WOUND BED PREPARATION Oleh : Ria Andjarwati, SKp. ETN Disampaikan pada Pelatihan Luka 13 s/d 17 Juli 2009 Rumah Sakit Kanker Dharmais
WOUND BED PREPARATION
Oleh :Ria Andjarwati, SKp. ETN
Disampaikan pada Pelatihan Luka 13 s/d 17 Juli 2009
Rumah Sakit Kanker Dharmais
Fokus Pembahasan
Pengertian “wound bed preparation” Bacterial Balance Manajemen nekrotik Manajemen eksudat Kesimpulan
Pengertian
WBP pada dasarnya adalah menyiapkan luka agar bisa sembuh. (George, 2006)
Tujuannya adalah “to create an optimal wound-healing environment by producing a well vascularised, stable wound bed with little or no exudate”
“ Wound bed preparation is the promotion of wound closure through diagnosis of the cause, attention to patient centred concerns, and correction of systemic and local factors that may delay healing.” (Sibbald 2003)
Principles of wound management
Define the aetiology Control factors effecting
wound healing Select appropriate
wound dressing Plan for wound healing
maintenance
TIME PRINCIPLES
Tissue debridement Apakah ada jar, Nekrotik / slough
Inflammation and/or Infection meningkatkan eksudat, bau dan warna luka
Moisture balance eksudat harus seimbang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering
Edge non advancing luka kronik dengan fase inflamasi yang memanjang
(S&N adapted from Advisory board on Wound Bed Preparation)
CRONIC WOUNDS
Semua luka kronik terkontaminasi dengan mikroorganisme, tapi tidak semua luka kronik mengalami infeksi
Pada luka kronik dapat terjadi :
Kontaminasi --------- Kolonisasi
Infeksi <-------------- Kritikal kolonisasi
Luka Kontaminasi
Adanya organisme yang tidak bereplikasi pada luka.
Wound culture would indicate bacteria of insignificant number I.e. <106
Kolonisasi
Adanya organisme yang bereplikasi pada luka tetapi tidak menimbulkan trouma pada host mis. Demam, nyeri dan purulen pada luka
Wound should continue to heal
Critical Colonisation
Wound not progressing Increased watery exudate Increased odour Atrophy of previous healthy
granulation tissue, Exuberant granulation tissue No typical host symptoms
Wound Infection
Redness, swelling, pain, heat, increased exudate, purulence
Replicating micro-organisms with associated host injury
Factor controlling Infection
Of all the factors controlling infection, host resistance is probably the most important determinant of wound infection and will be influenced by a number of local and systemic factors that include:
Vascular disease Oedema Diabetes mellitus Alcohol abuse Poor nutritional status Smoking Immunosuppression/use of steroid medications ,c
Manajemen Nekrotik
Pertanda yang paling sering dari luka kronik adalah munculnya jaringan nekrotik.
Debridement dapat dilakukan pada luka dan menurut penelitian bahwa akan mempercepat proses penyembuhan luka.
Menurut Baharestani konsekuensi jika tidak dilakukan debridemen antara lain :
Meningkatkan risiko infeksi Inflamasi yang terus - menerus Terbentuknya Absess Odour Tidak dapat mengkaji kedalaman luka Hilangnya nutrisi melalui exudate Menunda penyembuhan
Available methods for debridement
Surgical Sharp Larval Enzymatic Autolytic Mechanical
Sharp / Excixion Sharp debridemen metode
konservatif
meninggalkan lapisan tipis jaringan nekrotik pada luka.
Surgical debridement lebih agresif perlu anaesthesia
Tujuannya adalah untuk mengubah luka kronik menjadi luka akut dengan eksisi total.
Larval Therapy
Alternatif metode debridemen. Larval therapy should also be considered for: 1. A wound in which sharp debridement may expose bone, joint or tendon 2. A wound in which autolytic debridement has failed or was contra-indicated 3. As a secondary debridement method after sharp debridement or prior to skin grafting
Enzymatic debridement
prinsip kerja : enzim proteolytic ,exogenous
kombinasi “moist wound healing”
menghancurkan jaringan nekrotik
hasil yang maksimal
kondisi luka baik lingkungan luka benar
lembab, pH luka yang tepat, temperature.
Autolytic Debridement
Proses ini prinsip alami pada luka yang secaraselektif mengalami proses liquefaction,separation danpenghancuran jaringannekrotik dan eschar darijaringan yang sehatsebagai akibat dariaktifitas macrophage danendogenus proteolitik
ion exchange
swelling process gel formation
Secondarydressing
Hal ini tercapai hanya jika lingkungan luka lembab. Penggunaan metode balutan oklusif, semi – oklusif dan balutan lembab mendukung aktifitas fagositosis dan pembentukan jaringan granulasi.
Mechanical Debridemen
Metode ini tidak secara spesifik menghilangkan hanya jaringan nekrotik karena jaringan yang sehatpun dapat terangkat dari permukaan luka.
Contohnya dengan penggunaan kassa wet – to – dry sehingga saat mengganti balutan dapat menggangkat jaringan nekrotik.
Namun metode ini dapat merusak jaringan sehat sehingga memperlama proses penyembuhan luka.
Manajemen Eksudat
Cairan dari luka kronik berbeda dengan luka akut. Dan eksudat yang berlebihan akan memperngaruhi penyembuhan luka. Bahkan pada luka yang sudah ada jaringan granulasi, eksudat yang berlebihan dapat menghambat growth factor.
Eksudat dari luka kronik dapat memperlambat atau menghambat proliferasi sel –sel inti seperti keratinocytes, fibriblast dan sel endotelial.
Exudate juga mengakibatkan hilangnya protein, merusak kulit sekitar dan merupakan mediabagi berkembangnya bakteri.
High exudate
Wound Dressing yg Tepat
Berfungsi sebagai absorban yang baik sekaligus melindungi luka dari trauma dan microorganisme luar.
Contohnya :
Hidrofiber, Calsium Alginate, Hidrokoloid, untuk primary dressing
Kassa, underpad atau pampers untuk secondary atau tertier dressing.
Kesimpulan
WBP adalah langkah penting dalam proses penyembuhan luka, dan merupakan suatu rangkaian yang tidak terputus dalam mengkawal luka hingga mencapai kesembuhan yaitu timbulnya epitelialisasi.
REFERENSI
1. Falanga V. Classifications for wound bed preparation and stimulation of chronic wounds. Wound Repair Regen 2000; 8(5): 347-52.
2. Falanga V. Introducing the concept of wound bed preparation. Int Forum Wound Care 2001; 16(1): 1-4.
4. Sibbald RG, Williamson D, Orsted HL, Campbell K, Keast D, Krasner D, Sibbald D. Preparing the wound bed - debridement, bacterial balance, and moisture balance. Ostomy Wound Manage 2000; 46(11): 14-35.
5. Sibbald RG. What is the bacterial burden of the wound bed and does it matter? In: Cherry GW, Harding KG, Ryan TJ, editors. Wound Bed Preparation. London: Royal Society of Medicine Press Ltd, 2001; 41-50.
8. Baharestani M. The clinical relevance of debridement. In: Baharestani M, et al, editors. The Clinical Relevance of Debridement. Berlin: Springer-Verlag, 1999.
Internet : Kathryn Vowden,RGN, DPSN(TV),Clinical Nurse Specialist (Vascular and Wound Healing)Bradford Royal Infirmary Bradford, UK and Peter Vowden, MD, FRCS. ,Consultant Vascular Surgeon, Bradford Royal Infirmary, Bradford, UK
TERIMA KASIH