Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Akibat adanya cairan yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah. Penatalaksanaan hal tersebut dapat dilakukan dengan tindakan invasive untuk mengeluarkan udara atau cairan yaitu dengan menggunakan Water Sealed drainage (WSD). Water sealed drainage (WSD) adalah sistem drainase yang kedap air (water sealed) untuk mengalirkan udara dan/atau cairan dari rongga pleura. Tujuan pemasangan WSD adalah untuk membuat tekanan intra pleura yang positif menjadi negatif kembali. WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. WSD
28

Wsd Efusi Dr Suhardi

Feb 16, 2016

Download

Documents

IntanNirmala

wsd system
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Wsd Efusi Dr Suhardi

1

BAB I

PENDAHULUAN

Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat

transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan

merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.

Akibat adanya cairan yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka

kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan

organ-organ mediastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi

pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi

darah.

Penatalaksanaan hal tersebut dapat dilakukan dengan tindakan invasive untuk

mengeluarkan udara atau cairan yaitu dengan menggunakan Water Sealed drainage

(WSD).

Water sealed drainage (WSD) adalah sistem drainase yang kedap air (water

sealed) untuk mengalirkan udara dan/atau cairan dari rongga pleura. Tujuan

pemasangan WSD adalah untuk membuat tekanan intra pleura yang positif menjadi

negatif kembali.

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan

udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura dengan menggunakan pipa

penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. WSD

bertujuan untuk mengalirkan/drainase udara atau cairan dari rongga pleura,dan

mengembangkan kembali paru yang kolaps.2

Penggunaan WSD pertama kali diperkenalkan pada tahun 1875, dan

penggunaan masal pertama pada tahun 1917 ketika terjadi endemik influenza. WSD

dalam bentuk modern telah digunakan sejak tahun 1916 ketika Kenyon

menggambarkan sebuah “siphon” metode untuk terapi hemotoraks akibat trauma.3

Page 2: Wsd Efusi Dr Suhardi

2

BAB IIISI

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Sebelum memahami lebih jauh mengenai kelainan atau penyakit di dinding toraks

dan pleura, ada baiknya memahami anatomi dan fisiologi dari dinding toraks serta pleura.

Semua organ tubuh yang terletak atau melalui rongga toraks harus dianggap sebagai organ

vital, karena cedera toraks berbeda dengan cedera ekstremitas. Ancaman kematian pada

cedera toraks sangat tinggi. Secara objektif harus dikenali anatomi serta fisiologi mengenai

toraks dan pleura. Seperti diketahui, dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernapasan

dapat berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Dinding dada sendiri tersusun dari

tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah 10 pasang tulang

iga yang berakhir dianterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang, 12

columna vertebralis torakalis, sternum, tulang klavikula dan skapula. Jaringan lunak yang

membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah

interkostalis dan torakalis interna. Muskulus pectoralis mayor dan minor merupakan

muskulus utama dinding anterior toraks. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus

dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior dinding toraks.

Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior. Inspirasi

terjadi karena kontraksi otot pernapasan, yaitu m.interkostalis dan diafragma, yang

menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap masuk melalui trakea

dan bronkus.2

Jaringan paru sendiri terdiri dari jutaan alveolus yang dapat mengembang dan

mengempis. Tergantung mengembang atau mengecilnya rongga dada. Dinding dada yang

mengembang akan menyebabkan paru-paru mengembang sehingga udara terhisap ke

alveolus. Sebaliknya bila m.interkostalis melemas, dinding dada akan mengecil kembali dan

udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra abdomen, diafragma akan naik

ketika tidak berkontrasi. Ketiga faktor ini, yaitu lenturnya dinding toraks, kekenyalan

jaringan paru, dan tekanan intra abdomen menyebabkan ekspirasi jika otot interkostal dan

diafragma kendur dan tidak mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi

merupakan kegiatan yang pasif.2,3

Page 3: Wsd Efusi Dr Suhardi

3

Gambar 1. Anatomi Rongga Toraks dan Fisiologi Pernapasan

Jika pernapasan gagal karena otot pernapasan tidak bekerja, ventilasi paru dapat

dibuat dengan meniup cukup kuat agar paru mengembang didalam toraks bersamaan

dengan mengembangnya toraks. Kekuatan tiupan harus melebihi kelenturan dinding dada,

kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen. Hal ini dilakukan pada ventilasi

dengan respirator atau pada resusitasi dengan napas buatan mulut ke mulut.1,2

Sementara rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh

pleura viseralis dan parietalis. Pleura viseralis melekat langsung pada paru-paru. Sedangkan

pleura paritealis merupakan selaput paru yang melekat langsung pada dinding dada. Pleura

visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu membentuk kantong tertutup yang

disebut rongga pleura (cavum pleura). Di dalam kantong terisi sedikit cairan pleura yang

Page 4: Wsd Efusi Dr Suhardi

4

diproduksi oleh selaput tersebut. Adanya lubang di dinding dada atau di pleura viseralis

akan menyebabkan udara masuk ke rongga pleura, sehingga pleura viseralis terlepas dari

pleura parietalis dan paru tidak lagi ikut dengan gerak napas dinding toraks dan diafragma.

Hal ini terjadi pada pneumotoraks yang akan dibahas lebih lanjut setelah ini.1,2

Gambar 2. Anatomi Pleura

2.2. Efusi Pleura

2.2.1. Definisi

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi

atau eksudasi yang berlebihan yang berlebihan dari permukaan pleura. Rongga pleura

adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada,

diantara permukaan viseral dan parietal. Dalam keadaan normal, rongga pleura hanya

mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura

parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan

kedua pleura pada waktu pernafasan. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis

Page 5: Wsd Efusi Dr Suhardi

5

karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid, dan daya tarik elastis. Sehingga cairan

ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%)

mengalir ke pembuluh limf sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya. 1,2

Efusi pleura terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorpsi terganggu,

misalnya pada hiperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik (hipoalbuminemia),

peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya, efusi pleura dibedakan

atas transudat dan eksudat. Transudat (filtrasi plasma yang mengalir menembus dinding

kapiler yang utuh). Misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai

peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis karena tekanan osmotik koloid yang menurun.

Eksudat (ekstravasasi cairan kedalam jaringan atau kavitas) dapat disebabkan antara lain

oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein

dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya

transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.1,2

Bagan 1. Efusi Pleura

Transudat (protein < 30 gram/L;BJ < 1015)

Gagal jantung Peninggian tekanan hidrostatik

Sirosis hepatis Tekanan osmotik koloid rendah

Eksudat (protein > 30 gram/L; BJ >1015)

Keganasan Obstruksi limf dan vena

Infeksi Permeabilitas kapiler meningkat

Penyakit Kolagen Reaksi inflamasi

Infark Paru Kerusakan kapiler

2.2.2. Etiologi

Efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi, tetapi biasanya

merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Menurut Brunner & Suddart,

terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2 faktor, yaitu :1,2

1. Infeksi

Page 6: Wsd Efusi Dr Suhardi

6

Infeksi tuberkulosis pleura biasanya disebabkan oleh afek primer sehingga

berkembang pleuritis eksudativa tuberkulosa. Penyakit ini kebanyakan terjadi

sebagai komplikasi tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau

melalui aliran getah bening. Pergeseran antara kedua pleura yang meradang

menyebabkan nyeri. Suhu badan mungkin hanya subfebril, kadang ada demam.

Diagnosis pleuritis tuberkulosa ditegakkan dengan pungsi untuk pemeriksaan kuman

basil tahan asam dan, jika perlu, dengan torakoskopi untuk biopsi pleura. Pada

penanganannya selain diperlukan tuberkulostatik, diperlukan juga istirahat dan kalau

perlu pemberian analgesik. Pungsi dilakukan bila cairan demikian banyak dan

menimbulkan sesak napas dan pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat.

Penanganan yang baik memberikan prognosis yang baik, pada fungsi paru-paru

maupun penyakitnya.

Radang parenkim paru yang disebut pneumonitis, dapat menimbulkan reaksi

radang di pleura, maka cairan peluranya dapat pula terinfeksi. Abses paru akan

menimbulkan efusi pleura jika sebagian pleura terangsang.

Perforasi esofagus langsung ke rongga pleura akan menyebabkan pleuritis,

sedangkan perforasi ke mediastinum akan menyebabkan infeksi mediastinum

(mediastinitis). Tetapi akibat reaksi jaringan sekitarnya, timbul cairan di rongga

pleura. Cairan ini dapat terinfeksi. Abses subfrenik atau infeksi subfrenik sering

disebabkan oleh E.coli yang menjalar dan menembus diafragma dan menyebar ke

rongga pleura sehingga mungkin menimbulkan efusi sebagai reaksi inflamasi atau

infeksi.

2. Non Infeksi

Tumor pleura jarang disertai efusi pleura. Karsinoma paru dapat mengakibatkan

cairan dirongga jika tumor menembus atau mendekati pleura kanan dapat

menimbulkan bendungan aliran vena atau limf. Tumor sekunder sering ditemukan di

permukaan pleura viseral maupun parietalis, sering dalam bentuk taburan metastase

yang banyak diseluruh permukaan, sehingga dinamai karsinosis pleura atau, dengan

nama yang kurang tepat, pleuritis karsinomatosa. Cairan yang biasanya cukup

banyak, sering kelihatan sedikit merah karena tercampur darah (serosanguinus),

tetapi kadang efusi ganas ini merupakan cairan jernih kekuningan. Sering metastasis

Page 7: Wsd Efusi Dr Suhardi

7

berasal dari kanker paru, payudara, limfoma maligna, tetapi juga kanker lain tidak

jarang merupakan keganasan pleura.

Gagal jantung kongestif akan menyebabkan bendungan vena sehingga cairan

keluar dari kapiler vena dan timbul efusi pleura. Demikian juga pada perikarditis

konstriktiva yang akan berakibat bendungan vena sistemik karena yang tertekan

adalah v.kava superior dan v.kava inferior.

Keganasan suprarenal, karsinoma gaster, dan karsinoma hati juga dapat

menimbulkan bendungan vena dan limf, atau karena infeksi ke pleura menyebabkan

karsinosis pleura. Ini menunjukkan bahwa penyakit sudah lanjut.

Hipertensi portal atau hipoalbuminemia pada sirosis hati, sindroma nefrosis

karena gagal ginjal, dan miksudema pada hipotiroidisme juga biasanya disertai efusi

pleura. Patogenenesis efusi pleura pada meigs sindrom tidak diketahui pasti.

Mungkin terjadi bendungan aliran limf atau bendungan aliran cairan melalui lobang

diafragma. Pada infark paru biasanya terjadi radang sebagai reaksi terhadap jaringan

nekrosis, tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya infeksi sekunder.

2.2.3. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakan dengan anamnesa yang baik, permeriksaan fisik,

pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan laboratorium atas cairan torakosentesis. Cairan di

rongga pleura dapat menyebabkan sesak napas dan kemampuan fisik yang menurun

tergantung dari jumlah cairan serta kecepatan timbulnya cairan. Makin banyak cairan makin

jelas sesaknya, makin cepat terbentuknya cairan makin cepat dan jelas pula timbulnya

keluhan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal menurun, atau

menghilang, dan bising napas juga akan menurun atau menghilang. Pemeriksaan fisik ini

sangat terbantu oleh pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan jelas sinus frenikostalis

yang hilang dan gambaran cairan yang melengkung. Bila pada penderita yang diperiksa

dalam sikap tegak ditemukan cairan atau pada gambaran radiologi lengkung diafragma

hilang. Biasanya cairan berjumlah sekurang-kurangnya 300 ml.2,6

Cairan pleura dapat diperiksa untuk menentukan berat jenis, kadar protein, kadar

glukosa, dan gambaran sitologinya. Pada infeksi biakan cairan pleura biasanya positif dan

umumnya menentukan diagnosa. Demikian juga pemeriksaan sitologi biasanya positif pada

Page 8: Wsd Efusi Dr Suhardi

8

kanker primer atau sekunder. Cairan kilotoraks dapat dikenal dari tampilannya. Walaupun

kadang ada nanah empiema yang mirip kilus.2,8

Gambar 15. Efusi Pleura

2.2.4. Pengobatan

Pengobatan efusi ditujukan kepada penyebabnya. Aspirasi sedapat mungkin

dihindari karena tidak akan berhasil jika penyebabnya tidak ditiadakan. Tambahan lagi,

bahwa aspirasi eksudat menyebabkan tubuh kehilangan banyak protein. Walaupun

demikian, aspirasi diperlukan untuk menegakan diagnosis, demikian juga jika penderita

terlalu terganggu oleh efusi yang banyak. Pada efusi akibat keganasan tentu harus dipikirkan

pengobatannya. Kadang juga perlu dipertimbangkan melakukan pleurodesis, yang antara

lain dengan pemberian talkum, tetrasiklin, bleomisin, atau sediaan sklerotik lain.2

2.3 Water Seal Drainage (WSD)

2.3.1 Definisi

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan

udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura dengan menggunakan pipa

penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam

keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit

cairan pleura / lubrikan.2

Tabel.1 Perubahan Tekanan Rongga Pleura4

Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi

Atmosfir 760 760 760

Intrapulmoner 760 757 763

Intrapleural 756 750 756

Page 9: Wsd Efusi Dr Suhardi

9

2.3.2 Tujuan2,5

1 Diagnostik :

Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat

ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderitanya jatuh dalam

syok.

2 Terapi :

Mengeluarkan darah atau udara yang berkumpul di rongga pleura.

Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga “mechanic of breathing” dapat

kembali seperti yang seharusnya.

3 Preventif :

Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanic

of breathing” tetap baik.

2.3.3 Indikasi Pemasangan WSD2,3,5

1. Pneumotoraks

o Spontan > 20% oleh karena rupture bleb

o Luka tusuk tembus

o Klem dada yang terlalu lama

o Kerusakan selang dada pada sistem drainase

2. Hemotoraks :

o Robekan pleura

o Kelebihan antikoagulan

o Pasca bedah toraks

3. Hemopneumotoraks

4. Torakotomi :

o Lobektomi

o Pneumoktomi

5. Efusi pleura

6. Empiema

7. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk

Page 10: Wsd Efusi Dr Suhardi

10

8. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

2.3.4 Kontra Indikasi Pemasangan WSD2

1. Hematotoraks masif yang belum mendapat penggantian cairan/darah

2. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

3. Perlekatan pleura yang luas.

2.3.5 Tempat Pemasangan WSD2,4

1. Bagian Apeks paru

Yaitu pada anterolateral intercosta 1-2 garis midclavicula yang berfungsi untuk

mengeluarkan udara dari rongga pleura.

2. Bagian Basal

Yaitu pada posterolateral intercosta 5-6 atau ke 8-9 garis mid-axilaris yang

berfungsi untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura.

Page 11: Wsd Efusi Dr Suhardi

11

2.3.6 Jenis-jenis WSD

Ada beberapa jenis sistem WSD : sistem gravitasi satu dan dua botol, sistem

pengisapan dua dan tiga botol, dan sistem unit disposabel.2,4

1. WSD dengan sistem satu botol

Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple

pneumotoraks. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2

lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Cairan

atau udara masuk melalui saluran pengumpul, yang berakhir di dalam air steril

(penyegel). Udara keluar dari air menuju ventilasi udara; cairan tetap di dalam

botol. Sistem satu botol bergantung pada gravitasi dan tekanan ekspirasi positif

untuk drainase.2

Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai penampung dan botol penampung. Air

steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk

mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru.2,4

Page 12: Wsd Efusi Dr Suhardi

12

2. WSD dengan sistem 2 botol

Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol

ke-2 botol water seal. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang

awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan

dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat dihubungkan dengan

suction control. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara

dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2.2,4

Prinsip kerja sama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan

mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar

melalui selang masuk ke WSD. Biasanya digunakan untuk mengatasi

hemotoraks, hemopneumotoraks, efusi pleura. Keuntungannya adalah water

seal tetap pada satu level. Sistem ini menggunakan gravitasi dan tekanan

ekspirasi positif untuk drainase.2,4

3. WSD dengan sistem 3 botol

Pada WSD 3 botol terdapat sebuah botol pengumpul (1), sebuah botol

water seal (2), dan sebuah botol kontrol pengisapan (3). Fungsi botol 1 dan 2

Page 13: Wsd Efusi Dr Suhardi

13

sama dengan sistem dua botol kecuali bahwa botol 2 disambungkan ke botol 3.

Botol 3 mempunyai sebuah selang kontrol manometer dibawah permukaan air

steril. Kedalaman selang dibawah permukaan air ini menentukan besarnya

pengisapan pada rongga pleura. Botol kontrol pengisapan mempunyai saluan

lain yang digunakan untuk pengisapan. Sistem ini menggunakan tekanan

ekspirasi positif, gravitas, dan pengisapan untuk drainase. Botol ke-3

mempunyai 3 selang : Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube

pada botol ke dua; Tube pendek lain dihubungkan dengan suction; Tube di

tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer.4

4. Sistem Unit Disposable2

Sistem unti disposable terdiri atas tiga ruangan : ruang pengumpul

dengan sub ruangan; ruang water seal; dan ruang pengisapan. Ketinggian

cairan diruang pengisapan menentukan besarnya tekanan pengisapan yang

diberikan kepada klien. Konfigurasi yang tepat dari ruangan ini berbeda-beda

sesuai pabriknya. Pada beberapa alat, bila ruang pengumpul terisi oleh

Page 14: Wsd Efusi Dr Suhardi

14

drainase, ruang ini dapat diganti atau dipasang kembali tanpa mengganggu

keseluruhan sistem.

2.3.7 Komplikasi Pemasangan WSD3,4,5

1. Laserasi, mencederai organ (hepar, lien, diafragma)

2. Perdarahan

3. Empisema Subkutis

4. Tube terlepas

5. Infeksi

6. Tube tersumbat

2.3.8 Persiapan Pemasangan WSD2,4

Persiapan alat dan bahan meliputi :

1) Trokar atau kateter toraks dengan nomor yang disesuaikan dengan bahan yang

akan dialirkan, untuk udara nomor 18-20 dan untuk pus nomor 22-24.

2) Kasa steril

3) Plester

4) Alkohol 70% dan bethadin 10%

5) Spuit 5 cc sebanyak 2 buah

6) Lidocain solusio injeksi untuk anestesi local sebanyak 5 ampul

7) Botol WSD

Page 15: Wsd Efusi Dr Suhardi

15

8) Satu buah meja dengan satu set bedah minor

9) Duk steril

2.3.9 Prosedur Tindakan2

1. Posisi pasien dengan sisi yang sakit menghadap ke arah dokter dengan

disandarkan pada kemiringan 30o-60o, tangan sisi paru yang sakit diangkat ke

atas kepala

2. Lakukan tindakan antiseptic menggunakan bethadin 10% dilanjutkan dengan

menggunakan alkohol 70% dengan gerakan berputar ke arah luar, pasang duk

steril dengan lubang tempat di mana akan dilakukan insersi kateter

3. Lakukan anestesi lokal lapis demi lapis dari kulit hingga pleura parietal

menggunakan lidocain solusio injeksi, jangan lupa melakukan aspirasi sebelum

mengeluarkan obat pada setiap lapisan. Anestesi dilakukan pada daerah yang

akan di pasang WSD atau pada intercostalis 4-5 anterior dari mid axillary line

4. Langsung lakukan punksi percobaan menggunakan spuit anestesi tersebut

5. Lakukan sayatan pada kulit memanjang sejajar intercostalis lebih kurang 1 cm

lalu buka secara tumpul sampai ke pleura

6. Disiapkan jahitan matras mengelilingi kateter

7. Satu tangan mendorong trokar dan tangan lainnya memfiksir trokar untuk

membatasi masuknya alat ke dalam rongga pleura. Setelah trokar masuk ke

dalam rongga pleura, stilet dicabut dan lubang trokar di tutup dengan ibu jari.

Kateter yang sudah diklem pada ujung distalnya di insersi secara cepat melalui

trokar ke dalam rongga pleura. Kateter diarahkan ke anteroapikal pada

pneumotoraks dan posterobasal pada cairan pleura/empiema. Trokar dilepas

pada dinding dada. Kateter bagian distal dilepas dan trokar dikeluarkan.

8. Setelah trokar ditarik, hubungkan kateter dengan selang dan masukkan ujung

selang ke dalam botol WSD yang telah diberi larutan bethadin yang telah

diencerkan dengan NaCl 0,9% dan pastikan ujung selang terendam sepanjang

dua cm.

9. Perhatikan adanya undulasi pada selang penghubung dan terdapat cairan,

darah dan pus yang dialirkan atau gelembung udara pada botol WSD.

Page 16: Wsd Efusi Dr Suhardi

16

10. Fiksasi kateter dengan jahitan tabbac sac, lalu tutup dengan kasa steril yang

telah di beri bethadin dan fiksasi ke dinding dada dengan plester.

2.3.10 PEDOMAN PENCABUTAN3,4,5

Kriteria pencabutan :

1) Sekret serous, tidak hemorage

2) Dewasa : jumlah kurang dari 100cc/24jam

3) Anak – anak : jumlah kurang 25-50cc/24jam

4) Paru mengembang dengan tanda :

Auskultasi suara napas vesikuler kiri dan kanan

Perkusi bunyi sonor kiri dan kanan

Fibrasi simetris kiri dan kanan

Foto toraks paru yang sakit sudah mengembang

Kondisi :

1. Pada trauma

Hemato/pneumothoraks yang sudah memenuhi kedua kriteria, langsung dicabut

dengan cara air-tight (kedap udara).

2. Pada thorakotomi

Infeksi : klem dahulu 24 jam untuk mencegah resufflasi, bila baik cabut

3. Post operatif : bila memenuhi kedua kriteria, langsung di cabut (air-tight)

4. Post pneumonektomi : hari ketiga bila mediastinum stabil (tak perlu air-tight).

Alternatif :

1. Paru tetap kolaps, hisap sampai 25 cmH20

2. Bila kedua krieria dipenuhi, klem dahulu 24 jam, tetap baik lakukan pencabutan.

3. Bila tidak berhasil, tunggu sampai dua minggu, lakukan dekortikasi

4. Sekret lebih dari 200cc/24jam : curiga Chylo thorax (pastikan dengan pemeriksaan

laboratorium), pertahankan sampai dengan empat minggu, bila tidak berhasil

dilakukan torakotomi

5. Bila sekret kurang dari 100cc/24jam, klem, kemudian dicabut.

Page 17: Wsd Efusi Dr Suhardi

17

2.3.11 Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage. 2,3,4

1. Penetapan slang.

Selang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak

terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya

slang dapat dikurangi.

2. Pergantian posisi badan.

Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil

dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut,

merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah

lengan atas yang cedera.

3. Mendorong berkembangnya paru.

Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.

4. Latihan napas dalam.

Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu

slang diklem.

5. Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

6. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

7. Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika

perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika

banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan

keadaan pernapasan.

8. Observasi setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2

jam selama 24 jam setelah operasi.

9. Observasi banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka,

keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.

10. Perlu sering dicek, apakah tekanan negativ tetap sesuai petunjuk jika suction

kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau

1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyebabnya

misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau

lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru.

11. Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.

Page 18: Wsd Efusi Dr Suhardi

18

12. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar

kalau ada dicatat.

13. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya

gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.

14. Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu

meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.

15. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang

harus tetap steril.

16. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan

memakai sarung tangan.

17. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatif dalam rongga dada, misal : slang

terlepas, botol terjatuh karena kesalahan.

Page 19: Wsd Efusi Dr Suhardi

19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi

atau eksudasi yang berlebihan yang berlebihan dari permukaan pleura. Pada kasus efusi

pleura dapat dilakukan tindakan sederhana seperti pemasangan WSD. Dengan ketepatan

dan kecepatan tindakan, secara tidak langsung akan menurunkan angka mortalitas akibat

kelainan ini.

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan

(darah, pus) dari rongga pleura dengan menggunakan pipa penghubung untuk

mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura

memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrikan.2

WSD bertujuan untuk mengalirkan/drainage udara atau cairan dari rongga pleura

untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut, mengembangkan kembali paru

yang kolaps, memasukkan obat ke dalam rongga pleura, untuk mencegah reflux drainase

kembali ke dalam rongga dada.2,5

Indikasi Pemasangan WSD adalah pada kasus pneumotoraks, hemotoraks,

hemopneumothorak, torakotomi, efusi pleura, empiema, profilaksis pada pasien trauma

dada yang akan dirujuk, flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator. 2,3

Page 20: Wsd Efusi Dr Suhardi

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Rachmad KB. Toraks. Dalam : Kumpulan Ilmu Bedah. Jakarta : FKUI; 2006. Hlm 199-

222.

2. Karnadihardja W. Dinding Toraks dan Pleura. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD.

Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua. Jakarta : EGC; 2004. Hlm 403-9.

3. Grace PA, Borley N. Trauma Mayor. Dalam : At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.

Jakarta : Erlangga Medical Series; 2007. Hlm 88-90.

4. IKABI. Trauma Toraks. Dalam : Advanced Trauma Life Support for Doctors. USA :

American College of Surgeon; 1997. Hlm 133-6.

5. Mancini MC, dkk. Blunt Chest Trauma. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/

article/428723-overview. Pada tanggal 27 Oktober 2014.