Page 1
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
PENGARUH SENAM DISMENOREA TERHADAP PENURUNAN
DISMENOREA PRIMER PADA SISWI KELAS VIII DI SMPN 9
BANDUNG
Yayat Suryati1, Ai Nurlaela2 Dwi Hastuti 3
1Dosen Magister Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
Stikesayani.ac.id, [email protected] /[email protected] 2Program studi Ilimu keperawata (S-1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
3Dosen Diploma 3 Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
ABSTRAK
Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap
Negara mengalami dismenorea, jika hal ini dibiarkan maka akan berdampak psikologis berupa konflik
emosional, ketegangan, dan kegelisahan. Maka diperlukan penanganan dengan pengobatan non
farmakologis yaitu senam dismenorea. Inti dari senam ini gerakannya lebih dipusatkan pada gerakan
dari bagian panggul dimana di daerah tersebut terdapat alat reproduksi wanita beserta otot-otot yang
berpengaruh terhadap dismenorea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam
dismenorea terhadap dismenorea primer pada siswi kelas VIII. Desain penelitian yang digunakan
metode quasi eksperimen one group pre-test post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja
putri kelas VIII yang mengalami dismenorea primer di SMPN 9 Bandung yang berjumlah 52 orang
dan sampel yang digunakan berjumlah 28 orang dengan tekhnik pengambilan sampel menggunakan
stratified random sampling, penelitian ini dilaksanakan selama 5 hari berturut-turut dengan durasi 30
menit. Analisis data menggunakan univariat untuk melihat nilai mean dan bivariat untuk melihat
adanya pengaruh menggunakan uji t dependent. Hasil penelitian didapatkan bahwa hasil pre test rata-
rata intensitas nyeri 4,86, sedangkan hasil post test rata-rata intensitas nyeri 2,54 dan di peroleh nilai
p value < α = 0,001 (α= 0,05). Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa senam
dismenorea ini dapat menurunkan dismenorea primer pada siswi kelas VIII di SMPN 9 Bandung 2017.
Disarankan pihak sekolah dapat memajang gambar senam dismenorea di UKS, sebagai panduan untuk
menangani dismenorea.
Kata Kunci : Intensitas Nyeri, Remaja, Senam Dismenorea
Kepustakaan : 58 (2002-2017)
Page 2
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
ABSTRACT
The incidence of dysmenorrhea in the world is very large. The average more than 50% of women in
every country have dysmenorrhea, if this is left then it will have psychological impacts of emotional
conflict, tension, and anxiety. Then required treatment with non pharmacological treatment of
gymnastics dysmenorrhea. The core of this gymnastics movement is more focused on the movement of
the pelvis where in the area there are female reproductive devices and muscles that affect of
dysmenorrhea. This study aims to determine the effect of gymnastics dysmenorrhea to the decrease
primary dismenorrhea in students of class VIII. The research design used quasi experimental one
group pre-test and post-test method. The population in this study were teenage girls of class VIII who
experienced primary dysmenorrhea in SMPN 9 Bandung which amounted to 52 people and the sample
used was 28 people with sampling technique using stratified random sampling, this research was
conducted for 5 consecutive days with duration 30 minutes. The data analysis used univariate to see
the value of the mean and bivariate values to see the effect of using t dependent test. The results
showed that the average pre test result of pain intensity 4,86, while the result of post test average of
pain intensity 2,54 and get p value <α = 0,001 (α = 0,05). Based on these studies it can be concluded
that this dysmenorrhea gymnastics can reduce primary dysmenorrhea in class VIII students in SMPN
9 Bandung 2017. It is recommended that the school can display the image of gymnastics dysmenorrhea
in the infirmary, as a guide for dealing with dysmenorrhea.
Keywords: Dysmenorrhoe Gymnastics, Pain Intensity, Teenagers,
Bibliography: 58 (2002-2017)
Page 3
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
A. PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa, yang dimulai pada saat
terjadinya kematangan seksual yaitu antara 11
atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu
menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih,
2004). Data demografi menunjukan bahwa
remaja merupakan populasi yang besar dari
penduduk dunia. World Health Organization
(WHO) dalam (Soetjiningsih, 2004) sekitar
seperlima dari penduduk dunia adalah remaja
berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada
di negara sedang berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan
pada masa remaja sangat pesat, baik fisik
maupun psikologis. Perkembangan yang pesat
ini berlangsung pada usia 11-16 tahun pada
laki-laki dan 10-15 tahun pada perempuan.
Anak perempuan lebih cepat dewasa
dibandingkan anak laki-laki. Pesatnya
perkembangan pada masa puber dipengaruhi
oleh hormon seksual. Organ-organ reproduksi
pada masa puber telah mulai berfungsi. Salah
satu ciri masa pubertas adalah mulai terjadinya
menstruasi pada perempuan.
Setiap bulan wanita melepaskan satu sel telur
dari salah satu ovariumnya. Bila sel telur ini
tidak mengalami pembuahan maka akan
terjadi perdarahan (menstruasi) (Properawati
& Misaroh, 2009). Menstruasi adalah
perdarahan periodik normal uterus dan
merupakan fungsi fisiologis yang hanya
terjadi pada wanita. Pada dasarnya haid
merupakan proses katabolisme dan terjadi di
bawah pengaruh hormon hipofisis dan
ovarium (Benson, 2009). Nyeri pada saat
menstruasi atau haid sering dikeluhkan
seorang wanita sebagai sensasi tidak nyaman,
karakteristik nyeri ini sangat khas karena
muncul secara reguler dan periodik menyertai
menstruasi yaitu rasa tidak enak di perut
bagian bawah sebelum dan selama haid
disertai mual disebabkan meningkatnya
kontraksi uterus. Beberapa remaja terkadang
merasakan nyeri dibagian punggung bagian
bawah, pinggang, panggul otot paha atas
hingga betis. Hal ini dilaporkan sebagai
dismenore (Winkjosastro, 2008).
Angka kejadian dismenorea di dunia sangat
besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di
setiap Negara mengalami dismenorea
(Fajaryati, 2010). Di Amerika Serikat
diperkirakan 45-90% perempuan mengalami
dismenorea, dan 12% nyeri berat, 37% sedang,
49% ringan, yang mengakibatkan 14% remaja
putri tidak hadir disekolah. Selain
ketidakhadiran disekolah, dismenorea ini juga
berdampak pada kerugian ekonomi di
Amerika Serikat tiap tahun yang diperkirakan
mencapai 600 juta jam kerja dan dua miliar
dolar (Anurogo & Wulandari, 2011).
Dismenorea di Indonesia tahun 2008 sebesar
64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenorea
primer dan 9,36 dysmenorhea sekunder
menurut Santoso (2008). Dismenorea di Jawa
Barat cukup tinggi, hasil penelitian didapatkan
kejadian sebanyak 54,9% wanita mengalami
dismenorea, terdiri dari 24,5% mengalami
dismenorea ringan, 21,28% mengalami
dismenorea sedang dan 9,36% mengalami
dismenorea berat (Aisyiyah, 2015).
Dismenorea adalah nyeri pada daerah
panggul akibat menstruasi dan produksi zat
prostaglandin. Seringkali dimulai segera
setelah mengalami menstruasi pertama
(menarche). Nyeri berkurang setelah
menstruasi, namun pada beberapa wanita nyeri
bisa terus dialami selama periode menstruasi
yang bisa disebut dengan dismenorea primer
(Properawati & Misaroh, 2009).
Penyebab terjadinya nyeri
dismenorea primer dikarenakan adanya
peningkatan produksi prostaglandin.
Peningkatan ini akan mengakibatkan kontraksi
uterus dan vasokonstriksi pembuluh darah.
Alirah darah yang menuju ke uterus menurun
sehingga uterus tidak mendapat suplai oksigen
yang adekuat sehingga menyebabkan nyeri.
Intensitas nyeri berbeda dipengaruhi oleh
Page 4
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
deskripsi individu tentang nyeri, persepsi dan
pengalaman nyeri (Kelly & Tracey, 2007).
Dampak psikologis dari dismenorea
dapat berupa konflik emosional, ketegangan,
dan kegelisahan. Hal tersebut dapat
menimbulkan perasaan yang tidak nyaman
dan asing. Sedikit tidak merasa nyaman dapat
dengan cepat berkembang menjadi suatu
masalah besar dengan segala kekesalan yang
menyertainya. Hal tersebut akan
mempengaruhi kecakapan dan
keterampilannya. Kecakapan dan
keterampilan yang dimaksud berarti luas, baik
kecakapan personal (personal skill) yang
mencakup; kecakapan mengenali diri sendiri
(self awareness) dan kecakapan berfikir
rasional (thinking skill), kecakapan sosial
(social skill), kecakapan akademik (academic
skill) (Kadek, Surinati, & Mastini, 2014).
Secara umum penanganan nyeri
terbagi dalam dua kategori yaitu pendekatan
farmakologis dan nonfarmakologis. Secara
farmakologis nyeri dapat ditangani dengan
terapi analgesik yang merupakan metode
paling umum digunakan untuk menghilangkan
nyeri. Terapi ini dapat berdampak ketagihan
dan memberikan efek samping obat yang
berbahaya bagi pasien (Perry & Potter, 2005).
Sedangkan penanganan secara non
farmakologis dapat dilakukan kompres hangat
atau mandi air hangat, massase, tidur yang
cukup, hipnoterapi, teknik relaksasi dan
olahraga rigan seperti senam (Anurogo &
Wulandari, 2011).
Senam dismenorea merupakan salah
satu teknik relaksasi. Olahraga atau latihan
fisik yang dapat menghasilkan hormon
endorphin. Endorphin adalah neuropeptide
yang dihasilkan tubuh pada saat
relaksi/tenang. Endorphin dihasilkan otak dan
susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini
dapat berfungsi sebagai obat penenang alami
yang diproduksi otak yang melahirkan rasa
nyaman dan meningkatkan kadar endorphin
dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada
saat kontraksi.
Olahraga terbukti dapat
meningkatkan kadar b-endorphin empat
sampai lima kali di dalam darah. Sehingga
semakin banyak melakukan senam/olahraga
maka akan semakin tinggi pula kadar b-
endorphin. Ketika seseorang melakukan
olahraga/senam, maka b-endorphin akan
keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam
hipotalamus dan sistem limbik yang berfungsi
untuk mengatur emosi. Peningkatan b-
endorphin terbukti berhubungan erat dengan
penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat,
memperbaiki nafsu makan, kemampuan
seksual, tekanan darah, dan pernafasan (Harry,
2007). Sehingga olahraga atau senam akan
efektif dalam mengurangi masalah nyeri
terutama nyeri dysmenorea.
Hasil studi di SMPN 9 Bandung, dari
hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
salah seorang guru SMPN 9 Bandung yang
bertugas di bagian kurikulum dan kesiswaan,
didapatkan keterangan bahwa banyak siswi
yang mengeluh nyeri pada saat menstruasi.
Dan dari beberapa pertanyaan terkait
dismenorea yang ditanyakan melalui
wawancara secara langsung didapatkan bahwa
14 dari 16 orang siswi kelas VIII di SMPN 9
Bandung juga menyatakan bahwa mereka
mengalami nyeri menstruasi/ dismenorea.
Responden menangani nyeri tersebut dengan
beberapa cara diantaranya, tidur sebanyak 4
orang, mengoles minyak kayu putih sebanyak
4 orang, dan tidak melakukan apa-apa
sebanyak 6 orang.
Peran perawat dalam hal ini sebagai
edukator/ pendidik (Doheny dalam
Hutahaean, 2010), yaitu perawat membantu
klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan yang diterima klien
dengan menangani nyeri pada dismenorea
dengan cara mengajarkan senam dismenorea.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik
untuk mengambil masalah penelitian tentang
“Pengaruh Senam Dismenorea Terhadap
Page 5
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Penurunan Dismenorea Primer Pada Siswi
kelas VIII di SMPN 9 Bandung Tahun 2017”.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan metode quasi
eksperimen design. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian quasy eksperimen design
dengan one group pretest-postest dari
kelompok intervensi. Sebelum dilakukan
intervensi terlebih dahulu dilakukan
pengkuran awal (pre test) untuk menentukan
kemampuan atau nilai awal responden
sebelum intevensi (uji coba). Selanjutnya
intervensi sesuai dengan prosedur intervensi
yang telah direncanakan.
Populasi dalam penelitian ini adalah
remaja putri kelas VIII yang mengalami
dismenorea primer di SMPN 9 Bandung yang
berjumlah 52 orang pada tahun 2017.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah probability sampling
yaitu stratified random sampling, dimana
metode pengambilan sampel dari populasi
yang bersifat heterogen dibagi-bagi dalam
lapisan-lapisan (strata). Dan dari setiap strata
dapat diambil sampel secara acak.
Jenis data dalam penelitian ini adalah
data primer yang sesuai dengan variabel yang
akan di teliti
.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Tabel I : Rerata Intensitas Dismenorea Primer Sebelum diberikan Terapi Senam Dismenorea Pada
Siswi Kelas VIII di SMPN 9 Bandung
Berdasarkan hasil tabel 4.I
diatas menunjukan hasil bahwa
diperoleh nilai rata-rata intensitas
dismenorea primer sebelum diberikan
intervensi sebesar 4,86 yaitu intensitas
dismenorea termasuk kedalam
kategori nyeri sedang (0-10),
(Sd=2,155), didapatkan nilai
maximum terletak pada skala 10 dan
nilai minimum pada skala 2.
Kategori N Mean
(Rata-rata)
Standar
Deviasi
Maximu
m
Minimum
Intensitas Dismenorea
sebelum
28 4,86
2,155 10 2
Page 6
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Tabel 2 : Rerata Intensitas Dismenorea Primer Sesudah diberikan Terapi Senam Dismenorea
Pada Siswi Kelas VIII di SMPN 9 Bandung
No Karakteristik Mean (rata-rata) Standar
Deviasi
P Value N
1 Intensitas Dismenorea Primer
sebelum diberikan Intervens
4,86 2,155
0,001
28
2 Intensitas Dismenorea
Primer Sesudah diberikan
Intervensi
2,54 1,139
Berdasarkan tabel III diatas
menunjukan hasil yang diperoleh nilai
rata-rata intensitas dismenorea primer
sebelum 4,86 dengan standar deviasi
2,155 dan nilaii intensitas dismenorea
primer sesudah 2,54 dengan standar
deviasi 1,139. Hasil uji statistik di peroleh
p value < α = 0,001 (α= 0,05) maka dapat
disimpulkan adanya perbedaan yang
signifikan intensitas dismenorea primer
sebelum dan sesudah diberikan terapi
senam dismenorea pada siswi kelas VIII,
maka dalam hal ini Ho ditolak dibuktikan
dengan p value < α = 0,001 (α= 0,05).
2. PEMBAHASAN
a. Gambaran Intensitas Dismenorea Primer
sebelum diberikan Senam Dismenorea
Sebelum dilakukan intervensi terdapat
responden yang mengalami nyeri pada skala 2
ada 4 orang, skala 3 ada 6 orang, skala 4 ada 3
orang, skala 5 ada 4 orang, skala 6 ada 4
0rang, skala 7 ada 4 orang, skala 8 ada 2
orang, dan skala 10 ada 1 orang. Dari analisis
data intensitas nyeri dismenorea rata-rata
sebesar 4,86 yaitu intensitas nyeri dismenore
termasuk kedalam kategori nyeri sedang,
didapatkan nilai maximum terletak pada skala
10 dan nilai minimum pada skala 2.
Dari hasil pengamatan dilapangan,
intensitas dismenorea berbeda-beda, dari
mulai nyeri yang ringan sampai nyeri yang
hebat. Responden mengatakan pada saat
menstruasi terasa kram pada perut bagian
bawah tetapi nyeri tersebut masih dapat di
tahan dan dapat melakukan aktifitas yang lain
salah satunya masih dapat berkonsentrasi
dalam belajar, hal ini dikategorikan termasuk
pada skala nyeri ringan (1-3). Namun ada
responden yang mengeluhkan pada saat
menstruasi terasa kram yang berat sekali pada
perut bagian bawah, nyeri menyebar ke arah
pinggang, kaki, dan punggung, tidak nafsu
makan bahkan sampai ada gejala mual dan
terkadang sampai pingsan, hal ini
dikategorikan termasuk pada skala nyeri hebat
(10).
Hasil dari data responden yang
dilakukan pada penelitian ini dengan kriteria
remaja yang mengalami dismenorea primer,
diperoleh data remaja yang mengalami
dismenorea adalah remaja yang memiliki
siklus haidnya tiap bulan/ reguler, remaja
yang ketika haid tidak meminum obat-obatan
pereda nyeri (analgesik), remaja yang ketika
haid tidak meminum obat herbal (jamu),
remaja yang ketika haid tidak melakukan
intervensi lain untuk mengurangi nyeri (terapi
es dan panas, distraksi, relaksasi, imajinasi).
Respon yang menonjol muncul pada
remaja yaitu terjadinya respon fisik saat
dismenorea seperti nyeri perut bagian bawah
yang dapat menyebar kearah pinggang dan
paha merupakan respon fisik yang umum
Page 7
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
terjadi pada saat dismenorea, bersamaan
dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan
sebagainya (Prawirohardjo, 2007).
Dismenorea adalah rasa nyeri saat
menstruasi yang mengganggu aktivitas sehari-
hari yang ditandai oleh kram yang terasa pada
abdomen bagian bawah dan kadang-kadang
diikuti oleh sakit kepala, keadaan mudah
tersinggung, depresi serta perasaan lelah
(Tiran, 2009).
Penyebab terjadinya nyeri
dismenorea primer dikarenakan adanya
peningkatan produksi prostaglandin.
Peningkatan ini akan mengakibatkan
kontraksi uterus dan vasokonstriksi pembuluh
darah. Alirah darah yang menuju ke uterus
menurun sehingga uterus tidak mendapat
suplai oksigen yang adekuat sehingga
menyebabkan nyeri (Kelly & Tracey, 2007).
Penelitian ini diperkuat oleh
penelitian Harahap (2013) bahwa dismenorea
atau nyeri haid dipengaruhi oleh faktor fisik
dan psikis seperti pengaruh dari hormon
prostaglandin dan progesteron. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Winkjosastro (2008) yang
menyatakan selama dismenorea, terjadi
kontraksi otot rahim akibat peningkatan
prostaglandin sehingga menyebabkan
vasospasme dari arteriol uterin yang
menyebabkan terjadinya iskemik dan kram
pada abdomen bagian bawah yang akan
merangsang rasa nyeri di saat datang bulan.
Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau
bersama-sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam walaupun
pada beberapa kasus dapat berlangsung
beberapa hari. sifat rasa nyeri adalah kejang,
biasanya terbatas pada perut bagian bawah
tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan
paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat
dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala,
diare dan iritabilitas.
Gambaran Intensitas Dismenorea
Primer sesudah diberikan Senam Dismenorea
Setelah dilakukan intervensi terdapat
responden yang mengalami penurunan nyeri
pada skala 1 ada 7 orang, skala 2 ada 8 orang,
skala 3 ada 7 orang, skala 4 ada 4 orang, skala
5 ada 1 orang, skala 6 ada 1 orang. Dari
analisis data intensitas nyeri dismenorea rata-
rata sebesar 2,54 yaitu intensitas nyeri
dismenorea termasuk kedalam kategori nyeri
ringan, didapatkan nilai maximum terletak
pada skala 6 dan nilai minimum pada skala 1.
Dari hasil pengamatan dilapangan,
setelah dilakukan intervensi ada beberapa
responden yang mengalami nyeri sedang dan
mengalami penurunan nyeri masih dalam
kategori nyeri sedang, ini karena peneliti tidak
mengontrol pola hidup responden seperti
kebutuhan nutrisi pada saat menstruasi.
Namun, sebagian besar remaja mengatakan
mengalami penurunan nyeri ketika
menstruasi, semua responden merasakan
tubuh terasa lebih nyaman, rileks, dan tidak
mengganggu konsentrasi dalam belajar.
Senam dismenorea merupakan
gerakan senam untuk membebaskan rasa nyeri
saat haid. Gerakan senam dismenorea terdiri
dari gerakan pemanasan, gerakan inti dan
gerakan pendinginan. Inti dari senam ini
adalah gerakannya lebih dipusatkan pada
gerakan dari bagian panggul dimana di daerah
tersebut terdapat alat reproduksi wanita
beserta otot-otot yang berpengaruh terhadap
nyeri dismenorea (Laila, 2011).
Melakukan olahraga tubuh akan
menjadi rileks dan kadar endorphin akan
dihasilkan beragam di antara individu, seperti
halnya faktor-faktor seperti kecemasan yang
mempengaruhi kadar endorphin. Individu
dengan endorphin yang banyak akan lebih
sedikit merasakan nyeri. Sama halnya
aktivitas fisik yang berat diduga dapat
meningkatkan pembentukan endorphin dalam
sistem kontrol desendens (Smeltzer & Bare,
BG, 2002).
Page 8
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Hal ini sejalan dengan penelitian
Marlinda (2013) Olahraga seperti senam
sangat dianjurkan untuk mengurangi
dismenorea, karena pada saat melakukan
senam, otak dan susunan syaraf tulang
belakang akan menghasilkan endorphin,
hormon yang berfungsi sebagai obat penenang
alami dan menimbulkan rasa nyaman.
Penelitian ini sesuai dengan
penelitian Trianingsih (2016) bahwa pada saat
exercise, tubuh akan merangsang otak untuk
mengirimkan impuls ke hipotalamus melalui
HPA (Hipotalamus Pituitary Adrenal)
sehingga dapat merangsang pengeluaran
hormon endorphin terutama β-endorphin.
Hormon endorphin berperan sebagai
analgesik alami di dalam tubuh. Peningkatan
metabolisme aliran darah pada pelvis yang
muncul selama olahraga dapat mempengaruhi
dismenorea. Peningkatan aliran darah tersebut
dapat mengurangi nyeri iskemik selama
menstruasi.
Pengaruh Senam Dismenorea
Terhadap Penurunan Dismenorea Primer Pada
Siswi Kelas VIII
Berdasarkan uji statistik dengan
menggunakan t-dependent, nilai rata-rata
intensitas dismenorea primer sebelum
diberikan intervensi sebesar 4,86 yaitu
intensitas dismenorea primer termasuk
kedalam kategori nyeri sedang dengan standar
deviasi 2,155. Sedangkan nilai rata-rata
intensitas dismenorea setelah diberikan
intervensi sebesar 2,54 yaitu intensitas
dismenorea primer termasuk kedalam
kategori nyeri ringan, maka dapat
disimpulkan adanya perbedaan yang
signifikan intensitas nyeri dismenorea primer
sebelum dan sesudah diberikan terapi senam
dismenorea pada sisiwi kelas VIII, maka
dalam hal ini Ho ditolak dibuktikan dengan p
value < α = 0,001 (α=0,05).
Hasil pengamatan dilapangan setelah
dilakukan senam dismenorea sebagian besar
remaja mengatakan mengalami penurunan
nyeri ketika menstruasi, semua responden
merasakan tubuh terasa lebih nyaman, rileks,
dan tidak mengganggu konsentrasi dalam
belajar. Terdapat beberapa responden yang
sebelum dilakukan intervensi mengalami
nyeri ringan (1-3), responden mengatakan
pada saat menstruasi terasa kram pada perut
bagian bawah tetapi nyeri tersebut masih
dapat di tahan dan dapat melakukan aktifitas
yang lain salah satunya masih dapat
berkonsentrasi dalam belajar.
Hal ini sesuai teori Laila (2011) dan
Perry & Potter (2005), bahwa dismenorea
primer disebabkan karena beberapa faktor
resiko: usia menarche <12 tahun karena pada
usia <12 tahun jumlah folikel-folikel ovary
primer masih dalam jumlah sedikit sehingga
produksi estrogen masih sedikit juga, faktor
endokrin atau hormon yaitu jumlah
prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah
menstruasi yang merangsang hiperaktivitas
uterus, dan persepsi nyeri setiap individu
berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh hormon
endorphin.
Hal ini didukung oleh teori Andira
(2010) dan Anurogo & Wulandari (2011)
Penyebab dismenorea primer yaitu
peningkatan kontraksi rahim yang dirangsang
oleh prostaglandin (salah satu hormon di
dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya
kontraksi pembuluh-pembuluh darah dan
penurunan aliran darah sehingga
menyebabkan terjadinya proses iskhemia dan
necrosis pada sel-sel jaringan. Peningkatan
endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali
lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase
luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang
terjadi selama haid. Peningkatan
prostaglandin di endometrium yang mengikuti
penurunan progesterone pada akhir fase luteal
menimbulkan peningkatan tonus miometrium
dan kontraksi uterus yang berlebihan.
Page 9
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Senam dismenorea merupakan
aktivitas fisik yang dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri, terutama nyeri pada saat
menstruasi (Malahayati, 2010). Senam yang
baik untuk mengatasi dismenorea adalah
senam khusus yaitu senam yang fokusnya
membantu peregangan otot perut, panggul dan
pinggang serta senam sebaiknya dilakukan
sebelum haid, sehingga senam akan efektif
dalam mengurangi masalah nyeri terutama
nyeri dismenorea (Badriyah, 2004).
Kamulasari MIMS Indonesia (2012)
mengatakan bahwa salah satu
penatalaksanaan untuk dismenorea adalah
melakukan olahraga atau senam secara teratur
yang dapat memicu keluarnya hormon
endorphin yang di nilai sebagai pembunuh
alamiah untuk rasa nyeri. Latihan olahraga
justru sangat menguntungkan karena dapat
mengurangi rasa sakit, dan juga dapat
meringankan atau mencegah terjadinya
dismenorea tersebut. Latihan olahraga yang
sedang atau cukup berat baik sekali
dianjurkan untuk mengurangi penderitaan
wanita tersebut.
Olahraga terbukti dapat
meningkatkan kadar b-endorphin empat
sampai lima kali di dalam darah. Sehingga
semakin banyak melakukan senam/olahraga
maka akan semakin tinggi pula kadar b-
endorphin. Ketika seseorang melakukan
olahraga/senam, maka b-endorphin akan
keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam
hipotalamus dan sistem limbik yang berfungsi
untuk mengatur emosi. Peningkatan b-
endorphin terbukti berhubungan erat dengan
penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat,
memperbaiki nafsu makan, kemampuan
seksual, tekanan darah, dan pernafasan
(Harry, 2007). Sehingga olahraga atau senam
akan efektif dalam mengurangi masalah nyeri
terutama nyeri dysmenorea.
Hal ini sesuai dengan teori Menurut
Sugani (2010) bahwa saat melakukan senam,
tubuh akan menghasilkan endorphin. Hormon
endorphin yang semakin tinggi akan
menurunkan atau meringankan nyeri yang
dirasakan seseorang sehingga seseorang
menjadi lebih nyaman, gembira, dan
melancarkan pengiriman oksigen ke otak.
Manfaat yang diperoleh dari senam
selama dismenorea yaitu yang pertama dapat
meningkatkan efisiensi kerja paru sehingga
ketika terjadi dismenorea, oksigen dapat
tersalurkan ke pembuluh-pembuluh darah di
organ reproduksi yang saat ini terjadi
vasokonstriksi yang menimbulkan rasa nyeri,
yang disebabkan karena respon dari oksigen
tidak tersampaikan sampai pembuluh darah
paling ujung; Manfaat yang kedua, pada
seseorang yang rutin melakukan senam akan
terjadi peningkatan jumlah dan ukuran
pembuluh darah yang menyalurkan darah ke
seluruh tubuh, termasuk ke organ reproduksi
sehingga memperlancar aliran darah ketika
terjadi dismenorea. Selain itu senam juga
dapat melatih kekuatan otot-otot tertentu
sehingga otot-otot tersebut terlihat lebih kuat
dan kencang dan kelenturan tubuhpun
meningkat (Solihatunisa, 2012)
Hal ini di dukung oleh penelitian
Martchelina (2011) dengan judul “Pengaruh
Senam Dismenoea Terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Saat Menstruasi Pada Remaja
Putri Usia 12-17 Tahun SMP 31 di Cipedak
Kecamatan Jagakarsa”, yaitu rata-rata
penurunan tingkat nyeri pada pengukuran
pertama sebesar 5,6%. Rata-rata pengukuran
tingkat nyeri pada pengukuran kedua sebesar
3,2%, dari kedua hasil tersebut dapat
diketahui terdapat selisih penurunan sebesar
2,4%. Hasil dari p-value sebesar 0,001 <α
(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
adanya pengaruh senam dismenoea terhadap
penurunan tingkat nyeri saat menstruasi pada
remaja putri usia 12-17 tahun SMP 31 di
Cipedak Kecamatan Jagakarsa.
Page 10
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Hasil penelitian Menurut Tarigan
(2013) tentang Pengaruh Abdominal
Stretching Exercise Terhadap Intensitas Nyeri
Menstruasi (Dismenorea) Pada Remaja Putri
Di SMA Kartika Surabaya. Hasil uji ststistik
dengan menggunakan wilcoxon diperoleh p
value 0,001 maka nilai p value < α (0,05). Hal
ini berarti Ho ditolak dan HI diterima.
Kesimpulannya didapatkan bahwa ada
pengaruh Abdominal Stretching Exercise
Terhadap Intensitas Nyeri Menstruasi
(Dismenorea) Pada Remaja Putri Di SMA
Kartika Surabaya Tahun 2013.
Selain itu menurut hasil penelitian
Istiqomah (2009) tentang Efektivitas Senam
Dismenorea Dalam Mengurangi Dismenorea
Pada Remaja Putri Di SMUN 5 Semarang.
Hasil uji paired sample t-Test didapatkan nilai
signifikan yaitu 0,001 yang nilainya lebih
kecil dari taraf kesalahan α (0,05) atau dengan
signifikan 95% dan nilai mean 3,733, sd
3,195, standard error mean 0,825. Nilai t tabel
adalah 1,761, maka dapat disimpulkan Ho
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Efektivitas Senam
Dismenorea Dalam Mengurangi Dismenorea
Pada Remaja Putri Di SMUN 5 Semarang di
terima.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada 28
responden tentang Pengaruh Senam
Dismenorea Terhadap Penurunan Dismenorea
Primer Pada Siswi Kelas VIII Di SMPN 9
Bandung Tahun 2017. Dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Rata-rata intensitas nyeri sebelum
diberikan terapi senam dismenorea yaitu
intensitas nyeri sebesar 4,86 yaitu intensitas
nyeri dismenorea termasuk kedalam kategori
nyeri sedang, didapatkan nilai maximum
terletak pada skala 10 dan nilai minimum pada
skala 2.
Rata-rata intensitas nyeri setelah
diberikan terapi senam dismenorea yaitu
intensitas nyeri sebesar 2,54 yaitu intensitas
nyeri dismenorea termasuk kedalam kategori
nyeri ringan, didapatkan nilai maximum
terletak pada skala 6 dan nilai minimum pada
skala 1.
Terdapat Pengaruh Senam
Dismenorea Terhadap Penurunan Dismenorea
Primer Pada Siswi Kelas VIII Di SMPN 9
Bandung dibuktikan dengan hasil uji statistik
didapatkan Intensitas Nyeri yaitu nilai P
Value < α =0,001 (α=0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Aisyiyah. (2015). Gambaran Skala Nyeri Haid
Pada Usia Remaja. Jurnal Keperawatan.
Anurogo, & Wulandari. (2011). Cara jitu
untuk mengurangi nyeri haid.
Yogyakarta: ANDI.
Badriyah. (2004). Petunjuk Islami Kesehatan
Reproduksi bagi Remaja. Jakarta:
Gema Insani.
Baradero, S. M., Dayrit, S. M., & Siswadi, M.
(2006). Klien Gangguan Sistem
Reproduksi dan Seksualitas. Jakarta:
EGC.
Bavil, D. A. (2016). Comparison of lifestyles
of young women with and without
primary dysmenorrhea.
Benson. (2009). Obstetri ginekologi. Edisi 9.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan.
Bandung: PT Refika Aditama.
Dahlan, M. S. (2012). Besar Sampel Dan Cara
Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran Dan
Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Page 11
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
Dariyo. (2004). Psikologi perkembangan
remaja. Bogor Selatan: Galia
Indonesia.
Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media.
Doheny dalam Hutahaean. (2010). Konsep
dan Dokumentasi Proses
Keperawatan. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Fajaryati, N. (2010). Hubungan Kebiasaan
Olahraga dengan Dismenorea Primer
Remaja Putri di SMPN 2 Mirit
Kebumen. Komunikasi Kesehatan
Vol 3.
Handrawan, H. (2004). Ilmu Kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Harahap, D. U. (2013). Pengaruh Senam
Dismenore terhadap Penurunan
Nyeri Dismenore pada Remaja Putri
di SMA Negeri 1 Baso.
Harlow dalam Mohammad; Sudarti; Fauziah.
(2012). Teori Pengukuran Nyeri &
Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Harry. (2007, Februari 1). Dipetik 10 2016,
dari Mekanisme endorphin dalam
tubuh:
http:/klikhary.files.com/2007/02/1/d
oc+endorphin+dalam+tubuh
Hurlock, E. B. (2014). Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Ismarozi. (2015). Efektifitas senam dismenore
terhadap penanganan nyeri haid
primer pada remaja.
Istiqomah. (2009). Dipetik 10 2016, dari
Efektivitas dismenore dalam
mengurangi dismenore di SMUN 5
Semarang: eprint.undip.ac.id/9253/
Judha, Sudarti, & Fauziah. (2012). Teori
Pengukuran Nyeri & Nyeri
Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kadek, Surinati, & Mastini. (2014).
Hubungan dismenore dengan
aktivitas belajar.
Kelly, & Tracey. (2007). Rahasia Alami
Meringankan Sindrom
Pramenstruasi. Jakarta: Erlangga.
Khamzah, S. N. (2015). Tanya Jawab Seputar
Menstruasi. Yogyakarta:
Flashbooks.
Laila, N. N. (2011). Buku pintar menstruasi.
Jogjakarta: Buku Biru.
Malahayati. (2010). Solusi Murah Untuk
Cantik, Sehat, Energi. Yogyakarta:
Great Publisher.
Manuaba. (2008). Kapita selekta
penatalaksanaan rutin obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
Marlinda, R. (2013). Pengaruh Senam
Dismenorea Terhadap Penurunan
Dismenorea Pada Remaja Putri Di
Desa Sidoharjo Kecamatan Pati.
Martcellina, L. (2011). Pengaruh Senam
Dismenoea Terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Saat Menstruasi Pada
Remaja Putri Usia 12-17 Tahun SMP
31 di Cipedak Kecamatan
Jagakarsa.
Marwoto. (2008). Dipetik 12 20, 2016, dari
Pengenalan macam-macam senam
dan manfaatnya:
http://eprints.undip.ac.id
Milton, 1999 dalam Notoatmodjo. (2014).
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Morgan, & Hamilton. (2009). Obstetri dan
Ginekologi Panduan Praktik.
Jakarta: EGC.
Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri, M. E.
(2011). Buku Ajar. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. (2014). Mrtodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). konsep dan penerapan
metodelogi penelitian ilmu
Page 12
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018
keperawatan: pedoman skripsi, tesis
dan instrumen penelitian
keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Omidvar, S. (2012). Characteristics and
Determinants of Pimary
Dysmenorhea in Young Adults .
American Medical.
Paath, & Erna Francin. (2004). Gizi Dalam
Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
EGC.
Perry, & Potter. (2005). Buku ajar
fundamental keperawatan; Konsep,
Proses dan Praktik, Vol. 2 Alih
Bahasa. Editor Monika Ester Dkk.
Jakarta: EGC.
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses
Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Prawirohardjo, S. (2007). Ilmu Kandungan.
Jakarta: YBP-Sp.
Proverawati, S. M., & Misaroh, S. N. (2009).
Menarche Menstruasi Pertama
Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rahayu. (2013). Efektifitas senam dismenore
dalam mengurangi dismenore pada
mahasiswa program studi D III
kebidanan.
Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan Analisis
Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rumini, Sundari, & dkk. (2004).
Perkembangan anak dan remaja.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sarwono, S. (2010). Psikologi Remaja.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saryono, A. S. (2011). Metodologi Penelitian
Kebidanan DIII, DIV, SI dan S2.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sigit, P. N. (2010). Konsep dan Proses
Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Smeltzer, S. C., & Bare, BG. (2002). Buku
ajar keperawatan medikal bedah
brunner & suddarth. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang
Remaja Dan Permasalahannya.
Jakarta: CV. SAGUNG SETO.
Solihatunisa, I. (2012). Pengaruh Senam
Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Saat Dismenorea Pada
Mahasiswi Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam
NegeriI Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sugani, & Priandarini. (2010). Cara Cerdas
Untuk Sehat. Jakarta: Transmedia.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumaryanti dalam Solihatunisa. (2012).
Pengaruh senam terhadap
penurunan intensitas nyeri saat
dismenore pada Mahasiswi Program
Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta:
EGC.
Tarigan, B. D. (2013). Pengaruh Abdominal
Stretching Exercise Terhadap
Intensitas Nyeri Menstruasi
(Dismenorea) Pada Remaja Putri Di
SMA Kartika Surabaya.
Tiran, D. (2009). Kamus Saku Bidan. Jakarta:
EGC.
Trianingsih, N. W. (2016). Efektivitas
Perbedaan Efektivitas Terapi
Akupresure Dan Muscle Stretching
Exercise Terhadap Intensitas Nyeri
Pada Remaja Putri Dengan
Dismenorea.
Winkjosastro. (2008). Ilmu Kandungan.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Yusuf. (2009). Psikologi perkembangan anak
dan remaja. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Page 13
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 13, No. 2 Agustus 2018