25055970 Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Minat Terhadap
Post on 24-Nov-2015
55 Views
Preview:
Transcript
HUBUNGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI DAN MINAT
TERHADAP MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
PADA SISWA KELAS UNGGULAN DAN KELAS BIASA
SD NEGERI TEMPELAN 2 KECAMATAN BLORA
KABUPATEN BLORA TAHUN 2006 2007
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Nama : RA. Dewi Sekar Melati
NIM : 6101403002
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul
Pendidikan merupakan wahana pokok bagi pengembangan kualitas
sumber daya manusia, karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan dasar
perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh terutama Sekolah Dasar yang
merupakan pondasi bagi seluruh jenjang pendidikan, karena di Sekolah Dasar
dasar-dasar ilmu, kecakapan dan perilaku diberikan, sehingga di Sekolah Dasar
perlu mendapatkan perhatian dan pembinaan yang seksama dengan senantiasa
meningkatkan kualitasnya melalui suatu pola pembinaan wawasan keunggulan.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan,
kesegaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,
keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas
jasmani dan olahraga. Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran
pedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan
jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia
untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang
searah dengan perkembangan zaman (Depdiknas, 2003:1)
Seiring dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, setiap negara termasuk Indonesia menghadapi tantangan untuk
meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani warga negaranya, terlebih
2
bagi negara maju, dimana manusianya dapat dikatakan sangat kurang dalam
gerak jasmaninya, sehingga tidak jarang menimbulkan gangguan-gangguan
dalam metabolisme tubuh, sistem otot, tulang, jantung dengan pembuluh darah
dan juga sistem syarafnya.
Di Indonesia pembinaan kesegaran jasmani yang diberikan pada para
pelajar sudah tercantum dalam kurikulum sekolah sesuai dengan jenjang
pendidikannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa
seirama dengan derap pembangunan bangsa dan negara, masyarakat sekolah
seharusnya dikondisikan secara sosial kultural, seperti misalnya dapat
memberikan nilai yang tinggi dan rasional terhadap arti suatu kesegaran jasmani.
Hal tersebut mengandung pengertian bahwa dalam hubungan antara pembangunan
bangsa dan negara, sekolah dan kesegaran jasmani, maka yang menjadi obyek
utamanya adalah anak-anak sekolah, yang kelak akan meneruskan pembangunan
nasional bangsa.
Pengembangan kesegaran jasmani dalam pendidikan diberikan sejak usia
dini di bangku sekolah dasar melalui pendidikan jasmani. Menurut standar
kompetensi mata pelajaran pendidikan jasmani sekolah dasar, Pendidikan Jasmani
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang
direncanakan secara sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan individu
secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional (Depdiknas,
2003:1).
3
Usaha untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani bagi para peserta didik
dengan sendirinya tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor tersebut antara lain adalah :
1. Sumber makanan dan gizi yang dikonsumsi oleh siswa.
2. Waktu tidur dan istirahat yang dilakukan.
3. Aktivitas gerak dan latihan olahraga.
4. Lingkungan dimana siswa bertempat tinggal
Apabila semua faktor tersebut sudah terpenuhi pelajar akan dapat dengan
mudah merespon pelajaran yang diberikan oleh guru.
Sekolah Dasar Negeri Tempelan 2 Blora contohnya merupakan salah satu
sekolah yang diunggulkan oleh Kabupaten Blora. Memiliki 12 kelas yang terdiri
dari 3 kelas Unggulan (IV, V, VI) dan 9 kelas biasa (I.A, I.B, II.A, II.B, III.A,
III.B, IV, V, VI). Adapun Kelas Unggulan menurut Suhirmanto, Kepala Sekolah
SD Negeri Tempelan 2 Blora tersebut menjelaskan bahwa "Kelas Unggulan
adalah suatu kelas yang diunggulkan yang terdiri dari siswa siswi pilihan yang
dapat diadu kualitas akademiknya dibandingkan kelas biasa. Kelas Unggulan
ini lahir pada tahun 1997 sebagai satu-satunya sekolah dasar unggulan yang ada
di Kabupaten Blora, dengan adanya prestasi yang sangat memuaskan pada masa
itu dibentuknya kelas unggulan yang telah diresmikan oleh Kepala Dinas Jawa
Tengah (SK. Nomor 1370 / 103.16.f / DS / 97).
4
Tabel 1
Tabel Daftar Prestasi SD Negeri Tempelan 2 Blora Setelah Kelas Unggulan Di Resmikan
N JUARA TINGKAT PRESTASI
1. I Juara cerdas tangkas tingkat Kab. Blora 2. II LCC Dokter Kecil Tingkat Kab. Blora 3. II Lomba Parade Takbir Tk. SD / MTs 1998 4. II Lomba Karaoke Tk. SD Kec. Blora 1998 5. I LCT Matematika Tingkat Kab. Blora 1998 6. II Karnaval HUT 54 Kab. Blora 1999 7. II Lomba Macapat Putri Tingkat Jawa Tengah 1999 8. I Lomba Mengarang Tingkat SD Kab. Blora 1999 9. III Pesta Siaga Tergiat Putra Tk. Pembantu Gubernur
Wilayah Pati 1999 10. I Lomba Lukis HUT ABRI Jakarta 1999 11. I Lomba Gerak dan Lagu Tk. SD Kab. Blora 2000 12. II Lomba Mewarnai Gambar Tk. SD Kab. Blora 2000 13. II Lomba Peragaan Busana Anak Berpasangan Kab.
Blora 2000 14. II Lomba Cerdas Cermat MTK 2000 15. II Sepeda Hias Kab. Blora 2001 16. I LCC Matematika ke 252 Tk. Kab. Blora 2001 17. I LCC MIPA Tk. Kab. Blora 2002 18. II LCC Matematika Tk. Kab. Blora Ke 253 2002 19. I LCC Matematika Kab. Blora 2002 20. I LCT Tk. SD PISO 2002 21. II LCC Matematika TK. Kab. Blora Ke 254 2003 22. III LCC Dokter Kecil Tk. Kab. Blora 2003 23. Harapan I Lomba Menyanyi HARDIKNAS 2004 24. I Paduan Suara HARDIKNAS 2004 25. I Olimpiade Matematika Tk. Kab. Blora 2004 26. I Olimpiade IPA Tk. Kab. Blora 2004 27. I Lomba Mapel IPS Tk. Kab. Blora 2004 28. I Lomba Sinopsis Dalam Rangka Lomba Mapel Tk.
Kab. Blora 29. I Lomba Pengetahuan Umum Beregu Tk. Kab. Blora
2004 30. I Lomba Macapat Tk. Kab. Blora 2004 31. I Lomba Paduan Suara Tk. Kab. Blora 2004
Mendapat Tropi TV 24 in 32. I Lomba Tenis Lapangan Tk. Kab. Blora 2004 33. I Lomba Tenis Meja Tk. Kab. Blora 2004
5
34. I Lomba Seni Tari Tk. Kab. Blora 2004 35. I Regu Tergiat Putra Tk. Kab. Blora 2005 36. I LCC MIPA Tk. Kab. Blora 2006 37. II LCC Matematika Putra Tk. Kab. Blora 2006 38. I LCC Matematika Kab. Blora 2006 39. I Lomba Siswa Teladan Putra 2006 40. I Lomba Siswa Teladan Putri 2006 41. II Lomba Nyanyi Tunggal Putra 2006 42. III Lomba Nyanyi Tunggal Putri 2006 43. I Lomba Sekolah Sehat Tk. Kab. Blora 2006 44. III Lomba Olimpiade Sains IPA Tk. Kab. Blora 2006
Dapat dilihat daftar prestasi SD Negeri Tempelan 2 Blora sebagian besar
bahkan 80 % dari hasil prestasi menunjukkan bahwa siswa hanya meraih juara
dalam prestasi akademik saja. Semua terjadi dikarenakan aktivitas fisik yang
kurang dilakukan oleh siswa SD Negeri Tempelan 2 Blora. Mata pelajaran
pendidikan jasmani diberikan satu kali dalam seminggu. Sedangkan
ekstrakurikuler yang diberikanpun bersifat hanya mengasah ketrampilan
akademik saja dan bukan kondisi fisik yang sangat penting dilakukan untuk
memperoleh kesegaran jasmani yang didibutuhkan oleh siswa.
Dasar untuk mendapatkan siswa yang memiliki prestasi baik, di awal
tahun pelajaran diadakan seleksi prestasi belajar siswa kelas IV (empat), pada
SD Inti dan SD Imbas dalam satu gugus, dan siswa yang terpilih dikelompokkan
ke kelas unggulan pada SD Inti, sedangkan siswa kelas IV pada SD Inti yang
tidak terpilih menjadi siswa kelas unggulan tetap menjadi siswa sekolah pada
SD Inti, sehinga SD Inti yang menyelenggarakan kelas unggulan memiliki kelas
IV (empat) 2 kelas. Seleksi yang dilakukan pada anak-anak yang menunjukkan
6
prestasi tinggi sejak kelas I s.d. kelas III. Oleh karena itu dilakukan penelusuran
minat dan bakat serta prestasi siswa kelas rendah.
Perbedaan kelas unggulan dengan kelas biasa menurut Suhirmanto, yaitu
kelas unggulan memiliki siswa pilihan dan juga memiliki jam tambahan
khusus contoh jadwal wajib harian sekolah pagi masuk pukul 07.00 12.40
WIB, memiliki guru mata pelajaran khusus dalam setiap pelajaran yang
diajarkan dan tambahan sekolah sore pukul 15.00 - 17.00 WIB serta masih ada
tambahan ekstrakurikuler yang diberikan pada hari jumat dan sabtu sore.
Sedangkan kelas biasa hanya memiliki kelas pagi saja masuk pukul 07.00 -
12.40 WIB dan hanya memiliki guru kelas saja. Dan di sore harinya siswa
kelas biasa dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler antara lain yaitu drum
band, senam lantai, simpoa, komputer dll. Dengan demikian dapat dilihat
tingkat keunggulan dari segi fasilitas mengajar dan kepadatan pendidikan yang
ditempuh oleh siswa unggulan dari pada siswa biasa.
Dilihat dari segi kurikulum yang dipakai menurut Kepala SD Negeri
Tempelan 2 menerangkan bahwa "Sistem pengajaran menggunakan gabungan
antara GBPP ( Garis-garis Besar Pokok Pengajaran ) dengan KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi). Semua ini dikarenakan penataran tentang sistem yang
dipakai oleh KBK itu sendiri baru didapat bulan Maret 2005 kemarin,
sedangkan pada penerapannya, sekolah harus menyesuaikan diri terlebih
dahulu karena sistem KBK ini membutuhkan biaya yang cukup banyak
sehingga pihak sekolah memilih jalan dalam masa peralihan dilakukan secara
7
perlahan sehingga tidak menjadikan beban terlalu berat bagi siswa yang
menerima ataupun guru pengajar itu sendiri ".
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas unggulan
memiliki kepadatan waktu yang sangat padat dalam menempuh pelajaran
dibandingkan siswa kelas biasa. Walaupun segi akademik sangat mendukung
tingkat kecerdasan IQ siswa, tetapi dilihat dalam segi kesegaran jasmani siswa
unggulan sangat kurang dikarenakan sangat terbatasnya waktu yang diperoleh
siswa untuk mengolah fisiknya. Sehingga dapat dilihat siswa siswi unggulan
terkesan lemah dalam aktivitas yang melelahkan.
Dengan latar belakang diatas, maka diadakan penelitian dengan judul
"Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Minat Terhadap Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas Unggulan Dan Kelas Biasa SD Negeri
Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2006-2007 ".
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1.2.1. Bagaimana Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswa Kelas Unggulan
SD. Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2006-
2007 ?
1.2.2. Bagaimana Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswa Kelas Biasa
SD. Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2006-
2007 ?
8
1.2.3. Apakah ada Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani dan Minat Terhadap
Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas Unggulan
SD. Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2006-
2007 ?
1.2.4. Apakah ada Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani dan Minat Terhadap
Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas Kelas Biasa
SD. Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2006-
2007 ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1.3.1. Untuk mengetahui Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswa Kelas
Unggulan SD. Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora
Tahun 2006-2007.
1.3.2. Untuk mengetahui Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswa Kelas Biasa
SD. Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2006-
2007.
1.3.3. Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Minat
Terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas Unggulan
SD. Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2006-
2007.
9
1.3.4. Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Minat
Terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas Biasa SD.
Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2006-2007.
1.4. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah :
1.4.1 Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan hasil
penelitian.
1.4.2. Dapat dijadikan suatu masukan bahwa dengan meningkatkan fasilitas
akademik dengan menambah jam mata pelajaran yang diterima siswa
dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani siswa.
1.4.3. Sebagai bahan informasi alat evaluasi terhadap guru Pendidikan Jasmani
yang mengajar di SD Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten
Blora.
1.4.4. Sebagai salah satu syarat mencapai kelulusan penulis, dalam
menyelesaikan Program Studi Strata 1 di Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.
10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Sebagai dasar pedoman acuan berfikir yang digunakan dalam pemecahan
permasalahan pada landasan teori diambil beberapa pendapat dari para ahli.
Maka dalam penelitian ini akan dikemukakan tentang.
2.1. Pengertian Kesegaran Jasmani
Menurut Karpovich dalam (Casady, Mabes, dan Alley :1971) yang
dikutip oleh Sudarno,SP (1992:9) Kesegaran Jasmani didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang untuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja
muskular dimana kecepatan dan ketahanan merupakan kriteria utama. Seseorang
yang memiliki kesegaran jasmani yang baik akan mampu memenuhi tuntutan
fisik tertentu.
Kesegaran Jasmani dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasa lelah berlebihan dan masih
mamiliki cadangan tenaga untuk menikmati waktu luang dan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya mendadak (Presiden Council of Fhysical Fitnes and Sport,
Physical Fitness Research Desert, series, No.1 Washington DC 1071).
(Purnomo Ananto, 2000:25)
Ahli-ahli Pendidikan Jasmani menyatakan bahwa : Kesegaran jasmani
adalah kapasitas fungsional total seseorang untuk melakukan suatu kerja tertentu
dengan hasil baik / memuaskan dan tanpa kelelahan yang berarti. (Sudarno,
1992:9)
11
Kesegaran jasmani adalah kondisi kesegaran jasmani yang bersangkut
paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara
optimal dan efisien. Disadari atau tidak sebenarnya kesegaran jasmani itu
merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia karena kesegaran jasmani
senyawa dengan hidup manusia. Kesegaran jasmani dapat memberikan corak
kualitas hidup manusia. (Depdiknas, 1995:1).
Definisi yang dirumuskan dari hasil Seminar Kesegaran Jasmani
Nasional yang diselenggarakan oleh Derektorat Jenderal Olahraga dan Pemuda
pada tanggal 16-20 Maret 1971 di Jakarta, memaparkan bahwa physical fitness
adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti.
Jadi Kesegaran Jasmani adalah suatu keadaan saat tubuh mampu
menunaikan tugas hariannya dengan baik dan efisien, tanpa kelelahan berarti,
dan tubuh masih memiliki tenaga cadangan, maupun untuk menikmati waktu
senggang dengan rekreasi aktif.
2.1.1. Komponen Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani mencakup pengertian yang kompleks maka baru
dapat dipahami jika mengetahui tentang komponen-komponen kesegaran
jasmani yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain, namun masing-
masing komponen memiliki ciri-ciri tersendiri yang berfungsi pokok pada
kesegaran jasmani seseorang. Agar seseorang dapat dikatakan kondisi fisiknya
12
atau kesegaran jasmaninya baik, maka status setiap komponennya harus dalam
kategori baik.
2.1.1.1. Menurut Purnomo Ananto, 2000:25
Komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan pada umumnya
adalah :
1. Daya Tahan Jantung dan paru-paru (cardiorespiratory endurance)
Daya tahan jantung dan paru-paru dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk melanjutkan tugas-tugas berat yang melibatkan kelompok-kelompok otot
besar untuk jangka waktu yang lama. Kemampuan sistem peredaran darah
pernafasan bertugas menyesuaikan dan memulihkan kesegaran fisik dari efek-
efek latihan atau pekerjaan keseluruhan tubuh. Tingginya kapasitas kerja fisik,
yang merupakan kemampuan untuk melepaskan jumlah energi yang relatif
tinggi dalam suatu jangka waktu yang lama.
2. Komposisi Tubuh (body composition)
Komposisi tubuh mengacu pada jumlah relatif dari lemak tubuh
dibanding dengan jumlah jaringan aktif.
3. Kelenturan (flexibility)
Kapasitas fungsional yang menunjukkan keleluasaan gerak dari sendi-
sendi dan otot untuk bergerak secara penuh.
4. Kekuatan Otot (muscular strength)
Kekuatan atau upaya maksimal yang dapat digunakan untuk melawan
beban.
13
5. Daya Tahan Otot (muscular endurance)
Kemampuan otot untuk digunakan secara berulang-ulang atau
mempertahankan konstraksi otot selama periode waktu tertentu.
2.1.1.2. Menurut Casady, Mapes, dan Alley, 1971:8 yang dikutip oleh
Sudarno,SP, 1992:9.
Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dimaksud :
1. Kesehatan yang baik
2. Kekuatan
3. Kelincahan
4. Ketahanan muskular
5. Kecepatan
6. Keseimbangan
7. Kelentukan
8. Koordinasi
9. Ketahanan Radiorespiratori
10. Berat badan yang sesuai
11. Kemampuan motorik umum
12. Ketangkasan Neuromuskular
2.1.1.3. Menurut Nurhasan, 2001:133
Secara umum komponen kesegaran jasmani atau unsur unsur yang
terdapat pada kesegaran jasmani ada dua yaitu :
14
Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, meliputi :
1. Daya Tahan Jantung ( cardiovaskuler )
Daya tahan kardiofaskuler adalah kesegaran sistem jantung, paru dan
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja
dalam mengambil oksigen dan menyalurkan kebagian yang aktif sehingga dapat
dipergunakan pada proses metabolisme tubuh.
2. Kekuatan otot (strenght )
Kekuatan otot adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya.
Serabut otot yang ada didalam otot akan memberikan respon / tanggapan apabila
dikenakan beban atau tahanan dalam latihan. Tanggapan atau respon ini
membuat otot lebih efisien dan mampu memberikan respon lebih baik kepada
sistem urat syaraf pusat.
3. Daya Tahan Otot ( Ketahanan Muskular )
Daya tahan otot adalah kemampuan atau kapasitas sekelompok otot
untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulangulang terhadap suatu
beban dalam jangka waktu tertentu.. jadi daya tahan otot merupakan kemampuan
mengatasi kelelahan otot.
4. Kelentukan ( flexibilitas )
Kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui jangkauan
gerak yang luas.
5. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat
lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas masa otot (4050 %), tulang (16
15
18%) dan organorgan tubuh (2939%). Berat lemak dinyatakan dalam
persentasenya terhadap berat badan total. Secara umum dapat dikatakan makin
kecil persentase lemak makin baik kinerja seseorang.
Kesegaran Jasmani yang berhubungan dengan kesegaran jasmani,
meliputi :
1. Kelincahan ( agility)
Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh atau
bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.
2. Kecepatan ( speed )
Kecepatan adalah kemampuan untuk berjalan atau bergerak dengan
sangat cepat, seperti semua kemampuan biomotor kecepatan dapat dirinci
menjadi dua tipe yaitu kecepatan maximal dan kecepatan terkontrol.
3. Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh atau
bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.
4. Koordinasi
Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan
berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan dengan efisien dan penuh
ketepatan.
5. Daya ledak ( power )
Daya ledak adalah kemampuan seseorang mempergunakan kekuatan
maximum yang dikerahkan pada waktu yang sependek pendeknya.
16
2.1.2. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
Faktor faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani adalah sebagai
berikut :
1. Makanan dan Gizi
Makanan dan gizi sangat diperlukan bagi tubuh untuk proses pertumbuhan,
pergantian sel tubuh yang rusak dan untuk mempertahankan kondisi tubuh.
Unsur unsur yang diperlukan tubuh antara lain protein lemak, karbohidrat,
garam garam mineral, vitamin, dan air.
2. Faktor tidur dan Istirahat
Setelah melakukan aktivitas tubuh terasa lelah, hal ini disebabkan oleh
pemakaian tenaga untuk aktivitas yang bersangkutan. Untuk mengembalikan
tenaga yang telah terpakai diperlukan istirahat dan tidur agar tubuh akan
menyusun kembali tenaga yang hilang
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal dalam waktu lama.
Dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik serta sosial ekonomi. Mulai dari
pekerjaan, daerah tempat tinggal dan sebagainya.
4. Faktor Latihan dan Olahraga
Faktor latihan dan olahraga juga bisa digunakan untuk peningkatan
kesegaran jasmani. Latihan fisik adalah suatu kegiatan yang menurut cara dan
aturan tertentu, yang mempunyai sasaran meningkatkan efisiensi faal tubuh dan
sebagai hasil akhir adalah peningkatan kesegaran jasmani.
17
2.2. Pengertian Minat
Istilah minat sering didengar dalam kehidupan sehari-hari terutama
dalam dunia pendidikan. Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila ia
tertarik atau menyenangi sesuatu tersebut. Setiap individu mempunyai
kecenderungan untuk menghubungkan diri dengan lingkungan melalui cara-cara
tertentu. Jika seseorang individu menemukan suatu objek dan menyenangi objek
tersebut maka dikatakan individu tersebut menaruh minat terhadap objek
tersebut. Menurut Slameto (2003:180) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yan menyuruh.
Menurut Asep Priyatin Abdilah (1990:24) Minat adalah suatu perangkat
mental yang meliputi perasaan, harapan pendirian, prasanka yang cenderung
menarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Menurut Bimo Walgito (1981:38) Minat adalah suatu keadaan dimana
seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk
mengetahui, mempelajari dan membuktikan lebih lanjut.
Tampubolon (2000:41) mendefinisikan Minat adalah perpaduan
keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi.
Sedangkan menurut Yul Iskandar (2001:9) Minat adalah usaha dan kemampuan
untuk mempelajari (learning) dan mencari sesuatu.
Jadi minat adalah sebagai suatu ungkapan kecenderungan tentang
kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya.
Minat itu dapat diekspresikan dengan pernyataan yang menunjukkan bahwa
18
seseorang itu menyukai sesuatu. Atau dengan kata lain seseorang akan
memberikan perhatian lebih terhadap sesuatu objek yang diamati.
2.2.1. Unsur-Unsur Minat
Menurut Munawar Isnaeni (2003:7) yang mengutip Bigot seseorang
dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki beberapa unsur
antara lain :
1. Perhatian
Seseorang dikatakan berminat apabila individu disertai adanya perhatian,
yaitu kreativitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu obyek.
Maka seseorang yang berminat pada sesuatu objek yang pasti perhatiannya
ditujukan pada objek kegiatan tersebut.
2. Kesenangan
Perasaan senang terhadap suatu obyek baik orang ataupun benda akan
menimbulkan minat pada diri seseorang. Orang merasa tertarik kemudian pada
gilirannya timbul keinginan yang menghendaki agar objek tersebut menjadi
miliknya. Dengan demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk
memperhatikan objek tersebut.
3. Macam-macam minat
Menurut Munawar Isnaeni (2003:8) yang mengutip Dewa Ketut Sukardi,
dikemukakan bahwa ada 3 cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat,
yaitu :
19
a. Minat yang diekspresikan (expresed interest)
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata-kata
tertentu. Misalnya : seseorang mungkin mengatakan bahwa dirinya tertarik
mengikuti mata pelajaran pendidikan jasmani.
b. Minat mewujudkan (manifest interest)
Seseorang dapat mengungkapkan minat bukan melalui kata-kata
melainkan dengan tindakan atau perbuatan yaitu ikut berperan aktif dalam suatu
kegiatan. Misalnya : keiatan pramuka, mendaki dan sebagainya yang menarik
minat.
c. Minat yang diinventariskan (investavied interest)
Seseorang menilai minatnya diukur dengan menjawab sejumlah
pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu.
Petanyaan-pertanyaan untuk mengukur minat seseorang disusun dengan
menggunakan angket.
2.3. Pengertian Pendidikan Jasmani
Peranan pendidikan jasmani sangat penting yakni memberikan
kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar
melalui aktivitas jasmani, bermain dan aktivitas olahraga yang dilakukan secara
sistematis.
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistemantik yang bertujuan untuk
20
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif dan
emosional (Depdiknas, 2003:1).
Menurut Abdul Kadir Ateng (1992:5) Pendidikan jasmani merupakan
aktifitas otot otot besar hingga proses pendidikan tidak terhambat oleh
gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Jadi pendidikan jasmani adalah
pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan aktifitas jasmani.
Pendidikan jasmani merupakan usaha mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak kearah kehidupan yang sehat jasmani dan rohani, usaha
tersebut berupa kegiatan jasmani atau fisik yang diprogram secara ilmiah,
terarah dan sistematis, yang disusun oleh lembaga pendidikan yang
berkompeten. (Tisnowati Tamat, 2002:1,5)
Menurut Toho Cholik.M dan Rusli Rutan (2001:2) Pendidikan jasmani
dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk
mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik.
Jadi Pendidikan jasmani adalah suatu aktivitas yang malakukan kegiatan
proses belajar dengan melibatkan gerak lokomotor siswa untuk mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan siswa itu.
Tujuan pendidikan jasmani menurut Depdiknas (2003:2) adalah :
1. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai
dalam Pendidikan Jasmani.
2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial
dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.
21
3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas tugas
ajar Pendidikan Jasmani.
4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja
sama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan, dan
olahraga.
5. Mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan berbagai macam
permainan dan olahraga seperti : permainan dan olahraga, aktivitas
pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan
pendidikan luar kelas (outdoor education).
6. Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat serta pola hidup
sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga.
7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan
orang lain.
8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga sebagai
informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat
rekreatif.
2.4. Pengertian Kelas Unggulan dan Kelas Biasa
2.4.1. Pengertian Kelas Unggulan
Menurut surat keputusan No. 1370/103.16.f/DS/97 Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kelas unggulan adalah sejumlah siswa
22
yang karena prestasinya menonjol dikelompokkan di dalam kelas tersendiri di
SD inti, kemudian diberi program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum
1994 dan adanya pendalaman materi matematika / berhitung dan IPA serta
pelajaran bahasa inggris oleh guru yang mempunyai kualifikasi baik.
2.4.1.1. Maksud Pengelompokan di SD Inti
Pengelompokan di SD inti dimaksud untuk memudahkan membina
siswa, dalam mengembangkan kecerdasan serta ketrampilan dan kemampuan
atau potensi yang ada pada siswa seoptimal mungkin sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. Untuk mendapatkan sekelompok siswa yang memiliki prestasi
baik, diawal tahun pelajaran diadakan seleksi prestasi belajar siswa kelas IV
(empat), pada SD Inti dan SD Imbas dalam satu gugus, kemudian siswa yang
terpilih dikelompokkan ke kelas unggulan pada SD Inti, sedangkan siswa kelas
IV pada SD Inti yang tidak terpilih menjadi siswa kelas unggulan tetap menjadi
siswa pada sekolah SD Inti, sehingga SD Inti yang menyelenggarakan kelas
unggulan memiliki kelas IV dua kelas.
2.4.1.2. Cara Mendapatkan Sejumlah Siswa Yang Memiliki Prestasi Baik
Untuk mendapatkan sekelompok siswa yang memiliki prestasi baik,
diawal tahun pelajaran diadakan seleksi prestasi belajar siswa kelas IV (empat),
pada SD Inti dan SD Imbas dalam satu gugus, kemudian siswa yang terpilih
dikelompokkan ke kelas unggulan pada SD Inti, sedangkan siswa kelas IV pada
SD Inti yang tidak terpilih menjadi siswa kelas unggulan tetap menjadi siswa
pada sekolah SD Inti, sehingga SD Inti yang menyelenggarakan kelas unggulan
memiliki kelas IV dua (2) kelas.
23
Kelas unggulan memiliki siswa pilihan dan juga memiliki jam
tambahan khusus, contoh jadwal wajib harian sekolah pagi masuk pukul 07.00
12.40 WIB, memiliki guru mata pelajaran khusus dalam setiap pelajaran
yang diajarkan dan tambahan sekolah sore pukul 15.00 - 17.00 WIB serta
masih ada tambahan ekstrakurikuler yang diberikan pada hari jumat dan sabtu
sore. Dengan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa anak kelas unggulan
hanya memiliki waktu istirahat selama 2 jam 20 menit yang biasa
dipergunakan siswa untuk beristirahat atau menyiapkan pelajaran sore.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa anak kelas unggulan tidak dapat
melakukan aktivitas fisik atau mengolah raga dalam waktu senggangnya.
2.4.2. Pengertian Kelas Biasa
Kelas biasa adalah dimana kelas yang siswanya memiliki kemampuan
tidak terlalu menonjol atau tidak terlalu memiliki kemampuan yang mencolok.
Jadi siswa kelas biasa hanya diperuntukkan bagi siswa yang bersekolah di kelas
biasa dan tidak ada jamjam tambahan dalam kurikulum yang diberikan,
statusnya tidak diistemewakan.
Kelas biasa hanya memiliki kelas pagi saja masuk pukul 07.00 - 12.40
WIB dan hanya memiliki guru kelas saja. Dan di sore harinya siswa kelas biasa
dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler antara lain yaitu drum band, senam
lantai, simpoa, komputer, dll. Dengan demikian dapat dilihat waktu istirahat yang
diperoleh kelas biasa lebih banyak dari pada kelas unggulan dan penggunaan
waktu istirahat itupun dapat dipilih sesuka selera mereka.
24
2.4.3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Agar anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai
dengan potensi yang dimiliki perlu diperhatikan sifat pertumbuhan dan
perkembangan yang ada pada mereka.
2.4.3.1.Pertumbuhan Siswa Sekolah Dasar
Pertumbuhan menurut Sugianto dkk (1991:13) adalah proses peningkatan
yang ada pada diri seseorang yang bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam
hal ukuran.
Ciri ciri pertumbuhan anak dapat dilihat dengan melakukan
pengukuran tubuh manusia anthropometry yang meliputi :
1. Pengukuran Tinggi Badan.
2. Pengukuran Berat Badan.
3. Pengukuran Besar Penampang Bagian tubuh.
(Sugianto dkk, 1991:68)
2.4.3.2.Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
Perkembangan menurut Sugianto. Dkk (1991:14) adalah Proses
perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organorgan tubuh
kearah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi.
Ciri ciri perkembangan awal masa anakanak adalah :
a. Usia kelompok, dimana anak belajar dasardasar perilaku sosial untuk
penyesuaian diri pada waktu mereka masuk sekolah.
25
b. Usia menjelajah karena anakanak ingin mengetahui keadaan
lingkungannya, bagaimana mekanismenya, perasaannya, dan bagaimana ia
bisa menjadi bagian dari lingkungan.
c. Usia bertanya, salah satu cara menjelajah lingkungan adalah dengan
bertanya.
d. Usia meniru, yang peling menonjol dalam periode ini adalah meniru
pembicaraan dan tindakan orang lain.
e. Usia kreatif, anak lebih menunjukkan kreatifitas dalam bermain selama masa
kanakkanak dibandingkan masamasa lain.
(Suparwoto, 2003:60)
2.4.3.3.Aktivitas Anak Sekolah Dasar
Aktivitas yang sering dilakukan anak disekolah :
1. Aktivitas fisik yang cukup, yang memerlukan penggunaan otot otot besar,
misalnya otot kaki, lengan dan bahu.
2. Permainan sederhana yang hanya memerlukan penjelasan sedikit,
pengorganisasian yang sederhana, dan tidak terlalu lama untuk setiap macam
permaninan (segera beralih pada permainan yang lain setelah beberapa saat).
3. Kesempatan mencobacoba berbuat sesuatu dan meniru gerakangerakan.
4. Belajar bekerja sama dan berusaha bersama dengan temantemannya.
5. Kesempatan menggunakan sarana bermain dengan berbagai ukuran ; mula-
mula memainkan objek yang agak besar kemudian semakin kecil.
26
2.5. Hipotesis
Sesuai dengan landasan teori yang dikemukakan diatas maka hipotesis
dari penelitian ini adalah :
2.5.1. Tingkat Kesegaran Jasmani siswa kelas unggulan SD Negeri Tempelan 2
Blora Tahun 2006-2007 kurang dibandingkan dengan kelas biasa.
2.5.2. Tingkat Kesegaran Jasmani siswa kelas biasa SD Negeri Tempelan 2
Blora Tahun 2006-2007 lebih baik dari pada kelas unggulan.
2.5.3. Ada hubungan antara Tingkat Kesegaran Jasmani dan minat terhadap
Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani pada siswa kelas unggulan
SD Negeri Tempelan 2 Blora Tahun 2006-2007
2.5.4. Ada hubungan antara Tingkat Kesegaran Jasmani dan minat terhadap
Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani pada siswa kelas biasa
SD Negeri Tempelan 2 Blora Tahun 2006-2007
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam menentukan metode penelitian harus mengikuti langkah-langkah
atau prosedur kerja, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan metode-metode
tertentu. Penggunaan suatu metode dalam pelaksanaan penelitian harus sesuai
dan diarahkan pada tujuan yang akan dicapai. Metode penelitian merupakan
syarat pokok dalam sebuah penelitian serta memberikan arah yang cermat dalam
mengajukan syarat-syarat yang benar. Maksudnya adalah : untuk menjaga agar
pengetahuan yang dicapai dari sebuah penelitian dapat memiliki harga yang
ilmiah dengan cukup tinggi. Penggunaan metode penelitian juga harus
dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku, yang meliputi
populasi, sampel, teknik metode pengumpulan data serta analisis data.
3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,
2006:130) dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah siswa siswi kelas
IV, V dan VI SD Negeri Tempelan 2 Blora. Penentuan populasi ini berdasarkan
pada keberadaan kelas unggulan itu sendiri. Kelas yang dimiliki oleh kelas
unggulan yaitu kelas kelas IV, V dan VI. Jadi populasi yang diambil adalah
siswa siswi kelas IV, V dan VI unggulan dan siswa siswi kelas IV, V dan VI
biasa dari SD Negeri Tempelan 2 Blora.
28
Adapun alasan peneliti mengambil populasi tersebut adalah :
1. Mereka adalah siswa siswi kelas IV, V dan VI kelas unggulan dan kelas
biasa pada SD. Negeri Tempelan 2 Blora.
2. Mereka mempunyai usia yang relatif sama.
3. Karena populasi yang digunakan adalah siswa siswi kelas IV, V dan VI.
Maka tes kesegaran jasmani yang digunakan di sesuaikan dengan usia
anak kelas tersebut yaitu usia 10 12 tahun.
3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan
penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil
penelitian sampel. Yang dimaksud menggeneralisasikan mengangkat
kesimpulan peneliti sebagai sesusatu yang berlaku bagi populasi (Suharsimi
Arikunto 2006:131).
Cara pengambilan sampel ini adalah Stratifield Proportional Random
Sampling. Cara pengambilan sampel ini merupakan gabungan dari 3 teknik
dalam pengambilan sampel yaitu berstrata, proporsi dan acak. Pertama sampel
berstrata dilakukan karena adanya perbedaan karakteristik antara strata strata
yang ada, sedangkan perbedaan tersebut akan mempengaruhi variabel. Dalam
hal ini adalah kelas IV, V dan VI. Kedua dengan sampel proporsi ditentukan
besarnya proporsi yang akan diambil. Hal ini untuk menyempurnakan
penggunaan teknik sampel berstrata atau wilayah. Ada kalanya banyaknya
subjek yang terdapat pada setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh
29
karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek
dari setiap strata atausetiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan
banyaknya subjek dalam masing masing strata atau wilayah (Suharsimi
Arikunto, 2006:138). Ketiga, sampel random (acak) ditentukan dengan
mengambil sejumlah sampel dari jumlah populasi dari setiap strata dengan cara
random.
Gambar 1. Sistematika Pengambilan Sampel Penelitian (Sumber : Dokumen Peneliti)
Total Subyek Penelitian
SD Negeri Tempelan 2 Blora
Kelas Unggulan Kelas Biasa
IV VI V IV V VI
Metode Pengambilan Sampel = Stratifield Proportional Random Sampling
Jumlah Sampel = 64 siswa
Jumlah Sampel = 70 siswa
Total Sampel Penelitian = 134 siswa
30
Cara random yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Buat daftar yang berisi semua nama subyek.
2. Tulis nomor masingmasing individu dalam kertas kecil.
3. Gulung kertas tersebut sehingga nomor tidak kelihatan.
4. Masukkan gulungan kertas tersebut kedalam tempolong.
5. Lalu kocok tempolong tersebut.
6. Ambil gulungan kertas sejumlah prosentase sampel.
7. Catat nama siswa yang terpilih sebagai sampel.
8. Pemilihan dilakukan pada masing-masing populasi.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:134) Apabila subyek penelitian
jumlahnya kurang dari seratus, maka dalam menentukan besarnya sampel lebih
baik diambil semua sebagai anggota sampel, sehingga penelitian merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10
15% atau 20 25% atau lebih. Dalam penentuan sampel ini diambil 50%
dari masing masing populasi (strata). Jadi sampel dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Jumlah siswa kelas IV, V dan VI Unggulan 128 siswa, dan yang di gunakan
sebagai sampel, yaitu 50 % x 128 siswa = 64 dibulatkan menjadi 64 siswa.
Jumlah siswa kelas IV, V dan VI Biasa 140 siswa, dan yang digunakan sebagai
sampel, yaitu 50 % x 140 siswa = 70 dibulatkan menjadi 70 siswa.
Jadi jumlah sampel seluruhnya adalah 134 siswa.
31
3.3. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:118). Untuk penelitian ini
menggunakan variabel interval. Variabel interval yaitu variabel yang memiliki
jarak, jika dibandingkan dengan variabel lain, sedangkan jarak itu sendiri dapat
diketahui dengan pasti. Jarak yang dimaksud adalah hubungan tingkat kesegaran
jasmani dan minat terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani pada siswa kelas
unggulan dan kelas biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan metode tes dan angket. Metode
tes yang digunakan untuk mencari data kesegaran jasmani, siswa dengan
melakukan tes ketrampilan. Setelah diketahui jumlah sampel yang akan diteliti
untuk penelitian, maka langkah berikutnya melakukan tes Tingkat Kesegaran
Jasmani. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kesegaran
Jasmani Indonesia (TKJI) untuk anak usia 1012 tahun. Sedangkan untuk
mengetahui seberapa besar minat siswa adalah dengan membagikan angket
(kuesioner) kepada sampel yang sama.
3.5. Instrumen Penelitian
3.5.1. Tes Kesegaran Jasmani
Tes menggunakan tes terstandar yaitu : Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat
32
Kesegaran Jasmani tahun 1995. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk usia 10
12 tahun. Tes yang akan diberikan antara lain : lari 40 meter, gantung siku
tekuk, baring duduk (30 detik), loncat tegak dan lari 600 meter. Hasil yang akan
dicatat adalah :
1. Lari 40 meter
Hasil waktu yang dicapai oleh pelari dengan jarak tempuh 40 meter
dalam satuan detik.
2. Gantung siku tekuk
Hasilnya waktu yang dicapai peserta dalam mempertahankan sikap
gantung siku tekuk dalam satuan detik.
3. Baring duduk ( sit up ) 30 detik
Hasilnya banyaknya jumlah gerakan baring duduk ( sit up ) yang dapat
dilakukan dengan sempurna selama 30 detik.
4. Loncat tegak
Hasil yang diambil adalah selisih antara raihan loncatan dikurangi raihan
tegak.peserta melakukan 3 kali loncatan dan selisih terbesar yang diambil.
5. Lari 600 meter
Hasilnya waktu yang ditempuh peserta dengan jarak 600 meter dalam
satuan menit dan detik.
3.5.1.1.Petunjuk umum
Peserta
a. Tes ini memerlukan banyak tenaga, oleh sebab itu peserta harus benar-
benar dalam keadaan siap untuk melaksanakan tes.
33
b. Diharapkan sudah makan, sedikitnya 2 (dua) jam sebelumnya melakukan.
c. Disarankan memakai pakaian olahraga dan bersepatu olahraga.
d. Hendaknya mengerti dan memahami cara pelaksanaan tes.
e. Diharapkan melakukan pemanasan (warming up) lebih dahulu sebelum
melakukan tes.
f. Jika tidak dapat melakukan satu jenis tes atau lebih dinyatakan gagal/tidak
dapat nilai.
Petugas
a. Harap memberikan pemanasan lebih dahulu.Memberikan kesempatan pada
peserta untuk mencoba gerakan-gerakan.
b. Harap memperhatikan perpindahan pelaksanaan butir tes satu ke butir tes
berikutnya secepat mungkin.
c. Harap memberikan nomor dada yang jelas mudah dilihat oleh petugas.
d. Bagi peserta yang tidak dapat melakukan satu butir tes/lebih tidak diberi
nilai.
e. Untuk mencatat hasil tes dapat menggunakan formulir tes perorangan atau
gabungan.
3.5.1.2.Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani
Lari 40 meter
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.
34
b. Alat dan fasilitas
1. Lintasan lurus, datar, rata, tidak licin, berjarak 40 meter, dan masih
masih mempunyai lintasan lanjutan.
2. Bendera start.
3. Peluit.
4. Stopwatch.
5. Nomor Dada
6. Serbuk kapur
7. Formulir Tes Alat tulis.
c. Petugas tes
1. Juru keberangkatan.
2. Pengukur waktu merangkap pencatat hasil.
d. Pelaksanaan
1. Sikap permulaan.
Peserta berdiri di belakang garis start.
2. Gerakan
Pada aba-aba bersedia peserta menempatkan diri start jongkok
di belakang garis start.
Pada aba-aba siap peserta mengambil sikap siap untuk lari.
Pada aba-aba ya peserta lari secepat mungkin menuju garis
finish, menempuh jarak 40 meter.
Lari masih bisa diulang apabila :
- Pelari mencuri start.
35
- Pelari tidak melewati garis finish.
- Pelari terganggu oleh pelari yang lain.
Pengukuran waktu dilakukan saat bendera diangkat sampai pelari
tepat melintas garis finish.
Tes Gantung Siku Tekuk.
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan
otot bahu.
b. Alat dan fasilitas
1. Palang tunggal yang dapat diturunkan dan dinaikan.
2. Stopwatch.
3. Formulir tes dan alat tulis
4. Nomor dada.
5. Serbuk kapur atau magnesium karbonat.
c. Petugas tes
Pengukur waktu merangkap pencatat hasil.
d. Pelaksanaan
Palang tunggal dipasang dengan ketinggian sedikit di atas kepala peserta.
1. Sikap permulaan
Peserta berdiri di bawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan
pada palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke
arah letak kepala.
36
2. Gerakan
Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat ke atas
sampai mencapai sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di atas palang
tunggal. sikap tersebut dipertahankan selama mungkin.
e. Pencatatan hasil
Hasil yang dicatat adalah waktu yang di capai oleh peserta untuk
mempertahankan sikap tersebut di atas, dalam satuan waktu detik.
Baring Duduk 30 Detik
a. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut.
b. Alat dan fasilitas
1. Lantai/lapangan rumput yang rata dan bersih.
2. Stopwatch.
3. Nomor dada.
4. Formulir Tes dan Alat tulis.
5. Dan lain-lain.
c. Petugas tes.
1. Pengamat waktu.
2. Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil.
d. Pelaksanaan.
1. Sikap permulaan.
37
Berbaring terlentang di lantai atau rumput, kedua lutut ditekuk
dengan sudut 90 derajat, kedua tangan jari-jarinya berselang
selip diletakan di belakang kepala.
Petugas atau peserta lain memegang atau menekan kedua
pergelangan kaki agar tidak terangkat.
2. Gerakan.
Pada aba-aba ya peserta bergerak mengambil sikap duduk,
sampai kedua sikunya menyentuh kedua paha, kemudian
kembali ke sikap permulaan.
Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa
istirahat (selama 30 detik).
Catatan :
(1) Gerakan tidak dihitung jika tangan terlepas, sehingga jari-
jarinya tidak terjalin lagi.
(2) Kedua siku tidak sampai menyentuh paha.
(3) Mempergunakan sikinya untuk membantu menolak tubuh.
e. Pencatatan hasil
1. Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk
yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 30 detik.
2. Peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini, hasilnya
ditulis dengan angka 0 (nol).
38
Loncat Tegak.
a. Tujuan.
Tes ini bertujuan untuk mengukur tenaga eksplosif.
b. Alat dan fasilitas.
1. Papan berskala senti meter, warna gelap, berukuran 30 x 150 cm,
dipasang pada dinding atau tiang. Jarak antara lantai dengan
angka 0 (nol) pada skala yaitu, 100 cm.
2. Serbuk kapur.
3. Alat penghapus.
4. Nomor dada
5. Formulir tes.
6. Alat tulis.
c. Petugas tes.
Pengamat dan pencatat hasil.
d. Pelaksanaan.
1. Sikap permulaan.
Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan
serbuk kapur atau magnesium karbonat.
Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala
berada di samping kiri atau kanannya. Kemudian tangan
yang dekat dinding diangkat lurus ke atas telapak tangan di
tempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan
bekas raihan jarinya.
39
2. Gerakan.
Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukan lutut dan
kedua lengan diayun ke belakang. Kemudian peserta meloncat
setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang
terdekat sehingga menimbulkan bekas.
Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut-turut.
e. Pencatatan hasil.
1. Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak.
2. Ketiga selisih raihan dicatat.
Lari 600 meter
a. Tujuan.
Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah
dan pernafasan.
b. Alat dan fasilitas.
1. Lintasan lari berjarak 600 meter.
2. Stopwatch.
3. Bendera start.
4. Peluit.
5. Tiang pancang.
6. Nomor dada.
7. Formulir tes.
8. Alat tulis.
40
c. Petugas tes.
1. Juru keberangkatan.
2. Pengukur waktu.
3. Pencatat hasil.
4. Pembantu umum.
d. Pelaksanaan.
1. Sikap permulaan.
Peserta berdiri di belakang garis start.
2. Gerakan.
Pada aba-aba SIAP peserta mengambil sikap start berdiri, siap
untuk berlari.
Pada aba-aba YA peserta berlari menuju garis finish,
menempuh jarak 600 meter.
e. Pencatatan hasil.
1. Pengambilan waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai
pelari melintasi garis finish.
2. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk
menempuh jarak 600 meter. Waktu dicatat dalam satuan menit dan
detik.
41
Untuk menentukan tingkat kesegaran jasmani, ikuti langkah langkah
berikut :
1. Jumlahkan nilai kelima butir tes ( I s/d V )
2. Cocokkan hasil penjumlahan nilai tersebut dengan Norma Tes Kesegaran
Jasmani Indonesia.
Tabel 2
Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk Anak Usia 10 -12 Tahun Putra
Nilai Lari 40 meter
Gantung siku tekuk (
detik )
Baring duduk 30
detik
Loncat tegak ( cm )
Lari 600 meter
5 Sd 6.3 51 keatas 23 keatas 46 Sd - 209
4 6.4 7.5 31- 50 18 - 22 38-45 210 -230
3 7.6 8.3 15 - 30 12 - 17 31-37 231- 245
2 8.4 9.6 5 - 14 4 - 11 24-30 246- 344
1 9.7 - dst 4 - dst 0 - 3 23-dst 345 - dst
( Depdikbud, 1995)
Tabel 3
Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk Anak Usia 10 12 Tahun Putri
Nilai Lari 40 meter
Gantung siku tekuk (
detik )
Baring duduk 30
detik
Loncat tegak ( cm )
Lari 600 meter
5 Sd - 6.7 40 ke atas 20 ke atas 42 ke atas Sd - 232
4 6.8 - 7.5 20 39 14 - 19 34 - 41 233 - 254
3 7.6 - 8.3 8 19 7 - 13 28 - 33 255 328
2 8.4 - 9.6 2 7 2 - 6 21 - 27 329 - 422
1 9.7 - dst 0 1 0 - 1 20 - dst 423 - dst
( Depdikbud, 1995 )
42
Tabel 4
Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
No Jumlah nilai Klasifikasi
1. 22 - 25 Baik Sekali (BS)
2. 18 - 21 Baik ( B )
3. 14 - 17 Sedang ( S )
4. 10 - 13 Kurang ( K )
5. 5 - 9 Kurang sekali (KS)
( Depdikbud, 1995 )
3.5.2. Pengumpulan Data Minat Siswa
3.5.2.1. Menyusun Angket
Angket memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai alat pengumpul
data dalam suatu penelitian. Keuntungan angket adalah tidak memerlukan
hadirnya peneliti, dapat dibagikan secara serentak kepada responden, dapat
dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu
senggang mereka, sehingga responden bebas jujur dalam memberikan jawaban.
Sedangkan kelemahan angket adalah responden sering tidak teliti dalam
menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung
karena angket tersebut diberikan langsung kepada responden yang ingin diminta
keterangannya. Adapun isi angket terdiri dari bentuk pilihan. Bentuk pilihan
dimaksudkan untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban.
Adapun jumlah item pertanyaan yang diajukan dalam angket ini sebanyak 26
butir. Adapun kisi-kisi instrumen yang terrangkum didalamnya dapat dilihat di
table di bawah ini.
43
Tabel 5
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Konsep Variable Aspek Indikator
Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri.
(Slameto, 2003:180)
1. Intern
2. Ekstern
Kemampuan (inteligensi) Siswa
Perhatiian Siswa Sikap (attitude) Siswa Bakat Siswa Motivasi Siswa
Faktor Keluarga Faktor Sekolah Faktor Masyarakat
3.5.2.2.Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument (Suharsimi Arikunto, 2006:168). Sebuah instrument
dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti
secara tepat. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang diukur. Sekiranya peneliti menggunakan kuesioner di dalam
pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya hanya mencakup
apa yang ingin diukurnya. M. Singarimbun (1998:124) mengatakan validitas
sebagai alat pengumpulan data digolongkan menjadi beberapa jenis, salah
satunya adalah validitas isi (content validity).
44
Validitas isi suatu alat ukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat
pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka
konsep. Alat pengukur atau kuesioner yang disusun sudah bisa mewakili semua
aspek yang akan diteliti, memiliki validitas isi yang tinggi. Tinggi rendahnya
suatu validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran variable yang dimaksud. Untuk memperoleh
variable yang valid, peneliti harus berhati-hati dalam penyusunannya.
Suatu instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data
variable yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2002:136). Validitas soal
ditentukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment angka kasar :
( )( )( ){ } ( ){ }
=2222 YYNXXN
YXXYNxy
r
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
X = skor butir
Y = skor total
N = jumlah subyek
(Suharsimi Arikunto, 2002:243)
45
Berdasarkan uji validitas angket penelitian pada lampiran diperoleh hasil
seperti terangkum pada table berikut :
Tabel 6
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Angket Penelitian
No rxy rtabel Keterangan No rxy rtabel Keterangan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
0.300
0.143
0.327
0.346
0.330
0.273
0.482
0.386
-0.064
0.422
0.372
0.347
0.507
0.282
0.349
0.507
0.234
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
Valid
Invalid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Invalid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Invalid
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
0.526
0.300
0.207
0.297
0.278
0.141
0.332
0.319
0.218
0.265
0.428
0.407
0.154
0.294
0.186
0.373
0.460
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
0.254
Valid
Valid
Invalid
Valid
Valid
Invalid
Valid
Valid
Invalid
Valid
Valid
Valid
Invalid
Valid
Invalid
Valid
Valid
Berdasarkan hasil uji coba angket pada table diatas menunjukkan bahwa
dari 34 butir pertanyaan yang diuji cobakan terdapat 26 butir angket yang valid
karena memiliki harga rxy > r table = 0,254 untuk = 5% dengan, N = 60 dan
terdapat 8 butir angket yang tidak valid karena memiliki harga rxy < r table =
0,254 untuk = 5% dengan N = 60. Selanjutnya 26 butir soal yang Valid
46
tersebut disusun kembali penomorannya dan dapat digunakan untuk
pengambilan data penelitian.
3.5.2.3.Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada
subyek yang sama, untuk mengetahui ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil
(Suharsimi Arikunto, 2006:178). Sedangkan M. Singarimbun, 1989:140
mengatakan bahwa Reliabilitas adalah indek yang menentukan sejauh mana
suatu alat pengukur yang dapat dipercaya atau diandalkan. Jika suatu alat
pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut
reliabel. Dengan kata lain reliabilitas yang sama, setiap alat pengukur
seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil penelitian yang
konsisten.
Ada dua jenis reliabilitas yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal.
Reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang
berbeda. Baik dari instrument yang berbeda maupun yang sama. Sedangkan
reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali
pengetesan. Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal yaitu teknik
paralel dengan dua stel instrument diujikan pada sekelompok responden hasilnya
dikorelasikan. Dan yang kedua adalah teknik ulang dengan data perangkat
instrument diujikan pada sekelompok responden dua kali pada waktu yang
berbeda kemudian hasil keduanya dikorelasikan. Untuk mengetahui reliabilitas
47
internal ada bermacam-macam cara. Namun dalam penelitian ini menggunakan
rumus K R 21
Keterangan :
r11 = Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
M = Skor Rata-Rata
Vt = Varian Total
Hasil perhitungan reliabilitas instrument diperoleh r11 = 0,667. karena
harga koefisien reliabilitas yang diperoleh lebih besar dari pada harga kritiknya,
r11 (0,667) > rtabel (0,254), maka dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan
bahwa angket tersebut layak untuk digunakan atau reliabilitasnya tinggi.
3.6. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis
data merupakan suatu langkah yang penting dalam penelitian. Data yang sudah
terkumpul tidak berarti apa-apa jika tidak diolah, karena itu perlu analisis data
tersebut.
Dalam penggunaan analisis data dapat dilaksanakan dengan dua jenis
analisis yaitu analisis statistik dan analisis non statistik. Dalam penelitian
seorang peneliti dapat memakai salah satu dari analisis tersebut. Dalam data ini
= tVk
MkMr.
)(11k
k11
48
karena terkumpul berupa angka-angka maka penulis menggunakan analisis
statistik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (1987:221) yang
mengatakan Cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data
dengan menganalisa data penyelidikan yang terwujud angka-angka adalah teknik
statistik.
Penelitian ini menghasilkan 2 buah variabel yang akan dicari
hubungannya, setiap variabel biasanya diberi kode variabel X dan variabel Y.
Dalam statistik, teknik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
buah variabel adalah dengan menggunakan teknik koefisien korelasi.
Adapun rumus koefisien korelasi adalah :
( )( )( ){ } ( ){ }
=2222 YYNXXN
YXXYNxyr
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
X = skor angket tminat
Y = skor tes kesegaran jasmani
N = jumlah subjek
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Data Hasil Tes Kesegaran Jasmani
Dalam pengambilan data penelitian yang dilakukan di SD Negeri
Tempelan 2 Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun 2006-2007 kelas IV, V dan
VI antara usia 10 s/d 12 tahun dengan jumlah sampel keseluruhan 134 siswa.
Kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini antara lain kelas IV, V dan VI
Unggulan 64 siswa dan kelas IV, V dan VI Biasa 70 siswa.
Beberapa analisis data hasil penelitian yang akan dijelaskan dalam
penelitian ini meliputi lima item tes yang dinilai dalam variabel penelitian. Hasil
data dari kelima item tes tersebut di peroleh dari sekolah SD Negeri Tempelan 2
Blora Tahun 2006-2007 kelas IV, V,VI Unggulan dan Biasa antara usia 10 s/d 12
tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dan grafik di bawah ini.
4.1.1.1.Hasil Tes Kesegaran Jasmani Kelas IV, V, dan VI Unggulan
a. Lari 40 meter
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes lari 40 meter di ketahui bahwa
terdapat 7 siswa dengan hasil Kurang Sekali, 25 siswa dengan hasil Kurang,
27 siswa dengan hasil Sedang, 3 siswa dengan hasil Baik dan 2 siswa dengan
hasil Baik Sekali .
50
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7
Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 40 Meter Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
2
3
27
25
7
3%
5%
42%
39%
11%
Jumlah 64 100%
Hasil tersebut diatas jika dipersentasekan maka 11% siswa memperoleh
hasil Kurang Sekali, 39% siswa memperoleh hasil Kurang, 42% siswa
memperoleh hasil Sedang, 5% siswa memperoleh hasil Baik, 3% siswa
memperoleh hasil Baik Sekali.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 2
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 40 Meter
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Lari 40 Meter
11%
39%42%
5% 3% Sangat KurangKurang SedangBaik Baik Sekali
51
b. Gantung Siku Tekuk
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes gantung siku tekuk di ketahui
bahwa terdapat 11 siswa dengan hasil Kurang Sekali, 5 siswa dengan hasil
Kurang, 22 siswa dengan hasil Sedang, 15 siswa dengan hasil Baik dan 11
siswa dengan hasil Baik Sekali .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8
Analisis Deskriptif Persentase Tes Gantung Siku Tekuk
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
11
15
22
5
11
17%
23%
35%
8%
17%
Jumlah 64 100%
Hasil tersebut diatas jika dipersentasekan maka 17% siswa memperoleh
hasil Kurang Sekali, 8% siswa memperoleh hasil Kurang, 35% siswa
memperoleh hasil Sedang, 23% siswa memperoleh hasil Baik, 17% siswa
memperoleh hasil Baik Sekali.
52
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 3
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Gantung Siku Tekuk
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Gantung Siku
17%8%
35%23%
17% Sangat KurangKurang SedangBaik Baik Sekali
c. Baring Duduk (30 detik)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes baring duduk (30 detik) di ketahui
bahwa terdapat 4 siswa dengan hasil Kurang Sekali, 3 siswa dengan hasil
Kurang, 17 siswa dengan hasil Sedang, 37 siswa dengan hasil Baik dan 3
siswa dengan hasil Sangat Baik .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9
Analisis Deskriptif Persentase Tes Baring Duduk (30 detik)
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
3
37
17
3
4
5%
57%
27%
5%
6%
Jumlah 64 100%
53
Hasil tersebut diatas jika dipersentasekan maka 6% siswa memperoleh
hasil Kurang Sekali, 5% siswa memperoleh hasil Kurang, 27% siswa
memperoleh hasil Sedang, 57% siswa memperoleh hasil Baik, 5% siswa
memperoleh hasil Baik Sekali.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 4
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Baring Duduk (30 detik)
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Baring Duduk (30 detik)
6% 5%
27%
57%
5% Sangat KurangKurang SedangBaik Baik Sekali
d. Loncat Tegak
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes loncat tegak di ketahui bahwa
terdapat 11 siswa dengan hasil Kurang Sekali, 20 siswa dengan hasil Kurang,
26 siswa dengan hasil Sedang, 6 siswa dengan hasil Baik dan 1 siswa dengan
hasil Sangat Baik .
54
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10
Analisis Deskriptif Persentase Tes Loncat Tegak
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
1
6
26
20
11
2%
9%
41%
31%
17%
Jumlah 64 100%
Hasil tersebut diatas jika dipersentasekan maka 17% siswa memperoleh
hasil Kurang Sekali, 31% siswa memperoleh hasil Kurang, 41% siswa
memperoleh hasil Sedang, 9% siswa memperoleh hasil Baik, 2% siswa
memperoleh hasil Baik Sekali.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut :
Gambar 5
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Loncat Tegak
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Loncat Tegak
17%
31%41%
9% 2% Sangat KurangKurang SedangBaik Baik Sekali
55
e. Lari 600 Meter
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes lari 600 meter di ketahui bahwa
terdapat 6 siswa dengan hasil Kurang Sekali, 31 siswa dengan hasil Kurang,
14 siswa dengan hasil Sedang, 13 siswa dengan hasil Baik dan tidak ada
siswa dengan hasil Sangat Baik .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11
Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 600 Meter
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
-
13
14
31
6
0
20%
22%
49%
9%
Jumlah 64 100%
Hasil tersebut diatas jika dipersentasekan maka 9% siswa memperoleh
hasil Kurang Sekali, 49% siswa memperoleh hasil Kurang, 22% siswa
memperoleh hasil Sedang, 20% siswa memperoleh hasil Baik, 0% siswa
memperoleh hasil Baik Sekali.
56
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut :
Gambar 6
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 600 meter
Kelas IV, V, dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Lari 600 Meter
9%
49%22%
20% 0% Sangat KurangKurang SedangBaik Baik Sekali
Adapun analisis deskriptif persentase Tes Kesegaran Jasmani Siswa kelas
IV. V dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora secara keseluruhan lebih
jelasnya dapat dilihat dari table dan grafik di bawah ini.
Tabel 12
Analisis Deskriptif Persentase Tes Kesegaran Jasmani
Siswa Kelas IV. V dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora
Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
22 25
18 21
14 - 17
10 13
5 - 9
Baik Sekali (BS)
Baik (B)
Sedang (S)
Kurang (K)
Kurang Sekali (KS)
-
10
29
17
8
0%
16%
44%
27%
13%
57
Dilihat dari table diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas IV, V dan VI Unggulan SD Negeri
Tempelan 2 Blora dalam kategori Baik Sekali tidak ada.
2. Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas IV, V dan VI Unggulan SD Negeri
Tempelan 2 Blora dalam kategori Baik adalah 10 siswa, berarti 16% dari 64
siswa kelas unggulan.
3. Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas IV, V dan VI Unggulan SD Negeri
Tempelan 2 Blora dalam kategori Sedang adalah 29 siswa, berarti 44% dari 64
siswa kelas unggulan.
4. Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas IV, V dan VI Unggulan SD Negeri
Tempelan 2 Blora dalam kategori Kurang adalah 17 siswa, berarti 27% dari 64
siswa kelas unggulan.
5. Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas IV, V dan VI Unggulan SD Negeri
Tempelan 2 Blora dalam kategori Kurang Sekali adalah 8 siswa, berarti 13%
dari 64 siswa kelas unggulan.
Gambar 7
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Kesegaran Jasmani Kelas Unggulan
0% 16%
44%27%
13%Baik SekalibaikSedagKurangKurang Sekali
58
4.1.1.2.Hasil Tes Kesegaran Jasmani Kelas IV, V, dan VI Biasa
a. Lari 40 Meter
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes lari 40 meter di ketahui bahwa
terdapat 3 siswa dengan hasil Kurang Sekali, 26 siswa dengan hasil Kurang,
32 siswa dengan hasil Sedang, 9 siswa dengan hasil Baik dan tidak ada siswa
dengan hasil Baik Sekali .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13
Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 40 Meter
Siswa Kelas IV. V dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
-
9
32
26
3
0%
13%
46%
37%
4%
Jumlah 70 100%
Hasil tersebut diatas jika dipersentasekan maka 4% siswa memperoleh
hasil Kurang Sekali, 37% siswa memperoleh hasil Kurang, 46% siswa
memperoleh hasil Sedang, 13% siswa memperoleh hasil Baik, 0% siswa
memperoleh hasil Baik Sekali.
59
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 8
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 40 Meter
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Lari 40 Meter
4%
37%
46%
13% 0% Sangat KurangKurang SedangBaik Baik Sekali
b. Gantung Siku Tekuk
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes gantung siku tekuk di ketahui
bahwa terdapat 2 siswa dengan hasil Kurang Sekali, 13 siswa dengan hasil
Kurang, 32 siswa dengan hasil Sedang, 17 siswa dengan hasil Baik dan 6
siswa dengan hasil Baik Sekali .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 14
Analisis Deskriptif Persentase Tes Gantung Siku Tekuk
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
6
17
32
13
2
9%
24%
45%
19%
3%
Jumlah 70 100%
60
Hasil tersebut diatas jika dipersentasekan maka 3% siswa memperoleh
hasil Kurang Sekali, 19% siswa memperoleh hasil Kurang, 45% siswa
memperoleh hasil Sedang, 24% siswa memperoleh hasil Baik, 9% siswa
memperoleh hasil Baik Sekali.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 9
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Gantung Siku Tekuk
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Gantung Siku
3% 19%
45%
24%9% Sangat Kurang
Kurang SedangBaik Baik Sekali
c. Baring Duduk (30 detik)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes baring duduk (30 detik) di ketahui
bahwa terdapat tidak ada siswa dengan hasil Kurang Sekali, 1 siswa dengan
hasil Kurang, 23 siswa dengan hasil Sedang, 35 siswa dengan hasil Baik
dan 11 siswa dengan hasil Sangat Baik .
61
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 15
Analisis Deskriptif Persentase Tes Baring Duduk (30 detik)
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
11
35
23
1
-
16%
50%
33%
1%
0%
Jumlah 70 100%
Hasil tersebut diatas jika dipersentasekan maka 0% siswa memperoleh
hasil Kurang Sekali, 1% siswa memperoleh hasil Kurang, 33% siswa
memperoleh hasil Sedang, 50% siswa memperoleh hasil Baik, 16% siswa
memperoleh hasil Baik Sekali.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 10
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Baring Duduk (30 detik)
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Baring Duduk (30 detik)
0%1%33%
50%
16% Sangat KurangKurang SedangBaik Baik Sekali
62
d. Loncat Tegak
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes loncat tegak di ketahui bahwa
terdapat 3 siswa dengan hasil Kurang Sekali, 26 siswa dengan hasil Kurang,
28 siswa dengan hasil Sedang, 12 siswa dengan hasil Baik dan 1 siswa
dengan hasil Sangat Baik .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 16
Analisis Deskriptif Persentase Tes Loncat Tegak
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
1
12
28
26
3
1%
17%
41%
37%
4%
Jumlah 70 100%
Hasil tersebut diatas jika dipersentasekan maka 4% siswa memperoleh
hasil Kurang Sekali, 37% siswa memperoleh hasil Kurang, 41% siswa
memperoleh hasil Sedang, 17% siswa memperoleh hasil Baik, 1% siswa
memperoleh hasil Baik Sekali.
63
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut :
Gambar 11
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Loncat Tegak
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Loncat Tegak
4%
37%
41%
17% 1% Sangat KurangKurang SedangBaik Baik Sekali
e. Lari 600 Meter
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes lari 600 meter di ketahui bahwa
terdapat 5 siswa dengan hasil Kurang Sekali, 33 siswa dengan hasil Kurang,
23 siswa dengan hasil Sedang, 9 siswa dengan hasil Baik dan tidak ada siswa
dengan hasil Sangat Baik .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 17
Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 600 Meter
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
Sangat Baik
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
-
9
23
33
5
0%
13%
33%
47%
7%
Jumlah 70 100%
64
Hasil tersebut diatas jika dipersentasekan maka 7% siswa memperoleh
hasil Kurang Sekali, 47% siswa memperoleh hasil Kurang, 33% siswa
memperoleh hasil Sedang, 13% siswa memperoleh hasil Baik, 0% siswa
memperoleh hasil Baik Sekali.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut :
Gambar 12
Grafik Analisis Deskriptif Persentase Tes Lari 600 meter
Kelas IV, V, dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora
Lari 600 Meter
7%
47%33%
13% 0% Sangat KurangKurang SedangBaik Baik Sekali
Adapun analisis deskriptif persentase Tes Kesegaran Jasmani siswa kelas
IV. V dan VI Biasa SD Negeri Tempelan 2 Blora secara keseluruhan lebih
jelasnya dapat dilihat dari tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 18
Analisis Deskriptif Persentase Tes Kesegaran Jasmani
Siswa Kelas IV. V dan VI SD Negeri Tempelan 2 Blora
Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase (%)
22 25
18 21
14 17
10 13
5 9
Baik Sekali
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali
-
10
41
19
-
0%
14%
59%
27%
0%
65
Dlihat dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1 Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas IV, V dan VI SD Negeri Tempelan 2
Blora dalam kategori Baik Sekali tidak ada.
2 Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas IV, V dan VI SD Negeri Tempelan 2
Blora dalam kategori Baik adalah 10 siswa 16%
3 Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas IV, V dan VI SD Negeri Tempelan 2
Blora dalam kategori Sedang adalah 41 siswa 44%
4 Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas IV, V dan VI SD Negeri Tempelan 2
Blora dalam kategori Kurang adalah 19 siswa 27%
5 Tingkat kesegaran jasmani siswa kelas IV, V dan VI SD Negeri Tempelan 2
Blora dalam kategori Kurang Sekali tidak ada.
Gambar 13
Grafik Analisis Deskripsi Persentasi Tes Kesegaran Jasmani Kelas Biasa
0% 14%
59%
27% 0%Baik SekalibaikSedagKurangKurang Sekali
4.1.2. Deskripsi Data Minat Siswa
Pada bagian ini akan dipaparkan seberapa besar minat siswa terhadap mata
pelajaran pendidikan jasmani. Minat siswa tersebut dinilai dari 2 faktor, yaitu:
faktor intern yang memiliki indikator antara lain (1) Kemampuan (intelegensi)
66
siswa, (2) Perhatian siswa, (3) Sikap siswa, (4) Bakat siswa, dan (5) Motivasi
siswa. Faktor ekstern memiliki indikator antara lain (1) Faktor Keluarga, (2)
Faktor sekolah, dan (3) Faktor masyarakat. Minat siswa terhadap mata pelajaran
pendidikan jasmani yang dijadikan faktor penelitian, yaitu : kelas IV, V, VI
unggulan dan biasa SD Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora.
Pengolahan data hasil penelitian dari jawaban yang diperoleh dari
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tertuang dalam kuesioner minat
terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani berupa data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka atau bilangan-bilangan.
Selanjutnya data yang bersifat kuantitatif tersebut yang berwujud angka-angka
hasil perhitungan dari jawaban responden terhadap pertanyaan tentang minat
terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani, dihitung dengan menggunakan
analisis data indikator dengan rumus deskriptif persentase. Hasil persentase
tersebut kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif.
Dimaksudkan agar mempermudah dalam memahami hasil yang diperoleh.
Tabel 19
Deskripsi Frekuensi Minat Siswa Kelas IV, V dan VI Unggulan
SD Negeri Tempelan 2 Blora Terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani
Ditinjau Dari Setiap Indikator
Faktor Indikator No
Item Frekuensi Persentase (%)
Per Item Persentase (%)Per Indikator
Intern
Kemampuan
(intelegensi)
Siswa
1
2
3
36
58
26
56,25 %
90,63 %
40,63 %
62,5%
67
Perhatian Siswa
4
5
6
7
8
9
59
54
26
59
64
37
92,19 %
84,38 %
40,63 %
92,19 %
100 %
57,81 %
77,86%
Sikap (attitude)
Siswa
10
11
12
13
14
49
63
36
48
54
76,56 %
98,44 %
56,25 %
75 %
84,38 %
78,13%
Bakat Siswa
15
16
50
46
78,13 %
71,18 %
75%
Motivasi Siswa 17
18
58
44
90,63 %
68,75 %
79,68%
Faktor Keluarga
19
20
21
25
32
24
39,06 %
50 %
37,5 %
42,19%
Faktor Sekolah
22
23
24
33
50
64
51,56 %
78,13 %
100 %
76,56%
Ekstern
Faktor
Masyarakat
25
26
50
54
78,13 %
84,38%
81,25%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa minat siswa kelas IV, V
dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora terhadap mata pelajaran
pendidikan jasmani didasarkan pada faktor intern yang memiliki indikator
kemampuan (intelegensi) siswa terbukti terdapat 62,5% siswa, perhatian siswa
terbukti 77,86% siswa, sikap (attitude) siswa 78,13% siswa, bakat siswa 75%
68
siswa, dan motivasi siswa 79,68% siswa. Sedangkan dari faktor ekstern yang
terdiri dari faktor keluarga dapat dilihat terdapat 42,19% siswa, faktor sekolah
terdapat 76,56% siswa, dan faktor masyarakat 81,25% siswa.
Tabel 20
Deskripsi Frekuensi Minat Siswa Kelas IV, V dan VI Biasa
SD Negeri Tempelan 2 Blora Terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani
Ditinjau Dari Setiap Indikator
Faktor Indikator No
Item Frekuensi Persentase (%)
Per Item Persentase (%) Per Indikator
Kemampuan
(intelegensi)
Siswa
1
2
3
56
56
36
80 %
80 %
51,43 %
70,48%
Perhatian Siswa
4
5
6
7
8
9
65
57
45
67
64
39
92,86 %
81,43 %
64,29 %
95,71 %
91,43 %
55,71 %
80,24%
Sikap (attitude)
Siswa
10
11
12
13
14
58
63
58
54
66
82,86 %
92,86 %
82,86 %
83,14 %
94,29 %
85,45%
Bakat Siswa
15
16
63
58
90 %
82,86 %
86,43%
Intern
Motivasi Siswa
17
18
56
65
80 %
92,86 %
86,43%
Ekstern Faktor
Keluarga
19
20
32
55
45,71 %
78,51 %
57,14%
69
21 33 47,14 %
Faktor Sekolah
22
23
24
39
48
57
55,21 %
68,57 %
81,43 %
68,57%
Faktor
Masyarakat
25
26
39
50
55,71 %
71,43 %
63,57%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa minat siswa kelas IV, V
dan VI Unggulan SD Negeri Tempelan 2 Blora terhadap mata pelajaran
pendidikan jasmani didasarkan pada faktor intern yang memiliki indikator
kemampuan (intelegensi) siswa terbukti terdapat 70,48% siswa, perhatian siswa
terbukti 80,24% siswa, sikap (attitude) siswa 85,45% siswa, bakat siswa 86,43%
siswa, dan motivasi siswa 86,43% siswa. Sedangkan dari faktor ekstern yang
terdiri dari faktor keluarga dapat dilihat terdapat 57,14% siswa, faktor sekolah
terdapat 68,57% siswa, dan faktor masyarakat terdapat 63,57% siswa.
4.1.3. Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani dan Minat Terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Kelas IV, V dan VI Unggulan SD Negeri
Tempelan 2 Blora
Sebagaimana dinyatakan dalam BAB II hipotesis kerja yang akan
dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini adalah Ada hubungan antara
tingkat kesegaran jasmani dan minat terhadap mata pelajaran pendidikan
jasmani pada siswa kelas unggulan SD Negeri Tempelan 2 Kecamatan Blora
Kabupaten Blora Tahun 2006-2007.
70
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini maka digunakan analisis
koefisien korelasi dan determinasi. Hasil uji hipotesis tersebut dapat dilihat
setelah dimasukkan kedalam rumus koefisien korelasi. yang berdasarkan tabel
persiapan analisis korelasi di peroleh :
N = 64 X2 = 22815
X = 1199 Y2 = 13737
Y = 907 XY = 17277
Dimasukkan dalam rumus koefisien korelasi :
( )( )( ){ } ( ){ }
=2222 YYNXXN
YXXYNxy
r
( ) ( )( )( ) ( ){ } ( ) ( ){ }22 907137376411992281564 90711991727764 =
( )( )8226498791681437601146016010874931105728
=
5651922559
18235x
=
1275012121
18235=
3119,35707
18235=
5107,0=
71
Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa koefisien korelasi
antara Tingkat Kesegaran Jasmani dan Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani sebesar 0,5107. Tetapi sebelum mencari koefisien
determinasi terlebih dahulu mencari persamaan regresi yang di prediksi dalam
bentuk : = a + bX, untuk memperoleh koefisien a dan koefisien b digunakan
rumus :
( )222
=
XXN
XYXXYa
( )
= 22 XXN
YXXYNb
Berdasarkan tabel persiapan di peroleh :
N = 64 X2 = 22815
X = 1199 Y2 = 13737
Y = 907 XY = 17277
Dimasukkan dalam rumus koefisien a dan koefisien b :
( )( ) ( )( )( ) ( )211992281564
17277119922815907
=a
972,0= ( ) (
top related