BLOK MPTWRAP UP SKENARIO IIIRONA MERAH DI PIPI
Kelompok: A 11Ketua: Cindy Julia Amanda (NPM:
1102013063)Sekertaris: Cintya Ristimawarni (NPM:
1102013064)Anggota: Betari Texania Harsa (NPM: 1102013058)Bilgis
Biladi (NPM: 1102013059)Camelia F musaad (NPM: 1102013061)Chyntia
Monica (NPM: 1102013062)Inna Nurrohmatul Karima
(NPM:1102013135)Intan Purnama Sari (NPM: 1102013138)Indrayanti
(NPM: 1102012126)
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS YARSIJL. LETJEND SUPRAPTO,
CEMPAKA PUTIHJAKARTA 10510TELP. 62.21.4244574 FAX.
62.21.4244574
LANGKAH 1
1) Skenario
RONA MERAH DI PIPISeorang perempuan berusia 30 tahun, datang ke
dokter dengan keluhan demam yang hilang tmbul sejak 6 bulan yang
lalu. Keluhan lainnya mual, tidak nafsu makan, mulut sariawan,
nyeri pada persendian, rambut rontok dan pipi bewarna merah bila
terkena sinar matahari.Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu
subfebris, konjungtiva pucat, terdapat sariawan di mulut. Pada
wajah terlihat malarash. Pemeriksaan fisik lain tidak didapatkan
kelainan. Dokter menduga pasien menderita Sistemic Lupus
Eritematosus.Kemudian dokter menyarankan pemeriksaan laboratorium
hematologi, urin dan marker autoimun (autoantibodimisalnya anti
ds-DNA). Dokter menyarankan untuk dirawat dan dilakukan follow up
pada pasien ini. Dokter menyarankan agar pasien bersabar dalam
menghadapi penyakit karena membutuhkan penanganan seumur hidup.
Cat: ds-DNA =doubel- stranded DNA
2) Kata Sulit
Subfebris: demam ringan dengan suhu 37,5-38,5 Malarash: bintik
merah atau ruam merah Sistemic Lupus Eritomatosus: Penyakit
autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel tubuh sendiri
mengakibatkan peradangan dan kerusakan jaringan. Bagian tubuh yang
biasa terserang adalah kulit, sendi, ginjal, jantung & pembuluh
darah.
3) Pertanyaan sementara
1. Apa penyebab penyakit SLE?2. Bagaimana gejala penyakit SLE?3.
Bagaimana patogenesis penyakit SLE?4. Apa saja faktor yang
mempengaruhi SLE?5. Mengapa SLE membutuhkan penanganan seumur
hidup?6. Apa saja pemeriksaan penunjang SLE?7. Apa diagnosis dari
SLE?8. Apa saja klasifikasi SLE?9. Apa itu autoimun?10. Apa saja
klasifikasi autoimun?11. Apa yang menyebabkan penyakit autoimun12.
Bagaimana mekanisme penyakit autoimun?13. Apa saja penyakit
autoimun?14. Mengapa penyakit SLE tidak boleh terpapar sinar
matahari?
4) Jawaban Sementara
1. Adanya sistem imun yang menyerang sel sehat jaringan dan
organ di tubuh.2. Mual, sariawan, demam, tidak nafsu makan, rambut
rontok, pipi merah jika terkena matahari, nyeri sendi.3. Antigen
terlalu banyak deposit terbentuk kompleks ag-ab fagosit fungsiya
menurun angry cell4. Faktor: Genetik: Pada perempuan (1-50 tahun)
Lingkungan: Bakteri, Virus Hormon Defisiensi komplemen Auto AB5.
Karena fungsi fagosit menurun dan adanya faktor tertentu6.
Hematologi, urin, dan marker autoimun7. Ditemukan antibodi anti
ds-DNA, dll8. Lupus: SLE DLE DIL9. Autoimun: Respon imun terhadap
Antigen jaringan sendiri disebabkan oleh mekanisme normal yang
gagal mempertahankan sel toleran, sel B, sel T atau keduanya.10.
Lokal dan sistemik11. Kegagalan toleransi, Genetik, dll12. Antigen
yang terlalu banyak menumpuk membuat makrofag berubah menjadi angry
cell13. Lupus, R.A., Diabetes Melitus tipe 1, sklerosis edema,
dll14. Karena yang diserang kulit dan kulit akan sangat mudah
terpapar sinar matahari.
5) Hipotesa
Autoimun adalah respon imun terhadap Antigen jaringan sendiri
disebabkan oleh mekanisme normal yang gagal mempertahankan sel
toleran, sel B, sel T atau keduanya. Disebabkan oleh Genetik,
Bakteri, Virus, Hormon, Defisiensi komplemen, Auto antibody.
Patogenesisnya berawal Antigen terlalu banyak deposit terbentuk
kompleks ag-ab fagosit fungsiya menurun angry cell. Penyakitnya
antara lain adalah Lupus yaitu Penyakit autoimun dimana sistem
kekebalan tubuh menyerang sel tubuh sendiri mengakibatkan
peradangan dan kerusakan jaringan. Bagian tubuh yang biasa
terserang adalah kulit, sendi, ginjal, jantung & pembuluh darah
dengan penyebab yang sama seperti autoimun. Manifestasi klinisnya
antara lain Mual, sariawan, demam, tidak nafsu makan, rambut
rontok, pipi merah jika terkena matahari, nyeri sendi dan
patogenesis yang sama dengan autoimun. Pemeriksaannya adalah
Hematologi, urin, dan marker autoimun. Klasifikasinya SLE, DLE, dan
DIL.
6) Sasaran Belajar
I. Memahami dan menjelaskan Autoimuna. Definisib. Etiologic.
Mekanismed. Jenis penyakite. Klasifikasif. Pemeriksaan Autoimun
II. Memahami dan menjelaskan lupusa. Definisib. Etiologic.
Patogenesisd. Manifestasi klinise. Faktor penyebabf. Klasifikasig.
Pemeriksaanh. Diagnosis dan Diagnosis bandingi. Penanganan
III. Memahami dan menjelaskan sabar dalam menghadapi cobaana.
Dalil
LANGKAH II
Belajar Mandiri
LANGKAH III
I. Memahami dan menjelaskan Autoimuna. DefinisiPenyakit
autoimun: Sebuah penyakit yang terjadi saat jaringan tubuh diserang
oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri. Sistem kekebalan tubuh
adalah organisasi yang kompleks di dalam tubuh yang dirancang
biasanya untuk "mencari dan menghancurkan" penyerang dari tubuh,
termasuk agen infeksi. Pasien dengan penyakit autoimun sering
memiliki antibodi asing yang beredar di dalam darah mereka yang
menyerang jaringan tubuh mereka sendiri.
Contoh penyakit-penyakit autoimun termasuk lupus eritematosus
sistemik, Sjogren syndrome, Hashimoto thyroiditis, rematoid
artritis, Diabetes juvenile (tipe 1), polymyositis, dan
skleroderma, Addison disease, vitiligo, pernicious anemia,
glomerulonefritis, fibrosis paru.
Penyakit autoimun yang lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan pria. Ini terjadi karena estrogen perempuan dapat
mempengaruhi sistem kekebalan menjadi beberapa penyakit autoimun.
Selanjutnya, kehadiran dari salah satu penyakit autoimun
meningkatkan kesempatan untuk mengembangkan penyakit autoimun lain
secara simultan.
b. EtiologiPada pasien dengan gangguan autoimun, sistem
kekebalan tubuh tidak bisa membedakan antara jaringan tubuh yang
sehat dan antigen. Hasilnya adalah respon imun merusak jaringan
tubuh normal. Tanggapan ini adalah reaksi hipersensitivitas yang
mirip dengan respon saat kondisi alergi.
Apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk tidak lagi
membedakan antara jaringan tubuh yang sehat dan antigen tidak
diketahui. Terdapat satu teori bahwa beberapa mikroorganisme (
seperti bakteri atau virus ) atau obat-obatan dapat memicu
perubahan-perubahan ini, terutama pada orang yang memiliki gen yang
membuat mereka lebih mungkin untuk mendapatkan gangguan autoimun
.
Penyebab pasti dari gangguan autoimun tidak diketahui. Faktor
risiko tampaknya meliputi: Genetika - kecenderungan untuk gangguan
autoimun tampaknya berjalan dalam keluarga. Namun, anggota keluarga
dapat dipengaruhi oleh gangguan yang berbeda; misalnya, satu orang
mungkin memiliki diabetes, sementara yang lain memiliki rheumatoid
arthritis. Tampaknya kerentanan genetik saja tidak cukup untuk
memicu reaksi autoimun, dan faktor lainnya harus berkontribusi.
Faktor lingkungan - kerentanan keluarga untuk gangguan autoimun
mungkin berhubungan dengan faktor lingkungan yang umum, mungkin
bekerja sama dengan faktor genetik. Jenis Kelamin - sekitar tiga
perempat dari orang dengan gangguan autoimun adalah perempuan.
Hormon seks - gangguan autoimun cenderung menyerang selama
tahun-tahun subur. Beberapa gangguan tampaknya akan terpengaruh,
untuk lebih baik atau lebih buruk, oleh perubahan hormon utama
seperti kehamilan, melahirkan dan menopause. Infeksi - beberapa
gangguan tampaknya dipicu atau diperburuk oleh infeksi
tertentu.
c. Mekanisme
Gambar 1. Gambaran utama mekanisme autoimunitas (Kindt, et. al.,
2007)
Pelepasan Antigen Terasingkan (Sequestered Antigen)Sebetulnya
sel T mampu untuk mengenali antigen self, karena pada masa
pematangannya, sel T yang belum matang telah terpajan kepada banyak
antigen self. Sel T yang tidak bisa mengenali self (T-cell
self-reactive) akan dibuang, yaitu pada proses clonal deletion.
Antigen dari jaringan yang berada diluar dari sirkulasi darah dan
tidak diperkenalkan kepada sel T, tidak dapat menimbulkan
self-tolerance. Pajanan antigen tersebut kepada sel T yang sudah
matang, nantinya, dapat mengaktivasi respon imun.
Salah satu contohnya adalah pada Myelin Basic Protein (MBP),
yaitu antigen yang terletak di luar sistem imun; MBP tidak
terjangkau oleh sistem imun karena dihalang oleh blood-brain
barrier. Pada percobaan, seekor hewan diinjeksi dengan MBP +
adjuvant, yaitu untuk memaksimalisasi respon imun. Pada kasus
tersebut, sistem imun hewan percobaan terpajan oleh antigen self
yang asing, namun dalam keadaan nonfisiologis (dalam keadaan
percobaan). Pada eksperimen yang sama, ternyata kasus tersebut
dapat dicegah apabila MBP diinjeksi langsung ke timus, sehingga sel
T dapat terpajan oleh antigen terkait pada saat pematangannya.
(Kindt, et. al., 2007)
Mimikri MolekulerOleh karena berbagai hal, mikroba dan virus
dapat menyebabkan terjadinya autoimunitas. Perlu disadari bahwa
manusia terserang penyakit di mana penyakit tersebut endemik di
wilayah tertentu. Namun seiring dengan perkembangan zaman,
mobilitas manusia meningkat, dan menariknya, tingkat kejadian
autoimunitas juga meningkat. Hal ini diduga karena beberapa mikroba
atau virus tertentu memiliki determinan antigen yang mirip dengan
antigen sel yang dimiliki host. Hal ini dinamakan mimikri. Pada
satu studi, sebanyak 600 antibodi monoklonal yang spesifik terhadap
11 virus dites reaktivitasnya terhadap sel tubuh host. Sebanyak 3%
dari antibodi spesifik virus tersebut ternyata juga berikatan
dengan sel tubuh normal, sehingga disimpulkan bahwa mimikri
molekuler bisa menjadi fenomena yang sering terjadi. (Kindt, et.
al., 2007)
Ekspresi MHC kelas II yang Tidak SesuaiPada penderita
insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM), sel beta pankreasnya
mengekspresi molekul MHC kelas I dan II dalam kadar yang tinggi.
Sel beta yang normal seharusnya memproduksi MHC kelas I yang
rendah, dan sama sekali tidak mengekspresi MHC kelas II. Ekspresi
yang tidak tepat ini, yang seharusnya hanya diekspresi oleh Antigen
Presenting Cell (APC), menyebabkan sensitasi sel T-Helper kepada
peptida sel beta, yang kemudian dapat mengaktivasi sel B atau sel
Tc dan menyerang antigen self. (Kindt, et. al., 2007)
d. Jenis penyakit Addison disease: gangguan yang terjadi ketika
kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan cukup hormon. Celiac
disease: penyakit yang mengganggu saluran pencernaan sehingga tak
bisa menyerap nutrisi secara baik. Penderita celiac disease tak
bisa mengkonsumsi segala bentuk protein yang berasal dari gluten,
yang banyak di temukan dalam gandum, roti, dan tepung.
Dermatomyositis: suatu penyakit multisistem, yang terutama ditandai
oleh radang non-supuratif pada otot rangka. Graves disease: suatu
gangguan autoimun di mana terdapat suatu defek genatik dalam
limfosit Ts dan sel Th merangsang sel B untuk sintesis antibody
terhadap antigen tiroid. Tiroiditis Hashimoto: peradangan kelenjar
tiroid yang sering menyebabkan hipotiroidisme. Tiroiditis Hashimoto
merupakan jenis tiroiditis yang paling sering ditemukan. Paling
sering terjadi pada wanita usia lanjut dan cenderung diturunkan.
Multiple sclerosis: salah satu penyakit sistem syaraf pusat (otak
dan jaringan syaraf sum-sum tulang belakang) akibat kerusakan
myelin. Myelin adalah materi yang melindungi syaraf, berfungsi
seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan memudahkan syaraf
untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi
pengiriman impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh
yang halus, cepat,dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit
upaya. Myasthenia Gravi: penyakit autoimun kronis dari transmisi
neuromuskular yang menghasilkan kelemahan otot. IstilahMyasthenia
adalah bahasa Latin untuk kelemahan otot, dan Gravis untuk berat
atau serius. Pernicious Anemia: pengurangan sel daral merah akibat
dari gangguan penyerapan vitamin b12 pada saluran cerna. Reactive
arthritis: suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi. Sindrom Sjogren: Sindrom Sjogren adalah
penyakit autoimun yang ditandai dengan gejala mata kering, mulut
kering, dan penyakit jaringan ikat lainnya seperti rheumatoid
artritis(paling umum), lupus, skleroderma atau polimiositis.
Sistemic lupus erythematosus: penyakit otoimun kronis yang di
tandai dengan berbagai antibodi yang membentuk kompleks imun dan
menimbulkan inflamasi padaa berbagai organ. Diabetes tipe 1: yakni
diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin
oleh pankreas.
e. KlasifikasiPenyakit Autoimun Organ-SpecificPenyakit autoimun
yang melibatkan kerusakan seluler terjadi ketia sel limfosit atau
antibodi berikatan dengan antigen membran sel, sehingga menyebabkan
lisis ataupun respon inflamasi pada organ terkait. Lama kelamaan,
struktur sel yang rusak itu diganti oleh jaringan penyambung (scar
tissue), dan fungsi organ nya menurun.
Penyakit Autoimun Sistemik (non organ-specific)Pada penyakit
autoimun sistemik, respon imunnya diarahkan kepada banyak antigen
target, sehingga melibatkan banyak jaringan dan organ. Penyakit ini
disebabkan oleh kerusakan pada regulasi imun, sehingga menyebabkan
munculnya sel T dan sel B yang hiperaktif. Kerusakan jaringan
terjadi di banyak bagian tubuh. Kerusakan tersebut dapat disebabkan
oleh cell-mediated immune respone maupun direct cellular damage
(seperti yang sudah disebutkan pada penyakit autoimun
organ-specific).
Penyakit autoimun sistemik termasuk SLE , sindrom Sjgren ,
skleroderma , rheumatoid arthritis , dan dermatomiositis . Kondisi
ini cenderung berhubungan dengan autoantibodi terhadap antigen yang
tidak jaringan tertentu. Jadi meskipun polymyositis kurang lebih
jaringan tertentu dalam presentasi, mungkin termasuk dalam kelompok
ini karena autoantigens sering mana-mana t-RNA sintetase.
Sindrom Lokal yang mempengaruhi organ tertentu atau jaringan:
Endokrinologik: Diabetes mellitus tipe 1 , tiroiditis Hashimoto ,
penyakit Addison Gastrointestinal: penyakit seliaka , Penyakit
Crohn , pernicious anemia Dermatologi: Pemphigus vulgaris ,
Vitiligo Hematologi: anemia hemolitik autoimun , idiopatik purpura
thrombocytopenic
Neurologis: Miastenia gravis
f. Pemeriksaan Autoimun Antinuclear antibody test: jenis tes
autoantibody yang mencari antibodi antinuclear, yang menyerang inti
sel dalam tubuh. Autoantibody test: salah satu dari beberapa tes
yang mencari antibodi spesifik untuk jaringan tubuh. Complete blood
count (CBC)-mengukur jumlah sel darah merah dan putih dalam darah.
Ketika sistem kekebalan tubuh secara aktif melawan sesuatu,
angka-angka ini akan bervariasi dari biasanya. C-reactive protein
(CRP): tinggi CRP merupakan indikasi peradangan di seluruh tubuh .
Erythrocyte sedimentation rate (ESR): tes ini secara tidak langsung
mengukur berapa banyak peradangan dalam tubuh Anda
II. Memahami dan menjelaskan lupusa. DefinisiLupus eritematosus
sistemik (systemic lupus erythematosus) adalah penyakit autoimun di
mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel tubuh sendiri,
mengakibatkan peradangan dan kerusakan jaringan. Lupus dapat
mempengaruhi setiap bagian tubuh, tetapi paling umum mempengaruhi
kulit, sendi, ginjal, jantung dan pembuluh darah. Perjalanan
penyakit ini tidak dapat diprediksi, dengan periode suar (flare)
dan remisi. Lupus dapat terjadi pada semua usia dan lebih umum pada
perempuan. Manifestasi kulit cukup bervariasi dan dapat hadir
dengan lesi terlokalisasi, rambut rontok menyebar dan kepekaan
terhadap matahari. Nama kondisi ini berasal dari fakta bahwa ruam
fotosensitif yang terjadi pada wajah menyerupai serigala.
b. EtiologiSystemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit
autoimun di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang
jaringan sehat. Hal ini dapat mempengaruhi kulit, sendi, ginjal,
otak, dan organ lainnya.
Penyebab yang mendasari penyakit autoimun tidak sepenuhnya
diketahui.
SLE juga dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti:
Isoniazid Hydralazine Procainamide
c. PatogenesisHubungan antara lupus dan patogenesis masih
kontroversial, karena komponen komplemen dan imunoglobulin,
termasuk kompleks penghancur membran, dapat dijumpai kedua kulit
non-lesi dan lesi pada pasien lupus eritematosus sistemik.
Pada manusia normal, sistem kekebalan tubuh biasanya akan
membuat anti-bodi yang fungsinya melindungi tubuh dari berbagai
macam serangan virus, kuman, bakteri maupun benda asing lainnya
(anti-gen). Pada penyakit autoimun seperti lupus, sistem kekebalan
tubuh seperti kehilangan kemampuan melihat perbedaan antara
substansi asing dengan sel maupun jaringan tubuhnya sendiri. Pada
lupus, produksi anti-bodi yang seharusnya normal menjadi
berlebihan. Akibatnya, anti-bodi ini tidak lagi berfungsi untuk
menyerang virus, kuman atau bakteri yang ada di tubuh, tetapi
justru menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuhnya
sendiri. Anti-bodi seperti ini disebut auto anti-bodi. Ia bereaksi
dengan anti-gen membentuk immune complex/ komplek imun.
Dapat berupa gangguan klirens kompleks imun besar yang larut,
gangguan pemrosesan komplek imun dalam hati dan penurunan uptake
kompleks imun pada limpa. Gangguan-gangguan ini memungkinkan
terbentuknya deposit kompleks imun di luar sistem fagosit
mononuklear. Kompleks imun ini akan mengendap pada berbagai macam
organ dengan akibat terjadinya fiksasi komplemen pada organ
tersebut. Peristiwa ini menyebabkan aktivasi komplemen yang
menghasilkan substansi penyebab timbulnya reaksi radang. Reaksi
radang inilah yang menyebabkan timbulnya keluhan atau gejala pada
organ atau tempat yang bersangkutan seperti ginjal, sendi, pleura,
pleksus koroideus, kulit dan sebagainya.
d. Manifestasi klinis Penglihatan kabur Demam Malaise Nyeri
sendi Sendi bengkak Kehilangan nafsu makan Nyeri dada pleuritik
Ruam kulit Semakin buruk dengan sinar matahari Ruam "Kupu-kupu" di
jembatan dari hidung dan pipi Penurunan berat badan
e. Faktor penyebabBeberapa penelitian kemungkinan lupus hadir
melalui beberapa faktor diantaranya:
Faktor Lingkungan- Infeksi- Stress- Makanan- Antibiotik
(khususnya kelompok sulfa & penisilin)- Ultraviolet- Penggunaan
obat-obat tertentu.
Faktor GenetikSampai saat ini, tidak diketahui gen-gen yang
menjadi penyebabnya, lupus diturunkan angkanya relatif kecil,
kemungkinan hanya 10 %.
Faktor HormonFaktor hormonal bisa menjelaskan mengapa kaum hawa
lebih sering terkena lupus dibanding pria. Meningkatnya angka
pertumbuhan penyakit lupus sebelum periode menstruasi atau selama
masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon, khususnya
estrogen, menjadi pencetus lupus.
Faktor Sinar MatahariSinar matahari memancarkan sinar
ultraviolet yang dapat merangsang peningkatan hormon estrogen yang
cukup banyak sehingga mempermudah terjadinya reaksi autoimun.
f. KlasifikasiLupus Eritematosus Diskoid Paling sering menyerang
dan merupakan lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis
kelainan kulit. Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka
(terutama hidung, pipi), telinga atau leher. Ruam kulit berupa
makula eritem, berbatas jelas dengan sumbatan keratin pada
folikel-folikel rambut (follicular plugs). Bila ruam atau lesi di
atas hidung dan pipi berkonfluensi dapat seperti kupu-kupu
(Butterfly Erythema). Ruam biasanya tidak nyeri dan bukan penyakit
gatal, tetapi bekasnya dapat menyebabkan hilangnya rambut permanen.
5-10 % pasien dengan lupus diskoid dapat berkembang menjadi lupus
eritematosus sistemik. Ruam ini pulih dengan meninggalkan parut,
diskoid lupus tidak serius dan jarang sekali melibatkan organ-organ
lain.
Lupus Eritematosus Sistemik Kriteria A.R.A (The American
Rheumatism Association) 1982 :1. Eritema fasial (butterfly rash)2.
Lesi diskoid3. Fotosensitivitas4. Ulserasi di mulut dan
rinofaring5. Arthritis (non erosif, mengenai dua atau lebih sendi
perifer)6. Serositis (pleuritis, pericarditis)7. Kelainan ginjal
:
- Proteinuri 0,5 g/dl atau > 3+
- Cellular cast : sel darah merah, Hb, granular, tubular atau
mix
8. Kelainan neurologi : (kelelahan, psikosis)9. Kelainan darah
:- Hemolitik anemia dengan retikulosit- Leukopenia : mL-
Trombositopenia mL
10. Kelainan imunologi :- Anti- DNA- Anti-Sm- Positif semu test
serologik untuk sifilis
11. Anti-bodi antinuklear.
Gejala atau Simptom1. Sakit pada sendi (arthralgia) 95 %2. Demam
di atas 38oC 90 %3. Bengkak pada sendi (arthritis) 90 %
4. Penderita sering merasa lemah, kelelahan (fatigue)
berkepanjangan 81 %5. Ruam pada kulit 74 %6. Anemia 71 %7. Gangguan
ginjal 50 %8. Sakit di dada jika menghirup nafas dalam 45 %9. Ruam
bebentuk kupu-kupu melintang pada pipi dan hidung 42 %10. Sensitif
terhadap cahaya sinar matahari 30 %11. Rambut rontok 27 %12.
Gangguan abnormal pembekuan darah 20 %13. Jari menjadi putih/biru
saat dingin (Fenomena Raynauds) 17 %14. Stroke 15 %15. Sariawan
pada rongga mulut dan tenggorokan 12 %16. Selera makan hilang >
60 % (7)
Drug-Induced Lupus ErythematousTimbul akibat efek samping obat
akan sembuh sendiri dengan memberhentikan obat terkait, biasanya
pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procanamide (untuk
mengobati detak jantung yang tidak teratur)Hanya 4 % dari orang
yang mengkonsumsi obat-obat yang bakal membentuk anti-bodi penyebab
lupus.
g. PemeriksaanPemeriksaan fisik1. Status GeneralKondisi Umum :
kesakitanKesadaran : somnolent2. Vital SignsTekanan Darah : 100/60
mmHgNadi : 120 x/menitSuhu Axiler : 37.5oCRespirasi : 20 x/menit3.
Kepala & LeherTampak simetris, ada ruam pada wajah dan
leher.Mata : konjungtiva : Anemis (+), perdarahan(-)Sklera :
Ikterus (-)Telinga : dalam batas normalHidung : dalam batas
normalMulut : terdapat ulcus.Leher : Tidak teraba massa dan
pembesaran kelenjar4. Thorax:Inspeksi: bentuk : simetris-
pergerakan : simetris- retraksi intercosta (-)Palpasi : pergerakan
nafas normalfremitus raba normalPerkusi : suara ketuk sonorBatas
jantung kanan : para sternal lineBatas jantung kiri : axillary
anterior lineMid clavicular lineAuskultasi: Cor : S1 S2 tunggal
regular (takikardi)Pulmo : Ronchi -/-, Wheezing -/-Suara Nafas
Bronchovesikuler (+)5. Abdomen:Inspeksi : flat, turgor
menurun.Auskultasi : Bising usus normalPalpasi : defens muskular,
Nyeri tekan (-) Hepar & Lientidak teraba.Perkusi : Suara ketuk
timpani6. EkstremitasEkstemitas sup. : oedema (-/-) , akral hangat,
tampak eritrodermaEkstremitas Inf. : oedema (-/-), akral hangat,
tampak eritroderma
Pemeriksaan
PenunjangAdabeberapapemeriksaanlaboratoriumyangdapatmembantudokteruntukmembuatdiagnosa
SLE,antaralain :1.Pemeriksaananti-nuclearantibodi(ANA)Yaitu:
pemeriksaan untuk menentukan apakah autoantibodi terhadap inti sel
sering muncul di dalam darah2.PemeriksaanantidsDNA( Antidouble
stranded DNA
).yaitu:untukmenentukanapakahpasienmemilikiantiboditerhadapmaterigenetikdidalamsel.3.Pemeriksaananti-Smantibodiyaitu:untukmenentukanapakahadaantiboditerhadapSm(protein
yang ditemukan dalam sel protein
inti)4.Pemeriksaanuntukmendeteksikeberadaanimmune complexes
(kekebalan)didalam
darah5.Pemeriksaanuntukmengujitingkattotaldariserumcomplement(kelompokprotein
yangdapatterjadipadareaksikekebalan)danpemeriksaanuntukmenilaitingkatspesifikdariC3danC4
duajenisproteindarikelompokpemeriksaanini.6.PemeriksaanselLE (LE
cell prep)
yaitu:pemeriksaandarahuntukmencarikeberadaanjenisseltertentuyangdipengaruhi
membesarnyaantiboditerhadaplapisanintisellain
pemeriksaaninijarangdigunakan
jikadibandingkandenganpemeriksaanANA,karenapemeriksaanANAlebihpekauntuk
mendeteksipenyakitLupusdibandingkandenganLE cell
prep.7.Pemeriksaandarahlengkap,leukosit,thrombosit8.UrineRutin9.AntibodiAntiphospholipid10.BiopsyKulit11.BiopsyGinjal
HasilpemeriksaanANApositifpadahampirsemuapasiendengansistemiklupus
daninimerupakanpemeriksaandiagnosaterbaikyangadasaatiniuntukmengenalisistemiklupus.
HasilpemeriksaanANAnegatifmerupakanbuktikuatbahwalupusbukanlahpenyebabsakitnyaorangtersebut---walaupunsangatjarangterjadidimanaSLEmuncultanpaditemukannyaANA
KemungkinanseseorangmempunyaipemeriksaanANApositifakanmeningkatseiringdengan
meningkatnya usia. Pola dari hasil pemeriksaan ANA sangat
membantudalam menentukanjenis penyakit autoimun yang muncul dan
menentukanprogrampengobatansepertiapayangcocok bagi seorang pasien
Lupus. Hasil pemeriksaan ANA bias positif pada banyak keadaan, oleh
karena
itudalampemeriksaanANAharusdidukungdengancatatankesehatanpasiessertagejala-gejala
klinis lainnya. Karena itu apabila tes laboraturium ANA
positif(hanyaANAsaja)tidakcukup untuk mendiaknosa lupus.
LainhalnyajikaANAnegatifmerupakanbantahanterhadaplupusakantetapitidaksepenuhnyamengesampingkanadanyapenyakittersebut.
BagaimanapunjugajikahasilpemeriksaanANApositif,bukanlahbuktikeberadaanLupus,karenahasilpemeriksaanjugabisapositifterhadap:
Orang-orangdenganpenyakitjaringanconnectivelainnya.
Pasienyangsedangdiobatidenganobat-obatan tertentu, misal
menggunakan obat prokrainamid,hidralazin,isoniazidklorpromazin.dan
Orang-orang dengan kondisi selain dari lupus seperti skeloderma,
sjogrenssyndrome,rematikarthritis,penyakitkelenjargondok(thyroid),peny-akithati(liver).
h. Diagnosis dan Diagnosis bandingPasien dengan lupus
eritematosus sistemik bisa memiliki gejala yang sangat bervariasi
dan kombinasi keterlibatan organ yang berbeda, tidak ada pengujian
tunggal yang dapat mendiagnosa lupus sistemik. Untuk membantu
keakuratan diagnosis lupus eritematosus sistemik, sebelas kriteria
diterbitkan oleh asosiasi reumatik Amerika. Kesebelas kriteria
tersebut berkaitan dengan gejala-gejala yang di diskusikan diatas.
Beberapa pasien yang dicurigai menderita lupus eritematosus
sistemik mungkin tidak pernah memenuhi kriteria yang cukup untuk
diagnosis defenitif. Pasien yang lain mungkin mengumpulkan kriteria
yang cukup hanya dalam beberapa bulan atau tahun setelah observasi.
Jika seseorang memenuhi empat atau lebih kriteria berikut,
diagnosis lupus eritematosus sistemik sangat mungkin. Namun
demikian, diagnosis lupus eritematosus sistemik dapat ditegakkan
pada pasien dengan kondisi tertentu dimana hanya sedikit kriteria
yang dapat dipenuhi. Pada pasien-pasien tersebut, kriteria yang
lain dapat berkembang kemudian, tapi pada kebanyakan kasus tidak
demikian.
NoKriteriaDefinisi
1Bercak malar (butterfly rash)Eritema datar atau menimbul yang
menetap di daerah pipi, cenderung menyebar ke lipatan
nasolabial
2Bercak diskoidBercak eritema yang menimbul dengan adherent
keratotic scaling dan follicular plugging, pada lesi lama dapat
terjadi parut atrofi
3FotosensitifBercak di kulit yang timbul akibat paparan sinar
matahari, pada anamnesis atau pemeriksaan fisik
4Ulkus mulutUlkus mulut atau nasofaring, biasanya tidak
nyeri
5ArtritisArtritis nonerosif pada dua atau lebih persendian
perifer, ditandai dengan nyeri tekan, bengkak atau efusi
6Serositifa. PleuritisRiwayat pleuritic pain atau terdengar
pleural friction rub atau terdapat efusi pleura pada pemeriksaan
fisikataub. PerikarditisDibuktikan dengan EKG atau terdengar
pericardial friction rub atau terdapat efusi perikardial pada
pemeriksaan fisik
7Gangguan ginjala. Proteinuria persisten > 0,5 g/hr atau
pemeriksaan +3 jika pemeriksaan kuantitatif tidak dapat
dilakukanataub. Cellular cast : eritrosit, Hb, granular, tubular
atau campuran
8Gangguan sarafKejangTidak disebabkan oleh obat atau kelainan
metabolik (uremia, ketoasidosis atau ketidakseimbangan
elektrolit)atauPsikosisTidak disebabkan oleh obat atau kelainan
metabolik (uremia, ketoasidosis atau ketidakseimbangan
elektrolit)
9Gangguan darahTerdapat salah satu kelainan darahAnemia
hemolitik dengan retikulositosisLeukopenia < 4000/mm3 pada >1
pemeriksaanLimfopenia < 1500/mm3 pada >2
pemeriksaanTrombositopenia < 100.000/mm3 tanpa adanya intervensi
obat
10Gangguan imunologiTerdapat salah satu kelainanAnti ds-DNA
diatas titer normalAnti-Sm(Smith) (+)Antibodi fosfolipid (+)
berdasarkankadar serum IgG atau IgM antikardiolipin yang
abnormalantikoagulan lupus (+) dengan menggunakan tes standartes
sifilis (+) palsu, paling sedikit selama 6 bulan dan dikonfirmasi
dengan ditemukannya Treponema palidum atau antibodi treponema
11Antibodi antinuklearTes ANA (+)
*Empat dari 11 kriteria positif menunjukkan 96% sensitivitas dan
96% spesifisitasSebagai tambahan dari sebelas kriteria tersebut,
pengujian lainnya dapat membantu mengevaluasi pasien dengan lupus
eritematosus sistemik untuk menentukan keparahan organ-organ yang
terlibat. Termasuk diantaranya darah rutin dengan laju endap darah,
pengujian kimia darah, analisa langsung cairan tubuh lainnya, serta
biopsi jaringan. Kelainan cairan tubuh dan sampel jaringan dapat
membantu diagnosis lanjut lupus eritematosus sistemik
Diagnosis bandingDengan adanya gejala di berbagai organ, maka
penyakit-penyakit yang didiagnosis banding banyak sekali. Beberapa
penyakit yang berasosiasi dengan LES mempunyai gejala-gejala yang
dapat menyerupai LES, yaitu arthritis reumatika, sklerosis
sistemik, dermatomiositis, dan purpura trombositopenik.
Prognosis Sistemic Lupus EritematosusAngka harapan hidup :5
tahun : 85-88%10 tahun : 76-87%
Penyebab utama kematian pada LES adalah akibat :a. Infeksi
penyakitb. Nefritis lupusc. Konsekuensi gagal ginjal (termasuk
terapinya)d. Penyakit kardiovaskulare. Lupus sistem saraf pusat
Trombosis arteri mempunyai prognosis buruk. Penyakit ginjal
merupakan indikator prognosis yang paling buruk pada LES,
dikarenakan tuter antibodi pengikat DNA positif/meningkat, yang
berkaitan dengan keterlibatan ginjal, dikaitkan dengan prognosis
yang lebih buruk
i. PenangananTatalaksana pada SLE dibagi menjadi dua, yaitu
tatalaksana untuk SLE yang tidak mengancam jiwa, dan tatalaksana
untuk SLE yang dapat mengancam jiwa. Setelah penderita didiagnosis
SLE, terdapat algoritma dalam penentuan terapi yang tepat.
Gambar 2. Algoritma dalam penentuan treatment SLE (Fauci,
2008)
Terapi KonservatifTerapi ini dilakukan pada penderita SLE yang
tidak mengancam jiwa. Penderita pada umumnya merasakan lemah,
sakit/nyeri badan, adanya autoantibodi SLE, namun tidak menunjukkan
kerusakan organ. Managemen terapi dilakukan dengan cara mengurangi
gejala. Obat analgesik dan antimalaria merupakan obat andalan.
NSAID sangat berguna sebagai analgesik/antiinflamasi, terutama pada
arthritis. Beberapa obat pilihan dijelaskan pada tabel 6
Hidroksiklorokuin 400mg/hari (bila hingga 6 bulan tidak
memberikan respon baik, maka pemberian dihentikan).
Hidroksiklorokuin di atas penggunaan selama 6 bulan perlu diberikan
lebih hati-hati karena berisiko toksik pada mata (perlu diperiksa
oftalmologik).
Apabila pemberian obat anti malaria tidak berespon baik,
pertimbangkan pemberian kortikosteroid dosis rendah (