ANALISIS KANDUNGAN BAHAN KERING, BAHAN … · dan bahan baku industri. Pemanfaatan limbah pertanian untuk meningkatkan produksi ternak merupakan langkah yang bijak guna mengatasi
Post on 06-Sep-2018
239 Views
Preview:
Transcript
i
ANALISIS KANDUNGAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN
PROTEIN KASAR SILASE PUCUK TEBU (Saccharum officinarum L.)
YANG DIFERMENTASI DENGAN UREA, MOLASES DAN KALSIUM
KARBONAT
SKRIPSI
Oleh:
FAHARUDDIN
I 211 10 269
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ii
ANALISIS KANDUNGAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN
PROTEIN KASAR SILASE PUCUK TEBU (Saccharum officinarum L.)
YANG DIFERMENTASI DENGAN UREA, MOLASES DAN KALSIUM
KARBONAT
SKRIPSI
Oleh
FAHARUDDIN
I 211 10 269
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Faharuddin
NIM : I 211 10 269
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Makassar, November 2014
FAHARUDDIN
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji bagi Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya
yang senantiasa tercurah kepada penulis sehingga penulis dapat merampungkan
penulisan Skripsi ini. Shalawat dan Salam atas junjungan baginda Rasulullah
SAW. yang telah menjadi panutan serta telah membawa umat manusia dari
lembah kehancuran menuju dunia yang terang benderang.
Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada tara
kepada Ayahanda H. Rani (Alm.) dan Ibunda Hafsah yang telah melahirkan,
mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih yang begitu tulus
kepada penulis sampai saat ini dan yang telah memberikan do’a dalam setiap detik
nafas dan kehidupannya untuk keberhasilan penulis. Buat saudaraku A.
Musdalifah dan A. Tenriati yang telah menjadi penyemangat kepada penulis.
Dan keluarga besarku yang selama ini banyak memberikan do’a, kasih sayang,
semangat dan saran. Semoga Allah SWT senantiasa mengumpulkan kita dalam
kebaikan dan ketaatan kepada- Nya.
Terima kasih tak terhingga kepada ibu Dr. Harfiah, S.Pt, MP. Sselaku
Pembimbing Utama dan kepada Bapak Prof. Dr. Ir Asmuddin Natsis, M.Sc.
selaku Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta waktu yang telah
diluangkan untuk memberikan petunjuk dan menyumbangkan pikirannya dalam
membimbing penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya skripsi
ini.
vi
Terima kasih setinggi-tingginya penulis sampaikan dengan segala
keikhlasan dan kerendahan hati kepada :
Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco M.Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan.
Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Syahriani
Syahrir, M.Si selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Nutrisi dan Makanan
Ternak.
Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
khususnya Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternakyang telah memberikan
sumbangsih ilmu selama penulis berada di bangku kuliah.
Bapak Prof. Dr. Ir Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku penasehat akademik
yang telah memberikan bimbingan akademik kepada penulis selama menjadi
mahasiswa.
Faridah, atas segala bantuannya dan motivasinya dalam menyelesaikan
skripsi ini dan Jufriadi Pratama selaku teman seperjuangan dalam
penelitian.
Saudara - saudaraku MATADOR 2010 yang telah menjadi keluarga kecilku
di Kampus Unversitas Hasanuddin termakasih atas segala bantuannya dan
motivasinya selama penulis menjadi mahasiswa.
Keluarga besar HUMANIKA UNHAS yang telah mengajarkan saya sesuatu
yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah.
Mereka yang tidak sempat saya sebut, hanya lantunan maaf yang bisa saya
hadirkan dalam skripsi ini.
vii
Penulis memohon kepada ALLAH S.W.T., dari relung hati yang paling
dalam untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah serta petunjuk-Nya
sehingga kita semua menjadi manusia-manusia yang selalu berserah diri pada
takdir-Nya. Akhir kata semoga kita semua dijadikan manusia – manusia teladan
yang selalu dalam lindungannya, semoga hati kita semua selalu disucikan dari
hal – hal yang batil dan semoga kebahagiaan dunia dan akhirat selalu
diperuntukkan untuk kita semua.
Amin Ya Rabbal Alamin.........
Makassar, November 2014
Faharuddin
viii
Faharuddin (I211 10 269).Analisis Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik
dan Protein Kasar Silase Pucuk Tebu (Saccharum officinarum. L) yang
Difermentasi dengan Urea, Molases dan Kalsium Karbonat (CaCO3). (Dibawah
bimbingan Harfiah sebagai Pembimbing Utama dan Asmuddin Natsir sebagai
Pembimbing Anggota).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan bahan kering, bahan
organik dan protein kasar pucuk tebu yang difermentasi dengan urea, molases
dan kalsium karbonat. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu
fermentasi pucuk tebu dan analisis kandungan Bahan Kering (BK), Bahan organik
(BO) dan Protein Kasar (PK). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu P0 :
Pucuk Tebu 1 kg (kontrol), P1 : P0 + Urea 5%, P2 : P1+ Molases 10 % dan P3 : P2 +
Kalsium Karbonat 0,5%. Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan bahan kering, bahan organik dan
protein kasar silase pucuk tebu. Kesimpulan penelitian ini adalah penambahan
urea 5%, molases 10% dan kalsium karbonat 0,5% ke dalam silase pucuk tebu
dapat meningkatkan kandungan protein kasar tapi menurungkan kandungan bahan
kering dan bahan organik. Perlakuan terbaik adalah P3 dengan kandungan protein
tertinggi yaitu 15,93%.
Kata Kunci : Pucuk Tebu, Fermentasi, Urea, Molases, Kalsium Karbonat,
ix
Faharuddin (I211 10 269). Analysis Of The Content of Dry Matter, Organic
Matter And Crude Protein Silage Sugarcane Tops (Saccharum officinarum L).
Fermented with Urea, Molasses and Calcium Carbonate (Under the guidance
Harfiah as a Supervisor and Asmuddin Natsir as a Co-Supervisor)
ABSTRACT
This research was aimed to determine the content of dry matter, organic
matter and crude protein of sugarcane tops fermented with urea , molasses and
calcium carbonate. This study was conducted in two phases namely the
fermentation of sugarcane top and analysis of content of dry matter, organic
matter and crude protein The experiment used is Completely Randomized Design
consisting of 4 treatments and 3 replications , namely P0 : Sugarcane Tops 1 kg
(control), P1 : P0 + 5% Urea, P2 : P1 + 10 % molasses and P3 : P2 + 0,5% Calcium
Carbonate. Analysis of variance showed that the significant effect of treatment (P
< 0.05) on the content of dry matter, organic matter and crude protein of
sugarcane tops silage. The conclusion of this study is the addition of urea 5 % , 10
% molasses and 0.5 % calcium carbonate into the sugarcane tops silage can
increase the crude protein content but lower content of dry matter and organic
matter. The best treatment is a P3 with the highest protein content of 15.93 % .
Key words : Sugarcane Tops, Fermentation, Urea, Molasses, Calcium Carbonate,
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... ........ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................. 2
Hipotesis ............................................................................................... 2
Tujuan dan Kegunaan ........................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4
Gambaran Umum Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.) ................ 4
Silase Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.) ................................... 6
Bahan Kering dan Bahan Organik ........................................................ 11
Protein Kasar ......................................................................................... 12
METODE PENELITIAN ................................................................................. 14
Waktu dan Tempat ............................................................................... 14
Materi Penelitin ..................................................................................... 14
Metode Penelitian ................................................................................ 14
xi
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 19
Rataan Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar
Silase Pucuk Tebu ................................................................................ 19
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 23
Kesimpulan ........................................................................................... 23
Saran ..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24
LAMPIRAN .................................................................................................... 27
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Kandungan Nutrisi Pucuk Tebu dalam Bentuk Segar. ................................ 6
2. Rataan Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar silase
Pucuk Tebu (gr/kg bahan) ............................................................................ 19
xiii
DAFTAR GAMABAR
No. Halaman
Teks
1. Bagan Analisis Proksimat ................................................................................... 12
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Tabel kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Silase
Pucuk Tebu yang dengan Penambahan Urea, Molases dan Kalsium
Karbonat .............................................................................................................. 27
2. Analisa Sidik Ragam Kandungan Bahan Kering Pucuk Tebu (Saccharum
officnarum L) Dengan Penambahan Urea, Molases dan Kalsiu Karbonat ......... 28
3. Analisa Sidik Ragam Kandungan Bahan Organik Pucuk Tebu (Saccharum
officnarum L) yang Difermentasi Dengan Urea, Molases dan Kalsium
Karbonat .............................................................................................................. 31
4. Analisa Sidik Ragam Kandungan Protein Kasar Pucuk Tebu (Saccharum
officnarum L) yang Difermentasi Dengan Urea, Molases dan Kalsium
Karbonat .............................................................................................................. 34
5. Dokumentasi Penelitian ........................................................................................ 37
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu faktor keberhasilan suatu peternakan adalah ketersediaan
hijauan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak khususnya pada
ternak ruminansia. Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak
ruminansia, karena pakan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut sebagian besar
dalam bentuk hijauan. Akan tetapi ketersediaan hijauan sangat berpariasi. Pada
musim hujan ketersediaan cukup melimpah namun sebaliknya pada musim
kemarau ketersediaan hijauan masih sangat terbatas sehingga peternak kesulitan
untuk mendapatkan hijauan dengan kualitas yang baik. Sehingga pemanfaatan
limbah pertanian dan perkebunan menjadi salah satu opsi untuk mengatasi hal
tersebut.
Indonesia sendiri merupakan negara dengan lahan pertanian yang luas
sehingga potensi limbah pertanian dan perkebunan sebagai pakan ternak
ruminansia cukup besar. Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara
optimal, dan sebagian besar hanya digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik
dan bahan baku industri. Pemanfaatan limbah pertanian untuk meningkatkan
produksi ternak merupakan langkah yang bijak guna mengatasi persaingan yang
ketat dalam upaya penyediaan pakan. Pemanfaatan limbah ini merupakan solusi
dalam rangka mengurangi pecemaran lingkungan.
Salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak
ruminansia adalah pucuk tebu. Pucuk tebu digunakan sebagai makanan ternak
ruminansia pengganti hijauan. Meskipun pontensinya cukup besar, namun angka
2
pemanfaatnya masih relatif rendah. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia
(2012), pada tahun 2011 luas lahan perkebunan tebu adalah 451.788 Ha, dengan
produksi mencapai 2.267.887 ton. Produksi tebu yang berasal dari perkebunan
tebu di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 sebesar 20.935 ton. Dalam satu hektar
kebun tebu akan diperoleh 180 ton biomassa / tahun yang terdiri atas 38 ton pucuk
tebu dimana 23% dari satu batang tebu adalah pucuk tebu (Sandi dkk., 2012)
Namun kendala penggunaan pucuk tebu untuk pakan adalah nilai
nutrisinya yang rendah sehingga pemanfaatanya sebagai pakan ternak ruminansia
tidak begitu efektif. Oleh karena itu berbagai metode pengawetan perlu diterapkan
dalam pengolahan bahan pakan ternak guna menunjang ketersediaan pakan, baik
itu dalam bentuk hay ataupun silase. Sehingga fermentasi dengan mneggunakan
urea, moleses dan kalsium karbonat adalah salah satu upaya yang akan diterapkan
untuk meningkatkan kualitas dari pucuk tebu tersebut.
Rumusan Masalah
Pucuk tebu merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat potensial
sebagai pakan ternak ruminansia. Namun rendahnya nilai nutrisi dari pucuk tebu
merupakan salah satu kendala dalam pemanfaatan pakan ternak ruminansia.
Sehingga berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan penelitian tentang
bagaimana meningkatan nilai nutrisi dari pucuk tebu tersebut dengan perlakuan
fermentasi.
Hipotesis
Diduga bahwa fermentasi pucuk tebu menggunakan urea, molases dan
kalsium karbonat akan mempengaruhi kandungan bahan kering dan bahan organik
serta meningkatkan protein kasar pucuk tebu.
3
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan bahan
kering, bahan organik dan protein kasar pucuk tebu yang difermentasi dengan
urea, molases dan kalsium karbonat.
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
peternak tentang teknologi fermentasi menggunakan urea, molases dan kalsium
karbonat untuk meningkatkan kualitas pucuk tebu sebagai pakan ternak
ruminansia.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.)
Tanaman tebu termasuk salah satu anggota dari familia Gramineae, sub
familia Andropogonae. Banyak ahli berpendapat bahwa tanaman tebu berasal dari
Irian, dan dari sana menyebar ke kepulauan Indonesia yang lain, Malaysia,
Filipina, Thailand, Burma, dan India. Dari India kemudian dibawa ke Iran sekitar
tahun 600 M, dan selanjutnya oleh orang-orang Arab dibawa ke Mesir, Maroko,
Spanyol, dan Zanzibar. Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi kurus, tidak
bercabang, dan tumbuh tegak. Tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 m atau lebih.
Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua, atau kombinasinya.
Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih keabu-abuan dan umumnya
terdapat pada tanaman tebu yang masih muda. (Tjokroadikoesoemo dkk., 2005).
Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu adalah sebagai berikut:
Kingdome : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.
(Tarigan dkk., 2006).
5
Pucuk tebu merupakan limbah yang tidak banyak dimanfaatkan oleh
produsen gula sehingga berpotensi sebagai penyedia pakan ternak yang potensial.
Selain itu, tanaman tebu biasa dipanen pada musim kemarau sehingga dapat
digunakan sebagai alternatif pengganti rumput yang pada musim tersebut
persediaannya sangat berkurang (Priyanto, 2010). Menurut Muhtaruddin (2007)
Pucuk tebu adalah bagian ujung atas batang tebu berikut 4 sampai 7 lembar daun
yang dipotong dari tanaman tebu pada saat ditebang. Pucuk tebu yang diperoleh
pada saat panen mempunyai berat sekitar 14% dari berat tebu. Pucuk tebu dapat
digunakan sebagai pengganti hijauan tanpa menimbulkan dampak negatif.
Pemberian pucuk tebu pada ternak ruminansia hanya dapat mencukupi kebutuhan
hidup pokok ternak.
Pucuk tebu bukan saja mengandung protein yang rendah, tetapi juga
mineral dan vitamin rendah. Oleh karena itu, pemberian pucuk tebu pada ternak
ruminansia memerlukan bahan suplementasi sebagai sumber protein, mineral dan
vitamin. Pucuk tebu yang merupakan limbah panenan tebu, potensinya sangat
tergantung pada luas areal panen, varietas dan produksi per satuan luas tanaman
tebu. Menurut data yang diperoleh dari hasil penelitian dinyatakan bahwa, 23%
dari bagian ujung sebatang tebu adalah merupakan pucuk tebu (Kuswandi, 2007).
Pucuk tebu merupakan limbah tanaman yang sangat potensial sebagai
pakan ternak karena jumlahnya tersedia banyak dan tidak bersaing dengan
kebutuhan manusia. Satu hektar kebun tebu akan diperoleh 180 ton biomassa /
tahun yang terdiri atas 38 ton pucuk tebu dan 72 ton ampas tebu yang mampu
menyediakan pakan ternak sapi sebanyak 17 ekor dengan bobot 250-450 kg.
Pucuk tebu yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah ujung atas batang
6
tebu berikut 4-7 helai daun yang dipotong dari tebu yang dipanen untuk tebu bibit
atau bibit giling. Bila dilihat dari kandungan nutrisinya, protein kasar pucuk tebu
lebih tinggi bila dibandingkan kandungan protein kasar jerami padi maupun
jerami jagung, akan tetapi kandungan serat kasarnya adalah yang tertinggi (Sandi
dkk., 2012).
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pucuk Tebu Dalam Bentuk Segar
Abu 7,42
Sera Kasar 42,30
Protein Kasar 7,4
Lemak Kasar 2,90
BETN 40,00
Sumber : Lamid., dkk (2012)
Silase Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.)
Silase adalah pakan dari limbah pertanian atau dari hijauan makanan
ternak yang diawetkan dengan cara fermentasi anaerob dalam kondisi kadar air
tinggi (40-80%) sehingga hasilnya bisa disimpan tanpa merusak zat makanan/gizi
di dalamnya. Maksud pembuatan silase adalah pengawetan hijauan makanan
ternak dengan memperhatikan kehilangan nutisi yang minimal dan
menghindarkan dari perubahan komposisi kimianya. Kualitas yang baik
diperlihatkan melalui beberapa parameter seperti pH, asarn laktat, warna, tekstur,
suhu, persentase kerusakan dan kandungan nutisi dari silase (Ridwan dkk., 2005).
Kandungan Zat Kadar Zat (%)
Bahan Kering 39,9
7
Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang
banyak menghasilkan asam laktat. Fermentasi merupakan proses perombakan dari
struktur keras secara fisik, kimia, dan biologis sehingga bahan dari struktur
kompleks menjadi sederhana sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efisien
(Hanafi, 2008). Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik
menjadi sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Proses fermentasi dapat
meningkatkan ketersediaan zat-zat makanan seperti protein dan energi metabolis
serta mampu memecah komponen kompleks menjadi komponen sederhana
(Zakariah., 2012). Lebih lanjut Yuanita (2012) menyatakan bahwa Fermentasi
merupakan proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anerobik, yaitu
tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi
terutama karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh
beberapa jenis bakteri tertentu. Fermentasi sebagai suatu proses dimana
komponen komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan
maupun metabolisme mikroba. fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan
berkualitas rendah serta berfungsi dalam pengawetan bahan pakan dan merupakan
suatu cara untuk menghilangkan zat anti nutrisi atau racun yang terkandung dalam
suatu bahan pakan.
Tujuan fermentasi adalah menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang
mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, biological availability yang lebih baik
Disamping itu juga menurunkan zat anti nutrisinya (Pujianingsih., 2005)
sementara Komar (1984) dalam Eko dkk., (2012) menyatakan bahwa tujuan dari
fermentasi yaitu untuk mengubah selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana
melalui dipolimerisasi dan memperbanyak protein mikroorganisme.
8
Peningkatan level aditif pada fermentasi akan memacu aktivitas fermentasi
sehingga menyebabkan produksi H2O juga meningkat. Peningkatan kandungan air
selama ensilase menyebabkan kandungan bahan kering silase menurun sehingga
menyebabkan peningkatan kehilangan bahan kering. Semakin tinggi air yang
dihasilkan selama ensilase, maka kehilangan bahan kering semakin meningkat.
Oleh karena itu, peningkatan kehilangan bahan kering juga dipengaruhi oleh
peningkatan kadar air yang berasal dari fermentasi gula sederhana (Surono dkk.,
2006). Sementara itu Sartini (2003) menyatakan bahwa penurunan bahan kering
silase dipengaruhi oleh respirasi dan fermentasi. Respirasi akan menyebabkan
kandungan nutrien banyak yang terurai sehingga akan menurunkan bahan kering,
sedangkan fermentasi akan menghasilkan asam laktat dan air lebih
Dalam fermentasi pucuk tebu diperlukan penambahan zat aditif untuk
meningkatkan kandungan nutrisi dan menurunkan kadar serat kasar pucuk tebu.
pucuk tebu hanya mampu dikonsumsi oleh sapi sebanyak kurang dari 1% dari
bobot hidup (dalam hitungan bahan kering). Oleh karena itu, limbah perkebunan
ini perlu diproses dulu sebelum diberikan pada ternak, sedangkan untuk optimasi
produksi ternak, perlu suplementasi zat tertentu (Kuswandi., 2007). Sementara
menurut Muhtaruddin (2007) Pemberian pucuk tebu pada ternak ruminansia
hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup pokok, sehingga apabila akan digunakan
untuk tujuan produksi ternak, maka perlu dilakukan suplementasi protein. Salah
satu kelemahan dari pucuk tebu adalah kandungan serat kasar yang tinggi dan
proteinnya rendah. Untuk meningkatkan manfaat dari pucuk tebu maka perlu
dilakukan pengolahan. Salah satu metode pengolahan yang biasa digunakan untuk
pakan berserat tinggi adalah pengolahan kimiawi
9
Berikut bahan yang di gunakan dalam fermentasi adalah :
1. Kalsium Karbonat (CaCO3)
Untuk mencapai kondisi yang optimum bagi pertumbuhan dan
metabolisme bakteri asam laktat, lingkungan, dan keadaan media fermentasi
dijaga dengan baik. Suhu optimum berkisar 28-400
C dengan pH dipertahankan
berkisar 5-5,8. Kalsium karbonat ditambahkan untuk menjaga derajat keasaman
tersebut. Kalsium karbonat adalah reagen yang umum digunakan untuk
menetralkan asam laktat selama fermentasi. Kelarutannya yang rendah di dalam
air menyebabkannya dapat menetralkan asam laktat dan mempertahankan pH
pada tingkat tertentu secara otomatis. (Ferdaus dkk., 2008).
2. Urea
Urea [CO(NH2)2] merupakan kristal putih, tidak berbau, digunakan secara
luas sebagai pupuk pada pertanian. Dibindang peternakan, urea juga diganakan
sebagai ureasi jerami, pembuatan silase dan pembuatan urea molases blok untuk
makanan ternak ruminansia. Puastuti (2010) menjelaskan bahwa pengolahan
bahan pakan dengan penambahan urea merupakan proses pengolahan yang umum
dilakukan terhadap bahan pakan berserat kasar tinggi. Urea sering digunakan
untuk meningkatkan kecernaan pakan berserat melalui proses amoniasi. Urea
dengan rumus molekul CO(NH2)2 banyak digunakan dalam ransum ternak
ruminansia karena mudah diperoleh, harganya murah dan sedikit efek keracunan
yang diakibatkannya dibandingkan dengan biuret. Secara fisik urea berbentuk
kristal padat berwarna putih dan higroskopis urea telah terbukti mempunyai
pengaruh yang baik terhadap pakan. Setelah terurai menjadi NH3 dan CO2 dengan
adanya molekul air, NH3 akan mengalami hidrolisis menjadi NH4 + dan OH-.
10
Senyawa NH3 mempunyai pKa = 9,26, berarti bahwa dalam suasana netral (pH =
7) akan lebih banyak terdapat sebagai NH+.
Penambahan urea dapat menyebabkan perubahan struktur dinding sel.
Perubahan ini disebabkan oleh adanya proses hidrolisis dari urea yang mampu
memecah ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa, serta melarutkan silika dan
lignin yang terdapat dalam dinding sel bahan pakan berserat (Komar, 1984 dalam
Eko dkk., 2012). Selain itu menurut (Marjuki., 2012) amonia dalam proses
hidrolisis urea yang terbentuk mengubah komposisi dan struktur dinding sel juga
dapat melonggarkan atau membebaskan ikatan antara lignin dan selulose atau
hemiselulose yaitu dengan memutus jembatan hidrogen antara lignin dan selulose
atau hemiselulose.
3. Molases
Molases adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu
(Saccharum officinarum L). Molases berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap
pemisahan kristal gula. Molases tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa namun
masih mengandung gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam amino dan mineral.
Molases kaya akan biotin, asam pantotenat, tiamin, fosfor, dan sulfur. Selain itu
juga mengandung gula yang terdiri dari sukrosa 30-40%, glukosa 4-9%, dan
fruktosa 5-12%. Tetes tebu digunakan secara luas sebagai sumber karbon untuk
denitrifikasi, fermentasi anaerobik, pengolahan limbah aerobik, dan diaplikasikan
pada budidaya perairan. Karbohidrat dalam tetes tebu telah siap digunakan untuk
fermentasi tanpa perlakuan pendahuluan karena sudah berbentuk gula (Hidayat
dkk., 2006).
11
Molases sebagai media fermentasi digunakan sebagai sumber bahan
makanan bagi bakteri selama proses fermentasi berlangsung. Bakteri akan
menggunakan sumber karbohidrat sebagai sumber makannya. Ketika sumber
karbohidrat di dalam medium telah habis terpakai, maka bakteri beralih
menggunakan sumber nitrogen. Penambahan karbohidrat seperti tetes
dimaksudkan untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan
sumber energi yang cepat tersedia bagi bakteri (Eko dkk., 2012). Lebih lanjut
Nurul dkk., (2012) menyataan bahwa penambahan molases sebagai sumber energi
mikrobia sehingga mikrobia berkembang lebih banyak dalam proses pemeraman
dan dengan bertambahnya mikrobia maka bermanfaat sebagai penyumbang kadar
protein kasar. Komposisi nutrisi tetes dalam 100 % bahan kering adalah 0,3 %
lemak kasar 0,4 % serat kasar, 84,4 % BETN, 3,94 % protein kasar dan 11% abu
(Eko dkk., 2012).
Bahan Kering dan Bahan Organik
Bahan pakan mengandung zat nutrisi yng terdiri dari air, bahan kering,
bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Hartadi
dkk., (1991) menyatakan bahwa bahan kering terdiri dari bahan organik yaitu
mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah cukup untuk pembentukan tulang
dan berfungsi sebagai bagian dari enzim dan hormon.
Bahan organik utamanya berasal dari golongan karbohidrat, yaitu BETN
dengan komponen penyusun utama pati dan gula yang digunakan oleh bakteri
untuk menghasilkan asam laktat. Kehilangan BO ditandai dengan meningkatnya
kandungan air dan serat kasar silase serta turunnya kandungan BETN silase. Pada
perlakuan menggunakan silase terjadi peningkatan kecernaan bahan organik. Pada
12
proses ensilse terjadi aktivitas bakteri pembentuk asam laktat sampai pH
mencapai 4—5. Aktivitas mikroba ini kemungkinan menyebabkan
merenggangnya ikatan lignosellulosa dan lignoprotein pada pucuk tebu. Kondisi
ini, menyebabkan kecernaan bahan organik akan meningkat (Muhtaruddin, 2007).
Gambar 1. Bagan Analisis Proksimat
Protein Kasar
Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul
tinggi. Seperti halnya karbihidrat dan lipida, protein mengandung unsur-unsur
karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi sebagai tambahannya, semua protein
mengandung nitrogen. Kebanyakan protein mengandung sulfur, beberapa protein
mengandung phosfor (Hartadi dkk., 1991).
13
Protein merupakan zat gizi yang amat penting, karena paling erat
hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Protein adalah sumber asam
amino yang memiliki unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak memiliki lemak atau
karbohidrat. Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan baru dan
mempertahankan jaringan yang telah ada, karena protein merupakan materi
penyusun dasar dari semua jaringan tubuh yang dibentuk (Anggrodi., 1994).
Semua protein dapat mengalami denaturasi dengan berbagai jalan dan sebagai
contohnya adalah koagulasi protein oleh pemanasan. Banyak zat penyebab
denaturasi selain panas, yaitu asam kuat, basa kuat, alkohol, aseton, urea, garam-
garam logam berat (Tillman dkk., 1991).
Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan
faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor
6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung
nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya
berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan
protein atau nitrogen nonprotein (non–protein nitrogen /NPN). Dengan demikian
maka nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang
disebut protein kasar (Kamal,1998).
14
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitan ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2014 dengan dua
tahap, yaitu tahap pertama fermentasi pucuk tebu di Laboratorium Herbivora
Fakultas Peternakan dan tahap kedua yaitu analisis kandungan Bahan Kering
(BK), Bahan organik (BO) dan Protein Kasar (PK) di Laboratorium Kimia
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitans Hasanauddin Makassar
Sulwesi Selatan.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pucuk tebu,Kalsium
Karbonat, urea, Molases, dan bahan untuk analisis proksimat.
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah polybag, tali rapiah,
gunting, dan peralatan untuk analisis proksimat.
Metode Penelitian
a). Perlakuan
Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Komposisi prlakuan sebagai berikut:
P0 : Pucuk Tebu1 kg (kontrol)
P1 : Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5%
P2 : Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5% + Molases 10 %
P3 : Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5% + Molases 10% + CaCO3 0,5%
15
b). Pelaksanaan Penelitian
Tahap pertama pucuk tebu dilayukan selama 2 – 3 jam hingga mencapai
kadar air ± 60%. Selanjutnya dicincang ± 3 cm kemudian ditambahkan Urea 5%,
Molases 10% dan Kalsium Karbonat 0,5% sesuai dengan perlakuan (P0, P1, P2
dan P3). Selanjutnya diaduk rata dan difermentasikan di dalam polybag dengan
kondisi anaerob dan disimpan di tempat teduh selama 21 hari. Setelah 21 hari,
dilakukan penilaian organoleptik meliputi: warna, aroma, tekstur dan ada tidaknya
jamur. Tahap ke-2 sampel di ambil pada setiap perlakuan dan masing – masing
sampel ditimbang kemudian dilakukan analisis proksimat (AOAC, 1980).
c). Parameter yang diukur
Dalam penelitian ini parameter yang diukur adalah kandungan bahan
kering, bahan organik dan protein kasar pucuk tebu. Analisa bahan kering, bahan
organik dan protei kasar dilakukan berdasarkan anlaisis proksimat.
Untuk mengetahui kandungan bahan kering, bahan organik dan protein
kasar, dilakukan prosedur sebagai berikut :
A. Bahan Kering
Cawan porseling yang bersih dimasukkan ke dalam oven dan pada
suhu 1050
C selama 24 jam kemudian didinginkan kedalam desikator
selama 30 menit dan ditimbang (a gram)
Sampel sebanyak ± 1 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin dan
ditimbang bersama-sama (b gram).
Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105o
C selama 24 jam
dan setelah kering didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali
(c gram)
16
Hasil pengamatan dihitung berdasarkan rumus berikut :
b – a
Kadar Air = x 100 %
c – a
Kadar Bahan Kering = 100% - Kadar Air
Keterangan : a = berat cawan kosong (gram)
b = berat cawan + sampel sebelum dioven (gram)
c = berat cawan + sampel setelah dioven (gram)
B. Bahan Organik
Sampel dari analisa bahan kering dimasukkan kedalam tanur listrik
selama 3 jam pada suhu 6000C.
Tanur dimatikan dan dibiarkan agak dingin kemudian tanur dibuka
lalu sampel diambil dan dimasukkan kedalam desikator selama 30
menit, kemudian ditimbang (d gram).
Rumus yang digunakan adalah :
Kadar Abu = d – a
x 100 %
b – a
%Bahan Organik = (100% - Kadar Abu)
--------------------------- x BK
100
BO = %BO x BK
Keterangan :
a = Berat cawan kosong (gram)
b = Berat cawan + sampel sebelum dioven (gram)
d = Berat cawan + sampel setelah ditanur (gram)
17
C. Protein Kasar
Menimbang sampel ± 0,5 gram
Memasukkan kedalam labu khjedal 100 ml
Menambahkan ± 1 gram campuran selenium dan 10 ml H2SO4 pekat
(teknis)
Labu khjedal bersama isinya digoyangkan sampai semua sampel
terbasahi dengan H2SO4
Destruksi dalam lemari asam sampai jernih
Setelah dingin, tuang dalam labu ukur 100 ml dan dibilas dengan air
suling
Menambahkan air suling sampai pada tanda garis
Memipet sampai 10 ml ke dalam labu destilasi dan ditambah dengan 5
ml larutan NaOH 30% dan air suling
Menyiapkan labu penanmpung yang terdiri dari 10 ml H3BO3 2%
ditambah dengan 4 tetes indilator campuran dalam erlenmeyer 100 ml
Suling hingga volume penampung menjadi 50 ml
Bilas ujung penyuling dengan air suling kemudian penampung
bersama isinya dititrasi dengan larutan H2SO4 0,022 N
Rumus yang digunakan adalah :
V x N x 0,014 x 6,25 x P
Kadar Protein Kasar = x 100%
Berat Sampel (gram)
18
Keterangan :
V = Volume titrasi cantoh
N = Normaliter larutan H2SO4
P = Faktor pengencer
d. Analisis Data
Data yang diperoleh diolah menggunkan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan (Gazper 1994) dengan model matematika
sebagai berikut :
Yij = µ + τi + €ij
Keterangan : Yij = Nilai Pengamatan dengan ulangan ke-j
µ = Rata - rata umum (nilai tengah pengamatan)
τi = Pengaruh Perlakuan ke- i ( i = 1, 2, 3, 4)
€ij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan
ke –j ( j = 1, 2, 3, 4)
Beda antar perlakuan akan dilakukan dengan uji kontras dengan cara
sebagai berikut :
Kontras 1 : P0 vs P1, P2, P3
Kontras 2 : P1 vs P2, P3
Kontras 3 : P2 vs P3
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rataan Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Silase
Pucuk Tebu
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata bahan kering, bahan
organik dan protein kasar silase pucuk tebu dengan penambahan urea, molases
dan kalsium karbonat dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar
(gr/kg bahan)
Parameter Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Bahan Kering
266,2 244,8 232,0 248,2
Bahan Organik 246,8 228,5 214,5 225,8
Protein Kasar 85,0 138,8 149,2 159,3
Keterangan : P0 = Pucuk Tebu1 kg (kontrol); P1 : Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5%; P2 =
Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5% + Molases 10 %; P3 = Pucuk Tebu 1 kg +
Urea 5% + Molases 10% + CaCO3 0,5%. Hasil Uji Kontras Nilai Bahan
Kering : P0 vs P1, P2, P3 = P<0,01; P1 vs P2, P3 = P<0,01; P2 vs P3 =
P<0,01; Bahan Oranik : P0 vs P1, P2,P3 = P<0,05; Protein Kasar : P0 vs
P1, P2, P3 = P<0,01; P1 vs P2, P3 = P<0,01; P2 vs P3 = P<0,01.
Hasil analisis ragam (Lampiran 2, 3 dan 4) menunjukkan bahwa
penambahan Urea, Molases dan Kalsium karbonat berpengaruh nyata (P<0,01)
terhadap kandungan bahan kering dan bahan organik serta protein kasar silase
pucuk tebu.
Uji kontras (Lampiran 2) menunjukkan bahwa kandungan bahan kering
silase pucuk tebu P0 nyata lebih tinggi (P<0,01) dibanding gabungan kandungan
bahan kering P1, P2 dan P3. Lebih lanjut kandungan bahan kering P1 nyata lebih
tinggi (P<0,05) dibanding gabungan kandungan bahan kering P2 dan P3. Demikian
pula dengan P2 nyata lebih tinggi (P<0,01) di banding dengan P3.
20
Berdasarkan Tabel 2. di atas kandungan bahan kering tertinggi adalah P0
(kontrol), hal ini disebabkan karena tidak adanya penambahan zat aditif pada
perlakuan tersebut sehingga tidak terjadi peningkatan kadar air dalam silase.
Penurunan nilai bahan kering ditunjukkan pada perlakuan P1, P2 dan P3 karena
adanya penambahan zat aditif pada masing–masing perlakuan sehingga
meningkatkan kadar air dalam silase. Hal ini sesuai pendapat Surono dkk., (2006)
bahwa terjadi peningkatan kehilangan bahan kering yang semakin besar seiring
dengan meningkatnya level aditif. Semakin besar ketersediaan karbohidrat terlarut
menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas fermentasi oleh bakteri untuk
menghasilkan asam laktat sehingga menyebabkan kehilangan bahan kering yang
lebih besar dalam ensilase tersebut. Menurut Sartini (2003) Penurunan bahan
kering silase dipengaruhi oleh respirasi dan fermentasi. Respirasi akan
menyebabkan kandungan nutrien banyak yang terurai sehingga akan menurunkan
bahan kering, sedangkan fermentasi akan menghasilkan asam laktat dan air.
Lebih lanjut Surono dkk., (2006) menyatakan bahwa Peningkatan level
aditif diduga memacu aktivitas fermentasi sehingga menyebabkan produksi H2O
juga meningkat. Peningkatan kandungan air selama ensilase menyebabkan
kandungan bahan kering silase menurun sehingga menyebabkan peningkatan
kehilangan bahan kering. Semakin tinggi air yang dihasilkan selama ensilase,
maka kehilangan bahan kering semakin meningkat. Oleh karena itu, peningkatan
kehilangan bahan kering juga dipengaruhi oleh peningkatan kadar air yang berasal
dari fermentasi gula sederhana.
21
Hasil uji kontras (Lampiran 3) terhadap kandungan bahan organik silase
pucuk tebu memperlihatkan bahwa rataan bahan organik P0 itu nyata lebih tinggi
(P<0,01) dibanding P1, P2 dan P3. Tapi P1 tidak lebih tinggi (P>0,05)
dibandingkan dengan gabungan P2 dan P3 demikian pula P2 tidak Lebih tinggi
dibandingkan dengan P3.
Kehilangan bahan organik terjadi pada perlakuan P2. Hal ini diduga karena
pada perlakuan P2 di tambahkan molases yang merupakan sumber karbohidrat
untuk bakteri asam laktat yang digunakan dalam fermentasi dan juga terjadi
peningkatan kadar air yang mengakibatkan terjadinya kehilangan bahan organik.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Surono dkk., (2006) bahwa secara umum
diketahui bahwa asam laktat dalam ensilase dihasilkan dari komponen bahan
organik terutama karbohidrat, sehingga meningkatkan pembentukan asam laktat.
Kehilangan bahan organik dalam silase utamanya berasal dari golongan
karbohidrat, yaitu BETN dengan komponen penyusun utama pati dan gula yang
digunakan oleh bakteri untuk menghasilkan asam laktat. Kehilangan bahan
organik ditandai dengan meningkatnya kandungan air dan turunnya kandungan
BETN silase.
Hasil uji kontras (Lampiran 4) terhadap kandungan protein menunjukkan
bahwa kandungan protein kasar kontrol (P0) nyata lebih rendah (P<0,01)
dibanding kandungan protein kasar gabungan P1, P2 dan P3. Lebih lanjut
kandungan protein kasar P1 nyata lebih rendah (P<0,01) dibandingkan gabungan
antara P2 dan P3 demikian pula kandungan protein kasar P2 nyata lebih rendah
(P<0,05) dibandingkan P3.
22
Berdasarkan tabel 2. di atas kandungan protein tertinggi adalah P3.
Peningkatan tersebut diduga karena pada perlakuan P3 ditambahkan urea, molases
dan kalsium karbonat. Ketiga zat aditif tersebut adalah sumber energi bagi bakteri
asam laktat sehingga mampu bekerja secara optimal dalam fermentasi dimana
bakteri asam laktat adalah mikroba yang berperan dalam meningkatnya
kandungan protein kasar silase hal ini sesuai dengan pendapat Heller (2009)
dalam Nurul, (2012) yang menyatakan bahwa yang penting dari bakteri asam
laktat adalah kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat
(Lactobacillus lactis, Pediococcus atau Streptococcus, dan Acetobacter aceti)
dimana bakteri tersebut merupakan penyumbang protein asal mikrobia. Lebih
lanjut Santoso dkk., (2008) menyatakan bahwa bakteri asam laktat mempunyai
peranan yang penting pada fermentasi hijauan dan mempengaruhi kualitas silase
yang dihasilkan.
23
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa penambahan urea 5%, molases 10% dan kalsium karbonat 0,5% ke dalam
silase pucuk tebu dapat meningkatkan kandungan protein kasar tapi menurungkan
kandungan bahan kering dan bahan organik. Perlakuan terbaik adalah P3 dengan
kandungan protein tertinggi yaitu 15,93%.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh silase pucuk
tebu dengan penambahan urea, molases dan CaCO3 terhadap kecernaan ternak
ruminansia.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.
AOAC. 1980. Official Methods Of Analysis Of the Associaton Of Official
Analytical Chemist. Edisi Ke Riga. PO BOX 540. Benjamin Franklin
Station Washington DC 2004.
BPS. 2012. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Jakarta.
Eko, D., Junus, M., dan M. Nasich. 2012. Pengaruh Penambahan Urea Terhadap
Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Padatan Lumpur Organik
Unit Gas Bio. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.
Ferdaus, F., Wijayanti. M.O, Rentonigtiyas. E.S., dan W. Irawati. 2008.
Pengaruh ph, Konsentrasi Substrat, Penambahan Kalsium Karbonat dan
Waktu Fermentasi Terhadap Perolehan Asam Laktat dari Kulit Pisang.
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya.
Gazper, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit CV. Armico Areas.
FAO, Rome.
Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Universitas Sumatera
Utara.
Hartadi, H., Tilman, A. D., Reksohadiprojo, S., Kusumo, S. P dan S.
Lebdosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University press, yogyakarta.
Hidayat, N.M.C.,dan Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi. Jakarta.
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta.
Kuswandi. .2007. Balai Penelitian Ternak .Teknologi Pakan untuk Limbah Tebu
(Fraksi Serat) sebagai Pakan Ternak Ruminansia.bogor
Lamid, M., Ismudion., Koesnoto, S., Chusnati, S., Hadayati, N., dan E.V.F. Vina.
2012. Karakteristik Silase Pucuk Tebu (Saccharum Officinarum, Linn)
Dengan Penambahan Lactobacillus Plantarum. Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyaraka. Surabaya.
25
Marjuki. 2012. Peningkatan Kualitas Jerami Padi Melalui Perlakuan Urea
Amoniasi. Artikel Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Malang.
Muhtaruddin. 2007. Kecernaan Pucuk Tebu Terolah Secara In Vitro [The In Vitro
Digestibility Of Processed Sugarcane]. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Nurul, A., Junus, M., dan M. Nasich. 2012. Pengaruh Penambahan Molases
Terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Padatan Lumpur
Organik Unit Gas Bio. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Priyanto, E. 2010. Pucuk Tebu. http://ilmuternakkita.blogspot.com. [diakses
tanggal 15 Januari 2014.]
Puastuti, W. 2010. Urea Dalam Pakan dan Implikasinya Dalam Fermentasi
Rumen Kerbau. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Pujianingsi. R, 2005. Teknologi Fermentasi dan Peningkatan Kualitas Pakan.
Fakultas Peternakan. UNDIP.
Ridwan, R., G. Kartina, dan Y Widyastuti. 2005. Pengaruh penmabahn dedak padi
dan Lactobacillus plantarum dalam pembuatan silase rumput gajah.
Media peternakan
Sandi, S., Ali, M., dan M. Arianto. 2012. Kualitas Nutrisi Silase Pucuk Tebu
(Saccaharum Officinarum) Dengan Penambahan Inokulan Effective
Mikroorganisme-4 (EM-4). Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya.
Palembang.
Santoso, B., B. T. Hariadi, Alimuddin dan D. Y. Seseray. 2011. Kualitas
Fermentasi dan Nilai Nutrisi Silase Berbasis Sisa Tanaman Padi yang
Diensilase dengan Penambahan Inokulum Bakteri Asam Laktat Epifit.
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Universitas Negeri Papua,
Manokwari.
Sartini. 2003. Kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro silase rumput
Gajah pada umur potong dan level aditif yang berbeda. J.
Pengembangan Peternakan Tropis
Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Surono. Hadiyanto. A.Y dan M. Christiyanti. 2006. penambahan bioaktivator
pada complete feed dengan pakan basal rumput gajah terhadap
kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro. fakultas
peternakan dan pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
26
Surono. Soejono. M dan S.P.S. Budhi. 2006. Kehilangan Bahan Kering Dan
Bahan Organik Silase Rumput Gajah Pada Umur Potong Dan Level
Aditif Yang Berbeda. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang.
Tarigan, B. Y. Dan J. N. Sinulingga. 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di
Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tillman, D.A., Hartadi., H., Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S dan S.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Tjokroadikoesoemo, P. S. Dan A.S. Baktir. 2005. Ekstraksi Nira Tebu. Yayasan
Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi Industri, Surabaya.
Yuanita, N. L. 2012. Urea Molases Blok. http://nailyluthfiyasari y.blog.ugm.ac.id.
[Diakses pada tanggal 15 Januari 2014]
Zakariah, M .A, 2012. Fermentasi Asam Laktat Pada Silase. Fakultas Peternakan.
Universits Gajah Mada. Yogyakarta.
27
Lampran 1. Tabel kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein
Kasar Silase Pucuk Tebu yang dengan Penambahan Urea,
Molases dan Kalsium Karbonat
PERLAKUAN UANGAN BK BO PK
P0
1 26,64 24,70 8,22
2 26,81 24,87 8,93
3 26,40 24,48 8,36
P1
1 24,41 22,76 13,96
2 24,84 23,22 13,73
3 24,18 22,57 13,95
P2
1 23,13 21,36 14,7
2 23,30 21,59 15,06
3 23,17 21,41 14,99
P3
1 24,89 22,61 16,07
2 24,21 22,14 15,60
3 25,36 23,00 16,11
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia Makanan Ternak 2014.
28
Lampiran 2. Analisa Sidik Ragam Kandungan Bahan Kering Pucuk Tebu
(Saccharum officnarum L) Dengan Penambahan Urea, Molases
dan Kalsiu Karbonat
Sumber Keragaman DB JK KT F
Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 3 17,89 5,96 49,67 4,07 7,59
K 1 (P0 vs P1, P2
dan P3) 1 13,41 13,41 111,75 1,8 11,26
K2 (P1 vs P2 dan
P3) 1 0,44 0,44 3,67 1,8 11,26
K3 (P2 vs P3) 1 3,93 3,79 26.00 1,8 11,26
Galat 8 0,99 0,12
Total 11 18,88
Derajat Bebas (DB)
DB Perlakuan : Perlakuan – 1 : 4 – 1 = 3
DB Galat : Perlakuan x (Ulangan – 1) : 4 x (3 -1 ) = 8
DB Total : Perlakuan x Ulangan – 1 : 4 x 3 – 1 = 11
Faktor Koreksi (FK)
(Σt=1Yij) (79,43+ ------ +74,46)2
FK = ------------------------------ = ---------------------------------- = 7367,59
r x t 12
Jumlah Kuadrat (JK)
JK Perlakuan
Yi 2 + ---------- + Yj
2
JK P = ----------------------------------------- - FK
r
(79,85)2 + ------------ + (74,46)
2
= ------------------------------------------ - 7367,59
3
= 22156,430
---------------- - 7367,59 = 17,89
3
29
JK Total
JKT = Σij Yij2
– FK
= 26,642 + ----------------+ 25,36
2 - 7367,59
= 18,88
Jumlah Kuadrat Kontras (JK K)
JK K1 = - 3(79,85) + 1 (73,43) + 1 (69,60) + 1(74,46)2
----------------------------------------------------------------
3(-3)2 + 1
2 + 1
2 + 1
2
= 13,41
JK K2 = 0 + (-2)(73,43) + 1 (69,60) + 1 (74,46)2
-------------------------------------------------------
3(-2)2 + 1
2 + 1
2
= 0,44
JK K3 = 0 + (-1)(69,60) + 1 (74,46)2
----------------------------------------
3(-1)2 + 1
2
= 3,93
JK Galat
= JK T – JK P
= 18,88 – 17,89
= 0,99
Kuadrat Tengah (KT)
JK P 17,89
KTP = ------------------------ = -------------------- = 5,96
DB P 3
JK K1 13,41
KT K1 = ---------------------- = -------------------- = 13,41
DB K1 1
JK K2 0,44
KT K2 = --------------------- = --------------------- = 0,44
DB K2 1
JK K3 3,79
30
KT K3 = ---------------------- = --------------------- = 3,79
DB K3 1
JK G 0,99
KT Galat = ----------------------- = ---------------------- = 0,12
DB G 8
F Hitung
KT P 5,96
= ---------------------- = ---------------------- = 49,67
KT G 0,12
KT K1 13,41
= --------------------- = ------------------------- = 111,75
KT G 0,12
KT K2 0,44
= ---------------------- = ------------------------ = 3,67
KT G 0,12
KT K3 3,79
= ---------------------- = ------------------------ = 31,58
KT G 0,12
31
Lampiran 3. Analisa Sidik Ragam Kandungan Bahan Organik Pucuk Tebu
(Saccharum officnarum L) yang Difermentasi Dengan Urea,
Molases dan Kalsiu Karbonat
Sumber Keragaman DB JK KT F
Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 3 16,12 5,37 4,93 4,07 7,59
K 1 (P0 vs P1, P2
dan P3) 1 12,83 12,83 11,77 1,8 11,26
K2 (P1 vs P2 dan P3) 1 1,38 1,38 1,27 1,8 11,26
K3 (P2 vs P3) 1 1,92 1,92 1,76 1,8 11,26
Galat 8 8,71 1,09
Total 11 24,83
Faktor Koreksi (FK)
(Σt=1Yij) (74,05 + -----+67,75)2
FK = ------------------------------ = ------------------------------ = 6288,80
r x t 12
Jumlah Kuadrat (JK)
JK Perlakuan
Yi 2 + ---------- + Yj
2
JK P = ----------------------------------------- - FK
r
(74,05)2 + ------------ + (67,75)
2
= ------------------------------------------ - 6288.80
3
= 18914,7771
---------------- - 6288,80
3
= 16,12
JK Total
32
JKT = Σij Yij2
– FK
= 24,70 2 + ----------------+23,00
2 - 6288,80
= 24,83
Jumlah Kuadrat Kontras (JK K)
JK K1 = - 3(74,05) + 1 (68,55) + 1 (64,36) + 1(67,75)2
----------------------------------------------------------------
3(-3)2 + 1
2 + 1
2 + 1
2
= 12,83
JK K2 = 0 + (-2)(68,55) + 1 (64,36) + 1 (67,75)2
-------------------------------------------------------
3(-2)2 + 1
2 + 1
2
= 1,38
JK K3 = 0 + (-1)(64,36) + 1 (67,75)2
----------------------------------------
3(-1)2 + 1
2
= 1,92
JK Galat
= JK T – JK P
= 24,83 – 16,12
= 8,71
Kuadrat Tengah (KT)
JK P 16,12
KTP = ------------------------ = -------------------- = 5,37
DB P 3
JK K1 12,83
KT K1 = ---------------------- = -------------------- = 12,83
DB K1 1
JK K2 1,38
KT K2 = --------------------- = --------------------- = 1,38
33
DB K2 1
JK K3 1,92
KT K3 = ---------------------- = --------------------- = 1,92
DB K3 1
JK G 8,71
KT Galat = ----------------------- = ---------------------- = 1,09
DB G 8
F Hitung
KT P 5,37
= ---------------------- = ---------------------- = 4,93
KT G 1,09
KT K1 12,83
= --------------------- = ------------------------- = 11,77
KT G 1,09
KT K2 1,38
= ---------------------- = ------------------------ = 1,27
KT G 1,09
KT K3 1,92
= ---------------------- = ------------------------ = 1,76
KT G 1,09
34
Lampiran 4. Analisa Sidik Ragam Kandungan Protein Kasar Pucuk Tebu
(Saccharum officnarum L) yang Difermentasi Dengan Urea,
Molases dan Kalsiu Karbonat
Sumber Keragaman DB JK KT F
Hitung F Tabel
5% 1%
Perlakuan 3 98,57 32,86 164,3 4,07 7,59
K 1 (P0 vs P1, P2
dan P3) 1 92,29 92,29 461,45 1,8 11,26
K2 (P1 vs P2 dan P3) 1 4,75 4,75 23,75 1,8 11,26
K3 (P2 vs P3) 1 1,53 1,53 7,65 1,8 11,26
Galat 8 1,63 0,20
Total 11 100,20
(Σt=1Yij) (159,68)2
FK = ------------------------------ = ------------------ = 2124,81
r x t 12
Jumlah Kuadrat (JK)
JK Perlakuan
Yi 2 + ---------- + Yj
2
JK P = ----------------------------------------- - FK
r
(25,51)2 + ------------ + (47,78)
2
= ------------------------------------------ - 2124,81
3
= 6670,14
---------------- - 2124,81
3
= 98,57
35
JK Total
JKT = Σij Yij2
– FK
= 8,22 2 + ----------------+16,11
2 - 2124,81
= 100,20
Jumlah Kuadrat Kontras (JK K)
JK K1 = - 3(25,51) + 1 (41,64) + 1 (44,75) + 1(47,78)2
----------------------------------------------------------------
3(-3)2 + 1
2 + 1
2 + 1
2
= 92,29
JK K2 = 0 + (-2)(41,64) + 1 (44,75) + 1 (47,78)2
-------------------------------------------------------
3(-2)2 + 1
2 + 1
2
= 4,75
JK K3 = 0 + (-1)(44,75) + 1 (47,78)2
----------------------------------------
3(-1)2 + 1
2
= 1,53
JK Galat
= JK T – JK P
= 100,20 – 98,57
= 1,63
Kuadrat Tengah (KT)
JK P 98,57
KTP = ------------------------ = -------------------- = 32,86
DB P 3
JK K1 92,29
KT K1 = ---------------------- = -------------------- = 92,29
DB K1 1
JK K2 4,75
36
KT K2 = --------------------- = --------------------- = 4,75
DB K2 1
JK K3 1,53
KT K3 = ---------------------- = --------------------- = 1,53
DB K3 1
JK G 1,63
KT Galat = ----------------------- = ---------------------- = 0,20
DB G 8
F Hitung
KT P 32,86
= ---------------------- = ---------------------- = 164,3
KT G 0,20
KT K1 92,29
= --------------------- = ------------------------- = 461,45
KT G 0,20
KT K2 4,75
= ---------------------- = ------------------------ = 23,75
KT G 0,20
KT K3 1,53
= ---------------------- = ------------------------ = 7,65
KT G 0,20
37
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
38
39
RIWAYAT HIDUP
FAHARUDDIN Lahir pada tanggal 7 September 1992 di
Maros. Anak pertama dari tiga bersaudara. Putra dari
pasangan H. Rani (Alm.) dan Hafsah. Menyelesaikan
pendidikan formal mulai dari, SD INP. 228 Dulang tahun
(1998-2004), SMP Neg. 14 Tanralili Maros pada tahun
(2004-2007), SMA Neg. 5 Tanralili Maros pada tahun (2007-2010). Melalui jalur
Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) tahun 2010 penulis diterima
sebagai mahasiswa program Strata 1 (S-1) pada Jurusan Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus organisasi Himpunan Mahasiswa
Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Hasanuddin (HUMANIKA-UNHAS)
periode 2012/2014. Penulis juga aktif di organisasi eksternal kampus yaitu
Himpunan Pemuda Mahasiswa Indonesia (HIPMI) Maros Raya periode
2013/2014 dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiah (IMM) Kom. UNHAS periode
2013/2014.
top related