ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BRAND SWITCHING ... · switching from Nokia’s celluler phone to celluler phone another brand. So it necessary to an analysis of the factors
Post on 11-Mar-2019
224 Views
Preview:
Transcript
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BRAND SWITCHING PADA TELEPON SELULER
MEREK NOKIA
DIAN MELFA SUSANTI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Brand Switching pada Telepon Seluler Merek Nokia
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Dian Melfa Susanti
NIM H24114033
iii
ABSTRAK
DIAN MELFA SUSANTI. Analisis faktor-Faktor yang Mempengaruhi Brand
Switching pada Telepon Seluler Merek Nokia. Dibimbing oleh MUKHAMMAD
NAJIB.
Penurunan jumlah pangsa pasar dan top brand index Nokia yang
signifikan selama lima (5) tahun terakhir mengindikasikan bahwa adanya
pelanggan Nokia yang melakukan perpindahan merek (brand switching) dari
telepon seluler merek Nokia ke telepon seluler merek lain. Sehingga untuk itu
perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi brand
switching pada telepon seluler merek Nokia. Variabel eksogen yang digunakan
dalam penelitian adalah product problem, service problem, benefit/value other
product, variety seeking dan switching cost. Kuesioner didistribusikan kepada
mahasiswa S1 reguler Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan jumlah responden
sebanyak 100 orang. Hasil kuesioner diolah menggunakan alat analisis Structural
Equation Model (SEM) dengan perangkat lunak SmartPLS versi 2.0. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab brand switching telepon seluler
merek Nokia pada mahasiwa secara signifikan dipengaruhi oleh variety seeking.
Kata kunci: telepon seluler Nokia, brand switching, benefit/value other product,
variety seeking, switching cost
ABSTRACT
DIAN MELFA SUSANTI. Analysis Factors Influencing of Brand Switching in
Nokia Cell Phone. Supervised by MUKHAMMAD NAJIB.
The significant decrease in Nokia’s market share and top brand index for
five years indicates that the presence of Nokia’s customer who make the brand
switching from Nokia’s celluler phone to celluler phone another brand. So it
necessary to an analysis of the factors affecting of brand switching in Nokia cell
phone. Exogenous variables used in the study is a product problems, service
problems, the benefit / value of other products, variety seeking and switching cost.
Questionnaires carried out on students of S1 regular Bogor Agricultural
University (IPB), the number of respondents 100 people. Questionnaire results
were processed used analytical tools Structural Equation Model (SEM) with
SmartPLS software version 2.0. The results showed that brand switching in Nokia
cell phone for students significant affected by variety seeking.
Keywords: Nokia cell phone, brand switching, benefit/value other product,
variety seeking and switching cost
iv
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BRAND SWITCHING PADA TELEPON SELULER
MEREK NOKIA
DIAN MELFA SUSANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
v
Judul Skripsi: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Brand Switching pada
Telepon Seluler Merek Nokia
Nama : Dian Melfa Susanti
NIM : H24114033
Disetujui oleh
Dr Mukhammad Najib, STP, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhammad Najib, STP, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Brand Switching pada Telepon Seluler Merek Iokia
Nama : Dian Melfa Susanti NIM : H24114033
Disetujui oleh
Dr Mukhammad Najib, STP, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus: 27 FEB 2014
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Brand Switching pada Telepon
Seluler Merek Nokia” tepat pada waktunya. Tujuan penulisan Skripsi ini adalah
untuk memenuhi syarat kelulusan pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama persiapan dan penyusunan laporan tugas akhir penulis banyak
mendapat dukungan, dorongan, bimbingan serta do’a dari banyak pihak. Oleh
karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Mukhammad Najib, STP, MSi.
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan,
motivasi serta masukan dalam rangka penyempurnaan peyusunan dan penulisan
skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang
tua, apa, ama, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Dian Melfa Susanti
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
Perilaku Konsumen 5
Brand Switching 6
Penelitian Terdahulu 9
METODE PENELITIAN 10
Kerangka Pemikiran Penelitian 10
Jenis dan Sumber Data Penelitian 12
Teknik Penarikan Sampel 12
Metode Pengolahan dan Analisis Data 13
Uji Validitas dan Reliabilitas 13
Skala Pengukuran 13
Analisis Deskriptif 14
Analisis SEM SmartPLS (Partial Least Square) 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Karakteristik Responden 18
Pemakaian Telepon seluler 19
Pengukuran persepsi mahasiswa terhadap telepon seluler merek Nokia
dalam ruang lingkup variabel yang mempengaruhi brand switching 20
Hasil Analisis SEM SmartPLS (Partial Least Square) 25
Implikasi Manajerial 31
SIMPULAN DAN SARAN 33
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 44
viii
DAFTAR TABEL
1 Penghitungan jumlah responden 13
2 Rentang skala 14
3 Dimensi-dimensi variabel laten dan indikator dalam penelitian 15
4 Karakteristik responden 18
5 Tingkat pemakaian telepon seluler merek Nokia berdasarkan tipe telepon
seluler yang digunakan 19
6 Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator product problem 20
7 Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator service problem 21
8 Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator benefit/value other product 22
9 Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator variety seeking 23
10Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator switching cost 23
11Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator brand switching 24
12Nilai rataan persepsi mahasiswa terhadap konstruk brand switching 24
13Path coefficient (Mean, STDEV, T-Value) model brand switching
pengguna Nokia 27
14Nilai R2 31
15Rekapitulasi hasil pembahasan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
brand switching pada telepon seluler merek Nokia 31
DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah kepemilikan handphone di Indonesia (Nugraha 2011) 1
2 Top Brand Index (TBI) handphone di Indonesia (Fisamawati 2013) 2
3 Konsumen handphone di Indonesia menurut usia (Nugraha 2011) 3
4 Bauran pemasaran produk (Kotler dan Keller 2009) 8
5 Kerangka pemikiran 11
6 Model penelitian 16
7 Model brand switching pengguna Nokia 25
8 Hasil bootstrapping model brand switching pengguna Nokia 27
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner penelitian 37
2 Hasil uji reliabilitas data 41
3Hasil uji validitas kuesioner 41
4 Nilai composite reliability dan cronbach’s alpha 42
5 Nilai Average Variance Extracted (AVE) 42
6 Nilai akar AVE 42
7 Nilai laten variable correlation (korelasi antar konstruk) 42
8 Nilai cross loadings 43
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif
pada berbagai bidang tidak terkecuali bidang telekomunikasi khususnya telepon
seluler. Dahulu kita hanya bisa menggunakan telepon seluler untuk melakukan
panggilan dan pengiriman SMS (Short Message Service) saja, tetapi dengan
kemajuan teknologi telepon seluler telah berkembang menjadi media komunikasi
yang multifungsi. Fungsi telepon seluler berkembang tidak hanya untuk
berkomunikasi saja tetapi juga dilengkapi dengan fitur-fitur menarik seperti radio,
game, kamera digital, perangkat lunak pemutaran audio (MP3) dan video bahkan
semenjak hadirnya teknologi smartphone kita dapat menggunakan telepon seluler
sebagai media penyimpanan data, pengeditan atau pengolahan data, pengiriman
email, browsing dan berbagai kemudahan lainnya. Dengan meningkatnya fungsi
telepon seluler berdampak terhadap tingginya kebutuhan masyarakat akan alat
komunikasi tesebut yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan pengguna
telepon seluler. Telepon seluler yang dulu merupakan barang mewah sekarang
berubah menjadi barang primer. Bisa dikatakan pada saat sekarang ini tidak ada
masyarakat yang tidak menggunakan telepon seluler. Indonesia adalah salah satu
Negara yang mengalami pertumbuhan pengguna telepon seluler yang cukup
signifikan. Pada Gambar 1 berikut ini menunjukkan peningkatan jumlah pengguna
telepon seluler di Indonesia dari tahun 2005-2010.
Gambar 1 Jumlah kepemilikan handphone di Indonesia (Nugraha 2011)
Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah pengguna perangkat
telepon berkabel (Land-line atau Fixed-line) pada tahun 2010 mengalami
penurunan lebih dari 50 persen sejak tahun 2005, sedangkan jumlah pengguna
telepon seluler (Mobile) terus mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada tahun
2010 jumlah pengguna telepon seluler meningkat hampir tiga kali lipat
0
10
20
30
40
50
60
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pe
rse
nta
se
Land-line (Fixed-line)Mobile
2
dibandingkan tahun 20051. Lembaga riset Growth for Knowledge (GfK) juga
memprediksi pertumbuhan penjualan ponsel di Indonesia akan terus meningkat
sampai 8% ditahun 20132.
Peningkatan jumlah pengguna telepon seluler berakibat terhadap
peningkatan jumlah vendor telepon seluler. Berbagai vendor telepon seluler merek
global maupun lokal semakin bertambah setiap tahunnya. Peningkatan jumlah
vendor telepon seluler ini membuat persaingan dalam bisnis telepon seluler
semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk lebih cermat menyikapi dan
menentukan strategi persaingan agar produknya tetap bertahan dan tidak kalah
saing dari produk lain.
Nokia merupakan salah satu vendor atau merek telepon seluler terbesar di
Indonesia. Hadir semenjak tahun 1984 dan telah menjadi pemimpin pasar selama
14 tahun. Meskipun demikian ini tidak menjamin Nokia dapat terhindar dari
dampak peningkatan jumlah pelaku usaha bisnis telepon seluler. Hal ini semakin
terlihat setelah adanya smartphone blackberry dan android semakin membuat
Nokia kehilangan pangsa pasarnya. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya penurunan
pangsa pasar dan Top Brand Index (TBI) Nokia selama lima tahun belakangan ini
secara berturut-turut. Pada Gambar 2 dibawah ini menunjukkan bahwa terjadi
penurunan top brand index Nokia di Indonesia.
Gambar 2 Top Brand Index (TBI) handphone di Indonesia (Fisamawati 2013)
Diagram TBI (Top Brand Index) di atas menggambarkan bahwa telepon
seluler merek Nokia walaupun masih menduduki posisi teratas, tetapi mulai dari
tahun 2009-2013 brand index Nokia terus mengalami penurunan. Menurut
frontier consulting group penurunan ini mencapai 20%. Bahkan menurut
statCounter penurunan pangsa pasar Nokia lebih besar lagi yaitu sebesar 24%.
Pada awal tahun 2011 Nokia mampu menguasai pangsa pasar sebesar 75,2%
tetapi pada tahun 2013 pangsa pasar Nokia hanya sebesar 51,3%3.
1http://www.teknojurnal.com/2011/03/03/perkembangan-pasar-handphone-di-indonesia-
dari-tahun-2005-hingga-2010/ 2 http://industri.kontan.co.id/news/tahun-2013-penjualan-ponsel-makin-semarak
3http://www.harianjogja.com/baca/2013/02/05/nokia-masih-raja-ponsel-di-indonesia-375559
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
pe
rse
nta
se
Nokia
Samsung
Cross
Huawei
Tahun
3
Penurunan pangsa pasar dan top brand index Nokia mengindikasikan
bahwa adanya pelanggan yang melakukan perpindahan merek (brand switching)
dari telepon seluler merek Nokia ke telepon seluler merek lain. Dengan
beragamnya pilihan produk yang ditawarkan produsen memberikan peluang
kepada konsumen untuk mengevaluasi dan memilih produk mana yang ingin
dibelinya, yang pada akhirnya memicu terjadinya perilaku brand switching.
Seperti yang diketahui Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki
penduduk yang suka berganti telepon seluler. Biasanya mereka berganti telepon
seluler rata-rata antara 7 sampai 14 bulan sekali4. Hasil ini tidak mengherankan
karena berdasarkan survey yang dilakukan oleh Nielsen Company Indonesia
dalam Nugraha (2011) ternyata pengguna handphone terbesar di Indonesia yaitu
berasal dari golongan anak muda. Anak muda seperti yang diketahui memiliki
karakter yang lebih terbuka dan senang mencoba sesuatu yang baru termasuk
teknologi seperti telepon seluler. Untuk melihat jumlah pengguna telepon seluler
berdasarkan usia secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Gambar 3 Konsumen handphone di Indonesia menurut usia (Nugraha2011)
Dari Gambar 3 di atas dapat kita lihat pengguna telepon seluler yang
paling banyak yaitu berada pada usia 15-19 tahun dan pengguna berusia 20-29
tahun5. Sehingga dengan alasan tersebut peneliti memilih mahasiswa sebagai
objek penelitian, karena sebagian besar mahasiswa S1 reguler IPB berada pada
rentang usia 19-25 tahun yang merupakan golongan terbanyak pengguna telepon
seluler. Dan berdasarkan pernyataan sebelumnya pemilihan mahasiswa sebagai
objek penelitian juga dianggap lebih dapat menggambarkan perilaku perpindahan
merek pada telepon seluler.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian terhadap analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan mahasiswa dalam melakukan brand switching
(pergantian merek) pada telepon seluler merek Nokia menarik untuk dilakukan.
4http://inet.detik.com/read/2013/01/16/210830/2144324/1169/tiap-8-bulan-orang-indonesia-ganti-
smartphone 5http://www.teknojurnal.com/2011/03/03/perkembangan-pasar-handphone-di-indonesia-
dari-tahun-2005-hingga-2010/
Tahun
Persentase
4
Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya maka
masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah product problem merupakan faktor yang mempengaruhi
mahasiswa dalam melakukan perpindahan merek pada telepon seluler
merek Nokia?
2. Apakah service problem merupakan faktor yang mempengaruhi
mahasiswa dalam melakukan perpindahan merek pada telepon seluler
merek Nokia?
3. Apakah benefit/value other product (manfaat/nilai produk lain) merupakan
faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam melakukan perpindahan
merek pada telepon seluler merek Nokia?
4. Apakah variety seeking (perilaku mencari variasi) merupakan faktor yang
mempengaruhi mahasiswa dalam melakukan perpindahan merek pada
telepon seluler merek Nokia?
5. Apakah switching cost (biaya perpindahan) merupakan faktor yang
mempengaruhi mahasiswa dalam melakukan perpindahan merek pada
telepon seluler merek Nokia?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis pengaruh product problem terhadap keputusan perpindahan
merek telepon seluler merek Nokia pada mahasiswa.
2. Menganalisis pengaruh service problem terhadap keputusan perpindahan
merek telepon seluler merek Nokia pada mahasiswa.
3. Menganalisis pengaruh benefit/value other product (manfaat/nilai produk
lain) tehadap keputusan perpindahan merek telepon seluler merek Nokia
pada mahasiswa.
4. Menganalisis pengaruh variety seeking (perilaku mencari variasi) terhadap
keputusan perpindahan merek telepon seluler merek Nokia pada
mahasiwa.
5. Menganalisis pengaruh switching cost (biaya perpindahan) terhadap
keputusan perpindahan merek telepon seluler merek Nokia pada
mahasiswa.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi produsen
telepon seluler merek Nokia mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam melakukan brand switching (perpindahan merek) sehingga dapat
digunakan dalam merumuskan strategi mempertahankan konsumen agar
konsumen tidak berpindah kepada telepon seluler merek lain. Bagi kalangan
akademisi selain dapat memberikan informasi, penelitian ini juga dapat dijadikan
sebagai bahan referensi dalam penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi
brand switching (perpindahan merek) khususnya telepon seluler.
5
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada analisis terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan brand switching
(pergantian merek) pada telepon seluler merek Nokia. Variabel yang diduga
mempengaruhi brand switching dalam penelitian ini yaitu meliputi product
problem, service problem, benefit/value other product (manfaat/nilai produk lain),
variety seeking (perilaku mencari variasi), dan switching cost (biaya perpindahan).
Penelitian dilakukan pada mahasiswa strata 1 (satu) Institut Pertanian Bogor (IPB)
yang pernah menggunakan telepon seluler merek Nokia dan telah berpindah
kepada telepon seluler merek lain dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Pemilihan mahasiswa Strata 1 (satu) sebagai responden berdasarkan pertimbangan
bahwa mahasiswa strata 1 (satu) berada pada rentang usia 19-25 tahun, yaitu
golongan pengguna handphone terbesar di Indonesia. Selain alasan tersebut
pemilihan mahasiswa juga disebabkan karena mahasiswa dianggap mampu
mengerti dan menganalisa setiap butir pertanyaan yang diberikan. Dan penelitian
dilakukan di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, hal ini disebabkan
karena studi kasus dalam penelitian ini dikhususkan kepada mahasiswa Strata 1
(satu) reguler Institut Pertanian Bogor (IPB). Seperti yang diketahui mahasiswa
S1 reguler IPB melakukan kegiatan belajar mengajar di kampus Dramaga Institut
Pertanian Bogor. Pemilihan IPB sebagai tempat penelitian juga berdasarkan
pertimbangan bahwa IPB merupakan perguruan tinggi terbesar di Bogor, yang
memiliki mahasiswa dengan latar belakang daerah asal dan tingkat ekonomi yang
beragam sehingga menarik untuk dijadikan sebagai tempat penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku Konsumen
Menurut Sumarwan (2011) Perilaku konsumen merupakan semua
kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut
pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan
produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi.
Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang
dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana ia mengambil keputusan, sehingga
pemasar dapat memproduksi barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Pemasar yang mengerti perilaku konsumen dengan baik terkait bagaimana
konsumen mengambil keputusan konsumsi, akan mampu memperkirakan
bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang
diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai.
Disamping itu pemahaman mendalam tentang konsumen juga dapat
memungkinkan pemasar dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga
mau membeli apa yang ditawarkan oleh pemasar yang pada akhirnya akan
memberikan keuntungan bagi pemasar. Pemasar yang dapat memahami konsumen
dengan baik juga akan memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik.
6
Brand Switching
Junaidi dan Dharmmesta dalam Lestari (2011) mendefinisikan brand
switching (perpindahan merek) sebagai gambaran dari beralihnya
pengkonsumsian konsumen dari suatu produk ke produk lain. Hal ini disebabkan
karena seseorang selalu membandingkan antara satu merek dengan merek lain
pada saat dia mengevaluasi merek tertentu atau pada saat dia membentuk sikapnya
terhadap merek. Tingkat brand switching menunjukkan sejauh mana merek
memiliki pelanggan yang loyal. Semakin tinggi tingkat brand switching maka
semakin tidak loyal pelanggan kita, itu berarti semakin beresiko pula merek yang
kita kelola, karena dengan mudah dan cepat kehilangan pelanggan.
Perilaku perpindahan merek merupakan fenomena yang kompleks, yang
dapat terjadi karena perubahan-perubahan yang terjadi dari sisi konsumen (intern)
maupun rangsangan pemasaran (ekstern). Faktor intern bisa disebabkan karena
adanya kebutuhan mencari variasi (variety seeking). Semakin tinggi kebutuhan
untuk mencari variasi produk maka semakin tinggi pula keputusan untuk
berpindah merek (Wardani 2010). Sedangkan faktor ekstern bisa disebakan karena
kegagalan produk inti (product problem), kegagalan costumer service (service
problem) (Zikiene et al. dalam Purnamawati 2012), daya tarik pesaing atau nilai
lebih yang dimiliki oleh merek pesaing (Saputra 2012) dan Switching cost (Farida
2012).
1) Product Problem
Produk bermutu berarti produk yang memiliki kemampuan untuk
melaksanakan fungsinya dengan baik atau dapat juga dikatakan secara konsisten
menyampaikan tingkat mutu yang ditargetkan kepada pelanggan. Dengan
menawarkan produk yang bermutu berarti produsen secara konsisten untuk
menjaga kualitas yang ditawarkan tanpa adanya kerusakan atau kelainan ketika
digunakan. Tetapi jika produk tidak dapat menjaga kualitas atau terdapat
kerusakan ketika digunakan maka akan menimbulkan kekecewaan sehingga
pelanggan akan enggan untuk menggunakan produk tersebut dan memungkinkan
untuk berpindah kepada produk merek lain. Penelitian yang dilakukan oleh
Situmorang (2012) terhadap kecenderungan peralihan merek handphone Nokia
juga menunjukkan bahwa mutu merupakan faktor penyebab konsumen melakukan
perpindahan merek. Delapan dimensi kualitas produk menurut Garvin dalam
Tjiptono (2007) yaitu:
1. Dimensi kinerja (performance)
Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk inti (core
product). Manfaat atau khasiat suatu produk merupakan pertimbangan
pertama dalam melakukan pembelian produk.
2. Dimensi fitur atau ciri-ciri tambahan (feature)
Dimensi feature merupakan karakteristik sekunder atau pelengkap yang
melengkapi manfaat utama suatu produk. Kalau manfaat utama sudah
standar maka fitur seringkali ditambahkan. Fitur bisa meningkatkan
kualitas produk kalau pesaing tidak memilikinya.
3. Dimensi reliability atau keterandalan produk
Yaitu kemungkinan kecil suatu produk mengalami kerusakan atau
kegagalan saat menjalankan fungsinya.
7
4. Dimensi kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-
standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Dimensi daya tahan (durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.
Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis suatu produk.
Menunjukkan usia produk yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum
produk tersebut diganti atau rusak. Semakin lama produk bisa digunakan
maka produk dipersepsikan lebih berkualitas dibandingkan dengan produk
yang cepat rusak.
6. Dimensi serviceability
Berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan suatu
produk direparasi atau diperbaiki. Produk yang dapat diperbaiki tentu
kualitasnya lebih tinggi dari produk yang tidak atau sulit diperbaiki.
7. Dimensi estetika (easthetic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya bentuk fisik yang
menarik, model atau desain yang artistik, warna dan sebagainya.
8. Dimensi kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
Menyangkut penilaian konsumen terhadap harga, nama merek, iklan,
reputasi perusahaan serta Negara pembuat produk tersebut. Produk merek-
merek yang terkenal biasanya dipersepsikan produk yang lebih berkualitas
dari produk yang tidak terdengar.
2) Service Problem
Menurut Susanto dan Wijanarko (2004) kegagalan pelayanan harus segera
diimbangi dengan program perbaikan layanan. Karena dengan situasi persaingan
yang semakin ketat apabila kegagalan pelayanan tidak diperhatikan dengan baik
maka akan mudah bagi pelanggan untuk pindah ke pesaing. Pada penelitian ini
pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan purna jual.
Dimensi kualitas jasa/pelayanan menurut Parasuraman et al. dalam
Tjiptono (2008) adalah sebagai berikut:
1. Reliabilitas (Reliability)
Yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk menjalankan layanan yang
dijanjikan secara akurat dan dapat diandalkan.
2. Daya tanggap (Responsiveness)
Yaitu kemampuan untuk membantu para pelanggan dan merespon
permintaan mereka dengan segera.
3. Jaminan (Assurance)
Yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka
menumbuhkan rasa percaya (trust) dan keyakinan pelanggan (confidence).
4. Empati (Empathy)
Yaitu berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memahami masalah
para pelanggannya dan bertindak demi memberikan perhatian personal
kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Bukti Fisik (Tangibles)
Yaitu berkaitan dengan penampilan fisik fasilitas layanan,
peralatan/perlengkapan, sumber daya manusia dan materi komunikasi
perusahaan.
8
3) Benefit/Value Other Product (Manfaat/Nilai Produk Lain)
Nilai adalah persepsi pelanggan tentang keseimbangan antara manfaat
yang diterima dengan pengorbanan yang diberikan untuk mendapatkan manfaat
tersebut (Buttle 2007). Memberikan nilai yang tinggi terhadap pelanggan atau
yang paling unggul dari para pesaing merupakan kunci untuk mendapatkan
kesetiaan dari pelanggan. Penelitian yang dilakukan Farida (2012) juga
menunjukkan bahwa nilai pelanggan memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap loyalitas pelanggan kartu prabayar IM3 PT. Indosat Tbk. Ini
menunjukkan bahwa nilai pelanggan merupakan faktor yang dapat meningkatkan
loyalitas pelanggan. semakin tinggi nilai pelanggan yang diberikan maka akan
semakin loyal pelanggan yang kita miliki. Tetapi harus diperhatikan bahwa nilai
pelanggan yang tinggi juga harus merupakan nilai yang lebih unggul dari para
pesaing. Karena nilai pelanggan yang tinggi tidak akan terasa apabila konsumen
tidak merasakan adanya perbedaan nilai atau manfaat ketika mereka
menggunakan produk kita dengan nilai atau manfaat ketika mereka menggunakan
produk pesaing. Sehingga dapat dikatakan bahwa kita akan mendapatkan loyalitas
pelanggan apabila produk yang kita miliki dapat memberikan nilai pelanggan
tertinggi diantara produk sejenis. Tetapi sebaliknya apabila nilai yang diberikan
produk pesaing lebih unggul dari nilai produk yang kita miliki maka pelanggan
akan berpeluang besar untuk berpindah pada produk tersebut, yang pada akhirnya
menyebabkan kita kehilangan pelanggan. Menurut McCarthy dalam Buttle (2007)
nilai bagi pelanggan dapat diciptakan melalui bauran pemasaran (Marketing mix).
Bauran pemasaran untuk pemasaran produk dikenal juga dengan 4P, yaitu product
(produk), price (harga), promotion (promosi) dan place (tempat). Gambaran lebih
rinci mengenai bauran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
Bauran Pemasaran
Produk
Ragam produk
Kualitas
Desain
Fitur
Nama merek
Kemasan
Ukuran
Layanan
Jaminan
pengembalian
Harga
Harga terdaftar
Diskon
Potongan harga
Periode pembayaran
Syarat kredit
Promosi
Promosi penjualan
Periklanan
Tenaga penjualan
Hubungan masyarakat
Pemasaran langsung
Tempat
Saluran
Cakupan
Pilihan
Lokasi
Persediaan
Transportasi
Gambar 4 Bauran pemasaran produk (Kotler dan Keller 2009)
4) Variety Seeking
Menurut Vantrijp dalam Wardani (2010) Variety seeking atau kebutuhan
mencari variasi merupakan suatu sikap ingin mencoba merek lain dan memuaskan
rasa penasaran terhadap merek lain serta diasosiasikan sebagai keinginan untuk
berganti kebiasaan. Sedangkan Peter dan Olson dalam Wardani (2010)
mendefinisikan kebutuhan mencari variasi sebagai sebuah komitmen kognitif
untuk membeli berbagai merek yang berbeda karena berbagai alasan berbeda,
9
keinginan baru atau timbulnya rasa bosan pada suatu yang telah lama dikonsumsi.
Perilaku ini tidak hanya terjadi pada produk yang memerlukan keterlibatan rendah
(low involvement) tetapi juga bisa terjadi pada produk dengan keterlibatan tinggi
(high involvement) seperti terjadi pada pembelian produk-produk otomotif dan
elektronik (Sambandam dalam Wulan dan Alimuddin 2004). Tingkat keterlibatan
produk tinggi (highinvolvement) yaitu apabila konsumen melibatkan banyak
faktor timbangan dan informasi yang harus diperoleh sebelum melakukan proses
pembelian.
5) Switching Cost
Dick dan Dharmmesta dalam Artanti dan Marischawati (2012)
mendefinisikan biaya peralihan sebagai biaya yang terjadi ketika pindah
kepenyedia jasa lain, termasuk waktu, uang dan biaya psikologis. Biaya
perpindahan merupakan salah satu faktor hambatan berpindah (switching barrier).
Biaya perpindahan itu penting karena dapat membantu perusahaan dalam
mempertahankan pelanggan pada saat terjadi fluktuasi kualitas jasa yang dapat
mempengaruhi kepuasan pelanggan. Ranaweera dan Prabhu dalam Artanti dan
Marischawati (2012) mengatakan bahwa meningkatkan biaya peralihan menjadi
strategi umum untuk meningkatkan retensi pelanggan yang dapat mempengaruhi
pelanggan untuk tidak beralih dan memilih penyedia jasa lain. Menurut Kotler
(1997) para pelanggan lebih enggan untuk beralih ke pemasok lain jika
melibatkan biaya modal yang tinggi, biaya pencarian yang tinggi, kehilangan
potongan harga, dan sebagainya.
Penelitian Terdahulu
Situmorang (2012) melakukan penelitian berjudul “Analisis Bauran
Produk Terkait Kecenderungan Peralihan Merek Handphone Nokia (Dalam
lingkup persepsi mahasiswa S1 IPB)”. Sampel penelitian sebanyak 100 responden
yang pernah menggunakan handphone Nokia. Penarikkan sampel dilakukan
dengan teknik non probability sampling yaitu teknik purposive sampling. Metode
analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan uji korelasi kanonikal dengan
menggunakan alat analisis Statistical Analytic System (SAS) versi 9.1. hasil
penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan peralihan merek pada konsumen
(mahasiswa) dipengaruhi oleh mutu dalam lingkup bauran produk dan harga
dalam lingkup bauran non produk. Mayoritas konsumen memiliki persepsi bahwa
handphone Nokia memiliki fitur yang banyak (dengan nilai 0,8961), kualitas
suara yang jernih (dengan nilai 0,6191) serta memiliki kualitas kamera yang baik (
dengan nilai 0,5142), adalah persepsi terhadap bauran produk yang memiliki
hubungan terkuat dalam kecenderungan konsumen untuk beralih merek.
Berdasarkan hasil penelitian Nokia diharapkan perlu memperbaiki kinerja dan
meningkatkan mutu produk terkait fitur, kualitas suara dan kamera yang terdapat
pada handphone Nokia serta lebih memperhatikan faktor penetapan harga produk
supaya konsumen tidak berpindah pada merek lain.
Wardani (2010) melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh
Ketidakpuasan Konsumen, Kebutuhan Mencari Variasi Produk, Harga Produk dan
Iklan Produk Pesaing Terhadap Keputusan Perpindahan Merek dari Sabun
Pembersih Wajah Biore”. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa FE
Universitas Diponegoro yang pernah melakukan perpindahan merek dari sabun
10
pemberih wajah biore ke sabun pembersih wajah merek lain. Sampel penelitian
sebanyak 100 responden dan penarikkan sampel dilakukan dengan teknik
accidental sampling. Metode analisis yang digunakan yaitu regresi linear
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ketidakpuasan konsumen,
kebutuhan mencari variasi, harga dan iklan secara signifikan mempengaruhi
variabel keputusan perpindahan merek. Angka adjusted R square sebesar 0,513
menunjukkan bahwa 51,3% variabel perilaku perpindahan merek dapat dijelaskan
oleh keempat variabel independen yang diteliti. Sedangkan sisanya 48,7%
dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Oktariko (2011) Melakukan Penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
Kualitas Produk dan Persepsi Harga Terhadap Keputusan Perpindahan Merek
pada Konsumen Pembalut Wanita Kotex di Semarang”. Penelitian dilakukan
untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dan persepsi harga terhadap
keputusan perpindahan merek pada konsumen pembalut wanita. Dengan
menggunakan Ordinary Least Square (OSL) didapatkan hasil bahwa kualitas
produk berpengaruh pada keputusan berpindah merek sebesar -0,991 dan
signifikan pada 1%. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi kualitas produk,
maka semakin rendah tingkat keputusan berpindah merek. Kemudian persepsi
harga berpengaruh pada keputusan berpindah merek sebesar -0,045 dan signifikan
pada 5%. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi persepsi harga, maka
semakin rendah tingkat keputusan berpindah merek.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Jumlah pengguna telepon seluler di Indonesia terus mengalami
peningkatan hal ini berdampak terhadap peningkatan jumlah produsen telepon
seluler. Kondisi ini mengakibatkan persaingan yang sangat ketat dalam
memperebutkan pangsa pasar. Nokia sebagai salah satu merek telepon seluler
terbesar di Indonesia mengalami penurunan Top Brand Index (TBI) dan pangsa
pasarnya selama 5 (lima) tahun secara berturut-turut yang mengindikasikan bahwa
adanya pelanggan telepon seluler merek Nokia yang berpindah pada telepon
seluler merek lain (brand switching).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan pelanggan telepon seluler merek Nokia melakukan brand switching
kepada telepon seluler merek lain. Berdasarkan rumusan berbagai teori brand
switching dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya yaitu product
problem, service problem, benefit/value other product, variety seeking dan
switching cost. Dimensi Product problem dapat diukur menggunakan indikator
kinerja produk yang terdiri dari fungsi utama produk, fitur, keandalan, usia
produk, serviceability, estetika dan persepsi kualitas. Dimensi service problem
diukur menggunakan indikator kualitas pelayanan yang terdiri dari tangibles
(sarana fisik), reliability (keandalan), responsiveness (responsif), assurance
(menyakinkan) dan empathy (menaruh perhatian). Dimensi benefit/value other
product dapat diukur dari bauran pemasaran yang terdiri dari product (produk),
11
price (harga), promotion (promosi), dan Place (tempat). Dimensi variety seeking
dapat diukur dari indikator rasa bosan, rasa penasaran, dan keinginan untuk
mencoba sesuatu yang baru. Dimensi switching cost dapat diukur melalui
indikator biaya modal (produk), biaya pencarian, dan kehilangan potongan harga
yang disebabkan karena berpindah kepada produk lain.
Penelitian dilakukan pada mahasiswa S1 reguler IPB. Kuesioner
didistribusikan kepada 100 responden, yang hasilnya akan dianalisis
menggunakan alat analisis SEM software SmartPLS versi 2.0. Sedangkan untuk
melihat karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, uang saku per
bulan dan tingkat penggunaan telepon seluler dilakukan analisis deskriptif dengan
menggunakan software microsoft excel 2007. Kerangka pemikiran secara
keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
Persaingan dalam bisnis telepon seluler yang
semakin ketat di Indonesia
PT. NOKIA
Terjadi penurunan Top Brand Index (TBI) dan jumlah pangsa pasar
yang mengindikasikan bahwa adanya pelanggan yang berpindah pada
telepon seluler merek lain (brand switching)
Faktor-faktor yang mempengaruhi brand
switching
Karakteristik
responden
1. Product problem
2. Service problem
3. Benefit/value other product
4. Variety seeking
5. Switching cost
Analisis
Deskriptif SEM
Software SmartPLS
BRAND
SWITCHING
Faktor-faktor yang mempengaruhi brand switching pada telepon
seluler merek Nokia
Rekomendasi
Gambar 5 Kerangka pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pendistribusian kuesioner dilakukan di kampus Dramaga Institut Pertanian
Bogor (IPB) karena studi kasus dalam penelitian ini dikhususkan kepada
mahasiswa Strata 1 (satu) reguler Institut Pertanian Bogor (IPB). Seperti yang
diketahui mahasiswa S1 reguler IPB melakukan kegiatan belajar mengajar di
kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor. Pemilihan IPB sebagai tempat
penelitian juga berdasarkan pertimbangan bahwa IPB merupakan perguruan tinggi
terbesar di Bogor, yang memiliki mahasiswa dengan latar belakang daerah asal
dan tingkat ekonomi yang beragam sehingga menarik untuk dijadikan sebagai
tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juni 2013.
12
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pendistribusian
kuesioner secara langsung kepada responden sesuai dengan karakteristik sampel
yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu mahasiswa strata 1 (satu) IPB yang
pernah menggunakan telepon seluler merek Nokia dan telah berpindah kepada
telepon seluler merek lain dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian,
seperti buku, jurnal ilmiah, skripsi terdahulu, majalah, artikel-artikel serta
informasi lainnya yang didapat dari internet.
Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan teknik non probability
sampling dimana semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang
sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik non probability sampling
yang digunakan adalah purposive sampling merupakan teknik penarikkan sampel
berdasarkan kriteria dan karakteristik sampel yang sudah ditentukan sesuai dengan
tujuan penelitian.Yaitu mahasiswa strata 1 (satu) IPB yang pernah menggunakan
telepon seluler merek Nokia dan telah berpindah kepada telepon seluler merek
lain dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Penentuan jumlah sampel atau responden ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2005), yaitu:
n = N
(1+Ne2) …..(1)
Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (persen kelonggaran
penelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Administrasi dan Jaminan
Mutu Pendidikan (AJMP) Institut Pertanian Bogor (2013) jumlah mahasiswa
strata 1 (satu) IPB berjumlah sebanyak 14.679 mahasiswa, sehingga dengan
menggunakan nilai kritis sebesar 10% maka diperoleh jumlah sampel sebanyak:
n = N
(1+Ne2)
= 14679
1 + 14679 (0,01)
= 99,32≈ 100 Orang
Jumlah ini sesuai dengan syarat sampel untuk penggunaan SEM
SmartPLS. Yamin dan Kurniawan (2011) menyatakan bahwa jumlah sampel
dalam penggunaan SEM SmartPLS yaitu minimal 30-100 data. Penggunaan
sampel yang lebih besar dalam PLS sangat dianjurkan karena dapat menghasilkan
model yang lebih baik. Langkah selanjutnya yaitu mengetahui proporsi sebaran
13
sampel pada masing-masing fakultas di IPB. Penghitungan proporsi sampel
masing-masing fakultas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Penghitungan jumlah responden
Fakultas Jumlah
mahasiswa Proporsi
Jumlah
responden
Pertanian (FAPERTA) 1822 1822
14679 x 100 = 12,41 ≈ 12
Kedokteran Hewan (FKH) 787 787
14679 x 100 = 5,36 ≈ 5
Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) 1552 1552
14679 x 100 = 10,57 ≈ 11
Peternakan (FAPET) 808 808
14679 x 100 = 5,50 ≈ 6
Kehutanan (FAHUTAN) 1644 1644
14679 x 100 = 11,19 ≈ 11
Teknologi Pertanian (FATETA) 1813 1813
14679 x 100 = 12,35 ≈ 12
Matematika dan IPA (FMIPA) 2853 2853
14679 x 100 = 19,43 ≈ 20
Ekonomi dan Manajemen (FEM) 2083 2083
14679 x 100 = 14,19 ≈ 14
Ekologi Manusia (FEMA) 1317 1317
14679 x 100 = 8,97 ≈ 9
Total 14679 100
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Simamora 2008). Suatu skala pengukuran disebut
valid jika memiliki nilai r hitung yang merupakan nilai dari corrected item-total
correlation > dari r-tabel.
Uji reliabilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh suatu alat ukur dapat dipercaya (Simamora 2008).
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha
Cronbach. Koefisien reliabilitas suatu konstruk dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 30
responden pertama yang mana hasil kuesioner dari 30 responden tersebut diolah
menggunakan Microsoftexcel dan software SPSS 17.0.
Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala likert. Skala likert
merupakan ungkapan pernyataan responden terhadap suatu item yang biasanya
dapat dinyatakan dalam beberapa respon alternatif seperti sangat setuju, setuju,
netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju (Nazir 2011).
14
Dalam penelitian ini skala likert yang mewakili sikap konsumen
menggunakan lima kriteria penilaian yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak
setuju dan sangat tidak setuju dengan skor 5, 4, 3, 2, dan 1.
Setelah menentukan skor setiap kriteria penilaian langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah menentukan interval. Secara matematis penghitungan
interval dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Interval = Nilai tertinggi −nilai terendah
banyak kelas…..(2)
= 5−1
5
= 0,8
Setelah besarnya interval diketahui, selanjutnya dibuat rentang skala agar
dapat diketahui dimana letak rataan penilaian responden setiap unsur
diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. Rentang skala tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Rentang skala
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan analisis ini adalah
untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki (Nazir 2011).
Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, uang saku per bulan dan
tingkat pemakaian telepon seluler. Analisis ini dilakukan dengan cara menabulasi
hasil kuesioner, selanjutnya diolah menggunakan software Microsoft excel 2007.
Analisis SEM SmartPLS (Partial Least Square)
Komponen-komponen yang digunakan dalam model umum SEM dalam
penelitian ini terdiri dari variabel-variabel sebagai berikut:
1. Variabel laten merupakan variabel kunci yang merupakan variabel yang
tidak bisa diukur secara langsung karena konsepnya yang abstrak seperti:
perilaku, perasaan, motivasi, kepuasan dan lain-lain. Variabel laten terdiri
dari dua jenis yaitu laten eksogen dan laten endogen.
2. Dalam penelitian ini variabel laten eksogen meliputi lima dimensi yaitu
product problem, service problem, benefit/value other product, variety
seeking dan switching cost. Sedangkan variabel laten endogen terdiri dari
satu dimensi yaitu brand switching.
Rentang skala Penjelasan
1 – 1,8 Sangat tidak setuju
> 1,8 – 2,6 Tidak setuju
> 2,6 – 3,4 Netral
> 3,4 – 4,2 Setuju
> 4,2 – 5 Sangat setuju
15
3. Variebel manifest/variebel teramati/indikator merupakan variabel yang
dapat diamati atau dapat diukur secara empiris. Notasi matematika untuk
variabel teramati yang merupakan ukuran dari variabel eksogen adalah X,
sedangkan yang merupakan efek dari variabel laten endogen adalah Y.
Pada penelitian ini variabel indikator untuk dimensi product problem
terdiri dari 9 buah (X1-X9), service problem terdiri dari 6 buah (X10-
X15), benefit/value other product terdiri dari 9 buah (X16-X24), variety
seeking terdiri dari 3 buah (X25-X27), dan dimensi switching cost terdiri
dari 3 buah (X28-X30). Sedangkan variabel indikator untuk brand
switching berjumlah 3 buah (Y1-Y3). Tabel 3 dibawah ini menerangkan setiap variabel yang terdapat dalam
model penelitian terkait brand switching pada telepon seluler merek Nokia.
Tabel 3 Dimensi-dimensi variabel laten dan indikator dalam penelitian
Variabel Laten Variabel Indikator
Product problem
(Tjiptono 2008) Sistem operasi kurang canggih (X1)
Fitur multimedia kurang menarik (X2)
Aplikasi tidak berfungsi dengan baik (X3)
Kejernihan suara yang kurang bagus (X4)
Keypad sering mengalami kerusakan (X5)
Spare part yang sulit untuk didapatkan (X6)
Desain produk kurang menarik (X7)
Produk kurang inovatif (X8)
Varian produk yang sedikit (X9)
Service problem
(Tjiptono 2007) Prosedur pelayanan yang rumit (X10)
Ketidakandalan petugas dalam melakukan
pelayanan (Reliability) (X11)
Petugas tidak tanggap dan lambat dalam
memberikan pelayanan (Responsiveness) (X12)
Petugas pelayanan tidak ramah dan tidak dapat
dipercaya (Assurance) (X13)
Ketidakpedulian karyawan terhadap masalah
pelanggan (Emphaty) (X14)
Penampilan petugas, fisik dan fasilitas kantor
kurang menarik (Tangible) (X15)
Benefit/value other product
(Buttle 2007; Kotler dan
Keller 2009)
Kualitas produk yang lebih bagus (X16)
Desain produk yang lebih menarik (X17)
Fitur dan aplikasi produk yang lebih menarik
(X18)
Kesesuaian harga dengan kualitas produk (X19)
Stabilitas harga (X20)
Iklan yang lebih menarik (X21)
Kuantitas penayangan iklan (X22)
Lokasi outlet yang strategis (X23)
Kemudahan dalam mendapatkan produk (X24)
16
Lanjutan Tabel 3
Variabel Laten Variabel Indikator
Variety seeking
(Vantrijp dalam Wardani
2010), Peter dan Olson
dalam Wardani 2010)
Adanya rasa bosan (X25)
Adanya rasa penasaran (X26)
Keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru
(X27)
Switching cost
(Kotler 1997) Biaya modal yang tinggi (X28)
Biaya pencarian yang tinggi (X29)
Kehilangan potongan harga (X30)
Brand switching
(Grover dan Srinivasan
dalam Junaidi dan
Dharmmesta 2002)
Keinginan untuk berganti merek (Y1)
Pemutusan hubungan dengan merek telepon
seluler yang dipakai (Y2)
Keinginan untuk secepatnya berganti merek (Y3)
Product Problem
Service Problem
Benefit/Value
Other Product
Switching Cost
Variety Seeking
Brand Switching
Y3
Y2
Y1
X30
X29
X28
X27
X26
X25
X24
X23
X22
X21 X20 X19 X18 X17 X16
X15
X14
X13
X12 X11 X10
X1X2X3X4X5X6
X7
X8
X9
Gambar 6 Model penelitian
Hipotesa penelitian:
1. Product problem mempunyai pengaruh terhadap keputusan brand
switching.
2. Service problem mempunyai pengaruh terhadap keputusan brand
switching.
3. Benefit/value other product (manfaat/nilai produk lain) mempunyai
pengaruh terhadap keputusan brand switching.
4. Variety seeking (Perilaku mencari variasi) mempunyai pengaruh
terhadap keputusan brand switching.
5. Switching cost (biaya perpindahan) mempunyai pengaruh terhadap
keputusan brand switching.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telepon Seluler
Telepon seluler adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang
mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran
tetap, namun dapat dibawah kemana-mana dan tidak perlu disambungkan dengan
jaringan telepon menggunakan kabel. Selain berfungsi untuk melakukan dan
menerima panggilan telepon, telepon seluler umumnya juga mempunyai fungsi
pengiriman dan penerimaan pesan singkat atau Short Message Service (SMS).
Pada saat ini telepon seluler terdiri dari dua tipe yaitu handphone fiture
dan telepon pintar (smartphone). Handphone fiture adalah telepon seluler yang
memiliki fungsi sederhana seperti telepon dan mengirim SMS (short message
system), sedangkan telepon pintar (smartphone) adalah telepon genggam yang
mempunyai kemampuan tingkat tinggi, kadang-kadang dilengkapi dengan fungsi
yang menyerupai komputer. Pada dasarnya smartphone merupakan hasil
gabungan dari fungsi telepon genggam dengan PDA (personal digital assistant).
Perkembangan telepon seluler di Indonesia dimulai pada tahun 1984
dengan masuknya Nokia ke Indonesia dengan produk NMT-450. Pada tahun 1994
merupakan awal kemunculan operator GSM pertama di Indonesia yaitu PT.
Satelindo Palapa Indonesia. Dengan adanya operator ini perkembangan telepon
seluler di Indonesia semakin pesat. Berbagai handphone dari produsen merek
Nokia, Ericsson maupun Siemens dapat ditemui dipasaran. Selanjutnya pada tahun
2000-2002 muncul regulasi untuk operator CDMA tentu semakin menambah
variasi telepon seluler di Indonesia. Pada abad 21 menjadi langkah maju dari
perkembangan telepon seluler di Indonesia orang-orang bisa menggunakan
berbagai handphone yang canggih dan merupakan awal kemunculan smartphone.
Gambaran umum PT. Nokia Corporation
Sejarah Nokia dimulai dari tahun 1865 oleh Fredrik Idestam pemilik
perusahaan penggilingan kayu, yang pada tahun 1920 berkembang menjadi pabrik
pembuat kertas dan merupakan pabrik pembuatan kertas terkemuka di Eropa.
Karena bisnis tersebut mengalami penurunan maka pada akhirnya tahun 1950-an
dibangun sebuah divisi elektronik di pabrik kabel Helsinki, disinilah sejarah awal
telepon seluler Nokia. Selama bertahun-tahun Nokia elektronik terus melakukan
percobaaan dan berbagai usaha dilakukan untuk menghasilkan telepon seluler dan
berbagai kegagalan pun dilalui oleh Nokia. Baru pada tahun 1981 Nokia berhasil
meluncurkan produk bernama Nordic mobile telephony (NMT), merupakan
jaringan seluler multinasional pertama di dunia. Sepanjang dekade 1980-an NMT
diperkenalkan keberapa Negara dan mendapatkan sambutan yang luar biasa.
Nokia berhasil menjadi produsen telepon seluler pertama di dunia karena
Nokia berhasil menciptakan berbagai varian produk dengan fungsi yang berbeda-
beda dan tingkat harga yang juga beragam sehingga berbagai kalangan
masyarakat bisa memiliki telepon seluler merek Nokia. Hal ini sejalan dengan visi
Nokia yaitu Conecting people yang berarti bahwa Nokia memiliki tujuan untuk
membangun produk ponsel terbaik yang memungkinkan milyaran orang diseluruh
18
penjuru dunia dapat terhubung tanpa terhalang ruang dan waktu dan merupakan
cara baru untuk meningkatkan kualitas manusia.
Tahun 2011 Nokia bergabung dengan Microsoft untuk memperkuat
posisinya di pasar smartphone. Smartphone Nokia pertama yang menggunakan
windows phone yaitu Nokia lumia 800 dan Nokia Lumia 710 diluncurkan bulan
oktober 2011.
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini secara umum memiliki karakteristik yang
sama yaitu mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor (IPB) yang pernah melakukan
pergantian merek dari telepon seluler merek Nokia ke telepon seluler merek lain
dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Responden dikelompokkan kepada 4
karakteristik berbeda yaitu: berdasarkan jenis kelamin, usia, uang saku per bulan,
merek pindah. Penjelasan karakteristik responden dalam penelitian ini secara
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 Karakteristik responden
Karakteristik responden Uraian Jumlah (%)
Jenis kelamin Laki-laki 36
Perempuan 64
Usia 17-27 tahun 100
Uang saku per bulan < Rp.1.000.000 64
Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 34
Rp.2.000.001-Rp.3.000.000 2
Merek pindah Blackberry 37
Samsung 26
Sony ericsson 19
Nexian 6
Sony Xperia 4
Cross 3
Lainnya (Lenovo, Maxtron,Motorola,
Ben-Q Siemens dan Venera)
5
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa responden dengan jenis
kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki.
Responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 64 persen dan responden
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 36 persen. Hal ini berarti bahwa
perempuan menunjukkan perilaku perpindahan merek pada telepon seluler merek
Nokia lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dilihat dari segi usia semua responden
dalam penelitian ini berada pada rentang usia 17-27 tahun. Selanjutnya dari segi
pendapatan atau uang saku per bulan. Responden yang melakukan perpindahan
dari telepon seluler merek Nokia sebagian besar adalah responden yang
berpendapatan lebih kecil dari Rp. 1.000.000 yaitu sebanyak 64 persen. Dari segi
perpindahan merek, sebagian besar responden mengganti telepon seluler Nokia
dengan telepon seluler merek Blackberry yaitu sebesar 37 persen dan yang kedua
adalah menggantinya dengan telepon seluler merek Samsung yaitu sebesar 26
persen.
19
Pemakaian Telepon seluler
Telepon seluler yang digunakan oleh mahasiswa sangat bervariasi mulai
dari Nokia tipe 2630, 2700 clasic, 6600, 7230, Nokia Nseries, Cseries, Xseries
sampai Nokia Asha.Tipe telepon seluler paling banyak yang pernah digunakan
adalah Nokia Asha sebanyak 6 (enam) orang (6%), c3 sebanyak 4 orang (4%), c2,
E63, 6600 dan X-press music masing-masing sebanyak 3 orang (3%).Dari jenis
telepon seluler yang digunakan dilihat bahwa konsumen terus mengikuti
perkembangan inovasi produk yang dilakukan Nokia dengan cara selalu
memperbaharui tipe Nokia yang digunakan. Beragamnya tipe telepon seluler
Nokia yang digunakan mahasiswa juga menggambarkan bahwa Nokia masih
mendapatkan perhatian dari konsumen dan menjadi salah satu merek pilihan bagi
sebagian pengguna telepon seluler meskipun jumlah penjualan dan pangsa pasar
Nokia terus mengalami penurunan. Data selengkapnya mengenai tipe telepon
seluler Nokia yang pernah dipakai oleh responden dapat dilihat pada Tabel 5
berikut ini.
Tabel 5 Tingkat pemakaian telepon seluler merek Nokia berdasarkan tipe telepon
seluler yang digunakan
No Tipe Nokia yang digunakan Jumlah (%)
1 Nokia asha 6
2 c3 4
3 c2 3
4 E63 3
5 6600 3
6 x-press music 3
7 X2 2
8 5233 2
9 N95 2
10 7610 clasic 2
11 E63 2
12 N81 2
13 N95 1
14 5230 1
15 e-5 1
16 5220 1
17 c1 1
18 n9300i 1
19 n90 1
20 x1 1
21 2700 classic 1
22 5130 1
23 E72 1
24 c3 1
25 N73 1
26 2630 1
27 7230 1
28 X3 1
Total 100
20
Pengukuran persepsi mahasiswa terhadap telepon seluler merek Nokia
dalam ruang lingkup variabel yang mempengaruhi brand switching
Pernyataan persepsi mahasiswa terhadap telepon seluler merek Nokia
dapat dilihat dari hasil kuesioner yang diisi mahasiswa. Setiap jawaban yang
dipilih diberikan skor. Selanjutnya dilakukan penghitungan nilai rataan skor. Nilai
rataan skor menunjukkan posisi penilaian konsumen terhadap pernyataan yang
terdapat dalam kuesioner, dengan menggunakan batasan nilai sebagai berikut:
skor yang berada pada rentang 1 – 1,8 menunjukkan persepsi sangat tidak setuju,
skor pada rentang > 1,8 – 2,6 menunjukkan persepsi tidak setuju, skor yang
berada pada rentang > 2,6 – 3,4 menunjukkan persepsi netral, skor pada rentang >
3,4 – 4,2 menunjukkan persepsi setuju dan terakhir skor yang berada pada rentang
> 4,2 – 5 menunjukkan persepsi sangat setuju.
Product Problem
Tabel 6 Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator product problem
No Pernyataan Rataan skor
1 Sistem operasi telepon seluler merek Nokia
kurang canggih atau tidak memiliki keunggulan
2,93
2 Fitur multimedia yang dimiliki telepon seluler
merek Nokia tidak menarik
2,93
3 Aplikasi yang terdapat pada telepon seluler
merek Nokia sering tidak berfungsi dengan baik
2,57
4 Telepon seluler merek Nokia tidak memiliki
kejernihan suara yang bagus
2,64
5 Keypad telepon seluler merek Nokia tidak bagus
karena cepat mengalami kerusakan
2,59
6 Spare part telepon seluler merek Nokia susah
untuk didapatkan sehingga susah untuk
dilakukan perbaikan
1,93
7 Telepon seluler merek Nokia tidak memiliki
desain yang menarik sehingga menyulitkan
dalam penggunaannya
2,66
8 Produk telepon seluler merek Nokia kurang
inovatif
3,19
9 Telepon seluler merek Nokia kurang memiliki
varian produk (model)
3,03
Rataan total 2,72
Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa persepsi konsumen terhadap
variabel product problem pada umumnya berada pada kategori Netral dengan nilai
rataan sebesar 2,72. Dimana pada product problem pernyataan yang menyatakan
bahwa produk telepon seluler merek Nokia kurang inovatif menduduki tempat
utama dengan nilai rataan sebesar 3,19. Hal ini disebabkan karena Nokia tidak
melakukan inovasi yang berarti terhadap produk yang mereka hasilkan bahkan
21
mereka hanya terkesan mengikuti inovasi yang dimiliki oleh produk merek lain.
Seperti penambahan aplikasi whatsapp pada windows phone ketika aplikasi
blackberry messenger pada blackberry sangat diminati masyarakat. Hal ini
membuat konsumen beranggapan bahwa kualitas atau kinerja telepon seluler
merek Nokia sudah menurun karena tidak dapat lagi berinovasi terhadap
produknya. Seperti yang diketahui inovasi merupakan hal penting yang harus
dilakukan ketika kita menghadapi persaingan apalagi dalam bisnis telepon seluler
yang memiliki persaingan yang sangat ketat. Produk yang dapat memberikan
inovasi yang menarik bagi konsumen akan mampu mempertahankan
pelanggannya bahkan bisa menambah pelanggan baru, tetapi bagi produk yang
tidak memiliki inovasi akan mudah kehilangan pelanggan.
Service Problem
Tabel 7 Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator service problem
No Pernyataan Rataan skor
1 Pelayanan di pusat layanan Nokia memiliki
prosedur yang rumit
2,81
2 Petugas di pusat layanan Nokia tidak memiliki
pengetahuan sehingga kurang mampu/tidak
handal dalam melakukan pekerjaannya
(Reliability)
2,71
3 Petugas di pusat layanan Nokia kurang
tanggap dan lambat dalam memberikan
pelayanan (responsiveness)
2,84
4 Petugas di pusat layanan Nokia tidak ramah dan
tidak dapat dipercaya (Assurance)
2,58
5 Petugas di pusat layanan Nokia Kurang Peduli
terhadap masalah yang dimiliki pelanggan
(Emphaty)
2,70
6 Petugas pelayanan di pusat pelayanan telepon
seluler merek Nokia tidak memiliki penampilan
yang baik (Tangible)
2,56
Rataan total 2,70
Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa persepsi konsumen terhadap
variabel service problem pada umumnya berada pada kategori Netral dengan nilai
rataan sebesar 2,70. Dimana pada service problem pernyataan yang menyatakan
bahwa petugas di pusat layanan Nokia kurang tanggap dan lambat dalam
memberikan pelayanan (responsiveness) menduduki tempat utama dengan nilai
rataan sebesar 2,84. Hal ini berarti bahwa Konsumen menginginkan petugas yang
terdapat di pusat layanan Nokia harus lebih peduli terhadap permasalahan yang
mereka miliki dengan merespon permintaan mereka dan menyelesaikan
permasalahan atau keluhan yang mereka miliki dengan segera. Dengan demikian
diharapkan Nokia dapat melakukan perbaikan terkait kinerja petugas pelayanan di
pusat layanan Nokia supaya dapat memberikan pelayanan kepada pelanggan
secara tanggap dan segera.
22
Benefit/Value Other Product
Tabel 8 Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator benefit/value other
product
No Pernyataan Rataan skor
1 Produk telepon seluler yang ditawarkan merek
lain memiliki kualitas yang lebih bagus
dibandingkan dengan telepon seluler merek
Nokia
3,73
2 Desain produk telepon seluler merek lain lebih
menarik daripada telepon seluler merek Nokia
3,87
3 Fitur dan aplikasi yang dimiliki telepon
seluler merek lain lebih menarik
dibandingkan telepon seluler merek Nokia
3,94
4 Harga telepon seluler merek lain lebih sesuai
dengan kualitasnya dibandingkan dengan
kesesuaian harga dan kualitas telepon seluler
merek Nokia
3,45
5 Harga telepon seluler merek lain lebih stabil
daripada harga telepon seluler merek Nokia
2,97
6 Iklan telepon seluler merek lain lebih menarik
daripada iklan telepon seluler merek Nokia
3,64
7 Iklan telepon seluler merek lain lebih sering anda
lihat daripada iklan telepon seluler merek Nokia
3,81
8 Lokasi outlet/gerai telepon seluler merek lain
lebih strategis dibandingkan lokasi outlet/gerai
telepon seluler merek Nokia
2,93
9 Saya lebih mudah mencari/mendapatkan produk
telepon seluler merek yang lain dibandingkan
produk telepon seluler merek Nokia
3,07
Rataan total 3,49
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa persepsi konsumen terhadap
variabel benefit/value other product pada umumnya berada pada kategori Setuju
dengan nilai rataan sebesar 3,49. Konsumen setuju bahwa terdapat produk yang
dapat memberikan manfaat atau nilai yang lebih dibandingkan dengan nilai yang
ditawarkan produk Nokia. Nilai rataan indikator yang paling tinggi pada
benefit/value other product yaitu terdapat pada pernyataan yang menyatakan
bahwa fitur dan aplikasi yang dimiliki telepon seluler merek lain lebih menarik
dibandingkan telepon seluler merek Nokia dengan nilai rataan sebesar 3,94. Hal
ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa aplikasi dan fitur yang dimiliki telepon
seluler merek lain lebih dapat menarik minat konsumen dibandingkan aplikasi
yang dimiliki telepon seluler merek Nokia. Seperti aplikasi blackberry messenger
pada blackberry lebih diminati daripada aplikasi whatsapp pada windows phone
meskipun keduanya memiliki fungsi yang hampir sama. Selain dari itu Nokia juga
23
memiliki jumlah aplikasi yang sangat sedikit dibandingkan merek lain. aplikasi
yang dimiliki oleh android dan ios jauh lebih banyak dibandikan aplikasi yang
dimiliki windows phone. Jumlah aplikasi yang dimiliki diperkirakan kurang dari
200 ribu aplikasi sedangkan android memiliki 1 juta aplikasi yang terdapat di
google play dan ios memiliki 750 ribu aplikasi6.
Variety Seeking
Tabel 9 Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator variety seeking
No Pernyataan Rataan skor
1 Saya pindah ke telepon seluler merek lain karena
merasa bosan menggunakan telepon seluler
merek Nokia
3,73
2 Saya pindah ke telepon seluler merek lain karena
adanya rasa penasaran terhadap telepon seluler
merek lain yang berbeda
3,84
3 Saya tertarik untuk mencoba telepon seluler
merek lain yang belum pernah saya coba
3,93
Rataan total 3,83
Dari Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa persepsi konsumen terhadap
variabel variety seeking pada umumnya berada pada kategori Setuju dengan nilai
rataan sebesar 3,83. Nilai rataan indikator yang paling tinggi pada variety seeking
yaitu terdapat pada pernyataan yang menyatakan bahwa saya tertarik untuk
mencoba telepon seluler merek lain yang belum pernah saya coba dengan nilai
rataan sebesar 3,93. Dapat dikatakan bahwa faktor dominan yang menyebabkan
mahasiswa melakukan variety seeking yaitu adanya keinginan untuk mencoba
sesuatu yang baru. Sesuai dengan karakteristik mahasiswa yang telah disebutkan
sebelumnya yaitu mahasiswa yang memiliki rasa ingin tau yang tinggi sehingga
mendorong mereka untuk mencoba-coba sesuatu hal yang baru.
Switching Cost
Tabel 10 Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator switching cost
No Pernyataan Rataan skor
1 Saya bersedia membeli telepon seluler merek
lain yang lebih mahal dari telepon seluler merek
sebelumnya
3,27
2 Saya bersedia untuk mengeluarkan biaya
yang lebih tinggi untuk mencari telepon
seluler yang saya inginkan
3,57
3 Saya bersedia kehilangan potongan harga akibat
berpindah ke telepon seluler merek lain
3,22
Rataan total 3,35
6 http://blogringan1.blogspot.com/2013/07/nokia-percuma-punya-smartphone-hebat.html
24
Dari Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa persepsi konsumen terhadap
variabel switching cost pada umumnya berada pada kategori Netral dengan nilai
rataan sebesar 3,35. Nilai rataan indikator yang paling tinggi pada switching cost
yaitu terdapat pada pernyataan yang menyatakan bahwa saya bersedia
mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk mencari telepon seluler yang saya
inginkan dengan nilai rataan sebesar 3,57. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa biaya bukan merupakan faktor penghalang konsumen untuk melakukan
perpindahan merek mengingat pada saat ini konsumen dapat dengan mudah
mendapatkan telepon seluler yang mereka inginkan.
Brand Switching
Tabel 11 Persepsi mahasiswa terhadap indikator-indikator brand switching
No Pernyataan Rataan skor
1 Saya memiliki keinginan untuk berganti ke
telepon seluler merek lain
3,57
2 Saya tidak bersedia menggunakan telepon seluler
yang saat ini saya gunakan
2,47
3 Saya ingin secepatnya mengganti merek telepon
seluler yang saya gunakan saat ini
2,71
Rataan total 2,92
Dari Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa persepsi konsumen terhadap
variabel brand switching pada umumnya berada pada kategori Netral dengan nilai
rataan sebesar 2,92. Nilai rataan indikator yang paling tinggi pada brand switching
yaitu terdapat pada pernyataan yang menyatakan bahwa saya memiliki keinginan
untuk berganti ke telepon seluler merek lain dengan nilai rataan sebesar 3,57.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pengguna telepon seluler merek Nokia memiliki
kecenderungan untuk berpindah kepada telepon seluler merek lain.
Tabel 12 Nilai rataan persepsi mahasiswa terhadap konstruk brand switching
Dari Tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa konstruk yang memiliki nilai
rataan yang paling tinggi adalah konstruk variety seeking dengan nilai rataan 3,83.
Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor yang menyebabkan mahasiswa melakukan
perpindahan merek dari telepon seluler merek Nokia ke telepon seluler merek lain
dominan dipengaruhi oleh adanya perilaku variety seeking yang ditandai dengan
adanya keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru.
Konstruk Rataan skor
Product Problem 2,72
Service Problem 2,70
Benefit/value other Product 3,49
Variety Seeking 3,83
Switching cost 3,35
brand switching 2,92
25
Hasil Analisis SEM SmartPLS (Partial Least Square)
Evaluasi Model Pengukuran (OuterModel)
Evaluasi model pengukuran adalah evaluasi hubungan antara konstruk
dengan indikatornya. Evaluasi ini meliputi dua tahap yaitu evaluasi terhadap
convergent validity dan discriminant validity. Convergent validity dapat dievaluasi
dalam tiga tahap, yaitu indikator validitas, reliabilitas konstruk dan nilai average
variance extracted (AVE). Evaluasi discriminant validity dilakukan dalam dua
tahap, pertama dengan melihat nilai cross loadings dan kedua membanding antara
nilai kuadrat korelasi antara konstruk dengan nilai AVE atau korelasi antara
konstruk dengan akar AVE.
1. Evaluasi Convergent Validity
a) Indikator validitas
Indikator validitas dapat dilihat dari loading faktor. Menurut Yamin dan
Kurniawan (2011), nilai loading faktor diatas 0,70 dapat dikatakan ideal tetapi
nilai loading faktor 0,50 dan 0,60 masih dapat diterima. Dalam penelitian ini nilai
loading faktor yang digunakan adalah 0,60 sehingga nilai loading faktor yang
berada dibawah 0,60 dapat dikeluarkan dari model. Proses penghapusan indikator
dimulai dari nilai loading faktor yang paling kecil. Indikator yang memiliki nilai
loading faktor dibawah 0,60 dihapus dari model dan setelah itu dilakukan run
ulang kembali. Proses ini dilakukan sampai semua nilai indikator berada di atas
0,60. Dalam model keputusan brand switching, indikator yang mengalami proses
penghapusan berjumlah 9 indikator yaitu PPX1, PPX2, PPX5, PPX6, PPX7,
PPX8, VOPX20,VOPX23, VOPX24. Hasil model keputusan brand switching
pengguna Nokia setelah dilakukan proses penghapusan dapat dilihat pada Gambar
7 dibawah ini.
Gambar 7 Model brand switching pengguna Nokia
b) Reliabilitas konstruk
Konstruk dikatakan reliabel jika nilai composite reliability atau cronbach’s
alpha lebih besar dari 0,70. Nilai cronbach’s alpha semua konstruk dalam
penelitian ini memiliki nilai yang lebih besar dari 0,70, kecuali product problem
26
(0,5905) dan brand switching (0,5468), tetapi meskipun demikian kedua konstruk
tersebut masih dapat dikatakan reliabel karena memiliki nilai composite reliability
yang lebih besar dari 0,70. Berdasarkan pendapat Yamin dan Kurniawan (2011)
cronbach’s alpha cendrung menaksir lebih rendah reliabel konstruk dibandingkan
composite reliability, sehingga kita lebih baik menggunakan nilai composite
reliability untuk melihat reliabilitas suatu konstruk penelitian. Nilai composite
reliability dan cronbach’s alpha dapat dilihat pada lampiran 4.
c) Nilai Average Variance Extracted (AVE)
Ukuran ketiga untuk convergent validity adalah nilai average variance
extracted (AVE). Konstruk memiliki validitas yang baik jika nilai AVE lebih
besar dari 0,50. Konstruk dalam penelitian ini telah memiliki nilai AVE yang
lebih besar dari 0,50 sehingga dapat dikatakan konstruk memiliki validitas yang
baik. Nilai AVE dapat dilihat pada lampiran 5.
2. Evaluasi discriminant validity
Diskriminan validitas dapat dievaluasi dari dua cara yaitu melihat nilai
cross loadings dan membandingkan akar AVE dengan korelasi antar konstruk.
a) Cross loadings
Kriteria dalam cross loadings adalah setiap indikator yang mengukur
konstruknya haruslah berkorelasi lebih tinggi dengan konstruknya dibandingkan
dengan konstruk lain. Pada tabel cross loadings model brand switching pengguna
Nokia kita dapat melihat bahwa setiap indikator dalam penelitian berkorelasi lebih
tinggi dengan konstruknya masing-masing dibandingkan dengan nilai indikator
dari blok konstruk lainnya. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa
konstruk dalam penelitian ini memiliki discriminant validity yang baik. Nilai
cross loadings dapat dilihat pada lampiran 8.
b) Membandingkan akar AVE dengan korelasi antar konstruk
Pada tahap ini model dikatakan mempunyai discriminant validity yang
baik jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar daripada korelasi antar
konstruk (laten variabel correlation) dalam model. Model pada penelitian ini juga
menunjukkan konstruk memiliki diskriminan validitas yang baik. Nilai akar AVE
dan nilai korelasi antar konstruk (laten variabel correlation) dapat dilihat pada
lampiran 6 dan 7.
Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
Setelah semua persyaratan model pengukuran terpenuhi maka tahap
selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap model struktural. Evaluasi
dilakukan dengan melihat signifikan hubungan antara konstruk yang dapat dilihat
melalui koefisien jalur (path coefficient) yang menggambarkan kekuatan
hubungan antar konstruk yang diteliti. Untuk melihat signifikan path coefficient
dapat dilihat dari nilai t Statistics yang dapat diperoleh dari proses bootstrapping.
Langkah selanjutnya dalam evaluasi model struktural adalah evaluasi nilai R2.
Penjelasan nilai R2 sama halnya dengan penjelasan nilai R2 dalam regresi linear
yaitu merupakan besarnya variability variabel endogen yang mampu dijelaskan
oleh variabel eksogen. kriteria batasan yang biasa digunakan untuk klasifikasi
nilai R2 terbagi dalam tiga klasifikasi yaitu R2 0,63 (subtansial), 0,33 (moderat)
dan 0,19 (lemah) (Chin dalam Yamin dan Kurniawan 2011).
27
1. Signifikan hubungan jalur (Path coefficient)
Gambar 8 Hasil bootstrapping model brand switching pengguna Nokia
Tabel 13 Path coefficient (Mean, STDEV, T-Value) model brand switching
pengguna Nokia
Original
sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(IO/STERR)
Product Problem ─> Brand
switching
0,1505 0,1635 0,0961 0,0961 1,5663
Service Problem ─> Brand
switching
0,1909 0,1994 0,1466 0,1466 1,3026
Benefit/value other product
─> Brand switching
-0,0856 -0,0619 0,1469 0,1469 0,5823
Variety Seeking ─> Brand
switching
0,4178 0,3720 0,1391 0,1391 3,0044
Switching cost ─> Brand
switching
-0,0045 0,0082 0,1051 0,1051 0,0428
Berdasarkan tabel path coefficient model keputusan brand switching
pengguna Nokia di atas, dapat dilihat pengaruh dari masing-masing variabel laten
eksogen yaitu product problem, service problem, benefit/value other product,
variety seeking dan switching cost terhadap variabel laten endogen brand
switching. Hubungan masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pengaruh poduct problem terhadap brand switching
Dari Gambar 8 dapat kita lihat bahwa Product problem pada telepon
seluler merek Nokia digambarkan oleh tiga indikator yaitu PPX3 (Aplikasi tidak
berfungsi dengan baik), PPX4 (Kejernihan suara yang kurang bagus), dan PPX9
(Varian produk yang sedikit). Dilihat dari nilai loading indikator product problem
yang paling besar adalah indikator PPX4 (Kejernihan suara yang kurang bagus)
dengan nilai 4,029. Ini berarti bahwa kualitas speaker yang dimiliki telepon
seluler merek Nokia dianggap kurang bagus oleh konsumen. Hal ini bertolak
belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2012) yang
menyatakan bahwa telepon seluler merek Nokia memiliki kejernihan suara yang
28
bagus. Memang selama ini Nokia dipercaya sebagai telepon seluler yang memiliki
kualitas yang bagus, suara yang jernih dan memiliki produk yang bervariasi
dengan fitur yang beragam dan menarik, pilihan produk yang beragam mulai dari
kelas low-end sampai high-end dengan tingkat harga yang sesuai dengan kelasnya
masing-masing, pemakaian yang user-friendly, dan selalu menghadirkan inovasi-
inovasi berteknologi tinggi yang menarik minat konsumen. Tetapi beberapa tahun
belakangan ini konsumen merasa bahwa produk telepon seluler merek Nokia tidak
dapat memberikan kinerja yang maksimal, kurang inovatif dan mulai kurang
memiliki varian produk. Selain itu mereka juga menganggap bahwa Nokia sudah
tidak mampu lagi mengeluarkan inovasi-inovasi yang menarik dan selalu
ketinggalan dibandingkan dengan merek lain seperti Samsung yang sering
meluncurkan berbagai varian produk yang dilengkapi dengan fitur-fitur baru yang
dapat menarik minat konsumen.
Berdasarkan tabel path coefficients model brand switching pada pengguna
Nokia, variabel product problem memiliki nilai t statistic sebesar 1,5663 < 2,0,
menunjukkan bahwa product problem tidak berpengaruh signifikan terhadap
brand switching. Sehingga dapat dikatakan bahwa product problem bukan
merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan mahasiswa untuk berpindah dari
telepon seluler merek Nokia ke telepon seluler merek lain. Meskipun konsumen
merasakan adanya kekecewaan terhadap kejernihan suara (speaker) yang dimiliki
Nokia tetapi hal tersebut tidak membuat mereka langsung memutuskan untuk
berhenti menggunakan merek tersebut. Dapat dikatakan bahwa terdapat faktor lain
yang paling utama diluar product problem yang menjadi pertimbangan konsumen
untuk melakukan brand switching.
Pengaruh service problem terhadap brand switching
Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa service problem digambarkan
oleh enam indikator yang merupakan ukuran dimensi kualitas pelayanan yaitu,
SPX10 (Prosedur pelayanan yang rumit), SPX11 (Ketidakandalan petugas dalam
melakukan pelayanan), SPX12 (Petugas tidak tanggap dan lambat dalam
memberikan pelayanan), SPX13 (Petugas pelayanan tidak ramah dan tidak dapat
dipercaya), SPX14 (ketidakpedulian karyawan terhadap masalah pelanggan),
SPX15 (Penampilan petugas, fisik dan fasilitas kantor kurang menarik). Dari
keenam indikator tersebut yang paling besar menggambarkan bahwa terdapatnya
service problem adalah indikator SPX12 (petugas tidak tanggap dan lambat dalam
memberikan pelayanan) dengan nilai loading sebesar 2,836. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin buruk kualitas pelayanan yang diberikan suatu pusat pelayanan
seperti petugas pelayanan yang tidak tanggap dan lambat dalam memberikan
pelayanan maka semakin tinggi pula sevice problem yang dirasakan konsumen,
yang akan menyebabkan kekecewaan konsumen terhadap produk semakin
bertambah. Dapat dikatakan bahwa ketanggapan dan kecepatan dari para petugas
pelayanan Nokia dalam menyelesaikan permasalahan yang dimiliki konsumen
merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas pelayanan. Sehingga
dengan hal tersebut Nokia diharapkan mampu memperbaiki kualitas pelayanan
terkait ketanggapan dankecepatan dari para petugas pelayanan yang dimilikinya.
Berdasarkan tabel path coefficients model brand switching pengguna
Nokia, variabel service problem memiliki nilai t statistic sebesar 1,3026 < 2,0,
menunjukkan bahwa sevice problem tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan brand switching. Sehingga dapat dikatakan bahwa service problem
29
bukan merupakan faktor penyebab kenapa mahasiswa melakukan perpindahan
merek dari telepon seluler merek Nokia ke telepon seluler merek lain. Sama
seperti product problem, service Problem juga bukan merupakan faktor utama
yang menjadi pertimbangan konsumen untuk melakukan brand switching,
meskipun mereka pernah merasakan kekecewaan terhadap pelayanan yang
diberikan service center Nokia.
Pengaruh benefit/value other product (manfaat/nilai produk lain) terhadap
brand switching
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa variabel benefit/value other product
(manfaat/nilai produk lain) digambarkan oleh enam indikator yang terdiri dari
VOPX16 (Kualitas produk yang lebih bagus), VOPX17 (Desain produk yang
lebih menarik), VOPX18 (Fitur dan aplikasi produk yang lebih menarik),
VOPX19 (kesesuaian harga dengan kualitas produk), VOPX21 (iklan yang lebih
menarik), dan VOPX22 (kuantitas penanyangan iklan yang lebih sering). Dari
keenam indikator tersebut yang paling besar menggambarkan benefit/value other
product (manfaat/nilai produk lain) adalah indikator VOPX16 (kualitas produk
yang lebih bagus) dengan nilai loading sebesar 2,729. Hal ini berarti bahwa
terdapat produk telepon seluler merek lain yang memiliki kualitas yang lebih
bagus dibandingkan telepon seluler merek Nokia. Untuk keperluan koneksi
internet Nokia memang memiliki kekurangan dibandingkan dengan telepon
seluler merek lain. telepon seluler merek lain yang memiliki keunggulan koneksi
internet yaitu blackberry. Blackberry memiliki keunggulan dapat membantu
penggunanya untuk berkirim e-mail dengan menggunakan fitur push e-mail,
berkomunikasi dengan sahabat dan keluarga menggunakan Yahoo Messenger,
Google Talk dan Blackberry Messenger (BBM) lebih cepat dibandingkan
menggunakan telepon seluler merek lain karena memiliki jaringan khusus yang
disebut Blackberry Internet Service (BIS). Sehingga dengan adanya keunggulan
tersebut dapat memberikan kemudahan bagi konsumen dalam menjalankan
aktivitasnya sehari-hari.
Berdasarkan tabel path coefficients model brand switching pengguna
Nokia, variabel benefit/value other product memiliki nilai t statistic sebesar
0,5828 < 2,0, menunjukkan bahwa benefit/value other product tidak berpengaruh
signifikan terhadap keputusan brand switching. Sehingga dapat dikatakan bahwa
Benefit/value other product bukan merupakan faktor yang mempengaruhi
konsumen melakukan perpindahan merek dari telepon seluler merek Nokia ke
telepon seluler merek lain. Tetapi meskipun demikian konsumen setuju bahwa
terdapat produk yang memiliki manfaat/nilai lebih dibandingkan dengan Nokia
terkait kualitas, desain produk yang lebih menarik, fitur dan aplikasi yang lebih
menarik, produk berkualits dengan harga terjangkau, iklan yang lebih menarik dan
lebih sering dilihat oleh konsumen.
Pengaruh variety seeking (perilaku mencari variasi) terhadap brand switching
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa variabel variety seeking digambarkan
oleh tiga indikator yang terdiri dari VSX25 (Adanya rasa bosan), VSX26 (Adanya
rasa penasaran), dan VSX27 (Keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru). Dari
ketiga indikator tersebut yang paling besar menggambarkan variety seeking adalah
indikator VSX26 (Adanya rasa penasaran) dengan nilai loading sebesar 3,154. Hal
30
ini menunjukkan bahwa semakin besar rasa penasaran seseorang terhadap suatu
merek atau produk maka semakin besar pula perilaku mencari variasi.
Berdasarkan tabel path coefficients model keputusan brand switching pada
mahasiswa, variabel variety seeking memiliki nilai t statistic 3,0044 > 2,0,
menunjukkan bahwa variety seeking berpengaruh signifikan terhadap brand
switching. Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa variety seeking
merupakan faktor yang menyebabkan konsumen melakukan perpindahan dari
telepon seluler merek Nokia ke telepon seluler merek lain. Hal ini disebabkan
karena karakteristik yang dimiliki mahasiswa, dimana mahasiswa lebih cenderung
memiliki rasa ingin tau (penasaran) yang tinggi dan suka mencoba sesuatu yang
baru. Sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu faktor
penyebab konsumen melakukan variety seeking adalah karena timbulnya rasa
penasaran dan ingin tau terhadap merek lain. Apalagi Mahasiswa juga berada
pada lingkungan yang mendukung mereka untuk mendapatkan berbagai
informasi terkini mengenai gadget terbaru. Sehingga dengan informasi yang ada
dan semakin banyaknya telepon seluler yang bermunculan membuat mereka
gemar untuk berganti telepon seluler.
Pengaruh switching cost (biaya perpindahan) terhadap brand switching
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa variabel switching cost digambarkan
oleh tiga indikator yang terdiri dari SCX28 (Biaya modal yang tinggi), SCX29
(Biaya pencarian yang tinggi), dan SCX30 (Kehilangan potongan harga). Dari
ketiga indikator tersebut yang paling besar menggambarkan switching cost adalah
indikator SCX30 (kehilangan potongan harga) dengan nilai loading sebesar 2,054.
Hal ini berarti bahwa semakin besar kehilangan potongan harga yang akan dialami
konsumen akibat berpindah kepada produk merek lain berarti semakin besar pula
switching cost yang dirasakan konsumen begitu juga sebaliknya. Pemberian bonus
atau potongan harga pada pelanggan setia merupakan salah satu cara dari strategi
switching cost. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa switching cost
merupakan strategi yang untuk mempertahankan pelanggan. Sehingga dengan
demikian untuk mempertahankan pelanggannya perusahaan harus berusaha
memberikan switching cost yang tinggi. Apabila switching cost yang dirasakan
tinggi maka konsumen akan cenderung setia pada merek yang dipakainya, tetapi
apabila switching cost rendah maka pelanggan akan mudah beralih kepada produk
merek lain atau tidak akan loyal pada merek lama.
Berdasarkan tabel path coefficients model keputusan brand switching pada
mahasiswa, variabel switching cost memiliki nilai t statistic 0,0428 < 2,0,
menunjukkan bahwa switching cost tidak berpengaruh signifikan terhadap brand
switching. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa switching cost bukan
merupakan faktor penyebab kenapa mahasiswa melakukan perpindahan merek
dari telepon seluler merek Nokia ke telepon seluler merek lain. Meskipun mereka
menyatakan keinginan untuk berpindah tetapi mereka masih mempertimbangkan
resiko yang harus mereka terima apabila pindah kepada merek lain. Seperti
tingginya biaya yang harus dia keluarkan dan kehilangan berbagai keuntungan
yang selama ini diperolehnya apabila mereka berpindah kepada produk merek
lain. Seharusnya Switching cost menjadi faktor penyebab konsumen melakukan
perpindahan merek, mengingat pada saat ini konsumen dapat dengan mudah
memperoleh telepon seluler yang mereka inginkan dengan harga bervariasi atau
dikatakan lebih murah. Variabel ini menjadi tidak berpengaruh mungkin
31
disebabkan karena terdapatnya berbagai penawarkan menarik seperti memberikan
potongan harga dan peningkatan layanan yang dilakukan Nokia yang
menyebabkan pelanggan enggan untuk berpindah kepada produsen merek lain.
2. Nilai R2
menunjukkan seberapa besar variability variabel endogen yang mampu
dijelaskan oleh variabel eksogen. nilai variability variabel endogen brand
switching dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.
Tabel 14 Nilai 𝐑𝟐
Dari Tabel 14 di atas dapat kita lihat bahwa konstruk brand switching
memiliki nilai R2 sebesar 0,2361. Ini menunjukkan bahwa variabel konstruk
Product Problem, Service Problem, Benefit/value other Product, Variety Seeking
dan Switching cost secara simultan hanya mampu menjelaskan variabel konstruk
brand switching sebesar 23,61%, sedangkan sisanya sebesar 76,39% dijelaskan
oleh variabel lain diluar penelitian ini. Berdasarkan klasifikasi nilai R2 yang
dikemukakan chin dalam Yamin dan Kurniawan (2011) Model brand switching
pengguna Nokia tergolong kepada nilai R2 yang rendah.
Implikasi Manajerial
Hasil penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
brand switching pada telepon seluler merek Nokia pada mahasiswa S1 reguler
IPB secara keseluruhan dapat digambarkan dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel 15 Rekapitulasi hasil pembahasan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi brand switching pada telepon seluler merek Nokia
Hasil pengolahan Kriteria/variabel keterangan
Karakteristik
responden
Jenis kelamin Perempuan
Usia 17-27 tahun
Uang saku perbulan < Rp. 1.000.000
Merek pindah Blackberry
Analisis deskriptif
persepsi
mahasiswa
terhadap Nokia
Variety seeking Saya tertarik untuk mencoba
telepon seluler merek lain yang
belum pernah saya coba
Analisis SEM
SmartPLS
Variety seeking Saya melakukan perpindahan merek
ke telepon seluler merek lain karena
adanya rasa penasaran terhadap
telepon seluler merek lain yang
berbeda
Konstruk R square
Product Problem -
Service Problem -
Benefit/value other Product -
Variety Seeking -
Switching cost -
brand switching 0,2361
32
Nokia hadir di Indonesia semenjak tahun 1984 dan pada pertengahan
tahun 1990-an Nokia berhasil menjadi telepon seluler merek ternama di dunia
termasuk di Indonesia. Selama 14 tahun Nokia terus menjadi market leader
telepon seluler. Tetapi pada tahun 2005 pangsa pasar Nokia di Indonesia terus
mengalami penurunan yang signifikan, penurunan ini terus berlanjut sampai
sekarang. Hal ini disebabkan karena masuknya berbagai produsen smartphone ke
pasar Indonesia yang berhasil menarik perhatian pengguna telepon seluler, salah
satu contohnya adalah blackberry yang menawarkan fitur-fitur menarik yang
berbeda dari telepon seluler merek lain yaitu tersedianya aplikasi Blackberry
Messenger (BBM).
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil pembahasan analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi brand switching pada telepon seluler merek Nokia dilihat
bahwa karakteristik konsumen yang melakukan perpindahan merek dari telepon
seluler merek Nokia ke telepon seluler merek lain paling dominan terjadi pada
konsumen yang memiliki karakteristik berjenis kelamin perempuan dengan
tingkat pendapatan atau uang saku per bulan lebih kecil dari Rp. 1.000.000, dan
perpindahan merek yang paling dominan adalah blackberry. Berdasarkan tabel
analisis deskriptif terhadap persepsi mahasiswa terhadap variabel yang
mempengaruhi brand switching dapat dilihat bahwa variety seeking merupakan
faktor yang paling dominan mempengaruhi brand switching, dan indikator yang
paling dominan menggambarkan variety seeking adalah keinginan untuk mencoba
merek baru yang belum pernah mereka coba sebelumnya (VSX27). Hasil analisis
menggunakan smartPLS, variety seeking juga keluar sebagai satu-satunya faktor
yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan merek
telepon seluler merek Nokia, dan indikator yang paling dominan menggambarkan
variety seeking berdasarkan analisis smartPLS adalah karena adanya rasa
penasaran terhadap telepon seluler merek lain yang berbeda (VSX26). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perpindahan merek pada mahasiswa disebabkan
karena karakteristik yang mereka miliki yaitu memiliki rasa penasaran yang tinggi
sehingga mendorong mereka untuk mencoba sesuatu yang baru dan berbeda. Fitur
dan aplikasi yang berbeda yang berhubungan dengan media sosial dan hiburan
merupakan faktor utama yang membuat mahasiswa suka mencoba berbagai jenis
telepon seluler. Sehingga tidak heran bahwa konsumen lebih banyak berpindah
kepada telepon seluler merek Blackberry karena seperti yang diketahui blackberry
memiliki fitur dan aplikasi menarik yang tidak dimiki oleh telepon seluler merek
lain yaitu aplikasi Blackberry Messenger (BBM).
Berdasarkan uraian diatas maka PT. Nokia Corporation diharapkan dapat
melakukan strategi pemasaran seperti yang dilakukan telepon seluler merek
blackberry. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa blackberry berhasil
menarik perhatian konsumen karena menawarkan telepon seluler yang memiliki
nilai lebih yang tidak dimiliki oleh telepon seluler merek lain sehingga dengan
demikian Nokia juga diharapkan dapat menciptakan telepon seluler yang memiliki
nilai lebih dengan menambahkan fitur-fitur yang menarik yang belum dimiliki
telepon seluler merek lain terutama yang berhubungan dengan media sosial dan
hiburan kedalam telepon seluler yang akan mereka luncurkan. Selain dilengkapi
dengan fitur-fitur yang berbeda, telepon seluler tersebut juga diharapkan memiliki
desain yang menarik, memiliki aksesoris yang menarik dan juga tersedia dalam
berbagai pilihan warna menarik yang harus disesuaikan dengan karakteristik
33
konsumen yang paling dominan yaitu pengguna telepon seluler perempuan yang
berusia 17-27 tahun. Telepon seluler tersebut juga diharapkan memiliki harga
yang ekonomis mengingat konsumen telepon seluler merek Nokia yang paling
dominan melakukan perpindahan merek adalah konsumen dengan pendapatan
atau uang saku perbulan lebih kecil dari Rp. 1.000.000. Hal lain yang tidak kalah
penting yang harus diperhatikan oleh Nokia adalah kegiatan promosi. Nokia
diharapkan dapat lebih aktif melakukan berbagai kegiatan promosi baik dengan
cara beriklan di televisi, media cetak, media sosial atau internet, papan iklan
(billboard) dan mengadakan berbagai event-event menarik lainnya. Sehingga
dengan adanya berbagai kegiatan promosi tersebut dapat memberikan informasi
dan mengingatkan kembali kepada konsumen terkait produk telepon seluler merek
Nokia sehingga diharapkan Nokia dapat mempertahankan pelanggannya dan tidak
berpindah kepada telepon seluler merek lain.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian variabel product problem pada telepon seluler
merek Nokia paling dominan digambarkan oleh indikator yang menyatakan
telepon seluler merek Nokia kurang inovatif dan memiliki kejernihan suara
yang kurang bagus.
2. Berdasarkan hasil penelitian variabel service problem pada telepon seluler
merek Nokia paling dominan digambarkan oleh indikator yang menyatakan
bahwa sikap petugas pelayanan Nokia yang kurang tanggap dan lambat dalam
memberikan pelayanan.
3. Berdasarkan hasil penelitian variabel benefit/value other product
(manfaat/nilai produk lain) paling dominan digambarkan oleh indikator yang
menyatakan bahwa fitur dan aplikasi yang dimiliki telepon seluler merek lain
lebih menarik dan memiliki kualitas produk yang lebih bagus dibandingkan
dengan Nokia.
4. Berdasarkan hasil penelitian variabel variety seeking paling dominan
digambarkan oleh indikator yang menyatakan bahwa keinginan untuk
mencoba sesuatu yang baru dan adanya rasa penasaran terhadap merek lain
yang berbeda.
5. Berdasarkan hasil penelitian variabel switching cost paling dominan
digambarkan oleh indikator yang menyatakan bahwa konsumen bersedia
mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk mendapatkan telepon seluler yang
mereka inginkan dan bersedia untuk kehilangan potongan harga akibat
berpindah kepada telepon seluler merek lain.
6. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi brand switching pada mahasiswa dipengaruhi oleh variety
seeking yang timbul karena adanya rasa penasaran dan keinginan untuk
mencoba produk atau merek baru yang berbeda dengan nilai signifikan
sebesar 3,004 (t statistic > 2,0). Sedangkan empat variabel lainnya yaitu
product problem, service problem, benefit/value other product dan switching
34
cost tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan
merek telepon seluler merek Nokia pada mahasiswa.
Saran
1. Berdasarkan uraian di atas maka PT. Nokia Corporation diharapkan dapat
melakukan strategi pemasaran seperti yang dilakukan telepon seluler merek
blackberry. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa blackberry
berhasil menarik perhatian konsumen karena menawarkan telepon seluler
yang memiliki nilai lebih yang tidak dimiliki oleh telepon seluler merek lain
sehingga dengan demikian Nokia juga diharapkan dapat menciptakan telepon
seluler yang memiliki nilai lebih dengan menambahkan fitur-fitur yang
menarik yang belum dimiliki telepon seluler merek lain terutama yang
berhubungan dengan media sosial dan hiburan kedalam telepon seluler yang
akan mereka luncurkan. Selain dilengkapi dengan fitur-fitur yang berbeda,
telepon seluler tersebut juga diharapkan memiliki desain yang menarik,
memiliki aksesoris yang menarik dan juga tersedia dalam berbagai pilihan
warna menarik yang harus disesuaikan dengan karakteristik konsumen yang
paling dominan yaitu pengguna telepon seluler perempuan yang berusia 17-27
tahun. Telepon seluler tersebut juga diharapkan memiliki harga yang
ekonomis mengingat konsumen telepon seluler merek Nokia yang paling
dominan melakukan perpindahan merek adalah konsumen dengan pendapatan
atau uang saku per bulan lebih kecil dari Rp. 1.000.000. Hal lain yang tidak
kalah penting yang harus diperhatikan oleh Nokia adalah kegiatan promosi.
Nokia diharapkan dapat lebih aktif melakukan berbagai kegiatan promosi baik
dengan cara beriklan di televisi, media cetak, media sosial atau internet, papan
iklan (billboard) dan mengadakan berbagai event-event menarik lainnya.
Sehingga dengan adanya berbagai kegiatan promosi tersebut dapat
memberikan informasi dan mengingatkan kembali kepada konsumen terkait
produk telepon seluler merek Nokia sehingga diharapkan Nokia dapat
mempertahankan pelanggannya dan tidak berpindah kepada telepon seluler
merek lain.
2. Untuk penelitian selanjutnya mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi brand switching pada telepon seluler merek Nokia disarankan
dapat menggunakan jumlah responden penelitian yang lebih besar atau
penelitian dilakukan terhadap pengguna Nokia yang sudah bekerja. Penelitian
mengenai brand switching juga dapat dilakukan pada telepon seluler merek
lain.
35
DAFTAR PUSTAKA
[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2013. Jumlah Populasi Mahasiswa Strata 1
Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): IPB.
Aditya K. 2013. Nokia percuma punya smartphone hebat jika aplikasi hanya
sedikit [Internet]. [diunduh 2014 Januari 4]. Tersedia pada:
http://blogringan1.blogspot.com/2013/07/nokia-percuma-punya
smartphone-hebat.html.
Artanti Y, Marischawati D. 2012. Impact of Satisfaction and Switching Cost on
Loyality (Case Study: Customer of Simpati Provider in Surabaya). Jurnal
Ekonomi Bisnis. 17(1):61-75.
Buttle F. 2007. Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan
Pelanggan) concepts and tools. Subiyanto A, penerjemah. Malang (ID):
Bayumedia Publishing.
Farida N. 2012. Pengaruh nilai pelanggan dan hambatan pindah terhadap loyalitas
pelanggan serta implikasi pada perpindahan merek (Studi pada mahasiswa
FSIP UNDIP Semarang pengguna kartu prabayar IM3 PT. Indosat Tbk).
Jurnal Administrasi Bisnis. 1(1):55-64.
Fisamawati. 2013 Maret. Brand in Dangerous Zone. Majalah Marketing. 13(3):
48-52.
Junaidi S, Dharmmesta BS. 2002. Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen,
Karakteristik Kategori Produk dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap
Keputusan perpindahan Merek. Jurnal Ekonomi dan Bisnin Indonesia.
17(1): 91-102.
Kotler P. 1997. Manajemen Pemasaran 9e. Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan Kontrol. Jakarta (ID). Prenhallindo.
Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Jakarta
(ID): Penerbit Erlangga.
Lestari DV. 2011. Analisis Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Kebutuhan
Mencari Variasi, Keterlibatan Konsumen, Harga dan Daya Tarik Pesaing
Terhadap Perilaku Brand Switching [Sripsi]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Nazir M. 2011. Metode penelitian. Bogor (ID): Penerbit Ghalia Indonesia.
Nokia masih raja ponsel di Indonesia [Internet]. 2013. [diunduh 2013 Juli 30].
Tersedia pada: http://www.harianjogja.com/baca/2013/02/05/nokia-masih-
raja-ponsel-di-indonesia-375559.
Nugraha F. 2011. Perkembangan pasar handphone di Indonesia dari tahun 2005
hingga 2010 [Internet]. [diunduh 2013 Juli 30]. Tersedia pada:
http://www.teknojurnal.com/2011/03/03/perkembangan-pasar-handphone-
di-indonesia-dari-tahun-2005-hingga-2010/.
Oktariko T. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Harga
Terhadap Keputusan Perpindahan Merek pada Konsumen Pembalut
Wanita Kotex di Semarang [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Prihadi SD. 2013. Tiap 8 bulan orang indonesia ganti handphone [Internet].
[diunduh 2013 Juli 30]. Tersedia pada:
36
http://inet.detik.com/read/2013/01/16/210830/2144324/1169/tiap-8-bulan-
orang-indonesia-ganti-smartphone.
Purnamawati SNE. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perpindahan Merek pada Pelanggan Kartu Prabayar GSM [Tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Riska M. 2013. Tahun 2013 penjualan ponsel semakin semarak [Internet].
[diunduh 2013 Juli 30]. Tersedia pada:
http://industri.kontan.co.id/news/tahun2013-penjualan-ponsel-makin
semarak.
Saputra AB. 2012. Pengaruh Variabel Harga, Kondisi Ketidaknyamanan, daya
Tarik Pesaing dan Masalah Etika Terhadap Perpindahan Merek (Brand
Switching) Minyak Goreng [Tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas
Pembanguna Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Simamora B. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): Penerbit
Gramedia Pustaka Utama.
Situmorang SR. 2012. Analisis Bauran Produk Terkait Kecendrungan Peralihan
Merek Handphone Nokia (Dalam Ruang Lingkup Persepsi Mahasiswa S1
IPB) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen. Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor (ID): Penerbit Ghalia Indonesia.
Susanto AB, Wijanarko H. 2004. Power Branding. Jakarta (ID): Quantum Bisnis
dan Manajemen.
Tjiptono F. 2008. Service Management. Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta
(ID): Penerbit ANDI.
Tjiptono F, Chandra G. 2007. Service, Quality and Satisfaction. Edisi 2.
Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.
Umar H. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID):
Raja Grafindo Persada.
Wardani HP. 2010. Analisis Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Kebutuhan
Mencari Variasi Produk, Harga Produk dan Iklan Produk Pesaing
Terhadap Keputusan Perpindahan Merek dari Sabun Pembersih Wajah
Biore [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Wulan, Alimuddin. 2004. Manajemen Pemasaran dan Jasa. Bandung (ID)
Penerbit ALFABETA.
Yamin S, Kurniawan H. 2011. Generasi Baru Mengelolah Data Penelitian
dengan Partial Least Square Path Modeling. Aplikasi dengan Software
XLSTAT, SmartPLS, dan Visual PLS. Jakarta (ID): Penerbit Salemba
Infotek.
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BRAND SWITCHING (Studi Kasus pada Mantan Pengguna
Telepon Seluler Merek Nokia di Kota Bogor)
Responden yang terhormat,
Saya, Dian Melfa Susanti (H24114033), Mahasiswa Program Sarjana
Alih Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, bermaksud melakukan penelitian mengenai “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Brand Switching pada Telepon Seluler Merek Nokia”.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE).
Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk berpartisipasi dalam
mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar agar informasi yang saya
sajikan dapat dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan.
Semua informasi yang diterima sebagai hasil pengisian kuesioner ini bersifat
rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis semata. Atas
bantuan dan waktu Bapak/Ibu/Saudara/I dalam pengisian kuesioner ini, saya
ucapkan banyak Terima kasih.
No Responden : Tanggal :
Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (X) pada jawaban pilihan anda
A. SCREENING RESPONDEN
1. Apakah usia anda saat ini 17 tahun atau lebih?
a. Ya (lanjutkan)
b. Tidak (Stop. Terima kasih atas pertisipasi Anda)
2. Apakah anda pernah menggunakan telepon seluler merek Nokia?
a. Ya (lanjutkan)
b. Tidak (Stop. Terima kasih atas pertisipasi Anda)
3. Setelah menggunakan telepon seluler merek Nokia, apakah anda pernah
melakukan pergantian kepada telepon seluler merek lain?
a. Ya (lanjutkan)
b. Tidak (Stop. Terima kasih atas pertisipasi Anda)
38
Lanjutan Lampiran 1
B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. Nomor HP :
4. Jenis kelamin 1. Laki – laki 2. Perempuan
5. Usia :
6. Uang saku perbulan :
a. < Rp.1.000.000 b. Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 c. Rp.2.000.001 – Rp.3.000.000
C. PEMAKAIAN TELEPON SELULER 1. Apa tipe telepon seluler merek Nokia yang anda pakai sebelumnya?
…………………………………………………………………………………
2. Apa merek telepon seluler yang anda pakai setelah pindah dari telepon seluler merek
Nokia tersebut?
……………………………………………………………………………………
Petunjuk pengisian :
Berikan penilaian anda terhadap pernyataan-pernyataan berikut dengan
memberikan tanda silang (X) dalam kolom yang telah disediakan sesuai dengan
penilaian anda. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut : STS=Sangat tidak
setuju; TS=Tidak Setuju; N=Netral; S=Setuju; SS=Sangat setuju
PRODUCT PROBLEM
No PERNYATAAN JAWABAN
STS TS N S SS
1 Sistem operasi telepon seluler merek Nokia
kurang canggih atau tidak memiliki keunggulan
2 Fitur multimedia yang dimiliki telepon seluler
merek Nokia tidak menarik
3 Aplikasi yang terdapat pada telepon seluler
merek Nokia sering tidak berfungsi dengan baik
4 Telepon seluler merek Nokia tidak memiliki
kejernihan suara yang bagus
5 Keypad telepon seluler merek Nokia tidak
bagus karena cepat mengalami kerusakan
6 Spare part telepon seluler merek Nokia susah
untuk didapatkan sehingga susah untuk
dilakukan perbaikan
7 Telepon seluler merek Nokia tidak memiliki
desain yang menarik sehingga menyulitkan
dalam penggunaannya
8 Produk telepon seluler merek Nokia kurang
inovatif
9 Telepon seluler merek Nokia kurang memiliki
varian produk (model)
39
Lanjutan Lampiran 1
SERVICE PROBLEM (PELAYANAN PURNA JUAL)
No PERNYATAAN JAWABAN
STS TS N S SS
10 Pelayanan di pusat layanan Nokia memiliki
prosedur yang rumit
11 Petugas pelayanan Nokia tidak memiliki
pengetahuan sehingga kurang mampu/tidak
handal dalam melakukan pekerjaannya
(Reliability)
12 Petugas pelayanan Nokia kurang tanggap dan
lambat dalam memberikan pelayanan
(responsiveness)
13 Petugas Pelayanan Nokia tidak ramah dan tidak
dapat dipercaya (Assurance)
14 Petugas Pelayanan Nokia Kurang Peduli
terhadap masalah yang dimiliki pelanggan
(Emphaty)
15 Petugas pelayanan otlet/gerai telepon seluler
merek Nokia tidak memiliki penampilan yang
baik (Tangible)
BENEFIT/VALUE OTHER PRODUCT
No PERNYATAAN JAWABAN
STS TS N S SS
16 Produk telepon seluler yang ditawarkan merek
lain memiliki kualitas yang lebih bagus
dibandingkan dengan telepon seluler merek
Nokia
17 Desain produk telepon seluler merek lain lebih
menarik daripada telepon seluler merek Nokia
18 Fitur dan aplikasi yang dimiliki telepon seluler
merek lain lebih menarik dibandingkan telepon
seluler merek Nokia
19 Harga telepon seluler merek lain lebih sesuai
dengan kualitasnya dibandingkan dengan
kesesuaian harga dan kualitas telepon seluler
merek Nokia
20 Harga telepon seluler merek lain lebih stabil
daripada harga telepon seluler merek Nokia
21 Iklan telepon seluler merek lain lebih menarik
daripada iklan telepon seluler merek Nokia
22 Iklan telepon seluler merek lain lebih sering
anda lihat daripada iklan telepon seluler merek
Nokia
40
Lanjutan Lampiran 1
BENEFIT/VALUE OTHER PRODUCT (lanjutan)
No PERNYATAAN JAWABAN
STS TS N S SS
23 Lokasi outlet/gerai telepon seluler merek lain
lebih strategis dibandingkan outlet/gerai telepon
seluler merek Nokia
24 Saya lebih mudah mencari/mendapatkan
produk telepon seluler merek yang lain
dibandingkan produk telepon seluler merek
Nokia
VARIETY SEEKING
No PERNYATAAN JAWABAN
STS TS N S SS
25 Saya pindah ke telepon seluler merek lain
karena merasa bosan menggunakan telepon
seluler merek Nokia
26 Saya pindah ke telepon seluler merek lain
karena adanya rasa penasaran terhadap telepon
seluler merek lain yang berbeda
27 Saya tertarik untuk mencoba telepon seluler
merek lain yang belum pernah saya coba
SWITCHING COST
No PERNYATAAN JAWABAN
STS TS N S SS
28 Saya bersedia membeli telepon seluler merek
lain yang lebih mahal dari telepon seluler
merek sebelumnya
29 Saya bersedia untuk mengeluarkan biaya yang
lebih tinggi untuk mencari telepon seluler yang
saya inginkan
30 Saya bersedia kehilangan potongan harga
akibat berpindah ke telepon seluler merek lain
BRAND SWITCHING
No PERNYATAAN JAWABAN
STS TS N S SS
31 Saya memiliki keinginan untuk berganti ke
telepon seluler merek lain
32 Saya tidak bersedia menggunakan telepon
seluler yang saat ini saya gunakan
33 Saya ingin secepatnya mengganti merek
telepon seluler yang saya gunakan saat ini
Terima Kasih….
41
Lampiran 2 Hasil uji reliabilitas data
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.926 33
Lampiran 3 Hasil uji validitas kuesioner
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00001 99.8333 243.592 .622 .923
VAR00002 99.9000 243.679 .553 .923
VAR00003 100.2333 249.426 .431 .925
VAR00004 100.1000 251.541 .375 .926
VAR00005 99.9000 248.921 .397 .925
VAR00006 100.6667 248.920 .433 .925
VAR00007 99.9333 247.857 .427 .925
VAR00008 99.7000 243.252 .627 .923
VAR00009 99.7667 242.323 .546 .924
VAR00010 100.1000 251.266 .386 .925
VAR00011 100.0333 249.206 .505 .924
VAR00012 99.8000 247.131 .558 .924
VAR00013 100.0000 250.690 .447 .925
VAR00014 99.9000 249.748 .480 .924
VAR00015 100.0000 250.138 .506 .924
VAR00016 98.9667 246.861 .622 .923
VAR00017 98.7667 244.254 .621 .923
VAR00018 98.7333 243.168 .716 .922
VAR00019 99.2333 240.116 .664 .922
VAR00020 99.5333 246.395 .469 .925
VAR00021 99.0667 244.202 .715 .922
VAR00022 98.8000 253.338 .422 .925
VAR00023 99.6000 247.903 .473 .924
VAR00024 99.5000 249.569 .375 .926
VAR00025 99.0333 235.275 .675 .922
VAR00026 98.9333 245.030 .502 .924
VAR00027 98.8667 248.533 .415 .925
42
Lanjutan Lampiran 3
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00028 99.5333 247.085 .465 .925
VAR00029 99.3333 240.644 .652 .922
VAR00030 99.5000 247.155 .556 .924
VAR00031 99.2333 249.840 .377 .926
VAR00032 100.1667 251.799 .362 .926
VAR00033 99.7333 245.857 .430 .925
Lampiran 4 Nilai composite reliability dan cronbach’s alpha
Konstruk Composite Reliability Cronbach’s alpha
Product Problem 0.7762 0.5905
Service Problem 0.8828 0.8624
Benefit/value other product 0.8869 0.8527
Variety Seeking 0.8358 0.7044
Switching cost 0.8972 0.8288
Brand Switching 0.7626 0.5468
Lampiran 5 Nilai Average Variance Extracted (AVE)
Konstruk Nilai AVE
Product Problem (PP) 0.5395
Service Problem (SP) 0.5587
Benefit/value other product (VOP) 0.5672
Variety Seeking (VS) 0.6306
Switching cost (SC) 0.7450
Brand Switching (BS) 0.5194
Lampiran 6 Nilai akar AVE
Konstruk Nilai akar AVE
Product Problem (PP) 0.7345
Service Problem (SP) 0.7475
Benefit/value other product (VOP) 0.7531
Variety Seeking (VS) 0.7941
Switching cost (SC) 0.8631
Brand Switching (BS) 0.7207
Lampiran 7 Nilai laten variable correlation (korelasi antar konstruk)
PP SP BVOP VS SC BS
PP 1
SP 0.2664 1
VOP 0.3249 0.2646 1
VS 0.2242 -0.0220 0.3630 1
SC 0.1920 0.0046 0.4486 0.5419 1
BS 0.2623 0.1991 0.1635 0.4138 0.2133 1
43
Lampiran 8 Nilai cross loadings
Indikator Product
Problem
Service
Problem
Benefit/Value
other Product
Variety
Seeking
Switching
Cost
Brand
Switching
PPX3 0.8224 0.1374 0.1782 0.1685 0.1621 0.2524
PPX4 0.7479 0.1883 0.2321 0.2431 0.1668 0.1757
PPX9 0.6186 0.3550 0.3850 0.0689 0.0798 0.1324
SPX10 0.1096 0.6398 0.1897 -0.0586 0.0400 0.0869
SPX11 0.1739 0.7350 0.1957 -0.0519 -0.0451 0,0949
SPX12 0.2087 0.7595 0.2405 -0.0487 0.0885 0.1049
SPX13 0.1852 0.8391 0.1807 -0.0785 -0.0657 0.1330
SPX14 0.2244 0.6858 0.1603 -0.0268 0.0404 0.0216
SPX15 0.2597 0.8070 0.2132 0.0595 0.0074 0.2439
VOPX16 0.2056 0.1117 0.7780 0.3315 0.2528 0.1063
VOPX17 0.2822 0.1884 0.7098 0.2085 0.3432 0.0661
VOPX18 0.3422 0.1758 0.8214 0.3451 0.4463 0.1092
VOPX19
VOPX21
VOPX22
0.2743
0.2232
0.1711
0.2619
0.1809
0.0069
0.7452
0.7105
0.7476
0.3196
0.2666
0.1748
0.4588
0.2689
0.2262
0.1585
0.0474
0.1582
VSX25 0.2865 -0.0174 0.4498 0.7110 0.5342 0.2870
VSX26
VSX27
0.1847
0.0845
-0.0508
0.0148
0.2167
0.2282
0.8627
0.8012
0.4389
0.3405
0.3420
0.3520
SCX28 0.0898 -0.1038 0.4051 0.4752 0.8746 0.1790
SCX29 0.3527 0.0885 0.4713 0.4500 0.7898 0.1486
SCX30 0.1030 0.0352 0.3216 0.4822 0.9199 0.2160
BSY1 0.1405 0.0896 0.1975 0.4105 0.2955 0.6853
BSY2
BSY3
0.1000
0.3065
0.1016
0.2284
-0.0853
0.1649
0.1774
0.2636
-0.0511
0.1384
0.6531
0.8136
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kototinggi pada tanggal 12 April 1989. Penulis
merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Emsanurdin
dan Ibu Melfanida. Tahun 2007 Penulis lulus dari SMA Negeri 1 kecamatan
Guguak dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI) dan diterima
pada jurusan Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/jasa, Direktorat
Program Diploma, Instritut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2010.Tahun
2011 penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
(PSAJM), Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bulan
Mei-Juni 2013 penulis melaksanakan penelitian skripsi bidang pemasaran dengan
Judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Brand Switching Pada Telepon
Seluler Merek Nokia.
top related