ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BMT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4887/1/Tuga... · untuk anggota, yang mencerminkan pelaksanaan falsafah demokrasi dalam
Post on 26-Sep-2020
5 Views
Preview:
Transcript
ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN
BERMASALAH DI BMT SUMBER USAHA
KEMBANGSARI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
(A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh
EKA HARDIYANTI
NIM: 64010150029
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN
BERMSALAH DI BMT SUMBER USAHA
KEMBANGSARI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
(A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh
EKA HARDIYANTI
NIM: 64010150029
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
i
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
MOTTO
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar
kesanggupannya”
(Q.S Al Baqoroh : 268)
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk:
1. Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak dan Ibu terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan doa yang
diberikan selama ini.
3. Adikku
4. Teman dekat yang selalu menemani dan menyemangati selama ini
5. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menyemangati.
6. Seluruh karyawan BMT Sumber Usaha Kembangsari yang telah
memberikan banyak pengarahan, bimbingan serta nasihat selama saya
magang di BMT Sumber Usaha Kembangsari.
7. Teman-teman seperjuangan D III Perbankan Syariah angkatan 2015 yang
telah bersama berjuang selama ini.
8. Almamaterku IAIN Salatiga.
vi
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkah dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul ANALISIS
PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BMT SUMBER USAHA
KEMBANGSARI sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan D III dalam
jurusan Perbankan Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas
dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, dorongan
maupun informasi yang berkaitan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga beserta
wakil-wakilnya.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
3. Bapak Ari Setiawan, M.M selaku Ketua Jurusan D III Perbankan
Syariah.
4. Bapak Qi Mangku Bahjatulloh Lc., M.Si selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., MAselaku Pembimbing Lapangan
Kegiatan Magang.
vii
vii
6. Bapak Qi Mangku Bahjatulloh Lc., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang selalu memberikan ilmunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Keluarga besar BMT Sumber Usaha Kembangsari yang telah membantu
dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
9. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan, serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
10. Teman-teman D III Perbankan Syariah angkatan tahun 2015.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu
apapun yang sempurna kecuali Allah SWT oleh karena itu, dengan senang hati
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 30 Juli 2018
Eka Hardiyanti
NIM 64010150029
viii
viii
ABSTRAK
Hardiyanti, Eka. 2018. Analisis Penaganan Pembiayaan Bermasalah di BMT
Sumber Usah Kembangsari . Tugas Akhir. Program StudI D III
PerbankanSyariah.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Qi Mangku Bahjatullah, Lc,
M. SI.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh persaingan yang ada di BMT semakin
ketat dan memperlukan pennaganan pembiayaan guna meningkatkan pendapatan
dan mejaga kestabilan pendapatan di dunia perbankan. NPF (Non Performing
Financing) menjadi tolak ukur kesehatan suatu BMT. Suatu BMT dikatakan sehat
apabila NPF yang di miliki BMT dibawah 5%. Metode peneliitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data yang
digunakan adalah data primer dan sekunder. Tehnik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan rest pustakawanHasil
penelitian ini adalah penanganan pembiayaan bermasalah yang ada di BMT
Sumber Usaha mengunakan prinsip kehati-hatian dan berdasarkan data-data yang
aktual dan terbaru. Faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah
di BMT Sumber Usaha adalah faktor internal nasabah itu sendiri. Tingkat
kesehatan di BMT Sumber Usaha pada tahun 2016 sampai 2017 mengalami
kenaikan sebesar 0,32% meskipun begitu kondisi kesehatan BMT Sumber Usaha
masih tetap dalam kategori cukup sehat.
Kata kunci : Pembiayaan bermasalah, NPF, BMT Sumber Usaha
ix
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................... Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN KELULUSAN............................ Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............. Error! Bookmark not defined.
MOTTO ................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
ABSTRAK............................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 4
C. TUJUAN PENELITIAN .............................................................................. 5
D. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................... 5
F. SISTEMATIKA PENULISAN .................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................ 10
A. Penelitian Sebelumnya ............................................................................... 10
B. TEORI ........................................................................................................ 16
1. Penanganan Pembiayaan Bermasalah ..................................................... 16
2. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ............................................. 25
3. Kesehatan BMT ...................................................................................... 31
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN .................................................... 36
A. GAMBARAN UMUM BMT ..................................................................... 36
1. Sejarah BMT Sumber Usaha .................................................................. 36
2. Visi dan Misi BMT Sumber Usaha ......................................................... 38
3. Job Discription ........................................................................................ 41
4. Produk BMT Sumber Usaha ................................................................... 43
x
x
B. Data Diskriptif ............................................................................................ 48
BAB IV ANALISIS DATA .................................................................................. 50
A. Penanganan Pembiayaan Bermasalah Di BMT Sumber Usaha ................. 50
B. Faktor Yang Menyebabkan Pembiayaan Bermasalah di BMT Sumber
Usaha.................................................................................................................. 54
C. Kondisi Kesehatan BMT Jika Dilihat Dari Pembiayaan Bermasalah ........ 58
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 60
A. Kesimpulan ................................................................................................. 60
B. Saran ........................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 63
LAMPIRAN .......................................................................................................... 64
xi
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................12
Tabel 2.2 Kriteria Peringkatan Profil Rasio (NPF)................................................35
Tabel 3.1 Data Keuangan BMT Sumber Usaha Kembangsari..............................48
Tabel 4.1 Data Realisasi Posisi BMT Sumber Usaha tahun 2016-201.7..............59
xii
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisai BMT Sumber Usaha ...........................................39
xiii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Tugas Akhir
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Magang di BMT Sumber Usaha
Lampiran 4. Slip Setorn
Lampirn 5. Slip Penarikan
Lampiran 6.Formulir Pengajuan Pembiayaan
Lamporan 7. Form Pembukaan Rekening
Lampiran 8. Data realisai BMT Sumber Usaha Tahun 2016-2017
Lampiran 9. Daftar Tungakan Nasabah
Lampiran 9. Hasil wawanca kepada karyawan BMT Sumer Usaha
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam masyarakat modern, manajemen semakin penting dan
diperlukan, karena dengan meningkatnya teknologi dan kecerdasan manusia
telah menempatkan kebutuhan dalam mencapai tujuan. Tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan rasionalitas efektivitas menjadi tuntutan demikian
adanya beberapa spesialisai dalam usaha untuk mewujudkan kemampuan
berkoperasi. Untuk mewujudkannya diperlukan adanya keharusan manajemen
yang baik. Dengan demikian juga koperasi sebagai bentuk badan usaha yang
bergerak dibidang perekonomian mempunyai tatanan manajemen yangagak
berbeda dengan badan usaha lainya. Perbedaan tersebut bersumber dari
hakekat manajemen koprasi berdasarkan filsafahnya adalah dari, oleh dan
untuk anggota, yang mencerminkan pelaksanaan falsafah demokrasi dalam
dunia usaha yang menjadi cirri khusus koperasi (Tim P2KL MAP : 2004 : 78).
BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) merupakan salah satu model lembaga
keuangan syariah paling sederhana yang saat ini banyak muncul dan
tenggelam di Indonesia. Keberadaan BMT dengan jumlah yang signifikan
pada beberapa daerah di Indonesia tidak didukung oleh faktor-faktor
pendukung yang memungkinkan BMT untuk terus berkembang dan berjalan
dengan baik. Beberapa data menunjukkan di daerah-daerah tertentu
keberadaan BMT cukup memperihatinkan dan sebagian BMT usianya tidak
2
2
lebih dari 5-8 tahun. Ditambah lagi dengan pernyataan Pusat Inkubasi Usaha
Kecil (Pinbuk) bahwa BMT pada akhir 1997 berjumlah 1.501 buah
mengalami perkembangan yang tidak terlalu bagus, bahkan ada BMT yang
kemudian tumbang, gagal, rugi kemudian mati.
Dengan melihat fenomena di atas perkembangan BMT dipandang
belum sepenuhnya mampu menjawab problem real ekonomi yang ada di
kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain,
belum memadainya sumber daya manusia yang terdidik dan profesional,
menyangkut manajemen sumber daya manusia dan pengembangan budaya
serta jiwa wirausaha (entrepreneurship) bangsa kita yang masih lemah,
permodalan (dana) yang relatif kecil dan terbatas, adanya ambivalensi antara
konsep syariah pengelolaan BMT dengan operasionalisasi di lapangan, tingkat
kepercayaan yang masih rendah dari umat Islam dan secara akademik belum
terumuskan dengan sempurna untuk mengembangkan lembaga keuangan
syariah dengan cara sistematis dan proporsional. Kompleksitas persoalan
tersebut menimbulkan dampak terhadap kepercayaan masyarakat tentang
keberadaan BMT diantara lembaga keuangan konvensional.
Bank syariah dalam melakukan restrukturisasi pembiayaan dengan
menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle), prinsip syariah dan
prinsip akuntansi. Prudential principle adalah pengendalian risiko melalui
penerapan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara
konsisten, serta memiliki sistem pengawasan internal yang secara optimal
mampu menjalankan tugasnya (Anshori, 2010 : 22).
3
3
Penanganan pembiayaan bermasalah pada perbankan syariah ternyata
hampir sama dengan yang terjadi dalam perbankan konvensional.
Perbedaannya terletak pada batasan bahwa restrukturisasi harus dilaksanakan
sesuai dengan prinsip syariah.Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang
dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan
kewajibannya, antara lain penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan
kembali (reconditioning), penataan kembali (restructuring)(Umam,2016:209).
Namun perjanjian pembiayaan yang bank berikan kepada nasabah
bukanlah tanpa risiko,risiko tersebut berupa kegagalan atau kemacetan dalam
pelunasan pembiayaan. Semakin besar pembiayaan yang mengalami
kemacetan, maka semakin menurun pula tingkat kesehatan bank tersebut atau
menurunnya pendapatan yang diharapkan, karena hal ini bersangkutan dengan
kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut. Semakin besar jumlah
pembiayaan yang macet, maka semakin besar juga jumlah cadangan yang
harus disediakan serta makin besar pula tanggungan bank untuk mengadakan
dana cadangan tersebut karena kerugian bank akan mengurangi modal sendiri.
Pembiayaan bermasalah (Nonperforming Loan) merupakan salah satu
masalah utama perbankan, apalagi ditengah krisis global yang belum stabil ini
Perbankan haruslebih berhati-hati dalam pemberian Pembiayaan dan lebih
memperkuat manajemen Pembiayaannya.
Persaingan tidak islami antar BMT menjadi kendala bagi BMT.
Karena bank-bank konfensional atau pun koperasi yang memberikan
pelayanan yang lebih baik di bandingkan dengan BMT. Tidak hanya itu
4
pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan / NPL) pun juga menjadi
faktor utama kendala dalam perkembangan suatu BMT. Karena semakin
tinggi pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan / NPL) suatu perbankan
maka permodalan semakin berkurang. Maka dari itu jika suatu BMT ingin
meningkatkan daya saing antar bank konvensional harus mampu
meminimalisir pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan / NPL) .
Saat pembiayaan dicaikan kepada anggota, saat itu juga resiko akan
muncul karena tidak semua anggota tepat dalam membayar angsuran. Maka
dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ANALISIS
PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DI BMT SUMBER USAHA”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diambil rumusan
masalahnya sebagai berikut :
a. Bagaimana prosedur penanganan pembiayaan yang bermasalah di BMT
Sumber Usaha?
b. Faktor apa yang menyebabkan pembiayaan bermasalah di BMT Sumber
Usaha?
c. Bagaimana kondisi kesehatan BMT jika dilihat dari pembiayaan
bermasalah ?
5
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan terkait dengan analisis penanganan pembiayaan bermasalah di
BMT Sumber Usaha adalah sebagi berikut :
a. Mengetahui prosdedure penaganan nasabah pembiayaan yang bermasalah
di BMT Sumber Usaha.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
pembiayaan bermasalah di BMT Sumber Usaha.
c. Untuk mengetahui kesehatan BMT dari segi pembiayaan bermasalah.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian analisis penanganan pembiayaan bermasalah di BMT
Sumber Usaha ini diharapkan memberikan manfaat kepada beberapa pihak,
diantaranya :
1. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan dan pengetahuan yang tidak diperoleh selama
perkuliahan yang berkaitan tentang cara mengatasi hambatan kinerja
marketing yang terjadi di BMT Sumber Usaha.
b. Sebagai syarat program kelulusan DIII-PS dan sebagai bukti bahwa
mahasiswa telah melakukan penelitian.
2. Bagi IAIN Salatiga
a. Memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya
Jurusan DIII Perbankan Syariah
b. Sebagai tambahan referensi literature serta informasi khususnya bagi
mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan Perbankan Syariah.
6
3. Bagi Objek Penelitian
a. Memberikan solusi permasalahan dan kontribusi pemikiran dalam hal
menyelesaikan hambatan kinerja marketing
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
E. METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan model deskriptif.
Penelitian akan menggambarkan secara terperinci tentang analisis
penanganan di BMT Sumber Usaha Kembangsari. Hasil penelitian
berbentuk kalimat, menurut Soemantri (2005:64) penelitian kuantitatif
berusaha mengangkat secara idiologis berbagai fenomena dan realitas
sosial.
2. Jenis dan Sumber data
Menurut Supriyanto dan Machfudz (2010 : 191) data adalah
catatan keterangan sesuai bukti kebenaran, bahan-bahan yang di pakai
sebagai dukungan penelitian. Sumber data dalam penelitian ada dua, yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang bias memberikan data
berupa suatu jawaban lisan melalui wawancara atau dalam penelitian
ini disebut dengan informasi. Data primer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data dari tim marketing, dan collector BMT
Sumber Usaha dalam bentuk wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekundwe adalah data yang diperoleh dari sumber kedua
setelah data primer.Pada data sekunder ini peneliti memakai buku-
buku, dokumen karyawan, profil karyawan, dan sebagainya yang
terkait dengan tema atau judul tersebut. Alas an peneliti menggunakan
data sekunder juga untuk menghemat waktu, tenanga dan biaya.
3. Teknik Pengumpulan Data
7
a. Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara kepada pihak
yang menjadi subjek penelitian secara langsung. Dengan maksud
untuk menggali informasi dari subjek penelitian sebagai studi
pendahuluan. Wawancara dilakukan ke bagian penagihan dan
nasabah.
b. Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara
langsung di objek penelitian. Mengamati situasi dan kondisi yang
sedang terjadi di BMT Sumber Usaha.
c. Studi dokumentasi
Data pendukung yang terkait dokumen-dokumen penggajian, data
karyawan, dan laporan keuangan yang dapat diperoleh di bagian
keuangan dan bagian personalia atau SDM.
d. Riset perpustakaan
Menurut Ruslan (2010: 31) riset perpustakaan adalah mencari data
atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku
referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan.
8
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, manfaat metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang kajian pustaka yang berisikan
penelitian terdahulu sebagai referensi atau pembanding
dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Selain
membahas tentang kajian pustaka dalam bab ini juga
mermbahas tentang teori-teori yang mendukung penelitian.
BAB III GAMBARAN OBJEK
Bab ini menjelaskan gambaran secara umum BMTSumber
Usaha seperti : sejarah berdiri, visi,misi struktur organisasi,
tugas dan wewenang dari masing-masing bagian. Selain
hal tersebut, penulis membahas tentang pemodalan BMT
Sumber Usaha, produk-produk BMT Sumber Usaha,
perkembangan kinerja BMT Sumber Usaha.
9
BAB IV ANALISIS
Bab ini menganalisis tentang komponen penaganan
pembiayaan bermasalah yang ada di BMT Sumber Usaha
dan analisis terkait dengan penaganan pembiayaan
bermasalah yang ada di BMT Sumber Usaha.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan sran atas penelitian yang
telah dilakukan di BMT Sumber Usaha
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Usanti (2014) tentang Penanganan
resiko Hukum di Bank Syariah. Penelitian ini menggunakan pendekatan
pendekatan peraturan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hasil
dari penelitian tersebut adalah Upaya yang dilakukan oleh bank syariah dalam
menangani risiko hukum pembiayaan didasarkan pada dua strategi, yaitu
melakukan restrukturisasi pembiayaan atau menyelesaikan pembiayaan.
Penelitian Ibrahim dan Rahmawati (2017) tentang Analisis Sulutif
Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah : Kajian pada
Murabahah di Bank Muamalat Indonesia Banda Aceh. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan studi dokumentasi
yang kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa faktor penyebab pembiayaan murabahah bermasalah berasal dari 1)
nasabah 2) internal bank 3) faktor fiktif. Kebijakkan yang diterapkan sangat
komprehensif mulai dari pencegahan sampai dengan penyelesaian. Teknis
penyelesaian dilakukan dengan metode on the spot, penagihan restrukturisasi,
penjualan jaminan, dan melakukan write off serta adanya penetapan terhadap
denda. Selain itu, BMI juga mempunyai pola-pola kebijakan internal yang
secara langsung tidak diatur secara detail oleh otoritas keuangan seperti
pembentukan tim remidial yang khusus menagani pembiayaan bermasalah.
11
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Listanti, Dzulkirom, Tapowijono
(2015) tentang Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada
Lembaga Keunagan Syariah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, teknik pengumpulan data melalui
wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah tidak hanya datang
dari nasabah melainkan pihak internal yang kurang teliti dalam analisa awal
dan survei sebelum pemberian pembiayaan dan upaya yang dilakukan dalam
menangani pembiayaan bermasalah adalah dengan teguran, rescheduling dan
restructuring serta pihak BMT tidak pernah melakukan sita jaminan karena
benar-benar menerapkan syariah dan tindakan manusiawi meski dinilai
kurang efisien.
Penelitian Wahyuni (2013) tentang Prosedure Penyelesaian Pembiayaan
Mikro Bermasalah pada PT Bank Syariah KCP Buleleng. Penelitia ini
mengunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menyatakan bahwa prosedur penyelesaian pembiayaan bermasalah yang
digunakan telah memadai, demikian pula dengan analisis permohonan
pembiayaan yang cukup selektif dilakukan dalam upaya menghindari adanya
kredit bermasalah. Prosedur penagihan yang digunakan cukup baik karena
terlebih dahulu dilakukan pendekatan-pendekatan kepada nasabah.
Penyelesaian kredit bermasalah pada PT. Bank Syariah Mandiri KCP
Buleleng dapat dilakukan dengan restrukturisasi pembiayaan, novasi,
12
kompensasi, likuidasi, dan subrogasi, serta penyelesaian pembiayaan pada
Pengadilan.
Auliana dan Syaichu (2016), Analisis Pengaruh Faktor Internal dan
Faktor Eksternal Terhadap Tingkat Pembiayaan Bermasalah pada Bank
Umum Syariah Indonesia.Hasilnya bahwa secara simultanBOPO, CAR, FDR,
SBIS, Sensitivitas Inflasi dan Sensitivitas Kurs berpengaruh
memilikipengaruh terhadap Non Performing Financing (NPF) Bank Umum
Syariah di Indonesia periodetahun 2010-2014. Secara parsial BOPO dan
SBIS berpengaruh positif signifikan terhadap NPF,sedangkan CAR dan
Sensitivitas Inflasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap NPF.
Berdasarkan pemaparan dari penelitian yang sudah ada diatas maka
penelitian yang akan diajukan oleh penulis berdeda dengan penelitian
sebelumnya. Perdedaan penelitian itu diantaranya obyek penelitian yang akan
dilakukan di BMT Sumber Usaha dimana belum ada yang mengangkat tema
tentang penaganan pembiayaan bermasalah yang berjudul analisis
penanganan pembiayaan bermasalah di BMT Sumber Usaha dengan bahasan
pokok prosedure penanganannya, faktornya, dan kesehatan BMT Sumber
Usaha. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan
data menggunakan metode wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Data yang diperoleh dianalisis dengan cara mendeskripsikannya secara
mendalam terkait rumusan masalah. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada
maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang penaganan pembiayaan
bermasalah di BMT Sumber Usaha dengan mengambil judul “Analisis
13
Penanganan Pembiayaan di BMT Sumber Usaha ”. ini berbeda dan belum
pernah ada yang menelitisebelumnya. Sedangkan untuk mengetahui
perbedaan penelitian sebelumnya, maka disaji dalam bentuk tabel dibawah
ini
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti, tahun dan
judul
Metode penelitian Hasil
Usanti, (2014),
Penanganan resiko
Hukum di Bank
Syariah
Pendekatan yang
dipergunakan
adalah
pendekatan
peraturan
perundang-
undangan dan
pendekatan
konseptual.
Hasil dari penelitian
tersebut adalah Upaya yang
dilakukan oleh bank syariah
dalam menangani risiko
hukum pembiayaan
didasarkan pada dua
strategi, yaitu melakukan
restrukturisasi pembiayaan
atau menyelesaikan
pembiayaan.
Ibrahim
danRahmawati,
(2017), Analisis
Solutif
Penyelessaian
Pembiayaan
Bermasalah di Bank
Syariah
Penelitian ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif dengan
metode deskriptif.
Data yang
digunakan berasal
dari data primer
dan sekunder.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor
penyebab pembiayaan
murabahah bermasalah
berasal dari
1. nasabah,
2. internal bank dan
3. faktor fiktif.
Teknis penyelesaian
dilakukan
dengan metode on the spot,
somasi, penagihan,
restrukturisasi, penjualan
jaminan, dan melakukan
write off serta adanya
penetapan terhadap denda.
Listanti, Dzulkirom,
Tapowijono (2015)
tentang Upaya
Penanganan
Pembiayaan
Penelitian ini
menggunakan
jenis penelitian
deskriptif dengan
pendekatan
hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa faktor-
faktor penyebab
pembiayaan bermasalah
tidak hanya datang dari
14
Murabahah
Bermasalah pada
Lembaga Keunagan
Syariah
kuantitatif, teknik
pengumpulan data
melalui
wawancara dan
dokumentasi.
nasabah melainkan pihak
internal yang kurang teliti
dalam analisa awal dan
survei sebelum pemberian
pembiayaan dan upaya yang
dilakukan dalam menangani
pembiayaan bermasalah
adalah dengan teguran,
rescheduling dan
restructuring serta pihak
BMT tidak pernah
melakukan sita jaminan
karena benar-benar
menerapkan syariah dan
tindakan manusiawi meski
dinilai kurang efisien.
Wahyuni, (2013),
Prosedur
Penyelesaian
Pembiayaan Mikro
Bermaslah pada PT
Bank Syariah KCP
Buleleng
Metode
pengumpulan data
yang digunakan
adalah metode
observasi,
wawancara dan
dokumentasi.Anal
isis data yang
digunakan adalah
analisis deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian menyatakan
bahwa prosedur
penyelesaian pembiayaan
bermasalah yang digunakan
telah memadai, demikian
pula dengan analisis
permohonan pembiayaan
yang cukup selektif
dilakukan dalam upaya
menghindari adanya kredit
bermasalah. Prosedur
penagihan yang digunakan
cukup baik karena terlebih
dahulu dilakukan
pendekatan-pendekatan
kepada nasabah.
Penyelesaian kredit
bermasalah pada PT. Bank
Syariah Mandiri KCP
Buleleng dapat dilakukan
dengan restrukturisasi
pembiayaan, novasi,
kompensasi, likuidasi, dan
subrogasi, serta
penyelesaian pembiayaan
pada Pengadilan.
Auliana, Syaichu,
(2016), Analisis
Metode Variabel
yang digunakan
Hasilnya bahwa secara
simultan
15
Pengaruh Faktor
Internal dan Faktor
Eksternal Terhadap
Tingkat Pembiayaan
Bermasalah pada
Bank Umum
Syariah Indonesia.
dalam penlitian
ini terbagi atas
dua variabel yaitu
variabel
dependen dan
independen.
BOPO, CAR, FDR, SBIS,
Sensitivitas Inflasi dan
Sensitivitas Kurs
berpengaruh memiliki
pengaruh terhadap Non
Performing Financing
(NPF) Bank Umum Syariah
di Indonesia periode
tahun 2010-2014. Secara
parsial BOPO dan SBIS
berpengaruh positif
signifikan terhadap NPF,
sedangkan CAR dan
Sensitivitas Inflasi memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan terhadap NPF.
16
B. TEORI
1. Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan atau financing yaitu, pendanaan yang diberikan kapada
satu pihak kepihak lain demi mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik yang dilakukan secara sendiri maupun oleh lembaga
(Muhammad 2005: 17).
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik
dilakukan sendiri atau lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan (Rivai,
2010:681).
Dalam aktivitas pembiayaan, bank syariah akan menjalankan dengan
berbagai teknik dan metode yang penerapannya tergantung pada tujuan dan
aktivitas seperti kontrak mudharabah,musyarakah dan lainnya. Di samping itu,
bank syariah juga terlibat dalam kontrak murabahah. Mekanisme perbankan
syariah yang berdasarkan prinsip mitra usaha adalah bebas bunga. Oleh karena
itu, soal membayarkan bunga kepada pada depositor atau pembebanan suatu
bunga tidak timbul.
Setiap pembiayan yang diberikan bukanlah tanpa resiko, yang
biasa disebut dengan pembiayaan bermasalah.Secara umum pengertian
pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang diakibatkan oleh
nasabah yang tidak menempati jadwal pembayaran angsuran dan tidak
memenuhi persyaratan yang tertuang dalam akad. Pengertian pembiayaan
bermasalah lebih spesifik lagi, yaitu pembiayaan bermasalah adalah
17
pembiayaan kurang lancar, di mana nasabahnya tidak memenuhi
persyaratan yang telah dituangkan dalam akad, pembiayaan yang tidak
menempati jadwal angsuran, sehingga terjadinya penunggakan,
pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang tidak menempati janji
pembayaran, sehingga memerlukan tindakan hukum untuk menagihnya,
kemudian kesimpulanya adalah pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang berpotensi untuk merugikan bank sehingga berpengaruh
terhadap kesehatan bank itu sendiri.
Pembiayaan bermasalah / Non Performing Financing (NPF) adalah
pembiayaan bermasalah disebut NPF pada bank syariah/NPL pada bank
konvensional, menggambarkan situasi dimana persetujuan pengembalian
kredit mengalami resiko kegagalan bahkan menunjukan kepada bank akan
mengalami resiko kegagalan (Rivai, 2005:39). Pembiayaan bermasalah
adalah sebagai penyalur dana yang dilakukan lembaga syariah yang dalam
pelaksanaan pembayaran oleh nasabah terjadi seperti pembiayaan yang
tidak lancar, pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan
yang dijanjikan, serta pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran
hingga memberikan dampak negatif bagi kedua belah pihak (Karim. 2010:
260).
Ikatan Bankir Indonesia (2017) Pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang kualitas pembayarannya berada dalam kategori kurang
lancar, diragukan, dan macet. Menurut Bank Indonesia dalam PBI No.
18
5/7/2003, penilaian dan klasifikasi kualitas pembiayaan bermasalah dibagi
kepada lima golongan yaitu :
1) Pembiayaan lancar – kolektibilitas 1
Adalah pembiayaan yang tidak mengalami penundaan
pokok pinjaman dan pembayaran margin atau bagi hasil. Terdapat
tunggakan angsuran sampai dengan 3 (tiga) bulan (90 hari)dan
pembiayaan belum jatuh tempo.
2) Pembiayaan kurang lancar- Kolektibilitas 2
Adalah pembiayaan pengembalian pokok dan pembayaran
marjin atau bagi hasil telah mengalami penundaan selama 4
(empat) bulan sampai dengan 6(enam) bulan dari waktu yang
telah dijanjikan (jumlah hari tunggakan 91-180) dan terdapat
tunggakanangsuran pembayaran yang jatuh tempo sampai dengan
1 (satu) bulan satelah jatuh tempo. Pembiayaan diragukan
Adalah pemiayaan yang pengambilan pokok pinjamannya
dan pembayaran margin atau bagi hasilonya telah mengalami
penundaanselama 7 (tujuh) bulasn sampai dengan 12 (dua belas)
bulan dari jadwal yang diperjanjikan (jumplah hari tunggakan
181-360 hari). Dan tedapat tunggakan anggsuran pembiayaan
yang jatuh tempo sampai dengan 2 (dua) bulan setelah jatuh
tempo.
3) Pembiayaan macet
19
Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok
pinjamannya dan pembayaran margin atau bagi hasilnya telah
mengalami penundaan lebih dari 12 (dua belas) bulan dari jadwal
yang diperjanjikan (jumlah hari tunggakan > 360 hari). Dan
terdapat tunggakan angsuran pembiayaan yang telah melewati 2
(dua) bulan sejak jatuh tempo.
Usanti (2014) Kualitas pembiayaan pada hakikatnya didasarkan
atas risiko terhadap kepatuhan nasabah dalam memenuhi kewajibannya.
Hal ini sebagaimana mengacu pada ketentuan PBI No. 9/9/PBI/2007 dan
PBI No. 10/24/PBI/2008 tentang penetapan kualitas pembayaran, yang
mana kualitas pembayaran dinilai berdasarkan aspek prospek usaha,
kinerja nasabah dan kemampuan membayar. Penetapan kualitas tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan materialitas dan signifikan dari
faktor penilaian komponen serta relevansinya dari faktor penilaian
terhadap karakteristik ketepatan pembayaran angsuran nasabah tersebut.
Pembiayaan bermasalah cenderung lebih berisiko terjadi pada produk-
produk dengan persentase alokasi dana yang tinggi seperti pembiayaan
murabahah.
Selanjutnyarisiko pembiayaan murabahah yang terjadi dari
peminjam adalah tertunda atau ketidakmampuan peminjam memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam akad sehingga dana yang disalurkan tidak
sepenuhnya kembali. Kondisi ini menimbulkan permasalahan berantai
dalam pelaksanaan operasional bank, mulai dari tidak terealisasinya target
20
penyaluran dana sampai dengan pendapatan laba yang lebih kecil.
Akibatnya bank mengalami defisit, dan akan berefek kepada nasabah yang
menginvestasikan modalnya.
Langkah awal BMT untuk menghindari pembiayaan bermasalah
adalah bersifat preventif (pengcegahan), yaitu menganalisa nasabah,
diperlukan agar BMT memperoleh keyakinan bahwa pembiayaan yang
diberikan dapat dikembalikan oleh nasabahnya. Pada dasarnya BMT
memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi
secara keseluruhan calon nasabah. Prinsip penilaian yang digunakan di
BMT adalah prinsip 5C, yaitu: (Malayu,2006)
a. Character (watak/akhlak)
Analisi ini dilakukan untuk memberi keyakinan bahwa sifat atau watak
seorang nasabah dapat dipercaya atau tidak. Hal ini tercermin dari latar
belakang si nasabah baik besifat latar belakang pekerjaan maupun sifat
pribadi, masa lalu nasabah melalui pengamatan, pengalaman, riwayat
hidup, sosial standing maupun wawancara dengan nasabah. Ini semua
merupakan ukuran “kemauan” membayar.
b. Capacity (kapasitas produk)
Analisis ini dilakukan untuk melihat kemampuan nasabah dalam
membayar, kemampuan ini penting untuk dinilai agar BMT tidak
mengalami kerugian. Kemampuan ini dapat dari penghasilan pribadi
dan melalui usaha atau bisnis.
c. Capital (modal)
21
Calon nasabah harus dianalisis mengenai besar dan struktur modalnya
yang terlihat dari neraca lajur calon nasabah. Hasil analisis neraca lajur
akan memberikan gambaran dan petunjuk sehat atau tidaknya
perusahaan tersebut.
d. Collateral (jaminan)
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah kepada BMT dalam
rangka pembiayaan yang diajukan. Jaminan ini digunakan jika terjadi
pembiayaan macet. Maka jaminan harus diteliti keabsahannya, jaminan
yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
e. Condition (kondisi usaha)
Kondisi yang akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat ini, apakah
layak nantinya untuk membayar. Misalmya, kondisi produksi tanaman
tertentu sedang membludak pasaran (jenuh), maka untuk sektor ini
sebaiknya dikurangi. Kondisi lainnya yang harus diperhatikan adalah
kondisi lingkungan sekitar, misalnya kondisi keamanan dan kondisi
sosial masyarakat.
Dalam rangka menimalisir pembiayaan bermasalah, perlu diambil
langkah-langkah untuk penanganan pembiayaan tersebut berdasarkan pada
kelancaran pembayarannya. Menurut Usanti (2014), ada beberapa strategi
yang dapat dilakukan, yaitu: pertama, melanjutkan hubungan dengan
nasabah. Strategi ini dilakukan apabila nasabah dinilai kooperatif dan
masih memiliki prospek usaha, serta melakukan langkah-langkah
restrukturisasi (rescheduling, reconditioning atau restructuring). Dalam
22
kondisi ini, pihak bank akan menghubungi nasabah dan memberitahukan
perihal rencana restrukturisasi atas pembiayaannya. Pihak bank akan
melakukan penghimpunan data dan informasi lengkap atas nasabah yang
pembiayaannya bermasalah. Kemudian dilakukan evaluasi/analisa
restrukturisasi berdasarkan strategi penyelamatan yang ditetapkan melalui
kesepakatan bersama. Kedua, memutuskan hubungan dengan nasabah jika
dinilai tidak lagi kooperatif dan/atau sudah tidak memiliki prospek usaha.
Penyelesaian pembiayaan dilakukan melalui: penyerahan agunan/ aset
yang berupa eksekusi objek jaminan dan gugatan perdata.
Penyelesaian serupa juga disarankan oleh Wahyuni dan Werastuti
(2013), yaitu melalui tindakan penyelamatan berupa restrukturisasi
pembiayaan dalam rangka membantu nasabah untuk menyelesaikan
kewajibannya, melalui:
a. penjadwalan kembali (rescheduling),
Perubahan jadwal pembayarankewajiban nasabah atau jangka
waktunya. Berdasarkan SEBI No.13/18/ DPbS tanggal 30 Mei 2011
yang dimaksud dengan Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu
perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktu
pembayaran kewajiban tersebut. Akan tetapi, tidak termasuk
perpanjangan atas pembiayaan mudharabah atau musyarakah yang
memenuhi kualitas lancar dan telah jatuh tempo serta bukan
disebabkan nasabah mengalami penurunan kemampuan
membayar.(Usanti,2014)
23
b. persyaratan kembali (reconditioning),
Perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa
menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan
kepada bank, antara lain meliputi:
1) perubahan jadwal pembayaran;
2) perubahan jumlah angsuran;
3) perubahan jangka waktu;
4) perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau
musyarakah;
5) perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah
atau musyarakah; dan/atau:
6) pemberian potongan.
c. penataan kembali (restructuring).
Perubahan atas persyaratan pembiayaan yang antara lain meliputi:
1) penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank;
2) konversi akad Pembiayaan;
3) konversi Pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka
waktu menengah; dan/atau;
4) konversi Pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada
perusahaan nasabah, yang dapat disertai dengan rescheduling atau
reconditioning.
Wahyuni (2013) Pembiayaan yang diberikan Bank selalu memiliki
potensi resiko kegagalan pembayaran yang menyebabkan pembiayaan
24
bermasalah.Untuk mengurangi resiko yang timbul dari pemberian
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, maka diperlukan penanganan
secara maksimal terhadap pembiayaan bermasalah. Upaya dari perbankan
syariah untuk menyelesaiakan pembiayaan bermasalah prinsipnya hampir
sama dengan yang dilakukan oleh perbankan konvensional. Upaya tersebut
seperti Restrukturisasi Pembiayaan, Jaminan Eksekusi (menjual agunan),
dan penyelesaian melalui pengadilan. Salah satu upaya yang dianggap
sebagai metode yang paling efektif untuk mengatasi pembiayaan
bermasalah adalah penjualan barang agunan, dimana uang yang diperoleh
dari hasil penjualan barang agunan tersebut digunakan untuk membayar
kembali pembiayaan.
Untuk mengatasi pembiayaan macet pihak bank perlu melakukan
penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan
dapat dilakukan dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu
pembayaran atau jumlah angsuran terutama bagi pembiayaan terkena
musibah atau dengan melakukan penyitaan bagi pembiayaan yang sengaja
lali untuk membayar.
Pembinaan pembiayaan bermasalah adalah upaya yang dilakukan
oleh Bank dalam pengelolaan pembiayaan bermasalah agar dapat
diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan tujuan dari pemberian
pembiayaan tersebut, termasuk upaya-upaya penagihan. Penagihan
pembiayaan adalah kegiatan yang dilakukan Bank untuk memperoleh
sejumlah dana tertentu dari nasaah sebagai pembayaran kewajiban pokok
25
dan margin (bagi hasil) atau kewajiban lainnya yang telah jatuh tempo.
Adapun tujuan dari dilakukannya penagihan pembiayaan ini adalah untuk
menjaga dan memelihara kedisiplinan dan tertib pelaksanaan pembayaran
kewajiban nasabah sesuai dengan jadwal waktu pembayaran yang telah
ditetapkan dalam akad pembiayaan yang telah disepakati.Selain itu
penagihan pembiayaan juga bertujuan untuk menghindarkan Bank dari
kemungkinan kerugian yang dihadapi akibat tertundanyaatau tidak
terbayarnya kewajiban nasabah kepada Bank.
2. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam
perusahaan sendiri, dan faktor utama dalam faktor ini adalah faktor
managerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang
disebabkan perusahaan. Untuk menentukan langkah yang perlu diambil
dalam menghadapi pembiayaan bermasalah terlebih dahulu perlu diteliti
sebab-sebab terjadinya pembiayaan bermasalah. Apabila pembiayaan
bermasalah disebabkan faktor eksternal, perusahaan tidaklah perlu
melakukan analisis lebih lanjut. Yang perlu dianalisis adalah faktor
internal yaitu faktor yang terjadi akibat manajerial. Apabila Bank telah
melakukan pengawasan secara seksama dari hari kehari, bulan ke bulan,
dan tahun ketahun, lalu timbul pembiayaan bermasalah, sedikit banyak
terkait pula dengan kelemahan pengawasan itu sendiri. Kecuali aktivitas
pengawasan telah dilaksanakan dengan baik, masih juga terjadi kesulitan
26
keuangan, perlu diteliti sebab akibat pembiayaan bermasalah secara lebih
mendalam. Kemungkinan kesalahan tersebut diakibatkan oleh kesengajaan
managemen perusahaan, yang berarti pengusaha telah melakukan hal-hal
yang tidak jujur. Misalnya mengalihakn pengunaan dana yang tersedia
untuk keperluan kegaiatan usaha lain diluar usaha yang
disepakati.(Faturrohman,2014:73)
Dalam lembaga keuangan tentunya pembiayaan bermasalah menjadi
musuh nomor satu dalam sebuah pengembagan usaha, keberadaanya
mempengaruhi rentabilitas usaha dan menurunkan tingkat kualitas aktiva
produktif. Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor
internal dan faktor eksternal.
Ibrahim dan Rahmati(2017) menyebutkan bahwa faktor yang
mempengaruhi pembiayaan bermasalah adalah faktor karakter nasabah,
keadaan ekonomi, pengelolaan usaha yang kurang profesional serta kurang
telitinya pihak BMT dalam menganalisis data calon nasabah. Pembiayaan
bermasalah ditangani dengan cara kekeluargaan yaitu dengan pendekatan
khusus kepada nasabah yang bermasalah sehingga bersedia melunasi
semua sisa angsurannya.
Resiko yang terjadi dari pinjaman adalah peminjam yang tertunda atau
tidak mampu peminjam untuk membayar yang membayar kewajiban yang
telah dibebankan , untuk mengantisipasi hal tersebut maka bank syariah
harus mampu menganalisis penyebab permsalahannya. Analisis dan
27
penyelesaian pembiayaan bermasalah di bank syariah dapat dilakukan
dengan langkah-langkah berikut (Ikatan Bankir,2007) :
a. Analisis sebab kemaceta. Analisis sebab-sebab kemacetan
pembiayaan dapat dilakukan pada aspek eksternal dan internal berikut:
1) Asppek internal
a) Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut
b) Manajemen tidak baik atau kurang rapi
c) Laporan keuangan tidak lengkap
d) Penggunaan dana yang tidaksesuai dengan perencanaan
e) Perencanaan yang kuyrang matang
f) Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan
usaha tersebut.
2) Aspek eksternal
a) Aspek pasar kurang mendukung
b) Kemampuan daya beli masyarakat kurang
c) Kebijakan pemerintah
d) Pengaruh lain di luar usaha
e) Kenakalan peminjam
b. Mengali potensi peminjam anggota yang mengalami kemacetan dalam
memenuhi kewqajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau
membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau
angsuran, untuk tidak perlu digali potensi yang ada pada peminjam
28
agar dana yang telah digunakan lebih efektif digunakan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan
a) Adakah peminjam memiliki kecakapan lain ?
b) Adakah peminja memiliki usaha lainnya?
c) Adakah penghasilan lain peminjam?
Menurut Usati(2014)Terdapat faktor-faktor yang juga mempengaruhi
pemilihan sasaran strategi yaitu:
1) Tingkat kerjasama dengan nasabah
2) Penetapan lamanya waktu proses yang jelas dan rasional
3) Biaya dan manfaat dalam pelaksanaan strategi
4) Pengawasan Bank misal; letak geografik, media komunikasi dan
sebagainya.
Sepandai apapun analisis pembiayaan dalam menganalisapermohonan
pembiayaan, kemungkinan pembiayaan bermasalah pasti ada.Hal ini
kurang lebih disebabkan oleh 2 faktor, yakni dari pihak bank (faktor
internal) kurang teliti dalam menganalisa, atau bahkan dapat pula
terjadikerjasama yang tidak jujur antara pihak analis pembiayaan dengan
pihakdebitur sehingga analisanya dilakukan secara subyektif.Kemudian
unsur yang kedua pihak nasabah (faktor eksternal) yaitukelalaian dari
pihak nasabah yang menyebabkan pembiayaan bermasalah, yang mana
dapat disebabkan oleh faktor kesengajaan
ataupunketidaksengajaan.Menurut Mahmoedin (2010) “Faktor intern yaitu
29
segala yangmempengaruhi aspek pembiayaan yang berasal dari dalam
lembagakeuangan itu sendiri”, yang meliputi:
a. Peran BMT
Peran BMT adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang
memegangpimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau
peristiwa. Jadiperan BMT yaitu manajemen pembiayaan agar bisa
beroperasi sesuaidengan tujuan BMT, dan meminimalisir hal-hal
yang tidak di inginkan.
b. Itikad nasabah
Itikad nasabah adalah keyakinan, kepercayaan atau kemauan
yangteguh. Maka itikad seorang nasabah harus tinggi untuk bisa
memenuhikewajibannya untuk membayar angsuran terhadap
pembiaayaan yangdiberikan kepadanya.
c. Perencanaa
Perencanaan adalah rancangan atau rangka sesuatu yang
akandikerjakan. Maka perencanaan adalah sebuah strategi yang
dijalankan olehnasabah dalam menggunakan dana pinjaman.
d. Administrasi nasabah
Administrasi nasabah adalah usaha dan kegiatan yang
berkaitandengan penyelenggaraan kebijakan untuk mencapai
tujuan. Makaadministrasi nasabah yang berkaitan dengan laporan
30
keuangan, pencatatansegala transaksi dari usaha yang dijalankan
oleh nasabah.
Faktor ekstern yaitu aspek yang mempengaruhi pembiayaan yang
berasal dari luar lembaga keuangan”, yang meliputi:
a. Musibah
Musibah adalah kejadian atau peristiwa menyedihkan
yangmenimpa. Peristiwa yang tidak disengaja yang bisa sewaktu-
waktu terjadi,yang mungkin dapat menghambat kelancaran
pembayaran cicilan ataupelunasan pembiayaan.
b. Musim
Musim adalah waktu tertentu yang bertahan dengan keadaan
iklim,yang menjadi penyebab kerugian atau hambatan suatu usaha
yangdijalankan. Namun dalam hal ini iklim bisa diantisipasi
dengan adanyaperencanaan yang matang.
c. Peraturan Pemerintah
Peraturan pemerintah adalah aturan-aturan yang dibuat oleh
yangberkuasa untuk mengatur sesuatu aturan-aturan, petunjuk yang
dibuat olehpemerintah.
Itikad nasabah adalah faktor yang paling dominan, mengapadikatakan
demikian karena itikad adalah keyakinan, kepercayaan ataukemauan yang
teguh.Maka itikad nasabah dalam menunaikan hak dan
kewajibanpembiayaan menentukan baik atau buruknya nasabah itu sendiri
yangakanberpengaruh terhadap pembiayaan macet.Dalam menangani
31
pembiayaanbermasalah pimpinan bank harus tetap berpegang teguh pada
pedomanpokok penanganan pembiayaan bermasalah yaitu usaha
menyelamatkanpembiayaan secara maksimal (Mahmoedin, 2010: 35)
3. Kesehatan BMT
Penilaian tingkat kesehatan merupakan kegiatan penting bagi
perusahaan, karena dengan penilaian tingkat kesehatan tersebut akan dapat
diketahui sejauh mana perusahaan (berdasarkan kriteria dan ukuran
tertentu) dapat dipandang berhasil atau kurang berhasil dalam menjalankan
usahanya. Hasil penilaian tingkat kesehatan tersebut dapat dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan dan bahkan pedoman guna membenahi,
memperbaiki, mengubah, atau menghentikan suatu kebijakan manajemen
perusahaan (Sugiyarso, 2011: 130).
Sama halnya juga koperasi yang juga salah satu pelaku dalam
perekonomian, bahkan mempunyai peranan besar dalam perekonomian
rakyat. Oleh karena itu, koperasi agar dapat bersaing dengan perusahaan
lain harus dalam kondisi sehat. Untuk kepentingan tersebut, penilaian
kesehatan koperasi harus dilakukan secara periodik (Sugiyarso, 2011:130).
Tingkat kesehatan Koperasi Syariah adalah suatu kondisi sebuah yang
dinyatakan dalam kategori Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat, dan Tidak
Sehat (Buchori, 2012 : 229).
Aspek kesehatan BMT secara garis besar dapat dilihat dari dua
aspek, yaitu aspek kinerja keuangan, serta kelembagaan dan manajemen
(Sugiarso, 2011: 133):
32
a. Kinerja Keuangan: BMT mampu melakukan penggalangan,
pengaturan, penyaluran, dan penempatan dana dengan baik, teliti,
hati-hati, dan benar, sehingga berlangsung kelancaran arus
pendanaan dalam pengelolaan kegiatan usaha.
b. Kelembagaan dan Manajemen: BMT memiliki kesiapan untuk
melakukan operasinya dilihat dari sisi kelengkapan legalitas, aturan-
aturan, dan mekanisme organisasi dalam perencanaan, pelaksanaan,
pendampingan dan pengawasan, SDM, permodalan, sarana, dan
prasarana kerja
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah
bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata
lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara
kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat
membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh
pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama
kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan
dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta
bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus
mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik,
dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian,
menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat
33
memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus
senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan,
yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada
prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.
Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen
penilaian kinerja sebuah bank syariah yang menjadi interpretasi penilaian
pada aktiva produktif, khususnya dalam penilaian pembiayaan bermasalah.
Non Performing Financing perlu diperhatikan karena sifatnya yang
fluktuatif dan tidak pasti. Rasio NPF adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur resiko kegagalan dari pembiayaan, dimana NPF adalah rasio
antara pembiayaan bermasalah (yang masuk dalam kriteria pembiayaan
kurang lancar, diragukan, dan macet) dengan total pembiayaan yang
disalurkan (Mutamimah, 2012).
Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang tidak
memiliki performance yang baik dan diklasifikasikan sebagai kurang
lancar, diragukan dan macet. Tugas Bank Indonesia (BI) antara lain adalah
mempertahankan dan memelihara sistem perbankan yang sehat dan dapat
dipercaya dengan tujuan menjaga perekonomian. Untuk itu BI selaku Bank
sentral dan pengawas perbankan di Indonesia memberikan ketentuan
ukuran penilaian tingkat kesehatan Bank. Salah satu ketentuan BI
mengenai NPF adalah Bank-Bank harus memiliki NPF kurang dari 5%
34
Non Performing Financing (NPF) Net. NPF Net adalah
perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan
kolektibilitas 3 sampai dengan 5 (Kurang lancar, diragukan, Macet)
dikurangi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) kolektibilitas
3 sampai dengan 5 (Kurang lancar, diragukan, Macet) dibandingkan
dengan total pembiayaan yang diberikan oleh Bank.
Menururt Renadi (2006), batasan maksimal NPF bagi perbankan
nasional pada saat ini sudah mendesak untuk dijadikan ukuran yang
penting dikaitkan dengan keberhasilan kinerja keuangan sebuah bank.
Adanya sikap skeptis yang mempersoalkan apakah batasan angka NPF
pada saat ini merupakan ukuran yang cukup penting dikaitkan dengan
keberhasilan kinerja keuangan sebuah bank perlu untuk dibahas. Dalam
kondisi normal, angka NPF yang tinggi dari sebuah bank komersial
merupakan salah satu indikator yang sering dipakai untuk memprediksi
prospek kelangsungan hidup (sustainability) bank tersebut.
Karena angka NPF merupakan salah satu indikator penting dalam
pengukuran tingkat tingkat kesehatan bank, maka seluruh bank akan tetap
berusaha menekan angka NPF ini, jika perlu bank tersebut tidak
melakukan ekspansi kredit jika mereka tidak yakin terhadap prospek
debitur yang dibiayai. Angka NPF dan CAR merupakan dua indikator
prinsip kehati-hatian bank yang harus dijaga di dalam setiap melakukan
ekspansi pembiayaan.
35
Statistik Perbankan Syariah yang dikeluarkan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) menyebutkan rasio pembiayaan bermasalah (non
performing financing/NPF) industri bank umum syariah per Juni 2016
mencapai 5,68% (gross). Angka ini melampaui ketentuan, yakni maksimal
5%. Sementara, NPF unit usaha syariah terkendali di level 3,49% (gross).
Secara keseluruhan, NPF perbankan syariah, baik bank umum syariah
maupun unit usaha syariah, mencapai lebih dari 5% per Juni 2016.
Kenaikan rasio pembiayaan macet ini menjadi lampu kuning bagi industri
perbankan syariah untuk lebih hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan
(news cnnindonesia.com).
Koperasi Syariah perlu mengatur strategi agar tingkat NPF nya tidak
dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Karena jika semakin besar tingkat
pembiayaan bermasalah yang dimiliki oleh suatu koperasi, maka akan
berakibat buruk bagi jalannya operasional dan kinerja keuangan koperasi
tersebut. Dan semakin besar pula biaya yang ditanggung atas pembiayaan
bermasalah tersebut. Hal ini tentunya akan mempengaruhi profitabilitas
dan akan menentukan tingkat laba yang akan diperoleh koperasi
(Alissanda, 2015).
Tabel 2.2Kriteria Peringkatan Profil Risiko (NPF)
Peringkat Keterangan Kriteria
1. Sangat Sehat <2%
2. Sehat 2% ≥NPL <5%
3. Cukup Sehat 5% ≤NPL <8%
4. Kurang Sehat 8% ≤ NPL <12%
5. Tidak Sehat ≤ NPL ≥12%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia N0.9/DPbP Tahun 2007
36
36
BAB III
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM BMT
1. Sejarah BMT Sumber Usaha
Para pengusaha dan pedagang mikro di sekitar Desa Karang Duren
dalam mengembangkan usahanya mengalami kesulitan dalam akses
permodalan.Hal inilah yang melatarbelakangi pendirian BMT Sumber
Usaha.Namun, para pengusaha dan pedagang mikro dengan latar belakang
pendidikan yang terbatas serta didominasi oleh kelompok lemah dalam
pemenuhan modal usaha biasanya meminjam modal kepada rentenir
dengan pengembalian beserta bunga yang sangat tinggi.
Akses lain yang dapat dilakukan pengusaha dan pedagang mikro
dalam pemenuhan modal dapat melalui lembaga perbankan, namun
mereka justru terkendala oleh sistem dan prosedur bank yang baku serta
proses yang lama. Di antara akses yang dapat mereka peroleh adalah
lembaga perbankan, namun biasanya mereka justru terkendala oleh sistem
dan prosedur bank yang baku dan dengan proses yang lama. Tak jarang
pihak perbankan lebih mengutamakan pengusaha tingkat menengah ke
atas.Faktor inilah yang disiasati oleh pendiri BMT. Berdirinya BMT
Sumber Usaha diharapkan menjadi penghubung antara surplus dana dan
37
37
para pengusaha, pedagang atau sektor lain dalam pemenuhan dana untuk
menjalankan aktivitas perekonomiannya. BMT Sumber Usaha disamping
menjalankan usahanya demi memperoleh keuntungan dunia dan menjalin
persaudaraan juga memperoleh keuntungan akhirat karena berupaya untuk
menjauhi riba dalam bermuamalah.
Pada tanggal 18 Mei 2001 berdirilah BMT Sumber Usaha, yang
dipelopori oleh para tokoh masyarakat dan ulama desa Karang Duren yang
berjumlah 17 orang. Diantara tokoh-tokoh yang memprakarsai berdirinya
BMT adalah Bp. Dhofari S.Pd., Bp. Drs. H. Sholiminudin, Bp. H. A.
Djuremi, dan para ulama yang ada di desa Karangduren Kec. Tengaran
seperti KH. Fatchul Mu’in.
BMT Sumber Usaha pada tanggal 4 Juli 2001 mendapat perizinan
sebagai Unit Otonomi Simpan Pinjam dari Koperasi dan Pembinaan
Menengah dengan Badan Hukum Koperasi Nomor
236/BH/KDK.II.I/188.4/VII/2001. Pada awal beroperasinya BMT berada
di Pasar Lama Kembangsari yang saat ini telah menjadi markas
TNI.Namun pada tahun 2005, BMT Sumber Usaha telah menempati
gedung baru di Kompleks Kios Pasar Kembangsari Baru dengan ruangan
yang representatif dan lokasi yang strategis.Sumber daya insani yang
dahulu berjumlah 3 orang di awal beroperasinya BMT Sumber Usaha kini
telah menjadi 14 orang.
38
2. Visi dan Misi BMT Sumber Usaha
a. Visi
Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur.
b. Misi
1) Menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama di segala bidang
kehidupan ekonomi rakyat
2) Pembinaan perkoperasian di bidang usaha yang berkaitan langsung
dengan kepentingan anggota dan pemenuhan kebutuhan masyarakat
bukan anggota yang menghasilkan sisa hasil usaha berupa kegiatan
unit simpan pinjam dan pembiayaan syariah serta kegiatan jasa
c. Tujuan
1) Wadah pembinaan untuk membangun dan mengembangkan
potensi dan kemampuan ekonomi anggota khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan ekonomi dan
sosialnya
2) Motivator dan dinamisator bagi peningkatan bidang organisasi
manajemen dan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan para
anggota serta masyarakat di sekitarnya
39
Secara umum struktur organisasi BMT Sumber Usaha dibagi
menjadi 4 yaitu pengurus, dewan pengawas syariah, dewan penasihat dan
pengelola. Berikut struktur organisasi BMT Sumber Usaha :
Sumber : BMT Sumber Usaha
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi BMT Sumber Usaha
a. Pengurus
Pengurus BMT Sumber Usaha periode 2015–2017 adalah sbb. :
Ketua : Waluya Taruna, S.Pd, M.Pd
Sekertaris : Wignyo Gutomo, S.H.
40
Bendahara : Drs. H. Soliminudin, MM
b. Pengawas
Ketua merangkap anggota: H. Dhofari, S.Pd, MM
Anggota I : Agus Joko Susilo, SE
Anggota II : Rinif Budi Prasetyo, SH
c. Karyawan
1) Teguh Herwanto (Manager)
2) Alip Wiloyono, SE (Kasi Umum)
3) Luthfi Al Jauhari, S.Ag (Kasi Pelayanan)
4) Yulianingsih, SE (Staff Pemasaran)
5) Nur Kholiq (Kasi Penagihan)
6) Anida Fitri Nuisusanti (Admin)
7) Salig, S.Ag (Staff Pemasaran)
8) Totok Pramono, SE. (Kasi Pembiayaan)
d. Penasehat Syar’i :
1) H. M.Zuhri
2) Supriyanto
e. Tenaga Outsorsing
1) Ayu Indriani (Teller)
2) Kadang Wismono (Penagihan)
3) Reni Purwanti, SE (Admin)
4) Waluyo (Security )
5) Ari Suwarno ( Penagihan)
41
6) Hafnel Oktario, S.Pt (IT)
3. Job Discription
Ditinjau dari struktur organisasi yang melibatkan pengurus, dewan
syariah, dan pengelola dapat dideskripsikan pekerjaan dari masing-masing
bagian di BMT Sumber Usaha sebagai berikut:
a. Ketua
Adapun tugas-tugas yang harus dilakukan yaitu :
1) Menyelengarakan RAT
2) Menyusun atau merumuskam kebijakan umum untuk dapat
persetujuan rapat anggota
3) Mengevaluasi kegiatan BMT
4) Mensosialisasikan BMT
5) Menyelenggarakan rapat pengurus
a) Evaluasi bulanan dan perkembangan kinerja BMT
b) Bersama pengelola menentukan dan membuat kebijakan
strategi BMT
c) Menandatangani dokumen dan surat yang berhubungan dengan
lembaga lain
Selain menjalankan tugasnya, ketua memiliki wewenang untuk:
1) Mengangkat dan memberhentikan Manajer BMT
2) Menyetujui dan menolak mengenai :
a) Pembiayaan yang nilainya diatas wewenang manajer
42
b) Kebijakan BMT dengan pertimbangan dari pengurus yang
lain
c) Kerjasama dengan pihak lain
d) Anggaran yang diajukan manajer dengan pertimbangan
dari bendahara pengurus
3) Mendelegasikan tugas dan wewenang kepada yang ditunjuk jika
berhalangan
4) Dengan manajer memilih dan memutuskan KAP yang ditugaskan
untuk mengaudit laporan pengelola
b. Sekretaris
Adapun tugas-tugas yang harus dilakukan oleh sekretaris yaitu:
1) Mengagendakan acara pada kegiatan:
a) Rapat pengurus
b) Rapat anggota
c) Pertemuan pengurus dengan pengelola
d) Kunjungan pengurus ke instansi atau lembaga
2) Menerima dan melayani tamu yang berhubungan dengan ketua
pengurus BMT
3) Menyusun konsep surat-surat keluar dan masuk dari pengurus
4) Menyampaikan amanat dari ketua dalam pertemuan apabila ketua
berhalangan hadir
43
5) Menyerap dan menyampaikan aspirasi anggota koperasi
6) Menerima masukan (saran dan kritik) yang diajukan oleh para
pengelola kepada pengurus
7) Menyusun konsep kebijakan (policy) pengurus atas BMT
4. Produk BMT Sumber Usaha
a. Simpanan
1) Sirela
Sirela adalah simpanan sukarela lancer yang setoran dan
penarikannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kerja. Bagi
hasil keuntungan dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian dan
diberikan setiap akhir bulan langsung menambah saldo Sirela.
Adapun syarat untuk memiliki produk Sirela, yaitu:
1) Pembukaan rekening atas nama perorangan/ lembaga
2) Setoran pertama Rp. 10.000,-
3) Setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,-
4) Penarikan dapat dilakukan setiap jam kerja
Besarnya bagi hasil Sirela dihitung atas saldo rata-rata harian
dengan kadar keuntungan sebesar 30:70.
2) Sisuka
Sisuka adalah simpanan sukarela berjangka atas dasar akad wadiah
yadlomanah yang dikelola dengan system syariah Islam. Jangka
44
waktu jatuh tempo 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Adapun syarat
untuk memiliki produk Sisuka, yaitu:
a) Pembukaan rekening atas nama perorangan/ lembaga
b) Pembukaan rekening dengan setoran minimal Rp. 1.000.000,-
c) Biaya materai Rp. 6.000,-
b. Pembiayaan (lending)
1) Pembiayaan Murabahah
Merupakan produk pembiayaan berasaskan jual beli dimana pihak
BMT bertindak sebagai penjual dan anggota sebagai pembeli.
Sistem pengembalian pembiayaan dilakukan secara cicilan sesuai
jangka waktu yang disepakati, sebesar jumlah pokok ditambah
margin. Pembiayaan murabahah di BMT Sumber Usaha
penggunaannya dibedakan menjadi 2 jenis yaitu anggota umum
dan pegawai.
Prosedur permohonan pembiayaan murabahah untuk anggota
umum harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Mengisi formulir permohonan pembiayaan
b) Fotocopy KTP, kartu keluarga
c) Fotocopy surat jaminan BPKB atau sertifikat (jika jaminan
maka dilampirkan fotocopy STNK terbaru)
45
Adapun ketentuan plafond permohonan pembiayaan untuk anggota
umum yaitu:
a) Plafond maksimal Rp. 50.000.000,- selebihnya aka nada
pembahasan lanjut ke pengurus dengan kepala bagian
pembiayaan
b) Jangka waktu pinjaman 36 bulan atau lebih diminimalkan
Apabila permohonan pembiayaan dikabulkan, maka akan
dikenakan biaya-biaya sebagai berikut:
a) Administrasi dan provisi 2.5% dari jumlah pinjaman, biaya
materai
b) Pembukaan rekening Sirela Rp. 20.000,- (jika anggota belum
memiliki)
c) Asuransi jiwa dan biaya pengikatan disesuaikan dengan jumlah
pinjaman
d) Asuransi TLO disesuaikan dengan tahun kendaraan
e) Untuk pinjaman tempo kurang dari 1 bulan besarnya
administrasi 1% ditambah biaya materai. Pinjaman tempo 1 s/d
3 bulan besarnya biaya administrasi 1.5% ditambah biaya
materai
Prosedur permohonan pembiayaan untuk pegawai harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a) Ada MOU dengan lembaga atau instansi terkait
46
b) Fotocopy KTP, kartu keluarga, surat nikah, dan SK
c) Fotocopy surat jaminan BPKB atau sertifikat (jika jaminan
maka dilampirkan fotocopy STNK terbaru)
d) Mengisi formulir permohonan pembiayaan
e) Melampirkan slip gaji yang ditandatangani oleh bendahara
terkait
Adapun ketentuan plafond permohonan pembiayaan untuk pegawai
yaitu:
a) Plafond maksimal Rp. 20.000.000,- selebihnya aka nada
pembahasan lebih lanjut ke pengurus dengan kepala bagian
pembiayaan
b) Jangka waktu pinjaman 60 bulan atau lebih diminimalkan.
Pinjaman tempo maksimal 3 bulan (pokok dibayar akhir)
Apabila permohonan pembiayaan dikabulkan, maka akan
dikenakan biaya-biaya sebagai berikut:
a) Administrasi dan provisi 2.5% dari jumlah pinjaman, biaya
materai
b) Pembukaan rekening Sirela Rp. 20.000,- (jika anggota belum
memiliki)
c) Asuransi jiwa dan biaya pengikatan disesuaikan dengan jumlah
pinjaman
d) Asuransi TLO disesuaikan dengan tahun kendaraan
47
e) Untuk pinjaman tempo kurang dari 1 bulan besarnya
administrasi 1% ditambah biaya materai. Pinjaman tempo 1 s/d
3 bulan besarnya biaya administrasi 1.5% ditambah biaya
materai
2) Qardhul Hasan
Merupakan pinjaman kebajikan untuk usaha yang produktif bagi
yang berhak. Dalam akad ini peminjam hanya berkewajiban
mengembalikan pinjaman sebesar pokok pinjaman tanpa tambahan
apapun.
48
B. Data Diskriptif
Tabel 3.1DATA KEUANGAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI
NO KETERANGAN 2015 2016 2017
1 Aset 30.803.037.168 35.510.920.662 39.198.619.849
2 Kas 498.643.373 786.847.473 652.989.173
3
Penempatan pada
Bank 8.291.270.265 11.685.372.684 16.329.901.358
4
Pembiayaan yang
diberikan
*jumlah anggota 1.986 2.039 1.897
*pembiayaan yang
diberikan 21.638.943.204 23.231.379.451 22.359.620.914
5
PPAP
khusus/cadangan
risiko -269.213.253 -600.000.000 -812.977.585
6 gedung dan invertasi 607.210.279 407.321.054 308.968.034
7 rupa-rupa aktiva 36.183.300 360.118.000
8 dana pihak ketiga
*jumlah aggota 8.391 9.634 10.408
*dana masyarakat 27.856.041.472 32.047.978.798 34.967.803.357
*dana pinjaman 335.000.000 335.000.000 335.000.000
9 rupa-rupa pasiva 31.505.979 79.359.087 78 315.572
10
modal dasar (20
anggota) 1.312.382.740 1.312.382.740 1.378.002.090
11 cadangan modal 437.498.287 938.613.377
12 pendapatan 4.603.436.000 4.667.887.000 5.746.576.993
13 beban biaya 3.335.325.023 3.379.185.250 4.245.691.449
14 laba(rugi) 1.268.110.077 1.298.701.750 1.500.885.544
Sumber : BMT Sumber Usaha
Dari tahun ke tahun BMT Sumber Usaha mengalami perkembangan yang
baik dibuktikan semakin meningkatnya jumlah anggota,aset dan pendapatan
pertahunnya. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa BMT Sumber Usaha
sudah di percaya di kalangan masyarakat. Meskipun banyak pesaing di lembaga
49
keuangan khususnya di area Tengaran BMT Sumber Usaha mampu meningkatkan
anggota baru tiap tahunnya.
50
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Penanganan Pembiayaan Bermasalah Di BMT Sumber Usaha
Penanganan terhadap nasabah pembiayaan yang ada di BMT Sumber
Usaha sama halnya penanganan pada bank-bank lain, yang membedakan
hanya saja cara atau proses penanganannya. Di BMT Sumber Usaha juga ada
petugas penagihan apabila ada nasabah yang bermasalah yang di sebut
dengan collector. Berdasarkan hasil wawanca dengan Bapak Kadang
Wismono selaku collector di BMT Sumber Usaha. Proses penaganan
pembiayaan bermasalah ditangani atau diproses berdasarkan tunggakan daftar
tunggakan yang dihasilkan oleh Bagian Akuntansi dan keuangan. Penaganan
yang adadi BMT Sumber Usaha adalah sebagai berikut :
1) Teguran (peringatan)
Teguran ini dilakukan salah satunya dengan di sms, telpon,surat
teguran ini dilakukan apabila pihak nasabah berada dikategori
diperhatikan. Teguran ini biasanya berisi peringatan bawah
pembiayaannya sudah jatuh tempo.
Sebagian besar nasabah BMT Sumber usaha jika sudah mendapat
pemberitahuan dari pihak BMT Sumber Usaha mengenai
pemberitahuan tunggakan mereka langsung segera datang ke BMT
untuk melakukan pembayaran angsuran. Karena lokasi BMT Sumber
51
51
Usaha sangat strategis yaitu dekat pasar dan jalan raya jadi tidak ada
alasan sibuk / tidak ada waktu untuk membayar angsuran , selain itu
juga ada petugas khusus yang bertugas mengambil angsuran jika
nasabah tidak sembat datang langsung ke BMT.
2) Reschedulling (penjadwalan ulang)
Anggota diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu
pembiayaan maupun jangka waktu angsuran dengan porsi nasabah
mengalami kategori macet dan masih terdapat tunggakan setelah jatuh
tempo pembayaran serta usaha yang dijalankan oleh nasabah masih
memungkinkan untuk memenuhi kewajiban dalam pembayaran
pembiayaan. Reschedulling ini dilakukan apabila nasabah dalam
ketegori diragukan.
Berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan Bapak Hafnel
Oktario Rescheduling ini juga sering dilakukan setelah proses
peneguran atau peringatan. Proses ini dilakukan apabila pihak nasabah
datang ke BMT dan menjelaskan masalah atau faktor kenapa nasabah
tersebut tidak bisa membayar angsuran tepat waktu. Jika nasabah
tersebut menceritakan yang sebenarnya maka BMT akan mencarikan
solusi yang tepat mengenai masalah tersebut.
Contoh : Ibu X mempunyai pembiayaan di BMT Sumber Usaha.
Beliau melakukan pembiayaan guna membeli perlengkapan pertanian.
Pada musim kemarau ibu X mengalami kegagalan panen dan ibu X
belum bisa membayar angsuran bulan ini. Ibuk X datang ke BMT dan
52
menceritakan musibah yang dialaminya kemudian pihak BMT
memberikan kebijakan terhadap ibu X dengan menambah atau
memperpanjang jadwal angsuran.
3) Reconditioning (Persyaratan kembali)
Salah satu nasabah yang di lakukan proses reconditioningmisalnya
nasabah yang berprofesi sebagai karyawan dan beliau sudah tidak
bekerja di pbrik tersebut karena danya pengurangan karyawan,
sehingga beliau beralih peofesi sebagai pedang dan penghasilannya di
bawah penghasilan pabrik, maka dari itu karyawan BMT menyarankan
untuk melakukan proses reconditioningyang mana pembiayan sisa
pembiayaan pokok dan marjin di jumlahkan dan di bagi dengan
kesangupan / kemampuan angsuran nasabah tersebut. Proses
reconditioning ini dengan syarat tidak boleh ditambah atau di kurangi
dari nominal pokok plus margin.
Contoh : Bapak X memiliki pembiayaan sebesar Rp. 12..000.000.
dengan angsuran Rp. 625.000 per bulan nya, akan tetapi setelah
berjalan selama kurang lebih 1 tahun Bapak X tidak sangup untuk
membayar angsuran dikarenakan pendapatannya menurun. Bapak X
hanya mampu membayar angsuran sekitar Rp. 300.000 maka BMT kan
melakukan proses reconditioningyaitu persyaratan kembali. Dengan
perhitungan sebagai berikut :
Besar pinjaman Rp. 12.000.000
Besar angsuran Rp. 625.000 x 12 Rp. 7.500.000
53
Sisa pinjaman Rp. 4.500.000
Kemampuan angsuran Rp. 300.000
4.500.00 : 300.000 = 15
Jadi bapak X setelah di proses reconditioningberkewajiabn
membayar angsuran sekitar Rp. 300.000 + administrasi selama 15
bulan.
4) Restructuring
Pihak BMT memberikan tambahan pembiayaan untuk
memperbaiki usahanya ketika nasabah mengalami bencana alam dan
nasabah membutuhkan biaya untuk menghidupkan usahannya.
Seperti pada saat adanya kebakaran pada sebuah toko sembako
yang mengakibatkan usaha nasabah merugi dan tidak bisa membayar
kewajiban sehingga pihak BMT memberikan penambahan plafon
untuk membangkitkan usahanya kembali dan kewajiban yang sempat
tidak terbayarkan dapat terpenuhi kembali. Tindakan restructuring ini
dilakukan apabila pihak nasabah dalam kategori macet.
Proses penaganan pembiayaan bermasalah yang ada di BMT
Sumber Usaha dilakukan secara manusiawi dan sesuai dengan data-data
yang ada di BMT Sumber Usaha. Proses yang paling sering dilakukan
dalam penaganan pembiayaan bermasalah yang ada di BMT Sumber
Usaha adalah teguran. Kekurangan dari teguran ini adalah penagangan
yang dilakukan dengan cara teguran masih manual atau masih di tulis
sendiri oleh petugas khusus yang disebut collector. Dan dalam proses
54
teguran ini mempunyai hambatan yaitu : no Hp sudah tidak bisa dihubung,
nasabah yang menyepelekan teguran / peringatan tersebut sehingga di
perlunya tindakan berikutnya.
B. Faktor Yang Menyebabkan Pembiayaan Bermasalah di BMT Sumber
Usaha
BMT telah memiliki sistem penilaian 5C pada persyaratan analisis
pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan oleh BMT tidak selamanya berjalan
dengan lancar karena setiap nasabah memiliki karakter yang berbeda-beda,
selain dari segi nasabah penyebab terjadinya pembiayaan itu menjadi masalah
adalah dari segi BMT itu sendiri.
Berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan Bpk Hafnel Oktario
selaku SDM BMT Sumber Usaha Faktor pemyebab terjadinaya pembiayaan
bermasalah adalah sebagi berikut :
1. Faktor Intern
a. Petugas
Dalam hal ini faktor yang dapat disebabkan oleh karakter dan
kemampuan petugas (account officer) dalam menganalisa calon
anggota kurang baikatau cermat, dikarenakan kedekatan dengan
anggota atau juga ketidak mampuan account officer menganalisis
secara baik karater usaha dan karakter anggota. Sehingga,analisa
yang disajikan tidak akurat.
55
b. Sistem
Dalam hal ini, sistem dan produser penyaluran pembiayaan yang ada
kalanya dilanggar sehingga memotong jalur produseryang telah
dibuat. Faktor sistem juga berkaitan dengan monitoring yang kurang
intensif dari account officer, sehingga pembiayan yang kurang lancar
tidak terdeteksi sejak dini.
Dalam hal ini manajemen BMT Sumber Usaha sangat menekankan
kepadapara petugas untuk mengantisipasi adanya pembiayaan
bermasalah, denganmelakukan training setiap bulannya agar dapat lebih
akurat dalammenganalisa pembiayaan. Selain itu, BMT Sumber Usaha
menekankan pada petugasuntuk tidak menerima imbalan apapun dari
anggota yang dapat menciptakankedekatan hubungan antara petugas dan
anggota.
2. Faktorekstern
a. Kondisi usaha anggota pembiayaan yang sedang menurun atau
mengalamikerugian.
b. Adanya I’tikad yang kurang baik dari anggota dalam hal
pembayaran kembali pinjamannya walaupun kemungkinan
usahanya baik danberkembang, namun kewajiban diabaikan.
c. Anggota kurang mampu mengelola usahanya. Pada saat
mengajukanpembiayaan calon anggota selalu optimis akan
kemajuan usahanya danselalu menjelaskan prospek usahanya,
tetapi setelah dana itu direalisasikanyang terjadi adalah
56
ketidaksesuaian antara kerja yang diberikan denganrealitas
dilapangan bahkan anggota tidak mau memberikan
perkembanganhasil usahanya.
d. Bencana alam. Pembiayaan bermasalah timbul karena disebabkan
olehbencana alam yang menerjang usaha anggota seperti banjir,
angin rebutdan serangan hama. Sehingga usaha anggota menjadi
terganggu dan tidakdapat lagi melanjutkan usahanya yang
berimplikasi terhadapketidakmampuan anggota mengembalikan
dana yang telah diberikan oleh BMT Sumber Usaha. Kedua faktor
ini sama-sama mendominasi terjadinyapembiayaan bermasalah di
BMT Sumber Usaha.
Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan dengan salah satu
nasabah yang menunggak angsuran selama 2 bulan, alasan beliau tidak
membayar angsuran karena beliau sudah tidak bekerja lagi (lagi
nganggur). Akan tetapi beliau akan berusaha untuk melunasi pembiayaan
tersebut. Dan meminta kebijakaan daari BMT.
Wawancara berikutnya saya lakukan dengan nasabah pembiayaan
yang menunggak selama 4 bulan, saat di lakukan penagihan kerumah
nasabah tersebut dan bertemu dengan beliau, beliau berkata bahwa
usahanya sedang mengalami kerugian, akan tetapi setiap di datangi
pihak/ petugas BMT alasan beliau selalu berbeda-beda, dan setiap di
mintai untuk datang ke BMT guna mencari solusi beliau tidak pernah
57
datang. hal ini menunjukan bahawa nasabah tersebut tidak memiliki
etikat yang baik.
Selain mewawancarai pihak nasabah saya juga melakukan
wawancara dengan karyawan BMT yang terkait dengan pembiayaan
bermasalah yang ada di BMT Sumber Usaha. Biasanya karyawan juga
menjadi faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah. Biasanya
kesalahan dalam mensurvey, akan tetapi itu bukan sepenuhnya kesalahan
karyawan karena petugas hanya memsukan data atau menganalisis data
sesuai dengan form pengajuan pembiayaan. Biasanya kesalahan yang di
lakukan karena adanya pemalsuan identitas oleh nasabah, maksudnya
nasbah memakai identitas lain dalam melakukan pembiayaan. Selain itu
ketidak jujuran pengunaan pembiayaan .
Dari wawancra yang saya lakukan dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan bermasalah di BMT Sumber Usaha disebabkan dari faktor
intern nasabah, BMT dan lingkungan. Walaupun secara garis besar
penyebab tersebut datang dari nasabah itu sendiri.
58
C. Kondisi Kesehatan BMT Jika Dilihat Dari Pembiayaan Bermasalah
BMT dikatakan sehat apabila NPF kurang dari 5%. Berdasarkan data
yang didapat dari BMT Sumber Usaha total NPF pada tahun 2016-2017
adalah sebagai berikut :
Pada tahun 2016 Total pembiayaan BMT memcapai Rp. 233.039.000 dan
mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadiRp. 22.880.288.000, akan
tetapi pembiayaan tersebut bukan lah tanpa masalah atau pun kendala. Pada
tahun 2016 pembiayaan dalam kategori lancar mencapai 93,5% dan pada
tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 0,7 %. Pembiayaan kurang luncar
pada tahun 2016 mencapai 2,9% dan menglami penurunan di tahun 2017
sebesar 0,3%. Pembiayaan dalam ketegori diragukan pada tahun 2016
mencapai 1,2 dan mengalami penunan pada tahun 2017 sebesar 0,2%.
Pembiayaan dalam kategori macet pada tanun 2016 mencapai 2,3% dan
mengalami kenaikan pada tahun 2017 sebesar 8%.
Tabel 4.1 Data Realisai Posisi BMT Sumber Usaha 2016-2017
No Keterangan 2016 2017
1 Total Pembiayaan 100% 100%
2 Lancar 93,5% 92,8%
3 Kurang Lancar 2,9% 2,6%
4 Diragukan 1,2% 1%
5 Macet 2,3% 3,4%
6 Rasio NPF 5,89% 6,21%
Sumber : BMT Sumber Usaha diolah 2018
59
Penaganan pembiayaan yang ada di BMT belum berjalan dengan baik,
karena jika dilihat dari tabel di atas dari tahun 2016 samapi tahun 2017
mengalami kenaikan NPF. Walaupun Rasio NPF yang ada di BMT dalam
kategori cukup baik. Akan tetapi masih perlu ditingkatkan lagi penaganannya.
Berdasarkan tabel realisasi posisi kesehatan BMT Sumber Usaha diatas
terlihat bahwa pada tahun 2017 mengalami kenaikan NPF. Sejauh ini NPF
BMT Sumber Usaha cenderung meningkat, akan tetapi kemungkinan di tahun
kedepannya NPF BMT Sumber Usaha akan menurun jika di lihat dari usaha
dan penaganan pembiayaan bermasalah di BMT Sumber Usaha. Kesehatan
BMT pada tahun 2016 dan 2017 menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.
9/24/tahun 2007 dikatakan cukup sehat walaupun pada tahun 2017
mengalami peningkatan NPF.
60
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pembahasan mengenai
penanganan pembiayaan bermasalah yang ada di BMT Sumber Usaha adalah
sebagai berikut :
1. Proses penaganan pembiayaan bermasalah yang ada di BMT Sumber
Usaha dilakukan dengan cara:
a.Teguran
Teguran Proses ini dilakukan jika Teguran ini dilakukan salah
satunya dengan di sms, telpon,surat teguran ini dilakukan
apabila pihak nasabah berada dikategori diperhatikan. Teguran
ini biasanya berisi peringatan bawah pembiayaannya sudah jatuh
tempo.
b. Reschedulling (Penjadwalan ulang)
Proses ini dilakukan apabila pihak nasabah datang ke BMT
dan menjelaskan masalah atau faktor kenapa nasabah tersebut
tidak bisa membayar angsuran tepat waktu. Jika nasabah
tersebut menceritakan yang sebenarnya maka BMT akan
mencarikan solusi yang tepat mengenai masalah tersebut.
c. Reconditioning (Persyaratan kembali
61
61
Pembiayan sisa pembiayaan pokok dan marjin di
jumlahkan dan di bagi dengan kesangupan / kemampuan angsuran
nasabah tersebut. Proses reconditioning ini dengan syarat tidak
boleh ditambah atau di kurangi dari nominal pokok plus margin.
d. Restructuring
Pihak BMT memberikan tambahan pembiayaan untuk
memperbaiki usahanya ketika nasabah mengalami bencana alam
dan nasabah membutuhkan biaya untuk menghidupkan usahannya
2. BMT Sumber Usaha telah memiliki sistem penilaian 5C pada
persyaratan analisis pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan oleh
BMT tidak selamanya berjalan dengan lancar karena setiap nasabah
memiliki karakter yang berbeda-beda, selain dari segi nasabah
penyebab terjadinya pembiayaan itu menjadi masalah adalah dari segi
BMT itu sendiri. Pembiayaan bermasalah di BMT Sumber Usaha
disebabkan dari faktor intern nasabah, BMT dan lingkungan. Walaupun
secara garis besar penyebab tersebut datang dari nasabah itu sendiri.
3. Posisi kesehatan BMT Sumber Usaha pada tahun 2017 mengalami
kenaikan NPF. Sejauh ini NPF BMT Sumber Usaha cenderung
meningkat, akan tetapi kemungkinan di tahun kedepannya NPF BMT
Sumber Usaha akan menurun jika di lihat dari usaha dan penaganan
pembiayaan bermasalah di BMT Sumber Usaha. Kesehatan BMT pada
tahun 2016 dan 2017 menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.
62
9/24/tahun 2007 dikatakan cukup sehat walaupun pada tahun 2017
mengalami peningkatan NPF.
B. Saran
Berdasaran pembahasan diatas, maka penulis ingin memberian saran yang
nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi :
1. IAIN Salatiga
a. Menambah kerjasama dengan Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
lainnya agar mahasiswa lebih mudah mendapatkan tempat magag.
b. Meningkatkan kualitas laboratorium perbankan syariah terutama
berkaitan dengan teknologi, agar mahasiswa tidak gagap teknologi
saat didunia kerja.
2. BMT Sumber Usaha
a. Penambahan karyawan agar tidak ada doble jabatan, yang bertujuan
tercapainya jobdisc yang sesuai dengan SOP dan karyawan bis
menjalan tugasnya secara optimal.
b. Adanya petugas khusus yang mengatasi / mengawasi pembiayaan
bermasalah, supaya pembiayaan bermasalah yang ada di BMT
Sumber Usaha dapat berkurang.
63
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2012. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.
Bandung: Alfabeta
Anshori, Abdul, Ghofar.2010. Perbankan Syariah di Indonesia.
Yogyakarta: Gajah Madya University Press
Auliana, Mia, Mayara dan Syaicu. 2016. Pengaruh Faktor Internal dan
Faktor Eksternal Terhadap Tingkat Pembiayaan Bermasalah pada Bank
Umum Syariah.Diponegoro Jurnal Of Management. Vol.5 No. 3.1-14
Faturrahman Djamil. 2014. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada
Bank Syariah. Jakarta : Sinar Grafika.
Hasibuan,Malayu. 2008. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara
Ibrahim, Azharsyah dan Rahmati,Arinal. 2017. AnalisisSolutif Penyelesaian
Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah. Jurnal Iqtishadia. Vol 10.
No. 1.71-96
Ikatan Bankir.2015. Bisnis Kredit Perbankan.Jakarta: Lembaga Sertifikasi
Profesi Perbankan(LSPP)
Listanti, D., Dzulkirom, M., dan Topowijono. (2015). Upaya Penanganan
Pembiayaan Murābaḥ ah Bermasalah Pada Lembaga Keuangan
Syariah (Studi Pada KJKS Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Mandiri Sejahtera Karangcangkring Gresik Jawa timur Periode 2011-
2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol 1. No. 1. 1-9.
Mahmoeddin. (2001). Melacak Pembiayaan Bermasalah. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Rivai. 2005. Credit Management Handbook. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sugiyarso. 2011. Manajemen Keuangan.Yogyakarta: Media Pressindo
Supriyanto, Achmad Sani dan Masyhuri Machfudz. 2010. Metodologi
Riset Manajemen Sumberdaya Manusia. Malang: UIN-Maliki Press.
Surat Edaran Bank Indonesia N0.9/DPbP Tahun 2007
Tim P2LK MAP. 2004. Modul Pembekalan Teknis Manajemen
Pengelolaan Dana Modal Awal dan Padanan (MAP) Melalui KSP/USP
Koperasi. Jakarta
Umam, Khotibul. 2016. Perbankan Syariah. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Usanti, T. P. (2014). Penanganan Risiko Hukum Pembiayaan di Bank
Syariah.Jurnal Yuridika, 29(1), 1-16.
64
Wahyuni, K. T., dan Werastuti, D. N. S. (2013). Prosedur Penyelesaian
Pembiayaan Mikro Bermasalah pada PT. Bank Syariah Mandiri
KCP Buleleng. Vokasi Jurnal Riset Akuntansi, Vol 2 No. 2. 175-192.
65
LAMPIRAN
Lampiran 1.Pernyataan Keaslian Tulisan
66
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Tugas Akhir
67
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Magang di BMT Sumber Usaha
68
Lampiran 4. Slip Setorn
Lampirn 5. Slip Penarikan
69
Lampiran 6.Formulir Pengajuan Pembiayaan
70
Lamporan 7. Form Pembukaan Rekening
71
Lampiran 8. Data realisai BMT Sumber Usaha Tahun 2016-2017
72
Lampiran 9. Daftar Tungakan Nasabah
73
Lampiran 9. Hasil wawanca kepada karyawan BMT Sumer Usaha
HASIL WAWANCARA
DENGAN PIHAK KARYAWAN
BMT SUMBER USAHA
1. Apakah di BMT Sumber Usaha ada pembiayaan bermasalah ?
Jawab : setiap bank pasti ada masalah pembiayaan bermaslah atau kredit
macet begitu juga di BMT Sumber Usaha pasti ada.
2. Apakah ada petugas khusus yang menagani pembiayaan bermasalah di BMT
Sumber Usaha?
Jawab : kalau di bank konvensional ada petugas khusus yang bertugas
menagih atau menangani pembiayaan yang bermasalah kalau di
BMT Sumber Usaha petugas tersebut di sebut Collector yang
bertugas untuk menganai pembiayaan bermasalah istilahnya
pendekatan dengan nasabah.
3. Bagaimana proses penanganan pembiayaan bermasalah yang ada di BMT
Sumber Usaha?
Jawab : jika ada tugakan yang di lakukan oleh pihak collector adalah :
1. Jika itu masih dalam jakngka waktu 1 bulan kita ingatkan atau
kita sms atau telepon nasabah tersebut untuk sekedar
mengingatkan
2. Jika sampai 2 bulan atau tidak ada kelanjutannya maka nasabah
tersebut di kasih surat peringatan.
3. Jika masih tetap tidak ada konfirmasi dari pihak nasabah maka
pihak collector akan silaturahmi kerumah nasabah untuk
mengkonfirmasi atau mencari tahu penyebab tungakan tersebut.
4. Proses jaminan atau pelelangan jaminan
74
4. Dalam menangani pembiayaan bermasalah tersebut apakah ada hambatan
atau tantangan yang di alami?
Jawab : dalam melakukan penagihan kepihak nasabah hambatannya nasabah
yang sulit ditemui/ di hubungi, nasabah kabur, nasabah Cuma janji-
jani, nasabah yang marah.
5. Faktor apakah yang menyebabkan pembiayaan mengalami masalah?
Jawab :1. Faktor analisis yang keliru
2. nasabah yang tidak memiliki etikat baik
3. bencana alam
6. Apakah ada tindakan yang final apabila nasabah tidak memiliki etikat yang
baik atau dengan sengaja tidak mu membayar kewajibanya?
Jawab : di BMT Sumber Usaha ini jarang ada nasabah yang benar-benar
beretikat tidak baik atau yang disebut nasabah ndablek karena di
BMT Sumber Usaha jika mengajukan permohonan pembiayan harus
ada jaminan. Jadi jaminan tersebut bisa digunakan untuk senjata
BMT apabila si nasabah tidak mau membayar kewajibannya.
Tindakan paling final yang dilakukan BMT adalah menjual jaminan
yang telah di jaminkan ke BMT kemudian uang tersebut akan
digunakan untuk menutupi kewajiaban si pihak nasabah tersebut
.jika ada sisa penjualan maka akan dikembalikan kepihak nasabah.
7. Apakah ada kompensasi yang di berikan BMT Sumber Usaha kepada nasabah
pembiayaan bermasalah ?
Jawab : dispensasi yang BMT berikan kepada nasabah pembiayayan
bermasalah biasanya keringanan denda, bebas denda, perpanjangan
waktu ?
8. Pembiayaan bermasalah akan mempegaruhi keuangan BMT apa yang
dilakukan BMT untuk mengatasi masalah tersebut?
75
Jawab: BMT setiap tahunnya sudah menyiapkan uang cadangan untuk
menutupi pembiayaan yang bermasalah atau penghapusan
pembiayaan bermasalah.
76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Eka Hardiyanti
Tempat dan Tanggal Lahir : Salatiga, 06 Mei 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Aalamat Rumah : Wedilelo Rt 34 Rw 08 Karangduren Kec Tengaran
Kab Semarang Salatiga
Email : Ekhabhitink42@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
1. MI Karangduren , lulus tahun 2009
2. SMP Negeri 2 Tengaran, lulus tahun 2012
3. SMA Negeri 1 Tengaran, lulus tahun 2015
C. Pengalaman Kerja
1. Praktikum Bank Syariah 2 di PT. BPRS Artha Amnah Ummat
2. Magang di BMT Sumber Usaha
E. Kemampuan
Kemampuan Komputer (MS Word, MS Excel, MS PowerPoint, MS Access, Corel
Draw, dan Internet)
Salatiga, 31 Juni 2018
Eka Hardiyanti
NIM 64010150029
77
KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Eka Hardiyanti
NIM : 64010150029
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis oranglain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam Tugas Akhir ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah. Tugas Akhir ini diperbolehkan untuk dipublikasikan oleh
perpustakaan IAIN Salatiga.
Salatiga, 30 Juli 2018
Yang menyatakan
Eka hardiyanti
78
top related