Transcript
ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PEREKONOMIAN JAWA BARAT DENGAN MODEL INPUT – OUTPUT
Dewi Shofi Mulyati 1, Iyan Bachtiar 2, Fitri 3 1,2,3 Universitas Islam Bandung, Bandung
Email korespondensi : dewishofi@gmail.com , iyanbachtiar@gmail.com , fitri_mafadza@yahoo.com
ABSTRAK
Melihat kondisi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang cenderung tidak meningkat, maka diperlukan usaha untuk mendorong struktur sektor ekonomi unggulan di masing-masing daerah menjadi salah satu kunci keberhasilan yang utama. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program-program dan langkah-langkah yang strategis, didukung dengan alokasi anggaran yang memadai. Untuk meningkatkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik maka diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang handal. Dengan melakukan analisis model input–output, maka dapat dilihat keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah tertentu secara komprehensif. Analisis model input–output didasarkan pada situasi perekonomian yang nyata bukan dengan pendekatan teori semata. Dalam penelitian ini didapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang keterkaitan struktur antar sektor-sektor ekonomi di Jawa Barat, mengidentifikasi sektor-sektor potensial yang ada pada perekonomian Jawa barat serta memberikan masukan bagi kebijakan pembangunan Jawa Barat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis input-output. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan analisis struktur, yang terdiri dari backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran) dan forward linkages (kaitan ke depan/indeks daya kepekaan). Data yang digunakan yaitu tabel input-output Jawa Barat tahun 2010, data tersebut di update dengan menggunakan metode RAS yang menggunakan tabel input-output Jawa Barat tahun 2000 dan 2003 dengan klasifikasi 29 x 29 sektor serta tabel produk domestik regional bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2008-2010 yang diperoleh dari BPS Jawa Barat, BPS Pusat, dan Bappeda Jawa Barat. Perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah data Input-Output ini adalah Microsoft Excel. Untuk melihat struktur dengan analisis input-output dapat dilihat sektor -sektor kunci yang memiliki backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut juga derajat kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke depan) atau daya sebar yang tinggi. Dikarenakan sektor yang menjadi sektor unggulan memiliki daya dorong yang kuat terhadap penciptaan sektor ekonomi lainnya, memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan permintaan akhir dari sektor-sektor ekonomi lainnya dan memegang peranan penting dalam menggerakan roda perekonomian. Kata kunci : Model input-output, backward linkages, forward linkages.
I. Pendahuluan
Propinsi Jawa Barat saat ini telah mampu memberikan kontribusi yang relatif besar bagi
perekonomian Indonesia, kontribusi ekonomi Jawa Barat adalah sebesar 14,81% (Rp.
633.283.483,36 Juta) pada tahun 2008 kemudian 14,83% (Rp. 689.841.314,34 Juta) pada tahun
2009 dan 14,58% (Rp. 770.660.505,05 Juta) pada tahun 2010 (Sumber : BPS (Badan Pusat
Statistik) Pusat.Angka tersebut memperlihatkan kontribusi perekonomian Jawa Barat terhadap
perekonomian Nasional cenderung tidak meningkat.
Dengan melihat kondisi tersebut, maka perlunya peran pemerintah daerah untuk
mendorong struktur dari sektor ekonomi unggulan di daerah Jawa Barat yang menjadi salah satu
kunci keberhasilan yang utama. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program-program dan
langkah-langkah yang strategis yang didukung dengan alokasi anggaran yang memadai, serta
rencana pembangunan pemerintah daerah diarahkan pada sasaran yang lebih fokus agar sektor-
sektor yang menjadi unggulan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi. Oleh karena itu
dalam penelitian ini peneliti ingin membahas mengenai analisis struktur sektor perekonomian
Jawa Barat dengan menggunakan model analisis input-output dengan pendekatan analisis
struktur yang terdiri dari backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran) dan
forward linkages (kaitan ke depan/indeks daya kepekaan).Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang keterkaitan struktur antar sektor-sektor
ekonomi di Jawa Barat.
2. Mengidentifikasi sektor-sektor potensial yang ada pada perekonomian Jawa barat.
3. Memberikan masukan bagi kebijakan pembangunan Jawa Barat.
II. Kajian Literatur
a. Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan E konomi
Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan
masyarakat dan warganya. Kemajuan yang dimaksud diartikan sebagai kemajuan material,
sehingga pembangunan sering diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah
masyarakat dibidang ekonomi (Budiman, 2000).
Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Dimana pertumbuhan
ekonomi adalah sebagai suatu kenaikan terus menerus dalam produk per kapita atau per pekerja,
seringkali diikutii dengan kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural
(Jhingan, 2004).
b. Sektor Unggulan Keterkaitan Antar Sektor Dalam P erekonomian
Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor
anugerah (endowment factors).Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan
investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Jadi ada saling ketergantungan diantara
berbagai kegiatan produksi dalam kegiatan perekonomian (Suparmoko, 1997). Kriteria sektor
unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut
dalam perekonomian daerah, diantaranya:
1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuh yang tinggi;
2. Sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar;
3. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antara sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke
belakang;
4. Sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Usya 2006).
Keterkaitan antar sektor diberbagai kegiatan ekonomi itu terdapat hubungan timbal balik
dimana sektor industri menggunakan hasil produksi sektor pertanian, sedangkan sektor pertanian
menggunakan hasil produksi sektor industri sebagai masukan, demikian pula dalam
hubungannya dengan sektor jasa. Jadi ada saling ketergantungan diantara berbagai kegiatan
produksi dalam kegiatan perekonomian (Suparmoko, 1997).
III. Metodologi
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data-
data perekonomian Jawa Barat berupa tabel input-output Jawa Barat tahun 2010, data tersebut
di update dengan menggunakan metode RAS yang menggunakan tabel input-output Jawa Barat
tahun 2000 dan 2003 serta tabel produk domestik regional bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2008-
2010. Tabel input output disajikan dalam bentuk matriks yang diklasifikasikan menjadi 29 sektor
perekonomian (matriks 29 x 29) yang diperoleh dari BPS Pusat, BPS Jawa Barat, Bappeda Jawa
Barat dan dari instansi terkait lainnya. Dalam Pengolahan data ini, software yang digunakan untuk
membantu perhitungan dalam pengolahan data adalah MS Excel, hal ini bertujuan agar
mempermudah perhitungan dalam pengolahan data.
IV. Model Input Output
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Input-Output.
Model input-output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an.
Analisis input-output (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas perekonomian
wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut
secara keseluruhan.
Bentuk Umum Tabel Transaksi Input Output
Kita asumsikan bahwa di perekonomian hanya terdapat dua sektor produksi, yaitu sektor 1
dan sektor 2; terdapat empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C),
investasi perusahaan (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor luar negeri (E); dua faktor
produksi, yaitu tenaga kerja dengan balas jasa upah (L) dan kapital dengan balas jasa sewa (N).
Di samping itu, sektor-sektor produksi maupun pengguna akhir juga dapat membeli barang dari
luar negeri dalam bentuk impor (M), dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Tabel Input-Output
Sektor
Produksi Permintaan Akhir
Total
Output
1 2 C I G E X
Sektor 1 z11 z12 C1 I1 G1 E1 X1
Produksi 2 z21 z22 C2 I2 G2 E2 X2
Nilai L L1 L2 LC LI LG LE L
Tambah N N1 N2 NC NI NG NE N
Impor M M1 M2 MC MI MG ME M
Total
Input X X1 X2 C I G E X
Sumber : (BPS Jawa Barat, 2003)
V. Matriks Teknologi
Dengan mengetahui zij dan Xj dapat dihitung suatu koefisien teknologi, aij, sebagai
berikut :
j
ijij X
za =
(1)
Dimana :
� ��� : matriks teknologi
� ��� : matriks input antara (sektor)
� ��� : jumlah input
Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu unit output sektor j.
Matriks Kebalikan Leontief
Setelah menghitung matriks teknologi maka selanjutnya adalah menghitung matriks
kebalikan leontief.
= (I - A)-1 (2)
Dimana :
� A : Matriks A ini sering pula disebut dengan matriks teknologi.
� I : Matriks Identitas
Disebut dengan matriks kebalikan Leontief (Leontief invers matrix). Elemen matriks ini
dinotasikan dengan ijα , dan mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan
permintaan akhir terhadap output sektor-sektor di dalam perekonomian serta matriks tersebut
digunakan dalam menghitung nilai indeks daya penyebaran dan indeks daya kepekaan.
VI. Matriks Input-Output dengan Metode RAS
Dalam penelitian tugas akhir ini data tabel I-O yang tidak tersedia/belum lengkap maka data
tersebut akan di update dengan cara estimasi data yang menggunakan metode RAS. Dimana
metode RAS dibuat berdasarkan matriks koefisien teknologi (koefisien input) pada tahun
sebelumnya, dan ditambah dengan beberapa informasi lainnya. Metode RAS pada prinsipnya
merupakan metode estimasi koefisien I-O non survey.Ahli ekonomi yang pertama kali
memperkenalkan cara pembuatan tabel I-O seperti ini adalah Richard Stone dari Cambridge
University pada tahun 1961 (Miller dan Blair, 1985). Metodenya dikenal dengan nama RAS.
RAS adalah sebuah nama rumus matriks yang dikembangkan oleh Richard Stone, dimana
R dan S adalah matriks diagonal berukuran n x n, dan A adalah matriks berukuran n x n yang
menunjukkan banyaknya sektor industri.
Secara umum prosedur RAS ini dapat dinyatakan dengan beberapa iterasi (tahapan) sebagai
berikut :
(3)
Setelah hasil iterasi diperoleh maka langkah selanjutnya adalah menggunakan hasil iiterasi untuk
mengestimasi output pada tahun (t+s) untuk memperoleh updating data tabel input-output tahun
2010, yang diklasifikasikan menjadi 29 sektor atau terdiri dari (29 x 29 sektor). Adapun langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
���∗ =
���� − ���� − �
��� − ��� − �=
∆���
∆��
�� + � = �� + ∆� = [� − ������ + [� − �∗�]��∆� (4)
Dimana,
� ∆���: mengurangkan matriks input antara pada tahun 2003 dengan tahun 2000.
� ∆�� ∶ mengurangkan jumlah input pada tahun 2003 dengan tahun 2000.
� Menghitung matriks leontif dengan menggunakan matriks teknologi ���∗ .
� ∆� : mengurangkan jumlah permintaan akhir tahun 2010 yang berasal dari PDRB tahun
2010 dengan permintaan akhir tahun 2003.
Menghitung x (t+s) dengan cara menjumlahkan hasil kali antara matriks leontif tahun 2003
dikali permintaan akhir tahun 2003 dengan matriks leontif ���∗ dikali ∆�. Dan yang terakhir adalah
untuk memperoleh updating Tabel I-O 2010 adalah dengan cara mengalikan hasil
X �t + s dengan hasil iterasi.
VII. Analisis Struktur
Analisis struktur akan dilakukan dengan menggunakan analisis keterkaitan antar industri
(interindustrial linkage analysis) yang merupakan analisis yang umum dilakukan dengan model
input output. Analisis ini pada dasarnya melihat dampak terhadap output dari kenyataan bahwa
pada dasarnya sektor-sektor industri dalam perekonomian saling mempengaruhi. Keterkaitan
antar sektor ini dapat dikatagorikan dalam dua hal. Yang pertama adalah kaitan ke belakang
(backward lingkage), dan yang kedua adalah kaitan ke depan (forward lingkage).
VIII. Backward linkages
(kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran)
Kaitan ke belakang (backward lingkage) merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat
keterkaitan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain yang menyumbang input kepadanya, atau
konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri
hulunya. Indeks total keterkaitan ke belakang disebut juga sebagai indeks daya penyebaran
(power of dispersion) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke belakang.
Formulasi matematis untuk backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran)
dapat dinyatakan sebagai berikut :
+,� =- ∑ /01023
∑023 ∑ 401123 (5)
Dimana:
� +,�: indeks total keterkaitan ke belakang/indeks daya penyebaran
� ��� : koefisien teknologi (matriks kebalikan Leontief)
� 5 : jumlah sektor
Besaran +,� dapat mempunyai nilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila
+,� = 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j sama dengan rata -rata penyebaran
seluruh sektor ekonomi. Bila +,�> 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j berada di atas
rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila +,�< 1 hal tersebut berarti
bahwa daya penyebaran sektor j lebih rendah dari rata-rata daya penyebaran seluruh sektor
ekonomi.
IX. Forward linkages
(kaitan ke depan/ indeks daya kepekaan)
Kaitan ke depan (forward lingkage) merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat
keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output, untuk digunakan sebagai input bagi
sektor-sektor yang lain, atau konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Total ke
terkaitan ke depan disebut juga sebagai indeks derajat kepekaan (degree of sensitivity) yang
digunakan untuk mengukur kaitan ke depan.
Formulasi matematis untuk Forward linkages (kaitan ke depan/ indeks daya kepekaan)
dapat dinyatakan sebagai berikut :
6,� =- ∑ 401023
∑023 ∑ 401123 (6)
Dimana:
� 6,�: indeks total keterkaitan ke depan/ indeks daya kepekaan
� ��� : koefisien teknologi (matriks kebalikan Leontief)
� 5jumlah sektor
Nilai 6,� dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila 6,� = 1 hal
tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor ij sama dengan rata-rata derajat kepekaan
seluruh sektor ekonomi. Bila 6,�> 1 hal tersebut berarti derajat kepekaan sektor ij lebih tinggi dari
derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila 6,�< 1 hal tersebut berarti bahwa
derajat kepekaan sektor i dibawah rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.
X. Ananisis Data dan Pembahasan
a. Analisis Data
i. Matriks Koefisien Input
(Matriks Teknologi)
Perhitungan matriks koefisien input (matriks teknologi) pada table 4.1 di Tahun 2000,
diperoleh :
Tabel 4.1 Contoh Tabel Matriks Teknologi Tahun 2000
Sektor 1 2 3 … 29
1 0.0298 0 0.0211 … 0.0028
2 0.0022 0.0180 0.0013 … 0.0015
3 0.0134 0.0004 0.0227 … 0.0013
… … … … … …
29 0.0032 0.0077 0.0044 … 0.0141
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)
Perhitungan matriks koefisien input (matriks teknologi) pada tabel 4.2 di Tahun 2003,
diperoleh :
Tabel 4.2 Contoh Tabel Matriks Teknologi Tahun 2003
Sektor 1 2 3 … 29
1 0.042
6 0 0.0128 … 0.0100
2 0.000
0
0.06
86 0.0006 … 0.0014
3 0.005
4
0.00
62 0.0092 … 0.0031
… … … … … …
Sektor 1 2 3 … 29
29 0.001
5
0.00
39 0.0004 … 0.0181
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)
Perhitungan matriks koefisien input (matriks teknologi) pada table 4.3 di Tahun 2010,
diperoleh :
Tabel 4.3 Contoh Tabel Matriks Teknologi Tahun 2010
Sektor 1 2 3 … 29
1 0.0020 0 0.0174 … 0.0007
2 0.0002 0.0009 0.0016 … 0.0006
3 0.0013 0.0000 0.0263 … 0.0005
… … … … … …
29 0.0003 0.0004 0.0054 … 0.0055
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
Update data dengan menggunakan metode RAS yang menggunakan tabel input-output
Jawa Barat tahun 2000 dan 2003)
ii. Matriks Kebalikan Leontief
Perhitungan matriks koefisien input (kebalikan leontief) pada table 4.4 di Tahun 2000,
diperoleh :
Tabel 4.4 Contoh Tabel Matriks Kebalikan Leontif Tahun 2000
Sektor 1 2 3 … 29
1 1.0344 0.0011 0.1159 … 0.0099
2 0.0157 1.0231 0.0108 … 0.0122
3 0.0146 0.0006 1.0329 … 0.0031
… … … … … …
29 0.0077 0.0103 0.0078 … 1.0222
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)
Perhitungan matriks koefisien input (kebalikan leontief) pada table 4.5 di Tahun 2003,
diperoleh :
Tabel 4.5 Contoh Tabel Matriks Kebalikan Leontif Tahun 2003
Sektor 1 2 3 … 29
1 1.0461 0.0028 0.1947 … 0.0224
2 0.0032 1.0842 0.0258 … 0.0142
3 0.0059 0.0073 1.0413 … 0.0056
… … … … … …
29 0.0024 0.0071 0.0026 … 1.0262
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)
Perhitungan matriks koefisien input (kebalikan leontief) pada table 4.6 di Tahun 2010,
diperoleh :
Tabel 4.6 Contoh Tabel Matriks Kkebalikan Leontif Tahun 2010
Sektor 1 2 3 … 29
1 1.0023 0.0000 0.1626 … 0.0032
2 0.0005 1.0010 0.0149 … 0.0019
3 0.0013 0.0000 1.0450 … 0.0009
… … … … … …
29 0.0005 0.0005 0.0084 … 1.0066
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
Update data dengan menggunakan metode RAS yang menggunakan tabel input-output
Jawa Barat tahun 2000 dan 2003)
iii. Estimasi Data Dengan Metode RAS
Rekapitulasi Hasil Iterasi Terakhir pada table 4.7 dengan Metode RAS.
Tabel 4.7 Tabel Hasil Iterasi Terakhir dengan Metod e RAS
Sektor 1 2 3 … 29
1 0.0028 0 0.0167 … 0.0012
2 0.0003 0.0013 0.0016 … 0.0009
3 0.0017 0.0000 0.0251 … 0.0008
… … … … … …
29 0.0004 0.0006 0.0052 … 0.0091
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2000 dan 2003 (diolah)
Rekapitulasi Hasil updating Tabel input-output 2010 pada tabel 4.8 dengan Metode RAS
yang terdiri dari 29 x 29 sektor.
Tabel 4.8 Tabel Input Output Tahun 2010
Contoh Hasil Pengolahan Data
Sektor 1 2 3 … 29
1 296,176 0 317,327 … 45,322
2 32,077 37,997 29,983 … 34,887
3 186,790 820 478,813 … 28,826
… … … … … …
29 47,053 16,193 98,527 … 335,201
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2000, 2003 dan Tabel PDRB Tahun 2010 – (diolah)
iv. Metode Pendekatan Analisis Struktur
� Forward Linkages (Kaitan Ke Depan / Indeks Daya Kepekaan)
Rekapitulasi hasil perhitungan indeks total keterkaitan ke depan / indeks daya kepekaan untuk
tahun 2000, 2003 dan 2010 pada table 4.9.
Tabel 4.9 Tabel Indeks Total Keterkaitan Ke Depan / Indeks Daya Kepekaan
Tahun 2000, 2003 dan 2010
Pering
kat
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2000
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2003
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2010
Sekt
or FL
Sekt
or FL
Sekt
or FL
1 12 2,97
72 6
2,877
5 16
2,39
39
2 16 2,59
14 12
1,869
9 12
1,80
79
Pering
kat
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2000
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2003
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2010
Sekt
or FL
Sekt
or FL
Sekt
or FL
3 6 1,63
99 16
1,694
4 13
1,64
02
4 13 1,50
00 13
1,472
0 14
1,45
68
5 9 1,24
44 11
1,301
8 9
1,34
65
6 11 1,22
84 8
1,297
0 1
1,30
95
7 1 1,21
11 1
1,144
5 15
1,30
14
8 4 0,97
02 26
1,094
6 6
1,29
62
9 27 0,96
55 18
1,019
8 8
1,22
39
10 7 0,94
58 9
1,010
3 10
0,98
59
11 8 0,90
55 7
0,983
8 18
0,97
03
12 15 0,90
37 27
0,906
8 11
0,96
79
13 17 0,89
13 24
0,892
6 26
0,89
12
14 29 0,87
85 29
0,892
1 24
0,88
71
15 18 0,85
95 10
0,886
1 27
0,87
09
Pering
kat
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2000
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2003
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2010
Sekt
or FL
Sekt
or FL
Sekt
or FL
16 24 0,83
48 15
0,885
4 29
0,85
12
17 26 0,81
88 2
0,852
9 7
0,83
25
18 2 0,80
21 4
0,806
2 2
0,79
91
19 21 0,75
31 14
0,757
3 4
0,76
17
20 14 0,71
12 21
0,722
2 17
0,72
66
21 10 0,70
56 23
0,695
5 23
0,69
99
22 23 0,66
16 3
0,688
1 3
0,68
41
23 25 0,65
69 25
0,670
9 25
0,66
50
24 3 0,65
13 5
0,648
5 21
0,66
29
25 5 0,56
67 17
0,630
8 5
0,65
96
26 20 0,55
91 28
0,589
4 19
0,58
20
27 19 0,53
06 19
0,582
7 20
0,58
04
28 22 0,51
79 20
0,568
5 22
0,57
27
Pering
kat
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2000
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2003
Indeks
Derajat
Kepekaan
(FL)
2010
Sekt
or FL
Sekt
or FL
Sekt
or FL
29 28 0,51
79 22
0,558
5 28
0,57
27
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)
� Backward Linkages (Kaitan Ke Belakang / Indeks Daya Penyebaran)
Rekapitulasi hasil perhitungan indeks total kaitan ke belakang / indeks daya penyebaran
untuk tahun 2000, 2003 dan 2010 pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Tabel Indeks Total Keterkaitan Ke Belaka ng / Indeks Daya Penyebaran
Tahun 2000,2003 dan 2010
Peringkat
Indeks Daya
Penyebaran
(BL)
2000
Indeks Daya
Penyebaran
(BL)
2003
Indeks Daya
Penyebaran
(BL)
2010
Sektor BL Sektor BL Sektor BL
1 12 1,5179 9 1,3603 22 4,5479
2 9 1,5174 11 1,3576 21 3,7058
3 16 1,5004 21 1,3396 9 1,1614
4 11 1,3469 16 1,2845 23 1,0281
5 21 1,1962 15 1,2709 8 1,0102
6 14 1,1830 10 1,2586 24 0,9952
7 8 1,1583 18 1,1747 3 0,9872
8 19 1,1476 24 1,1481 16 0,9585
9 17 1,1284 12 1,1383 19 0,9390
10 18 1,1154 14 1,0998 18 0,9201
11 20 1,1148 17 1,0882 11 0,7956
Peringkat
Indeks Daya
Penyebaran
(BL)
2000
Indeks Daya
Penyebaran
(BL)
2003
Indeks Daya
Penyebaran
(BL)
2010
Sektor BL Sektor BL Sektor BL
12 23 1,1127 8 1,0740 17 0,7812
13 10 1,0943 13 1,0291 10 0,7553
14 5 1,0753 3 1,0273 12 0,7534
15 15 1,0735 29 1,0066 13 0,7473
16 13 1,0334 28 0,9996 15 0,7224
17 24 0,9929 19 0,9916 6 0,7185
18 29 0,9047 26 0,9089 5 0,7175
19 27 0,8310 22 0,8406 20 0,6884
20 25 0,8020 27 0,8105 29 0,6857
21 7 0,7803 25 0,8061 25 0,6404
22 3 0,7721 23 0,7999 14 0,6387
23 1 0,7580 20 0,7925 27 0,6146
24 6 0,7514 5 0,7920 26 0,5900
25 22 0,6551 2 0,7773 1 0,5878
26 4 0,6540 7 0,7766 7 0,5848
27 2 0,6375 6 0,7292 2 0,5784
28 26 0,6275 4 0,6849 4 0,5738
29 28 0,5179 1 0,6322 28 0,5727
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)
b. Pembahasan
Laju Pertumbuhan dan Struktur Perekonomian Jawa Bar at
Tingkat pertumbuhan perekonomian Jawa Barat pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan
yang cukup baik dengan pencapaian sebesar 14,58% (Rp. 770.660.515 juta). Pertumbuhan
perekonomian Jawa Barat didukung oleh peranan struktur sektor dalam memberikan
kontribusinya terhadap perekonomian Jawa Barat.
Peranan sektor dalam perekonomian Jawa Barat dapat dilihat dari kecenderungan
kontribusi sektor perekonomian Jawa Barat, Tabel 4.9 dibawah ini menunjukkan bahwa terdapat
4 sektor yang cukup dominan peranannya terhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian
Jawa Barat, keempat sektor tersebut adalah :
1. Perdagangan besar dan eceran memberikan kontribusi sebesar 19,67%
2. Industri barang jadi dari logam memberikan kontribusi sebesar 17,46%
3. Tanaman bahan makanan memberikan kontribusi sebesar 9,23%
4. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki memberikan kontribusi sebesar 8,21%
Kemudian juga terdapat 4 sektor yang kurang dominan peranannya terhadap peningkatan
pertumbuhan perekonomian Jawa Barat, keempat sektor tersebut adalah :
1. Pertambangan tanpa migas dan penggalian memberikan kontribusi sebesar 0,32%
2. Industri logam dasar memberikan kontribusi sebesar 0,20%
3. Kehutanan memberikan kontribusi sebesar 0,12%
4. Air bersih memberikan kontribusi sebesar 0,09%
5.
Tabel 4.11 Pertumbuhan Rata-rata Sektor Perekonomia n Jawa Barat (%) Tahun 2010
Sektor Keterangan Sektor Jumlah (Juta) %
1 Tanaman Bahan Makanan 71.150.089
,20 9,23
2 Perkebunan 5.725.375,14
0,74
3 Peternakan 11.985.225
,90 1,56
4 Kehutanan 921.609,60 0,12
5 Perikanan 7.412.093,
27 0,96
6 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 13.069.390
,22 1,70
7 Pertambangan Tanpa Migas dan Penggalian 2.476.868,76 0,32
13 Pengilangan Minyak Bumi 19.934.065
,07 2,59
8 Industri Makanan dan Minuman 31.166.266
,60 4,04
9 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki 63.250.045
,86 8,21
10 Industri Kayu, Bambu dan Furniture 3.178.660,28 0,41
11 Industri Kerta, Barang Dari Kertas, Percetakan dan
Penerbitan 5.861.651,
10 0,76
12 Industri Kimia, Barang-barang dari bahan kimia,
karet dan plastik 20.696.982
,60 2,69
14 Industri Barang Mineral Bukan Logam 6.564.956,49 0,85
Sektor Keterangan Sektor Jumlah (Juta) %
15 Industri Logam Dasar 1.558.640,72
0,20
16 Industri Barang Jadi dari Logam 134.569.00
5,49 17,4
6
17 Industri Pengolahan Lainnya 3.974.450,
22 0,52
18 Listrik 17.894.238,67
2,32
19 Gas Kota 2.727.437,78
0,35
20 Air Bersih 672.783,83 0,09
21 Bangunan 29.047.786
,13 3,77
22 Perdagangan Besar dan Eceran 151.607.16
3,94 19,6
7
23 Hotel dan Restoran 21.106.033
,05 2,74
24 Pengangkutan 47.714.600,81 6,19
25 Komunikasi 6.921.083,
47 0,90
26 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 11.474.506
,70 1,49
27 Usaha Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan 9.680.818,17 1,26
28 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 44.320.633,43 5,75
29 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Serta Jasa
Lainnya 23.998.052
,54 3,11
Jumlah 770.660.515,04 100
Sumber : BPS Jawa Barat – Tabel PDRB Tahun 2010
Analisis Metode Pendekatan Dengan Analisis Struktur
� Forward Linkages (Kaitan Ke Depan / Indeks Daya Kepekaan)
Dari hasil olah data tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, 2003 dan 2010 maka dapat
diperoleh indeks derajat kepekaan atau indeks keterkaitan ke depan. Dalam tabel 4.7
menampilkan 7 sektor yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan terbesar berdasarkan
tabel input-output Jawa Barat tahun 2000. Kemudian 10 sektor yang memiliki nilai indeks total
keterkaitan ke depan terbesar berdasarkan tabel input-output Jawa Barat tahun 2003 serta 9
sektor yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan terbesar berdasarkan tabel input-
output Jawa Barat tahun 2010.
Dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, sektor industri kimia,
barang - barang dari bahan kimia, karet dan plastik yang memiliki nilai indeks derajat kepekaan
atau indeks keterkaitan ke depan paling besar yaitu dengan nilai 2,9772. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor lain sebesar satu
unit maka sektor industri kimia, barang - barang dari bahan kimia, karet dan plastik akan
mengalami peningkatan output sebesar 2,9772 unit. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut
merupakan komoditi intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industridan
sektor-sektor perekonomian lainnya.
Sedangkan dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2003, sektor
pertambangan minyak dan gas bumi yang memiliki nilai indeks paling besar yaitu dengan nilai
2,8775.Nilai tersebut menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor-
sektor lain sebesar satu unit maka sektor pertambangan minyak dan gas bumi akan mengalami
peningkatan output sebesar 2,8775unit. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut merupakan
komoditi intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industri dan sektor-sektor
perekonomian lainnya.
Berikutnya dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2010, sektor industri
barang jadi dari logam yang memiliki nilai indeks paling besar yaitu dengan nilai 2,3939. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain
sebesar satu unit maka sektor industri barang jadi dari logam akan mengalami peningkatan output
sebesar 2,3939 unit. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut merupakan komoditi
intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industri dan sektor-sektor
perekonomian lainnya.
Selanjutnya dari hasil olah data tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, 2003 dan 2010
maka dapat diperoleh indeks derajat kepekaan atau indeks keterkaitan ke depan dengan nilai
terkecil berdasarkan tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, 2003 dan 2010 yaitu sektor
pemerintahan umum dan pertahanan sebesar 0,5179 pada tahun 2000, sektor perdagangan
besar dan eceran sebesar 0,5585 pada tahun 2003 dan sektor pemerintahan umum dan
pertahanan sebesar 0,5727 pada tahun 2010.
� Backward Linkages (Kaitan Ke Belakang / Indeks Daya Penyebaran)
Dari hasil olah data tabel input-output Jawa Barat Tahun 2000 maka dapat diperoleh indeks
daya penyebaran atau indeks keterkaitan ke belakang. Dalam tabel IV.12 menampilkan 16 sektor
yang memiliki nilai indeks daya penyebaran atau indeks keterkaitan ke belakang terbesar
berdasarkan tabel input-output Jawa Barat tahun 2000. Kemudian 15 sektor yang memiliki nilai
indeks daya penyebaran atau indeks keterkaitan ke belakang berdasarkan tabel input- output
Jawa Barat tahun 2003 serta 5 sektor yang memiliki nilai indeks daya penyebaran atau indeks
keterkaitan ke belakang berdasarkan tabel input-output Jawa Barat tahun 2010.
Dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, sektor industri kimia,
barang - barang dari bahan kimia, karet dan plastik merupakan sektor yang memiliki nilai indeks
keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 1,5179, artinya apabila terjadi kenaikan
permintaan akhir terhadap sektor industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik
sebesar satu unit maka untuk sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Barat akan
mengalami pertumbuhan output sebesar 1,5179 unit. Sektor yang mempunyai daya penyebaran
tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor
lainya.
Sedangkan dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2003, sektor industri
tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki merupakan sektor yang memiliki nilai indeks keterkaitan
ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 1,3603, artinya apabila terjadi kenaikan permintaan
akhir terhadap sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki sebesar satu unit maka untuk
sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Barat akan mengalami pertumbuhan output
sebesar 1,3603 unit. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi menunjukan sektor
tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya.
Berikutnya dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2010 sektor perdagangan
besar dan eceran merupakan sektor yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang
paling tinggi yaitu sebesar 4,5479, artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap
sektor perdagangan besar dan eceran sebesar satu unit maka untuk sektor-sektor ekonomi
lainnya yang ada di Jawa Barat akan mengalami pertumbuhan output sebesar 4,5479 unit. Sektor
yang mempunyai daya penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong
yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya.
Selanjutnya dari hasil olah data tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, 2003 dan 2010 maka
dapat diperoleh indeks daya penyebaran atau indeks keterkaitan ke belakang dengan nilai
terkecil berdasarkan tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, 2003 dan 2010 yaitu sektor
pemerintahan umum dan pertahanan sebesar 0,5179 pada tahun 2000, sektor tanaman bahan
makanan sebesar 0,6322 pada tahun 2003 dan sektor pemerintahan umum dan pertahanan
sebesar 0,5727 pada tahun 2010.
� Analisis Sektor Kunci
Dari hasil olah data perhitungan mengenai indeks kaitan ke depan dan indeks kaitan ke
belakang untuk sektor kunci, dapat disusun suatu matriks yang terdiri dari empat dimensi dengan
klasifikasi sebagai berikut :
1. Mempunyai kaitan ke depan (FL) dan kaitan ke belakang (BL) diatas rata-rata disebut sebagai
kategori I.
2. Mempunyai kaitan ke depan (FL) diatas rata-rata dan kaitan ke belakang (BL) dibawah rata-
rata disebut sebagai kategori II.
3. Mempunyai kaitan ke depan (FL) dibawah rata-rata dan kaitan ke belakang (BL) diatas rata-
rata disebut sebagai kategori III.
4. Mempunyai kaitan ke depan (FL) dan kaitan ke belakang (BL) dibawah rata-rata disebut
sebagai kategori IV.
Kategori I disebut juga sebagai kategori terbaik, karena selain dapat menarik industri
dibelakangnya (industri hilir) melalui pemanfaatan output industri hilir sebagai input untuk
kegiatan produksinya, tetapi juga dapat mendorong industri didepannya (industri hulu) melalui
suplai output yang selanjutnya akan digunakan sebagai input bagi sektor/industri yang
lain.Sedangkan kategori IV disebut juga sebagai kategori yang kurang baik (terjelek), karena
sektor pada kategori tersebut selain tidak menggunakan output dari sektor/industri yang lain, hasil
dari sektor/industri ini pun tidak digunakan oleh sektor atau industri lain. Atau dengan kata lain
bahwa kategori I merupakan kategori sangat potensial, kategori II dan kategori III merupakan
kategori potensial, serta kategori IV merupakan kategori kurang potensial.
Pada tahun 2000 sektor yang memasuki kategori I terdiri atas 5 sektor (sektor industri
tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, sektor industri kertas, barang - barang dari kertas,
percetakan dan penerbitan, sektor industri kimia, barang - barang dari bahan kimia, karet dan
plastik, sektor pengilangan minyak bumi dan sektor industri barang jadi dari logam), meningkat
pada tahun 2003 sektor yang memasuki kategori I berjumlah 7 sektor (sektor industri makanan
dan minuman, sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, sektor industri kertas, barang
- barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, sektor industri kimia, barang - barang dari bahan
kimia, karet dan plastik, sektor pengilangan minyak bumi, sektor industri barang jadi dari logam
dan sektor listrik), dan kemudian menurun pada tahun 2010 menjadi 2 sektor yang memasuki
kategori I (sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki dan sektor industri makanan dan
minuman). Sektor-sektor yang memasuki kategori I pada tahun 2000, 2003 dan 2010 adalah
sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki.
Kemudian pada tahun 2000 sektor yang memasuki kategori II terdiri atas 2 sektor (sektor
tanaman bahan makanan dan sektor pertambangan minyak dan gas bumi), meningkat pada
tahun 2003 sektor yang memasuki kategori II berjumlah 3 sektor (sektor tanaman bahan
makanan, sektor pertambangan minyak dan gas bumi dan bank dan lembaga keuangan Lainnya),
dan terus meningkat pada tahun 2010 menjadi 7 sektor yang memasuki kategori II (sektor industri
barang jadi dari logam, sektor industri kimia, barang - barang dari bahan kimia, karet dan plastik,
sektor pengilangan minyak bumi, sektor industri logam dasar, pertambangan minyak dan gas
bumi, sektor industri barang mineral bukan logam dan sektor tanaman bahan makanan). Sektor-
sektor yang memasuki kategori II pada tahun 2000, 2003 dan 2010 adalah sektor tanaman bahan
makanan, serta pertambangan minyak dan gas bumi.
Dan pada tahun 2000 sektor yang memasuki kategori III terdiri atas 11 sektor (sektor
perikanan, sektor industri makanan dan minuman, sektor industri kayu, bambu, rotan dan
furniture, sektor industri barang mineral bukan logam, sektor industri logam dasar, sektor industri
pengolahan lainnya, sektor listrik, sektor gas kota, sektor air bersih, sektor bangunan dan sektor
hotel dan restoran), mengalami penurunan pada tahun 2003 sektor yang memasuki kategori III
berjumlah 8 sektor (sektor peternakan, sektor industri kayu, bambu, rotan dan furniture, sektor
industri barang mineral bukan logam, sektor industri logam dasar, sektor industri pengolahan
lainnya, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan sektor jasa sosial dan kemasyarakatan serta
jasa lainnya), dan terus menurun pada tahun 2010 menjadi 3 sektor yang memasuki kategori III
(sektor perdagangan besar dan eceran, sektor bangunan, dan sektor hotel dan restoran). Sektor-
sektor yang memasuki kategori III pada tahun 2000, 2003 dan 2010 adalah sektor bangunan.
Dan terakhir pada tahun 2000 sektor yang memasuki kategori IV terdiri atas 11 sektor (sektor
perkebunan, sektor peternakan, sektor kehutanan, sektor pertambangan tapa migas dan
penggalian, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor pengangkutan, sektor komunikasi,
sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, sektor usaha sewa bangunan dan jasa perusahaan,
sektor pemerintahan umum dan pertahanan dan sektor jasa sosial dan kemasyarakatan serta
jasa lainnya), mengalami kondisi tetap pada tahun 2003 sektor yang memasuki kategori IV
berjumlah 11 sektor (sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor perikanan, sektor
pertambangan tapa migas dan penggalian, sektor gas kota, sektor air bersih, sektor perdagangan
besar dan eceran, sektor hotel dan restoran, sektor komunikasi, sektor usaha sewa bangunan
dan sektor jasa perusahaan, pemerintahan umum dan pertahanan), dan kemudian meningkat
pada tahun 2010 menjadi 17 sektor yang memasuki kategori IV (sektor pengangkutan, sektor
peternakan, sektor gas kota, sektor listrik, sektor industri kertas, sektor barang - barang dari
kertas, sektor percetakan dan penerbitan, sektor industri pengolahan lainnya, sektor industri
kayu, bambu, rotan dan furniture, sektor perikanan, sektor air bersih, sektor jasa sosial dan
kemasyarakatan serta jasa lainnya, sektor komunikasi, sektor usaha sewa bangunan dan jasa
perusahaan, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, sektor pertambangan tapa migas dan
penggalian, sektor perkebunan, sektor kehutanan dan sektor pemerintahan umum dan
pertahanan). Sektor-sektor yang memasuki kategori IV pada tahun 2000, 2003 dan 2010 adalah
sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan tapa migas dan penggalian, komunikasi, usaha
sewa bangunan dan jasa perusahaan serta pemerintahan umum dan pertahanan.
Berdasarkan perhitungan dan analisis data terdapat beberapa sektor perekonomian yang
menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Barat pada tahun 2000, 2003 dan 2010, diantara
beberapa sektor yang masuk dalam kategori I di tahun 2000, 2003 dan 2010 hanya sektor industri
tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki yang tetap masuk dalam kategori tersebut. Sektor inilah
yang memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Jawa Barat pada
tahun 2000, 2003 dan 2010. Sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki memiliki nilai
indeks daya penyebaran sebesar 1,5174 pada tahun 2000, sebesar 1,3603 pada tahun 2003 dan
sebesar 1,1614 pada tahun 2010, dan nilai indeks daya kepekaan sebesar 1,2444 pada tahun
2000, sebesar 1,0103 pada tahun 2003 dan sebesar 1,3465 pada tahun 2010.
Besaran tersebut menunjukkan apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor
industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki sebesar satu unit maka sektor-sektor ekonomi
lainnya yang ada di Jawa Barat akan mengalami peningkatan output sebesar 1,5174 unit pada
tahun 2000, sebesar 1,3603 unit pada tahun 2003 dan sebesar 1,1614 unit pada tahun 2010.
Sebaliknya, apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor–sektor ekonomi lainnya
sebesar satu unit maka sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki akan mengalami
peningkatan output sebesar 1,2444 unit pada tahun 2000, sebesar 1,0103 unit pada tahun 2003
dan sebesar 1,3465 unit pada tahun 2010.
Analisis Makro Yang Berkaitan Dengan Pelestarian Da ri Kerusakan Alam Untuk
Peningkatan Ekonomi
Sumber Daya Alam memiliki kemampuan untuk memberikan kehidupan bagi penduduk
dunia.
Semua itu merupakan sumber kehidupan bagi manusia kesemuanya memiliki potensi yang saling
berkait dalam mendukung kehidupan penduduk dunia yang terus bertambah, potensi alam dunia
yang tersedia jumlahnya amat banyak dan beraneka ragam.
Banyak manusia yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kekayaan alam secara
besar-besaran untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanpa memikirkan dampak dan
akibatnya yang akhirnya, tentu saja merusak potensi dan ekosistem alam.
Memang ada potensi alam dunia yang bisa digunakan oleh manusia tanpa harus takut
potensi alam tersebut akan habis di antaranya adalah air, udara, dan energi matahari.Dan potensi
alam lain yang bisa diperbaharui namun masih harus lebih teliti dalam pemanfaatannya, yaitu,
hutan, hewan, tumbuhan, tanah, udara, air dan matahari.
Pemanfaatan kekayaan alam yang tidak seimbang telah banyak menimbulkan
permasalahan bagi penduduk dunia. Hutan – hutan telah banyak yang gundul akibat penebangan
hutan secara terus-menerus diusahakan tanpa adanya usaha pemulihan kesuburan tanah
melalui pemupukan. Sumber-sumber mineral telah kering dengan mineral karena sudah terlalu
banyak digunakan untuk industri tanpa adanya batas-batas larangan pengambilan.
Namun tentu saja setelah ada masalah tersebut telah banyak usaha-usaha yang dilakukan untuk
menjaga kelestarian potensi alam dunia, yaitu :
1. Meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber energi yang tidak akan-akan habis-habis
sebagai pengganti minyak bumi atau batu bara,
2. Melakukan daur ulang (recylcling),
3. Melakukan pengawetan terhadap sumber daya alam misalnya kayu.
4. Pengolahan air limbah dan penretiban pembuangan sampah
5. Program kali bersih (prokasih)
6. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
7. Pengelolaan lautan dan daerah pesisir.
8. Pengembangan keanekaragaman hayati
9. Reklamasi dan rehabilitasi lahan kritis
XI. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Berdasarkanhasilanalisis struktur perekonomian Jawa Barat yang terdiri dari Backward
linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran) dan Forward linkages (kaitan ke depan/
indeks daya kepekaan).Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Propinsi Jawa Barat saat ini telah mampu memberikan kontribusi yang relatif besar bagi
perekonomian Indonesia, kontribusi ekonomi Jawa Barat adalah sebesar 14,81% pada
tahun 2008 kemudian 14,83% pada tahun 2009 dan 14,58% pada tahun 2010. Angka
tersebut memperlihatkan kontribusi perekonomian Jawa Barat terhadap perekonomian
Nasional cenderung tidak meningkat.
2. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar di Jawa Barat adalah sektor industri
barang jadi dari logam, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri tekstil,
pakaian jadi, kulit dan alas kaki dan terakhir sektor tanaman bahan makanan. Tetapi
diantara sektor-sektor yang mampu memberikan kontribusi terbesar masih juga terdapat
beberapa sektor-sektor yang belum mampu memberikan kontribusi terbesar bagi Jawa
Barat diantaranya sektor gas kota, sektor industri logam dasar, sektor kehutanan dan
terakhir sektor air bersih.
3. Sektor yang memiliki indeks total keterkaitan ke depan / indeks daya kepekaan (FL) kategori
terbesar yaitu : pada tahun 2000 sektor industri kimia, barang - barang dari bahan kimia,
karet dan plastik. Pada tahun 2003 sektor pertambangan minyak dan gas bumi. Kemudian
pada tahun 2010 sektor industri barang jadi dari logam. Dan sektor yang memiliki indeks
total keterkaitan ke depan / indeks daya kepekaan (FL) kategori terkecil yaitu : pada tahun
2000 : sektor pemerintahan umum dan pertahanan. Pada tahun 2003 : sektor perdagangan
besar dan eceran dan pada tahun 2010 : Sektor pemerintahan umum dan pertahanan.
4. Sektor yang memiliki indeks total keterkaitan ke belakang / indeks daya penyebaran (BL)
kategori terbesar yaitu : pada tahun 2000 : sektor industri kimia, barang - barang dari bahan
kimia, karet dan plastik. Pada tahun 2003 : sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas
kaki. Kemudian pada tahun 2010 : sektor perdagangan besar dan eceran. Dan sektor yang
memiliki indeks total keterkaitan ke belakang / indeks daya penyebaran (BL) kategori
terkecil yaitu : pada tahun 2000 : sektor pemerintahan umum dan pertahanan. Pada tahun
2003 : sektor tanaman bahan makanan. Kemudian pada tahun 2010 : sektor pemerintahan
umum dan pertahanan.
5. Sektor kunci perekonomian Jawa Barat pada tahun 2000 terdiri atas 5 sektor, meningkat
pada tahun 2003 berjumlah7sektor, kemudian menurun pada tahun 2010 menjadi 2 sektor.
Sektor-sektor yang tetap masuk menjadi sektor kunci di Jawa Barat pada tahun 2000, 2003
dan 2010 adalah sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki.
6. Semakin meningkat kontribusi yang dihasilkan sektor-sektor untuk perekonomian Jawa
Barat maka semakin banyak pula sumber daya alam yang digunakan.Oleh karena itu
perlunya usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga kelestarian potensi alam dunia, yaitu
:
a. Meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber energi
b. Melakukan daur ulang (recylcling),
c. Melakukan pengawetan terhadap sumber daya alam
d. Pengolahan air limbah dan penretiban pembuangan sampah
e. Program kali bersih (prokasih)
f. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
g. Pengelolaan lautan dan daerah pesisir.
h. Pengembangan keanekaragaman hayati
i. Reklamasi dan rehabilitasi lahan kritis.
Rekomendasi
Dari kesimpulan diatas maka berikut ini dikemukan beberapa saran tentang analisis struktur
perekonomian Jawa Barat yang terdiri dari Backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya
penyebaran) dan Forward linkages (kaitan ke depan/ indeks daya kepekaan). Adapun saran yang
dikemukan diharapkan dapat bermanfaat bagi pengambilan kebijakan pemerintah dan bagi
penelitian selanjutnya.
1. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik diperlukan pengembangan
teknologi, peningkatan sumber daya manusia (memilih orang-orang yang jujur, professional
dan berpengalaman dalam melaksanakan tugas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
serta pelestarian alam), penemuan material baru, dan terutama menjaga kelestarian sumber
daya alam (hal ini dapat dilakukan adanya kerja sama antara pemerintah dengan para element
masyarakat, kemudian melakukan pelestarian potensi alam dunia secara konsisten dan
terarah serta setiap usaha yang dicanangkan sebaiknya segera direalisasikan agar cepat
terlihat hasilnya dan potensi sumber daya alam dunia yang telah dimanfaatkan sebaiknya
dapat dirasakan oleh semua masyarakat secara merata).
2. Selain Sektor-sektor yang mampu memberikan kontribusi terbesar di Jawa Barat, pemerintah
juga harus memeperhatikan dan meningkatkan sektor-sektor yang belum mampu memberikan
kontribusi terbesar bagi Jawa Barat diantaranya sektor gas kota, sektor industri logam dasar,
sektor kehutanan dan terakhir sektor air bersih dikarenakan sektor ini banyak digunakan oleh
sektor lainnya dalam proses produksi.
3. Perencanaan peningkatan pertumbuhan perekonomian Jawa Barat sangat perlu
memeperhatikan sektor berbasis perekonomian, terutama untuk sektor yang memiliki
backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran) dan Forward linkages (kaitan
ke depan/ indeks daya kepekaan) tinggi. Hal ini dikarenakan apabila sektor/sub sektor ini
meningkat maka akan meningkatkan perkembangan sektor lainnya.
4.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan beberapa analisis lagi sehingga
benar-benar dapat menganalisis sebuah peranan sektor ekonomi terhadap
perekonomian Jawa Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Teori Pembangunan Dunia Ketiga.
Budiman, A. 2000 , PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Analisis Keterkaitan Antar Sektor Studi Kasus : Agro Industri di Jawa Barat
Iyan, B. 2001. [Thesis]. Fakultas Tekno Ekonomi. Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat.
Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan Wilayah.
Jhingan, M.L. 2004, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Pembangunan Nasional.
Lemhanas. 1997. PT balai Pustaka-Lemhanas, Jakarta.
Input Output Economics.
Leontief, Wassily 1996Oxford University Press, New York.
Input Output Analysis.
Miller, Rinald E., dan Peter D Blair 1985. Random House Inc, New York
Pembangunan Nasional.
Nazara, S. 1997. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.
Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan.
Sadono, S. 2010. Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Analisis Ekonomi Indonesia.
Sjahrir. 1992 Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ekonomi Pembangunan.
Suparmoko, M dan Irawan. 1997. Penerbit BPFE : Yogyakarta.
Analisis Struktur Ekonomi Dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang [Skripsi].
Usya, N. 2006. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, InstitutPertanian Bogor, Bogor.Utama,
Jakarta.
Tabel Input Output Jawa Barat Tahun 2000. Badan Pusat Statistik. Jawa Barat.
Tabel Input Output Jawa Barat Tahun 2003. Badan Pusat Statistik. Jawa Barat.
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Tahun 2008-2010. Bappeda. Jawa Barat.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=52¬ab=1.
Diunduh Juli 2012.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=52¬ab=4.
Diunduh Juli 2012.
http://unctadstat.unctad.org/TableViewer/tableView.aspx. Diunduh Juli 2012.
top related