BLOK CAIRAN Wrap Up MENCRET Kelompok B 11 Ketua : Nuciana Siti Andrianti (1102011197) Sekretaris : Prathita Amanda Aryani (1102011208) Anggota : Mustika Zeinia Malinda (1102010188) Muhammad Candrasa (1102011173) Muhammad Fathan A (1102011175) Nuraini Sidik (1102011200) Nurwahidah Oktori sa (1102011202) Prasaundra Triantoni P (1102011207) Reza Septian (1102011231) Rizky Febriansyah (1102011240) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2011-2012
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
1. Asam dan basa monoprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan satu ion
H⁺ atau ion ˉ (dikenal juga dengan ionisasi primer)
Contoh : asam monoprotik [HCl, HN, CCOOH]
basa monoprotik [NaOH, KOH]
2. Asam dan basa diprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan 2 ion H⁺
atau ion ˉ (dikenal dengan ionisasi sekunder)
Contoh : asam diprotik [S H2S]
basa diprotik [Mg(OH, Ca(OH)2, Ba(OH)2]
3. Asam dan basa poliprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan 3 atau
lebih ion H⁺ atau ion ˉ (dikenal juga dengan ionisasi tersier)
Contoh : asam poliprotik [P]
basa poliprotik [Al(OH)3]
Asam-asam yang berasal dari proses metabolisme
1. Asam volatil adalah asam yang mudah menguap, dapat berubah bentuk menjadi
bentuk cair maupun gas. Asam volatil merupakan hasil akhir dari metabolisme
asam amino, lemak dan karbohidrat.
Contoh : karbondioksida, asam karbonat
2. Asam nonvolatil adalah asam yang tidak mudah menguap, tidak dapat berubah
bentuk menjadi gas untuk diekskresi oleh paru-paru, tapi harus dieksresikan oleh
ginjal.
Contoh : asam organik, asam nonorganic
LO.1.3.Memahami dan menjelaskan sumber asam dan basa
Asam dan basa bersumber dari:
1. Produksi asam volatil adalah suatu jenis asam yang dapat menguap. Sumber utama
asam volatil didalam tubuh adalah karbondioksida. Co2 merupakan hasil metabolisme
oksidasi (aerob) dari lemak, karbohidrat dan beberapa protein. C berikatan dengan air
(terutama sel darah merah) untuk membentuk asam karbonat (C) yang berdisosiasimenjadi ion hidrogen dan ion bikarbonat.
2. Produksi asam non volatil adalah suatu jenis asam yang merupakan hasil antara atau
hasil akhir dari metabolisme asam amino, lemak, dan karbohidrat yang selalu terdapat
di dalam larutan sampai di eliminasi melalui ginjal. Asam non volatil dari katabolisme protein adalah asam sulfat dan asam fosfat. Yang di hasilkan dari metabolisme
karbohidrat adalah asam laktat, sedangkan yang dihasilkan dari metabolisme lemak
adalah benda keton seperti asam aseto asetat, asam hidroksi butirat, dan aseton.
3. Asam organik adalah asam yang mengandung satu atau lebih gugus karboksil (COOH).
Asam asetat, asam format, asam laktat dan semua asam lemak termasuk asam organic.
4. Asam anorganik yang dihasilkan selama penguraian hidrogen.
5. Asam hidrogen yang dihasilkan dari metabolisme perantara.
Buffer utama cairan ekstraseluler adalah sistem bikarbonat dan hemoglobin. Hb penting
untuk pengangkutan oksigen ke jaringan, pengangkut CO2 dan sebagai sistem buffer yang
kuat.
c. Sistem buffer protein
Sistem buffer protein berfungsi mengatur pH cairan ekstraserselular dan interstitial.Proteinsebagai buffer berinteraksi secara ekstentif dengan sistem buffer lainnya. Protein tersusun
oleh asam amino yang mempunyai sifat amfoter, yaitu asam amino akan bersifat sebagai
kation pada suasana asam dan bersifat sebagai anion pada suasana basa.
Fungsi pengaturan buffer protein:
- Bila terjadi penurunan pH, gugus amino (-NH2) dari asam amino akan bertindak sebagai
basa lemah dengan mengikat ion hidrogen dan membentuk ion amonium. Gugus amino
bertindak sebagai akseptor proton.
- Bila terjadi peningkatan pH, gugus karboksil (-COOH) dari asam amino mengalami
disosiasi dan berubah menjadi ion karboksil dan ion H+. Gugus karboksil bertindak sebagai
donor proton.
Cairan interstitium yang mengandung protein dan asam amino terdisosiasi ikut berperan
mengatur pH. Protein mengandung asam amino histidin yang mempunyai cincin imitazol
dengan Pka = 6.0. Pada kebanyakan protein Pk sekitar 7.0-7.4. Proses pengaturan melalui
sistem buffer protein berjalan lambat karena ion hidrogen harus melalui proses difusi
membran sel yang dipengaruhi oleh pompa natrium.
d. Sistem buffer Fosfat
Sistem dapar ini berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus ginjal dan cairan
intrasel.Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur
pH darah.Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H2PO4-) dengan
monohidrogen fosfat (HPO32-).Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara yang serupa
untuk mengubah asam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjadi basa lemah.
Natrium hidrogen fosfat ( aP) adalah basa lemah dan natrium dihidrogen fosfat (
NaP) adalah asam lemah
HCl + Na2HPO4 ↔ a2PO4 + NaCl
NaOH + NaH2PO4 ↔ a2HPO4 + H2O
H2PO4-(aq) + H +
(aq) H 2 PO 4(aq)
H2PO4 - (aq) + OH-
(aq) --> HPO4
2-
(aq)) + H2O (aq)
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya
sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
2. Sistem respiratorik (sistem paru)
Sistem pernapasan berperan penting bagi keseimbangan asam-basa karena kemampuannya
mengubah ventilasi paru-paru sehingga dapat mengubah kecepatan ekskresi C penghasil
yang diatur oleh konsentrasi arteri.
Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam basa merupakan tipe sistem
penyangga fisiologis. Seluruh tenaga penyangga sistem pernapasan adalah 1 atau 2 kali
Rata-rata secara normal terdapat sekitar 1,2 mmol/liter C yang terlarut dalam cairan
ekstraseluler yang sama dengan 40mmHg PC. Bila pembentukan C metabolik
meningkat, cairan ekstraseluler PC juga meningkat.
Jika konsentrasi meningkat, pusat pernapasan di batang otak secara refleks terangsang
untuk meningkatkan C ventilasi paru-paru yang mengakibatkan kedalaman nafas
meningkat sehingga lebih banyak yang dikeluarkan sehingga jumlah Cyangditambahkan ke dalam cairan tubuh berkurang. Karena C membentuk asam,
pengeluaran C pada dasarnya adalah pengeluaran asam dari tubuh. Jadi, pH tubuh dapatkembali ke pH normal. Jadi, peningkatan ventilasi alveolus menurunkan konsentrasi ion
hidrogen cairan ekstraseluler dan meningkatkan pH. Begitu pula sebaliknya.
Konsentrasi ion hidrogen juga berpengaruh terhadap kecepatan ventilasi alveolus. Sewaktukecepatan alveolus menurun karena disebabkan oleh peningktan pH dan penurunan
konsentrasi hidrogen, jumlah oksigen yang ditambahkan ke dalam darah menurun dan
tekanan parsial oksigen di dalam darah juga menurun sehingga memberikan efek
merangsang kecepatan ventilasi.
Paru-paru sangat penting dalam mempertahankan konsentrasi
plasma. Setiap hari, paru-paru mengeluarkan yang berasal dari asam karbonat dari cairan tubuh , lebih
banyak daripada jumlah yang dikeluarkan oleh ginjal.
Sistem pernapasan juga dapat menyesuaikan jumlah yang ditambahkan ke cairan tubuh
dari sumber sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan pH ke arah normal apabila
terjadi fluktuasi konsentrasi dari sumber-sumber asam non-karbonat.
Pengaturan oleh sistem pernapasan bekerja dengan kecepatan sedang dan hanya aktif berperan jika sistem penyangga kimiawi saja tidak mampu meminimalkan perubahan
konsentrasi . Jika kelainan non-respiratorik mengubah konsentrasi , sistem
pernapasan hanya akan dapat mengembalikan pH 50-75% dari normal karena gaya
pendorong yang mengatur respon ventilasi kompensatorik lenyap apabila pH bergeser ke
arah normal. Jika perubahan konsentrasi , terjadi akibat fluktuasi konsentrasi C yang timbul dari
gangguan pernapasan, mekanisme pernapasan sama sekali tidak dapat berperan
mengontrol pH.
3. Sistem metabolik (sistem ginjal)
Ginjal tidak saja dapat mengubah-ubah pengeluaran , tetapi juga dapat
menahan atau mengeliminasi HCinjal juga mampu memulihkan pH hampir tepat ke
normal walaupun membutuhkan yang lebih lama.
Ginjal mengontrol pH cairan tubuh dengan menyesuaikan 3 faktor yaitu :
a. Ekskresi ion hidrogen
Paru-paru hanya mampu mengeluarkan asam karbonat melalui eliminasi C . Tugas
untuk mengeliminasi yang berasal dari asam sulfat, fosfat, laktat dan asam lain
terletak di dalam ginjal.
Ginjal tidak saja secara kontinu mengeluarkan dalam jumlah normal yang terus
menerus dihasilkan dari sumber-sumber asamnon-karbonat, tetapi, juga mengubah-ubah
kecepatan sekresinya untuk mengkompensasi perubahan konsentrasi yang timbul
dari kelainan konsentrasi asam karbonat.
Besarnya sekresi bergantung pada status asam basa pada sel tubulus ginjal dan tidak
Proses sekresi berawal di sel-sel tubulus dengan C yang datang dari 3 sumber
yaitu Cyang berdifusi dari plasma atau dari cairan tubulus atau C yang diproduksi
secara metabolis di dalam sel tubulus. Lalu C dan O membentuk C yang
akan berdisosiasi membentuk dan HC
. Suatu pembawa yang bergantung energi
di membran luminal kemudian mengangkut keluar sel ke dalam lumen tubulus. Di
bagian nefron, pembawa ini mengangkut a yang berasal dari filtrat glomerulus kearah yang berlawanan. Karena reaksi ini diawali dengan C jadi kecepatannya
bergantung pada konsentrasi C, jika konsentrasi Cmeningkat, maka reaksi akan
berlangsung cepat.
Jika konsentrasi di plasma tinggi, sel-sel tubulus akan berespon dengan
mensekresikan dalam jumlah yang lebih untuk disekresikan ke dalam urin, begitu
pula sebaliknya. Ginjal tidak dapat meningkatkan konsentrasi plasma dengan
mereabsorpsi yang sudah difiltrasi karena tidak terdapat mekanisme tersebut di
dalam ginjal.
b. Ekskresibikarbonat
Sebelum dibuang oleh ginjal, yang dihasilkan dari asam non-karbonat disangga oleh
HC plasma.Ginjal mengatur konsentrasi HC
plasma melalui 2 mekanisme yaitu:
1. Reabsorpsi HC
yang difiltrasi kembali ke plasma
Ion bikarbonat tidak mudah menembus membran luminal sel-sel tubulus
ginjal sehingga tidak dapat difiltrasi dan direabsorpsi secara langsung. Ion hidrogen yang disekresikan ke luar sel tubulus berikatan dengan HC
yang difiltrasi untuk membentuk C
. Lalu di bawah pengaruh karbonat
anhidrase, C tersebut teruari menjadi O dan C. Lalu C masuk
kembali ke dalam sel tubulus karena C mampu dengan mudah menembus
membran sel tubulus. Di dalam sel, di bawah pengaruh karbonat anhidrase
intrasel, C bergabung kembali dengan H2O membentuk C
yang
akan terurai menjadi dan HC. Karena dapat menembus membran
basolateral sel tubulus, HCsecara pasif berdifusi keluar sel masuk ke
dalam plasma kapiler-peritubulus. HC ini seolah-olah direabsorpsi
padahal sebenarnya tidak.
Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumentubulus lebih banyak dibandingkan dengan ion bikarbonat yang difiltrasi.
Sehingga semua ion bikarbonat yang difiltrasi biasanya direabsorpsi karena
tersedia di lumen tubulus untuk berikatan dengannya.
2. Penambahan HC yang baru ke dalam plasma
Pada saat semua HC yang difiltrasi telah direabsorpsi dan sekresi
tambahan telah dihasilkan oleh disosiasi C, HC yang dihasilkan berdifusi ke dalam plasma sebagai HC
yang baru. Disebut baru karena
kemunculannya di dalam plasma tidak berikatan dengan reabsorpsi HC
yang difiltrasi. Sementara itu, yang dihasilkan bergabung dengan
penyangga fosfat basa dan kemudian dieksresi di urin.
Selama asidosis, ginjal melakukan kompensasi sebagai berikut :
Meningkatkan sekresi dan ekskresi di urin sehingga kelebihan dapat
dieliminasi dan konsentrasi di plasma menurun.
Mereabsorpsi semua ion bikarbonat yang difiltrasi disertai dengan
penambahan ion bikarbonat baru ke plasma sehingga konsentrasi ion
bikarbonat plasma meningkat.
Begitu pula sebaliknya pada alkalosis.
c. Sekresi amonia
Terdapat dua penyangga urin yang penting yaitu penyangga fosfat (yang
difiltrasi) dan amonia (NH3) yang disekresi.
Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan, pertama disangga olehsistem penyangga fosfat, yang berada di dalam lumen tubulus karena kelebihan
ingesti fosfat telah difiltrasi tetapi tidak direabsorpsi. Jika sekresi ion hidrogen
meningkat, kapasitas fosfat urin untuk menyangga akan terlampaui,tetapi ginjal
tidak dapat mengeluarkan lebih banyak fosfat basa, maka semua ion fosfat basa
akan diekskresikan agar berikatan dengan ion hidrogen.
Lalu sel-sel tubulus mensekresikan N ke dalam lumen tubulus setelah
penyangga fosfat urin menjadi jenuh. Lalu, ion Hidrogen akan terus berikatan
dengan N untuk membentuk ion amonium (N)
Ion amonium akan keluar melalui urin setiap ia mengangkut ion hidrogen.
LI.3. Memahami dan menjelaskan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolik)
LO.3.1. Memahami dan menjelaskan definisi asidosis metabolik
Asidosis metabolik (kekurangan HC) adalah gangguan sistemik yangditandai dengan penurunan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan pH (peningkatan []). [HC] ECF adalah kurang dari 22 mEq/L
dan pH-nya kurang dari 7.35.Kompensasi pernapasan kemudian segera dimulai untuk
menurunkan PaCmelalui hiperventilasi sehingga asidosis metabolik jarang terjadi secara
akut.
LO.3.2. Memahami dan menjelaskan etiologi asidosis metabolic
Penyebab mendasar asidosis metabolik yaitu :- Kehilangan bikarbonat basa
- Pembentukan asam yang berlebihan di dalam tubuh
- Berkurangnya kadar ion HC
dalam tubuh
- Retensi ion H+ dalam tubuh
- Penambahan asam
Oksidasi lemak tak sempurna pada asidosis dibetika / kelaparan
Oksidasi karbohidrat tak sempurna pada asidosis laktat
- Berbagai gangguan, seperti gagal ginjal, asidosis laktat, produksi badan keton naik,
hyperaldosteron, keracunan
Penyebab asidosis metabolik umumnya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan
selisih anion yang normal atau meningkat.Penyebab asidosis metabolik dengan selisih
anion yang tinggi adalah peningkatan anion tak terukur seperti asam sulfat, asam fosfat,
asam laktat, dan asam – asam organik lainnya.
Anion-gap dalam plasmaDalam keadaan normal, jumlah anion dan kation di dalam tubuh adalah sama
besar. Selisih antara Na dengan HNO3 dan Cl atau selisih dari anion lain dan kation lain
di sebut sebagai anion-gap. Pada kelompok pembentukan asam organik yang berlebihansebagai penyebab asidosis metabolik, besar anion-gap akan meningkat oleh karena
7. Kontriksi pembuluh darah paru (pertukaran O2) terganggu
LO.3.4. Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan asidosis metabolik
Indikasi koreksi asidosis metabolik perlu diketahui dengan baik agar koreksi dapat
dilakukan dengan tepat tanpa menimbulkan hal-hal yang membahayakan pasien. Berikut
adalah langkah-langkah koreksi asidosisi metabolik:
Langkah Pertama adalah menetapkan berat ringannya gangguan asidosis. Gangguan
disebut letal bila pH darah < 7 atau kadar ion H > 100 nmol/L. Gangguan yang perludiperhatikan bila pH darah 7,1-7,3 atau kadar ion H antara 50-80 nmol/L
Langkah Kedua adalah menetapkan anion-gap atau bila perlu anion-gap urin untuk
mengetahui dugaan etiologi asidosis metabolik. Dengan bantuan tanda klinik lain kita
dengan mudah menetapkan etiologi.
Langkah Ketiga, bila dicurigai kemungkinan asidosis laktat, hitung rasio delta anion-gap
dengan delta HCO3 (delta anion gap : anion gap pada pasien diperiksa dikurangi dengan
median anion gap normal, delta delta HCO3: kadar HCO3 normal dikurangi dengan kadar
HCO3 pasien). Bila rasio >1, asidosis disebabkan oleh asidosis laktat.Langkah ketiga ini
menetapkan sampai sejauh mana koreksi dapat dilakukan.
Prosedur koreksia. Secara umum koreksi dilakukan hingga tercapai pH 7.2 atau kadar ion HCO3 12mEq/L
b. Pada keadaan khusus:
- Pada penurunan fungsi ginjal, koreksi dapat dilakukan secara penuh hingga
mencapai kadar ion HCO3 20-22 mEq/L. Pada ketoasidosis diabetik atau asidosis
laktat tipe A, koreksi dilakukan bila kadar ion HCO3 dalam darah kurang atau sama
dengan 5 mEq/L, terdapat hiperkalemia berat, setelah koreksi insulin pada diabetes
mellitus, koreksi oksigen pada asidosis belum terkendali. Koreksi dilakukan sampai
kadar ion HCO3 10 mEq/L
- Pada asidosis metabolik yang terjadi bersamaan dengan asidosis respiratorik dan
tidak menggunakan ventilator, koreksi harus dilakukan secara hati-hati atas
Dapat menyesuaikan kadar enzim untuk terapi suatu penyakit pada organ
tertentu, contoh: Enzim A memiliki sifat spesifik akan rusak pada pH tertentu,
maka harus disesuaikan dengan pH organ yang akan diterapi
Dapat mengetahui segala kemungkinan dari gangguan keseimbangan asam-basa
jika memakan makanan yang asam seperti jeruk limo, cuka, orange juice, dll. Menentukan derajat keasaman dari suatu larutan
Menyatakan konsentrasi ion hidrogen
Menentukan suatu kondisi asidosis atau alkalosis
Mengatur mekanisme ion-ion di cairan ekstraselular.
LI.5. Memahami dan menjelaskan diare
LO.5.1. Memahami dan menjelaskan definisi diare
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa, (lebih
dari 3x sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi.
LO.5.2. Memahami dan menjelaskan etiologi diare
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri,
parasit, virus), malabsorpsi, alergi.
Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak, ini meliputi infeksi bakteri (E. coli, Salmonella, Vibrio cholera), virus
(enterovirus, adenovirus, rotavirus), parasit (cacing, protozoa). Infeksi parenteral yaitu
infeksi yang berasal dari bagian tubuh yang lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media
akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia. Keadaan ini terutama pada bayi berumur
dibawah 2 tahun.
Faktor malabsorbsiGangguan penyerapan makanan akibat malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak
tersering karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan protein.
Faktor alergi makananFaktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan. Penularan
melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,seperti :
• Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
• Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
• Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.
Etiologi Diare Akut
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, virusmaupun parasit. Penyebab lain timbulnya diare akut adalah toksin dan obat,nutrisi enteral yang
Diare kronik dapat dibagi menjadi 7 kategori berdasarkan patofisiologinya:
1. Diare Osmotik
Saat feses melewati usus besar, osmolalitas feses sama dengan osmolalitas serum,
yaitusekitar 290 mosm/kg. Dalam keadaan normal, ion-ion yang mempengaruhi adalah
Na+, K+,Cl-, dan HCO3-. Osmolalitas feses dapat diperkirakan dengan = (Na++ K+)
x2.Osmotic gap adalah perbedaan antara osmolalitas yang diukur dari feses (atau serum)
dengan perkiraanosmolalitas feses, yang normalnya kurang dari 50 mosm/kg. Peningkatan
osmotic gap (>125mosm/kg) menunjukkan bahwa diare tersebut disebabkan oleh ingesti
atau malabsorpsidari bahan yang bersifat osmotik aktif. Penyebab yang paling sering
adalah defisiensidisakaridase (laktase),laxative abuse, dan sindroma malabsorpsi. Diare
osmotik membaikdengan puasa.Diare osmotik yang disebabkan oleh malabsorpsi
karbohidrat ditandaidengan distensi abdomen, kembung, dan flatus karena peningkatangas dalam usus.
2. Diare Sekretorik
Peningkatan sekresi usus atau penurunan absorpsi menyebabkan diare dengan volumefeses
yang banyak (>1 liter/hari) dengan osmotic gap yang normal.Perubahan tidak terlaluberarti
jika berpuasa, dehidrasi dan gangguan elektrolit mungkin terjadi. Penyebabnyatermasuk
tumor endokrin ( stimulasi usus atau sekresi pankreas), malabsorpsi garamempedu, dan
laxative abuse. Evaluasi diare sekretoris terdiri dari antigen Giardia, antibody Entamoeba
histolitika, kultur Yersinia, glukosa darah puasa, tes fungsi tiroid, dan ujicobakolestiramin
(cholybar, Questran).
3. Diare Inflamatorik
Diare pada sebagian besar pasien dengan radang usus (inlammatory bowel disease)
sepertikolitis ulserativa, penyakit Chron,dll. Gejala bervariasi termasuk nyeri perut,
demam, beratbadan menurun, dan hematochezia.
4. Kondisi Malabsorpsi
Penyebab utama malabsorpsi adalah penyakit usus halus, reseksi usus, obstruksi
limfatik,overgrowth bakteri pada usus halus, dan insufisiensi pankreas. Karakteristiknyaadalah beratbadan menurun, diare osmotik, steatorrhea, dan kurang gizi.
5. Gangguan Motilitas
Motilitas abnormal usus sekunder dari penyakit sistemik atau pembedahan
dapatmenyebabkan diare karena waktu transit yang sebentar atau stasis dari isi usus
dengan Overgrowth bakteri, pada akhirnya menyebabkan malabsorpsi.Penyebab yang
paling seringuntuk diare kronik adalah sindroma kolon iritabel (Irritabe Bowel Syndrome).
6. Infeksi Kronik
Infeksi parasit kronik dapat menyebabkan diare melalui berbagai mekanisme.Patogen
yangterkait dengan diare termasuk protozoa Giardia, E. hystolitica, dan Cyclospora, juganematoda usus. Infeksi bakteri seperti Aeromonas Dan Plesiomonas jarang
menjadipenyebab diare kronik. Pasien imunokompromais rentan terhadap infeksi yang
dapatmenyebabkan diare baik akut maupun kronis, antara lain infeksi oleh
Microsporida,Cryptosporidium, CMV, Isospora belli, Cyclospora, dan Mycobacterium
avium complex.
7. Diare FactitiousDiare ini terjadi pada pasien yang diduga memiliki riwayat penyakit psikiatrik atau tanpa
riwayat penyakit diare sebelumnya. Penyebabnya dapat berupa infeksi
intestinal,penggunaan yang salah terhadap laksansia. Pasien ini umumnya wanita dengan
diare kronikberat, nyeri abdomen, berat badan menurun, oedem perifer dan
hipokalemia.Kejadian initerjadi pada sekitar 15 % pasien diare kronik.
LO.5.3. Memahami dan menjelaskan klasifikasi diare
Klasifikasi diare ada beberapa macam.Berdasarkan derajat dehidrasi, diaredibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi ringan-sedang dan diare
dengan dehidrasi berat.Derajat dehidrasi ditentukan berdasarkan gambaran klinis, yaitu
keadaan umum, kelopak mata, rasa haus dan turgor.Berdasarkan waktu, diare dibagi
menjadi diare akut dan diare kronik.Berdasarkan manifestasi klinis, diare akut dibagi
menjadi disentri, kolera dan diare akut (bukan disentri maupun kolera).Sedangkan, diare
kronik dibagi menjadi diare persisten dan diare kronik.
Diare akut adalah kumpulan gejala diare berupa defikasi dengan tinja cair atau
lunak dengan atau tanpa darah atau lendir dengan frekuensi 3x atau lebih per hari dan
berlangsung kurang dari 14 hari dan frekuensi kurang dari 4x per bulan. Rata-rata 95%
diare akut terjadi dalam 3-5 hari, karena itu ada istilah diare prolong dimana diare yang
melanjut lebih dari 7 hari.Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri yang
disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan kolera, memiliki manifestasi
klinis antara lain diare profus seperti cucian air beras, berbau khas seperti
“bayklin/sperma”, umur anak lebih dari tahun dan ada KLB dimana penyebaran pertama
pada orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus yang bukan disentri dan
kolera dikelompokkan kedalam diare akut.Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut
yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan,
diare kronik lebih ditujukan untuk diare yang memilikimanifestasi klinis hilang-timbul,
sering berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yangmelanjut lebih dari 14 hari,
umumnya disebabkan oleh agen non infeksi. Diare kronik yaitu bila diare berlangsung
lebih dari 14 hari.
LO.5.4. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
• Muntah
• Badan lesu atau lemah
• Panas
• Tidak nafsu makan• Darah dan lendir dalam kotoran