ANALISIS PENILAIAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51467/...menunjukan bahwa nilai pencapaian maqashid syariah indeks tahun 2016-2017
Post on 09-Dec-2020
12 Views
Preview:
Transcript
i
ANALISIS PENILAIAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH
BERDASARKAN SYARIAH MAQASID INDEKS
( Studi Kasus Pada 11 Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2016-2018)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (S.E.)
OLEH
WIWIT
NIM 1113046000011
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1441H/2020
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Bank syariah yang merupakan suatu lembaga yang bergerak berdasarkan
prinsip-prinsip syariah seharusnya memiliki karakteristik yang berbeda dari bank
umum atau perusahaan lain dalam sistem kinerjanya. Oleh karena itu, bank syariah
wajib menjalankan kepatuhan syariah agar dapat mencapai tujuan didirikannya bank
syariah yang sesuai dengan Maqashid Syariah yang salah satu tujuannya adalah
mewujudkan kebaikan menghindarkan keburukan dan menolak kemudharatan yang
dapat diukur dengan metode Maqashid Syariah Indeks yang memiliki tiga tujuan
yaitu diantaranya, Mendidik Individu ( TadhzibAl-Fard), menegakkan keadilan
(Iqamah Al-Adl), dan memelihara kemaslahatan (Jalb Al- Maslaha). Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang diukur menggunakan metode The
Simple Additive Weighting (SAW). Sampel penelitian yang digunakan yaitu 11 BUS
dari 13 BUS yang ada di Indonesia pada periode tahun 2016-2018. Hasil penelitian
menunjukan bahwa nilai pencapaian maqashid syariah indeks tahun 2016-2017
tertinggi yaitu BNIS, sedangkan nilai terendah yakni BMS. Kemudian pada tahun
2018 nilai tertinggi BSM sedangkan nilai terendah BNIS. Berdasarkan hasil
perhitungan SAW tersebut terjadi ketidak konsistenan pada kinerja bank syariah.
Kata kunci : Bank Umum Syariah, Maqashid Syariah, Indeks Maqashid Syariah
Pembimbing : RR. Tini Anggraeni, ST, M. Si
xiii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan segala kebaikan-Nya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan
skripsi ini. Penulis tak lupa mengucapkan shalawat serta salam kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya yang telah memeberikan kita Zaman
yang penuh dengan ilmu hingga saat ini.
Segala hambatan dan tantangan dalam menulis skripsi ini sering terjadi pada
penulis. Alhamdulillah berkat seluruh bantuan dan dorongan dari seluruh pihak
fakultas ekonomi dan bisnis serta pihak fakultas syariah dan hukum sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat ujian strata 1 di kampus uin
Syarifhidayatullah Jakaarta. Oleh karena itu penulis ini mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. bapak Prof. Dr. Amilin, S.E, AK, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2. Ibu Dr. Erika Amelia, S.E, M. Si selaku keua program studi ekonomi syariah Ibu
Dwi Nu’aini Ihsan,MM selaku sekretaris program studi Ekonomi Syaraih
3. Bapak A.M. Hasan Ali, MA, selaku Ketua Tim Task Force Passiout Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., MA., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen fakultas Syariah dan Hukum serta dosen Fakultas Ekonomi dan
bisnis yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
5. Ibu Tini Anggraeni, STI, M. Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, motivasi dan ilmu
yang berharga kepada penulis selama menyusun. Terima kasih atas semua saran
dan arahan yang Ibu berikan selama proses hingga terselesaikannya skripsi ini.
xiv
6. Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA selaku Dosen
Penasehat Akademik yang telah memberikan motivasi dan membimbing penulis
selama masa perkuliahan.
7. Terimakasih saya ucapkan kepada H.. AH Azharuddin Lathif, M,ag dan Ibu Rr.
Tini Anggraeni, ST, M. Si selaku penguji seminar proposal.
8. Kepada seluruh karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Syariah dan
Hukum atas bantuan terlaksananya ujian skripsi ini.
9. Segenap pimpinan perpustakaan dan staff perpustakaan yang telah memberikan
fasilitas dan referensi untuk mengadakan studi perpustakaan.
10. Kedua orang tua saya yang tak pernah luput mendoakan serta member dukungan
yang luar biasa terhadap saya serta tak lupa kakak ku tersayang Iis Aryantih dan
ulan tidak lupa kepada kedua adik ku tersayang Ica dan empi serta kakak ipar dan
keponakan tersayang yang sering membantu serta selalu memberikan support.
11. Sahabat setiaku sewaktu MTS yang selalu memberikan support dan memberi
dukungan.
12. Anak anak ketombew tersayang ( Egi, Amri,Ike,Ade, Nurma, Bela dan pina)
13. Sahabat the ngaret yang selalu ngedukung dan selalu ada kalo dibutuhkan
( Mega, Ana, Nafis dan Aam)
14. Sahabat rencang (Robiah,intan, Ela, Ima dan Rena) yang selalu memberikan
dukungan, doa dan serta selalu menemani mengurus skripsi ini.
15. Sahabat terbaikku Susi, Mega, Kiki, Wafira yang selalu memberikan semangat,
bantuan, dan perhatian
16. Teman-teman Muamalat Kelas A angkatan 2013 yang selalu memberikan
motivasi dan masukan kepada penulis.
17. Teman KKN teriamkasih telah menjadi penyemangatku dan alarm untuk
mengejar daftar sidang. (khusus untuk Aa Fazlur dan Dianku tersayang)
Jakarta, Mei 2020
Wiwit
1113046000011
xv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .........................iii
ABSTRACT ......................................................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah............................................................................ 10
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 10
E. Tujuan dan Manfaat ............................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ . 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................................. 14
2. Perbankan .................................................................................... 16
3. Bank Syariah................................................................................ 18
4. Maqashid Syariah ....................................................................... 25
xvi
B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 51
B. Populasi dan Metode Penentuan Sampel ........................................... 51
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 54
D. Teknik Analisis Data .......................................................................... 57
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis dan Pembahasan .................................................................. 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 98
B. Saran .................................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 101
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah ....................................................... 5
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah & Bank Konvensional .............................................. 20
Tabel 3.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian .................................................................. 54
Tabel 3.2 Bank Umum Syariah ......................................................................................... 55
Tabel 3.3 Definisi dan Operasional Variabel .................................................................... 59
Tabel 3.4 Bobot Rasio ....................................................................................................... 61
Tabel 4.1 Nilai Rasio Tujuan 1 Tahun 2016 ..................................................................... 67
Tabel 4.2 Nilai Rasio Tujuan 1 Tahun 2017 ..................................................................... 69
Tabel 4.3 Nilai Rasio Tujuan 1 Tahun 2018 ..................................................................... 71
Tabel 4.4 Nilai Rasio Tujuan 2 Tahun 2016 ..................................................................... 73
Tabel 4.5 Nilai Rasio Tujuan 2 Tahun 2017 ..................................................................... 74
Tabel 4.6 Nilai Rasio Tujuan 2 Tahun 2018 ..................................................................... 76
Tabel 4.7 Nilai Rasio Tujuan 3 Tahun 2016 ..................................................................... 77
Tabel 4.8 Nilai Rasio Tujuan 3 Tahun 2017 ..................................................................... 79
Tabel 4.8 Nilai Rasio Tujuan 3 Tahun 2018 ..................................................................... 80
Tabel 4.9 Nilai Kinerja IK 1 Maqashid Syariah Tahun 2016 ........................................... 82
Tabel 4.10 Nilai Kinerja IK 1 Maqashid Syariah Tahun 2017 ......................................... 83
Tabel 4.11 Nilai Kinerja IK 1 Maqashid Syariah Tahun 2018 ......................................... 84
Tabel 4.12 Nilai Kinerja IK 2 Maqashid Syariah Tahun 2016 ......................................... 85
Tabel 4.13 Nilai Kinerja IK 2 Maqashid Syariah Tahun 2017 ......................................... 86
Tabel 4.14 Nilai Kinerja IK 2 Maqashid Syariah Tahun 2018 ......................................... 87
Tabel 4.15 Nilai Kinerja IK 3 Maqashid Syariah Tahun 2016 ......................................... 88
Tabel 4.16 Nilai Kinerja IK 3 Maqashid Syariah Tahun 2017 ......................................... 89
Tabel 4.17 Nilai Kinerja IK 3 Maqashid Syariah Tahun 2018 ......................................... 90
Tabel 4.18 Peringkat Bank Syariah Tahun 2016 .............................................................. 91
Tabel 4.19 Peringkat Bank Syariah Tahun 2017 .............................................................. 92
Tabel 4.19 Peringkat Bank Syariah Tahun 2018 .............................................................. 93
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Annual Report Bank Umum Syariah Tahun 2016 ........................................ 103
Lampiran 2 Annual Report Bank Umum Syariah Tahun 2017 ........................................ 106
Lampiran 3 Annual Report Bank Umum Syariah Tahun 2018 ........................................ 110
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Nilai Ratio........................................................................ 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran Islam tentang perekonomian, akan senantiasa menarik untuk dibahas.
Dalam kehidupan sehari-hari ekonomi dalam seluruh aspek kehidupan tidak akan
terlepas dari ekonomi islam terutama bagi umat muslim. Sebagai seorang muslim
yang taat beribadah, tentulah berbagai kegiatan bisnis atau usahanya dilandasi
transaksi keuangan islam (Rozalinda, 2014).
Seperti yang pernah dikemukakan dalam lintas sejarah, bahwa sistem ekonomi
dan keuangan islam pernah eksis diberbagai belahan bumi ini sekitar 7 abad lamanya,
yakni mulai abad pertama sampai abad ketujuh Hijriyah. Setelah abad ketujuh
Hijriyah, seiring dengan kelemahan umat islam dan tekanan penjajahan barat
keseluruh dunia islam hingga abad kedua puluh, sistem ekonomi dan keuangan islam
nyaris ”mati” karena tidak lagi terlihat wujudnya dan bahkan tidak pernah terdengar
lagi suaranya (Suma, 2008).
Setelah mengalami proses perjuangan yang panjang akhirnya eksperimen
pendirian bank syariah dilakukan di Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mit
Ghamr local Saving Bank. Bank ini mendapat sambutan yang hangat di Mesir,
terutama dari kalangan petani dan masyarakat pedesaan. Jumlah deposan bank ini
meningkat luar biasa dari 17,560 ditahun pertama 1963/1964 menjadi 251,152 pada
1966/1967. Namun sayang, karena terjadi kekacauan politik di Mesir Mit Ghamr
mulai mengalami kemunduran,dan akhirnya operasionalnya diambil alih oleh
National Bank Of Egypt dan bank sentral Mesir pada tahun 1967 (Karim, 2010).
Menurut Bank Indonesia (BI) di Indonesia sendiri dinamika perekonomian
Indonesia 2018 banyak dipengaruhi tiga kepastian global. Ketidapastian pertama
2
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi global yang dalam tren melambat. Ekonomi
dunia pada tahun 2018 tumbuh 3,7% menurun dibandingkan dengan pencapaian tahun
sebelumnya sebesar 3,85%. Ketidakpastian global kedua bersumber dari kenaikan
suku bunga kebijakan moneter AS, Federal Funds Rate FFR, yang lebih cepat dan
lebih tinggi. Kenaikan ini tidak terlepas dari usaha bank sentral AS untuk mencegah
resiko kenaikan inflasi kedepannya. Ketidakpastian terakhir dipengaruhi oleh kondisi
pasar keuangan global yang bergejolak, yang meningkatkan premi resiko investasi
Negara berkembang.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sejak mulai dikembangkannya sistem
perbankan syariah di Indonesia dalam dua dekade, pengembangan keuangan syariah
nasional sudah banyak pencapaian kemajuan baik dari aspek lembagaan dan
infrastruktur penunjang, perangkat regulasi dan sistem pengawasan, maupun
awareness dan literasi masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah. Sistem
keuangan syariah kita menjadi salah satu sistem terbaik dan terlengkap yang diakui
secara internasional. Sejak Desember 2019, industri perbankan syariah terdiri dari 14
Bank Umum Syariah, 34 Unit Usaha Syariah yang dimiliki oleh Bank Umum
Konvensional dengan total aset sebesar Rp 494,04 Triliun. Akan tetapi bank syariah
tetap memiliki tantangan dalam menjalankan operasionalnya sehari hari. Salah satu
tantangan utama bagi bank syariah adalah mewujudkan kepercayaan dari para
stakeholder.
Dalam hal ini Stakeholder yang dimaksud yaitu seluruh stakeholder, baik
stakeholder langsung yang merasakan dampak secara langsung (dewan komisaris,
dewan direksi, karyawan) maupun stakeholder tidak langsung yang merasakan
3
dampak secara tidak langsung (investor, pemerintah dan masyarakat) (Duantika,
2015: 2).
Tantangan lainnya yang berada didepan mata yaitu mampukah perbankan
syariah memerankan fungsi intermediasi ini secara baik sehingga segera dapat
menggerakkan sektor riil? sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,
Indonesia merupakan peluang bagi perkembangan perbankan syariah dan disisi lain
merupakan tantangan bagi terciptanya sebuah keteladan kesuksesan dalam penerapan
perbankan syariah. Maka untuk itu, tantangan lainnya adalah mampukah perbankan
syariah berkembang di “ habibatnya yang subur” serta menjadi contoh sukses bagi
negara-negara lain dalam mengembangkan perbankan syariah. Di masa depan,
perbankan syariah harus menjadi rahmatan lil’- alamin artinya, ia tidak hanya
bermanfaat bagi kaum muslim, tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Selain itu
tantangan lain dalam perkembangan perbankan syariah adalah kurangnya alat
pengukuran kinerja keuangan yang sesuai dengan karakteristik bank syariah. Sebagai
solusinya, banyak peneliti yang mengukur kinerja bank syariah dengan menggunakan
pendekatan ukuran kinerja bank konvensional melalui rasio-rasio keuangan.
Secara umum, banyak peneliti yang menggunakan rasio Return on Aset (ROA)
dan Return on Equity (ROE) untuk mengukur kinerja bank Islam. Pengukuran kinerja
bank syariah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang diadaptasi dari
perbankan konvensional sebagaimana telah dilakukan oleh banyak peneliti belum
mampu menunjukkan penilaian kinerja bank syariah sebenarnya sebagai subsistem
ekonomi Islam yang bertujuan mewujudkan keadilan dan keseimbangan masyarakat
sebagai perwujudan dari tujuan syariah (maqashid syariah). Sehingga kebanyakan
perbankan syariah terkesan berorentasi pada keuntungan (profit oriented) bukan
4
berdasarkan tujuan sosial jika dilihat dari perspektif maqasid syariah (Sudrajat,dkk
2009: 179).
Maqashid syariah membuat setiap aktivitas manusia mengandung tujuan yaitu
tujuan syariah. Dalam segala bidang kehidupan masyarakat khususnya masyarakat
yang beragama islam tidak dapat terlepas dari Maqashid Syariah. Salah satu contoh
kegiatannya yaitu dalam kegiatan ekonomi islam seperti rencana dalam mengeluarkan
sebuah produk keuangan syariah, maka salah satu faktor yang harus dipertimbangkan
yaitu terkait maqashid syariah.
Dalam perbankan syariah sudah selayaknya perbankan syariah menjalankan
kepatuhan syariah yaitu salah satunya dengan memberikan dana hibah sesuai dengan
maqashid syariah. Dana hibah yang dimaksud yaitu tiga tujuan dalam konsep
maqashid syariah sesuai dengan konsep Abu Zahra, tiga tujuan tersebut yaitu
Tahdzhib Al-Fard (mendidik individu), Iqomah Al Adl (menciptakan keadilan), Jalb
Al Maslahah (memelihara kemaslahatan).
Tujuan pertama yaitu Tahdzhib Al-Fard (mendidik individu), Tahdzhib Al-Fard
(mendidik individu) dapat dilakukan oleh bank syariah dengan cara memberikan
pendidikan dan pelatihan (diklat), promosi, penelitian kepada pegawai bank syariah.
Dengan pemberian pendidikan dan pelatihan (diklat), promosi, penelitian kepada
pegawai bank syariah diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan serta
meningkatkan mutu kinerja pegawai bank syariah.
Tujuan kedua yaitu Iqomah Al-Adl (menciptakan keadilan). Iqamah Al- Adl
(menciptakan keadilan) dapat dilakukan oleh bank syariah dengan cara melakukan
segala bentuk pengembalian yang adil sesuai dengan perjanjian atau kontrak awal,
selain itu prinsip utama yang diterapkan yaitu bagi hasil atau produk bebas bunga
5
serta pembagian gaji yang adil sesuai dengan kinerja pegawai. Jika hal tersebut
dilakukan dengan tepat, maka dapat dikatakan bahwa bank syariah telah
melaksanakan tujuan pencapaian keadilan.
Tujuan ketiga yaitu Jalb Al- Maslahah (memelihara kemaslahatan). Jalb-Al
Maslahah (memelihara kemaslahatan) dapat dilakukan oleh bank syariah dengan cara
yaitu pendistribusian kekayaan dari profit yang didapat bank syariah melalui
pemberian zakat. Pemberian zakat kepada masyarakat yang membutuhkan diharapkan
dapat membawa kemaslahatan kepada masyarakat tersebut. Selain itu bank syariah
juga melakukan investasi dalam sektor riil, hal ini dilakukan guna mendapat profit
yang membawa kemaslahatan.
Berdasarkan uraian tersebut tentang tiga tujuan dalam konsep maqashid
syariah, seyogyanya jika perbankan menerapkan tiga tujuan tersebut dalam
melaksanakan kegiatan perbankan syariahnya, maka perbankan syariah telah
menjalankan kepatuhan syariah serta meningkatkan reputasi perbankan syariah
terutama dimata para stakeholder.
Dalam bisnis perbankan, reputasi menjadi bagian yang sangat penting untuk
menjamin peningkatan kinerja secara berkesinambungan. Reputasi suatu bank yang
baik dapat terbangun, jika dan hanya jika, bank tersebut mampu menjalankan peran
dan fungsi kepatuhan dengan baik. Bagi perbankan syariah, kepatuhan terhadap
ketentuan syariah (Sharia compliance) merupakan persyaratan utama beroperasinya
bank syariah. Ketidak patuhan terhadap syariah dapat menyebabkan operasional bank
menjadi tidak halal sehingga pendapatan yang diperolehnya menjadi haram juga.
(Ikatan Banker Indonesia, 2014).
6
Tabel 1.1 Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia
2015 2016 2017 2018
CAR 15,02 % 15,69 % 17,91 % 20,39 %
NPF 0,49 % 0,63 % 0,63 % 3,26 %
ROA 4,84 % 4,42 % 4,99 % 1,28 %
BOPO 97,01 % 96,23 % 94,91 % 89,18 %
ASET 8,99 % 20,28 % 18,97 % 12,57 %
PEMBIAYAAN 7,06 % 16,41% 15,24 % 12,57 %
DPK 6,35 % 20,85 % 19,89 % 11,14 %
Sumber: Statistik Perbankan Syariah &OJK
Berdasarkan Tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa tingkat profitabilitas (ROA)
dari tahun 2016 ke tahun 2018 mengalami fluktuatif bahkan terjadi penurunan drastis
sebesar 3,49% pada tahun 2018 (1,28%) dari tahun 2017 (4,77%). Sama halnya
dengan tingkat risiko yaitu pembiayaan bermasalah (NPF) pada tahun 2018
mengalami peningkatan menjadi 3,26%. Hal tersebut merupakan gambaran yang
kurang baik terkait tingkat pembiayaan bermasalah dikarenakan sudah mencapai
angka diatas 2%. Kendati demikian, dilihat dari rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)
dan BOPO (Belanja Operasional tehadap Pendapatan Operasional) dari tahun 2017
ke tahun 2018, bank syariah sudah mampu memenuhi standar ketentuan OJK. Dimana
Standar CAR adalah minimal 8%, standar BOPO adalah dibawah 90%.
Berdasarkan tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa bank syariah di Indonesia
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat kita lihat dari data
pembiayaan, asset dan DPK yang semakin tahun semakin meningkat yaitu 2015-2018.
Artinya, kehadiran bank syariah di Indonesia bukan suatu hal yang baru lagi, sehingga
7
semakin lama semakin menarik banyak masyarakat Indonesia untuk menyimpan
dananya di bank syariah. Segi pembiayaan meningkat pesat dari tahun 2017 ke tahun
2018, hal ini menunjukkan gambaran kinerja yang bagus bagi bank syariah.
Dalam jurnal penelitian internasional yang ditulis Hafis Ulah (2014)
meneyebutkan bahwa 76,05% responden sangat setuju dan 22,16% setuju bahwa
kepatuhan syariah telah menjadi prioritas pertama dalam melakukan semua transaksi
di Bank Syariah Banglades. Tapi disisi lain pemimpin atau otoritas tertinggi bank
syariah Banglades belum cukup menyediakan program untuk menambah wawasan
dalam ruang lingkup syariah. dan lebih khususnya 50,90% karyawan merespon
negatif bahwa mereka selalu 100% berusaha mematuhi syariah diseluruh transaksi.
Dari penelitian ini juga diketahui bahwa 69,16% sangat setuju jika kepatuhan menjadi
penyebab utama masyarakat tertarik ke bank syariah Banglades. Pernyataan tersebut
menjadi salah satu bukti bahwa kepatuhan syariah itu sangat penting, meskipun
hambatan yang dilalui pun juga tidak semudah yang dibayangkan.
Adapun hambatan yang dimaksud diantaranya yaitu kurangnya pemahaman
khususnya SDM yang bergelut dalam bidang tersebut sehingga perlu untuk
meningkatkan penghetahuan terkait kesyariahan dan bagaimana mengaplikasikannya,
serta kurangnya penekanan pada kantor cabang untuk selalu menjaga kepatuhan
syariah sehingga diperlukan evaluasi mingguan atau bulanan terkait kesesuaian
kepatuhan syariah.
Oleh karena itu pentingnya maqashid syariah diterapkan pada bank syariah
karena tanpa maqashid syariah, semua pemahaman mengenai ekonomi syariah,
keuangan dan perbankan syariah akan sempit dan kaku. Tanpa maqashid syariah,
seorang pakar dan praktisi ekonomi syariah akan selalu keliru dalam memahami
8
ekonomi syariah. Tanpa maqashid syariah, produk keuangan syariah dan perbankan,
regulasi, fatwa, kebijakan fiskal dan moneter. Akan kehilangan subtansi syariahnya.
Tanpa maqashid syariah, fikih muamalah yang dikembangkan dan regulasi perbankan
dan keuangan yang hendak dirumuskan akan kaku dan statis, akibatnya lembaga
lembaga perbankan dan dan keuangan syariah akan sulit dan lambat berkembang.
Alasan penting lain yang mengharuskan bank syariah menerapkan maqashid
syariah yaitu untuk mengembangkan “pembangunan sumber daya manusia (SDM),
dikarenakan pembangunan SDM menjadi salah satu tema penting bagi kemaslahatan
publik pada zaman sekarang ini. Kemaslahatan publik pengembangan SDM sudah
seharusnya menjadi salah satu tujuan pokok maqashid syariah, yang direalisasikan
melalui hukum islam.
Untuk memberikan penilaian apakah tujuan pendirian bank syariah sudah
selaras dengan maqasid syariah, maka diperlukan penilaian kinerja secara khusus
berdasarkan maqasid syariah. Karena menurut Badreldin (2009) selama ini
pengukuran kinerja bank syariah dilakukan dengan menggunakan ratio keuangan
yang mengadopsi dari pengukuran kinerja bank konvensional (Sudrajat,dkk 2009:
179).
Oleh karena itu, ratio keuangan dengan pengukuran kinerja bank konvensional
juga menjadi salah satu alat ukur kinerja perbankan syariah, selain itu, dapat juga
diukur dengan menggunakan entitas bisnis syariah yaitu perusahaan yang
menjalankan unit usahanya menggunakan prinsip kepatuhan syariah. Akan tetapi,
dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan pengukuran kinerja bank syariah
berdasarkan maqasid syariah.
9
Dari penelitian dan masalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
mengukur kinerja perbankan syariah tidak hanya dapat dukur dengan kinerja
keuangan dengan pengukuran konvensional saja, akan tetapi dapat pula diukur dengan
entitas bisnis islam yang dapat diukur dari segi sejauh mana bank syariah
menjalankan bisnis nya sesuai dengan prinsip syariah dan sejauh mana bank syariah
menjalankan tujuan-tujuan syariah dengan baik.
Beberapa studi yang melakukan analisis penilaian kinerja maqasid syariah
adalah Dzikron Abdillah (2014), Mustafa Omar Mohammed (2008), Anisa Dyah
Imansari (2015), Afrinaldi (2015), Anton Sudrajat (2015) yang membahas tentang
kinerja perbankan syariah, mengukur perbandingan kinerja bank syariah satu dengan
bank syariah lainnya serta menyusun peringkat bank syariah dari aspek maqashid
syariahnya. Berdasarkan masalah diatas penulis tertarik meneliti dengan tujuan untuk
menganalisa kinerja perbankan syariah berdasarkan maqasid syariah. Sedangkan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penulis lebih memperluas
objeknya dan lebih mengupdate tahun penelitiannya, maka penulis tertarik dengan
judul “ANALISIS PENILAIAN KINERJA PERBANKAN SYARIAH
BERDASARKAN SYARIAH MAQASID INDEKS ( Studi Kasus Pada 11 Bank
Umum Syariah tahun 2016-2018).
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah serta identifikasi masalah yang telah
diuraikan diatas, maka penulis membatasi masalah yaitu :
1. Objek dalam penelitian ini dibatasi hanya pada Bank syariah di Indonesia yang
telah berbentuk Bank Umum Syariah
10
2. Rentang waktu dalam penelitian ini dibatasi selama 3 tahun yaitu dalam
rentang waktu yang pendek dan tidak menghalangi proses pengukuran sesuai
dengan metode pengukuran syariah maqashid indeks yang tidak mensyaratkan
rentang waktu yang panjang serta penelitian ini juga tidak menggunakan uji
statistik
3. Metode pengukuran kinerja bank syariah dibatasi yaitu hanya menggunakan
pengukuran maqasid syariah indeks yaitu mendidik individu, Menegakkan
Keadilan, dan Memelihara Kemaslahatan.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam pembatasan masalah diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana penilaian kinerja keuangan dari bank umum syariah di Indonesia
berdasarkan sharia maqasid indeks (SMI)?
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk meningkatkan kepercayaan para stakeholder (dewan komisaris,
Investor, Nasabah Bank) bahwa bank syariah dalam operasionalnya
menjalankan kepatuhan syariah dengan baik.
b) Menghetahui kinerja bank umum syariah berdasarkan maqasid syariah
indeks
c) Untuk menghetahui berapa besar dana hibah yang dikeluarkan bank
umum syariah pada aspek Maqashid Syariah Indeks
11
d) Menghetahui bank umum syariah yang mana yang paling tinggi
melaksanakan ketiga aspek maqasid syariah.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu :
a) Bagi Akademis
Menambah pengetahuan tentang penilain kinerja bank umum syariah
berdasarkan maqasid syariah indeks dari 3 konsep maqasid syariah selain
dari aspek keuangan dapat dijadikan sebagai referensi literatur untuk
penelitian selanjutnya.
b) Bagi Perbankan Syariah
Dapat menjadi saran dan masukan tentang pengukuran penilaian kinerja
bank umum syariah yang tidak hanya menggunakan aspek keuangan yang
telah diadopsi dari bank konvensional, selain itu juga dapat menjadikan
referensi untuk meningkatkan kinerja bank umum syariah.
c) Bagi Masyarakat umum
Memberikan wawasan dan pengehetahuan mengenai penilaian kinerja
bank umum syariah berdasarkan maqasid syariah ditinjau dari 3 konsep
maqasid syariah (mendidik individu, menegakan keadilan, dan
memelihara kemaslahatan) yang merasa bank umum syaariah hanya
mengukur menggunakan kinerja keuangan yang diadopsi dari bank
konvensional. Manfaat lainnya yaitu untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap Bank Syariah.
E. Sistematika Penulisan
12
Dalam penelitian ini menggunakan sistematika penulisan yang
menggambarkan garis besar tentang apa yang akan ditemukan dalam skripsi ini.
Berikut ini sistematika penulisan secara lengkap dan jelas yaitu sebagai beriku:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada pendahuluan dijelaskan mengenai Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah dan
Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Hipotesis
serta Sistematika Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan teori berisi tentang Perbankan Syariah serta
menjelaskan tentang konsep indeks maqasid syariah, review
studi terdahulu dan kerangka berfikir.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini mengemukakan tentang bagaimana penelitian ini
dilakukan, variabel-variabel apa saja yang digunakan, data-data
yang akan digunakan, serta metode analisis yang akan
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini meguraikan deskripsi objek penelitian, analisis
kuantitatif deskriptif, interpretasi hasil dan argumen terhadap
hasil uji penelitian.
BAB V : PENUTUP
13
Bab penutup berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang
diperoleh serta saran atau masukan yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan juga hasil sebuah pemikiran.
DAFTAR PUSTAKA
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang berdiri atas prinsip-prinsip yang berasal
dari Al-Qur’an , As Sunnah dan hukum islam yang melarang bunga dalam
setiap aktivitas yang dilakukannya. Hal tersebut jelas menyatakan bahwa
perbankan syariah berbeda dalam hal pelaksanaannya dengan bank
konvensional.
Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu “bank” dan “Syariah”.
Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara keuangan dari dua pihak , yaitu pihak berlebihan dana dan pihak
yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di
Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak
bank dan pihak lain untuk penyimpan dana dan/atau pembiayan kegiatan
usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam.
Sedangkan pengertian bank syraiah (bank bagi hasil) berdasarkan
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Pembiayaan Rayat Syariah (BPRS). Bank Umum Syariah adalah bank
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sedagkan Bank pembiayann Rakyat Syariah adalah bank
15
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dan lalu lintas
pembayaran.
b. Prinsip Bank Syariah
Menurut UU RI No.2 Tahun 2008 pasal 2, Perbankan Syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah, demokrasi
ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Sehingga dalam menjalankan
aktivitasnya, bank syariah memiliki prinsip-prinsip yang harus dipatuhi
dan tidak boleh dilanggar.
Prinsip-prinsip syariah tersebut menurut Anas (2013) adalah
sebagai berikut:
1. Tidak diperbolehkan untuk mengambil maupun menerima
bunga bank.
2. Transaksi keuangan harus bebas dari riba dan secara langsung
maupun tidak langsung berhubungan dengan transaksi ekonomi
dalam bentuk riil. Keuntungan yang diambil dari transaksi
hutang maupun perdagangan hutang dipandang dari segi syariah
tidak etis.
3. Mendapatkan uang dari uang secara syariah tidak dapat
diterima.
4. Uang adalah media pertukaran, salah satu cara untuk
mendefinisikan nilai suatu hal, sedangkan tidak terdapat nilai
yang melekat padanya.
5. Transaksi keuangan tidak boleh mengekploitasi salah satu pihak
dari pelaku transaksi.
16
6. Baik pihak pemberi pinjaman maupun peminjam harus saling
membagi hasil keuntungan maupun kerugian yang timbul dari
kegiatan yang dilakukan.
7. Melarang aset-aset yang haram.
8. Melarang transaksi yang melibatkan ketidakpastiaan seperti
spekulasi atau perjudian.
9. Setiap transaksi keuangan harus didasarkan pada asset berwujud
maupun sektor-sektor riil yang dapat diidentifikasi.
d. Fungsi Bank Syariah
Apabila selama ini dikenal fungsi bank konvensional sebaga
intermediary (penghubung) antara pihak yang kelebihan dana dan
kekurangan dana dan selain menjaalankan fungsi jasa keuangan, maka
dalam Bank Syariah mempunyai fungsi yang berbeda dengan bank
konvensional. Fungsi bank syariah yaitu manajer investasi, investor,
jasa keuangan dan sosial yang diuraikan sebagai berikut :
1. Manajer Investasi
Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah
sebagai manager investasi, maksudnya adalah bank syariah
tersebut merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang
dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang
diterima oleh pemilik dana yang dihimpun sangat tergantung pada
keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah.
Fungsi ini tidak banyak diketahui, dimengerti dan dipahami oleh
para bankir yang bekerja di bank syariah (bukan bankir syariah),
17
yang kebanyakan masih mempergunakan paradigma pola kerja
bank konvesional.
Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah yang
diharapkan mendapatkan hasil, mempunyai implikasi langsung
kepada pemilik dana. Jika investasi yang dilakukan oleh bank
syariah mengalami pembayaran yang tidak lancar bahkan sampai
macet, dapat mengakibatkan pendapatan yang diperoleh kecil dan
pendapatan yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun
menjadi kecil pula. Besarnya dana atau investasi yang dilakukan
oleh bank syariah bukanlah otomatis pendapatan bagi hasil besar
yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun.
2. Investor
Bank bank islam menginvestasikan dana yang dihimpun pada
bank tersebut (dana pemilik bank maupun dana rekening investasi)
dengan jenis dan pola investasi yang sesuai dengan syari’ah.
Investasi yang sesuai dengan syari’ah tersebut meliputi akad
Murabahah,sewa-menyewa, Musyarakah, Mudharabah akad Salam
atau Istisna’. Pembentukan perusahaan atau akuisis pengendalian
atau kepentingan lain dalam rangka mendirikan perusahaan,
memperdagangkan produk, dan investasi atau memperdagangkan
saham yang dapat diperjual belikan.
Keuntungan dibagikan kepada pihak yang memberikan dana,
setalah bank menerima bagian keuntungan Mudharib yang sudah
disepakati sebelum pelaksaan akad antara pemilik rekening
18
investasi dan bank, sebelum pelaksaan akad. Fungsi ini dapat
dilihat dalam hal penyaluran dana yang dilakukan oleh bank
syariah, baik yang dilakukan dengan mempergunakan prinsip jual
beli maupun dengan menggunakan prinsip bagi hasill sendiri.
3. Jasa Keuangan
Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh berbeda
dengan bank non syariah, seperti misalnya memberikan layanan
kliring, transfer, inkaso, pembayan gaji dan sebagainya, hanya
saja yang sangat diperhatikan adalah prinsip-prinsip syariah yang
tidak boleh dilanggar. Bank bank islam juga menawarkan berbagai
jasa-jasa keuangan lainnya untuk memperoleh imbalan atas dasar
sewa.
4. Fungsi Sosial
Konsep perbankan islam mengharuskan bank bank islam
memberikan pelayanan social apakah melalui dana Qard (pinjaman
kebajikan) atau zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip-
prinsip islam. Di samping itu, konsep perbankan islam juga
mengharuskan bank-bank islam untuk memainkan peran penting di
dalam pengembangan sumber daya manusianya dan memberikan
kontribusi bagi kesejahteraan sosial. Fungsi ini juga yang
membedakan fungsi bank syariah dengan bnak konvensional,
walaupun hal ini ada dalam bank konvensional biasanya dilakukan
oleh individu-individu yang mempunyai perhatian dengan hal
sosial, tetapi dalam bank syariah fungsi sosial merupakan salah
19
satu fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi yang
lain (Harahap,dkk 2007).
Selain fungsi bank di atas, bank modern melaksanakan
berbagai fungsi seperti:
1. Menyelesaikan berbagai urusan uang, seperti penukaran uang,
pengiriman uang dan surat berharga, sekaligus memperjualbelikan
surat-surat berharga tersebut.
2. Menerima deposito
3. Mengurus masalah diskonto (misalnya, membeli dengan harga
yang berlaku saat ini) surat-surat berharga (umpamanya rekening
dan nota perjanjian)
4. Memberi pinjaman dengan menggunakan jaminan atau dengan
cara overdraf, mengurus bidang pegadaian atau dengan membeli
saham perusahaan-perusahaan industry
5. Yang berhak mengurus kepentingan dan fungsi nota bank saat ini
hanya terbatas pada Bank Sentral. Pada abad ke-18 pekerjaan ini
dianggap sebagai fungsi utama semua bank
6. Mengurus pertukaran valuta asing
7. Melaksanakan fungsi agensi bagi para nasabah, seperti:
a. Mengurus masalah sekuriti
b. Mengusahakan penjagaan brankas
c. Mengurus pemungutan dividendan semua jenis rekening
d. Menjalin hubugan kepentingan dengan pihak bank lainnya
e. Mengurus semua bentuk perkreditan
20
f. Bertindak sebagai pemegang amanah, surat wasiat dan
mengurus kepentingan para nasabah
g. Menyelenggarakan semua kepentingan bank.
b. Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
No Bank Syariah Bank Konvensional
1 Melakukan investasi yang halal Investasi yang halal dan haram
2
Berdasarkan pada prinsip bagi
hasil, jual beli atau sewa
Memakai perangkat bunga
3 Profit dan Falah oriented profit oriented
4
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk kemitraan
hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitur
5
Penghimpun dan penyaluran dana
harus disesuaikan dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah
Tidak terdapat dewan sejenis
Sumber: M. Nur Rianto Al-Arif
2. Maqashid Syariah
Islam memiliki sistem ekonomi yang secara fundamental berbeda dari
sistem-sistem yang tengah berjalan. Ia memiliki akar dalam syariat yang
membentuk pandangan dunia sekaligus sasaran-sasaran dan strategi (maqashid
asy-syari’ah) yang berbeda dari sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia
hari ini. Sasaran-sasaran yang dikhendaki islam secara mendasar bukan
materiil. Mereka didasarkan atas konsep-konsep islam sendiri tentang
kebahagian manusia (falah) dan kehidupan yang baik yang sangat
menekankan aspek persaudaraan, keadilan sosioekonomi, dan pemenuhan
21
kebutuhan-kebutuhan spiritual manusia. (Umer, C. M. (2002). Islam dan
tantangan ekonomi. Depok: Gema Insane Press)
Menurut Abdul Wahab al-Khallaf, pengehetahuan maqashid al-syariah
sangat penting untuk memahami redaksi al-qur’an dan sunnah rasul,
meneyelesaikan dalil yang bertentangan, dan menetapkan dalil yang tidak
rampung dalam al-qur’an dan hasil dalam kajian kebahasaan. Metode istinbat
(usaha membuat keputusan hukum syarak), seperti qiyas (menyamakan suatu
hukum terhadap perkara yang baru yang belum ada sebelumnya), istihsan
(kecenderungan pada sesuatu karena dianggap lebih baik), dan maslahah al-
mursalah (untuk kemaslahatan) adalah metode pengembangan hukum islam
berdasarkan maqashid al-syariah. ( Ikatan Bankir Indonesia, 2014).
Maqashid al-Syariah terdiri dari dua kata yaitu maqashid dan al-
Syari’ah yang berhubungan dengan yang satu dan lainnya dalam bentuk
mudhaf dan mudhafan ilaih. Kata maqashid adalah jamak dari kata maqashad
yang artinya adalah maksud dan tujuan. Kata syariah yang sejatinya berarti
hukum allah baik yang ditetapkan sendiri oleh allah, maupun ditetapkan oleh
Nabi sebagai penjelas atas hukum yang ditetapkan allah oleh dihasilkan oleh
mujtahid berdasarkan apa yang ditetapkan oleh allah. Dengan demikian, kata
maqashid al-Syari’ah berarti apa yang dituju allah dalam menetapkan hukum
atau apa yang ingin dicapai oleh allah dalam menetapkan suatu hukum (Amir,
2008).
Secara etimologi maqasid al-syari’ah terdiri dari dua kata, yakni
maqasid dan syari’ah. Maqasid adalah bentuk jamak dari maqsud yang berarti
kesengajaan, atau tujuan. Adapun syari’ah artinya jalan menuju air, atau bias
dikatakan dengan jalan menuju kearah sumber kehidupan.
22
Adapun secara terminologi, beberapa pengertian tentang maqasid al-
syari’ah yang di kemukakan oleh ulama terdahulu antara lain :
1. Al-Imam al-Ghazali
فرعايةالمقاصدءبارةحاوية للابقاء ودفع القواطع والتحصيل على سبيل اللا بتداء
“penjagaan terhadap maksud dan tujuan syari’ah adalah upaya mendasar
untuk bertahan hidup, menahan factor-faktor kerusakan dan mendorong
terjadinya kesejahteraan”.
2. Al- Imam al-Syathibi
أحدحماييرجع ا لي قصد الشا رع، والأ خريرجع ا لي قصدالمكلف : المقاصدقسمان
“Al-Maqasid terbagi menjadi dua yang pertama, yang berkaitan dengan
maksud Tuhan selaku pembuat syari’ah dan kedua,berkaitan dengan
maksud mukallaf”.
Kembali kepada maksud syari’(Allah) adalah kemaslahatan untuk
hamba-Nya di dalam dua tempat ; dunia dan akhirat. Dan kembali kepada
mkasud mukallaf (manusia) adalah ketika hambanya dianjurkanuntuk
hidup didalam kemaslahatan di dunia dan akhirat.
3. ‘Alal al-Fasi
الغاية منها وا لا سرارالتي الشارع عندكل حكمم من أحكا مها
“Maqasid al-syari’ah merupakan tujuan pokok syari’ah dan rahasia dari
setiap hukum yang ditetapkan oleh Tuhan”.
4. Ahmad Al-Rasyuni
. الغايات التي وضغت الشريعة لأ جل تحقيقها، لمصلحة لعباد
23
“Maqasid al-syari’ah merupakan tujuan tujuan yang telah ditetapkan oleh
syari’ah
Dari beberapa pengertian diatas, bisa disimpulkan bahwa maqasid al-
syari’ah adalah maksud Allah selaku pembuat hukum syari’ah adalah
untuk kemaslahatan manusia di dunia dan diakhirat. ( Fauziah, dkk 2015)
Al-mashlahah secara etimologi berarti sesuatu yang baik, dirasakan
lezat, oleh karenanya menimbulkan kesenangan dan kepuasan serta diterima
oleh akal yang sehat. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan mashlahat
itu dengan sesuatu yang mendatangkan kebaikan. (Harahap,dkk 2007)
Untuk mewujudkan kemaslahatan para ulama menggolongkan
maslahat menjadi 3 tingkatan yaitu:
1. Maslahah Dharuriyah
Maslahah Dharuriyah adalah segala aspek yang bersifat
esensial bagi kehidupan manusia, dan karena itu wajib ada sebagai
syarat mutlak terwujudnya kehidupan dan kemaslahatan manusia,baik
ukhrawi maupun dunia. Kategori maslahah Dharuriyah dibagi menjadi
lima, yaitu :
a. Memelihara Agama
b. Memelihara jiwa
c. Memelihara akal
d. Memelihara keturunan
e. Menjaga harta
2. Maqashid Hajjiyah
24
Maslahah Hajiyyah adalah segala sesuatu yang menjadi kebutuhan
primer (pokok) manusia dalam hidupnya, agar hidupnya bahagia dan
sejahtera di dunia dan di akhirat serta terhindar dari kemelaratan, jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi maka kehidupan manusia mengalami
kesulitan meskipun kehidupan mereka tidak sampai punah.
3. Maslahah Tahsiniyah
Maslahah Tahsiniyah adalah sesuatu hidup yang sifatnya
komplementer (pelengkap) dan lebih menyempurnakan kesejahteraan
manusia. Jika kemaslahatan ini tidak terpenuhi maka hidup manusia
kurang indah dan kurang nikmat, kehidupan tidak sampai
menimbulkan kemudharatan dan kebinasaan hidup. ( Ahmad, 2012).
Dari sekian banyak pendapat pakar menganai maqashid syariah,
sebagaimana penelitian sebelumnya oleh Omar dan Dzuljastri (2008),
maka penelitian menilai bahwa pandangan Ibn Ashur mengenai tujuan
syariah yaitu menciptakan kesejahteraan dan menghindari keburukan
identik dengan pendapat Abu Zahrah lebih jelas untuk diturunkan menjadi
beberapa pengukuran. Sebagiamana Abu Zahrah mengelompokkan tujuan-
tujuan syariah, yang meliputi:
1. Tahdhib al-fard (mendidik individu)
2. Iqomah al-Adl (menciptakan keadilan)
3. Jalb al-Maslahah (mencapai kesejahteraan)
Tujuan utama ajaran Islam adalah rahmat bagi seluruh umat
manusia. Ini merupakan tujuan pokok dimana rasulullah SAW diutus ke
dunia ini (Chapra, 2011). Salah satu cara penting untuk merealisasikan
25
tujuan tersebut adalalah dengan mendorong kesejahteraan (falah) bagi
seuruh umat manusia tanpa memandang ras, umur, jenis kelamin, da
bangsa. Falah yang berarti kemenangan, kesejahteraan yang berdimensi
duniawi dan ukhrawi tersebut harus dijadikan ssebagai tujuan dari segala
aktifitas hidup manusia baik dalam urusan ekonomi, politik, pendidikan,
social budaya dan aktifitas lainnya yang dilakukan dengan tuntutan
syariah.
a. Sejarah Maqashid Syariah
Seperti halnya tabiat perkembangan ilmu-ilmu lain yang melewati
beberapa fase mulai dari pembentukan hingga mencapai kematangannya, ilmu
maqashid syariah pun tidak lepas dari proses ini. Maqashid syariah tidak lahir
secara tiba-tiba di dunia dan menjadi sebuah ilmu seperti saat ini, tetapi ia juga
melewati fase-fase seperti diatas. Untuk lebih memudahkan dalam melihat
fase perkembangan ini, maka akan dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pra
kodifikasi dan fase kodifikasi.
Pase pra kodifikasi maqashid syariah sebenarnya sudah ada sejak nash
al-Qur’an diturunkan dan hadist disabdakan oleh Nabi. Karena mqashid
syariah pada dasarnya tidak pernah meninggalkan nash, tapi ia selalu
menyertainya. Seperti tercermin dalam ayat “wa ma arsalnaka illa rahmatan lil
‘alamin”, bahwa Allah menurunkan syariat-Nya tidak lain adalah untuk
kemaslahatan mahluk-Nya.
Oleh karena itu, setelah Nabi wafat dan wahyu terputus, sementara
persoalan hidup terus berkembang, maka para sahabat mencoba mencari
sandarannya pada ayat-ayat al-Qur’an maupun hadist, dan jika mereka tidak
26
menemukan nash maka mereka akan berijtihad mencari hikmah-hikmah
dibalik ayat maupun hadist yang menerangkan suatu hukum.
Diantara peristiwa-peristiwa baru yang muncul ketika masa sahabat
dan tidak terjadi masa masa Nabi ketika masih hidup antara lain, diriwayatkan
bahwa Umar mendengar Hudzaifah telah menikah dengan seorang perempuan
yahudi, kemudian Umar meminta Hudzaifah untuk menceraikannya. Karena
Hudzaifah menghetahui bahwa pernikahan dengan ahli kitab diperbolehkan,
maka ia pun bertanya kepada sahabat Umar haramkah hiya? (apakah
perempuan itu haram bagi saya?) Umar kemudian menjawab: tidak. Tapi saya
khawatir ketika hal ini bisa menjadi fitnah bagi perempuan-perempuan
muslimah, serta menyebabkan munculnya perzinahan.
Contoh lainnya, kesepakatan para sahabat untuk melarang Abu Bakar
bekerja dan berdagang untuk mencari nafkah bagi keluarganya ketika ia
menjabat sebagai khalifah, dan mencukupi kebutuhan hidupnya serta
keluarganya dari uang Negara, demi kemaslahatan rakyat sehingga ia tidak
sibuk memikirkan urusannya sendiri dan menelantarkan kepentingan
rakyatnya.
Fase kodifikasi, menurut Ar-Raisuni, barangkali orang yang paling
awal mengggunakan kata maqashid dalam judul karangannya adalah Al-
Hakim At-Tirmidzi, yakni dalam bukunya As-Shalatu wa Maqasiduna. Tapi
jika ditelusuri karangan-karangan yang sudah memuat tentang maqasid
syariah, maka akan ditemukan jauh sebelum At-Tirmidzi. Karena Imam Malik
dalam Muwatha sudah menuliskan riwayat yang menunjukan pada kasus
penggunaan maqasid pada masa sahabat. Kemudian setelah itu diikuti oleh
27
Imam Syafi’I dalam karyanya yang terkenal yaitu Ar-Risalah, dimana ia telah
menyinggung tentang tema-tema ilmu maqasid syariah.
Setelah imam syafi’I baru muncul Al-Hakim At-Tirmidzi, disusul Abu
Bakar Muhammad Al-Qaffal al kabir dalam kitabnya Mahasinu AS-syariah
yang membahas tentang hikmah hukum agar lebih mudah dipahami dan
diterima oleh manusia. Setelah itu datang Imam Haramain dalam kitabnya Al-
Burhan , kemudian datang Al-Ghazali yang membahas tentang beberapa
metode untuk menghetahui maqashid.
Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa dalam ilmu maqasid syariah
As-Syatibi melanjutkan apa yang telah dibahas oleh ulama-ulama sebelumnya.
Namun apa yang dilakukan oleh As-Syatibi bisa menarik perhatian banyak
pihak karena ia mengumpulkan persoalan-persoalan yang tercecer dan dibahas
sepotong-sepotong oleh orang-orang sebelumnya. Hal ini yang menjadi
kontribusi signifikan As-Syatibi dalam ilmu maqashid syariah. Lebih jauh,
hingga Ibnu ‘Asyur pada akhirnya mempromosikan maqashid syariah ini
sebagai sebuah disiplin ilmu. Dengan indikator utama dijadikannya sebagai
rujukan dan dalil pokok dalam menjawab sebagian besar persoalan
kontempoer, terutama tentang hubungan islam dengan modernitas, sosial,
politik dan ekonomi global, serta persoalan membangun etika global dalam
upaya merealisasikan perdamaian dunia. (Rizki, 2017)
b.Tujuan Maqashid Syariah
Menurut Abu Zahra ada tiga sasaran atau tujuan hukum islam yaitu
sebagai berikut:
1. Tahdhib al-Fard (mendidik individu)
28
Mendidik individu bisa menjadi sumber kebaikan untuk
perkumpulan dan tidak menjadi buruk asyarakat. Mendidik individu
merupakan sebuah ibadah yang disyariatkan oleh agama islam. Hal ini
dimaksud untuk membersihkan jiwa serta memperkokoh
kesetiakawanan sosial. Ibadah ini dapat membersihkan jiwa dari
kotoran-kotoran (penyakit) dengki yang melekat di hati manusia.
Dengan demikian akan tercipta suasana saling mengasihi, bukan saling
berbuat dzalim dan keji diantara sesama muslim. Yang berkaitan
dengan hal tersebut Allah berfirman :
من الكتاب و أ قم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشا ء و اتل ما احى إ ليك
( ٥٤)المنكر ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون
“ Bacalah apa yang telh diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab
(Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu menjegah
dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Al’Ankabut:45)
2. Iqamah al-Adl (menciptakan Keadilan)
Menegakkan keadilan dalam masyarakat, adil baik menyangkut
urusan diantara sesama kaum muslimin maupun dalam hubungan dengan
pihak lain (non muslim), berkaitan dengan hala tersebut, Allah berfirman :
شهدآء بالقسط ولا يجر منكم شنا ن قوم علا تعدلوا يا يها الذين امنوا كونو ا قوامين لل
( ٨)اعدلو هو اقرب لتقوى واتق الله ان الله خبير بما تعملون
29
“ Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap sesuatu kaum untk
berlaku tidak adil. Berlaku adilah,karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertawakalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
menghetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Maidah: 8)
3. Jalb al-Maslahah (mencapai kesejahteraan).
Tujuan puncak yang hendak dicapai oleh hukum islam adalah
maslahat. Menurut Abu Zahra, tidak sekali-kali sesuatu perkara
diisyaratkan oleh islam melalui Al-Qur’an maupun sunah melainkan
terkandung maslahat yang hakiki, walaupun maslahat itu tersamar
pada sebagian orang yang tertutup oleh hawa nafsunya. Sedangkan
maslahat yang dikhendaki oleh hukum bukanlah maslahat yang seiring
dengan keinginan hawa nafsu. Akan tetapi maslahat yang hakiki yang
menyangkut kepentingan umum,bukanlah kepentingan individu atau
kelompok tertentu (khususnya).
Dalam rangka memperbaiki kekurangan teori maqasid klasik
terkait jangkauan orang yang diliputi (yaitu individual), maka ide
maqasid, oleh cendekiawan muslim modern atau kontemporer,
diperluas hingga mencakup jangkauan manusia yang lebih luas, yaitu
masyarakat, bangsa bahkan umat manusia. Pada akhirnya, para
cendekiawan moden memperkenalkan teori maqasid umum baru yang
secara langsung digali dari literature fikih dalam mahzab-mahzab fikih.
Berikut ini beberapa nama cendekiawan yang menggali maqasid umum
yang baru ;
30
1. Rasyid Rida (w 1354/1935M) menelaah al-Qur’an untuk
mengidentifikasi maqasid, yang mencakup “reformasi” rukun
iman,penyebaran kesadaran bahwa islam adalah agama fitra,
akal budi, pengehetahuan, kebijaksanaan, berfikir logis,
kebebasan, kemerdekaan, reformasi sosial, politik dan
ekonomi, dan hak-hak wanita.
2. Al-Tahir ibn ‘Asyur (w. 1325H/1907M) mengusulkan bahwa
maqasid umum hukum islam adalah memelihara ‘keteraturan’,
kesetaraan,kebebaasan, kemudahan dan fitrah.
3. Muhammad al-Gazali (w. 1416H/1996M) menggabungkan
pengambilan pelajaran dari sejarah islam empat belas abad
yang lalu, dimana keadilan menjadi sebab utama kejayaan
peradaban islam, dan ketidakadilan menjadi sebab utama
kemundurannya, sehingga dia memasukan ‘keadilan dan
kebebasan ‘ dalam maqasid pada tingkatan daruriyat.
4. Yusuf al-Qaradawi juga mengkaji al-Qur’an dan
menyimpulkan maqasid yang umum berikut: melestarikan
keyakinan yang benar, menjaa harkat dan hak-hak asasi
manusia, meyeru manusia untuk beribadah kepada Allah swt,
mensucikan jiwa, memperbaiki nilai moral, membangun
keluarga yang harmonis, memperlakukan kaum wanita dengan
adil, membangun bangsa muslim yang kuat dan menyeru
kepada dunia yang kooperatif.
31
5. Taha al-Alwani menelaah al-Qur’an untuk mengidentifikasi
maqasid tertinggi dan terbesar, yang menurutnya adalah
mengesahkan Allah atau tauhid , mengembangkan diri secara
suci dan mengembangkan peradaban di bumi.
Seluruh maqasid yang dikemukakan diatas adalah sebagaimana
yang terdapat dalam pikiran dan konsepsi para fakih diatas. Tidak ada
satupun klasifikasi maupun struktur-struktur maqasid, baik klasik
mauoun kontemporer, yang mengklaim kebenarannya (Jaser, 2013).
3. Maqashid Syari’ah dalam perbankan dan keuangan syari’ah
Menurut (Mingka, 2003), Maqasid syari’ah adalah jantung dalam ilmu
ushul fiqh, karena itu maqasid syari’ah menduduki posisi yang sangat
penting dalam merumuskan ekonomi syari’ah. Maqasid syari’ah tidak
saya diperlukan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi makro
(moneter, fiscal, public Finance),tetapi juga untuk menciptakan produk-
produk perbankan dan keuangan syariah serta teori-teori ekonomi mikro
lainnya. Maqasid syari’ah juga sangat diperlukan dalam membuat
regulasi perbankan dan lembaga keuangan syariah. Tanpa maqasid
syari’ah, maka semua regulasi,fatwa produk keuangan dan perbankan,
kebijakan fiscal dan moneter, akan kehilangan subtansi syariahnya. Tanpa
maqasid syari’ah, fiqh muamalah yang dikembangkan dan regulasi
perbankan dan keuangan yang hendak dirumuskan akan kaku dan statis,
akibatnya lembaga perbankan dan keuangan syariah akan sulit dan lambat
berkembang. Tanpa pemahan ushul fiqh dan maqasid syari’ah, maka
pengawas dari regulator gampang menyalahkan yang benar ketika
32
mengaudit bank-bank syari’ah. Tanpa maqasid syari’ah, maka regulator
(pengawas) akan gampang menolak produk inovatif yang sudah sesuai
dengan syariah. Tanpa pemahaman maqasid syari’ah regulasi dan
ketentuan PSAK syariah akan rancu, kaku dan mengalami kesalahan fatal.
Jiwa maqasid syari’ah akan mewujudkan fiqh muamalat yang elastis,
fleksibel, lincah dan senatiasa bisa sesuai dengan perkembangan zaman.
Penerapan maqasid syari’ah akan membuat bank syariah dan LKS akan
semakin berkembang dan kreatif menciptakan produk-produk baru,
sehingga tidak kalah dengan produk-produk bank kovensional (Edi,
(2018).
4. Konsep Sharia Maqashid Index
Sharia Maqashid Index (SMI) adalah pendekatan yang digunakan
untuk mengukur kinerja keuangan perbankan syariah agar sesuai dengan
tujuannya. Konsep ini dikembangkan oleh Mustafa Omar Mohammed,
Dzuljastri Abdul Razak dan Fauziah Md Taib. Dalam penelitian mereka
yang berjudul : The Performance Measures of Islamic Banking Based on
the Maqashid Framework telah dirumuskan evaluasi kinerja untuk
perbankan syariah yang mengacu pada konsep maqashid syari’ah.
Pengembangan sharia mqasid index didasari oleh ketidaksesuaian
penggunaan indikator kinerja konvensional di perbankan syariah.
Ketidaksesuaian tersebut disebabkan oleh berbedanya tujuan antara
indicator konvensional yang menitikberatkan hanya pada pengukuran
keuangan sedangkan tujuan perbankan syariah multidimensional.
(Mohammed,dkk 2015)
33
Variable yang digunakan mengacu kepada teori maqashid syariah oleh Abu
Zahrah sebagiamana dikutip oleh mohammed dan taib yang mencakup Tahdzib
Al-Fard (mendidik individu), Iqamah Al-Adl (menegakkan keadilan) dan Jalb Al-
Maslahah (memelihara kemaslahatan). Melalui konsep sekaran, ketiga tujuan
tersebut diterjemahkan ke dalam dimensi lalu diklasifikasikan menjadi beberapa
elemen (Sudrajat,dkk 2009).
Ketiga maqashid tersebut dapat ditransformasikan ke dalam 9 dimensi dan 10
elemen. Kesepuluh elemen kemudian ditransformasikan ke dalam rasio kinerja.
Mendidik individu adalah maqashid pertama yang berarti pengembangan
pengetahuan dan keahlian individu sehingga nilai-nilai spiritual meningkat.
Perbankan syariah harus merancang program pendidikan dan pelatihan dengan
nilai-nilai moral supaya mereka bisa meningkatkan pengetahuan dan keadilan
pengawai-pegawainya. Bank juga harus menyediakan informasi kepada
stakeholder bahwa produk-produk yang ditawarkan telah sesuai dengan prinsip
syariah. Rasio dalam maqashid pertama adalah bantuan pendidikan, riset,
pelatihan, dan publikasi (promosi). Maqashid kedua adalah keadilan, perbankan
syariah harus memastikan kejujuran dan keadilan dalam setiap transaksi dan
aktivitas bisnis yang tercakup. Selain itu seluruh kontrak juga harus bebas dari
unsur ketidakadilan seperti maysir, gharar dan riba. Maqashid yang ketiga disebut
maslahah, dalam hal ini bank harus mengembangkan proyek investasi dan
pelayanan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
E. Pengukuran Kinerja Bank Syariah
Konsep maqashid syariah indeks tidak melibatkan alat analisis ratio keuangan
konvensional yang sekarang masih dipraktekan di perbankan syariah padahal alat
34
ukur tersebut memiliki peran yang cukup penting untuk menilai kesehatan perusahaan
demi keberlangsungan perusahaan jangka panjang. Perbankan syariah tidak cukup
hanya dengan melakukan analisa kesyariahan secara kualitatif dengan mendasarkan
pada fatwa MUI karena dalam laporan keuangan tersaji data-data yang dapat diolah
untuk mengukur kinerja syariah perbankan syariah dalam mewujudkan tujuan
dasarnya. Perbankan syariah juga tidak cukup hanya melakukan penilaian kinerja
yang berdasarkan pada perhitungan matematis ratio keuangan yang data tersaji dalam
bentuk angka di neraca dengan menggunakan alat analisa konvensional. Dibutuhkan
juga alat analisis syariah yang dapat dihitung dalam bentuk angka dan datanya terjadi
di neraca. (Solihin,dkk 2019: 164)
Metode pengukuran maqashid syariah yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah model pengukuran maqashid syariah yang dibuat dan digunakan oleh
Mustafa omar dan Zulastri Abdul rozak. Maqashid syariah index adalah model
pengukuran kinerja perbankan syariah yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik
perbankan syariah. MSI dikembangkan dengan tiga faktor utama, yaitu: pendidikan,
penciptaan keadilan, dan pencapaian kesejahteraan, dimana ketiga factor tersebut
bersifat universal. Ketiga ukuran kinerja berdasarkan maqasid syariah, yaitu
pendidikan, keadilan dan kesejahteraan mensyaratkan perbankan nasional untuk
mampu merancang program pendidikan dan pelatihan dengan nilai nilai moral
sehingga mereka akan mampu meningkatkan kemampuan dan keahlian para
karyawan. Keadilan berarti bahwa bank syariah harus memastikan kejujuran dan
keadilan dalam semua transaksi dan kegiatan usaha yang tercakup dalam produk,
seluruh aktifitas free interest. Terakhir perbankan syariah harus mengembangkan
35
proyek-proyek investasi dan pelayanan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Jika selama ini pengukuran kinerja perbankan di Indonesia hanya focus pada
perhitungan ratio keuangan, maka ukuran tersebut memiliki beberapa kelemahan.
Pertama, dengan menjadikan ratio keuangan sebagai penentu utama dari kinerja suatu
perusahaan membuat manajer bertindak secara jangka pendek dan mengabaikan
rencana jangka panjang. Kedua, mengabaikan aspek pengukuran non keuangan dan
asset tetap, akan memberikan pandangan yang keliru terhadap manajer perusahaan
pada saat ini bahkan juga di masa depan. Ketiga, kinerja keuangan hanya didasarkan
pada kinerja masa lalu sehingga tidak mampu membawa perusahaan untuk mencapai
kemajuan.
Penelitian Omar dan Dzuljastri (2015) serta penelitian lain terkait maqasid
syariah indeks (MSI) menunjukan bahwa pendekatan maqasid syariah dapat menjadi
pendekatan alternative strategis yang dapat menggamarkan seberapa baik kinerja
perbankan nasional sehingga dapat diimplemetasikan dalam bentuk strategi keijakan
yang komprehensif.
a. Metode sekaran
Metode operasional sekaran dapat digunakan untuk mengukur
sebuah konsep dengan membuat dimensi pengukuran dan elemen-
elemen yang akan dapat mengukur dari konsep tersebut.
b. Model Pengukuran Kinerja Maqasid Syariah
Menurut Omar (2008 dan 2010) terdapat metode operasional yang
dibuat oleh sekaran. Model tersebut bisa disusun dengan konsep
maqasid syariah yang telah dijelaskan oleh Abu Zahra.
36
Ada tiga tahapan yang yang akan dilakukan untuk mengukur kinerja
maqasid syariah, yaitu :
1. Menilai setiap ratio kinerja Maqasid syariah yang terdiri dari 10
ratio kinerja yaitu :
a. Beban Pendidikan/Total Beban(R1)
b. Beban Penelitian/Total Beban(R2)
c. Beban Pelatihan/Total Beban(R3)
d. Beban Promosi/Total Beban
e. Bagi Hasil Belum Dibagi/Pendapatan Investasi Bersih(R5)
f. Pembiayaan Mudharabah & Musyarakah /Total Pembiayaan (R6)
g. Pendapatan Bebas Bunga/Total Pendapatan(R7)
h. Laba Bersih/Total Aset(R8)
i. Zakat yang Dibayarkan /Aset Bersih(R9)
j. Investasi Sektor Riil/Total Investasi(R10)
2. Menentukan peringkat dari bank syariah berdasarkan peringkat
Indikator Kinerja (IK) Proses menentukan peringkat dari setiap bank
syariah dilakukan melalui indikator kinerja (IK) setiap bank syariah.
Proses tersebut menggunakan Simple Adictive Weighting Method
(SAW) dengan cara pembobotan, agregat dan proses menentukan
peringkat (Weighting, Agregating and Rangking Proceses)
(Mohammed,dkk 2008).
3. Menentukan Indeks Maqasid syariah (MSI) Sharia Maqasid Indeks
(SMI) setiap bank syariah indeks maqasid syariah (SMI) untuk
37
setiap bank syariah merupakan total semua kinerja indikator dari 3
tujuan maqasid syariah.
Dalam penelitian ini terdapat teori penghubung yang membahas mengenai
penilaian kinerja dengan maqashid syariah. Teori tersebut yaitu :
1. Menurut Cakhyaneu, A. (2018). Penelitian yang telah dilakukan oleh Mohammed,
M. D. (2009), Shaukat (2008), dan Hammed (2004), menunjukan bahwa praktek
pengukuran kinerja dengan pendekatan Syariah Maqashid Indeks (SMI)
merupakan solusi atas permasalahan yang ada mengenai pengukuran kinerja
perbankan syariah. pengukuran ini menggunakan indikator-indikator syariah
sebgaai alat ukurnya yang berbeda dengan alat ukur kinerja pada bank
konvensional.
2. Menurut Sudrajat, A. & Sodiq, A. (2016). Sehubungan dengan telah dilakukan
penelitian yang dilakukan oleh Mohammed, O. M. & Razak & Dzulastri, A. &
Taib, M. F. & Fauziah (2008). Mengembangkan model pengukuran kinerja bank
syariah berdasarkan maqashid syariah yang diadaptasi dari rumusan maqashid
syariah milik Abu Zahra (1997) dengan mengklasifikasikan konsep maqashid
syariah menjadi 1) Mendidik Individu,2) Menegakkan keadilan, 3) memelihara
kemaslahatan. Selanjutnya Mohammed, dkk menggunakan metode sekaran untuk
membreak down konsep maqashid syariah menjadi indikator-indikator yang
memiliki elemen-elemen yang kemudian diproksikan dengan ratio keuangan
kinerja bank syariah sehingga menghasilkan maqashid syariah index yang dicapai
oleh bank syariah.
38
3. Menurut Wira, A. & Handra, H. & Syukria, A. (2018). Dengan karakter unik yang
dimiliki bank syariah, tentunya pengukuran kinerja perbankan syariah harus
berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah yang beroperasi dengan batasan-
batasan syariah memiliki tanggung jawab yang lebih spesifik dalam melaksanakan
perannya sebagai lembaga financial intermediary. Selama ini pengukuran kinerja
perbankan syariah hanya dibatasi pengukuran dari segi economic performance atau
dari segi keuangan berdasarkan ratio-ratio keuangan (Hamid,2006). Karakter yang
unik yang dimiliki bank syariah memungkinkan pengukuran kinerja perbankan
syariah dari sisi lain yang khusus bagi bank syariah. misalnya pengukuran dari segi
tujuan syariah (Maqashid Syariah). (Omar,2008:10)
Berdasarkan teori penghubung diatas, maka dapat dikatakan bahwa penilaian
kinerja perbankan syariah dapat diukur dengan menggunakan nilai maqashid
syariah. Maqashid syariah yang dimaksud yaitu maqashid dengan tiga tujuan yaitu
mendidik individu, menciptakan keadilan dan memelihara kemaslahatan.
39
Beberapa kerangka teori menurut para peneliti terdahulu:
A. Penelitian Terdahulu
NO Judul Penelitian
Tahun Subtansi Pembeda
1 Jurnal
Ekonomi&Perbankan
syariah
Afrinaldi/Analisa
Kinerja Perbankan
Syariah Indonesia di
tinjau dari Maqasid
Syariah: pendekatan
sharia maqasid index
(SMI) dan
Profitabilitas bank
syariah. (2013)
2013 Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa kinerja
perbankan syariah di
Indonesai di lihat dari
aspek maqasid syariah
dengan menggunakan
pendekatan Sharia Maqasid
Index dan profitabilitass
bank syariah.
Hasil dalam aspek
profitabilitas penelitian ini
menempatkan BSM
diurutan pertama berturut-
turut diikuti oleh BMS,
BMI, BSB dan BRIS.
Sedangkan dari aspek
maqasid syariah penelitian
ini menempatkan BMI
Sampel yang
digunakan oleh
penelitian ini
sebanyak 5 bank
syariah. Periode
tahun penelitian
tahun 2009-
2011. Penelitian
ini untuk
membandingkan
kinerja
keuangan
dengan maqasid
syariah.
40
diurutan pertama dan
berturut - turut diikuti oleh
BSM, BRIS, BMS dan
BSB.
2 Jurnal Kajian
Ekonomi Islam,
Ahmad, W.
Pengukuran Kinerja
Perbankan Syariah
dengan
Menggunkana
Pendekatan Indeks
Maqashid Syariah.
(2018)
2018 Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kinerja
keuangan perbankan
syariah di Indonesia
menggunakan metode
maqasid syariah indeks
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa bank
syariah memiliki kinerja
sebesar 11,52.
Sampel yang
digunakan Unit
Bisnis Syariah
Bank Nagari
3 Jurnal
Ekonomi&Keuangan
Syariah
Aneu Cakhyaneu
Pengukuran Kinerja
Bank Umum Syariah
di Indonesia
Berdasarkan Sharia
Maqashid Index
2018 Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kinerja
bank umum syariah
berdasarkan sharia
Maqashid Index (SMI).
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa lima
bank yang memiliki sharia
maqashid index tertinggi
Sampel yang
digunakan
penelitian ini
adalah 12 BUS
di Indonesia
tahun 2011-
2016.
41
(SMI). berturut-turut di pati oleh
Bank Syariah Mandiri,
Panin Bank Syariah, Bank
Mega Syariah, BNI Syariah
dan Bank Muamalat
Indonesia.
4 Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia,
Mutia, E. & dan
Musfira, N.
Pendekatan
Maqashid Sharia
Index Sebagai
Pengukuran Kinerja
Perbankan Syariah di
Asia Tenggara.
2017 Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kinerja
dari perbankan syariah
biasanya hanya dilihat dari
pengukuran kinerja
keuangannya saja. Pada
penelitian ini kinerja
perbankan syariah akan
diukur dari segi tujuan
syariahnya dengan
menggunkan konsep
Maqasid syariah index
yang dikemukakan oleh
Abdul Majid Najjar dimana
menyediakan sebuah kinsep
maqasid syariah yang lebih
luas dan efektif dengan
Sampel yang
digunakan
penelitian di
Negara Asia
Tenggara
(Indonesia,
Malaysia,
brunei
Darusalam dan
Filipina).
Sebanyak 25
bank syariah
yang ada di
Negara tersebut
pada tahun
2017.
42
membaginya dalam empat
objektif dan delaman
elemen.
Hasil dari penelitian ini
adalah bank syariah di
Negara Indonesia memiliki
kinerja terbaik dengan nilai
maqasid syariah index
sebesar 46,22%, diikuti
dengan Negara Negara di
Asia Tenggara lainnya
yaitu Malaysia sebesar
43,15%, Brunei Darusalam
sebesar 37,54%, Thailand
sebesar 17,51% dan
Filipina sebesar 1,12%.
Nilai untuk setiap elemen
serta skor keseluruhan
untuk masing masing bank
syariah Negara Indonesia
mendapat nilai tertinggi
untuk kelima elemen diikuti
oleh Negara Malaysia yang
43
menduduki posisi kedua
sedangkan Negara Brunei
Darusalam menduduki
posisi ketiga.
5 Tesis IAIN
Surakarta, Sukoco,
B & Triono, C.D.
Kinerja Bank Umum
Syariah
Menggunakan
pendekatan
Maqashid Syaria’ah
Index (MSI) di
Indonesia tahun
2013-2015
2017 Penelitian ini bertujuan
untuk mengukur kinerja
bank yariah di Indonesia
serta merangking kesebelas
bank umum syariah.
Hasil penelitian ini adalah
kinerja Bank Umum
Syariah di Indonesia dilihat
dari kinerja MSI yaitu
mendidik individu,
menegakkan keadilan, dan
memelihara kemaslahatan
peringkat tertinggi
pencapaian tujuan syariah
adalah Bank BCA Syaraiah
sebesar 2,44788, peringkat
kedua yaitu Bank
Muamalat Indonesia
sebesar 2,40162, peringkat
44
ketiga yaitu Bnak Bukopin
Syariah sebesar 2,38186
sedangkan nilai terendah
yaitu Bank Victoria Syariah
sebesar 1,73089.
6
Jurnal, Pengukuran
Mail Hilian Batin
Kinerja Keuangan
Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah
Melalui Pendekatan
Maqashid Syariah
Index (MSI) dan
Profitabilitas.
2017 Penelitian ini bertujuan
Penelitian ini bertujuan
mengukur dan merangking
kinerja Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah yang ada di
Indonesia dengan
menggunakan pendekatan
Maqashid Syariah Index.
Hasil penilitian ini adalah
BPRS yang memiliki nilai
MSI tertinggi adalah Bina
Amwalul Hasanah dengan
nilai sebesar 35,54%
sedangkan BPRS dengan
nilai terendah adalah
Wasliyah dengan nilai MSI
sebesar -58,58%.
Populasi yang
digunakan
penelitian ini
adalah BPRS di
Indonesia tahun
2013-2015.
Menggunakan
kinerja
profitabilitas
(CPI).
45
Pengukuran kinerja
profitabilitas BPRS dapat
diukur menggunakan teknik
CPI atau (Comparative
Performance Index). Nilai
rata-rata CPI BPRS di
Indonesia sebesar 6.510.
BPRS yang mendapat nilai
CPI tertinggi adalah
Cilegon Mandiri dengan
nilai CPI sebesar 62,16
sedangkan BPRS dengan
nilai terendah adalah
Daarut Tauhid dengan nilai
CPI -193,08.
7 Jurnal Akuntansi,
Wahid N.N, dkk.
Analisis Kinerja
Bank Syariah dengan
Maqashid Syariah
Indeks (MSI) dan
Profitabilitas.
2018 Penelitian ini bertujuan
untuk membamtu
manajemen bank syariah
agar dapat menghetahui
kinerja sejauh ini. Ukuran
kinerja tidak hanya kinerja
keuangan profitabilitas
yang hanya menganalisis
Sampel
penelitian ini
adalah bank
BMS, BPS,
BMI, BRIS, dan
BCAS pada
tahun 2012-
2016
46
tingkat pengembalian laba,
tapi juga dapat diukur
dengan syariah maqashid
index (MSI)
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa kinerja
keuangan terbaik adalah
bank Mega Syariah. Bank-
bank yang memiliki
maqashid yang baik kinerja
dan kinerja keuangan yang
baik adalah Muamalat, BRI
Syariah, Panin Syariah,
Bank Syariah Bukopin dan
BCA Syariah.
8 Jurnal Economic,
Muhamad Syafi'I
Antonio, dkk An
Analysis of Islamic
Banking
Performance:
Maqashid Index
Implementation in
2012 Penelitian ini bertujuan
untuk mengaplikasikan
pendekatan Maqashid
Index untuk mengukur
kinerja industri perbankan
Syariah. Selain itu
penelitian ini ingin
membuktikan bahwa
Sampel
penelitian ini
adalah Bank
BSM, IIABJ
dan JIB. Periode
penelitian tahun
2008-2010.
Penelitian ini
47
Indonesia and
Jordania.
kinerja Maqashid Syariah
perbankan syariah di
indonesia lebih baik
dibandingkan dengan
perbankan syariah di
Yordania.
Hasil penelitian ini yaitu
BMI diposisi pertama
kemudian diikuti oleh Bank
Syariah Mandiri (BSM),
Islamic International Arab
Bank Jordan (IIABJ) dan
Jordan Islamic Bank (JIB).
untuk
membandingkan
Bank Syariah
Indonesia
dengan Bank
Yordania.
9
Research Paper.
Rahman, K. F &
Tareq, A. M. &
Yunanda, A. R. &
Mahdzir, A.
Maqashid Al-
Shari’ah based
Performance
Measurement for the
halal industry.
2017 Hasil penelitian ini,
berdasarkan wawancara
dapat disimpulkan bahwa
pengembangan Maqashid
A- Shari’ah pengukuran
kinerja belum dilakukan
secara komprehensif
dibidang non financial
industry. Tidak adanya
standar pada pedoman
Sampel
penelitian ini
adalah
Wawancara
dengan para ahli
Maqashid Al-
Shari’ah dan
pasar modal
islam. Periode
tahun 2010-
48
berbasis maqashid Al-
shari’ah untuk operasi
bisnis adalah masalah
utama dan sekaligus dapat
menjadi peluang dalam
mengembangkan bisnis dan
perdagangan yang halal.
2015
10 Jurnal of Islamic
Monetary Economics
and Finance.
Mohammed, O. M.
& Taib, M. F.
Developing Islamic
Banking
Performance
Measure Based on
Maqashid Al-
Syari’ah
FrameWork: Cases
of 24 selected banks.
2015 Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa ada
ketidaksesuaian antara
tujuan bank syariah dan
tolak ukur konvensional
yang digunakan untuk
mengukur kinerja bank
syariah. Ketidakcocokan ini
juga merupakan alasan
utama untuk penilaian yang
buruk tentang kinerja bank
syariah. Salah satu
implikasi paling penting
studi ini adalah selama
bank syariah beroperasi
berdasarkan aturan dan
Sampel
penelitian ini
adalah 24 bank
syariah (12 IBS
dan 12 CBS).
Menggunakan
metode PMMS
model, Simple
Addictive
Weighting
(SAW) dan
Mann-Whitney
U-Test.
49
regulasi konvensional,
mereka akan dianggap
tertinggal. Ada kebutuhan
bagi pembuat kebijakan,
regulator, akademisi dan
bankir untuk mendorong
perubahan dari aturan dan
peraturan konvensional.
Sebagai gantinya, bank
syariah harus bergerak
menuju maqashid al-
syariah yang
memungkinkan untuk
mengidentifikasi tujuan
bank syariah dan mengukur
kinerja berdasarkan syariah.
50
E. Kerangka Pemikiran
BAB III
Pengukuran Kinerja menggunakan
Shariah Maqashid Indeks (SMI)
(Konsep Abu Zahra)
1. Mendidik
Individu
2. Menegakkan
Keadilan
3. Memelihara
Kemaslahatan
a. Ratio Beban
Pendidikan
b. Ratio Beban
pelatihan
c. Ratio Beban
Penelitian
d. Ratio Beban
Promosi
e. Ratio Bagi
hasil belum
dibagi
f. Ratio Fungsi
distribusi
g. Ratio
Pendapatan
Bebas Bunga
h. Ratio
Profitabilitas
i. Ratio
Pendapatan
personal
j. Ratio Investasi
pada sektor Riil
Simple Addicted
Weighting Method (SAW)
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terfokus pada Mendidik Individu, Menegakkan Keadilan
dan Memelihara Kemaslahatan yang diukur dengan Maqasid Shariah Indeks
pada bank umum syariah (BUS). Periode yang diteliti tahun 2016-2018. Data
yang diambil merupakan data tahunan. Sedangkan jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini bersifat time series.
B. Populasi dan Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun
pengukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif mengenai keseluruhan
objek penelitian (Husaini,dkk 2006). Pengertian lainnya mengenai
populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Jadi, populasi berhubungan
dengan data, bukan factor manusianya. Populasi memilik parameter, yakni
besaran terukur yang menunjukan ciri dari populasi itu. Istilah yang
dikenal dengan besaran rata-rata, bentangan rata-rata, simpangan variansi,
simpangan baku sebagai parameter populasi (Nurul, 2009).
Pada penelitian ini populasi yang dijadikan objek penelitian adalah 11
Bank Umum Syariah di Indonesia periode pengamatan tahun 2016-2018.
2. Sampel
52
Sampel adalah bagian yang diambil dari anggota populasi dan
membatasi berlakunya daerah generalisasi (Husaini,dkk 2006). Sampel
dalam suatu penelitian timbul disebbabkan karena dua hal berikut:
a. peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari
besarnya jumlah populasi sehingga harus meneliti sebagian saja
dari populasi
peneliti bermaksud mengadakan generaslisasi dari hasil-hasil
kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan kesimpulan kepada
objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas (Edi, 2018).
Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Teknik ini digunakan untuk penelitian
yang memiliki target tertentu atau pertimbangan tertentu dalam memilih
sampel secara tidak acak (umumnya sesuai dengan tujuan dan masalah
penelitian). Unsur populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada
unsur-unsur yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan
tersebut ( Ety, dkk (2007).
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini, dijelaskan sebagai
berikut :
a. Bank Umum Syariah yang terdaftar menurut data statistik
perbankan syariah
b. Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia pada tahun
2016-2019 dan terdaftar pada Bank Indonesia (BI).
53
c. Bank Umum Syariah yang menerbitkan Laporan Keuangan
Tahunan (Annual Report) secara lengkap dan
mempublikasikannya pada periode 2016-2019.
Berdasarkan kriteria diatas, maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ada 11 Bank Umum Syariah yaitu:
Tabel 3.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1. Jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia 14
2. Bank Umum Syariah yang tidak memenuhi kriteria 3
3. Sampel terpilih 11
4. Tahun Pengamatan 4
5. Sampel total selama periode pengamatan 44
Sumber : Data sekunder diolah
54
Berdasarka kriteria diatas, maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ada 11 Bank Umum Syariah :
Tabel 3.2 Bank Umum Syariah
1 Bank Central Asia Syariah (BCAS)
2 Maybank Syariah
3 Bank Mega Syariah (BMS)
4 Bank Muamalat Indonesia (BMI)
5 Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
6 Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)
7 Bank Syariah Bukopin (BSB)
8 Bank Syariah Mandiri (BSM)
9 Bank Victoria Syariah (BVS)
10 Bank Aceh Syariah (BAS)
11 Bank Panin Syariah (BPS)
C. Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata
kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan
kegunaan.setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara
umum tujuan penelitian ada 3 macam yaitu bersifat penemuan, pembuktian
dan pengembangan (Sugiono, 2008).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang memiliki arti
metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan
55
sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini
sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit, obyektif, terukur, rasional dan sistematis.
Arti lainnya mengenai penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan analisis data yang berbentuk numerik/angka. Pada dasarnya,
pendekatan ini menggambarkan data melalui angka-angka, seperti
presentase tingkat pengangguran, kemiskinan dan rasio keuangan dan lain
sebagainya. Tujuan penelitian kuantitatif yaitu untuk mengembangkan dan
mengembangkan model matematis, teori dan/ hipotesis ysng berkaitan
dengan fenomena yang diselidiki oleh si peneliti (Hendryadi,dkk 2015).
Penelitian ini menggunakan metode kuntitatif The Simple Additive
Weighting (SAW) atau metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode
SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating setiap tujuan pada
semua atribut. Metode tersebut mengharuskan pembuat keputusan
menentukan bobot tujuan dan ratio yang sesui dengan atributnya.
Atributnya adalah ukuran kinerja yang akan diukur. Skor indikator kinerja
diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian antara rating tujuan dan bobot
atribut yang telah diukur.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data sekunder
Data sekunder adalah informasi tangan kedua yang sudah dikumpulkan
oleh beberapa orang (organisasi) untuk tujuan tertentu dan tersedia untuk
56
berbagai penelitian. (Edi, R. (2016). Statistika Penelitian Analisis Manual dan
IBM SPSS. Jogjakarta: Andi
Pengumpulan data sekunder ini menggunakan beberapa teknik, seperti
dibawah ini:
a. Library Research
Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku-buku,
jurnal-jurnal, dokumen, maupun artikel, dan bahan-bahan yang
berhubungan dengan aspek penelitian sebagai upaya untuk
memperoleh data yang valid.
b. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data panel
dengan skala tahunan yang diambil dari data Statistik Perbankan
Syariah dengan rentan waktu dari tahun 2016 sampai dengan
2018 dilihat dari annual report yang dipublikasikan pada masing-
masing website Bank Umum Syariah, OJK, dan BI.
c. Internet Research
Ilmu pengetahuan seiring dengan berjalannya waktu semakin
berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut,
penulis menggunakan teknologi yang juga berkembang seperti
internet, sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai
dengan perkembangan zaman.
D. Tehnik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel yang terdapat
pada maqashid indeks yang telah diteliti oleh peneliti sebelummnya oleh
57
Syafi Antonio (2012), Mohammed, Dzulastri dan Taib (2015). Berikut
dibawah ini ialah variabel dan definisi penelitian yang diambil untuk
memenuhi penelitian:
58
Tabel 3.3 Definisi dan Operasional Variabel
Konsep Dimensi Elemen Ratio Kinerja Sumber
Educating
Individual
D1.
Advancement of
knowledge
E1. Education Grant
R1. Education Grant
of scholarship/ Total
Expenses
Laporan
Tahunan
E2. Research
R2. Research
Expenses/Total
Expenses
Laporan
Tahunan
D2. Instiling new
Skills in
inprovement
E3. Training
R3. Training
Expenses/Total
Expenses
Laporan
Tahunan
D3. Creating
Awareness of
Islamic banking
E4. Publicity
R4. Publicity
Expenses/ Total
Expanses
Laporan
Tahunan
Establishing
Justice
D4. Fair Returns E5. Fair Returns
R5. Profit
Equalization
Reserves (PER)/Net
of Invesment Income
Laporan
Tahunan
D5. Cheap
Product and
Services
E6. Fungsional
Distribution
R6. Mudharabah and
Musyarakah
Modes/Total
Invesment Modes
Laporan
Tahunan
D6. Elimination
of negative
elements that
breed injustices
E7. Interest free
Product
R7. Interest Free
Income/Total Income
Laporan
Tahunan
Public
Interst
D7. Profitability E8. Profitration R8. Net Income/
Total Assets
Laporan
Tahunan
D8.
Redistribution of
Income &Wealty
E9. Personal Income R9. Zakah Paid/ Net
Assets
Laporan
Tahunan
D9. Investment
in vital real
sector
E10. Investment
ration in real sector
R10. Investment in
real economic
Sector/ Total
Investment
Laporan
Tahunan
Sumber : Mohammed & Taib (2009)
59
Tehnik ini merupakan serangkaian proses yang dilakukan untuk
menganalisis kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia menggunakan
metode The Simple Additive Weighting (SAW). Metode Simple Additive
Weighting merupakan metode yang banyak digunakan dalam pengambilan
keputusan yang memiliki banyak atribut. Metode SAW sering dikenal dengan
metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari
penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua
alternatif (Fishburn, 1967) dan (MacCrimmon, 1968).
Kelebihan dari metode SAW sebagai berikut :
Menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan
dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif terbaik
dari sejumlah alternatif.
Penilaian akan lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dari
bobot preferensi yang sudah ditentukan.
Adanya perhitungan normalisasi matriks sesuai dengan nilai atribut (Setya,2015).
Langkah langkah penyelesaian Simple Additive Weighting sebagai berikut :
A. Menentukan rating kecocokan setiap tujuan masing-masing ratio.
Penelitian ini mengadopsi dari Mohammed dan Taib (2015), dalam
penelitian ini penulis memilih metode yang telah dimodifikasi, penulis
meneliti 10 ratio yang ada ratio yang digunakan sebagai mana disajikan
dalam tabel berikut ini :
60
Tabel 3.4 Bobot Ratio
Tujuan ( konsep)
Bobot
rata- rata
(100%)
Ratio
Bobot
rata-
rata
(%)
1. Mendidik Individu 30
R1. Ratio Bantuan Pendidikan 24
R2. Ratio Beban Penelitian 27
R3. Ratio Beban Pelatihan 26
R4. Ratio Beban Publikasi 23
Total 100
2.Menegakan Keadilan 41
R5. Ratio Pengembalian yang
adil 30
R6. Ratio Produk Bebas Bunga 38
R7. Ratio Ratio Gaji Karyawan 28
Total 100
3. Memelihara
Kemaslahatan
29
R8. Ratio Laba 33
R9. Ratio Pendapatan Individu 30
R10. Ratio Investasi Sektor Riil 37
Total 100
Total 100 Total 100
Sumber : Mohammed & Taib (2009)
B. Menentukan nilai setiap indikator kinerja (IK) dengan melakukan
perkalian antara bobot setiap tujuan dan bobot setiap ratio yang
disesuaikan dengan atributnya. Atribut adalah ukuran kinerja sampel yang
61
akan diukur, dalam penelitian ini terdapat 10 ratio yang dijabarkan
dibawah ini:
a. Bantuan Pendidikan/Total Beban (R1)
b. Beban Penelitian/Total Beban (R2)
c. Beban pelatihan/ Total Beban (R3)
d. Beban Promosi/Total Beban(R4)
e. Pendapatan Bebas Bunga/Total pendapatan (R5)
f. Pembiayaan Mudharabah & Musyarakah/Total Pembiayaan(R6)
g. Gaji Karyawan/Gaji karyawan&eksekutif (R7)
h. Laba Bersih/Total Aset(R8)
i. Zakat yang Dibayarkan /Aset Bersih(R9
j. Investasi Sektor Riil/Total Investasi (R10)
Maka di peroleh lah rumusan indikator kinerja sebagai berikut:
1. Maqasid pertama (Mendidik Individu)
IK 1 = W1
1 ( E1 x R1 + E2 X R2 + E3 x R3 + E4 x R4 )
Keterangan :
IK 1 adalah indikator kinerja yang pertama yaitu Pendidikan
Individu
W11 adalah bobot untuk IK 1
E1 adalah bobot elemen pertama IK 1
E2 adalah bobot elemen kedua IK 1
E3 adalah elemen ketiga IK 2
E4 adalah elemen keempat IK 2
R1 adalah ratio dari elemen pertama IK 1
62
R2 adalah ratio dari elemen kedua IK 1
R3 adalah ratio dari elemen ketiga IK 2
R4 adalah ratio dari elemen keempat IK 2
2. Maqasid Kedua ( Menegakan Keadilan )
IK 2 = W22(E5 X R5 + E6 x R6 + E7 x R7)
Keterangan:
IK2 adalah indikator kinerja yang kedua yaitu Menegakkan
Keadilan
W22
adalah bobot untuk IK 2
E5 adalah elemen kelima IK 2
E6 adalah elemen keenam IK 2
E7 adalah ratio dari elemen ketujuh IK 2
R5 adalah ratio dari elemen kelima IK 2
R6 adalah ratio dari elemen kelima IK 2
R7 adalah ratio dari elemen ketujuh IK 2
3. Maqasid ke tiga ( Memelihara Kemaslahatan)
IK 3 = W33( E8x R8 + E9 x R9+E10 x R10)
Keterangan :
IK3 adalah indikator kinerjaa yang ketiga yaitu Memelihara
Kemaslahatan
W33
adalah bobot untuk IK 3
E8 adalah elemen kedelapan IK 3
E9 adalah elemen kesembilan IK 3
E10 adalah elemen kesepuluh IK 3
63
R8 adalah ratio dari elemen kedelapan IK3
R9 adalah ratio elemen kesembilan IK 3
R10 adalah ratio dari elemen kesepuluh IK 3
C. Menentukan peringkat dari bank syariah berdasarkan indikator kinerja
IK
D. Menghitung Maqasid indeks
Tahap selanjutnya adalah menghitung maqasid indeks dengan rumus
sebagai berikut:
Maqasid indeks = IK 1 + IK 2 + IK 3
Dimana :
Maqasid indeks = nilai indeks maqasid syariah
IK 1 Total indikator kinerja untuk tujuan pertama yaitu mendidik
individu
IK 2 Total indikator kinerja untuk tujuan kedua menegakkan
keadilan
IK 3 Total indikator kinerja untuk tujuan ketiga memelihara
kemaslahatan
Berikut ini beberapa Metodologi yang digunakan penelitian terdahulu :
1. Susilo (2017),dimana penelitiannya dilakukan pada Bank Panin Syariah,
Bank Mega Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Maybank syariah pada
periode 2010-2015. Pengukuran kinerja maqashid syariah digunakan metode
Indeks Maqashid Syariah (IMS) dan Simple Addictive Weighting yang
kemudian dilakukan pemeringkatan dengan metode Comparative
Performance Index (CPI). Setelah didapat perhitungan kinerja berdasarkan
64
aspek Maqashid Syariah dan aspek profitabilitas untuk setiap bank umum
syariah, maka akan dilakukan perbandingan dari pelaksanaan kedua aspek
tersebut dalam bentuk diagram kartesius. Pengolahan data dengan
menggunakan program Microsoft Excel.
2. Wira dkk (2018),dimana penelitiannya itu dilakukan pada Unit Usaha
Syariah Bank Nagari periode 2014-2016. Pengukuran kinerja maqashid
syariah menggunakan metode yang dibuat dan digunakan oleh Omar dan
Rozak dalam mengukur kinerja perbankan syariah dalam bentuk IMS yang
bersumber dari konsep maqashid syariah yang dijelaskan oleh Zahra
(Omar,2008). Indeks maqashid syariah dapat dilihat setelah menggunakan
metode sekaran. Berdasarkan metode sekaran,karakteristik perilaku-perilaku
yang akan diukur diturunkan kedalam suatu konsep, yang dinotasikan sebagai
C dan dimensi dinotasikan sebagai D. Dimensi akan diturunkan lagi ke dalam
beberapa elemen yang lebih jelas pengukurannya yang dinotasikan dengan E.
sedangkan proses menentukan kinerja (IK) Maqashid Syariah menggunakan
Simple Addictive Weighting (SAW) dengan cara pembobotan, agregat dan
proses menentukan peringkat (Weighting, Agreggating,dan Rangking).
pengelolaan data dengan menggunakan Microsoft Excel.
3. Antonio, dkk (2012), objek penelitian yang dilakukannya yaitu pada
BSM,BMI,Jordan Islamic Bank (JIB) dan Islamic International Arab bank
Jordan (IIABJ) periode 2008-2010. Pengukuran kinerja maqashid syariah
menggunakan metode SAW (Simple Addictive the Weighting). Pengelolaan
data menggunakan Microsoft Excel.
65
BAB IV
A. Analisis dan Pembahasan
Analisis dan pembahasan pada penelitian tentang Analisis Penilaian Kinerja
Perbankan Syariah berdasarkan syariah maqashid indeks yaitu:
a. Pengukuran kinerja Maqashid Syariah dihitung menggunakan 3 tahapan:
1. Pertama menjumlahkan seluruh rasio kinerja bank umum syariah
(BUS).
2. Menghitung indikator kinerja.
3. Ketiga menghitung peringkat seluruh bank umum syariah
menggunakan Indeks Maqashid Syariah (IMS) yang didapat dari
perhitungan seluruh indikator kinerja.
b. Berikut ini merupakan hasil perhitungan nilai ratio kinerja Maqashid Syariah
pada bank umum syariah periode 2016-2019:
Tujuan Pertama mendidik Individu
Terdapat 4 ratio kinerja yang diukur dalam tujuan mendidik individu
antara lain: bantuan pendidikan (R1), beban promosi (R2), beban penelitian
(R3) dan beban pelatihan (R4).
Tujuan kedua Menegakkan Keadilan.
Pada tujuan kedua terdapat 3 ratio kinerja yang diukur dalam tujuan
menegakkan keadilan antara lain: ratio pengembalian yang adil (R5), produk
bebas bunga (R6), dan gaji karyawan (R7).
Tujuan ketiga kemaslahatan
66
Pada tujuan ketiga terdapat 3 ratio kinerja yang diukur dalam tujuan
kemaslahatan anatara lain: ratio laba bank (R8), pendapatan individu (R9),
dan investasi sektor riil (R10).
Tabel 4.1 nilai ratio tujuan pertama (mendidik individu) pada tahun
2016
BANK
2016
Bantuan
Pendidikan
Beban
Promosi
Beban
Penelitian
Beban
Pelatihan
R1 R2 R3 R4
BMI 0.0001 0.2108 0.0001 0.0001
BRIS 0.0000 0.0180 0.0000 0.4606
BNIS 0.0001 0.0605 0.0198 0.0226
BSM 0.0000 0.0017 0.0000 0.0008
BCAS 0.0159 0.0032 0.0000 0.0159
BSB 0.0857 0.0830 0.0000 0.0407
MAYBANK 0.0076 0.0152 0.0000 0.0076
BAS 0.0114 0.0000 0.0000 0.0257
BMS 0.0001 0.0741 0.0013 0.0189
BVS 0.0024 0.8252 0.0000 0.0024
BPS 0.0002 0.0069 0.0016 0.0016
Data diolah (2016)
Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2016 bank syariah yang memperoleh
porsi pencapaian tertinggi ratio bantuan pendidikan (R1) adalah BSB dengan
perolehan sebesar 0.0857 sedangkan bank yang memiliki perolehan terendah
67
ditempati oleh bank yang memiliki asset terbesar yaitu BSM dan BRIS dengan
perolehan angka 0.0000.
Berdasarkan Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2016 bank syariah yang
memperoleh porsi pencapaian tertinggi pada ratio promosi (R2) yaitu BVS
dengan nilai perolehan sebesar 0.8252 disusul oleh BMI yang berada diposisi
kedua dengan nilai perolehan 0.2108 sedangkan diposisi terendah yaitu BAS
dengan nilai perolehan 0.0000.
Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2016 bank syariah pada ratio penelitian
(R3) hampir seluruh bank syariah memiliki tingkat nilai yang sangat kecil, nilai
bank syariah yang menduduki posisi tertinggi saja hanya berada di nilai 0.0198
yaitu bank BNIS diikuti oleh BPS dengan nilai 0.0016. Kemudian untuk bank
yang memiliki posisi nilai terendah ditemapati oleh bank 5 bank syariah dengan
nilai yang sama yaitu BRIS, BCAS, BSB, Maybank Syariah, BAS dan BVS
dengan nilai 0.0000.
Rasio terakhir pada tujuan mendidik individu yaitu pelatihan (R4), yang
menepati posisi nilai tertinggi yaitu BRIS dengan nilai 0.4606 diperingkat
kedua ditempati oleh BSB dengan nilai 0.0407 dan untuk nilai terendah yaitu
BMI dengan nilai 0.0008.
Setelah melihat uraian dari hasil tabel diatas maka, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pada tahun 2016 dari ke empat ratio tujuan pertama mendidik individu.
Dana terbesar yang dialokasikan oleh Bank Syariah yaitu pada ratio beban
promosi yang dilakukan oleh BVS dengan nilai 0.8252 sedangkan nilai terendah
yaitu pada ratio beban penelitian terdapat 7 bank syariah yang memiliki nilai
68
yang sama yaitu 0.0000 yaitu, BRIS, BSM, BCAS, BSB,Maybank, BAS, BMS,
dan BVS.
Tabel 4.2 nilai ratio tujuan pertama (Mendidik individu) pada tahun 2017
BANK
2017
Bantuan
Pendidikan
Beban
Promosi
Beban
Penelitian
Beban
Pelatihan
R1 R2 R3 R4
BMI 0.0011 0.0149 0.0012 0.0011
BRIS 0.4180 0.1733 0.0000 0.0056
BNIS 0.0155 0.0596 0.0000 0.0155
BSM 0.0021 0.0032 0.0000 0.0022
BCAS 0.0114 0.0054 0.0000 0.0196
BSB 0.0189 0.0279 0.0197 0.0172
MAYBANK 0.0070 0.0088 0.0000 0.0070
BAS 0.0089 0.0000 0.0000 0.0094
BMS 0.0613 0.0064 0.0000 0.0067
BVS 0.0089 0.1439 0.0000 0.0089
BPS 0.1598 0.0072 0.0000 0.0004
Data Diolah (2017)
Pada tahun 2017 Berdasarkan tabel diatas bank syariah yang memperoleh
porsi pencapaian tertinggi ratio bantuan pendidikan (R1), yaitu BRIS dengan nilai
perolehan 0.4180 kemudian untuk posisi kedua yang mengalami kenaikan tertinggi
yaitu BPS dengan perolehan nilai sebesar 0.1598 sedangkan di posisi terendah
ditempati oleh BMI dengan nilai 0.0011.
Selanjutnya ditahun yang sama yaitu ratio beban promosi (R2), BRIS tetap
konsisten berada diperingkat pertama walaupun nilai porsi menurun menjadi
69
0.1733. sedangkan diposisi kedua yaitu BVS dengan nilai 0.1439. Bank syariah
yang memiliki nilai terendah yaitu bank BAS dengan nilai 0.0000.
Pada ratio ketiga yaitu penelitian (R3) bank syariah yang memiliki nilai
tertinggi hanya berada di nilai 0.0197 yaitu BSB disusul oleh BMI dengan nilai
0.0012. Kemudian seluruh bank syariah lainnya memiliki nilai yang sama yaitu
0.0000.
Ratio terakhir tujuan pertama mendidik individu yaitu ratio Pelatihan (R4)
bank syariah yang memiliki nilai tertinggi dengan nilai 0.0196 yaitu BCAS.
Kemudian untuk BSB tetap berada diperingkat kedua dengan nilai 0.0172
sedangkan dinilai terendah ditempati oleh BPS dengan nilai 0.0004.
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada
tahun 2017 bahwa dari ke empat ratio tujuan pertama mendidik individu dana
terbesar yang dialokasikan oleh bank syariah yaitu pada ratio bantuan pendidikan
yang dilakukan oleh BRIS dengan nilai 0.4180. sedangkan untuk nilai terendah
masih dengan ratio tahun lalu justru bertambah kecuali bank BMI dan BSB.
70
Tabel 4.3 nilai ratio tujuan pertama (Mendidik individu) pada tahun 2018
BANK
2018
Bantuan
Pendidikan
Beban
promosi
Beban
penelitian
Beban
pelatihan
R1 R2 R3 R4
BMI 0.0240 0.0634 0.0000 0.0112
BRIS 0.0711 0.0168 0.0000 0.0071
BNIS 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
BSM 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
BCAS 0.0000 0.0053 0.0000 0.0211
BSB 0.0181 0.0195 0.0176 0.0176
MAYBANK 0.0047 0.0056 0.0000 0.0047
BAS 0.0092 0.0000 0.0000 0.0090
BMS 0.0046 0.0056 0.0000 0.0046
BVS 0.0103 0.0107 0.0000 0.0000
BPS 0.2889 0.0099 0.0000 0.0105
Data Diolah 2018
Pada tahun 2018 Berdasarkan tabel diatas bank syariah yang memperoleh porsi
pencapaian tertinggi ratio Bantuan Pendidikan (R1) adalah BPS dengan nilai 0.2889.
Sedangkan bank syariah lainnya memiliki nilai yang cukup kecil posisi kedua hanya
berada di nilai 0.0711 yaitu BRIS. Dan diposisi terendah berada dinilai 0.0000
ditempati oleh BNIS, BSM, dan BCAS.
71
Kemudian di tahun yang sama pada ratio Beban Promosi (R2), yang memiliki
nilai tertinggi adalah BPS sebesar 0.2889 diikuti oleh BRIS sebesar 0.0711 dan nilai
terendah ditempati oleh BNIS,BSM,dan BAS dengan nilai perolehan sebesar 0.0000.
Ratio ke tiga yaitu ratio Beban Penelitian (R3) nilai ratio yang seluruh bank syariah
sangat kecil, diposisi pertama saja hanya berada di nilai 0.0176 yaitu BSB. Seluruh
bank lainnya memiliki nilai ratio yang sama yaitu 0.0000.
Ratio terakhir di tahun 2018 yaitu ratio Beban Pelatihan (R4) sama halnya
dengan ratio ke tiga rasio ini juga memiliki nilai yang kecil, nilai terbesar hanya
berada dinilai 0.0211 yaitu BCAS akan tetapi nilai terendah hanya ditempati oleh 3
bank syariah saja yaitu BNIS,BSM,BVS dengan nilai sebesar 0.0000.
Dengan demikian kesimpulan pada tahun 2018 dari keempat ratio yang diteliti
nilai ratio terbesar yaitu Bantuan Pendidikan dengan nilai 0.2889 yaitu BPS.
Sedangkan nilai terendah dengan nilai 0.0000 yaitu 10 bank syariah kecuali bank
BSB.
72
Tabel 4.4 NILAI RATIO TUJUAN KE DUA (MENEGAKKAN KEADILAN)
TAHUN 2016
BANK
2016
pengembalian
yang adil
Produk Bebas
Bunga Gaji Karyawan
R5 R6 R7
BMI 1 0.0056 0.4826
BRIS 0.0137 0.3721 0.9723
BNIS 1 0.1471 0.9285
BSM 0.0752 0.0143 1
BCAS 0.0212 0.0862 0.8134
BSB 0.0000 0.5256 1
MAYBANK 0.0000 0.0009 0.9601
BAS 0.0000 0.0035 1
BMS 0.1539 0.0605 0.3140
BVS 0.3585 0.7831 0.6686
BPS 0.0040 0.8700 0.7861
Data Diolah (2016)
Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2016 tujuan kedua yaitu Menegakkan
Keadilan ratio pengembalian yang adil (R5), posisi tertinggi ditempati oleh dua bank
syariah yaitu BMI dan BNI dengan nilai perolehan yang sama yaitu 1. Sedangkan
nilai terendah ditemapati oleh BSB,MAYBANK dan BAS dengan nilai 0.0000.
Selanjutnya ditahun yang sama pada ratio Produk Bebas Bunga (R6), nilai
tertinggi ditempati oleh BPS dengan nilai sebesar 0.8700 diikuti oleh BVS dengan
nilai 0.7831 dan diposisi terbawah dengan nilai 0.0009 yaitu Maybank. Pada ratio
terakhir Gaji Karyawan ( R6), Nilai tertinggi ditempati oleh Bank BSM, BSB dan
73
BAS berada dinilai yang sempurna yaitu 1. Untuk nilai terendah berada dinilai
0.3140 yaitu BMS.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016 ratio dengan dana alokasi
terbesar yaitu ratio Pengambalian yang Adil dan Gaji Karyawan yaitu BMI dan BNIS
untuk ratio pengambalian yang adil sedangkan BSM,BSB dan BAS untuk Gaji
Karyawan dinilai yang paling sempurna yaitu 100% mengalokasikannya dengan
sangat baik.
Tabel 4.5 NILAI RATIO TUJUAN KE DUA (MENEGAKKAN KEADILAN)
TAHUN 2017
BANK
2017
Pengembalian
yang adil Produk Bebas Bunga Gaji Karyawan
R5 R6 R7
BMI 0.9267 0.0004 0.9019
BRIS 0.0129 0.3905 0.9837
BNIS 0.0433 0.2252 0.9466
BSM 1 0.1637 1
BCAS 0.0398 0.1560 0.9465
BSB 0.4428 0.0015 1
MAYBANK 0.0000 0.0836 0.9788
BAS 0.0000 0.0836 1
BMS 0.0189 0.1292 0.9879
BVS 0.0157 0.0049 0.7244
BPS 1 0.7653 0.8030
Data Diolah (2017)
74
Pada tahun berikutnya yaitu 2017 tujuan kedua menegakkan keadlian porsi ratio
pengembalian yang adil (R5), nilai tertinggi ditempati oleh BSM dan BPS dengan
nilai 100% diikuti oleh BMI yang memiliki nilai porsi ratio sebesar 0.9267,
selanjutnya Maybank Syariah dan BAS berada diposisi terendah dengan nilai yang
sama yaitu 0.0000.
Selanjutnya ditahun yang sama pada ratio Produk Bebas Bunga (R6), nilai
tertinggi ditempati oleh BPS walaupun nilai ini lebih sedikit dari ratio yang
sebelumnya dengan nilai sebesar 0.7653 diikuti oleh BRIS dengan nilai 0.7653 dan
diposisi terbawah dengan nilai 0.0004 yaitu BMI. Ratio Gaji Karyawan (R7), sama
halnya dengan tahun lalu pada tahun ini nilai tertinggi tetap dipegang oleh BSM,BSB
dan BAS dengan niali yang sempurna yaitu 100%.
Berdasarkan uraian tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, dari ketiga ratio
untuk tujuan menegakkan keadilan dana terbesar yaitu ratio Pengembalian yang Adil
dan Gaji Karyawan dengan nilai sempurna sama halnya dengan tahun lalu untuk bank
syariah dengan nilai terendah untuk Gaji Karyawan masih berada diposis yang cukup
besar yaitu 0.7244 yaitu BVS.
75
Tabel 4.6 NILAI RATIO TUJUAN KE DUA (MENEGAKKAN KEADILAN)
TAHUN 2018
BANK
2018
pengembalian yang
Adil
Produk Bebas
Bunga Gaji Karyawan
R5 R6 R7
BMI 0.0001 0.0005 0.9037
BRIS 0.0331 0.4333 1
BNIS 0.0197 0.2842 0.9466
BSM 1 0.0004 1
BCAS 1 0.1187 0.7311
BSB 0.8164 0.0064 1
MAYBANK 0.0000 0.5518 0.9882
BAS 0.0000 0.0975 1
BMS 0.8196 0.0621 0.9844
BVS 0.0113 0.7964 0.9443
BPS 0.1504 0.8850 0.9997
Data Diolah (2018)
Berdasarkan tabel diatas Tujuan kedua ,Menegakkan Keadilan pada tahun
terakhir 2018 pada Ratio Pengembalian yang Adil (R5), BSM kembali berada
diperingkat pertama diikuti oleh BCAS dengan nilai 100%. Kemudian untuk nilai
terendah Maybank Syariah dan BAS dengan nilai 0.0000.
Ratio kedua Produk Bebas Bunga (R6), BPS tetap kokoh seperti tahun
sebelumnya berada di posisi tertinggi dengan nilai 0.8850, diikuti oleh BVS dengan
nilai 0.7964 dan posisi terendah dengan niali 0.0004 yaitu BSM. Kemudian pada ratio
terakhir (R7), bank syariah dengan nilai sempurna bertambah menjadi empat bank
76
yaitu BRIS, BSM, BSB dan BAS dengan nilai 100%. Nilai terendahanya pun masih
sangat tinggi yaitu 0.7311.
Kesimpulan dari uraian tabel diatas ialah sama hal dengan tahun lalu ratio Gaji
Karyawan masih memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan ratio lainnya, bahkan
bertambah menjadi 4 bank syariah yang memiliki besar nilai yang sempurna yang
dialokasiakan ke ratio gaji karyawan yaitu bank BRIS, BSM, BSB dan BAS dan ratio
terendah yaitu Ratio Pengembalian yang Adil dengan nilai 0.0000 yang merupakan
bank yang sama dengan tahun lalu yakni Maybank Syariah dan BAS.
Tabel 4.7 RATIO TUJUAN KE 3 TAHUN 2016
BANK
2016
Rasio Laba Bank Pendapatan
Individu
Investasi Sektor
Riil
R8 R9 R10
BMI 0.0013 0.0002 0.0004
BRIS 0.0037 0.0003 0.5976
BNIS 0.0083 0.0007 0.2124
BSM 0.0009 0.0000 0.0644
BCAS 0.0074 0.0012 0.4189
BSB 0.1138 0.0000 0.6572
MAYBANK 0.0300 0.0000 0.0020
BAS 0.0054 0.0000 0.6473
BMS 0.0181 0.0006 0.0025
BVS 0.0114 0.0207 0.1710
BPS 0.0022 0.0002 0.0050
Data Diolah (2016)
Berdasarkan tabel diatas tahun 2016 Tujuan Ketiga yaitu Kemaslahatan pada
ratio pertama Laba Bank (R8), memiliki nilai nilai yang sangat kecil, Bahkan bank
syariah yang memiliki nilai tertinggi hanya sebesar 0.1138 yaitu BSB. Nilai tertinngi
77
kedua hanya memiliki nilai sebesar 0.0300 yaitu Maybank Syariah. sedangkan nilai
terendah berada dinilai 0.0009 yaitu BSM.
Berdasarkan tabel diatas, di tahun yang sama pada ratio kedua Pendapatan
Individu (R9), tidak berbeda dengan ratio pertama, ratio ini pun memiliki nilai yang
sangat kecil. Diposisi tertinggi hanya berada dinilai 0.0207 yaitu BVS. Sedangkan
diposisi kedua hanya memiliki nilai sebesar 0.0012 dan diposisi terendah ada 4 bank
syariah dengan nilai yang sama yaitu 0.0000 diantaranya BSM, BSB, Maybank
Syariah dan BAS
Pada ratio terakhir yaitu Investasi Sektor Riil (R10), mengalami kenaikan
dibandingkan dengan ratio yang lainnya. Nilai tertinggi yaitu BSB sebesar 0.6572 dan
diposisi kedua ialah BAS dengan nilai 0.6473. nilai terendah masih memiliki nilai
walaupun hanya sebesar 0.0004 yaitu BMI.
Dari uraian diatas, pada tahun 2016 tujuan ketiga yaitu Kemaslahatan dapat
ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga ratio yang diteliti ratio Investasi Sektor Riil
memiliki nilai terbesar dengan nilai perolehan sebesar 0.6572. Sedangkan nilai
terendah yaitu ratio Pendapatan Individu dengan nilai 0.0000 yaitu BSM, BSB,
Maybank Syariah dan BAS.
78
Tabel 4.8 RATIO TUJUAN KE 3 TAHUN 2017
BANK
2017
Rasio Laba Bank Pendapatan
Individu
Investasi Sektor
Riil
R8 R9 R10
BMI 0.0004 0.0003 0.1178
BRIS 0.0032 0.0003 0.1900
BNIS 0.0088 0.0005 0.0303
BSM 0.0042 0.0003 0.0000
BCAS 0.0112 0.0119 0.0238
BSB 0.0002 0.0000 0.0479
MAYBANK 0.0077 0.0000 0.0399
BAS 0.8816 0.0095 0.0009
BMS 0.0103 0.0004 0.0485
BVS 0.0023 0.0000 0.0000
BPS 0.1123 0.0010 0.6872
Data Diolah (2017)
Berdasarkan tabel diatas, pada tahun 2017 tujuan ketiga yaitu kemaslahatan
pada ratio pertama Laba Bank (R8), memiliki nilai sebesar 0.8816 yaitu BAS. Nilai
tertinggi kedua hanya memiliki nilai sebesar 0.1123 yaitu BPS. Sedangkan nilai
terendah berada dinilai 0.0004 yaitu BMI.
Berdasarkan tabel diatas, di tahun yang sama pada ratio kedua Pendapatan
Individu (R9), tidak berbeda dengan ratio pertama, ratio ini pun memiliki nilai yang
sangat kecil. Diposisi tertinggi hanya berada dinilai 0.0207 yaitu BVS. Sedangkan
diposisi kedua hanya memiliki nilai sebesar 0.0012 dan diposisi terendah ada 4 bank
79
syariah dengan nilai yang sama yaitu 0.0000 diantaranya BSM, BSB, Maybank
Syariah dan BAS
Pada ratio terakhir yaitu Investasi Sektor Riil (R10), mengalami kenaikan
dibandingkan dengan ratio yang lainnya. Nilai tertinggi yaitu BSB sebesar 0.6572 dan
diposisi kedua ialah BAS dengan nilai 0.6473. nilai terendah masih memiliki nilai
walaupun hanya sebesar 0.0004 yaitu BMI.
Dari uraian diatas, pada tahun 2017 tujuan ketiga yaitu Kemaslahatan dapat
ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga ratio yang diteliti ratio Investasi Sektor Riil
memiliki nilai terbesar dengan nilai perolehan sebesar 0.6572. Sedangkan nilai
terendah yaitu ratio Pendapatan Individu dengan nilai 0.0000 BSB, Maybank Syariah,
dan BVS. Sedangkan ratio Investasi Sektor Riil hanya BSM yang memiliki nilai
terendah dengan nilai 0.0000.
Tabel 4.9 RATIO TUJUAN KE 3 TAHUN 2018
BANK
2018
Rasio Laba Bank Pendapatan
Individu
Investasi Sektor
Riil
R8 R9 R10
BMI 0.0008 0.0002 0.4518
BRIS 0.0028 0.0002 0.2202
BNIS 0.0101 0.0005 0.0649
BSM 0.0062 0.0003 0.0362
BCAS 0.0082 0.0000 0.0039
BSB 0.0003 0.0000 0.0223
MAYBANK 0.0978 0.0000 0.0441
BAS 0.9311 0.0205 0.2191
BMS 0.0064 0.0002 0.0016
BVS 0.0023 0.0000 0.0035
BPS 0.0024 0.0000 0.0012
Data Diolah ( 2018)
80
Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2018 Tujuan ketiga yaitu Kemaslahatan
pada ratio pertama Laba Bank (R8), tetap ditempati oleh BAS seperti tahun yang lalu
dan mengalami kenaikan nilai menjadi sebesar 0.9311 . Nilai tertinggi kedua hanya
memiliki nilai sebesar 0.0979 yaitu MAYBANK. Kemudian untuk nilai terendah
masih sama dengan tahun lalu yaitu BMI dengan nilai sebesar 0.0008.
Berdasarkan tabel diatas, di tahun yang sama pada ratio kedua Pendapatan
Individu (R9), berbeda dengan ratio pertama, ratio ini memiliki nilai yang sangat
kecil, posisi tertinggi hanya berada dinilai 0.0205 dan masih ditempati oleh BAS.
Sedangkan diposisi kedua hanya memiliki nilai sebesar 0.0015 dan diposisi terendah
ada 5 bank syariah dengan nilai yang sama yaitu 0.0000 diantaranya BCAS, BSB,
Maybank Syariah BVS dan BPS.
Pada ratio terakhir yaitu Investasi Sektor Riil (R10), mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun lalu dengan nilai sebesar 0.4518 yaitu bank BMI. Diposisi
selanjutnya dengan nilai 0.2202 yaitu ditempati oleh BRIS. Sedangkan untuk nilai
terendah yaiyu BPS berada dinilai 0,0002.
Dari uraian diatas, pada tahun 2018 tujuan ketiga yaitu Kemaslahatan dapat
ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga ratio yang diteliti Ratio Laba Bank memiliki
nilai terbesar dengan nilai perolehan sebesar 0.9311 yaitu BAS. Sedangkan nilai
terendah yaitu masih sama dengan tahun lalu yaitu ratio Pendapatan Individu dengan
nilai 0.0205.
81
Tabel 4.10 NILAI KINERJA IK 1 MAQASHID SYARIAH TAHUN 2016
2016
Bank W E1 x R1 E2 x R2 E3 x R3 E4 x R4
IK1= W1(E1
X R1 + E2 x
R2 + E3 x R3
+ E4 x R4)
BMI 0.3 0.0000 0.0000 0.0000 0.0379 0.0114
BRIS 0.3 0.1106 0.0000 0.1198 0.1059 0.1009
BNIS 0.3 0.0145 0.0053 0.0059 0.0052 0.0093
BSM 0.3 0.0054 0.0000 0.0002 0.0002 0.0017
BCAS 0.3 0.0008 0.0000 0.0041 0.0037 0.0026
BSB 0.3 0.0199 0.0000 0.1198 0.0094 0.0447
MAYBANK 0.3 0.0036 0.0000 0.002 0.0035 0.0027
BAS 0.3 0.0000 0.0000 0.0067 0.0003 0.0029
BMS 0.3 0.0178 0.0003 0.0049 0.0043 0.0082
BVS 0.3 0.1981 0.0000 0.0006 0.0011 0.0599
BPS 0.3 0.0017 0.0004 0.0004 0.0004 0.0009
ELEMEN 0.24 0.27 0.26 0.23 1
Data Diolah (2016)
Berdasarkan tabel diatas diatas pada tahun 2016, hasil dari perhitungan masing
masing nilai tertinggi memiliki nilai sebesar 0.1009 yang ditempati oleh BRIS.
Diposisi selanjutnya ada BVS yang menempati posisi kedua dengan nilai perolehan
sebesar 0.0599. Kemudian diposisi terendah yaitu BPS dengan nilai perolehan sebesar
0.0009.
82
Tabel 4.11 NILAI KINERJA IK 1 MAQASHID SYARIAH TAHUN 2017
2017
Bank W E1 x R1 E2 X R2 E3 X R3 E4x R4
IK1= W1(E1
x R1 + E2 x
R2 + E3 x R3
+ E4 x R4)
BMI 0.3 0.0003 0.0003 0.0003 0.0034 0.0013
BRIS 0.3 0.1003 0.0000 0.0015 0.0399 0.0425
BNIS 0.3 0.0037 0.0000 0.0040 0.0137 0.0064
BSM 0.3 0.0005 0.0000 0.0006 0.0007 0.0005
BCAS 0.3 0.0027 0.0000 0.0051 0.0012 0.0027
BSB 0.3 0.0045 0.0053 0.0045 0.0064 0.0062
MAYBANK 0.3 0.0017 0.0000 0.0018 0.0020 0.0017
BAS 0.3 0.0021 0.0000 0.0025 0.0000 0.0014
BMS 0.3 0.0147 0.0000 0.0017 0.0015 0.0054
BVS 0.3 0.0021 0.0000 0.0023 0.0331 0.0113
BPS 0.3 0.0383 0.0000 0.0001 0.0016 0.0120
Elemen 0.24 0.27 0.26 0.23 1
Data Diolah (2017)
Berdasarkan tabel diatas diatas pada tahun 2017, hasil dari perhitungan
masing masing ratio yang ada, diperolehlah hasil nilai Kinerja indikator pertama (R1)
mendidik individu tidak berbeda dari tahun sebelumnya, masih ditempati oleh Bank
BRIS akan tetapi terjadi penurunan nilai yang cukup signifikan menjadi hanya
sebesar 0.0425 yang ditempati oleh BRIS.kemudian berbeda dengan tahun
sebelumnya bank BPS menunjukan hal positif dengan naik posisi menjadi peringkat
83
kedua dengan nilai perolehan sebesar 0.0120. Diposisi terendah BSM dengan nilai
perolehan yang sangat kecil hanya sebesar 0.0005.
Tabel 4.12 NILAI KINERJA IK 1 MAQASHID SYARIAH TAHUN 2018
Data Diolah (2018)
Berdasarkan tabel diatas diatas pada tahun 2018, hasil dari perhitungan masing
masing ratio yang ada, diperolehlah hasil nilai Kinerja indikator pertama (R1)
mendidik individu nilai perolehan kembali menurun dibandingkan 2 tahun
sebelumnya. Nilai tertinggi hanya sebesar 0.0223 ditempati oleh BPS. Kemudian
diposisi selanjutnya ada bank BMI dengan nilai hanya sebesar 0.0007 sedangkan nilai
terendah dengan nilai yang sama besarnya ditempati oleh 2 bank syariah yaitu BNIS
dan BSM yaitu 0.0000.
2018
Bank W E1 x R1 E2 x R2 E3 x R3 E4x R4
IK1= W1(E1
x R1 + E2 x
R2 + E3 x
R3 + E4 x
R4)
BMI 0.3 0.0058 0.0000 0.0029 0.0146 0.0070
BRIS 0.3 0.0171 0.0000 0.0019 0.0039 0.0068
BNIS 0.3 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
BSM 0.3 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000
BCAS 0.3 0.0000 0.0000 0.0055 0.0012 0.0020
BSB 0.3 0.0043 0.0047 0.0046 0.0045 0.0054
MAYBANK 0.3 0.0011 0.0000 0.0012 0.0013 0.0011
BAS 0.3 0.0022 0.0000 0.0023 0.0000 0.0014
BMS 0.3 0.0011 0.0000 0.0012 0.0011 0.0010
BVS 0.3 0.0025 0.0029 0.0000 0.0000 0.0016
BPS 0.3 0.0693 0.0000 0.0027 0.0023 0.0223
Elemen 0.24 0.27 0.26 0.23 1
84
Berdasarkan ketiga tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan hasil dari perhitungan
nilai kinerja indikator ratio tujuan pertama (R1) mendidik individu pada tahun 2016-
2018 sebagai berikut :
Dari tahun 2016 sampai dengan 2018 nilai yang diperoleh terus mengalami
penurunan nilai. Ni tertinggi yang diperoleh terus menurun dari 0.1009,
0.425 menjadi hanya 0.0223. pada tahun 2016-2017 posisi bank BRIS tidak
tergeser tetap berada dipringkat pertama akan tetapi pada tahun 2018
digeser oleh bank BPS.
pada tahun 2018 performa seluruh bank syariah mengalami penurunan yang
signifikan, setidaknya ada 2 bank syariah yang menempati 5 besar dengan
nilai asset terbesar menempati nilai terendah dengan nilai prolehan rata-rta
0.0000 yaitu BSM dan BNIS.
Tabel 4.13 NILAI KINERJA IK 2 MAQASHID SYARIAH 2016
2016
Bank W E5 x R5 E6 x R6 E7 xR7
IK1= W2(E5 x
R5 + E6 x R6
+ E7 x R7)
BMI 0.41 0.5228 0.0018 0.0021 0.2159
BRIS 0.41 0.0041 0.1191 0.3695 0.2020
BNIS 0.41 1 0.0471 0.3528 1
BSM 0.41 0.0226 0.0046 0.3800 0.1669
BCAS 0.41 0.0064 0.0276 0.3091 0.1407
BSB 0.41 0.0000 0.1682 0.3800 0.2248
MAYBANK 0.41 0.0000 0.0003 0.3648 0.1497
BAS 0.41 0.0000 0.0011 0.2800 0.1153
BMS 0.41 0.0462 0.0194 0.1193 0.0758
BVS 0.41 0.1076 0.2506 0.2541 0.2510
BPS 0.41 0.0012 0.2784 0.2987 0.2371
Elemen 0.3 0.32 0.38 1
Data Diolah (2016)
85
Berdasarkan tabel diatas diatas pada tahun 2016, hasil dari perhitungan masing
masing ratio yang ada, diperolehlah hasil nilai Kinerja indikator kedua (R2)
Menegakkan Keadilan perolehan nilai yang diperoleh sangat besar yaitu bank BNIS
dengan nilai 100. Sedangkan diperingat kedua masih dikatakan cukup besar yaitu
0.2510 yaitu banak BVS. Sedangkan diposisi terakhir pun nilai perolehan cukup besar
yakni sebesar 0.1153 yaitu BAS.
Tabel 4.14 NILAI KINERJA IK 2 MAQASHID SYARIAH 2017
2017
Bank W E5 x R5 E6 x R6 E7 x R7
IK1=
W2(E5 X
R5 + E6
XR6 + E7
x R7)
BMI 0.41 0.5228 0.0018 0.1834 0.2903
BRIS 0.41 0.0041 0.1191 0.3695 0.2002
BNIS 0.41 1 0.0471 0.3528 0.5740
BSM 0.41 0.0226 0.0046 0.38 0.1669
BCAS 0.41 0.0064 0.0276 0.3091 0.1407
BSB 0.41 0.0000 0.1682 0.38 0.2248
MAYBANK 0.41 0.0000 0.0003 0.3648 0.1497
BAS 0.41 0.0000 0.0011 0.38 0.1563
BMS 0.41 0.0462 0.0194 0.1193 0.0758
BVS 0.41 0.1076 0.2506 0.2541 0.2511
BPS 0.41 0.0012 0.2784 0.2987 0.2371
Elemen 0.3 0.32 0.38 1
Data Diolah (2017)
Berdasarkan tabel diatas diatas pada tahun 2017, hasil dari perhitungan masing
masing ratio yang ada, diperolehlah hasil nilai indikator Kinerja kedua (R2)
Menegakkan Keadilan mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun
sebelumnya, walaupun posisi BNIS tidak tergeser oleh bank syariah lainnya akan
tetapi nilai perolehan yang di alokasikan cukup menurun menjadi 0.5740. posisi
86
kedua mengalami kenaikan nilai menjadi 0.2903 posisi bank tahun lalu digeser oleh
bank BMI. Posisi terendahpun mengalami kenaikan nilai menjadi 0.0758 yang
ditempati oleh bank BMS.
Tabel 4.15 NILAI KINERJA IK 2 MAQASHID SYARIAH 2018
2018
Bank W E5 x R5 E6 x R6 E7 x R7
IK1=
W2(E5 x
R5 + E6 x
R6 + E7 x
R7)
BMI 0.41 0.0000 0.0002 0.3434 0.1409
BRIS 0.41 0.0099 0.1387 0.3800 0.2167
BNIS 0.41 0.0059 0.0909 0.3597 0.1872
BSM 0.41 0.4178 0.0001 0.3800 0.3271
BCAS 0.41 0.3468 0.0380 0.2778 0.2717
BSB 0.41 0.2449 0.0021 0.3800 0.2571
MAYBANK 0.41 0.0000 0.1766 0.3755 0.2264
BAS 0.41 0.0000 0.0312 0.3800 0.1686
BMS 0.41 0.2459 0.0199 0.3741 0.2623
BVS 0.41 0.0034 0.2548 0.3588 0.2530
BPS 0.41 0.0451 0.2832 0.3799 0.2904
Elemen 0.3 0.32 0.38 1
Data Diolah (2018)
Berdasarkan tabel diatas diatas pada tahun 2018, hasil dari perhitungan masing
masing ratio yang ada, diperolehlah hasil nilai indikator Kinerja kedua (R2)
menegakkan keadilan kembali mengalami penurunan dari 2 tahun sebelumnya, posisi
BNIS tergeser oleh BMS dengan perolehan nilai sebesar 0.3271. Posisi kedua
mengalami sedikit kenaikan nilai menjadi 0.2904 posisi bank tahun lalu digeser oleh
bank BPS akan tetapi posisi terendah mengalami kenaikan nilai menjadi 0.1409 yaitu
BMI.
87
Berdasarkan ketiga tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan hasil dari perhitungan
nilai Indikator kinerja ratio (R2) menegakkan keadilan pada tahun 2016-2018 sebagai
berikut:
Nilai secara keseluruhan tidak mengalami penurunan yang signifikan, pada
tahun 2016-2017 bank BNIS tetap konsisten berada dipuncak nilai tertinggi,
walaupun besar nilai yang dialokasikan menurun dari tahun sebelumnya,
berawal dari sebesar 1 menjadi 0.5740.
Pada tahun 2018 posisi BNIS selama 2 tahun digeser oleh BSM yang
menempati posisi tertinggi nilai alokasi dana walaupun besar nilai lebih
rendah dari tahun sebelumnya.
Tabel 4.16 NILAI KINERJA IK 3 TAHUN 2016
2016
Bank W E8 X R8 E9 X R9 E10 X R10
IK3= W3
(E8X R8 +
E9 x R9 +
E10 x R10)
BMI 0.29 0.0004 0.0001 0.0002 0.0002
BRIS 0.29 0.0012 0.0001 0.2211 0.0645
BNIS 0.29 0.0027 0.0002 0.0786 0.0236
BSM 0.29 0.0003 0.0000 0.0238 0.0070
BCAS 0.29 0.0024 0.0004 0.1550 0.0458
BSB 0.29 0.0375 0.0000 0.2432 0.0814
MAYBANK 0.29 0.0099 0.0000 0.0007 0.0031
BAS 0.29 0.0018 0.0000 0.2395 0.0700
BMS 0.29 0.0060 0.0002 0.0009 0.0020
BVS 0.29 0.0038 0.0001 0.0633 0.0195
BPS 0.29 0.0007 0.0001 0.0019 0.0008
Elemen 0.33 0.30 0.37 1
Data Diolah (2016)
Berdasarkan tabel diatas diatas pada tahun 2016, hasil dari perhitungan masing
masing ratio yang ada, diperolehlah hasil nilai indikator Kinerja ketiga (R3)
88
Memelihara Kemaslahatan, perolehan nilai terbesar ditempati oleh BSB dengan
perolehan nilai sebesar 0.0814. Disusul oleh bank BAS yang menduduki peringkat
kedua dengan nilai perolehan sebesar 0.0700. sedangkan diperingkat terendah atau
bank yang mengalokasikan dana nya yang paling sedikit yaitu bank BMI dengan nilia
perolehan sebesar 0.0002.
Tabel 4.17 NILAI KINERJA IK 3 TAHUN 2017
2017
Bank W E8 x R8 E9 x R9 E10 x R10
IK3=
W3(E8 x
R8 + E9
x R9 +
E10 x
R10)
BMI 0.29 0.0001 0.0001 0.0436 0.0127
BRIS 0.29 0.0011 0.0001 0.0703 0.0207
BNIS 0.29 0.0029 0.0002 0.0112 0.0041
BSM 0.29 0.0014 0.0001 0.0000 0.0004
BCAS 0.29 0.0037 0.0036 0.0088 0.0047
BSB 0.29 0.0000 0.0000 0.0177 0.0052
MAYBANK 0.29 0.0025 0.0000 0.0148 0.0050
BAS 0.29 0.2909 0.0029 0.0003 0.0853
BMS 0.29 0.0034 0.0001 0.0180 0.0062
BVS 0.29 0.0008 0.0000 0.0000 0.0002
BPS 0.29 0.0371 0.0003 0.0254 0.0182
Elemen 0.33 0.30 0.37 1
Data Diolah (2017)
Berdasarkan tabel diatas diatas pada tahun 2017, hasil dari perhitungan
masing masing ratio yang ada, diperolehlah hasil nilai indikator Kinerja ketiga (R3)
Memelihara Kemaslahatan, pada tahun ini hampir seluruh nilai perolehan menurun
cukup signifikan akan tetapi performa baik ditunjukan oleh BAS karena mampu
menggeser posisi bank tahun lalu menjadi posisi tertinggi dengan nilai perolehan
sebesar 0.0853. Diposisi kedua hanya berada diposisi 0.0207 yang ditempati oleh
89
BRIS. Sedangkan diposisi terendah yang memiliki nilai yang hampir sama besar yaitu
BSM dan BVS dengan masing-masing nilai sebesar 0.0004 dan 0.0002.
Tabel 4.18 NILAI KINERJA IK 3 TAHUN 2018
2018
Bank W E8 X R8 E9 X R9 E10 X R10
IK3=
W3(E8X
R8 + E9 x
R9 + E10 x
R10)
BMI 0.29 0.0003 0.0001 0.1672 0.0486
BRIS 0.29 0.0009 0.0001 0.0815 0.0239
BNIS 0.29 0.0033 0.0001 0.0240 0.0080
BSM 0.29 0.0020 0.0001 0.0134 0.0045
BCAS 0.29 0.0027 0.0000 0.0014 0.0012
BSB 0.29 0.0001 0.0000 0.0083 0.0024
MAYBANK 0.29 0.0323 0.0000 0.0163 0.0141
BAS 0.29 0.3073 0.0062 0.0811 0.1144
BMS 0.29 0.0021 0.0001 0.0006 0.0008
BVS 0.29 0.0008 0.0000 0.0013 0.0006
BPS 0.29 0.0008 0.0000 0.0005 0.0004
Elemen 0.33 0.3 0.37 1
Data Diolah (2018)
Berdasarkan tabel diatas diatas pada tahun 2018, hasil dari perhitungan
masing masing ratio diperolehlah hasil nilai indikator Kinerja ketiga (R3)
Memelihara Kemaslahatan yang ada, performa baik kembali ditunjukan oleh BAS
dengan berdiri kokoh diperingkat tertinggi, dengan nilai perolahan yang naik
cukup signifikan dengan nilai sebesar 0.1144. sedangkan bank BMI berhasil
menduduki posisi kedua dengan perolehan nilai sebesar 0.0486. sedangkan
performa buruk ditunjukan oleh hampir dari setengah dari bank syariah yang cukup
90
besar nilai asetnya yaitu diantaranya BNIS, BSM, BCAS,BSB,BVS dan BPS
dengan nilai perolehan tidak lebih dari 0.45%.
Berdasarkan ketiga tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan hasil dari
perhitungan nilai Indikator kinerja ratio (R3) Menegakkan keadilan pada tahun
2016-2018 sebagai berikut :
Tahun 2016-2017 nilai perolehan posisi pertama mengalami kenaikan nilai
akan tetapi untuk keseluruhan lainnya mengalami penurunan.
Tahun terakhir 2017-2018 performa baik ditunjukan oleh BAS karena 2 tahun
berturut menduduki posisi tert8nggi dengan perolehan nilai yang semakin
tinggi pula.
Akan tetapi pada tahun 2018 hampir setengah dari bank syariah menunjukan
performa yang buruk, karena memiliki nilai yang tidak lebih dari 0.45% saja.
Tabel 4.19 PERINGKAT BANK SYARIAH TAHUN 2016
2016
Bank IK 1 IK 2 IK 3 SMI =IK 1
+ IK2 + IK3 RANKING
BNIS 0.0093 0.9671 0.0236 1 1
BRIS 0.1009 0.202 0.0645 0.3674 2
BSB 0.0447 0.2248 0.0814 0.3509 3
BVS 0.0599 0.251 0.0195 0.3304 4
BPS 0.0009 0.2371 0.0008 0.2388 5
BMI 0.0114 0.2159 0.0002 0.2275 6
BCAS 0.0026 0.1406 0.0458 0.189 7
BAS 0.0029 0.1153 0.07 0.1881 8
BSM 0.0017 0.1669 0.007 0.1757 9
MAYBANK 0.0027 0.1497 0.0031 0.1555 10
BMS 0.0082 0.0758 0.002 0.0861 11
Data Diolah ( 2016)
91
Berdasarkan tabel diatas,pada tahun 2016 setelah dihitung seluruh nilai ketiga
indikator yang ada yaitu, Mendidik Individu (R1), Menegakkan Keadilan (R2), dan
Memelihara Kemaslahatan (R3) peringkat bank syariah yang telah dihitung sesuai
data yang ada adalah bank BNIS berhasil menduduki peringkat pertama
menggungguli bank syariah lainnya. Selanjutnya BRIS berhasil menduudki peringkat
kedua dan selanjutnya ada bank BSB diperingkat ketiga. Selanjutnya diperingkat
terakhir dengan nilai perolehan terendah ditempati oleh bank BMS.
Tabel 4.20 PERINGKAT BANK SYARIAH TAHUN 2017
2017
Bank IK 1 IK 2 IK 3
SMI =IK 1
+ IK2 + IK3 RANKING
BNIS 0.0064 0.9894 0.0041 1 1
BMI 0.0013 0.2903 0.0127 0.3042 2
BPS 0.012 0.2371 0.0182 0.2673 3
BRIS 0.0425 0.202 0.0207 0.2652 4
BVS 0.0113 0.251 0.0002 0.2625 5
BAS 0.0014 0.1563 0.0853 0.2429 6
BSB 0.0062 0.2248 0.0052 0.2361 7
BSM 0.0005 0.1669 0.0004 0.1679 8
MAYBANK 0.0017 0.1497 0.005 0.1564 9
BCAS 0.0027 0.1406 0.0047 0.148 10
BMS 0.0054 0.0758 0.0062 0.0874 11
Data Diolah (2017)
Berdasarkan tabel diatas, pada tahun 2017 setelah dihitung seluruh nilai ketiga
indikator yang ada yaitu, Mendidik Individu (R1), Menegakkan Keadilan (R2), dan
Memelihara Kemaslahatan (R3) peringkat bank syariah yang telah dihitung sesuai
data diatas, bank BNIS kembali menduduki peringkat pertama seperti hal nya tahun
lalu. Selanjutnya disusul oleh BMI yang menduduki peringkat kedua kemudian
92
diperingkat ketiga di tempati oleh BPS. Diposisi peringkat terendah masih sama
dengan tahun lalu yaitu BMS.
Tabel 4.21 PERINGKAT BANK SYARIAH TAHUN 2018
2018
Bank IK 1 IK 2 IK 3
SMI =IK 1 +
IK2 + IK3 RANKING
BSM 0 0.3271 0.0045 0.3317 1
BPS 0.0223 0.2904 0.0004 0.313 2
BAS 0.0014 0.1686 0.1144 0.2844 3
BCAS 0.002 0.2717 0.0012 0.2749 4
BSB 0.0054 0.2571 0.0024 0.2649 5
BMS 0.001 0.2623 0.0008 0.2641 6
BVS 0.0016 0.253 0.0006 0.2552 7
BRIS 0.0068 0.2167 0.0239 0.2475 8
MAYBANK 0.0011 0.2264 0.0141 0.2415 9
BMI 0.007 0.1409 0.0486 0.1964 10
BNIS 0 0.1872 0.008 0.1952 11
Data Diolah (2018)
Berdasarkan tabel diatas, pada tahun 2018 setelah dihitung seluruh nilai ketiga
indikator yang ada yaitu, Mendidik Individu (R1), Menegakkan Keadilan (R2), dan
Memelihara Kemaslahatan (R3) peringkat bank syariah yang telah dihitung sesuai
data diatas, bank BSM berhasil menggeser posisi posiis bank syariah 2 tahun berturut-
turut menjadi diperingkat pertama, kemudian diperingkat kedua ada bank BPS dan
peringkat ketiga ditempati oleh BAS kemudian performa buruk ditunjukan oleh BNIS
karena tergeser jauh menjadi peringkat terendah dari seluruh bank syariah yang
diteliti.
93
4.22 NILAI SYARIAH MAQASHID INDEKS
2016
Bank IK 1 IK 2 IK 3 SMI =IK 1 + IK2 + IK3
BMI 0.0114 0.2159 0.0002 0.2275
BRIS 0.1009 0.2020 0.0645 0.3674
BNIS 0.0093 0.9671 0.0236 1
BSM 0.0017 0.1669 0.0070 0.1757
BCAS 0.0026 0.1406 0.0458 0.1890
BSB 0.0447 0.2248 0.0814 0.3509
MAYBANK 0.0027 0.1497 0.0031 0.1555
BAS 0.0029 0.1153 0.0700 0.1881
BMS 0.0082 0.0758 0.0020 0.0861
BVS 0.0599 0.2510 0.0195 0.3304
BPS 0.0009 0.2371 0.0008 0.2388
Data diolah (2016)
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan nilai Syariah Maqashid Indeks (SMI)
pada tahun 2016 yaitu Bank BNIS memiliki nilai tertinggi sebesar 100%, hal ini
dikarenakan bank BNIS memiliki nilai tertinggi pada tujuan kedua Maqashid Syariah
Indeks pada ratio pengembalian yang adil. Selanjutnya diposisi kedua ditempati oleh
bank BRIS sebesar 0.3674, hal ini dikarenakan bank BRIS memiliki nilai tertinggi
kedua pada tujuan pertama pada Ratio Bantuan Pendidikan. sedangkan untuk SMI
terendah ditempati oleh BMS hanya sebesar 0.0861, hal ini dikarenakan bank BMS
memiliki nilai yang rendah pada tujuan pertama dan ketiga yaitu Ratio Bantuan
Pendidikan, Ratio Beban Penelitian, Ratio Beban Pelatihan, Ratio Beban Promosi,
Ratio Laba, Ratio Pendapatan Individu dan Ratio Investasi Sektor Riil.
94
4.23 NILAI SYARIAH MAQASHID INDEKS
2017
Bank IK 1 IK 2 IK 3 SMI =IK 1 + IK2 + IK3
BMI 0.0013 0.2903 0.0127 0.3042
BRIS 0.0425 0.2020 0.0207 0.2652
BNIS 0.0064 0.9894 0.0041 1
BSM 0.0005 0.1669 0.0004 0.1679
BCAS 0.0027 0.1406 0.0047 0.1480
BSB 0.0062 0.2248 0.0052 0.2361
MAYBANK 0.0017 0.1497 0.0050 0.1564
BAS 0.0014 0.1563 0.0853 0.2429
BMS 0.0054 0.0758 0.0062 0.0874
BVS 0.0113 0.2510 0.0002 0.2625
BPS 0.0120 0.2371 0.0182 0.2673
Data Diolah (2017)
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan nilai Syariah Maqashid Indeks (SMI)
pada tahun 2017 yaitu BNIS masih berada pada posisi seperti tahun lalu dengan nilai
SMI sama seperti tahun lalu pula yaitu sebesar 100%, hal ini dikarenakan bank BNIS
memiliki nilai tertinggi pada tujuan kedua Maqashid Syariah Indeks pada ratio
pengembalian yang adil. Selanjutnya diposisi kedua ditempati oleh bank BMI sebesar
0.3042. hal ini dikarenakan bank BMI memiliki nilai tertinggi kedua pada tujuan ke
dua yaitu Ratio Pengembalian yang adil. Sedangkan diposisi terakhir BMS tetap
berada diposisi terendah sama dengan tahun lalu dan dengan nilai ratio yang sama
pula dengan tahun lalu.
95
4.24 NILAI SYARIAH MAQASHID INDEKS
2018
Bank IK 1 IK 2 IK 3 SMI =IK 1 + IK2 + IK3
BMI 0.0070 0.1409 0.0486 0.1964
BRIS 0.0068 0.2167 0.0239 0.2475
BNIS 0.0000 0.1872 0.0080 0.1952
BSM 0.0000 0.3271 0.0045 0.3317
BCAS 0.0020 0.2717 0.0012 0.2749
BSB 0.0054 0.2571 0.0024 0.2649
MAYBANK 0.0011 0.2264 0.0141 0.2415
BAS 0.0014 0.1686 0.1144 0.2844
BMS 0.0010 0.2623 0.0008 0.2641
BVS 0.0016 0.2530 0.0006 0.2552
BPS 0.0223 0.2904 0.0004 0.3130
Data diolah (2018)
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan nilai Syariah Maqashid Indeks (SMI)
pada tahun 2018 yaitu, posisi bank BNIS selama dua tahun digeser oleh BSM dengan
nilai perolehan sebesar 0.3317, hal ini dikarenakan bank BSM meningkatkan dana
hibah pada tujuan kedua yaitu ratio Pengembalian yang adil dan Ratio Gaji
Karyawan. Selanjutnya diposisi kedua ditempati oleh bank BPS sebesar 0.3130 yang
memiliki kenaikan pada tujuan kedua Ratio Produk Bebas Bunga dan Ratio Gaji
Karyawan. Sedangkan diposisi terakhir justru bank yang selama dua tahun berada
diposisi terendah dengan nilai Syariah Maqashid Indeks sebesar 0.1952 hal ini
disebabkan oleh karena bank BNIS mengalami penurunan nilai hibah yang
dikeluarkan pada tujuan pertama yaitu Ratio Bantuan Pendidikan, Ratio Beban
Penelitian, Ratio Beban Pelatihan dan Ratio beban Promosi. Kemudian mengalami
96
penurunan juga pada tujuan ketiga yaitu Ratio Laba, Ratio Pendapatan Individu dan
Ratio Investasi Sektor Riil.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai syariah
maqashid indeks tidak konsisten. Hal ini dibuktikan pada tahun 2016 dan 2017 nilai
maqashid indeks tertinggi diperoleh Bank BNI Syariah, sedangkan pada tahun 2018
Bank BNI menjadi Bank dengan nilai maqashid syariah terendah. Oleh karena itu,
dapat diartikan bahwa tiga tujuan maqashid syariah belum tercapai secara maksimal.
Pada tahun 2018, Bank Syariah Mandiri menjadi Bank yang memiliki nilai Syariah
maqashid indeks tertinggi. Hal ini berarti Bank Syariah Mandiri berhasil menjalankan
penilaian kinerja berdasarkan maqashid syariah.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan berbagai kajian dan riset terdahulu yaitu
Menurut Mohammed, O. M. & Razak & Dzulastri, A. & Taib, M. F. & Fauziah
(2008). Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja 6 bank islam di Malaysia,
Bangladesh, Indonesia, Bahrain, yordania dan Sudan. Penelitian ini menghasilkan
pencapaian rangking peringkat Syariah Maqashid Indeks pada bank-bank syariah di
Negara masing masing dengan nilai tertinggi yaitu bank islam di Sudan. Menurut
Antonio, S. F. & Sandrego, D. Y. & Taufiq, M. (2012) yang melakukan penelitian
untuk menganalisis kinerja perbanakan syariah di Indonesia dan Yordania
menggunakan Indeks Maqashid Syariah Indeks tahun 2008-2010 penelitian ini
menghasilkan ada 2 bank syariah di Indonesia yang memperoleh Syariah Maqashid
Indeks tertinggi. Menurut Mutia, E. & Mushfirah, N. (2017). Penelitian ini bertujuan
untuk menilai kinerja bank syariah di Asia Tenggara menggunakan Indeks Maqashid
97
Syariah . penelitian ini menghasilkan bahwa perbankan di Indonesia memiliki nilai
Syariah Maqashid Indeks tertinggi sebesar 46,22%.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat dikatakan bahwa di beberapa Negara
termasuk Indonesia terdapat perbankan syariah sudah berhasil menerapkan penilaian
kinerja dengan menggunakan maqashid syariah. Hal tersebut seharusnya menjadi
reputasi yang baik untuk perbankan syariah dan diharapkan dengan adanya contoh
perbankan yang berhasil tersebut dapat menjadi contoh untuk perbankan syariah
lainnya agar ikut menerapkan penilaian kinerja perbankan syariah menggunakan
maqashid syariah.
98
BAB V
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai
pengukuran Maqashid Syariah Indeks (MSI) pada 11 Bank Umum Syariah (BUS)
yang ada di Indonesia pada tahun 2016-2018, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada tahun 2016, Bank Umum Syariah (BUS) yang memiliki nilai Syariah
Maqashid Indeks tertinggi yaitu Bank BNIS dengan nilai perolehan sebesar
100% hal ini disebabkan karena bank BNIS menjalankan tujuan Maqashid
yang kedua yaitu Iqamah Al-Adl pada Ratio Pengembalaian yang Adil lebih
dominan dibandingkan dengan Bank Umum Syariah (BUS)lainnya.
Sedangkan BUS yang memiliki nilai Syariah Maqashid Indeks dengan nilai
perolehan sebesar 0.0861 yaitu bank BMS hal ini dikarenakan bank BMS
belum memaksimalkan tujuan pertama yaitu Tahdib-Al Fard dan tujuan ketiga
yaitu Jalb Al- Maslahah pada seluruh ratio yaitu Ratio Bantuan Pendidikan,
Ratio Beban Penelitian, Ratio Beban Pelatihan dan Ratio Beban Promosi
untuk tujuan ketiga yaitu pada Ratio Laba, Ratio Pendapatan Individu dan
Ratio Invetasi Sektor Riil.
2. Pada tahun 2017 hal positif kembali di tunjukan oleh bank BNIS hal ini
dikarenakan bank BNIS tetap konsisten dan dominan dibandingkan dengan
BUS lainnya dengan nilai perolehan yang tetap sempurma yaitu 100. Dan
sebaliknya bank BMS tetap menjadi bank dengan nilai perolehan terburuk
sama dengan tahun lalu.
99
3. Pada tahun 2018, sangat berbeda dengan tahun sebelumnya dikarenakan nilai
positif di tnjukan oleh bank BSM hal ini dikarenakan bank BSM mampu
menggeser posisi bank tertinggi tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan bank
BSM lebih dominan Maqashid pada tujuan kedua yaitu Iqamah Al-Adl pada
Ratio Pengembalian yang Adil dan Ratio Gaji Karyawan. Sebaliknya performa
buruk ditunjukan oleh bank BNIS dikarenakan pada tahun pengamatan
terakhir berada diposisi terendah dengan nilai perolehan sebesar 0,1952 hal ini
dikarenakan bank BNIS tidak maksimal dan belum konsisiten terhadap
kinerja Maqashid tujuan pertama dan ketiga yaitu Tahdzibul Al-Fard dan Jalb
Al-Maslahah pada Ratio Bantuan Pendidikan, Ratio Beban Penelitian, Ratio
Beban Pelatihan dan Ratio Beban Promosi untuk tujuan ketiga yaitu pada
Ratio Laba, Ratio Pendapatan Individu dan Ratio Invetasi Sektor Riil.
B. SARAN
Setelah mendapat hasil penelitian, dan berdasarkan kesimpulan yang di telah
diuraikan diatas. Maka peneliti memberi saran sesuai dengan hasil yang telah didapat
yaitu:
1. Dalam 3 tahun yang diteliti, BUS yang memiliki asset yang besar justru
mengalami kelonjakan penurunan dana yang dialokasikan. Oleh karena itu
seharusnya menejemen bank lebih memperhatikan kepatuhan syariah yang ada
di bank tersebut selain itu harus lebih memperketat peninjauan ke kantor-
kantor cabang, apakah sudah melaksanakan kepatuhan syariah dengan baik
atau justru sebaliknya.
100
2. Bagi penulis penelitian yang serupa, dapat melengkapi bank umum syariah
(BUS) yang ada di Indonesia dan mengupdate data terbaru untuk lebih
mengakuratkan hasil.
3. Pengukuran kinerja bank syariah bukan hanya dari tiga aspek yang peneliti
tulis ( Konsep Abu Zahra), akan tetapi masih banyak aspek yang dapat diteliti.
Oleh karena itu bagi penulis selanjutnya, dapat menggunakan aspek lain untuk
menghitung nilai Maqashid Syariah Indeksnya.
101
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. Mukri. 2012. Urgensi Maslahat Mursalah Dalam Dialetika
Pemikiran Hukum Islam, Bogor: Pustaka Pena Ilahi.
Afrinaldi. 2013. Analisis Kinerja Perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari
Maqasid Syariah Pendekatan Sharia Maqasid Index dan Profitabilitas
Bank Syariah,. Paper Ekonomi dan Keuangan. Paper 24 Forum Riset
Ekonomi dan Keuangan Syariah,
Aisyah, Novilia. 2016. Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di
Indonesia dengan Pendekatan Sharia Maqasid Indekx. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Antonio, M. Syafii. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta:
Pustaka Alfabeta
Antonio, M. Syafi’I,dkk. 2012. An Analysis of Islamic Banking Performance
Maqashid Indeks Implementation in Indonesia and Yordania. Jurnal
Syariah finance Tazkia University College of Islamic Economics.
Vol. 1. No. 1
Al-Arif, M. Nur Rianto. 2011. Dasar- Dasar Ekonomi Islam, Jakarta: Era
Adicitra Intermedia.
Heri, HT. Ali dan Rama, Ali. 2018. Indeks Kinerja Perbankan Syariah di Asia
Tenggara berdasarkan konsep Maqashid Al-Syariah. Jurnal Madania.
Vol. 39
Amir, Syarifudin. 2008. Ushul Fiqh . Jakarta : Kencana
Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Cakhyaneu, Aneu. 2018. Pengukuran Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia
berdasarkan Sharia Maqashid Index (SMI). Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Syariah. Vol. 2
Edi, Susilo. 2018. Pengawasan Syariah pada Lembaga Keuangan Syariah,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
102
Ety, Rochety. dkk. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana
Media
Harahap , Sofyan. dkk. 2007. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE
Usakti
Hendryadi dan Suryani. 2015. Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi
pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana
Hila, Irman . 2003. Perbankan Syariah Masa Depan, Jakarta: Senayan Abadi
Publishing,
Ikatan Banker Indonesia. 2014. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta:
Gramedia Pusaka Utama
Ika, Y. Fauziah dan Riyadi. 2015. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-Syariah, Rawamangun: PrenadamediaGroup.
Imansari, A. Dyah. 2015. Analisis Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah
Berdasarkan konsep Al- Maqasid al- Syariah di Indonesia dan di
Malaysia. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Jaser, Auda. 2013. Membumikan Hukum Islam melalui Maqashid Syariah.
Bandung: Mizan Pustaka.
Karim, A. Adiwarman. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
PT Raja Grafindo
Mingka, A. 2013. Maqashid Syariah dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah.
Jakarta: Iqtishad Publishing.
Mohammed, M. Umar,dkk. 2008. The Performance Measures of Islamic
Banking Based on the Maqasid Framework. International Accounting
Conference INTAC.
Mohammed, M. Umar dan Taib. 2015. Developing Islamic Banking
Performance Measure Based on Maqashid Al-Syari’ah. Juornal Of
Islamic Monetary Economic and Finance.
103
Mutia, Evi dan Musfirah, Nastha. 2017. Pendekatan Maqashid Syariah Index
Sebagai Pengukuran Kinerja Perbankan Syariah di Asia Tenggara.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 12. No. 4
Nurul, Zuhriyah. 2009 Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Akasara
Oktaviani. dkk. 2018. Analisis Penilaian Indeks Maqashid Syariah terhadap
Ratio Likuiditas pada Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Keuangan
dan Perbankan Syariah . Vol. 4. No. 2
Purnomo. dkk. 2014. Analisis Kinerja Perbankan di Indonesia dengan
Pendekatan Maqosid Indeks. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam.
Vol 2 No. 2.
Rahman, K. Kurnia,dkk. 2017. Maqashid Al-Shari’ah based Performance
Measurement for the halal industry. Research Paper. Vol. 33. No. 3.
Rizki, S. Febriadi. 2017. Aplikasi Maqashid Syariah dalam bidang Perbankan
Syariah. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah. Vol. 1. No. 2.
Rochaety. Ety, dkk. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis dengan aplikasi SPSS,
Jakarta : Mitra Wacana Media.
Rozalinda, 2014. Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktifitas Ekonomi.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Sahroni, Oni dan Karim, Adiwarman. 20015. Maqasid Bisnis& Keuangan
Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Salman, K. Riza. dkk. 2018. New Evidence on the direct and Indirect Influence
of the Maqashid Syariah Indeks on the Islamic Social Reporting
Index. Internasional Journal of Research Science & Management. Vol
5. No 8.
Solihin. dkk. 2019. Maqashid Shariah Sebagai Alat Ukur Kinerja Bank Syariah
telaah Konsep Maqashid Sharia Index (MSI) ASY-SYATIBI. Jurnal
LAA MAISYIR. Vol 6. No. 2.
104
Sudrajat, Anton. dan Sodiq, Amirus. 2016. ,Analisis Penilaian Kinerja Bank
Syariah Berdasarkan Indeks Maqasid Syariah. Jurnal Bisnis dan
Manajemen Islam. Vol 4. No. 1.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Suma, Amin. 2008. Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan
Islam. Ciputat: KDT
Wira,Ahmad. dkk .2018. Pengukuran Kinerja Perbankan Syariah dengan
Menggunakan Pendekatan Indeks Maqashid Syariah. Jurnal Kajian
Ekonomi Islam. Vol. 3 No. 2.
www.ojk.go.id
www.bankmuamalat.co.id
www.syariahmandiri.co.id
www.megasyariah.co.id
www.brisyariah.co.id
www.syariahbukopin.co.id
www.bnisyariah.co.id
www.bjbsyariah.co.id
www.bcasyariah.co.id
www.paninbanksyariah.co.id
www.bankvictoriasyariah.co.id
www.maybanksyariah.co.id
105
Lampiran 1 : Annual Report Bank Umum Syariah Tahun 2016
1. Bank syariah Mandiri tahun 2016
bantuan
pendidikan a.beban promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
0 53708966499 650000000 25100000000
3126819800000
0
bagi hasil blm
dibagi
Pen investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
71489000000 1641159070000
1806062053
71
102310277200
0 31951864470
3195186447
0
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil total penyaluran
325413775831
3560000000000
00 2276632000
506550667621
15
2480100000000
00
0.00091408
4
2. Bank BNI Syariah 2016
bantuan
pendidikan a.beban promosi penelitian
b. Beban
operasional pelatihan
82005000 79000000000 25840000000 1306000000000 29536000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
40000000000 1700000000 302498000000 20490000000000 324565000000 25002000000
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
215230000000 25827609000000 18621614421 4233951000000 19936630000000
3. Bank BCAS 2016
bantuan
pendidikan a.beban promosi penelitian pelatihan
b. Beban
operasional
2011917739 405065655 0 2011917739 126400000000
bagi hasil belum
dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t.Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
11722157988000 552016447393000 298467919137 3462800000000 47757963086 58714799574
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
36816335736 4995600000000 5965995000 1450605858813 3462800000000
106
4.Bank Syarah Bukopin 2016
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
606000000 7074877079 0 3468050509 85212000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih mudh dan musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
19016000000 0 2522763650893 4799486000000 91293862388 91293862388
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
798568161270 7020000000000 0 3154079266765 4799486000000
5. Bank Mega Syariah 2016
bntuan
pendidikan beban promosi penelitian pelatihan
Beban
operasinal
156402000 167061000000 2916421000 42588000000 2255000000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
11068447000 71907489000 285358000000 4714812000000 1785000000 5685000000
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
110729286000 6135242000000 3776000000 11705650000 4714812000000
6. Bank Panin Syariah 2016
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
beban
operasional
128549000 4751005000 1122680000 1122680000 689017000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih mudh dan musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
12025278 3021323000 5242596907000 6026000000000 90336575000 24576876000
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
19540091000 8757964000000 1932063000 30443047000 6073504812000
107
7. Bank Aceh Syariah 2016
bantuan
pendidikan beban promosi penelitian
b. Beban
operasional pelatihan
12813000000 0 0 1127624000000 28978432400
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
0 0 7066000000 2012733000000 99542979800 99542979800
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran a/b
101820000000 18759191000000 0 23109083000000 2012733000000
8. Bank Victoria Syariah 2016
bantuan
pendidikan beban promosi penelitian pelatihan
b. Beban
operasional
182561428 64164464000 0 182561428 77754000000 0.002347936
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
3998183434 11151587477 20070624049 1,212,690,000,000 20650054606 30886535606
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
18474000000 1625183000000 33593262000 307170973666 1212690000000
9. Maybank Syariah 2016
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
489500000 983000000 0 489500000 64750000000 0.007559846
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
0 53166000000 233406000000 248007000000000 22333000000 23261000000
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
40352000000 1344720000000 0 487055000000 248007000000000
108
Lampiran 2: Annual Report Bank Umum Syariah Tahun 2017
1. Bank Muamalat 2017
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
1697491500 24088892000
191674400
0 1697491500 1614000000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan
gaji
kar&eks
104717277000
11300000000
0
169814614
04
41288000000
000 767258167000
834189010
00
laba bersih t.aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran a/b
26000000000
61697000000
000
151494980
00 91077000000 773037710000
2. Bank BSM 2017
bantuan
pendidikan beban promosi penelitian pelatihan
Beban
operasinal
47236430258 73264000000 461000000 50648000000 23008000000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy
t.
Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
7286674000000 3541658000000 3377631075 20628438000 1805975000000 1805975000000
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
365166000000 87091000000000 24636000000 0 3541658000000
109
3. Bank BNIS 2017
bantuan
pendidikan a.beban promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
19219500000 73820000000 0 19219500000 1239000000000
bagi haisl
belum dibagi
pend investasi
bersih mudh dan musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
53741000000 1241000000000 5314099000000 23597000000000 362278000000 20419000000
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
307000000000 34822044000000 18383000000 37560009000 1241047000000
4. Bank BRIS 2017
bantuan
pendidikan a.beban promosi penelitian pelatihan
Beban
operasinal
85370000000 204260000000 0 6649000000 1178743000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih mudh dan musy t. Pembiayaan gaji karyawan
gaji
kar&eks
35683000000 2769661000000 8233003000000 21086000000000 290327000000 4816000000
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
101091000000 31543384000000 8933000000 526128000000 2768661000000
5. Bank BCAS 2017
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
1660515628 788999289 2865912756 146006000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
12327753621 310002000000 653836382429 4191001000000 51142613416 54031233462
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
47009000000 4191001000000 49884536000 7387008000 310002000000
110
6. Bank BSB 2017
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
3729472436 5489880175 3889118681 3380118681 197116000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
8309001549 18763003684 6625000000 4532635000000 100073030921 100073030921
laba bersih t.aktiva Zakat sektor riil t. Penyaluran
1065000000 7166257000000 0 290936254430 6077000000000
7. Bank BMS 2017
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
129907000 2117825000 0 2221951000 332535636000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
9556000000 506646000000 599793498999 4641439000000 144873542000 144873542000
laba bersih t.aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
72555000000 7034300000000 2473000000 24592000000 506646000000
8. Bank BPS 2017
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
Beban
operasinal
207907295000 9319000000 0 469042000 1301326000000
bagi hasil belum
dibagi
pend investasi
bersih mudh dan musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
11376940000 8705000000 5006931726000 6,542,901,000,000 112132912000 27512553000
laba bersih t.aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
968851000000 8629275000000 8629275000 598041630 8704857000
111
9. Bank BAS 2017
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
b. Beban
operasional
15213000000 0 0 16212000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih mudh dan musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
0 42963000000 1009828000000 12085000000000 88711000000 88711000000
laba bersih t.aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
433057000000 491206000000 4671000000 32537000 36316016000
10. Bank BVS 2017
bantuan
pendidikan a.beban promosi penelitian
c. pend dan
pelatihan
d. Beban
operasinal
442713589 7155619000 0 442713589 49712000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
4752842657 302282000000 6228286450 1262926000000 22413929024 30941836096
laba bersih t.aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
4593000000 2003114000000 0 327176550 0
11. Bank Maybank 2017
bantuan
pendidikan a.beban promosi penelitian pelatihan
Beban
operasinal
659500000 828000000 0 659500000 94413000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
0 163210000000 40579000000 485242000000 26079000000 26645000000
laba bersih t.aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
9785000000 1275648000000 0 23404000000 586735000000
112
Lampiran 3: Annual Report Bank Umum Syariah Tahun 2018
1. Bank Muamalat 2018
bantuan
pendidikan a.beban promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
2080442000 86816829000 0 15308520000 1369610467000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
besih
mudh dan
musy T. pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
84055187 773000000000 16981461404 33559000000000 789209210000 84079200000
laba bersih T aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
46000000000 57227000000000 10586089000 51020000000 112933337000
2. Bank BSM 2018
bantuan
pendidikan a.beban promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
3090000000 5219000000 20021000000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
7688793000000 5521495000000 23849276000 67752797000000 1805975000000 1805975000000
laba bersih t.aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
605213000000 98034000000000 27751000000 199970000000 5521495000000
3. Bank BNIS 2018
bantuan
pendidikan beban promosi penelitian pend dan pelatihan
Beban
operasinal
22058500000 70747000000 0 22058500000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih mudh dan musy T pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
46899000000 2386000000000 8041149000000 28,299,000,000,000 36227800000 20419000000
laba bersih t.aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
416000000000 41,048,055,000,000 20315000000 154895000000 2,86021000000
113
4. Bank BRIS 2018
bantuan
pendidikan beban promosi penelitian pend dan pelatihan
Beban
operasinal
85370000000 20178000000 0 8563000000 1200619000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih mudh dan musy t. Pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
57896000000 1748912000000 8233003000000 19,001,000,000,000 510828000000 510828000000
laba bersih t.aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
106600000000 37915084000000 7051000000 385146874836 1748912000000
5. Bank BCAS 2018
bantuan
pendidikan a.beban promosi penelitian
c. pend dan
pelatihan
d. Beban
operasinal
0 876522149 0 3485196238 165008000000 0
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy T. pembiayaan gaji karyawan
gaji
kar&eks
15028023848 13001000000 114893707679 5178619000000 6460255075 8835881275
laba bersih T aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
58004000000 7064000000000 55892688 50809003000 13001000000000
6. Bank BSB 2018
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian
c. pend dan
pelatihan d. Beban operasinal
3124653932 3363020198 3038370254 3038370254 172933000000
bagi hasil
belum
dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy T. pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
5523670210 6766072982 27063000000 4234640000000 80902521553 80902521553
laba bersih T aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
2025000000 6328447000000 0 419070282456 18,763,000,000,000
114
7. Bank BPS 2018
bantuan
pendidikan beban promosi penelitian
pend dan
pelatihan
dBeban
operasinal
1.61363E+11 5545000000 0 5841287000 558636000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih mudh dan musy T. pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
12938000000 86000000000 5428644600000 6133981000000 92733574000 92757457556
laba bersih T aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
20788000000 8771085000000 0 105529851 85524000000
8. Bank BMS 2018
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan d. Beban operasinal
1846892000 2213829000 0 1846892000 398453173000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy T. pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
12114000000 14781000000 321596941000 5178619000000 147619489000 147619489000
laba bersih T aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
46577000000 7336342000000 1557000000 24038000000 14,781,000,000,000
9. Bank BVS 2018
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitain pelatihan
d. Beban
operasinal
596298673 622067869 0 0 58195000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy T. pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
4616346935 408422000000 983193548069 1234571000000 23659055082 25054120800
laba bersih T aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
4974000000 2126019000000 0 10592740180 3,021,000,000,000
115
10. Bank BAS 2018
bantuan
pendidikan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
16212000000 0 15845000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih mudh dan musy T. pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
0 40895000000 1270002000000 13024000000000 104690000000 104690000000
laba bersih T aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
439043000000 471523000000 9670000000 102033000000 465,668,000,000
11. Bank Maybank syariah 2018
bantuan
pendidkan
a.beban
promosi penelitian pelatihan
d. Beban
operasinal
309500000 371000000 0 309500000 66296000000
bagi hasil
belum dibagi
pend investasi
bersih
mudh dan
musy
T.
pembiayaan gaji karyawan gaji kar&eks
0 283631000000 39859000000 72237000000 22239000000 22504000000
laba bersih T aktiva zakat sektor riil t. Penyaluran
64720000000 661912000000 0 23336000000 529,177,000,000
116
Lampiran 4: Hasil Perhitunga Ratio
1. PERHITUNGAN RATIO STEP 1
BANK
2016
B.Pendidikan
/B.Operasional
B.Promosi
/B.Operasional
B.Penelitian/B.Ope
rasional
B.Pelatihan/B.operas
ional
R1 R2 R3 R4
BMI 0.0001 0.2108 0.0001 0.0001
BRIS 0.0000 0.0180 0.0000 0.4606
BNIS 0.0001 0.0605 0.0198 0.0226
BSM 0.0000 0.0017 0.0000 0.0008
BCAS 0.0159 0.0032 0.0000 0.0159
BSB 0.0857 0.0830 0.0000 0.0407
MAYBANK 0.0076 0.0152 0.0000 0.0076
BAS 0.0114 0.0000 0.0000 0.0257
BMS 0.0001 0.0741 0.0013 0.0189
BVS 0.0024 0.8252 0.0000 0.0024
BPS 0.0002 0.0069 0.0016 0.0016
BANK
2016
Bagi Hasil Belum
dibagi/Pend Inves Bersih
Mudharabah&Musyaraka
h/T.Pembiayaan
Pend.Bebas
Bunga/T.Pendapatan
R5 R6 R7
BMI 1.7426 0.0056 0.4826
BRIS 0.0137 0.3721 0.9723
BNIS 23.5294 0.1471 0.9285
BSM 0.0752 0.0143 1.0000
BCAS 0.0212 0.0862 0.8134
BSB 0.0000 0.5256 1.0000
MAYBANK 0.0000 0.0009 0.9601
BAS 0.0000 0.0035 1.0000
BMS 0.1539 0.0605 0.3140
BVS 0.3585 0.7831 0.6686
BPS 0.0040 0.8700 0.7861
117
BANK
2016
Laba Bersih/ T.Aset
Zakat yg
dibayarkan/Aset
Bersih
Inves SekRiil/
T.Investasi
R8 R9 R10
BMI 0.0013 0.0002 0.0004
BRIS 0.0037 0.0003 0.5976
BNIS 0.0083 0.0007 0.2124
BSM 0.0009 0.0000 0.0644
BCAS 0.0074 0.0012 0.4189
BSB 0.1138 0.0000 0.6572
MAYBANK 0.0300 0.0000 0.0020
BAS 0.0054 0.0000 0.6473
BMS 0.0181 0.0006 0.0025
BVS 0.0114 0.0207 0.1710
BPS 0.0022 0.0002 0.0050
BANK
2017
B.Pendidikan
/B.Operasional
B.Promosi
/B.Operasional
B.Penelitian/B.
Operasional
B.Pelatihan/B.opera
sional
R1 R2 R3 R4
BMI 0.0011 0.0149 0.0012 0.0011
BRIS 0.4180 0.1733 0.0000 0.0056
BNIS 0.0155 0.0596 0.0000 0.0155
BSM 0.0021 0.0032 0.0000 0.0022
BCAS 0.0114 0.0054 0.0000 0.0196
BSB 0.0189 0.0279 0.0197 0.0172
MAYBANK 0.0070 0.0088 0.0000 0.0070
BAS 0.0089 0.0000 0.0000 0.0094
BMS 0.0613 0.0064 0.0000 0.0067
BVS 0.0089 0.1439 0.0000 0.0089
BPS 0.1598 0.0072 0.0000 0.0004
118
BANK
2017
Bagi Hasil Belum
dibagi/Pend Inves
Bersih
Mudharabah&Musyaraka
h/T.Pembiayaan
Pend.Bebas
Bunga/T.Pendapatan
R5 R6 R7
BMI 0.9267 0.0004 0.9019
BRIS 0.0129 0.3905 0.9837
BNIS 0.0433 0.2252 0.9466
BSM 2.0574 0.1637 1.0000
BCAS 0.0398 0.1560 0.9465
BSB 0.4428 0.0015 1.0000
MAYBANK 0.0000 0.0836 0.9788
BAS 0.0000 0.0836 1.0000
BMS 0.0189 0.1292 0.9879
BVS 0.0157 0.0049 0.7244
BPS 1.3069 0.7653 0.8030
BANK
2017
Laba Bersih/ T.Aset
Zakat yg
dibayarkan/Aset
Bersih
Inves SekRiil/
T.Investasi
R8 R9 R10
BMI 0.0004 0.0003 0.1178
BRIS 0.0032 0.0003 0.1900
BNIS 0.0088 0.0005 0.0303
BSM 0.0042 0.0003 0.0000
BCAS 0.0112 0.0119 0.0238
BSB 0.0002 0.0000 0.0479
MAYBANK 0.0077 0.0000 0.0399
BAS 0.8816 0.0095 0.0009
BMS 0.0103 0.0004 0.0485
BVS 0.0023 0.0000 0.0000
BPS 0.1123 0.0010 0.0687
119
BANK
2018
B.Pendidikan
/B.Operasional
B.Promosi
/B.Operasional
B.Penelitian/B.O
perasional
B.Pelatihan/B.op
erasional
R1 R2 R3 R4
BMI 0.0240 0.0634 0.0000 0.0112
BRIS 0.0711 0.0168 0.0000 0.0071
BNIS 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
BSM 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
BCAS 0.0000 0.0053 0.0000 0.0211
BSB 0.0181 0.0195 0.0176 0.0176
MAYBANK 0.0047 0.0056 0.0000 0.0047
BAS 0.0092 0.0000 0.0000 0.0090
BMS 0.0046 0.0056 0.0000 0.0046
BVS 0.0103 0.0107 0.0000 0.0000
BPS 0.2889 0.0099 0.0000 0.0105
BANK
2018
Bagi Hasil Belum
dibagi/Pend Inves Bersih
Mudharabah&Musyara
kah/T.Pembiayaan
Pend.Bebas
Bunga/T.Pendapatan
R5 R6 R7
BMI 0.0001 0.0005 0.9037
BRIS 0.0331 0.4333 1.0000
BNIS 0.0197 0.2842 0.9466
BSM 1.0000 0.0004 1.0000
BCAS 1.0000 0.1187 0.7311
BSB 0.8164 0.0064 1.0000
MAYBANK 0.0000 0.5518 0.9882
BAS 0.0000 0.0975 1.0000
BMS 0.8196 0.0621 0.9844
BVS 0.0113 0.7964 0.9443
BPS 0.1504 0.8850 0.9997
120
BANK
2018
Bagi Hasil Belum
dibagi/Pend Inves
Bersih
Mudharabah&Musyarak
ah/T.Pembiayaan
Pend.Bebas
Bunga/T.Pendapatan
R8 R9 R10
BMI 0.0008 0.0002 0.4518
BRIS 0.0028 0.0002 0.2202
BNIS 0.0101 0.0005 0.0649
BSM 0.0062 0.0003 0.0362
BCAS 0.0082 0.0000 0.0039
BSB 0.0003 0.0000 0.0223
MAYBANK 0.0978 0.0000 0.0441
BAS 0.9311 0.0205 0.2191
BMS 0.0064 0.0002 0.0016
BVS 0.0023 0.0000 0.0035
BPS 0.0024 0.0000 0.0012
top related