Top Banner
ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PEREKONOMIAN JAWA BARAT DENGAN MODEL INPUT – OUTPUT Dewi Shofi Mulyati 1 , Iyan Bachtiar 2 , Fitri 3 1,2,3 Universitas Islam Bandung, Bandung Email korespondensi : [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Melihat kondisi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang cenderung tidak meningkat, maka diperlukan usaha untuk mendorong struktur sektor ekonomi unggulan di masing-masing daerah menjadi salah satu kunci keberhasilan yang utama. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program-program dan langkah-langkah yang strategis, didukung dengan alokasi anggaran yang memadai. Untuk meningkatkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik maka diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang handal. Dengan melakukan analisis model input–output, maka dapat dilihat keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah tertentu secara komprehensif. Analisis model input–output didasarkan pada situasi perekonomian yang nyata bukan dengan pendekatan teori semata. Dalam penelitian ini didapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang keterkaitan struktur antar sektor-sektor ekonomi di Jawa Barat, mengidentifikasi sektor-sektor potensial yang ada pada perekonomian Jawa barat serta memberikan masukan bagi kebijakan pembangunan Jawa Barat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis input-output. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan analisis struktur, yang terdiri dari backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran) dan forward linkages (kaitan ke depan/indeks daya kepekaan). Data yang digunakan yaitu tabel input-output Jawa Barat tahun 2010, data tersebut di update dengan menggunakan metode RAS yang menggunakan tabel input-output Jawa Barat tahun 2000 dan 2003 dengan klasifikasi 29 x 29 sektor serta tabel produk domestik regional bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2008-2010 yang diperoleh dari BPS Jawa Barat, BPS Pusat, dan Bappeda Jawa Barat. Perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah data Input-Output ini adalah Microsoft Excel. Untuk melihat struktur dengan analisis input-output dapat dilihat sektor -sektor kunci yang memiliki backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut juga derajat kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke depan) atau daya sebar yang tinggi. Dikarenakan sektor yang menjadi sektor unggulan memiliki daya dorong yang kuat terhadap penciptaan sektor ekonomi lainnya, memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan permintaan akhir dari sektor- sektor ekonomi lainnya dan memegang peranan penting dalam menggerakan roda perekonomian. Kata kunci : Model input-output, backward linkages, forward linkages. I. Pendahuluan Propinsi Jawa Barat saat ini telah mampu memberikan kontribusi yang relatif besar bagi perekonomian Indonesia, kontribusi ekonomi Jawa Barat adalah sebesar 14,81% (Rp.
27

27-48-1-PB

Jan 25, 2016

Download

Documents

SurahmanAhmad

INPUT OUTPUT
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 27-48-1-PB

ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PEREKONOMIAN JAWA BARAT DENGAN MODEL INPUT – OUTPUT

Dewi Shofi Mulyati 1, Iyan Bachtiar 2, Fitri 3 1,2,3 Universitas Islam Bandung, Bandung

Email korespondensi : [email protected] , [email protected] , [email protected]

ABSTRAK

Melihat kondisi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang cenderung tidak meningkat, maka diperlukan usaha untuk mendorong struktur sektor ekonomi unggulan di masing-masing daerah menjadi salah satu kunci keberhasilan yang utama. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program-program dan langkah-langkah yang strategis, didukung dengan alokasi anggaran yang memadai. Untuk meningkatkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik maka diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang handal. Dengan melakukan analisis model input–output, maka dapat dilihat keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu wilayah tertentu secara komprehensif. Analisis model input–output didasarkan pada situasi perekonomian yang nyata bukan dengan pendekatan teori semata. Dalam penelitian ini didapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang keterkaitan struktur antar sektor-sektor ekonomi di Jawa Barat, mengidentifikasi sektor-sektor potensial yang ada pada perekonomian Jawa barat serta memberikan masukan bagi kebijakan pembangunan Jawa Barat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis input-output. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan analisis struktur, yang terdiri dari backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran) dan forward linkages (kaitan ke depan/indeks daya kepekaan). Data yang digunakan yaitu tabel input-output Jawa Barat tahun 2010, data tersebut di update dengan menggunakan metode RAS yang menggunakan tabel input-output Jawa Barat tahun 2000 dan 2003 dengan klasifikasi 29 x 29 sektor serta tabel produk domestik regional bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2008-2010 yang diperoleh dari BPS Jawa Barat, BPS Pusat, dan Bappeda Jawa Barat. Perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah data Input-Output ini adalah Microsoft Excel. Untuk melihat struktur dengan analisis input-output dapat dilihat sektor -sektor kunci yang memiliki backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut juga derajat kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke depan) atau daya sebar yang tinggi. Dikarenakan sektor yang menjadi sektor unggulan memiliki daya dorong yang kuat terhadap penciptaan sektor ekonomi lainnya, memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan permintaan akhir dari sektor-sektor ekonomi lainnya dan memegang peranan penting dalam menggerakan roda perekonomian. Kata kunci : Model input-output, backward linkages, forward linkages.

I. Pendahuluan

Propinsi Jawa Barat saat ini telah mampu memberikan kontribusi yang relatif besar bagi

perekonomian Indonesia, kontribusi ekonomi Jawa Barat adalah sebesar 14,81% (Rp.

Page 2: 27-48-1-PB

633.283.483,36 Juta) pada tahun 2008 kemudian 14,83% (Rp. 689.841.314,34 Juta) pada tahun

2009 dan 14,58% (Rp. 770.660.505,05 Juta) pada tahun 2010 (Sumber : BPS (Badan Pusat

Statistik) Pusat.Angka tersebut memperlihatkan kontribusi perekonomian Jawa Barat terhadap

perekonomian Nasional cenderung tidak meningkat.

Dengan melihat kondisi tersebut, maka perlunya peran pemerintah daerah untuk

mendorong struktur dari sektor ekonomi unggulan di daerah Jawa Barat yang menjadi salah satu

kunci keberhasilan yang utama. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program-program dan

langkah-langkah yang strategis yang didukung dengan alokasi anggaran yang memadai, serta

rencana pembangunan pemerintah daerah diarahkan pada sasaran yang lebih fokus agar sektor-

sektor yang menjadi unggulan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi. Oleh karena itu

dalam penelitian ini peneliti ingin membahas mengenai analisis struktur sektor perekonomian

Jawa Barat dengan menggunakan model analisis input-output dengan pendekatan analisis

struktur yang terdiri dari backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran) dan

forward linkages (kaitan ke depan/indeks daya kepekaan).Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang keterkaitan struktur antar sektor-sektor

ekonomi di Jawa Barat.

2. Mengidentifikasi sektor-sektor potensial yang ada pada perekonomian Jawa barat.

3. Memberikan masukan bagi kebijakan pembangunan Jawa Barat.

II. Kajian Literatur

a. Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan E konomi

Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan

masyarakat dan warganya. Kemajuan yang dimaksud diartikan sebagai kemajuan material,

sehingga pembangunan sering diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah

masyarakat dibidang ekonomi (Budiman, 2000).

Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Dimana pertumbuhan

ekonomi adalah sebagai suatu kenaikan terus menerus dalam produk per kapita atau per pekerja,

seringkali diikutii dengan kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural

(Jhingan, 2004).

b. Sektor Unggulan Keterkaitan Antar Sektor Dalam P erekonomian

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor

anugerah (endowment factors).Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan

Page 3: 27-48-1-PB

investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Jadi ada saling ketergantungan diantara

berbagai kegiatan produksi dalam kegiatan perekonomian (Suparmoko, 1997). Kriteria sektor

unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut

dalam perekonomian daerah, diantaranya:

1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuh yang tinggi;

2. Sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar;

3. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antara sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke

belakang;

4. Sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Usya 2006).

Keterkaitan antar sektor diberbagai kegiatan ekonomi itu terdapat hubungan timbal balik

dimana sektor industri menggunakan hasil produksi sektor pertanian, sedangkan sektor pertanian

menggunakan hasil produksi sektor industri sebagai masukan, demikian pula dalam

hubungannya dengan sektor jasa. Jadi ada saling ketergantungan diantara berbagai kegiatan

produksi dalam kegiatan perekonomian (Suparmoko, 1997).

III. Metodologi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data-

data perekonomian Jawa Barat berupa tabel input-output Jawa Barat tahun 2010, data tersebut

di update dengan menggunakan metode RAS yang menggunakan tabel input-output Jawa Barat

tahun 2000 dan 2003 serta tabel produk domestik regional bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2008-

2010. Tabel input output disajikan dalam bentuk matriks yang diklasifikasikan menjadi 29 sektor

perekonomian (matriks 29 x 29) yang diperoleh dari BPS Pusat, BPS Jawa Barat, Bappeda Jawa

Barat dan dari instansi terkait lainnya. Dalam Pengolahan data ini, software yang digunakan untuk

membantu perhitungan dalam pengolahan data adalah MS Excel, hal ini bertujuan agar

mempermudah perhitungan dalam pengolahan data.

IV. Model Input Output

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Input-Output.

Model input-output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an.

Analisis input-output (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas perekonomian

wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut

secara keseluruhan.

Page 4: 27-48-1-PB

Bentuk Umum Tabel Transaksi Input Output

Kita asumsikan bahwa di perekonomian hanya terdapat dua sektor produksi, yaitu sektor 1

dan sektor 2; terdapat empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C),

investasi perusahaan (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor luar negeri (E); dua faktor

produksi, yaitu tenaga kerja dengan balas jasa upah (L) dan kapital dengan balas jasa sewa (N).

Di samping itu, sektor-sektor produksi maupun pengguna akhir juga dapat membeli barang dari

luar negeri dalam bentuk impor (M), dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Tabel Input-Output

Sektor

Produksi Permintaan Akhir

Total

Output

1 2 C I G E X

Sektor 1 z11 z12 C1 I1 G1 E1 X1

Produksi 2 z21 z22 C2 I2 G2 E2 X2

Nilai L L1 L2 LC LI LG LE L

Tambah N N1 N2 NC NI NG NE N

Impor M M1 M2 MC MI MG ME M

Total

Input X X1 X2 C I G E X

Sumber : (BPS Jawa Barat, 2003)

V. Matriks Teknologi

Dengan mengetahui zij dan Xj dapat dihitung suatu koefisien teknologi, aij, sebagai

berikut :

j

ijij X

za =

(1)

Dimana :

� ��� : matriks teknologi

� ��� : matriks input antara (sektor)

� ��� : jumlah input

Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk

menghasilkan satu unit output sektor j.

Page 5: 27-48-1-PB

Matriks Kebalikan Leontief

Setelah menghitung matriks teknologi maka selanjutnya adalah menghitung matriks

kebalikan leontief.

= (I - A)-1 (2)

Dimana :

� A : Matriks A ini sering pula disebut dengan matriks teknologi.

� I : Matriks Identitas

Disebut dengan matriks kebalikan Leontief (Leontief invers matrix). Elemen matriks ini

dinotasikan dengan ijα , dan mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan

permintaan akhir terhadap output sektor-sektor di dalam perekonomian serta matriks tersebut

digunakan dalam menghitung nilai indeks daya penyebaran dan indeks daya kepekaan.

VI. Matriks Input-Output dengan Metode RAS

Dalam penelitian tugas akhir ini data tabel I-O yang tidak tersedia/belum lengkap maka data

tersebut akan di update dengan cara estimasi data yang menggunakan metode RAS. Dimana

metode RAS dibuat berdasarkan matriks koefisien teknologi (koefisien input) pada tahun

sebelumnya, dan ditambah dengan beberapa informasi lainnya. Metode RAS pada prinsipnya

merupakan metode estimasi koefisien I-O non survey.Ahli ekonomi yang pertama kali

memperkenalkan cara pembuatan tabel I-O seperti ini adalah Richard Stone dari Cambridge

University pada tahun 1961 (Miller dan Blair, 1985). Metodenya dikenal dengan nama RAS.

RAS adalah sebuah nama rumus matriks yang dikembangkan oleh Richard Stone, dimana

R dan S adalah matriks diagonal berukuran n x n, dan A adalah matriks berukuran n x n yang

menunjukkan banyaknya sektor industri.

Secara umum prosedur RAS ini dapat dinyatakan dengan beberapa iterasi (tahapan) sebagai

berikut :

(3)

Page 6: 27-48-1-PB

Setelah hasil iterasi diperoleh maka langkah selanjutnya adalah menggunakan hasil iiterasi untuk

mengestimasi output pada tahun (t+s) untuk memperoleh updating data tabel input-output tahun

2010, yang diklasifikasikan menjadi 29 sektor atau terdiri dari (29 x 29 sektor). Adapun langkah-

langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

���∗ =

���� − ���� − �

��� − ��� − �=

∆���

∆��

�� + � = �� + ∆� = [� − ������ + [� − �∗�]��∆� (4)

Dimana,

� ∆���: mengurangkan matriks input antara pada tahun 2003 dengan tahun 2000.

� ∆�� ∶ mengurangkan jumlah input pada tahun 2003 dengan tahun 2000.

� Menghitung matriks leontif dengan menggunakan matriks teknologi ���∗ .

� ∆� : mengurangkan jumlah permintaan akhir tahun 2010 yang berasal dari PDRB tahun

2010 dengan permintaan akhir tahun 2003.

Menghitung x (t+s) dengan cara menjumlahkan hasil kali antara matriks leontif tahun 2003

dikali permintaan akhir tahun 2003 dengan matriks leontif ���∗ dikali ∆�. Dan yang terakhir adalah

untuk memperoleh updating Tabel I-O 2010 adalah dengan cara mengalikan hasil

X �t + s dengan hasil iterasi.

VII. Analisis Struktur

Analisis struktur akan dilakukan dengan menggunakan analisis keterkaitan antar industri

(interindustrial linkage analysis) yang merupakan analisis yang umum dilakukan dengan model

input output. Analisis ini pada dasarnya melihat dampak terhadap output dari kenyataan bahwa

pada dasarnya sektor-sektor industri dalam perekonomian saling mempengaruhi. Keterkaitan

antar sektor ini dapat dikatagorikan dalam dua hal. Yang pertama adalah kaitan ke belakang

(backward lingkage), dan yang kedua adalah kaitan ke depan (forward lingkage).

VIII. Backward linkages

(kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran)

Kaitan ke belakang (backward lingkage) merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat

keterkaitan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain yang menyumbang input kepadanya, atau

konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri

Page 7: 27-48-1-PB

hulunya. Indeks total keterkaitan ke belakang disebut juga sebagai indeks daya penyebaran

(power of dispersion) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke belakang.

Formulasi matematis untuk backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran)

dapat dinyatakan sebagai berikut :

+,� =- ∑ /01023

∑023 ∑ 401123 (5)

Dimana:

� +,�: indeks total keterkaitan ke belakang/indeks daya penyebaran

� ��� : koefisien teknologi (matriks kebalikan Leontief)

� 5 : jumlah sektor

Besaran +,� dapat mempunyai nilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila

+,� = 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j sama dengan rata -rata penyebaran

seluruh sektor ekonomi. Bila +,�> 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j berada di atas

rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila +,�< 1 hal tersebut berarti

bahwa daya penyebaran sektor j lebih rendah dari rata-rata daya penyebaran seluruh sektor

ekonomi.

IX. Forward linkages

(kaitan ke depan/ indeks daya kepekaan)

Kaitan ke depan (forward lingkage) merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat

keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output, untuk digunakan sebagai input bagi

sektor-sektor yang lain, atau konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk

mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Total ke

terkaitan ke depan disebut juga sebagai indeks derajat kepekaan (degree of sensitivity) yang

digunakan untuk mengukur kaitan ke depan.

Formulasi matematis untuk Forward linkages (kaitan ke depan/ indeks daya kepekaan)

dapat dinyatakan sebagai berikut :

6,� =- ∑ 401023

∑023 ∑ 401123 (6)

Dimana:

� 6,�: indeks total keterkaitan ke depan/ indeks daya kepekaan

� ��� : koefisien teknologi (matriks kebalikan Leontief)

Page 8: 27-48-1-PB

� 5jumlah sektor

Nilai 6,� dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila 6,� = 1 hal

tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor ij sama dengan rata-rata derajat kepekaan

seluruh sektor ekonomi. Bila 6,�> 1 hal tersebut berarti derajat kepekaan sektor ij lebih tinggi dari

derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila 6,�< 1 hal tersebut berarti bahwa

derajat kepekaan sektor i dibawah rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.

X. Ananisis Data dan Pembahasan

a. Analisis Data

i. Matriks Koefisien Input

(Matriks Teknologi)

Perhitungan matriks koefisien input (matriks teknologi) pada table 4.1 di Tahun 2000,

diperoleh :

Tabel 4.1 Contoh Tabel Matriks Teknologi Tahun 2000

Sektor 1 2 3 … 29

1 0.0298 0 0.0211 … 0.0028

2 0.0022 0.0180 0.0013 … 0.0015

3 0.0134 0.0004 0.0227 … 0.0013

… … … … … …

29 0.0032 0.0077 0.0044 … 0.0141

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)

Perhitungan matriks koefisien input (matriks teknologi) pada tabel 4.2 di Tahun 2003,

diperoleh :

Tabel 4.2 Contoh Tabel Matriks Teknologi Tahun 2003

Sektor 1 2 3 … 29

1 0.042

6 0 0.0128 … 0.0100

2 0.000

0

0.06

86 0.0006 … 0.0014

3 0.005

4

0.00

62 0.0092 … 0.0031

… … … … … …

Page 9: 27-48-1-PB

Sektor 1 2 3 … 29

29 0.001

5

0.00

39 0.0004 … 0.0181

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)

Perhitungan matriks koefisien input (matriks teknologi) pada table 4.3 di Tahun 2010,

diperoleh :

Tabel 4.3 Contoh Tabel Matriks Teknologi Tahun 2010

Sektor 1 2 3 … 29

1 0.0020 0 0.0174 … 0.0007

2 0.0002 0.0009 0.0016 … 0.0006

3 0.0013 0.0000 0.0263 … 0.0005

… … … … … …

29 0.0003 0.0004 0.0054 … 0.0055

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

Update data dengan menggunakan metode RAS yang menggunakan tabel input-output

Jawa Barat tahun 2000 dan 2003)

ii. Matriks Kebalikan Leontief

Perhitungan matriks koefisien input (kebalikan leontief) pada table 4.4 di Tahun 2000,

diperoleh :

Tabel 4.4 Contoh Tabel Matriks Kebalikan Leontif Tahun 2000

Sektor 1 2 3 … 29

1 1.0344 0.0011 0.1159 … 0.0099

2 0.0157 1.0231 0.0108 … 0.0122

3 0.0146 0.0006 1.0329 … 0.0031

… … … … … …

29 0.0077 0.0103 0.0078 … 1.0222

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)

Perhitungan matriks koefisien input (kebalikan leontief) pada table 4.5 di Tahun 2003,

diperoleh :

Page 10: 27-48-1-PB

Tabel 4.5 Contoh Tabel Matriks Kebalikan Leontif Tahun 2003

Sektor 1 2 3 … 29

1 1.0461 0.0028 0.1947 … 0.0224

2 0.0032 1.0842 0.0258 … 0.0142

3 0.0059 0.0073 1.0413 … 0.0056

… … … … … …

29 0.0024 0.0071 0.0026 … 1.0262

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)

Perhitungan matriks koefisien input (kebalikan leontief) pada table 4.6 di Tahun 2010,

diperoleh :

Tabel 4.6 Contoh Tabel Matriks Kkebalikan Leontif Tahun 2010

Sektor 1 2 3 … 29

1 1.0023 0.0000 0.1626 … 0.0032

2 0.0005 1.0010 0.0149 … 0.0019

3 0.0013 0.0000 1.0450 … 0.0009

… … … … … …

29 0.0005 0.0005 0.0084 … 1.0066

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

Update data dengan menggunakan metode RAS yang menggunakan tabel input-output

Jawa Barat tahun 2000 dan 2003)

iii. Estimasi Data Dengan Metode RAS

Rekapitulasi Hasil Iterasi Terakhir pada table 4.7 dengan Metode RAS.

Tabel 4.7 Tabel Hasil Iterasi Terakhir dengan Metod e RAS

Sektor 1 2 3 … 29

1 0.0028 0 0.0167 … 0.0012

2 0.0003 0.0013 0.0016 … 0.0009

3 0.0017 0.0000 0.0251 … 0.0008

… … … … … …

Page 11: 27-48-1-PB

29 0.0004 0.0006 0.0052 … 0.0091

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2000 dan 2003 (diolah)

Rekapitulasi Hasil updating Tabel input-output 2010 pada tabel 4.8 dengan Metode RAS

yang terdiri dari 29 x 29 sektor.

Tabel 4.8 Tabel Input Output Tahun 2010

Contoh Hasil Pengolahan Data

Sektor 1 2 3 … 29

1 296,176 0 317,327 … 45,322

2 32,077 37,997 29,983 … 34,887

3 186,790 820 478,813 … 28,826

… … … … … …

29 47,053 16,193 98,527 … 335,201

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2000, 2003 dan Tabel PDRB Tahun 2010 – (diolah)

iv. Metode Pendekatan Analisis Struktur

� Forward Linkages (Kaitan Ke Depan / Indeks Daya Kepekaan)

Rekapitulasi hasil perhitungan indeks total keterkaitan ke depan / indeks daya kepekaan untuk

tahun 2000, 2003 dan 2010 pada table 4.9.

Tabel 4.9 Tabel Indeks Total Keterkaitan Ke Depan / Indeks Daya Kepekaan

Tahun 2000, 2003 dan 2010

Pering

kat

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2000

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2003

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2010

Sekt

or FL

Sekt

or FL

Sekt

or FL

1 12 2,97

72 6

2,877

5 16

2,39

39

2 16 2,59

14 12

1,869

9 12

1,80

79

Page 12: 27-48-1-PB

Pering

kat

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2000

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2003

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2010

Sekt

or FL

Sekt

or FL

Sekt

or FL

3 6 1,63

99 16

1,694

4 13

1,64

02

4 13 1,50

00 13

1,472

0 14

1,45

68

5 9 1,24

44 11

1,301

8 9

1,34

65

6 11 1,22

84 8

1,297

0 1

1,30

95

7 1 1,21

11 1

1,144

5 15

1,30

14

8 4 0,97

02 26

1,094

6 6

1,29

62

9 27 0,96

55 18

1,019

8 8

1,22

39

10 7 0,94

58 9

1,010

3 10

0,98

59

11 8 0,90

55 7

0,983

8 18

0,97

03

12 15 0,90

37 27

0,906

8 11

0,96

79

13 17 0,89

13 24

0,892

6 26

0,89

12

14 29 0,87

85 29

0,892

1 24

0,88

71

15 18 0,85

95 10

0,886

1 27

0,87

09

Page 13: 27-48-1-PB

Pering

kat

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2000

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2003

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2010

Sekt

or FL

Sekt

or FL

Sekt

or FL

16 24 0,83

48 15

0,885

4 29

0,85

12

17 26 0,81

88 2

0,852

9 7

0,83

25

18 2 0,80

21 4

0,806

2 2

0,79

91

19 21 0,75

31 14

0,757

3 4

0,76

17

20 14 0,71

12 21

0,722

2 17

0,72

66

21 10 0,70

56 23

0,695

5 23

0,69

99

22 23 0,66

16 3

0,688

1 3

0,68

41

23 25 0,65

69 25

0,670

9 25

0,66

50

24 3 0,65

13 5

0,648

5 21

0,66

29

25 5 0,56

67 17

0,630

8 5

0,65

96

26 20 0,55

91 28

0,589

4 19

0,58

20

27 19 0,53

06 19

0,582

7 20

0,58

04

28 22 0,51

79 20

0,568

5 22

0,57

27

Page 14: 27-48-1-PB

Pering

kat

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2000

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2003

Indeks

Derajat

Kepekaan

(FL)

2010

Sekt

or FL

Sekt

or FL

Sekt

or FL

29 28 0,51

79 22

0,558

5 28

0,57

27

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)

� Backward Linkages (Kaitan Ke Belakang / Indeks Daya Penyebaran)

Rekapitulasi hasil perhitungan indeks total kaitan ke belakang / indeks daya penyebaran

untuk tahun 2000, 2003 dan 2010 pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Tabel Indeks Total Keterkaitan Ke Belaka ng / Indeks Daya Penyebaran

Tahun 2000,2003 dan 2010

Peringkat

Indeks Daya

Penyebaran

(BL)

2000

Indeks Daya

Penyebaran

(BL)

2003

Indeks Daya

Penyebaran

(BL)

2010

Sektor BL Sektor BL Sektor BL

1 12 1,5179 9 1,3603 22 4,5479

2 9 1,5174 11 1,3576 21 3,7058

3 16 1,5004 21 1,3396 9 1,1614

4 11 1,3469 16 1,2845 23 1,0281

5 21 1,1962 15 1,2709 8 1,0102

6 14 1,1830 10 1,2586 24 0,9952

7 8 1,1583 18 1,1747 3 0,9872

8 19 1,1476 24 1,1481 16 0,9585

9 17 1,1284 12 1,1383 19 0,9390

10 18 1,1154 14 1,0998 18 0,9201

11 20 1,1148 17 1,0882 11 0,7956

Page 15: 27-48-1-PB

Peringkat

Indeks Daya

Penyebaran

(BL)

2000

Indeks Daya

Penyebaran

(BL)

2003

Indeks Daya

Penyebaran

(BL)

2010

Sektor BL Sektor BL Sektor BL

12 23 1,1127 8 1,0740 17 0,7812

13 10 1,0943 13 1,0291 10 0,7553

14 5 1,0753 3 1,0273 12 0,7534

15 15 1,0735 29 1,0066 13 0,7473

16 13 1,0334 28 0,9996 15 0,7224

17 24 0,9929 19 0,9916 6 0,7185

18 29 0,9047 26 0,9089 5 0,7175

19 27 0,8310 22 0,8406 20 0,6884

20 25 0,8020 27 0,8105 29 0,6857

21 7 0,7803 25 0,8061 25 0,6404

22 3 0,7721 23 0,7999 14 0,6387

23 1 0,7580 20 0,7925 27 0,6146

24 6 0,7514 5 0,7920 26 0,5900

25 22 0,6551 2 0,7773 1 0,5878

26 4 0,6540 7 0,7766 7 0,5848

27 2 0,6375 6 0,7292 2 0,5784

28 26 0,6275 4 0,6849 4 0,5738

29 28 0,5179 1 0,6322 28 0,5727

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat – (diolah)

b. Pembahasan

Laju Pertumbuhan dan Struktur Perekonomian Jawa Bar at

Tingkat pertumbuhan perekonomian Jawa Barat pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan

yang cukup baik dengan pencapaian sebesar 14,58% (Rp. 770.660.515 juta). Pertumbuhan

perekonomian Jawa Barat didukung oleh peranan struktur sektor dalam memberikan

kontribusinya terhadap perekonomian Jawa Barat.

Peranan sektor dalam perekonomian Jawa Barat dapat dilihat dari kecenderungan

kontribusi sektor perekonomian Jawa Barat, Tabel 4.9 dibawah ini menunjukkan bahwa terdapat

Page 16: 27-48-1-PB

4 sektor yang cukup dominan peranannya terhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian

Jawa Barat, keempat sektor tersebut adalah :

1. Perdagangan besar dan eceran memberikan kontribusi sebesar 19,67%

2. Industri barang jadi dari logam memberikan kontribusi sebesar 17,46%

3. Tanaman bahan makanan memberikan kontribusi sebesar 9,23%

4. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki memberikan kontribusi sebesar 8,21%

Kemudian juga terdapat 4 sektor yang kurang dominan peranannya terhadap peningkatan

pertumbuhan perekonomian Jawa Barat, keempat sektor tersebut adalah :

1. Pertambangan tanpa migas dan penggalian memberikan kontribusi sebesar 0,32%

2. Industri logam dasar memberikan kontribusi sebesar 0,20%

3. Kehutanan memberikan kontribusi sebesar 0,12%

4. Air bersih memberikan kontribusi sebesar 0,09%

5.

Tabel 4.11 Pertumbuhan Rata-rata Sektor Perekonomia n Jawa Barat (%) Tahun 2010

Sektor Keterangan Sektor Jumlah (Juta) %

1 Tanaman Bahan Makanan 71.150.089

,20 9,23

2 Perkebunan 5.725.375,14

0,74

3 Peternakan 11.985.225

,90 1,56

4 Kehutanan 921.609,60 0,12

5 Perikanan 7.412.093,

27 0,96

6 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 13.069.390

,22 1,70

7 Pertambangan Tanpa Migas dan Penggalian 2.476.868,76 0,32

13 Pengilangan Minyak Bumi 19.934.065

,07 2,59

8 Industri Makanan dan Minuman 31.166.266

,60 4,04

9 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki 63.250.045

,86 8,21

10 Industri Kayu, Bambu dan Furniture 3.178.660,28 0,41

11 Industri Kerta, Barang Dari Kertas, Percetakan dan

Penerbitan 5.861.651,

10 0,76

12 Industri Kimia, Barang-barang dari bahan kimia,

karet dan plastik 20.696.982

,60 2,69

14 Industri Barang Mineral Bukan Logam 6.564.956,49 0,85

Page 17: 27-48-1-PB

Sektor Keterangan Sektor Jumlah (Juta) %

15 Industri Logam Dasar 1.558.640,72

0,20

16 Industri Barang Jadi dari Logam 134.569.00

5,49 17,4

6

17 Industri Pengolahan Lainnya 3.974.450,

22 0,52

18 Listrik 17.894.238,67

2,32

19 Gas Kota 2.727.437,78

0,35

20 Air Bersih 672.783,83 0,09

21 Bangunan 29.047.786

,13 3,77

22 Perdagangan Besar dan Eceran 151.607.16

3,94 19,6

7

23 Hotel dan Restoran 21.106.033

,05 2,74

24 Pengangkutan 47.714.600,81 6,19

25 Komunikasi 6.921.083,

47 0,90

26 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 11.474.506

,70 1,49

27 Usaha Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan 9.680.818,17 1,26

28 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 44.320.633,43 5,75

29 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Serta Jasa

Lainnya 23.998.052

,54 3,11

Jumlah 770.660.515,04 100

Sumber : BPS Jawa Barat – Tabel PDRB Tahun 2010

Analisis Metode Pendekatan Dengan Analisis Struktur

� Forward Linkages (Kaitan Ke Depan / Indeks Daya Kepekaan)

Dari hasil olah data tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, 2003 dan 2010 maka dapat

diperoleh indeks derajat kepekaan atau indeks keterkaitan ke depan. Dalam tabel 4.7

menampilkan 7 sektor yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan terbesar berdasarkan

tabel input-output Jawa Barat tahun 2000. Kemudian 10 sektor yang memiliki nilai indeks total

keterkaitan ke depan terbesar berdasarkan tabel input-output Jawa Barat tahun 2003 serta 9

sektor yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan terbesar berdasarkan tabel input-

output Jawa Barat tahun 2010.

Page 18: 27-48-1-PB

Dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, sektor industri kimia,

barang - barang dari bahan kimia, karet dan plastik yang memiliki nilai indeks derajat kepekaan

atau indeks keterkaitan ke depan paling besar yaitu dengan nilai 2,9772. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor lain sebesar satu

unit maka sektor industri kimia, barang - barang dari bahan kimia, karet dan plastik akan

mengalami peningkatan output sebesar 2,9772 unit. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut

merupakan komoditi intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industridan

sektor-sektor perekonomian lainnya.

Sedangkan dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2003, sektor

pertambangan minyak dan gas bumi yang memiliki nilai indeks paling besar yaitu dengan nilai

2,8775.Nilai tersebut menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor-

sektor lain sebesar satu unit maka sektor pertambangan minyak dan gas bumi akan mengalami

peningkatan output sebesar 2,8775unit. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut merupakan

komoditi intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industri dan sektor-sektor

perekonomian lainnya.

Berikutnya dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2010, sektor industri

barang jadi dari logam yang memiliki nilai indeks paling besar yaitu dengan nilai 2,3939. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa bila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain

sebesar satu unit maka sektor industri barang jadi dari logam akan mengalami peningkatan output

sebesar 2,3939 unit. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut merupakan komoditi

intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industri dan sektor-sektor

perekonomian lainnya.

Selanjutnya dari hasil olah data tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, 2003 dan 2010

maka dapat diperoleh indeks derajat kepekaan atau indeks keterkaitan ke depan dengan nilai

terkecil berdasarkan tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, 2003 dan 2010 yaitu sektor

pemerintahan umum dan pertahanan sebesar 0,5179 pada tahun 2000, sektor perdagangan

besar dan eceran sebesar 0,5585 pada tahun 2003 dan sektor pemerintahan umum dan

pertahanan sebesar 0,5727 pada tahun 2010.

� Backward Linkages (Kaitan Ke Belakang / Indeks Daya Penyebaran)

Dari hasil olah data tabel input-output Jawa Barat Tahun 2000 maka dapat diperoleh indeks

daya penyebaran atau indeks keterkaitan ke belakang. Dalam tabel IV.12 menampilkan 16 sektor

yang memiliki nilai indeks daya penyebaran atau indeks keterkaitan ke belakang terbesar

berdasarkan tabel input-output Jawa Barat tahun 2000. Kemudian 15 sektor yang memiliki nilai

Page 19: 27-48-1-PB

indeks daya penyebaran atau indeks keterkaitan ke belakang berdasarkan tabel input- output

Jawa Barat tahun 2003 serta 5 sektor yang memiliki nilai indeks daya penyebaran atau indeks

keterkaitan ke belakang berdasarkan tabel input-output Jawa Barat tahun 2010.

Dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, sektor industri kimia,

barang - barang dari bahan kimia, karet dan plastik merupakan sektor yang memiliki nilai indeks

keterkaitan ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 1,5179, artinya apabila terjadi kenaikan

permintaan akhir terhadap sektor industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik

sebesar satu unit maka untuk sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Barat akan

mengalami pertumbuhan output sebesar 1,5179 unit. Sektor yang mempunyai daya penyebaran

tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor

lainya.

Sedangkan dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2003, sektor industri

tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki merupakan sektor yang memiliki nilai indeks keterkaitan

ke belakang yang paling tinggi yaitu sebesar 1,3603, artinya apabila terjadi kenaikan permintaan

akhir terhadap sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki sebesar satu unit maka untuk

sektor-sektor ekonomi lainnya yang ada di Jawa Barat akan mengalami pertumbuhan output

sebesar 1,3603 unit. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi menunjukan sektor

tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya.

Berikutnya dari hasil olahan data tabel input-output Jawa Barat tahun 2010 sektor perdagangan

besar dan eceran merupakan sektor yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang yang

paling tinggi yaitu sebesar 4,5479, artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap

sektor perdagangan besar dan eceran sebesar satu unit maka untuk sektor-sektor ekonomi

lainnya yang ada di Jawa Barat akan mengalami pertumbuhan output sebesar 4,5479 unit. Sektor

yang mempunyai daya penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong

yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya.

Selanjutnya dari hasil olah data tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, 2003 dan 2010 maka

dapat diperoleh indeks daya penyebaran atau indeks keterkaitan ke belakang dengan nilai

terkecil berdasarkan tabel input-output Jawa Barat tahun 2000, 2003 dan 2010 yaitu sektor

pemerintahan umum dan pertahanan sebesar 0,5179 pada tahun 2000, sektor tanaman bahan

makanan sebesar 0,6322 pada tahun 2003 dan sektor pemerintahan umum dan pertahanan

sebesar 0,5727 pada tahun 2010.

Page 20: 27-48-1-PB

� Analisis Sektor Kunci

Dari hasil olah data perhitungan mengenai indeks kaitan ke depan dan indeks kaitan ke

belakang untuk sektor kunci, dapat disusun suatu matriks yang terdiri dari empat dimensi dengan

klasifikasi sebagai berikut :

1. Mempunyai kaitan ke depan (FL) dan kaitan ke belakang (BL) diatas rata-rata disebut sebagai

kategori I.

2. Mempunyai kaitan ke depan (FL) diatas rata-rata dan kaitan ke belakang (BL) dibawah rata-

rata disebut sebagai kategori II.

3. Mempunyai kaitan ke depan (FL) dibawah rata-rata dan kaitan ke belakang (BL) diatas rata-

rata disebut sebagai kategori III.

4. Mempunyai kaitan ke depan (FL) dan kaitan ke belakang (BL) dibawah rata-rata disebut

sebagai kategori IV.

Kategori I disebut juga sebagai kategori terbaik, karena selain dapat menarik industri

dibelakangnya (industri hilir) melalui pemanfaatan output industri hilir sebagai input untuk

kegiatan produksinya, tetapi juga dapat mendorong industri didepannya (industri hulu) melalui

suplai output yang selanjutnya akan digunakan sebagai input bagi sektor/industri yang

lain.Sedangkan kategori IV disebut juga sebagai kategori yang kurang baik (terjelek), karena

sektor pada kategori tersebut selain tidak menggunakan output dari sektor/industri yang lain, hasil

dari sektor/industri ini pun tidak digunakan oleh sektor atau industri lain. Atau dengan kata lain

bahwa kategori I merupakan kategori sangat potensial, kategori II dan kategori III merupakan

kategori potensial, serta kategori IV merupakan kategori kurang potensial.

Pada tahun 2000 sektor yang memasuki kategori I terdiri atas 5 sektor (sektor industri

tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, sektor industri kertas, barang - barang dari kertas,

percetakan dan penerbitan, sektor industri kimia, barang - barang dari bahan kimia, karet dan

plastik, sektor pengilangan minyak bumi dan sektor industri barang jadi dari logam), meningkat

pada tahun 2003 sektor yang memasuki kategori I berjumlah 7 sektor (sektor industri makanan

dan minuman, sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, sektor industri kertas, barang

- barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, sektor industri kimia, barang - barang dari bahan

kimia, karet dan plastik, sektor pengilangan minyak bumi, sektor industri barang jadi dari logam

dan sektor listrik), dan kemudian menurun pada tahun 2010 menjadi 2 sektor yang memasuki

kategori I (sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki dan sektor industri makanan dan

minuman). Sektor-sektor yang memasuki kategori I pada tahun 2000, 2003 dan 2010 adalah

sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki.

Page 21: 27-48-1-PB

Kemudian pada tahun 2000 sektor yang memasuki kategori II terdiri atas 2 sektor (sektor

tanaman bahan makanan dan sektor pertambangan minyak dan gas bumi), meningkat pada

tahun 2003 sektor yang memasuki kategori II berjumlah 3 sektor (sektor tanaman bahan

makanan, sektor pertambangan minyak dan gas bumi dan bank dan lembaga keuangan Lainnya),

dan terus meningkat pada tahun 2010 menjadi 7 sektor yang memasuki kategori II (sektor industri

barang jadi dari logam, sektor industri kimia, barang - barang dari bahan kimia, karet dan plastik,

sektor pengilangan minyak bumi, sektor industri logam dasar, pertambangan minyak dan gas

bumi, sektor industri barang mineral bukan logam dan sektor tanaman bahan makanan). Sektor-

sektor yang memasuki kategori II pada tahun 2000, 2003 dan 2010 adalah sektor tanaman bahan

makanan, serta pertambangan minyak dan gas bumi.

Dan pada tahun 2000 sektor yang memasuki kategori III terdiri atas 11 sektor (sektor

perikanan, sektor industri makanan dan minuman, sektor industri kayu, bambu, rotan dan

furniture, sektor industri barang mineral bukan logam, sektor industri logam dasar, sektor industri

pengolahan lainnya, sektor listrik, sektor gas kota, sektor air bersih, sektor bangunan dan sektor

hotel dan restoran), mengalami penurunan pada tahun 2003 sektor yang memasuki kategori III

berjumlah 8 sektor (sektor peternakan, sektor industri kayu, bambu, rotan dan furniture, sektor

industri barang mineral bukan logam, sektor industri logam dasar, sektor industri pengolahan

lainnya, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan sektor jasa sosial dan kemasyarakatan serta

jasa lainnya), dan terus menurun pada tahun 2010 menjadi 3 sektor yang memasuki kategori III

(sektor perdagangan besar dan eceran, sektor bangunan, dan sektor hotel dan restoran). Sektor-

sektor yang memasuki kategori III pada tahun 2000, 2003 dan 2010 adalah sektor bangunan.

Dan terakhir pada tahun 2000 sektor yang memasuki kategori IV terdiri atas 11 sektor (sektor

perkebunan, sektor peternakan, sektor kehutanan, sektor pertambangan tapa migas dan

penggalian, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor pengangkutan, sektor komunikasi,

sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, sektor usaha sewa bangunan dan jasa perusahaan,

sektor pemerintahan umum dan pertahanan dan sektor jasa sosial dan kemasyarakatan serta

jasa lainnya), mengalami kondisi tetap pada tahun 2003 sektor yang memasuki kategori IV

berjumlah 11 sektor (sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor perikanan, sektor

pertambangan tapa migas dan penggalian, sektor gas kota, sektor air bersih, sektor perdagangan

besar dan eceran, sektor hotel dan restoran, sektor komunikasi, sektor usaha sewa bangunan

dan sektor jasa perusahaan, pemerintahan umum dan pertahanan), dan kemudian meningkat

pada tahun 2010 menjadi 17 sektor yang memasuki kategori IV (sektor pengangkutan, sektor

peternakan, sektor gas kota, sektor listrik, sektor industri kertas, sektor barang - barang dari

kertas, sektor percetakan dan penerbitan, sektor industri pengolahan lainnya, sektor industri

Page 22: 27-48-1-PB

kayu, bambu, rotan dan furniture, sektor perikanan, sektor air bersih, sektor jasa sosial dan

kemasyarakatan serta jasa lainnya, sektor komunikasi, sektor usaha sewa bangunan dan jasa

perusahaan, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, sektor pertambangan tapa migas dan

penggalian, sektor perkebunan, sektor kehutanan dan sektor pemerintahan umum dan

pertahanan). Sektor-sektor yang memasuki kategori IV pada tahun 2000, 2003 dan 2010 adalah

sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan tapa migas dan penggalian, komunikasi, usaha

sewa bangunan dan jasa perusahaan serta pemerintahan umum dan pertahanan.

Berdasarkan perhitungan dan analisis data terdapat beberapa sektor perekonomian yang

menjadi sektor kunci perekonomian Jawa Barat pada tahun 2000, 2003 dan 2010, diantara

beberapa sektor yang masuk dalam kategori I di tahun 2000, 2003 dan 2010 hanya sektor industri

tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki yang tetap masuk dalam kategori tersebut. Sektor inilah

yang memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Jawa Barat pada

tahun 2000, 2003 dan 2010. Sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki memiliki nilai

indeks daya penyebaran sebesar 1,5174 pada tahun 2000, sebesar 1,3603 pada tahun 2003 dan

sebesar 1,1614 pada tahun 2010, dan nilai indeks daya kepekaan sebesar 1,2444 pada tahun

2000, sebesar 1,0103 pada tahun 2003 dan sebesar 1,3465 pada tahun 2010.

Besaran tersebut menunjukkan apabila terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap sektor

industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki sebesar satu unit maka sektor-sektor ekonomi

lainnya yang ada di Jawa Barat akan mengalami peningkatan output sebesar 1,5174 unit pada

tahun 2000, sebesar 1,3603 unit pada tahun 2003 dan sebesar 1,1614 unit pada tahun 2010.

Sebaliknya, apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor–sektor ekonomi lainnya

sebesar satu unit maka sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki akan mengalami

peningkatan output sebesar 1,2444 unit pada tahun 2000, sebesar 1,0103 unit pada tahun 2003

dan sebesar 1,3465 unit pada tahun 2010.

Analisis Makro Yang Berkaitan Dengan Pelestarian Da ri Kerusakan Alam Untuk

Peningkatan Ekonomi

Sumber Daya Alam memiliki kemampuan untuk memberikan kehidupan bagi penduduk

dunia.

Semua itu merupakan sumber kehidupan bagi manusia kesemuanya memiliki potensi yang saling

berkait dalam mendukung kehidupan penduduk dunia yang terus bertambah, potensi alam dunia

yang tersedia jumlahnya amat banyak dan beraneka ragam.

Page 23: 27-48-1-PB

Banyak manusia yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kekayaan alam secara

besar-besaran untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanpa memikirkan dampak dan

akibatnya yang akhirnya, tentu saja merusak potensi dan ekosistem alam.

Memang ada potensi alam dunia yang bisa digunakan oleh manusia tanpa harus takut

potensi alam tersebut akan habis di antaranya adalah air, udara, dan energi matahari.Dan potensi

alam lain yang bisa diperbaharui namun masih harus lebih teliti dalam pemanfaatannya, yaitu,

hutan, hewan, tumbuhan, tanah, udara, air dan matahari.

Pemanfaatan kekayaan alam yang tidak seimbang telah banyak menimbulkan

permasalahan bagi penduduk dunia. Hutan – hutan telah banyak yang gundul akibat penebangan

hutan secara terus-menerus diusahakan tanpa adanya usaha pemulihan kesuburan tanah

melalui pemupukan. Sumber-sumber mineral telah kering dengan mineral karena sudah terlalu

banyak digunakan untuk industri tanpa adanya batas-batas larangan pengambilan.

Namun tentu saja setelah ada masalah tersebut telah banyak usaha-usaha yang dilakukan untuk

menjaga kelestarian potensi alam dunia, yaitu :

1. Meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber energi yang tidak akan-akan habis-habis

sebagai pengganti minyak bumi atau batu bara,

2. Melakukan daur ulang (recylcling),

3. Melakukan pengawetan terhadap sumber daya alam misalnya kayu.

4. Pengolahan air limbah dan penretiban pembuangan sampah

5. Program kali bersih (prokasih)

6. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

7. Pengelolaan lautan dan daerah pesisir.

8. Pengembangan keanekaragaman hayati

9. Reklamasi dan rehabilitasi lahan kritis

XI. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan

Berdasarkanhasilanalisis struktur perekonomian Jawa Barat yang terdiri dari Backward

linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran) dan Forward linkages (kaitan ke depan/

indeks daya kepekaan).Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Propinsi Jawa Barat saat ini telah mampu memberikan kontribusi yang relatif besar bagi

perekonomian Indonesia, kontribusi ekonomi Jawa Barat adalah sebesar 14,81% pada

tahun 2008 kemudian 14,83% pada tahun 2009 dan 14,58% pada tahun 2010. Angka

Page 24: 27-48-1-PB

tersebut memperlihatkan kontribusi perekonomian Jawa Barat terhadap perekonomian

Nasional cenderung tidak meningkat.

2. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar di Jawa Barat adalah sektor industri

barang jadi dari logam, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri tekstil,

pakaian jadi, kulit dan alas kaki dan terakhir sektor tanaman bahan makanan. Tetapi

diantara sektor-sektor yang mampu memberikan kontribusi terbesar masih juga terdapat

beberapa sektor-sektor yang belum mampu memberikan kontribusi terbesar bagi Jawa

Barat diantaranya sektor gas kota, sektor industri logam dasar, sektor kehutanan dan

terakhir sektor air bersih.

3. Sektor yang memiliki indeks total keterkaitan ke depan / indeks daya kepekaan (FL) kategori

terbesar yaitu : pada tahun 2000 sektor industri kimia, barang - barang dari bahan kimia,

karet dan plastik. Pada tahun 2003 sektor pertambangan minyak dan gas bumi. Kemudian

pada tahun 2010 sektor industri barang jadi dari logam. Dan sektor yang memiliki indeks

total keterkaitan ke depan / indeks daya kepekaan (FL) kategori terkecil yaitu : pada tahun

2000 : sektor pemerintahan umum dan pertahanan. Pada tahun 2003 : sektor perdagangan

besar dan eceran dan pada tahun 2010 : Sektor pemerintahan umum dan pertahanan.

4. Sektor yang memiliki indeks total keterkaitan ke belakang / indeks daya penyebaran (BL)

kategori terbesar yaitu : pada tahun 2000 : sektor industri kimia, barang - barang dari bahan

kimia, karet dan plastik. Pada tahun 2003 : sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas

kaki. Kemudian pada tahun 2010 : sektor perdagangan besar dan eceran. Dan sektor yang

memiliki indeks total keterkaitan ke belakang / indeks daya penyebaran (BL) kategori

terkecil yaitu : pada tahun 2000 : sektor pemerintahan umum dan pertahanan. Pada tahun

2003 : sektor tanaman bahan makanan. Kemudian pada tahun 2010 : sektor pemerintahan

umum dan pertahanan.

5. Sektor kunci perekonomian Jawa Barat pada tahun 2000 terdiri atas 5 sektor, meningkat

pada tahun 2003 berjumlah7sektor, kemudian menurun pada tahun 2010 menjadi 2 sektor.

Sektor-sektor yang tetap masuk menjadi sektor kunci di Jawa Barat pada tahun 2000, 2003

dan 2010 adalah sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki.

6. Semakin meningkat kontribusi yang dihasilkan sektor-sektor untuk perekonomian Jawa

Barat maka semakin banyak pula sumber daya alam yang digunakan.Oleh karena itu

perlunya usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga kelestarian potensi alam dunia, yaitu

:

a. Meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber energi

b. Melakukan daur ulang (recylcling),

Page 25: 27-48-1-PB

c. Melakukan pengawetan terhadap sumber daya alam

d. Pengolahan air limbah dan penretiban pembuangan sampah

e. Program kali bersih (prokasih)

f. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

g. Pengelolaan lautan dan daerah pesisir.

h. Pengembangan keanekaragaman hayati

i. Reklamasi dan rehabilitasi lahan kritis.

Rekomendasi

Dari kesimpulan diatas maka berikut ini dikemukan beberapa saran tentang analisis struktur

perekonomian Jawa Barat yang terdiri dari Backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya

penyebaran) dan Forward linkages (kaitan ke depan/ indeks daya kepekaan). Adapun saran yang

dikemukan diharapkan dapat bermanfaat bagi pengambilan kebijakan pemerintah dan bagi

penelitian selanjutnya.

1. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik diperlukan pengembangan

teknologi, peningkatan sumber daya manusia (memilih orang-orang yang jujur, professional

dan berpengalaman dalam melaksanakan tugas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

serta pelestarian alam), penemuan material baru, dan terutama menjaga kelestarian sumber

daya alam (hal ini dapat dilakukan adanya kerja sama antara pemerintah dengan para element

masyarakat, kemudian melakukan pelestarian potensi alam dunia secara konsisten dan

terarah serta setiap usaha yang dicanangkan sebaiknya segera direalisasikan agar cepat

terlihat hasilnya dan potensi sumber daya alam dunia yang telah dimanfaatkan sebaiknya

dapat dirasakan oleh semua masyarakat secara merata).

2. Selain Sektor-sektor yang mampu memberikan kontribusi terbesar di Jawa Barat, pemerintah

juga harus memeperhatikan dan meningkatkan sektor-sektor yang belum mampu memberikan

kontribusi terbesar bagi Jawa Barat diantaranya sektor gas kota, sektor industri logam dasar,

sektor kehutanan dan terakhir sektor air bersih dikarenakan sektor ini banyak digunakan oleh

sektor lainnya dalam proses produksi.

3. Perencanaan peningkatan pertumbuhan perekonomian Jawa Barat sangat perlu

memeperhatikan sektor berbasis perekonomian, terutama untuk sektor yang memiliki

backward linkages (kaitan ke belakang/indeks daya penyebaran) dan Forward linkages (kaitan

ke depan/ indeks daya kepekaan) tinggi. Hal ini dikarenakan apabila sektor/sub sektor ini

meningkat maka akan meningkatkan perkembangan sektor lainnya.

4.

Page 26: 27-48-1-PB

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan beberapa analisis lagi sehingga

benar-benar dapat menganalisis sebuah peranan sektor ekonomi terhadap

perekonomian Jawa Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Teori Pembangunan Dunia Ketiga.

Budiman, A. 2000 , PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Analisis Keterkaitan Antar Sektor Studi Kasus : Agro Industri di Jawa Barat

Iyan, B. 2001. [Thesis]. Fakultas Tekno Ekonomi. Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat.

Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan Wilayah.

Jhingan, M.L. 2004, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pembangunan Nasional.

Lemhanas. 1997. PT balai Pustaka-Lemhanas, Jakarta.

Input Output Economics.

Leontief, Wassily 1996Oxford University Press, New York.

Input Output Analysis.

Miller, Rinald E., dan Peter D Blair 1985. Random House Inc, New York

Pembangunan Nasional.

Nazara, S. 1997. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.

Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan.

Sadono, S. 2010. Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Analisis Ekonomi Indonesia.

Sjahrir. 1992 Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ekonomi Pembangunan.

Suparmoko, M dan Irawan. 1997. Penerbit BPFE : Yogyakarta.

Analisis Struktur Ekonomi Dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang [Skripsi].

Usya, N. 2006. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, InstitutPertanian Bogor, Bogor.Utama,

Jakarta.

Tabel Input Output Jawa Barat Tahun 2000. Badan Pusat Statistik. Jawa Barat.

Tabel Input Output Jawa Barat Tahun 2003. Badan Pusat Statistik. Jawa Barat.

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Tahun 2008-2010. Bappeda. Jawa Barat.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=52&notab=1.

Diunduh Juli 2012.

Page 27: 27-48-1-PB

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=52&notab=4.

Diunduh Juli 2012.

http://unctadstat.unctad.org/TableViewer/tableView.aspx. Diunduh Juli 2012.