BLOK PANCA INDERASKENARIO 1MATA MERAH
KELOMPOK A4Ketua:Dian Suciaty Annisa(1102012064)Sekretaris:Deza
Harati Zulfikar(1102012060)Anggota: Intan Nurul
Hikmah(1102011128)Frastio Saputra(1102012094)Adek Prima Rahmi
P(1102012004)Hendri Prasetyo(1102012113)Azando Rizki
Putra(1102012038)Helena Azhar A(1102012111) Dita Evita
Hersafitri(1102012069)Harya Hermawan(1102012109)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI2014/2015
SKENARIOMATA MERAH
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun datang ke poliklinik
diantar ibunya dengan keluhan kedua mata merah sejak 2 hari yang
lalu setelah bermain sepak bola. Keluhan disertai dengan keluar air
mata dan gatal. Pengilhatan tidak mengalami gangguan. Pasien pernah
menderita penyakit seperti ini 6 bulan yang lalu.Pada pemeriksaan
oftalmologis :VOD: 6/6, VOS: 6/6Segmen anterior ODS: palpebra edema
(-), lakrimasi (+), konjungtiva tarsalis superior: giant papil (+)
(cobble stone appearance), konjungtiva bulbi: injeksi konjungtiva
(+), limbus kornea: infiltrate (+).Lain-lain tidak ada
kelainanPasien sudah mencoba mengobati dengan obat warung tapi
tidak ada perubahan.Setelah mendapatkan terapi pasien diminta untuk
kontrol rutin dan menjaga serta memelihara kesehatan mata sesuai
tuntunan ajaran islam.
KATA-KATA SULIT1. Pemeriksaan oftalmologis: pemeriksaan yang
dilakukan untuk menilai anatomi dan fungsi mata.2. Giant papil:
papil dengan diameter >10mm3. Lakrimasi: proses keluarnya air
mata4. Infeksi konjungtiva:melebarnya pembuluh darah arteri
konjugtiva posterior5. VOD:visus occuli dextra ( ketajaman
penglihatan mata kanan)6. VOS: visus occuli sinistra ( ketajaman
penglihatan mata kiri)7. ODS: occuli dextra sinistra
PERTANYAAN
1. Mengapa bisa terjadi banyak air mata yang keluar dan mata
terasa gatal?2. Mengapa bisa terjadi giant papil?3. Mengapa bisa
terjadi mata merah?4. Apa yang menyebabkan penyakit ini?5. Apakah
ada hubungan penyakit ini dengan riwayat penyakit 6 bulan lalu?6.
Mengapa penglihatan tidak terdapat gangguan?7. Bagaimana cara
merawat mata dalam ajaran agama islam?8. Apa saja faktor penyebab
dari penyakit ini?9. Mengapa tidak ada perubahan setelah diberi
obat warung?10. Apakah diagnosis penyakit ini?
JAWABAN
1. Air mata keluar karena terjadi reaksi hipersensitivitas tipe
1 dan mata terasa gatal disebabkan oleh respom iritasi yang
menghasilkan histamin2. Giant papil dapat terjadi disebabkan oleh
penumpukan jaringan ikat3. Mata merah terjadi karena adanya aliran
sel media inflamasi yang mengalir ke pembuluh darah, kemudian
menjadi dilatasi dan menjadi injeksi konjungtiva4. Dapat di
sebabkan oleh bakteri, virus, alergen, dan jamur serta bahan
kimia5. Ada hubungannya, karena terdapat riwayat alergi6.
Penglihatan normal karena bagian yang terkena hanya konjungtiva,
media refraksi dari kornea hingga korpus vitreous tidak mengalami
gangguan7. Dapat dilakukan dengan menjaga pandangan, serta
mengambil wudhu8. Penyebabnya adalah riwayat alergi, faktor
lingkungan, dll9. Diagnosis penyakit ini adalah konjungtivitis10.
Obat warung yang digunakan tidak sesuai dengan etiologi penyakit
tersebut
HIPOTESIS
Pasien dengan mata merah disebabkan oleh iritasi yang dapat
membuat mata gatal, lakrimasi, dan perih. Kemudian dilakukan
pemerikasaan oftamologis. Pasien didiagnosis konjungtivitis alergi,
karena adanya riwayat penyakit yang sama 6 bulan lalu.
SASARAN BELAJAR
LI 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi MataLO 1.1 MakroskopikLO
1.2 MikroskopikLI 2 Memahami dan Menjelaskan tentang Fisiologi
PenglihatanLI 3 Memahami dan Menjelaskan tentang KonjungtivitisLO
3.1 DefinisiLO 3.2 EtiologiLO 3.3 EpidemiologiLO 3.4 KlasifikasiLO
3.5 Patofisiologi dan PatogenesisLO 3.6. Manifestasi KlinisLO 3.7
Diagnosis & Diagnosis BandingLO 3.8 TatalaksanaLO 3.9
KomplikasiLO 3.10 PrognosisLO 3.11 PencegahanLI 4 Memahami dan
Menjelaskan tentang Memelihara Mata Menurut Ajaran Islam
LI 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi MataLO 1.1 Makroskopik
Bola mata (bubus oculi), atau organ penglihatan, berada pada
kavitas orbita, dimana organ ini dilindungi dari cedera dan
pergerkan oleh otot-otot okular serta tulang (os sphenoidale,
zygomaticum, frontale, ethmoidale, lacrimale, dan maxilla). Selain
itu, ada pula struktur aksesorius yang berhubungan dengan mata,
seperti otot-otot, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, dan
badan lakrimal.Ukuran bola mata lebih panjang pada diameter
transversal dan antero-posterior daripada diameter vertikal. Pada
wanita, ketiga diameter tersebut lebih kecil daripada laki-laki.
Diameter antero-posterior pada bayi baru lahir berkisar 17.5 mm,
dan saat pubertas berkisar 20-21 mm. Bola mata terbenam dalam lemak
di orbita, tetapi dipisahkan dari jaringan tersebut oleh kantung
membranosa tipis, fascia bulbi.
Lapisan MataLapisan mata dari luar ke dalam adalah:(1) tunika
fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di
bagian depan; (2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang
terdapat koroid, dan di bagian depan terdapat badan siliaris dan
iris(3) tunika nervosa, retina.
Tunika fibrosa ( tunica fibrosa oculi )Sklera dan kornea
membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera berada di lima perenam
bagian posterior dan opak; kornea membentuk seperenam bagian
anterior dan transparan.Sklera memiliki densitas yang tinggi dan
sangat keras, merupakan membran solid yang berfungsi mempertahankan
bentuk bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di
depan; ketebalan di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal
sklera berwarna putiih, dan menempel pada permukaan dalam fascia
bulbi; bagian anterior sklera dilapisi membran konjungtiva bulbi.
Di bagian depan, sklera berhubungan langsung dengan kornea, garis
persatuannya dinamakan sclero-corneal junction atau limbus. Pada
bagian dalam sklera dekat dengan junction terdapat kanal sirkular,
sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada potongan meridional
dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft), dinding
luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya
dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular.Aqueous humor
direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur pectinate villi yang
analog dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada meninges
serebral menuju pleksus vena sklera. Kornea merupakan bagian
proyeksi transparan dari tunika eksternal, dan membentuk seperenam
permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk konveks di bagian
anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat kelengkungannya
berbeda pada setiap individu.
Tunika vaskular ( tunica vasculosa oculi )Tunika vaskular mata
terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris
dibagian depan. Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola
mata, dan memanjang sepanjang ora serrata. Badan siliaris
menghubungkan koroid dengan lingkaran iris. Iris adalah diafrgama
sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat,
apertura bundar, pupil.Koroid merupakan membran tipis, vaskular,
warna coklat tua atau muda. Di bagian belakang ditembus oleh nervus
optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang daripada di
bagian depan.Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi
untuk retina serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju
badan siliaris dan iris.Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan
terusan koroid ke anterior yang terdapat processus ciliaris serta
musculus ciliaris.Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam
pada individu berbeda. Iris adalah lempeng (disk) kontraktil,
tipis, sirkular, berada di aqueous humor antara kornea dan lensa,
dan berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian perifernya,
iris menempel dengan badan siliaris, dan juga terkait dengan;
permukaannya rata, bagian anterior menghadap ke kornea, bagian
posterior menghadap prosesus siliaris dan lensa. Iris membagi
ruangan antara lensa dan kornea sebagai ruang anterior dan
posterior. Ruang anterior mata dibentuk di bagian depan oleh
permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan
anterior iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah
sempit di belakang bagian perifer iris, dan di depan ligament
suspensori lensa dan prosesus siliaris.
Tunika nervosa ( Tunica interna )Retina adalah membran nervosa
penting, dimana gambaran objek eksternal ditangkap.Permukaan
luarnya berkontak dengan koroid; permukaan dalamnya dengan membran
hialoidbadan vitreous. Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus
optikus; retina semakin tipis di bagian depan, dan memanjang hingga
badan siliaris, dimana ujungnya berupa cekungan, ora serrata.
Disini jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis
membran masih memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan
iris, membentuk pars ciliaris retina dan pars iridica retina. Tepat
di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik dimana
gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval
kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat depresi sentral,
fovea sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna
gelap koroid dapat terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula
lutea terdapat pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri
sentralis retina menembus bagian tengah discus. Bagian ini
satu-satunya permukaan retina yang insensitive terhadap cahaya, dan
dinamakan blind spot.
Media RefraksiMedia refraksi: kornea, aqueous humor, crystalline
lens, vitreous body.
Aqueous humor ( humor aqueus )Aqueous humor mengisi ruang
anterior dan posterior bola mata. Kuantitas aqueous humor sedikit,
memiliki reaksi alkalin, dan sebagian besar terdiri dari air,
kurang dari seperlimanya berupa zat padat, utamanya klorida
sodium.
Vitreous body ( corpus vitreum )Vitreous body membentuk sekitar
empat perlima bola mata. Zat seperti agar-agar ini mengisi ruangan
yang dibentuk oleh retina. Transparan, konsistensinya seperti jeli
tipis, dan tersusun atas cairan albuminus terselubungi oleh
membrane transparan tipis, membran hyaloid. Membran hyaloid
membungkus badan vitreous. Porsi di bagian depan ora serrata tebal
karena adanya serat radial dan dinamakn zonula siliaris (zonule of
Zinn). Disini tampak beberapa jaringan yang tersusun radial, yaitu
prosesus siliaris, sebagai tempat menempelnya. Zonula siliaris
terbagi atas dua lapisan, salah satunya tipis dan membatasi fossa
hyaloid; lainnya dinamakan ligamen suspensori lensa, lebih tebal,
dan terdapat pada badan siliaris untuk menempel pada kapsul lensa.
Ligamen ini mempertahankan lensa pada posisinya, dan akan relaksasi
jika ada kontraksi serat sirkular otot siliaris, maka lensa akan
menjadi lebih konveks. Tidak ada pembuluh darah pada badan
vitreous, maka nutrisi harus dibawa oleh pembuluh darah retina dan
prosesus siliaris.
Crystalline lens ( lens crystallina )Lensa terletak tepat di
belakang iris, di depan badan vitreous, dan dilingkari oleh
prosesus siliaris yang mana overlap pada bagian tepinya. Kapsul
lensa (capsula lentis) merupakan membran transparan yang melingkupi
lensa, dan lebih tebal pada bagian depan daripada di belakang.
Lensa merupakan struktur yang rapuh namun sangat elastis. Di bagian
belakang berhadapan dengan fossa hyaloid, bagian depan badan
vitreous; dan di bagian depan berhadapan dengan iris. Lensa
merupakan struktur transparan bikonveks. Kecembungannya di bagian
anterior lebih kecil daripada bagian posteriornya.Organ Aksesorius
Mata (Organa Oculi Accessoria)Organ aksesorius mata termasuk otot
okular, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, danaparatus
lakrimal.
Lacrimal apparatus ( apparatus lacrimalis )Apparatus lakrimal
terdiri dari (a) kelenjar lakrimal, yang mensekresikan air mata,
dan duktus ekskretorinya, yang menyalurkan cairan ke permukaan
mata; (b) duktus lakrimal, kantung (sac) lakrimal, dan duktus
nasolakrimal, yang menyalurkan cairan ke celah hidung.Lacrimal
gland (glandula lacrimalis) terdapat pada fossa lakrimal, sisi
medial prosesus zigomatikum os frontal. Berbentuk oval, kurang
lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond, dan terdiri dari dua
bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan
inferior (pars palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12,
berjalan pendek menyamping di bawah konjungtiva.Lacrimal ducts
(lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil,
bernama puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat
pada tepi ekstremitas lateral lacrimalis. Duktus superior, yang
lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian
berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan
ke bawah menuju lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan
turun, dan kemudian hamper horizontal menuju lacrimal sac. Pada
sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan disebut ampulla. Pada
setiap lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan membentuk
sejenis sfingter. Lacrimal sac (saccus lacrimalis) adalah ujung
bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak
dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal
dan prosesus frontalis maksila. Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran
panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian
bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal. Nasolacrimal duct
(ductus nasolacrimalis; nasal duct) adalah kanal membranosa,
panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah lacrimal
sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir
dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak sempurna, plica
lacrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran mukosa. Duktus
nasolakrimal terdapat pada kanal osseous, yang terbentuk dari
maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.Otot-otot
ekstraokular1. Rectus medialis.2. Rectus superior.3. Rectus
lateralis.4. Rectus inferior.5. Obliquus superior.6. Obliquus
inferior.
LO 1.2 Mikroskopik
MEDIA REFRAKSIMerupakan media kesemua bangunan transparan yang
harus dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina. Media refraksi
terdiri dari: KorneaKornea jernih dan tembus cahaya dengan
permukaan yang licin tetapi tidak melengkung secara
uniform/seragam. Bagian tengah (zona optikal) mempunyai radius
kelengkungan yang lebih kecil dibandingkan bagian tepi, dan
permukaan posterior lebih melengkung daripada anterior, karenanya
kornea lebih tipis di bagian tengah daripada tepinya.Daya refraksi
kornea, yang merupakan hasil indeks refraksi radius lengkung kornea
lebih besar daripada daya refraksi lensa. Secara anatomis kornea
mempunyai dua bagian:
Kornea asliSecara histologi, terdiri dari lima lapisan1.
EpitelPada permukaan luar terdapat epitel, yaitu suatu epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, dengan 5 hingga 6 lapisan
sel. Lapisan basal silindris rendah, kemudian 3 atau 4 lapisan sel
polihedral dan 1 atau 2 lapisan sel permukaan yang gepeng. Epitel
ini sangat sensitif dengan banyak akhir saraf bebas, dan mempunyai
daya regenerasi istimewa/sangat baik, mitosis hanya terjadi dalam
lapisan basal.
2. Membran BowmanDibawah epitel, tak berbentuk dan tak
mengandung sel, dibentuk oleh perpadatan antar sel dengan serabut
kolagen halus yang tersebar tak beraturan. Membran ini berakhir
dengan tegas/ mendadak pada limbus.
3. Substansia propriaMembentuk massa kornea (90% ketebalannya),
bersifat tembus cahaya, dan terdiri dari lamel kolagen dengan sel.
Lamel merupakan serat lebar, seperti pita, serabut dalam setiap
lamel sejajar, dengan lamel pada sudut-sudut yang berbeda. Lamel
saling melekat karena adanya pertukaran serabut antara lamel yang
berdampingan. Diameter serabut seragam menunjukkan periodisitas
yang khas, dan terbenam dalam substansia antarsel yang kaya akan
polisakarida bersulfat. Fibroblas berbentuk bintang, gepeng dengan
cabang yang ramping, terletak antar lamel.
4. Membran descementTampak homogen, terletak sebelah dalam
substansia propria. Merupakan membrana basalis dari endotel. Secara
kimiawi materinya adalah kolagen.
5. Endotel Merupakan satu lapis sel kuboid yang melapisi
permukaan dalam kornea. Sel menunjukkan kompleks tautan, permukaan
antar sel yang tak teratur, dan sejumlah besar vesikula
pinositotik. Vesikula ini mentransportasikan cairan dan
larutan.Kornea bersifat avaskular, mendapatkan nutrisi dari difusi
pembuluh perifer dalam limbus dan dari humor akueus di bagian
tengah.
Limbus korneaMerupakan zona peralihan atau zona pertemuan antara
kornea dengan sklera. Disini epitel kornea menebal smapai 10
lapisan dan melanjutkan diri dengan konjungtiva, membrana bowman
berhenti dengan tiba-tiba, membran descement menipis dan memecah
dan melanjutkan diri menjadi trabekula ligamneti pektinata, dan
stroma kornea menjadi kurang teratur dan secara bertahap susunannya
berubah dari susunan lamelar yang khas menjadi kurang teratur
seperti yang ditemukan pada sklera. Limbus memiliki vaskularisasi
yang baik.
Camera occuli anterior dan camera occuli posteriorCamera occuli
anterior (COA)Merupakan suatu ruangan yang dibatasi oleh: Anterior
oleh permukaan posterior kornea Posterior oleh lensa, iris, dan
permukaan anterior badan siliaris Lateral oleh sudut iris atau
limbus yang ditempati oleh jaringan-jaringan trabekular yang
merupakan tempat penyaliran humor akueus schlemm.
Camera occuli posterior (COP)Merupakan suatu ruangan yang
dibatasi oleh: Anterior oleh iris Posterior oleh permukaan anterior
lensa dan zonula Perifer oleh prosesus silia.Kedua ruangan
mengandung humor akueus, suatu cairan encer yang disekresi sebagian
oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosesus
siliaris. Humor akueus mengandung materi yang dapat berdifusi dari
plasma darah, tetapi mengandung kadar protein yang rendah
dibandingkan serum. Cairan ini disekresi secara kontinyu ke dalam
COP, mengalir keruang anterior melalui pupil, dan disalurkan
melalui jaringan trabekular ke dalam kanal schlemm.
LensaLensa kristalina bentuknya bikonveks, permukaan posterior
lebih melengkung daripada anterior. Di bagian tengah pada kedua
permukaannya terdapat kutup anterior dan kutup posterior. Garis
yang menghubungkan keduanya adalah aksis dan batas kelilingnya
adalah ekuator.Secara struktural, terdapat 3 komponen: 1. Kapsul
lensaKapsul lensa meliputi lensa. Kapsul ini homogen, agaknya
merupakan membran yang tak berbentuk, bersifat elastik, dan
mengandung glikoprotein dan kolagen tipe IV. Padanya melekat serat
zonula, yang berjalan ke badan siliar sebagai ligamentum
suspensorium/penyokong.
2. Endotel subkapsularisHanya pada permukaan anterior, di bawah
kapsula, terdapat epitel subkapsular, merupakan satu lapisan sel
kuboid. Bagian dasar sel ini terletak di luar dalam hubungan dengan
kapsula. Apeksnya terletak di dalam dan membentuk kompleks
jungsional dengan serat lensa. Ke arah ekuator sel ini bertambah
tinggi dan beralih menjadi serat lensa.
3. Substansia lensaTerdiri dari serat lensa, yang masing-masing
berbentuk prisma heksagonal. Sebagian besar serat tersusun secara
konsentris dan sejajar permukaan lensa. Di permukaan, pada korteks
serat yang lebih muda mengandung inti dan beberapa organel. Di
bagian tengah, dalma ini lensa, serat yang lebih tua telah
kehilangan inti dan tampak homogen.
Lensa sama sekali tanpa pembuluh darah, karenanya mendapat
nutrisi dari humor akueus dan badan vitreus. Lensa bersifat tembus
cahaya, dan membran plasma serat lensanya sangat tidak
permeabel.Lensa dipertahankan pada tempatnya oleh ligamen
suspensorium, disebut zonula yang terdiri dari lembaran terdiri
dari materi fibrilar yang berjalan dari badan siliar ke ekuator
lensa, sehingga meliputi lensa.
Badan vitreusMerupakan suatu agar-agar yang jernih dan tembus
cahaya yang memenuhi ruang antara retina dan lensa. Oleh karenanya
bentuknya sferoid/bundar dengan lekukan pada bagian anterior untuk
menyesuaikan dengan lensa. Badan vitreus juga memlihara bentuk dan
kekenyalan bola mata.
RETINAMerupakan lapisan paling dalam bola mata dan terdiri dari
bagian anterior yang tak peka dan bagian posterior yaitu bagian
yang fungsional, yang merupakan organ fotoreseptor atau alat
penerima cahaya.Retina berkembang sebagai penonjolan ke luar otak
depan yang disebut vesikel optik. Vesikel optik mempertahankan
hubungannya dengan otak mellaui tangkai optik. Vesikel optik akan
berubah menjadi cangkir optik yang berlapis dua. Lapisan luar
membentuk epitel pigmen, dan lapisan dalam menjadi retina saraf
atau retina yang sebenarnya.Suatu ruang potensial menetap antara
kedua lapisan tersebut dan hanya dilalui oleh penonjolan sel
pigmen. Lapisan luar, lapisan pigmen melekat erat pada koroid,
tetapi lapisan dalam mudah terlepas pada proses pembuatan sajian
histologi juga dalam kehidupan sesudah terjadi trauma.Retina
optikal atau neural melapisis koroid mulai dari papila saraf optik
di bagian posterior hingga ora serrata di anterior, dan menunjukkan
suatu cekungan yang dangkal yang disebut fovea sentralis.
Sekeliling fovea terdapat suatu daerah yang dikenal sebagai bintik
kuning, atau makula lutea. Fovea merupakan daerah untuk penglihatan
terjelas. Tak terdapat fotoreseptor di atas papila optik, sehingga
daerah ini disebut juga bintik buta.
Lapisan retina terdiri dari:1. Epitel pigmen2. Lapisan batang
dan kerucut3. Membran limitans eksterna4. Lapisan inti luar5.
Lapisan pleksiform luar6. Lapisan inti dalam7. Lapisan pleksiform
dalam8. Lapisan sel ganglion9. Lapisan serat saraf10. Membran
limitans interna
Terdapat empat kelompok sel:1. Fotoreseptor (batang dan
kerucut)Baik batang maupun kerucut merupakan bentuk modifikasi
neuron. Sel ini menunjukkan segmen dalam dan luar yang terletak di
luar membran limitans eksterna.Batang merupakan sel khusus yang
ramping dengan segmen luar berbentuk silindris mengandung
fotopigmen rhodopsin (ungu visual) dan suatu segmen dalma yang
sedikit lebih panjang.Kerucut menunjukkan segmen luar yang mengecil
dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti
botol.2. Neuron konduksi langsung (sel bipolar dan sel ganglion)Sel
bipolar badan sel bipolar sebagian besar terletak pada bagian
sentral aerah inti dalam. Terbagi dalam suatu kelompok utama:
Bipolar difusa berhubungan dengan beberapa fotoreseptor Bipolar
monosinaptik/kerdil yang berhubungan dengan satu sel.Sel ganglion
terletak dalam retina dalam dengan dendritnya dalam lapisan
pleksiform dalma dan aksonnya membentuk serat saraf optik. Aksonnta
tak pernah bercabang.3. Neuron asosiasi dan lainnya (sel
horisontal, makrin, dan sel bipolar sentrifugal)4. Unsur penyokong
(serat Muller dan neuroglia).(Roland, buku ajar histologi)
LI 2 Memahami dan Menjelaskan tentang Fisiologi Penglihatan
Mekanisme penglihatanCahaya masuk ke bagian mata yg bernama
pupil. Ukuran pupil disesuakan dengan kontraksi dari iris yaitu
m.konstriktor pupilae yg menyebabkan pupil mengecil dan dipengaruhi
oleh saraf parasimpatis dan m.dilator pupilae yg menyebabkan pupil
membesar dan dipersarafi oleh simpatis.Lalu cahaya dibiaskan melalu
media refraksi yang terdiri dari kornea dan lensa, bentuk kornea
itu sendiri berbentuk konveks (cembung) berfungsi agar cahaya dapat
di belokkan pada titik focus, setelah melewati kornea cahaya lalu
diteruskan oleh lensa. Yg juga berbentuk konveks sehingga cahaya
dapat jatuh pada titik focus di retina. Lensa sendiri diatur oleh
m.ciliaris yg disambungkan oleh zonula zinii. Bila m.ciliaris
berkontraksi maka pupil maka zonula zinii melemas sehingga membuat
lensa semakin cembung dan berfungsi untuk melihat dari jarak dekat
(akomodasi). Sebaliknya bila m.ciliaris melemas maka zonula zinii
akan menarik lensa sehingga lensa menjadi semakin pipih dan
berfungsi untuk melihat jarak jauh. Semua otot tersebut masing
masing dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis.Setelah cahaya di
refraksikan maka cahaya akan mencapai retina yg terdapat sel sel
fotoreseptor yaitu sel batang dan sel kerucut.Sifat dari sel sel
ini ialah bila sel batang maka sel ini peka terhadap gelap,
kepekaan tinggi dan ketajaman rendah. Bila sel kerucut peka
terhadap sinar dan warna , ketajaman penglihatan tinggi, digunakan
pada saat siang hari.Terjadi beberapa proses pada saat otak
mengekspresikan gelap atau terang yaitu
Jaras penglihatanBerkas-berkas cahaya dari separuh kiri lapangan
pandang jatuh di separuh kanan retina kedua mata. Demikian
sebaliknya, berkas-berkas cahaya dari separuh kanan lapangan
pandang jatuh di separuh kiri retina kedua mata. Tiap-tiap saraf
optikus keluar dari retina membawa informasi dari kedua belahan
retina yang dipersarafi. Informasi ini dipisahkan sewaktu kedua
saraf optikus tersebut bertemu di kiasma optikus. Di dalam kiasma
optikus, serat-serat dari separuh medial kedua retina bersilangan
ke sisi yang berlawanan, tetapi serat-serat yang dari separuh
lateral tetap di sisi yang sama. Berkas-berkas serat yang telah
direorganisasi dan meninggalkan kiasma optikus dikenal sebagai
traktus optikus. Tiap-tiap traktus optikus membawa informasi dari
separuh lateral salah satu retina dan separuh medial retina yang
lain. Dengan demikian, persilangan parsial ini menyatukan
serat-serat dari kedua mata yang yang membawa informasi dari
separuh lapangan pandang yang sama. Tiap-tiap traktus optikus
menyampaikan ke belahan otak di sisi yang sama informasi mengenai
separuh lapangan pandang dari sisi yang berlawanan. Perhentian
pertama di otak untuk informasi dalam jalur penglihatan adalah
nukleus genikulatus lateralis di thalamus. Di korpus atau nucleus
genikulatum, serat-serat dari bagian nasal retina dan temporal
retina yang lain bersinaps di sel-sel yang axonnya membentuk
traktus genikulokalkarina. Traktus ini menuju ke lobus oksipitalis
korteks serebrum (area Brodmann 17).
LI 3 Memahami dan Menjelaskan tentang KonjungtivitisLO 3.1
DefinisiKonjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva
(lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan
oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi bahan-bahan kimiaKonjungtivitis lebih dikenal sebagai pink
eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada
konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih
pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis
terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa
jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga
yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).Konjungtivitis biasanya
tidak ganas dan bisa sembuh sendiri. Dapat juga menjadi kronik dan
hal ini mengindikasikan perubahan degeneratif atau kerusakan akibat
serangan akut yang berulang. Klien sering datang dengan keluhan
mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan hiperemia dan injeksi
konjungtiva, sedangkan pada iritasi konjungtiva hanya injeksi
konjungtiva dan biasanya terjadi karena mata lelah, kurang
tidur,asap, debu dan lain-lain.
LO 3.2 EtiologiKonjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam hal, seperti a. infeksi oleh virus atau bakterib. reaksi
alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.c. iritasi oleh
angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari
las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.d.
pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis.Kadang konjungtivitis bisa berlangsung
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam
ini bisa disebabkan oleh:a. entropion atau ektropion.b. kelainan
saluran air mata.c. kepekaan terhadap bahan kimia.d. pemaparan oleh
iritane. infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia)
(Medicastore, 2009).Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat
bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya seperti demam.
Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan
dan debu (Effendi, 2008).Substansi lain yang dapat mengiritasi mata
dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti
klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan
fumigasi) (Effendi, 2008).
LO 3.3 Epidemiologi
Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan
dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia.
Walaupun tidak ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang
prevalensi konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan
sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP,
dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005). Pada anak, sering terjadi
keratokonjungtivitis vernal, sedangkan keratokonjungtivitis atopik
dan alergika sering terjadi pada dewasa muda. Sekitar 1-3% pengguna
kontak lensa terkena konjungtivitis papiler raksasa dan 10%
neonatus mengalami konjungtivitis dengan berbagai penyebab.
Konjungtivitis infeksius mengenai perempuan dan laki-laki dengan
insidens yang sama. Namun, konjungtivitis sicca lebih sering
terjadi pada perempuan. Sebaliknya, keratokonjungtivitis vernal dan
konjungtivitis akibat kimia dan mekanik lebih sering terjadi pada
pria.Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling
sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak Hygiene.LO
3.4 Klasifikasia. Konjungtivitis akut bakterial : Adalah bentuk
konjungtivitis murni dan biasanya disebabkan oleh staphylococ,
pneumococ, gonococ, haemifillus aegypti, pseudomonas, dan basil
morax axenfeld.1. Konjungtivitis blenoreMerupakan konjungtivitis
pada bayi yang baru lahir. Dengan penyebabnya gonococ atau suatu
chlamydia. Dengan masa inkubasi 3-6 hari.2. Konjungtivitis
gonorePenyakit ini pada orang dewasa disebabkan oleh auto infeksi
pada penderita uretriris atau servisitis gonore. Pada orang dewasa
terdapat 3 stadium :1) Infiltratif2) Purulen3) Penyembuhan3.
Konjungtivitis difteriRadang konjungtiva ini disebabkan bakteri
difteri yang memberikan gambaran yang khas berupa terbentuknya
membran pada konjungtiva tarsal. Pengobatan konjungtivitis difteri
adalah dengan memberi penisillin disertai dengan antitoksin
difteri.4. Konjungtivitis folikularKelainan ini merupakan
konjungtivitis yang disertai dengan pembentukan folikel pada
konjungtiva. Konjungtivitis folikular merupakan konjungtivitis yang
sering ditemukan pada anak-anak, tetapi tidak ditemukan pada
bayi.Konjungtivitis folikular dapat terjadi akibat infeksi bakteri,
virus, dan rangsangan bahan kimia. Penyakit ini dapat berjalan akut
maupun kronis.5. Konjungtivitis kataralMerupakan penyakit dengan
gejala utama berupa banyaknya secret berlendir pada mukosa
konjungtiva. Pengobatannya adalah dengan memberikan antibiotik dan
membersihkan secret mata.
b. Konjungtivitis akut viralKonjungtivitis akibat virus sering
ditemukan dan biasanya disebabkan adrenovirus atau suatu infeksi
herpes simplek.1. Keratokonjungtivitis epidemikMerupakan radang
yang berjalan akut disebabkan oleh adrenovirus. Penularan biasanya
terjadi melalui kolam renang selain akibat wabah. Masa inkubasi
5-10hari. Pengobatan yang biasanya diberikan adalah obat sulfa
topikal dan dapat diberikan bersama dengan steroid.2. Demam
faringokonjungtivaKonjungtivitis disertai dengan demam dan sakit
pada tenggorokan. Penularan biasanya terjadi di kolam renang.
Gejala yang ditemukan berupa rasa sakit di mata seperti adanya
benda asing, terdapatnya folikel pada konjungtiva disertai
keratitis sub epitel yang ringan.3. Keratokonjungtivitis
herpetikKelainan ini biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2
tahun yang disebabkan oleh herpes simplek tipe 1.4. Konjungtivitis
new castleMerupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada
peternak unggas disebabkan oleh virus new castle. Masa inkubasi
1-2hari mulai dengan perasaan benda asing, silau, dan berair pada
mata. Kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemik dan
terdapat folikel, kadang-kadang disertai perdarahan kecil.5.
Konjungtivitis hemoragik akutKelainan ini merupakan konjungtivitis
folikular akut dengan gejala khusus karena terjadinya perdarahan
yang disebabkan oleh enterovirus 70. Masa inkubasi 1-2 hari.
Penyakit ini sangat menular dan penularan melalui secret ke orang
lain.c. Konjungtivitis jamurInfeksi jamur pada konjungtiva jarang
terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak
memperlihatkan gejala.d. Konjungtivitis alergik :Reaksi alergi dan
hipersensitif pada konjungtiva akan memberikan keluhan pada pasien
berupa mata gatal, panas dan mata merah.1. Konjungtivitis
vernalMerupakan konjungtivitis kronik, rekulerateral, bilateral,
atopi yang memberikan secret mucus dapat mengandung eosinofil dan
merupakan reaksi hipersnsitifitas tipe 1. Biasanya diderita pada
pasien usia dewasa muda, yang lebih sering mengenai laki-laki
terutama di musim panas.2. Konjungtivitis fliktenSuatu peradangan
konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi. Pengobatan yang
diberikan kortikosteroid lokal dan mengatasi sumber infeksi.e.
Konjungtivitis kronisf. Trakoma merupakan konjungtivitis folikuler
kronis yang disebabkan oleh clamydia trachomatis. Penyakit ini
terutama mengenai anak-anak walaupun dapat mengenai semua umur.
Cara penularan trakoma adalah melalui kontak langsung dengan secret
penderita atau melalui handuk, saputangan, atau alat-alat kebutuhan
sehari-hari. Masa inkubasi kuman 5-14 hari.
LO 3.5 Patofisiologi dan Patogenesis
PatofisiologiPerjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum,
terdiri atas 3 stadium :1. Stadium Infiltratif.Berlangsung 3 4
hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme,
disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi
konjungtiva yang lembab, kemotik dan menebal, sekret serous,
kadang-kadang berdarah. Kelenjar preauikuler membesar, mungkin
disertai demam. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak
dan lebih menonjol dengan gambaran hipertrofi papilar yang besar.
Gambaran ini adalah gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya
kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya
kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.
2. Stadium Supurativa/Purulenta.Berlangsung 2 3 minggu, berjalan
tak begitu hebat lagi, palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi
tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yang
kental campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya
mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental, terdapat
pseudomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan
konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan
keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya harus
hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata
pemeriksa.
3. Stadium Konvalesen (penyembuhan). hipertrofi papilBerlangsung
2 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit
bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada
konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik,
sekret jauh berkurang. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi
pada saat berada pada jalan kelahiran, sehingga pada bayi penyakit
ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut.
Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit
kelamin sendiri. Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret
purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari,
disertai perdarahan sub konjungtiva dan konjungtiva
kemotik.Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen,
iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata
tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi
kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis.
Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan
ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa
nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Akibat jangka panjang dari
konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme,
bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga
fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan
berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama
kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat.
Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf
optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan.
Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata
sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing
PatogenesisMekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya
flikten masih belum jelas. Secara histologis fliktenulosa
mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN
ditemukan pada lesi nekrotik. Bentuk tersebut kelihatannya adalah
hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein
tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides immitis, Chlamydia,
acne rosacea, beberapa jenis parasit interstisial dan fungus
Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik (Alamsyah,
2007).Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea
meskipun seringkali biasanya menyebar ke kornea dari konjungtiva.
Epitel yang ditempati oleh flikten rusak, membentuk ulkus dangkal
yang mungkin hilang tanpa pembentukan jaringan parut (Alamsyah,
2007).
Flikten khas biasanya unilateral pada atau di dekat limbus, pada
konjungtiva bulbar atau kornea, dapat satu atau lebih, bulat,
meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat nodul inflamasi
dengan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten
konjungtiva tidak menimbulkan jaringan parut. Jaringan parut
fibrovaskuler kornea bilateral limbus cenderung membesar ke bawah
daripada ke atas mungkin mengindikasikan flikten sebelumnya.
Flikten yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi
sentripetal lesi inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa
inflamasi menimbulkan penipisan kornea dan jarang menimbulkan
perforasi (Alamsyah, 2007).
LO 3.6. Manifestasi KlinisGejalaKonjungtivitis1. Rasa adanya
benda asingRasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena
pembengkakan dan hipertrofi papil. Jika rasa sakitnya berat, maka
harus dicurigai kemungkinan terjadinya kerusakan pada kornea.
2. Rasa sakit yang temporerInformasi ini dapat membentu kita
menegakkan diagnosis karena rasa sakit yang datang pada saat-saat
tertentu merupakan symptom bagi infeksi bakteri tertentu, misalnya;
Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari,
rasa sakitnya (tingkat keparahan) meningkat setiap harinya, dapat
menandakan infeksi stafilokokus. Sakit parah sepanjang hari,
berkurang saat bangun tidur, menandakan keratokonjungtiva sisca
(mata kering).
3. GatalBiasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.4.
Fotofobia
Tanda Konjungtivitis1. HiperemiHiperemi pada konjungtivitis
berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda
konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak merah
cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial sedangkan
hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan
konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks
dan mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior.
Terdapat perbedaan antara injeksi konjungtiva dan siliaris
yaitu;Injeksi KonjungtivaInjeksi Siliaris
KausaIritasi, KonjungtivitisKeratitis, Iridosiklitis, Glaukoma
Akut
LokasiForniks ke limbus makin kecilLimbus ke forniks makin
kecil
WarnaMerah terangMerah padam
Pembuluh darahBergerak dengan dengan konjungtivaTidak
bergerak
AdrenalinMenghilangMenetap
SekretSekret (+)Lakrimasi (+)
Intensitas NyeriSedikitNyeri
Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan
paling nyata didaerah forniks dan berkurang ke arah limbus,
disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat adanya
peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis
bakterial, dan warna keputihan mirip susu mengesankan
konjungtivitis alergi.LakrimasiDiakibatkan oleh adanya sensasi
benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang
abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.2. EksudasiEksudasi
adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis
dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut
seperti pada konjungtivitis alergika, yang biasanya menyebabkan
tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi
hari, dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri
atau klamidia. Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus
akut Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri
3. PseudoptosisPseudoptosis adalah turunnya palpebra superior
karena infiltrasi ke muskulus muller (M. Tarsalis superior).
Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma
dan keratokonjungtivitis epidemika.4
4. Khemosis (Edema Konjungtiva)Ini terjadi akibat terkumpulnya
eksudat di jaringan yang longgar. Khemosis merupakan tanda yang
khas pada hay fever konjungtivitis, akut gonococcal atau
meningococcal konjungtivitis, serta kerato konjungtivitis.
5. Hipertrofi PapilHipetropi papil merupakan reaksi non
spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau
limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas
pembuluh yang membentuk substansi papila sampai di membran basal
epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji
payung.4
6. Pembentukan FolikelFolikel adalah bangunan akibat hipertrofi
lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva dan biasanya
mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada viral
conjungtivitis, chlamidial conjungtivitis, serta toxic
conjungtivitis karena topical medication. Pada pemeriksaan, vasa
fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.
7. Pseudomembran dan MembranPseudomembran adalah koagulum yang
melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas, epitelnya
akan tetap utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas
mengenai epitel sehingga kalau dilepas akan berdarah.
8. Adenopati PreaurikulerBeberapa jenis konjungtivitis akan
disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian setiap ada radang
konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan
kelenjar limfe preaurikuler.LO 3.7 Diagnosis & Diagnosis
Banding1. Sign & SimptomGejala penting konjungtivitis adalah
sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di
sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores
atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi
papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada
iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.Tanda
penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi,
pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma
konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma),
pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati
pre-aurikuler
Gejala SubjektifKonjungtivitis biasanya hanya menyebabkan
iritasi dengan rasa sakit dengan mata merah dan lakrimasi. Khasnya
pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat akan
terdapat fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat
berupa rasa berpasir. Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan
oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bekterial akut.b. Gejala
ObjektifDengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3
mm, berwarna kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di
sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva
(hyperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.
2. PemeriksaanPemeriksaan mata awal termasuk pengukuran
ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-lamp
biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut
ini: Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler Kulit:
tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea Kelainan kelopak mata dan
adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi, kelemahan,
ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan Konjungtiva: bentuk injeksi,
perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal,
simblepharon, massa, sekret
Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang
hati-hati terhadap: Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret,
nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa kulit berwarna darah,
keratinisasi Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe,
telur kutu dan kutu Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan,
sekret Konjungtiva tarsal dan forniks1. Adanya papila, folikel dan
ukurannya2. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan
simblepharon3. Membran dan psudomembran4. Ulserasi5. Perdarahan6.
Benda asing7. Massa8. Kelemahan palpebra Konjungtiva bulbar/limbus:
folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila, ulserasi, luka,
flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi Kornea1. Defek
epitelial2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik3. Filamen4.
Ulserasi5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan
flikten6. Vaskularisasi7. Keratik presipitat Bilik mata depan:
rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi Corak pewarnaan:
konjungtiva dan kornea
3. Pemeriksaan PenunjangKebanyakan kasus konjungtivitis dapat
didiagnosa berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan. Meskipun demikian,
pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik membantu.Pemeriksaan
secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang
disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan
sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia
konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.1.
KulturKultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang
dicurigai merupakan konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri
juga dapat membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau
berulang pada semua grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis
tidak berespon terhadap pengobatan.
2. Kultur virusBukan merupakan pemeriksaan rutin untuk
menetapkan diagnosa. Tes imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan
dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk
konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas 88%
sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%. Tes imunodiagnostik
mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk spesimen
dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus.
Ketersediannya akan beragam tergantung dari kebijakan
laboratorium.
3. Tes diagnostik klamidialKasus yang dicurigai konjungtivitis
klamidial pada dewasa dan neonatus dapat dipastikan dengan
pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan
imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens
langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini telah secara
luas digantikan oleh PCR untuk spesimen genital, dan, karena itu,
ketersediaannya untuk spesimen konjungtival lebih terbatas.
Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler beragam. Meskipun
spesimen dari mata telah digunakan dengan performa yang memuaskan,
penggunaannya belum diperjelas oleh FDA.
4. Smear/sitologiSmear untuk sitologi dan pewarnaan khusus
(mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada kasus dicurigai
konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau
berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada
semua grup usia.
5. BiopsiBiopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus
konjungtivitis yang tidak berespon pada terapi. Oleh karena mata
tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat
menyelamatkan penglihatan dan juga menyelamatkan hidup. Biopsi
konjungtival dan tes diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat
membantu menetapkan diagnosis dari penyakit seperti OMMP dan
paraneoplastik sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar harus
dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena
yang berdekatan dengan limbus dari mata dengan peradangan aktif
saat dicurigai sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma
glandula sebasea, biopsi palpebra seluruh ketebalan diindikasikan.
Saat merencanakan biopsi, konsultasi preoperatif dengan ahli
patologi dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan
spesimen yang tepat.
6. Tes darahTes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan
SLK yang tidak mengetahui menderita penyakit tiroid.Konjungtivitis
non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien.
Paparan bahan kimiawi langsung terhadapa mata dapat mengindikasikan
konjungtivitis toksik/kimiawi. Pada kasus yang dicurigai luka
percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus
dilakukan hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis juga dapat
disebabkan penggunaan lensa kontak atau iritasi mekanikal dari
kelopak mata.3
4. Diagnosis Banding
VirusBakteriAlergiToksik
Gatal--++-
Mata merah+++++
Hemoragi++--
SekretSerous mucousPurulen, kuning, krustaViscus-
Kemosis++++
Lakrimasi++++
Folikel+-+
Papil-++-
Pseudomembran--
Pembesaran kelenjar limfe+++--
Panus---
Bersamaan dengankeratitis-
Demam--
SitologiGranulositLimposit, monositEosinofilSel epitel,
granulosit
KonjungtivitisKeratitisUveitisAnteriorGlaukoma Kongestif
Akut
VisusNormalTergantung letak infiltratMenurun perlahan,
tergantung letak radangMenurun mendadak
HiperemikonjungtivaperikorneasiliarMixinjeksi
Epifora, fotofobia-++-
SekretBanyak---
PalpebraNormalNormalnormalEdema
KorneaJernihBercak infiltratGumpalan sel radangEdema, suram
(tidak bening), halo (+)
COACukupcukupSel radang (+)dangkal
H. AquousNormalnormalSel radang (+), flare (+), tyndal efek
(+)Kental
IrisNormalnormalKadang edema (bombans)Kripta menghilang karena
edema
PupilNormalnormalmiosisMidmidriasis (d:5mm)
LensaNormalnormalSel radang menempel Keruh
LO 3.8 Tatalaksana
A. Non FarmakologiBila konjungtivitis disebabkan oleh
mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari
kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat
memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang
sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan
setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain
lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan
mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan
kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.B.
Farmakologi Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial
tergantung temuan agen mikrobiologinya. Untuk menghilangkan sekret
dapat dibilas dengan garam fisiologis.
1. Penatalaksanaan Konjungtivitis BakteriPengobatan
kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan
antibiotic tunggal seperti Kloramfenikol Gentamisin Tobramisin
Eritromisin SulfaBila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3 5
hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan
mikrobiologik. Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan
pemeriksaan sediaan langsung (pewarnaan Gram atau Giemsa) untuk
mengetahui penyebabnya. Bila ditemukan kumannya maka pengobatan
disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung,
maka diberikan antibiotic spectrum luas dalam bentuk tetes mata
tiap jam atau salep mata 4-5x/hari. Apabila memakai tetes mata,
sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15 %).
Apabila tidak sembuh dalam 1 minggu, bila mungkin dilakukan
pemeriksaan resistensi, kemungkinan difisiensi air mata atau
kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal.2. Penatalaksanaan
Konjungtivitis VirusPengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik
dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari
pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan
kemungkinan infeksi virusHerpes simplekstelah
dieliminasi.Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan
Adenovirus dan dapat sedmbuh sendiri sehingga pengobatan hanya
bersifat suportif, berupa kompres, astrigen, dan lubrikasi. Pada
kasus yang berat diberikan antibodi untuk mencegah infeksi sekunder
serta steroid topikal. Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat
antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes
deksametason 0,1 % diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis,
dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan
penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik untuk menghilangkan
rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika
terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara
mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat
antivirus, dan ditutup selama 24jam.
3. Penatalaksanaan Konjungtivitis AlergiUmumnya kebanyakan
konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan sampai
ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat
sedang. Penyakit ringan sampai sedang biasanya mempunyai
konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang
ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat
mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel
limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea.
Alergi ringanKonjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa
gatal, berair, mata merah yang timbul musiman dan berespon terhadap
tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres dingin.
Air mata artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan
mediator peradangan yang mungkin ada pada permukaan okuler.
Alergi sedangKonjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa
gatal, berair dan mata merah yang timbul musiman dan berespon
terhadap antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer.
Penggunaan antihistamin oral jangka pendek mungkin juga
dibutuhkan.Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast;
contoh yang paling sering dipakai termasuk sodium kromolin dan
Iodoxamide. Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang
meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek
samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell
stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih
lama, dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin
topikal. Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topikal
antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek
terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound
injeksi dan inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan
pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek
anti-peradangan.
Alergi beratPenyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan
gejala menahun dan dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat
dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk
konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak sebagai shield
coneal ulcer. Rujukan spesialis harus dipertimbangkan pada kasus
berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan
tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan
bersama dengan antihistamin topikal atau oral dan mast cell
stabilizer. Topikal NSAID dapat ditambahkan jika memerlukan efek
anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya beberapa
resiko jangka panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang
terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokuler, dan
pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru seperti
loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon.
Siklosporin topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid
dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid.
Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus
atopi berat atau konjungtivitis vernal.
LO 3.9 Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak
tertangani diantaranya:1. glaukoma2. katarak3. ablasi retina4.
komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala
penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis5. komplikasi
pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea6.
komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di
kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa
menjadi buta7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan
jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan
LO 3.10 Prognosis
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya
bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan
pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat
dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga
penglihatan dapat dipertahankan.Bila segera diatasi, konjungtivitis
ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata
tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak
maupun ablasi retina.
LO 3.11 Pencegahan
a. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang
sehat sesudah menangani mata yang sakitc. Jangan menggunakan handuk
atau lap bersama dengan penghuni rumah laind. Gunakan lensa kontak
sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.e.
Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap
hari.f. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang
lain.g. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk
keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
h. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang
tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
Makanan yang disarankan untuk penderita konjungtivitis adalah
makanan tinggi protein dan tinggi kalori, berguna untuk mempercepat
proses penyembuhan dan dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin A yang berguna untuk memperbaiki sensori
penglihatan dan juga vitamin C untuk memperbaiki sistem pertahanan
tubuh.Kompres mata dengan air hangat jika disebabkan oleh bakteri
atau virus, jika disebabkan oleh alergi, kompres dengan air
dingin.
LI 4 Memahami dan Menjelaskan tentang Memelihara Mata Menurut
Ajaran Islam
Fungsi mata: melihat dan penyempurnaan indera pendengaran Tujuan
: petunujk dalam kegelapan, melihat ayat-ayat Allah Hukum Taklifi
:a. Wajib:melihat mushaf al quran,buku-buku yang bermanfaat,
membedakan yang halal dan yang haram.b. Haram:memandang wanita
dengan syahwatc. Sunnah:melihat muka dan telapak tangan calon istri
yang diduga kuat lamarnya akan diterima, membaca buku-buku yang
bermanfaat, melihat ulama dan orang tua untuk menghormati.d.
Makruh:melihat secara berlebihan sesuatu yang tidak ada
manfaatnya.e. Mubah :mendadak tanpa sengaja melihat lawan jenis,
pasangan suami-istri melihat tubuh pasanganya, melihat sesama jenis
(aurat)
Terapi :penyadaran diri bahwa Allah senantiasa melihat, berdoa
dan meminta pertolongan Allah, berwudhu, memperbaharui taubat.
DAFTAR PUSTAKA1. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays Anatomy
for Students. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 20052.
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC;
20083. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Jakarta: EGC; 20074. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 20095. Kanski JJ, Bowling B. Clinical
Ophthalmology a Systematic Approach. 7th edition. Philadelphia:
Elsevier; 20116. Univrab. Menjaga Pandangan. [Internet]. [diunduh
2014 Feb 15]. Tersedia pada :
http://www.univrab.ac.id/berita-198-menjaga-pandangan.html7. USU.
Chapter II. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 15]. Tersedia pada :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/4/Chapter%20II.pdf8.
USU. Chapter II. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 15]. Tersedia pada :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32585/4/Chapter%20II.pdf9.
Vaughan and Asburys. General Ophthalmology. 17th edition. New York:
McGraw-Hills; 2007
21