BAB l PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Skripsi ini berjudul Analisis butir soal tes hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) kelas l di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan dan memaknai judul skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut. 1. Analisis Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. 1 2. Butir Soal 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012 ), hlm . 58.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB lPENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul Analisis butir soal tes hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam ( PAI ) kelas l di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo
Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Untuk menghindari kesalahan
dalam menafsirkan dan memaknai judul skripsi ini, maka penulis akan
menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut.
1. Analisis
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya.1
2. Butir Soal
Soal merupakan pertanyaan atau pernyataan yang menimbulkan situasi
masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.Penguasaan siswa diketahui
dari kemampuannya membuat pemecahan masalah.Satuan untuk soal
adalah butir sehingga tiap item pertanyaan atau pernyataan dikenal
sebagai butir soal2.
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012 ), hlm . 58.2 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 66.
3. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar, yaitu tes yang menilai sampai di mana hasil belajar
yang dicapai oleh siswa, setelah mereka menjalani perbuatan belajar
dalam waktu tertentu. Jadi tes ini dilakukan setelah siswa mengalami
proses belajar, dan bahan yang dijadikan soal tes tidak keluar dari
bahan yang telah dipelajari oleh siswa.3
4. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam serta menjadikan
sebagai pandangan hidup.4
5. Sekolah Dasar Negeri Sariharjo
Sekolah Dasar Negeri Sariharjo adalah sekolah yang berada di Dusun
Sariharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.
Maksud judul skripsi ini adalah penelitian tentang analisis butir soal
untuk mengetahui koefisien validitas butir soal, koefisien tingkat
kesukaran butir soal, koefisien daya pembeda butir soal.
3 Slameto, Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara,2001), hlm. 30.4 Zakiyah Darajat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Bumi Aksara,1996 ), hlm. 86.
B. Latar belakang masalah
Tes merupakan metode pengukuran yang menggunakan alat ukur berbentuk satu
set pertanyaan untuk mengukur sampel tingkah laku, dan jawabannya biasa
dikategorikan benar dan salah.5
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus di kerjakan oleh anak sehingga
menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang
dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau nilai
standar yang ditetapkan.6
Tes hasil belajarmerupakan tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil
pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen
kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu.7
Keberhasilan dalam dunia pendidikan dapat diketahui dari cara penilaian hasil
belajar yang telah ditentukan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di dalam
pendidikan. Penilaian adalah salah satu bagian yang paling penting dalam
rangkaian proses pembelajaran dalam pendidikan. Sehingga dapat dikatakan baik
5 Bambang Subali, Prinsip Assesmen & Evaluasi Pembelajaran, ( Yogyakarta : UNY Press, 2012 ), hlm. 1.6 Sudirman, Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992 ), hlm. 243.7 M Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, ( Bandung :PTRemaja Rosdakarya, 2010 ), hlm. 33.
tidaknya kegiatan pendidikan, salah satunya di tentukan oleh penilaian hasil
belajar.
Tes sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar mempunyai peranan yang penting
dalam mengukur prestasi hasil belajar siswa.Dalam langkah-langkah penyusunan
tes antara lain menetapkan tujuan tes, analisis kurikulum, analisis buku pelajaran
dan sumber dari materi belajar lainnya, membuat kisi-kisi, penulisan tujuan
Untuk mengetahui apakah butir soal itu baik atau jelek, dapat dilakukan dengan
menganalisis butir soal. Apabila butir soal dianalisis dalam kurva normal dan
hasilnya tercermin sebagian besar siswa berada didaerah sedang, sebagian kecil
berada disebelah kiri, dan sebagian kecil yang lain berada di sebelah kanan kurva
maka butir soal telah memenuhi kriteria butir soal yang baik. Apabila butir soal
dianalisis tidak sesuai yang diharapkan dalam kurva normal berarti butir soal
belum memenuhi kriteria butir soal yang baik.
Butir soal merupakan alat atau instrumen yang akan dijadikan sebagai obyek
penelitian. Butir soal tersebut berbentuk tes obyektif pilihan ganda yang
berjumlah 20 butir soal yang diambil dari soal tes hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman. Di
kelas I Sekolah Dasar Negeri Sariharjo merupakan tempat yang akan dijadikan
penelitian yang siswanya berjumlah 16 siswa.
8 Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, ( Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm. 12-16.
Karena tes hasil belajar sebagai alat ukur untuk mengukur prestasi siswa, maka
dalam perangkat soal tes hasil belajar harus memiliki butir soal yang baik
sebagaimana kriteria butir soal yang baik memiliki validitas, memiliki tingkat
kesukaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit dan juga mempunyai
daya beda soal yang dapat membedakan.
Untuk mengetahui kualitas butir soal tes hasil belajar tersebut, maka kiranya perlu
dilakukan penelitian dengan cara melakukan analisis butir soal sehingga hasil
analisis butir soal tersebut dapat dijadikan sebagai informasi yakni bagi guru,
sekolah dan khususnya bagi team pembuat soal sehingga dapat melakukan
penyempurnaan butir soal, apabila butir soal tersebut belum memenuhi kriteria
butir soal yang baik.
C. Alasan pemilihan judul
1. Menarik, karena dengan analisis butir soal, penulis dapat mengetahui
kualitas butir soal.
2. Penting, karena analisis butir soal merupakan bagian dari evaluasi
pendidikan.
3. Karena sepengetahuan penulis dalam sebuah penelitian belum begitu
banyak meneliti tentang analisis butir soal.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diketahui rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana koefisien validitas butir soal test hasil belajar kelas I di
Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta?
2. Bagaimana koefisien tingkat kesukaran butir soal test hasil belajar
kelas I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta?
3. Bagaimana koefisien daya beda butir soal test hasil belajar kelas I di
Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta?
E. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui koefisien validitas butir soal test hasil belajar kelas
I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui koefisien tingkat kesukaran butir soal test hasil
belajar kelas I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui koefisien daya beda butir soal test hasil belajar
kelas I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.
F. Kegunaan penelitian
1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam evaluasi
pendidikan islam.
2. Bagi Kelompok kerja Guru ( KKG ) akan memperoleh gambaran
secara rinci tentang keadaan butir soal sehingga dapat digunakan untuk
penyempurnaan butir soal.
3. Bagi Guru, akan memperoleh gambaran secara rinci tentang keadaan
butir soal.
A. Metode penelitian
Untuk memudahkan pengumpulan dan analisis data, serta mengacu pada
penelitian yang relevan dengan judul skripsi maka penulis menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Metode penentuan subyek
a. Kepala sekolah yang merupakan subyek yang bersifat sekunder, penulis
akan mendapatkan data yang berupa gambaran umum Sekolah Dasar
Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.
b. Guru Pendidikan Agama Islam adalah subyek yang bersifat primer,
maka penulis akan mendapatkan data perangkat soal test hasil belajar
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam beserta kunci jawabannya.
c. Siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri Sariharjo adalah subyek yang
bersifat primer, maka penulis akan mendapatkan jawaban siswa
terhadap butir soal tes hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Peneliti menggunakan teknik populasi, karena subyeknya kurang dari
100, Suharsimi Arikunto berpendapat :
“ Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 15% - 20% atau 20% - 25 %’.9
Untuk mengetahui tingkat kesukaran dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
P = indeks kesukaranB = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benarJS = jumlah siswa tes
c. Koefisien daya beda butir soal
Untuk menentukan daya beda butir soal dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
= PA - Pв
Keterangan :
J = jumlah peserta tesJᴀ = banyaknya peserta kelompok atas Jв = banyaknya peserta kelompok bawahBᴀ = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar Bв = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benarPᴀ = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar Pв = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.13
( predictif validity) dan validitas bandingan (concurrent
validity).
Adapun penjelasan masing-masing validitas adalah
sebagai berikut:
(a) Validitas isi
Validitas isi merupakan validitas yang berhubungan
dengan representativitas sampel butir dari semua
populasi butir.
(b) Validitas konstruksi
Validitas konstruksi merupakan perngujian validitas
yang dilakukan dengan melihat kesesuaian
konstruksi butir dengan kisi-kisi.
(c) Validitas ramalan
Validitas ramalan merupakan pengujian validitas
yang dilakukan dengan menggunakan kriteria
eksternal dimana kriteria pembandingnya belum ada
pada saat tes hasil belajar dikembangkan. Kriteria
sebagai pembandingnya harus diramalkan dengan
menggunakan skor hasil pengukuran tes hasil
belajar.
(d) Validitas bandingan
Validitas bandingan merupakan pengujian validitas
dengan menggunakan kriteria eksternal dimana
kriteria yang digunakan telah ada saat pengujian tes
hasil belajar dilakukan.32
a. Validitas item atau butir soal
Validitas butir soal adalah ketepatan mengukur yang
dimiliki oleh butir item dalam mengukur apa yang
seharusnya diukur melalui butir item tersebut.
Sebuah butir soal atau item dikatakan memiliki validitas
tinggi jika skor pada butir soal atau item mempunyai
kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat
diartikandengan korelasi. Adapun untuk skor soal bentuk
obyektif untuk item diberikan 1 bagi item yang dijawab
benar dan 0 bagi item yang dijawab salah, sedangkan skor
total merupakan jumlah dari skor untuk semua item yang
membangun soal tersebut. Untuk menghitung kesejajaran
skor item dengan skor total tersebut yaitu dengan cara
32Anas sudijono, Op. Cit, hml. 120-128.
mengkorelasikan skor item atau butir soaldengan skor total
dengan menggunakan rumus korelasi product moment
sebagai berikut:
Keterangan :
rXY = koefisien korelasi antara X dan YX = skor butir soalY = skor total N = jumlah subyek
Dalam hal validitas butir, untuk kesejajaran atau korelasi perlu adanya interpretasi koefisien korelasi untik menunjukkan kesejajaran atau korelasi tersebut. Berikut interpretasi koefisien korelasi:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggiAntara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggiAntara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukupAntara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendahAntara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah.33
2. Analisis tingkat kesukaran(Item difficulties)
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengkaji soal
yang mudah, sedang dan sukar, sehingga bisa
menyeimbangkan proporsi soal yang mudah, sednag dan sukar
33Suharsimi. 75.
dalam tes. Tingkat kesukaran tes dipandang dari kemampuan
siswa untuk menjawab. Tingkat kesukaran tes menunjukan
persentase siswa ang item dengan benar.34
Tingkat kesukaran adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu item atau tes. Jika suatu item atau tes memiliki
tingkat kesukaran seimbang, maka tes tersebut dapat dikatakan
baik. Dengan kata lain suatu item tes atau tes hendaknya tidak
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.35
Dalam hal tingkat kesukaran, tingkat kesukaran dinyatakan
oleh suatu indeks yang dinamakan indeks kesukaran dan
disimbolkan oleh huruf P (Proporsi). suatu item sedemikian
sukarnya sehingga tidak seorang siswa pun siswa menjawab
dengan benar maka harga P akan sama dengan 0, sedangkan
apabila suatu tesitem sedemikian mudahnyasehingga seluruh
siswa menjawab dengabn benar maka harga P akan sama
dengan 1,. Jadi kisaran tinggat kesukaran antara 1 samapai
dengan 0.36
Suatu tes yang baik harus mempunyai proporsi butir soal yang
tingkat kesukarannya seimbang, artinya bedistribusi secara
normal. Mengingat distribusi normal ini, maka dapat dijadikan
pedoman bahwa proporsi tingkat kesukaran butir soal yang
mudah, sedang dan sukar masing-masing adalah 27%, 46%
34Hamzah B Uno Dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran, hlm. 156.35Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional, (Bandung: PT Rosdakarya, 1991), hlm. 129.36Saifuddin Azwar, hlm. 134-135.
dan 27%. Makin sukar dan makin mudah suatu butir soal
hendaknya merupakan bagian yang sedikit jumlahnya.37
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS = jumlah seluruh peserta test.38
Tingkat kesukaran mempunyai rentang nilai, adapun untuk
menentukan rentang nilai tingkat kesukaran dapat
dikategorikan dalam tiga kelompok. Berikut kategori tingkat
kesukaran dalam tiga kelompok:
Tabel 1: kriteria tingkat kesukaran butir soal.39
Rentang TK kategori
1,00 --- 0,30 Sukar
0,3 --- 0,70 Sedang
0,70 --- 1,00 Mudah
37Mudijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm. 62.38Suharsimi. Hlm. 208.39Suharsimi. Hlm. 210.
3. Analisis daya pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan
untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa
yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong kurang
atau lemah prestasinya.40
Analisis daya pembeda suatu soal tes dimaksudkan untuk
mengkaji kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang memiliki prestasi tinggi dan yang memiliki prestasi
rendah.41
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut
indeks diskriminasi, disingkat dengan D. Adapun untuk
mementukan indeks diskriminasi (D) dapat dilakukan dengan
membedakan kelompok kecil
(kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang keatas).
Kelompk kecil, seluruh kelompok testee dibagi dua sama
besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah
kemudian seluruh kelompok testee dideretkan mulai skor
teratas sampai terbawah, kemudian dibagi 2. Kelompok besar
hanya diambil kedua kutubnya, yaitu 27% skor teratas sebagai
40 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 141.41Hamzah B Uno Dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran, hlm. 157.
kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok
bawah (JB).42
Untuk menghitung indeks diskriminasi tersebut dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
= PA - Pв
Keterangan:
J = jumlah peserta tesJᴀ = banyaknya peserta kelompok atas Jв = banyaknya peserta kelompok bawahBᴀ = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
itu dengan benar Bв = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
itu dengan benarPᴀ = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar Pв = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dalam hal daya pembeda, indeks diskriminasi yang ideal
adalah yang sebesar mungkin mendekati angka 1, semakin
besar indeks diskriminasi
(mendekati angka 1) berarti item tersebut semakin mampu
membedakan antara mereka yang menguasai bahan yang
diujikan dan mereka yang tidak.. semakin kecil indeks
(mendekati 0) berarti semakin tidak jelaslah fungsi item yang
bersangkutan dalam membedakan mana subyek yang
menguasai bahan pelajaran dan subyek yang tidak tahu apa-