Top Banner
SKRIPSI 2015 KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI PADA POLIKLINIK RAWAT JALAN DI RS.UNIVERSITAS HASANUDDIN, MAKASSAR PERIODE KUNJUNGAN JANUARI - JUNI 2015 OLEH : MEYLISA C11112156 PEMBIMBING : dr. Dario A. Nelwan Sp. Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
81

xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

Jul 07, 2016

Download

Documents

chairulna

mnklnkn
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

SKRIPSI 2015

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI PADA POLIKLINIK

RAWAT JALAN DI RS.UNIVERSITAS HASANUDDIN, MAKASSAR

PERIODE KUNJUNGAN JANUARI - JUNI 2015

OLEH :

MEYLISA

C11112156

PEMBIMBING :

dr. Dario A. Nelwan Sp. Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

ii

SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2015

Meylisa/C11112156 dr. Dario A Nelwan Sp.Rad

Karakteristik Penderita Hipertensi Pada Poliklinik Rawat Jalan di

Rumah Sakit Universitas Hasanuddin,Makassar Periode Kunjungan

Januari-Juni tahun 2015 (xiii + 56 halaman + grafik + gambar + tabel +

lampiran)

ABSTRAK Latar Belakang : Peningkatan tekanan darah atau hipertensi merupakan faktor risiko

utama untuk penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak

terkontrol berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit

kardiovaskuler. Berdasarkan data World Health Organization (WHO),pada negara

maju, sekitar 330 juta orang yang mengalami hipertensi dan sekitar 640 juta orang

pada negara berkembang. Pada tahun 2025 diprediksikan ada sekitar 1,56 milyar

orang dewasa yang mengalami tekanan darah tinggi. WHO juga menyatakan

hipertensi sebagai salah satu penyebab utama kematian prematur di seluruh dunia dan

merupakan suatu masalah yang terus berkembang. Di seluruh dunia, peningkatan

tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari

seluruh total kematian. Hipertensi termasuk dalam sepuluh penyakit utama dan

merupakan penyakit urutan pertama untuk kelompok Non Communicable Disease di

Kota Makassar. Oleh karena masih banyak penderita hipertensi di Makassar dan

masih tinggi angka kematiannya, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

karakteristik penderita hipertensi seperti jenis kelamin,umur, status gizi,keluhan

utama, dan tipe derajat hipertensi terbanyak pada poliklinik rawat jalan di rumah sakit

universitas hasanuddin Makassar

Tujuan : Penelitian ini bertujan untuk melihat karakteristik penderita hipertensi yang

meliputi pengaruh usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, keluhan utama, dan tipe

derajat hipertensi terhadap terjadinya hipertensi di Rumah Sakit Universitas

Hasnuddin Makassar Tahun 2015 Metode Penelitian :Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross-sectional. Dalam penelitian ini melibatkan 97 responden yang dikumpulkan menggunakan teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus dari kriteria yang memenuhi standar di rekam medis Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian ditemukan proporsi hipertensi di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar sebesar 50%. Distribusi hipertensi berdasarkan

jenis kelamin, di mana pria yang mengalami hipertensi sebesar 58% sedangkan

wanita yang mengalami hipertensi sebesar 42%. Distribusi hipertensi berdasarkan

umur hipertensi akut paling sering terjadi pada umur di atas 55 tahun dengan

Page 3: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

iii

penderita berjumlah 66 orang ( 68%), lalu umur 51-55 tahun 12 orang (12%), 46-50

tahun 11 orang(11%) dan 8 (8%) penderita hipertinsi dengan rentang usia 40-45

tahun. Distribusi Hipertensi berdasarkan status gizi bahwa penderita hipertensi lebih

banyak terjadi pada pasien dengan indeks masa tubuh yang normal yaitu sebanyak 49

sampel (51%), disusul dengan penderita hipertensi dengan indeks masa tubuh

overweight yaitu sebanyak 36 sampel(37%),kemudian penderita hipertensi dengan

indeks masa tubuh obese 9 sampel (9%), dan 3 sampel atau sebanyak 3% dengan

indeks masa tubuh yang kurus. Distribusi hipertensi berdasarkan keluhan utama

gejala paling umum adalah sakit kepala 49% ,jantung berdebar 22%,tegang tengkuk

21 %,sedangkan terdapat gejala batuk merupakan gejala tambahan dari pasien

hipertensi yang mengontrol hipertensinya karena efek samping dari obat hipertensi

terdapat 3%. Nyeri dada juga terjadi pada pasien hipertensi yang telah berkomplikasi

ke penyakit jantung koroner sebanyak 4%. Distribusi hipertensi berdasarkan derajat

hipertensi Penderita hipertensi lebih banyak yang mengalami hipertensi derajat 2

yaitu sebanyak 67 sampel atau 69% sedangkan tipe derajat 1 hanya 30 orang (31%).

Kesimpulan :Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin dengan terjadinya hipertensi, di mana wanita merupakan faktor

protektif terhadap terjadinya hipertensi . Faktor risiko usia juga memiliki hubungan

yang bermakna dengan terjadinya hipertensi, di mana semakin bertambahnya usia

maka semakin berisiko untuk mengalami hipertensi.keluhan utama yang tersering

juga adalah sakit kepala. Sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

indeks massa tubuh dan tipe derajat hipertensi.

Kata Kunci : hipertensi, jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, keluhan utama, tipe

derajat hipertensi.

DaftarPustaka :48 (2001-2014).

Page 4: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

iv

ABSTRACT

Background :Hypertension is the main risk factor for heart disease, stroke, and

kidney disease. Uncontrolled hypertension has relationship in increase morbidity and

mortality for cardiovascular disease. Based on World Health Organization (WHO)

data, in developed countries about 330 million people had hypertension and about

640 million people in developing countries. In 2025, WHO predict about 1,56 billion

people will have high blood pressure. WHO also declared that hypertension is one of

the main cause of premature death in the world and is the problem that always grow

up. In the world, increasing blood pressure estimated can cause 7,5 million death,

about 12.8% of the total death. Hypertension was one of ten main diseases and the

most leading non communicable disease in Makassar. , Therefore, many patients with

hypertension in Makassar and the still high mortality rate, it is necessary to

investigate the characteristics of patients with hypertension such as sex, age,

nutritional status, the main complaint, and the type of degree of hypertension highest

in the clinic outpatients at a university hospital Hasanuddin Makassar

Aim : This study aims to look at the characteristics of patients with hypertension that

include the influence of age, gender, body mass index, a major complaint, and the

type of degree of hypertension to hypertension at the University Hospital of Makassar

Hasnuddin 2015

Methods :The method of this research is using cross sectional design. This research

using 97 samples that collect using purposive sampling technique. where the

sampling is based on specific selection criteria that meet the standards in the medical

record Hasanuddin University Hospital..

Result : Based on the results of the study found the proportion of hypertension at the

Hospital of the University of Hasanuddin Makassar by 50%. Hypertension

distribution by gender, where men who have hypertension by 58%, while women

with hypertension by 42%. Distribution of hypertension by age acute hypertension is

most common in the age of over 55 years with patients amounted to 66 (68%), and

51-55 years of age 12 (12%), 46-50 years of 11 people (11%) and 8 (8%) hipertinsi

patients with an age range of 40-45 years. Distribution of Hypertension based

nutritional status that people with hypertension is more common in patients with a

body mass index that is normal as many as 49 samples (51%), followed by

hypertensive patients with a body mass index of overweight as many as 36 samples

(37%), and hypertensive patients with body mass index of obese 9 samples (9%), and

3 samples or as much as 3% with a thin body mass index. Distribution of the main

complaints of hypertension based on the most common symptoms are headache 49%,

22% palpitations, tense neck of 21%, while there are additional symptoms of cough is

a symptom of patients with hypertension control hypertension because of the side

effects of hypertension medication are 3%. Chest pain also occur in hypertensive

patients who have coronary heart disease complicated to as much as 4%. Distribution

of hypertension based on the degree of hypertension Patients with hypertension more

likely to have hypertension 2nd degree as many as 67 samples or 69% while type 1 is

only 30 degrees (31%).

Conclusion :There is significant relationship between sex and hypertension, where

woman is protective factor to hypertension. Age also had significant relationship to

Page 5: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

v

hypertension, where increasing in age also increase the risk to get hypertension. The

main complaints are also common headache.However, there are no significant

relationship between body mass index, smoking, and Type degrees of hypertension Key word : Hypertension, sex, age, body mass index, main complaint,type degrees of hypertension References :48 (2001-2014).

Page 6: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat

dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi

ini sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan tugas kepaniteraan klinik di

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul : “Karakteristik Penderita

Hipertensi Pada PoliklinikRawat Jalan di RS.Universitas Hasanuddin Makassar

Periode Kunjungan Januari-Juni 2015”

Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

mendalam kepada dr.Dario A Nelwan Sp. Rad, selaku pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar memberikan arahan, koreksi dan

bimbingannya tahap demi tahap penyusunan skripsi ini. Waktu yang beliau berikan

merupakan kesempatan berharga bagi penulis untuk belajar.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, juga penulis sampaikan kepada:

1. Ketua, Sekertaris, dan Seluruh Staf Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin, Makassar.

2. Pimpinan dan staf-staf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

Makassar.

3. Seluruh keluarga dan dosen-dosen penulis yang juga telah memberikan

dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat seperjuangan minggu saya yang telah banyak memberikan

dukungan kepada penulis.

5. Warga masyarakat yang mengikuti penelitian ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk

itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari semua

pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian, dengan segala keterbatasan

yang ada mudah-mudahan skripsi ini ada manfaatnya. Akhirnya penulis hanya dapat

Page 7: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

vii

berdoa semoga Tuhan memberikan imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Makassar, 14 Desember 2015

Penulis,

Meylisa

Page 8: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi

DAFTAR GRAFIK .................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9

1.3.1. Tujuan Umum .............................................................................. 9

1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................. 9

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9

1.4.1. Manfaat Praktis ............................................................................ 9

1.4.2. Manfaat Teoritis ........................................................................... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi ............................................................................................. 11

2.1.1. Definisi ......................................................................................... 11

2.1.2. Epidemiologi...... ........................................................................... 12

2.1.3. Etiologi .......................................................................................... 12

2.1.4. Patofisiologi..... ............................................................................. 14

2.1.5. Gejala Klinis ................................................................................ 16

2.1.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang ....................................... 17

2.1.7. Penatalaksanaan ........................................................................... 19

2.1.8. Pencegahan .................................................................................. 20

2.2. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi .................................................... 21

2.2.1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi ............................ 23

2.2.1.1. Jenis Kelamin ............................................................................ 23

2.2.1.2. Usia ............................................................................................ 24

2.2.1.3. Ras ............................................................................................. 25

2.2.1.4. Riwayat Keluarga ...................................................................... 25

2.2.2. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi ...................................... 25

2.2.2.1. Indeks Massa Tubuh ................................................................. 25

2.2.2.2. Merokok .................................................................................... 27

2.2.2.3. Konsumsi Alkohol .................................................................... 28

2.2.2.4. Aktifitas Fisik ............................................................................ 29

2.2.2.5. Stress ......................................................................................... 30

2.2.2.6. Pola Makan ............................................................................... 30

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Page 9: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

ix

3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ............................................... 32

3.2. Kerangka Konsep ... .............................................................................. 32

3.3. Definisi Operasional ... ......................................................................... 33

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian ................................................................................. 36

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 36

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 37

4.4. Cara Pengambilan Sampel .................................................................... 37

4.5. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ..................................................... 38

4.6. Manajemen dan Analisis Data .............................................................. 38

4.7. Etika Penelitian ..................................................................................... 39

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian .................................................................................... 40

5.1.1. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 40

5.1.2. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Umur ......................... 41

5.1.3. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Status Gizi ................. 42

5.1.4. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Keluhan Utama ......... 43

5.1.5. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Tipe Derajat ................ 45

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Jenis Kelamin ........................................................................................ 46

6.2. Usia ........................................................................................................ 47

6.3. Indeks Massa Tubuh ............................................................................. 47

6.4. Keluhan Utama ..................................................................................... 48

6.5. Derajat Hipertensi ................................................................................. 49

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan .......................................................................................... 51

7.2. Saran ....................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53

LAMPIRAN

Page 10: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

x

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

Tabel 1.1 Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi Umur

pada Usia 25 + Tahun di Negara-Negara pada Regional Asia

Tenggara 3

Tabel 1.2 Prevalensi Diabetes, Hipertiroid pada Umur > 15 tahun dan

Hipertensi pada Umur > 18 Tahun Menurut Provinsi, Indonesia

2013 4

Tabel 1.3 Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Strok menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan, Riskesdas 2007 5

Tabel 1.4 Sepuluh Penyakit Utama di Kota Makassar Tahun 2011 6

Tabel 1.5 Sepuluh Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian di Kota

Makassar Tahun 2011 6

Tabel 1.6 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sarana

Pelayanan di Kota Makassar Tahun 2010 7

Tabel 2.1 Penyebab Hipertensi 13

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan darah pada Orang Dewasa Berusia > 18

Tahun 16

Tabel 2.3 Klasifikasi Internasional Indeks Massa Tubuh Orang Dewasa 26

Tabel 2.4 Kondisi dan Komplikasi yang Berpotensial Terjadi pada

Penggunaan Alkohol Berat dan Kronik 28

Tabel 5.1 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin 40

Tabel 5.2 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan umur 42

Tabel 5.3 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan status gizi 43

Tabel 5.4 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama 44

Tabel 5.5 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi 45

Page 11: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

xi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

Gambar 2.1 Beberapa Faktor yang Mengatur Tekanan Darah 15

Gambar 2.2 Patofisiologi dari Hipertensi 16

Gambar 2.3 Algoritma Guideline Manajemen Hipertensi 20

Gambar 2.4 Faktor Utama yang Menyebabkan Hipertensi dan

Komplikasinya 22

Gambar 3.2 Kerangka Konsep 32

Page 12: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

xii

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK HALAMAN

Grafik 1.1 Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi

Umur pada Usia 25 + Tahun di Regional Asia Tenggara 2

Grafik 5.1 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin 40

Grafik 5.2 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan umur 42

Grafik 5.3 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan status gizi 43

Grafik 5.4 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama 44

Grafik 5.5 Distribusi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi 45

Page 13: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

xiii

LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1 Master Tabel

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data

Lampiran 4 Rekomendasi Persetujuan Etik

Lampiran 5 Jadwal Kegiatan

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Judul

Lampiran 7 Halaman Pengesahan Seminar Proposal

Lampiran 8 Halaman Pengesahan Seminar Hasil

Lampiran 9 Halaman Pengesahan Ujian Akhir

Lampiran 10 Riawayat Penulis

Page 14: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

xiv

Page 15: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

xv

Page 16: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, peningkatan tekanan darah

atau hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung, stroke, dan

penyakit ginjal.(federation world health, 2013) Hipertensi yang tidak terkontrol

berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler

dan peningkatan penggunaan biaya layanan kesehatan sekitar 131 juta dollar setiap

tahunnya. Meskipun hanya peningkatan kecil dari tekanan darah dapat meningkatkan

risiko penyakit kardiovaskuler. Setiap peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 20

mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg meningkatkan

risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan stroke dua kali lipat.(CDC,2013)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO),pada negara maju, sekitar

330 juta orang yang mengalami hipertensi dan sekitar 640 juta orang pada negara

berkembang. Pada tahun 2025 diprediksikan ada sekitar 1,56 milyar orang dewasa

yang mengalami tekanan darah tinggi. WHO juga menyatakan hipertensi sebagai

salah satu penyebab utama kematian prematur di seluruh dunia dan merupakan suatu

masalah yang terus berkembang.(WHO,2013)

Di seluruh dunia, peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta

kematian, sekitar 12,8% dari seluruh total kematian. Secara global, prevalensi

peningkatan tekanan darah pada orang dewasa yang berusia 25 tahun atau lebih

adalah sekitar 40% pada tahun 2008. Karena perkembangan populasi dan proses

Page 17: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

2

penuaan, jumlah orang yang menderita hipertensi yang tidak terkontrol mengalami

peningkatan dari sekitar 600 juta orang pada tahun 1980 hingga mencapai hampir 1

milyar orang pada tahun 2008. Menurut regional WHO, prevalensi peningkatan

tekanan darah tertinggi ditemukan di Afrika , yaitu sekitar 46 % untuk kedua jenis

kelamin, sedangkan prevalensi terendah peningkatan tekanan darah berada di

Amerika, yaitu sekitar 35% untuk kedua jenis kelamin. Pada regional ini, pria

memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (39% untuk pria

dan 36% untuk wanita). Pada seluruh regional WHO, pria memiliki prevalensi

peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan pada wanita.(WHO,2013)

Regional Asia Tenggara menunjukkan prevalensi untuk kedua jenis kelamin

sekitar 36.1% yang berada pada urutan keenam dari seluruh regional WHO, dimana

juga didapatkan prevalensi pria yang lebih tinggi dibandingkan wanita, dimana

prevalensi pada pria sekitar 37,3% dan wanita 34.9% seperti yang terlihat pada grafik

1.1. (WHO,2013)

Grafik 1.1. Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi

Umur pada Usia 25+ Tahun di Regional WHO, 2008

Sumber: Global and Regional Overview, World Health Organizatin, 2008

Page 18: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

3

Di Regio Asia Tenggara terdapat 7.9 juta kematian, terdapat 25% dari kematian

disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Salah satu faktor risiko terjadinya penyakit

kardiovaskuler adalah hipertensi, sekitar 35% dari populasi orang dewasa mengalami

hipertensi di region tersebut dan menyebabkan sekitar 1.5 juta kematian setiap

tahunnya. Pria memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan pada wanita pada

sebagian besar negara di Asia Tenggara.(WHO,2013 , Krishnani,2013) Indonesia

berada pada urutan kedua yang memiliki prevalensi hipertensi tertinggi di regional

Asia Tenggara setelah Myanmar (tabel 1.1).

Tabel 1.1. Prevalensi (%) Peningkatan Tekanan Darah Terstandarisasi Umur

pada Usia 25+ Tahun di Negara-Negara pada Regional Asia Tenggara

Sumber: Hypertension in The South East Asia Region-An Overview, Regional

Health Forum, 2011

Page 19: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

4

Pada tabel 1.2 tampak prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui

pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung

(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa

Barat (29,4%).

Tabel 1.2. Prevalensi Diabetes, Hipertiroid pada Umur >15 Tahun dan

Hipertensi pada Umur > 18 Tahun Menurut Provinsi, Indonesia 2013

Sumber: Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia, 2013

Page 20: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

5

Prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan 28.1% dan merupakan urutan ke 8 dari

seluruh provinsi di Indonesia. (RI BPdPKKK,2013)

Menurut RISKESDAS 2007, kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki

prevalensi hipertensi tertinggi adalah Soppeng (40,6%) dan Sidenreng Rappang

(23,3%) seperti yang terlihat pada tabel 1.3 (RISKESDAS,2007)

Tabel 1.3. Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Strok menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan, Riskesdas 2007

Sumber: Riset Kesehatan Dasar, 2007

Meskipun di Kota Makassar prevalensi yang mengalami hipertensi hanya sekitar

23.5 % dan berada pada urutan ke 22 dari seluruh kota dan kabupaten di Sulawasi

Selatan, namun hipertensi termasuk dalam 10 penyakit utama dan merupakan

penyakit urutan pertama untuk kelompok Non Communicable Disease di Kota

Makassar, seperti terlihat pada tabel 1.4. Selain itu, hipertensi merupakan penyebab

Page 21: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

6

kematian nomor 2 di Kota Makassar seperti terlihat pada tabel 1.5.(Profil Kesehatan

Kota Makassar,2011)

Tabel 1.4. Sepuluh Penyakit Utama di Kota Makassar Tahun 2011

Sumber: Profil Kesehatan Kota Makassar,2011

Tabel 1.5. Sepuluh Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian di Kota

Makassar Tahun 2011

Sumber: Profil Kesehatan Kota Makassar,2011

Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor. Dalam penelitian Bcheraoui et.al

yang berjudul Hypertension and Its Associated Risk Factors in the Kingdom of Saudi

Arabia, 2013: A National Survey, ditemukan kejadian hipertensi lebih rendah pada

perempuan tetapi meningkat sesuai pertambahan usia (OR = 0.61; 95%CI: 0.50–0.74)

Page 22: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

7

dan pada partisipan yang mengalami obesitas (OR =2.24; 95% CI: 1.89–2.65).

(Bcheraoui et.al,2003) Sedangkan menurut Tee et al

dalam penelitiannya yang

berjudul The Prevalence Of Hypertension And Its Associated Risk Factors In Two

Rural Communities In Penang, Malaysia menemukan bahwa peningkatan usia (OR

2.29), indeks massa tubuh yang meningkat (OR 4.23), dan konsumsi alkohol (OR

3.47) merupakan faktor risiko yang memegang peranan penting terjadinya hipertensi.

(Tee et al ,

2010) Pada hasil analisis penelitian Diyan et al yang berjudul Hubungan

Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Poliklinik

Umum di Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa

pada tahun 2013 didapatkan hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi (diperoleh nilai p sebesar 0,000). Pada hasil penelitan ini didapatkan

hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di

Puskesmas Tumaratas (OR = 6,0 , CI 95% = 2,532 – 14,220), ini berarti responden

yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki peluang 6 kali lebih besar menderita

hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara

aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas (OR= 4,378, CI 95% = 1,864

– 10,285), ini berarti responden yang tidak melakukan aktifitas fisik memiliki

peluang 4,378 kali lebih besar menderita penyakit hipertensi dibandingkan dengan

responden yang melakukan aktifitas fisik.(Diyan et al, 2013) Menurut penelitian

Manampiring tentang Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada Penduduk

Berusia 45 Tahun Ke Atas di Kelurahan Pakoa Kecamatan Wanea Kota Manado

tahun 2008, terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan tekanan darah

Page 23: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

8

dengan hasil uji chi square yaitu p = 0,000 (p<0,05).(Manampiring,2008) Pada

penelitian Zuraidah tentang Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di

Kecamatan Kemuning Kota Palembang tahun 2012 menunjukkan hubungan antara

usia yang meningkat(> 35 tahun) dengan peningkatan kejadian hipertensi dengan

p=0,0001 dan adanya hubungan antara kebiasaan melakukan aktifitas fisik dengan

kejadian hipertensi (p=0,034). (Zuraidah,2012)

Oleh karena masih banyak penderita hipertensi di Makassar dan masih tinggi

angka kematiannya dan hingga saat ini, belum ada penelitian yang mendeskripsikan

karakterisrtik dari pasien hipertensi yang berobat di Rumah Sakit Universitas

Hasanuddin,Makassar sehinggah penting kiranya dilakukan suatu penelitian

mengenai karakteristik penderita hipertensi pada pasien Rumah Sakit Universitas

Hasanuddin,Makassar Makassar selama Januari – Juni 2015

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana karakteristik penderita hipertensi di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin,Makassar selama Januari-Juni 2015.”

Page 24: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

9

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi di Rumah Sakit Universitas

Hasanuddin,Makassar selama Januari- Juni 2015.

1.3.2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita penyakit hipertensi

berdasarkan jenis kelamin.

b. Untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita penyakit hipertensi

berdasarkan umur.

c. Untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita hipertensi berdasarkan

derajat hipertensi.

d. Untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita hipertensi berdasarkan

status gizi

e. Untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita hipertensi berdasarkan

keluhan utama

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi para praktisi

kesehatan mengenai kasus hipertensi sehingga timbul kepedulian untuk bekerja sama

dalam menuntaskan permasalahan ini.

Page 25: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

10

1.4.2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah:

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak instansi yang berwenang untuk digunakan

sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil dan memutuskan kebijakan-

kebijakan kesehatan, khususnya dalam menanggulangi masalah hipertensi.

b. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi peneliti

dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya yang terkait dengan

masalah hipertensi pada khususnya.

c. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian

mengenai penyakit hipertensi

Page 26: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi

Tekanan darah diukur dalam milimeter merkuri dan dinyatakan dalam dua angka

yang ditulis dimana salah satunya berada di atas angka yang satunya. Angka yang di

atas merupakan tekanan darah sistolik-tekanan tertinggi dalam pembuluh darah yang

timbul saat jantung berkontraksi. Angka yang di bawahnya merupakan tekanan darah

diastolik-tekanan terendah dalam pembuluh darah di antara denyut jantung yaitu saat

otot jantung mengalami relaksasi. Tekanan darah normal orang dewasa didefinisikan

di mana tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 mmHg.

Tekanan darah sistolik dan diastolik yang normal penting untuk mempertahankan

fungsi efisien pada organ-organ vital seperti jantung, otak dan ginjal, dan untuk

seluruh kelangsungan hidup.(WHO,2013)

Menurut WHO,hipertensi atau yang juga dikenal sebagai peningkatan tekanan

darah merupakan suatu keadaan dimana pembuluh darah mengalami peningkatan

tekanan secara persisten. Hipertensi didefinisikan ketika tekanan darah sistolik > 140

mmHg atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Hipertensi sendiri terbagi menjadi 2

kelas. The Seventh report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection,Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membuat klasifikasi

tekanan darah untuk dewasa berusia > 18 tahun. Klasifikasi ini berdasarkan pada dua

Page 27: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

12

atau lebih pengukuran tekanan darah rata-rata yang dilakukan saat duduk pada dua

atau lebih kunjungan.(WHO,2013)

2.1.2. Epidemiologi

Secara global penyakit kardiovaskuler menyebabkan sekitar 17 juta kematian per

tahun, hampir sepertiga dari total jumlah seluruh kematian. Hipertensi menyebabkan

sekitar 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke.

(WHO,2013)

Pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% orang dewasa berusia 25 tahun ke

atas telah didiagnosa mengalami hipertensi. Jumlah orang yang mengalami hipertensi

meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 mnejadi 1 milyar pada tahun 2008.

Prevalensi hipertensi tertinggi ditemukan di Afrika yaitu sekitar 46% pada orang

dewasa usia 25 tahun ke atas dan prevalensi terendah yaitu sekitar 35% ditemukan di

Amerika. Secara keseluruhan, di negara yang berpenghasilan tinggi memiliki

prevalensi hipertensi yang lebih rendah yaitu sekitar 35% dibandingkan kelompok

lain sekitar 40%.(WHO,2013)

2.1.3. Etiologi

Banyak hal yang menyebabkan hipertensi seperti yang terdaftar pada tabel 8.

Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) merupakan hipertensi sistemik yang

sebabnya tidak diketahui yang diakibatkan disregulasi mekanisme homeostatik

normal dari tekanan darah, dimana sebab sekunder tidak ditemukan. Sekitar lebih dari

95% kasus hipertensi masuk dalam kategori ini. Hipertensi sekunder merupakan

hipertensi sistemik yang disebabkan oleh penyakit yang mendasari, yang berjumlah

kurang dari 5% kasus hipertensi. (WHO,2005)

Page 28: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

13

Tabel 2.1.Penyebab Hipertensi

Systolic and diastolic hypertension Systolic hypertension

1. Primary (essential or idiopathic)

1. Increased cardiac output

Aortic valvular insufficiency

Arteriovenous fistula, patent ductus

arteriosus

Thyrotoxicosis

2. Secondary

Renal

• Renal parenchymal

– acute glomerulonephritis

– chronic nephritis

– polycystic disease

– diabetic nephropathy

– hydronephrosis

• Renovascular

– renal artery stenosis

– intrarenal vasculitis

• Renin-producing tumours

• Renoprival

• Primary sodium retention (Liddle

syndrome, Gordon syndrome)

Endocrine

• Acromegaly

• Hypothyroidism

• Hyperthyroidism

• Hypercalcaemia

(hyperparathyroidism)

• Adrenal

i. Cortical

– Cushing syndrome

– primary aldosteronism

– congenital adrenal hyperplasia

– apparent mineralocorticoid

excess (liquorice)

ii. Medullary

– phaeochromocytoma

• Extra-adrenal chromaffin tumours

• Carcinoid

• Exogenous hormones: estrogen,

glucocorticoids, mineralocorticoids,

sympathomimetics, tyraminecontaining

food, monoamine oxidase

2. Rigidity of aorta

Page 29: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

14

inhibitor

Coarctation of the aorta

Pregnancy-induced hypertension

Neurological disorders

• Increased intracranial pressure

– brain tumours

– encephalitis

– respiratory acidosis

• Sleep apnoea

• Quadriplegia

• Familial dysautonomia

• Acute prophyria

• Guillain-Barr・syndrome

• Lead poisoning

Acute stress, including surgery

• Psychogenic hyperventilation

• Hypoglycaemia

• Burns

• Pancreatitis

• Alcohol withdrawal

• Alcohol and drug abuse

• Sickle cell crisis

• After resuscitation

• Postoperative

Increased intravascular volume

Iatrogenic hypertension

Paget’s disease of bone

Beri-beri

Hyperkinetic circulation

Sumber: Clinical Guidelines for The Management of Hypertension, WHO, 2005

2.1.4. Patofisiologi

Tekanan yang diperlukan untuk mengalirkan darah melewati circulatory bed

dihasilkan oleh pemompaan dari otot jantung (curah jantung) dan tonus dari arteri

(resistensi perifer). Setiap determinan tekanan darah ini ditentukan oleh interaksi

faktor-faktor kompleks secara berlebihan seperti pada gambar 2.1. (Vikrant,2001)

Page 30: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

15

Gambar 2.1. Beberapa Faktor yang Mengatur Tekanan Darah

Sumber: Essensial Hypertension-Pathogenesis and Pathophysiology, 2001

Hipertensi terjadi akibat adanya abnormalitas dari semua faktor-faktor tersebut.

Sebelum mencapai tahap terakhir, faktor-faktor ini dapat menyebabkan penebalan

dinding pembuluh darah atau vasokonstriksi fungsional. Sebagai tambahan faktor

individu juga berperan dan terbukti meningkatkan kompleksitas. Sebagai contoh,

resistensi insulin yang ada sebelum terjadinya hipertensi berkembang pada orang

yang memiliki predisposisi genetik, akibat dari hiperinsulinemia berkaitan dengan

sensitivitas natrium, obesitas, dan peningkatan saraf simpatis yang menyebabkan

peningkatan tahanan pembuluh darah yang memiliki endothelium. Meskipun terdapat

beberapa faktor yang jelas berkontribusi dalam patogenesis peningkatan tekanan

darah, mekanisme ginjal diduga memerankan pemeran utama. Mekanisme lain seperti

aktivitas sistem saraf simpatis, remodeling vaskuler, peningkatan natriuretic peptide

atau peningkatan ekspresi kallikrein-kinin meningkatkan efek retensi air dan garam

pada ginjal. Jalur- jalur tersebut saling berinteraksi dan berperan dalam peningkatan

Page 31: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

16

tekanan darah dan memediasi kerusakan organ target seperti yang terlihat pada

gambar 2.2. (Vikrant,2001, Oparil,2003)

Gambar 2.2. Patofisiologi dari Hipertensi

Sumber: Essensial Hypertension-Pathogenesis and Pathophysiology, 2001

2.1.5. Gejala Klinis

Sebagian besar orang yang mengalami hipertensi tidak memiliki gejala sama

sekali. Ada kesalahpahaman umum yang menyatakan bahwa orang yang mengalami

hipertensi selalu memiliki gejala. Terkadang hipertensi juga dapat menimbulkan

gejala-gejala seperti sakit kepala, sesak napas, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan

mimisan. Dapat membahayakan untuk tidak menghiraukan gejala-gejala tersebut,

tetapi juga tidak dapat berpegang pada gejala tersebut untuk mendiagnosis

hipertensi.(WHO,2013)

2.1.6. Klasifikasi

Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Berusia >

18 tahun

Klasifikasi

Tekanan

Darah

Tekanan

Darah Sistolik

(mmHg)

Tekanan Darah

Diastolik

(mmHg)

Normal <120 Dan < 80

Pre

Hypertension

120-139 Atau 80-89

Stage 1

Hypertension

140-159 Atau 90-99

Stage 2

Hypertension

> 160 Atau > 100

Sumber : WHO, 2013

Page 32: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

17

2.1.7. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Hipertensi tanpa komplikasi biasanya asimptomatik. Meskipun tidak semua

hipertensi asimptomatik, hipertensi dapat tidak diketahui selama bertahun-tahun

karena tanda dan gejala yang timbul berhubungan dengan onset kerusakan organ

target. Oleh karena itu, teknik yang baik dalam pengukuran tekanan darah merupakan

dasar untuk mendeteksi hipertensi.(WHO,2013).Hal ini dapat dicapai dengan

mengikuti guideline berikut:

Kondisi pasien

Postur

Tekanan yang ditimbulkan saat duduk biasanya adekuat untuk pengukuran

tekanan darah rutin. Pasien biasanya duduk diam dengan ounggung bersandar sekitar

5 menit, dengan lengan tidak tertutupi pakaian dan ditahan pada posisi setinggi

jantung. Pada pasien yang berusia > 65 tahun, menderita diabetes atau mengkonsumsi

terapi antihipertensi, cek perubahan postur dengan melakukan pengukuran 1 dan 5

menit setelah pasien berdiri. (WHO,2013)

Keadaan Sekitar

Lingkungan yang tenang dibutuhkan. Pasien tidak mengkonsumsi kafein,

merokok, dan minum alkohol 30 menit sebelum pengukuran. Pertanyaan mengenai

makanan apa yang baru dikonsumsi, buang air besar, dan buang air kecil juga

ditanyakan. Pasien tidak sedang menggunakan stimulant adrenergic eksogen seperti

dekongestan hidung atau tetes mata yang dapat menyebabkan dilatasi pupil.

Pengukuran di rumah juga biasanya lebih disukai. (WHO,2013)

Page 33: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

18

Peralatan

Ukuran manset

Manset harus dapat menutupi paling tidak 80% dari lingkar lengan dan menutupi

dua pertiga panjang lengan; jika tidak manset diletakkan di atas arteri brachialis. Jika

ukuran manset terlalu kecil, maka dapat diperoleh hasil yang tinggi pada pengukuran.

Ujung paling bawah dari manset harus berada 2.5 cm dalam fossa

antecubital.(WHO,2013)

Manometer

Manometer merkuri, anaeroid, atau alat pengukuran elektronik yang digunakan

untuk mengukur tekanan darah harus dikalibrasi secara rutin menurut standar( sekitar

setiap 6 bulan) untuk memastikan keakuratannya. Pastikan alat yang digunakan

bersih, sudah terkalibrasi, pipanya tidak bocor, dan memiliki ukuran maset yang

sesuai. (WHO,2013)

Ultrasonik

Pada bayi dapat digunakan peralatan ultrasound, contohnya metode

Doppler.(WHO,2013)

Teknik

Jumlah pengukuran

Pada setiap pengukuran, lakukan pengukuran dua kali secara terpisah. Jika

pengukuran berbeda 5 mmHg, lakukan pengukuran tambahan sampai hasil

pengukuran yang didapatkan cukup dekat. Pegukuran berulang kali harus dillakukan

pada pasien yang memiliki nadi yang irregular dan pada pasien yang tua dengan

Page 34: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

19

hipertensi sistolik. Untuk mendiagnosis, perlu dilakukan dua kali pengukuran dengan

menggunakan hasil rata-ratanya. Pengukuran dapat dilakukan di kedua tangan. Jika

perbedaan tekanannya > 10/5mmHg, gunakan lengan yang memiliki tekanan yang

lebih tinggi. Jika tekanan darah pada tangan meningkat, lakukan pengukuran pada

salah satu kaki. (WHO,2013)

Cara pengukuran

Memompa manset secara cepat hingga tekanan 20 mmHg di atas tekanan sistolik

ditandai dengan menghilangnya denyut arteri radialis. Informasi diagnostik yang

penting tidak akan ditemukan jika ausculatory gap tidak terdengar. Mengempeskan

manset 3 mmHg setiap detiknya. Paling tidak satu bunyi korotkoff harus terdengar

setiap penurunan 2 mmHg kolom merkuri. Catat fase korotkoff V (menghilang)

kecuali pada anak – anak dimana yang dicatat fase IV (meredup).(WHO,2013)

Hasil pengukuran

Catat tekanan darah pasien, posisi, lengan yang digunakan, ukuran manset.

2.1.8. Penatalaksanaan

Tujuan terapi dari pasien hipertensi adalah untuk mencapai pengurangan

maksimal total risiko jangka panjang dari morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

Hal ini membutuhkan : (1) Penatalaksanaan dari semua faktor risiko yang bersifat

reversibel seperti merokok, dislipidemia, dan diabetes mellitus, (2) Manajemen

kondisi klinis yang berkaitan seperti gagal jantung kongestif, penyakit jantung

koroner, penyakit pembuluh darah perifer, dan serangan iskemik segera, (3)

Mencapai tekanan darah < 130/80 mmHg untuk pasien diabetes mellitus atau

Page 35: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

20

penyakit ginjal kronik.(WHO,2013) Algoritma penatalaksaan penderita hipertensi

dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Algorithm for treatment of hypertension

Sumber: JNC 7.2003

Ketika dilakukan pengukuran tekanan darah di rumah atau rawat jalan untuk

mengevaluasi efisiasi dari terapi, nilai targetnya pada siang hari sekitar 10-15 mmHg

lebih rendah pada tekanan darah sistolik dan 5-10 mmHg lebih rendah pada tekanan

darah diastolik.Ada beberapa strategi untuk mencapai tujuan terapi, yaitu: modifikasi

gaya hidup, modifikasi farmakologik, dan beberapa strategi umum untuk terapi

hipertensi.

2.1.9. Pencegahan

Perkembangan terjadinya hipertensi dan komplikasi yang mungkin terjadi dapat

diminimalisasi dengan cara: (1)Diet yang sehat, (2)Mempromosikan gaya hidup yang

sehat dengan menekankan pada nutrisi yang layak untuk bayi dan anak muda,

(3)Mengurang konsumsi garam kurang dari 5 gr per hari, (4)Mengkonsumsi buah dan

Page 36: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

21

sayuran 5 kali penyajian setiap harinya, (5) Mengurangi konsumsi lemak total dan

lemak tersaturasi, (6) Mengurangi konsumsi alkohol, (7) Melakukan aktivitas fisik

yang teratur, dan mempromosikan aktivitas fisik kepada anak-anak dan anak muda.

WHO merekomendasikan aktivitas fisik paling tidak 30 menit sehari sebanyak 5 kali

seminggu, (8) Mempertahankan berat badan yang normal, (9) Berhenti merokok dan

menghindari terpapar terhadap produk tembakau, (10) Manejemen yang baik

terhadap stress. (WHO,2013)

Pada individu yang sudah mengalami hipertensi dapat berpartisipasi dalam

memperbaiki kondisi mereka dengan cara: (1) Mengadaptasi perilaku hidup sehat

yang telah disebutkan di atas, (2) Memonitor tekanan darah di rumah, (3) Memeriksa

gula darah, kolesterol darah, dan albumin urin, (4) Mengetahui cara menilai resiko

kardiovaskuler menggunakan alat penilaian resiko, (5) Mengikuti nasehat-nasehat

kesehatan, (6) Mengkonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah yang diberikan

secara teratur. (WHO,2013)

2.2. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi

Faktor risiko terjadinya hipertensi terbagi menjadi faktor yang tidak dapat

dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat

dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga mengalami

hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah obesitas, aktivitas

fisik yang kurang, merokok, stress, diet yang buruk, konsumsi alkohol yang

berlebihan. Faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi juga dapat terbagi

menjadi faktor risiko perilaku, faktor risiko sosioekonomi, dan faktor risiko lainnya

seperti yang terlihat pada gambar 2.4.

Page 37: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

22

Gambar 2.4. Faktor Utama yang Menyebabkan Hipertensi dan

Komplikasinya

Sumber: Global Brief on Hypertension, WHO, 2013

Sebagai tambahan ada beberapa faktor metabolik yang meningkatkan risiko

terjadinya penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan komplikasi lain dari hipertensi

termasuk diabetes, kolesterol tinggi, dan obesitas atau overweight. Terdapat beberapa

faktor risiko perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, yaitu :

mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan lemak, dan tidak

mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang cukup, konsumsi alkohol dalam

jumlah banyak, kurangnya aktivitas fisik, dan manejemen stress yang buruk. Faktor

resiko perilaku ini sangat berkaitan erat dengan pekerjaan orang dan kondisi hidup

seseorang. (WHO,2013, Branch CDMac,2012)

Determinan sosial terhadap kesehatan yaitu tingkat edukasi dan kondisi rumah

seseorang, memiliki efek yang berbanding terbalik dengan faktor resiko perilaku.

Gaya hidup dan kondisi pekerjaan seseorang juga dapat menghambat deteksi dan

terapi karena kurangnya akses untuk diagnostik dan terapi. Urbanisasi segera yang

tidak terencana juga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi sebagai akibet dari

Page 38: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

23

lingkungan yang tidak sehat yang memicu konsumsi makanan cepat saji, perilaku

kurang beraktivitas, merokok, dan konsumsi alkohol. Dan resiko hipertensi juga

meningkat seiring bertambahnya usia akibatnya kekakuan pembuluh darah, meskipun

penuaan dari pembuluh darah dapat diperlambat dengan gaya hidup yang

sehat.(WHO,2013)

Pada beberapa kasus, tidak ada penyebab hipertensi yang spesifik. Faktor genetik

juga memegang peranan, dan ketika hipertensi terjadi pada orang dewasa dibawah

usia 40 tahun, maka harus disingkirkan penyebab sekunder seperti penyakit ginjal,

penyakit endokrin, dan malformasi pembuluh darah.(WHO,2013)

2.2.1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi

2.2.1.1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dideskripsikan sebagai perbedaan biologik antara pria dan wanita,

dimana bersifat universal dan ditentukan pada saat lahir. Seks berkaitan dengan tubuh

laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara

perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi,

hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan

tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki

dan perempuan pada semua ras.(UNESCO,2004)

Insidens dan angka progresivitas penyakit kardiovaskuler dan hipertensi lebih

banyak pada pria dibandingkan wanita pada saat sebelum menopause. Setelah

menopause insidens yang terjadi sama untuk pria danwanita.Meskipun mekanisme

yang mendasari perbedaan jenis kelamin terhadap insidens dan progresivitas penyakit

kardiovaskuler belum diketahui, diduga adanya peranan hormon seks dalam

Page 39: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

24

memodulasi beberapa aktivitas sistem regulasi, termasuk sistem Renin-Angiotensin.

Sebagai tambahan, perbedaan genetik juga berpengaruh dalam memediasi perbedaan

jenis kelamin dalam insidens dan progresivitas penyakit kardiovaskuler dan

hipertensi. Menurut hasil penelitian pada mencit, ditemukan bahwa terjadi

peningkatan ekspresi reseptor Angiotensin 2 pada mencit betina yang mengalami

cedera vaskuler. Reseptor angiotensin 2 memiliki efek protektif terhadap cedera

vaskuler terutama pada wanita sehingga wanita memiliki efek protektif terhadap

penyakit kardiovaskuler dan hipertensi dibandingkan pria. (Maric,2005)

Pada usia 45 tahun, pria memiliki risiko mengalami hipertensi dibandingkan

wanita. Tetapi pada usia 55 hingga 64 tahun, pria dan wanita memiliki kemungkinan

yang sama untuk mengalami hipertensi. Pada usia 65 tahun ke atas, wanita yang

memiliki kemungkinan lebih tinggi unutk mengalami hipertensi dibandingkan pria.

(Maric,2005)

2.2.1.2. Usia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,umur didefinisikan sebagai lama waktu

hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Pada sebuah studi,semakin tua usia

seseorang maka semakin besar risiko mengalami hipertensi, karena dengan semakin

bertambahnya usia, kemampuan elastisitas pembuluh darah akan mengalami

penurunan. (Maric,2005)

Framingham Heart Study melaporkan risiko untuk mendapatkan hipertensi yaitu

sekitar 90% untuk pria dan wanita yang sebelumnya tidak menderita hipertensi pada

usia 45 atau 65 tahun dan diperkirakan dapat bertahan hidup hingga usia 80-85

tahun.(TSR,2004)

Page 40: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

25

2.2.1.3. Ras

Ras didefinisikan sebagai kelompok orang yang memiliki perbedaan dan

persamaan dalam rantai biologis dianggap oleh masyarakat signifikan secara sosial.

Ras dibedakan menurut warna kulit dan penampilan fisik. (CDC,2015) Orang kulit

hitam berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi dibandingkan orang kulit putih,

Hispanic, orang Asia, orang Indian Amerika, atau penghuni asli Alaska. Orang kulit

hitam juga mengalami hipertensi lebih awal dibandingkan dengan orang kulit

putih.(CDC,2015)

2.2.1.4. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga adalah rekaman penyakit dan kondisi kesehatan anggota

keluarga yang berada di dalam suatu keluarga. Riwayat keluarga merupakan alat yang

berguna untuk memahami risiko kesehatan dan pencegahan suatu penyakit. Faktor

genetik juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Oleh karena itu, orang yang

memiliki riwayat keluarga mengalami hipertensi, memiliki risiko yang lebih tinggi

untuk mengalami hipertensi.(CDC,2015)

2.2.2. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi

2.2.2.1. Indeks Massa Tubuh yang Berlebihan

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan pengukuran tinggi dan berat individu

dengan membagi berat tubuh sesorang dalam kilogram dengan tinggi badan

kuadratnya dalam meter. Pengukuran Indeks Massa Tubuh membuat berat badan

seseorang menjadi terstandarisasi dengan tinggi mereka. Indeks Massa Tubuh

merupakan pengukuran paling sering digunakan untuk memonitor prevalensi

overweight dan obesitas pada populasi. Indeks Massa Tubuh juga merupakan

Page 41: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

26

pengukuran yang paling sering digunakan untuk menentukan seseorang mengalami

obesitas atau overweight.(Observatory NO,2009)

Angka yang lebih tinggi pada indeks massa tubuh meskipun dalam range yang

normal, merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya hipertensi di masa depan

pada suatu penelitian kohort terhadap wanita yang normotensif. Pada penelitian yang

lain juga menunjukkan overweight atau obesitas berhubungan dengan peningkatan

risiko terjadinya hipertensi. Indeks Massa Tubuh secara positif dan mandiri

berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas hipertensi, penyakit kardiovaskuler,

diabetes mellitus tipe II, dan penyakit kronik lainnya.(Tesfaye F, 2007)

Tabel 2.3. Klasifikasi Internasional Indeks Massa Tubuh Orang Dewasa

Classification BMI(kg/m2)

Principal cut-off

points

Additional cut-off

points

Underweight <18.50 <18.50

Severe thinness <16.00 <16.00

Moderate thinness 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99

Mild thinness 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49

Normal range 18.50 - 24.99 18.50 - 22.99

23.00 - 24.99

Overweight ≥25.00 ≥25.00

Pre-obese 25.00 - 29.99 25.00 - 27.49

27.50 - 29.99

Obese ≥30.00 ≥30.00

Obese class I 30.00 - 34.99 30.00 - 32.49

32.50 - 34.99

Obese class II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49

37.50 - 39.99

Obese class III ≥40.00 ≥40.00

Sumber: Body Mass Index As A Measure of Obesity, 2009

Page 42: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

27

2.2.2.2. Merokok

Rokok merupakan campuran beracun yang terdiri dari 7000 bahan kimia.

Kebanyakan dari bahan kimia tersebut merupakan racun. Ketika bahan-bahan kimia

ini masuk ke dalam tubuh maka akan terjadi kerusakan. Seiring berjalannya waktu,

kerusakan tersebut memicu timbulnya penyakit. Bahan kimia dalam rokok segera

mencapai ke paru-paru saat dihirup. Zat-zat beracun ini segera berpindah ke dalam

darah dan mengalir ke seluruh tubuh. Organ dalam tubuh memiliki sel yang

melapisinya. Bahan kimia dalam rokok menyebabkan inflamasi dan kerusakan pada

sel. Merokok menyebabkan sistem imun berkerja secara terus menerusberespon

terhadap cedera yang terjadi. Stres yang berkelanjutan mengganggu sistem kerja pada

tubuh. Salah satu zat yang terdapat di dalam rokok adalah nikotin. Nikotin

menyebabkan terjadinya kecanduan karena mengubah keseimbangan kimia pada

otak. Rokok juga dapat menyebabkan perubahan kimia darah. Merokok menyebabkan

platelet melakukan agregasi dan membentuk sumbatan yang dapat menghambat aliran

darah ke jantung, otak, dan ekstremitas. Merokok juga meningkatkan kadar

trigliserida dan menurunkan kolesterol HDL. Asap rokok yang dihirup oleh perokok

pasif juga dapat menimbulkan efek seperti pada perokok aktif.(CDC,2010)

Merokok meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi melalui efek

vasokonstriksi akutnya. Merokok dapat melepaskan neurotaransmitter norephinefrin

dan epinefrin yang berkaitan dengan perubahan hemodinamik dan metabolik yang

dimediasi melalui mekanisme adrenergik. Merokok dapat menyebabkan perubahan

kimia darah seseorang. Merokok menyebabkan agregasi dari platelet dan membentuk

sumbatan yang meningkatkan risiko terjadinya sumbatan aliran darah ke jantung,

Page 43: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

28

otak, dan ekstremitas. Merokok meningkatkan kadar trigliserida dalam darah dan

menurunkan kolesterol HDL. Bahan-bahan kimia yang terdapat pada rokok

mencegah penyembuhan dari kerusakan lapisan pembuluh darah dan menimbulkan

sumbatan pada arteri yang rusak tersebut.(CDC,2010, Abtahi, 2011)

2.2.2.3. Konsumsi Alkohol

Alkohol diklasifikasikan sebagai golongan sedatif hipnotik, dimana berperan

mendepresi sistem saraf pusat pada dosis yang tinggi. Pada dosis yang rendah,

alkohol berperan sebagai stimulant yang memicu perasaan euphoria. Alkohol dapat

merusak setiap organ dalam tubuh. Alkohol juga menyebabkan lebih dari 60

penyakit. Alkohol mempengaruhi kesehatan fisik dan kesehatan mental dalam

berbagai hal sehingga penggunaan alkohol berat dan kronik meningkatkan risiko

kematian. Alkohol merupakan kontributor kelima utama yang menyebabkan penyakit

global. Pada tabel 2.4 dapat dilihat efek yang terjadi pada penggunaan

alkohol.(Zaeland AACN,2011, WHO,2012)

Tabel 2.4. Kondisi dan Komplikasi yang Berpotensial Terjadi pada

Penggunaan Alkohol Berat dan Kronik

Sumber: Alcohol-The Body Health,2011

Page 44: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

29

Hubungan linear respons dosis tampak pada konsumsi alkohol dengan batas

ambang 3 minuman perhari (30 gr ethanol). Penelitian yang lain menunjukkan bahwa

konsumsi alkohol dalam jumlah yang sedikit dapat menurunkan tekanan darah.

Mekanisme hipertensi yang ditimbulkan akibat alkohol masih belum jelas. Efek pada

aksis renin angiotensin aldosteron, sistem saraf adrenergic, fluks ion-ion, sekresi

kortisol, atau sensitivitas insulin diduga mendasari mekanisme terjadinya. Tetapi

karena banyaknya hipotesis yang ada maka belum ada hipotesis yanga mampu

menjelaskan hubungan kedua hal tersebut. Risiko peningkatan tekanan darah

ditemukan pada konsumsi alkohol > 210 gr/minggu. (Fuchs FD,2001)

Pengurangan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik .The

Heart Foundation merekomendasikan kepada pasien hipertensi untuk membatasi

konsumsi alkohol maksimum 2 gelas standar untuk pria per hari dan satu gelas

standar per hari untuk wanita. (Fuchs FD,2001)

2.2.2.4. Aktifitas Fisik

Menurut WHO, aktifitas fisik didefinisikan sebagai segala bentuk pergerakan

tubuh yang dihasilkan oleh otot skeletal yang membutuhkan energi dan biasa

dilakukan atau rutinitas sehari-hari sesuai dengan profesi atau pekerjaan. Aktifitas

fisik yang teratur seperti berjalan, bersepeda, dan olahraga lainnya memiliki banyak

keuntungan yang signifikan terhadap kesehatan. Olahraga adalah aktifitas fisik yang

terencana dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan tubuh yang berulang untuk

mencapai kebugaran. Orang dewasa berusia 18-64 tahun harus melakukan paling

tidak olahraga aerobik sedang selama 150 menit atau olahraga aerobik berat selama

75 menit selama seminggu. Aktifitas fisik yang kurang meningkatkan risiko untuk

Page 45: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

30

terjadinya hipertensi. Sedangkan aktifitas fisik yang teratur menurunkan tekanan

darah. Aktifitas fisik yang teratur memiliki efek kardioprotektif. Aktivitas fisik yang

teratur berhubungan dengan peningkatan kolesterol densitas tinggi dan pengurangan

berat badan, lingkar perut, persentase lemak tubuh, resistensi insulin, tahanan

sistemik pembuluh dalah, noradrenalin plasma, dan aktivitas renin plasma.

(WHO,2014, Huang, 2008)

2.2.2.5. Stress

Stress adalah tuntutan fisiologis terhadap tubuh yang harus disesuaikan oleh

manusia. Hal ini dapat bersifat menyehatkan dan dibutuhkan untuk membuat

seseorang tetap waspada, meskipun demikian stress yang terus menerus dan

berkepanjangan dapat membebani tubuh. Ada dua bentuk utama dari stress yaitu

stress akut dan stress kronik. Ketika individu mengalami stress, terjadi pelepasan

hormon katekolamin, adrenalin, dan kortisol yang merupakan hormon stress utama.

Hormon-hormon ini dilepaskan ke dalam darah yang menyebabkan peningkatan

denyut jantung dan vasokonstriksi dari pembuluh darah untuk membawa darah yang

lebih banyak ke pusat tubuh daripada ke ekstremitas. Vasokonstriksi pembuluh darah

dan peningkatan denyut jantung juga meningkatkan tekanan darah. Ketika stress

tersebut hilang, maka tekanan darah akan kembali ke tekanan darah sebelum

mendapat stress.(Bruchie,2011, Association AH,2015)

2.2.2.6. Pola Makan

Pola makan didefinisikan sebagai kuantitas, proporsi, variasi, atau kombinasi dari

makanan, minuman, dan nutrien yang berbeda di dalam makanan, dengan frekuensi

sebagaimana mereka biasa dikonsumsi. Pola makan yang tidak sehat, seperti tinggi

Page 46: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

31

natrium, tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi gula meningkatkan risiko peningkatan

tekanan darah. Konsumsi natrium yang tinggi berkaitan dengan insidens terjadinya

penyakit kardiovaskuler. Pengurangan konsumsi natrium hingga kira-kira 1700 mg

(75 mmol) per hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4-5 mmHg pada

penderita hipertensi dan 2 mmHg pada orang yang memiliki tekanan darah yang

normal. Konsumsi buah dan sayur yang banyak, makanan rendah lemak juga dapat

membantu menurunkan tekanan darah. (Huang,2008, Agriculture DO,2014)

Page 47: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

32

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Pada setiap populasi, tiap individu anggota tertentu memiliki karakteristik yang

berbeda-beda untuk setiap penyakit tertentu. Berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat

berbagai macam faktor risiko terjadinya hipertensi seperti umur, jenis kelamin,ras,

keadaan ekonomi, riwayat keluarga dan lainnya.

Maka variabel dependen yaitu hipertensi dan variabel independen dibatasi pada

aspek umur, jenis kelamin, keluhan utama, status gizi, serta derajat keparahan

penyakit hipertensi.Penentuan variabel ini didasarkan pada kepentingan keterkaitan

variabel tersebut dengan kasus hipertensi di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep pemikiran yang dikemukakan di atas, maka disusunlah

pola variabel sebagai berikut.

Faktor dapat diubah

zi

Skema 3 : Kerangka Konsep Hipertensi

Faktor dapat di ubah

Status gizi

Keluhan utama Faktor tidak dapat

diubah

Jenis kelamin

umur

HIPERTENSI

Derajat Hipertensi

Hipertensi derajat 1

Hipertensi derajat 2

Page 48: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

33

3.3. Definisi Operasional

3.3.1. Variabel Dependen

1) Pasien Hipertensi Rawat Jalan

a. Definisi : Pasien Hipertensi yang datang berobat ke rumah sakit

Universitas Hasanuddin

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan memperhatikan dan mencatat daftar pasien

Hipertensi dengan status rawat jalan yang diperoleh dari data rekam medik.

d. Kriteria Objektif :Data pasien Hipertensi rawat jalan

3.3.2. Variabel Independen

1) Jenis Kelamin

a. Definisi : perbedaan seksual yang terdiri dari laki-laki dan

perempuan.

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : dengan mencatat variabel jenis kelamin sesuai dengan

yang tercantum pada rekam medik.

d. Hasil ukur :

1. Laki-laki

2. Perempuan

2) Umur

a. Definisi : lamanya seseorang hidup mulai saat pertama

dilahirkan sampai usianya pada saat masuk rumah sakit untuk pertama kali

yang dinyatakan dalam satuan tahun.

Page 49: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

34

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : dengan mencatat variabel umur sesuai dengan yang

tercantum pada rekam medik

d. Hasil ukur :

Umur dinyatakan dalam tahun dan dibagi dalam kelompok

1. 40-45 tahun

2. 46-50 tahun

3. 51-55 tahun

4. >55 tahun

3) Keluhan Utama

a. Definisi : suatu bentuk masalah baik yang bersifat fisik maupun

psikis yang dialami seseorang dan bersifat sangat mengganggu sehingga

masalah tersebutlah yang mendorong orang tersebut untuk datang berobat

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan mencatat variabel keluhan utama sesuai

dengan yang tercantum pada rekam medik.

d. Kriteria Objektif :

1. sakit kepala

2. tegang leher

3. jantung berdebar

4) Tipe Derajat Hipertensi

a. Definisi : klasifikasi derajat hipertensi berdasarkan kriteria JNC-VII

Page 50: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

35

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : dengan mencatat variabel jenis derajat hipertensi sesuai dengan

yang tercantum pada rekam medik.

d. Hasil ukur :

1. Hipertensi Derajat I bila TDS 140-159 mmHg

2. Hipertensi Derajat II bila TDS 160-179 mmHg

5) Status Gizi

a. Definisi : Tingkat kerentanan penderita terhadap suatu penyakit, dinilai

berdasarkan rasio berat badan terhadap tinggi badan sesuai dengan

perhitungan indeks massa tubuh, tertulis dalam catatan medik dan

dikategorikan sebagai berikut:

Hasil ukur:

1. Normal, bila nilai IMT 18,5 -24,9 kg.m2

2. Kurus, bila nilai IMT <18,5 kg/m2

3. Overweight, bila nilai IMT > 25 kg/m2

4. Obese, bila nilai IMT > 30 kg/m2

b. Alat ukur : Tabel pengisian data.

c. Cara ukur : Dengan mencatat variabel hasil pemeriksaan berat badan dan tinggi

badan sesuai dengan yang tercantum pada rekam medik

Page 51: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

36

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan desain

penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan obyek penelitian yang berupa data –

data yang sudah ada, sehingga peneliti tidak ada tindakan intervensi dan mengontrol

data atau variabel tersebut.

Hal ini dilakukan karena yang akan dinilai adalah karakteristik dari penderita

Hipertensi secara terperinci dan sistematis, dimana pengukuran variabel dilakukan

pada saat tertentu oleh pihak rumah sakit untuk mengetahui karakteristik penderita

Hipertensi di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin,Makassar selama Januari- Juni

2015, melalui penggunaan rekam medik sebagai data penelitian.

4.2. Tempat dan Waktu

4.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian terhitung mulai pada tanggal Oktober-November 2015

4.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan didakan di Bagian Rekam Medik RS.Universitas

Hasanuddin,Makassar.

Page 52: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

37

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi yang di rawat

jalan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddinn Makassar periode Januari- Juni 2015

Sampel penelitian adalah semua populasi terjangkau yang memenuhi kriteria

penelitian.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi berusia > 40tahun

dan mempunyai rekam medis yang di rawat jalan di Rumah Sakit Universitas

Hasanuddin Makassar pada Januari- Juni 2015

Besar sampel di hitung menggunakan rumus :

Z= nilai standar = 1,96 dengan interval kepercayaan (α=0,05)

P= perkiraan proporsi = 0,5

Q= 1-P = 0,5

d= presisi =0,1

jadi, besar sampel minimal yang di butuhkan adalah 97 sampel

4.4. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan cara teknik non probability sampling.

Teknik non probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling dimana

pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus dari kriteria yang memenuhi standar

di rekam medis Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar

Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Page 53: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

38

a. Kriteria Inklusi

1. Memiliki rekam medik

2. Telah didiagnosis oleh dokter sebagai penderita Hipertensi

3. Memiliki variabel yang akan diteliti

b. Kriteria Eksklusi

Pasien yang sedang menderita diabetes, stroke, penyakit jantung, dan penyakit

ginjal

4.5. Jenis Data dan Instrumen Penelitian

4.5.1. Jenis Data Penelitian

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui

rekam medik pasien penderita hipertensi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin

Makassar pada periode Januari- Juni 2015 sebagai subjek penelitian.

4.5.2. Data Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam

penelitian terdiri dari rekam medik yang berisi data tentang penderita Hipertensi.

4.6. Manajemen Penelitian dan Analisis Data

4.6.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat perizinan dari pihak pemerintah

dan Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar . Kemudian nomor rekam medik

penderita Hipertensi selama Januari- Juni 2015 yang telah ditentukan dikumpulkan di

bagian Rekam Medik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar.

Page 54: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

39

4.6.2. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data rekam medik dengan

menggunakan program Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik deskriptif

yang diharapkan. Statistik deskriptif merupakan suatu metode atau cara – cara yang

digunakan untuk meringkas dan mendata dalam bentuk tabel, grafik atau ringkasan

numerik data. Statistik deskriptif merupakan statistik menggunakan data suatu

kelompok untuk menjelaskan atau menarik kesimpulan mengenai kelompok tersebut.

4.6.3. Penyajian Data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel atau diagram yang

dinarasikan untuk menggambarkan karakteristik penderita Hipertensi di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar selama Januari- Juni 2015

4.7. Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah,direktur

rumah sakit setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas penderita yang terdapat pada rekam

medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas

penelitian yang dilakukan.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang

terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.

Page 55: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

40

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif, pada 1 Januari – Juni 2015 dengan

mengambil data sesuai yang tertulis dalam rekam medis. Berdasarkan sampel yang

menggunakan rumus nilai standar 1,96 disertai dengan kriteria inklusi dan eksklusi ,

maka ditemukan sebanyak 97 sampel penderita Hipertensi di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar yang berumur >40 tahun. Berikut adalah distribusi

penderita Hipertensi di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar berdasarkan

kelompok umur, jenis kelamin, status gizi, keluhan utama, dan tipe derajat hipertensi

yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

5.1.1Distribusi Pasien Hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Tabel 5.1. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Jenis Kelamin Angka Kejadian Persentase

Laki-Laki 56 58%

Perempuan 41 42%

Total 97 100%

Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015

Page 56: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

41

Grafik 5.1. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada laki

laki, yaitu sebanyak 56 sampel atau 58% penderita hipertensi pada penelitian ini,

sedangkan perempuan 41 orang (42%).

5.1.2 Distribusi Pasien Hipertensi berdasarkan umur di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Tabel 5.2. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan umur di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Umur Angka Kejadian Persentase

40-45 8 8%

46-50 11 11%

51-55 12 12%

>55 66 68%

Total 97 100%

Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015

Page 57: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

42

Grafik 5.2. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan umur di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015

Data di atas menunjukkan hipertensi akut paling sering terjadi pada umur di

atas 55 tahun dengan penderita berjumlah 66 orang ( 68%), lalu umur 51-55 tahun 12

orang (12%), 46-50 tahun 11 orang(11%) dan 8 (8%) penderita hipertinsi dengan

rentang usia 40-45 tahun.

5.1.3 Distribusi Pasien Hipertensi berdasarkan status gizi di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Tabel 5.3. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan status gizi di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

IMT Angka Kejadian Persentase

Normal 49 51%

kurus 3 3%

overweight 36 37%

obese 9 9%

Total 97 100%

Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015

Page 58: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

43

Grafik 5.3. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan status gizi di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa penderita hipertensi lebih banyak

terjadi pada pasien dengan indeks masa tubuh yang normal yaitu sebanyak 49 sampel

(51%), disusul dengan penderita hipertensi dengan indeks masa tubuh overweight

yaitu sebanyak 36 sampel(37%),kemudian penderita hipertensi dengan indeks masa

tubuh obese 9 sampel (9%), dan 3 sampel atau sebanyak 3% dengan indeks masa

tubuh yang kurus.

5.1.4 Distribusi Pasien Hipertensi berdasarkan Keluhan Utama di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Tabel 5.4. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Page 59: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

44

Keluhan Utama Angka Kejadian Persentase

Sakit Kepala 48 49%

Jantung Berdebar 21 22%

Tegang Leher 20 21%

Batuk 4 4%

nyeri dada 4 4%

Total 97 100%

Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015

Grafik 5.4. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama di Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015

gejala paling umum adalah sakit kepala 49% ,jantung berdebar 22%,tegang

tengkuk 21 %,sedangkan terdapat gejala batuk merupakan gejala tambahan dari

pasien hipertensi yang mengontrol hipertensinya karena efek samping dari obat

hipertensi terdapat 3%. Nyeri dada juga terjadi pada pasien hipertensi yang telah

berkomplikasi ke penyakit jantung koroner sebanyak 4%

Page 60: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

45

5.1.5 Distribusi Pasien Hipertensi berdasarkan Tipe Derajat Hipertensi di

Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni

2015.

Tabel 5.5. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan tipe derajat hipertensi di

Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Tipe Derajat Hipertensi Angka Kejadian Persentase

Hipertensi Derajat 1 30 31%

Hipertensi Derajat 2 67 69%

Total 97 100%

Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015

Grafik 5.5. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan tipe derajat hipertensi di

Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar periode Januari – Juni 2015.

Sumber: Data Sekunder dari Rekam Medik RS.UNHAS 2015

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa Penderita hipertensi lebih banyak yang

mengalami hipertensi derajat II yaitu sebanyak 67 sampel atau 69% sedangkan tipe

derajat I hanya 30 orang (31%)

Page 61: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

46

BAB VI

PEMBAHASAN

Faktor risiko terjadinya hipertensi terbagi menjadi faktor yang tidak dapat

dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat

dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga mengalami

hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah obesitas, aktivitas

fisik yang kurang, merokok, stress, diet yang buruk, konsumsi alkohol yang

berlebihan.14

6.1. Jenis Kelamin

Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita merupakan faktor

protektif terhadap terjadinya hipertensi, yang berarti bahwa pria lebih berisiko untuk

mengalami hipertensi. Pada penelitian Marice41

yang dilakukan pada responden obese

yang berumur 18 tahun ke atas pada tahun 2010 yang dilakukan di 33 provinsi di

Indonesia, didapatkan bahwa pria lebih berisiko 1 kali dibandingkan wanita untuk

mengalami hipertensi.

Insidens dan angka progresivitas penyakit kardiovaskuler dan hipertensi lebih

banyak pada pria dibandingkan wanita pada saat sebelum menopause. Setelah

menopause insidens yang terjadi sama untuk pria danwanita.Meskipun mekanisme

yang mendasari perbedaan jenis kelamin terhadap insidens dan progresivitas penyakit

kardiovaskuler belum diketahui, diduga adanya peranan hormon seks dalam

memodulasi beberapa aktivitas sistem regulasi, termasuk sistem Renin-Angiotensin.

Sebagai tambahan, perbedaan genetik juga berpengaruh dalam memediasi perbedaan

jenis kelamin dalam insidens dan progresivitas penyakit kardiovaskuler dan

hipertensi. Menurut hasil penelitian pada mencit, ditemukan bahwa terjadi

peningkatan ekspresi reseptor angiotensin 2 pada mencit betina yang mengalami

cedera vaskuler. Reseptor angiotensin 2 memiliki efek protektif terhadap cedera

vaskuler sehingga wanita memiliki efek protektif terhadap penyakit kardiovaskuler

dan hipertensi dibandingkan pria.21

Page 62: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

47

6.2. Usia

Dari penelitian ini juga dapat disimpulkanbahwa semakin bertambahnya usia

semakin meningkatkan risiko mengalami hipertensi yang mulai terlihat pada

kelompok usia 40-45 tahun sebanyak delapan persen ,dan kemudian meningkat pada

kelompok usia > 55 tahun yang lebih berisiko sebanyak enam puluh delapan persen

untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan kelompok usia < 40 tahun. Hal ini

juga terlihat dalam penelitian Julianty42

pada tahun 2013 yang dilakukan pada

responden laki-laki dan perempuan kelompok umur 15-60 tahun di Kabupaten Bogor

dari data Riskesdas 2007 sebanyak 2.785 orang, dimana semakin bertambahnya usia

maka semakin berisiko untuk mengalami hipertensi.

Hasil yang sama juga dapat dilihat padapenelitian Zuraidah et al13

yang

dilakukan di Kecamatan Kemuning Kota Palembang tahun 2012 yang kepada orang

yang berusia 18 tahun ke atas yang bertempat tinggal di Kecamatan, di mana ada

hubungan yang signifikan antara usia yang meningkat(> 35 tahun) dengan

peningkatan kejadian hipertensi.

Pada usia 45 tahun, pria memiliki risiko mengalami hipertensi dibandingkan

wanita. Tetapi pada usia 55 hingga 64 tahun, pria dan wanita memiliki kemungkinan

yang sama untuk mengalami hipertensi. Pada usia 65 tahun ke atas, wanita yang

memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dibandingkan pria.

Pada sebuah studi, semakin tua usia seseorang maka semakin besar risiko mengalami

hipertensi, karena dengan semakin bertambahnya usia, kemampuan elastisitas

pembuluh darah akan mengalami penurunan.21

Framingham Heart Study23

melaporkan risiko untuk mendapatkan hipertensi yaitu sekitar 90% untuk pria dan

wanita yang sebelumnya tidak menderita hipertensi pada usia 45 atau 65 tahun dan

diperkirakan dapat bertahan hidup hingga usia 80-85 tahun.

6.3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Dalam penelitian ini juga ditemukan IMT tidak memiliki hubungan dengan

terjadinya hipertensi. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian Fauzia43

yang

dilakukan pada tahun 2011 terhadap 30 orang lansia yang berkunjung di Bagian

Geriatri RSUP dr. Kariadi Semarang. Berbeda dengan hasil penelitian Nieky44

pada

Page 63: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

48

tahun 2014yang dilakukan pada pasien hipertensi yang datang ke Poliklinik

Hipertensi dan Nefrologi BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menunjukkan

adanya hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada penderita

hipertensi.Berbedanya hasil antara kedua penelitian yang menggunakan metode yang

sama tersebut dikarenakan perbedaan cara pengambilan sampel, pengumpulan data,

dan perbedaan lokasi penelitian., dimana dalam penelitian Nieky44

menggunakan

teknik purposive samplingdi Poliklinik Hipertensi dan Nefrologi BLU RSUP Prof.

Dr. R.D. Kandou Manado dengan pengumpulan data melalui kuesioner dan rekam

medik pasien dan penelitian ini menggunakan teknik yang sama yaitu teknik

purposive sampling di Poliklinik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar

dengan penggumpulan data melalui rekam medik saja.

Menurut teori, angka yang lebih tinggi pada indeks massa tubuh meskipun

dalam range yang normal, merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya hipertensi

di masa depan pada suatu penelitian kohort terhadap wanita yang normotensif. Pada

penelitian yang lain juga menunjukkan overweight atau obesitas berhubungan dengan

peningkatan risiko terjadinya hipertensi.27

6.4 keluhan utama

Jika dilihat dari keluhan utama dari pasien penderita hipertesi yang menjalani

rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar, didapatkan hasil

penelitian bahwa keluhan utama terbanyak dan tersering yaitu sakit kepala 48

(49%) orang mengeluhkan sakit kepala, 20 orang (21%) yang mengeluhkan tegang

tengkuk dan 21 orang (22%) mengeluh jantung yang berdebar yang mana sesuai

dengan gejala hipertensi yang terdapat pada RIKESDAS 2013.

Pada penelitian ini juga didapatkan keluhan lain dari pasien hipertensi yaitu

batuk, yang mana sebelum menjalani pengobatan hipertensi pasien tidak ada

mengeluh batuk. Terlihat dari terapi farmakologi yang diberikan oleh dokter yaitu

obat golongan ACE-Inhibitor. Menurut farmakologi obat anti hipertensi, keluhan

Page 64: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

49

batuk ini merupakan efek samping dari konsumsi obat anti hipertensi golongan ACE-

Inhibitor. Menurut Peter Kabo, penggunaan ACE-Inhibitor akan menimbulkan

efeksamping berupa batu kering 5-20% pasien, efek samping ini terjadi karena

akumulasi bradikinin, substan P dan atau prostaglandin. Batuk ini bersifat reversible,

dilaporkan dengan pemberian aspirin, antagonis trombksan dan preparat besi akan

mengurangi batuk yang ditimbulkan oleh ACE-Inhibitor. Batuk akan mereda setelah

2-3 hati berhenti mengkonsumsi obat ini.

Terdapat keluhan lain berupa nyeri dada yaitu 4 orang (4%), sesuai dengan

keluhan pasien dan yang tercatat di rekam medis bahwa pasien sudah mengalami

komplikasi atau perburukan dari hipertensi, pasien yang mengalami nyeri dada ini

merupakan pasien yang menderita penyakit jantung koroner yang diikuti oleh

penyakit diabetes militus tipe 2. Sesuai dengan manifestasi kerusakan target organ

pada penderita hipertensi salah satunya adalah jantung yang bisa menimbulkan

hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, dan gagal jantung. Sehingga

kerusakan target organ tersebut akan menimbulkan keluhan berupa nyeri dada.

6.5 Derajat Hipertensi

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lebih banyak penderita

hipertensi yang mengalami hipertensi derajat II sebanyak 69% dibandingkan

hipertensi derajat 1 yaitu sebanyak 31%. Hal yang sama juga di dapatkan pada

penelitian Monica 2000 di daerah perkotaan Jakarta dan Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia pada 2000-2003 di daerah Lio,kecamatan Cijeruk,ditemukan

lebih banyak kasus hipertensi derajat II.

Page 65: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

50

Dapat disimpulkan dari kedua penelitian tersebut bahwa penderita hipertensi

di daerah tersebut dan yang datang di rumah sakit Universitas Hasanuddin Makassar

lebih banyak yang menderita hipertensi derajat II dibandingkan hipertensi derajat I

karena kurangnya mengetahui keadaannya.

Menurut American Heart Association di Amerika Serikat, ditemukan satu dari

tiga orang didunia mengalami tekanan darah tinggi. Masih data dari AHA, semua

orang yang mengidap hipertensi hanya sepertiga yang mengetahui keadaanya.

Page 66: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

51

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini, yaitu :

1. Proporsi hipertensi di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin sebesar 50%.

2. Distribusi hipertensi berdasarkan jenis kelamin, di mana pria yang mengalami

hipertensi sebesar 58% sedangkan wanita yang mengalami hipertensi sebesar

42%.

3. Distribusi hipertensi berdasarkan usia, di mana kelompok usia 40-45 tahun

sebesar 8%, kelompok usia 46-50 tahun sebesar 11%, kelompok usia 51-55

sebesar 12%, dan kelompok usia >55 tahun sebesar 68%.

4. Distribusi hipertensi berdasarkan indeks massa tubuh, di mana proporsi

responden dengan IMT normal yang mengalami hipertensi sebesar 51%,

responden dengan IMT kurang yang mengalami hipertensi sebesar 3%, dan

responden dengan IMT overweight–obese yang mengalami hipertensi sebesar

46%.

5. Distribusi hipertensi berdasarkan keluhan utama terbanyak adalah sakit kepala

sebesar 49%, kemudiann keluhan jantung berdebar 22%, tegang leher 21%,batuk

dan nyeri dada masing masing 4%

6. Distribusi hipertensi menurut tipe derajat hipertensi, di mana proporsi tipe derajat

hipertensi tipe II sebesar 69% dan hipertensi derajat I sebesar 31%.

Page 67: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

52

7.2. Saran

1. Saran untuk penelitian ini adalah melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

hubungan antara jenis kelamin, status gizi, umur,keluhan utama,dan tipe derajat

hipertensi dengan kejadian hipertensi pada rumah sakit dan daerah lainnya

sehingga dapat menambah pengetahuan akan faktor-faktor risiko apa saja yang

berperan dalam terjadinya hipertensi pada daerah lainnya apakah terdapat

persamaan atau perbedaan faktor-faktor risiko yang berperan jika dibandingkan

dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit Universitas

Hasanuddin.

2. Saran lainnya adalah melakukan penelitian serupa dengan menggunakan metode

penelitian kohort untuk meminimalisir bias dalam penelitian sehingga keterkaitan

antara variabel-variabel tersebut dapat diperoleh secara lebih akurat.

Page 68: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

53

DAFTAR PUSTAKA

1. 8 J. 2003 Evidence-Based Guideline For The Management of High Blood

Pressure in Adults- Report from The Panel Members Appointed to Seven

Joint National Committee (JNC 7). Hypertension Guideline [Internet]. 2003

2. Association AH. Stress ang Blood Pressure. USA: www. heart.org; 2014

[cited 2015].

3. Agriculture Do. A Series of Systematic Reviews on the Relationship Between

Dietary Patterns and Health Outcomes. Center for Nutrition Policy and

Promotion. 2014;15:9-12.

4. Abtahi F. Correlation between Cigarette Smoking and Blood Pressure and

Pulse Pressure among Teachers Residing in Shiraz, Southern Iran. Iranian

Cardiovasculer Research Journal. 2011;5(3):1-7.

5. Bruchie S. Health Disparities and Stress. Journal of Health. 2011;12(2):1-5.

6. Branch CDMaC. Heart Disease and Stroke Prevention Program. Blood

Pressure Factsheet [Internet]. 2012:[1-20 pp.].

7. Bcheraoui CE. Hypertension and Its Associated Risk Factors in the Kingdom

of Saudi Arabia, 2013: A National Survey. International Journal of

Hypertension. 2014;214:1-7.

8. Diyan, N.Oroh. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Konsumsi

Alkohol dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Poliklinik Umum di

Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten

Page 69: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

54

Minahasa.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.2013;1-

7.

9. Fuchs FD. Alcohol Consumption and the Incidence of Hypertension The

Atherosclerosis Risk in Communities Study. American Heart Association

Journal 2001;37:1242-50.

10. Federation WH. Hypertension. New york2013 [cited 2013].

11. Huang N. Lifestyle management of hypertension2008; 31:[1-12 pp.].

12. Indonesia KBB. Usia. Indonesia: Kamus Besar Bahasa Indonesia; 2014.

13. Krishnani A. Hypertension in the South-East Asia Region: an overview.

Regional Health Forum. 2013;17(1):1-8.

14. Makassar DK. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 20112011:[46-68 pp.].

15. Manampiring,A. Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada Penduduk

Berusia 45 Tahun Ke Atas di Kelurahan Pakoa Kecamatan Wanea Kota

Manando. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi:Laporan

Penelitian. 2008;1-38.

16. MN O. Clinical Guidelines for The Management of Hypertension. Cairo:

World Health Organization; 2005.

17. Maric C. Sex Differences in Cardiovascular Disease and Hypertension

Involvement of the Renin-Angiotensin System. American Heart Association

Journal. 2005;135(4):1-3.

18. Organization WH. Harmful Use of Alcohol The Problem [Internet]. 2012:[4-

20 pp.].

Page 70: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

55

19. Organization WH. Physical Activity. Geneva: World Health Organization;

2014 [cited 2015].

20. Observatory NO. Body Mass Index As A Measure of Obesity2009.

21. Oparil S. Pathogenesis of Hypertension. Annals of Internal Medicine.

2003;139:761-66.

22. Organization WH. A global brief on Hypertension. Switzerland2013.

23. Organization WH. Blood Pressure Prevalence. New York: 2013; 2013.

24. Organization WH. High Blood Pressure. Global and Regional Overview

[Internet]. 2013.

25. Prevention CfDCa. Report of the Surgeon General. How Tobacco Smoke

Causes Disease [Internet]. 2010:[25-40 pp.].

26. Prevention CfDCa. Family History and Other Characteristic that increase Risk

Factor High Blood Pressure. Washington: Center for Disease Control and

Prevention; 2013 [cited 2015].

27. Prevention CfDCa. Self-Measured Blood Pressure Monitoring. Atlanta: US

Dept of Health and Human Services; 2013.

28. Report TSRotJNCoC. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure. USA2004.

29. RI BPdPKKK. Hipertensi. Riset Kesehatan Dasar 2013 [Internet]. 2013:[140

p.].

30. RI BPKKK. Riset Kesehatan Dasar. Penyakit Tidak Menular [Internet]. 2008;

152.

Page 71: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

56

31. sociology.com w. Race and Ethnicity. USA: www. sociology.com; 2011

[cited 2015].

32. Tesfaye F. Association Between Body Mass Index and Blood Pressure Across

Three Populations in Africa and Asia. Journal of Human Hypertension.

2007;21.

33. Tee SR. The Prevalence Of Hypertension And Its Associated Risk Factors In

Two Rural Communities In Penang, Malaysia. Malaysian Journal of

Hypertension. 2010;4(2):27-40.

34. UNESCO. UNESCO’s Gender Mainstreaming Implementation Framework.

Baseline definitions of key concepts and terms [Internet]. 2004.

35. Vikrant S. Essential Hypertension - Pathogenesis and Pathophysiology. Indian

Academy of Clinical Medicine. 2001;2(3):140-60.

36. Zuraidah et al. Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di

Kecamatan Kemuning Kota Palembang. Politeknik Kesehatan Palembang:

Riset Pembinaan Tenaga Kesehatan. 2012;1-81.

37. Zaeland AACoN. Alcohol -The Body & Health. Effects : A brief overview

[Internet]. 2011:[3-15 pp.].

Page 72: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

RIWAYAT PENULIS

Data Pribadi

Nama : Meylisa

Tempat / Tanggal Lahir : Ambon/25 Agustus 1995

Alamat : Jl. Daeng Tata Raya no.41, Makassar

Agama : Katholik

Suku Bangsa : Indonesia

Riwayat Pendidikan

Tahun 2006 Lulus SD Santo Yakobus Makassar

Tahun 2009 Lulus SMP Katolik Rajawali Makassar

Tahun 2012 Lulus SMA Katolik Rajawali Makassar

Tahun 2012-Sekarang S1 Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

Page 73: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)
Page 74: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)
Page 75: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)
Page 76: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)
Page 77: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)
Page 78: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

No Jenis Kelamin Umur (tahun)

IMT Keluhan Utama Sistol Diastol Tipe Derajat Hipertensi

1 L 59 normal sakit kepala 140 80 hipertensi derajat 1

2 P 60 overweight sakit kepala 170 100 hipertensi derajat 2

3 L 60 normal tegang leher 160 90 hipertensi derajat 2

4 P 76 normal sakit kepala 140 70 hipertensi derajat 1

5 L 70 overweight nyeri dada 180 70 hipertensi derajat 2

6 L 63 normal tegang leher 150 70 hipertensi derajat 1

7 L 58 overweight nyeri dada 180 100 hipertensi derajat 2

8 L 52 normal tegang leher 170 90 hipertensi derajat 2

9 P 59 normal tegang leher 180 90 hipertensi derajat 2

10 L 58 kurus sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1

11 P 70 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1

12 L 60 normal batuk 140 90 hipertensi derajat 1

13 L 79 overweight tegang leher 180 90 hipertensi derajat 2

14 P 50 kurus sakit kepala 150 100 hipertensi derajat 2

15 L 77 normal sakit kepala 140 80 hipertensi derajat 1

16 P 58 normal batuk 140 100 hipertensi derajat 2

17 P 70 obesitas jantung berdebar 230 100 hipertensi derajat 2

18 P 62 normal sakit kepala 150 90 hipertensi derajat 1

19 L 63 overweight tegang leher 160 90 hipertensi derajat 2

20 L 40 obesitas jantung berdebar 170 100 hipertensi derajat 2

21 P 47 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1

22 L 73 obesitas tegang leher 180 90 hipertensi derajat 2

23 L 72 normal sakit kepala 150 80 hipertensi derajat 1

24 P 69 overweight tegang leher 170 90 hipertensi derajat 2

Page 79: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

25 L 53 obesitas jantung berdebar 220 110 hipertensi derajat 2

26 L 62 normal sakit kepala 160 90 hipertensi derajat 2

27 L 40 obesitas nyeri dada 200 80 hipertensi derajat 2

28 P 60 overweight tegang leher 160 80 hipertensi derajat 2

29 P 61 normal sakit kepala 160 80 hipertensi derajat 2

30 P 47 normal jantung berdebar 160 100 hipertensi derajat 2

31 L 56 overweight tegang leher 170 100 hipertensi derajat 2

32 L 61 obesitas jantung berdebar 180 100 hipertensi derajat 2

33 P 41 overweight tegang leher 175 90 hipertensi derajat 2

34 P 64 normal sakit kepala 150 80 hipertensi derajat 1

35 L 42 overweight jantung berdebar 170 100 hipertensi derajat 2

36 L 55 normal sakit kepala 150 110 hipertensi derajat 2

37 L 61 normal sakit kepala 150 80 hipertensi derajat 1

38 P 59 normal jantung berdebar 180 100 hipertensi derajat 2

39 L 50 overweight sakit kepala 200 90 hipertensi derajat 2

40 L 56 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2

41 P 71 overweight jantung berdebar 180 100 hipertensi derajat 2

42 L 57 normal sakit kepala 170 100 hipertensi derajat 2

43 L 66 normal sakit kepala 170 100 hipertensi derajat 2

44 P 63 overweight sakit kepala 170 100 hipertensi derajat 2

45 L 70 overweight jantung berdebar 200 100 hipertensi derajat 2

46 L 83 normal sakit kepala 160 90 hipertensi derajat 2

47 L 52 normal sakit kepala 140 60 hipertensi derajat 1

48 L 66 normal jantung berdebar 160 100 hipertensi derajat 2

49 P 67 overweight tegang leher 150 90 hipertensi derajat 1

50 P 53 normal sakit kepala 150 80 hipertensi derajat 1

Page 80: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

51 L 51 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2

52 P 70 obesitas jantung berdebar 190 100 hipertensi derajat 2

53 P 67 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2

54 L 67 normal sakit kepala 150 80 hipertensi derajat 1

55 P 66 normal tegang leher 160 90 hipertensi derajat 2

56 L 75 obesitas jantung berdebar 230 110 hipertensi derajat 2

57 L 70 overweight jantung berdebar 180 80 hipertensi derajat 2

58 P 44 normal sakit kepala 150 90 hipertensi derajat 1

59 P 55 overweight tegang leher 160 80 hipertensi derajat 2

60 L 62 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1

61 L 68 overweight batuk 190 80 hipertensi derajat 2

62 P 52 normal sakit kepala 150 100 hipertensi derajat 2

63 P 57 overweight tegang leher 170 100 hipertensi derajat 2

64 P 48 normal sakit kepala 150 100 hipertensi derajat 2

65 P 65 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1

66 P 68 overweight tegang leher 160 90 hipertensi derajat 2

67 L 63 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1

68 P 57 overweight jantung berdebar 150 80 hipertensi derajat 1

69 L 46 normal jantung berdebar 150 90 hipertensi derajat 1

70 L 50 obesitas jantung berdebar 240 150 hipertensi derajat 2

71 P 48 overweight jantung berdebar 160 90 hipertensi derajat 2

72 L 63 normal sakit kepala 160 110 hipertensi derajat 2

73 L 77 overweight nyeri dada 180 100 hipertensi derajat 2

74 L 54 overweight sakit kepala 170 75 hipertensi derajat 2

75 L 50 normal sakit kepala 145 90 hipertensi derajat 1

76 P 56 normal tegang leher 160 80 hipertensi derajat 2

Page 81: xA4Z4F---meylisa-23905-1-15-meyli-)

77 P 65 normal sakit kepala 140 80 hipertensi derajat 1

78 L 64 normal sakit kepala 140 90 hipertensi derajat 1

79 L 76 normal jantung berdebar 140 60 hipertensi derajat 1

80 P 55 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2

81 L 59 overweight jantung berdebar 190 100 hipertensi derajat 2

82 L 47 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2

83 L 68 normal sakit kepala 150 70 hipertensi derajat 1

84 L 66 normal sakit kepala 160 90 hipertensi derajat 2

85 P 60 normal sakit kepala 140 80 hipertensi derajat 1

86 L 45 normal tegang leher 160 90 hipertensi derajat 2

87 L 55 normal sakit kepala 150 90 hipertensi derajat 1

88 L 55 overweight batuk 170 70 hipertensi derajat 2

89 L 78 overweight sakit kepala 160 100 hipertensi derajat 2

90 P 40 kurus sakit kepala 140 100 hipertensi derajat 2

91 P 57 normal tegang leher 150 90 hipertensi derajat 1

92 L 66 overweight jantung berdebar 180 100 hipertensi derajat 2

93 P 48 normal tegang leher 170 80 hipertensi derajat 2

94 L 45 overweight jantung berdebar 170 100 hipertensi derajat 2

95 P 57 overweight sakit kepala 170 120 hipertensi derajat 2

96 L 60 normal sakit kepala 160 90 hipertensi derajat 2

97 P 56 overweight sakit kepala 170 100 hipertensi derajat 2