1 PERILAKU BRAND SWITCHING DALAM PEMBELIAN PRODUK HANDPHONE WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik Kampus GKB Jl. Sumatra 101 GKB 61121 Gresik e-mail: [email protected]ABSTRACT This study aimed to identify factors that influence consumers' brand switching behavior in the purchase of mobile products in the district Undergraduate Theses. This study uses samples of 100 respondents, the type of data used in the primary. Data collection techniques using questionnaires and multiple linear regression analysis tool. The results demonstrated that the factor of price, satisfaction and quality simultaneously and partially have influence over purchasing decisions. All three of these factors, the most dominant influence on purchase decisions is the price factor. Key words: Price, Customer Satisfaction and Quality. PENDAHULUAN Manusia dalam menjalani kehidupan mempunyai kebutuhan dan keinginan untuk dipenuhi, baik sifatnya biologis maupun psikologis. Kotler (2000) membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa makanan, air, tempat tinggal, keamanan, penghargaan, pengakuan serta rasa kepemilikan. Keinginan (wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik, dalam hal ini, manusia memiliki tingkatan yang berbeda terhadap produk dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan. Faktor kepuasan merupakan kunci untuk mempertahankan konsumen, agar membeli kembali produk dengan merk yang sama (loyal). Mowen (2002) mendefinisikan kepuasan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah memperoleh dan mengunakannya, untuk itu perusahaan dituntut mengerti apa yang sedang diinginkan oleh pasar. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini telah memunculkan suatu gejala, yaitu semakin banyak dan beragamnya produk yang ditawarkan oleh perusahaan pada industri yang sama. Produk yang ditawarkan dapat berupa barang, jasa atau barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier. Beragamnya produk yang ditawarkan oleh perusahaan merupakan suatu strategi persaingan bisnis. Krisis ekonomi yang sedang terjadi saat ini membuat persaingan suatu produk menjadi semakin ketat baik di pasar domestik maupun di pasar internasional, meskipun konsumen yang membeli selalu ada tetapi daya belinya semakin kecil. Konsumen menjadi semakin kritis untuk melakukan pembelian atas produk yang di butuhkan sa lah satunya handphone. Di sisi perkembangan bisnisnya, handphone akhir-akhir ini telah menunjukkan suatu gejala, yaitu semakin banyak dan beragamnya produk handphone yang ditawarkan oleh perusahaan dan pengembangan produk handphone yang semakin cepat. Pengembangan produk handphone yang semakin cepat tersebut terletak pada bentuk, ukuran dan fasilitasnya. Semakin lama bentuk handphone semakin menarik, ukurannya semakin kecil dan fasilitas kegunaannya semakin lengkap. Saat ini banyak merek handphone yang telah beredar di Indonesia, misalnya: Nokia, Blackberry, Samsung, Sony Ericson, Siemens, LG, Philip, Motorola, Panasonic, ZTE, Smart, Taxco, Esia, Nexsian dan tiap merek meluncurkan banyak model atau seri yang bervariasi. Strategi pengembangan produk tersebut merupakan tujuan pemasar untuk menciptakan perilaku variety seeking pada diri konsumen. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan yang terbaik bagi pelanggannya yaitu dengan memberikan kualitas yang lebih baik, produk
100
Embed
WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PERILAKU BRAND SWITCHING DALAM PEMBELIAN PRODUK HANDPHONE
ABSTRACT This study aimed to identify factors that influence consumers' brand switching behavior in the purchase of mobile products in the district Undergraduate Theses. This study uses samples of 100 respondents, the type of data used in the primary. Data collection techniques using questionnaires and multiple linear regression analysis tool. The results demonstrated that the factor of price, satisfaction and quality simultaneously and partially have influence over purchasing decisions. All three of these factors, the most dominant influence on purchase decisions is the price factor.
Key words: Price, Customer Satisfaction and Quality.
PENDAHULUAN
Manusia dalam menjalani kehidupan
mempunyai kebutuhan dan keinginan untuk
dipenuhi, baik sifatnya biologis maupun
psikologis. Kotler (2000) membedakan antara
kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar
manusia berupa makanan, air, tempat tinggal,
keamanan, penghargaan, pengakuan serta rasa
kepemilikan. Keinginan (wants) adalah hasrat
akan pemuas kebutuhan yang spesifik, dalam
hal ini, manusia memiliki tingkatan yang
berbeda terhadap produk dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan.
Faktor kepuasan merupakan kunci untuk
mempertahankan konsumen, agar membeli
kembali produk dengan merk yang sama
(loyal). Mowen (2002) mendefinisikan
kepuasan sebagai keseluruhan sikap yang
ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa
setelah memperoleh dan mengunakannya, untuk
itu perusahaan dituntut mengerti apa yang
sedang diinginkan oleh pasar.
Dalam perkembangan lingkungan bisnis
akhir-akhir ini telah memunculkan suatu gejala,
yaitu semakin banyak dan beragamnya produk
yang ditawarkan oleh perusahaan pada industri
yang sama. Produk yang ditawarkan dapat
berupa barang, jasa atau barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau
pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier.
Beragamnya produk yang ditawarkan oleh
perusahaan merupakan suatu strategi persaingan
bisnis.
Krisis ekonomi yang sedang terjadi saat ini
membuat persaingan suatu produk menjadi
semakin ketat baik di pasar domestik maupun di
pasar internasional, meskipun konsumen yang
membeli selalu ada tetapi daya belinya semakin
kecil. Konsumen menjadi semakin kritis untuk
melakukan pembelian atas produk yang di
butuhkan sa
lah satunya handphone.
Di sisi perkembangan bisnisnya,
handphone akhir-akhir ini telah menunjukkan
suatu gejala, yaitu semakin banyak dan
beragamnya produk handphone yang
ditawarkan oleh perusahaan dan pengembangan
produk handphone yang semakin cepat.
Pengembangan produk handphone yang
semakin cepat tersebut terletak pada bentuk,
ukuran dan fasilitasnya. Semakin lama bentuk
handphone semakin menarik, ukurannya
semakin kecil dan fasilitas kegunaannya
semakin lengkap. Saat ini banyak merek
handphone yang telah beredar di Indonesia,
misalnya: Nokia, Blackberry, Samsung, Sony
Ericson, Siemens, LG, Philip, Motorola,
Panasonic, ZTE, Smart, Taxco, Esia, Nexsian
dan tiap merek meluncurkan banyak model atau
seri yang bervariasi. Strategi pengembangan
produk tersebut merupakan tujuan pemasar
untuk menciptakan perilaku variety seeking
pada diri konsumen.
Untuk memenangkan persaingan,
perusahaan harus mampu memberikan yang
terbaik bagi pelanggannya yaitu dengan
memberikan kualitas yang lebih baik, produk
2
yang lebih murah, dan pelayanan yang lebih
baik. Jika pelanggan kurang puas maka
kemungkinan pelanggan akan beralih ke merek
lain, hal tersebut menyebabkan turunnya angka
penjualan yang diikuti berkurangnya pangsa
pasar (market share) sehingga akan
menurunkan laba yang dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan itu sendiri.
Banyak perusahaan yang telah
membuktikan bahwa oleh kuatnya strategi
pengembangan produk yang dilakukan
merupakan tujuan pemasar untuk menciptakan
perilaku mencari keragaman (variety seeking)
pada konsumen merek lain. Variety Seeking
adalah perilaku dari konsumen yang berusaha
untuk mencari keberagaman merek di luar
kebiasaannya karena tingkat keterlibatan
beberapa produk rendah.
Perilaku variety seeking menurut Kahn,
Kalnawi, dan Morrison (1999,46) disebut juga
sebagai kecenderungan individu-individu untuk
mencari keberagaman dalam memilih jasa
untuk mencari keberagaman dalam memilih
jasa atau barang pada suatu waktu yang timbul
karena beberapa alasan yang berbeda. Perilaku
semacam ini sering terjadi pada beberapa
produk dimana tingkat keterlibatan produk itu
rendah (low involvement). Tingkat keterlibatan
produk dikatakan rendah, apabila dalam proses
pembuatan keputusan konsumen tidak
melibatkan banyak faktor dan informasi yang
harus ikut dipertimbangkan. Perilaku variety
seeking ini cenderung akan terjadi pada
pembelian sebuah produk yang menimbulkan
risiko minimal yang akan ditanggung konsumen
dan pada waktu konsumen kurang memiliki
komitmen terhadap merek tertentu (Assael,
1999) perilaku variety seeking ini akan
menimbulkan perilaku brand switching
konsumen.
Perilaku brand switching yang timbul
akibat adanya perilaku variety seeking perlu
mendapat perhatian pemasar. Perilaku ini tidak
hanya cenderung terjadi pada produk yang
memerlukan tingkat keterlibatan yang rendah
(low involvement), akan tetapi terjadi juga pada
produk dengan tingkat keterlibatan tinggi (high
involuement). Tingkat keterlibatan produk
dikatakan tinggi, apabila konsumen melibatkan
banyak faktor pertimbangan dan informasi yang
harus diperoleh sebelum mengambil keputusan
untuk membeli.Adapun faktor yang termasuk
dalam pertimbangan tersebut adalah risiko,
yaitu risiko performance, fisik, keuangan dan
waktu. Biasanya tingkat keterlibatan yang
tinggi (high involvement) terjadi pada
pembelian produk-produk otomotif dan
elektronik (sambandam, dalam Wulan dan
Alimuddin, 2004).
Telepon genggam (handphone) atau
telepon selular saat ini sudah menjadi bagian
dari gaya hidup masyarakat dimana
kepemilikannya tidak hanya didasarkan pada
fungsi utama handphone sebagai alat
komunikasi, tetapi Fitur tambahan serta desain
produk juga menjadi dasar pertimbangan dalam
memutuskan memilih jenis atau merek produk.
Masyarakat beranggapan bahwa handphone
yang dimiliknya menggambarkan status sosial
pemiliknya. Memiliki handphone yang baru dan
mahal menunjukkan status ekonomi yang
mapan dan trend. Ada konsumen yang
menganggap bahwa handphone adalah
merupakan alat komunikasi, maka bentuk, fitur
serta teknologi yang melengkapinya tidaklah
begitu penting, masyarakat yang menggunakan
handphone tipe lama sepanjang fungsinya
sebagai alat komunikasi tetap berfungsi.
Handphone merupakan simbol kehidupan
sehari-hari dan hampir semua orang memiliki
serta menggunakannya. Handphone bukan
hanya milik orang dewasa, akan tetapi juga
dimiliki oleh anak-anak muda dari siswa
sekolah dasar, sekolah menengah sampai
perguruan tinggi dan orang tua. Handphone
telah merambah melintasi perbedaan strata
sosial dan status ekonomi, seiring dengan
semakin murahnya harga handphone serta
tersedianya produk-produk second hand
(barang bekas pakai) hampir tersedia di semua
counter penjualan, juga adanya upaya dari
beberapa provider handphone untuk melayani
segmen pasar tertentu dengan harga yang dapat
terjangkau.
Mengingat banyaknya pilihan merek dan
tipe handphone yang ditawarkan dipasaran,
serta seiring dengan perubahan selera
konsumen maka tidak jarang dalam kurun
waktu singkat seorang pengguna berganti
merek atau tipe handphone dari suatu merek ke
merek lainnya. Hal semacam itu menunjukkan
bahwa produk handphone sangat rentan dengan
perilaku variety seeking.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
pelanggan untuk loyal atau berpindah merek.
Pertama adalah harga, karena harga merupakan
3
nilai produk yang harus dibayarkan oleh
konsumen. Sebagai contoh, harga yang
ditawarkan suatu merek yang terlalu mahal
sementara karakteristik yang ditawarkan sama
dengan merek saingannya, hal semacam itu
juga dapat menyebabkan perpindahan merek.
Faktor yang kedua adalah ketidakpuasan,
Ketidakpuasan atas produk dan merek sebagai
hasil dari dua variabel kognitif antara lain
harapan para pembelian dan ketidakcocokan.
Terakhir adalah Kualitas produk, dimana
kualitas mencerminkan kemampuan produk
untuk menjalankan sesuai dengan fungsinya.
apabila terdapat produk atau merek tertentu
yang kualitasnya buruk atau kurang baik, maka
konsumen akan enggan untuk menggunakannya
dan memungkinkan untuk beralih pada produk
atau merek yang lain.
Berdasarkan latar belakang masalah yang
ada maka dapat dirumuskan permasalahan,
yaitu apakah harga, kepuasan, dan kualitas
berpengaruh secara parsial dan simultan
terhadap perilaku Brand Switching pembelian
Handphone? Tujuan Penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh harga, kepuasan, dan
kualitas secara parsial dan simultan terhadap
perilaku Brand Switching pembelian
Handphone.
Menurut (Tjiptono, 1999) harga juga dapat
menentukan keputusan pembelian apabila harga
yang ditetapkan harus sesuai dengan apa yang
didapatkan oleh konsumen, dengan kata lain
apa yang dibayar sesuai dengan apa yang
didapat. Randall,Ulrich dan Rebsetain
(2000;22) mengatakan “When evaluating a
product, consumers brand”. Berdasarkan
pendapat tersebut, ketika berbagai alternatif
telah diperoleh konsumen melakukan evaluasi
alternatif. Evaluasi alternatif tersebut, dalam
keberadaanya ditentukan oleh keterlibatan
konsumen dengan produk yang akan dibelinya.
Setelah konsumen mempunyai evaluasi
alternatif maka konsumen membuat keputusan
untuk membeli, dan penilaian keputusan
menyebabkan konsumen membentuk pilihan
merek diantara beberapa merek yang tersedia.
Proses keputusan pembelian konsumen akan
terjadi jika konsumen melihat kualitas produk
yang diberikan memenuhi keinginan atau
harapan konsumen, dan untuk mengetahui
apakah kualitas produk tersebut bagus, dilihat
dari fiture, reabilty, perfomence, maka
konsumen akan membuat keputusan untuk
membeli. Berdasarkan hal ini, maka hipotesinya
adalah ada pengaruh harga, kepuasan, kualitas
secara parsial dan simultan terhadap perilaku
Brand Switching pembelian Handphone.
METODE
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
menyusun penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan merumuskan hipotesis yang
selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis,
pengukuran data dan membuat prediksi serta
mendapatkan makna dan implikasi dari suatu
masalah yang ingin dipecahkan. Metode yang
digunakan adalah metode assosiatif kausal. Jadi
disini ada variabel independent (variabel yang
mempengaruhi) dan dependent (dipengaruhi).
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kebomas
Gresik.
Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah Masyarakat Kecamatan
Kebomas Gresik yang pernah melakukan Brand
switching. Dalam penentuan sampel yang
dipergunakan adalah non probability sampling
yaitu metode penarikan sampel tanpa
mengetahui peluang dari tiap responden yang
akan disurvei. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling dan accidental
sampling. Purposive sampling dilakukan
dengan mengambil orang-orang yang terpilih
menururt ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh
sampel itu, serta dipilih secara cermat hingga
relevan dengan desain penelitian (Nasution,
2006;1998) Accidental sampling adalah teknik
penentu sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang cocok sebagai sumber
data (Sugiyono, 2006;77). Menurut Roscoe
dalam Sugiono (2002:27) ukuran sampel yang
layak digunakan antara 30 sampai 100
responden, Menurut Aaker dalam Prayoga
(2006;45) yang menyatakan “that the sample be
large enough so that when it divided into group
will have minimum sample size of 100 or
more”. Jadi jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah 100 orang responden.
Variabel adalah karakter atau sifat dari
objek kajian yang relevan dengan permasalahan
penelitian (Solimun, 2002;3). Independent
adalah suatu variabel yang menjadi pusat
perhatian peneliti yang variabilitas /
keragamanya merupakan suatu kondisi yang
ingin diselediki. Variabel independen yang
4
digunakan dalam penelitian ini; harga,
kepuasan, dan kualitas. Dependent adalah suatu
variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti
yang variabilitas / keragamanya ditentukan atau
dipengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah keputusan
pembelian adalah proses tahap demi tahap yang
dilakukan konsumen ketika membeli barang
dan jasa.
Harga adalah sejumlah uang yang harus
dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan
suatu produk handphone. Indikator pertama,
potongan harga merupakan pengurangan harga
jual bagi pembeli yang telah membeli dalam
jumlah besar. Kedua, harga handphone
merupakan harga produk yang diperjualbelikan
oleh perusahaan. Kepuasan adalah perasaan
senang atau kecewa yang berasal dari
perbandingan antara kesannya atau hasil kinerja
suatu produk dan harapan-harapannya.
Indikator pertama, keamanan pelayanan,
terjadinya tingkat keamanan lingkungan.
Kedua, kinerja, persepsi pelanggan terhadap
apa yang konsumen terima setelah
mengkonsumsi produk yang dibeli. Ketiga,
harapan, perkiraan atau keyakinan pelanggan
tentang apa yang akan diterimanya apabila
membeli atau mengkonsumsi suatu produk.
Kualitas adalah tingkat mutu yang diharapkan,
dan pengendalian keragaman dalam mencapai
mutu tersebut untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Indikator pertama, fitur
(keistimewaan tambahan) merupakan panggilan
dan tanda sebagai karakteristik utama
panggilan. Kedua, estetika merupakan
bagaimana produk dilihat, dirasakan, dan
didengar. Ketiga, daya tahan, merupakan umur
produk. Keputusan pembelian adalah proses
tahap demi tahap yang dilakukan konsumen
ketika membeli barang dan jasa. Indikator
pertama, pembelian handphone dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Kedua, pilihan tepat. Ketiga, pembelian
handphone dapat merasakan kepuasan.
Jenis data yang digunakan adalah data
primer, yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari responden dengan cara pengisian
kuisioner yang disesuaikan dengan karakteristik
sampel yang ada. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah metode kuisioner, yaitu
dengan cara mengajukan angket kepada
responden yang berisikan daftar pertanyaan
metode ini digunakan untuk mendapatkan data
mengenai Brand Switching konsumen dalam
pembelian Handphone.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden menyatakan setuju bahwa potongan
harga mempengaruhi untuk melakukan
keputusan pembelian, dan sangat setuju bahwa
harga handphone mempengaruhi untuk
keputusan pembelian. Jadi berdasarkan variabel
harga, responden menyatakan setuju bahwa
sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh
konsumen untuk mendapat Handphone
berpengaruh dalam keputusan pembelian.
Responden menyatakan setuju bahwa
keamanan pelayanan membuat untuk
melakukan keputusan pembelian, dan
responden menyatakan setuju bahwa kinerja
membuat untuk melakukan keputusan
pembelian, serta sangat setuju bahwa harapan
produk membuat untuk melakukan keputusan
pembelian. Jadi berdasarkan variabel kepuasan,
responden menyatakan setuju bahwa perasaan
yang berasal dari perbandingan antara kesannya
atau hasil kinerja.
Responden menyatakan sangat setuju fitur
pada produk handphone untuk melakukan
keputusan pembelian, dan setuju bahwa nilai
estetika dapat mempengaruhi keputusan
pembelian, serta sangat setuju bahwa daya
tahan mempengaruhi keputusan pembelian. Jadi
berdasarkan variabel kualitas, responden
menyatakan setuju bahwa tingkat mutu yang
diharapkan, dan pengendalian keragaman dalam
mencapai mutu berpengaruh dalam keputusan
pembelian handphone suatu produk dan
harapan-harapanya berpengaruh dalam
keputusan pembelian.
Responden menyatakan setuju bahwa
pembelian handphone dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen, dan setuju
bahwa pembelian handphone merupakan suatu
pilihan yang tepat, serta setuju bahwa
pembelian handphone dapat merasakan
kepuasan. Jadi berdasarkan variabel keputusan
pembelian, responden menyatakan setuju
bahwa proses tahap demi tahap yang dilakukan
konsumen untuk membeli barang dan jasa.
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan instrumen. Dalam pengujian ini
digunakan analisis korelasi product moment.
Untuk pengukuran validitas dilakukan dengan
mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan
5
dengan total skor variabel, uji signifikansi atau
validitas dilakukan dengan membandingkan
nilai rhitung dengan rtabel dengan rumus korelasi
product moment (Santoso, 2005;280). Uji
signifikansi dilakukan dengan membandingkan
nilai rhasil > rtabel, maka butir pertanyaan tersebut
dikatakan valid (Ghozali, 2002;42). Tabel r
untuk df = N - 2 = 98 tingkat signifikansi 5%
didapat angka 0,195.
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen
variabel harga menunjukkan rhasil > rtabel, maka
seluruh butir pertanyaan dari variabel harga
terbukti valid.
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Variabel Harga Pertanyaan rhasil Sig
n
Keterang
an
X1.1 0,911 0,00
0
Valid
X1.2 0,884 0,00
0
Valid
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Pertanyaan rhasil Sig
n
Keterang
an
X2.1 0,850 0,00
0
Valid
X2.2 0,732 0,00
0
Valid
X2.3 0,737 0,00
0
Valid
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen
variabel kepuasan menunjukkan rhasil > rtabel,
maka seluruh butir pertanyaan dari variabel
kepuasan terbukti valid.
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pertanyaan rhasil Sig
n
Keteranga
n
X3.1 0,78
3
0,00
0
Valid
X3.2 0,71
6
0,00
0
Valid
X3.3 0,85
9
0,00
0
Valid
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen
variabel kualitas menunjukkan rhasil > rtabel,
maka seluruh butir pertanyaan dari variabel
kualitas terbukti valid.
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel
Keputusan Pembelian Pertanyaan rhasil Sig
n
Keteranga
n
Y.1 0,73
7
0,00
0
Valid
Y.2 0,85
5
0,00
0
Valid
Y.3 0,83
2
0,00
0
Valid
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen
variabel keputusan pembelian menunjukkan
rhasil > rtabel, maka seluruh butir pertanyaan dari
variabel keputusan pembelian terbukti valid.
Reliabilitas adalah ukuran yang
menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam
mengukur gejala yang sama di lain kesempatan
(Santoso dan Ashari, 2005:251). Dalam
penelitian ini teknik yang digunakan untuk
mengukur konsistensi internal adalah koefisien
alfa atau crobanch’s alpha. Fungsi dari
crobanch’s alpha untuk mengukur tingkat
reabilitas konsistensi internal diantara butir-
butir pertanyaan dalam suatu instrument untuk
mengukur construct tertentu (Indrianto dan
Supomo, 1999:181). Suatu variabel dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Dalam uji reliabilitas ini
suatu butir atau variabel dikatakan valid jika
ralpha > rtabel (Santoso, 2001;280).
Tabel r untuk df = N – 2 = 98 tingkat
signifikansi 5% didapat angka 0,195. Rumus
(Santoso, 2005;280):
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Item Alp
ha
Keterang
an
Harga 0,75
6
Reliabel
Kepuasan 0,66
4
Reliabel
Kualitas 0,69
3
Reliabel
6
Keputusan
Pembelian
0,73
6
Reliabel
Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel
bebas dan variabel terikat mempunyai nilai ralpha
positif dan lebih besar dari rtabel, maka item-item
pernyataan seluruhnya dianggap reliabel atau
handal.
Persamaan regresi yang diperoleh dari
analisis data harus menghasilkan estimator
linear tidak terbatas atau bersifat BLUE (Best
Linear Unbias Estimator) sehingga dalam
pengambilan keputusan penentuan hipotesis
dalam uji t dan uji F tidak terjadi bias. Untuk
menghasilkan keputusan yang BLUE maka
harus dipenuhi beberapa asumsi. Pertama,
Autokorelasi. Autokorelasi artinya terdapat
pengaruh dari variabel dalam model melalui
tenggang waktu. Hal ini berarti bahwa nilai
variabel saat ini akan berpengaruh terhadap
nilai variabel lain pada masa yang akan datang.
Jika dalam suatu model regresi terdapat
autokorelasi maka akan menyebabkan varians
sampel tidak dapat menggambarkan varians
populasinya dan model regresi yang dihasilkan
tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai
variabel independen tertentu. Untuk
mendiagnosis ada atau tidaknya autokorelasi
dalam suatu model regresi dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengujian terhadap
nilai Uji Durbin-Watson (Uji DW). tabel DW
untuk K = 3 tingkat signifikansi 5% didapat
angka dl = 1,61 dan du = 1,74. Pengambilan
keputusan ada tidaknya autokorelasi sebagai
berikut:
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas
(du) dan (4-du), maka koefisien
autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak
ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas
bawah (dl), maka koefisien autokorelasi
lebih besar dari pada nol, berarti ada
autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl),
maka koefisien autokorelasi lebih kecil
dari pada nol, berarti ada autokorelasi
negatif.
4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas
(du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak
antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya
tidak dapat disimpulkan.
Dari tabel Durbin Watson diketahui jumlah
variabel bebas K = 3 sedangkan jumlah
pengamatan 100 maka diperoleh dl=1,61 dan
du=1,74. Nilai Hasil Durbin Watson 1,792,
maka tidak ada autokorelasi.
Gambar 1. Kuva Durbin Watson
Kedua,Multikolinearitas artinya variabel
independen yang satu dengan independen yang
lain dalam model regresi saling berhubungan
secara sempurna atau mendekati sempurna.
Apabila pada model regresi terdapat
multikolinearitas maka akan menyebabkan
kesalahan estimasi akan cenderung meningkat
dengan bertambahnya variabel independen,
tingkat signifikasi yang digunakan untuk
menolak hipotesis nol akan semakin besar dan
probabilitas menerima hipotesis yang salah juga
semakin besar, hal ini akan mengakibatkan
model regresi yang diperoleh tidak valid untuk
menaksir nilai variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak mengandung
korelasi diantara variabel independen. Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai tolerance value dan value
inflation (VIF).
Apabila nilai tolerance value < 0,10 dan
VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas. Jika
nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka
tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 6. Koefisien tolerance value dan VIF
Masing-masing Variabel Variabe
l Bebas
Tolera
nce Value
VI
F
Keterangan
Harga 0,460 2,
172
Nonmultikolinier
itas
Kepuas
an
0,553 1,
810
Nonmultikolinier
itas
Kualitas 0,543 1,
840
Nonmultikolinier
itas
Dari hasil pengelolahan data diperoleh
nilai tolerance value dan VIF dari variabel
bebas adalah lebih besar 0,10 dan lebih kecil
dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model
7
regresi tidak memiliki masalah
multikolinieritas.
Ketiga, Heteroskedastisitas. Penyimpangan
asumsi model klasik yang lain adalah adanya
heteroskedastisitas. Artinya, varians variabel
dalam model tidak sama (konstan). Hal ini bisa
diidentifikasi dengan cara melakukan Uji
Glesjer, yaitu dengan meregresikan nilai absolut
residual terhadap seluruh variabel bebas
mempunyai nilai thitung yang tidak signifikan
maka dapat dikatakan bahwa model dalam
penelitian lolos dari adanya heteroskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 7. Hasil Uji Glesjer Variabel Bebas thitun
g
Taraf
Signifikan
Harga 0,17
8
0,859
Kepuasan -
0,538
0,592
Kualitas 0,55
9
0,578
Diperoleh thitung semua variabel bebas
terhadap nilai absolut residual tidak signifikan
maka berarti tidak terjadi heterokedastisitas.
Tabel 8. Uji Regresi Linier Berganda Model Unstd coff Std
Coe
f
T Si
g
B Std.
Error
Bet
a
(Cons
tant)
-
0,438
0,40
8
-
1,072
0,
286
Harga 0,35
2
0,10
0
0,35
0
3,52
4
0,
001
Kepua
san
0,30
8
0,11
3
0,24
7
2,72
6
0,
008
Kualit
as
0,35
5
0,12
0
0,27
0
2,95
0
0,
004
Berdasarkan Tabel 8., maka persamaan
regresi: Y = -0,438 + 0,352X1 + 0,308X2 +
0,355X3
Nilai R square sebesar 0,564, artinya variasi
dalam variabel-variabel bebas mampu
menjelaskan keputusan pembelian (Y) sebesar
56,4%. Nilai Adjusted R square menunjukkan
nilai 0,551 atau 55,1%, ini artinya bahwa
variabel-variabel bebas dalam penelitian ini
harga (X1), kepuasan (X2) dan kualitas (X3),
mampu menjelaskan sebesar 55,1% variasi
perubahan keputusan pembelian (Y), sedangkan
sisanya sebesar 44,9% dijelaskan oleh faktor
lain yang tidak terdapat dalam model. Korelasi
antara variabel-variabel bebas dengan variabel
terikat sebesar 75,1% (R = 0,751), ini
menunjukkan korelasi tersebut berada pada
tahap kuat.
Untuk menguji suatu hipotesis, maka
dilakukan uji statistik. Pertama, Uji t. Uji ini
digunakan untuk menguji pengaruh variabel
bebas (independen) terhadap variabel terikat
(dependen) secara parsial.
Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : β1 = 0
Maka tidak ada pengaruh yang antara variabel
X (bebas) dan variabel Y (terikat) secara parsial
Ha : β1 ≠ 0
Maka ada pengaruh signifikan antara variabel X
(bebas) dan variabel Y (terikat) secara parsial
)(biSe
bihitungt
Tingkat signifikansi /2 = 0,05/2 = 0,025 dengan
df = n - k = 97.
Jika thitung ≥ ttabel (1,9847), maka Ho ditolak dan
ABSTRACT This study aims to examine the role of corporate governance practices as a moderating variable of the effect of earnings management on firm value. Research carried out by testing the effect of earnings management as an independent variable, the value of the company as the dependent variable, and corporate governance (institutional ownership, the audit committee, independent commissioner) as a moderating variable. The sample used in this study amounted to 30 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the years 2006-2009 so we get 120 samples. This sample was selected using a purposive sampling method. Firm value is measured using (Market / book-M / B) and as many as two hypotheses tested in this study using multiple regression analysis models and descriptive statistics. The results show that corporate governance mechanisms are exemplified by institutional ownership, independent audit committee and the commissioner had no effect on earnings management. Institutional ownership, independent commissioner has no effect on firm value. Meanwhile, the audit committee significant positive effect on firm value.
Key words: institutional ownership, the audit committee, independent commissioners, Earnings
management and corporate value.
PENDAHULUAN
Masalah corporate governance dapat ditelusuri
dari pengembangan egency theory yang
menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang
terlibat dalam perusahaan (manager, pemilik
perusahaan dan kreditor) akan berprilaku,
karena mereka pada dasarnya mempunyai
kepentingan yang berbeda. Masalah corporate
governance terjadi karena pemisahan
kepentingan antara kepemilikan dan
pengendalian perusahaan (Tumirin, 2007).
Menurut Organisation for Economic Co-
Operation and Development (OECD) corporate
governance merupakan interaksi antara pemilik
dan manager dalam pengawasan dan
pengarahan perusahaan. Good governance
secara tradisional menunjukkan apakah sistem
dan prosedur menjamin secara baik bahwa
manager bertanggungjawab terhadap aset yang
mereka percayakan. Prinsip-prinsip dari good
corporate adalah: pemenuhan hak pemegang
saham, perlakuan yang adil terhadap pemegang
saham, peran stakeholders, penjelasan dan
transparansi, dan pertanggungjawaban lembaga.
(OECD, 1992) dalam (Tumirin, 2007).
Salah satu cara yang dilakukan manajemen
dalam proses penyusunan laporan keuangan
yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang
ditampilkan adalah earnings management yang
diharapkan dapat meningkatkan nilai
perusahaan pada saat tertentu. Tujuan earning
management adalah meningkatkan
kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam
jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba
kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat
diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan
(Fischer, dkk.,1995).
Earnings management dapat menimbulkan
masalah-masalah keagenan (agency cost) yang
dipicu dari adanya pemisahan peran atau
perbedaan kepentingan antara pemegang saham
(principal) dengan pengelola atau manajemen
perusahaan (agent). Manajemen selaku
pengelola perusahaan memiliki informasi
tentang perusahaan lebih banyak dan lebih
dahulu daripada pemegang saham sehingga
terjadi asimetri informasi yang memungkinkan
manajemen melakukan praktek akuntansi
dengan orientasi pada laba untuk mencapai
suatu kinerja tertentu. Konflik keagenan yang
11
mengakibatkan adanya oportunistik manajemen
yang akan mengakibatkan laba yang dilaporkan
semu, sehingga akan menyebabkan nilai
perusahaan berkurang dimasa yang akan datang
(Herawati, 2008).
Teori agensi memberikan pandangan
bahwa masalah earnings management dapat
diminimumkan dengan pengawasan sendiri
melalui good corporate governance.
Mekanisme corporate governance yang dipakai
dalam penelitian ini mengenai corporate
governance yang bertujuan untuk mengurangi
konflik keagenan, yaitu komite audit, komisaris
independen, kepemilikan institusional
(Herawati, 2008).
Praktek earnings management oleh
manajemen dapat diminimumkan melalui
mekanisme monitoring untuk menyelaraskan
(alignment) perbedaan kepentingan pemilik dan
manajemen antara lain dengan: (1)
memperbesar kepemilikan saham perusahaan
oleh manajemen (manajerial ownership)
(Jensen Meckling, 1976); (2) Kepemilikan
saham oleh institusional karena mereka
dianggap sebagai sophisticated investor dengan
jumlah kepemilikan yang cukup signifikan
dapat memonitor manajemen yang berdampak
mengurangi motivasi manajer untuk melakukan
earnings manajement. (Pratama dan Mas‟ud,
2003); (3) Peran monitoring yang dilakukan
dewan komisaris independen (Barnhart &
Rosenstein, 1998); (4) Kualitas audit yang
dilihat dari peran auditor yang memiliki
kompetensi yang memadai dan bersikap
independen sehingga menjadi pihak yang dapat
memberikan kepastian terhadap integritas
angka-angka akuntansi yang dilaporkan
manajemen (Mayangsari, 2003).
Hubungan praktek corporate governance
memiliki hubungan yang signifikan terhadap
earnings management. Seperti, penelitian yang
dilakukan Herawati 2008, Sialagan dan
machfoedz, 2006 sedangkan menurut Boediono,
2005 tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara praktek corporate governance terhadap
nilai perusahaan.
Konflik keagenan yang mengakibatkan
adanya sifat opportunistic manajemen akan
mengakibatkan rendahnya kualitas laba.
Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat
kesalahan pembuatan keputusan kepada para
pemakainya seperti para investor dan kreditor,
sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Dari
uraian latar belakang maka peneliti ingin
mengambil judul “ Peran Praktek Corporate
Governance sebagai Moderating Variabel dari
Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai
Perusahaan”.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis
pertama yang akan diuji dalam penelitian ini
adalah:
H1:Earnings Management berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan.
H2:Praktek Corporate Governance
memperkuat pengaruh Earning
Manajement terhadap Nilai perusahaan.
METODE
Earnings management merupakan salah satu
intervensi dengan maksud tertentu terhadap
proses pelaporan keuangan eksternal dengan
sengaja untuk memperoleh beberapa
keuntungan pribadi (Schipper, 1989).
Penggunaan discretionary accrual sebagai
proksi manajemen laba dihitung dengan
menggunakan Modified jones Model (Dechow,
1995).
TAit = NIit – CFO it
TAit : Total akrual perusahaan i pada tahun t
NIit : Laba bersih ( Net income ) Perusahaan
i pada tahun t
CFOit : Kas dari operasi (cash flow from
operation) perusahaan i pada tahun t
Total akrual sebuah perusahaan adalah
penjumlahan dari discretionary accruals & non
discretionary accruals.
TAit = NDAit + DAit
NDAit : Non discretionary accruals
perusahaan i pada tahun t
DAit : Discretionary accruals perusahaan i
pada tahun t
Selanjutnya digunakan modifikasi model
Jones untuk memisahkan discretionary accrual.
model ini merumuskan tingkat non
discretionary accruals sebagai suatu fungsi
perbedaan antara perubahan pendapatan,
perubahan piutang dan tingkat laba dari tanah,
bangunan serta peralatan (plat, property,an
equipment) dengan menggunakan modifikasi
model Jones, nilai total accruals diestimasi
dengan persamaan regresi yaitu:
TAit / Ait-1 = α (1/ Ait-1) + β1 (∆REVit - ∆RECit
/Ait-1 + β2 (PPEit / Ait) + e
Lalu dengan menggunakan koefisien
tersebut (a, β1, β2) Nilai non discretionary
accrual dihitung dengan rumus:
12
NDAit = α (1/Ait-1) + β1 (∆REVit-∆RECit) / Ait-1
+ β2 (PPEit / Ait-1)
NDAit : Non discretionary accruals
perusahaan i pada tahun t
Ait : total aktiva perusahaan i pada
period eke t-1
∆REVit : perubahan pendapatan
perusahaan i pada periode ke t
∆RECit : perubahan piutang bersih
perusahaan i pada periode ke t
PPEit : aktiva tetap perusahaan i pada
periode ke t.
a1, β1
1,β2
1 : Fitted coefisient yang
diperoleh dari hasil regresi.
Modifikasi Model Jonnes
Selanjunya, Nilai discretionary accruals
didapatkan dengan mengurangkan total accrual
dengan nilai non discretionary accrual nya.
DAit = TAit / Ait - NDAit
Indikasi bahwa perusahaan tidak dapat
melakukan manajemen laba adalah jika total
accrualnya dengan nilai non discretionary
accrual atau jika DAit = 0. DAit yang bernilai
positif merupakan indikasi bahwa perusahaan
melakukan manajemen laba dengan pola
increasing income.
Corporate governance merupakan
seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antar pemegang saham, pengurus,
kreditur, karyawan serta pemegang kepentingan
intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka atau sistem
yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan. Yang termasuk dalam praktek
corporate governance adalah kepemilikan
institusional, komite audit dan komisaris
independen (Herawati, 2008).
Adanya kepemilikan institusional dapat
memantau secara professional perkembangan
investasinya maka tingkat pengendalian
terhadap manajemen sangat tinggi sehingga
potensi kecurangan dapat ditekan. Kepemilikan
institusional di ukur menggunakan indikator
persentase jumlah saham yang dimiliki institusi
dari seluruh modal saham yang beredar
(Herawati, 2008).
Komite audit independent adalah suatu
komite yang berperan untuk memberikan
evaluasi yang independent terhadap pelaporan
keuangan perusahaan, yang anggotanya
sebagian besar terdiri dari pihak luar
perusahaan (Purwanto, 2001). Peran komite
audit adalah membantu dewan komisaris untuk
memonitor pelaporan keuangan oleh
manajemen untuk meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan (Bradbury, et al, 2004) dalam
(Sulistyaningsih, 2009). Keberadaan komite
audit di ukur dengan persentase jumlah komite
audit yang mempunyai latar belakang keuangan
dari seluruh komite audit dalam perusahaan.
Komisaris independent adalah dewan yang
berasal dari luar perusahaan dan tidak
mempunyai hubungan bisnis dengan
perusahaan atau afiliasinya. Dalam suatu
perseroan diharapkan mempunyai sekurang
kurangnya satu orang komisaris independent.
Peran komisaris independent tidak kalah
penting dari komite audit independent, sehingga
jika proporsi komisaris independent didalam
perusahaan minimal 30% diharapkan akan
meningkatkan nilai perusahaan. Proporsi dewan
komisaris independent di ukur dengan
menggunakan indikator presentase anggota
komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari
seluruh ukuran anggota dewan komisaris
perusahaan.
Nilai perusahaan merupakan
perbandingkan nilai pasar dengan nilai buku
dari saham perusahaan. Nilai perusahaan akan
dihitung menggunakan rasio nilai pasar atau
nilai buku (market/book-M/B)
BV
MVV
(Brigham dan Houston, 2006;112).
V = Nilai Perusahaan
MV = Nilai Pasar (market value)
Diperoleh dari Harga pasar per
lembar saham
BV = Nilai buku (book value)
Diperoleh dengan membagi ekuitas
total pemegang saham dengan
jumlah saham yang diterbitkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui adanya pengaruh antara
variabel bebas yaitu earnings Management,
kepemilikan institusional, komite audit,
Komisaris independen terhadap variabel terikat
yaitu Nilai perusahaan digunakan analisis
regresi sederhana dan regresi berganda.
13
Tabel 1 : Koefisien Regresi pertama Variabel Koefisien Standart
Error
thitung Sig
Constant 1,314 0,134 9,795 0,000
Earning Management (X1) -0,538 1,590 -0,338 0,736
Variabel Terikat : Nilai Perusahaan
Fhitung 2,517
Ftabel 2,45
R 0,031
R Square 0,001
Dengan demikian maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
ABSTRACT Customer satisfaction is a fundamental business concepts and simple, but its implementation is very complex, this is one factor that led to only a few companies in Indonesia which has a long commitment in implementing customer satisfaction programs. Customer satisfaction is only created from the detailed things, things that are routine and began long before the product or service produced, why? Because customer satisfaction has to start from the heart is a love of customer awareness. Researchers aim of this study are as follows; to determine the effect of service quality dimensions, the dimensions of emotional factors and dimensions of the partial costs against the level of customer satisfaction, to find out the dimensions of service quality, dimensions and the dimensions of emotional factors simultaneously charge to the customer satisfaction level, to find out which factors are the dominant influence on the level of customer satisfaction PT. Nisa Tirta Sari. The results showed that the quality of service does not affect the partial towards customer satisfaction, emotional factors partially influence on customer satisfaction, cost factors partially influence on customer satisfaction and service quality factors, emotional and costs simultaneously affect consumer satisfaction PT. Nisa Tirta Sari.
Key words: Customer satisfaction, service quality and emotional.
PENDAHULUAN
Konsep pemasaran pada dasarnya
mengupayakan untuk bagaimana agar
konsumen dapat merasa puas terhadap
keinginan dan kebutuhannya. Seluruh kegiatan
dalam perusahaan yang menganut konsep
pemasaran harus diarahkan untuk memenuhi
tujuan tersebut. Meskipun orientasi pemasaran
ini dibatasi oleh tujuan laba dan pertumbuhan,
tetapi konsep tersebut perlu dilaksanakan. Hal
ini dikarenakan dapat meningkatkan penjualan
dengan membuat produk barang atau jasa yang
mudah penggunaannya, mudah pembeliannya
dan mudah pemeliharaannya. Menurut Swastha,
dkk. (1990:7) : “Konsep pemasaran adalah
suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa
pemuasan kebutuhan konsumen merupakan
syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan
hidup perusahaan”.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka bila
dikorelasikan dengan lingkungan yang
kompetitif ini, serta keberadaan upaya
perusahaan untuk memberikan pemuasan
kebutuhan bagi konsumen yang menjadi target
marketnya mengharuskan para produsen
tersebut melakukan berbagai strategi dan
efektivitas pemasaran yang tepat, terlebih lagi
bagi perusahaan yang melaksanakan strategi
pemasaran massal (Mass Marketing), bauran
pemasaran (Marketing Mix) dan strategi
positioning bila tanpa melalui tahapan
segmentasi menjadi sulit dipertahankan.
Schiffman dkk.(2000:33) mengemukakan
bahwa pemasaran massal hanya bisa dilakukan
apabila konsumennya mempunyai kesamaan
keinginan, kebutuhan, hasrat, latar belakang,
pendidikan dan pengalaman. Dari kondisi yang
demikian maka perusahaan jasa harus
mendesain dan menerapkan strategi pemasaran
dengan tepat, dan tidak tepat apabila
perusahaan jasa melakukan pemasaran masal,
sehingga upaya memahami keinginan dan
mengetahui kebutuhan konsumen secara masal
yang bertujuan untuk memenuhi kepuasan
konsumennya, maka perusahaan jasa akan
ditinggal oleh konsumennya, menurut Mowen
dkk. (2001: 89), kepuasan konsumen adalah
keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen
24
atas barang dan jasa setelah mereka
memperoleh dan menggunakannya.
Tingkat kepuasan konsumen akan
mempengaruhi derajat loyalitas produk atau
jasa seseorang. Semakin puas seorang
konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang
dimiliki suatu perusahaan, maka akan semakin
loyal terhadap merek tersebut. Keutamaan
memiliki konsumen yang loyal dianggap
sebagai salah satu cara bagi konsumen untuk
mengekspresikan kepuasannya terhadap
performa suatu produk atau jasa (Bloomer &
Kasper,1995:38).
Kepuasan pelanggan adalah konsep bisnis
yang fundamental dan sederhana, akan tetapi
implementasinya sangat komplek, inilah salah
satu faktor yang menyebabkan hanya sedikit
perusahaan di Indonesia yang mempunyai
komitmen panjang dalam
mengimplementasikan program-program
kepuasan pelanggan.
Tidak ada strategi ajaib dalam kepuasan
pelanggan, kepuasan pelanggan hanya terwujud
berkat komitmen, persistensi, determinasi dari
top manajemen dan seluruh jajaran staf
perusahaan. Kepuasan pelanggan hanya tercipta
mulai dari hal-hal yang detil, hal-hal yang rutin
dan dimulai jauh sebelum produk atau jasa
diproduksi, mengapa? Karena kepuasan
pelanggan harus dimulai dari hati yaitu
kesadaran kecintaan terhadap pelanggan.
Irawan (2004;37) menyebutkan bahwa
driver dari kepuasan pelanggan adalah kualitas
produk, harga (biaya), service quality (kualitas
layanan), emotional factor dan kemudahan
dalam mendapatkan produk atau jasa yang
diinginkan.
Kualitas layanan berkaitan dengan
kemampuan sebuah organisasi untuk memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan (Payne,
2000;275). Kualitas layanan sangat tergantung
pada tiga hal yaitu sistem, teknologi dan
manusia, faktor manusia memegang peranan
yang penting dalam proses penciptaan kepuasan
pelanggan karena menyangkut pembentukan
sikap dan perilaku. Kualitas pelayanan memiliki
beberapa dimensi yaitu: (1). Keandalan
(Reliability) yaitu kemampuan untuk
memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan
terpercaya dan akurat, konsisten dan kesesuaian
pelayanan; (2). Daya tanggap (Responsiveness),
yaitu kemauan karyawan dan pengusaha untuk
membantu pelanggan dan memberikan jasa
dengan cepat serta mendengar dan mengatasi
keluhan/komplain yang diajukan konsumen; (3)
Kepastian (Assurance), yaitu berupa
kemampuan karyawan untuk menimbulkan
keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang
telah dikemukakan kepada konsumen; (4)
Empati (Emphaty), yaitu kesediaan karyawan
dan pengusaha untuk lebih peduli memberikan
perhatian secara pribadi kepada pelanggan; dan
(5) Berwujud (Tangible), yaitu berupa
penampilan fisik, peralatan, dan berbagai materi
komunikasi.
Kepuasan pelanggan memiliki unsur
emosional , asumsi ini menyatakan bahwa
dalam mendapatkan produk maupun jasa
konsumen melalui beberapa pendekatan
diantaranya adalah menyadari kebutuhannya,
mencari informasi, mempertimbangkan
alternatif dan akhirnya memutuskan untuk
membeli berdasarkan pertimbangan rasional
namun emosional. Karena itu kepuasan
pelanggan merupakan respon emosional setelah
melalui serangkaian evaluasi yang terkait
dengan pertimbangan benefit dalam proses
pembelian. Faktor Emosional ini memiliki
beberapa dimensi diantaranya estetika, self
expressive value, dan brand personality.
Berkaitan dengan perusahaan jasa dalam
penciptaan kepuasan pelanggan self expressive
value, dan brand personality menjadi sangat
penting. (Irawan, 2004;84).
Harga atau biaya adalah nilai yang
ditentukan dalam ukuran tertentu. Holbrook
(1994) memberikan ukuran nilai yang tidak
terbatas pada perspektif moneter atau eknomis,
nilai merupakan preferensi relativistik
berkenaan dengan pengalaman subjek
(konsumen) dalam berinteraksi dengan objek
tertentu (produk atau jasa). Harga merupakan
utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap
kualitas dan kinerja yang diharapkan atas
sebuah produk atau jasa. Oleh karena itu harga
merupakan faktor pembentuk kepuasan
pelanggan yang penting, untuk pelanggan yang
sensitif harga atau biaya yang murah adalah
merupakan pembentuk kepuasan. Disisi lain
biaya atau harga relatif tidak penting bagi
mereka yang tidak sensitif terhadap harga.
Harga sendiri memiliki beberapa pengukuran
tergantung terhadap apa yang diukur, misalnya
dalam konteks jasa adalah konsistensi
penawaran harga, pemberian harga yang lebih
25
baik dan kesesuaian dengan jasa dengan biaya
yang dikeluarkan serta harga diskon.
Kepuasan pelanggan tentu diinginkan oleh
semua perusahaan tidak terkecuali pula
konsumen yang membutuhkan layanan jasa
ekspedisi kapal laut yang berupa forwarding,
serta trading baik untuk tujuan domestik
maupun internasional yang menginginkan
keberadaan produk barang yang akan dikirim
melalui laut tersebut, bisa sampai ke tempat
tujuan dengan baik dan aman sesuai dengan
harapan konsumen pengguna jasa ekspedisi
tersebut.
Seperti diketahui bahwa keberadaan
ekonomi suatu negara dapat dilihat dari
aktivitas ekspor impor yang berada di
pelabuhan-pelabuhan baik pelabuhan udara
maupun laut. Khusus di pelabuhan laut maka
keberadaan perusahaan EMKL mutlak
dibutuhkan untuk mendukung kinerja ekonomi
nasional yang berbasiskan pada perdagangan
domestik/internasional khususnya yang melalui
laut.
Keberadaan perusahaan EMKL tersebut
pada saat ini di Indonesia, khususnya di
Surabaya kuantitasnya sungguh sangat banyak,
mulai dari yang berskala kecil, menengah
sampai perusahaan raksasa yang merupakan
branch dari negara lain, eksistensinya semakin
pesat berkembang di tanah air. Menyikapi
keberadaan perusahaan EMKL tersebut maka
secara strategis keunggulan yang dimiliki oleh
masing-masing perusahaan haruslah cukup
signifikan, sehingga eksistensinya sebagai
perusahaan jasa pelayanan ekspedisi,
forwarding, trading maupun jasa pergudangan
tetap konsisten dan dapat berkembang.
Permasalahan yang berkaitan dengan
ketatnya tingkat persaingan antara perusahaan
EMKL, juga dialami oleh PT. Nisa Tirta Sari
(PT. NTS) di Surabaya, sebagai perusahaan
yang profit oriented, maka keberadaan
konsumen menjadi salah satu pilar keberhasilan
perusahaan tersebut dalam menjalankan
aktivitasnya bisnisnya.
Sedangkan segmentasi dan target pasar
yang dituju oleh PT. Nisa Tirta Sari (PT. NTS)
pada dasarnya adalah organisasi bisnis yang
bergerak dalam bidang produksi ataupun
perusahaan trading. Karena itu konsep dan
strategi pemasaran yang diterapkan oleh
perusahaan berdasarkan target konsumennya
adalah termasuk kategori B2B (Bussines to
Bussines), Sesuai dengan konsep B2B, maka
keberadaan PT. Nisa Tirta Sari (PT. NTS)
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya harus
selalu jeli dan memahami karakter
konsumennya yang memang merupakan sebuah
organisasi badan usaha juga, sehingga suatu
organisasi yang menjalankan aktivitas
pemasaran secara B2B secara sistematis harus
mempunyai competitive advantage yang mana
hal tersebut berupa keunggulan yang
seharusnya dapat dan memiliki karakteristik
unsur penambah nilai (value added), kriteria
value added bagi sebuah korporat yang
memiliki strategi pemasaran B2B secara umum
perusahaan tersebut harus mampu dan bisa
memberikan sebuah bentuk kualitas produk dan
layanan yang terintegrasi secara sistematis guna
memenuhi dan memberikan sebuah solusi yang
tepat baik itu berupa produk atau layanan bagi
perusahaan yang menjadi konsumennya.
Berkaitan dengan penetapan strategi
pemasaran yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan bagi sebuah perusahaan jasa, maka
implementasi dari penetapan target market dan
segmentasi pasar yang efektif adalah melalui
B2B. hal ini berarti bahwa dalam konsep B2B
yang terjadi adalah terbentuknya sebuah
komunikasi yang efektif dan layanan yang
sesuai dengan kesepakatan pada saat kedua
perusahaan tersebut sepakat melakukan sebuah
transaksi bisnis. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa proses B2B merupakan salah satu link
dalam aktivitas ekonomi yang dapat menambah
rantai nilai melalui jaringan organisasi
penjualan (pedagang) yang satu dengan
pedagang yang lain, dimana transaksi akhir
adalah pada konsumen. Artinya ada transaksi
awal yaitu antara produsen dan distributor,
kemudian ada transaksi perantara (intermediate)
yaitu antara distributor dengan pengecer dan
ada transaksi akhir yaitu transaksi yang terjadi
pada pengecer dan konsumen.
Pentingnya keberadaan value added
sebuah perusahaan yang menggunakan pola
pemasaran B2B dapat diibaratkan sebagai key
factor, hal ini diperkuat dengan pendapat
Supranto (1997) bahwa konsumen memang
harus dipuaskan, sebab kalau mereka tidak puas
akan meninggalkan perusahaan dan menjadi
konsumen pesaing, ini akan menyebabkan
penurunan penjualan dan pada gilirannya akan
menurunkan laba dan bahkan kerugian.
26
Kepuasan konsumen hanya dapat terbentuk
apabila konsumen merasa puas atas pelayanan
yang diterima mereka. Kepuasan konsumen
inilah yang menjadi dasar menuju terwujudnya
konsumen yang loyal atau setia, termasuk di
dalamnya konsumen dari kalangan korporat.
Sebagai perusahaan yang berkembang,
maka kondisi kepuasan konsumen (perusahaan
konsumen) dari PT. Nisa Tirta Sari (PT. NTS)
di Surabaya diibaratkan sebagai salah satu pilar
utama dalam menyokong keberadaan dan
perkembangan perusahaan, oleh karena itulah
dengan memahami dan mengetahui kondisi
kepuasan konsumennya serta dapat
meningkatkan kualitas dari kepuasan
konsumennya menjadikan perusahaan ini selalu
berbenah dan inovasi dalam menjalankan
aktivitasnya, salah satu hal yang mempengaruhi
kondisi kepuasan konsumen bagi sebuah
perusahaan, maka sebelumnya harus diketahui
secara proporsional kondisi kepuasan konsumen
yang dimiliki oleh perusahaan.
Kepuasan konsumen dalam penelitian ini di
indikasikan oleh beberapa variabel yaitu:
1. Tanggapan konsumen tentang kualitas
layanan setelah menerima layanan dari PT.
Nisa Tirta Sari (PT. NTS) di Surabaya.
2. Faktor emosional, yaitu kepuasannya
bukan karena kualitas produk, tetapi harga
diri atau nilai sosial yang menjadikan
konsumen puas terhadap layanan ekspedisi
di PT. Nisa Tirta Sari.
3. Biaya untuk mendapatkan jasa layanan
ekspedisi, yaitu konsumen yang tidak
perlu mengeluarkan biaya tambahan, atau
tidak perlu membuang waktu untuk
mendapatkan produk atau jasa, cenderung
puas terhadap produk atau jasa yang
diberikan
Berdasarkan kondisi empiris dari variabel
yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka
hal tersebut dapat diimplementasikan dengan
keberadaan starategi dan taktik pemasaran
perusahaan yang diterapkan selama ini memang
layak dikaji, salah satu fenomena yang menarik
dan terjadi di lapangan adalah strategi dan
taktik pemasaran yang memberikan sejumlah
discount harga atau yang lebih dikenal sebagai
commision fee atau sejumlah uang yang
diberikan oleh perusahaan jasa EMKL kepada
konsumennya (pengambil keputusan) atas
kesediaan dan pilihan dari perusahaan
konsumen dalam mengunakan jasa pelayanan
ekspedisi, forwarding, trading dari pihak PT.
NTS di Surabaya.
Keberadaan discount/comission fee ini
secara riil sudah berjalan dan wajar terjadi di
kalangan para pemasar, hal ini dikarenakan
dengan pemberian discount / commision fee
berupa switching cost ini menarik minat peneliti
untuk melakukan penelitian secara mendalam,
karena hal tersebut juga masuk ke dalam
kategori taktik pemasaran, khususnya yang
berkaitan dengan upaya membangun dan
menciptakan kepuasan konsumen PT.NTS.
Sesuai dengan upaya yang dilakukan PT.
Nisa Tirta Sari berkaitan dengan kepuasan
konsumennya tersebut, maka peneliti tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh dimensi
kualitas layanan, dimensi faktor emosi dan
dimensi biaya secara parsial terhadap
tingkat kepuasan pelanggan PT. Nisa Tirta
Sari.
2. Untuk mengetahui dimensi kualitas
layanan, dimensi faktor emosi dan dimensi
biaya secara simultan terhadap tingkat
kepuasan pelanggan PT. Nisa Tirta Sari.
3. Untuk mengetahui faktor manakah yang
berpengaruh dominan terhadap tingkat
kepuasan pelanggan PT. Nisa Tirta Sari.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah penelitian survey dari suatu populasi
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Hasil jawaban responden
dalam kuesioner tersebut yang nantinya akan
diolah. Dalam penelitian ini ingin ditarik
kesimpulan mengenai hubungan kausalitas
(hubungan sebab akibat) antara variabel bebas
dan variabel terikat.
populasi ialah jumlah keseluruhan dari unit
analisa yang ciri-cirinya (karakteristik) akan
diduga. Populasi dibedakan menjadi dua macam
yaitu populasi sampling dan populasi sasaran.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah
konsumen pengguna jasa EMKL pada PT. Nisa
Tirta Sari (PT. NTS) yaitu delapan perusahaan
pengguna jasa
Teknik pengambilan sample dalam
peneitian ini menggunakan sensus dimana
semua jumlah populasi yang ada di jadikan
sample, namun dalam pengambilan sample
dilakukan dengan purposive sampling, teknik
sampel ini dipilih peneliti berdasarkan penilaian
27
atau pandangan dari peneliti berdasarkan tujuan
dan maksud penelitian. Peneliti memilih
elemen-elemen yang dimasukkan dalam sampel
karena percaya elemen-elemen tersebut adalah
wakil dari populasi. (Widayat dan Amirullah,
2002 ; 54). Menurut Danin (1997;98).sample
yang sengaja dipilih adalah subyek yang tidak
hanya sebagai pelaku langsung (pelanggan),
akan tetapi mengerti seluk beluk permasalahan
penelitian yang menjadi fokus kerja peneliti.
Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang diwakili oleh
pengambil keputusan atau yang terlibat
langsung dengan penyedia jasa yaitu 8 orang
(posisi) pengambil keputusan yaitu direktur,
manager pemasaran, manajer keuangan,
supervisor pemasaran, supervisor shipping,
supervisor produksi, staf pemasaran dan staf
keuangan dimana posisi tersebut diambil yang
terkait dengan proses interaksi antara penyedia
jasa dan pengguna jasa sehingga total sample
yang digunakan adalah 64 posisi (orang).
Definisi operasional dari variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian agar tidak
terjadi kesalahan dalam penafsiran, maka
diperlukan pendefinisian secara operasional
pada masing-masing variabel penelitian.
Berdasarkan permasalahan yang telah
dirumuskan serta hipotesis yang diajukan, maka
variabel-variabel yang akan dianalisis adalah
sebagai berikut :
1. Variabel tergantung atau Dependent
Variable (Y) yaitu : kepuasan user
pengguna jasa PT. NISA TIRTA SARI
Surabaya, merupakan sikap positif seorang
konsumen terhadap suatu produk atau jasa,
konsumen memiliki keinginan kuat untuk
membeli ulang produk atau jasa yang sama
pada saat sekarang maupun masa datang,
yang dilihat dari indikator-indikator :
a. Melakukan pembelian secara teratur
b. Membeli di luar lini produk
c. Menolak produk dari perusahaan lain
d. Kebal terhadap daya tarik pesaing
e. Menarik pelanggan baru untuk
perusahaan
f. Kekurangan / kelemahan akan
diberitahukan kepada perusahaan.
2. Variabel bebas atau Independent Variabel
(X) yaitu :
a. Kualitas layanan (X1) merupakan
tanggapan responden (user jasa) tentang
kualitas layanan yang didefinsikan
sebagai hal yang berkaitan dengan
kemampuan sebuah organisasi untuk
memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan, setelah melakukan
pembelian di PT. Nisa Tirta Sari
Surabaya.
Indikator variabel kualitas layanan
adalah:
1) Penampilan fasilitas fisik,
peralatan, dan materi komunikasi
perusahaan.
2) Kemampuan perusahaan untuk
memberikan layanan yang
dijanjikan secara akurat dan andal.
3) Kesediaan perusahaan untuk
membantu pelanggan menyediakan
layanan yang cepat.
4) Pengetahuan dan sopan santun
karyawan perusahaan dalam
menumbuhkan kepercayaan
pelanggan terhadap perusahaan.
5) Perhatian individual yang
diberikan perusahaan kepada para
pelanggannya
b. Dimensi emosional (X2), yaitu
kepuasan yang tinggi menciptakan
suatu hubungan emosional yang sangat
kuat (emotional affinity) dengan suatu
merk serta kepuasan bukan hanya
karena kualitas produk, tetapi harga diri
atau nilai sosial yang menjadikan user
jasa puas terhadap brand PT. Nisa Tirta
Sari Surabaya. Indikator variabel
faktor emosional adalah:
1) Keinginan untuk selalu
menggunakan jasa yang diberikan
2) Adanya kesenangan yang
dirasakan
3) Adanya kebanggaan dalam
menggunakan jasa yang diberikan.
c. Dimensi biaya (X3) merupakan biaya
untuk mendapatkan jasa layanan
EMKL, yaitu user jasa yang tidak perlu
mengeluarkan biaya tambahan, atau
tidak perlu membuang waktu untuk
mendapatkan produk atau jasa,
cenderung puas terhadap produk atau
jasa, unsur biaya dalam memperoleh
berpengaruh terhadap seberapa besar
pelanggan mengeluarkan biaya untuk
memperoleh pelayanan yang diberikan
sangat signifikan dalam menentukan
nilai bagi pelanggan dan memainkan
28
peran penting dalam pembentukan citra
bagi jasa tersebut dalam hal ini layanan
PT. Nisa Tirta Sari Surabaya.
Indikator variabel ini adalah:
1) Kesesuaian jasa pengiriman
dengan biaya
2) Terdapat discount/ commision fee
pada tarif layanan
3) Penawaran jasa yang lebih baik
tanpa menaikkan harga
4) konsistensi harga yang lebih baik
untuk jasa yang diberikan
Teknik pengukuran data dengan
menggunaan skala Likert. Responden diminta
untuk memberi respons terhadap setiap
pernyataan dengan memilih salah satu dari lima
preferensi persetujuannya.
Data penelitian ini diambil dari dua
sumber, antara lain ; Data yang diperoleh
langsung dari responden yang meliputi data
tentang kualitas layanan, faktor emosional dan
biaya untuk mendapatkan produk atau jasa user
jasa melalui penyebaran kuisioner yang akan
menghasilkan jawaban responden dan data
sekunder yang diperoleh melalui data-data dari
PT. Nisa Tirta Sari Surabaya, jumlah user jasa
serta data-data selama setahun dari pihak lain
yang berkepentingan dalam penelitian ini.
Sebelum dilakukan analisis data dengan
regresi linear, terlebih dahulu dilakukan
pengukuran reliabilitas dan validitas instrumen
data atau jawaban dari responden atas
kuesioner.
Uji reliabilitas sebenarnya alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel konstruk. Suatu variabel
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu kewaktu. Sedangkan
pengukuran reliabilitas yang digunakan oleh
peneliti adalah dengan one shot atau
pengukuran sekali saja: disini pengukurannya
hanya sekali saja dan kemudian hasilnya
dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antara jawaban pertanyaan.
Dengan bantuan program SPSS diukur dengan
uji statisitik Cronbach Alpha (). Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha lebih besar
dari 0.60. (Nunnaly dalam Ghozali,2002;42)
Uji validitas digunakan untuk mengukur
sah atau valid atau tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Untuk pengukuran validitas dilakukan
dengan mengkorelasikan antara skor butir
pertanyaan dengan total skor variabel, uji
signifikansi atau validitas dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.
Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai
positif maka butir pertanyaan atau indikator
tersebut dinyatakan valid. . (Ghozali,2002;42)
Setelah data terkumpul semuanya, maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis data
tersebut. Dalam penelitian ini teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif kualitatif dengan persentase. Namun
sebelum data dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif, data hasil survey yang
didapatkan diuji validasi dan reliabilitasnya.
Data yang telah dikumpulkan diolah baik secara
manual maupun dengan menggunakan bantuan
komputer. Program yang digunakan untuk
membantu pengolahan data ini adalah program
SPSS version 13.0 for windows. Adapun
tahapan yang dilakukan dalam analisis data ini
adalah sebagai berikut Uji asumsi Klasik,
Analisis Koefisien Korelasi, Analisis Regresi
Berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pengujian validitas dan reliabilitas,
menggunakan alat bantu komputer dengan
program SPSS. Untuk mengetahui setiap
pertanyaan (kuesiner) yang telah digunakan
pada responden tersebut sesuai harapan, serta
untuk mengetahui jawaban yang diberikan oleh
responden dapat dipercaya atau diandalkan.
Langkah untuk menguji validitas adalah
mengkorelasikan antara skor yang diperoleh
dari penjumlahan semua skor pertanyaan.
Korelasi tersebut kemudian dibandingkan
dengan r tabel koefisien kerelasi person, jika
nilai korelasi lebih besar dari nilai r tabel
koefisien korelasi person maka pertanyaan yang
diajukan pada responden tersebut signifikan,
sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner
tersebut valid. Hasil perhitungan untuk masing-
masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
29
Tabel 1:Hasil Uji Validitas Variabel Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
KUALITAS
LAYANAN
X1_1 0,849 0,195 Valid
X1_2 0,626 0,195 Valid
X1_3 0,798 0,195 Valid
X1_4 0,799 0,195 Valid
X1_5 0,659 0,195 Valid
X1_6 0,762 0,195 Valid
X1_7 0,846 0,195 Valid
X1_8 0,759 0,195 Valid
X1_9 0,770 0,195 Valid
X1_10 0,892 0,195 Valid
EMOSIONAL
X2_1 0,919 0,195 Valid
X2_2 0,929 0,195 Valid
X2_3 0,950 0,195 Valid
BIAYA
X3_1 0,872 0,195 Valid
X3_2 0,708 0,195 Valid
X3_3 0,906 0,195 Valid
X3_4 0,941 0,195 Valid
KEPUASAN
KONSUMEN
Y1 0,851 0,195 Valid
Y2 0,840 0,195 Valid
Y3 0,903 0,195 Valid
Y4 0,855 0,195 Valid
Hasil pengukuran reliabeltas disajikan dalam tabel dibawah ini
Tabel 2: Hasil Uji Reliabilitas Variable Jumlah item r-Alpha Standart Alpha Keterangan
KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWANPT. ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO)
HELMI BUYUNG AULIA SAFRIZAL
Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura
Kampus UTM, Jl. Raya Telang Po. Box 2 Kamal Bangkalan 69162
ABSTRACT Quality of work life is the degree to which members of the work organization are able to satisfy their most important personal needs through organizational experiences. Quality of work life implementation have three benefit. The first, the most direct benefit is usually increased job satisfaction and organizational commitment among the work force. A second benefit is increased productivity and third-namely, increased organizational effectiveness. The purpose of this reseach are: 1) to analize whether quality of work life factor that include compensation, job design, participation and job security partially have significant direct influence to employee organization commitment; 2) to analize whether organization commitment have significant direct influence to employee performance; 3) to find out quality of work life factor that include compensation, job design, participation and job security partially have significant indirect influence to employee performance. The result of this research are: 1) quality of work life factor that include compensation, job design, participation and job security partially have significant direct influence to organization commitment; 2) organization commitment have significant direct influence to employee performance; 3) quality of work life factor that include compensation, job design, participation and job security partially have significant indirect influence to employee performance.
Key words: quality of work life, job design, job security, employee performance
PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi dan pasar bebas saat
ini, persaingan terjadi di segala bidang
kegiatan bisnis. Dalam menghadapi kompetisi
pasar global maka dunia bisnis dan industri
harus berbenah diri agar tetap eksis. Perusahaan
merupakan salah satu bagian dalam mata rantai
bisnis yang penting. Perusahaan tidak lagi
bersaing secara nasional tetapi sudah harus
mampu bersaing secara internasional sesuai
dengan tuntutan global saat ini. Untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya,
perusahaan harus dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
baik di dalam maupun di luar perusahaan serta
melakukan inovasi untuk mengembangkan
perusahaan. Perusahaan perlu mengupayakan
agar setiap sumber daya yang dimiliki dapat
digunakan secara efektif dan efisien sehingga
pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan
skala ekonomis dan meningkatkan kemampuan
kompetitif perusahaan.
Salah satu sumber daya yang terpenting di
dalam perusahaan adalah sumber daya manusia
atau tenaga kerja. Sumber daya manusia
merupakan elemen terpenting dalam
mengoperasikan seluruh sumber daya lain yang
terdapat di dalam perusahaan. Perusahaan perlu
mengembangkan cara-cara baru untuk
mengelola sumber daya manusia untuk dapat
dimanfaatkan dalam usaha meningkatkan
kemajuan perusahaan. Salah satu cara yang
dapat diterapkan adalah dengan meningkatkan
kualitas kehidupan kerja para karyawannya.
Kualitas kehidupan kerja merupakan suatu
tingkat dimana anggota dari suatu organisasi
mampu memuaskan kebutuhan pribadi yang
penting melalui pengalamannya dalam
melakukan pekerjaan pada organisasi tersebut.
Kualitas kehidupan kerja ditentukan dari
persepsi karyawan terhadap keadaan, mental
dan fisik pada saat bekerja. Peningkatan
kualitas kehidupan kerja akan membawa
pengaruh yang positif terhadap organisasi.
Pengaruh positif secara langsung yang
diperoleh adalah pertama, meningkatkan
kepuasan kerja dan komitmen terhadap
organisasi/perusahaan diantara karyawan.
Kedua, meningkatkan produktivitas. Ketiga,
berkaitan dengan dua keuntungan sebelumnya,
adalah meningkatkan efektivitas organisasi.
Komitmen karyawan pada organisasi
mempengaruhi karyawan tersebut untuk
35
berusaha lebih baik dalam bekerja baik secara
langsung maupun tidak langsung akan
meningkatkan kinerja karyawan tersebut.
Dengan adanya komitmen yang tinggi dari
karyawan pada organisasi maka karyawan akan
mengerahkan segala kemampuan mereka untuk
melaksanakan segala tugas yang dibebankan
kepada mereka termasuk menuruti segala
peraturan yang ada. Karyawan memiliki
kemampuan untuk mengkomitmenkan atau
tidak mengkomitmenkan dirinya pada suatu
organisasi. Setiap karyawan dituntut untuk
selalu berkomitmen terhadap organisasi.
Komitmen karyawan pada organisasi
mencerminkan kepercayaan karyawan pada
misi dan tujuan organisasi.
Kualitas kehidupan kerja adalah suatu
keadaan lingkungan kerja yang baik atau tidak
baik bagi pekerja. Kegunaan yang mendasar
adalah mengembangkan suatu lingkungan kerja
yang baik yang sesuai dengan kesejahteraan
ekonomi organisasi (Davis dan Newstrom,
1993: 345). Mondy dan Noe (1993: 347)
berpendapat, Kualitas kehidupan kerja adalah
tingkat dimana anggota dari suatu organisasi
kerja mampu memuaskan kebutuhan pribadi
yang penting melalui pengalaman organisasi
mereka. Menurut Riggio (2000: 240) yang
mengutip pernyataan Efraty dan Sirgy
menyatakan bahwa bukti mengindikasikan
bahwa peningkatan kualitas kehidupan kerja
akan membawa pengaruh yang positif terhadap
organisasi seperti meningkatkan produktivitas
dan kualitas dan menurunkan tingkat absensi
dan perputaran karyawan.
Wether dan Davis (1993: 412) kualitas
kehidupan kerja dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu supervisi, kondisi kerja, gaji,
tunjangan dan desain pekerjaan. Riggio (2000:
240) menyatakan, bahwa kualitas kehidupan
kerja ditentukan oleh kompensasi yang diterima
karyawan, kesempatan untuk berpartisipasi
dalam organisasi, keamanan kerja, desain
pekerjaan dan kualitas interaksi antar anggota
organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas kehidupan kerja pada penelitian ini
akan dibatasi menjadi empat faktor yang
meliputi kompensasi, desain pekerjaan,
partisipasi dan keamanan kerja.
Kompensasi adalah apa yang karyawan
terima sebagai balasan dari kontribusinya
terhadap organisasi (Werther dan Davis,1993:
212). Sedangkan menurut Nitisemito (2000:
90-95) bahwa kompensasi adalah balas jasa
yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan, yang dapat dinilai dengan uang dan
cenderung diberikan secara tetap. Kompensasi
merupakan hal penting bagi karyawan karena
akan mempengaruhi sikap dan perilaku kerja
karyawan dalam suatu perusahaan sehingga
setiap perusahaan perlu menetapkan
kompensasi yang paling tepat agar dapat
mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
Terdapat beberapa pertimbangan yang
diperlukan dalam menetapkan kompensasi yang
tepat menurut pendapat Nitisemito (2000: 90-
95) yaitu kompensasi harus dapat memenuhi
kebutuhan minimal, kompensasi harus dapat
mengikat, kompensasi harus dapat
menimbulkan semangat dan kegairahan kerja,
kompensasi harus adil, kompensasi tidak boleh
bersifat statis, komposisi dari kompensasi yang
diberikan harus diperhatikan.
Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan
kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau
kelompok karyawan secara organisasional.
Tujuannya adalah untuk mengatur penugasan-
penugasan kerja yang memenuhi kebutuhan-
kebutuhan organisasi, teknologi dan
keperilakuan. Dari sudut pandangan
manajemen personalia, desain pekerjaan sangat
mempengaruhi kualitas kehidupan kerja,
dimana hal ini tercermin pada kepuasan
individu para pemegang jabatan (Handoko,
1999: 31). Para karyawan menghabiskan
banyak waktunya pada sebuah pekerjaan dan
merupakan hal yang penting untuk mendesain
pekerjaan dengan baik sehingga karyawan
tersebut menyenangi pekerjaan mereka.
Handoko (1999: 33) menyatakan terdapat
beberapa elemen keperilakuan yang perlu
dipertimbangkan dalam desain pekerjaan yaitu
otonomi pekerjaan, variasi pekerjaan, identitas
tugas dan umpan balik pekerjaan.
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan
emosional orang-orang dalam situasi kelompok
yang mendorong mereka untuk memberikan
kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi
tanggung jawab dalam pencapaian tujuan
(Newstrom dan Davis, 1993: 247). Menurut
pengertian ini partisipasi mengandung tiga
gagasan penting yaitu keterlibatan mental dan
emosional, motivasi untuk memberikan
kontribusi dan penerimaan tanggung jawab.
Keterlibatan mental dan emosional yang lebih
dari sekedar aktivitas fisik, keseluruhan pribadi
36
seseorang terlibat, bukan hanya keterampilan
saja. Keterlibatan ini bersifat psikologis
daripada fisik. Seseorang yang berpartisipasi
akan lebih terlibat egonya daripada hanya
terlibat tugas. Partisipasi ini dapat dilakukan
dengan melibatkan karyawan dan ide-idenya
dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan. Motivasi karyawan untuk
memberikan kontribusinya dapat dilihat dengan
cara karyawan diberi kesempatan untuk
menyalurkan inisiatif dan kreatifitasnya dalam
mencapai tujuan perusahaan. Partisipasi
mendorong karyawan untuk menerima
tanggung jawab dalam aktivitas kelompok. Hal
ini merupakan suatu proses sosial dimana
karyawan terlibat egonya dalam perusahaan
dan menginginkan keberhasilan atas usahanya.
Pada saat karyawan mau menerima tanggung
jawab atas aktivitas kelompok, mereka melihat
adanya peluang untuk melakukan hal-hal yang
mereka inginkan, yaitu merasa tanggung jawab
untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Keamanan kerja adalah bebas dari
ancaman fisik maupun psikologis, meliputi
keamanan pada saat karyawan bekerja dan rasa
aman di masa depan. Bila keamanan kerja
terjamin maka dapat mengurangi kegelisahan,
meningkatkan semangat dan kegairahan kerja
para karyawan. Keamanan pada saat karyawan
bekerja biasanya berkaitan dengan program
keamanan dan kesehatan karyawan yang
pelaksanaannya diatur oleh pemerintah dan
perusahaan wajib mematuhinya. Adanya
program ini dimaksudkan untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan dan penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan. Handoko (1999:
191-192) menyatakan bahwa program-program
keamanan dan kesehatan karyawan dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk yaitu
membuat kondisi kerja aman seperti dengan
membeli atau mempergunakan mesin-mesin
yang dilengkapi alat-alat pengaman, melakukan
kegiatan-kegiatan pencegahan kecelakaan
seperti dengan memasang poster-poster untuk
selalu mengingatkan tentang keamanan dan
penciptaan lingkungan kerja yang sehat untuk
menjaga kesehatan para karyawan dari
gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran,
kelelahan dan lain-lain.
Komitmen pada organisasi meliputi tiga
sikap: (1) perasaan identifikasi pada tujuan
organisasi, (2) perasaaan keterlibatan dalam
tugas organisasi dan (3) perasaan loyalitas atau
kesetiaan terhadap perusahaan (Gibson,
Ivancevich dan Donnelly, 1985: 199). Dengan
demikian orang yang berkomitmen pada
organisasi tidak berkeinginan untuk berhenti
bekerja dan menerima pekerjaan di organisasi
lain. Steers dan Porter (1991: 290) memberikan
definisi komitmen pada organisasi sebagai
kekuatan relatif identifikasi dan keterlibatan
individu pada suatu organisasi tertentu yang
diindikasikan dengan adanya keyakinan kuat
pada tujuan dan nilai-nilai organisasi, kesediaan
untuk melakukan usaha-usaha tertentu bagi
kepentingan organisasi serta keinginan kuat
untuk terus menjadi anggota organisasi.
Definisi ini mengandung ide loyalitas
organisasi atau perusahaan tetapi komitmen
organisasi lebih luas dari sekedar loyalitas yang
sifatnya pasif karena menuntut karyawan untuk
memberi kontribusi aktif bagi organisasi. Lebih
lanjut, Steers dan Porter (1991: 290)
mengatakan bahwa komitmen pada organisasi
merupakan proses yang berkesinambungan
dimana pelaku-pelaku organisasi
memperlihatkan kepedulian mereka pada
organisasi serta kelangsungan keberhasilan dan
kebaikan organisasi.
Newstrom dan Davis (1993: 198)
mengemukakan bahwa komitmen organisasi
merupakan tingkat dimana karyawan mengenal
organisasi dan berkeinginan untuk terus
berpartisipasi secara aktif dalam organisasi
tersebut. Lebih lanjut Newstrom dan Davis
(1993: 198) mengemukakan komitmen
organisasi merupakan ukuran kemauan
karyawan untuk tinggal atau bertahan dalam
perusahaan di masa depan. Komitmen
organisasi juga mencerminkan kepercayaan
karyawan pada misi dan tujuan perusahaan,
kemauan untuk melakukan usaha-usaha tertentu
dalam mencapai misi dan tujuan itu serta
berniat untuk terus bekerja pada organisasi
tersebut. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa komitmen organisasi
merupakan kekuatan relatif dari identifikasi dan
keterlibatan individu dengan organisasi.
Komitmen mengandung definisi loyalitas tetapi
komitmen lebih dari sekedar loyalitas karena
melibatkan hubungan aktif individu dengan
organisasi dimana individu memberikan
sesuatu dari dirinya untuk membantu organisasi
mencapai sukses. Komitmen organisasi
merupakan suatu proses yang berkelanjutan
dimana seluruh pelaku yang berkaitan dengan
37
organisasi mengekspresikan perhatiannya pada
kepentingan organisasi.
Greenberg dan Baron (1993: 175)
mengatakan bahwa komitmen afektif hampir
sama dengan pendekatan orientasi kesamaan
tujuan individual organisasional yang
menunjukkan kuatnya keinginan seseorang
untuk terus bekerja bagi organisasi karena ia
sejalan dan memang berkeinginan untuk
melakukannya. Komitmen kontinuan,
dipengaruhi dan atau dikembangkan pada saat
individu melakukan investasi yang mana
investasi tersebut akan hilang atau berkurang
nilainya apabila individu beralih dari
organisasinya. Komitmen ini berhubungan
dengan pendekatan side-bets atau pendekatan
orientasi sisi pertaruhan yang menunjukkan
kuatnya tendensi kebutuhan sesorang untuk
terus bekerja bagi organisasi (Greenberg dan
Baron, 1993: 175). Komitmen normatif,
dipengaruhi dan atau berkembang sebagai hasil
dari internalisasi tekanan normatif untuk
melakukan serangkaian tindakan tertentu dan
penerimaan keuntungan yang menimbulkan
perasaan akan kewajiban yang harus dibalas.
Karyawan dengan komitmen afektif yang
kuat bertahan dalam organisasi karena mereka
“menginginkan” (want to); karyawan dengan
komitmen kontinuan yang kuat bertahan dalam
organisasi karena mereka “membutuhkan”
(need to); sedangkan karyawan dengan
komitmen normatif yang kuat bertahan dalam
organisasi karena mereka merasa “seharusnya”
(ought to) berbuat hal tersebut. Menurut
Greenberg dan Baron (1993: 649) terdapat tiga
keuntungan yang dapat diperoleh dari
penerapan kualitas kehidupan kerja yaitu
meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen
terhadap organisasi diantara karyawan,
meningkatkan produktivitas dan meningkatkan
efektivitas organisasi. Studi-studi telah
menemukan bahwa tingkat komitmen
organisasi yang tinggi cenderung dihubungkan
dengan tingkat absensi dan turnover yang
rendah. Sehingga semakin berkomitmen
seseorang karyawan semakin berkurang
keinginannya untuk mencari pekerjaan baru
dibandingkan dengan mereka yang kurang
berkomitmen (Roberts dan Hunt, 1991: 148).
Miner (1992: 125) menyatakan bahwa
komitmen yang tinggi mempunyai hubungan
yang positif dengan rendahnya absensi atau
ketidakhadiran dan produktifitas yang tinggi.
Karyawan yang benar-benar berkomitmen pada
organisasi biasanya mempunyai catatan
kehadiran yang baik, memiliki kesetiaan dan
ketaatan pada kebijaksanaan perusahaan dan
mempunyai tingkat turnover yang rendah
(Newstrom dan Davis, 1993: 198)
Simamora (1999:416) mengatakan bahwa
kinerja merupakan proses dengannya organisasi
mengevaluasi pelaksanaan kerja individu.
Penilaian kinerja dilakukan melalui konstribusi
karyawan terhadap organisasi selama periode
waktu tertentu. Whitmore (1997:104)
mendefinisikan kinerja sebagai pelaksanaan
fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang.
Bernardin dan Russel (ruky, 2001:14-16)
mendefinisikan kinerja sebagai berikut:
“kinerja didefinisikan sebagai catatan kemajuan
dalam mencapai hasil-hasil pada fungsi kerja
secara khusus atau aktivitas selama kurun
waktu tertentu”. Maksud dari Bernardin dan
Russel menekankan pengertian prestasi sebagai
“hasil” atau “apa yang keluar” (outcomes) dari
sebuah pekerjaan dan konstribusi mereka pada
organisasi.
Untuk mengetahui tinggi-rendahnya
kinerja seseorang, maka perlu dilakukan
penilaian kinerja. Handoko (1996:135)
mendefinisikan penilaian kinerja sebagai proses
melalui mana organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan. Sedangkan
Suprihanto (1988:7) mengatakan penilaian
kinerja sebagai suatu sistem yang digunakan
untuk menilai dan mengetahui apakah seorang
karyawan telah melaksanakan pekerjaannya
masing-masing secara keseluruhan. Penilaian
itu mencakup aspek yang tidak hanya dilihat
dari segi fisiknya tetapi meliputi berbagai aspek
seperti kemampuan kerja, disiplin, hubungan
kerja, prakarsa, kepemimpinan dan hal-hal
khusus sesuai dengan bidang dan level
pekerjaannya.
Gomes (2000:142), melengkapi kedua
pendapat diatas dengan mengatakan ukuran
performasi yang bersifat kuantitatif seperti
satuan-satuan produksi dan volume penjualan
menghasilkan pengukuran yang konsisten
secara relatif. Kriteria-kriteria yang sifatnya
subyektif, seperti sikap, kreativitas dan kerja
sama menghasilkan pengukuran yang kurang
konsisten, tergantung pada siapa yang
mengevaluasi dan bagaimana pengukuran itu
dilakukan. Selanjutnya Gomes (2000:142)
mengemukakan beberapa kriteria performansi
38
kerja yang didasarkan atas deskripsi perilaku
yang spesifik:
1. Quantity of work, yaitu jumlah hasil kerja
yang didapat dalam suatu periode waktu
yang ditentukan.
2. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang
dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian
dan kesiapannya.
3. Job Knowledge, yaitu luasnya pengetahuan
mengenai pekerjaan dan ketrampilannya.
4. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-
gagasan yang dimunculkan dan tindakan-
tindakan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan yang timbul.
5. Cooperation, yaitu kesediaan untuk bekerja
sama dengan orang lain (sesama anggota
organisasi).
6. Dependability, yaitu kesadaran dan dapat
dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja;
7. Initiative, yaitu semangat untuk
melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung jawabnya;
8. Personal qualities, yaitu menyangkut
kepribadian, kepemimpinan, keramah-
tamahan dan integritas pribadi.
Miner (1992: 125) menyatakan bahwa
komitmen yang tinggi mempunyai hubungan
yang positif dengan rendahnya absensi atau
ketidakhadiran dan produktifitas yang tinggi.
Karyawan yang benar-benar berkomitmen pada
organisasi biasanya mempunyai catatan
kehadiran yang baik, memiliki kesetiaan dan
ketaatan pada kebijaksanaan perusahaan dan
mempunyai tingkat turnover yang rendah
(Newstrom dan Davis, 1993: 198). Penelitian
McNeese-Smith (1996) menunjukkan bahwa
komitmen organisasi berhubungan signifikan
positif terhadap kinerja karyawan produksi
yang ditunjukkan dengan nilai Pearson (r)
sebesar 0,31 (signifikan pada level 0,001).
Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bahwa faktor-faktor kualitas kehidupan
kerja yaitu kompensasi, desain pekerjaan,
partisipasi dan keamanan kerja secara
parsial mempunyai pengaruh langsung yang
bermakna terhadap komitmen organisasi
karyawan laut PT. ASDP Indonesia Ferry
(Persero) Cabang Surabaya.
2. Bahwa komitmen organisasi mempunyai
pengaruh langsung yang bermakna terhadap
kinerja karyawan laut PT. ASDP Indonesia
Ferry (Persero) Cabang Surabaya
3. Faktor-faktor kualitas kehidupan kerja yang
meliputi kompensasi, desain pekerjaan,
partisipasi dan keamanan kerja secara
parsial mempunyai pengaruh tidak langsung
yang bermakna terhadap kinerja karyawan
laut PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Cabang Surabaya.
METODE
Variabel penelitian yang akan diukur dalam
penelitian ini berjumlah 5 (lima) variabel.
Variabel-variabel tersebut adalah :
1. Variabel Y2, yaitu kinerja karyawan
2. Variabel Y1, yaitu komitmen organisasi
3. Variabel X, yaitu faktor-faktor kualitas
kehidupan kerja yang meliputi :
a. Kompensasi (X1)
b. Desain Pekerjaan (X2)
c. Partisipasi (X3)
d. Keamanan Kerja (X4)
Populasi dalam penelitian ini merupakan
karyawan laut PT. ASDP Indonesia Ferry
(Persero) Cabang Surabaya yang berjumlah 38
orang. Karena jumlah populasi tidak begitu
besar maka dalam penelitian ini sampel adalah
keseluruhan populasi.
Data yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis jalur Path
Analysis untuk memenuhi tujuan penelitian. Uji
ini dimaksudkan untuk menerangkan akibat
langsung dan tidak langsung seperangkat
variabel, sebagai variabel penyebab terhadap
variabel akibat (Ferdinand, 2002:40).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, model hubungan
variabel bebas dengan variabel antara dan
variabel terikat dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan berikut:
ZY1 = P1X1 + P2X2 + P3X3 + P4X4 + ε1
ZY2 = P5Y1 + ε2
Pendugaan parameter atau perhitungan
koefisien jalur dengan metode OLS, bilamana
dilakukan dengan software SPSS maka:
39
dihitung melalui analisis regresi, yaitu
dilakukan pada masing-masing persamaan
secara parsial (Solimun, 2002).
Untuk bentuk persamaan pertama
diperoleh hasil analisis regresi sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi : Pengaruh
X1 – X4 Terhadap Y1
Var
Standardized
coefficients
beta
t Sig.
X1
X2
X3
X4
0,318
0,294
0,328
0,285
2,880
2,532
2,659
2,414
0,007
0,016
0,012
0,021
R = 0,798
R2 = 0,636
F hitung = 14,439
Sig F = 0,000
Untuk bentuk persamaan kedua
diperoleh hasil analisis regresi sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil analisis regresi : Pengaruh Y1
terhadap Y2
Var
Standardized
coefficients
beta
t Sig.
Y1 0,597 4,47 0,000
R = 0,597
R2 = 0,357
F hitung = 19,978
Sig F = 0,000
Dari hasil analisis regresi dalam Tabel 1
dan Tabel 2, maka bentuk persamaan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
ZY1 = 0,318X1 + 0,294X2 + 0,328X3 +
0,285X4 + ε1
ZY2 = 0,597Y1 + ε2
Berdasarkan hasil analisis regresi yang
telah dilakukan, maka dikemukakan pengujian
hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 1
Dari hasil analisis regresi yang disajikan
pada Tabel 1 diperoleh F hitung sebesar 14,439
dengan tingkat signifikansi 0,000, yang berarti
p (0,000) < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel
X1 sampai X4 secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y1.
Hasil analisis regresi pada Tabel 1 juga
menunjukkan bahwa secara parsial variabel
kompensasi (X1), desain pekerjaan (X2),
partisipasi (X3) dan keamanan kerja (X4)
berpengaruh secara signifikan terhadap
komitmen organisasi karyawan (Y1), karena
nilai signifikansi t lebih kecil dari 5% (alpha =
0,05). Dengan kata lain p < 0,05, maka H0
ditolak dan H1 diterima.
Besarnya pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat akan
dijelaskan sebagai berikut :
a. Variabel kompensasi (X1)
Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai
= 0,318 dan Sig t = 0,007. Hal ini berarti
X1 berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap Y1, maka bila X1 naik satu
poin, variabel Y1 akan naik sebesar 0,318.
b. Variabel desain pekerjaan (X2)
Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai
= 0,294 dan Sig t = 0,016. Hal ini berarti
X2 berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap Y1, maka bila X2 naik satu
poin, variabel Y1 akan naik sebesar 0,294.
c. Variabel partisipasi (X3)
Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai
= 0,328 dan Sig t = 0,012. Hal ini berarti
X3 berpengaruh secara signifikan dan
Gambar 2: Bentuk Diagram Jalur
Kompensasi (X1)
Desain Pekerjaan (X2)
Partisipasi (X3)
Keamanan Kerja (X4)
Komitmen Organisasi
(Y1)
Kinerja Karyawan(Y2)
e1 e2
40
positif terhadap Y1, maka bila X3 naik satu
poin, variabel Y1 akan naik sebesar 0,328.
d. Variabel kemanan kerja (X4)
Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai
= 0,285 dan Sig t = 0,021. Hal ini berarti
X4 berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap Y1, maka bila X4 naik satu
poin, variabel Y1 akan naik sebesar 0,285.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
faktor-faktor kualitas kehidupan kerja yaitu
kompensasi, desain pekerjaan, partisipasi dan
keamanan kerja secara parsial mempunyai
pengaruh langsung yang bermakna terhadap
komitmen organisasi karyawan laut PT. ASDP
Indonesia Ferry (Persero) Cabang Surabaya
dapat diterima.
Hipotesis 2
Dari hasil analisis regresi yang
disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
nilai signifikansi t sebesar 0,000, yang berarti p
(0,000) < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1
diterima. Dari Tabel 2 juga memperlihatkan
nilai = 0,597. Hal ini berarti Y1 berpengaruh
langsung secara signifikan dan positif terhadap
Y2, maka bila Y1 naik satu poin, variabel Y2
akan naik sebesar 0,597.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis yang menyatakan komitmen
organisasi mempunyai pengaruh langsung yang
bermakna terhadap kinerja karyawan laut PT.
ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang
Surabaya dapat diterima.
Hipotesis 3
Perhitungan pengaruh tidak langsung
variabel faktor kualitas kehidupan kerja (X)
yang bermakna terhadap variabel kinerja (Y2)
adalah sebagai berikut :
a. Pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y2
melalui Y1 :
(P1)(P8) = (0,318)(0,597) = 0,190. Hal ini
berarti terdapat pengaruh tidak langsung X1
terhadap Y2 melalui Y1 sebesar 0,190.
b. Pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y2
melalui Y1:
(P2)(P8) = (0,294)(0,597) = 0,110. Hal ini
berarti terdapat pengaruh tidak langsung X2
terhadap Y2 melalui Y1 sebesar 0,110.
c. Pengaruh tidak langsung X3 terhadap Y2
melalui Y1 :
(P5)(P8) = (0,328)(0,597) = 0,196. Hal ini
berarti terdapat pengaruh tidak langsung X3
terhadap Y2 melalui Y1 sebesar 0,196.
d. Pengaruh tidak langsung X4 terhadap Y2
melalui Y1 :
(P6)(P8) = (0,285)(0,597) = 0,170. Hal ini
berarti terdapat pengaruh tidak langsung X4
terhadap Y2 melalui Y1 sebesar 0,170.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
faktor-faktor kualitas kehidupan kerja yang
meliputi kompensasi, desain pekerjaan,
partisipasi dan keamanan kerja mempunyai
pengaruh tidak langsung yang bermakna
terhadap kinerja karyawan laut PT. ASDP
Indonesia Ferry (Persero) Cabang Surabaya
dapat diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai
koefisien korelasi berganda (R) dari persamaan
regresi linier berganda antara variabel faktor
kualitas kehidupan kerja (X) dengan komitmen
organisasi (Y1) adalah sebesar 0,798 artinya
terdapat hubungan yang kuat antara variabel
faktor kualitas kehidupan kerja (X) dengan
variabel komitmen organisasi (Y). Nilai
koefisien determinasi (R2) dari persamaan
regresi linier berganda di atas adalah sebesar
0,636 berarti bahwa 63,6 % dari perubahan
variabel komitmen organisasi (Y1) dipengaruhi
oleh variabel X1 (kompensasi), X2 (desain
pekerjaan), X3 (partisipasi) dan X4 (keamanan
kerja), sedangkan 36,4 % dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain di luar empat variabel yang
diamati. Koefisien determinasi (R2) sebesar
0,636 dapat dikatakan tinggi seperti yang
dinyatakan oleh Ritvield dan Lasmono
(1994:28) bahwa “pada kasus penelitian sosial,
R antara 0,4 – 0,6 dapat dikatakan tinggi”.
Dari hasil perhitungan juga diketahui
bahwa koefisien korelasi berganda (R) dari
persamaan regresi berganda antara variabel
komitmen organisasi (Y1) dengan variabel
kinerja karyawan (Y2) adalah sebesar 0,597.
Nilai koefisien determinasi (R2) dari persamaan
regresi linier berganda di atas adalah sebesar
0,357 berarti bahwa 35,7 % dari perubahan
variabel kinerja karyawan (Y2) dipengaruhi
oleh variabel komitmen organisasi (Y1),
sedangkan 64,3% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain di luar komitmen organisasi.
41
Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor
kualitas kehidupan kerja yaitu kompensasi,
desain pekerjaan, partisipasi dan keamanan
kerja secara parsial mempunyai pengaruh
langsung yang bermakna terhadap komitmen
organisasi karyawan laut PT. ASDP Indonesia
Ferry (Persero) Cabang Surabaya. Hal ini sesuai
dengan dengan pernyataan Greenberg dan
Baron (1993: 649) yang menyebutkan bahwa
terdapat keuntungan langsung yang dapat
diperoleh dari penerapan kualitas kehidupan
kerja yaitu meningkatkan kepuasan kerja dan
komitmen terhadap organisasi diantara
karyawan. Hal ini sesuai juga dengan penelitian
Normala (2010) yang menyatakan terdapat
hubungan positif antara peningkatan faktor
kualitas kehidupan kerja dengan komitmen
organisasi.
Hasil analisis yang menunjukkan bahwa
komitmen organisasi mempunyai pengaruh
langsung yang bermakna terhadap kinerja
karyawan laut PT. ASDP Indonesia Ferry
(Persero) Cabang Surabaya. Hal ini sesuai
dengan penelitian McNeese-Smith (1996) yang
menyatakan bahwa komitmen organisasional
berhubungan positif dengan kinerja karyawan.
Hasil analisis yang menunjukkan bahwa
faktor-faktor kualitas kehidupan kerja yang
meliputi kompensasi, desain pekerjaan,
partisipasi dan keamanan kerja mempunyai
pengaruh tidak langsung yang bermakna
terhadap kinerja karyawan laut PT. ASDP
Indonesia Ferry (Persero) Cabang Surabaya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Elmuti dan
Kathawala (1997) menunjukkan adanya
hubungan positif antara praktek kualitas
kehidupan kerja dengan kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor kualitas kehidupan kerja
yaitu kompensasi, desain pekerjaan,
partisipasi dan keamanan kerja secara
parsial mempunyai pengaruh langsung
yang bermakna terhadap komitmen
organisasi karyawan laut PT. ASDP
Indonesia Ferry (Persero) Cabang
Surabaya.
2. Komitmen organisasi mempunyai
pengaruh langsung yang bermakna
terhadap kinerja karyawan laut PT. ASDP
Indonesia Ferry (Persero) Cabang
Surabaya.
3. Faktor-faktor kualitas kehidupan kerja
yang meliputi kompensasi, desain
pekerjaan, partisipasi dan keamanan kerja
mempunyai pengaruh tidak langsung yang
bermakna terhadap kinerja karyawan laut
PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Cabang Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Cascio, Wayne F. 1995. Managing Human
Resource, Productivity, Quality of Work
Life, Profits. Fourth Edition. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Elmuti, Dean., Yunus Kathawala. 1997. An
Investigation into Effects of ISO 9000 on
Participants‟ Attitudes and Job
Performance. Production and Inventory
Management Journal, Second Quarter
Fields, Mitchel W., and James W. Thacker.
1992. Influence of Quality of Work Life
on Company and Union Commitment.
Academy of Management Journal, Vol.
35, No. 2 p.439-450
Gibson, James L., John M. Ivancevich, and
James H. Donnely Jr.. 1985.
Organization: Behaviour, Structure,
Process. Texas: Business Publications,
Inc.
Gomes, Faustino Cardoso. 2000. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Andi Offset
Greenberg, Gerald and Robert A. Baron. 1993.
Behaviour in Organizations. Fourth
Edition. Massachusetts: Simon and
Schuster, Inc.
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen
Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
May, B. E., Lau, R. S. M., & Johnson, S.K.
(1999). A longitudinal study of quality of
work life and business performance.
South Dakota Business Review, 58 (2), 3-
7
McNesse-Smith, Donna. 1996. Increasing
Employee Poductivity, Job Satisfaction,
and Organizational Commitment.,
Hospital and Health Services
Administration, 41:2
Mejia, Luis R. Gomez, Davis B. Balkin, and
Robert L. Cardy. 2001. Managing
Human Resources. New Jersey: Prentice
Hall, Inc.
42
Meyer, John P. Natalie J. Allen dan Carl A.
Smith. 1993. Commitment to
Organization and Occupation; Extention
and Test a Three-Component
Conceptualization. Journal applied
Psychology, Vol 78, No.4, PP.538-551.
Miner, John B. 1992. Industrial Organization
Psychology, International Edition. New
York: McGraw Hill, Inc.
Mondy, R. Wayne and Robert M. Noe III.
1993. Human Resouce Management.
Fifth Edition. Massachusetts: Simon and
Schuster, Inc.
Nawawi, Hajari H. 1997. Manajemen Sumber
Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif, Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Newstrom, John W. and Keith Davis. 1993.
Organizational Behaviour : Human
Behavior at Work. Ninth Edition. New
York: McGraw Hill, Inc.
Nitisemito, Alex S. 2000. Manajemen
Personalia (Manajemen Sumber Daya
Manusia). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Normala, Daud. 2010. Investigating the
Relationship between Quality of Work
Life and Organizational Commitment
amongst Employees in Malaysian Firms.
International Journal of Business and
Management, Vol. 5, No. 10 p.75 – 82
Riggio, Ronald E. 2000. Introduction to
Industrial/Organizational Psychology,
Third Edition. New Jersey: Prentice Hall,
Inc.
Robert, Karlene H. and David M. Hunt. 1991.
Organizational and Behaviour. Boston:
PWS-Kent Publishing Company
Ruky, Achmad S. 2001. Sistem Manajemen
Kinerja, Panduan Praktis Untuk
Merancang dan Meraih Kinerja Prima.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Simamora, Henry. 1999. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Edisi Kedua.
Yogyakarta: STIE YKPN
Solimun. 2002. Metode Kuantitatif Untuk
Manajemen. Malang : Universitas
Brawijaya
Steers, Richard M. and Lyman W. Porter (ed)
1991. Motivation and Work Behaviour.
Fifth Edition. New York: Mc Graw Hill,
Inc.
Suprihanto, J. 1988. Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan dan Pengembangan
Karyawan. Yogyakarta: BPFE
Werther, William B. and Keith Davis. 1993.
Human Resource and Personnel
Management. Fourth Edition. Singapore:
McGraw-Hill Book Co.
Whitmore, John. 1997. Coaching for
Perfomance. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
43
SIKAP KONSUMEN DAN KEPUTUSAN PEMILIHAN PLAY SCHOOL BUMBLE
BEE DI PERUM DELTA SARI INDAH, WARU SIDOARJO
BAMBANG SUKARSONO
Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma
Kampus Surabaya, Jalan Dukuh Kupang XXV/54 Surabaya 60225
Jawa Timur - Indonesia
ABSTRACT Based on the first partial hypothesis on regression model, it is stated that customer’s expectation variables at modern market get positive influence towards. The Giant Supermarket customer’s satisfaction with the value t-hit (15,920) > either than t-table (1,960) or significance level in a partial test (0,000) under the alpha level (0,05). The first hypothesis can be proven truly by the writer. Based on the second partial hypothesis on regression model, it is stated that partial marketing mix at Modern Market get a positive influence towards either the Giant Supermarket customer’s satisfaction, with the value t-hit (8,992) > than t-table (1,960) or significance level in a partial test (0,001) under the alpha level (0,05). The second hypothesis can be proven truly by the writer. Based on the result of R square analysis in the model, customer’s satisfaction variation change its influence , is explained directly by either customers satisfaction variation or partial marketing mix is 88,7%, this indicates that research sample on model explains the whole population, the rest is 11,3% is explained by another variable the model. The final research implication concludes the Surabaya Giant Supermarket customer’s satisfaction, its influence can be explained truly by any customers and marketing mix characteristic at Modern market in general.
ABSTRACT Currently common phenomenon in various walks of life using the BlackBerry, ranging from children to adults. Ranging from housewives to work in the office. Shifting benefits to support the BlackBerry which was originally a person's performance to showcase the lifestyle and improve their social status. BlackBerry displays an interesting, diverse selection of product types, the application provided there is enough complete, and use the BlackBerry reflects a way of life (lifestyle) of the metropolis and up to date. With the growing number of BlackBerry users, will certainly attract the desires of others to participate using. Interest in someone with an idol who also uses a BlackBerry, or want to be considered equivalent to a person using the BlackBerry will be able to stimulate a person to make a purchase. In the current study focused on students because students are young people and intellectuals who are so thirsty for information technology. This study aims to discuss and analyze the influence of Lifestyle and Reference Group Buying Decision Against Mobile BlackBerry (Study On Students In South Surabaya).This study is conclusive research. The population in this study is that students studying in South Surabaya and use the BlackBerry as well as directly involved in purchasing decisions. Samples taken as many as 220 people with accidental sampling technique. Measuring instrument used was a questionnaire, and data were analyzed by multiple linear regression. The results showed that the value of the adjusted coefficient of determination (Adjusted R2) of 0.654 means that the influence of lifestyle and the reference group against the decision of a purchase of 65.4%, while the remaining balance of 34.6% influenced by other variables outside the research. In this study by looking at the results of t test, the partial effect of variables (sig <0.05) and the dominant effect is a variable reference group with a value of r
2
0,380 followed by a variable life style with a value of r2 0371.
Key words : Purchasing Decision, Lifestyle and Reference Group
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi komunikasi informasi
hingga akhir tahun 2010 lebih banyak diwarnai
dengan persaingan alat telekomunikasi dari
handphone hingga smartphone untuk
memudahkan kehidupan ini, baik untuk bekerja
maupun untuk memberikan hiburan. Sebuah
ponsel tidak lagi hanya menjadi alat
percakapan, tetapi juga mengakses e-mail,
memotret, membuat video, mengakses jejaring
sosial, dan bahkan untuk menonton televisi.
Di Indonesia sudah semakin banyak
pengguna handphone. Tidak memandang kelas,
pekerjaan, gaji, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas jelas terlihat
bahwa tingkat penggunaan handphone
sangat dipengaruhi oleh faktor demografis
konsumen yang tidak terlepas dari perilaku
konsumennya dalam keputusan pembelian
handphone.
Keputusan pembelian handphone pada
konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yang besifat individual (internal)
maupun yang berasal dari lingkungan
(eksternal). Beberapa faktor yang berasal dari
lingkungan seperti budaya, kelas sosial,
kelompok acuan, dan keluarga dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan
seseorang. Adapun beberapa hal yang bersifat
individual yang dapat mempengaruhi yaitu
sumber daya konsumen, motivasi dan
keterlibatan, pengetahuan, sikap dan
kepribadian dan gaya hidup serta demografi
(Engel dkk, 1995).
Dalam kaitannya dengan pemilihan
handphone, seseorang lebih memilih jenis
handphone yang sedang trend saat ini untuk
mengikuti lifestyle (gaya hidup). Dimana gaya
hidup mencerminkan pola konsumsi yang
menggambarkan pilihan seseorang bagaimana
52
ia menggunakan waktu dan uang ( lifestyle
refers to a pattern of consumption reflection a
person’s choices of how hw or she spend time
and money, Solomon, 2007).
Gaya hidup pada prinsipnya bagaimana
seseorang menghabiskan waktu dan uangnya.
Ada orang yang senang mencari hiburan
bersama kawan-kawannya, berbelanja,
melakukan aktivitas yang dinamis. Gaya hidup
dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan
akhirnya menentukan pilhan-pilihan konsumsi
seseorang (hommarketing.blogspot.com, 2009).
Dengan demikian konsumen dalam
memilih suatu produk akan memilih
berdasarkan pada apa yang paling dibutuhkan
dan apa yang paling sesuai dengan dengan
dirinya yang salah satunya adalah gaya hidup
(lifestyle). Selain dari faktor internal, seseorang
juga dipengaruhi faktor eksternal, yaitu
kelompok acuan. Dari sudut pandang
pemasaran, kelompok acuan merupakan
kelompok yang dianggap sebagai kerangka
acuan bagi para individu dalam pengambilan
keputusan pembelian atau konsumsi mereka.
Kelompok acuan awalnya hanya dibatasi
secara sempit mencakup kelompok-kelompok
dengan siapa individu berinteraksi secara
langsung (keluarga dan teman akrab). Namun
berangsur-angsur telah diperluas mencakup
pengaruh orang atau kelompok secara langsung
dan tidak langsung. Kelompok acuan tidak
langsung terdiri dari orang-orang atau
kelompok yang masing-masing tidak
mempunyai kontak langsung, seperti para
bintang bintang film, pahlawan olah raga,
pemimpin politik, tokoh TV, ataupun orang
yang berpakaian baik dan kelihatan menarik di
sudut jalan (Schiffman, Kanuk, 2000).
Seiring dengan pesatnya perkembangan
ekonomi di negara ini, banyak muncul industri-
industri serta perusahaan - perusahaan baru,
salah satunya di bidang teknologi komunikasi
(Arifin, 2000). Salah satu perkembangan
teknologi telekomunikasi adalah perkembangan
telepon pintar atau smartphone. Termasuk yang
telah menjadi fenomena saat ini adalah
Blackberry. Berbagai kalangan memiliki gadget
ini dengan alasan yang berbeda, tidak peduli itu
sesuai dengan kebutuhan atau tidak, hingga
hanya untuk menaikkan status sosialnya.
Sebagai pendatang baru, BlackBerry
berusaha untuk menguasai pasarnya. Jumlah
pengguna BlackBerry di Indonesia sendiri
sudah mempunyai pelanggan sekitar 300-400
ribu orang pada awal Agustus 2009 dan
Indonesia diproyeksikan akan menjadi
pengguna smartphone BlackBerry terbanyak di
seluruh dunia dalam waktu dekat (detiknet.com,
Agustus 2009).
Menurut data-data yang diperoleh,
BlackBerry mengungguli iPhone di pasar global
secara keseluruhan, bahkan di pasar smartphone
Amerika Serikat, dimana Apple Inc. didirikan,
RIM dengan BlackBerrynya memimpin pangsa
pasar dengan share sebesar 56% (Fortuner
Magazine, Agustus 2009).
Meskipun pasar smartphone dunia secara
keseluruhan masih dikuasai Nokia, namun
pertumbuhan Research In Motion (RIM) dan
Apple juga tidak dapat dipandang sebelah mata.
Beberapa hari lalu, Gartner merilis data
penjulan perangkat bergerak dan smartphone
pada tahun 2010 untuk lingkup seluruh dunia.
Menurut data tersebut Nokia masih menguasai
penjualan handphone di dunia dan juga Nokia
Symbian masih menguasai pasar platform
smartphone. Nokia masih tetap menjadi market
leader walaupun market share mereka
menurun. Dan di lain sisi RIM dengan
BlackBerrynya mulai ada peningkatan
penjualan dari 34.346.600 unit meningkat
menjadi 47.451.600 dan akan terus mengalami
peningkatan.
Sementara itu tingkat persaingan pasar
smartphone di Indonesia begitu ketat. Menurut
data yang dirilis oleh comScore pada bulan
Desember 2009, BlackBerry mendominasi
pasar smartphone Indonesia dengan menguasai
40% pangsa pasar, diikuti oleh iPhone sebesar
25%.
BlackBerry adalah perangkat selular yang
memiliki kemampuan layanan push e-mail,
telepon, sms, menjelajah internet, dan berbagai
kemampuan nirkabel lainnya. Penggunaan
gadget canggih ini begitu fenomenal
belakangan ini, sampai menjadi suatu
kebutuhan untuk fashion. BlackBerry pertama
kali diperkenalkan pada tahun 1997 oleh
perusahaan Kanada, Research In Motion (RIM).
Kemampuannya menyampaikan informasi
melalui jaringan data nirkabel dari layanan
perusahaan telepon genggam hingga
mengejutkan dunia.
Fenomena yang kita tangkap sekarang ini
adalah bahwa segmen pasar dari handphone
pabrikan RIM, dalam hal ini BlackBerry telah
53
berubah arah dari seorang pebisnis yang
membantu untuk meningkatkan produktivitas
berubah menjadi hampir semua kalangan yang
sebagian besar bukan pebisnis adalah untuk
lifestyle dan untuk meningkatkan harga diri atau
derajat seseorang. Padahal iPhone, salah satu
smartphone pesaiang dari BlackBerry yang
seharusnya untuk lifestyle, tidak terlalu kuat
untuk menarik minat masyarakat.
Produk smartphone merek BlackBerry ini
menampilkan tampilan yang menarik, pilihan
jenis produk yang beragam, aplikasi yang
disediakan tersedia cukup lengkap, dan
menggunakan BlackBerry mencerminkan suatu
gaya hidup (lifestyle) yang metropolis dan up to
date.
Hal ini bisa menjadi keuntungan buat
handphone BlackBerry, dimana pangsa pasar
penjualannya semakin meluas dan semakin
terbuka di negara Indonesia. Bahkan situs berita
internasional CNN, menjuluki handphone
BlackBerry sebagai “King of Indonesia”.
(Okezone.com. 2010)
Menurut Kemal Arsjad, Dirut Better-B
(2010), Dengan meningkatnya pengguna
handphone BlackBerry di Indonesia, akan
mendorong perubahan paradigma berfikir
masyarakat dalam berkomunikasi yang
biasanya meminta nomer handphone, namun
kini bergeser menjadi minta nomer PIN. Selain
itu juga akan meningkatkan penggunaan
aplikasi yang ada di dalamnya, terutama BBM.
Keputusan masyarakat membeli
handphone BlackBerry sangat beragam, mulai
ingin menampilkan gaya hidupnya serta ingin
dianggap sebagai atau setara dengan pebisnis.
Selain itu juga ada yang beralasan hanya ingin
bisa membuka situs jejaring sosial dengan
mudah karena telah tersedia aplikasi langsung
yang terhubung dengan internet dan lain-lain.
Dari hal ini saja sudah tampak terjadi
pergeseran fungsi yang seharusnya BlackBerry
untuk working bergeser menjadi lifestyle dan
meningkatkan harga diri seseorang.
Dalam penelitian kali ini, peneliti memilih
mahasiswa di Surabaya Selatan sebagai obyek
penelitian. Karena saat ini banyak di antara
kalangan mahasiswa maupun pelajar yang
membutuhkan BlackBerry, sebab harga
BlackBerry saat ini relatif terjangkau untuk
ukuran mahasiswa maupun pelajar. Selain itu,
mahasiswa merupakan kaum muda dan kaum
intelektual yang begitu haus akan teknologi
informasi dan juga BlackBerry digunakan
sebagai gaya hidup.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah
diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah
yaitu: Apakah terdapat pengaruh gaya hidup
dan kelompok acuan secara simultan dan parsial
terhadap keputusan pembelian handphone
Blackberry (Studi pada Mahasiswa di Surabaya
Selatan).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membahas dan menganalisis gaya hidup dan
kelompok acuan secara simultan dan parsial
berpengaruh terhadap keputusan pembelian
handphone Blackberry (Studi pada Mahasiswa
di Surabaya Selatan).
Batasan-batasan terkait variabel penelitian
yang di teliti. Antara lain :
1. Mahasiswa yang menempuh pendidikan di
Surabaya Selatan.
2. Penggunahandphone BlackBerry dan
terlibat langsung dalam keputusan
pembelian.
3. Pengukuran gaya hidup dengan
menggunakan AIO dari Sumarwan (2002),
dimana indikator Activity (aktivitas)
menggunakan dimensi bekerja, hobi, dan
hiburan. Interest (ketertarikan)
menggunakan dimensi mode atau fashion,
komunitas, dan media. Opinion (pendapat)
menggunakan dimensi topik diri sendiri,
isu sosial dan budaya.
METODE
Jenis penelitian adalah kausal dan data yang
diperoleh dianalisis secara kuantitatif.
Adapun rancangan penelitian yang dibuat
adalah untuk mengetahui apakah gaya hidup
dan kelompok acuan terhadap keputusan
pembelian handphone BlackBerry oleh
mahasiswa di Surabaya Selatan dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 1: Alur Penelitian
Gaya
Hidup
Kelompok
Acuan
Keputusan
Pembelian
54
Lokasi penelitian yang dimaksud adalah di
Surabaya Selatan dimana pada Surabaya
Selatan sendiri terdapat lebih banyak perguruan
tinggi jika dibandingkan dengan kawasan
Surabaya yang lain.
Adapun karakteristik yang dipilih atau
ditetapkan oleh peneliti di dalam penelitian ini
adalah mahasiswa yang menggunkan
handphone BlackBerry. Target populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa yang telah
membeli handphone BlackBerry di kawasan
Surabaya Selatan dengan jumlah populasi
infinite.
Jumlah sampel minimal dalam penelitian
ini sebesar 200 responden. Untuk
mengantisipasi apabila terdapat data yang
rusak, maka ditambahkan 10% dari jumlah
sampel minimal yang diambil. Oleh karena itu,
penelitian ini mempergunakan sampel sebesar
220 orang.
Penarikan sampel dilakukan dengan
accidental sampling, yaitu teknik penentuan
sampel yang diambil dari siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti di Surabaya
Selatan dapat memenuhi karakteristik sampel
responden dalam penelitian, sehingga bisa
dipandang cocok dengan sumber data. Pada
penelitian ini, peneliti menyebarkan angket
sebanyak 220 pada mahasiswa di 12 perguruan
tinggi karena jumlah mahasiswa yang
menggunakan handphone BlackBerry masih
belum diketahui. Dimana pada delapan
perguruan tinggi disebarkan 18 angket,
sedangkan empat perguruan tinggi lainnya
disebarkan 19 angket penelitian.
Jenis dan sumber data yang terdapat dalam
penelitian ini terdiri atas:
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Sumber data primer
berupa jawaban responden yang diukur
dengan menggunakan instrumen penelitian
(angket) tujuannya adalah untuk
mengetahui jawaban responden atas
pertanyaan yang diberikan mengenai
pengaruh gaya hidup dan kelompok acuan
terhadap keputusan pembelian handphone
merk BlackBerry.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini berupa buku literatur,
jurnal, dan artikel yang terkait dengan teori
perilaku konsumen, gaya hidup, kelompok
acuan, dan keputusan pembelian
handphone merk BlackBerry.
Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini dengan cara
penyebaran kuesioner untuk mendapatkan data
primer.
Karena dalam penelitian ini terdapat dua sub
variabel bebas, maka persamaan regresi yang
dapat digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2
Dimana,
Y : Keputusan Pembelian
a : Konstanta
b1, b2... :Koefisien regresi (intercept)
X1 :Variabel yang mewakili gaya hidup
X2 :Variabel yang mewakili kelompok
acuan
Uji Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah;
1. Uji F
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikatnya secara simultan
dapat juga membandingkan antara nilai
probabilitas signifikansinya dengan 0,05.
Jika nilai probabilitas signifikansinya lebih
kecil dari 0,05, maka variabel bebas dapat
mempengaruhi signifikan variabel
terikatnya secara simultan (Ghozali,
2007:87). Mengingat nilai Ftabel untuk
responden sebesar 110 tidak terdapat dalam
tabel distribusi F, maka cara yang
digunakan untuk melihat pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikatnya adalah
membandingkan nilai probabilitas
signifikansinya dengan 0,05.
2. Uji t
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikatnya secara parsial
dapat juga membandingkan antara nilai
probabilitas signifikansinya dengan 0,05.
Jika nilai probabilitas signifikansinya lebih
kecil dari 0,05, maka variabel bebas dapat
mempengaruhi secara signifikan variabel
terikatnya secara parsial dan dapat
diketahui variabel mana yang lebih
dominan dengan melihat nilai thitung yang
lebih besar dibandingkan nilai thitung variabel
bebas lainnya (Ghozali, 2007:87). Adapun
cara yang digunakan adalah
membandingkan antara nilai probabilitas
signifikansinya dengan 0,05 karena cara
tersebut telah memenuhi syarat
perbandingan antara nilai thitung dan ttabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh gaya hidup dan kelompok acuan
terhadap keputusan pembelian handphone
BlackBerry secara simultan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya
hidup dan kelompok acuan secara simultan
mempengaruhi keputusan pembelian
handphone Blackberry sebesar 65,4% dan
sisanya sebesar 34,6% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar variabel yang digunakan
dalam penelitian ini misalnya faktor budaya
seperti kultur, sub kultur, dan kelas sosial ;
faktor sosial seperti keluarga dan peran dan
status ; faktor pribadi seperti umur dan tahap,
siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi,
kepribadian dan konsep diri ; faktor psikologis
seperti motivasi, persepsi, pengetahuan,
keyakinan dan sikap. Hasil penelitian itu juga
menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu gaya
hidup dan kelompok acuan memiliki pengaruh
yang signifikan secara simultan terhadap
keputusan pembelian handphone blackBerry.
Hasil penelitian ini mampu disesuaikan
dengan penelitian Yuliana (2009) dimana gaya
berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan
juga Mexico Widodo (2009) dalam faktor sosial
budaya, yang berpengaruh paling besar dalam
keputusan pembelian adalah kelompok acuan.
Menurut Engel (1995), keputusan pembelian
pada konsumen dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu bersifat individual
(internal) maupun yang berasal dari lingkungan
(eksternal). Salah satu faktor yang berasal dari
lingkungan yaitu kelompok acuan, dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan
seseorang. Adapun salah satu hal yang bersifat
individual yang dapat mempengaruhi yaitu gaya
hidup.
Dalam kaitannya dengan pemilihan
handphone, seseorang lebih memilih jenis
handphone yang sedang trend saat ini untuk
mengikuti lifestyle (gaya hidup). Dengan
demikian konsumen dalam memilih suatu
produk akan memilih berdasarkan pada apa
yang paling dibutuhkan dan apa yang paling
sesuai dengan dengan dirinya. Dimana seperti
dikutip dari hommarketing.blogspot.com (2009)
gaya hidup pada prinsipnya bagaimana
seseorang menghabiskan waktu dan uangnya.
Ada orang yang senang mencari hiburan
bersama kawan-kawannya, berbelanja,
melakukan aktivitas yang dinamis. Gaya hidup
dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan
akhirnya menentukan pilhan-pilihan konsumsi
seseorang.
Selain dari faktor internal, seseorang juga
dipengaruhi faktor eksternal, yaitu kelompok
acuan. Dari sudut pandang pemasaran,
kelompok acuan merupakan kelompok yang
dianggap sebagai kerangka acuan bagi para
individu dalam pengambilan keputusan
pembelian atau konsumsi mereka.
Schiffman Kanuk (2000) kelompok acuan
bisa terdiri dari orang-orang atau kelompok
yang masing-masing tidak mempunyai kontak
langsung, seperti para bintang bintang film,
pahlawan olah raga, pemimpin politik, tokoh
TV, ataupun orang yang berpakaian baik dan
kelihatan menarik di sudut jalan.
Agar mempengaruhi keputusan pembelian,
kelompok acuan harus memberitahu dan
mengusahakan agar individu menyadari adanya
suatu produk atau merek khusus, memberikan
kesempatan pada individu untuk
membandingkan pemikirannya sendiri dengan
sikap dan perilaku kelompok, mempengaruhi
individu untuk mengambil sikap dan perilaku
yang sesuai dengan norma-norma kelompok,
membenarkan keputusan untuk memakai
produk-produk yang sama dengan kelompok.
Pengaruh gaya hidup dan kelompok acuan
terhadap keputusan pembelian handphone
BlackBerry secara parsial.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa gaya hidup dan kelompok acuan secara
parsial juga mempengaruhi keputusan
pembelian handphone BlackBerry, studi pada
mahasiswa di Surabaya Selatan. Dimana
diketahui bahwa kelompok acuan adalah
variabel yang dominan dalam mempengaruhi
keputusan pembelian handphone BlackBerry
.
a. Gaya hidup berpengaruh terhadap
keputusan pembelian
Hasil penelitian diketahui bahwa gaya
hidup merupakan variabel yang
mempengaruhi keputusan pembelian
handphone Blackberry oleh mahasiswa di
Surabaya Selatan. Gaya hidup merupakan
bagaimana seseorang menggunakan waktu
dan uangnya.
Menurut Sutisna (2002:145), gaya hidup
secara luas didefinisikan sebagai cara hidup
yang diidentifikasikan oleh bagaimana
orang menghabiskan waktu mereka
(aktivitas), apa yang mereka anggap
penting dalam lingkungannya
(ketertarikan), dan apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri dan
juga dunia di sekitarnya (pendapat).
Jika dilihat dari keadaan sebenarnya,
keputusan mahasiswa dalam membeli
BlackBerry juga berasal dari dalam dirinya.
Pada tabel 4.8, responden setuju dengan
pernyataan menggunakan BlackBerry
menunjang aktivitas perkuliahannya. Dalam
melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan hobinya, serta untuk mengisi waktu
luangnya, mereka tidak pernah lepas dari
penggunaan BlackBerrynya.
Ketertarikan mahasiswa dalam membeli
BlackBerry agar bisa masuk dalam suatu
komunitas pengguna BlackBerry juga
dijawab setuju oleh rata-rata responden
pada tabel 4.9. Jawaban setuju juga muncul
pada pernyataan bahwa menggunakan
BlackBerry saat ini berarti telah mengikuti
trend anak muda, atau juga alasan
menggunakan BlackBerry karena memang
memiliki fitur-fitur yang menunjang
kebutuhannya.
Sedangkan menurut indikator pendapat
pada tabel 4.10, rata-rata responden
menjawab setuju jika setelah menggunakan
BlackBerry, mereka mau
menginformasikan kepada orang lain tanpa
disuruh sekalipun. Selain itu mereka yang
telah menggunakan BlackBerry lebih
cenderung mengakses informasi-informasi
melalui browsing di BlackBerry daripada
membaca media cetak, serta lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk
bersosialisasi dengan orang lain melalui
aplikasi jejaring sosial yang ada.
Hasil penelitian ini mampu disesuaikan
dengan penelitian terdahulu oleh Yuliana
(2009) bahwa gaya hidup berpengaruh
terhadap keputusan pembelian seseorang
dalam membeli batik di Danar Hadi.
Berdasarkan indikator angket responden
tentang gaya hidup, menyatakan bahwa
aktivitas yang dilakukan dengan
BlackBerry untuk mengisi waktu luang
sebagai hiburan, ketertarikan seseorang
dalam menggunakan BlackBerry karena
telah menjadi trend di kalangan anak muda,
mempengaruhi seseorang dalam
memutuskan untuk membeli handphone
BlackBerry cukup kuat.
b. Kelompok acuan berpengaruh terhadap
keputusan pembelian handphone
Blackberry.
Hasil penelitian diketahui bahwa kelompok
acuan merupakan variabel yang
mempengaruhi keputusan pembelian
handphone Blackberry oleh mahasiswa di
Surabaya Selatan. Kelompok acuan
merupakan orang atau kelompok orang
yang mempengaruhi secara bermakna suatu
perilaku individu (Hyman, 1942).
Kelompok acuan memberikan standar
(norma atau nilai) yang dapat menjadi
perspektif penentu mengenai bagaimana
seseorang berfikir atau berperilaku.
Menurut Sumarwan (2003) bahwa
komunikasi pemasaran melalui iklan di
berbagai media sering menggunakan orang-
orang yang dianggap sebagai kelompok
acuan. Para kelompok acuan tersebut
adalah selebriti, pakar atau ahli, orang-
orang biasa para eksekutif perusahaan atau
pegawai biasa, dan karakter dagang (trade
spokes-character).
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu
Harmanto (2009), bahwa dalam analisis
faktor eksternal, variabel kelompok
referensi / acuan berpengaruh secara
dominan terhadap keputusan pembelian
mobil honda jazz di Yogyakarta.
Pada penelitian ini, bisa dilihat pada tabel
4.11 hingga 4.15, dimana disetiap item
pertanyaan pada variabel kelompk acuan
bernilai setuju. Pada indikator pengetahuan
kelompok acuan, kedua item pernyataan
tentang orang lain / kelompok acuan
memberikan informasi mengenai
spesifikasi dan juga type Blackberry secara
lengkap.
Pernyataan suatu kepercayaan (kredibilitas)
terhadap orang / kelompok yang
memberikan informasi mengenai
BlackBerry dan juga tertarik menggunakan
BlackBerry karena mendengar informasi
dari pengguna BlackBerry dalam pada tabel
4.12 dan 4.13 dinilai setuju oleh responden.
Selain itu, seringnya mendengar informasi
dari pengguna BlackBerry juga mampu
membuat seseorang tertarik untuk mencoba
lalu membeli. Ketertarikan terhadap
pengguna BlackBerry atau pemberi
informasi tentang BlackBerry juga mampu
mempengaruhi untuk membeli. Hal ini bisa
dilihat pada tabel 4.14 dan 4.15 dengan
jawaban setuju pada setiap item pertanyaan.
SIMPULAN Berdasarkan pembahasan dari hasil analisis data
ABSTRACT The information is an essential requirement for investors to making a decision. Given complete information, timely and accurate so allow an investor to rational decision making and obtain results in line with expectations. Information requested for the company revealed today is information about the Corporate Social Responsibility (CSR). In Indonesia generally, when the companies, both state-owned enterprises and private (national and foreign) would run the CSR through a holistic approach, will undoubtedly greatly contribute to the welfare of society that exist around the company. After all people are subject and object in the CSR program undertaken by the company. The purpose of this study was to gain a scientific understanding of the CSR policy at PT. Telkom Divre V Surabaya. The results showed CSR policies are implemented by PT Telkom Divre V Surabaya is in conformity with the vision and mission of the company's CSR and in accordance with Law No. 40 of 2007 and Decree No. 236 of 2003 the company has spent on CSR focus for the Partnership and Environment Development Program (PKBL).
Key word: Corporate Social Responsibility, Partnership and Environment Development Program,
ABSTRACT This research is used to determine if exposure to product placement Mie ABC and Nu greentea taste in films “Ayat-Ayat Cinta”effect on audience attitudes change over the brand to a more positive direction. Respondents were surveyed movie “Ayat-Ayat Cinta” in the form of DVD and VCD. The purpose of this study was to determine the effects of exposure to product placement in movies Ayat-Ayat Cinta to changes in audience attitudes on brand Nu greentea and Noodles Spicy Tastes ABC. Dependent variable in this study is the change in the attitude of the audience, while the experimental variable is exposure to product placement in movies Ayat-Ayat Cinta. Calculation results indicate that changes in audience attitudes toward the more positive the brand after exposure to product placement in movies Ayat-Ayat Cinta, it can be known from the change in the attitude of most of the respondents is the ABC Taste Spicy Noodle products amounting to Nu 0.700 is greentea is equal to 0.567.
ABSTRACT This study examined the planning of effective employees in the PD. BPR Bank Gresik, descriptive quantitative research methods using secondary data is the number of employees and the number of customers from 1998 to 2009. The purpose of this study is to evaluate the effective number of employees in 2009, knowing predictions of effective number of employees in 2010, and planning staff to determine strategies / Human Resources (HR) in an effort to meet the needs of employees who are effective in 2010. Human resource planning analysis tools used are Regression Method. Formula used to answer the first problem and second, and determine strategies needs of employees of the regression method. The calculations show that in 2009 the number of employees is less effective because the calculated 16 employees but in fact has 14 employees and in 2010 predicted the effective number of employees by 20 employees and need the addition of six
employees. Based on these analysis results, the strategy used is to conduct recruitment through an external supply as many as six people to fill existing vacancies on the organizational structure and the addition of supporting its business activities primarily in Operations Section and Marketing Section, and nurturing relationships with educational institutions as a means of internships to help complete tasks and will save financing issued by the PD. BPR Bank of Gresik.
Key word :effective, predictions, employees
PENDAHULUAN
Setelah masa reformasi dua belas tahun yang
lalu, perencanaan dan pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) perlu dilakukan secara
profesional. Hal ini berdasarkan pemberlakuan
AFTA sejak tahun 2003 yang menuntut bangsa
Indonesia untuk siap menghadapi pasar bebas
(pasar global). Konsep Global Trade Point
Network (GTPN) merupakan implementasi dari
trade efficiency programme yang dirancang
bertujuan untuk mengefektifkan dan
mengefisiensikan perdagangan internasional.
Perencanaan SDM didefinisikan sebagai
proses menentukan kebutuhan tenaga kerja dan
berarti mempertemukan kabutuhan tersebut
agar pelaksanaanya beriintegrasi dengan
rencana organisasi (Mangkunegara, 2008;06).
Perencanaan SDM dalam pelaksanaannya harus
disesuaikan dengan strategi tertentu agar tujuan
utama perencanaan yaitu memfasilitasi
keefektifan organisasi dapat dicapai
Melalui perencanaan kebutuhan tenaga
kerja yang efektif, maka perusahaan dapat
mempekerjakan karyawannya dengan baik,
karena karyawan akan bekerja sesuai dengan
kemampuannya. Tujuan perencanaan tenaga
kerja sendiri adalah untuk menyusun strategi
dan program pendayagunaan sumber daya
manusia ditingkat perusahaan untuk dipadukan
dengan strategi dan program perusahaan
dibidang lain guna mencapai tujuan perusahaan
serta sebagai pengadaan dan mempertahankan
SDM yang dapat melaksanakan tugasnya secara
efektif dan efisien.
PD. BPR Bank Gresik merupakan satu-
satunya bank milik pemerintah Kabupaten
Gresik, perusahaan ini mempunyai produk yang
sama dengan lembaga perbankan lainnya yakni
produk penghimpun dana berupa tabungan dan
deposito, dan produk peryalur dana berupa
kredit yang memprioritaskan pada masyarakat
menengah kebawah dan pengusaha kecil
menengah.
Selama ini pegawai yang dimiliki PD.BPR
Bank Gresik secara kuantitas dan kualitas
jumlah sumber daya manusia kurang memadai
dalam mengelola dan menjalankan beban
pekerjaan serta wewenang yang berada pada
masing-masing posisi/jabatan. Hal tersebut
tidak selaras dengan jumlah nasabah
perusahaan tersebut yang mengalami
peningkatan masing-masing sebanyak 3.201,
3.859, dan 4.736 nasabah. Perkembangan
perusahaan tersebut juga tidak diimbangi
dengan perencanaan sumber daya manusia yang
memadai (efektif), karena pada tiga tahun
terakhir pula perencanaan karyawan terjadi
penambahan hanya satu orang. Kepala Bagian
Umum dan Personalia PD. BPR Bank Gresik
juga menyampaikan, “Seiring dengan
perkembangan perusahaan perlu adanya
perencanaan karyawan yang efektif,
sebagaimana nampak pada struktur perusahaan
pada Bagian Operasional satu orang merangkap
dua jabatan yakni Kepala Bagian Operasional
dan Pembukuan, serta pada Bagian Umum dan
Personalia juga sama satu orang menjalankan
dua fungsi posisi yakni Kepala Bagian Umum
dan Personalia merangkap posisi sebagai Staf
Umum dan Personalia”. Permasalahan yang
dihadapi oleh PD. BPR Bank Gresik adalah
belum adanya perencanaan kebutuhan
karyawan yang efektif dibandingkan dengan
perkembangan dan beban kerja yang meningkat
dari tahun ke tahun.
Berdasarkan latar belakang dan
permasalahan yang dihadapi oleh PD. BPR
Bank Gresik tersebut, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan mengevaluasi jumlah
karyawan yang efektif PD. BPR Bank Gresik
pada tahun 2009, mengetahui prediksi jumlah
karyawan yang efektif di PD. BPR Bank Gresik
pada tahun 2010 dan untuk menentukan strategi
perencanaan SDM yang dilakukan perusahaan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan karyawan
yang efektif pada tahun 2010
Penelitian sebelumnya telah banyak
ditemukan pembahasan yang berkaitan dengan
perencanaan tenaga kerja/SDM, diantaranya
88
Irfan Aziz Fakultas Ekonomi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Gresik berjudul
“Proyeksi Kebutuhan Karyawan yang Efektif di
PT. Karya Agung”. Penelitian yang telah
dilakukan melalui alat analisis proyeksi
kecenderungan dan analisis deskripsi ini
menunjukkan hasil bahwa pada tahun 2009
hasil proyeksi kecenderungan sebanyak 172
sedangakan jumlah karyawan yang dimiliki
sebanyak 126 sehingga ada kekurangan jumlah
karyawan sebanyak 46 karyawan. Kekurangan
jumlah karyawan tersebut seharusnya
perusahaan melakukan rekrutmen, dapat dari
internal perusahaan dan eksternal perusahaan,
namun itu semua dapat dipengaruhi oleh
rencana strategik dan rencana opersional
perusahaan, keadaan finansial perusahaan,
desain organisasi, faktor ekonomi, faktor
teknologi dan faktor order dari perusahaan.
Milkovich dan Nystrom (dalam
Mangkunegara, 2008;05-06) mendefinisikan
bahwa perencanaan tenaga kerja adalah proses
peramalan, pengembangan,
pengimplementasian dan pengontrolan yang
menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian
jumlah pegawai, penempatan pegawai secara
benar, waktu yang tepat, yang secara otomatis
lebih bermanfaat.
Perencanaan SDM mencakup
memperhitungakan persyaratan SDM,
membandingkan tuntutan persyaratan dengan
ketersediaan SDM (permintaan SDM,
kelebihan, dan kekurangan SDM), dan
perhitungan ketersediaan SDM dalam suatu
perusahaan. Perencanaan SDM sendiri sangat
perlu untuk memperhatikan faktor lingkungan
internal dan eksternal organsasi, sebagaimana
terlihat dalam gambar 1:
Kegiatan pengembangan untuk SDM
potensial yang sudah dimiliki merupakan
strategi untuk mempertahankan agar tidak
keluar/berhenti, terutama keahliannya sangat
dibutuhkan perusahaan. Strategi itu juga
penting untuk mempersiapkan para manajer dan
tenaga professional produk lini yang berkualitas
tinggi dalam mengantisipasi tantangan bisnis
masa depan. Sumber daya manusia yang rendah
kualitasnya memang tersedia banyak di pasar
tenaga kerja eksternal, SDM yang
berkemampuan tinggi untuk mengelola unit
kerja (departemen, devisi) dan yang mampu
melaksanakan proses produksi sacara tidak
mudah diperoleh dalam kegiatan rekrutmen.
SDM yang diperoleh dengan strategi yang tepat
dalam melaksanakan perencanaan SDM itu
akan dapat dimanfaatkan dan dikembangkan
secara maksimal dalam menghadapi tantangan
perubahan dan perkembangan lingkungan bisnis
dimasa depan.
Menurut Nawawi (2005;70 – 71) ada
beberapa manfaat Perencanaan SDM
diantaranya:
1. Meningkatkan efektifitas dan efisisensi
pendayagunaan SDM;
2. Menyelaraskan aktivitas SDM berdasarkan
potensi masing-masing pekerjaan;
3. Meningkatkan kecermatan dan
penghematan pembiyaan dan tenaga dalam
melaksanakan rekrutmen dan seleksi;
4. Menciptakan dan menyempurnakan Sistem
Informasi SDM; dan
Meningkatkan koordinasi antar manajer
unit kerja/departemen
External Environment
Internal Environment
Strategic Planning
Human Resource Planning
Forecasting
Human
Resource
Requirement
Forecasting
Human
Resource
Availability
Forecasting
Human Resource
Requirement
Demand =
Supply
Surplus of Workes Shortage of Workers
Rectricted Hiring, Recruitment
89
Gambar 1: Model Perencanaan SDM dari Mondy dan Noe
Perencanaan SDM harus dilakukan jika
jelas sebab-sebab atau alasan perlunya
melakukan/menambah jumlah karyawan,
terutama jika diketahui tidak dapat diselesaikan
dengan melakukan kegiatan manajemen SDM
yang lain. Alasan dan sebab tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Internal Sebagai Sebab Permintaan
SDM
Faktor internal adalah kondisi persiapan
dan kesiapan SDM sebuah
organisasi/perusahaan dalam melakukan
operasional bisnis pada masa sekarang dan
untuk mengantisipasi perkembangannya
dimasa depan. Dengan kata lain faktor
internal adalah alasan permintaan SDM,
yang bersumber dari kekurangan dari
dalam perusahaan yang melaksanakan
bisnisnya, yang menyebabkan diperlukan
penambahan jumlah SDM. Alasan ini
terdiri dari:
a. Faktor rencana strategik dan rencana
operasional;
b. Faktor prediksi produk dan penjualan;
c. Faktor pembiayaan (cost) SDM;
d. Faktor pembukaan bisnis baru
(pengembangan bisnis);
e. Faktor desain organisasi dan desain
pekerjaan; dan
f. Faktor keterbukaan dan keikutsertaan
manajer .
2. Faktor Eksternal Sebagai Sebab
Permintaan SDM
Faktor eksternal adalah kondisi
lingkungan bisnis yang berada diluar kendali
perusahaan yang berpengaruh pada rencana
strategik dan rencana operasional, sehingga
langsung atau tidak langsung berpengaruh pada
perencanaan SDM. Faktor eksternal tersebut
pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai
sebab atau alasan permintaan SDM di
lingkungan sebuah perusahaan. Sebab atau
alasan terdiri dari:
1) Faktor ekonomi nasional dan
internasional (Global);
2) Faktor Sosial, Politik dan Hukum;
3) Faktor Teknologi; dan
4) Faktor pasar tenaga kerja dan pesaing.
Pelaksanaan perencanaan SDM yang
profesional harus dilakukan sebagai
implementasi tiga tugas pokok perencanaan
yakni tugas eksplenatif, tugas prediksi, dan
tugas kontrol. Dengan demikian, setiap kali
perusahaan yang akan melaksanakan
perencanaan SDM. Maka seharusnya diikuti
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghimpun dan mengolah suatu data dan
informasi SDM yang sudah dimiliki oleh
sebuah perusahaan/organisasi untuk
memperjelas kondisisnya sekarang, baik
dari segi jumlah (kuantitas) maupun
kualifikasinya (kualitas).
2. Memprediksi kekurangan SDM dengan
membandingkan SDM yang dimiliki
dengan permintaan (demand) jumlah SDM
untuk dapat melaksanakan operasinal bisnis
sekarang dan dimasa yang akan datang, baik
dari segi jumlah (kuantitas) maupun segi
kualifikasi (kualitasnya).
3. Mengontrol kesesuaian SDM yang
diprediksi berupa jumlah dan kualitasnya
dengan perencanaan bisnis, agar tujuan
strategik dan visi perusahaan/organisasi
dapat dicapai secara maksimal. Sebaliknya
90
agar terhindar dari timbulnya masalah-
masalah baru, yang dapat terjadi apabila
hasil prediksi SDM secara kuantitatif dan
kualitatif tidak sesuai kebutuhan dalam
mewujudkan eksistensi perusahaan yang
diinginkan di masa yang akan datang.
Pandojo (2000;30) perencanaan tenaga
kerja dapat disusun melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Memperkirakan kebutuhan atau
permintaan sumber daya manusia;
2. Mengadakan analisis kedalam tubuh
organisasi;
3. Membandingkan kebutuhan umum;dan
4. Menyusun program-program
perencanaan.
Salah satu teknik yang dapat dipergunakan
untuk merencanakan jumlah SDM suatu
organisasi dapat digunakan Teknik Regresi
(Regression). Teknik ini dipergunakan dengan
asumsi terdapat korelasi (hubungan) antara
variabel SDM dengan banyaknya variabel
lainnya yang bersifat kuantitatif dalam
melaksanakan bisnis untuk mewujudkan tujuan
perusahaan. Diantaranya adalah variabel
produktivitas, laba, beban kerja, biaya
produksi, pembiayaan SDM.
Untuk itu teknik regresi harus didahului
dengan perhitungan korelasi untuk
mengetahuui apakah variabel yang akan
diprediksi atau prediktor (SDM) benar-benar
memiliki hubungan yang signifikan dengan
satu atau lebih variabel kriterium. Perhitungan
korelasi harus dilakukan lebih dahulu karena
Teknik Regresi untuk memprediksi hanya
dapat digunakan apabila antara variabel
prediktor dengan variabel kriterium, telah teruji
sebagai dua variabel yang saling berhubungan
secara pararel/sejajar atau berkorelasi positif
(+). Jika korelasinya ternyata negatif (-) atau
tidak berkorelasi/berhubungan (nol atau
mendekati nol), maka tidak dapat dilakukan
prediksi dalam arti tidak ada gunanya
melanjutkan dengan perhitungan regresi.
Prediksi dengan perhitungan regresi hanya
dapat dilakukan jika variabel prediktor telah
teruji memiliki hubungan dengan variabel
kriterium. Langkah selanjutnya adalah untuk
kepentingan memprediksi permintaan
(demand) SDM menggunakan rumus regresi
sederhana.
Hasil dari Teknik Regresi ini berupa
sebuah persamaan yang nantinya akan dapat
digunakan untuk mengevaluasi SDM yang
telah ada sesuai dengan variabel kriterum pada
tahun berkenaan pada setiap tahunnya. Begitu
juga dalam memprediksi SDM untuk tahun
selanjutnya dengan menetapkan variabel
kriterum yang diharapkan/diinginkan oleh
sebuah organisasi/perusahaan.
Teknik Regresi ini mempunyai catatan
yang harus diperhatikan, diantaranya
adalah:
a) Teknik ini sangat tergantung pada data
kuantitatif masa lalu;
b) Perhitungan bersifat keseluruhan organisasi
dan harus dibuat terpisah jika akan
dipergunakan menurut unit kerja atau
jenjang jabatan; dan
c) Untuk unit kerja atau individu variabel
kriterum lebih baik menggunakan
produktivitas.
Perencanaan SDM sebagai kegiatan
pengambilan keputusan tidak dapat dipisahkan
dari spektrum keputusan. Untuk itu
perencanaan SDM perlu menetapkan secara
jelas karakteristik masalahnya, dan
mengidentifikasi data SDM yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis dalam
prediksi kebutuhan SDM dan variabel-variabel
lain yang mempengaruhinya. Perencanaan
dalam memprediksi kebutuhan SDM sangat
tergantung peda tingkat keakuratan proses
penetapan sebuah keputusan sebagai
pembuatan kebijaksanaan organisasi.
Model ini menjelaskan suatu proses atau
rangkaian kegiatan termasuk membuat
keputusan dalam perencanaan SDM. Terlihat
bahwa keputusan perencanaan SDM di
lingkungan sebuah organisasi/perusahaan
hanya dapat dimulai setelah ditetapkannya
pembagian dan pembidangan kerja di dalam
rencana operasional bisnis, untuk
mengimplementasikan rencana strategiknya.
Selanjutnya adalah menghimpun informasi
tentang SDM pada setiap unit kerja untuk
mewujudkan Sistem Informasi SDM sebagai
pelengkap Sistem Informasi Manajemen,
kegiatannya dapat berbentuk penjaringan,
pengumpulan, penelitian, dan pengembangan
data/informasi SDM. Nampak pada diagram
dibawah ini:
Alternatif
Keputusa
n
Analisis Data Data Operasional
Keputusan
Perencanaa
n SDM
Pelaksanaan
Keputusan
Umpan Balik/Masukkan
91
Gambar 2 Teori Pengambilan Keputusan Perencanaan SDM
Pengambilan keputusan atau pembuat
kebijaksanaan adalah individu yang hidup di
dalam sebuah masyarakat sebagai makhluk
yang tidak sempurna, maka selalu mungkin
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari
dalam maupun dari luar dirinya. Berikut ada
tujuh faktor yang berpengaruh pada
pengambilan keputusan dan pembuatan
kebijaksanaan (Nawawi, 2005;101):
Gambar 3 Faktor-faktor Pengambilan Keputusan
METODE
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini,
jenis data yang akan digunakan berupa data
sekunder. Data yang diperoleh berasal dari PD.
BPR Bank Gresik. Data sekunder dalam
penelitian ini berupa jumlah karyawan dan
nasabah pada tahun 1998–2009.
Kondisi yang
Menekan
Nilai-Nilai Keputusan &
Kebijaksanaan
Tingkat
Kepastian
Kepribadian
Peraturan
Pertimbangan
Politik
Kualitas Informasi
92
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif, sehingga teknik pengambilan data
yang digunakan adalah wawancara (Interview)
dan dokumentasi. Sementara teknik analisis
yang digunakan untuk mengestimasi jumlah
karyawan adalah teknik regresi linier
sederhana. Teknik Regresi ini merupakan salah
satu metode kuantitatif dalam memprediksi
jumlan karyawan/SDM. Teknik ini
dipergunakan dengan terlebih dahulu
menganalisis korelasi antara variabel SDM
dengan salah satu variabel yang bersifat
kantitatif dalam pelaksanaan perusahaan untk
mewujudkan tujuan oerganisasi/perusahaan.
Diantarannya adalah variabel produktivitas,
pendapatan, beban kerja, biaya produksi dan
lain-lain.
Teknik ini veriabel yang akan diprediksi
atau prediktor harus memiliki hubungan yang
signifikan dengan variabel lainnya, telah teruji
sebagai dua variabel yang saling berhubungan
atau berkorelasi positif (mempunyai korelasi
tinggi). Untuk itu teknik regresi harus
didahului dengan perhitungan korelasi untuk
mengetahui apakah variabel yang akan
diprediksi atau prediktor (Y) berupa jumlah
karyawan (SDM) yang benar-benar memiliki
hubungan yang signifikan dengan variabel
kriterium (X) yang berupa jumlah nasabah.
Perhitungan korelasi harus dilakukan lebih
dahulu karena Teknik regresi untuk
memprediksi hanya dapat digunakan apabila
antara variabel prediktor dengan variabel
kriterium, telah teruji sebagai dua variabel
yang saling berhubungan secara pararel/sejajar
atau berkorelasi positif (+). Jika korelasinya
ternyata negatif (-) atau tidak
berkorelasi/berhubungan (nol atau mendekati
nol), maka tidak dapat dilakukan prediksi
dalam arti tidak ada gunanya melanjutkan
dengan perhitungan regresi.
Prediksi kebutuhan karyawan dengan
perhitungan regresi hanya dapat dilakukan jika
variabel prediktor telah teruji memiliki
hubungan positif dengan variabel kriterium.
Menentukan korelasi menggunakan rumus
angka kasar (raw score) dari Pearson, akan
tetapi dalam penelitian ini menggunakan alat
analisis dari melalui komputer yakni Program
SPSS. Kriteria pengujian dari hasil analisis
korelasi dari Program SPSS sebagai berikut:
a) Hubungan Negatif jika = r hitung ≤ r
tabel, atau
Sig. ˃0,05
b) Hubungan Positif jika = r
hitung ˃r tabel, atau
Sig. ≤ 0,05
Selanjutnya untuk menguji model
koefisien regresi ini menggunakan dan dilihat
dari hasil t hitung dan R Square, sehingga
untuk memprediksi perencanaan jumlah
permintaan (demand) SDM harus digunakan
perhitungan regresi sederhana melalui program
SPSS.
Hasil persamaan regresi nantinya akan
digunakan untuk mengevaluasi jumlah
karyawan (SDM) yang efektif ditahun 2009
dan digunakan untuk memprediksi jumlah
karyawan yang efektif pada tahun 2010,
selanjutnya dapat ditentukan strategi-strategi
yang tepat guna pemenuhan kebutuhan jumlah
karyawan (SDM) di PD. BPR Bank Gresik
yang sesuai dengan hasil perencanaan
(proyeksi) tahun 2010 tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Efektifitas Jumlah Karyawan Tahun
2009, Memperhatikan permasalahan yang ada
pada penelitian ini dan mengacu pada rumusan
masalah yang pertama, maka akan
menggunakan alat analisis metode teknik
regresi dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Perhitungan Metode Regresi
Model/Uraian Koefisien
R Square B t hitung Sig.
Konstanta (a) 5,251 6,011 0,000 0,809
Variabel (b) 0,002139 6,508 0,000
Berdasarkan Tabel 1. tersebut maka dapat
dilakukan perhitungan dan prediksi kebutuhan
karyawan dengan persamaan sebagai berikut:
Y = 5,251 + 0,002139X
Kemudian persamaan tersebut digunakan
untuk mengevaluasi efektifitas jumlah
karyawan PD. BPR Bank Gresik pada tahun
2009, PD. BPR Bank Gresik saat ini
93
mempunyai jumlah karyawan (Y) sebanyak 14
orang dan jumlah nasabah (X) sebanyak 4.736
nasabah. Berikut hasil analisisnya dengan
metode regresi:
Y = 5,251 + 0,002139X
= 5,251 + 0,002139(4.736)
= 5,251 + 10,789
= 16,04 dibulatkan 16 orang
Sedangkan tahun 2009 jumlah karyawan
yang dimiliki PD. BPR Bank Gresik sebanyak
14 orang, berarti kebutuhan jumlah karyawan
kurang efektif karena terdapat kekurangan
sebanyak dua orang yang seharusnya 16
karyawan.
Analisis Perencanaan Jumlah Karyawan
Tahun 2010, Perencanaan (proyeksi) jumlah
kebutuhan karyawan pada tahun 2010 di PD.
BPR Bank Gresik dengan metode regresi dari
hasil persamaan, maka prediksi kebutuhan
jumlah karyawan terlebih dahulu dengan
menetapkan jumlah nasabah yang akan
diharapkan, menurut Kepala Bagian Marketing
tahun 2010 menargetkan petumbuhan 50% dari
jumlah nasabah pada tahun 2009 yakni 7.104
nasabah baik sebagai debitur, kreditur dan
deposito, hal ini didasarkan pencapaian pada
tahun 2009. Berikut perhitungan prediksi
jumlah karyawan pada tahun 2010:
Y = 5,251 + 0,002139X
= 5,251 + 0,002139(7.104)
= 5,251 + 15,195
= 20,44 dibulatkan 20 orang
Berdasarkan perhitungan prediksi
kebutuhan jumlah karyawan pada PD. BPR
Bank Gresik dengan metode regresi pada tahun
2010 memerlukan 20 orang karyawan dalam
menjalankan usahanya untuk mencapai target
yang direncanakan, berarti kebutuhan jumlah
karyawan masih kurang dan memerlukan
penambahan karyawan sebanyak enam orang,
karena pada saat ini PD. BPR Bank Gresik
memiliki karyawan sebanyak 14 orang.
Strategi Perencanaan Karyawan Yang
Efektif Tahun 2010, Berdasarkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan dengan
metode regresi dapat diketahui bahwa PD. BPR
Bank Gresik pada tahun 2010 memerlukan
penambahan jumlah karyawan sebanyak enam
orang pegawai karena masih memiliki 14
karyawan. Menurut Handoko (2001;59-60)
sebuah perusahaan mengalami kekurangan
karyawan maka dapat dilakukan penambahan
karyawan dapat melalui sumber internal dan
eksternal, suplai internal berasal dari para
karyawan yang ada sekarang, karyawan tersebut
dapat dipromosikan, dipindah atau didemosi
untuk memenuhi kebutuhan yang kosong.
Sumber suplai eksternal terdiri dari orang-orang
dalam pasar tenaga kerja, ini mencakup orang-
orang yang belum kerja dan para karyawan
organisasi-organisasi lain.
Kepala Bagian Umum dan Personalia PD.
BPR Bank Gresik juga menyampaikan, “Seiring
dengan perkembangan perusahaan perlu adanya
perencanaan karyawan yang efektif dan
penambahan karyawan agar sesuai dengan
struktur organisasi dan uraian tugasnya masing-
masing”. Pada tahun 2010 PD. BPR Bank
Gresik mempunyai rencana pengadaan
karyawan yang sudah mulai berjalan dan sesuai
dengan kesepakatan para manejemen dan
jajaran Direksi, penambahan karyawan dari
suplai ekternal yakni membuka kesempatan
kerja sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi
yang ditentukan.
Prediksi permintaan SDM di lingkungan
sebuah perusahaan pada dasarnya disebabkan
oleh berbagai alasan atau sebab-sebab tertentu.
Prediksi yang dilakukan tanpa alasan tidak akan
menghasilkan SDM yang mampu bekerja
secara efektif dan efisien, untuk memberikan
konstribusi pada PD. BPR Bank Gresik dalam
mencapai tujuan strategik dalam mencapai visi
dan mewujudkan pelaksanaannya berupa
misinya. Perencanaan SDM harus didasarkan
pada alasan yang kuat untuk memastikan bahwa
permintaan dapat mendayagunakan secara
efektif dan efesien. Alasan atau sebab yang
paling penting adalah kekurangan SDM dalam
melaksanakan perencanaan bisnis sehingga
banyak kegiatan yang tertunda atau tidak
terselesaikan. Menurut Nawawi (2005;148 –
172) sebab-sebab atau alasan perusahaan
menambah karyawan sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Faktor Rencana Strategik (RENSTRA)
dan Rencana Operasional (RENOP).
Menurut Kepala Bagian Umum dan
Personalia, “Setiap posisi yang terdapat
pada struktur organisasi mempunyai
uraian tugas masing-masing, sehingga
harus benar-benar terisi oleh karyawan
agar dapat melaksanakan sesuai dengan
fungsi pokok setiap posisi”.
Memperhatikan misi yang dimiliki oleh
PD. BPR Bank Gresik, pada tahun 2010
94
perlu dilakukan penambahan karyawan
untuk posisi yang masih kosong,
sehingga upaya untuk mewujudkan
misi PD. BPR Bank Gresik bisa
berjalan secara efektif sesuai dengan
tujuan.
b. Faktor Prediksi Produk
Prediksi produk pada dasarnya
merupakan prediksi laba dengan
menggunakan jumlah dan kualitas
SDM, sehingga kemampuan untuk
memasarkan dapat ditingkatkan dimasa
depan berdampak pada peningkatan
laba (Soeprihanto dan Sumarni,
2003;261–262). Menurut Kepala
Bagian Operasional, “Pada tiga tahun
terakhir jumlah nasabah mengalami
peningkatan baik produk penghimpun
dana maupun penyalur dana, terutama
pada nasabah penghimpun dana
mengalami peningkatan yang signifikan
khususnya pada tahun 2009”. Tingkat
produktivitas berupa jumlah nasabah
pada setiap tahunnya telah mengalami
peningkatan baik sebagai kreditur
maupun debitur PD. BPR Bank Gresik,
sehingga perencanaan karyawan harus
lebih diperhatikan untuk memberikan
pelayanan yang cepat terhadap nasabah
dan dapat menjalankan sesuai dengan
RENOP.
c. Faktor Pembiayaan SDM
Prediksi permintaan dalam perencanaan
SDM sangat dipengaruhi oleh anggaran
atau pembiayaan SDM yang dapat
disediakan perusahaan dari laba
kompetitif yang berkelanjutan.
Pembiayaan pada PD. BPR Bank
Gresik yang berkaitan dengan
pengadaan karyawan secara umum
sudah terpenuhi karena setiap tahunnya
telah mempunyai anggaran biaya yang
telah disepakati, sehingga dalam
pengadaan karyawan akan disesuaikan
dengan rencana penambahan pada
tahun tersebut. Menurut Kepala Bagian
Umum dan Personalia, “Faktor
pembiayaan dalam pengadaan
karyawan tergantung dari hasil yang
disepakati dalam rapat tahunan,
pembiayaan tersebut termasuk untuk
tim yang bertugas melaksanakan proses
pengadaan sehingga pembiayaan dalam
penambahan karyawan tidak
bermasalah”. Pembiayaan yang berupa
gaji pada pegawai juga sudah
dilaksanakan dengan strategi yang baik
yakni terlihat pada struktur organisasi
yang flat, nampak pembiayaan untuk
manajer menengah/lini sudah efisien.
Anggaran pengadaan karyawan pada
tahun 2010 telah disepakati empat
karyawan, sehingga dua karyawan
dapat dilakukan melalui kerjasama
dengan lembaga pendidikan (Magang).
d. Faktor Pembukaan Bisnis Baru
Bisnis baru dalam sebuah organisasi
berarti pengembangan secara
organisasional, kondisi ini dilakukan
apabila dari hasil survey pasar
diperoleh informasi terdapat kosumen
dalam jumlah yang cukup besar.
Pengembangan usaha baru akan
berdampak pada pemenuhan kebutuhan
karyawan berupa penambahan SDM,
karena terjadi penambahan pekerjaan
dan bahkan bertambahnya jabatan baru.
Menurut Kepala Bagian Operasional
“PD. BPR Bank Gresik saat ini masih
bisa menjalankan operasionalnya
dengan melayani nasabah secara
keseluruhan dengan baik, cepat dan
tidak ada masalah masalah yang
berarti” serta Kepala Bagian Marketing
menegaskan “Meskipun para nasabah
yang tempat tinggalnya jauh mereka
tidak mengeluhkannya, berdasarkan
jumlah nasabah masih bisa terjangkau
oleh para FO/AO untuk melakukan dan
menyelesaikan nasabah yang
bermasalah”. PD. BPR Bank Gresik
pada tahun 2010 belum ada
penambahan usaha baru yang berada
didaerah tertentu, hal ini didasarkan
pada prosedur tambahan yang cukup
memerlukan waktu dan biaya serta
kemampuan untuk melayani para
nasabahnya. Perencanaan SDM dalam
kaitannya pengembangan usaha baru
pada PD. BPR Bank Gresik di tahun ini
tidak perlu dilakukan karena masih
cukup untuk melayani para nasabahnya.
e. Faktor Desain Organisasi dan Desain
Pekerjaan
Struktur organisasi yang terdiri dari
unit-unit kerja disebut devisi,
95
departemen ataupun bagian yang
tersusun secara vertikal dan horizontal,
pada tahap awal berpengaruh pada
prediksi jumlah manajer yang harus
dipekerjakan. Struktur organisasi PD.
BPR Bank Gresik menunjukkan masih
ada posisi yang kosong yakni di Bagian
Operasional dan Bagian Umum dan
Personalia. Kepala Bagian Umum dan
Personalia mengemukakan, “Nampak
pada struktur perusahaan pada Bagian
Operasional satu orang merangkap dua
jabatan yakni Kepala Bagian
Operasional dan Pembukuan, serta pada
Bagian Umum dan Personalia juga
sama satu orang menjalankan dua
fungsi posisi yakni Kepala Bagian
Umum dan Personalia merangkap
posisi sebagai Staf Personalia dan Staf
Umum diisi oleh seorang karyawan
sebagai keamanan”.
PD. BPR Bank Gresik seharusnya
mengisi kekosongan posisi/jabatan
yang ada pada struktur organisasi
sehingga pada tahun 2010 perlu
diadakan penambahan karyawan dalam
mencapai pemenuhan kebutuhan
karyawan yang efektif.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Ekonomi Nasional
Faktor ini pada dasarnya berupa kondisi
dan kecenderungan pertumbuhan
ekonomi dan moneter nasional dan
internasional yang berpengaruh pada
kegiatan bisnis setiap dan semua
perusahaan. Pengaruh yang potensial
terjadi adalah kondisi ekonomi/moneter
internasional berpengaruh pada trend
pertumbuhan ekonomi nasional dan
tidak pernah terjadi sebaliknya.
Beberapa bentuknya adalah kondisi
ekonomi dan moneter internasional
yang berpengaruh pada meningkatnya
atau menurunya pertumbuhan ekonomi
dan moneter nasional, tinggi rendahnya
atau tingkat penghasilan penduduk (in-
come perkapita), inflasi, nilai tukar
rupiah terhadap US Dollar (valuta
asing) yang berfluktuasi dengan
kecenderungan terus melemah, krisis
ekonomi dan krisis moneter,
menurunnya daya beli masyarakat yang
sangat besar pengaruhnya pada
kemampuan perusahaan dalam
memepertahankan dan
mengembangkan eksistensinya.
Dampak kondisi pertumbuhan ekonomi
internasional dan kondisi nasional pada
RENSTRA dan RENOP tersebut, bagi
sebuah perusahaan langsung
berpengaruh pada prediksi permintaan
SDM, baik jumlah kualifikasinya dalam
perencanaan SDM.
Sehubungan dengan keadaan
ekonomi yang terjadi sekarang, dimana
nilai tukar rupiah masih stabil dan
peranan pemerintah dalam upaya
peningkatan perekonomian Indonesia
yang tertuang pada program kabinet
untuk memperbaiki perekonomian
Indonesia. PD. BPR Bank Gresik akan
menjalankan usaha dengan lancar dan
baik seperti yang tertuang pada
RENSTRA dan RENOP, apabila akan
melakukan penambahan karyawan
dalam situasi ini tidak ada masalah
sehingga mengarahkan pada
kesempatan untuk meningkatkan
produktivitas dan memperluas
pemasaran produk..
b. Faktor Sosial, Politik dan Hukum
Faktor ini tercemin dalam kondisi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara di wilayah domestik
tempat menjalankan operasional
bisnisnya. Kondisi ketiga aspek
kehidupan ini secara umum
berpengaruh pada keinginan atau
kebutuhan anggota masyarakat dalam
mengkonsumsi produk yang dihasilkan
baik barang maupun jasa. Faktor sosial
sebagai kondisi kehidupan bersama di
lingkungan masyarakat yang
menggambarkan merata atau tidaknya
tingkat kesejahteraan anggotanya
sebagai hasil interaksi sosial individu,
kelompok termasuk juga organisasi
bisnis, kondisi tersebut akan
berpengaruh pada prediksi permintaan
SDM karena kondisi sosial pada suatu
wilayah berpengaruh pada produksi dan
hasil penjualan setiap dan semua
perusahaan (Nawawi, 2008;161).
Faktor politik menyangkut sikap
pemerintah terhadap peraturan
perusahaan, ketenagakerjaan dan
96
kesejahteraan sosial, perusahaan akan
memberikan tunjangan kesehatan,
asuransi atau penyediaan dana pensiun
berdasarkan peraturan dari pemerintah.
Menurut Handoko (2001;56)
pemerintah mampu memberikan rasa
aman baik secara fisik maupun psikis
akan berdampak pada pelaku bisnis
yang akan memperluas dan
mengembangkan perusahaan, kondisi
ini akan diikuti meningkatnya
kebutuhan untuk menambah tenaga
kerja (SDM) yang harus diprediksi
pada perencanaan SDM yang tepat.
Faktor hukum berkaitan dengan
ketentuan kebijakan untuk memberikan
perlindungan bagi para pekerja untuk
mendapatkan hak dan kewajiban secara
proposional, posisi yang sama dan tidak
ada perbedaan disisi hukum
(Soeprihanto dan Sumarni, 2003;363).
Ketentuan hukum di Indonesia tertera
pada Hubungan Industrial Pancasila
yang realisasinya melalui pembuatan
undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan presiden dan keputusan
menteri dalam kaitannya bidang bisnis
yang tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila. Ketentuan hukum akan
berpengaruh terhadap prediksi
permintaan SDM didalam perencanaan
SDM, karena pengembangan eksistensi
perusahaan tergantung pada
kemampuan perusahaan mematuhinya.
PD. BPR Bank Gresik dalam
kondisi ini stabil dari faktor sosial,
politik maupun hukum, karena sudah
menjalankan sesuai dengan ketentuan
peraturan pemerintah dan PD. BPR
Bank Gresik merupakan satu-satunya
perusahaan perbankan milik
Pemerintah Daerah (PD) sehingga akan
meningkatkan kinerjanya sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen
(nasabah) serta mempengaruhi
peningkatan pelayanan baik dari sisi
nasabah maupun kesejahteraan
karyawan.
c. Faktor Ilmu dan Teknologi.
Ilmu dan Teknologi yang pesat
kemajuannya banyak ditemukan, para
ilmuan di lingkungan lembaga
Perguruan Tinggi dan penemuan baru
yang berhubungan lansung maupun
tidak langsung pada operasional usaha
diantaranya berupa peralatan kerja yang
canggih akan berpengaruh pada
kecepatan dan kualitas proses
operasional dalam bentuk teknologi
untuk mendesain produk, meningkatkan
efesiensi kerja, produktivitas dan
kualitas produk, termasuk juga
teknologi. Suatu perusahaan
memerlukan IT (Ilmu Teknologi)
sebagai faktor utama untuk
melaksanakan operasional perusahaan
dan memberikan pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan maupun keinginan
konsumen yang terus menerus
menuntut perbaikan kualitas
(Soeprihanto dan Sumarni, 2003;220).
Perusahaan harus secara cepat
melakukan adaptasi perubahan,
perkembangan dan kemajuan ilmu dan
teknologi. Menurut Kepala Bagian
Operasional, “PD. BPR Bank Gresik
selalu berupaya untuk mengidentifikasi
perubahan dan kecanggihan ilmu
teknologi melalui unit kerja EDP, hal
ini akan lebih bisa bersaing dengan
perusahaan perbankan lainnya”. Usaha
untuk mengadaptasi kecanggihan
teknologi tersebut berpengaruh
langsung pada prediksi permintaan
SDM terutama dari segi kualifikasinya
dalam membuat perencanaan SDM.
PD. BPR Bank Gresik setidaknya
sudah mengadaptasi kecanggihan
teknologi seperti yang dilakukan oleh
perusahaan lainnya, terbukti dengan
membentuk unit kerja EDP (Electronic
Department Processing) yang
mempunyai fungsi pokok mengawasi
dan bertanggung jawab atas pekerjaan
yang berkaitan dengan perangkat lunak
(software) dan perangkat keras
komputer serta peralatan elektronik
lain, penggunaan alat tersebut dapat
mendukung operasionalnya dalam
meningkatkan pelayanan yang sesuai
dengan harapan nasabah dan menuntut
untuk melakukan perbaikkan secara
terus menerus dari semua aspek.
d. Faktor Ketenagakerjaan
Faktor ini adalah kondisi tenaga kerja
(SDM) yang dimiliki perusahaan
97
sekarang dan prediksinya dimasa depan
yang berpengaruh pada permintaan
tenaga kerja baru.
Kondisi tersebut dapat diketahui
dari hasil audit SDM dan Sistem
Informasi SDM (SISDM) sebagai
bagian dari Sistem Informasi
manajemen (SIM) sebuah perusahaan.
Beberapa dari faktor ini adalah:
1) Jumlah, waktu dan kualifikasi
SDM yang pensiun harus
dimasukan dalam prediksi sebagai
pekerjaan/jabatan kosong yang
harus dicari penggantinya;
2) Prediksi jumlah dan kualifikasi
SDM yang akan berhenti/keluar
dan PHK sesuai dengan
Kesepakatan Kerja Bersama
(KKB) atau kontrak kerja, yang
harus diprediksi calon
penggantinya untuk mengisi
kekosongan pada waktu yang
tepat, baik yang bersumber internal
maupun eksternal; dan
3) Prediksi karyawan yang meniggal
dunia, perusahaan yang telah
memiliki jumlah SDM besar
seharunya memiliki Sistem
Informasi SDM yang akurat.
Prediksi ini dilakukan karena
kemungkinan terjadi diluar
kekuasaan manusia atau tidak
tergantung usia, mungkin saja
dialami oleh pekerja yang relatif
masih muda.
Handoko (2001;57) data masa lalu
tentang faktor ketersediaan karyawan
(pensiun, permohonan berhenti, PHK
dan kematian) dan trend
perkembangannya bisa berfungsi
sebagai pedoman perencanaan SDM
yang akurat. Prediksi jumlah dan
kualifikasi SDM yang akan
dipromosikan dan pindah internal
(rotasi), penting dilakukan karena
jabatan/pekerjaan yang ditinggalkannya
menjadi kosong dan perlu diisi baik
dari SDM internal maupun eksternal.
Pada tahun 2010 para karyawan juga
belum ada yang pensiun sehingga tidak
perlu penambahan karyawan yang
berkaitan dengan kekosongan jabatan
akibat pensiun, kegiatan operasional
PD. BPR Bank Gresik tidak mengalami
hambatan yang berarti terutama dalam
kaitannya dengan kebutuhan
ketersediaan karyawan.
Berdasarkan analisis data yang telah
diuraikan, hasil pengujian dengan metode
regresi dapat diketahui kondisi jumlah
karyawan di PD. BPR Bank Gresik pada tahun
2009 kurang efektif karena jumlah karyawan
yang dimiliki oleh PD. BPR Bank Gresik 14
orang karyawan, sementara dari perhitungan
seharusnya memiliki jumlah karyawan
sebanyak 16 orang karyawan sehingga ada
kekurangan dua karyawan.
Prediksi (perencanaan) karyawan pada
tahun 2010 hasil perhitungan teknik regresi
sebanyak 20 orang karyawan sedangkan jumlah
karyawan yang dimiliki PD. BPR Bank Gresik
sebanyak 14 karyawan sehingga ada
kekurangan jumlah karyawan sebanyak enam
orang karyawan. Kekurangan jumlah karyawan
tersebut, PD. BPR Bank Gresik dapat
melakukan penambahan karyawan melalui
rekrutmen dari eksternal perusahaan karena dari
internal belum tersedia dan masih ada
kekurangan/kekosongan posisi. Keputusan
penambahan karyawan dengan memperhatikan
sebab-sebab permintaan SDM dalam membuat
strategi pemenuhan jumlah karyawan yang
efektif, baik dari faktor internal, faktor eksternal