Page 1
SKRIPSI 2015
KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI PADA POLIKLINIK
RAWAT JALAN DI RS.UNIVERSITAS HASANUDDIN, MAKASSAR
PERIODE KUNJUNGAN JANUARI - JUNI 2015
OLEH :
MEYLISA
C11112156
PEMBIMBING :
dr. Dario A. Nelwan Sp. Rad
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
Page 2
ii
SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2015
Meylisa/C11112156 dr. Dario A Nelwan Sp.Rad
Karakteristik Penderita Hipertensi Pada Poliklinik Rawat Jalan di
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin,Makassar Periode Kunjungan
Januari-Juni tahun 2015 (xiii + 56 halaman + grafik + gambar + tabel +
lampiran)
ABSTRAK Latar Belakang : Peningkatan tekanan darah atau hipertensi merupakan faktor risiko
utama untuk penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak
terkontrol berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovaskuler. Berdasarkan data World Health Organization (WHO),pada negara
maju, sekitar 330 juta orang yang mengalami hipertensi dan sekitar 640 juta orang
pada negara berkembang. Pada tahun 2025 diprediksikan ada sekitar 1,56 milyar
orang dewasa yang mengalami tekanan darah tinggi. WHO juga menyatakan
hipertensi sebagai salah satu penyebab utama kematian prematur di seluruh dunia dan
merupakan suatu masalah yang terus berkembang. Di seluruh dunia, peningkatan
tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari
seluruh total kematian. Hipertensi termasuk dalam sepuluh penyakit utama dan
merupakan penyakit urutan pertama untuk kelompok Non Communicable Disease di
Kota Makassar. Oleh karena masih banyak penderita hipertensi di Makassar dan
masih tinggi angka kematiannya, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
karakteristik penderita hipertensi seperti jenis kelamin,umur, status gizi,keluhan
utama, dan tipe derajat hipertensi terbanyak pada poliklinik rawat jalan di rumah sakit
universitas hasanuddin Makassar
Tujuan : Penelitian ini bertujan untuk melihat karakteristik penderita hipertensi yang
meliputi pengaruh usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, keluhan utama, dan tipe
derajat hipertensi terhadap terjadinya hipertensi di Rumah Sakit Universitas
Hasnuddin Makassar Tahun 2015 Metode Penelitian :Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross-sectional. Dalam penelitian ini melibatkan 97 responden yang dikumpulkan menggunakan teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus dari kriteria yang memenuhi standar di rekam medis Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian ditemukan proporsi hipertensi di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar sebesar 50%. Distribusi hipertensi berdasarkan
jenis kelamin, di mana pria yang mengalami hipertensi sebesar 58% sedangkan
wanita yang mengalami hipertensi sebesar 42%. Distribusi hipertensi berdasarkan
umur hipertensi akut paling sering terjadi pada umur di atas 55 tahun dengan
Page 3
iii
penderita berjumlah 66 orang ( 68%), lalu umur 51-55 tahun 12 orang (12%), 46-50
tahun 11 orang(11%) dan 8 (8%) penderita hipertinsi dengan rentang usia 40-45
tahun. Distribusi Hipertensi berdasarkan status gizi bahwa penderita hipertensi lebih
banyak terjadi pada pasien dengan indeks masa tubuh yang normal yaitu sebanyak 49
sampel (51%), disusul dengan penderita hipertensi dengan indeks masa tubuh
overweight yaitu sebanyak 36 sampel(37%),kemudian penderita hipertensi dengan
indeks masa tubuh obese 9 sampel (9%), dan 3 sampel atau sebanyak 3% dengan
indeks masa tubuh yang kurus. Distribusi hipertensi berdasarkan keluhan utama
gejala paling umum adalah sakit kepala 49% ,jantung berdebar 22%,tegang tengkuk
21 %,sedangkan terdapat gejala batuk merupakan gejala tambahan dari pasien
hipertensi yang mengontrol hipertensinya karena efek samping dari obat hipertensi
terdapat 3%. Nyeri dada juga terjadi pada pasien hipertensi yang telah berkomplikasi
ke penyakit jantung koroner sebanyak 4%. Distribusi hipertensi berdasarkan derajat
hipertensi Penderita hipertensi lebih banyak yang mengalami hipertensi derajat 2
yaitu sebanyak 67 sampel atau 69% sedangkan tipe derajat 1 hanya 30 orang (31%).
Kesimpulan :Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dengan terjadinya hipertensi, di mana wanita merupakan faktor
protektif terhadap terjadinya hipertensi . Faktor risiko usia juga memiliki hubungan
yang bermakna dengan terjadinya hipertensi, di mana semakin bertambahnya usia
maka semakin berisiko untuk mengalami hipertensi.keluhan utama yang tersering
juga adalah sakit kepala. Sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
indeks massa tubuh dan tipe derajat hipertensi.
Kata Kunci : hipertensi, jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, keluhan utama, tipe
derajat hipertensi.
DaftarPustaka :48 (2001-2014).
Page 4
iv
ABSTRACT
Background :Hypertension is the main risk factor for heart disease, stroke, and
kidney disease. Uncontrolled hypertension has relationship in increase morbidity and
mortality for cardiovascular disease. Based on World Health Organization (WHO)
data, in developed countries about 330 million people had hypertension and about
640 million people in developing countries. In 2025, WHO predict about 1,56 billion
people will have high blood pressure. WHO also declared that hypertension is one of
the main cause of premature death in the world and is the problem that always grow
up. In the world, increasing blood pressure estimated can cause 7,5 million death,
about 12.8% of the total death. Hypertension was one of ten main diseases and the
most leading non communicable disease in Makassar. , Therefore, many patients with
hypertension in Makassar and the still high mortality rate, it is necessary to
investigate the characteristics of patients with hypertension such as sex, age,
nutritional status, the main complaint, and the type of degree of hypertension highest
in the clinic outpatients at a university hospital Hasanuddin Makassar
Aim : This study aims to look at the characteristics of patients with hypertension that
include the influence of age, gender, body mass index, a major complaint, and the
type of degree of hypertension to hypertension at the University Hospital of Makassar
Hasnuddin 2015
Methods :The method of this research is using cross sectional design. This research
using 97 samples that collect using purposive sampling technique. where the
sampling is based on specific selection criteria that meet the standards in the medical
record Hasanuddin University Hospital..
Result : Based on the results of the study found the proportion of hypertension at the
Hospital of the University of Hasanuddin Makassar by 50%. Hypertension
distribution by gender, where men who have hypertension by 58%, while women
with hypertension by 42%. Distribution of hypertension by age acute hypertension is
most common in the age of over 55 years with patients amounted to 66 (68%), and
51-55 years of age 12 (12%), 46-50 years of 11 people (11%) and 8 (8%) hipertinsi
patients with an age range of 40-45 years. Distribution of Hypertension based
nutritional status that people with hypertension is more common in patients with a
body mass index that is normal as many as 49 samples (51%), followed by
hypertensive patients with a body mass index of overweight as many as 36 samples
(37%), and hypertensive patients with body mass index of obese 9 samples (9%), and
3 samples or as much as 3% with a thin body mass index. Distribution of the main
complaints of hypertension based on the most common symptoms are headache 49%,
22% palpitations, tense neck of 21%, while there are additional symptoms of cough is
a symptom of patients with hypertension control hypertension because of the side
effects of hypertension medication are 3%. Chest pain also occur in hypertensive
patients who have coronary heart disease complicated to as much as 4%. Distribution
of hypertension based on the degree of hypertension Patients with hypertension more
likely to have hypertension 2nd degree as many as 67 samples or 69% while type 1 is
only 30 degrees (31%).
Conclusion :There is significant relationship between sex and hypertension, where
woman is protective factor to hypertension. Age also had significant relationship to
Page 5
v
hypertension, where increasing in age also increase the risk to get hypertension. The
main complaints are also common headache.However, there are no significant
relationship between body mass index, smoking, and Type degrees of hypertension Key word : Hypertension, sex, age, body mass index, main complaint,type degrees of hypertension References :48 (2001-2014).
Page 6
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
ini sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan tugas kepaniteraan klinik di
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul : “Karakteristik Penderita
Hipertensi Pada PoliklinikRawat Jalan di RS.Universitas Hasanuddin Makassar
Periode Kunjungan Januari-Juni 2015”
Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada dr.Dario A Nelwan Sp. Rad, selaku pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar memberikan arahan, koreksi dan
bimbingannya tahap demi tahap penyusunan skripsi ini. Waktu yang beliau berikan
merupakan kesempatan berharga bagi penulis untuk belajar.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, juga penulis sampaikan kepada:
1. Ketua, Sekertaris, dan Seluruh Staf Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, Makassar.
2. Pimpinan dan staf-staf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Makassar.
3. Seluruh keluarga dan dosen-dosen penulis yang juga telah memberikan
dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabat seperjuangan minggu saya yang telah banyak memberikan
dukungan kepada penulis.
5. Warga masyarakat yang mengikuti penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk
itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian, dengan segala keterbatasan
yang ada mudah-mudahan skripsi ini ada manfaatnya. Akhirnya penulis hanya dapat
Page 7
vii
berdoa semoga Tuhan memberikan imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Makassar, 14 Desember 2015
Penulis,
Meylisa
Page 8
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
1.3.1. Tujuan Umum .............................................................................. 9
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................. 9
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9
1.4.1. Manfaat Praktis ............................................................................ 9
1.4.2. Manfaat Teoritis ........................................................................... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi ............................................................................................. 11
2.1.1. Definisi ......................................................................................... 11
2.1.2. Epidemiologi...... ........................................................................... 12
2.1.3. Etiologi .......................................................................................... 12
2.1.4. Patofisiologi..... ............................................................................. 14
2.1.5. Gejala Klinis ................................................................................ 16
2.1.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang ....................................... 17
2.1.7. Penatalaksanaan ........................................................................... 19
2.1.8. Pencegahan .................................................................................. 20
2.2. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi .................................................... 21
2.2.1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi ............................ 23
2.2.1.1. Jenis Kelamin ............................................................................ 23
2.2.1.2. Usia ............................................................................................ 24
2.2.1.3. Ras ............................................................................................. 25
2.2.1.4. Riwayat Keluarga ...................................................................... 25
2.2.2. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi ...................................... 25
2.2.2.1. Indeks Massa Tubuh ................................................................. 25
2.2.2.2. Merokok .................................................................................... 27
2.2.2.3. Konsumsi Alkohol .................................................................... 28
2.2.2.4. Aktifitas Fisik ............................................................................ 29
2.2.2.5. Stress ......................................................................................... 30
2.2.2.6. Pola Makan ............................................................................... 30
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Page 9
ix
3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ............................................... 32
3.2. Kerangka Konsep ... .............................................................................. 32
3.3. Definisi Operasional ... ......................................................................... 33
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian ................................................................................. 36
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 36
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 37
4.4. Cara Pengambilan Sampel .................................................................... 37
4.5. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ..................................................... 38
4.6. Manajemen dan Analisis Data .............................................................. 38
4.7. Etika Penelitian ..................................................................................... 39
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1. Hasil Penelitian .................................................................................... 40
5.1.1. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 40
5.1.2. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Umur ......................... 41
5.1.3. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Status Gizi ................. 42
5.1.4. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Keluhan Utama ......... 43
5.1.5. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Tipe Derajat ................ 45
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Jenis Kelamin ........................................................................................ 46
6.2. Usia ........................................................................................................ 47
6.3. Indeks Massa Tubuh ............................................................................. 47
6.4. Keluhan Utama ..................................................................................... 48
6.5. Derajat Hipertensi ................................................................................. 49
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan .......................................................................................... 51
7.2. Saran ....................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53
LAMPIRAN
Page 10
x
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
Tabel 1.1 Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi Umur
pada Usia 25 + Tahun di Negara-Negara pada Regional Asia
Tenggara 3
Tabel 1.2 Prevalensi Diabetes, Hipertiroid pada Umur > 15 tahun dan
Hipertensi pada Umur > 18 Tahun Menurut Provinsi, Indonesia
2013 4
Tabel 1.3 Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Strok menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan, Riskesdas 2007 5
Tabel 1.4 Sepuluh Penyakit Utama di Kota Makassar Tahun 2011 6
Tabel 1.5 Sepuluh Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian di Kota
Makassar Tahun 2011 6
Tabel 1.6 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sarana
Pelayanan di Kota Makassar Tahun 2010 7
Tabel 2.1 Penyebab Hipertensi 13
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan darah pada Orang Dewasa Berusia > 18
Tahun 16
Tabel 2.3 Klasifikasi Internasional Indeks Massa Tubuh Orang Dewasa 26
Tabel 2.4 Kondisi dan Komplikasi yang Berpotensial Terjadi pada
Penggunaan Alkohol Berat dan Kronik 28
Tabel 5.1 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin 40
Tabel 5.2 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan umur 42
Tabel 5.3 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan status gizi 43
Tabel 5.4 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama 44
Tabel 5.5 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi 45
Page 11
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
Gambar 2.1 Beberapa Faktor yang Mengatur Tekanan Darah 15
Gambar 2.2 Patofisiologi dari Hipertensi 16
Gambar 2.3 Algoritma Guideline Manajemen Hipertensi 20
Gambar 2.4 Faktor Utama yang Menyebabkan Hipertensi dan
Komplikasinya 22
Gambar 3.2 Kerangka Konsep 32
Page 12
xii
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK HALAMAN
Grafik 1.1 Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi
Umur pada Usia 25 + Tahun di Regional Asia Tenggara 2
Grafik 5.1 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin 40
Grafik 5.2 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan umur 42
Grafik 5.3 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan status gizi 43
Grafik 5.4 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama 44
Grafik 5.5 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi 45
Page 13
xiii
LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Master Tabel
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data
Lampiran 4 Rekomendasi Persetujuan Etik
Lampiran 5 Jadwal Kegiatan
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Judul
Lampiran 7 Halaman Pengesahan Seminar Proposal
Lampiran 8 Halaman Pengesahan Seminar Hasil
Lampiran 9 Halaman Pengesahan Ujian Akhir
Lampiran 10 Riawayat Penulis
Page 16
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, peningkatan tekanan darah
atau hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung, stroke, dan
penyakit ginjal.(federation world health, 2013) Hipertensi yang tidak terkontrol
berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler
dan peningkatan penggunaan biaya layanan kesehatan sekitar 131 juta dollar setiap
tahunnya. Meskipun hanya peningkatan kecil dari tekanan darah dapat meningkatkan
risiko penyakit kardiovaskuler. Setiap peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 20
mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg meningkatkan
risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan stroke dua kali lipat.(CDC,2013)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO),pada negara maju, sekitar
330 juta orang yang mengalami hipertensi dan sekitar 640 juta orang pada negara
berkembang. Pada tahun 2025 diprediksikan ada sekitar 1,56 milyar orang dewasa
yang mengalami tekanan darah tinggi. WHO juga menyatakan hipertensi sebagai
salah satu penyebab utama kematian prematur di seluruh dunia dan merupakan suatu
masalah yang terus berkembang.(WHO,2013)
Di seluruh dunia, peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta
kematian, sekitar 12,8% dari seluruh total kematian. Secara global, prevalensi
peningkatan tekanan darah pada orang dewasa yang berusia 25 tahun atau lebih
adalah sekitar 40% pada tahun 2008. Karena perkembangan populasi dan proses
Page 17
2
penuaan, jumlah orang yang menderita hipertensi yang tidak terkontrol mengalami
peningkatan dari sekitar 600 juta orang pada tahun 1980 hingga mencapai hampir 1
milyar orang pada tahun 2008. Menurut regional WHO, prevalensi peningkatan
tekanan darah tertinggi ditemukan di Afrika , yaitu sekitar 46 % untuk kedua jenis
kelamin, sedangkan prevalensi terendah peningkatan tekanan darah berada di
Amerika, yaitu sekitar 35% untuk kedua jenis kelamin. Pada regional ini, pria
memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (39% untuk pria
dan 36% untuk wanita). Pada seluruh regional WHO, pria memiliki prevalensi
peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan pada wanita.(WHO,2013)
Regional Asia Tenggara menunjukkan prevalensi untuk kedua jenis kelamin
sekitar 36.1% yang berada pada urutan keenam dari seluruh regional WHO, dimana
juga didapatkan prevalensi pria yang lebih tinggi dibandingkan wanita, dimana
prevalensi pada pria sekitar 37,3% dan wanita 34.9% seperti yang terlihat pada grafik
1.1. (WHO,2013)
Grafik 1.1. Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi
Umur pada Usia 25+ Tahun di Regional WHO, 2008
Sumber: Global and Regional Overview, World Health Organizatin, 2008
Page 18
3
Di Regio Asia Tenggara terdapat 7.9 juta kematian, terdapat 25% dari kematian
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Salah satu faktor risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler adalah hipertensi, sekitar 35% dari populasi orang dewasa mengalami
hipertensi di region tersebut dan menyebabkan sekitar 1.5 juta kematian setiap
tahunnya. Pria memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan pada wanita pada
sebagian besar negara di Asia Tenggara.(WHO,2013 , Krishnani,2013) Indonesia
berada pada urutan kedua yang memiliki prevalensi hipertensi tertinggi di regional
Asia Tenggara setelah Myanmar (tabel 1.1).
Tabel 1.1. Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi Umur
pada Usia 25+ Tahun di Negara-Negara pada Regional Asia Tenggara
Sumber: Hypertension in The South East Asia Region-An Overview, Regional
Health Forum, 2011
Page 19
4
Pada tabel 1.2 tampak prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa
Barat (29,4%).
Tabel 1.2. Prevalensi Diabetes, Hipertiroid pada Umur >15 Tahun dan
Hipertensi pada Umur > 18 Tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2013
Sumber: Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia, 2013
Page 20
5
Prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan 28.1% dan merupakan urutan ke 8 dari
seluruh provinsi di Indonesia. (RI BPdPKKK,2013)
Menurut RISKESDAS 2007, kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki
prevalensi hipertensi tertinggi adalah Soppeng (40,6%) dan Sidenreng Rappang
(23,3%) seperti yang terlihat pada tabel 1.3 (RISKESDAS,2007)
Tabel 1.3. Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Strok menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan, Riskesdas 2007
Sumber: Riset Kesehatan Dasar, 2007
Meskipun di Kota Makassar prevalensi yang mengalami hipertensi hanya sekitar
23.5 % dan berada pada urutan ke 22 dari seluruh kota dan kabupaten di Sulawasi
Selatan, namun hipertensi termasuk dalam 10 penyakit utama dan merupakan
penyakit urutan pertama untuk kelompok Non Communicable Disease di Kota
Makassar, seperti terlihat pada tabel 1.4. Selain itu, hipertensi merupakan penyebab
Page 21
6
kematian nomor 2 di Kota Makassar seperti terlihat pada tabel 1.5.(Profil Kesehatan
Kota Makassar,2011)
Tabel 1.4. Sepuluh Penyakit Utama di Kota Makassar Tahun 2011
Sumber: Profil Kesehatan Kota Makassar,2011
Tabel 1.5. Sepuluh Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian di Kota
Makassar Tahun 2011
Sumber: Profil Kesehatan Kota Makassar,2011
Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor. Dalam penelitian Bcheraoui et.al
yang berjudul Hypertension and Its Associated Risk Factors in the Kingdom of Saudi
Arabia, 2013: A National Survey, ditemukan kejadian hipertensi lebih rendah pada
perempuan tetapi meningkat sesuai pertambahan usia (OR = 0.61; 95%CI: 0.50–0.74)
Page 22
7
dan pada partisipan yang mengalami obesitas (OR =2.24; 95% CI: 1.89–2.65).
(Bcheraoui et.al,2003) Sedangkan menurut Tee et al
dalam penelitiannya yang
berjudul The Prevalence Of Hypertension And Its Associated Risk Factors In Two
Rural Communities In Penang, Malaysia menemukan bahwa peningkatan usia (OR
2.29), indeks massa tubuh yang meningkat (OR 4.23), dan konsumsi alkohol (OR
3.47) merupakan faktor risiko yang memegang peranan penting terjadinya hipertensi.
(Tee et al ,
2010) Pada hasil analisis penelitian Diyan et al yang berjudul Hubungan
Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Poliklinik
Umum di Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa
pada tahun 2013 didapatkan hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi (diperoleh nilai p sebesar 0,000). Pada hasil penelitan ini didapatkan
hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Tumaratas (OR = 6,0 , CI 95% = 2,532 – 14,220), ini berarti responden
yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki peluang 6 kali lebih besar menderita
hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara
aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas (OR= 4,378, CI 95% = 1,864
– 10,285), ini berarti responden yang tidak melakukan aktifitas fisik memiliki
peluang 4,378 kali lebih besar menderita penyakit hipertensi dibandingkan dengan
responden yang melakukan aktifitas fisik.(Diyan et al, 2013) Menurut penelitian
Manampiring tentang Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada Penduduk
Berusia 45 Tahun Ke Atas di Kelurahan Pakoa Kecamatan Wanea Kota Manado
tahun 2008, terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan tekanan darah
Page 23
8
dengan hasil uji chi square yaitu p = 0,000 (p<0,05).(Manampiring,2008) Pada
penelitian Zuraidah tentang Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di
Kecamatan Kemuning Kota Palembang tahun 2012 menunjukkan hubungan antara
usia yang meningkat(> 35 tahun) dengan peningkatan kejadian hipertensi dengan
p=0,0001 dan adanya hubungan antara kebiasaan melakukan aktifitas fisik dengan
kejadian hipertensi (p=0,034). (Zuraidah,2012)
Oleh karena masih banyak penderita hipertensi di Makassar dan masih tinggi
angka kematiannya dan hingga saat ini, belum ada penelitian yang mendeskripsikan
karakterisrtik dari pasien hipertensi yang berobat di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin,Makassar sehinggah penting kiranya dilakukan suatu penelitian
mengenai karakteristik penderita hipertensi pada pasien Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin,Makassar Makassar selama Januari – Juni 2015
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana karakteristik penderita hipertensi di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin,Makassar selama Januari-Juni 2015.”
Page 24
9
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin,Makassar selama Januari- Juni 2015.
1.3.2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita penyakit hipertensi
berdasarkan jenis kelamin.
b. Untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita penyakit hipertensi
berdasarkan umur.
c. Untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita hipertensi berdasarkan
derajat hipertensi.
d. Untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita hipertensi berdasarkan
status gizi
e. Untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita hipertensi berdasarkan
keluhan utama
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi para praktisi
kesehatan mengenai kasus hipertensi sehingga timbul kepedulian untuk bekerja sama
dalam menuntaskan permasalahan ini.
Page 25
10
1.4.2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah:
a. Sebagai bahan masukan bagi pihak instansi yang berwenang untuk digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil dan memutuskan kebijakan-
kebijakan kesehatan, khususnya dalam menanggulangi masalah hipertensi.
b. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi peneliti
dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya yang terkait dengan
masalah hipertensi pada khususnya.
c. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian
mengenai penyakit hipertensi
Page 26
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi
Tekanan darah diukur dalam milimeter merkuri dan dinyatakan dalam dua angka
yang ditulis dimana salah satunya berada di atas angka yang satunya. Angka yang di
atas merupakan tekanan darah sistolik-tekanan tertinggi dalam pembuluh darah yang
timbul saat jantung berkontraksi. Angka yang di bawahnya merupakan tekanan darah
diastolik-tekanan terendah dalam pembuluh darah di antara denyut jantung yaitu saat
otot jantung mengalami relaksasi. Tekanan darah normal orang dewasa didefinisikan
di mana tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 mmHg.
Tekanan darah sistolik dan diastolik yang normal penting untuk mempertahankan
fungsi efisien pada organ-organ vital seperti jantung, otak dan ginjal, dan untuk
seluruh kelangsungan hidup.(WHO,2013)
Menurut WHO,hipertensi atau yang juga dikenal sebagai peningkatan tekanan
darah merupakan suatu keadaan dimana pembuluh darah mengalami peningkatan
tekanan secara persisten. Hipertensi didefinisikan ketika tekanan darah sistolik > 140
mmHg atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Hipertensi sendiri terbagi menjadi 2
kelas. The Seventh report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection,Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membuat klasifikasi
tekanan darah untuk dewasa berusia > 18 tahun. Klasifikasi ini berdasarkan pada dua
Page 27
12
atau lebih pengukuran tekanan darah rata-rata yang dilakukan saat duduk pada dua
atau lebih kunjungan.(WHO,2013)
2.1.2. Epidemiologi
Secara global penyakit kardiovaskuler menyebabkan sekitar 17 juta kematian per
tahun, hampir sepertiga dari total jumlah seluruh kematian. Hipertensi menyebabkan
sekitar 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke.
(WHO,2013)
Pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% orang dewasa berusia 25 tahun ke
atas telah didiagnosa mengalami hipertensi. Jumlah orang yang mengalami hipertensi
meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 mnejadi 1 milyar pada tahun 2008.
Prevalensi hipertensi tertinggi ditemukan di Afrika yaitu sekitar 46% pada orang
dewasa usia 25 tahun ke atas dan prevalensi terendah yaitu sekitar 35% ditemukan di
Amerika. Secara keseluruhan, di negara yang berpenghasilan tinggi memiliki
prevalensi hipertensi yang lebih rendah yaitu sekitar 35% dibandingkan kelompok
lain sekitar 40%.(WHO,2013)
2.1.3. Etiologi
Banyak hal yang menyebabkan hipertensi seperti yang terdaftar pada tabel 8.
Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) merupakan hipertensi sistemik yang
sebabnya tidak diketahui yang diakibatkan disregulasi mekanisme homeostatik
normal dari tekanan darah, dimana sebab sekunder tidak ditemukan. Sekitar lebih dari
95% kasus hipertensi masuk dalam kategori ini. Hipertensi sekunder merupakan
hipertensi sistemik yang disebabkan oleh penyakit yang mendasari, yang berjumlah
kurang dari 5% kasus hipertensi. (WHO,2005)
Page 28
13
Tabel 2.1.Penyebab Hipertensi
Systolic and diastolic hypertension Systolic hypertension
1. Primary (essential or idiopathic)
1. Increased cardiac output
Aortic valvular insufficiency
Arteriovenous fistula, patent ductus
arteriosus
Thyrotoxicosis
2. Secondary
Renal
• Renal parenchymal
– acute glomerulonephritis
– chronic nephritis
– polycystic disease
– diabetic nephropathy
– hydronephrosis
• Renovascular
– renal artery stenosis
– intrarenal vasculitis
• Renin-producing tumours
• Renoprival
• Primary sodium retention (Liddle
syndrome, Gordon syndrome)
Endocrine
• Acromegaly
• Hypothyroidism
• Hyperthyroidism
• Hypercalcaemia
(hyperparathyroidism)
• Adrenal
i. Cortical
– Cushing syndrome
– primary aldosteronism
– congenital adrenal hyperplasia
– apparent mineralocorticoid
excess (liquorice)
ii. Medullary
– phaeochromocytoma
• Extra-adrenal chromaffin tumours
• Carcinoid
• Exogenous hormones: estrogen,
glucocorticoids, mineralocorticoids,
sympathomimetics, tyraminecontaining
food, monoamine oxidase
2. Rigidity of aorta
Page 29
14
inhibitor
Coarctation of the aorta
Pregnancy-induced hypertension
Neurological disorders
• Increased intracranial pressure
– brain tumours
– encephalitis
– respiratory acidosis
• Sleep apnoea
• Quadriplegia
• Familial dysautonomia
• Acute prophyria
• Guillain-Barr・syndrome
• Lead poisoning
Acute stress, including surgery
• Psychogenic hyperventilation
• Hypoglycaemia
• Burns
• Pancreatitis
• Alcohol withdrawal
• Alcohol and drug abuse
• Sickle cell crisis
• After resuscitation
• Postoperative
Increased intravascular volume
Iatrogenic hypertension
Paget’s disease of bone
Beri-beri
Hyperkinetic circulation
Sumber: Clinical Guidelines for The Management of Hypertension, WHO, 2005
2.1.4. Patofisiologi
Tekanan yang diperlukan untuk mengalirkan darah melewati circulatory bed
dihasilkan oleh pemompaan dari otot jantung (curah jantung) dan tonus dari arteri
(resistensi perifer). Setiap determinan tekanan darah ini ditentukan oleh interaksi
faktor-faktor kompleks secara berlebihan seperti pada gambar 2.1. (Vikrant,2001)
Page 30
15
Gambar 2.1. Beberapa Faktor yang Mengatur Tekanan Darah
Sumber: Essensial Hypertension-Pathogenesis and Pathophysiology, 2001
Hipertensi terjadi akibat adanya abnormalitas dari semua faktor-faktor tersebut.
Sebelum mencapai tahap terakhir, faktor-faktor ini dapat menyebabkan penebalan
dinding pembuluh darah atau vasokonstriksi fungsional. Sebagai tambahan faktor
individu juga berperan dan terbukti meningkatkan kompleksitas. Sebagai contoh,
resistensi insulin yang ada sebelum terjadinya hipertensi berkembang pada orang
yang memiliki predisposisi genetik, akibat dari hiperinsulinemia berkaitan dengan
sensitivitas natrium, obesitas, dan peningkatan saraf simpatis yang menyebabkan
peningkatan tahanan pembuluh darah yang memiliki endothelium. Meskipun terdapat
beberapa faktor yang jelas berkontribusi dalam patogenesis peningkatan tekanan
darah, mekanisme ginjal diduga memerankan pemeran utama. Mekanisme lain seperti
aktivitas sistem saraf simpatis, remodeling vaskuler, peningkatan natriuretic peptide
atau peningkatan ekspresi kallikrein-kinin meningkatkan efek retensi air dan garam
pada ginjal. Jalur- jalur tersebut saling berinteraksi dan berperan dalam peningkatan
Page 31
16
tekanan darah dan memediasi kerusakan organ target seperti yang terlihat pada
gambar 2.2. (Vikrant,2001, Oparil,2003)
Gambar 2.2. Patofisiologi dari Hipertensi
Sumber: Essensial Hypertension-Pathogenesis and Pathophysiology, 2001
2.1.5. Gejala Klinis
Sebagian besar orang yang mengalami hipertensi tidak memiliki gejala sama
sekali. Ada kesalahpahaman umum yang menyatakan bahwa orang yang mengalami
hipertensi selalu memiliki gejala. Terkadang hipertensi juga dapat menimbulkan
gejala-gejala seperti sakit kepala, sesak napas, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan
mimisan. Dapat membahayakan untuk tidak menghiraukan gejala-gejala tersebut,
tetapi juga tidak dapat berpegang pada gejala tersebut untuk mendiagnosis
hipertensi.(WHO,2013)
2.1.6. Klasifikasi
Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Berusia >
18 tahun
Klasifikasi
Tekanan
Darah
Tekanan
Darah Sistolik
(mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik
(mmHg)
Normal <120 Dan < 80
Pre
Hypertension
120-139 Atau 80-89
Stage 1
Hypertension
140-159 Atau 90-99
Stage 2
Hypertension
> 160 Atau > 100
Sumber : WHO, 2013
Page 32
17
2.1.7. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Hipertensi tanpa komplikasi biasanya asimptomatik. Meskipun tidak semua
hipertensi asimptomatik, hipertensi dapat tidak diketahui selama bertahun-tahun
karena tanda dan gejala yang timbul berhubungan dengan onset kerusakan organ
target. Oleh karena itu, teknik yang baik dalam pengukuran tekanan darah merupakan
dasar untuk mendeteksi hipertensi.(WHO,2013).Hal ini dapat dicapai dengan
mengikuti guideline berikut:
Kondisi pasien
Postur
Tekanan yang ditimbulkan saat duduk biasanya adekuat untuk pengukuran
tekanan darah rutin. Pasien biasanya duduk diam dengan ounggung bersandar sekitar
5 menit, dengan lengan tidak tertutupi pakaian dan ditahan pada posisi setinggi
jantung. Pada pasien yang berusia > 65 tahun, menderita diabetes atau mengkonsumsi
terapi antihipertensi, cek perubahan postur dengan melakukan pengukuran 1 dan 5
menit setelah pasien berdiri. (WHO,2013)
Keadaan Sekitar
Lingkungan yang tenang dibutuhkan. Pasien tidak mengkonsumsi kafein,
merokok, dan minum alkohol 30 menit sebelum pengukuran. Pertanyaan mengenai
makanan apa yang baru dikonsumsi, buang air besar, dan buang air kecil juga
ditanyakan. Pasien tidak sedang menggunakan stimulant adrenergic eksogen seperti
dekongestan hidung atau tetes mata yang dapat menyebabkan dilatasi pupil.
Pengukuran di rumah juga biasanya lebih disukai. (WHO,2013)
Page 33
18
Peralatan
Ukuran manset
Manset harus dapat menutupi paling tidak 80% dari lingkar lengan dan menutupi
dua pertiga panjang lengan; jika tidak manset diletakkan di atas arteri brachialis. Jika
ukuran manset terlalu kecil, maka dapat diperoleh hasil yang tinggi pada pengukuran.
Ujung paling bawah dari manset harus berada 2.5 cm dalam fossa
antecubital.(WHO,2013)
Manometer
Manometer merkuri, anaeroid, atau alat pengukuran elektronik yang digunakan
untuk mengukur tekanan darah harus dikalibrasi secara rutin menurut standar( sekitar
setiap 6 bulan) untuk memastikan keakuratannya. Pastikan alat yang digunakan
bersih, sudah terkalibrasi, pipanya tidak bocor, dan memiliki ukuran maset yang
sesuai. (WHO,2013)
Ultrasonik
Pada bayi dapat digunakan peralatan ultrasound, contohnya metode
Doppler.(WHO,2013)
Teknik
Jumlah pengukuran
Pada setiap pengukuran, lakukan pengukuran dua kali secara terpisah. Jika
pengukuran berbeda 5 mmHg, lakukan pengukuran tambahan sampai hasil
pengukuran yang didapatkan cukup dekat. Pegukuran berulang kali harus dillakukan
pada pasien yang memiliki nadi yang irregular dan pada pasien yang tua dengan
Page 34
19
hipertensi sistolik. Untuk mendiagnosis, perlu dilakukan dua kali pengukuran dengan
menggunakan hasil rata-ratanya. Pengukuran dapat dilakukan di kedua tangan. Jika
perbedaan tekanannya > 10/5mmHg, gunakan lengan yang memiliki tekanan yang
lebih tinggi. Jika tekanan darah pada tangan meningkat, lakukan pengukuran pada
salah satu kaki. (WHO,2013)
Cara pengukuran
Memompa manset secara cepat hingga tekanan 20 mmHg di atas tekanan sistolik
ditandai dengan menghilangnya denyut arteri radialis. Informasi diagnostik yang
penting tidak akan ditemukan jika ausculatory gap tidak terdengar. Mengempeskan
manset 3 mmHg setiap detiknya. Paling tidak satu bunyi korotkoff harus terdengar
setiap penurunan 2 mmHg kolom merkuri. Catat fase korotkoff V (menghilang)
kecuali pada anak – anak dimana yang dicatat fase IV (meredup).(WHO,2013)
Hasil pengukuran
Catat tekanan darah pasien, posisi, lengan yang digunakan, ukuran manset.
2.1.8. Penatalaksanaan
Tujuan terapi dari pasien hipertensi adalah untuk mencapai pengurangan
maksimal total risiko jangka panjang dari morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
Hal ini membutuhkan : (1) Penatalaksanaan dari semua faktor risiko yang bersifat
reversibel seperti merokok, dislipidemia, dan diabetes mellitus, (2) Manajemen
kondisi klinis yang berkaitan seperti gagal jantung kongestif, penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah perifer, dan serangan iskemik segera, (3)
Mencapai tekanan darah < 130/80 mmHg untuk pasien diabetes mellitus atau
Page 35
20
penyakit ginjal kronik.(WHO,2013) Algoritma penatalaksaan penderita hipertensi
dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Algorithm for treatment of hypertension
Sumber: JNC 7.2003
Ketika dilakukan pengukuran tekanan darah di rumah atau rawat jalan untuk
mengevaluasi efisiasi dari terapi, nilai targetnya pada siang hari sekitar 10-15 mmHg
lebih rendah pada tekanan darah sistolik dan 5-10 mmHg lebih rendah pada tekanan
darah diastolik.Ada beberapa strategi untuk mencapai tujuan terapi, yaitu: modifikasi
gaya hidup, modifikasi farmakologik, dan beberapa strategi umum untuk terapi
hipertensi.
2.1.9. Pencegahan
Perkembangan terjadinya hipertensi dan komplikasi yang mungkin terjadi dapat
diminimalisasi dengan cara: (1)Diet yang sehat, (2)Mempromosikan gaya hidup yang
sehat dengan menekankan pada nutrisi yang layak untuk bayi dan anak muda,
(3)Mengurang konsumsi garam kurang dari 5 gr per hari, (4)Mengkonsumsi buah dan
Page 36
21
sayuran 5 kali penyajian setiap harinya, (5) Mengurangi konsumsi lemak total dan
lemak tersaturasi, (6) Mengurangi konsumsi alkohol, (7) Melakukan aktivitas fisik
yang teratur, dan mempromosikan aktivitas fisik kepada anak-anak dan anak muda.
WHO merekomendasikan aktivitas fisik paling tidak 30 menit sehari sebanyak 5 kali
seminggu, (8) Mempertahankan berat badan yang normal, (9) Berhenti merokok dan
menghindari terpapar terhadap produk tembakau, (10) Manejemen yang baik
terhadap stress. (WHO,2013)
Pada individu yang sudah mengalami hipertensi dapat berpartisipasi dalam
memperbaiki kondisi mereka dengan cara: (1) Mengadaptasi perilaku hidup sehat
yang telah disebutkan di atas, (2) Memonitor tekanan darah di rumah, (3) Memeriksa
gula darah, kolesterol darah, dan albumin urin, (4) Mengetahui cara menilai resiko
kardiovaskuler menggunakan alat penilaian resiko, (5) Mengikuti nasehat-nasehat
kesehatan, (6) Mengkonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah yang diberikan
secara teratur. (WHO,2013)
2.2. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi
Faktor risiko terjadinya hipertensi terbagi menjadi faktor yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga mengalami
hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah obesitas, aktivitas
fisik yang kurang, merokok, stress, diet yang buruk, konsumsi alkohol yang
berlebihan. Faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi juga dapat terbagi
menjadi faktor risiko perilaku, faktor risiko sosioekonomi, dan faktor risiko lainnya
seperti yang terlihat pada gambar 2.4.
Page 37
22
Gambar 2.4. Faktor Utama yang Menyebabkan Hipertensi dan
Komplikasinya
Sumber: Global Brief on Hypertension, WHO, 2013
Sebagai tambahan ada beberapa faktor metabolik yang meningkatkan risiko
terjadinya penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan komplikasi lain dari hipertensi
termasuk diabetes, kolesterol tinggi, dan obesitas atau overweight. Terdapat beberapa
faktor risiko perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, yaitu :
mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan lemak, dan tidak
mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang cukup, konsumsi alkohol dalam
jumlah banyak, kurangnya aktivitas fisik, dan manejemen stress yang buruk. Faktor
resiko perilaku ini sangat berkaitan erat dengan pekerjaan orang dan kondisi hidup
seseorang. (WHO,2013, Branch CDMac,2012)
Determinan sosial terhadap kesehatan yaitu tingkat edukasi dan kondisi rumah
seseorang, memiliki efek yang berbanding terbalik dengan faktor resiko perilaku.
Gaya hidup dan kondisi pekerjaan seseorang juga dapat menghambat deteksi dan
terapi karena kurangnya akses untuk diagnostik dan terapi. Urbanisasi segera yang
tidak terencana juga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi sebagai akibet dari
Page 38
23
lingkungan yang tidak sehat yang memicu konsumsi makanan cepat saji, perilaku
kurang beraktivitas, merokok, dan konsumsi alkohol. Dan resiko hipertensi juga
meningkat seiring bertambahnya usia akibatnya kekakuan pembuluh darah, meskipun
penuaan dari pembuluh darah dapat diperlambat dengan gaya hidup yang
sehat.(WHO,2013)
Pada beberapa kasus, tidak ada penyebab hipertensi yang spesifik. Faktor genetik
juga memegang peranan, dan ketika hipertensi terjadi pada orang dewasa dibawah
usia 40 tahun, maka harus disingkirkan penyebab sekunder seperti penyakit ginjal,
penyakit endokrin, dan malformasi pembuluh darah.(WHO,2013)
2.2.1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
2.2.1.1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dideskripsikan sebagai perbedaan biologik antara pria dan wanita,
dimana bersifat universal dan ditentukan pada saat lahir. Seks berkaitan dengan tubuh
laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara
perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi,
hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan
tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki
dan perempuan pada semua ras.(UNESCO,2004)
Insidens dan angka progresivitas penyakit kardiovaskuler dan hipertensi lebih
banyak pada pria dibandingkan wanita pada saat sebelum menopause. Setelah
menopause insidens yang terjadi sama untuk pria danwanita.Meskipun mekanisme
yang mendasari perbedaan jenis kelamin terhadap insidens dan progresivitas penyakit
kardiovaskuler belum diketahui, diduga adanya peranan hormon seks dalam
Page 39
24
memodulasi beberapa aktivitas sistem regulasi, termasuk sistem Renin-Angiotensin.
Sebagai tambahan, perbedaan genetik juga berpengaruh dalam memediasi perbedaan
jenis kelamin dalam insidens dan progresivitas penyakit kardiovaskuler dan
hipertensi. Menurut hasil penelitian pada mencit, ditemukan bahwa terjadi
peningkatan ekspresi reseptor Angiotensin 2 pada mencit betina yang mengalami
cedera vaskuler. Reseptor angiotensin 2 memiliki efek protektif terhadap cedera
vaskuler terutama pada wanita sehingga wanita memiliki efek protektif terhadap
penyakit kardiovaskuler dan hipertensi dibandingkan pria. (Maric,2005)
Pada usia 45 tahun, pria memiliki risiko mengalami hipertensi dibandingkan
wanita. Tetapi pada usia 55 hingga 64 tahun, pria dan wanita memiliki kemungkinan
yang sama untuk mengalami hipertensi. Pada usia 65 tahun ke atas, wanita yang
memiliki kemungkinan lebih tinggi unutk mengalami hipertensi dibandingkan pria.
(Maric,2005)
2.2.1.2. Usia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,umur didefinisikan sebagai lama waktu
hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Pada sebuah studi,semakin tua usia
seseorang maka semakin besar risiko mengalami hipertensi, karena dengan semakin
bertambahnya usia, kemampuan elastisitas pembuluh darah akan mengalami
penurunan. (Maric,2005)
Framingham Heart Study melaporkan risiko untuk mendapatkan hipertensi yaitu
sekitar 90% untuk pria dan wanita yang sebelumnya tidak menderita hipertensi pada
usia 45 atau 65 tahun dan diperkirakan dapat bertahan hidup hingga usia 80-85
tahun.(TSR,2004)
Page 40
25
2.2.1.3. Ras
Ras didefinisikan sebagai kelompok orang yang memiliki perbedaan dan
persamaan dalam rantai biologis dianggap oleh masyarakat signifikan secara sosial.
Ras dibedakan menurut warna kulit dan penampilan fisik. (CDC,2015) Orang kulit
hitam berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi dibandingkan orang kulit putih,
Hispanic, orang Asia, orang Indian Amerika, atau penghuni asli Alaska. Orang kulit
hitam juga mengalami hipertensi lebih awal dibandingkan dengan orang kulit
putih.(CDC,2015)
2.2.1.4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga adalah rekaman penyakit dan kondisi kesehatan anggota
keluarga yang berada di dalam suatu keluarga. Riwayat keluarga merupakan alat yang
berguna untuk memahami risiko kesehatan dan pencegahan suatu penyakit. Faktor
genetik juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Oleh karena itu, orang yang
memiliki riwayat keluarga mengalami hipertensi, memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami hipertensi.(CDC,2015)
2.2.2. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
2.2.2.1. Indeks Massa Tubuh yang Berlebihan
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan pengukuran tinggi dan berat individu
dengan membagi berat tubuh sesorang dalam kilogram dengan tinggi badan
kuadratnya dalam meter. Pengukuran Indeks Massa Tubuh membuat berat badan
seseorang menjadi terstandarisasi dengan tinggi mereka. Indeks Massa Tubuh
merupakan pengukuran paling sering digunakan untuk memonitor prevalensi
overweight dan obesitas pada populasi. Indeks Massa Tubuh juga merupakan
Page 41
26
pengukuran yang paling sering digunakan untuk menentukan seseorang mengalami
obesitas atau overweight.(Observatory NO,2009)
Angka yang lebih tinggi pada indeks massa tubuh meskipun dalam range yang
normal, merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya hipertensi di masa depan
pada suatu penelitian kohort terhadap wanita yang normotensif. Pada penelitian yang
lain juga menunjukkan overweight atau obesitas berhubungan dengan peningkatan
risiko terjadinya hipertensi. Indeks Massa Tubuh secara positif dan mandiri
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas hipertensi, penyakit kardiovaskuler,
diabetes mellitus tipe II, dan penyakit kronik lainnya.(Tesfaye F, 2007)
Tabel 2.3. Klasifikasi Internasional Indeks Massa Tubuh Orang Dewasa
Classification BMI(kg/m2)
Principal cut-off
points
Additional cut-off
points
Underweight <18.50 <18.50
Severe thinness <16.00 <16.00
Moderate thinness 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99
Mild thinness 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49
Normal range 18.50 - 24.99 18.50 - 22.99
23.00 - 24.99
Overweight ≥25.00 ≥25.00
Pre-obese 25.00 - 29.99 25.00 - 27.49
27.50 - 29.99
Obese ≥30.00 ≥30.00
Obese class I 30.00 - 34.99 30.00 - 32.49
32.50 - 34.99
Obese class II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49
37.50 - 39.99
Obese class III ≥40.00 ≥40.00
Sumber: Body Mass Index As A Measure of Obesity, 2009
Page 42
27
2.2.2.2. Merokok
Rokok merupakan campuran beracun yang terdiri dari 7000 bahan kimia.
Kebanyakan dari bahan kimia tersebut merupakan racun. Ketika bahan-bahan kimia
ini masuk ke dalam tubuh maka akan terjadi kerusakan. Seiring berjalannya waktu,
kerusakan tersebut memicu timbulnya penyakit. Bahan kimia dalam rokok segera
mencapai ke paru-paru saat dihirup. Zat-zat beracun ini segera berpindah ke dalam
darah dan mengalir ke seluruh tubuh. Organ dalam tubuh memiliki sel yang
melapisinya. Bahan kimia dalam rokok menyebabkan inflamasi dan kerusakan pada
sel. Merokok menyebabkan sistem imun berkerja secara terus menerusberespon
terhadap cedera yang terjadi. Stres yang berkelanjutan mengganggu sistem kerja pada
tubuh. Salah satu zat yang terdapat di dalam rokok adalah nikotin. Nikotin
menyebabkan terjadinya kecanduan karena mengubah keseimbangan kimia pada
otak. Rokok juga dapat menyebabkan perubahan kimia darah. Merokok menyebabkan
platelet melakukan agregasi dan membentuk sumbatan yang dapat menghambat aliran
darah ke jantung, otak, dan ekstremitas. Merokok juga meningkatkan kadar
trigliserida dan menurunkan kolesterol HDL. Asap rokok yang dihirup oleh perokok
pasif juga dapat menimbulkan efek seperti pada perokok aktif.(CDC,2010)
Merokok meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi melalui efek
vasokonstriksi akutnya. Merokok dapat melepaskan neurotaransmitter norephinefrin
dan epinefrin yang berkaitan dengan perubahan hemodinamik dan metabolik yang
dimediasi melalui mekanisme adrenergik. Merokok dapat menyebabkan perubahan
kimia darah seseorang. Merokok menyebabkan agregasi dari platelet dan membentuk
sumbatan yang meningkatkan risiko terjadinya sumbatan aliran darah ke jantung,
Page 43
28
otak, dan ekstremitas. Merokok meningkatkan kadar trigliserida dalam darah dan
menurunkan kolesterol HDL. Bahan-bahan kimia yang terdapat pada rokok
mencegah penyembuhan dari kerusakan lapisan pembuluh darah dan menimbulkan
sumbatan pada arteri yang rusak tersebut.(CDC,2010, Abtahi, 2011)
2.2.2.3. Konsumsi Alkohol
Alkohol diklasifikasikan sebagai golongan sedatif hipnotik, dimana berperan
mendepresi sistem saraf pusat pada dosis yang tinggi. Pada dosis yang rendah,
alkohol berperan sebagai stimulant yang memicu perasaan euphoria. Alkohol dapat
merusak setiap organ dalam tubuh. Alkohol juga menyebabkan lebih dari 60
penyakit. Alkohol mempengaruhi kesehatan fisik dan kesehatan mental dalam
berbagai hal sehingga penggunaan alkohol berat dan kronik meningkatkan risiko
kematian. Alkohol merupakan kontributor kelima utama yang menyebabkan penyakit
global. Pada tabel 2.4 dapat dilihat efek yang terjadi pada penggunaan
alkohol.(Zaeland AACN,2011, WHO,2012)
Tabel 2.4. Kondisi dan Komplikasi yang Berpotensial Terjadi pada
Penggunaan Alkohol Berat dan Kronik
Sumber: Alcohol-The Body Health,2011
Page 44
29
Hubungan linear respons dosis tampak pada konsumsi alkohol dengan batas
ambang 3 minuman perhari (30 gr ethanol). Penelitian yang lain menunjukkan bahwa
konsumsi alkohol dalam jumlah yang sedikit dapat menurunkan tekanan darah.
Mekanisme hipertensi yang ditimbulkan akibat alkohol masih belum jelas. Efek pada
aksis renin angiotensin aldosteron, sistem saraf adrenergic, fluks ion-ion, sekresi
kortisol, atau sensitivitas insulin diduga mendasari mekanisme terjadinya. Tetapi
karena banyaknya hipotesis yang ada maka belum ada hipotesis yanga mampu
menjelaskan hubungan kedua hal tersebut. Risiko peningkatan tekanan darah
ditemukan pada konsumsi alkohol > 210 gr/minggu. (Fuchs FD,2001)
Pengurangan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik .The
Heart Foundation merekomendasikan kepada pasien hipertensi untuk membatasi
konsumsi alkohol maksimum 2 gelas standar untuk pria per hari dan satu gelas
standar per hari untuk wanita. (Fuchs FD,2001)
2.2.2.4. Aktifitas Fisik
Menurut WHO, aktifitas fisik didefinisikan sebagai segala bentuk pergerakan
tubuh yang dihasilkan oleh otot skeletal yang membutuhkan energi dan biasa
dilakukan atau rutinitas sehari-hari sesuai dengan profesi atau pekerjaan. Aktifitas
fisik yang teratur seperti berjalan, bersepeda, dan olahraga lainnya memiliki banyak
keuntungan yang signifikan terhadap kesehatan. Olahraga adalah aktifitas fisik yang
terencana dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan tubuh yang berulang untuk
mencapai kebugaran. Orang dewasa berusia 18-64 tahun harus melakukan paling
tidak olahraga aerobik sedang selama 150 menit atau olahraga aerobik berat selama
75 menit selama seminggu. Aktifitas fisik yang kurang meningkatkan risiko untuk
Page 45
30
terjadinya hipertensi. Sedangkan aktifitas fisik yang teratur menurunkan tekanan
darah. Aktifitas fisik yang teratur memiliki efek kardioprotektif. Aktivitas fisik yang
teratur berhubungan dengan peningkatan kolesterol densitas tinggi dan pengurangan
berat badan, lingkar perut, persentase lemak tubuh, resistensi insulin, tahanan
sistemik pembuluh dalah, noradrenalin plasma, dan aktivitas renin plasma.
(WHO,2014, Huang, 2008)
2.2.2.5. Stress
Stress adalah tuntutan fisiologis terhadap tubuh yang harus disesuaikan oleh
manusia. Hal ini dapat bersifat menyehatkan dan dibutuhkan untuk membuat
seseorang tetap waspada, meskipun demikian stress yang terus menerus dan
berkepanjangan dapat membebani tubuh. Ada dua bentuk utama dari stress yaitu
stress akut dan stress kronik. Ketika individu mengalami stress, terjadi pelepasan
hormon katekolamin, adrenalin, dan kortisol yang merupakan hormon stress utama.
Hormon-hormon ini dilepaskan ke dalam darah yang menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan vasokonstriksi dari pembuluh darah untuk membawa darah yang
lebih banyak ke pusat tubuh daripada ke ekstremitas. Vasokonstriksi pembuluh darah
dan peningkatan denyut jantung juga meningkatkan tekanan darah. Ketika stress
tersebut hilang, maka tekanan darah akan kembali ke tekanan darah sebelum
mendapat stress.(Bruchie,2011, Association AH,2015)
2.2.2.6. Pola Makan
Pola makan didefinisikan sebagai kuantitas, proporsi, variasi, atau kombinasi dari
makanan, minuman, dan nutrien yang berbeda di dalam makanan, dengan frekuensi
sebagaimana mereka biasa dikonsumsi. Pola makan yang tidak sehat, seperti tinggi
Page 46
31
natrium, tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi gula meningkatkan risiko peningkatan
tekanan darah. Konsumsi natrium yang tinggi berkaitan dengan insidens terjadinya
penyakit kardiovaskuler. Pengurangan konsumsi natrium hingga kira-kira 1700 mg
(75 mmol) per hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4-5 mmHg pada
penderita hipertensi dan 2 mmHg pada orang yang memiliki tekanan darah yang
normal. Konsumsi buah dan sayur yang banyak, makanan rendah lemak juga dapat
membantu menurunkan tekanan darah. (Huang,2008, Agriculture DO,2014)
Page 47
32
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Pada setiap populasi, tiap individu anggota tertentu memiliki karakteristik yang
berbeda-beda untuk setiap penyakit tertentu. Berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat
berbagai macam faktor risiko terjadinya hipertensi seperti umur, jenis kelamin,ras,
keadaan ekonomi, riwayat keluarga dan lainnya.
Maka variabel dependen yaitu hipertensi dan variabel independen dibatasi pada
aspek umur, jenis kelamin, keluhan utama, status gizi, serta derajat keparahan
penyakit hipertensi.Penentuan variabel ini didasarkan pada kepentingan keterkaitan
variabel tersebut dengan kasus hipertensi di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
3.2. Kerangka Konsep
Berdasarkan konsep pemikiran yang dikemukakan di atas, maka disusunlah
pola variabel sebagai berikut.
Faktor dapat diubah
zi
Skema 3 : Kerangka Konsep Hipertensi
Faktor dapat di ubah
Status gizi
Keluhan utama Faktor tidak dapat
diubah
Jenis kelamin
umur
HIPERTENSI
Derajat Hipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
Page 48
33
3.3. Definisi Operasional
3.3.1. Variabel Dependen
1) Pasien Hipertensi Rawat Jalan
a. Definisi : Pasien Hipertensi yang datang berobat ke rumah sakit
Universitas Hasanuddin
b. Alat ukur : Tabel pengisian data.
c. Cara ukur : Dengan memperhatikan dan mencatat daftar pasien
Hipertensi dengan status rawat jalan yang diperoleh dari data rekam medik.
d. Kriteria Objektif :Data pasien Hipertensi rawat jalan
3.3.2. Variabel Independen
1) Jenis Kelamin
a. Definisi : perbedaan seksual yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan.
b. Alat ukur : Tabel pengisian data.
c. Cara ukur : dengan mencatat variabel jenis kelamin sesuai dengan
yang tercantum pada rekam medik.
d. Hasil ukur :
1. Laki-laki
2. Perempuan
2) Umur
a. Definisi : lamanya seseorang hidup mulai saat pertama
dilahirkan sampai usianya pada saat masuk rumah sakit untuk pertama kali
yang dinyatakan dalam satuan tahun.
Page 49
34
b. Alat ukur : Tabel pengisian data.
c. Cara ukur : dengan mencatat variabel umur sesuai dengan yang
tercantum pada rekam medik
d. Hasil ukur :
Umur dinyatakan dalam tahun dan dibagi dalam kelompok
1. 40-45 tahun
2. 46-50 tahun
3. 51-55 tahun
4. >55 tahun
3) Keluhan Utama
a. Definisi : suatu bentuk masalah baik yang bersifat fisik maupun
psikis yang dialami seseorang dan bersifat sangat mengganggu sehingga
masalah tersebutlah yang mendorong orang tersebut untuk datang berobat
b. Alat ukur : Tabel pengisian data.
c. Cara ukur : Dengan mencatat variabel keluhan utama sesuai
dengan yang tercantum pada rekam medik.
d. Kriteria Objektif :
1. sakit kepala
2. tegang leher
3. jantung berdebar
4) Tipe Derajat Hipertensi
a. Definisi : klasifikasi derajat hipertensi berdasarkan kriteria JNC-VII
Page 50
35
b. Alat ukur : Tabel pengisian data.
c. Cara ukur : dengan mencatat variabel jenis derajat hipertensi sesuai dengan
yang tercantum pada rekam medik.
d. Hasil ukur :
1. Hipertensi Derajat I bila TDS 140-159 mmHg
2. Hipertensi Derajat II bila TDS 160-179 mmHg
5) Status Gizi
a. Definisi : Tingkat kerentanan penderita terhadap suatu penyakit, dinilai
berdasarkan rasio berat badan terhadap tinggi badan sesuai dengan
perhitungan indeks massa tubuh, tertulis dalam catatan medik dan
dikategorikan sebagai berikut:
Hasil ukur:
1. Normal, bila nilai IMT 18,5 -24,9 kg.m2
2. Kurus, bila nilai IMT <18,5 kg/m2
3. Overweight, bila nilai IMT > 25 kg/m2
4. Obese, bila nilai IMT > 30 kg/m2
b. Alat ukur : Tabel pengisian data.
c. Cara ukur : Dengan mencatat variabel hasil pemeriksaan berat badan dan tinggi
badan sesuai dengan yang tercantum pada rekam medik
Page 51
36
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan desain
penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan obyek penelitian yang berupa data –
data yang sudah ada, sehingga peneliti tidak ada tindakan intervensi dan mengontrol
data atau variabel tersebut.
Hal ini dilakukan karena yang akan dinilai adalah karakteristik dari penderita
Hipertensi secara terperinci dan sistematis, dimana pengukuran variabel dilakukan
pada saat tertentu oleh pihak rumah sakit untuk mengetahui karakteristik penderita
Hipertensi di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin,Makassar selama Januari- Juni
2015, melalui penggunaan rekam medik sebagai data penelitian.
4.2. Tempat dan Waktu
4.2.1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian terhitung mulai pada tanggal Oktober-November 2015
4.2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini direncanakan didakan di Bagian Rekam Medik RS.Universitas
Hasanuddin,Makassar.
Page 52
37
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi yang di rawat
jalan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddinn Makassar periode Januari- Juni 2015
Sampel penelitian adalah semua populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
penelitian.
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi berusia > 40tahun
dan mempunyai rekam medis yang di rawat jalan di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin Makassar pada Januari- Juni 2015
Besar sampel di hitung menggunakan rumus :
Z= nilai standar = 1,96 dengan interval kepercayaan (α=0,05)
P= perkiraan proporsi = 0,5
Q= 1-P = 0,5
d= presisi =0,1
jadi, besar sampel minimal yang di butuhkan adalah 97 sampel
4.4. Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dengan cara teknik non probability sampling.
Teknik non probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling dimana
pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus dari kriteria yang memenuhi standar
di rekam medis Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar
Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Page 53
38
a. Kriteria Inklusi
1. Memiliki rekam medik
2. Telah didiagnosis oleh dokter sebagai penderita Hipertensi
3. Memiliki variabel yang akan diteliti
b. Kriteria Eksklusi
Pasien yang sedang menderita diabetes, stroke, penyakit jantung, dan penyakit
ginjal
4.5. Jenis Data dan Instrumen Penelitian
4.5.1. Jenis Data Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui
rekam medik pasien penderita hipertensi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
Makassar pada periode Januari- Juni 2015 sebagai subjek penelitian.
4.5.2. Data Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam
penelitian terdiri dari rekam medik yang berisi data tentang penderita Hipertensi.
4.6. Manajemen Penelitian dan Analisis Data
4.6.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat perizinan dari pihak pemerintah
dan Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar . Kemudian nomor rekam medik
penderita Hipertensi selama Januari- Juni 2015 yang telah ditentukan dikumpulkan di
bagian Rekam Medik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar.
Page 54
39
4.6.2. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data rekam medik dengan
menggunakan program Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik deskriptif
yang diharapkan. Statistik deskriptif merupakan suatu metode atau cara – cara yang
digunakan untuk meringkas dan mendata dalam bentuk tabel, grafik atau ringkasan
numerik data. Statistik deskriptif merupakan statistik menggunakan data suatu
kelompok untuk menjelaskan atau menarik kesimpulan mengenai kelompok tersebut.
4.6.3. Penyajian Data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel atau diagram yang
dinarasikan untuk menggambarkan karakteristik penderita Hipertensi di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar selama Januari- Juni 2015
4.7. Etika Penelitian
Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah,direktur
rumah sakit setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas penderita yang terdapat pada rekam
medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
penelitian yang dilakukan.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang
terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.
Page 55
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif, pada 1 Januari – Juni 2015 dengan
mengambil data sesuai yang tertulis dalam rekam medis. Berdasarkan sampel yang
menggunakan rumus nilai standar 1,96 disertai dengan kriteria inklusi dan eksklusi ,
maka ditemukan sebanyak 97 sampel penderita Hipertensi di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar yang berumur >40 tahun. Berikut adalah distribusi
penderita Hipertensi di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar berdasarkan
kelompok umur, jenis kelamin, status gizi, keluhan utama, dan tipe derajat hipertensi
yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
5.1.1Distribusi Pasien Hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Tabel 5.1. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Jenis Kelamin Angka Kejadian Persentase
Laki-Laki 56 58%
Perempuan 41 42%
Total 97 100%
Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015
Page 56
41
Grafik 5.1. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015
Pada penelitian ini, didapatkan bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada laki
laki, yaitu sebanyak 56 sampel atau 58% penderita hipertensi pada penelitian ini,
sedangkan perempuan 41 orang (42%).
5.1.2 Distribusi Pasien Hipertensi berdasarkan umur di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Tabel 5.2. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan umur di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Umur Angka Kejadian Persentase
40-45 8 8%
46-50 11 11%
51-55 12 12%
>55 66 68%
Total 97 100%
Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015
Page 57
42
Grafik 5.2. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan umur di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015
Data di atas menunjukkan hipertensi akut paling sering terjadi pada umur di
atas 55 tahun dengan penderita berjumlah 66 orang ( 68%), lalu umur 51-55 tahun 12
orang (12%), 46-50 tahun 11 orang(11%) dan 8 (8%) penderita hipertinsi dengan
rentang usia 40-45 tahun.
5.1.3 Distribusi Pasien Hipertensi berdasarkan status gizi di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Tabel 5.3. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan status gizi di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
IMT Angka Kejadian Persentase
Normal 49 51%
kurus 3 3%
overweight 36 37%
obese 9 9%
Total 97 100%
Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015
Page 58
43
Grafik 5.3. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan status gizi di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015
Pada penelitian ini, didapatkan bahwa penderita hipertensi lebih banyak
terjadi pada pasien dengan indeks masa tubuh yang normal yaitu sebanyak 49 sampel
(51%), disusul dengan penderita hipertensi dengan indeks masa tubuh overweight
yaitu sebanyak 36 sampel(37%),kemudian penderita hipertensi dengan indeks masa
tubuh obese 9 sampel (9%), dan 3 sampel atau sebanyak 3% dengan indeks masa
tubuh yang kurus.
5.1.4 Distribusi Pasien Hipertensi berdasarkan Keluhan Utama di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Tabel 5.4. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Page 59
44
Keluhan Utama Angka Kejadian Persentase
Sakit Kepala 48 49%
Jantung Berdebar 21 22%
Tegang Leher 20 21%
Batuk 4 4%
nyeri dada 4 4%
Total 97 100%
Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015
Grafik 5.4. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015
gejala paling umum adalah sakit kepala 49% ,jantung berdebar 22%,tegang
tengkuk 21 %,sedangkan terdapat gejala batuk merupakan gejala tambahan dari
pasien hipertensi yang mengontrol hipertensinya karena efek samping dari obat
hipertensi terdapat 3%. Nyeri dada juga terjadi pada pasien hipertensi yang telah
berkomplikasi ke penyakit jantung koroner sebanyak 4%
Page 60
45
5.1.5 Distribusi Pasien Hipertensi berdasarkan Tipe Derajat Hipertensi di
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni
2015.
Tabel 5.5. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan tipe derajat hipertensi di
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Tipe Derajat Hipertensi Angka Kejadian Persentase
Hipertensi Derajat 1 30 31%
Hipertensi Derajat 2 67 69%
Total 97 100%
Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015
Grafik 5.5. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan tipe derajat hipertensi di
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.
Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015
Pada penelitian ini, didapatkan bahwa Penderita hipertensi lebih banyak yang
mengalami hipertensi derajat II yaitu sebanyak 67 sampel atau 69% sedangkan tipe
derajat I hanya 30 orang (31%)
Page 61
46
BAB VI
PEMBAHASAN
Faktor risiko terjadinya hipertensi terbagi menjadi faktor yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga mengalami
hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah obesitas, aktivitas
fisik yang kurang, merokok, stress, diet yang buruk, konsumsi alkohol yang
berlebihan.14
6.1. Jenis Kelamin
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita merupakan faktor
protektif terhadap terjadinya hipertensi, yang berarti bahwa pria lebih berisiko untuk
mengalami hipertensi. Pada penelitian Marice41
yang dilakukan pada responden obese
yang berumur 18 tahun ke atas pada tahun 2010 yang dilakukan di 33 provinsi di
Indonesia, didapatkan bahwa pria lebih berisiko 1 kali dibandingkan wanita untuk
mengalami hipertensi.
Insidens dan angka progresivitas penyakit kardiovaskuler dan hipertensi lebih
banyak pada pria dibandingkan wanita pada saat sebelum menopause. Setelah
menopause insidens yang terjadi sama untuk pria danwanita.Meskipun mekanisme
yang mendasari perbedaan jenis kelamin terhadap insidens dan progresivitas penyakit
kardiovaskuler belum diketahui, diduga adanya peranan hormon seks dalam
memodulasi beberapa aktivitas sistem regulasi, termasuk sistem Renin-Angiotensin.
Sebagai tambahan, perbedaan genetik juga berpengaruh dalam memediasi perbedaan
jenis kelamin dalam insidens dan progresivitas penyakit kardiovaskuler dan
hipertensi. Menurut hasil penelitian pada mencit, ditemukan bahwa terjadi
peningkatan ekspresi reseptor angiotensin 2 pada mencit betina yang mengalami
cedera vaskuler. Reseptor angiotensin 2 memiliki efek protektif terhadap cedera
vaskuler sehingga wanita memiliki efek protektif terhadap penyakit kardiovaskuler
dan hipertensi dibandingkan pria.21
Page 62
47
6.2. Usia
Dari penelitian ini juga dapat disimpulkanbahwa semakin bertambahnya usia
semakin meningkatkan risiko mengalami hipertensi yang mulai terlihat pada
kelompok usia 40-45 tahun sebanyak delapan persen ,dan kemudian meningkat pada
kelompok usia > 55 tahun yang lebih berisiko sebanyak enam puluh delapan persen
untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan kelompok usia < 40 tahun. Hal ini
juga terlihat dalam penelitian Julianty42
pada tahun 2013 yang dilakukan pada
responden laki-laki dan perempuan kelompok umur 15-60 tahun di Kabupaten Bogor
dari data Riskesdas 2007 sebanyak 2.785 orang, dimana semakin bertambahnya usia
maka semakin berisiko untuk mengalami hipertensi.
Hasil yang sama juga dapat dilihat padapenelitian Zuraidah et al13
yang
dilakukan di Kecamatan Kemuning Kota Palembang tahun 2012 yang kepada orang
yang berusia 18 tahun ke atas yang bertempat tinggal di Kecamatan, di mana ada
hubungan yang signifikan antara usia yang meningkat(> 35 tahun) dengan
peningkatan kejadian hipertensi.
Pada usia 45 tahun, pria memiliki risiko mengalami hipertensi dibandingkan
wanita. Tetapi pada usia 55 hingga 64 tahun, pria dan wanita memiliki kemungkinan
yang sama untuk mengalami hipertensi. Pada usia 65 tahun ke atas, wanita yang
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dibandingkan pria.
Pada sebuah studi, semakin tua usia seseorang maka semakin besar risiko mengalami
hipertensi, karena dengan semakin bertambahnya usia, kemampuan elastisitas
pembuluh darah akan mengalami penurunan.21
Framingham Heart Study23
melaporkan risiko untuk mendapatkan hipertensi yaitu sekitar 90% untuk pria dan
wanita yang sebelumnya tidak menderita hipertensi pada usia 45 atau 65 tahun dan
diperkirakan dapat bertahan hidup hingga usia 80-85 tahun.
6.3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dalam penelitian ini juga ditemukan IMT tidak memiliki hubungan dengan
terjadinya hipertensi. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian Fauzia43
yang
dilakukan pada tahun 2011 terhadap 30 orang lansia yang berkunjung di Bagian
Geriatri RSUP dr. Kariadi Semarang. Berbeda dengan hasil penelitian Nieky44
pada
Page 63
48
tahun 2014yang dilakukan pada pasien hipertensi yang datang ke Poliklinik
Hipertensi dan Nefrologi BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menunjukkan
adanya hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada penderita
hipertensi.Berbedanya hasil antara kedua penelitian yang menggunakan metode yang
sama tersebut dikarenakan perbedaan cara pengambilan sampel, pengumpulan data,
dan perbedaan lokasi penelitian., dimana dalam penelitian Nieky44
menggunakan
teknik purposive samplingdi Poliklinik Hipertensi dan Nefrologi BLU RSUP Prof.
Dr. R.D. Kandou Manado dengan pengumpulan data melalui kuesioner dan rekam
medik pasien dan penelitian ini menggunakan teknik yang sama yaitu teknik
purposive sampling di Poliklinik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar
dengan penggumpulan data melalui rekam medik saja.
Menurut teori, angka yang lebih tinggi pada indeks massa tubuh meskipun
dalam range yang normal, merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya hipertensi
di masa depan pada suatu penelitian kohort terhadap wanita yang normotensif. Pada
penelitian yang lain juga menunjukkan overweight atau obesitas berhubungan dengan
peningkatan risiko terjadinya hipertensi.27
6.4 keluhan utama
Jika dilihat dari keluhan utama dari pasien penderita hipertesi yang menjalani
rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar, didapatkan hasil
penelitian bahwa keluhan utama terbanyak dan tersering yaitu sakit kepala 48
(49%) orang mengeluhkan sakit kepala, 20 orang (21%) yang mengeluhkan tegang
tengkuk dan 21 orang (22%) mengeluh jantung yang berdebar yang mana sesuai
dengan gejala hipertensi yang terdapat pada RIKESDAS 2013.
Pada penelitian ini juga didapatkan keluhan lain dari pasien hipertensi yaitu
batuk, yang mana sebelum menjalani pengobatan hipertensi pasien tidak ada
mengeluh batuk. Terlihat dari terapi farmakologi yang diberikan oleh dokter yaitu
obat golongan ACE-Inhibitor. Menurut farmakologi obat anti hipertensi, keluhan
Page 64
49
batuk ini merupakan efek samping dari konsumsi obat anti hipertensi golongan ACE-
Inhibitor. Menurut Peter Kabo, penggunaan ACE-Inhibitor akan menimbulkan
efeksamping berupa batu kering 5-20% pasien, efek samping ini terjadi karena
akumulasi bradikinin, substan P dan atau prostaglandin. Batuk ini bersifat reversible,
dilaporkan dengan pemberian aspirin, antagonis trombksan dan preparat besi akan
mengurangi batuk yang ditimbulkan oleh ACE-Inhibitor. Batuk akan mereda setelah
2-3 hati berhenti mengkonsumsi obat ini.
Terdapat keluhan lain berupa nyeri dada yaitu 4 orang (4%), sesuai dengan
keluhan pasien dan yang tercatat di rekam medis bahwa pasien sudah mengalami
komplikasi atau perburukan dari hipertensi, pasien yang mengalami nyeri dada ini
merupakan pasien yang menderita penyakit jantung koroner yang diikuti oleh
penyakit diabetes militus tipe 2. Sesuai dengan manifestasi kerusakan target organ
pada penderita hipertensi salah satunya adalah jantung yang bisa menimbulkan
hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, dan gagal jantung. Sehingga
kerusakan target organ tersebut akan menimbulkan keluhan berupa nyeri dada.
6.5 Derajat Hipertensi
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lebih banyak penderita
hipertensi yang mengalami hipertensi derajat II sebanyak 69% dibandingkan
hipertensi derajat 1 yaitu sebanyak 31%. Hal yang sama juga di dapatkan pada
penelitian Monica 2000 di daerah perkotaan Jakarta dan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia pada 2000-2003 di daerah Lio,kecamatan Cijeruk,ditemukan
lebih banyak kasus hipertensi derajat II.
Page 65
50
Dapat disimpulkan dari kedua penelitian tersebut bahwa penderita hipertensi
di daerah tersebut dan yang datang di rumah sakit Universitas Hasanuddin Makassar
lebih banyak yang menderita hipertensi derajat II dibandingkan hipertensi derajat I
karena kurangnya mengetahui keadaannya.
Menurut American Heart Association di Amerika Serikat, ditemukan satu dari
tiga orang didunia mengalami tekanan darah tinggi. Masih data dari AHA, semua
orang yang mengidap hipertensi hanya sepertiga yang mengetahui keadaanya.
Page 66
51
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini, yaitu :
1. Proporsi hipertensi di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin sebesar 50%.
2. Distribusi hipertensi berdasarkan jenis kelamin, di mana pria yang mengalami
hipertensi sebesar 58% sedangkan wanita yang mengalami hipertensi sebesar
42%.
3. Distribusi hipertensi berdasarkan usia, di mana kelompok usia 40-45 tahun
sebesar 8%, kelompok usia 46-50 tahun sebesar 11%, kelompok usia 51-55
sebesar 12%, dan kelompok usia >55 tahun sebesar 68%.
4. Distribusi hipertensi berdasarkan indeks massa tubuh, di mana proporsi
responden dengan IMT normal yang mengalami hipertensi sebesar 51%,
responden dengan IMT kurang yang mengalami hipertensi sebesar 3%, dan
responden dengan IMT overweight–obese yang mengalami hipertensi sebesar
46%.
5. Distribusi hipertensi berdasarkan keluhan utama terbanyak adalah sakit kepala
sebesar 49%, kemudiann keluhan jantung berdebar 22%, tegang leher 21%,batuk
dan nyeri dada masing masing 4%
6. Distribusi hipertensi menurut tipe derajat hipertensi, di mana proporsi tipe derajat
hipertensi tipe II sebesar 69% dan hipertensi derajat I sebesar 31%.
Page 67
52
7.2. Saran
1. Saran untuk penelitian ini adalah melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan antara jenis kelamin, status gizi, umur,keluhan utama,dan tipe derajat
hipertensi dengan kejadian hipertensi pada rumah sakit dan daerah lainnya
sehingga dapat menambah pengetahuan akan faktor-faktor risiko apa saja yang
berperan dalam terjadinya hipertensi pada daerah lainnya apakah terdapat
persamaan atau perbedaan faktor-faktor risiko yang berperan jika dibandingkan
dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin.
2. Saran lainnya adalah melakukan penelitian serupa dengan menggunakan metode
penelitian kohort untuk meminimalisir bias dalam penelitian sehingga keterkaitan
antara variabel-variabel tersebut dapat diperoleh secara lebih akurat.
Page 68
53
DAFTAR PUSTAKA
1. 8 J. 2003 Evidence-Based Guideline For The Management of High Blood
Pressure in Adults- Report from The Panel Members Appointed to Seven
Joint National Committee (JNC 7). Hypertension Guideline [Internet]. 2003
2. Association AH. Stress ang Blood Pressure. USA: www. heart.org; 2014
[cited 2015].
3. Agriculture Do. A Series of Systematic Reviews on the Relationship Between
Dietary Patterns and Health Outcomes. Center for Nutrition Policy and
Promotion. 2014;15:9-12.
4. Abtahi F. Correlation between Cigarette Smoking and Blood Pressure and
Pulse Pressure among Teachers Residing in Shiraz, Southern Iran. Iranian
Cardiovasculer Research Journal. 2011;5(3):1-7.
5. Bruchie S. Health Disparities and Stress. Journal of Health. 2011;12(2):1-5.
6. Branch CDMaC. Heart Disease and Stroke Prevention Program. Blood
Pressure Factsheet [Internet]. 2012:[1-20 pp.].
7. Bcheraoui CE. Hypertension and Its Associated Risk Factors in the Kingdom
of Saudi Arabia, 2013: A National Survey. International Journal of
Hypertension. 2014;214:1-7.
8. Diyan, N.Oroh. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Konsumsi
Alkohol dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Poliklinik Umum di
Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten
Page 69
54
Minahasa.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.2013;1-
7.
9. Fuchs FD. Alcohol Consumption and the Incidence of Hypertension The
Atherosclerosis Risk in Communities Study. American Heart Association
Journal 2001;37:1242-50.
10. Federation WH. Hypertension. New york2013 [cited 2013].
11. Huang N. Lifestyle management of hypertension2008; 31:[1-12 pp.].
12. Indonesia KBB. Usia. Indonesia: Kamus Besar Bahasa Indonesia; 2014.
13. Krishnani A. Hypertension in the South-East Asia Region: an overview.
Regional Health Forum. 2013;17(1):1-8.
14. Makassar DK. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20112011:[46-68 pp.].
15. Manampiring,A. Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada Penduduk
Berusia 45 Tahun Ke Atas di Kelurahan Pakoa Kecamatan Wanea Kota
Manando. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi:Laporan
Penelitian. 2008;1-38.
16. MN O. Clinical Guidelines for The Management of Hypertension. Cairo:
World Health Organization; 2005.
17. Maric C. Sex Differences in Cardiovascular Disease and Hypertension
Involvement of the Renin-Angiotensin System. American Heart Association
Journal. 2005;135(4):1-3.
18. Organization WH. Harmful Use of Alcohol The Problem [Internet]. 2012:[4-
20 pp.].
Page 70
55
19. Organization WH. Physical Activity. Geneva: World Health Organization;
2014 [cited 2015].
20. Observatory NO. Body Mass Index As A Measure of Obesity2009.
21. Oparil S. Pathogenesis of Hypertension. Annals of Internal Medicine.
2003;139:761-66.
22. Organization WH. A global brief on Hypertension. Switzerland2013.
23. Organization WH. Blood Pressure Prevalence. New York: 2013; 2013.
24. Organization WH. High Blood Pressure. Global and Regional Overview
[Internet]. 2013.
25. Prevention CfDCa. Report of the Surgeon General. How Tobacco Smoke
Causes Disease [Internet]. 2010:[25-40 pp.].
26. Prevention CfDCa. Family History and Other Characteristic that increase Risk
Factor High Blood Pressure. Washington: Center for Disease Control and
Prevention; 2013 [cited 2015].
27. Prevention CfDCa. Self-Measured Blood Pressure Monitoring. Atlanta: US
Dept of Health and Human Services; 2013.
28. Report TSRotJNCoC. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure. USA2004.
29. RI BPdPKKK. Hipertensi. Riset Kesehatan Dasar 2013 [Internet]. 2013:[140
p.].
30. RI BPKKK. Riset Kesehatan Dasar. Penyakit Tidak Menular [Internet]. 2008;
152.
Page 71
56
31. sociology.com w. Race and Ethnicity. USA: www. sociology.com; 2011
[cited 2015].
32. Tesfaye F. Association Between Body Mass Index and Blood Pressure Across
Three Populations in Africa and Asia. Journal of Human Hypertension.
2007;21.
33. Tee SR. The Prevalence Of Hypertension And Its Associated Risk Factors In
Two Rural Communities In Penang, Malaysia. Malaysian Journal of
Hypertension. 2010;4(2):27-40.
34. UNESCO. UNESCO’s Gender Mainstreaming Implementation Framework.
Baseline definitions of key concepts and terms [Internet]. 2004.
35. Vikrant S. Essential Hypertension - Pathogenesis and Pathophysiology. Indian
Academy of Clinical Medicine. 2001;2(3):140-60.
36. Zuraidah et al. Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di
Kecamatan Kemuning Kota Palembang. Politeknik Kesehatan Palembang:
Riset Pembinaan Tenaga Kesehatan. 2012;1-81.
37. Zaeland AACoN. Alcohol -The Body & Health. Effects : A brief overview
[Internet]. 2011:[3-15 pp.].
Page 72
RIWAYAT PENULIS
Data Pribadi
Nama : Meylisa
Tempat / Tanggal Lahir : Ambon/25 Agustus 1995
Alamat : Jl. Daeng Tata Raya no.41, Makassar
Agama : Katholik
Suku Bangsa : Indonesia
Riwayat Pendidikan
Tahun 2006 Lulus SD Santo Yakobus Makassar
Tahun 2009 Lulus SMP Katolik Rajawali Makassar
Tahun 2012 Lulus SMA Katolik Rajawali Makassar
Tahun 2012-Sekarang S1 Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
Page 78
No Jenis Kelamin Umur (tahun)
IMT Keluhan Utama Sistol Diastol Tipe Derajat Hipertensi
1 L 59 normal sakit kepala 140 80 hipertensi derajat 1
2 P 60 overweight sakit kepala 170 100 hipertensi derajat 2
3 L 60 normal tegang leher 160 90 hipertensi derajat 2
4 P 76 normal sakit kepala 140 70 hipertensi derajat 1
5 L 70 overweight nyeri dada 180 70 hipertensi derajat 2
6 L 63 normal tegang leher 150 70 hipertensi derajat 1
7 L 58 overweight nyeri dada 180 100 hipertensi derajat 2
8 L 52 normal tegang leher 170 90 hipertensi derajat 2
9 P 59 normal tegang leher 180 90 hipertensi derajat 2
10 L 58 kurus sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1
11 P 70 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1
12 L 60 normal batuk 140 90 hipertensi derajat 1
13 L 79 overweight tegang leher 180 90 hipertensi derajat 2
14 P 50 kurus sakit kepala 150 100 hipertensi derajat 2
15 L 77 normal sakit kepala 140 80 hipertensi derajat 1
16 P 58 normal batuk 140 100 hipertensi derajat 2
17 P 70 obesitas jantung berdebar 230 100 hipertensi derajat 2
18 P 62 normal sakit kepala 150 90 hipertensi derajat 1
19 L 63 overweight tegang leher 160 90 hipertensi derajat 2
20 L 40 obesitas jantung berdebar 170 100 hipertensi derajat 2
21 P 47 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1
22 L 73 obesitas tegang leher 180 90 hipertensi derajat 2
23 L 72 normal sakit kepala 150 80 hipertensi derajat 1
24 P 69 overweight tegang leher 170 90 hipertensi derajat 2
Page 79
25 L 53 obesitas jantung berdebar 220 110 hipertensi derajat 2
26 L 62 normal sakit kepala 160 90 hipertensi derajat 2
27 L 40 obesitas nyeri dada 200 80 hipertensi derajat 2
28 P 60 overweight tegang leher 160 80 hipertensi derajat 2
29 P 61 normal sakit kepala 160 80 hipertensi derajat 2
30 P 47 normal jantung berdebar 160 100 hipertensi derajat 2
31 L 56 overweight tegang leher 170 100 hipertensi derajat 2
32 L 61 obesitas jantung berdebar 180 100 hipertensi derajat 2
33 P 41 overweight tegang leher 175 90 hipertensi derajat 2
34 P 64 normal sakit kepala 150 80 hipertensi derajat 1
35 L 42 overweight jantung berdebar 170 100 hipertensi derajat 2
36 L 55 normal sakit kepala 150 110 hipertensi derajat 2
37 L 61 normal sakit kepala 150 80 hipertensi derajat 1
38 P 59 normal jantung berdebar 180 100 hipertensi derajat 2
39 L 50 overweight sakit kepala 200 90 hipertensi derajat 2
40 L 56 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2
41 P 71 overweight jantung berdebar 180 100 hipertensi derajat 2
42 L 57 normal sakit kepala 170 100 hipertensi derajat 2
43 L 66 normal sakit kepala 170 100 hipertensi derajat 2
44 P 63 overweight sakit kepala 170 100 hipertensi derajat 2
45 L 70 overweight jantung berdebar 200 100 hipertensi derajat 2
46 L 83 normal sakit kepala 160 90 hipertensi derajat 2
47 L 52 normal sakit kepala 140 60 hipertensi derajat 1
48 L 66 normal jantung berdebar 160 100 hipertensi derajat 2
49 P 67 overweight tegang leher 150 90 hipertensi derajat 1
50 P 53 normal sakit kepala 150 80 hipertensi derajat 1
Page 80
51 L 51 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2
52 P 70 obesitas jantung berdebar 190 100 hipertensi derajat 2
53 P 67 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2
54 L 67 normal sakit kepala 150 80 hipertensi derajat 1
55 P 66 normal tegang leher 160 90 hipertensi derajat 2
56 L 75 obesitas jantung berdebar 230 110 hipertensi derajat 2
57 L 70 overweight jantung berdebar 180 80 hipertensi derajat 2
58 P 44 normal sakit kepala 150 90 hipertensi derajat 1
59 P 55 overweight tegang leher 160 80 hipertensi derajat 2
60 L 62 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1
61 L 68 overweight batuk 190 80 hipertensi derajat 2
62 P 52 normal sakit kepala 150 100 hipertensi derajat 2
63 P 57 overweight tegang leher 170 100 hipertensi derajat 2
64 P 48 normal sakit kepala 150 100 hipertensi derajat 2
65 P 65 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1
66 P 68 overweight tegang leher 160 90 hipertensi derajat 2
67 L 63 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1
68 P 57 overweight jantung berdebar 150 80 hipertensi derajat 1
69 L 46 normal jantung berdebar 150 90 hipertensi derajat 1
70 L 50 obesitas jantung berdebar 240 150 hipertensi derajat 2
71 P 48 overweight jantung berdebar 160 90 hipertensi derajat 2
72 L 63 normal sakit kepala 160 110 hipertensi derajat 2
73 L 77 overweight nyeri dada 180 100 hipertensi derajat 2
74 L 54 overweight sakit kepala 170 75 hipertensi derajat 2
75 L 50 normal sakit kepala 145 90 hipertensi derajat 1
76 P 56 normal tegang leher 160 80 hipertensi derajat 2
Page 81
77 P 65 normal sakit kepala 140 80 hipertensi derajat 1
78 L 64 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1
79 L 76 normal jantung berdebar 140 60 hipertensi derajat 1
80 P 55 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2
81 L 59 overweight jantung berdebar 190 100 hipertensi derajat 2
82 L 47 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2
83 L 68 normal sakit kepala 150 70 hipertensi derajat 1
84 L 66 normal sakit kepala 160 90 hipertensi derajat 2
85 P 60 normal sakit kepala 140 80 hipertensi derajat 1
86 L 45 normal tegang leher 160 90 hipertensi derajat 2
87 L 55 normal sakit kepala 150 90 hipertensi derajat 1
88 L 55 overweight batuk 170 70 hipertensi derajat 2
89 L 78 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2
90 P 40 kurus sakit kepala 140 100 hipertensi derajat 2
91 P 57 normal tegang leher 150 90 hipertensi derajat 1
92 L 66 overweight jantung berdebar 180 100 hipertensi derajat 2
93 P 48 normal tegang leher 170 80 hipertensi derajat 2
94 L 45 overweight jantung berdebar 170 100 hipertensi derajat 2
95 P 57 overweight sakit kepala 170 120 hipertensi derajat 2
96 L 60 normal sakit kepala 160 90 hipertensi derajat 2
97 P 56 overweight sakit kepala 170 100 hipertensi derajat 2