik
Kayu Lapis Dengan Variasi Lapisan Pengisi Dari Iratan Bambu
(Gigantochloa Apus Kurz). Jurnal Fisika Vol. 4 No. 1.
Schwab, G.O., R.K. Frevert, T.W. Edminster, K.K. Barnes. 1981. Soil and Water
Conservation Engineering. John Wiley and Sons. New York
Siswomartono, D., 1989, Ensiklopedi Konservasi Sumber Daya, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1989
Sosradarsono, Suyono & Kensaku Takeda, 1978,Hidrologi Untuk Pengairan,
Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.
Sukartaatmadja. 2004. Konversi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
Supangat, A. B. 2014. Perhitungan Sedimen. Buku. Balai Penelitian Teknologi
Kehutanan Pengelolaan DAS. Surakarta. 28p.
Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.
Sutrisno, N., dan Heryani, N., 2013. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air Untuk
Mencegah Degradasi Lahan Pertanian Berlereng. Jurnal Litbang Pertanian
32 (3) : 122-130.
Utomo, H. W. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. Malang: IKIP Malang.
Wahyudi, 2014, Sustainable Forest Management Policy in Central Kalimantan,
Indonesia. International Journal of Science and Research (IJSR), Vol.3,
Issue 4, April 2014.
Widada. 2001. Sekilas Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistemnya. Biodiversity Conservation Project. Bogor.
57
Yoga, P., 2015. Limpasan Permukaan (Run Off). Makalah. Program Study
Pendidikan Geografi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarmasin
Yuliarta. 2002. Teknologi Budidaya pada Sistem Usaha Konversi.Grafindo.
Jakarta.
Zulkarnain, I. 2012. Evaluasi Erosi Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Melalui Pendekatan Satuan Lahan. Tesis
Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Lampung. Bandar Lampung
top related