Top Banner
Membangun cinta persaudaraan KEMARTIRAN DAN PERUTUSAN REPARASI: KEMBALI KE POROS UTAMA KESAKSIAN HIDUP SEBAGAI MISTIKUS DAN NABI AMETUR UBIQUE TERRARUM COR IESU SACRATISSIMUM, IN AETERNUM KEMARTIRAN ADALAH BAGIAN INTEGRAL DARI TUGAS PERUTUSAN REPARASI SEBAGAI THE WAY OF THE HEART MENEMPATKAN HATI KUDUS YESUS SEBAGAI POROS PARA RELIGIUS DIUTUS SEBAGAI MISTIKUS DAN NABI PADA ZAMAN INI Chevalier WARTA KELUARGA TAHUN XII • NO. 7 • SEPTEMBER 2014
48

WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

Apr 04, 2016

Download

Documents

jonastmsc

Monthly publication of Chevalier Family Indonesia (MSC, FDNSC, FBHK, TMM and Lay Associates).
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 1

Membangun cinta persaudaraan

KEMARTIRAN DAN PERUTUSAN

REPARASI:KEMBALI KE POROS UTAMA

KESAKSIAN HIDUP SEBAGAI MISTIKUS

DAN NABI

AMETUR UBIQUE TERRARUM COR IESU SACRATISSIMUM, IN AETERNUM

KEMARTIRAN ADALAH BAGIAN INTEGRAL DARI TUGAS PERUTUSAN

REPARASI SEBAGAI THE WAY OF THE HEART MENEMPATKAN HATI KUDUS YESUS SEBAGAI POROS

PARA RELIGIUS DIUTUS SEBAGAI MISTIKUS DAN NABI

PADA ZAMAN INI

Chevalier

W A R T A K E L U A R G A

TAHUN XII • NO. 7 • SEPTEMBER 2014

Page 2: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

2 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

KESAKSIAN SEBAGAI NABI DAN MISTIKUS

PADA ZAMAN INI

MEMBANGUN RUMAH HATI

DAFTAR ISI

MISTIK SEHARI-HARI

Tanggal 1 - 5 September 2014 terselenggara Sidang KOPTARI

2014 di Malino, Sulawesi Selatan. Kesaksian hidup sebagai mistikus

dan nabi di zaman ini menjadi tema utama.

Membangun hidup komunitas adalah membangun rumah hati. Sudahkah rumah hatiku terbuka

bagi saudara-saudariku yang membutuhkan perhatian?

Religius dipanggil untuk menjadi mistikus dan nabi pada jaman ini. Apa maknanya menjadi mistikus dalam hidup sehari-hari?

REPARASI: KEMBALI KE POROS UTAMA

22

KEMARTIRAN DAN PERUTUSANKemartiran adalah bagian integral dari tugas perutusan. Setiap situasi dan jaman menuntut semangat kemartiran.

04

12

07

18

Page 3: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 3

60 TAHUN SEKOLAH TINGGI FILSAFAT SEMINARI PINELENG

KONFERENSI UMUM MISIONARIS HATI KUDUS

enam tahun msc berkarya di palembang

EDITORIAL

HAL. 26

HAL. 32

HAL. 36

HAL. 38

Tanggal 15 - 26 September 2014 telah terselenggara

Konferensi Umum XXIII Tarekat MSC

di Guatemala.

Sejak Juni 2008 Tarekat MSC telah berkarya di Keuskupan Agung Palembang. Apa yang telah dicapai dan apa tantangannya?

Diterbitkan oleh: Ametur Indonesia Redaktur: Joni Astanto MSC Keuangan: Sr. M. Rosina Angwarmase PBHK Grafis & Tata Letak : Joni Astanto MSC Team Redaksi: P. Joni Astanto MSC Sr. M. Violetha Kereh PBHK Fr. Vincensius BHK P. Patris Jeujanan MSC Sr. M. Evarina PBHK Sr. M. Fransina Ulmasembun TMM Distribusi : Keluarga Chevalier Kontributor: P. Joseph Harbelubun MSC P. Jimmy Balubun MSC P. Antonius Dedian MSC P. Lexy Sarkol MSC P. Aris Angwarmase MSC P. Gregorius Hertanto MSC Sr. M. Margaretha PBHK Sr. M. Cornelia PBHK Sr. M. Agusta PBHK Fr. Kardinus BHK Fr. Patrik BHK Sr. M. Paskalina Fun TMM Bp. Yan Pontoan Drg. Petrus Sidharta Maringka Koresponden Luar Negeri: P. Hermas Asumbi MSC (Jepang) P. Angky Welliken MSC (Ekuador) P. Adrianus Budhi MSC (US) P. Alfin Buarlele (Australia) P. Anton Kaseger (Australia) Sr. M. Valentine PBHK (Afrika) Sr. M. Virginia PBHK (Afrika) P. Timoteus Ata MSC (Philippines).

AMETUR INDONESIALantai 1 Gedung Pax, Jl. KH. Hasyim Ashari No. 23 JAKARTA 10130Tlp : (021) 6326737, 63857105. Fax : (021) 6326778. Email: [email protected]; [email protected]

28

40

42

PERTEMUAN PIMPINAN KELUARGA CHEVALIER

SELAMAT JALAN GIS...

PASTORAL PERJUMPAAN

NEW HEART COMMUNITY ANGKATAN XV

Page 4: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

4 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

KEMARTIRAN DAN PERUTUSANKemartiran adalah bagian integral dari tugas perutusan. Setiap situasi dan jaman menuntut semangat kemartiran.

BUDAYA CINTAOleh: P. Johanis Mangkey MSC

Ada hal khusus yang ditemui oleh Paus Fransiskus dalam kunjungan- nya ke Albania pada hari Minggu, 21 September 2014. Buah-buah kemartiran yang dialami oleh Gere-ja semasa rezim komunis berkuasa, antara tahun 1941 – 1991, ma-sih segar dalam ingatan dan kalbu umat. Keterkejutan dan kekaguman Paus diungkapkannya ketika dalam perjalanan dari bandara menuju lapangan Ibu Teresa beliau melihat begitu banyak foto para martir, yakni mereka yang telah banyak mende- rita demi iman mereka akan Kristus. Kata Sri Paus: “Saya tidak tahu bah-wa umat kalian telah begitu banyak menderita. Pada hari ini, dalam per-jalanan dari bandara menuju lapang- an saya melihat foto-foto para mar-tir. Dapatlah dikatakan bahwa rakyat masih mengingat mereka yang te- lah begitu banyak menderita. Suatu bangsa para martir! Pada hari ini, di awal perayaan ini, kita mendengar-kan kisah dari dua di antara mereka. Apa yang dapat saya katakan kepada kalian ialah mereka mengatakannya dengan kehidupan mereka sendiri. Mereka mengatakan hal ini dengan kata-kata sederhana namun begitu memedihkan.”

Kedua saksi kemartiran itu ada-lah Pater Ernest Troshani Simon (84) dan Suster Marije Kaleta (85), dua orang yang selamat dari peng- aniayaan keji oleh rezim komunis Albania, Sambil berlinang air mata Paus Fransiskus merangkul mereka seusai mengisahkan pengalaman-

nya yang begitu mengharukan da-lam perayaan jumpa bersama de- ngan para imam, biarawan/wati, para seminaris serta gerakan-ge- rakan eklesial kaum awam di Gereja Katedral St Paulus Tirana.

Pater Ernest Troshani Simon, yang ditahbiskan imam pada 1956, mengisahkan bagaimana ia dipenja-rakan dalam kondisi tidak manusiawi karena kesetiaannya kepada Gereja dan Pengganti Petrus. Ia kemudian terluput dari hukuman mati. Diki-sahkannya bahwa pada Desember 1944 rezim komunis-ateis meng- ambil alih kekuasaan di Albania dan berupaya menghapus iman dan kaum klerus dengan cara menang-kap, menyiksa dan membunuh para imam serta kaum awam yang setia selama tujuh tahun berturut-turut. Darah dari banyak di antara mereka tercurah dan ketika akan ditembak mati beberapa dari antara mereka berseru: “Hidup Kristus sang Raja!”. Pada 1952 para pemimpin Komu-nis mengumpulkan para imam yang bertahan hidup dan menawarkan kebebasan dengan syarat menjauh-kan diri dari Sri Paus dan Vatikan, tetapi mereka menolak.

Pada 24 Desember 1963, keti-ka merayakan Misa Malam Natal, empat petugas menyerahkan surat penahanan dan dekrit eksekusi mati. Ia diborgol dan ditahan. Ia disiksa dan ditempatkan di tempat teriso-lasi selama tiga bulan dalam kondisi tidak manusiawi. Walaupun sangat menderita ia punya suatu keyakinan,

ia berucap: “Allah menghendaki agar saya tetap hidup. Penyelenggaraan Ilahi menghendaki bahwa hukuman mati saya tidak akan segera dilak-sanakan. Mereka membawa seo-rang tahanan lain di ruangan saya, seorang sahabat dekat saya, untuk memata-matai saya. Ia mulai ber-bicara melawan partai (komunis). Saya menjawab bahwa Kristus telah mengajarkan saya untuk mencintai musuh-musuh kita dan untuk meng- ampuni mereka dan bahwa kita harus berusaha untuk mencari ke-baikan orang-orang lain. Kata-kata itu sampai di telinga penguasa, yang beberapa hari kemudian, membe-baskan saya dari hukuman mati.” Dan selama interogasi dikatakan bahwa ia akan digantung sebagai musuh karena mengatakan kepada umat: “Bilamana perlu, kita semua akan mati demi Kristus.”

Sebagai ganti hukuman mati pa-ter Ernest dikirim untuk kerja paksa di suatu tambang selama 18 tahun dan di terowongan pembuangan ko-toran selama 10 tahun. Selama itu ia merayakan Misa, mendengarkan pengakuan dosa dan membagikan komuni secara rahasia/diam-diam. Ia kemudian dibebaskan ketika rezim komunis runtuh dan kebe-basan beragama diakui.

Setelah bebas ia kembali ke pe-layanan aktif khususnya di kam-pung-kampung pegunungan yang terisolasi dan mengajak umat kris-tiani yang masih terbelit lingkaran balas dendam untuk lepas dari ke-

Page 5: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 5

Pada saat kunjungan Paus Fransiskus di Albania, Minggu 21 September 2014, jalan-jalan dipenuhi dengan foto-foto para martir yang menderita demi iman akan Kristus di Albania.

bencian dan merangkul cintakasih Allah.

Suster Marije Kaleta berbicara tentang pengalamannya ikut men-derita, termasuk kerja paksa. Ia berani mengambil risiko dengan membaptis secara sembunyi “setiap orang yang datang di pintu rumah- nya”, sambil merasa was-was ten-tang kemungkinan dimata-matai oleh kaki tangan rezim. Salah satu contoh ialah ketika Suster didatangi oleh seorang ibu yang minta agar bayinya dibaptis. Pada awalnya Sus-ter ragu-ragu karena suami sang ibu adalah seorang komunis dan kha-watir ia sedang dijebak. Namun, kesungguhan dan iman sang ibu, yang mendesakkan keinginannya, meyakinkan si Suster untuk meneri-makan baptisan. Sang ibu menunjuk ke sebuah parit di mana ada air, lalu anaknya dibaptis. Selain itu, Sus-ter tersebut juga menyimpan hosti yang sudah dikonsakrir di tempat ti-durnya dan diam-diam memberikan sambut kepada orang-orang sakit atau yang hampir meninggal.

Imam dan suster tersebut ada-

lah contoh heroisme iman dan cin-takasih serta keteguhan dalam pengharapan. Mereka membawa misi Kristus, yang mengandung risiko, bahaya, bahkan kehilangan nyawa. Sepanjang sejarah Gere-ja, dari awal sampai sekarang, ada banyak saksi iman dan misiona- ris, baik imam, biarawan/wati dan kaum awam, yang diutus un-tuk menjalankan misi yang penuh pengorbanan dan risiko. Mereka menjalankannya sebagai partisipa-si dalam misi Kristus, yang sendiri harus menghadapi kemartiran de- ngan mengorbankan dan memberi diri seutuhnya bagi keselamatan semua orang. Mereka mengajarkan bahwa kemartiran adalah bagian in-tegral dari tugas perutusan. Situasi dan kondisi setiap zaman dan tem-pat-tempat yang berlainan, yang menuntut semangat kemartiran, bisa berbeda dalam menjalankan amanat perutusan Kristus, namun cintakasih Kristus, yang membe-baskan serta penuh pengampunan, kerahiman, kepedulian tetap sama.

Bagi mereka penghiburan satu-

satunya adalah Allah, yang me-manggil dan mengutus. Tentang heroisme iman umat, khususnya kedua saksi iman Albania, Paus ber-kata: “Bagaimana mungkin kalian bertahan dalam kesusahan sede-mikian berat? Mereka mengatakan kepada kita bahwa Allahlah, sang Bapa yang maharahim, Allah setiap penghiburan, yang menghibur kita. Khususnya, Allah mengibur kedua saksi ini. Banyak orang baik, ter-masuk para rubiah, berdoa untuk mereka ... Merupakan suatu misteri bahwa Allah mendengarkan per-mohonan akan penghiburan dari umat-Nya. Allah menghibur dengan rendah hati dan kuat. Ia menghibur dalam keakraban hati dan kekua-tan. Mereka tidak membanggakan apa yang telah mereka alami karena Allahlah yang memberikan kekuat- an kepada mereka untuk berjalan terus. Tetapi mereka mengatakan kepada kita sesuatu, yang bagi kita yang dipanggil oleh Allah untuk mengikuti-Nya secara dekat, bahwa satu-satunya penghiburan berasal dari Dia.”

Page 6: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

6 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

WKC membuka kesempatan untuk siapa saja, baik Imam, Biarawan, Biarawati

maupun awam angggota Keluarga Chevalier untuk berkontribusi dalam bentuk tulisan.

Tulisan dikirim ke Redaksi melalui email: [email protected] atau [email protected],

disertai dengan ilustrasi atau foto.

Tulisan yang tidak dimuat tidak dikembalikan.

Saudara-saudari yang terkasih, salam jumpa dalam Warta Keluarga Chevalier edisi terbaru ini.

Semoga WKC ini tetap menjadi salah satu andalan untuk media ko-munikasi dan informasi antar Kelu-arga Chevalier di manapun berada.

Saya sebagai Koordinator Am-etur Indonesia, sangat bersyukur sebab keberadaan WKC telah membantu pewartaan Spiritualitas Hati, baik untuk awam maupun re-ligius. Saya berterima kasih pada para narasumber yang selama ini telah mengirimkan atikel maupun berita-berita kegiatan yang telah dilakukan oleh para anggota Kelu-arga Chevalier di daerahnya mas-ing-masing. Saya berharap semakin banyak anggota Keluarga Chevalier yang bisa mengirimkan berita-be- rita dan artikelnya ke redaksi. Hal itu tentu sangat memperkaya dan membantu kelancaran penerbitan majalah WKC.

Pembaca yang terkasih, kalau ada orang yang selama ini sangat berperan dan selalu bekerja keras untuk menerbitkan majalah WKC, itu adalah Pastor Joni Astanto MSC. Sebagai anggota Tim Ametur, Pas-tor Joni sangat bertanggung jawab dan concern pada tugasnya sebagai penanggung jawab majalah WKC. Saya salut dan sangat mengagumi

Semoga Hati Kudus Yesus dikasihi di mana-mana. Selama-lamanya. Amin.

ketekunan dan kesetiaan serta ke- tahanan fisiknya ketika sedang me- rampungkan majalah WKC dalam tiap penerbitannya. Matur nuwun Pastor Joni.

“Ada yang datang dan ada yang pergi”, itulah peribahasa yang se- ring kita dengarkan dalam kehidup- an kita. Kali ini Pastor Joni Astanto yang akan pergi dan meninggalkan kita yang ada di Jakarta, Pastor Joni akan pindah tugas Ke Keuskupan

Agung Merauke. Kami Tim Ame-tur Indonesia yang ada di Jakarta merasa sangat kehilangan sosok pekerja keras yang rendah hati dan tidak banyak bicara seperti Pastor Joni, namun kami juga menyadari bahwa tugas dari Tarekat yang baru ini juga penting dan harus lebih di-utamakan. Selamat jalan, kami doa-kan semoga di tempat tugas yang baru Pastor Joni akan tetap me- wartakan Hati Kudus Yesus dengan penuh sukacita.

Siapa yang akan datang meng-gantikan Pastor Joni? Dia adalah Pastor Berty Tijow MSC. Selamat da-tang dan bergabung dengan kami pastor Berty. Kami percaya ada banyak talenta dan ide yang bisa di-sumbangkan untuk perkembangan Ametur Indonesia dan khususnya untuk penerbitan WKC.

Akhirnya, kita semua akan memasuki bulan Oktober yang juga merupakan bulan Rosario. Marilah kita semakin memperdalam devosi kita kepada Bunda Maria sebagai Bunda Hati Kudus. Semoga kita dite- rangi oleh sinar keibuannya dan dibawa lebih dekat kepada Hati Ku-dus Yesus, Puteranya.

P. Petrus Joseph Budi Santoso MSCKetua Ametur Indonesia

SAPAAN

P. Petrus Joseph Budi Santoso MSC

Page 7: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 7

KESAKSIAN HIDUP SEBAGAI MISTIKUS DAN NABI PADA ZAMAN INIPada tanggal 1 - 5 September 2014 yang lalu diselenggarakan Sidang Konferensi Pemimpin Tertinggi Antar Religius Indonesia (KOPTARI) di Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sidang KOPTARI 2014 meng- ambil tema: Kesaksian Hidup sebagai Mistikus dan Nabi Zaman Ini. Berikut laporan Sidang KOPTARI di Malino oleh Sr M Evarina PBHK.

Elia dan Elisha menyuarakan kebenaran pada jamannya. Kita semua, para religius pun

dipanggil untuk menjadi nabi-nabi masa kini.

SAJIAN UTAMA

Judul di atas adalah tema yang menjadi bahan pendalaman bersa-ma dalam sidang pleno Konferensi Pemimpin Tertinggi Antar Religius Indonesia (KOPTARI) yang dilak-sanakan di Malino – Sulawesi Sela-tan, pada tanggal 1 – 5 September 2014. Peristiwa bersejarah ini dihadiri oleh anggota MASI (Mu- syawarah Antar Serikat Imam) IBSI (Ikatan Biarawati Seluruh Indo-nesia) dan MABRI (Musyawarah Antar Bruder Indonesia) yang menurut Sr. Petronella, sekretaris Eksekutif KOPTARI, berjumlah 181, namun yang hadir di Malino hanya 105. Suatu jumlah yang sangat besar dengan kekuatan para ang-gota tarekat di dalamnya yang luar biasa bagi Gereja Katolik Indonesia. Di belakang 181 Provinsial Tarekat-Tarekat tersebut terdapat para anggota dengan pelbagai karya mereka, di dalam dan luar negeri, di bidang pastoral, bidang pendidikan dan kesehatan, panti asuhan, karya sosial, dan lingkungan hidup, setiap hari bekerja dengan tekun dan se-tia di bidangnya masing-masing.

Page 8: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

8 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

Teologi Sukses

Sidang hari pertama dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. John Liku Ada Pr (Uskup Keuskupan Agung Makas-sar) dan P RB Riyo Mursanto SJ (Ketua KOPTARI) dan P Andreas Madya Srijanto SCJ (Sekretaris KOPTARI). Perayaan Ekaristi didahului dengan ucapan selamat datang yang disampaikan oleh Sr Justien Tiwow JMJ, Wakil Ketua KOPTARI sekaligus Penanggung jawab panitia lokal pelaksanaan Sidang Pleno ini. Sr Justien meng-harapkan para peserta Konferensi mengalami suasana yang meng-gembirakan dan menyenangkan, sehingga rahmat yang ditimba selama sidang sungguh berguna dalam kelanjutan kesaksian se-bagai nabi dan mistikus.

Dalam kotbahnya Bapak Uskup Keuskupan Agung Makassar itu

mengungkapkan bahwa kita ber- karya karena dorongan pengalam- an kehadiran Allah dalam diri dan hidup kita. Lebih lanjut Bapak Us- kup mengatakan perlunya mencer-mati apa yang tumbuh dalam ling- kungan agama Kristen denomina-si–denominasi baru, yakni Teologi Sukses atau Teologi Kesejahtera- an, seperti ditulis dalam buku Ir Herlianto MTh, Teologi Sukses an-tara Allah dan Mammon. Beberapa nama yang dikenal sebagai nabi modern seperti Norman Vincent, Robert Kenneth, berdasarkan studi Ir. Herlianto ini, menekankan teolo- gi sukses, yang sesungguhnya ter- nyata adalah sinkretisme antara kekristenan dan mammon. Dalam pengajaran mereka yang berkobar- kobar dan berapi-api Allah sering dieksploitasi bagaikan mesin ATM. Ketika dicermati, yang menjadi ilah baru adalah mammon. Allah dima- nipulasi menjadi sarana untuk

mendapatkan ilah baru itu. Hal itu berbahaya sehingga Ir. Herlianto menutup bukunya dengan meng-utip kata-kata Kitab Suci: “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kamu tidak dapat meng-abdi Allah dan kepada mammon sekaligus .” Ketika mamon menjadi tujuan, maka Allah menjadi sarana dan ini sungguh-sungguh menja-di pembalikan Injil Yesus Kristus. “Mudah-mudahan selama sidang KOPTARI berlangsung, kita meng- alami keheningan, kebeningan dan kedamaian. Semoga tema yang akan kita gumuli dalam persidang- an ini sungguh membawa manfaat dan semangat baru untuk melan-jutkan karya pelayanan kita kepada Gereja Indonesia, sebagai para religius yang melayani Gereja dan masyarakat,” tandas Bapak Uskup.

Setelah misa pembukaan, para peserta sidang diajak untuk menyi- mak profil tarekat-tarekat religius

Misa Pembukaan Sidang KOPTARI dipimpin oleh Uskup Keuskupan Agung Makassar Mgr. John Liku Ada, didampingi oleh P RB riyo Mursanto SJ dan P Andreas Madya Srijanto SCJ.

Page 9: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 9

Para religius masa kini dipanggil bersama untuk menjadi mistikus dan nabi

yang berkarya di Keuskupan Agung Makassar antara lain imam Projo, MSC, CICM, JMJ, HHK, CMM, BKK, SFIC, RMI, MC dan sharing dari per- wakilan awam oleh Bapak Julius Yunus Tedja. Bapak Julius sebagai perwakilan umat mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraan kare- na bisa berbagi pengalaman de- ngan Para Pimpinan Tarekat. Di tengah kesibukan dalam keluarga dan pekerjaan, ia selalu aktif dalam kegiatan Gereja. Itu menjadi kekua-tan dan selalu memberi kegembi- raan batin. “Semoga kehadiran Ta- rekat-tarekat religius selalu mem- beri kesejukan dan pelayanan ke-pada siapapun terutama yang mis- kin dan menderita,” katanya. Pada sore harinya para peserta sidang mendengarkan laporan Badan pengurus KOPTAR, serta laporan Fraksi IBSI, MASI dan MABRI.

Sidang hari kedua, diisi dengan mendengarkan masukan dan berefleksi bersama tentang tema kesaksian hidup sebagai mistik- us dan nabi pada zaman ini yang

dibawakan oleh Pastor Albertus Sujoko Hadiwardaya MSC. Setelah mendengarkan input dari P Sujoko, para peserta sidang dibagi dalam beberapa kelompok dan bershar-ing untuk mendalami tema yang sudah diterima bersama. Sesudah makan siang panitia memberi kesempatan kepada para peserta sidang untuk mengagumi karya Allah dengan jalan-jalan ke Taman bunga, air terjun dan perkebunan teh.

Pemilihan Badan Pengurus

Hari ketiga, merupakan hari untuk pemilihan Badan Pengurus KOPTARI dan badan pengurus ti-ap-tiap fraksi periode 2014-2017, sekaligus penyusunan program kerja dari tiap-tiap fraksi. Berkat bimbingan dan terang Roh kudus, terpilih ketua Badan Pengurus KOPTARI yaitu Pastor Adrianus Sunarko OFM; Ketua MASI: Pastor Petrus Hardiyanto SJ; Ketua IBSI: Sr. Carolina CB; dan Ketua MABRI: Br. Dwiyatno FIC. Program-pro-

gram dari masing-masing fraksi yang telah disepakati bersama di-sahkan pada sidang hari keempat. Di samping penyusunan program bagi tiap-tiap fraksi juga dirumus-kan pernyataan bersama yang akan direkomendasikan kepada Badan Pengurus KOPTARI dan juga rekomendasi untuk mengisi Tahun Hidup Bakti yang akan dimulai pada 30 November 2014 dan akan ditutup pada 30 November 2015. Rekomendasi untuk mengisi Tahun Hidup Bakti 2015 antara lain: membentuk tim untuk mengada-kan penelitian mengenai Profil Re-ligius Indonesia, Mendorong para provinsial untuk membuat refleksi tertulis tentang hidup bakti dalam terang Perfectae Caritatis dan Evan-gelii Gaudium untuk dipublikasikan.

Wake-up Call for the Church

Sore hari setelah pengesah-an program dari masing-masing fraksi, diadakan pertemuan ber-sama Mgr. Sudarso SCJ, sebagai penghubung dengan KWI. Dalam pertemuan ini beliau atas nama para Uskup yang tergabung dalam KWI menyampaikan salam dan hormat serta selamat memanfaat-kan Sidang Pleno KOPTARI ini de- ngan kesatuan hati dan iman agar sidang ini menghasilkan semangat baru sebagai religius, warga Umat Allah yang terus berpikir bersama Gereja, sentire cum ecclesia. Mengo-mentari tema Sidang yang mene- kankan Kesaksian Hidup sebagai Mistikus dan Nabi, Mgr Sudarso mengatakan bahwa kesaksian adalah kebutuhan yang mende-sak dan paling sulit dihadapi oleh para religius dan Gereja jaman ini. Itulah Kesaksian Injili. “Sudah sejak Konsili Vatikan II hal itu dimint-akan perhatiannya. Tema Sidang KOPTARI 2014 yang ingin mene- kankan kesaksian hidup sebagai mistikus dan nabi kami sambut dengan baik. Apalagi refleksi ten-tang mistikus dan nabi ini sudah menjadi bahan refleksi wajib untuk semakin dipahami dan diresapi dalam komunitas-komunitas. Kami mengajak untuk menyadari pen-

Page 10: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

10 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

tingnya dimensi tersebut, karena itulah dimensi penting dalam Gere-ja. Mistikus dan kenabian meru- pakan dua dimensi yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. Kita dapat melihat itu dalam diri pribadi para pendiri Tarekat dimana peng- alaman iman akan Allah memam-pukan mereka untuk menanggapi tanda-tanda kehadiran Tuhan pada jamannya. Seorang teolog besar mengingatkan kita bahwa Gereja harus semakin menjadi mistik atau akan kehilangan garam dan terang pengaruhnya pada dunia. Para religius sebagai communio yang hidup dan ingin memberi kesak-sian secara padat kehadiran Gereja haruslah menunjuk pada dua hal yaitu pengalaman iman yang dekat dengan Allah dan mewartakannya dalam gaya hidup dan setiap pe-layanan yang diembannya. Dengan semakin memberikan kesaksian kedua dimensi itu para religius akan dapat lebih memancarkan perutusan gereja sesuai dengan maksud Tuhan. Dan semoga de- ngan kesaksian itu terjawablah pertanyaan besar mengapa Gereja kurang diminati kendati segala perjuangannya.”

“Harapan saya, dengan kesak-sian itu Tarekat religius dapat men-

jadi “wake-up call for the Church” atau alarm bagi Gereja. Seorang rahib mengatakan: ”We must teach again that religious are meant to be wake up call for the church.” Selan-jutnya Mgr Sudarso mengatakan bahwa telah dicoba mengidentifi-kasi halangan-halangan yang bisa membuat pewartaan atau evange-lisasi Gereja kurang bergema:

• Gereja masih tetap dipan-dang “asing” terutama oleh orang-orang Asia, itulah sebabnya inkulturasi pernah mendapat perha-tian besar. Keasingan juga harus dianalisa secara kritis karena kata itu juga dikait-kan dengan strategi politis, entah karena masuknya lewat bangsa penjajah ke tengah-tengah masyarakat yang sudah beragama lain terutama muslim atau karena sebab lain. Namun asing juga karena struktur dalam Gereja atau lemba-ganya yang semakin kurang mengakomodasi pembaha-ruan. Akibat dari itu, Gereja dan lembaga-lembaganya berhadapan dengan reak-si ektrim dari sekularisasi yang bertentangan dengan

kelembagaan Gereja sendiri.• Halangan lain evangelisasi

adalah lifestyle kita para re-ligius yang dipengaruhi oleh semangat konsumeristis, individualis dan sekaligus menjadi halangan berha-dapan dengan mentalitas anak-anak jaman. Selain itu sering perbedaan-perbe-daan sudut pandang dalam refleksi teologi tentang misi dan evangelisasi dapat memperlambat jalannya pewartaan kabar sukacita iman kita.

Memasuki hari kelima, seluruh peserta Sidang KOPTARI dan Pani-tia mengadakan perjalanan menuju ke Katedral Makassar untuk me-nutup keseluruhan Sidang dengan Misa yang dipimpin oleh Duta Va-tikan Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Setelah misa dilanjutkan dengan makan bersama dan ramah tamah di Aula Katedral sambil menikmati berbagai macam tarian dan lagu-lagu yang sudah dipersiapkan oleh panitia. Sr M Evarina PBHK

Page 11: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 11

Malino adalah kota sejuk dan bersejarah. Dalam kata pengantar Misa Pembukaan Sidang KOPTARI 2014, Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada, Pr antara lain mengatakan:

“Tahun 1946 diadakan Konfe- rensi Malino yang diprakarsai oleh H.J. van Mook, sebagai wakil Gubernur Jendral Belanda untuk membicarakan pembentukan Negara Indonesia Timur. Bulan De-sember tahun 2001, Ketika Negara Indonesia mengalami disintegrasi sosial yang semakin meluas akibat kerusuhan di Ambon, Wakil Presi-den Jusuf Kalla mengambil prakar-sa untuk mengadakan Konferensi Malino untuk mengatasi kerusuh- an di Ambon. Tiga bulan kemudian, Februari 2002, Jusuf Kalla men-gadakan konferensi di Malino lagi untuk mengatasi kerusuhan di Poso.”

Dan pada tgl 1 – 5 September 2014, terjadi lagi peristiwa yang sangat bersejarah, di mana Kon-ferensi Pemimpin Tinggi Tarekat Religius Indonesia (KOPTARI) mengadakan Konferensi Nasion-al. KOPTARI yang beranggotakan MASI (untuk kongregasi Imam Religius) IBSI (Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia) dan MABRI (untuk kongregasi para bruder se-Indonesia) yang menurut Sr. Petronella, sekretaris Eksekutif, jumlahnya 181, dan yang hadir di Malino hanya 105. Jumlah yang sangat besar dengan kekuatan para anggota tarekat di dalamnya yang luar biasa bagi Gereja Ka-tolik Indonesia. Di belakang 181 Provinsial Tarekat itu terdapat para anggota tarekat dengan pelbagai karya mereka, di dalam dan luar negeri, di bidang pastoral, bidang pendidikan dan kesehatan, panti

asuhan, karya sosial, dan lingkung- an hidup, yang setiap hari bekerja dengan tekun dan setia di bidang- nya masing-masing, tanpa kata dan tanpa suara, bagaikan him-punan semut-semut yang bekerja, untuk menghadirkan misteri Kera-jaan Allah di tengah masyarakat.

Sidang KOPTARI 2014 telah terlaksana dengan baik dan akan tercatat dalam sejarah kota Malino sejajar dengan Koferensi H.J. van Mook tahun 1946; Perdamaian Ambon 2001 dan Perdamaian Poso tahun 2001.

Panitia Lokal yang terdiri dari para Suster JMJ Provinsi Makasaar, Tarekat CICM yang hanya 9 orang jumlahnya di Makassar, Para Frater HHK dan CMM, serta para MSC yang terlibat secara penuh: P. Ronny Dahua sebagai Master of Ceremony (MC); P. Joseph Pontoan sebagai Penghimpun dokumen di Sekretariat, dan P Albertus Sujoko MSC sebagai Teolog Pendamping, dan P. Rolly Untu MSC sebagai Provinsial.

Misa Pembukaan dilakukan di ruang konferensi Panti Semadi JMJ di Malino oleh Uskup Agung Makassar; Pesan-pesan Penu- tup dilakukan oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Agung Palem-bang, sebagai Uskup Penghubung antara KWI dan KOPTARI. Misa Penutupan dilakukan di Katedral Makassar pada hari Jumat, 5 Sept 2014 oleh Nuncio, Duta Vati-kan, Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Dalam kesempatan itu Pengurus KOPTARI yang baru menanyakan kepada Nuncio tentang kapan persisnya pembukaan Tahun Hidup Bakti yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus akan dimulai. Saat itu juga Duta menelpon ke Roma dan mendapatkan jawaban bahwa

pembukaannya akan dilakukan tgl 30 November 2014 atau sekitar Minggu Pertama Adven; dan Penu-tupannya bulan November 2015, peringatan 50 tahun dekrit Konsili Vatikan II Perfectae Caritatis ten-tang Hidup Bakti.

Tema yang diangkat dalam SIDANG KOPTARI itu adalah: Kesaksian Hidup Sebagai Mistikus dan Nabi pada Zaman Ini. Banyak refleksi yang bagus telah didoku-mentasikan dengan cermat oleh bagian sekretariat. Semua peserta membawa pulang semua hasilnya hanya dalam bentuk flash disk 8 GB. Tidak ada kertas yang dipakai, karena dengan sengaja dilakukan tindakan simbolik untuk peduli pada lingkungan hidup, mengu-rangi penggunaan kertas berarti mengurangi penebangan pohon dan kerusakan lingkungan. Selama konferensi hanya dipakai laptop untuk menulis dan LCD untuk membaca bersama.

Minggu pertama bulan No-vember 2014 akan dilaksanakan Sidang KWI dan kita tunggu bagaimana Gereja Katolik Indo-nesia akan mengisi Tahun Hidup Bakti 30 November 2014 – No-vember 2015 dalam kerjasama dengan Pengurus KOPTARI yang baru. Sebagai ketua KOPTARI yang baru, terpilih Romo Adrianus Su- narko OFM, untuk Periode 2014 – 2017. Suara terbanyak kedua yang tidak terlalu banyak beda adalah: Sr. Anna Marie OP. Namun 7 Nama yang mendapatkan suara dalam nominasi itu, termasuk Suster, Frater dan Bruder di dalamnya, menjadi Pengurus KOPTARI secara bersama-sama. Dan para pengu-rus KOPTARI itu diundang untuk hadir dalam sidang-sidang KWI. Albertus Sujoko

KABAR DARIMALINO

SAJIAN UTAMA

Page 12: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

12 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

P. ALBERTUS SUJOKO HADIWARDAYA MSC

Mistik – Mysterion – Sacra-mentum

Kata mistik dan mistikus bera- sal dari kata Yunani mysterion atau mysterium (Latin). Kata mystago-gy (pendalaman iman) dan mystic (pengalaman iman) juga berkaitan dengan mysterion itu. Kata myste-rion sendiri tidak bisa dilepaskan dari pasangannya yaitu sacramen-tum atau sakramen. Dalam teologi hal tersebut menjelaskan Ef 1: 9: “Sebab Ia telah menyatakan raha-sia kehendak-Nya (sacramentum voluntatis) kepada kita, sesuai de- ngan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semu- la telah ditetapkan-Nya di dalam

Kristus.”Mysterion adalah rencana ke-

selamatan yang tersembunyi di dalam kehendak Allah dan sacra-mentum adalah pernyataan dari rencana keselamatan Allah itu se-jauh dinyatakan kepada kita melalui penciptaan dunia ini dan inkarnasi Yesus Kristus.

Jadi pengalaman mistik berka- itan dengan kesadaran untuk me-mahami atau menangkap misteri karya penyelamatan Allah di te- ngah-tengah manusia.

Mistik dalam kehidupan Se-hari-hari

Karl Rahner SJ memperkenal-kan istilah “mistik kehidupan se-

hari-hari” (the mysticism of everyday life). Ia adalah seorang teolog besar pada masa sebelum, selama, dan sesudah Konsili Vatikan II (1962 – 1965). Mistik adalah sebuah pengalaman nyata dan sederhana tentang kehadiran Allah. Kehadiran Allah berarti rahmat. Dalam reflek-si Karl Rahner, pengalaman mistik tidak bisa dilepaskan dari penga- laman rahmat. Rahmat itu pada akhirnya juga sama dengan Sacra-mentum, yaitu tanda nyata bahwa Allah sedang bekerja menyelamat-kan manusia.

Apa itu rahmat?

Menurut Rahner, rahmat ada-lah komunikasi diri Allah atau

MISTIK SEHARI-HARI

Sidang Konferensi Pemimpin Tinggi Tarekat Religius Indonesia (KOPTARI) 2014 di Malino, Sulawesi Selatan dilaksanakan pada tanggal 1 - 5 September yang lalu. Sidang KOPTARI 2014 ini mengambil tema: Kesaksian Hidup sebagai Mistikus dan Nabi pada Zaman Ini. Dalam kesempatan tersebut P Albertus Sujoko MSC membe- rikan input tentang Mistik dalam Kehidupan Sehari-hari.

Page 13: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 13

pernyataan diri Allah atau pem-berian diri Allah secara universal.Allah mengkomunikasikan diri-Nya atau menyatakan diri-Nya kepada semua orang. Rahmat itu bukan-lah semacam berkat atau anugerah ilahi yang dicurahkan kepada orang ini atau orang itu, pada suatu saat dan bukan pada saat lain. Rahmat tidak bercorak sporadis dan par-sial, melainkan total dan universal. Menurut Rahner, semua orang ti-dak peduli agamanya, bahkan ber- agama atau tidak, dilingkupi oleh rahmat yang sama. Oleh karena itu, semua pengalaman yang manusia-wi, semua pengamalan hidup yang positif atau negatif, yang baik atau buruk, tidak terlepas dari rahmat Allah. Rahmat Allah ada di dalam inti keberadaan manusia itu sendi-ri. Karena Allah tidak bisa membe- rikan hal lain kecuali diri-Nya sendi-ri sepenuh-Nya, maka setiap pri- badi manusia pada dasarnya ada-lah “manusia mistik” (homo mysti-cus). Hubungan eksistensial antara setiap pribadi manusia dengan Allah menjadi landasan bahwa se-tiap pengalaman, biarpun secara implisit dan tersirat saja, namun secara asali (primordial) atau kodrati adalah pengalaman akan Allah.

Rahner menyatakan, “... di dalam diri setiap orang... ada semacam pengalaman yang samar, tak ber-

nama, tak bisa dirumuskan juga, bahkan mungkin sengaja ditekan, tidak mau diperhatikan atau mau diabaikan... dan pengalaman itu mengarah kepada Allah. Pengalam- an keterarahan kepada Allah itu dapat ditekan, tetapi tidak bisa di-hancurkan, dan itulah pengalaman mistik... atau pengalaman yang disebut oleh para mistikus klasik sebagai “kontemplasi tercurah/terberi” (infused contemplation/con-templatio infusa).

Dalam pengertian rahmat dan mistik seperti itu, Rahner menun-tun kita untuk berani memegang sebagai kebenaran atau meng-hayati secara sadar dan sung-guh-sungguh bahwa pengalaman mistik itu adalah pengalaman kese- harian biasa, bukan pengalaman ro-hani yang langka, yang harus diper-oleh melalui latihan meditasi yang sulit dan lama. Pengalaman mistik adalah pengalaman rahmat. Rah-mat adalah komunikasi diri Allah sepenuhnya kepada setiap manu-sia. Pengalaman yang seperti itu- lah yang menjadi landasan hidup iman harian setiap orang dalam iman, pengharapan dan cinta kasih.

Pengertian Mistik dalam Ke-hidupan Sehari-hari

Rahner berkeyakinan bahwa setiap orang – bahkan orang yang

mengaku diri tidak percaya kepada Tuhan sekalipun – yang hidup se-derhana, tidak egois, jujur dan tu-lus, melayani sesama tanpa banyak bicara, rela berkorban dan berani menanggung penderitaan akibat melayani orang lain... itulah misti-sisme dalam hidup keseharian. Di dalamnya terdapat pertalian bu-kan hanya antara kesatuan cinta Allah dan cinta sesama, melainkan juga dengan ajaran Kristus bahwa apa saja yang kamu lakukan un-tuk saudara-Ku yang paling hina ini kamu lakukan untuk Aku (Mat 25: 40). Setiap orang yang melakukan hal-hal itu, biarpun ia bukan orang Kristen, bahkan tidak mengenal Kristus, ia menghidupi mistik dalam hidup keseharian. (Hal ini sejalan dengan teologi Karl Rahner yang disebut Kristen anonim (anonymous Christians) atau semangat Kristen tanpa nama Kristen. (Saya men-jelaskan teologi Kristen anonim Karl Rahner ini dalam buku saya: Militansi dan Toleransi, Refleksi Teol-ogis atas Rahmat Sakramen Baptis, Kanisius 2012, hlm. 46 – 49).

Demikianlah, bentuk terdalam dari pengalaman mistik hidup ha-rian menurut Rahner adalah: cin-ta tanpa pamrih bagi sesama. Jika seseorang, tidak peduli beragama apapun atau tidak beragama sama sekali, kalau ia dengan berani me-

Page 14: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

14 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

Dalam diri Yesus pe- ngalaman yang sangat manusiawi mendapatkan ben-tuknya yang paling mendasar dan paling radikal. Kita harus belajar dari Yesus sendiri untuk menjadi manusiawi.

nerima dirinya dan hidupnya se-cara total dan penuh, meskipun semuanya nampak sia-sia dan tanpa makna atau hanya menuju kematian dan kehancuran, maka di situlah, sekurang-kurangnya se-cara implisit, Sang Misteri Agung itu akan mengisi kekosongan dirinya dan kehampaan hidupnya. Dengan menerima kerapuhan kemanusiaan apa adanya, ia menerima Sang Mis-teri kehidupan itu sendiri.

Pengalaman Mistik Sehari-hari dalam Kehidupan Yesus

Apa yang paling mengagum-kan (mujizat dan pengajaran-Nya) dan juga yang paling menyedih-kan (sengsara dan kematian-Nya di kayu salib) dalam kehidupan Yesus semuanya tetap terjadi di dalam bingkai pengalaman hidup harian. Kita bahkan dapat menga-takan bahwa di dalam diri Yesus itu semua pengalaman yang sangat manusiawi mendapatkan bentuk- nya yang paling mendasar dan pa- ling radikal. Kita harus belajar dari Yesus sendiri untuk menjadi manu-siawi. (We have to learn from Jesus to be fully human). Di dalam diri Yesus, Allah telah merengkuh (menge- nakan; merasakan; mengalami) pengalaman keseharian kita. Ber-

kat keberadaan Yesus Putera Allah di antara manusia itu, maka mistik keseharian hidup kita menjadi su-kacita dalam hidup di dunia dalam cahaya iman paskah untuk meng- asihi secara penuh. Partisipasi da-lam kematian Kristus, meskipun hanya secara implisit sekalipun – karena tidak ada iman kepada-Nya – memampukan seseorang untuk mati bagi dirinya sendiri dan bagi dunia supaya menyerahkan diri kepada Sang Misteri Agung yang menyatakan diri-Nya dalam kese- harian hidup kita. Dengan mengala-mi kematian-kematian semacam itu maka seseorang dapat meng- ambil bagian dalam kebangkitan Kristus. Inilah landasan Kristologis dari mistik kehidupan sehari-hari. Rahner membantu kita untuk “mengais dari sampah pengalam- an yang amat biasa” (banalitas keseharian kita) untuk menemukan pengalaman rahmat dalam bentuk misalnya: merasakan pengharap- an yang tumbuh dari pengalaman kesendirian dan kesepian; berta- han dalam kesetiaan doa-doa hari- an yang sudah membosankan dan tanpa makna lagi; berusaha untuk mengikuti bisikan hati nurani yang selalu menegur dan mengingatkan kita; tetap mengusahakan iman,

pengharapan dan kasih, sekalipun di tengah-tengah tiadanya alasan un-tuk beriman, berharap dan meng- asihi; menerima kenyataan ada- nya jurang perbedaan antara yang kita harapkan dan kenyataannya; dan akhirnya semua orang di dalam diam harus berhadapan dengan ke-matian. Rahner menyatakan bahwa di dalam itu semua, Sang Misteri itu tetap melingkupi semua peng- alaman manusiawi kita. Di mana ada ruang kosong yang menga- nga, misalnya akibat adanya sebuah perpisahan, atau oleh penyangkal- an dan penolakan, dan bahkan oleh kematian; di mana ada perasaan hampa yang tidak dapat dipenuhi oleh realitas dunia ini atau kejenuh- an yang tidak bisa dihibur oleh ke- sibukan dan kegiatan apapun; atau oleh renungan dan santapan rohani yang paling bermakna sekalipun...di dalam keadaan-keadaan hampa itu pun.... di sana Tuhan ada.

Rahner menyebutkan sebagai contoh pengalaman teman se-tarekatnya Alfred Delp SJ dan be-berapa temannya yang menan-datangani kaul-kaul kekalnya deng- an tangan yang diborgol untuk se-lanjutnya di bawa ke penjara Nazi Jerman kemudian mereka dihukum mati di Berlin karena menentang

Page 15: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 15

Hitler. Atau seorang Jesuit lain- nya yang menjadi pastor di pen-jara dan disambut dengan se- nang oleh narapidana bukan kare-na khotbahnya tentang Injil yang meneguhkan, melainkan terlebih karena tembakau yang dibawa- nya. Rahner berusaha untuk men-jelaskan bahwa dalam pengalaman manusiawi yang begitu remeh dan biasa atau pengalaman yang begitu sial dan tragis, dalam segala kefa-naan dan banalitasnya... di situ Tu-han ada. Kita tidak mungkin berka-ta bahwa di sana Tuhan tidak hadir.

Kesaksian Kenabian

Di Indonesia ada pengertian khas tentang nabi karena pengaruh Islam. Dalam Islam disebutkan nabi Adam, nabi Musa, nabi Daud, nabi Sulaiman (Salomo), Nabi Isa dan nabi penutup: Mohammad. Dalam agama Kristiani, Adam bukan nabi, ia manusia pertama. Musa bukan nabi, ia pemimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, Daud dan Salo-mo, bukan nabi, mereka adalah ra-ja-raja Israel.

Yang disebut nabi dalam Kitab Suci Kristiani adalah gerakan kena-bian dalam bangsa Israel pada peri-ode tertentu, khususnya sebelum, selama dan sesudah pembuangan

Babilon. Pada masa itulah tampil nabi-nabi yang berbicara atas nama Yahwe. Dalam Ilmu Kitab Suci dibedakan nabi-nabi kecil dan nabi-nabi besar, bukan karena pe- rannya, melainkan karena banyak sedikitnya tulisannya dalam Kitab Suci. Nabi-nabi kecil adalah: Amos; Hosea, Yunus, Mikha, Zefanya, dll; nabi-nabi besar adalah: Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel. Para nabi itu berbicara atas nama Tu-han atau bernubuat tentang apa yang akan terjadi pada bangsa Is-rael kalau mereka tidak bertobat dan kembali kepada YAHWE, Allah mereka.

Pengalaman St. Paulus akan Allah dan Kristus Tuhan kita.

Di antara para murid Yesus, saya sangat mengagumi St. Pau-lus. Sejak pengalaman mistik ber-temu Yesus di pintu gerbang kota Damsyik itu, seluruh hidup Paulus sesudahnya diwarnai oleh peng- alaman perjumpaan dengan Ye-sus itu. Seperti Yesus Sang Guru, Paulus juga mampu melihat tan-da-tanda Allah bekerja; ia mampu memahami kehendak Allah ba- ginya dan ia berusaha untuk hid-up dituntun oleh Roh Allah. Salah satu kutipan yang paling jelas ten-

tang kemampuan mistik Paulus terbaca dalam surat kepada umat di Roma. Setelah melewati pel-bagai macam pengalaman hidup, suka dan duka dalam pewartaan ketika ia berkeliling dari kota ke kota (PB mencatat 3 perjalanan Paulus: pertama, paling pendek; kedua, sangat panjang menge- lilingi 16 kota di Asia, Yunani bah-kan Makedonia di Eropa Timur; dan ketiga, perjalaannya ke Roma, yang terakhir dan ia menemui ajal-nya), Paulus menyatakan: “Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam sega-la sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang men-gasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rom. 8: 27-28).

Masih dalam ayat-ayat selanjut-nya St. Paulus menyatakan keya- kinan imannya, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kese- sakan atau penganiayaan, atau ke-laparan, atau ketelanjangan, atau bahaya atau pedang? (ay. 35) ...Ti-dak ada yang dapat memisahkan

Pengalaman mistik Paulus berawal dari

perjumpaannya dengan Yesus di ger-bang kota Damsyik. Sesudah itu seluruh hidupnya diwaranai

oleh perjumpaannya dengan Yesus itu.

Page 16: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

16 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

kita dari kasih Allah, yang ada da-lam Kristus Yesus, Tuhan kita. (ayat. 39).

Semangat Kegembiraan Paus Fransiskus

Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ yang menjadi Paus Fransiskus benar-benar membawa suasana baru dalam Gereja Katolik. Cara- nya menjadi Paus dan kata-ka-tanya memberikan inspirasi baru. Ensiklik pertama yang ditulisnya sendiri adalah Evangelii Gaudium; karena Ensiklik sebelumnya: Lumen Fidei ditulis oleh Paus Benedictus dan diselesaikan oleh Paus Fransi-skus :

“Kegembiraan Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang berjumpa dengan Yesus. Mereka yang menerima tawaran kesela-matan-Nya dibebaskan dari dosa, kesedihan, kokosongan batin dan kesepian. Oleh Kristus kegembi-raan selalu diperbarui. Dalam him-bauan ini saya ingin menyemangati umat kristiani supaya membuang sauh berlayar mengarungi lembar- an baru tahap evangelisasi yang ditandai oleh kegembiraan ini, sambil menunjukkan jalan-jalan

baru bagi perjalanan Gereja pada tahun-tahun mendatang. Kegem-biraan yang selalu baru, Sukacita yang dibagikan,” (No.1).

“Bahaya besar dalam dunia se-karang, yang dikuasai oleh kon-sumerisme, adalah kesedihan dan kegelisahan yang disebabkan oleh hati yang rakus dan puas diri, ma-buk oleh keinginan untuk mencari kesenangan, dan suara hati yang tumpul. Ketika hidup batin kita menjadi sibuk dengan kepenting- an dan keinginan sendiri, maka ti-dak ada ruang lagi untuk orang lain, dan tidak ada tempat bagi orang miskin. Suara Tuhan juga tidak ter-dengar lagi, sukacita yang dibawa oleh kasih-Nya juga tidak dirasakan lagi, dan keinginan untuk berbuat baik pun lenyap. Bahaya ini sung-guh nyata juga bagi orang-orang beriman. Banyak orang menjadi korbannya, dan berujung pada rasa tak bersemangat, marah dan tidak bergairah. Tidak ada lagi cara un-tuk hidup secara bermartabat dan bermakna; Itu bukanlah kehendak Tuhan bagi kita, juga bukan itulah kehidupan di dalam Roh yang ber-sumber pada hati Kristus yang bangkit,” (No. 2).

“Saya mengajak semua orang Kristiani, di manapun berada, pada saat ini juga, untuk pemperbarui perjumpaan pribadi kita dengan Yesus Kristus, atau sekurang-ku-rangnya membuka diri untuk mem-biarkan Dia menjumpai mereka; Saya meminta anda semua untuk melakukannya setiap hari tan-pa putus. Jangan ada orang yang berfikir bahwa undangan ini tidak dimaksudkan untuknya, karena “tidak seorangpun dikecualikan dari kegembiraan yang dibawa oleh Tuhan. (1) Tuhan tidak akan mengecewakan mereka yang be-rani mengambil langkah itu; kapan-pun kita mengambil langkah untuk menemui Yesus, kita akan menya- dari bahwa Ia sudah ada di sana, menunggu kita dengan tangan ter-buka. Sekaranglah saatnya untuk mengatakan kepada Yesus: “Tuhan, aku telah membiarkan diriku ditipu; dalam seribu cara aku telah meng-hindari cinta-Mu, namun inilah aku sekarang, sekali lagi aku ingin membarui perjanjian dengan-Mu. Aku butuh Engkau. Selamatkanlah aku sekali lagi, Tuhan, masukkan-lah aku sekali lagi ke dalam pelu-kan penyelamatan-Mu.” Betapa

Page 17: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 17

indahnya merasakan kembali ke-pada-Nya lagi ketika kita tersesat! Biarlah saya mengatakan hal ini sekali lagi: “Tuhan tidak pernah le-lah untuk mengampuni kita, kitalah yang merasa lelah untuk mohon ampun kepada-Nya”. Kristus, yang mengatakan kepada kita untuk mengampuni satu sama lain “tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat. 18:22) telah memberikan contoh: Ia telah mengampuni kita tujuh puluh kali tujuh kali. Lagi dan lagi Ia memang-gul kita pada pundak-Nya. Tidak seorangpun dapat menghapus kita dari martabat yang dicurahkan ke-pada kita oleh kasih-Nya yang tak terbatas dan tak pernah gagal itu. Dengan kelembutan yang tak per-nah mengecewakan, sebaliknya yang selalu mampu untuk memu-lihkan kegembiraan kita, Ia mem-buat kita menjadi mampu untuk menegakkan kepala dan mulai baru lagi. Janganlah kita melarikan diri dari kebangkitan Yesus, janganlah pernah kita menyerah, biarlah ter-jadi apa yang akan terjadi. Jangan-lah ada hal lain yang menginspira-si kita lebih dari hidup-Nya, yang mendorong kita ke depan!” (No. 3).

Beberapa pesan Paus Fransis-kus kepada para Superior General

Tarekat Religius seperti dilaporkan oleh P. Antonio Spardaro, SJ.

“Gereja berkembang berkat ke-saksian, bukan karena proselitisme. Kesaksian yang memiliki daya pi-kat itu berkaitan dengan sikap dan tingkah laku yang tidak biasa: jujur, rendah hati, sederhana, bermurah hati, lepas bebas, rela berkorban, berani melupakan diri untuk me-layani sesama. Itulah “kemartiran” hidup religius. Kesaksian semacam itu akan “berdering” bagaikan alarm yang membangunkan masya- rakat. Kaum religius hendaknya membuat orang-orang bertanya: “Apa ini? Sesuatu yang baru? Hal yang seperti ini belum pernah kita lihat. Orang-orang itu hidup di du- nia ini namun sepertinya melam-paui hal-hal yang duniawi.”

Paus melanjutkan: “Saya yakin akan satu hal: perubahan besar ha-nya bisa terjadi jika kita memulai- nya dari pinggiran, bukan dari pusat. (seperti Jokowi yang ingin memba-ngun Indonesia dari pinggiran, dari desa-desa, dari pesisir pantai, dan dari daerah-daerah perbatasan). Ini adalah masalah hermeneutika atau metode mengenali realitas. Untuk dapat memahami realitas dengan baik, maka kita harus bergeser dari

posisi pusat yang serba tenang, aman dan damai, menuju dae- rah-daerah pinggiran yang ser-ba tidak aman dan belum mapan. Selalu berada di pusat untuk meli-hat persoalan-persoalan bukanlah strategi yang baik; untuk menga- lami realitas dengan tepat, kita ha-rus berjalan keliling (blusukan). Kita harus mengenali realitas dengan cara mengalaminya bersama umat, kita harus menghabiskan waktu bersama mereka supaya bisa ma-suk ke dalam pengalaman-pen-galaman mereka. (Ungkapan Paus yang terkenal adalah: Gembala harus berbau domba: Il Pastore che ha una sapore delle peccore). Kalau hal itu tidak terjadi, maka kita ada dalam bahaya jatuh pada ideologi abstrak dan fundamentalisme, dan itu adalah tidak sehat.

Akhirnya, Paus menegaskan: “Hidup religius itu adalah kesak-sian kenabian. Menjadi nabi artin-ya menunjukkan bagaimana Yesus telah hidup di dunia ini dan untuk mewartakan bahwa Kerajaan Allah akan mencapai kepenuhan-Nya. Seorang religius tidak pernah boleh berhenti “bernabi” atau “mena-bi” (menjadi nabi). A religious must never give up prophesizing.

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 17

Page 18: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

18 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

SPIRITUALITAS

MEMBANGUNRUMAH

HATIPada Rabu, 10 September 2014, Unit Amboina – Skolastikat MSC Pineleng membuka program Communal Discernment tentang Kaul Kemiskinan. Permenungan tentang Kaul Kemiskinan men-jadi topik dasar pembinaan sepanjang tahun pembinaan 2014-2015 di Skolastikat MSC Pineleng. Tema besarnya, “Penguatan Semangat Kaul Kemiskinan Injili Demi Misi.” Unit Amboina da-lam bimbingan P. Gregorius Hertanto, MSC merenungkan makna Kaul Kemiskinan dengan cara eksekusi lapangan: mengadakan eksposure sederhana dan memetik makna mendalam di balik re-alitas kemiskinan yang ada di sekitar Skolastikat. Para frater diutus berdua-dua untuk berjalan dan menggali pengalaman tentang

realitas kemiskinan di Pineleng.

FR. SANDRO PINANGKAAN MSC

Page 19: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 19

Seusai makan siang, saya dan konfrater Kemilius Lowihan berge-gas keluar kompleks Skolastikat MSC sambil masing-masing mem- bawa sebuah payung lipat. Mak-lumlah, saat itu gerimis turun mengguyur Skolastikat dan seki- tarnya. Setelah menyelesaikan beberapa transaksi yang perlu dengan seorang tukang sol sepatu, kami turun menyusur jalan utama. Saya lalu bertanya, “Kita hendak kemana?” Demikianlah kami sebe-narnya tidak tahu arah mana yang hendak kami tuju.

Berikan kami sebuah cerita

Itulah sebuah doa yang terung-kap dalam hati saya ketika hendak melangkahkan kaki lebih lanjut untuk melaksanakan program ini: “Tuhan, berikanlah kami sebuah cerita, atau paling tidak sebuah makna.”

Saya lebih suka menyebut

program ini sebagai eksposure, untuk mengenang masa di Novisi-at ketika melaksanakan program yang kurang lebih sama nadanya dengan Communal Discernment ini. Konfrater saya meminta supaya kami berjalan masuk ke dalam perumahan ‘x’ di seberang jalan utama. Dengan pikiran blank, kami berjalan menyusuri perumahan itu. Yang jelas, kami harus tiba di rumah pkl. 14.00.

Saat itu, gerimis sudah reda. Matahari sore sudah menyapa desa Pineleng. Nampaklah ru-mah-rumah besar dan megah. Terkesan bagi kami bahwa para penghuninya merupakan orang-orang kaya. Rumah-rumahnya bertingkat, pagarnya agak tinggi dan megah. Keadaannya sepi. Ben-tangan jalan, yang cukup lebar itu, nampak kosong. Rumah-rumah tertutup. Dalam keadaan seperti ini kami berseru satu sama lain, “Di

sini orang kaya semua, pengala-man apa yang akan kita timba?”

Mau cari kos-kosan?

Kami terus berjalan menuruni alur Bukit Bantik itu, di mana jalan menjadi semakin sempit dan rumah-rumah mulai jarang le-taknya. Semakin menurun, jalan-nya semakin rusak, dan keadaan semakin sepi. Di ujung jalan nampaklah sebuah rumah yang sangat sederhana, menyerupai gubuk. Kami semakin mendekat-inya. Sesampainya di area itu, keadaannya berubah drastis dari perumahan yang tadi kami amati di atas. Rumah-rumahnya sangat sederhana, dihiasi pagar-pagar bambu pendek dan tertata rapi. Banyak bocah lalu-lalang sambil bermain layang-layang, sembari gadis-gadis kecil bermain kelereng di pelataran rumah beralaskan tanah itu. Ada kumpulan orang tua

Page 20: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

20 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

sedang bercakap penuh santai di sebuah rumah, kami sapa dengan ramah dan dijawab dengan ramah pula. Satu ketika kami melewati sebuah warung, di mana ibu-ibu berkumpul dan bercengkerama bersama. “Selamat siang…” sapa kami hangat. “Siang nyong, dari mana? Mau cari kos-kosan?” (Nyong adalah sebutan hangat untuk seorang pemuda Manado). Kami berdua terhenti dan saling senyum, lalu akhirnya menjawab, “Eee… nda’ bu. Kami dari Skolas-tikat, sedang jalan saja.” Lalu kami minta diri penuh hormat. Ya, aura kami sebagai seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat – Seminari Pineleng (STF-SP) tidak dapat disembunyikan.

Selanjutnya kami terus berjalan sambil mengamati. Perbanding- an dua kompleks yang sungguh menarik mata dan menyentuh batin. Perumahan yang sebelum-nya kami lewati itu dihiasi dengan rumah-rumah yang cukup bagus dan disertai pagar pelindung yang cukup tinggi dan megah. Namun di sana, komunikasi antarwarga nampak kurang. Berbeda dengan

di tempat yang sederhana ini. Rumah-rumah yang sederhana tanpa pagar-pagar tinggi dan besar seakan menjadi sebuah siatuasi yang memungkinkan untuk ter-bangunnya suasana kekeluargaan yang kental di antara para warga.

Tentang Kaul Kemiskinan

Kita boleh miskin dalam har-ta-benda/materi, tapi jangan da-lam komunikasi dan kekeluargaan dengan sesama. Baiklah kita para anggota Keluarga Chevalier men-jadi pribadi yang sungguh bersikap lepas bebas dari jeratan materi. Banyaknya harta-benda dapat membuat relasi kita terkotak-ko-tak. Sepenggal kalimat dalam Kon-stitusi MSC no. 48 menegaskan:

“Sesuai dengan semangat Tarekat, di dalam Kaul kita ini termasuk suatu pilihan menguta-makan kaum miskin; maka agar bertumbuh dalam menjalani kaul ini, gaya hidup kita baik sebagai perseorangan maupun sebagai komunitas haruslah senantiasa mencerminkan kesederhanaan yang besar dengan memper-timbangkan keadaan waktu dan

tempat…”Dengan kata lain, Pater Cheva-

lier bermaksud menyampaikan pe-san agar janganlah materi menjadi penghalang hubungan sosial kita dengan saudara-saudara kita yang perlu perhatian. Realita yang ada sekarang, yakni kebutuhan materi menjadi hal yang cukup mendesak. Harga bahan bakar minyak (BBM) perlahan merangkak naik, dan hal ini memengaruhi sektor perekono-mian negara, dan serentak juga memengaruhi aspek-aspek ke-hidupan yang lain, misalnya, politik dan sosial.

Di tengah keadaan seperti itu, tugas utama seorang pewarta Hati Kudus, yakni untuk membawa hati itu ke dunia terlebih untuk mereka yang berkekurangan, kadang dike-sampingkan.

“Semangat yang menjiwai tarekat kita adalah semangat cinta kasih dan kebaikan hati, kerendah- an hati dan kesederhanaan; dan terutama semangat cinta akan keadilan dan keprihatinan bagi semua orang, teristimewa mereka yang amat miskin.” (Konstitusi dan Statuta MSC [K.St.] No. 13)

20 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

Page 21: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 21

Terkadang, kebutuhan pribadi mengekang kita, bahkan untuk melirik mereka yang kecil dan membutuhkan. Tugas perutusan kita ini menuntut perhatian lebih. Kita sering kali merasa diri boss berhadapan dengan orang-orang kecil. Sering kali kita mengang-gap mereka aneh. Banyak cerita di lapangan yang mengungkap-kan hal ini. Dalam konsep, kita memandang kaum miskin dan marginal sebagai “sesama”. Ya, barangkali memang hanya konsep belaka. Maka, pertanyaan seorang ahli taurat kepada Yesus menjadi relevan bagi kita, “Siapakah sesa-maku?” (Luk. 10:29)

Kita sulit menyadari kebera- daan saudara kita, konfrater kita, sebagai “sesama” pun sebagai orang kecil dan membutuhkan kita, pada jarak yang paling dekat. Bisa jadi hal ini sungguh nyata. Orang serumah seakan menjadi orang asing. Orang sekomunitas seakan menjadi benalu yang perlu disin-gkirkan. Pater Chevalier meng- ungkapkan, “Di dalam Tarekat tak seorangpun adalah orang asing, tak seorangpun adalah pendatang,

tetapi semuanya adalah saudara di dalam Hati Kristus.”

Rumah Hati

Hati adalah pusat keutamaan-keutamaan pribadi kita, dan dari sanalah jati diri kita bersemayam. Kita dapat membandingkan keadaan hidup keluarga atau komu-nitas yang kering, tanpa tegur sapa, dan tanpa relasi yang hangat deng- an situasi perumahan yang cukup elit tadi. Diri kita dipagari tembok yang tinggi dan megah, tembok egoisme kita. Tembok itu mengha-langi kita untuk berkomunikasi dan berelasi, bahkan dengan sesama anggota keluarga atau konfrater di sekitar kita. Masih banyak kali kita memperjuangkan keinginan diri sendiri dan olehnya bergembira di atas kesusahan saudara terdekat kita yang sesungguhnya butuh uluran tangan kita.

Kita diundang untuk mulai membangun rumah hati kita yang sederhana, tanpa pagar yang tinggi-tinggi. Cukuplah pagar-pa-gar bambu yang sederhana, yang tidak terlalu tinggi, sebagai pen-anda batas-batas penting dalam

relasi kita, tapi tidak menutup diri untuk sebuah relasi yang terbuka dan merakyat. Kita diundang untuk bersikap fleksibel dengan keadaan dunia tempat kita hidup, dan berani terjun ke dalam keadaannya yang sebenarnya. Kompleksitas dunia modern memberi tantangan ter- sendiri bagi tugas perutusan kita, “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala” (Mat. 10:16).

Penghayatan kaul kemiskinan tidak terbatas pada soal materi belaka, tapi juga berkenaan dengan realitas kehidupan dan misi peru-tusan kita. Misi kita terarah pada mereka yang sungguh memerlukan perhatian dan uluran tangan kita. Berkenaan dengan ini, perlulah kita menyadari siapa yang mem-butuhkan perhatian dan uluran tangan kita. Barangkali saudara atau konfrater kita, barangkali orang tua atau anak kita, barang-kali orang terdekat dari kita. Dan di atas semuanya itu, pentinglah kita bertanya pada diri kita, “Sudahkah rumah hatiku cukup terbuka untuk saudara yang membutuhkan per-hatianku?”

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 21

Page 22: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

22 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

Kepada St. Gertruda, Yesus berkata, “Tujuan utama yang saya pikirkan ketika lambung-Ku diti-kam adalah untuk mengungkapkan kepada dunia rahasia hati-Ku, dengan demikian seluruh dunia memahami bahwa cinta-Ku lebih besar dari semua tanda-tanda lahiriah yang Kuberikan. Karena derita-derita-Ku akan berakhir, tetapi cinta-Ku tak berkesudahan.” (Jules Chevalier, Le Sacre-Coeur de Jesu, p. 33).

Sentri-petal dan Sentri-fugal

Dalam Reuni Alumni Novisiat MSC Sananta Sela bulan Juli 2014 yang lalu, peserta menyadari bah-wa kebanyakan MSC yang hidup, terpanggil, dibina dan melayani da-lam era digital modern cenderung bergerak centri-fugal (bergerak menjauh dari sumbu interioritas) ketimbang centri-petal (bergerak menuju poros/pusat/sumbu utama). Media komunikasi yang bertujuan membuka, membina ko-

“Belaskasih Allah bekerja secara luar biasa, se-bab ketika murid yang ragu-ragu itu menjamah lambung Gurunya yang terluka, Ia menyembuh-kan ketidakpercayaan kita,” (Paus St. Gregorius Agung, Homily 16, 7 – 9).

REPARASI:KEMBALI KE POROS UTAMAJOHN GISCARD MITAKDA MSC

Page 23: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 23

munikasi dan memperkuat hidup communio, justru kian melemah karena inti dari communio itu yakni hati, interior life semakin jarang dimasuki, diakrabi, dinikmati dan akhirnya bahagia tinggal di dalam “interior castle” itu. Sesuatu yang dipandang “contradictio in terminis“ dan “contradictio in actu”.

Padahal dewasa ini kita dia-jak untuk mengadakan revolusi mental, suatu upaya untuk kembali kepada hati manusia dan tentunya Hati Allah. “Peziarahan dan per-jalanan yang paling panjang adalah perjalanan menuju hati,” demikian ungkap St. Augustinus.

Reparasi adalah the way of the heart yang mengajak kita untuk return love for love, tetapi terlebih dan terutama adalah kembali ke dalam dan mengakrabi “foum in-ternum” kita, kembali kepada poros hidup kita sebagai MSC. Patut diakui bahwa mistik kristiani telah memandang hati Yesus yang terti-kam sebagai gerbang yang terbuka lebar untuk mengajar kaum Kristen berinisiasi ke dalam hidup batiniah.

Kita telah akui bahwa Hati Kudus Yesus adalah pusat dan poros gravitasi keselamatan sekaligus pusat dari misteri Allah menjadi manusia. Sebagimana Paulus menulis madah Kolose 1:15-20 yang terkenal itu, Pater Chevalier merenung dan menulis,

“Ketika Allah memandang Kristus, Ia melihat seluruh dunia seu-tuhnya; ketika kita memandang Kristus, kita melihat-Nya secara utuh dan menyeluruh dalam Hati Kudus-Nya.”

Adalah tepat apa yang diung-kapkan oleh Pater Alfred Bour ke-tika beliau menulis, “Reparasi, lahir sebagai anugerah paling berharga dari penampakan di Paray-le-Mo-nial, mengundang kita untuk mem-perbaharui cara kita memandang devosi ini, dengan menempatkan diri kita kembali sebagai MSC ke dalam pusat gravitasi kita, Hati Kristus yang tertikam.”

Fokus pada Cinta Bapa dan bukan penderitaan Kristus

Pencinta dan penyebar cinta Hati Kudus Yesus dalam devo-sinya tidak pernah terfokus pada penderitaan fisik Yesus, tetapi semata-mata memusatkan diri pada “disposisi serta reaksi-reak-si internal” yang keluar dari Hati Yesus. Corak yang menyelamat-kan dari kematian Yesus bukanlah penderitaan fisik tetapi keseluru-han cinta Bapa-Nya serta proyek keselamatan Allah yang tentunya menuntut penderitaan. Di atas segala-galanya itu, sengsara yang amat mendalam dan pahit ten-tunya bukan kesakitan fisik, tetapi pengalaman bahwa cinta ditolak

dan dengan demikian seluruh proyek keselamatan juga ditolak. Almarhum Pater Dennis Murphy cukup jeli ketika menulis, “Dan penolakan ini tidak hanya tertuju kepada hati manusiawi Yesus, tetapi jauh melampaui itu, yakni kepada cinta tak terbatas Allah yang terjelma dalam diri-Nya. Di-mensi yang menyedihkan dari misi Yesus lebih luas dari wafat-Nya di salib; yakni mencakup seluruh ko-drat-Nya, baik ilahi maupun insani,” (Dennis Murphy, msc, The Heart of the Word Incarnate, Asia Trad-ing Corporation, Bangalore 2003, pg. 111). Walau yang insani dan ilahi secara riil berbeda, keduanya membentuk satu kesatuan being dalam diri Yesus. Hal ini merupa-kan dasar ortodoksi Gereja Katolik dan sekaligus unsur paling dasa-riah dalam tradisi devosi kepada Hati Kudus Yesus.

Hati Yesus yang tertikam di sa- lib yang dalam lagu Hati Kudus kita nyanyikan “Oh Hati Berduri Berda-rah ditembusi tombak bengis,” lagu yang telah hilang dari khasanah lagu pada buku Puji Syukur Gere-ja Katolik di Indonesia. Hati yang berduri dan berdarah itu bukan hanya simbol dari suatu cinta tulus yang diberikan dan ditolak, tetapi seluruh pribadi yang mengungkap-kannya ditolak. Kedua aspek cinta dan penolakan atas cinta adalah

Page 24: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

24 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

unsur utama dari devosi khusus-nya yang berasal dari tradisi St. Margaretha Maria Alaqocue. Santa Margaretha Maria amat terpesona atas betapa besar dan dalamnya kasih Allah akan dunia, tetapi pada saat yang sama beliau terpaku kaget dan tergoncang akan ketak-pedulian manusia.

Pengalaman Margaretha Maria adalah suatu pengalaman mistik silih yang terjadi di tahun 1675 yang dipandang sebagai suatu bentuk “keluhan kenabian Kristus kepada Gereja.” Keluhan itu tentu saja suatu pendekatan baru dan undangan.

Pater Alfred Bour mencatat bahwa sejak semula, hati Penebus senantiasa mengeluh pada Gereja yang dicintaiNya dan kepadanya telah diserahkan seluruh diri-Nya. Yesus mendekati Maria Alaco-que dan Gereja atas sikap dingin dan penghinaan atas darah yang ditumpahkan untuk Gereja. Oleh karena itu Maria Alacoque senan-tiasa diundang untuk memperbaiki sikap tak-tahu berterima kasih dari anggota Gereja dengan jalan “mengembalikan cinta dengan cinta, khususnya cinta Ilahi.

Teolog Karl Rahner mengomen-tari pandangan tradisional tentang Reparasi sebagai suatu tindakan menghibur Yesus Kristus. Bagi Rahner Reparasi bukanlah suatu bentuk keinginan simpatik untuk menghibur tetapi sebagai suatu kehendak yang tanpa pamrih dan murah hati untuk menerima hu-kum hidup Kristus, hukum penye- rahan diri. Pandangan demikian ini membebaskan kita dari sekedar melihat Reparasi sebagai suatu gaya sentimental dari devosi dan karenanya kita terus menerus menyerupai hati Yesus. Tindakan apapun dari manusia tidaklah melucuti derita atau melemahkan kualitas Hati Kudus Yesus. Bagi Rahner, kekuatan yang menghibur dalam Reparasi terjadi dalam konteks penyejajaran dengan cara hidup Yesus dan limpahan rahmat yang mengalir dari komitment kita menyerupai Dia. Dengan demikian

Reparasi menggabungkan unsur menghibur dan menantang, dan kedua unsur ini merupakan se-mangat spiritual yang benar.

Galatia 2:20

Devosi kepada Hati Kudus Ye-sus sejatinya adalah relasi dengan Yesus Kristus yang “mencintaku dan menyerahkan diri-Nya kepa-daku,” (Gal. 2:20). Kita memaha-mi reparasi dalam cahaya relasi timbal-balik ini. Dengan kata lain, pemahaman reparasi ini tidak memandang dosa manusia sema-ta-mata dari kacamata psikologi manusiawi atau dari kacamata akibat pada manusia. Kalau dosa dipandang semata-mata sebagai kegagalan manusiawi dalam menanggapi relasi Allah, maka pemahaman dan pengalaman akan kekuatan cinta Allah akan dilemahkan. Reparasi mengajak kita memandang dosa dari kaca mata seorang Allah yang kekal, kudus, dan abadi cinta-Nya dan yang berinkarnasi dalam Yesus Kristus. Dosa dan kejahatan dalam pandangan ini dipahami sebagai suatu bentuk kegagalan untuk menanggapi cinta dengan cinta. Pengalaman ini mengajak kita untuk melakukan atau membalas kerugian bukan pertama-tama mendinginkan kemarahan Allah.

Parce Domine

Doa ini telah hilang dari buku doa harian MSC Indonesia. Me-mang tampak agak aneh dan ter-kesan amat melankolik melagukan “Parce Domine, parce populo tuo: ne in aeternum irascaris nobis.” Doa ini bersumber dari kitab Joel 2:17: “…baiklah para imam, pelayan-pe-layan Tuhan menangis di antara balai depan dan mezbah dan ber-kata. Sayangilah ya Tuhan umat-Mu, dan janganlah biarkan milikmu sendiri menjadi cela.” Konteksnya memang Allah yang marah karena dosa manusia. Namun ayat-ayat ini sendiri berbicara tentang ji-wa-jiwa yang bertobat dan memo-hon kemurahan Ilahi. “Even if you don’t sing it, meditating on the verses

is very powerful,” tulis Jeffrey Pinyan dalam blog-nya Suffering with Joy: conforming ourselves to the will of God. Blog ini melanjutkan bahwa Parce Domine dinyanyikan oleh banyak orang kudus sepanjang sejarah Gereja, di mana lagu ini diatributkan juga kepada Paus Gre-gorius Agung (540-620). “Tatkala kita menyanyikan musik demikian ini, kita menggabungkan suara kita dengan suara para kudus dalam satu untaian panjang pertobatan dan keyakinan akan belaskasih Allah.”

Kita seakan dituntut untuk menghibur Allah, berbuat sesuatu agar kemarahan Allah diredakan, demikian pesan dalam Parce Do-mine. Namun sebenarnya ungkap- an ini menyimpulkan sebagian kandungan kaya dari Mazmur yang senantiasa kita daraskan. Ketika kita menyadari bagaimana “keji-jikan” Allah atas kejahatan (yang diungkapkan dalam ungkapan Allah yang marah), sekaligus kita menyadari akibat langsung dari sikap “jijik” Allah atas kejahatan itu dengan melihat betapa men-dalamnya kepedulian-Nya pada manusia (terungkap dalam gam- baran cinta).

Salah satu madah yang saya sukai dalam ibadat pagi hari Kamis diambil dari Yesaya 12:1-6 yang berisi pujian atas manusia yang ditebus Allah yang “marah”. “Aku mau bersyukur kepadaMu, ya Tuhan, karena sungguhpun Engkau telah murka terhadap aku; tetapi murka-Mu telah surut, dan Engkau menghibur aku. Sungguh Allah itu keselamatanku, aku percaya de- ngan tidak gementar, sebab Tuhan Allah kekuatan dan mazmurku. Ia telah menjadi keselamatanku. Maka kamu akan menimbah air dengan kegirangan dari mata air keselamatan (Haurietis aquas).”

Hal ini mengingatkan kita akan betapa indah dan mendalam en-siklik Paus Pius XII yang berjudul Haurietis Aquas yang dipromulgasi pada tgl 15 Mei 1956 dan menan-dai perayaan 100 tahun Pesta Hati Kudus Yesus yang ditetapkan oleh

Page 25: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 25

Paus Pius IX. Aliran air kasih yang mengalir

itulah yang menghidupkan Gereja lewat sakramen-sakramennya dan dari sumur Hati Kudus Yesus itulah keselamatan mengalir bagi dunia. Pius XII menggariskan dua alasan mengapa Gereja memandang devosi pada Hati Kudus Yesus sebagai devosi tertinggi. Alasan pertama bersumber pada prinsip bahwa kaum beriman mengakui Hati Yesus secara hypostatic ber-satu dengan pribadi Yesus sebagai Putra Allah sendiri yang menjadi manusia. Alasan kedua bersumber dari kenyataan bahwa Hati ada-lah tanda alamiah dan simbol dari cinta Yesus yang tak berkesudahan pada manusia.

Dalam konteks reparasi, Ensi- klik ini mengajak kita semua untuk menyadari bahwa bagi jiwa-jiwa manusia, luka dalam hati Yesus dan tanda-tanda yang ditoreh- kan oleh paku-paku serdadu Romawi telah menjadi “tanda dan simbol utama dari cinta itu” dan dengan demikian mengasah dan membentuk hidup manusia dari dalam. Dimensi ini amat relevan dan mendapat contoh konkrit dalam perayaan Pesta St. Thomas Rasul. Dengan indah St. Gregorius Agung merenungkan iman dari St.Thomas. Dalam renungannya St. Gregorius menulis, “God’s mercy worked wonderfully, for when that doubting disciple touched his Mas-ter’s wounded flesh, he cured the wound of our disbelief. Belaskasih Allah bekerja secara luar biasa, sebab ketika murid yang ragu-ragu itu menjamah daging Gurunya yang terluka, Ia menyembuhkan ketidakpercayaan kita,” (Homili Paus St. Gregorius Agung 16, 7-9).

Bila kita membaca dengan teliti Ensiklik Haurietis Aquas, kita akan menyadari bahwa Reparasi merupakan bagian integral dari devosi hati Kudus Yesus. Devosi ini

tidaklah semata-mata menuntun pertobatan, penebusan dosa yang menempatkan manusia sebagai obyek yang pasif belaka. Tinda-kan Reparasi bukan seperti orang yang hanya menyesali dengan memukul-mukul dada tanpa tena-ga untuk bekerja. Paus Pius XII juga mengingatkan kata-kata dari Pius XI bahwa, “Penghormatan terha-dap Hati Kudus adalah rangkuman dari agama kita, dan terlebih lagi, suatu tuntunan menuju hidup lebih sempurna. Devosi ini dengan lebih mudah menuntun pikiran kita un-tuk mengenal Kristus Tuhan secara lebih intim dan secara lebih efek-tif mengarahkan hati kita untuk mencintai Dia dengan lebih berse-mangat dan meneladan Dia secara lebih sempurna.”

Haurietis Aquas berpendapat bahwa Hati Kudus Yesus tak pernah bisa dihentikan, tak per-nah akan berhenti sendiri, bahkan manusia yang adem-ayem pun tak bisa menidurkannya. Hati Kudus tak pernah berhenti menjadi sim-bol cinta Yesus yang tertaut mesra kepada Bapa-Nya dan kepada umat manusia.

St. Bonaventura berdoa sambil memandang hati yang tertikam, ”Oh air kekal dan tak berkesuda-han, jernih dan manis, mengalir keluar dari sumber yang tersem-bunyi dari mata manusia yang fana, mengalir dari kedalaman yang tak dapat ditimba habis, yang kedalamannya tak dapat diukur, yang tepiannya tak dapat dipe-takan dan yang kemurniannya tak dapat dicemarkan……” dan dari sumber itulah Bonaventura melan-jutkan, ”Dari sumber itu mengalir sungai yang menggembirakan kota Allah, sehingga dengan gembira seruan dan kidung syukur kami nyanyikan bagi-Mu kidung pujian, dan dengan pengalaman mem-buktikan, pada-Mulah sumber kehidupan; dalam terang-Mu kami

akan melihat cahaya,”(Bonaventu-ra, Opuscula 3:29).

Ketika kita memandang kega- galan manusia dan dunia untuk mencintai, juga ketika kita menya- dari betapa kita tak berdaya untuk menghadapinya, maka dalam de-vosi ini dan dalam reparasi sebagai the way of the heart, tanggapan spontan alami kita adalah ke-mendesakan untuk berseru kepa-da Tuhan agar menyelamatkan kita dari kesulitan ini. Kerahiman Ilahi adalah inti dari devosi pada Hati Kudus Yesus dan telah menjadi aspek yang paling menawan. Kendatipun demikian, kita tidak boleh berpikir bahwa cinta dan kerahiman itu semata-mata se-bagai bentuk sikap acuh-tak acuh pada kejahatan. Justru sebaliknya kejahatan itu akan diperangi den-gan kekuatan kasih.

Dalam suratnya tertanggal 15 Mei 2006, Paus Emeritus Benedic-tus XVI menulis, “Dengan mengan-jurkan Devosi kepada Hati Kudus Yesus, Ensiklik Haurietis Aquas mendesak umat beriman untuk membuka diri mereka terhadap misteri Allah dan cinta-Nya dan membiarkan diri mereka diubah olehg-Nya. Setelah 50 tahun, ma-sih merupakan suatu tugas yang wajar bagi umat Kristiani untuk terus memperdalam relasi mereka dengan Hati Kudus Yesus, atas cara sedemikian untuk meng-hidupkan kembali iman akan cinta Allah yang menyelamatkan dan dengan lebih baik menyambut-Nya dalam hidup mereka.”

Di akhir permenungan ini, saya ajak anda untuk mengumandang-kan sebuah lagu yang pernah saya dengar di Australia, untuk menja-dikan reparasi sebagai the way of the heart, “Jesus, give me a heart of steel toward myself, a heart of flesh toward others, and a heart of fire for God.”

"O Sacred Heart of Jesus, fountain of eternal life,

Your Heart is a glowing furnace of Love.

You are my refuge and my sanctuary," (St. Gertrude)

Page 26: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

26 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

Para Pimpinan Keluarga Che-valier Indonesia, setelah mengikuti Sidang KOPTARI di Malino – Su-lawesi Selatan, mengadakan rapat pada tanggal 6 September 2014. Rapat dihadiri oleh Pastor Bede-dictus Estephanus Untu MSC, Fr. Dominikus BHK, Sr. Margarethis TMM, Pastor Johanis Mangkey MSC sebagai sekretaris Pimpinan Keluarga Chevalier, Ibu Milly Karmila Sareal sebagai Pimpinan Awam Keluarga Chevalier dan Sr. M Evarina PBHK mewakili Sr. M Immaculae PBHK yang berhalang- an hadir. Pastor Benny Pangkey MSC, kepala Paroki Mamajang,

dan Pastor Rony Dahua MSC, telah mempersiapkan dan memperke-nalkan para pimpinan Keluarga Chevalier dengan keluarga Joni dan Sandra, salah satu keluarga yang sangat aktif dalam kegiatan meng-gereja. Mereka berkenan meneri-ma Pimpinan Keluarga Chevalier untuk mengadakan rapat di salah satu rumah keluarga tersebut. Penerimaan dan rasa persauda-raan sungguh dialami dan menjadi bukti nyata kebaikan dan cinta kasih Allah kepada kami semua.

Dalam rapat yang dipimpin oleh Pastor Rolly MSC, dibahas tentang pengesahan notulen

pertemuan terakhir tanggal 29 Januari 2014 di Provinsialat Frater BHK (Malang) dan progress report notulen tersebut. Pastor Rolly juga membagikan hasil pertemuan Sidang KOPTARI di Malino, yang bertema “Menjadi Mistikus dan Nabi pada Zaman Ini”. Disepakati bahwa keluarga Chevalier akan terlibat aktif dalam mengisi tahun hidup bakti yang akan dibuka pada tanggal 30 November 2014 dan akan ditutup pada 30 November 2015. Pimpinan Keluarga Che-valier, bekerjasama dengan Tim Ametur Indonesia akan mulai menyusun profile tarekat dan

RAPAT PIMPINANKELUARGA CHEVALIER

ANTAR KITA

Para peserta Rapat Pimpinan Keluarga Chevalier: Fr. Dominikus BHK, P. Johanis Mangkey MSC, P. Benedictus Estephanus Untu MSC, Sr. M. Margarethis TMM, Ibu Milly Karmila Sareal, dan Sr. M. Evarina PBHK.

Page 27: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 27

membuat refleksi tertulis tentang hidup bakti dalam terang Perfec-tae Caritatis dan Evangelii Gaudium untuk dipublikasikan. Sebagai bahan panduan, Pimpinan Kelu-arga Chevalier meminta agar Tim Ametur Indonesia mulai membuat pertanyaan-pertanyaan yang bisa membantu penulisan.

Pada bagian selanjutnya, diberi-kan kesempatan kepada Sr. Eva-rina untuk melaporkan program kegiatan Ametur Indonesia 2014 yang sudah berjalan dan yang be-lum berjalan. Dalam laporannya, Sr. Evarina pertama-tama menyam- paikan limpah terima kasih atas dukungan dan perhatian dari Pim- pinan keluarga Chevalier. Seperti telah disepakati bersama bahwa tahun 2014, Ametur Indonesia akan lebih berfokus untuk mem-perhatikan Awam Keluarga Cheva-lier (AKC). Kebutuhan dasar untuk memperkenalkan dan memper-dalam penghayatan Spiritualitas Hati coba ditanggapi oleh Tim Ametur Indonesia dengan men-gadakan kegiatan/sarasehan/rekoleksi tentang Spiritualitas Hati bagi Awam Keluarga Chevalier di Kapencar-Jawa Tengah, Labuan Bajo-Flores, rekoleksi bagi Tim Dana Ametur Indonesia, Seminar Spiritualitas Hati Untuk Komuni-tas Hati Kudus Yesus, Weekend

Guru dan karyawan Yayasan BHK, Pendampingan terhadap kelompok New Heart Community (NHC) dan Komunitas Hati, Retret Spirituali-tas Hati bagi para Frater BHK dan Suster TMM, penyusunan modul pendalaman Spiritualitas Hati dalam terang antropologi Kris-tiani “Manusia Siapakah Engkau” bersama Fr. Frans BHK, penerbitan majalan Warta Keluarga Chevalier (WKC) dan pendataan anggota AKC. Selain itu, Tim Ametur Indo-nesia mulai bekerjasama dengan Tim yang ada di daerah-daerah dalam pendampingan Awam Keluarga Chevalier. Ada beberapa program yang belum selesai dan terlaksana antara lain penyusunan Statuta bagi Awam Keluarga Che-valier, pelatihan public speaking untuk tim Ametur, animator dan animatrix, pelatian media jurnalis-tik untuk penulis dan kontributor, membuat profil masing-masing tarekat yang akan diterbitkan dalam bentuk buku, menerbitkan buku-buku yang telah diterjemah-kan dan program jangka panjang.

Pengurus Ametur Indonesia juga mengalami beberapa peruba-han, yaitu: Ketua: P. Petrus Joseph Budi Santoso MSC,Wakil Ketua: Bapak Yan Pontoan, Sekretaris 1: Sr. Evarina PBHK, Sekretaris 2: Sr. Felicia TMM, Bendahara 1: Sr.

Rosina PBHK, Bendahara 2: Sr. Vianney TMM, Komisi Pembinaan: P. Samuel Maranresy MSC, Fr. Irenius BHK, Komisi Komunikasi dan Publikasi: P.Berty Tijow MSC, P. Philipus Seno MSC, Sr. Violetha PBHK, Fr. Vincensius BHK, P. Patris Jeujanan MSC. Komisi Pener-jemah: P. Johanis Mangkey MSC, Fr. Fransiskus BHK, Sr. Luciani PBHK, Komisi Pendanaan: Sr. Rosina PBHK, P. Wensy Wowor MSC.

Para Pimpinan Keluarga Cheva-lier menyampaikan penghargaan atas kerja keras dari Tim Ametur Indonesia, dan terus mendukung kegiatan-kegiatan yang belum dan akan telaksana. Dalam sharing bersama, terungkap kebutuhan dan kerinduan bagi AKC yang ma-sih banyak membutuhkan pen-dampingan dan masukan-masu-kan. Hal ini menjadi tantangan dan sekaligus kesempatan bagi Keluar-ga Chevalier dan Ametur Indonesia untuk terus berjuang membagikan dan mewartakan cinta Kasih Allah di tengah dunia, terlebih bagi yang miskin dan menderita.

Dalam pertemuan ini telah disetujui bahwa Pimpinan Keluarga Chevalier akan bertemu kembali pada bulan Januari di Ambon. Sr M Evarina PBHK

Para peserta Rapat Pimpinan Keluarga Chevalier bersama dengan keluarga Joni dan Sandra

Page 28: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

28 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

60 TAHUN SEKOLAH TINGGI FILSAFATSEMINARI PINELENG

Resepsi Perayaan Hari Ulang Tahun Sekolah Tinggi Filsafat - Seminari Pinelengdi Aula Seminari Hati Kudus Pineleng

Benih kecil yang ditabur 60 tahun lalu kini telah berdiri kokoh dan menghasilkan banyak buah. Namun kemapanan tak boleh menghalangi pentingnya berubah menjadi lebih baik.

Benih kecil Seminari Pineleng kokoh berdiri sampai 60 Tahun. Pada hari Jumat, 15 Agustus 2014 bertepatan dengan perayaan Gerejawi Maria diangkat ke Surga, Sekolah Tinggi Filsafat - Seminari Pineleng (STF-SP) merayakan hari ulang tahun yang ke-60. Sungguh merupakan moment penuh suka cita bagi Gereja lokal Keuskupan Manado, Amboina, dan Tarekat MSC karena tempat persemaian bibit-bibit calon imam diosesan dan Tarekat MSC tersebut boleh tetap eksis sampai dengan 60 tahun. Dengan mengambil tema:

“Dalam Cahaya Iman, Kita Bera-ni Berubah”, STF-SP menggelar acara-acara menjelang dan acara puncak perayaan hari ulang tahun. Menjelang HUT STF-SP telah dilak-sanakan berbagai kegiatan lomba olah raga antar sekolah menengah di Manado, Lomba kesenian beru-pa Tari Jajar dan Selendang Biru, serta lomba koor antar paroki di keuskupan Manado. Juga digelar seminar ilmiah dan peluncurun buku-buku yang ditulis oleh para dosen, alumni, serta para frater mayor Seminari Pineleng.

Page 29: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 29

Perayaan Ekaristi HUT Sekolah Tinggi Filsafat - Seminari Pineleng ke-60 di Kapel Seminari dipimpin oleh Nuncio Duta

Vatikan Mgr Antonio Guido Filipazzi didampingi oleh para uskup dan imam alumni STF-SP.

Temu Alumni

Dua hari sebelum acara puncak, yakni pada tanggal 13 Agustus 2014 mulai pukul 16.00 hingga selesai dibuat acara temu reuni. Acara temu reuni diawali dengan misa bersama yang dipimpin oleh ketua STF-SP, Pst. Amri Wuritimur, Pr dan dihadiri oleh para imam, suster, awam, serta para frater Skolastikat MSC Pineleng. Para alumni yang hadir antara lain Pater Provinsial MSC Indonesia P. Bene- dictus E Untu MSC, Pemimpin Daerah MSC Sulawesi – Kaliman-tan Timur P. Johny Luntungan MSC, para pastor pembina dan pendidik di Skolastikat MSC Pineleng dan di Diosesan. Hadir pula para pastor dari Keuskupan Amboina antara lain P. Berry Rahawarin, Pr dan P. Yoppy Seruli, Pr dan beberapa imam lainnya. Tampak juga para Suster DSY yang menjadi alumnae (Sr. Gerarda Untu; Sr. Thresila; Sr.

Coletha, Sr. Regina). Mereka yang senior juga tampak hadir yakni P. Jan van Paassen, MSC dan P. Sjaak Wagey, Pr; Mgr. Jos Suwatan, MSC; P. Silvester Rarun, MSC; P. Anton Moningka, MSC; P. John Tinggogoy, MSC; P. Herry Merung, MSC dan para imam biarawan MSC serta diosesan Manado yang berkarya di paroki-paroki di wilayah Keuskup- an Manado. Tak lupa ada alumni awam yang hadir, diantaranya bapak Ferdinand Dumais dan bapak Fanny Najoan. Acara setelah misa dibagi dalam beberapa babak. Babak pertama berupa sharing dari: Rektor Seminari; Ketua STF; Superior Skolastikat; Pastor Berce Karundeng Pr mewakili para pastor dan Dr. Valen Lumowa, mewakili alumni awam. Babak kedua dalam kelompok dan babak ketiga da-lam pleno. Setelah makan malam peserta reuni masuk dalam kelom-pok sharing. Ada 6 kelompok dan

setiap kelompok terdiri dari 8 – 10 orang. Jadi semua yang hadir kurang lebih 50 – 60 orang alumni. Dalam kelompok diungkapkan harapan-harapan demi perbaikan ke depan dan dibentuk Pengurus Ikatan Alumni. Ada 6 atau 7 nama yang duduk dalam Pengurus terse-but, yakni: Valen Lumowa (dosen Universitas de la Salle Manado; Youla Makarawung (Ketua bimas katolik Provinsi Sulut); Iwan Lala- mentik (Komkat Manado); Ketua STF (ex officio); P. Johny Luntung- an MSC; P. Lexi Nagoy Pr dan P. Berry Rahawarin Pr (perwakilan Indonesia Timur). Valen Lumowa dalam sharingnya mengambil inspirasi dari John Henry Newman ketika harus mendirikan universi-tas katolik di Irlandia yang harus menjadi “Catholic and excellent University”. Hal yang tidak mudah karena untuk menjadi Catholic University harus memegang teguh

Page 30: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

30 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

dogma dari Roma; dan untuk menjadi excellent university harus menjadi research university yang harus kreatif, inovatif, bebas dan ilmiah. Masukan lain dari Ferdinand Dumais yang kini bekerja di Jakar-ta yang mengambil inspirasi dari Universitas Surya di Sentul milik Yohanse Surya, ahli matematika Indonesia, dan pencetus olimpiade matematika Indonesia. Bapak Fer-dinand mengusulkan perlulah STF mengembangkan dan menawar- kan research di bidang ilmunya yakni filsafat dan teologi kepada masyarakat supaya bisa disum-bangkan dan bermanfaat, maka STF akan bisa lebih maju.

Pagelaran Teater Musikal Dan Konser Musik

Pada tanggal 14 Agustus 2014 pukul 20.00-23.00 WITA diada-kan Pagelaran Teater Musikal dan Konser Musik di Gedung Mapalus Kantor Gubernur Sulut. Selain umat Katolik Keuskupan Manado, hadir juga dalam acara tersebut Gubernur Sulut, Duta Vatikan, Uskup Manado, Uskup Amboi-na, Uskup Agung Merauke, para imam, para frater, para suster, para bruder. Dalam pagelaran tersebut ditampilkan teater dengan judul “Stambul di Kabut Bantik” hasil karya Fr Aba Susanto MSC, koor-koor terbaik Keuskupan Manado, orkestra yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ferry Rumengan, M.Sn serta

tari jajar dan selendang biru yang menjadi juara dalam lomba-lomba menjelang acara puncak. Dalam acara pagelaran seni tersebut juga diadakan penyerahan hadiah kepa-da para pemenang lomba olah raga dan lomba seni serta penghargaan kepada semua pihak yang berjasa dalam acara akbar perayaan hari ulang tahun STF-SP yang ke-60, diantaranya kepada Ketua Pani-ta P Berty Ohoiwutun MSC yang telah mengkoordinir pelaksanaan perayaan dengan baik. Bapak Gubernur Sulut memberi apresiasi kepada STF-SP yang kokoh berdiri sebagai sebuah lembaga tinggi yang berkualitas. Gubernur Sulut sempat menyebut seorang dosen tersohor dari STF-SP yang per-nah mengajarnya, yakni P. Jan van Paassen MSC yang pernah me-mintanya her berkali-kali. Dia juga menyebut Uskup Amboina sebagai rekan yang baik dalam menegak- kan perdamain di tanah Maluku saat konflik. Acara pagelaran seni ditutup dengan berkat oleh Duta Vatikan.

Perayaan Puncak 60 Tahun STF-SP

Acara puncak perayaan hari ulang tahun STF-SP yang ke-60 pada hari Jumat, 15 Agustus 2014 diawali dengan misa syukur pukul 09.00 WITA yang dipimpin oleh Duta Vatikan Mgr. Antonio Guido Filipazzi, didampingi oleh

Para Uskup (Manado, Amboina, Merauke), serta puluhan imam tamatan STF-SP. Misa syukur dimeriahkan oleh koor dari para mahasiswa-mahasiswi STF-SP. Dalam khotbahnya, Duta Vatikan mengambil inspirasi dari perayaan gerejawi pada hari itu yakni Maria diangkat ke Surga. Iman Maria menjadi model bagi iman para calon dan para imam. Para imam hendaknya mampu menghantar umat beriman untuk memiliki iman seperti maria untuk memper-oleh kekekalan. Itulah yang yang menurutnya harus menjadi target atau tujuan. Setelah misa, dilan-jutkan dengan acara ramah tamah di aula Seminari Pineleng. Dalam Acara ramah tamah di antaranya disuguhkan lagu dari para frater diosesan Manado dan Amboina, persembahan tarian dari para fra- ter yang mewakili Skolastikat MSC Pineleng, persembahan dari salah satu kelompok Sekami berupa lagu dan gerak, serta sambutan-sam-butan. Yang tampil memberikan kata sambutan di antaranya ketua STF-SP P. Amri Wuritimur, Pr, Uskup Amboina Mgr. P.C Mandagi, MSC, Duta Vatikan Mgr. Antonio Guido Filipazzi, dan yang mewakili Dirjen Bimas Katolik. Ketua STF-SP mengibarakatkan STF-SP 60 tahun lalu sebagai biji sesawi. Biji yang sangat kecil namun kini telah bertumbuh dan menghasilkan buah yang baik bagi Gereja dan masyarakat. Menurutnya STF-SP bisa bertahan sampai titik ini tidak terlepas dari dukungan banyak pi-hak secara istimewa tiga kekuatan besar yakni Keuskupan Manado, Keuskupan Amboina, serta Tarekat MSC Provinsi Indonesia. Tenaga dan dana dari ketiga kekuatan ini tak ternilai harganya. Para dosen baik para imam diosesan maupun dari tarekat MSC telah dengan penuh pengorbanan memberikan tenaga dengan tidak mengharap- kan upah. Selanjutnya, Bapak Uskup Amboina menyatakan bahwa dia senantiasa mendukung perkembangan STF-SP dengan selalu mengirim para frater diosis

Pagelaran Teater Musikal dan Konser Musik di Gedung Mapalus Kantor Gubernur Sulawesi Utara.

Page 31: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 31

Amboina. Bahkan dia juga tetap mengirim para dosen yang meng- ajar di STF-SP. Sementara itu, Duta Vatikan menggarisbawahi harmoni atau keseimbangan da-lam dimensi-dimensi pembinaan sebagai seorang calon imam, yakni intelektual, spiritual, kemanusiaan, serta pastoral. Bapak Duta mem-bawakan sambutan dalam bahasa Italia dan diterjemahkan oleh P. Albertus Sujoko, MSC. Sementara itu pihak Dirjen Bimas dalam ke-sempatan ramah tamah menyer-ahkan bantuan kepada STF-SP sebesar Rp. 45.000.000,00 untuk rehab Kapel Seminari, Komunitas Diosesan dan Komunitas Skolasti-kat MSC Pineleng masing-masing sebesar Rp. 20.000.000,00 untuk berbagai kegiatan Kerohanian di masing-masing komunitas. Acara ramah tamah di aula seminari ditu-tup dengan makan siang bersama. Pada pukul 14.00 WITA diadakan dialog antara Duta Vatikan dan para pendidik dan pembina di STF-SP serta para frater diosesan dan MSC di ruang rekreasi para frater diosesan. Hal yang menarik dari dialog itu adalah adanya sharing pasutri dari paroki Manembonem-bo-Bitung, yakni Bapak Anis dan Ibu Selvy. Mereka mangatakan bahwa para imam dan para frater adalah selebriti rohani. Apapun yang dilakukan oleh para imam dan calon imam disoroti oleh umat. Menurut mereka hal penting yang perlu dihidupi oleh imam dan calon imam adalah kualitas hidup doa. Dalam kesempatan dialog juga dibuka kesempatan untuk para frater dan para pastor pembina untuk berdialog dengan Duta Vatikan. Menanggapi per-tanyaan-pertanyaan dari peserta dialog, bapak Duta Vatikan yang dilahirkan di Melzo, Milan, Italia, 8 Oktober 1963 silam itu mengu-raikan secara spesifik dimensi-di-mensi pembinaan sebagai seorang calon imam. Dalam aspek intelek-tual misalnya dia menekankan pentingnya penguasaan secara holistik ajaran iman sebagaimana termuat dalam Katekismus Gereja

Katolik dan belajar filsafat secara baik. Dalam biadng kerohanian dia menekankan pentingnya kualitas doa pribadi. Doa bersama memang penting tetapi jika tanpa didasari oleh semangat doa pribadi maka akan terasa kering. Para imam adalah pendoa bukan hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi umat beriman. Hal lain yang pen- ting adalah perlunya penerimaan sakramen pengakuan secara rutin. Hal ini sangat jarang di Indonesia karena menurut pengamatannya hanya dilakukan menjelang na-tal dan paskah. Mengenai aspek kemanusiaan perlulah mengem-bangkan kualitas kepribadian yang baik. Dan mengenai aspek pas-toral, kata kunci untuk para calon imam adalah wait, wait, and wait. Kata itu mengingatkan para calon imam agar bersabar selama dalam pembinaan agar pada akhirnya bisa melayani secara maksimal kepada umat.

Kunjungan Duta Vatikan Ke Skolastikat Dan Pranovisiat MSC Pineleng

Setelah acara diaolog di Semi-nari Pineleng, Duta Vatikan berkun-jung ke Skolastikat MSC Pineleng. Para frater MSC setelah mengi-kuti dialog di Seminari Pineleng

langsung mempersiapakan diri di Skolastikat MSC untuk menyam-but kunjungan bapak Duta Vatikan. Semua frater mengenakan jubah dan menunggu di ruang tamu yang baru dibangun. Ketika sampai di Skolastikat MSC Pineleng, bapak Duta disambut oleh para frater MSC dan para pembina serta Pater Provinsial MSC. Pastor Berty Tijow, MSC menyambut Duta Vatikan dengan menggunakan bahasa Italia. Kemudian bapak Duta Vatikan serta bapak Uskup Manado menerima kalungan kain adat Kei dan Toraja dari Pater Superior Skolastikat MSC Pineleng. Bapak Duta Vatikan, Usk-up Manado, Pater Provinsial MSC, Pater Superior MSC Pineleng, juga Magister Pranovisiat MSC Pineleng serta para frater MSC melihat-lihat bangunan-bangunan di Skolasti-kat dan Pranovisiat MSC Pineleng. Setelah selesai melihat keadaan di kedua komunitas tersebut, para frater MSC serta para pembina MSC mendapat berkat dari bapak Duta Vatikan di Kapel Skolastikat MSC Pineleng. Setelah itu, bapak Duta Vatikan meneruskan perjalanan ke biara Susteran JMJ Paniki-Manado dan selanjutnya menuju bandara udara Sam Ratulangi untuk terbang ke Jakarta. Yongky Wawo, MSC

Kunjungan Duta Vatikan Mgr Antonio Guido Filipazzi ke Skolastikat MSC Pineleng. Nampak Duta Vatikan bersama Staf Skolastikat MSC.

Page 32: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

32 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

PASTORAL PERJUMPAANGeliat MSC Komunitas Basis Misioner Wilayah TimurKeuskupan Purwokerto

ANTAR KITA

“Dengan bertekun dan dengan seha-ti mereka berkumpul tiap-tiap hari...” (Kis. 2:46).

euskupan Purwokerto menyerahkan secara khusus paroki-paroki di Wilayah Timur kepada Tarekat MSC. Paro-

ki-paroki tersebut adalah Paroki Sta. Perawan Maria- Purworejo, Paroki St. Yohanes Rasul - Kutoar-jo, Paroki St. Stefanus - Purwosari, Paroki St. Paulus - Wonosobo, dan Paroki St. Filipus - Kapencar. Dalam reksa pastoral tentu saja paroki-paroki tersebut bersinergi dengan visi-misi Keuskupan Pur-wokerto, yang pada tahun-tahun ini menggulirkan 'pemberdayaan paguyuban'. Tools yang dipakai adalah 'Komunitas Basis Gerejani' dengan senjata utama 'metode tujuh langkah'.

Fokus dari pemberdayaan gerejani adalah KBG (ada yang menyebutnya lingkungan, Wilayah Rohani atau Wilayah Diakonia).

Selain komunitas itu, dalam tingkat Dekanat paguyuban-paguyuban kategorial (khususnya PIA, PPA/Remaja dan OMK) juga hidup dan direkatkan sebagai satu keluar-ga dalam corak misi yang sama. Pada tahun 2014 ini dilaksanakan beberapa Temu Raya untuk komu-nitas-komuntias kategorial dan Temu Tim untuk KBG.

Temu Raya OMK se-Dekanat Timur

Temu Raya dilaksanakan dalam bentuk Bible Camp (BC), berke-mah di alam dengan tools utama adalah Kitab Suci dan sharing. Metode utama yang dipakai dalam peretemuan-pertemuan adalah Metode Tujuh Langkah dan bibli- odrama atau dramatisasi Kitab Suci sambil berkontemplasi dan kemudian ber-sharing. Setiap sessi terdiri dari pemaparan materi

kemudian dilanjutkan dengan shar-ing kelompok yang difasilitasi oleh para bruder, frater atau suster. Biasanya dalam pelaksanaan BC peserta dibagi per jenjang walau-pun mendalami tema yang sama. Dalam BC Purwosari ini, OMK usia SMP, SMA dan Mahasiswa digabung. Hal ini menjadi rahmat namun sekaligus kendala yang 'menegangkan'. Para peserta tidur dalam kemah dan para bruder, suster atau frater 'menyisip' di tenda-tenda peserta.

"Hai Orang Muda Masa Depan Gereja...bawa semangat bernyala!" Demikian bunyi Theme Song Indone-sian Youth Day 2012 Sanggau yang menjadi penyambut teman-teman di camping ground agar spirit IYD 2012 tetap berkelanjutan.

Hari pertama, walaupun agak berat karena perbedaan usia, wa-wasan berpikir dan jenjang pendi-

K

Page 33: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 33

Orang-orang Muda Katolik dari Paroki-Paroki Dekanat Timur Keu-skupan Purwokerto mengobarkan

semangat mereka sebagai masa depan Gereja dengan mengadakan

Bible Camp yang dilaksanakan di Purwosari.

dikan, sessi I mengenai "Mukjizat menurut Kitab Suci" yang dibawa- kan oleh P. Phillips Dewantoro MSC, berhasil dilaksanakan dengan baik. Sessi ini menghantar teman-teman OMK untuk berkenalan dan tahu ke arah mana BC ini berjalan. Hari pertama ditutup dengan Adorasi Sakramen Mahakudus.

"Enyong kowe jadi siji..." (bdk. Hymne OMK Keuskupan Purwo- kerto). Hari kedua dimulai dengan sessi II mengenai "Mukjizat utama dan sehari-hari" yang dibawakan oleh Fr. Adri MSC kemudian dilan-jutkan dengan permainan-per-mainan berdasar teks Kitab Suci antar paroki. Sessi III mengenai "Kasih: Mukjizat istimewa" diba- wakan oleh P Bram Tulusan MSC dan sessi IV "Tobat sebagai Muk-jizat" dibawakan oleh Fr. Adri MSC yang menghantar para peserta pada intimitas rohani. Pada saat

ini para Romo membuka saat-saat pengakuan dosa bagi yang mem-butuhkan dan para frater/bruder/suster siap menjadi konselor bagi para OMK yang ingin berbagi secara 'mendalam dan pribadi'. Sungguh mengejutkan bahwa para sahabat OMK dengan kesadaran pribadi berlomba-lomba menuju ke tempat pengakuan (di tem-pat terbuka) dan tempat-tempat konseling. Di aula, para penggerak OMK bersimpuh dibawah salib dan lilin yang bernyala, menyatakan kesediaan memberikan hidupnya untuk pelayanan kepada OMK di paroki masing-masing. sungguh malam yang istimewa. Setelah sessi tobat maka suasana menja-di lebih ringan, karena para anak SMP sudah mulai bisa mengikuti suasana yang terbangun. Malam ini adalah malam terakhir BC yang ditutup dengan pentas seni. Harus

Page 34: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

34 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

Kehadiran biarawan-biarawati dalam Bible Camp dimaksudkan untuk menumbuhkan panggilan

di tengah-tengah kaum muda Dekenat Timur Keuskupan

Purwokerto.

diakui bahwa semua peserta memiliki kreatifitas berlimpah dan membuncah!

"...Sukacitaku kan kusebarkan" (Theme Song Bible Camp Purwosari 2014). Hari ketiga, Minggu 29 Juni 2014 dimulai dengan doa pagi dan dilanjutkan dengan sessi V yang mendalami 'apa yang harus kami perbuat untuk hidup yang kekal?' Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan seorang muda dalam Injil kepada Yesus. Pada sessi ini diharapkan agar OMK membangun persaudaraan, sukacita dan iman yang bertumbuh kokoh. Ke depan diharapkan agar program OMK bukan sekedar 'ramai', 'gempita' namun kehilangan 'pengena-lan akan Allah'. Pemahaman dan pengenalan akan Allah diharapkan mendorong mereka untuk mewar-takan sukacita iman.

Kegiatan BC ini dipuncaki de- ngan Perayaan Ekaristi di sebuah rumah joglo yang mampu menam-pung para peserta BC dan umat stasi Bagelen. Grup keroncong OMK Lingkungan Isidorus-Paro-ki Purworejo menyemarakkan Ekaristi dengan menjadi koor penggerak. Misa kali ini sangat istimewa karena ada tiga khotbah yang dibawakan Romo Phillips, Romo Bram dan kesaksian pang-

gilan dari Fr. Vianey OAD dari Filipi-na tapi asli Purwosari. Kegiatan ini juga dimaksudkan menjadi ajang aksi panggilan bagi OMK. Karena itu sejak awal kegiatan para biar-awan-biarawati turut berkemah dan berbagi dengan para peserta.

Pada Temu Raya kali ini juga dilahirkan beberapa keputusan, yakni: Persiapan OMK Paroki se-dekanat Timur menyambut PDYD (Purwokerto Diocese Youth Day) 2015, Sdr Andrie dari Purwosari menjadi koordinator pendamping Dekanat Timur dan Paroki Kutoarjo diputuskan menjadi tuan rumah Temu Mini Januari 2015.

Temu Raya PPA Dekanat Timur

5 Paroki, 200 Peserta, 15 ang- gota Panitia, 20 Back Up Team yang terdiri dari OMK dan para bapak, 6 kongregasi. Itulah ang-ka-angka yang muncul dalam data tim sekretariat Panitia Temu Raya PPA se-Dekanat Timur di Paroki Sta. Perawan Maria Purworejo. Kegiatan tersebut dilaksanakan di SMA Bruderan Purworejo dan ber-langsung tgl 9-10 Agustus 2014. Temu Raya PPA ini dilaksanakan dalam rangka perayaan pelindung PPA St. Tarsisius (15 Agustus) dan pesta Sta. Perawan Maria diangkat ke surga. Oleh sebab itu panitia

mengangkat tema 'shine like stars'.Kegiatan ini mengacu pada

tiga dasar pelaksanaan kegiatan SEKAMI yakni edukasi, animasi dan selebrasi. Untuk edukasi, kegia-tan dibagi dalam dua sessi, yakni sessi I mengenai “Ekaristi: men-jadi Kudus” dan Sessi II tentang “Pelayanan”. Bagi para pembina diadakan sessi khusus mengenai “Sharing: edukasi, animasi dan selebrasi remaja/PPA di masing2 paroki”. Untuk animasi, diusahakan penggeloraan semangat dengan fellowship, api unggun - kembang api serta lomba olahraga serta lomba cerdas cermat (10 Agustus). Sedangkan selebrasi berpuncak pada Perayaan Ekaristi yang dida-lamnya dilaksanakan pengikrar- an janji pelayanan di hadapan Sakramen Maha Kudus. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm. Aloy-sius Endro Wignyoseputra, MSC, didampingi Rm. Matius SDB.

Kegiatan ini diharapkan dapat membangun persaudaraan sepe-layanan; penggeloraan semangat dan cinta akan pelayanan, khusus-nya pelayanan di altar; memotivasi dan menginspirasi panggilan hidup bakti bagi teman-teman PPA se-Dekanat Timur karena kehadiran 6 anggota kongregasi: ADM, PMY, PBHK, CICM, SDB dan MSC.

Page 35: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 35

Melalui proses edukasi, animasi dan selebrasi dalam Temu Raya Putera Puteri Altar Dekanat Timur, diharapkan kaum remaja Katolik semakin bersinar bagai bintang dan

semakin bersemangat dalam pelayanan.

Tim Pemberdayaan Paguyuban dan Temu Raya PIA

Ujung tombak Pemberdayaan Paguyuban ialah paguyuban-pa-guyuban di tingkat lingkungan (KBG) yang masih dibagi lagi dalam sel-sel (atau di Paroki Sta. Pera- wan Maria Purworejo disebut Komunitas Sel/Komsel). Setiap dwi bulan dalam rapat DPH se-dekanat Timur dilaporkan perkembangan KBG di masing-masing paroki. Pun demi kelancaran dan perha-tian yang lebih intensif, dekanat ini dibagi menjadi dua regio yakni regio utara (Paroki Wonosobo dan Paroki Kapencar) dan regio selatan (Paroki Purworejo, Paroki Kutoarjo dan Paroki Purwosari). Setiap regio mempunyai pertemuan sendiri. Adapun di regio selatan setiap bulan diadakan pertemuan untuk membahas modul-modul sharing serta mengontrol perkembangan KBG di masing-masing paroki.

Kegiatan lain yang akan dilak-sanakan ialah temu raya PIA. Ke-giatan akan dilaksanakan pada tgl

2 November 2014 di Museum Misi Muntilan yang juga merupakan sentra animasi kegiatan SEKAMI di Keuskupan Agung Semarang

Pastoral Perjumpaan

Membaca reportase diatas, nampak jelas bahwa di wilayah Dekanat Timur KP, terdapat banyak ragam kegiatan: temu raya, rapat (rapat Dekanat setiap dwibulanan, rapat komunitas MSC wilayah timur setiap bulan) dan penggalakan tim paguyuban. Inti dari kegiatan tersebut adalah pas-toral perjumpaan. Para imam dan pelayan pastoral berjumpa dengan umatnya dan para umat saling berjumpa untuk saling menge-nal dan menguatkan. Ada fakta menarik bahwa jumlah umat di Keuskupan Purwokerto berkurang pada sensus terakhir dibandingkan sensus sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh faktor migrasi (pindah daerah, pindah keuskupan) dari desa/kota kecil ke kota be-sar (Yogyakarta, Semarang, Solo, Jakarta, Surabaya) dan disertai

juga dengan penyebab lain (pindah agama, pindah gereja). Tentu saja hal-hal ini masih harus diperda-lam lagi. Apapun itu, Mgr. Julianus Sunarko sering mengatakan, “Keuskupan Purwokerto adalah keuskupan kecamatan, kawanan kecil di daerahnya” (hanya 0,05 % dari total penduduk). Akan tetapi, walaupun kecil, kita tetap bangga dan bisa menjadi terang dan garam di tengah masyarakat untuk meng-hadirkan Kerajaan Allah di bumi belahan barat provinsi Jawa Te- ngah. Semuanya itu demi kemuli- aan nama Tuhan.

Karenanya, kunci utama dari reksa pastoral adalah katekese, pemberdayaan paguyuban dan perjumpaan yang intens. Kegia-tan-kegiatan temu raya, rapat-ra-pat dan sarasehan-sarasehan ada-lah implementasi dari semuanya. Namun seperti Paulus, kami tetap yakin bahwa, “Kami telah mena-nam, kami telah menyiram dan kami percaya Allah yang memberi pertumbuhan”. Fr Adri, MSC

Page 36: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

36 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

SELAMAT JALAN GIS...idup adalah sebuah pilihan. Ada gelap ada terang. Ada bahagia ada duka. Ada tawa ada pula tangisan. Namun kala Sang pemilik kehidupan men-awarkan untuk kembali ke dalam

pangkuan-Nya, pilihan itu hanya satu, mau men-yambut tangan-Nya dan mengikuti dimana kita akan ditempatkan.

Rabu, 03 September 2014 saudari kita Sr. M. Gisel-la Ani Sri Rejeki PBHK telah mengisi saat-saat terakh-irnya dangan sempurna. Dia sang pemilik kehidupan mengganggap cukup segala pelayanan dan pengabdi-annya. Sr. M. Gisella menyambut uluran tangan Tuhan dengan damai. Suatu kabar yang mengejutkan semua orang. Ia berpulang setelah menyelesaikan tugasnya di SD Pius Tegal. Tak ada yang menyangka. Suster yang hoby menari dan pekerja keras itu berpulang secepat itu. Kenangan demi kenangan kembali terlin-tas di benak semua orang yang pernah hidup bersama dia.

Terlahir di Wonosobo pada tanggal 23 Agustus 1969 dengan nama Ani Sri Rejeki, Sr Gisella adalah anak ke delapan dari delapan bersaudara, dari Bapak Sastro Sumarto dan Ibu Anastasia Sumini. Setelah menyelesaikan sekolahnya di SPG Negeri Wonosobo tahun 1989, ia menikuti jejak sang kakak yaitu Sr.

M. Christiana Sri Wiyati PBHK untuk masuk biara. Setelah menjalani masa Postulan dan Novisiat, ia mengikrarkan prasetya pertama 30 Agustus 1993. Ia mengikrarkan prasetya kekal 15 Agustus 2000.

Tugas demi tugas diembannya dengan penuh sukacita. Di antaranya, ia pernah bertugas di Cilacap, Grogol, Kota Wisata, Mejasem, Purworejo dan tera-khir di Tegal hingga saat Tuhan mengganggap cukup pengabdian dan pelayananya.

Kerja keras, kejujuran, sukacita, kepolosan, kese-derhanaan adalah kesan yang tertanam di hati rekan-rekan Susternya. Hingga 3 tahun terakhir keseha-tannya semakin menurun. Namun situasi dan kondisi sakitnya itu tidak menyurutkan semangatnya untuk melayani hingga akhir.

Jenasahnya disemayamkan di kapel Bunda Hati Kudus Susteran Purworejo. Misa pemberkatan jenasah dipersembahkan oleh Rm Aloysius Endro Wignyoseputra MSC di dampingi beberapa Romo. Kotbah disampaikan Rm Tarsisius Wignyosoemarto MSC yang selama ini mendampingi dan memberikan pengobatan bagi Sr. Gisella.

Selamat jalan Gis……. Terimakasih untuk keha- diranmu yang penuh kesederhanaan. Doakan kami yang masih harus menyelesaikan tugas kami di dunia ini. Sr. Marga PBHK

H

Page 37: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 37

elum genap dua minggu kepergian Sr. Gisella PBHK, para suster PBHK kembali berduka karena kepergian Sr. M. Leitia PBHK. Suster yang ceria dan sederhana itu berpulang setelah mempersembah-kan Pesta Emas membiara pada tg 2

Juli 2014. Dikelilingi oleh para Suster yang sangat mengasihinya, ia menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 09.00 WIB di RS. Carolus – Jakarta. “Dua bulan yang lalu kita dikumpulkan oleh Sr. Leitiia di tempat ini dalam suasana penuh sukacita. Ia bersa-ma teman seangkatan boleh merayakan pesta Emas membiara. Pada hari ini (16 September 2014) di tempat yang sama kita kembali dikumpulkan oleh Sr. Leititia dalam suasana yang lain. Sr. Leititia adalah pribadi yang gembira, sederhana dan polos. Ia selalu menjadi orang pertama yang menyapa para tamu yang datang. Tugas demi tugas ia laksanakan dengan penuh sukacita. Pun saat menjalani masa senjanya di Komunitas Kramat……..” Demikian kutipan sambu-tan Suster Provinsial. Senada yang diungkapkan oleh sang adik, dr. Tina, bahwa Sr. Leititia adalah pemba-wa damai dan sukacita di tengah keluarga. Ia pula yang membawa keluarga untuk mengenal Kristus. Perjuangannya untuk menanggapi panggilan Tuhan menjadi bukti kesetiaan dan ketulusan hatinya untuk melayani. Kotbah yang disampaikan oleh Rm Firmus

Batlyol MSC menjadi penghiburan bagi sanak saudara dan para Suster PBHK. “Kematian dan kehidupan ada-lah bagai saudara kembar. Bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Dua sisi antara kehidupan dan kematian yang di dalamnya Tuhan telah mengatur dan memberikan rahmat-Nya”.

Senin, 15 September 2014 malam, jenasah Sr. Leitia tiba di kapel Bunda Hati Kudus pada pukul 01.30 disambut dengan ibadat dan doa bersama. Wajahnya tampak damai dalam penyerahan kepada Dia Sang pemilik kehidupan. Pukul 10.00 WIB Misa Requiem dipersembahkan oleh Rm. Firmus didampingi beberapa Romo. Selanjutnya beliau diantar ke tempat peristirahatan terakhir di samping pembaringan Sus-ter mudanya, Sr. Gisella. Doa pemakaman dipimpin Rm Firmus di ikuti oleh para Suster PBHK dan sanak saudara serta umat sekitar. Semua proses berjalan lancar dan hikmat. Hal ini tidak terlepas dari bantuan sie Kematian Paroki & umat yang dikoordinir oleh Bp. Ig Budi Waluyo yang senantiasa siap sedia membantu para Suster PBHK dalam upacara pemakaman.

Selamat jalan Susterku yang ceria. Terimaksih atas kehadiran dalam kesederhanaan dan kejenakaanmu di tengah kami. Senyum sapamu akan kami kenang selalu. Doakan kami yang masih berjuang di tengah dunia ini. Sr. Marga PBHK

SENYUM SUSTER LAETITIA

B

Page 38: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

38 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

Salah satu kelompok awam da-lam Keluarga Chevalier adalah New Heart Community (NHC). NHC ada-lah komunitas orang muda dewasa lajang yang memiliki dinamika, semangat dan antusias yang tinggi dalam usaha membangkitkan kesadaran diri untuk menghargai hidup dan dirinya sebagai Anuger-ah Allah dengan mengembangkan intimitas persahabatan melalui ke-giatan-kegiatan yang bermanfaat.

New Heart Community lahir sejak tahun 2007 atas prakasa Pastor Eduardus Besembun, MSC bersama beberapa pasutri yang mempunyai kepedulian terhadap misi Gereja terutama untuk mem-promosikan pesan moral dan so-

sial terhadap kaum muda generasi penerus bangsa.

Visi dan Misi New Heart Com-munity

New Heart Community memi-liki visi: “Mengembangkan jejaring manusia terutama kaum muda dewasa lajang untuk menjadi ma-nusia yang mempunyai kesadar- an menghargai hidup dan dirinya sebagai Anugerah Allah.” Hal ini berarti bahwa kaum muda dewasa tersebut dapat menyadari potensi, bakat dan talenta yang dimilikinya dan kesejatiannya sebagai Gambar Allah (Imago Dei). Pemberian itu bukanlah semata-mata untuk diri mereka sendiri namun terutama

untuk dipergunakan sesuai dengan maksud Allah.

Landasan New Heart Com-munity adalah “Spiritualitas Hati” yang membangun budaya CIN-TA. Salah satu wujud dari usaha membangun budaya cinta adalah membangun relasi persahabatan dengan sesama.

Sedangkan misi New Heart Community adalah: “Menjaring kaum muda dewasa lajang untuk melibatkan diri dalam gerakan Hati Baru yang mengutamakan “intim-itas persahabatan” melalui berb-agai kegiatan yang dapat menjadi berkat bagi orang lain dan juga diri sendiri dengan berlandaskan spiritualitas hati.”

NEW HEART COMMUNITYANGKATAN XV

Page 39: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 39

Siapa saja yang dapat menjadi anggota New Heart Community?

• Orang muda dewasa yang belum atau tidak menikah yang telah mengikuti re-koleksi reguler NHC yang diselenggarakan oleh team New Heart Community, (usia minimal 27 tahun).

• Pasutri yang ingin men-dampingi New Heart Com-munity dengan mengikuti rekoleksi reguler NHC dan coaching yang diselengga-rakan oleh team New Heart Community.

• Biarawan (Pastor, Bruder dan Frater) dan biarawati (Suster dan Para Novisnya) serta Sekuler dan Selibater yang ingin mendampingi New Heart Community dengan mengikuti rekoleksi (weekend) reguler NHC dan coaching yang diselengga-rakan oleh team New Heart Community.

Weekend Reguler ke XV

Pada tanggal 29 – 31 Agus-tus 2014 yang lalu, bertempat

di Wisma Puspanita, Bitung Sari, Ciawi, Bogor, telah dilaksanakan Weekend New Heart Community angkatan XIV. Weekend NHC XIV ini diikuti oleh 33 orang peserta dari pelbagai paroki di Jakarta, bah-kan ada peserta yang berasal dari kota-kota lain seperti Bogor dan Pontianak.

Seluruh rangkaian acara diawali dengan Misa Pembukaan oleh P Joni Astanto MSC. Sebagian besar acara Weekend yang terdiri dari 8 sesi itu diisi dengan presentasi/sharing dari kaum muda dewasa, para pasutri dengan pelbagai ting-kat usia perkawinan, serta sharing dari imam, biarawan dan biarawati. Melalaui sharing-sharing team dan sharing kelompok tersebut, nilai-nilai yang hendak digali adalah persahabatan yang dihidupi dalam pelbagai bentuk pilihan hidup. Nilai-nilai persahabatan juga ditemukan melalui dinamika kelompok.

Rekoleksi dipuncaki pada malam terakhir dengan acara pertobatan yang didahului dengan meniru “eksodus” bangsa Israel dari Mesir menuju tanah terjanji.

Seperti bangsa Israel meninggal-kan penjajahan dan perbudakan di Mesir para peserta juga mengada-kan peziarahan meninggalkan diri yang lama menuju pada pembaha-ruan melalui pertobatan.

Pada hari terakhir, setelah pen-egasan mengenai pilihan-pilihan hidup, diadakan penyambutan oleh angkatan-angkatan sebelumnya serta pemilihan ketua dan wakil ketua angkatan. Dalam Weekend NHC XV terpilih Widyono Chandra (Widy) sebagai ketua angkatan dan Indri Hapsari (Indro) sebagai wakil ketua angkatan. Sesudah penyam-butan, seluruh rangkaian kegiatan weekend diakhiri dengan misa pengutusan yang dipimpin oleh P PJ Budi Santoso MSC.

Apa yang dibuat sesudah re-koleksi reguler?

Setelah mengikuti rekolek-si reguler, setiap anggota NHC dapat dengan bebas mengikuti pembinaan lanjutan yang diran-cang bersama maupun yang telah diagendakan pendamping bersama anggota NHC angkatan sebelum-nya. Kegiatan tersebut biasanya berupa rekoleksi khusus, mem-persiapkan Rekoleksi Reguler NHC untuk angkatan berikutnya dan renewal untuk beberapa angkatan.

Kegiatan-kegiatan lainnya juga dirancang bersama sebagai sarana pengolahan diri dan pengasahan diri sesuai dengan visi dan misi NHC yang antara lain: pelatihan- pelatihan, menyelenggarakan seminar yang bermanfaat untuk masyarakat, melakukan kegia-tan-kegiatan pengembangan diri seperti outbond, melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai tempat doa dan ziarah, menga-dakan bakti sosial, dan terlibat langsung untuk membantu siapa saja yang membutuhkan serta rekreasi dengan pesan moral dan sosial. Oleh sebab itu keterlibatan dalam suatu proses kegiatan men-jadi sangat penting bagi pengem-bangan pribadi setiap anggota NHC. Jonast MSC

Widyono Chandra dan Indri Hapsari yang terpilih sebagai Ketua dan Wakil Ketua NHC angkatan XV

Page 40: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

40 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

onferensi Umum XXIII Misionaris Hati Kudus dimulai pada tanggal 15 September yang lalu di Guatemala, dan

berlangsung hingga tanggal 26 September. Provinsi muda di Amerika Tengah yang menjadi tuan rumah ini dipimpin oleh P Abzalon Alvarado Tovar MSC. Para peserta konferensi tinggal di La Salle Resi-dence, sebuah convention center di tengah-tengah alam yang asri.

Konferensi yang diselengga-rakan setiap tiga tahun ini diikuti oleh para Pemimpin Provinsi dan Uni bersama dengan Pimpinan Umum. Konferensi Umum mempu-

nyai kekuatan untuk mengusulkan, menganalisa dan memutuskan hal-hal tentang hidup dan karya Kongregasi di seluruh dunia.

Konferensi kali ini dihadiri oleh 35 peserta yang datang dari 3 Uni dan 19 Provinsi: Philippines, Indo-nesia, India, Australia, Uni Pasifik, Papua New Guinea, Amerika Seri-kat, Irlandia, Kanada, Roma, Belan-da, Belgia, Prancis, Jerman Selatan -Austria, Jerman Utara, Brazil, Republik Dominica, Spanyol, Amer-ika Tengah, Uni Afrika berbahasa Perancis. Tidak dapat hadir dalam Konferensi XXIII ini para delegasi dari Provinsi Indonesia dan Papua New Guinea karena kesulitan un- tuk mendapatkan visa. Dari Gen-eralat Roma hadir Pater Jenderal Mark McDonald, para Asisten General P Rafael Rodriguez, P FX

Wahyudi, P Carl Tranter dan P Chris McPhee; Bendahara P Hans Ngala serta Sekretaris General Br Gerald Warbrooke. Hadir pula para petu-gas sekretariat dan para pener-jemah. R. Marvin Sotelo bertindak sebagai moderator sidang.

Setiap hari, Konferensi diawali dengan doa mohon pencurahan Roh Kudus bagi para peserta. Doa diawali dengan permenungan teks Kitab Suci dan saat-saat hening. Pater General memimpin doa pada hari pertama dengan mengajak seluruh peserta merenungkan kelemah-lembutan dan belas kasih Allah dengan merenungkan Yo-hanes 21, 15 – 17. Dalam perikop tersebut Yesus bertanya kepada Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Yesus

melanjutkan dengan perintah: “Gembalakanlah domba-dom-ba-Ku.” Dalam dialog ini Petrus merasa cemas namun Yesus membebaskannya dari rasa cemas tersebut. Atas cara yang sama, dengan doa di awal Konferensi ini kita diundang untuk memohon agar Roh Kudus memasuki hati kita dan membebaskan kita dari kece-masan agar dapat mendengarkan apa yang diminta oleh Allah kepada kita saat ini.

Minggu pertama Konferensi diagendakan untuk membicarakan ongoing formation dengan tema Kepemimpinan. Pater General dan anggota Pimpinan Umum menga-rahkan sidang, menerangkan apa kepemimpinan masa kini menurut kharisma kita. Secara dasariah, kepemimpinan berarti berusaha

KONFERENSI UMUM XXIIITAREKAT MISIONARIS HATI KUDUSGUATEMALA 15 - 26 SEPTEMBER 2014

K

Page 41: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 41

mengkonkretkan misi yang diberi- kan Pater Chevalier kepada kita – Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum.

Pada hari pertama Pimpinan Umum juga menyampaikan lapor- an yang menunjukkan tanda-tanda pengharapan dan antusiasme bagi misi dan tantangan-tantangan di masa depan. Laporan tersebut di- terima dengan baik sebab menca- kup poin-poin yang secara umum terdapat di provinsi-provinsi dan Uni. Namun dicatat bahwa belum disebut pengharapan yang timbul dari apa yang telah dilaksanakan

dengan para awam kita. Ditegas-kan bahwa kita perlu meninggal-kan mental “provinsi” dan menjadi lebih universal, tanpa melupakan kekayaaan-kekayaan yang ter-dapat di provinsi masing-masing.

Selama Konferensi Umum, para peserta mendapatkan kesempatan istimewa pula untuk mengunjungi Antigua Guatemala, kota tua Gua-temala yang merupakan sebuah kota kolonial, didirikan tahun 1543 dan ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan pada tahun 1979. Para peserta berkesempatan me-ngunjungi gereja-gereja, museum dan pelbagai tempat yang menarik.

Peserta konferensi juga berke-

sempatan mengunjungi paroki Bunda Hati Kudus di Koloni Molino de Flores. Di sana mereka dijamu dengan pelbagai macam santapan menu setempat, menikmati sajian nyanyian, tarian Kaqchikel, dan suguhan Marimba, musik nasional Guatemala.

Tanggal 20 September peserta konferensi mengunjungi Katedral Guatemala di mana disemayamkan Mgr Juan Gerardi Conedera yang wafat sebagai martir tanggal 26 April 1998. Beberapa jam kemudi-an para peserta disambut di paroki Bunda Hati Kudus bersama deng- an para frater dan suster MSC. Di sana dirayakan Ekaristi bersama

dengan para MSC dari Guatemala. Ekaristi dirayakan dalam nuansa budaya setempat dalam semangat Keluarga Chevalier.

Mengakhiri kunjungan terse-but, seluruh peserta berziarah ke tempat P. Faustino Villanueva MSC, salah seorang imam di sana dibunuh pada tahun 1980, kare-na tetap memilih untuk tinggal bersama dengan orang-orang asli dan tidak terintimidasi oleh rezim militer untuk meninggalkan orang-orang suku asli yang menderita. Jonast MSC

Page 42: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

42 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

ENAM TAHUN MSC BERKARYA DI KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG

PASTORALIA

Dalam suatu rapat di Dekenat II Palembang, Bapak Uskup Keuskupan Agung Palembang Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ mengatakan “Saya senang bahwa Tarekat MSC yang berkarya di Keuskupan Agung bertahan dan berkarya dengan baik di Keuskupan Agung Palembang. Dulu ada beberapa Tarekat yang mencoba berkarya disini namun tidak bertahan karena medan yang berat.”

Page 43: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 43

Tampak depan Gereja Paroki Tugumulyo - Ogan Kmoering Ilir, Keuskupan Agung Palembang (kiri). Sejak enam tahun lalu Tarekat Misionaris Hati Kudus berkarya di Paroki tersebut. P Innocentius Renwarin MSC (kanan atas) dan P Yosef Donny Srisadono MSC menjadi yang pertama diutus oleh Tarekat MSC untuk berkarya di Tugumulyo.

Bulan Juni 2008 menjadi mo-ment yang sangat indah bagi tarekat MSC. Saat itu Tarekat MSC mulai berkarya di Keuskupan Agung Palembang. Tiga anggota MSC diu-tus untuk berkarya di Keuskupan Agung Palembang. Mereka adalah P. Innocentius Renwarin MSC, P. Tarsisius Leisubun, MSC, dan P. Yosef Dony Srisadono, MSC. Dalam perjalanan waktu [bulan Juli 2008] Fr. Marcelus Koa, MSC diutus untuk melanjutkan tahun khusus di Keu-skupan Agung Palembang. Setelah P. Inno Renwarin pindah tugas ke Ambon dan P. Dony pindah ke Makassar, tarekat MSC mengutus P. Yohanes Wahyu Hersanto MSC dan P. Markus Reponata, MSC, [2010]. Tahun 2011 tarekat MSC mengutus Fr. Fransiskus Melky MSC untuk

bertahun diakonal dan Fr. James Bil-liarcarlos, MSC untuk tahun pastoral di paroki Kristus Raja Tugumulyo OKI. Di tahun 2013, P. Servi Fango-hoi, MSC diutus oleh tarekat untuk berkarya di kelompok kategorial Mahasiswa dan Kaum Muda Katolik KA Palembang, melanjutkan apa yang telah dirintis oleh P. Markus Reponata, MSC. Walau datang dan pergi silih berganti karena tugas perutusan, kehadiran MSC di Keuskupan Agung Palembang telah memperkuat basis pelayanan dan memperkaya spiritualitas sehingga umat mengalami kasih Tuhan. Pelayanan Parokial

Prioritas utama pelayanan MSC di KA Palembang adalah karya parokial, walaupun ada pelayanan

kategorial seperti pengembangan devosi Kerahiman Ilahi, pendam- pingan terhadap imam-imam Di-osesan, dan pendampingan Maha-siswa. Paroki yang dipercayakan ke- pada tarekat MSC adalah Paroki Kristus Raja Tugumulyo OKI. MSC menerima paroki Kristus Raja Tugu-mulyo dengan penuh keterbatasan; terbatas sarana-prasarana dan keuangan. Pernah suatu kali umat dari Jakarta mengunjungi pastoran dan kaget ketika melihat laporan keuangan dan saldonya begitu kecil. Secara spontan umat itu menga-takan, “Romo bisa melaksanakan pelayanan pastoral dengan jumlah uang seperti ini?” Secara spontan kami menjawab, “Kita serahkan pada Tuhan yang mempunyai kuasa untuk memberi. Yang penting setiap

Page 44: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

44 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

P Yohanes Wahyu Hersanto MSC yang menjadi Pastor Paroki Tugumulyo dalam beberapa tahun terakhir.

hari kita bersyukur dan mohon berkat dari Tuhan.” Buktinya, kami mendapat bantuan, bisa mena-ta pastoran, mengadakan sara-na-prasarana dan air bersih. Tu-gumulyo adalah salah-satu desa di Kabupaten OGAN KOMERING ILIR (OKI). Mayoritas penduduknya berasal dari Jawa, Bali dan seba-gian berasal dari Sumatera Barat (Padang), Sumatera Utara (Batak). Pada masa pemerintahan Soeharto terjadi transmigrasi besar-besar- an antara lain dari Nusa Tenggara Timur (NTT) menuju ke Kalimantan dan dari Jawa menuju Sumatera (Lampung dan Sumatera Selatan). Wilayah OKI terkenal dengan daerah perampok [bandit, gerandong] dan daerah kriminal. Pemakaian senjata api yang bebas dan perampokan yang sering terjadi membuat orang merasa was-was ketika bepergian sendirian. Situasi yang demikian terkadang membuat orang mera-sa takut tetapi tidak jarang juga membuat orang berani menghadapi segala resiko dan tantangan dalam karya dan pelayanan pastoral. Mata pencaharian masyarakat dan juga umat Katolik di Tugumulyo OKI ada-lah petani sawah, petani karet dan petani sawit dan hanya sedikit yang berwiraswasta serta bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Memang patut

diakui bahwa hidup di daerah Suma-tera butuh kreatifitas dan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Umat begitu ulet dalam bekerja selama bertahun-tahun sehingga dapat membangun rumah-rumah yang bagus, membeli kendaraan dan juga menyekolahkan anak-anaknya. Orang mulai berlomba-lomba untuk mencari harta sebanyak-banyak, ingin punya kebun di mana-mana dan kalau sudah punya kebun yang banyak akan menjadi orang terkenal karena kekayaannya. Di Tugumulyo orang terbiasa berbicara tentang penghasilan per bulan dan target yang mau dicapai dalam meraih harapan dan impian. Perkebunan telah mengubah hidup umat Katolik di tanah Sumatera bagian Selatan. Sayang bahwa kehidupan yang demikian kurang dibarengi dengan rasa syukur kepada Sang Pemberi hidup dan pemberi rejeki.

Umat Katolik yang adalah trans-migran dari Jawa Tengah ini telah menorehkan perkembangan sejarah Gereja Katolik di Sumatera bagian Selatan. Dalam sejarah paroki dikatakan bahwa paroki Kristus Raja Tugumulyo OKI dirintis sejak bulan Januari 1994 dan sekarang telah berusia 20 tahun. Berdasarkan data statistik tahun 2013 jumlah umat Katolik di OKI adalah 2030 jiwa

dan 516 kepala keluarga. Kita bisa membayangkan satu kabupaten yang hanya memiliki satu paroki. Di wilayah Indonesia Timur, satu ka-bupaten bisa memiliki 5-10 paroki. Paroki Kristus Raja Tugumulyo OKI memiliki 13 stasi dan 27 tempat misa. Wilayah-wilayah pelayanan berjauhan dan membutuhkan waktu 2-4 jam untuk sampai wilayah tersebut. Setiap dua minggu sekali para romo dan katekis mengunjugi umat di stasi yang terjauh untuk merayakan Perayaan Ekaristi dan Perayaan Sabda. Sesudah meraya-kan Perayaan ekaristi dilaksanakan kunjungan umat. Kunjungan di ru-mah umat membantu usaha untuk lebih dekat dan mengenal umat. Bahasa sehari-hari adalah bahasa Jawa, maka ketika ada kunjungan umat kami diajak untuk bicara ba-hasa Jawa..sekedhik-sekedhik ngertos [sedikit-sedikit mengerti].

Paroki Tugumulyo memiliki Dewan Pastoral Inti, Dewan Harian, Pemimpin Akar Rumput dan Katekis Akar Rumput, serta Tim Pastoral. Ada program pemberdayaan umat, pembinaan dan pendampingan bagi dewan pastoral, pemimpin akar rumput dan juga tim pastoral. Tujuannya, supaya tugas pelayanan sebagai kaum awam lebih dipahami dan dihayati. Selain itu diharapkan ada tekad dan kerjasama yang baik dalam pelayanan rohani bagi umat. Berbagai perayaan dilakukan dalam rangka membangun iman umat, antara lain perayaan penerimaan sakramen Krisma dan perayaan ulang tahun paroki. “Kita mesti bersyukur kepada Tuhan karena ke-hadiran romo-romo MSC membantu karya pelayanan di Keuskupan

Page 45: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 45

P Marselus Koa bersama dengan beberapa tokoh umat dan masyarakat. P Marsel yang beras-al dari Timor telah berusaha beradaptasi dengan umat yang kebanyakan berasal dari Jawa.

Agung Palembang,” begitulah kata-kata peneguhan dari Bapak Uskup Agung Palembang. Katolisitas, Kemandirian Umat dan Semangat Berbagi

Sering terjadi bahwa orang deng- an gampang meninggalkan Gereja Katolik karena kurang memiliki pe- ngetahuan akan iman Katolik. Maka katekese umat penting untuk men-didik dan membina umat agar sung-guh paham dengan ajaran iman. Untuk Keuskupan Agung Palembang katekese umat masih berbicara tentang Katolisitas. Orang masih berbicara tentang dasar-dasar iman Katolik. Tujuannya, supaya umat se-makin tangguh, mendalam, mandiri dan missioner. Visi-misi Keuskupan dan paroki adalah cermin yang membantu umat untuk berkaca me-lihat hidup dan imannya. Visi-misi dapat diterjemahkan melalui pro-gram-program yang dilaksanakan oleh dewan pastoral paroki.

Dalam 4 tahun ini ada kemajuan dalam hal kemandirian finansial, kemandirian sarana prasarana liturgi [tempat ibadah, buku-buku ibadah, pakaian liturgi] syukur. Umat telah memiliki tempat ibadah yang layak, memiliki buku-buku dan pakaian liturgi.

Semangat berbagi, memberi dari apa yang dimiliki, bagi penghidupan

dan pelayanan pastoral senantiasa didengungkan baik dalam kotbah saat misa maupun dalam pertemu- an-pertemuan bersama umat. Se-mangat “berbagi” dan meminta doa (intensi) pada saat perayaan Ekaristi kurang dihidupi oleh umat. Maka diusahakan katekese seputar pribadi Yesus yang membagi hidup-Nya untuk umat manusia dan demikian pula manusia harus saling berbagi. Tantangan dan peluang

Keberadaan Gereja Katolik di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)Palembang belum diakui secara sah oleh Pemerintah Daerah. Beberapa kali diadakan pertemuan namun inti pertemuan itu hanya mengajak Ge-reja Katolik di Kabupaten OKI untuk mendukung bupati setempat. Arti- nya umat Katolik hanya dimanfaat-kan atau dipolitisir ketika ada pemi-lihan kepala daerah dan pemilihan calon legislatif. Suatu ketika, dalam forum bersama bupati mengatakan daerah OKI adalah daerah “santri”. Kata “santri” menunjuk bahwa dae- rah ini adalah daerah muslim. Tidak ada golongan lain selain yang bera- gama Islam. Sering kali para romo mendapat teror dari oknum yang tidak dikenal soal pembangunan kapel. Pernah ada seorang pemim- pin agama mengatakan seperti ini: “Kalian tahu bahwa di Indonesia

Timur bangun tempat ibadah untuk umat Islam itu susah kenapa kalian berani-beraninya membangun gere-ja di sini?” Namun kami yakin bahwa Gusti mboten sare (Tuhan tidak tidur). Tuhan mendengarkan doa kaum lemah. Selain itu sampai saat ini ada upaya untuk membangun relasi dengan pemerintah setempat, mulai dari tingkat RT, Desa, Camat dan sampai tingkat Pemerintah Daerah. Paroki memiliki Seksi Kerawam yang salah-satu tugasnya membantu menjembatani Gereja dan pemerin-tah.

Selain hubungan Gereja dengan masyarakat setempat, hidup komu- nitas juga menjadi tantangan ter- sendiri. Hidup komunitas sangat penting bagi pertumbuhan bersama dan pelayanan. Komunitas Basis Missioner mesti dibangun dengan baik agar terjadi pertumbuhan, persaudaraan, sikap saling memberi dan menerima satu sama lain. Kesi-bukan masing-masing anggota KBM dengan tugas-tugas dan pelayanan menjadi tantangan tersendiri. Ku-rangnya pertemuan bersama dan rekoleksi membuat setiap pribadi merasa bekerja sendirian dan seo-lah-seolah tidak didukung oleh yang lain. Ke depan, tetap diusahakan untuk menata kehidupan komunitas yang lebih baik. Ametur. P. Marsel Koa, MSC

Page 46: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

46 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

BELAJARPepatah Latin, non scholae sed

vitae discimus, kalau diterjemah-kan secara bebas berarti: belajar di sekolah itu bukan untuk mengejar ijazah, tetapi agar orang dapat hid-up dengan baik dan benar. Pepatah di atas diucapkan Seneca (4 seb. M – 65) dalam suratnya kepada Lu-cius (Epistolae 106, 11). Ia lahir di Spanyol dan menjelang dewasa, ia mutasi ke Roma. Ia disegani kare-na memiliki ilmu pengetahuan yang luas tentang dunia politik, kritis da-lam menilai situasi yang terjadi dan mampu merumuskan gagasan-ga-gasannya secara sistimatis. (Bdk. Pius Pandor dalam Ex Latina Clari-tas, Dari Bahasa Latin Muncul Kejerni-han). Apa yang diungkapkan Seneca pada abad I ini ternyata masih re- levan bila diterapkan pada abad XXI. Zaman sekarang ini orang berlomba-lomba mendapatkan gelar sebagai syarat sebagai pegawai. Maka tidak mengherankan jika ada Sarjana Pertanian bekerja pada sebuah kan-tor Bank. Orang tidak lagi melihat kompetensi seseo-rang, tetapi melihat ijazahnya. Padahal dalam belajar sebenarnya ada semacam link and match (keterpautan dan keterpaduan) antara dunia sekolah dengan dunia kehidupan. Dari teori yang diajarkan kemudian diprak-tekkan dan akan menghasilkan sesuatu yang produk-tif.

Mengenai ilmu ini, filosofi Jawa pernah menulis, “Ngèlmu iku kêlakóné kanthi laku, sênajan akèh ngèlmuné lamún ora ditangkaraké lan ora digunakaké, ngèlmu iku tanpå gunå.” Artinya: Ilmu itu diperoleh dengan usa-ha yang giat. Walaupun banyak ilmu, tetapi jika tidak disebarluaskan dan tidak dimanfaatkan, ilmu tersebut tidak akan berguna apa-apa.

Karena ijazah sebagai pencapaian, maka setelah diwisuda kelar (selesai) pula belajarnya. Prof. Dr. Hen-ry Alex Tilaar (lahir 16 Juni 1932), yang kini berusia 80 tahun masih giat belajar. Sebagai profesor emeritus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), ia berkata, “Saya ti-dak ingin menjadi profesor ‘pohon pisang’ yang sekali berbuah dan dimakan orang. Tetapi saya ingin men-

jadi profesor ‘pohon ara”’ yang bertumbuh dan berguna sampai berabad-abad.” (Kompas, Kamis 16 Juni 2012). Bagi profesor ini, gelar bukan sebagai puncak karier, me-lainkan sebagai awal kehidupan- nya sebagai pencinta pengetahuan. Paul Engrand pada tahun 1970 sebenarnya telah mengemukakan konsep pendidikan sepanjang ha-yat, lifelong education. Namun, se-benarnya sekitar 1.500 tahun yang lalu, junjungan kita, Nabi Muham-mad SAW (570 – 632) pernah men-yampaikan piwulang bahwa belajar memang seharusnya sejak dalam buaian sampai ke liang lahat, from cradle to the grave. Kata bijak dari Cina juga menyatakan, “Jika engkau ingin berinvestasi sepanjang hayat

tanamlah manusia” (didiklah manusia). Sang Nabi da-lam hadits-nya juga bersabda, “Tuntutlah ilmu walau-pun sampai ke negeri China.”

Dalam dunia pewayangan, tokoh yang suka menge-jar ilmu terdapat dalam diri Arjuna. Arjuna, dalam ba-hasa Sanskerta berarti putih bersih atau bening. Ia juga menjadii simbol pribadi yang suka belajar. Dalam pewayangan ia memiliki istri sakethi kurang siji yang artinya satu juta kurang satu (999.999 istri). Para is-tri Arjuna adalah anak-anak pendeta atau guru. Ini melambangkan Arjuna “menikahi” ilmu pengetahuan. Dalam Bhagavad Gita, ketika Krishna menanyakan kepentingan kedatangannya dalam menjelang perang Bharatayudha, Arjuna memilih Krishna sebagai “ku-sir”-nya, sedangkan Doryudhana memilih balatentara kerajaan Dwarkawati. Arjuna melihat sisi kedalaman ilmu Krishna, sedangkan Doryudhana melihat permu-kaan saja yakni bala tentara.

Non scholae sed vitae discimus memberikan sebuah pembelajaran bagi kita bahwa yang namanya belajar itu memang untuk kehidupan. Untuk itulah, dalam menghidupi ilmu pengetahuan, dibutuhkan sebuah proses yang kadang kala harus berdarah-darah, ber-cucuran keringat dan membanting tulang dan bukan mentalitas instant.

OPINIOleh: Markus Marlon MSC

Page 47: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

SEPTEMBER 2014 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | 47

Terima KasihKepada para donatur bulan Agustus 2014:

1. MKS Rp. 300.000,002. Kel. Bpk. Stef Gunadi Rp. 500.000,003. Kel. Haryanto Santoso Rp. 50.000,004. Kel. Paulus - Etty Rp. 50.000,005. Kel. Susilo Santoso Rp. 50.000,006. Kel. Andrianto Santoso Rp. 50.000,007. Ibu Irene Rp. 100.000,008. NN Rp. 20.000,009. NN Rp. 100.000,00

Dukungan anda untuk majalah ini dapat disalurkan melalui:

KCP Hasyim Ashari, JakartaNo. Rek. 2620172963A.N. Sulvisius Joni Astanto atau Rosina Angwarmase

J U B I L E A

Proficiat atasPrasetya Kekal:Sr. Anselma Nanik Eko Wardani PBHKSr. Dorothea Merliana Samudia PBHKSr. Matilda Kamamas PBHKSr. Germana Rahabav PBHKSr. Patrisiana Mustika Dewi PBHKPurworejo, 30 Agustus 2014

Sr. Renata Ervin Ristanti PBHKSr. Hilda Mahuse PBHKSr. Amelia Tola PBHKSr. Chiara Womu PBHK

Proficiat atasPrasetya Pertama:

Purworejo, 30 Agustus 2014

Proficiat atas:Fr. M. Gregorius BHKFr. M. Monfort BHK

Malang, 12 Juli 2014

25 Tahun Hidup Membiara

50 Tahun Hidup MembiaraSr. M. Xaveria Takerubun PBHK

Merauke, 30 Agustus 2014

Page 48: WKC (Warta Keluarga Chevalier) September 2014

48 | WARTA KELUARGA CHEVALIER | SEPTEMBER 2014

Ada suasana berbeda di Komunitas Frater Bunda Hati Kudus Celaket 24 Juli yang lalu. Pelbagai tempat dihias indah. Ada apa gerangan? Ternyata 2 orang Frater meraya-kan 25 tahun hidup membiara. Mereka adalah Frater M. Gregorius BHK dan Frater M. Monfort BHK. Ada yang menarik dalam renungan yang disampaikan dalam Perayaan Ekaristi 25 tahun hidup membiara, yakni 8 pilar kesadaran yang perlu dibangun dalam menjalani hidup bakti: Sadar Tujuan: Orang hanya akan belajar setia dan akan terus setia kalau dia me- nyadari apa tujuan pilihan dan panggilan hidupnya. Panggilan Tuhan kepada manusia untuk menjadi religius atau hidup berkeluarga adalah panggilan untuk tujuan tertentu Sadar Cinta: Orang terpanggil hendaknya menyadari bahwa modal utama kese-tiaan adalah cinta. Kesetiaan itu terasa menyenangkan kalau ada cinta. Mencintai Tuhan, pasangan, pekerjaan, pelayanan menumbuhkan kesetiaan. Ada ungkapan “cinta bisa tumbuh karena kebiasaan.” Sadar Komitmen: Kesetiaan berkorelasi dengan komitmen, ketekunan, dan tang-gung jawab. Komitmen membutuhkan tekad dan tanggung jawab atas kepercayaan. Sadar Waktu: Waktu adalah rahmat dan kehidupan karena itu kesetiaan juga ditentukan dalam kecermatan pemanfaatan waktu. Sadar Emosi. Hidup kita merupakan campuran emosi positif dan negatif. Untuk sebuah kesetiaan seseorang diharapkan untuk memiliki tabung energi positif lebih ba- nyak untuk menyeimbangkan hal-hal negatif yang dijumpai dalam hidup. Sadar Komunikasi: Kesetiaan membutuhkan kerja sama dengan pihak lain. “Ter- hadap orang yang setia Engkau berlaku setia” (2 Sam. 22:26). Kesetiaan tak cukup men-jadi tugas atau kewajiban salah satu anggota tarekat dalam komunitas atau pasangan dalam keluarga, melainkan tanggung jawab bersama. Untuk itu perlu komunikasi yang berkualitas sebagai perekat Sadar Perkara Kecil: Kesetiaan bertahan jika didasarkan pada nilai-nilai ke-hidupan. Belajarlah setia dari hal-hal kecil karena kecil itu indah. Sadar Hikmat Tuhan. Kesetiaan merupakan hasil pilihan yang tidak terpengaruh perasaan atau situasi sesaat yang mudah berubah. Ayub memilih setia meski keadaan- nya makin memburuk (Ayb. 2:9-10). Untuk itu perlu kedewasaan, hikmat, dan pimpinan Tuhan.

FR. M. GREGORIUS BHK FR. M. MONFORT BHK

APA DAN SIAPA

8 PILAR KESADARAN