Top Banner
1 PERILAKU BRAND SWITCHING DALAM PEMBELIAN PRODUK HANDPHONE WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik Kampus GKB Jl. Sumatra 101 GKB 61121 Gresik e-mail: [email protected] ABSTRACT This study aimed to identify factors that influence consumers' brand switching behavior in the purchase of mobile products in the district Undergraduate Theses. This study uses samples of 100 respondents, the type of data used in the primary. Data collection techniques using questionnaires and multiple linear regression analysis tool. The results demonstrated that the factor of price, satisfaction and quality simultaneously and partially have influence over purchasing decisions. All three of these factors, the most dominant influence on purchase decisions is the price factor. Key words: Price, Customer Satisfaction and Quality. PENDAHULUAN Manusia dalam menjalani kehidupan mempunyai kebutuhan dan keinginan untuk dipenuhi, baik sifatnya biologis maupun psikologis. Kotler (2000) membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa makanan, air, tempat tinggal, keamanan, penghargaan, pengakuan serta rasa kepemilikan. Keinginan (wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik, dalam hal ini, manusia memiliki tingkatan yang berbeda terhadap produk dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan. Faktor kepuasan merupakan kunci untuk mempertahankan konsumen, agar membeli kembali produk dengan merk yang sama (loyal). Mowen (2002) mendefinisikan kepuasan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah memperoleh dan mengunakannya, untuk itu perusahaan dituntut mengerti apa yang sedang diinginkan oleh pasar. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini telah memunculkan suatu gejala, yaitu semakin banyak dan beragamnya produk yang ditawarkan oleh perusahaan pada industri yang sama. Produk yang ditawarkan dapat berupa barang, jasa atau barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier. Beragamnya produk yang ditawarkan oleh perusahaan merupakan suatu strategi persaingan bisnis. Krisis ekonomi yang sedang terjadi saat ini membuat persaingan suatu produk menjadi semakin ketat baik di pasar domestik maupun di pasar internasional, meskipun konsumen yang membeli selalu ada tetapi daya belinya semakin kecil. Konsumen menjadi semakin kritis untuk melakukan pembelian atas produk yang di butuhkan sa lah satunya handphone. Di sisi perkembangan bisnisnya, handphone akhir-akhir ini telah menunjukkan suatu gejala, yaitu semakin banyak dan beragamnya produk handphone yang ditawarkan oleh perusahaan dan pengembangan produk handphone yang semakin cepat. Pengembangan produk handphone yang semakin cepat tersebut terletak pada bentuk, ukuran dan fasilitasnya. Semakin lama bentuk handphone semakin menarik, ukurannya semakin kecil dan fasilitas kegunaannya semakin lengkap. Saat ini banyak merek handphone yang telah beredar di Indonesia, misalnya: Nokia, Blackberry, Samsung, Sony Ericson, Siemens, LG, Philip, Motorola, Panasonic, ZTE, Smart, Taxco, Esia, Nexsian dan tiap merek meluncurkan banyak model atau seri yang bervariasi. Strategi pengembangan produk tersebut merupakan tujuan pemasar untuk menciptakan perilaku variety seeking pada diri konsumen. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan yang terbaik bagi pelanggannya yaitu dengan memberikan kualitas yang lebih baik, produk
100

WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

Mar 07, 2019

Download

Documents

tranhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

1

PERILAKU BRAND SWITCHING DALAM PEMBELIAN PRODUK HANDPHONE

WIWIN ERNAWATI

RAHMAT AGUS SANTOSO

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik

Kampus GKB Jl. Sumatra 101 GKB 61121 Gresik

e-mail: [email protected]

ABSTRACT This study aimed to identify factors that influence consumers' brand switching behavior in the purchase of mobile products in the district Undergraduate Theses. This study uses samples of 100 respondents, the type of data used in the primary. Data collection techniques using questionnaires and multiple linear regression analysis tool. The results demonstrated that the factor of price, satisfaction and quality simultaneously and partially have influence over purchasing decisions. All three of these factors, the most dominant influence on purchase decisions is the price factor.

Key words: Price, Customer Satisfaction and Quality.

PENDAHULUAN

Manusia dalam menjalani kehidupan

mempunyai kebutuhan dan keinginan untuk

dipenuhi, baik sifatnya biologis maupun

psikologis. Kotler (2000) membedakan antara

kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar

manusia berupa makanan, air, tempat tinggal,

keamanan, penghargaan, pengakuan serta rasa

kepemilikan. Keinginan (wants) adalah hasrat

akan pemuas kebutuhan yang spesifik, dalam

hal ini, manusia memiliki tingkatan yang

berbeda terhadap produk dalam memuaskan

kebutuhan dan keinginan.

Faktor kepuasan merupakan kunci untuk

mempertahankan konsumen, agar membeli

kembali produk dengan merk yang sama

(loyal). Mowen (2002) mendefinisikan

kepuasan sebagai keseluruhan sikap yang

ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa

setelah memperoleh dan mengunakannya, untuk

itu perusahaan dituntut mengerti apa yang

sedang diinginkan oleh pasar.

Dalam perkembangan lingkungan bisnis

akhir-akhir ini telah memunculkan suatu gejala,

yaitu semakin banyak dan beragamnya produk

yang ditawarkan oleh perusahaan pada industri

yang sama. Produk yang ditawarkan dapat

berupa barang, jasa atau barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau

pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier.

Beragamnya produk yang ditawarkan oleh

perusahaan merupakan suatu strategi persaingan

bisnis.

Krisis ekonomi yang sedang terjadi saat ini

membuat persaingan suatu produk menjadi

semakin ketat baik di pasar domestik maupun di

pasar internasional, meskipun konsumen yang

membeli selalu ada tetapi daya belinya semakin

kecil. Konsumen menjadi semakin kritis untuk

melakukan pembelian atas produk yang di

butuhkan sa

lah satunya handphone.

Di sisi perkembangan bisnisnya,

handphone akhir-akhir ini telah menunjukkan

suatu gejala, yaitu semakin banyak dan

beragamnya produk handphone yang

ditawarkan oleh perusahaan dan pengembangan

produk handphone yang semakin cepat.

Pengembangan produk handphone yang

semakin cepat tersebut terletak pada bentuk,

ukuran dan fasilitasnya. Semakin lama bentuk

handphone semakin menarik, ukurannya

semakin kecil dan fasilitas kegunaannya

semakin lengkap. Saat ini banyak merek

handphone yang telah beredar di Indonesia,

misalnya: Nokia, Blackberry, Samsung, Sony

Ericson, Siemens, LG, Philip, Motorola,

Panasonic, ZTE, Smart, Taxco, Esia, Nexsian

dan tiap merek meluncurkan banyak model atau

seri yang bervariasi. Strategi pengembangan

produk tersebut merupakan tujuan pemasar

untuk menciptakan perilaku variety seeking

pada diri konsumen.

Untuk memenangkan persaingan,

perusahaan harus mampu memberikan yang

terbaik bagi pelanggannya yaitu dengan

memberikan kualitas yang lebih baik, produk

Page 2: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

2

yang lebih murah, dan pelayanan yang lebih

baik. Jika pelanggan kurang puas maka

kemungkinan pelanggan akan beralih ke merek

lain, hal tersebut menyebabkan turunnya angka

penjualan yang diikuti berkurangnya pangsa

pasar (market share) sehingga akan

menurunkan laba yang dapat menimbulkan

kerugian bagi perusahaan itu sendiri.

Banyak perusahaan yang telah

membuktikan bahwa oleh kuatnya strategi

pengembangan produk yang dilakukan

merupakan tujuan pemasar untuk menciptakan

perilaku mencari keragaman (variety seeking)

pada konsumen merek lain. Variety Seeking

adalah perilaku dari konsumen yang berusaha

untuk mencari keberagaman merek di luar

kebiasaannya karena tingkat keterlibatan

beberapa produk rendah.

Perilaku variety seeking menurut Kahn,

Kalnawi, dan Morrison (1999,46) disebut juga

sebagai kecenderungan individu-individu untuk

mencari keberagaman dalam memilih jasa

untuk mencari keberagaman dalam memilih

jasa atau barang pada suatu waktu yang timbul

karena beberapa alasan yang berbeda. Perilaku

semacam ini sering terjadi pada beberapa

produk dimana tingkat keterlibatan produk itu

rendah (low involvement). Tingkat keterlibatan

produk dikatakan rendah, apabila dalam proses

pembuatan keputusan konsumen tidak

melibatkan banyak faktor dan informasi yang

harus ikut dipertimbangkan. Perilaku variety

seeking ini cenderung akan terjadi pada

pembelian sebuah produk yang menimbulkan

risiko minimal yang akan ditanggung konsumen

dan pada waktu konsumen kurang memiliki

komitmen terhadap merek tertentu (Assael,

1999) perilaku variety seeking ini akan

menimbulkan perilaku brand switching

konsumen.

Perilaku brand switching yang timbul

akibat adanya perilaku variety seeking perlu

mendapat perhatian pemasar. Perilaku ini tidak

hanya cenderung terjadi pada produk yang

memerlukan tingkat keterlibatan yang rendah

(low involvement), akan tetapi terjadi juga pada

produk dengan tingkat keterlibatan tinggi (high

involuement). Tingkat keterlibatan produk

dikatakan tinggi, apabila konsumen melibatkan

banyak faktor pertimbangan dan informasi yang

harus diperoleh sebelum mengambil keputusan

untuk membeli.Adapun faktor yang termasuk

dalam pertimbangan tersebut adalah risiko,

yaitu risiko performance, fisik, keuangan dan

waktu. Biasanya tingkat keterlibatan yang

tinggi (high involvement) terjadi pada

pembelian produk-produk otomotif dan

elektronik (sambandam, dalam Wulan dan

Alimuddin, 2004).

Telepon genggam (handphone) atau

telepon selular saat ini sudah menjadi bagian

dari gaya hidup masyarakat dimana

kepemilikannya tidak hanya didasarkan pada

fungsi utama handphone sebagai alat

komunikasi, tetapi Fitur tambahan serta desain

produk juga menjadi dasar pertimbangan dalam

memutuskan memilih jenis atau merek produk.

Masyarakat beranggapan bahwa handphone

yang dimiliknya menggambarkan status sosial

pemiliknya. Memiliki handphone yang baru dan

mahal menunjukkan status ekonomi yang

mapan dan trend. Ada konsumen yang

menganggap bahwa handphone adalah

merupakan alat komunikasi, maka bentuk, fitur

serta teknologi yang melengkapinya tidaklah

begitu penting, masyarakat yang menggunakan

handphone tipe lama sepanjang fungsinya

sebagai alat komunikasi tetap berfungsi.

Handphone merupakan simbol kehidupan

sehari-hari dan hampir semua orang memiliki

serta menggunakannya. Handphone bukan

hanya milik orang dewasa, akan tetapi juga

dimiliki oleh anak-anak muda dari siswa

sekolah dasar, sekolah menengah sampai

perguruan tinggi dan orang tua. Handphone

telah merambah melintasi perbedaan strata

sosial dan status ekonomi, seiring dengan

semakin murahnya harga handphone serta

tersedianya produk-produk second hand

(barang bekas pakai) hampir tersedia di semua

counter penjualan, juga adanya upaya dari

beberapa provider handphone untuk melayani

segmen pasar tertentu dengan harga yang dapat

terjangkau.

Mengingat banyaknya pilihan merek dan

tipe handphone yang ditawarkan dipasaran,

serta seiring dengan perubahan selera

konsumen maka tidak jarang dalam kurun

waktu singkat seorang pengguna berganti

merek atau tipe handphone dari suatu merek ke

merek lainnya. Hal semacam itu menunjukkan

bahwa produk handphone sangat rentan dengan

perilaku variety seeking.

Beberapa faktor yang mempengaruhi

pelanggan untuk loyal atau berpindah merek.

Pertama adalah harga, karena harga merupakan

Page 3: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

3

nilai produk yang harus dibayarkan oleh

konsumen. Sebagai contoh, harga yang

ditawarkan suatu merek yang terlalu mahal

sementara karakteristik yang ditawarkan sama

dengan merek saingannya, hal semacam itu

juga dapat menyebabkan perpindahan merek.

Faktor yang kedua adalah ketidakpuasan,

Ketidakpuasan atas produk dan merek sebagai

hasil dari dua variabel kognitif antara lain

harapan para pembelian dan ketidakcocokan.

Terakhir adalah Kualitas produk, dimana

kualitas mencerminkan kemampuan produk

untuk menjalankan sesuai dengan fungsinya.

apabila terdapat produk atau merek tertentu

yang kualitasnya buruk atau kurang baik, maka

konsumen akan enggan untuk menggunakannya

dan memungkinkan untuk beralih pada produk

atau merek yang lain.

Berdasarkan latar belakang masalah yang

ada maka dapat dirumuskan permasalahan,

yaitu apakah harga, kepuasan, dan kualitas

berpengaruh secara parsial dan simultan

terhadap perilaku Brand Switching pembelian

Handphone? Tujuan Penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh harga, kepuasan, dan

kualitas secara parsial dan simultan terhadap

perilaku Brand Switching pembelian

Handphone.

Menurut (Tjiptono, 1999) harga juga dapat

menentukan keputusan pembelian apabila harga

yang ditetapkan harus sesuai dengan apa yang

didapatkan oleh konsumen, dengan kata lain

apa yang dibayar sesuai dengan apa yang

didapat. Randall,Ulrich dan Rebsetain

(2000;22) mengatakan “When evaluating a

product, consumers brand”. Berdasarkan

pendapat tersebut, ketika berbagai alternatif

telah diperoleh konsumen melakukan evaluasi

alternatif. Evaluasi alternatif tersebut, dalam

keberadaanya ditentukan oleh keterlibatan

konsumen dengan produk yang akan dibelinya.

Setelah konsumen mempunyai evaluasi

alternatif maka konsumen membuat keputusan

untuk membeli, dan penilaian keputusan

menyebabkan konsumen membentuk pilihan

merek diantara beberapa merek yang tersedia.

Proses keputusan pembelian konsumen akan

terjadi jika konsumen melihat kualitas produk

yang diberikan memenuhi keinginan atau

harapan konsumen, dan untuk mengetahui

apakah kualitas produk tersebut bagus, dilihat

dari fiture, reabilty, perfomence, maka

konsumen akan membuat keputusan untuk

membeli. Berdasarkan hal ini, maka hipotesinya

adalah ada pengaruh harga, kepuasan, kualitas

secara parsial dan simultan terhadap perilaku

Brand Switching pembelian Handphone.

METODE

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam

menyusun penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan merumuskan hipotesis yang

selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis,

pengukuran data dan membuat prediksi serta

mendapatkan makna dan implikasi dari suatu

masalah yang ingin dipecahkan. Metode yang

digunakan adalah metode assosiatif kausal. Jadi

disini ada variabel independent (variabel yang

mempengaruhi) dan dependent (dipengaruhi).

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kebomas

Gresik.

Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah Masyarakat Kecamatan

Kebomas Gresik yang pernah melakukan Brand

switching. Dalam penentuan sampel yang

dipergunakan adalah non probability sampling

yaitu metode penarikan sampel tanpa

mengetahui peluang dari tiap responden yang

akan disurvei. Teknik sampling yang digunakan

adalah purposive sampling dan accidental

sampling. Purposive sampling dilakukan

dengan mengambil orang-orang yang terpilih

menururt ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh

sampel itu, serta dipilih secara cermat hingga

relevan dengan desain penelitian (Nasution,

2006;1998) Accidental sampling adalah teknik

penentu sampel berdasarkan kebetulan, yaitu

siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai

sampel, bila dipandang cocok sebagai sumber

data (Sugiyono, 2006;77). Menurut Roscoe

dalam Sugiono (2002:27) ukuran sampel yang

layak digunakan antara 30 sampai 100

responden, Menurut Aaker dalam Prayoga

(2006;45) yang menyatakan “that the sample be

large enough so that when it divided into group

will have minimum sample size of 100 or

more”. Jadi jumlah sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah 100 orang responden.

Variabel adalah karakter atau sifat dari

objek kajian yang relevan dengan permasalahan

penelitian (Solimun, 2002;3). Independent

adalah suatu variabel yang menjadi pusat

perhatian peneliti yang variabilitas /

keragamanya merupakan suatu kondisi yang

ingin diselediki. Variabel independen yang

Page 4: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

4

digunakan dalam penelitian ini; harga,

kepuasan, dan kualitas. Dependent adalah suatu

variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti

yang variabilitas / keragamanya ditentukan atau

dipengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini

yang menjadi variabel terikat adalah keputusan

pembelian adalah proses tahap demi tahap yang

dilakukan konsumen ketika membeli barang

dan jasa.

Harga adalah sejumlah uang yang harus

dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan

suatu produk handphone. Indikator pertama,

potongan harga merupakan pengurangan harga

jual bagi pembeli yang telah membeli dalam

jumlah besar. Kedua, harga handphone

merupakan harga produk yang diperjualbelikan

oleh perusahaan. Kepuasan adalah perasaan

senang atau kecewa yang berasal dari

perbandingan antara kesannya atau hasil kinerja

suatu produk dan harapan-harapannya.

Indikator pertama, keamanan pelayanan,

terjadinya tingkat keamanan lingkungan.

Kedua, kinerja, persepsi pelanggan terhadap

apa yang konsumen terima setelah

mengkonsumsi produk yang dibeli. Ketiga,

harapan, perkiraan atau keyakinan pelanggan

tentang apa yang akan diterimanya apabila

membeli atau mengkonsumsi suatu produk.

Kualitas adalah tingkat mutu yang diharapkan,

dan pengendalian keragaman dalam mencapai

mutu tersebut untuk memenuhi kebutuhan

konsumen. Indikator pertama, fitur

(keistimewaan tambahan) merupakan panggilan

dan tanda sebagai karakteristik utama

panggilan. Kedua, estetika merupakan

bagaimana produk dilihat, dirasakan, dan

didengar. Ketiga, daya tahan, merupakan umur

produk. Keputusan pembelian adalah proses

tahap demi tahap yang dilakukan konsumen

ketika membeli barang dan jasa. Indikator

pertama, pembelian handphone dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Kedua, pilihan tepat. Ketiga, pembelian

handphone dapat merasakan kepuasan.

Jenis data yang digunakan adalah data

primer, yaitu data yang diperoleh secara

langsung dari responden dengan cara pengisian

kuisioner yang disesuaikan dengan karakteristik

sampel yang ada. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah metode kuisioner, yaitu

dengan cara mengajukan angket kepada

responden yang berisikan daftar pertanyaan

metode ini digunakan untuk mendapatkan data

mengenai Brand Switching konsumen dalam

pembelian Handphone.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden menyatakan setuju bahwa potongan

harga mempengaruhi untuk melakukan

keputusan pembelian, dan sangat setuju bahwa

harga handphone mempengaruhi untuk

keputusan pembelian. Jadi berdasarkan variabel

harga, responden menyatakan setuju bahwa

sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh

konsumen untuk mendapat Handphone

berpengaruh dalam keputusan pembelian.

Responden menyatakan setuju bahwa

keamanan pelayanan membuat untuk

melakukan keputusan pembelian, dan

responden menyatakan setuju bahwa kinerja

membuat untuk melakukan keputusan

pembelian, serta sangat setuju bahwa harapan

produk membuat untuk melakukan keputusan

pembelian. Jadi berdasarkan variabel kepuasan,

responden menyatakan setuju bahwa perasaan

yang berasal dari perbandingan antara kesannya

atau hasil kinerja.

Responden menyatakan sangat setuju fitur

pada produk handphone untuk melakukan

keputusan pembelian, dan setuju bahwa nilai

estetika dapat mempengaruhi keputusan

pembelian, serta sangat setuju bahwa daya

tahan mempengaruhi keputusan pembelian. Jadi

berdasarkan variabel kualitas, responden

menyatakan setuju bahwa tingkat mutu yang

diharapkan, dan pengendalian keragaman dalam

mencapai mutu berpengaruh dalam keputusan

pembelian handphone suatu produk dan

harapan-harapanya berpengaruh dalam

keputusan pembelian.

Responden menyatakan setuju bahwa

pembelian handphone dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen, dan setuju

bahwa pembelian handphone merupakan suatu

pilihan yang tepat, serta setuju bahwa

pembelian handphone dapat merasakan

kepuasan. Jadi berdasarkan variabel keputusan

pembelian, responden menyatakan setuju

bahwa proses tahap demi tahap yang dilakukan

konsumen untuk membeli barang dan jasa.

Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan instrumen. Dalam pengujian ini

digunakan analisis korelasi product moment.

Untuk pengukuran validitas dilakukan dengan

mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan

Page 5: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

5

dengan total skor variabel, uji signifikansi atau

validitas dilakukan dengan membandingkan

nilai rhitung dengan rtabel dengan rumus korelasi

product moment (Santoso, 2005;280). Uji

signifikansi dilakukan dengan membandingkan

nilai rhasil > rtabel, maka butir pertanyaan tersebut

dikatakan valid (Ghozali, 2002;42). Tabel r

untuk df = N - 2 = 98 tingkat signifikansi 5%

didapat angka 0,195.

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen

variabel harga menunjukkan rhasil > rtabel, maka

seluruh butir pertanyaan dari variabel harga

terbukti valid.

Tabel 1. Hasil Uji Validitas Variabel Harga Pertanyaan rhasil Sig

n

Keterang

an

X1.1 0,911 0,00

0

Valid

X1.2 0,884 0,00

0

Valid

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Pertanyaan rhasil Sig

n

Keterang

an

X2.1 0,850 0,00

0

Valid

X2.2 0,732 0,00

0

Valid

X2.3 0,737 0,00

0

Valid

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen

variabel kepuasan menunjukkan rhasil > rtabel,

maka seluruh butir pertanyaan dari variabel

kepuasan terbukti valid.

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pertanyaan rhasil Sig

n

Keteranga

n

X3.1 0,78

3

0,00

0

Valid

X3.2 0,71

6

0,00

0

Valid

X3.3 0,85

9

0,00

0

Valid

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen

variabel kualitas menunjukkan rhasil > rtabel,

maka seluruh butir pertanyaan dari variabel

kualitas terbukti valid.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel

Keputusan Pembelian Pertanyaan rhasil Sig

n

Keteranga

n

Y.1 0,73

7

0,00

0

Valid

Y.2 0,85

5

0,00

0

Valid

Y.3 0,83

2

0,00

0

Valid

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen

variabel keputusan pembelian menunjukkan

rhasil > rtabel, maka seluruh butir pertanyaan dari

variabel keputusan pembelian terbukti valid.

Reliabilitas adalah ukuran yang

menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam

mengukur gejala yang sama di lain kesempatan

(Santoso dan Ashari, 2005:251). Dalam

penelitian ini teknik yang digunakan untuk

mengukur konsistensi internal adalah koefisien

alfa atau crobanch’s alpha. Fungsi dari

crobanch’s alpha untuk mengukur tingkat

reabilitas konsistensi internal diantara butir-

butir pertanyaan dalam suatu instrument untuk

mengukur construct tertentu (Indrianto dan

Supomo, 1999:181). Suatu variabel dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu. Dalam uji reliabilitas ini

suatu butir atau variabel dikatakan valid jika

ralpha > rtabel (Santoso, 2001;280).

Tabel r untuk df = N – 2 = 98 tingkat

signifikansi 5% didapat angka 0,195. Rumus

(Santoso, 2005;280):

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Item Alp

ha

Keterang

an

Harga 0,75

6

Reliabel

Kepuasan 0,66

4

Reliabel

Kualitas 0,69

3

Reliabel

Page 6: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

6

Keputusan

Pembelian

0,73

6

Reliabel

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel

bebas dan variabel terikat mempunyai nilai ralpha

positif dan lebih besar dari rtabel, maka item-item

pernyataan seluruhnya dianggap reliabel atau

handal.

Persamaan regresi yang diperoleh dari

analisis data harus menghasilkan estimator

linear tidak terbatas atau bersifat BLUE (Best

Linear Unbias Estimator) sehingga dalam

pengambilan keputusan penentuan hipotesis

dalam uji t dan uji F tidak terjadi bias. Untuk

menghasilkan keputusan yang BLUE maka

harus dipenuhi beberapa asumsi. Pertama,

Autokorelasi. Autokorelasi artinya terdapat

pengaruh dari variabel dalam model melalui

tenggang waktu. Hal ini berarti bahwa nilai

variabel saat ini akan berpengaruh terhadap

nilai variabel lain pada masa yang akan datang.

Jika dalam suatu model regresi terdapat

autokorelasi maka akan menyebabkan varians

sampel tidak dapat menggambarkan varians

populasinya dan model regresi yang dihasilkan

tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai

variabel independen tertentu. Untuk

mendiagnosis ada atau tidaknya autokorelasi

dalam suatu model regresi dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengujian terhadap

nilai Uji Durbin-Watson (Uji DW). tabel DW

untuk K = 3 tingkat signifikansi 5% didapat

angka dl = 1,61 dan du = 1,74. Pengambilan

keputusan ada tidaknya autokorelasi sebagai

berikut:

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas

(du) dan (4-du), maka koefisien

autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak

ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas

bawah (dl), maka koefisien autokorelasi

lebih besar dari pada nol, berarti ada

autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl),

maka koefisien autokorelasi lebih kecil

dari pada nol, berarti ada autokorelasi

negatif.

4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas

(du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak

antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya

tidak dapat disimpulkan.

Dari tabel Durbin Watson diketahui jumlah

variabel bebas K = 3 sedangkan jumlah

pengamatan 100 maka diperoleh dl=1,61 dan

du=1,74. Nilai Hasil Durbin Watson 1,792,

maka tidak ada autokorelasi.

Gambar 1. Kuva Durbin Watson

Kedua,Multikolinearitas artinya variabel

independen yang satu dengan independen yang

lain dalam model regresi saling berhubungan

secara sempurna atau mendekati sempurna.

Apabila pada model regresi terdapat

multikolinearitas maka akan menyebabkan

kesalahan estimasi akan cenderung meningkat

dengan bertambahnya variabel independen,

tingkat signifikasi yang digunakan untuk

menolak hipotesis nol akan semakin besar dan

probabilitas menerima hipotesis yang salah juga

semakin besar, hal ini akan mengakibatkan

model regresi yang diperoleh tidak valid untuk

menaksir nilai variabel independen. Model

regresi yang baik seharusnya tidak mengandung

korelasi diantara variabel independen. Untuk

mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai tolerance value dan value

inflation (VIF).

Apabila nilai tolerance value < 0,10 dan

VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas. Jika

nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka

tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 6. Koefisien tolerance value dan VIF

Masing-masing Variabel Variabe

l Bebas

Tolera

nce Value

VI

F

Keterangan

Harga 0,460 2,

172

Nonmultikolinier

itas

Kepuas

an

0,553 1,

810

Nonmultikolinier

itas

Kualitas 0,543 1,

840

Nonmultikolinier

itas

Dari hasil pengelolahan data diperoleh

nilai tolerance value dan VIF dari variabel

bebas adalah lebih besar 0,10 dan lebih kecil

dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model

Page 7: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

7

regresi tidak memiliki masalah

multikolinieritas.

Ketiga, Heteroskedastisitas. Penyimpangan

asumsi model klasik yang lain adalah adanya

heteroskedastisitas. Artinya, varians variabel

dalam model tidak sama (konstan). Hal ini bisa

diidentifikasi dengan cara melakukan Uji

Glesjer, yaitu dengan meregresikan nilai absolut

residual terhadap seluruh variabel bebas

mempunyai nilai thitung yang tidak signifikan

maka dapat dikatakan bahwa model dalam

penelitian lolos dari adanya heteroskedastisitas

atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 7. Hasil Uji Glesjer Variabel Bebas thitun

g

Taraf

Signifikan

Harga 0,17

8

0,859

Kepuasan -

0,538

0,592

Kualitas 0,55

9

0,578

Diperoleh thitung semua variabel bebas

terhadap nilai absolut residual tidak signifikan

maka berarti tidak terjadi heterokedastisitas.

Tabel 8. Uji Regresi Linier Berganda Model Unstd coff Std

Coe

f

T Si

g

B Std.

Error

Bet

a

(Cons

tant)

-

0,438

0,40

8

-

1,072

0,

286

Harga 0,35

2

0,10

0

0,35

0

3,52

4

0,

001

Kepua

san

0,30

8

0,11

3

0,24

7

2,72

6

0,

008

Kualit

as

0,35

5

0,12

0

0,27

0

2,95

0

0,

004

Berdasarkan Tabel 8., maka persamaan

regresi: Y = -0,438 + 0,352X1 + 0,308X2 +

0,355X3

Nilai R square sebesar 0,564, artinya variasi

dalam variabel-variabel bebas mampu

menjelaskan keputusan pembelian (Y) sebesar

56,4%. Nilai Adjusted R square menunjukkan

nilai 0,551 atau 55,1%, ini artinya bahwa

variabel-variabel bebas dalam penelitian ini

harga (X1), kepuasan (X2) dan kualitas (X3),

mampu menjelaskan sebesar 55,1% variasi

perubahan keputusan pembelian (Y), sedangkan

sisanya sebesar 44,9% dijelaskan oleh faktor

lain yang tidak terdapat dalam model. Korelasi

antara variabel-variabel bebas dengan variabel

terikat sebesar 75,1% (R = 0,751), ini

menunjukkan korelasi tersebut berada pada

tahap kuat.

Untuk menguji suatu hipotesis, maka

dilakukan uji statistik. Pertama, Uji t. Uji ini

digunakan untuk menguji pengaruh variabel

bebas (independen) terhadap variabel terikat

(dependen) secara parsial.

Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : β1 = 0

Maka tidak ada pengaruh yang antara variabel

X (bebas) dan variabel Y (terikat) secara parsial

Ha : β1 ≠ 0

Maka ada pengaruh signifikan antara variabel X

(bebas) dan variabel Y (terikat) secara parsial

)(biSe

bihitungt

Tingkat signifikansi /2 = 0,05/2 = 0,025 dengan

df = n - k = 97.

Jika thitung ≥ ttabel (1,9847), maka Ho ditolak dan

Ha diterima, yang artinya ada pengaruh antara

variabel X (bebas) dan variabel Y (terikat).

Jika thitung < ttabel (1,9847), maka Ho

diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak ada

pengaruh antara variabel X (bebas) dan variabel

Y (terikat).

Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung

harga (3,524) > ttabel (1,9847) maka H0 ditolak

pada tingkat signifikansi 5% sehingga dapat

diambil kesimpulan bahwa variabel harga (X1)

berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian (Y) handphone. Berdasarkan

perhitungan diperoleh thitung kepuasan (2,726) > ttabel

(1,9847) maka H0 ditolak pada tingkat

signifikansi 5% sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa variabel kepuasan (X2)

berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian (Y) handphone. Berdasarkan

perhitungan diperoleh thitung kualitas (2,950) > ttabel

(1,9847) maka H0 ditolak pada tingkat

signifikansi 5% sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa variabel kualitas (X3)

berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian (Y) handphone.

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh

variabel-variabel bebas (independen) terhadap

variabel terikat (dependen) secara bersama-

sama.

Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : β1 = 0

Page 8: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

8

Maka tidak hanya ada pengaruh yang

signifikan antara variabel X (bebas) dan

variabel Y (terikat) secara bersama-sama

Ha : β1 ≠ 0

Maka ada pengaruh yang signifikan antara

variabel X (bebas) dan variabel Y (terikat)

secara bersama-sama.

Rumus (Sugiyono, 2008;192):

)1/()1(

)/(2

knR

kRhitungF

Keterangan:

R = Koefisien regresi

k = Jumlah variabel independen

n = jumlah anggota sampel

Tingkat signifikansi (5%) = 0,05 dengan df

= n – k - 1 = 96.

Jika Fhitung ≥ Ftabel (2,7), maka Ho ditolak

dan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh

antara variabel X (bebas) dengan variabel Y

(terikat). Jika Fhitung < Ftabel (2,7), maka Ho

diterima dan Ha ditolak, yang artinya tidak ada

pengaruh antara variabel X (bebas) dengan

variabel Y (terikat).

Berdasarkan perhitungan Fhitung 41,468

dengan taraf signifikansi 0,000, maka H0

ditolak dan H1 diterima, hal ini karena Fhitung

41,468 > Ftabel 2,7 dan nilai signifikansi F yang

lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Harga (X1),

kepuasan (X2) dan kualitas (X3) secara

simultan berpengaruh terhadap keputusan

pembelian (Y) handphone.

Pembuktian hipotesis regresi secara parsial

(uji t) ditunjukkan untuk mengetahui pengaruh

masing-masing variabel bebas yang terdiri dari

harga, kepuasan, dan kualitas secara parsial

terhadap variabel terikat yaitu keputusan

pembelian handphone. Harga mempunyai

pengaruh secara parsial terhadap keputusan

pembelian handphone di Kecamatan kebomas

Gresik. Hasil dari pengaruh harga terhadap

keputusan pembelian handphone terjadi apabila

harga yang ditetapkan harus sesuai dengan apa

yang didapatkan oleh konsumen, dengan kata

lain apa yang dibayar sesuai dengan apa yang

didapat (Tjiptono 1999).

Kepuasan mempunyai pengaruh secara

parsial terhadap keputusan pembelian

handphone di kecamatan Kebomas Gresik.

Kepuasan merupakan perasaan senang atau

kecewa yang berasal dari perbandingan antara

kesannya atau hasil kerja suatu produk dan

harapan-harapannya. Menurut Randall, Ulrich

dan Rebsetain (2000;22), Mengatakan“When

evaluating a product, consumers brand”.

Berdasarkan pendapat tersebut, ketika berbagai

alternatif telah diperoleh konsumen melakukan

evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif tersebut,

dalam keberadaanya ditentukan oleh

keterlibatan konsumen dengan produk yang

akan dibelinya. Setelah konsumen mempunyai

evaluasi alternatif maka konsumen membuat

keputusan untuk membeli, dan penilaian

keputusan menyebabkan konsumen membentuk

pilihan merek diantara beberapa merek yang

tersedia.

Kualitas mempunyai pengaruh secara

parsial terhadap keputusan pembelian

handphone di kecamatan Kebomas Gresik.

Tjiptono (1999;45) mengatakan proses

keputusan pembelian konsumen akan terjadi

jika konsumen melihat kualitas produk yang

diberikan memenuhi keinginan atau harapan

konsumen, dan untuk mengetahui apakah

kualitas produk tersebut bagus, dilihat dari

fiture, reabilty, perfomence, maka konsumen

akan membuat keputusan untuk membeli.

Hasil uji hipotesis melalui uji F

menyatakan bahwa variabel harga, kepuasan,

dan kualitas secara simultan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap keputusan pembelian

handphone di kecamatan Kebomas Gresik.

Menurut Husein Umar, (2002:37) mengatakan

harga, kualitas, kepuasan merupakan hal yang

paling berpengaruh karena harga akan menjadi

salah satu pilihan konsumen untuk mengunakan

produk tersebut produk dengan harga yang

lebih murah, fasilitas yang mudah didapatkan

dan murah akan lebih diminati masyarakat,

sedangkan kualitas produk akan memberikan

kepuasan dan kenyamanan bagi konsumen.

SIMPULAN

Untuk meningkatkan volume penjualan pada

perusahaan Handphone maka hendaknya

perusahaan lebih memperhatikan faktor harga,

kepuasan, kualitas. Hal ini mengingat ketiga

variabel tersebut merupakan yang paling

mendasar dalam menentukan keputusan

pembelian.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, 1999, Manajemen Pemasaran dan Jasa,

Penerbit ALFABETA, Bandung.

Assael, 2000, Consumer Behaviour, Seventh

Edition, Cincinati: Sourth Westarn

Collage Publising.

Page 9: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

9

Charles, 2000, Strategi Pemasaran, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Dharmmesta, 2000, Strategi Pemasaran,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ganes, 2000, Strategi Pemasaran, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2002, Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program SPSS,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro..

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, 2002,

Metodologi Penelitian Bisnis: Akuntansi

dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta.

Kotler, Philip, 2000, Manajemen Pemasaran

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Khan,Kalnawi, dan Morrison, 1999,

Manajemen Pemasaran dan Jasa, Penerbit

ALFABETA, Bandung.

Khotijah, 2004, Manajemen Pemasaran

Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas

Indonesia.

Mowen, 2002, Perilaku Konsumen, jilid 1 dan 2

Edisi 5, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Randall, 2000, Perilaku Konsumen, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2005, Mengatasi Berbagai

Masalah Dengan SPSS, Cetakan Ke

Tiga, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sugiyono, 2008, Metodologi Penelitian Bisnis,

Alfabeta, Bandung.

Page 10: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

10

PERAN PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI MODERATING VARIABEL DARI PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

SUWANDI

ZULIA

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik

Kampus GKB Jl. Sumatra 101 GKB 61121 Gresik

e-mail: [email protected]

ABSTRACT This study aims to examine the role of corporate governance practices as a moderating variable of the effect of earnings management on firm value. Research carried out by testing the effect of earnings management as an independent variable, the value of the company as the dependent variable, and corporate governance (institutional ownership, the audit committee, independent commissioner) as a moderating variable. The sample used in this study amounted to 30 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the years 2006-2009 so we get 120 samples. This sample was selected using a purposive sampling method. Firm value is measured using (Market / book-M / B) and as many as two hypotheses tested in this study using multiple regression analysis models and descriptive statistics. The results show that corporate governance mechanisms are exemplified by institutional ownership, independent audit committee and the commissioner had no effect on earnings management. Institutional ownership, independent commissioner has no effect on firm value. Meanwhile, the audit committee significant positive effect on firm value.

Key words: institutional ownership, the audit committee, independent commissioners, Earnings

management and corporate value.

PENDAHULUAN

Masalah corporate governance dapat ditelusuri

dari pengembangan egency theory yang

menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang

terlibat dalam perusahaan (manager, pemilik

perusahaan dan kreditor) akan berprilaku,

karena mereka pada dasarnya mempunyai

kepentingan yang berbeda. Masalah corporate

governance terjadi karena pemisahan

kepentingan antara kepemilikan dan

pengendalian perusahaan (Tumirin, 2007).

Menurut Organisation for Economic Co-

Operation and Development (OECD) corporate

governance merupakan interaksi antara pemilik

dan manager dalam pengawasan dan

pengarahan perusahaan. Good governance

secara tradisional menunjukkan apakah sistem

dan prosedur menjamin secara baik bahwa

manager bertanggungjawab terhadap aset yang

mereka percayakan. Prinsip-prinsip dari good

corporate adalah: pemenuhan hak pemegang

saham, perlakuan yang adil terhadap pemegang

saham, peran stakeholders, penjelasan dan

transparansi, dan pertanggungjawaban lembaga.

(OECD, 1992) dalam (Tumirin, 2007).

Salah satu cara yang dilakukan manajemen

dalam proses penyusunan laporan keuangan

yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang

ditampilkan adalah earnings management yang

diharapkan dapat meningkatkan nilai

perusahaan pada saat tertentu. Tujuan earning

management adalah meningkatkan

kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam

jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba

kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat

diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan

(Fischer, dkk.,1995).

Earnings management dapat menimbulkan

masalah-masalah keagenan (agency cost) yang

dipicu dari adanya pemisahan peran atau

perbedaan kepentingan antara pemegang saham

(principal) dengan pengelola atau manajemen

perusahaan (agent). Manajemen selaku

pengelola perusahaan memiliki informasi

tentang perusahaan lebih banyak dan lebih

dahulu daripada pemegang saham sehingga

terjadi asimetri informasi yang memungkinkan

manajemen melakukan praktek akuntansi

dengan orientasi pada laba untuk mencapai

suatu kinerja tertentu. Konflik keagenan yang

Page 11: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

11

mengakibatkan adanya oportunistik manajemen

yang akan mengakibatkan laba yang dilaporkan

semu, sehingga akan menyebabkan nilai

perusahaan berkurang dimasa yang akan datang

(Herawati, 2008).

Teori agensi memberikan pandangan

bahwa masalah earnings management dapat

diminimumkan dengan pengawasan sendiri

melalui good corporate governance.

Mekanisme corporate governance yang dipakai

dalam penelitian ini mengenai corporate

governance yang bertujuan untuk mengurangi

konflik keagenan, yaitu komite audit, komisaris

independen, kepemilikan institusional

(Herawati, 2008).

Praktek earnings management oleh

manajemen dapat diminimumkan melalui

mekanisme monitoring untuk menyelaraskan

(alignment) perbedaan kepentingan pemilik dan

manajemen antara lain dengan: (1)

memperbesar kepemilikan saham perusahaan

oleh manajemen (manajerial ownership)

(Jensen Meckling, 1976); (2) Kepemilikan

saham oleh institusional karena mereka

dianggap sebagai sophisticated investor dengan

jumlah kepemilikan yang cukup signifikan

dapat memonitor manajemen yang berdampak

mengurangi motivasi manajer untuk melakukan

earnings manajement. (Pratama dan Mas‟ud,

2003); (3) Peran monitoring yang dilakukan

dewan komisaris independen (Barnhart &

Rosenstein, 1998); (4) Kualitas audit yang

dilihat dari peran auditor yang memiliki

kompetensi yang memadai dan bersikap

independen sehingga menjadi pihak yang dapat

memberikan kepastian terhadap integritas

angka-angka akuntansi yang dilaporkan

manajemen (Mayangsari, 2003).

Hubungan praktek corporate governance

memiliki hubungan yang signifikan terhadap

earnings management. Seperti, penelitian yang

dilakukan Herawati 2008, Sialagan dan

machfoedz, 2006 sedangkan menurut Boediono,

2005 tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara praktek corporate governance terhadap

nilai perusahaan.

Konflik keagenan yang mengakibatkan

adanya sifat opportunistic manajemen akan

mengakibatkan rendahnya kualitas laba.

Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat

kesalahan pembuatan keputusan kepada para

pemakainya seperti para investor dan kreditor,

sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Dari

uraian latar belakang maka peneliti ingin

mengambil judul “ Peran Praktek Corporate

Governance sebagai Moderating Variabel dari

Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai

Perusahaan”.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis

pertama yang akan diuji dalam penelitian ini

adalah:

H1:Earnings Management berpengaruh

terhadap Nilai Perusahaan.

H2:Praktek Corporate Governance

memperkuat pengaruh Earning

Manajement terhadap Nilai perusahaan.

METODE

Earnings management merupakan salah satu

intervensi dengan maksud tertentu terhadap

proses pelaporan keuangan eksternal dengan

sengaja untuk memperoleh beberapa

keuntungan pribadi (Schipper, 1989).

Penggunaan discretionary accrual sebagai

proksi manajemen laba dihitung dengan

menggunakan Modified jones Model (Dechow,

1995).

TAit = NIit – CFO it

TAit : Total akrual perusahaan i pada tahun t

NIit : Laba bersih ( Net income ) Perusahaan

i pada tahun t

CFOit : Kas dari operasi (cash flow from

operation) perusahaan i pada tahun t

Total akrual sebuah perusahaan adalah

penjumlahan dari discretionary accruals & non

discretionary accruals.

TAit = NDAit + DAit

NDAit : Non discretionary accruals

perusahaan i pada tahun t

DAit : Discretionary accruals perusahaan i

pada tahun t

Selanjutnya digunakan modifikasi model

Jones untuk memisahkan discretionary accrual.

model ini merumuskan tingkat non

discretionary accruals sebagai suatu fungsi

perbedaan antara perubahan pendapatan,

perubahan piutang dan tingkat laba dari tanah,

bangunan serta peralatan (plat, property,an

equipment) dengan menggunakan modifikasi

model Jones, nilai total accruals diestimasi

dengan persamaan regresi yaitu:

TAit / Ait-1 = α (1/ Ait-1) + β1 (∆REVit - ∆RECit

/Ait-1 + β2 (PPEit / Ait) + e

Lalu dengan menggunakan koefisien

tersebut (a, β1, β2) Nilai non discretionary

accrual dihitung dengan rumus:

Page 12: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

12

NDAit = α (1/Ait-1) + β1 (∆REVit-∆RECit) / Ait-1

+ β2 (PPEit / Ait-1)

NDAit : Non discretionary accruals

perusahaan i pada tahun t

Ait : total aktiva perusahaan i pada

period eke t-1

∆REVit : perubahan pendapatan

perusahaan i pada periode ke t

∆RECit : perubahan piutang bersih

perusahaan i pada periode ke t

PPEit : aktiva tetap perusahaan i pada

periode ke t.

a1, β1

1,β2

1 : Fitted coefisient yang

diperoleh dari hasil regresi.

Modifikasi Model Jonnes

Selanjunya, Nilai discretionary accruals

didapatkan dengan mengurangkan total accrual

dengan nilai non discretionary accrual nya.

DAit = TAit / Ait - NDAit

Indikasi bahwa perusahaan tidak dapat

melakukan manajemen laba adalah jika total

accrualnya dengan nilai non discretionary

accrual atau jika DAit = 0. DAit yang bernilai

positif merupakan indikasi bahwa perusahaan

melakukan manajemen laba dengan pola

increasing income.

Corporate governance merupakan

seperangkat peraturan yang menetapkan

hubungan antar pemegang saham, pengurus,

kreditur, karyawan serta pemegang kepentingan

intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan

hak-hak dan kewajiban mereka atau sistem

yang mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan. Yang termasuk dalam praktek

corporate governance adalah kepemilikan

institusional, komite audit dan komisaris

independen (Herawati, 2008).

Adanya kepemilikan institusional dapat

memantau secara professional perkembangan

investasinya maka tingkat pengendalian

terhadap manajemen sangat tinggi sehingga

potensi kecurangan dapat ditekan. Kepemilikan

institusional di ukur menggunakan indikator

persentase jumlah saham yang dimiliki institusi

dari seluruh modal saham yang beredar

(Herawati, 2008).

Komite audit independent adalah suatu

komite yang berperan untuk memberikan

evaluasi yang independent terhadap pelaporan

keuangan perusahaan, yang anggotanya

sebagian besar terdiri dari pihak luar

perusahaan (Purwanto, 2001). Peran komite

audit adalah membantu dewan komisaris untuk

memonitor pelaporan keuangan oleh

manajemen untuk meningkatkan kredibilitas

laporan keuangan (Bradbury, et al, 2004) dalam

(Sulistyaningsih, 2009). Keberadaan komite

audit di ukur dengan persentase jumlah komite

audit yang mempunyai latar belakang keuangan

dari seluruh komite audit dalam perusahaan.

Komisaris independent adalah dewan yang

berasal dari luar perusahaan dan tidak

mempunyai hubungan bisnis dengan

perusahaan atau afiliasinya. Dalam suatu

perseroan diharapkan mempunyai sekurang

kurangnya satu orang komisaris independent.

Peran komisaris independent tidak kalah

penting dari komite audit independent, sehingga

jika proporsi komisaris independent didalam

perusahaan minimal 30% diharapkan akan

meningkatkan nilai perusahaan. Proporsi dewan

komisaris independent di ukur dengan

menggunakan indikator presentase anggota

komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari

seluruh ukuran anggota dewan komisaris

perusahaan.

Nilai perusahaan merupakan

perbandingkan nilai pasar dengan nilai buku

dari saham perusahaan. Nilai perusahaan akan

dihitung menggunakan rasio nilai pasar atau

nilai buku (market/book-M/B)

BV

MVV

(Brigham dan Houston, 2006;112).

V = Nilai Perusahaan

MV = Nilai Pasar (market value)

Diperoleh dari Harga pasar per

lembar saham

BV = Nilai buku (book value)

Diperoleh dengan membagi ekuitas

total pemegang saham dengan

jumlah saham yang diterbitkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui adanya pengaruh antara

variabel bebas yaitu earnings Management,

kepemilikan institusional, komite audit,

Komisaris independen terhadap variabel terikat

yaitu Nilai perusahaan digunakan analisis

regresi sederhana dan regresi berganda.

Page 13: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

13

Tabel 1 : Koefisien Regresi pertama Variabel Koefisien Standart

Error

thitung Sig

Constant 1,314 0,134 9,795 0,000

Earning Management (X1) -0,538 1,590 -0,338 0,736

Variabel Terikat : Nilai Perusahaan

Fhitung 2,517

Ftabel 2,45

R 0,031

R Square 0,001

Dengan demikian maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut :

Y = ß0 + ß1X1 + e

Y= 1,314 – 0,538 X1 + e

Tabel 2 : Koefisien Regresi kedua

Variabel Koefisien Standart

Error thitung Signifikansi

Constant -0,742 0.943 -0,787 0,433

Earning Management (X1) -0,273 1,556 -0,176 0,861

Kepemilikan Institusional (X2) 0.010 0.010 1,011 0,314

Komite Audit (X3) 0.012 0.005 2,387 0.019

Komisaris Independen (X4) 0.017 0.016 1,032 0.304

Variabel Terikat : Nilai Perusahaan

Fhitung 2,517

Ftabel 2,45

R 0,080

R Square 0,284

Dengan demikian maka persamaan regresi persamaan II adalah sebagai berikut :

Y = ß0 + ß1X1 + β2X2 + ß3X3 + ß4X4 + e

Y = – 0,742 – 0,273 X1 + 0,010 X2 + 0,012 X3 + 0,017 X4 + e

Tabel 3 : Koefisien Regresi ketiga

Variabel Koefisien Std eror thitung Sig

Constant -0,692 0.951 -0,728 0,468

Earning Management (X1) 14,108 17,337 0,814 0,418

Kepemilikan Institusional (X2) 0.009 0,010 0,912 0,364

Komite Audit (X3) 0,012 0,005 2,381 0.019

Komisaris Independen (X4) 0,017 0,017 1,037 0.302

Interaksi EM dengan Kep-ins -0,166 0,205 -0,809 0,420

Interaksi EM dengan Kom_audit 0,053 0,057 0,919 0,360

Interaksi EM dengan Kom-Ind -0,162 0,235 -0,691 -0,491

Variabel Terikat : Nilai Perusahaan

Fhitung 2,517

Ftabel 2,45

Page 14: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

14

R 0,093

R Square 0,305

Dengan demikian maka persamaan regresi persamaan III adalah sebagai berikut :

Y = ß0 + ß1X1 + β2X1.X2 + ß3X1.X3 + ß4X1X4 + e

Y = – 0,692 + 14,108 X1 – 0,166 X1. X2 + 0,053 X1. X3 – 0,162 X1. X4 + e

Hasil regresi pengujian hipotesis pertama

menunjukkan bahwa variabel earnings

management (X1) terhadap nilai perusahaan (Y)

nilai signifikansinya 0,736 menunjukkan

bahwa, variabel earnings management tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sehingga hipotesis earnings

management berpengaruh terhadap nilai

perusahaan ditolak. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ujiantho, Pramuka (2007) dan Gideon

(2005) lemahnya pengaruh tersebut dapat

dikatakan bahwa arus pengembalian atas asset

merupakan salah satu pengukuran kinerja

perusahaan dalam kategori langkah-langkah

arus kas yang dapat meniadakan pengaruh

penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda

terhadap suatu transaksi. menunjukkan hasil

yang dananya telah diterima tunai oleh

perusahaan serta dibebani dengan beban yang

bersifat tunai yang benar-benar sudah

dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono, 2004).

Dan alasan kedua dapat ditunjukkan pada tabel

deskriptif rata-rata perusahaan manufaktur dari

hasil data discretionary accrual sekitar

0,005401%, karena persentase tidak terlalu

besar sehingga menyebabkan earnings

management tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis kedua yang

merupakan pengujian dengan menggunakan

variabel moderating yaitu kepemilikan

institusional, komite audit dan komisaris

independen apakah memperkuat pengaruh

earnings management terhadap nilai

perusahaan.

Variabel kepemilikan institusional nilai

signifikansinya 0,420 Dengan demikian

hipotesis yang menyatakan variabel

kepemilikan institusional sebagai variabel

moderating antara earnings management

berpengaruh terhadap nilai perusahaan ditolak.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian

yang dilakukan Jensen dan Meckling (1976),

dan Pranata dan Mas‟ud (2003) yang

menemukan adanya pengaruh negatif tidak

signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan

pandangan atau konsep yang mengatakan

bahwa institusional adalah pemilik yang lebih

memfokuskan pada current earnings (Porter,

1992 dalam Pranata dan Mas‟ud 2003).

Akibatnya manajer terpaksa untuk melakukan

tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka

pendek, misalnya dengan melakukan

manipulasi laba. Pandangan yang sama juga

dikemukakan oleh Cornett et al., (2006) yang

menyatakan bahwa kepemilikan institusional

akan membuat manajer merasa terikat untuk

memenuhi target laba dari para investor,

sehingga mereka akan tetap cenderung terlibat

dalam tindakan manipulasi laba, Ujiantho

(2007).

Untuk mengetahui dan memberikan hasil

yang konklusif Pengujian harus dilanjutkan

untuk menunjukkan apakah kepemilikan

institusional memiliki peran moderasi melalui

pengujian partial derivative., dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut ini:

1. Menentukan persamaan regresi berdasarkan

tabel tersebut sebagai persamaan regresi

interaksi earnings management dengan

kepemilikan institusional

Y = – 0,692 + 14,108 X1 + 0,009 + 0,012 +

0,017– 0,166 X1. X2 + 0,053 X1. X3 –

0,162 X1. X4 + e

2. Membuat derivasi persamaan 3 terhadap

earnings management sehingga terbentuk

persamaan sebagai berikut:

inskepXXXEM

NP_*4162,03053,02166,0009,0

d

d

3. Menentukan interaksi antara earnings

management dengan kepemilikan

institusional sebagai moderating variabel

(pada kisaran teoritis maksimal) dengan

cara:

a. men-subtitusikan skor 50 (nilai

maksimal teoritis ketidakpastian tugas)

pada persamaan 4. Hasilnya adalah

sebagai berikut ini:

inskemXXXEM

NP_*4162,03053,02166,0009.0

d

d

Page 15: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

15

266,865,2

b. Dengan mengacu pada persamaan 5,

ditentukan titik infleksi dengan cara

sebagai berikut:

Apabila Kep_ins = 0 maka

65,2dEM

dNP 2.65 (nilai infleksi

vertikal)

Apabila 0dEM

dNP maka

Kep_institusional = 0.321 26,8

65,2 -

0,321(nilai infleksi horizontal)

c. Membuat grafik dengan sumbu

horizontal Kep-ins dan sumbu vertikal

dNP/dEM dan memasukkan nilai

infleksi sebagai dasar untuk melihat

sifat interaksi apakah bersifat

monotonik atau non-monotonik.

Gambar 1:Interaksi antara Earnings Management dengan Kepemilikan Institusional

d. Gambar 1 interaksi bersifat non-

monotonik. Artinya variabel

moderating (skor = 50), apabila skor

kepemilikan institusional berada di

bawah 0,371 atau cenderung

eksternal, jika diinteraksikan dengan

kenaikan earning management, akan

mengurangi nilai perusahaan.

Demikian pula sebaliknya, apabila

skor kepemilikan institusional

berada di atas 0,371 maka

interaksinya dengan earnings

management akan mempertinggi

nilai perusahaan. Bisa disimpulkan

bahwa jika variabel moderating

tinggi, kepemilikan institusional

bisa memperkuat atau

memperlemah pengaruh earnings

management terhadap nilai

perusahaan. 4. Menentukan interaksi antara earnings

management dan kepemilikan institusional

sebagai moderating variable (pada kisaran

teoritis minimal) dengan cara:

a. men-subtitusikan skor 10 (nilai

minimal teoritis moderating variabel)

pada persamaan dibawah ini Hasilnya

adalah sebagai berikut ini:

inskemXXXEM

NP_*4162,03053,02166,0009.0

d

d

786.2539.0 Dengan mengacu pada persamaan

dibawah ini, ditentukan titik infleksi

dengan cara sebagai berikut:

Apabila Kep_ins = 0 maka

539.0dNP

dEM 2,01 (nilai infleksi

vertikal)

Apabila 0dNP

dEM maka nilai Ke_ ins =

0.193 786.2

539.0 0.193 (nilai infleksi

horizontal)

b. Membuat grafik dengan sumbu

horizontal Kep_ins dan sumbu

vertikaldNP

dEM dan memasukkan nilai

infleksi sebagai dasar untuk melihat

sifat interaksi apakah bersifat

monotonik atau non-monotonik.

0,371

2,65 dEM

dNP

Kep_Ins

inskepX

inskepXXX

_*10,865.22166,0009.0

_*)50(*4162,0)50(*3053,02166,0009.0

inskepX

inskepXXX

_*62.153.02166,0009.0

_*)10(*4162,0)10(*3053,02166,0009.0

Page 16: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

16

Gambar 2:Interaksi antara Earnings Management dengan Kepemilikan Institusional

c. Berdasarkan gambar diatas bisa

disimpulkan bahwa interaksi bersifat

monotonik. Artinya pada variable

moderating (skor = 10), berapapun skor

kepemilikan institusional, interaksinya

dengan earnings management akan

memperkuat Nilai perusahaan. Pada

sumbu horizontal, titik infleksi (0.193)

Bisa disimpulkan bahwa variabel

moderating hanya bisa memperlemah

pengaruh earnings management

terhadap nilai perusahaan, dan tidak

bisa memperkuat pengaruh earnings

management terhadap nilai perusahaan.

Dengan kata lain, tidak ada efek

moderasi pada kepemilikan

institusional, atau hipotesis tidak

didukung secara empiris.

5. Pengujian pada nomor 3 dan 4

mengindikasikan peran moderating variabel

hanya terjadi pada saat kondisi kepemilikan

institusional tinggi. Pada kondisi

kepemilikan institusional rendah, antara

internal dan eksternal tidak memiliki

perbedaan antara earnings mangement yang

sebagai dampak peningkatan nilai

perusahaan. Bisa disimpulkan bahwa

hipotesis tidak didukung.

Variabel komite audit berhubungan dengan

discretionary accrual, namun hubungan

tersebut tidak signifikan yaitu 0,360 (diatas

0,05). Sebaliknya, komite audit berhubungan

dengan nilai perusahaan berpengaruh secara

signifikan yaitu 0,019 (dibawah 0,05). Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan variabel

komite audit sebagai moderating variabel antara

earnings management berpengaruh terhadap

nilai perusahaan ditolak. Dengan alasan

“pengaruh earnings management terhadap nilai

perusahaan diperlemah dengan adanya komite

audit. Hal ini berarti komite audit yang diukur

dari persentase jumlah anggota komite audit

yang berasal yang mempunyai latar belakang

keuangan belum dapat mengurangi manajemen

laba yang dilakukan oleh pihak manajemen

dalam suatu perusahaan.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan

penelitian Klein (2000) memberikan bukti

secara empiris bahwa perusahaan yang

membentuk komite audit independen

melaporkan laba dengan kandungan akrual

diskresional yang lebih kecil dibandingkan

dengan perusahaan yang tidak membentuk

komite audit independen. Begitu juga Carcello

et al. (2006) menyelidiki hubungan antara

keahlian komite audit di bidang keuangan dan

manajemen laba. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa keahlian komite audit

independen di bidang keuangan terbukti efektif

mengurangi manajemen laba.

Namun penelitian ini konsisten dengan

penelitian Wedari (2004) serta Siregar dan

Utama (2005) yang menemukan bahwa

keberadaan komite audit independen tidak

terbukti efektif mengurangi manajemen laba.

Hal ini diduga disebabkan karena pengangkatan

komite audit oleh perusahaan hanya dilakukan

untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak

dimaksudkan untuk menegakkan good corporte

governance di perusahaan. Dan alasan kedua

kemungkinan karena hasil data komite audit

berbentuk periodik yang selama tahun 2006-

2009 datanya sama sehingga untuk mengetahui

pengaruh komite audit terhadap discretionary

accrual hasil yang dicapai belum maksimal.

Untuk mengetahui dan memberikan hasil

yang konklusif Pengujian harus dilanjutkan

untuk menunjukkan apakah komite audit

0,371

2,65 dEM

dNP

Kep_Ins

Page 17: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

17

memiliki peran moderasi melalui pengujian

partial derivative., dilakukan dengan tahapan

sebagai berikut ini:

Menentukan persamaan regresi

berdasarkan tabel 4.15 sebagai persamaan

regresi interaksi earnings management

dengan komite audit Y = – 0,692 + 14,108 X1 + 0,009 + 0,012

+ 0,017– 0,166 X1. X2 + 0,053 X1. X3 –

0,162 X1. X4 + e (persamaan 3)

1. Membuat derivasi persamaan 3 terhadap

earnings management sehingga terbentuk

persamaan sebagai berikut:

auditkomXXXEM

NP_*4162,03053,02166,0012,0

d

d

........... (persamaan 4)

2. Menentukan interaksi antara earnings

management dengan komite audit sebagai

moderating variabel (pada kisaran teoritis

maksimal) dengan cara:

a. men-subtitusikan skor 50 (nilai

maksimal teoritis ketidakpastian tugas)

pada persamaan 4. Hasilnya adalah

sebagai berikut ini:

auditkomXXXEM

NP_*4162,03053,02166,0012,0

d

d

auditkomX

auditkomX

XX

_*10,865.22166,0012,0

_*)50(*4162,0

)50(*3053,02166,0012,0

266.8662.2

b. Dengan mengacu pada persamaan 5,

ditentukan titik infleksi dengan cara

sebagai berikut:

Apabila komite audit = 0 maka

662.2dEM

dNP 2.662 (nilai infleksi

vertikal)

Apabila 0dEM

dNP maka nilai komite

audit = 0,322 266,8

662.2 - 0,322 (nilai

infleksi horizontal)

c. Membuat grafik dengan sumbu

horizontal Kom-audit dan sumbu

vertikal dNP/dEM dan memasukkan

nilai infleksi sebagai dasar untuk

melihat sifat interaksi apakah bersifat

monotonik atau non-monotonik.

Gambar 3:Interaksi antara earnings management dengan Komite audit

d. Berdasarkan gambar diatas bisa

disimpulkan bahwa interaksi bersifat

non-monotonik. Artinya pada

moderating variable (skor = 50),

apabila skor komite audit berada di

bawah 0,322 atau cenderung eksternal,

jika diinteraksikan dengan kenaikan

earning management, akan mengurangi

nilai perusahaan. Demikian pula

sebaliknya, apabila skor moderating

variabel berada di atas 0,322 maka

interaksinya dengan earnings

management akan mempertinggi nilai

perusahaan. Bisa disimpulkan bahwa

pada kondisi komite audit tinggi,

variabel moderating bisa memperkuat

atau memperlemah pengaruh earnings

management terhadap nilai

perusahaan.Dengan kata lain, tidak ada

efek moderasi pada komite audit.

3. Menentukan interaksi antara earnings

management dan komite audit sebagai

0,322

2.662 dEM

dNP

Kom_Audit

Page 18: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

18

moderating variable (pada kisaran

teoritis minimal) dengan cara:

a. men-subtitusikan skor 10 (nilai

minimal teoritis moderating

variabel) pada persamaan dibawah

ini. Hasilnya adalah sebagai berikut

ini:

auditkomXXXEM

NP_*4162,03053,02166,0012.0

d

d

auditkomX

auditkomXXX

_*62.153.02166,0012.0

_*)10(*4162,0)10(*3053,02166,0012.0

786.1542.0 …………………

……… (persamaan 6)

b. Dengan mengacu pada persamaan

dibawah ini, ditentukan titik

infleksi dengan cara sebagai

berikut:

Apabila Kom_audit = 0 maka

542.0dNP

dEM 0.542 (nilai infleksi

vertikal)

Apabila 0dNP

dEM maka nilai kom_audit

= 0.303 786.1

542.0 0.303 (nilai infleksi

horizontal)

c. Membuat grafik dengan sumbu

horizontal Kom_audit dan

sumbu vertikaldNP

dEM dan

memasukkan nilai infleksi

sebagai dasar untuk melihat

sifat interaksi apakah bersifat

monotonik atau non-

monotonik.

Gambar 4;Interaksi antara Earnings Management dengan Kepemilikan Institusional

d. Berdasarkan gambar 4, bisa

disimpulkan bahwa interaksi bersifat

monotonik. Artinya pada variable

moderating (skor = 10), berapapun skor

komite audit, interaksinya dengan

earnings management akan

memperkuat Nilai perusahaan. Pada

sumbu horizontal, titik infleksi (0.303)

Bisa disimpulkan bahwa variabel

moderating hanya bisa memperlemah

pengaruh earnings management

terhadap nilai perusahaan, dan tidak

bisa memperkuat pengaruh earnings

management terhadap nilai perusahaan.

Dengan kata lain, tidak ada efek

moderasi pada komite audit, atau

hipotesis tidak didukung secara

empiris.

4. Pengujian pada nomor 3 dan 4

mengindikasikan peran moderating variabel

hanya terjadi pada saat kondisi komite audit

tinggi. Pada kondisi komite audit rendah,

antara internal dan eksternal tidak memiliki

perbedaan antara earnings mangement yang

sebagai dampak peningkatan nilai

perusahaan. Bisa disimpulkan bahwa

hipotesis tidak didukung.

Variabel komisaris independen diketahui

nilai signifikansinya adalah -0,491. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan variabel

komisaris independen sebagai variabel

moderating antara earnings managemet

berpengaruh terhadap nilai perusahaan ditolak.

Dengan alasan “pengaruh earnings

management terhadap nilai perusahaan

diperlemah dengan adanya komisaris

independen. perusahaan sampel telah

memenuhi peraturan Bapepam yang

mewajibkan prosentase keberadaan dewan

komisaris independen adalah 30% dalam dewan

komisaris.Hasil penelitian menyatakan bahwa

komisaris independen ternyata belum mampu

0,303

0.542 dEM

dNP

Kom_audi

t

Page 19: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

19

mengurangi tindakan earnings management

terhadap nilai perusahaan. Semakin besar

proposi komisaris independen dalam suatu

perusahaan maka dapat dikatakan semakin

tinggi tindakan earnings management terhadap

nilai perusahaan. Hal ini mendukung penelitian

yang dilakukan oleh Ujiyanto dan Pramuka

(2007), pertiwi (2010) yang menyatakan bahwa

komisaris independen berpengaruh positif

terhadap earnings management. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa penempatan komisaris

independen dalam perusahaan terkadang hanya

merupakan untuk pemenuhan ketentuan formal,

sementara pemegang saham mayoritas masih

memegang peranan penting sehingga kinerja

dari komisaris independen tersebut tidak

meningkat atau bahkan cenderung menurun.

Namun penelitian ini bertentangan dengan

penelitian Herawaty (2008) yang menyatakan

bahwa komisaris indepanden dapat memonitor

kinerja manajemen dalam rangka

menyelaraskan perbedaan kepentingan antara

pemilik dengan manajemen. Hal ini berlawanan

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Herawaty (2008) yang menyatakan bahwa

corporate governance akan memiliki pengaruh

terhadap nilai perusahaan secara parsial namun

tidak berpengaruh secara keseluruhan.

Untuk mengetahui dan memberikan hasil

yang konklusif Pengujian harus dilanjutkan

untuk menunjukkan apakah komisaris

independen memiliki peran moderasi melalui

pengujian partial derivative., dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut ini

1. Menentukan persamaan regresi

berdasarkan tabel 4.15 sebagai persamaan

regresi interaksi earnings management

dengan komisaris independen.

Y = – 0,692 + 14,108 X1 + 0,009 + 0,012

+ 0,017– 0,166 X1. X2 + 0,053 X1. X3 –

0,162 X1. X4 + e (persamaan 3)

2. Membuat derivasi persamaan 3 terhadap

earnings management sehingga terbentuk

persamaan sebagai berikut:

indpnkomXXXEM

NP_*4162,03053,02166,0017,0

d

d

3. Menentukan interaksi antara earnings

management dengan komisaris independen

sebagai moderating variabel (pada kisaran

teoritis maksimal) dengan cara:

a. men-subtitusikan skor 50 (nilai

maksimal teoritis ketidakpastian tugas)

pada persamaan 5 . Hasilnya adalah

sebagai berikut ini:

inpdkomXXXEM

NP_*4162,03053,02166,0017,0

d

d

indpdnkomX

indpdnkomXXX

_*10,865.22166,0017,0

_*)50(*4162,0)50(*3053,02166,0017,0

266.8667.2

b. Dengan mengacu pada persamaan 5,

ditentukan titik infleksi dengan cara

sebagai berikut:

Apabila kom_indpndn = 0 maka

667.2dEM

dNP 2.667 (nilai infleksi

vertikal)

Apabila 0dEM

dNP maka nilai komisaris

independen = 322.0266,8

667.2 0,322

(nilai infleksi horizontal)

c. Membuat grafik dengan sumbu

horizontal Kom_independen dan sumbu

vertikal dNP/dEM dan memasukkan

nilai infleksi sebagai dasar untuk

melihat sifat interaksi apakah bersifat

monotonik atau non-monotonik.

d.

Gambar 5:Interaksi antara Earnings Management dengan Komisaris Independen

0,3322

2.667 dEM

dNP

Kom_Independ

en

Page 20: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

20

e. Berdasarkan gambar bisa disimpulkan

bahwa interaksi bersifat non-

monotonik. Artinya pada moderating

variable (skor = 50), apabila skor

komisaris independen berada di bawah

0,322 atau cenderung eksternal, jika

diinteraksikan dengan kenaikan earning

management, akan mengurangi nilai

perusahaan. Demikian pula sebaliknya,

apabila skor moderating variabel

berada di atas 0,322 maka interaksinya

dengan earnings management akan

mempertinggi nilai perusahaan. Bisa

disimpulkan bahwa pada kondisi

komisaris independen tinggi, variabel

moderating bisa memperkuat atau

memperlemah pengaruh earnings

management terhadap nilai perusahaan.

Dengan kata lain, tidak ada efek

moderasi pada komisaris independen.

4. Menentukan interaksi antara earnings

management dan komisaris independen

sebagai moderating variable (pada kisaran

teoritis minimal) dengan cara:

a. men-subtitusikan skor 10 (nilai

minimal teoritis moderating variabel)

pada persamaan dibawah ini. Hasilnya

adalah sebagai berikut ini:

auditkomXXXEM

NP_*4162,03053,02166,0012.0

d

d

auditkomX

auditkomXXX

_*62.153.02166,0012.0

_*)10(*4162,0)10(*3053,02166,0012.0

786.1547.0

b. Dengan mengacu pada persamaan

dibawah ini, ditentukan titik infleksi

dengan cara sebagai berikut:

Apabila Kom_audit = 0 maka

547.0dNP

dEM 0.547 (nilai infleksi

vertikal)

Apabila 0dNP

dEM maka nilai kom_audit

= 0.306 786.1

547.0 0.306 (nilai infleksi

horizontal)

c. Membuat grafik dengan sumbu

horizontal Kom_audit dan sumbu

vertikaldNP

dEM dan memasukkan nilai

infleksi sebagai dasar untuk melihat

sifat interaksi apakah bersifat

monotonik atau non-monotonik.

Gambar 5:Interaksi antara Earnings Management dengan Kepemilikan Institusional

d. Berdasarkan gambar diatas bisa

disimpulkan bahwa interaksi bersifat

monotonik. Artinya pada variable

moderating (skor = 10), berapapun skor

komisaris independen, interaksinya dengan

earnings management akan memperkuat

Nilai perusahaan. Pada sumbu horizontal,

titik infleksi (0.306) Bisa disimpulkan

bahwa variabel moderating hanya bisa

memperlemah pengaruh earnings

management terhadap nilai perusahaan,

dan tidak bisa memperkuat pengaruh

earnings management terhadap nilai

perusahaan. Dengan kata lain, tidak ada

efek moderasi pada komisaris independen,

atau hipotesis tidak didukung secara

empiris.

0,306

0.547 dEM

dNP

Kom_indpn

Page 21: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

21

5. Pengujian pada nomor 3 dan 4

mengindikasikan peran moderating

variabel hanya terjadi pada saat kondisi

komisaris independen tinggi. Pada kondisi

komisaris independen rendah, antara

internal dan eksternal tidak memiliki

perbedaan antara earnings mangement

yang sebagai dampak peningkatan nilai

perusahaan. Bisa disimpulkan bahwa

hipotesis tidak didukung.

Angka adjusted R square sebesar 0,305 yang

berarti bahwa, earnings management,

kepemilikan institusional, komite audit

serta komisaris independen mampu

menjelaskan nilai perusahaan sebesar 30%

Dan sisanya 70% dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

SIMPULAN

Penelitian ini menguji tentang peran praktek

corporate governance sebagai moderating

variabel dari pengaruh earnings

management terhadap nilai perusahaan,

dalam penelitian ini variabel earnings

management tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai perusahaan.

Sedangkan corporate governance yang

diproksikan kepemilikan institusional,

komite audit dan komisaris independen

memperlemah hubungan antara earnings

management terhadap nilai perusahaan

dengan alasan :

Variabel Kepemilikan institusional sebagai

variabel moderating dari earnings

management terhadap nilai perusahaan

memiliki pengaruh negatif tidak signifikan.

Hal ini menunjukan bahwa kepemilikan

institusional dalam penelitian ini

sebenarnya dapat memperlemah earnings

management terhadap nilai perusahaan.

Semakin besar kepemilikan institusional

dalam perusahaan semakin tinggi pula

tingkat earnings managemet terhadap nilai

perusahaan dikarenakan kepemilikan

institusional akan membuat manajer

merasa terikat untuk memenuhi target laba

dari para investor, sehingga mereka akan

tetap cenderung terlibat dalam tindakan

manipulasi laba Ujiantho, Pramuka (2007).

Variabel Komite audit sebagai variabel

moderating dari earnings management

terhadap nilai perusahaan memiliki

pengaruh positif tidak signifikan. Hal ini

menunjukan bahwa komite audit dalam

penelitian ini sebenarnya dapat

memperlemah earnings management

terhadap nilai perusahaan (Siallagan dan

Machfoedz (2006). Hal ini diduga

disebabkan karena pengangkatan komite

audit oleh perusahaan hanya dilakukan

untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak

dimaksudkan untuk menegakkan good

corporte governance di perusahaan. Dan

alasan kedua kemungkinan karena hasil

data komite audit berbentuk periodik yang

selama tahun 2006-2009 datanya sama

sehingga untuk mengetahui pengaruh

komite audit terhadap discretionary

accrual hasil yang dicapai belum

maksimal.

Variabel komisaris independen sebagai variabel

moderating dari earnings management

terhadap nilai perusahaan memiliki

pengaruh negatif tidak signifikan. Hal ini

menunjukan bahwa komisaris independen

dalam penelitian ini sebenarnya dapat

memperlemah earnings management

terhadap nilai perusahaan. Maka semakin

besar jumlah komisaris independen dalam

perusahaan maka semakin tinggi pula

tingkat earnings management terhadap

nilai perusahaan. dengan perubahan nilai

perusahaan sebesar 0,468 menunjukkan

korelasi yang kuat, nilai R2 sebesar 0,305

yang berarti bahwa earnings management,

kepemilikan institusional, komite audit

serta komisaris independen mampu

menjelaskan nilai perusahaan sebesar 30%

Dan sisanya 70% dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Irfan (2002) Pelaporan Keuangan Dan

Asimetri Informasi Dalam Hubungan

Agen, Lintasan Ekonomi Volume 52 No 2

Juni Hal 737 – 783

Alijoyo, F. Antonius,(2003) Keberadaan Dan

Peran Komite Audit Dalam Rangka

Implementasi Good Gavernanace, Seminar

BUMN/BUMP, Surabaya

Boediono, Gideon (2005) Kualitas Laba: Studi

Pengaruh Mekanisme Governance Dan

Dampak Manajemen Laba Dengan

Menggunakan Analisis Jalur. Symposium

Nasional Akuntansi. Sna VIII Solo

Page 22: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

22

Herawati, Vinola (2008) Peranan Corporate

Governance Sebagai Variabel dari

Pengaruh Earnings Management Terhadap

Nilai Perusahaan, Simposium Nasional

Akuntansi XI. Pontianak 23 - 24 Juli

2008

Husnan, Suad, 2000, Manajement Keuangan

Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka

Panjang), Buku 2 Edisi Keempat, BPFE,

Yogyakarta

IDX 2009 Buku Panduan Idx Statistic Bursa

Efek Indonesia Compiled By Research

Division

IDX 2006 Fact Book, Buku Panduan

Menghitung Book Value (Online)

(http:/www.idx.co.id)

Klapper, Leora. F and I Love (2002) Corporate

Governance, Investor Protection And

Performance In Emerging Market. Word

Bank Work Paper Http://ssrn.com

Mardjang, I Ketut, 2000, Corporate

Governance dan Partisipasi, Jurnal

Revormasi Ekonomi, Volume 2 No 2

Oktober – Desember: Hal 28 -37

Mayangsari, Sekar (2003) Analisis Pengaruh

Independensi, Kualitas Audit, Serta

Mekanisme Corporate Governance

Terhadap Integritas Laporan Keuangan,

Simposium Nasional Akuntansi VI, PP.

1255-1267

Pratana, P. Midiastuti dan Mas‟ud Machfoed,

(2003), Analisis Hubungan Mekanisme

Corporate Governance dan Indikasi

Manajemen Laba, Symposium Nasional

Akuntansi VI. IAI, 2003

Putra, Hanif Yana Setya, 2007, Pengaruh

Mekanisme Corporate Governance

Terhadap Kualitas Laba, Skripsi,

Universitas Muhammadiyah Gresik

Radita, Ken (2006) Analisis pengaruh

mekanisme Good Corporate Governance

(GCG) terhadap aktivitas manajemen laba

perusahaan: studi terhadap perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI skripsi,

Universitas Muhammadiyah Gresik

Rahmawati, Andri dan Hanung Triatmoko

2007. Modul Ekonometrika terapan,

Simposium Nasioanal Akuntansi X,

Makasar

Siallagan, Homonangan dan Machfoedz,

Mas‟ud (2006). Mekanisme Corporate

Governance, Kualitas dan nilai

perusahaan. Symposium nasional

akuntansi IX Padang 23-26 Agustus 2006

Sulistiyaningsih, Eva, (2009) Pengaruh

Mekanisme Good Corporate Governance

terhadap Manajemen Laba Pada

Perusahaaan Industri Dasar Kimia yang Go

Public di BEI, Skripsi, Universitas

Muhammadiyah Gresik

Tumirin (2007) Good Corporate Governance

dan Nilai Perusahaan. Jurnal Beta Volume

6, No. 1, September 2007:16-33

Page 23: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

23

KUALITAS LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA JASA EMKL PT. NISA TIRTA SARI (PT. NTS) DI SURABAYA. SYAHRIAL

TRI ARIPRABOWO

Dosen Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik

Kampus GKB, Jl. Sumatra 101 GKB Gresik 61121 Jawa Timur Indonesia

Email:[email protected]

ABSTRACT Customer satisfaction is a fundamental business concepts and simple, but its implementation is very complex, this is one factor that led to only a few companies in Indonesia which has a long commitment in implementing customer satisfaction programs. Customer satisfaction is only created from the detailed things, things that are routine and began long before the product or service produced, why? Because customer satisfaction has to start from the heart is a love of customer awareness. Researchers aim of this study are as follows; to determine the effect of service quality dimensions, the dimensions of emotional factors and dimensions of the partial costs against the level of customer satisfaction, to find out the dimensions of service quality, dimensions and the dimensions of emotional factors simultaneously charge to the customer satisfaction level, to find out which factors are the dominant influence on the level of customer satisfaction PT. Nisa Tirta Sari. The results showed that the quality of service does not affect the partial towards customer satisfaction, emotional factors partially influence on customer satisfaction, cost factors partially influence on customer satisfaction and service quality factors, emotional and costs simultaneously affect consumer satisfaction PT. Nisa Tirta Sari.

Key words: Customer satisfaction, service quality and emotional.

PENDAHULUAN

Konsep pemasaran pada dasarnya

mengupayakan untuk bagaimana agar

konsumen dapat merasa puas terhadap

keinginan dan kebutuhannya. Seluruh kegiatan

dalam perusahaan yang menganut konsep

pemasaran harus diarahkan untuk memenuhi

tujuan tersebut. Meskipun orientasi pemasaran

ini dibatasi oleh tujuan laba dan pertumbuhan,

tetapi konsep tersebut perlu dilaksanakan. Hal

ini dikarenakan dapat meningkatkan penjualan

dengan membuat produk barang atau jasa yang

mudah penggunaannya, mudah pembeliannya

dan mudah pemeliharaannya. Menurut Swastha,

dkk. (1990:7) : “Konsep pemasaran adalah

suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa

pemuasan kebutuhan konsumen merupakan

syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan

hidup perusahaan”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka bila

dikorelasikan dengan lingkungan yang

kompetitif ini, serta keberadaan upaya

perusahaan untuk memberikan pemuasan

kebutuhan bagi konsumen yang menjadi target

marketnya mengharuskan para produsen

tersebut melakukan berbagai strategi dan

efektivitas pemasaran yang tepat, terlebih lagi

bagi perusahaan yang melaksanakan strategi

pemasaran massal (Mass Marketing), bauran

pemasaran (Marketing Mix) dan strategi

positioning bila tanpa melalui tahapan

segmentasi menjadi sulit dipertahankan.

Schiffman dkk.(2000:33) mengemukakan

bahwa pemasaran massal hanya bisa dilakukan

apabila konsumennya mempunyai kesamaan

keinginan, kebutuhan, hasrat, latar belakang,

pendidikan dan pengalaman. Dari kondisi yang

demikian maka perusahaan jasa harus

mendesain dan menerapkan strategi pemasaran

dengan tepat, dan tidak tepat apabila

perusahaan jasa melakukan pemasaran masal,

sehingga upaya memahami keinginan dan

mengetahui kebutuhan konsumen secara masal

yang bertujuan untuk memenuhi kepuasan

konsumennya, maka perusahaan jasa akan

ditinggal oleh konsumennya, menurut Mowen

dkk. (2001: 89), kepuasan konsumen adalah

keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen

Page 24: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

24

atas barang dan jasa setelah mereka

memperoleh dan menggunakannya.

Tingkat kepuasan konsumen akan

mempengaruhi derajat loyalitas produk atau

jasa seseorang. Semakin puas seorang

konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang

dimiliki suatu perusahaan, maka akan semakin

loyal terhadap merek tersebut. Keutamaan

memiliki konsumen yang loyal dianggap

sebagai salah satu cara bagi konsumen untuk

mengekspresikan kepuasannya terhadap

performa suatu produk atau jasa (Bloomer &

Kasper,1995:38).

Kepuasan pelanggan adalah konsep bisnis

yang fundamental dan sederhana, akan tetapi

implementasinya sangat komplek, inilah salah

satu faktor yang menyebabkan hanya sedikit

perusahaan di Indonesia yang mempunyai

komitmen panjang dalam

mengimplementasikan program-program

kepuasan pelanggan.

Tidak ada strategi ajaib dalam kepuasan

pelanggan, kepuasan pelanggan hanya terwujud

berkat komitmen, persistensi, determinasi dari

top manajemen dan seluruh jajaran staf

perusahaan. Kepuasan pelanggan hanya tercipta

mulai dari hal-hal yang detil, hal-hal yang rutin

dan dimulai jauh sebelum produk atau jasa

diproduksi, mengapa? Karena kepuasan

pelanggan harus dimulai dari hati yaitu

kesadaran kecintaan terhadap pelanggan.

Irawan (2004;37) menyebutkan bahwa

driver dari kepuasan pelanggan adalah kualitas

produk, harga (biaya), service quality (kualitas

layanan), emotional factor dan kemudahan

dalam mendapatkan produk atau jasa yang

diinginkan.

Kualitas layanan berkaitan dengan

kemampuan sebuah organisasi untuk memenuhi

atau melebihi harapan pelanggan (Payne,

2000;275). Kualitas layanan sangat tergantung

pada tiga hal yaitu sistem, teknologi dan

manusia, faktor manusia memegang peranan

yang penting dalam proses penciptaan kepuasan

pelanggan karena menyangkut pembentukan

sikap dan perilaku. Kualitas pelayanan memiliki

beberapa dimensi yaitu: (1). Keandalan

(Reliability) yaitu kemampuan untuk

memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan

terpercaya dan akurat, konsisten dan kesesuaian

pelayanan; (2). Daya tanggap (Responsiveness),

yaitu kemauan karyawan dan pengusaha untuk

membantu pelanggan dan memberikan jasa

dengan cepat serta mendengar dan mengatasi

keluhan/komplain yang diajukan konsumen; (3)

Kepastian (Assurance), yaitu berupa

kemampuan karyawan untuk menimbulkan

keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang

telah dikemukakan kepada konsumen; (4)

Empati (Emphaty), yaitu kesediaan karyawan

dan pengusaha untuk lebih peduli memberikan

perhatian secara pribadi kepada pelanggan; dan

(5) Berwujud (Tangible), yaitu berupa

penampilan fisik, peralatan, dan berbagai materi

komunikasi.

Kepuasan pelanggan memiliki unsur

emosional , asumsi ini menyatakan bahwa

dalam mendapatkan produk maupun jasa

konsumen melalui beberapa pendekatan

diantaranya adalah menyadari kebutuhannya,

mencari informasi, mempertimbangkan

alternatif dan akhirnya memutuskan untuk

membeli berdasarkan pertimbangan rasional

namun emosional. Karena itu kepuasan

pelanggan merupakan respon emosional setelah

melalui serangkaian evaluasi yang terkait

dengan pertimbangan benefit dalam proses

pembelian. Faktor Emosional ini memiliki

beberapa dimensi diantaranya estetika, self

expressive value, dan brand personality.

Berkaitan dengan perusahaan jasa dalam

penciptaan kepuasan pelanggan self expressive

value, dan brand personality menjadi sangat

penting. (Irawan, 2004;84).

Harga atau biaya adalah nilai yang

ditentukan dalam ukuran tertentu. Holbrook

(1994) memberikan ukuran nilai yang tidak

terbatas pada perspektif moneter atau eknomis,

nilai merupakan preferensi relativistik

berkenaan dengan pengalaman subjek

(konsumen) dalam berinteraksi dengan objek

tertentu (produk atau jasa). Harga merupakan

utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap

kualitas dan kinerja yang diharapkan atas

sebuah produk atau jasa. Oleh karena itu harga

merupakan faktor pembentuk kepuasan

pelanggan yang penting, untuk pelanggan yang

sensitif harga atau biaya yang murah adalah

merupakan pembentuk kepuasan. Disisi lain

biaya atau harga relatif tidak penting bagi

mereka yang tidak sensitif terhadap harga.

Harga sendiri memiliki beberapa pengukuran

tergantung terhadap apa yang diukur, misalnya

dalam konteks jasa adalah konsistensi

penawaran harga, pemberian harga yang lebih

Page 25: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

25

baik dan kesesuaian dengan jasa dengan biaya

yang dikeluarkan serta harga diskon.

Kepuasan pelanggan tentu diinginkan oleh

semua perusahaan tidak terkecuali pula

konsumen yang membutuhkan layanan jasa

ekspedisi kapal laut yang berupa forwarding,

serta trading baik untuk tujuan domestik

maupun internasional yang menginginkan

keberadaan produk barang yang akan dikirim

melalui laut tersebut, bisa sampai ke tempat

tujuan dengan baik dan aman sesuai dengan

harapan konsumen pengguna jasa ekspedisi

tersebut.

Seperti diketahui bahwa keberadaan

ekonomi suatu negara dapat dilihat dari

aktivitas ekspor impor yang berada di

pelabuhan-pelabuhan baik pelabuhan udara

maupun laut. Khusus di pelabuhan laut maka

keberadaan perusahaan EMKL mutlak

dibutuhkan untuk mendukung kinerja ekonomi

nasional yang berbasiskan pada perdagangan

domestik/internasional khususnya yang melalui

laut.

Keberadaan perusahaan EMKL tersebut

pada saat ini di Indonesia, khususnya di

Surabaya kuantitasnya sungguh sangat banyak,

mulai dari yang berskala kecil, menengah

sampai perusahaan raksasa yang merupakan

branch dari negara lain, eksistensinya semakin

pesat berkembang di tanah air. Menyikapi

keberadaan perusahaan EMKL tersebut maka

secara strategis keunggulan yang dimiliki oleh

masing-masing perusahaan haruslah cukup

signifikan, sehingga eksistensinya sebagai

perusahaan jasa pelayanan ekspedisi,

forwarding, trading maupun jasa pergudangan

tetap konsisten dan dapat berkembang.

Permasalahan yang berkaitan dengan

ketatnya tingkat persaingan antara perusahaan

EMKL, juga dialami oleh PT. Nisa Tirta Sari

(PT. NTS) di Surabaya, sebagai perusahaan

yang profit oriented, maka keberadaan

konsumen menjadi salah satu pilar keberhasilan

perusahaan tersebut dalam menjalankan

aktivitasnya bisnisnya.

Sedangkan segmentasi dan target pasar

yang dituju oleh PT. Nisa Tirta Sari (PT. NTS)

pada dasarnya adalah organisasi bisnis yang

bergerak dalam bidang produksi ataupun

perusahaan trading. Karena itu konsep dan

strategi pemasaran yang diterapkan oleh

perusahaan berdasarkan target konsumennya

adalah termasuk kategori B2B (Bussines to

Bussines), Sesuai dengan konsep B2B, maka

keberadaan PT. Nisa Tirta Sari (PT. NTS)

dalam menjalankan aktivitas bisnisnya harus

selalu jeli dan memahami karakter

konsumennya yang memang merupakan sebuah

organisasi badan usaha juga, sehingga suatu

organisasi yang menjalankan aktivitas

pemasaran secara B2B secara sistematis harus

mempunyai competitive advantage yang mana

hal tersebut berupa keunggulan yang

seharusnya dapat dan memiliki karakteristik

unsur penambah nilai (value added), kriteria

value added bagi sebuah korporat yang

memiliki strategi pemasaran B2B secara umum

perusahaan tersebut harus mampu dan bisa

memberikan sebuah bentuk kualitas produk dan

layanan yang terintegrasi secara sistematis guna

memenuhi dan memberikan sebuah solusi yang

tepat baik itu berupa produk atau layanan bagi

perusahaan yang menjadi konsumennya.

Berkaitan dengan penetapan strategi

pemasaran yang berorientasi pada kepuasan

pelanggan bagi sebuah perusahaan jasa, maka

implementasi dari penetapan target market dan

segmentasi pasar yang efektif adalah melalui

B2B. hal ini berarti bahwa dalam konsep B2B

yang terjadi adalah terbentuknya sebuah

komunikasi yang efektif dan layanan yang

sesuai dengan kesepakatan pada saat kedua

perusahaan tersebut sepakat melakukan sebuah

transaksi bisnis. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa proses B2B merupakan salah satu link

dalam aktivitas ekonomi yang dapat menambah

rantai nilai melalui jaringan organisasi

penjualan (pedagang) yang satu dengan

pedagang yang lain, dimana transaksi akhir

adalah pada konsumen. Artinya ada transaksi

awal yaitu antara produsen dan distributor,

kemudian ada transaksi perantara (intermediate)

yaitu antara distributor dengan pengecer dan

ada transaksi akhir yaitu transaksi yang terjadi

pada pengecer dan konsumen.

Pentingnya keberadaan value added

sebuah perusahaan yang menggunakan pola

pemasaran B2B dapat diibaratkan sebagai key

factor, hal ini diperkuat dengan pendapat

Supranto (1997) bahwa konsumen memang

harus dipuaskan, sebab kalau mereka tidak puas

akan meninggalkan perusahaan dan menjadi

konsumen pesaing, ini akan menyebabkan

penurunan penjualan dan pada gilirannya akan

menurunkan laba dan bahkan kerugian.

Page 26: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

26

Kepuasan konsumen hanya dapat terbentuk

apabila konsumen merasa puas atas pelayanan

yang diterima mereka. Kepuasan konsumen

inilah yang menjadi dasar menuju terwujudnya

konsumen yang loyal atau setia, termasuk di

dalamnya konsumen dari kalangan korporat.

Sebagai perusahaan yang berkembang,

maka kondisi kepuasan konsumen (perusahaan

konsumen) dari PT. Nisa Tirta Sari (PT. NTS)

di Surabaya diibaratkan sebagai salah satu pilar

utama dalam menyokong keberadaan dan

perkembangan perusahaan, oleh karena itulah

dengan memahami dan mengetahui kondisi

kepuasan konsumennya serta dapat

meningkatkan kualitas dari kepuasan

konsumennya menjadikan perusahaan ini selalu

berbenah dan inovasi dalam menjalankan

aktivitasnya, salah satu hal yang mempengaruhi

kondisi kepuasan konsumen bagi sebuah

perusahaan, maka sebelumnya harus diketahui

secara proporsional kondisi kepuasan konsumen

yang dimiliki oleh perusahaan.

Kepuasan konsumen dalam penelitian ini di

indikasikan oleh beberapa variabel yaitu:

1. Tanggapan konsumen tentang kualitas

layanan setelah menerima layanan dari PT.

Nisa Tirta Sari (PT. NTS) di Surabaya.

2. Faktor emosional, yaitu kepuasannya

bukan karena kualitas produk, tetapi harga

diri atau nilai sosial yang menjadikan

konsumen puas terhadap layanan ekspedisi

di PT. Nisa Tirta Sari.

3. Biaya untuk mendapatkan jasa layanan

ekspedisi, yaitu konsumen yang tidak

perlu mengeluarkan biaya tambahan, atau

tidak perlu membuang waktu untuk

mendapatkan produk atau jasa, cenderung

puas terhadap produk atau jasa yang

diberikan

Berdasarkan kondisi empiris dari variabel

yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka

hal tersebut dapat diimplementasikan dengan

keberadaan starategi dan taktik pemasaran

perusahaan yang diterapkan selama ini memang

layak dikaji, salah satu fenomena yang menarik

dan terjadi di lapangan adalah strategi dan

taktik pemasaran yang memberikan sejumlah

discount harga atau yang lebih dikenal sebagai

commision fee atau sejumlah uang yang

diberikan oleh perusahaan jasa EMKL kepada

konsumennya (pengambil keputusan) atas

kesediaan dan pilihan dari perusahaan

konsumen dalam mengunakan jasa pelayanan

ekspedisi, forwarding, trading dari pihak PT.

NTS di Surabaya.

Keberadaan discount/comission fee ini

secara riil sudah berjalan dan wajar terjadi di

kalangan para pemasar, hal ini dikarenakan

dengan pemberian discount / commision fee

berupa switching cost ini menarik minat peneliti

untuk melakukan penelitian secara mendalam,

karena hal tersebut juga masuk ke dalam

kategori taktik pemasaran, khususnya yang

berkaitan dengan upaya membangun dan

menciptakan kepuasan konsumen PT.NTS.

Sesuai dengan upaya yang dilakukan PT.

Nisa Tirta Sari berkaitan dengan kepuasan

konsumennya tersebut, maka peneliti tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh dimensi

kualitas layanan, dimensi faktor emosi dan

dimensi biaya secara parsial terhadap

tingkat kepuasan pelanggan PT. Nisa Tirta

Sari.

2. Untuk mengetahui dimensi kualitas

layanan, dimensi faktor emosi dan dimensi

biaya secara simultan terhadap tingkat

kepuasan pelanggan PT. Nisa Tirta Sari.

3. Untuk mengetahui faktor manakah yang

berpengaruh dominan terhadap tingkat

kepuasan pelanggan PT. Nisa Tirta Sari.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti

adalah penelitian survey dari suatu populasi

dengan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data. Hasil jawaban responden

dalam kuesioner tersebut yang nantinya akan

diolah. Dalam penelitian ini ingin ditarik

kesimpulan mengenai hubungan kausalitas

(hubungan sebab akibat) antara variabel bebas

dan variabel terikat.

populasi ialah jumlah keseluruhan dari unit

analisa yang ciri-cirinya (karakteristik) akan

diduga. Populasi dibedakan menjadi dua macam

yaitu populasi sampling dan populasi sasaran.

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah

konsumen pengguna jasa EMKL pada PT. Nisa

Tirta Sari (PT. NTS) yaitu delapan perusahaan

pengguna jasa

Teknik pengambilan sample dalam

peneitian ini menggunakan sensus dimana

semua jumlah populasi yang ada di jadikan

sample, namun dalam pengambilan sample

dilakukan dengan purposive sampling, teknik

sampel ini dipilih peneliti berdasarkan penilaian

Page 27: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

27

atau pandangan dari peneliti berdasarkan tujuan

dan maksud penelitian. Peneliti memilih

elemen-elemen yang dimasukkan dalam sampel

karena percaya elemen-elemen tersebut adalah

wakil dari populasi. (Widayat dan Amirullah,

2002 ; 54). Menurut Danin (1997;98).sample

yang sengaja dipilih adalah subyek yang tidak

hanya sebagai pelaku langsung (pelanggan),

akan tetapi mengerti seluk beluk permasalahan

penelitian yang menjadi fokus kerja peneliti.

Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah perusahaan yang diwakili oleh

pengambil keputusan atau yang terlibat

langsung dengan penyedia jasa yaitu 8 orang

(posisi) pengambil keputusan yaitu direktur,

manager pemasaran, manajer keuangan,

supervisor pemasaran, supervisor shipping,

supervisor produksi, staf pemasaran dan staf

keuangan dimana posisi tersebut diambil yang

terkait dengan proses interaksi antara penyedia

jasa dan pengguna jasa sehingga total sample

yang digunakan adalah 64 posisi (orang).

Definisi operasional dari variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian agar tidak

terjadi kesalahan dalam penafsiran, maka

diperlukan pendefinisian secara operasional

pada masing-masing variabel penelitian.

Berdasarkan permasalahan yang telah

dirumuskan serta hipotesis yang diajukan, maka

variabel-variabel yang akan dianalisis adalah

sebagai berikut :

1. Variabel tergantung atau Dependent

Variable (Y) yaitu : kepuasan user

pengguna jasa PT. NISA TIRTA SARI

Surabaya, merupakan sikap positif seorang

konsumen terhadap suatu produk atau jasa,

konsumen memiliki keinginan kuat untuk

membeli ulang produk atau jasa yang sama

pada saat sekarang maupun masa datang,

yang dilihat dari indikator-indikator :

a. Melakukan pembelian secara teratur

b. Membeli di luar lini produk

c. Menolak produk dari perusahaan lain

d. Kebal terhadap daya tarik pesaing

e. Menarik pelanggan baru untuk

perusahaan

f. Kekurangan / kelemahan akan

diberitahukan kepada perusahaan.

2. Variabel bebas atau Independent Variabel

(X) yaitu :

a. Kualitas layanan (X1) merupakan

tanggapan responden (user jasa) tentang

kualitas layanan yang didefinsikan

sebagai hal yang berkaitan dengan

kemampuan sebuah organisasi untuk

memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan, setelah melakukan

pembelian di PT. Nisa Tirta Sari

Surabaya.

Indikator variabel kualitas layanan

adalah:

1) Penampilan fasilitas fisik,

peralatan, dan materi komunikasi

perusahaan.

2) Kemampuan perusahaan untuk

memberikan layanan yang

dijanjikan secara akurat dan andal.

3) Kesediaan perusahaan untuk

membantu pelanggan menyediakan

layanan yang cepat.

4) Pengetahuan dan sopan santun

karyawan perusahaan dalam

menumbuhkan kepercayaan

pelanggan terhadap perusahaan.

5) Perhatian individual yang

diberikan perusahaan kepada para

pelanggannya

b. Dimensi emosional (X2), yaitu

kepuasan yang tinggi menciptakan

suatu hubungan emosional yang sangat

kuat (emotional affinity) dengan suatu

merk serta kepuasan bukan hanya

karena kualitas produk, tetapi harga diri

atau nilai sosial yang menjadikan user

jasa puas terhadap brand PT. Nisa Tirta

Sari Surabaya. Indikator variabel

faktor emosional adalah:

1) Keinginan untuk selalu

menggunakan jasa yang diberikan

2) Adanya kesenangan yang

dirasakan

3) Adanya kebanggaan dalam

menggunakan jasa yang diberikan.

c. Dimensi biaya (X3) merupakan biaya

untuk mendapatkan jasa layanan

EMKL, yaitu user jasa yang tidak perlu

mengeluarkan biaya tambahan, atau

tidak perlu membuang waktu untuk

mendapatkan produk atau jasa,

cenderung puas terhadap produk atau

jasa, unsur biaya dalam memperoleh

berpengaruh terhadap seberapa besar

pelanggan mengeluarkan biaya untuk

memperoleh pelayanan yang diberikan

sangat signifikan dalam menentukan

nilai bagi pelanggan dan memainkan

Page 28: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

28

peran penting dalam pembentukan citra

bagi jasa tersebut dalam hal ini layanan

PT. Nisa Tirta Sari Surabaya.

Indikator variabel ini adalah:

1) Kesesuaian jasa pengiriman

dengan biaya

2) Terdapat discount/ commision fee

pada tarif layanan

3) Penawaran jasa yang lebih baik

tanpa menaikkan harga

4) konsistensi harga yang lebih baik

untuk jasa yang diberikan

Teknik pengukuran data dengan

menggunaan skala Likert. Responden diminta

untuk memberi respons terhadap setiap

pernyataan dengan memilih salah satu dari lima

preferensi persetujuannya.

Data penelitian ini diambil dari dua

sumber, antara lain ; Data yang diperoleh

langsung dari responden yang meliputi data

tentang kualitas layanan, faktor emosional dan

biaya untuk mendapatkan produk atau jasa user

jasa melalui penyebaran kuisioner yang akan

menghasilkan jawaban responden dan data

sekunder yang diperoleh melalui data-data dari

PT. Nisa Tirta Sari Surabaya, jumlah user jasa

serta data-data selama setahun dari pihak lain

yang berkepentingan dalam penelitian ini.

Sebelum dilakukan analisis data dengan

regresi linear, terlebih dahulu dilakukan

pengukuran reliabilitas dan validitas instrumen

data atau jawaban dari responden atas

kuesioner.

Uji reliabilitas sebenarnya alat untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel konstruk. Suatu variabel

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten

atau stabil dari waktu kewaktu. Sedangkan

pengukuran reliabilitas yang digunakan oleh

peneliti adalah dengan one shot atau

pengukuran sekali saja: disini pengukurannya

hanya sekali saja dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pertanyaan lain atau

mengukur korelasi antara jawaban pertanyaan.

Dengan bantuan program SPSS diukur dengan

uji statisitik Cronbach Alpha (). Suatu

konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbach Alpha lebih besar

dari 0.60. (Nunnaly dalam Ghozali,2002;42)

Uji validitas digunakan untuk mengukur

sah atau valid atau tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Untuk pengukuran validitas dilakukan

dengan mengkorelasikan antara skor butir

pertanyaan dengan total skor variabel, uji

signifikansi atau validitas dilakukan dengan

membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.

Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai

positif maka butir pertanyaan atau indikator

tersebut dinyatakan valid. . (Ghozali,2002;42)

Setelah data terkumpul semuanya, maka

langkah selanjutnya adalah menganalisis data

tersebut. Dalam penelitian ini teknik analisis

data yang digunakan adalah teknik analisis

deskriptif kualitatif dengan persentase. Namun

sebelum data dianalisis dengan menggunakan

analisis deskriptif, data hasil survey yang

didapatkan diuji validasi dan reliabilitasnya.

Data yang telah dikumpulkan diolah baik secara

manual maupun dengan menggunakan bantuan

komputer. Program yang digunakan untuk

membantu pengolahan data ini adalah program

SPSS version 13.0 for windows. Adapun

tahapan yang dilakukan dalam analisis data ini

adalah sebagai berikut Uji asumsi Klasik,

Analisis Koefisien Korelasi, Analisis Regresi

Berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pengujian validitas dan reliabilitas,

menggunakan alat bantu komputer dengan

program SPSS. Untuk mengetahui setiap

pertanyaan (kuesiner) yang telah digunakan

pada responden tersebut sesuai harapan, serta

untuk mengetahui jawaban yang diberikan oleh

responden dapat dipercaya atau diandalkan.

Langkah untuk menguji validitas adalah

mengkorelasikan antara skor yang diperoleh

dari penjumlahan semua skor pertanyaan.

Korelasi tersebut kemudian dibandingkan

dengan r tabel koefisien kerelasi person, jika

nilai korelasi lebih besar dari nilai r tabel

koefisien korelasi person maka pertanyaan yang

diajukan pada responden tersebut signifikan,

sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner

tersebut valid. Hasil perhitungan untuk masing-

masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Page 29: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

29

Tabel 1:Hasil Uji Validitas Variabel Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan

KUALITAS

LAYANAN

X1_1 0,849 0,195 Valid

X1_2 0,626 0,195 Valid

X1_3 0,798 0,195 Valid

X1_4 0,799 0,195 Valid

X1_5 0,659 0,195 Valid

X1_6 0,762 0,195 Valid

X1_7 0,846 0,195 Valid

X1_8 0,759 0,195 Valid

X1_9 0,770 0,195 Valid

X1_10 0,892 0,195 Valid

EMOSIONAL

X2_1 0,919 0,195 Valid

X2_2 0,929 0,195 Valid

X2_3 0,950 0,195 Valid

BIAYA

X3_1 0,872 0,195 Valid

X3_2 0,708 0,195 Valid

X3_3 0,906 0,195 Valid

X3_4 0,941 0,195 Valid

KEPUASAN

KONSUMEN

Y1 0,851 0,195 Valid

Y2 0,840 0,195 Valid

Y3 0,903 0,195 Valid

Y4 0,855 0,195 Valid

Hasil pengukuran reliabeltas disajikan dalam tabel dibawah ini

Tabel 2: Hasil Uji Reliabilitas Variable Jumlah item r-Alpha Standart Alpha Keterangan

Kualitas Layanan 10 0,8217 0,600 reliabel

Emosional 3 0,9196 0,600 reliabel

Biaya 4 0,8773 0,600 reliabel

Kepuasan Konsumen 4 0,8838 0,600 reliabel

Pada tabel 2, menunjukkan bahwa semua

variabel mempunyai koefisien alpha lebih dari

0,6 maka dapat dikatakan bahwa semua

variabel dalam penelitian ini adalah reliable.

Artinya bahwa variable yang digunakan dalam

penelitian ini adalah konsisten.

Analisis regresi linier berganda yang diolah

dengan SPSS, maka secara keseluruhan hasil

perhitungan yang tercantum dalam lampiran

dapat diformulasikan sebagai berikut:

Tabel 3:Hasil Regresi Linier Berganda Coefficients

Unstandardize

d Coefficients

Standardized

Coefficients

T

Sig.

Collinearity

Statistics

Model B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3,050 1,975 1,545 ,134

KUALITAS 7,324E-02 ,065 ,156 1,134 ,267 ,575 1,739

EMOTION ,411 ,133 ,441 3,088 ,005 ,537 1,861

BIAYA ,318 ,104 ,396 3,055 ,005 ,652 1,534

Fungsi Regresi Linier Berganda;

Y = 3,059 + 0,073 X1 + 0,411 X2 + 0,318 X3

a. Koefisien konstanta (a) 3,059

menunjukkan variabel kepuasan

konsumen (Y) dengan asumsi variabel

bebasnya (X1dan X2) tetap atau

konstan.

Page 30: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

30

b. Koefisien regresi linear kualitas

layanan (ß1) sebesar 0,073

menunjukkan bahwa jika variabel bebas

kualitas layanan (X1) berubah dengan

satu satuan, maka variabel terikat

kepuasan konsumen (Y) akan naik

sebesar 0,073 dengan asumsi X2 dan X3

tetap atau konstan.

c. Koefisien regresi linear emosional (ß2)

sebesar 0,411 menunjukkan bahwa jika

variabel bebas emosional (X2) berubah

satu satuan, maka variabel terikat

kepuasan konsumen (Y) akan naik

sebesar 0,411 dengan asumsi X1 dan X3

tetap atau konstan.

d. Koefisien determinasi R2 (adjust R

squared) = 68.3% dapat dikatakan

bahwa perubahan variabel terikat (Y)

bisa dijelaskan 68.3% secara bersama-

sama oleh variabel X1,X2 dan X3.

Sedangkan sebagian sisanya 21.7%

disebabkan oleh faktor lain.

e. R squared = 71.6% artinya variasi

dalam variabel bebas X1, X2 dan X3

mampu menjelaskan variabel terikat

sebesar 71.6%. Artinya hubungan antar

variabel bebas X1 dan X2 mempunyai

hubungan yang kuat sebagian sisanya

28.4% disebabkan oleh faktor lain.

Hasil uji asumsi Asumsi Klasik disajikan

sebagai berikut:

1. Uji Multikolinearitas

Variabel bebas penelitian ini tidak terjadi

multikolieritas, karena nilai VIF yang

dimiliki lebih kecil dari nilai VIF 10,

sedangkan salah satu sarat terjadinya

multikolinieritas adalah bila VIF suatu

variable bebas lebih besar dari angka 10,

dari hasil pengolahan SPSS didapatkan nilai

VIF untuk variabel X1 sebesar tolerance

value 0.575 dan VIF sebesar 1,739, dan X2

sebesar tolerance value 0.537 dan VIF

sebesar 1,861, dan X3 sebesar tolerance

value 0.652 dan VIF sebesar 1,534,

sehingga bisa disimpulkan tidak terjadi

multikolinieritas karena kedua variabel

tolerance value > 0,10 dan VIF < 10.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk

mengetahui apakah ada kesalahan

pengganggu pada periode tertentu

berkorelasi dengan kesalahan penggangu

pada periode lainnya. Jika terjadi korelasi,

maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi dapat dilihat jika DW hitung

lebih besar dari batas atas (du). Adapun ada

atau tidaknya autokorelasi dapat diketahui

bahwa nilai DW 1,693 sedangkan batas atas

(du) sebesar 1,72, adapun batas atas (4-du)

yang telah ditetapkan sebesar 2,28 .oleh

karena itu nilai DW (1,693) lebih besar

daripada batas atasdu (1,270) dan lebih

kecil dari batas atas 4-du (2,28) maka dapat

disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

3. Uji Heterokedastisitas

Variabel penelitian ini tidak terjadi

heterokedaktisitas, karena dari hasil uji

heterokedaktisitas menunjukkan bahwa

hasil taraf signifikan korelasi rank

spearman lebih besar dari taraf uji yaitu

0,05 sebagaimana terlihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4: Hasil Taraf Signifikan Korelasi

Rank Spearman Variabel

bebas

sign Kesimpulan

X1 0,05 Non

heterokedastisitas

X2 0,05 Non

heterokedastisitas

X3 0,05 Non

heterokedastisitas

Untuk membuktikan hipotesis penelitian

diterima atau ditolak akan dilakukan uji t dan

uji F.

1. Uji t

Uji t merupakan suatu uji hipotesis untuk

mengetahui pengaruh dari masing-masing

variabel bebas secara parsial atau individual

terhadap variabel terikat.

Ketentuan :

a. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya X1, X2 dan

X3 (kualitas layanan, emosional dan

biaya) secara parsial tidak ada pengaruh

yang nyata terhadap Y (kepuasan

konsumen).

b. H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠0, artinya X1, X2 dan

X3 (kualitas layanan, emosional dan

biaya) secara parsial ada pengaruh yang

nyata terhadap Y (kepuasan

konsumen).

c. Tingkat signifikasi α = 0.05, maka α/2

= 0.025

Page 31: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

31

d. Df = n-k-1 = 30-2-1 = 27

e. Apabila t hitung < t tabel atau –t hitung > -t

tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Apabila t hitung > t tabel atau –t hitung < -t

tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

f. Hipotesis penelitian :

a). Diduga kualitas layanan

berpengaruh secara parsial terhadap

kepuasan konsumen PT NTS.

Dari tabel di dapatkan t hitung = 1.34

dan dengan tingkat signifikasni

sebesar 0,267 atau 26,7%.

Karena tingkat signikansi dari X1

lebih besar dari 0,05 atau 5 %,

maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Dengan kata lain berarti secara

parsial tidak terdapat pengaruh

yang nyata antara kualitas layanan

terhadap kepuasan konsumen pada

PT. Nisa Tirta Sari.

b). Diduga bahwa emosional

berpengaruh secara parsial terhadap

kepuasan konsumen

Dari tabel di dapatkan t hitung = 3.49

dan tingkat signifikansi sebesar

0,005 atau 0,5 %.

Karena tingkat signifikansi untuk

variabel X2 lebih kecil dari 0,05

atau 5 % , yaitu sebesar 0,05%

maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan kata lain berarti secara

parsial ada pengaruh yang nyata

antara emosional terhadap

kepuasan konsumen pada PT. Nisa

Tirta Sari

c). Diduga bahwa biaya berpengaruh

secara parsial terhadap kepuasan

konsumen

Dari tabel di dapatkan t hitung =

3.055 dan tingkat signifikansi

sebesar 0,005 atau 0,5 %.

Karena tingkat signifikansi untuk

variabel X3 lebih kecil dari 0,05

atau 5 % , yaitu sebesar 0,05%

maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan kata lain berarti secara

parsial ada pengaruh yang nyata

antara biaya terhadap kepuasan

konsumen pada PT. Nisa Tirta Sari

2. Uji F

Uji F merupakan suatu uji hipotesis untuk

mengetahui pengaruh dari keseluruhan

variabel bebas secara simultan atau

bersama-sama terhadap variabel terikat.

Ketentuan :

a. Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya X1 , X2

dan X3 (kualitas layanan, emosional

dan biaya) secara simultan tidak ada

pengaruh yang nyata terhadap Y

(kepuasan konsumen).

Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya X1, X2

dan X3 (kualitas layanan, emosional

dan biaya) secara simultan terdapat

pengaruh yang nyata terhadap Y

(kepuasan konsumen).

b. Taraf signifikasi α = 0.05

c. Dari data diperoleh F hitung = 21.821

d. Apabila F hitung < F tabel maka H0

diterima dan H1 ditolak

Apabila F hitung > F tabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima.

Karena tingkat signifikansi untuk F

hitung lebih kecil dari 0,05 atau 5% yakni

0%, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal

ini berarti ada pengaruh yang nyata antara

kuialitas layanan, emosional dan biaya

secara simultan terhadap kepuasan

konsumen. Dengan demikian hipotesis

penelitian yang menyatakan bahwa koalitas

layanan, emosional dan biaya mempunyai

pengaruh secara simultan terhadap kepuasan

konsumen PT NTS terbukti kebenarannya.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data, uji hipotesis dan

interprestasi hasil yang telah di kemukakan

dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor Kualitas layanan tidak berpengaruh

secara parsial terhadap kepuasan konsumen

PT Nisa Tirta Sari.

2. Faktor Emosional berpengaruh secara

parsial terhadap kepuasan konsumen PT.

Nisa Tirta Sari.

3. Faktor biaya berpengaruh secara parsial

terhadap kepuasan konsumen PT. Nisa

Tirta Sari.

4. Faktor Kualitas Layanan, Emosional dan

biaya secara simultan berpengaruh terhadap

kepuasan konsumen PT. Nisa Tirta Sari.

Implikasi managerial seharusnya PT. Nisa

Tirta Sari dalam pengambilan kebijakan terkait

dengan konsumennya harus lebih

memperhatikan faktor emosional dan biaya,

Page 32: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

32

karena berdasarkan hasil analisis penelitian

menunjukkan bahwa kedua faktor inilah yang

mempunyai pengaruh terhadap kepuasan

konsumen. Sementara intu PT. Nisa Tirta Sari

harus mengevaluasi kualitas pelayanan yang

selama ini diberikan karena ternyata faktor ini

menurut konsumen tidak mempengaruhi

kepuasan mereka.

Kepuasan yang tinggi dapat menciptakan

suatu hubungan emosional yang sangat kuat

(emotional affinity) dengan suatu merk serta

kepuasan bukan hanya karena kualitas produk,

tetapi harga diri atau nilai sosial yang

menjadikan user jasa puas terhadap brand PT.

Nisa Tirta Sari Surabaya. Indikator

variabel faktor emosional adalah keinginan

untuk selalu menggunakan jasa yang diberikan,

adanya kesenangan yang dirasakan, adanya

kebanggaan dalam menggunakan jasa yang

diberikan.

Dari dimensi biaya untuk mendapatkan

jasa layanan EMKL, user jasa tidak perlu

mengeluarkan biaya tambahan, atau tidak perlu

membuang waktu untuk mendapatkan produk

atau jasa. Unsur biaya sangat signifikan dalam

menentukan nilai bagi pelanggan dan

memainkan peran penting dalam pembentukan

citra bagi jasa tersebut dalam hal ini layanan

PT. Nisa Tirta Sari Surabaya. Indikator variabel

ini adalah kesesuaian jasa pengiriman dengan

biaya, terdapat discount/ commision fee pada

tarif layanan, penawaran jasa yang lebih baik

tanpa menaikkan harga, konsistensi harga yang

lebih baik untuk jasa yang diberikan

DAFTAR PUSTAKA

Al Barry, Dahlan, 2001, Kamus Ilmiah Populer,

Arkola, Surabaya

Alma, Buchori, 2002, Manajemen Pemasaran

dan Pemasaran Jasa, Alfabeta, Bandung.

Arnould, Eric, Linda Price, George Zinkhan,

2002, The Consumer, Mc Graw Hill,

Internal Edition.

Barners, James G.,2003, Screet of Customer

Relatioship Management, Rahasia

Manajemen Hubungan Pelanggan, Andi,

Yogyakarta.

Chandra, Gregorius, 2002, Strategi dan

Program Pemasaran, PT. Andi,

Yoyakarta.

Cravens, David, W..1996, Pemasaran Strategis,

Edisi Keempat , Jilid 1, Erlangga

Jakarta.

Danin, Sudarwan, 1997, Metode Penelitian

untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Cetakan

Pertama, Bumi Aksara Jakarta.

Ghozali, Imam., 2005, Aplikasi Analisa

Multivariate Dengan Program SPSS,

Edisi I, Badan Penerbit –UNDIP

Semarang.

Griffin,Jill,1995, Handbook of Customer

Satisfaction Measurement,

Cambride;Great Britain at the University.

Indriantoro, Nur dan Supomo, 2002,

Metodologi Penelitian Akuntansi dan

Manajemen, BPFE Yogyakarta.

Irawan, Handy, 2004, 10 Prinsip Kepuasan

Pelanggan, Cetakan Keenam, PT. Elex

Komputindo, Jakarta

J. Supranto, 1997, Pengukuran Tingkat

Kepuasan Pelanggan, Jakarta, Rineka

Cipta.

Kotler, Philip., 1993, Manajemen Pemasaran;

Analisis, Perencanaan, Implementasi,

Dan Pengendalian, Edisi Ketiga,

Erlangga Jakarta.

………, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi

Millenium, Prehallindo, Jakarta.

Lupiyoadi, Rambat, 2001, Manajemen

Pemasaran Jasa; Teori dan Aplikasi,

Edisi Pertama, PT. Salemba Empat,

Jakarta.

Mursyid, 2003, Manajemen Pemasaran,

Cetakan Ketiga, Bumi Aksara, Bandung.

Mustofa Zainal, 1999, Microstat Untuk

Mengolah Data Statistik, Edisi III, Andi,

Yogyakarta.

Mowen, John C. dan Michael Miror, 2001,

Perilaku Konsumen, Jilid 1, Edisi

Kelima, Erlangga Jakarta.

Payne, Adrian 2000, Pemasaran Jasa, Edisi

terjemahan, Andi, Yogyakarta

Shiffman., Kanuk 2000, Marketing Scale, Andi

Ofset Press, Yogyakarta, Edisi

Terjemahan

Schnaar, S.P. 1998, Marketing Strategy

:Customers and Competitions, edisi

2New York, Free Press.

Simamora, Bilson, 2001, Panduan Riset

Perilaku Konsumen, cetakan kedua, PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Susanto, dkk, 2003, Dasar-Dasar Pemasaran ,

Edisi Pertama, Mitra Bestari,

Yogyakarta.

Sumarwan, U, 2003, Perilaku Konsumen, Edisi

kedua, Andi, Yogyakarta.

Page 33: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

33

Satnton, William J., 1994, Fundamental of

Marketing, edisi kedelapan, singapore,

Mcgraw Hill

Swastha, Basu Dh dan Handoko, Hani T, 1990,

Manajemen Pemasaran ; Analisa

Perilaku Konsemen, edisi pertama,

BPFE, Yogyakarta

Tjiptono, Fandy, 1997, Strategi Pemasaran,

Edisi Kedua, Andi, Yogyakarta.

………., 2001, Manajemen Jasa, Andi,

Yogyakarta.

………., dan Anastasia Diana, 2001, Total

Quality Management, Edisi Revisi, Andi,

Yogyakarta.

Widayat dan Amirullah, 2002, Riset Bisnis,

Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Widodo. Lili, Adi, Manajemen Bisnis berbasis

Hasil Penelitian, Alfabeta, Bandung.

www. diknas.gov.id

www. Promarketing.co.id

Page 34: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

34

KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWANPT. ASDP INDONESIA FERRY (PERSERO)

HELMI BUYUNG AULIA SAFRIZAL

Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura

Kampus UTM, Jl. Raya Telang Po. Box 2 Kamal Bangkalan 69162

ABSTRACT Quality of work life is the degree to which members of the work organization are able to satisfy their most important personal needs through organizational experiences. Quality of work life implementation have three benefit. The first, the most direct benefit is usually increased job satisfaction and organizational commitment among the work force. A second benefit is increased productivity and third-namely, increased organizational effectiveness. The purpose of this reseach are: 1) to analize whether quality of work life factor that include compensation, job design, participation and job security partially have significant direct influence to employee organization commitment; 2) to analize whether organization commitment have significant direct influence to employee performance; 3) to find out quality of work life factor that include compensation, job design, participation and job security partially have significant indirect influence to employee performance. The result of this research are: 1) quality of work life factor that include compensation, job design, participation and job security partially have significant direct influence to organization commitment; 2) organization commitment have significant direct influence to employee performance; 3) quality of work life factor that include compensation, job design, participation and job security partially have significant indirect influence to employee performance.

Key words: quality of work life, job design, job security, employee performance

PENDAHULUAN

Memasuki era globalisasi dan pasar bebas saat

ini, persaingan terjadi di segala bidang

kegiatan bisnis. Dalam menghadapi kompetisi

pasar global maka dunia bisnis dan industri

harus berbenah diri agar tetap eksis. Perusahaan

merupakan salah satu bagian dalam mata rantai

bisnis yang penting. Perusahaan tidak lagi

bersaing secara nasional tetapi sudah harus

mampu bersaing secara internasional sesuai

dengan tuntutan global saat ini. Untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya,

perusahaan harus dapat menyesuaikan diri

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

baik di dalam maupun di luar perusahaan serta

melakukan inovasi untuk mengembangkan

perusahaan. Perusahaan perlu mengupayakan

agar setiap sumber daya yang dimiliki dapat

digunakan secara efektif dan efisien sehingga

pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan

skala ekonomis dan meningkatkan kemampuan

kompetitif perusahaan.

Salah satu sumber daya yang terpenting di

dalam perusahaan adalah sumber daya manusia

atau tenaga kerja. Sumber daya manusia

merupakan elemen terpenting dalam

mengoperasikan seluruh sumber daya lain yang

terdapat di dalam perusahaan. Perusahaan perlu

mengembangkan cara-cara baru untuk

mengelola sumber daya manusia untuk dapat

dimanfaatkan dalam usaha meningkatkan

kemajuan perusahaan. Salah satu cara yang

dapat diterapkan adalah dengan meningkatkan

kualitas kehidupan kerja para karyawannya.

Kualitas kehidupan kerja merupakan suatu

tingkat dimana anggota dari suatu organisasi

mampu memuaskan kebutuhan pribadi yang

penting melalui pengalamannya dalam

melakukan pekerjaan pada organisasi tersebut.

Kualitas kehidupan kerja ditentukan dari

persepsi karyawan terhadap keadaan, mental

dan fisik pada saat bekerja. Peningkatan

kualitas kehidupan kerja akan membawa

pengaruh yang positif terhadap organisasi.

Pengaruh positif secara langsung yang

diperoleh adalah pertama, meningkatkan

kepuasan kerja dan komitmen terhadap

organisasi/perusahaan diantara karyawan.

Kedua, meningkatkan produktivitas. Ketiga,

berkaitan dengan dua keuntungan sebelumnya,

adalah meningkatkan efektivitas organisasi.

Komitmen karyawan pada organisasi

mempengaruhi karyawan tersebut untuk

Page 35: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

35

berusaha lebih baik dalam bekerja baik secara

langsung maupun tidak langsung akan

meningkatkan kinerja karyawan tersebut.

Dengan adanya komitmen yang tinggi dari

karyawan pada organisasi maka karyawan akan

mengerahkan segala kemampuan mereka untuk

melaksanakan segala tugas yang dibebankan

kepada mereka termasuk menuruti segala

peraturan yang ada. Karyawan memiliki

kemampuan untuk mengkomitmenkan atau

tidak mengkomitmenkan dirinya pada suatu

organisasi. Setiap karyawan dituntut untuk

selalu berkomitmen terhadap organisasi.

Komitmen karyawan pada organisasi

mencerminkan kepercayaan karyawan pada

misi dan tujuan organisasi.

Kualitas kehidupan kerja adalah suatu

keadaan lingkungan kerja yang baik atau tidak

baik bagi pekerja. Kegunaan yang mendasar

adalah mengembangkan suatu lingkungan kerja

yang baik yang sesuai dengan kesejahteraan

ekonomi organisasi (Davis dan Newstrom,

1993: 345). Mondy dan Noe (1993: 347)

berpendapat, Kualitas kehidupan kerja adalah

tingkat dimana anggota dari suatu organisasi

kerja mampu memuaskan kebutuhan pribadi

yang penting melalui pengalaman organisasi

mereka. Menurut Riggio (2000: 240) yang

mengutip pernyataan Efraty dan Sirgy

menyatakan bahwa bukti mengindikasikan

bahwa peningkatan kualitas kehidupan kerja

akan membawa pengaruh yang positif terhadap

organisasi seperti meningkatkan produktivitas

dan kualitas dan menurunkan tingkat absensi

dan perputaran karyawan.

Wether dan Davis (1993: 412) kualitas

kehidupan kerja dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu supervisi, kondisi kerja, gaji,

tunjangan dan desain pekerjaan. Riggio (2000:

240) menyatakan, bahwa kualitas kehidupan

kerja ditentukan oleh kompensasi yang diterima

karyawan, kesempatan untuk berpartisipasi

dalam organisasi, keamanan kerja, desain

pekerjaan dan kualitas interaksi antar anggota

organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas kehidupan kerja pada penelitian ini

akan dibatasi menjadi empat faktor yang

meliputi kompensasi, desain pekerjaan,

partisipasi dan keamanan kerja.

Kompensasi adalah apa yang karyawan

terima sebagai balasan dari kontribusinya

terhadap organisasi (Werther dan Davis,1993:

212). Sedangkan menurut Nitisemito (2000:

90-95) bahwa kompensasi adalah balas jasa

yang diberikan oleh perusahaan kepada

karyawan, yang dapat dinilai dengan uang dan

cenderung diberikan secara tetap. Kompensasi

merupakan hal penting bagi karyawan karena

akan mempengaruhi sikap dan perilaku kerja

karyawan dalam suatu perusahaan sehingga

setiap perusahaan perlu menetapkan

kompensasi yang paling tepat agar dapat

mendukung tercapainya tujuan perusahaan.

Terdapat beberapa pertimbangan yang

diperlukan dalam menetapkan kompensasi yang

tepat menurut pendapat Nitisemito (2000: 90-

95) yaitu kompensasi harus dapat memenuhi

kebutuhan minimal, kompensasi harus dapat

mengikat, kompensasi harus dapat

menimbulkan semangat dan kegairahan kerja,

kompensasi harus adil, kompensasi tidak boleh

bersifat statis, komposisi dari kompensasi yang

diberikan harus diperhatikan.

Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan

kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau

kelompok karyawan secara organisasional.

Tujuannya adalah untuk mengatur penugasan-

penugasan kerja yang memenuhi kebutuhan-

kebutuhan organisasi, teknologi dan

keperilakuan. Dari sudut pandangan

manajemen personalia, desain pekerjaan sangat

mempengaruhi kualitas kehidupan kerja,

dimana hal ini tercermin pada kepuasan

individu para pemegang jabatan (Handoko,

1999: 31). Para karyawan menghabiskan

banyak waktunya pada sebuah pekerjaan dan

merupakan hal yang penting untuk mendesain

pekerjaan dengan baik sehingga karyawan

tersebut menyenangi pekerjaan mereka.

Handoko (1999: 33) menyatakan terdapat

beberapa elemen keperilakuan yang perlu

dipertimbangkan dalam desain pekerjaan yaitu

otonomi pekerjaan, variasi pekerjaan, identitas

tugas dan umpan balik pekerjaan.

Partisipasi adalah keterlibatan mental dan

emosional orang-orang dalam situasi kelompok

yang mendorong mereka untuk memberikan

kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi

tanggung jawab dalam pencapaian tujuan

(Newstrom dan Davis, 1993: 247). Menurut

pengertian ini partisipasi mengandung tiga

gagasan penting yaitu keterlibatan mental dan

emosional, motivasi untuk memberikan

kontribusi dan penerimaan tanggung jawab.

Keterlibatan mental dan emosional yang lebih

dari sekedar aktivitas fisik, keseluruhan pribadi

Page 36: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

36

seseorang terlibat, bukan hanya keterampilan

saja. Keterlibatan ini bersifat psikologis

daripada fisik. Seseorang yang berpartisipasi

akan lebih terlibat egonya daripada hanya

terlibat tugas. Partisipasi ini dapat dilakukan

dengan melibatkan karyawan dan ide-idenya

dalam perencanaan dan pengambilan

keputusan. Motivasi karyawan untuk

memberikan kontribusinya dapat dilihat dengan

cara karyawan diberi kesempatan untuk

menyalurkan inisiatif dan kreatifitasnya dalam

mencapai tujuan perusahaan. Partisipasi

mendorong karyawan untuk menerima

tanggung jawab dalam aktivitas kelompok. Hal

ini merupakan suatu proses sosial dimana

karyawan terlibat egonya dalam perusahaan

dan menginginkan keberhasilan atas usahanya.

Pada saat karyawan mau menerima tanggung

jawab atas aktivitas kelompok, mereka melihat

adanya peluang untuk melakukan hal-hal yang

mereka inginkan, yaitu merasa tanggung jawab

untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Keamanan kerja adalah bebas dari

ancaman fisik maupun psikologis, meliputi

keamanan pada saat karyawan bekerja dan rasa

aman di masa depan. Bila keamanan kerja

terjamin maka dapat mengurangi kegelisahan,

meningkatkan semangat dan kegairahan kerja

para karyawan. Keamanan pada saat karyawan

bekerja biasanya berkaitan dengan program

keamanan dan kesehatan karyawan yang

pelaksanaannya diatur oleh pemerintah dan

perusahaan wajib mematuhinya. Adanya

program ini dimaksudkan untuk mengurangi

terjadinya kecelakaan dan penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan. Handoko (1999:

191-192) menyatakan bahwa program-program

keamanan dan kesehatan karyawan dapat

dilakukan dalam berbagai bentuk yaitu

membuat kondisi kerja aman seperti dengan

membeli atau mempergunakan mesin-mesin

yang dilengkapi alat-alat pengaman, melakukan

kegiatan-kegiatan pencegahan kecelakaan

seperti dengan memasang poster-poster untuk

selalu mengingatkan tentang keamanan dan

penciptaan lingkungan kerja yang sehat untuk

menjaga kesehatan para karyawan dari

gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran,

kelelahan dan lain-lain.

Komitmen pada organisasi meliputi tiga

sikap: (1) perasaan identifikasi pada tujuan

organisasi, (2) perasaaan keterlibatan dalam

tugas organisasi dan (3) perasaan loyalitas atau

kesetiaan terhadap perusahaan (Gibson,

Ivancevich dan Donnelly, 1985: 199). Dengan

demikian orang yang berkomitmen pada

organisasi tidak berkeinginan untuk berhenti

bekerja dan menerima pekerjaan di organisasi

lain. Steers dan Porter (1991: 290) memberikan

definisi komitmen pada organisasi sebagai

kekuatan relatif identifikasi dan keterlibatan

individu pada suatu organisasi tertentu yang

diindikasikan dengan adanya keyakinan kuat

pada tujuan dan nilai-nilai organisasi, kesediaan

untuk melakukan usaha-usaha tertentu bagi

kepentingan organisasi serta keinginan kuat

untuk terus menjadi anggota organisasi.

Definisi ini mengandung ide loyalitas

organisasi atau perusahaan tetapi komitmen

organisasi lebih luas dari sekedar loyalitas yang

sifatnya pasif karena menuntut karyawan untuk

memberi kontribusi aktif bagi organisasi. Lebih

lanjut, Steers dan Porter (1991: 290)

mengatakan bahwa komitmen pada organisasi

merupakan proses yang berkesinambungan

dimana pelaku-pelaku organisasi

memperlihatkan kepedulian mereka pada

organisasi serta kelangsungan keberhasilan dan

kebaikan organisasi.

Newstrom dan Davis (1993: 198)

mengemukakan bahwa komitmen organisasi

merupakan tingkat dimana karyawan mengenal

organisasi dan berkeinginan untuk terus

berpartisipasi secara aktif dalam organisasi

tersebut. Lebih lanjut Newstrom dan Davis

(1993: 198) mengemukakan komitmen

organisasi merupakan ukuran kemauan

karyawan untuk tinggal atau bertahan dalam

perusahaan di masa depan. Komitmen

organisasi juga mencerminkan kepercayaan

karyawan pada misi dan tujuan perusahaan,

kemauan untuk melakukan usaha-usaha tertentu

dalam mencapai misi dan tujuan itu serta

berniat untuk terus bekerja pada organisasi

tersebut. Dari beberapa definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa komitmen organisasi

merupakan kekuatan relatif dari identifikasi dan

keterlibatan individu dengan organisasi.

Komitmen mengandung definisi loyalitas tetapi

komitmen lebih dari sekedar loyalitas karena

melibatkan hubungan aktif individu dengan

organisasi dimana individu memberikan

sesuatu dari dirinya untuk membantu organisasi

mencapai sukses. Komitmen organisasi

merupakan suatu proses yang berkelanjutan

dimana seluruh pelaku yang berkaitan dengan

Page 37: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

37

organisasi mengekspresikan perhatiannya pada

kepentingan organisasi.

Greenberg dan Baron (1993: 175)

mengatakan bahwa komitmen afektif hampir

sama dengan pendekatan orientasi kesamaan

tujuan individual organisasional yang

menunjukkan kuatnya keinginan seseorang

untuk terus bekerja bagi organisasi karena ia

sejalan dan memang berkeinginan untuk

melakukannya. Komitmen kontinuan,

dipengaruhi dan atau dikembangkan pada saat

individu melakukan investasi yang mana

investasi tersebut akan hilang atau berkurang

nilainya apabila individu beralih dari

organisasinya. Komitmen ini berhubungan

dengan pendekatan side-bets atau pendekatan

orientasi sisi pertaruhan yang menunjukkan

kuatnya tendensi kebutuhan sesorang untuk

terus bekerja bagi organisasi (Greenberg dan

Baron, 1993: 175). Komitmen normatif,

dipengaruhi dan atau berkembang sebagai hasil

dari internalisasi tekanan normatif untuk

melakukan serangkaian tindakan tertentu dan

penerimaan keuntungan yang menimbulkan

perasaan akan kewajiban yang harus dibalas.

Karyawan dengan komitmen afektif yang

kuat bertahan dalam organisasi karena mereka

“menginginkan” (want to); karyawan dengan

komitmen kontinuan yang kuat bertahan dalam

organisasi karena mereka “membutuhkan”

(need to); sedangkan karyawan dengan

komitmen normatif yang kuat bertahan dalam

organisasi karena mereka merasa “seharusnya”

(ought to) berbuat hal tersebut. Menurut

Greenberg dan Baron (1993: 649) terdapat tiga

keuntungan yang dapat diperoleh dari

penerapan kualitas kehidupan kerja yaitu

meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen

terhadap organisasi diantara karyawan,

meningkatkan produktivitas dan meningkatkan

efektivitas organisasi. Studi-studi telah

menemukan bahwa tingkat komitmen

organisasi yang tinggi cenderung dihubungkan

dengan tingkat absensi dan turnover yang

rendah. Sehingga semakin berkomitmen

seseorang karyawan semakin berkurang

keinginannya untuk mencari pekerjaan baru

dibandingkan dengan mereka yang kurang

berkomitmen (Roberts dan Hunt, 1991: 148).

Miner (1992: 125) menyatakan bahwa

komitmen yang tinggi mempunyai hubungan

yang positif dengan rendahnya absensi atau

ketidakhadiran dan produktifitas yang tinggi.

Karyawan yang benar-benar berkomitmen pada

organisasi biasanya mempunyai catatan

kehadiran yang baik, memiliki kesetiaan dan

ketaatan pada kebijaksanaan perusahaan dan

mempunyai tingkat turnover yang rendah

(Newstrom dan Davis, 1993: 198)

Simamora (1999:416) mengatakan bahwa

kinerja merupakan proses dengannya organisasi

mengevaluasi pelaksanaan kerja individu.

Penilaian kinerja dilakukan melalui konstribusi

karyawan terhadap organisasi selama periode

waktu tertentu. Whitmore (1997:104)

mendefinisikan kinerja sebagai pelaksanaan

fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang.

Bernardin dan Russel (ruky, 2001:14-16)

mendefinisikan kinerja sebagai berikut:

“kinerja didefinisikan sebagai catatan kemajuan

dalam mencapai hasil-hasil pada fungsi kerja

secara khusus atau aktivitas selama kurun

waktu tertentu”. Maksud dari Bernardin dan

Russel menekankan pengertian prestasi sebagai

“hasil” atau “apa yang keluar” (outcomes) dari

sebuah pekerjaan dan konstribusi mereka pada

organisasi.

Untuk mengetahui tinggi-rendahnya

kinerja seseorang, maka perlu dilakukan

penilaian kinerja. Handoko (1996:135)

mendefinisikan penilaian kinerja sebagai proses

melalui mana organisasi mengevaluasi atau

menilai prestasi kerja karyawan. Sedangkan

Suprihanto (1988:7) mengatakan penilaian

kinerja sebagai suatu sistem yang digunakan

untuk menilai dan mengetahui apakah seorang

karyawan telah melaksanakan pekerjaannya

masing-masing secara keseluruhan. Penilaian

itu mencakup aspek yang tidak hanya dilihat

dari segi fisiknya tetapi meliputi berbagai aspek

seperti kemampuan kerja, disiplin, hubungan

kerja, prakarsa, kepemimpinan dan hal-hal

khusus sesuai dengan bidang dan level

pekerjaannya.

Gomes (2000:142), melengkapi kedua

pendapat diatas dengan mengatakan ukuran

performasi yang bersifat kuantitatif seperti

satuan-satuan produksi dan volume penjualan

menghasilkan pengukuran yang konsisten

secara relatif. Kriteria-kriteria yang sifatnya

subyektif, seperti sikap, kreativitas dan kerja

sama menghasilkan pengukuran yang kurang

konsisten, tergantung pada siapa yang

mengevaluasi dan bagaimana pengukuran itu

dilakukan. Selanjutnya Gomes (2000:142)

mengemukakan beberapa kriteria performansi

Page 38: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

38

kerja yang didasarkan atas deskripsi perilaku

yang spesifik:

1. Quantity of work, yaitu jumlah hasil kerja

yang didapat dalam suatu periode waktu

yang ditentukan.

2. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang

dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian

dan kesiapannya.

3. Job Knowledge, yaitu luasnya pengetahuan

mengenai pekerjaan dan ketrampilannya.

4. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-

gagasan yang dimunculkan dan tindakan-

tindakan untuk menyelesaikan persoalan-

persoalan yang timbul.

5. Cooperation, yaitu kesediaan untuk bekerja

sama dengan orang lain (sesama anggota

organisasi).

6. Dependability, yaitu kesadaran dan dapat

dipercaya dalam hal kehadiran dan

penyelesaian kerja;

7. Initiative, yaitu semangat untuk

melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam

memperbesar tanggung jawabnya;

8. Personal qualities, yaitu menyangkut

kepribadian, kepemimpinan, keramah-

tamahan dan integritas pribadi.

Miner (1992: 125) menyatakan bahwa

komitmen yang tinggi mempunyai hubungan

yang positif dengan rendahnya absensi atau

ketidakhadiran dan produktifitas yang tinggi.

Karyawan yang benar-benar berkomitmen pada

organisasi biasanya mempunyai catatan

kehadiran yang baik, memiliki kesetiaan dan

ketaatan pada kebijaksanaan perusahaan dan

mempunyai tingkat turnover yang rendah

(Newstrom dan Davis, 1993: 198). Penelitian

McNeese-Smith (1996) menunjukkan bahwa

komitmen organisasi berhubungan signifikan

positif terhadap kinerja karyawan produksi

yang ditunjukkan dengan nilai Pearson (r)

sebesar 0,31 (signifikan pada level 0,001).

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bahwa faktor-faktor kualitas kehidupan

kerja yaitu kompensasi, desain pekerjaan,

partisipasi dan keamanan kerja secara

parsial mempunyai pengaruh langsung yang

bermakna terhadap komitmen organisasi

karyawan laut PT. ASDP Indonesia Ferry

(Persero) Cabang Surabaya.

2. Bahwa komitmen organisasi mempunyai

pengaruh langsung yang bermakna terhadap

kinerja karyawan laut PT. ASDP Indonesia

Ferry (Persero) Cabang Surabaya

3. Faktor-faktor kualitas kehidupan kerja yang

meliputi kompensasi, desain pekerjaan,

partisipasi dan keamanan kerja secara

parsial mempunyai pengaruh tidak langsung

yang bermakna terhadap kinerja karyawan

laut PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)

Cabang Surabaya.

METODE

Variabel penelitian yang akan diukur dalam

penelitian ini berjumlah 5 (lima) variabel.

Variabel-variabel tersebut adalah :

1. Variabel Y2, yaitu kinerja karyawan

2. Variabel Y1, yaitu komitmen organisasi

3. Variabel X, yaitu faktor-faktor kualitas

kehidupan kerja yang meliputi :

a. Kompensasi (X1)

b. Desain Pekerjaan (X2)

c. Partisipasi (X3)

d. Keamanan Kerja (X4)

Populasi dalam penelitian ini merupakan

karyawan laut PT. ASDP Indonesia Ferry

(Persero) Cabang Surabaya yang berjumlah 38

orang. Karena jumlah populasi tidak begitu

besar maka dalam penelitian ini sampel adalah

keseluruhan populasi.

Data yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan teknik analisis jalur Path

Analysis untuk memenuhi tujuan penelitian. Uji

ini dimaksudkan untuk menerangkan akibat

langsung dan tidak langsung seperangkat

variabel, sebagai variabel penyebab terhadap

variabel akibat (Ferdinand, 2002:40).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, model hubungan

variabel bebas dengan variabel antara dan

variabel terikat dapat dinyatakan dalam bentuk

persamaan berikut:

ZY1 = P1X1 + P2X2 + P3X3 + P4X4 + ε1

ZY2 = P5Y1 + ε2

Pendugaan parameter atau perhitungan

koefisien jalur dengan metode OLS, bilamana

dilakukan dengan software SPSS maka:

Page 39: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

39

dihitung melalui analisis regresi, yaitu

dilakukan pada masing-masing persamaan

secara parsial (Solimun, 2002).

Untuk bentuk persamaan pertama

diperoleh hasil analisis regresi sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi : Pengaruh

X1 – X4 Terhadap Y1

Var

Standardized

coefficients

beta

t Sig.

X1

X2

X3

X4

0,318

0,294

0,328

0,285

2,880

2,532

2,659

2,414

0,007

0,016

0,012

0,021

R = 0,798

R2 = 0,636

F hitung = 14,439

Sig F = 0,000

Untuk bentuk persamaan kedua

diperoleh hasil analisis regresi sebagai berikut:

Tabel 2 Hasil analisis regresi : Pengaruh Y1

terhadap Y2

Var

Standardized

coefficients

beta

t Sig.

Y1 0,597 4,47 0,000

R = 0,597

R2 = 0,357

F hitung = 19,978

Sig F = 0,000

Dari hasil analisis regresi dalam Tabel 1

dan Tabel 2, maka bentuk persamaan dapat

dinyatakan sebagai berikut :

ZY1 = 0,318X1 + 0,294X2 + 0,328X3 +

0,285X4 + ε1

ZY2 = 0,597Y1 + ε2

Berdasarkan hasil analisis regresi yang

telah dilakukan, maka dikemukakan pengujian

hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 1

Dari hasil analisis regresi yang disajikan

pada Tabel 1 diperoleh F hitung sebesar 14,439

dengan tingkat signifikansi 0,000, yang berarti

p (0,000) < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel

X1 sampai X4 secara bersama-sama mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y1.

Hasil analisis regresi pada Tabel 1 juga

menunjukkan bahwa secara parsial variabel

kompensasi (X1), desain pekerjaan (X2),

partisipasi (X3) dan keamanan kerja (X4)

berpengaruh secara signifikan terhadap

komitmen organisasi karyawan (Y1), karena

nilai signifikansi t lebih kecil dari 5% (alpha =

0,05). Dengan kata lain p < 0,05, maka H0

ditolak dan H1 diterima.

Besarnya pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat akan

dijelaskan sebagai berikut :

a. Variabel kompensasi (X1)

Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai

= 0,318 dan Sig t = 0,007. Hal ini berarti

X1 berpengaruh secara signifikan dan

positif terhadap Y1, maka bila X1 naik satu

poin, variabel Y1 akan naik sebesar 0,318.

b. Variabel desain pekerjaan (X2)

Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai

= 0,294 dan Sig t = 0,016. Hal ini berarti

X2 berpengaruh secara signifikan dan

positif terhadap Y1, maka bila X2 naik satu

poin, variabel Y1 akan naik sebesar 0,294.

c. Variabel partisipasi (X3)

Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai

= 0,328 dan Sig t = 0,012. Hal ini berarti

X3 berpengaruh secara signifikan dan

Gambar 2: Bentuk Diagram Jalur

Kompensasi (X1)

Desain Pekerjaan (X2)

Partisipasi (X3)

Keamanan Kerja (X4)

Komitmen Organisasi

(Y1)

Kinerja Karyawan(Y2)

e1 e2

Page 40: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

40

positif terhadap Y1, maka bila X3 naik satu

poin, variabel Y1 akan naik sebesar 0,328.

d. Variabel kemanan kerja (X4)

Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai

= 0,285 dan Sig t = 0,021. Hal ini berarti

X4 berpengaruh secara signifikan dan

positif terhadap Y1, maka bila X4 naik satu

poin, variabel Y1 akan naik sebesar 0,285.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa

faktor-faktor kualitas kehidupan kerja yaitu

kompensasi, desain pekerjaan, partisipasi dan

keamanan kerja secara parsial mempunyai

pengaruh langsung yang bermakna terhadap

komitmen organisasi karyawan laut PT. ASDP

Indonesia Ferry (Persero) Cabang Surabaya

dapat diterima.

Hipotesis 2

Dari hasil analisis regresi yang

disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa

nilai signifikansi t sebesar 0,000, yang berarti p

(0,000) < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1

diterima. Dari Tabel 2 juga memperlihatkan

nilai = 0,597. Hal ini berarti Y1 berpengaruh

langsung secara signifikan dan positif terhadap

Y2, maka bila Y1 naik satu poin, variabel Y2

akan naik sebesar 0,597.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa hipotesis yang menyatakan komitmen

organisasi mempunyai pengaruh langsung yang

bermakna terhadap kinerja karyawan laut PT.

ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang

Surabaya dapat diterima.

Hipotesis 3

Perhitungan pengaruh tidak langsung

variabel faktor kualitas kehidupan kerja (X)

yang bermakna terhadap variabel kinerja (Y2)

adalah sebagai berikut :

a. Pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y2

melalui Y1 :

(P1)(P8) = (0,318)(0,597) = 0,190. Hal ini

berarti terdapat pengaruh tidak langsung X1

terhadap Y2 melalui Y1 sebesar 0,190.

b. Pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y2

melalui Y1:

(P2)(P8) = (0,294)(0,597) = 0,110. Hal ini

berarti terdapat pengaruh tidak langsung X2

terhadap Y2 melalui Y1 sebesar 0,110.

c. Pengaruh tidak langsung X3 terhadap Y2

melalui Y1 :

(P5)(P8) = (0,328)(0,597) = 0,196. Hal ini

berarti terdapat pengaruh tidak langsung X3

terhadap Y2 melalui Y1 sebesar 0,196.

d. Pengaruh tidak langsung X4 terhadap Y2

melalui Y1 :

(P6)(P8) = (0,285)(0,597) = 0,170. Hal ini

berarti terdapat pengaruh tidak langsung X4

terhadap Y2 melalui Y1 sebesar 0,170.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa

faktor-faktor kualitas kehidupan kerja yang

meliputi kompensasi, desain pekerjaan,

partisipasi dan keamanan kerja mempunyai

pengaruh tidak langsung yang bermakna

terhadap kinerja karyawan laut PT. ASDP

Indonesia Ferry (Persero) Cabang Surabaya

dapat diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai

koefisien korelasi berganda (R) dari persamaan

regresi linier berganda antara variabel faktor

kualitas kehidupan kerja (X) dengan komitmen

organisasi (Y1) adalah sebesar 0,798 artinya

terdapat hubungan yang kuat antara variabel

faktor kualitas kehidupan kerja (X) dengan

variabel komitmen organisasi (Y). Nilai

koefisien determinasi (R2) dari persamaan

regresi linier berganda di atas adalah sebesar

0,636 berarti bahwa 63,6 % dari perubahan

variabel komitmen organisasi (Y1) dipengaruhi

oleh variabel X1 (kompensasi), X2 (desain

pekerjaan), X3 (partisipasi) dan X4 (keamanan

kerja), sedangkan 36,4 % dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain di luar empat variabel yang

diamati. Koefisien determinasi (R2) sebesar

0,636 dapat dikatakan tinggi seperti yang

dinyatakan oleh Ritvield dan Lasmono

(1994:28) bahwa “pada kasus penelitian sosial,

R antara 0,4 – 0,6 dapat dikatakan tinggi”.

Dari hasil perhitungan juga diketahui

bahwa koefisien korelasi berganda (R) dari

persamaan regresi berganda antara variabel

komitmen organisasi (Y1) dengan variabel

kinerja karyawan (Y2) adalah sebesar 0,597.

Nilai koefisien determinasi (R2) dari persamaan

regresi linier berganda di atas adalah sebesar

0,357 berarti bahwa 35,7 % dari perubahan

variabel kinerja karyawan (Y2) dipengaruhi

oleh variabel komitmen organisasi (Y1),

sedangkan 64,3% dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain di luar komitmen organisasi.

Page 41: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

41

Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor

kualitas kehidupan kerja yaitu kompensasi,

desain pekerjaan, partisipasi dan keamanan

kerja secara parsial mempunyai pengaruh

langsung yang bermakna terhadap komitmen

organisasi karyawan laut PT. ASDP Indonesia

Ferry (Persero) Cabang Surabaya. Hal ini sesuai

dengan dengan pernyataan Greenberg dan

Baron (1993: 649) yang menyebutkan bahwa

terdapat keuntungan langsung yang dapat

diperoleh dari penerapan kualitas kehidupan

kerja yaitu meningkatkan kepuasan kerja dan

komitmen terhadap organisasi diantara

karyawan. Hal ini sesuai juga dengan penelitian

Normala (2010) yang menyatakan terdapat

hubungan positif antara peningkatan faktor

kualitas kehidupan kerja dengan komitmen

organisasi.

Hasil analisis yang menunjukkan bahwa

komitmen organisasi mempunyai pengaruh

langsung yang bermakna terhadap kinerja

karyawan laut PT. ASDP Indonesia Ferry

(Persero) Cabang Surabaya. Hal ini sesuai

dengan penelitian McNeese-Smith (1996) yang

menyatakan bahwa komitmen organisasional

berhubungan positif dengan kinerja karyawan.

Hasil analisis yang menunjukkan bahwa

faktor-faktor kualitas kehidupan kerja yang

meliputi kompensasi, desain pekerjaan,

partisipasi dan keamanan kerja mempunyai

pengaruh tidak langsung yang bermakna

terhadap kinerja karyawan laut PT. ASDP

Indonesia Ferry (Persero) Cabang Surabaya.

Hal ini sesuai dengan penelitian Elmuti dan

Kathawala (1997) menunjukkan adanya

hubungan positif antara praktek kualitas

kehidupan kerja dengan kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor kualitas kehidupan kerja

yaitu kompensasi, desain pekerjaan,

partisipasi dan keamanan kerja secara

parsial mempunyai pengaruh langsung

yang bermakna terhadap komitmen

organisasi karyawan laut PT. ASDP

Indonesia Ferry (Persero) Cabang

Surabaya.

2. Komitmen organisasi mempunyai

pengaruh langsung yang bermakna

terhadap kinerja karyawan laut PT. ASDP

Indonesia Ferry (Persero) Cabang

Surabaya.

3. Faktor-faktor kualitas kehidupan kerja

yang meliputi kompensasi, desain

pekerjaan, partisipasi dan keamanan kerja

mempunyai pengaruh tidak langsung yang

bermakna terhadap kinerja karyawan laut

PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)

Cabang Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Cascio, Wayne F. 1995. Managing Human

Resource, Productivity, Quality of Work

Life, Profits. Fourth Edition. New York:

McGraw-Hill, Inc.

Elmuti, Dean., Yunus Kathawala. 1997. An

Investigation into Effects of ISO 9000 on

Participants‟ Attitudes and Job

Performance. Production and Inventory

Management Journal, Second Quarter

Fields, Mitchel W., and James W. Thacker.

1992. Influence of Quality of Work Life

on Company and Union Commitment.

Academy of Management Journal, Vol.

35, No. 2 p.439-450

Gibson, James L., John M. Ivancevich, and

James H. Donnely Jr.. 1985.

Organization: Behaviour, Structure,

Process. Texas: Business Publications,

Inc.

Gomes, Faustino Cardoso. 2000. Manajemen

Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Andi Offset

Greenberg, Gerald and Robert A. Baron. 1993.

Behaviour in Organizations. Fourth

Edition. Massachusetts: Simon and

Schuster, Inc.

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen

Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.

May, B. E., Lau, R. S. M., & Johnson, S.K.

(1999). A longitudinal study of quality of

work life and business performance.

South Dakota Business Review, 58 (2), 3-

7

McNesse-Smith, Donna. 1996. Increasing

Employee Poductivity, Job Satisfaction,

and Organizational Commitment.,

Hospital and Health Services

Administration, 41:2

Mejia, Luis R. Gomez, Davis B. Balkin, and

Robert L. Cardy. 2001. Managing

Human Resources. New Jersey: Prentice

Hall, Inc.

Page 42: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

42

Meyer, John P. Natalie J. Allen dan Carl A.

Smith. 1993. Commitment to

Organization and Occupation; Extention

and Test a Three-Component

Conceptualization. Journal applied

Psychology, Vol 78, No.4, PP.538-551.

Miner, John B. 1992. Industrial Organization

Psychology, International Edition. New

York: McGraw Hill, Inc.

Mondy, R. Wayne and Robert M. Noe III.

1993. Human Resouce Management.

Fifth Edition. Massachusetts: Simon and

Schuster, Inc.

Nawawi, Hajari H. 1997. Manajemen Sumber

Daya Manusia untuk Bisnis yang

Kompetitif, Yogyakarta : Gajah Mada

University Press

Newstrom, John W. and Keith Davis. 1993.

Organizational Behaviour : Human

Behavior at Work. Ninth Edition. New

York: McGraw Hill, Inc.

Nitisemito, Alex S. 2000. Manajemen

Personalia (Manajemen Sumber Daya

Manusia). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Normala, Daud. 2010. Investigating the

Relationship between Quality of Work

Life and Organizational Commitment

amongst Employees in Malaysian Firms.

International Journal of Business and

Management, Vol. 5, No. 10 p.75 – 82

Riggio, Ronald E. 2000. Introduction to

Industrial/Organizational Psychology,

Third Edition. New Jersey: Prentice Hall,

Inc.

Robert, Karlene H. and David M. Hunt. 1991.

Organizational and Behaviour. Boston:

PWS-Kent Publishing Company

Ruky, Achmad S. 2001. Sistem Manajemen

Kinerja, Panduan Praktis Untuk

Merancang dan Meraih Kinerja Prima.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Simamora, Henry. 1999. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Edisi Kedua.

Yogyakarta: STIE YKPN

Solimun. 2002. Metode Kuantitatif Untuk

Manajemen. Malang : Universitas

Brawijaya

Steers, Richard M. and Lyman W. Porter (ed)

1991. Motivation and Work Behaviour.

Fifth Edition. New York: Mc Graw Hill,

Inc.

Suprihanto, J. 1988. Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan dan Pengembangan

Karyawan. Yogyakarta: BPFE

Werther, William B. and Keith Davis. 1993.

Human Resource and Personnel

Management. Fourth Edition. Singapore:

McGraw-Hill Book Co.

Whitmore, John. 1997. Coaching for

Perfomance. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Page 43: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

43

SIKAP KONSUMEN DAN KEPUTUSAN PEMILIHAN PLAY SCHOOL BUMBLE

BEE DI PERUM DELTA SARI INDAH, WARU SIDOARJO

BAMBANG SUKARSONO

Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma

Kampus Surabaya, Jalan Dukuh Kupang XXV/54 Surabaya 60225

Jawa Timur - Indonesia

ABSTRACT Based on the first partial hypothesis on regression model, it is stated that customer’s expectation variables at modern market get positive influence towards. The Giant Supermarket customer’s satisfaction with the value t-hit (15,920) > either than t-table (1,960) or significance level in a partial test (0,000) under the alpha level (0,05). The first hypothesis can be proven truly by the writer. Based on the second partial hypothesis on regression model, it is stated that partial marketing mix at Modern Market get a positive influence towards either the Giant Supermarket customer’s satisfaction, with the value t-hit (8,992) > than t-table (1,960) or significance level in a partial test (0,001) under the alpha level (0,05). The second hypothesis can be proven truly by the writer. Based on the result of R square analysis in the model, customer’s satisfaction variation change its influence , is explained directly by either customers satisfaction variation or partial marketing mix is 88,7%, this indicates that research sample on model explains the whole population, the rest is 11,3% is explained by another variable the model. The final research implication concludes the Surabaya Giant Supermarket customer’s satisfaction, its influence can be explained truly by any customers and marketing mix characteristic at Modern market in general.

Key word: customer’s expectation, customer’s satisfaction, marketing mix

PENDAHULUAN

Keberadaan lingkup manajemen jasa sangat

mendominasi kehidupan masyarakat suatu

negara. Manajemen jasa merupakan bagian dari

aktivitas perusahaan guna memenuhi harapan

para pelanggannya, terkait sektor formal

maupun informal. Manajemen jasa sektor

formal di negara Indonesia sangat beragam

sekali bentuknya. Keragaman sektor formal

tersebut bertujuan untuk memberikan alternatif

terbaik bagi masyarakat ataupun pelanggan

guna memanfaatkan penawaran terhadap

ketersediaan suatu jasa. Keberadaan manajemen

jasa Play School Bumble Bee di lingkup

perumahan Delta Sari Indah, Waru Sidoarjo

mampu meramaikan kompetisi penawaran jasa

pendidikan Play School yang berbasis modern

learning (konsep pendidikan dan pengajaran

secara modern) guna meningkatkan daya

kreativitas maupun pola imajinasi berpikir anak

secara rasional sesuai dengan kemampuan

motoriknya. Banyak institusi jasa pendidikan

Play School yang didirikan tetapi tidak

mementingkan kualitas ataupun mutu ajar

konsep pembelajaran modern learning secara

baik dan benar menurut standar nasional

maupun internasional. Hal ini sangat dilematis

sekali dan tidak selaras terhadap tuntutan

globalisasi zaman.

Kehadiran lembaga jasa pendidikan Play

School yang berbasis modern learning (konsep

pendidikan dan pengajaran secara modern)

sangat jarang keberadaannya di lingkup

Perumahan Delta Sari Indah, Waru Sidoarjo

karena memerlukan ketersediaan sarana

maupun prasarana fasilitas pembelajaran secara

khusus atau spesifik. Kehadiran Play School

Bumble Bee tersebut merupakan solusi bagi

perkembangan sektor pendidikan formal secara

global bagi kemajuan tingkat pendidikan Play

School untuk saat ini.

Penyedia jasa pendidikan Play School

harus mampu mengevaluasi perubahan sikap

masyarakat sebagai konsumen dalam

mengambil keputusan konsumen untuk

menggunakan jasa pendidikan yang

ditawarkannya, agar mereka dapat menetapkan

rencana awalnya disertai implementasi atas

rencana tersebut melalui proses evaluasi

terhadap hasil akhirnya. Bila hasil akhir

tersebut tidak mencapai sasaran yang

diharapkan maka segera dilakukan berbagai

tindakan antisipasi guna merespon keinginan

Page 44: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

44

konsumen tersebut terhadap penggunaan jasa

pendidikan Play School secara

berkesinambungan.

Menurut Shiffman dan Kanuk, (2000)

terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap konsumen, yakni direct and

past experience, personal influence (pengaruh

pribadi), dan mass media (media massa).

Berikut ini penjelasan dari faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap konsumen tersebut:

1. Direct and past experience (pengalaman

langsung dan masa lalu)

Pembentuk utama sikap konsumen terhadap

suatu keputusan pemilihan Play School

adalah pengalaman langsung dan masa lalu,

ketika konsumen menggunakan jasa Play

School tersebut, yakni dengan cara

mencoba penggunaan dan mengevaluasi

manfaat suatu Play School.

2. Personal influence (pengaruh pribadi)

Sikap konsumen dapat terbentuk karena

dipengaruhi oleh orang-orang (pribadi)

yang ada di lingkungan keluarga dan

pergaulannya. Pihak-pihak ini meliputi

orang tua, sahabat, rekan sekerja, dan

kelompok referensi (panutan).

3. Mass media (Media masa)

Pembentukan sikap konsumen terpengaruh

oleh informasi-informasi atau berita yang

disajikan oleh media massa, baik cetak

(koran, majalah), maupun elektronik (radio

dan televisi). Pada masyarakat yang

semakin maju dimana setiap anggota

masyarakat memiliki kemudahan dalam

memperoleh akses informasi, pengaruh

media massa ini semakin menonjol dalam

membentuk sikap konsumen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap lebih luas, meliputi

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain

yang dianggap penting, media massa, institusi

atau lembaga pendidikan dan lembaga agama,

serta faktor emosi dalam diri individu.

Perbedaan Sikap Konsumen

Pasar terdiri dari beberapa pembeli, dan

setiap kelompok pembeli memiliki karakteristik

yang berbeda-beda, yaitu memiliki perbedaan

dalam hal kebutuhan, keinginan, lokasi, sikap

pembelian, dan praktek pembeliannya. Karena

pembeli memiliki kebutuhan dan keinginan

yang berbeda, maka setiap pembeli atau

kelompok pembeli adalah potensial untuk

dijadikan pasar yang terpisah (Kotler,

1993:190). Sebagaimana kutipan ulang (Kotler

dan Amstrong, 1993:190) dasar utama dalam

melakukan segmentasi pasar adalah unsur-unsur

demografis, meskipun akhirnya suatu

perusahaan secara khusus menggunakan dasar

psikografis atau perilaku (behavioristic).

Beberapa variabel dasar segmen demografis

adalah pembagian pasar atas dasar perbedaan

pekerjaan dan pendidikan konsumen.

Pendidikan konsumen biasanya memiliki kaitan

yang erat dan berpengaruh terhadap jenis

pekerjaannya, sehingga variabel pendidikan dan

pekerjaan ini sangat mungkin dijadikan segmen

pasar yang terpisah.

Berdasarkan kajian teoritis ini secara

logika dapat disimpulkan bahwa dalam setiap

kelompok segmen demografis, konsumen

memiliki sikap yang berbeda-beda dalam

menanggapi suatu produk ataupun jasa.

Menurut Kotler (2000:45) Pembelian

merupakan suatu proses yang terjadi antara

produsen dan konsumen. Perlu dilakukan

penelitian oleh perusahaan untuk mengetahui

siapa yang membeli dan siapa yang

mempengaruhi pembelian tersebut. Sedangkan

pengertian keputusan konsumen dalam

penelitian ini, merupakan aktualisasi keputusan

yang diambil oleh konsumen guna

mengkonsumsi suatu produk maupun jasa

ataukah tidak (Kotler, 2000:46). Hal ini terkait

dengan keputusan konsumen guna memilih

Play School Bumble Bee di Perum Delta Sari

Indah, Waru Sidoarjo sebagai wahana

pembentuk pola kreativitas anak ataukah tidak.

Timbulnya tindakan untuk mengkonsumsi

suatu produk ataupun jasa, secara tidak

langsung dapat mempengaruhi diri konsumen

tersebut guna melakukan keputusan pembelian

terhadap sesuatu hal yang ia inginkan secara

nyata.

Pengaruh Sikap Kognitif, Afektif dan

Konatif Terhadap Keputusan Konsumen Guna

Memilih Suatu Produk Ataupun Jasa,

Keputusan konsumen guna memilih suatu

produk ataupun jasa yang mereka inginkan

seringkali dipengaruhi oleh beberapa faktor

baik internal maupun eksternal. Dasar utama

keputusan seorang konsumen dalam melakukan

proses pembelian terhadap suatu barang

ataupun jasa sangat ditentukan sekali oleh sikap

konsumen itu sendiri dalam mempersepsikan

keberadaan barang ataupun jasa tersebut.

Page 45: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

45

Keputusan seorang konsumen di dalam

memilih barang-barang ataupun jasa yang

diinginkannya seringkali dilakukan melalui

suatu pertimbangan rasionalitas yang terbentuk

melalui sikap konsumen itu sendiri. Loudon dan

Bitta, (1998) mengemukakan 3 (tiga) komponen

sikap dalam skema triadik antara lain yaitu:

kognitif, afektif serta konatif, dimana ketiga

komponen sikap tersebut secara psikologis

keperilakuan cenderung sekali mempengaruhi

keputusan seorang konsumen dalam memilih

suatu produk ataupun jasa yang diinginkannya

melalui beberapa tahapan baik internal maupun

eksternal. Dengan pengertian sederhana bahwa

sikap kognitif, afektif serta konatif berpengaruh

positip terhadap aktualisasi keputusan seorang

konsumen di dalam melakukan pembelian suatu

barang ataupun jasa yang mereka inginkan

melalui pendekatan aspek psikologis

keperilakuan/behavioral of psychologic

(Shiffman dan Kanuk, 2000). Melalui

pendekatan aspek psikologis keperilakuan

tersebut, seorang konsumen dapat

melaksanakan suatu keputusan pembelian

secara terarah dan benar sesuai dengan apa

yang ia harapkan tanpa melakukan kesalahan

dalam bentuk apapun.

Berdasarkan latar belakang masalah yang

telah diuraikan di atas, maka permasalahan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Apakah Sikap Konsumen yang terdiri dari:

Kognitif, Afektif dan Konatif berpengaruh

parsial terhadap Keputusan Pemilihan Play

School Bumble Bee di Perum Delta Sari

Indah, Sidoarjo?

2. Apakah Sikap Kognitif Konsumen

berpengaruh dominan terhadap Keputusan

Pemilihan Play School Bumble Bee di

Perum Delta Sari Indah, Sidoarjo?

METODE

Populasi dalam penelitian ini, meliputi

keseluruhan konsumen yang hendak

mendaftarkan anaknya di Play School Bumble

Bee.

Dasar penentuan jumlah sampel menurut

Soeratno dan Arsyad, (1998:156) dimana dalam

menentukan jumlah sampel tidak ada aturan

tegas yang disyaratkan untuk seluruh penelitian

dari populasi yang tersedia. Mutu suatu

penelitian tidak terutama sekali ditentukan oleh

besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya

dasar-dasar teorinya, rancangan penelitian serta

mutu pelaksanaan dan pengelolannya. Jumlah

sampel sangat bergantung pada faktor-faktor

lain seperti: biaya fasilitas, waktu yang tersedia,

populasi yang ada atau yang bersedia menjadi

sampel. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini, menggunakan metode Purposive

Sampling dimana pengambilan sampel

dilakukan secara langsung sesuai dengan

keinginan si peneliti terkait tempat, waktu

maupun kategori sampel yang hendak dipilih

(Kuncoro, 2003:113). Sampel dalam penelitian

ini terdiri dari 70 orang tua murid (Masyarakat

Perum Delta Sari Indah, Waru Sidoarjo) yang

hendak mendaftarkan anaknya sebagai murid

Play School Bumble Bee sejak bulan Mei 2008

hingga Mei 2009 dengan karakteristik, yaitu:

Berusia minimal 25 tahun, Berpendidikan

minimal SLTA, serta Memiliki pendapatan per

bulan minimal Rp.2.500.000,-.

Penarikan sampel dilakukan di Play School

Bumble Bee, sejak tanggal 24, 25 hingga 26

Mei 2010 (selama 3 hari berturut-turut).

Jenis data yang digunakan adalah data

kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka.

Dalam penelitian ini adalah data hasil jawaban

responden yang telah ditabulasikan ke dalam

angka.

Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer, yaitu data

yang diperoleh secara langsung melalui

penyebaran kuesioner terkait karakteritik

sampel penelitian.

Data guna kebutuhan penelitian ini

dikumpulkan langsung dari lapangan dengan

cara:

1. Pengamatan

Yaitu dengan cara pengamatan secara

langsung terhadap obyek yang diteliti.

2. Wawancara

Yaitu pengumpulan data melalui proses

tanya jawab terhadap konsumen pengguna

jasa Play School Bumble Bee sebagai obyek

penelitian.

3. Kuesioner.

Yaitu pengumpulan data dengan cara

menyebarkan kuesioner penelitian terhadap

responden yang dituju.

Analisis binary regresi logistik (binary

logistic regression) yaitu sebuah analisis yang

digunakan untuk menunjukkan linieritas

hubungan antara variabel terikat (y) terhadap

variabel bebas (x1, x2, x3) dimana variabel

Page 46: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

46

terikatnya merupakan variabel kategorik

(Ghozali, 2001:120).

Model regresi binary logistik adalah sebagai

berikut:

Ln Odds = + 1.X1 + 2.X2 + 3.X3 + e

Keterangan:

Ln Odds = Log Natural dari Odds

Keputusan Pemilihan Play School

= Konstanta

1, 2, 3 = Koefisien Regresi Parameter

Statistik

X1 = Sikap Kognitif

X2 = Sikap Afektif

X3 = Sikap Konatif

e = Kesalahan Pendugaan (Estimasi) di

Luar Model

Persaman tersebut disebut odds atau

perbandingan antara probabilitas terjadinya

keputusan konsumen guna memilih Play School

Bumble Bee dengan probabilitas tidak

terjadinya keputusan konsumen guna memilih

Play School Bumble Bee. Makin besar odds

maka makin besar terjadinya keputusan

konsumen guna memilih Play School Bumble

Bee di Perum Delta Sari Indah, Waru Sidoarjo

sebagai wahana pembentuk pola kreativitas

anak.

Guna melihat apakah terjadi pengaruh

parsial antar variabel bebas terhadap variabel

terikat dapat dilakukan melalui uji wald (wald

test) dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

H0:β1, β2, β3 = 0 (tidak terdapat pengaruh

parsial antara variabel X1, X2, X3

terhadap variabel ln odds Y)

Hi:β1, β2, β3 ≠ 0 (terdapat pengaruh parsial

antara variabel X1, X2, X3 terhadap

variabel ln odds Y)

β1, β2, β3

Wi = [--------------------] ; i = 0,1, 2,.......p

(Nachrowi, 2002:261)

Se.( β1, β1, β3)

Statistik berdistribusi Chi Kuadrat dengan

derajad bebas 1 atau simbolis ditulis Wi˜χi².

Keterangan:

β1, β2, β3 = Koef.Regresi

Se = Standar Error

Kaidah Pengujian:

1. Ho ditolak jika Wi > χi²α,1 ; dan Hi

diterima, yang berarti terdapat pengaruh

parsial antara variabel bebas terhadap

terikat.

2. Ho diterima jika Wi > χi²α,1 ; dan Hi

ditolak, yang berarti terdapat pengaruh

parsial antara variabel bebas terhadap

terikat.

Hosmer and Lemeshow‟s) Fit-Test Model;

Digunakan untuk menganalisis presisionalitas

(ketepatan) model regresi di dalam

mengestimasikan Linieritas Log Natural dari

Odds Keputusan Konsumen Guna Memilih

Play School Bumble Bee melalui Sikap Kognitif

(X1), Sikap Afektif (X2), maupun Sikap Konatif

(X3).

Penilaian Model-Fit sebagai berikut:

1. Formulasi hipotesis:

Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan

data

Hi : Model yang dihipotesiskan tidak fit

dengan data

2. Menggunakan level of confidence sebesar

95% dan tingkat level of significance (ά )

sebesar 5%, dengan derajat bebas; n – q

n : Jumlah responden

q : Jumlah parameter dalam model

3. Kaidah Pengujian:

Jika nilai Hosmer and Lemeshow‟s,

Goodness of Fit Test ≤ dari α sebesar 0,05

maka Ho ditolak (Berarti model tidak cukup

baik dalam mengestimasi nilai

observasinya).

Jika nilai Hosmer and Lemeshow‟s,

Goodness of Fit Test ≥ dari α sebesar 0,05

maka Ho diterima (Berarti model cukup baik

dalam mengestimasi nilai observasinya).

Guna mengetahui besaran kontribusi

pengaruh parsial dari masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikatnya, digunakan

nilai eksponensial dari β. Sedangkan untuk

menjelaskan Variasi Perubahan Nilai Log

Natural Dari Odds Keputusan Konsumen Guna

Memilih Play School Bumble Bee melalui Sikap

Kognitif (X1), Sikap Afektif (X2), maupun Sikap

Konatif (X3) dalam model penelitian, dapat

dideteksi melalui proporsi koefisien determinasi

Nagelkerke maupun Cox & Snell.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner

penelitian sejumlah 70 lembar kuesioner yang

ditujukan terhadap responden yang hendak

mendaftarkan anaknya di Play School Bumble

Bee pada bulan Mei 2009 maupun yang sudah

terdaftar sebagai murid Play School Bumble

Bee (tahun ajaran 2008 hingga 2009) untuk

Page 47: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

47

selanjutnya di uji dengan uji instrument,

Validitas Sikap Konsumen dapat dijelaskan

pada tabel berikut ini:

Parameter Sikap Konsumen memiliki

konsistensi internal yang cukup sahih, dimana

nilai r-hit item-item Parameter Penelitian > dari

nilai r-tabelnya (0,1486) Santoso, (2002:270).

Parameter Keputusan Konsumen tidak

dapat diikutsertakan dalam uji validitas,

karena terkategori dalam skala binary.

Reliabilitas Sikap Konsumen dapat

dijelaskan pada tabel berikut ini :

Parameter Sikap Konsumen memiliki tingkat

reliabilitas yang cukup konsisten (andal),

dimana koefisien Cronbach Alphanya > dari

Alpha Standartnya (0,6) Umar, (2002:194).

Parameter Keputusan Konsumen tidak

dapat diikutsertakan dalam uji reliabilitas,

karena terkategori dalam skala binary.

Uji Model Penjabaran analisis model penelitian dapat

dipaparkan pada tabel berikut ini :

Model Analisis Regresi Binary Logistic

Berdasarkan pada tabel 4.8 diatas maka

dapat dijabarkan model persamaan regresi

binary logistic sebagai berikut:

Ln [odds(S│X1, X2)] = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3

+ e

Ln [odds(S│X1, X2)] = 1,095 + 0,381. X1 +

0,285. X2 + 0,241.X3 + e

1. Nilai konstanta intersep sebesar 1,095

persen satuan menunjukkan bahwa ketika

log natural dari odds Keputusan Konsumen

setara dengan nol, maka proporsionalitas

nilai Sikap Kognitif adalah sebesar 38,1

persen satuan.

2. Koefisen Exponential Beta Sikap Kognitif

(X1) sebesar 38,1 persen satuan,

menunjukkan terdapat pengaruh yang

positip (searah) antara Sikap Kognitif

terhadap log natural dari odds Keputusan

Konsumen pada Play School Bumble Bee

Artinya: Jika Sikap Kognitif mengalami

peningkatan sebesar satu persen satuan,

maka secara tidak langsung akan

mempengaruhi peningkatan log natural dari

odds Keputusan Konsumen pada Play

School Bumble Bee sebesar 38,1 persen

satuan begitu pula sebaliknya, dengan

asumsi Sikap Afektif (X2), Sikap Konatif

(X3) dalam keadaan konstan sebesar 1,095

persen satuan.

3. Nilai konstanta intersep sebesar 1,095

persen satuan menunjukkan bahwa ketika

log natural dari odds Keputusan Konsumen

Item-Item

Kuesioner

Nilai r-

hit

Nilai r-

tabel

Ket

KOGNITI

F

X1.1 0,358 0,153 VALID

X1.2 0,298 0,153 VALID

AFEKTIF

X2.1 0,284 0,153 VALID

X2.2 0,314 0,153 VALID

KONATIF

X3.1 0,355 0,153 VALID

X3.2 0,295 0,153 VALID Item-Item

Kuesioner

Cronbach

Alpha

Cronbac

h Alpha

Standard

Ket

Kognitif 0,753 0,6 RELIABL

E

Afektif 0,743 0,6 RELIABL

E

Konatif 0,784 0,6 RELIABL

E

Variabel Bebas Koefisien Beta Standart

Error

Wald

Test

Signifikansi

Sikap Kognitif 0,617 ,197 154,541 0,007

Sikap Afektif 0,534 ,247 147,007 0,010

Sikap Konatif 0,490 ,201 150,035 0,009

Cox & Snell R Square = 0,726

Nagelkerke R Square = 0,702

Chi-Square Signification (Hosmer & Lemeshow Test) = 0,285

Page 48: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

48

setara dengan nol, maka proporsionalitas

nilai Sikap Afektif adalah sebesar 28,5

persen satuan.

4. Koefisen Exponential Beta Sikap Afektif

(X2) sebesar 28,5 persen satuan,

5. menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

yang positip (searah) antara Sikap Afektif

terhadap log natural dari odds Keputusan

Konsumen pada Play School Bumble Bee.

Artinya: Jika Sikap Afektif mengalami

peningkatan sebesar satu persen satuan,

maka secara tidak langsung akan

mempengaruhi peningkatan log natural dari

odds Keputusan Konsumen pada Play

School Bumble Bee sebesar 28,5 persen

satuan begitu pula sebaliknya, dengan

asumsi Sikap Kognitif (X1), Sikap Konatif

(X3) dalam keadaan konstan sebesar 1,095

persen satuan.

5. Nilai konstanta intersep sebesar 1,095

persen satuan menunjukkan bahwa ketika

log natural dari odds Keputusan Keputusan

Konsumen setara dengan nol, maka

proporsionalitas nilai Sikap Konatif adalah

sebesar 24,1 persen satuan.

6. Koefisen Exponential Beta Sikap Konatif

(X3) sebesar 24,1 persen satuan,

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

yang bersifat positip (searah) antara Sikap

Konatif terhadap log natural dari odds

Keputusan Konsumen pada Play School

Bumble Bee. Artinya: Jika Sikap Konatif

mengalami peningkatan sebesar satu persen

satuan, maka secara tidak langsung akan

mempengaruhi peningkatan log natural dari

odds Keputusan Konsumen pada Play

School Bumble Bee sebesar 24,1 persen

satuan begitu pula sebaliknya, dengan

asumsi Sikap Kognitif (X1), Sikap Afektif

(X2) dalam keadaan konstan sebesar 1,095

persen satuan.

Uji Hipotesis (Wald-Test)

1. Berdasar hasil uji parsial hipotesis ke satu

(1) menunjukkan nilai Wald-hit Sikap

Kognitif (X1) adalah sebesar 154,541 > dari

90,531 (nilai χi²α,1), Sikap Afektif (X2)

adalah sebesar 147,007 > dari 90,531 (nilai

χi²α,1) dan Sikap Konatif (X3) adalah

sebesar 150,035 > dari 90,531 (nilai χi²α,1).

Dimana signifikansi hasil uji Wald masing-

masing parameter Sikap Konsumen tersebut

berada dibawah alpha sebesar (5%), yaitu

(X1) sebesar 0,007, (X2) sebesar 0,010 dan

(X3) sebesar 0,009. Maka keputusan dalam

pengujian hipotesis ke satu adalah menolak

Ho dan menerima Hi, hal ini

mengindikasikan terdapat signifikansi

pengaruh parsial antara ketiga Sikap

Konsumen yaitu: Kognitif (X1), Afektif

(X2) dan Konatif (X3) terhadap Keputusan

Konsumen pada Play School Bumble Bee

(Y). Sehingga hipotesis ke 1 yang telah

dikemukakan sebelumnya oleh penulis,

dapat dibuktikan kebenarannya secara

nyata.

2. Berdasar hasil uji parsial pada hipotesis ke

satu (1), tersebut diatas maka dapat

disimpulkan bahwa Sikap Kognitif (X1)

merupakan parameter Sikap Konsumen

yang memiliki dominansi pengaruh

terhadap log natural dari odds Keputusan

Konsumen pada Play School Bumble Bee

dengan nilai kontribusi eksponensial beta

terdominan diantara parameter Sikap

Konsumen lainnya dengan bukti Eks.β (X1)

sebesar 38,1%, Eks.β (X2) sebesar 28,5%

sedangkan Eks.β (X3) yaitu sebesar 24,1%.

Sehingga hipotesis ke dua (2), yang telah

dikemukakan sebelumnya oleh penulis

dapat dibuktikan kebenarannya secara

nyata.

Hosmer& Lemeshow Fit-Test Model

Proporsionalitas signifikansi fit test model

Hosmer & Lemeshow adalah sebesar 28,5%,

berada di atas tingkat α (alpha) sebesar 5%

maka keputusan dalam pengujian keakurasian

model regresi binary logistic tersebut yaitu:

menerima Ho dan menolak Hi, hal ini

mengindikasikan bahwa model cukup

representatip dalam mengestimasikan nilai

observasinya dengan pengertian lain bahwa

model sangat cocok terhadap data observasinya.

Hal ini dapat dibuktikan melalui paparan

analisis kurva probabilitas hasil estimasi

observasi, berada pada ambang optimalisasi

sumbu absis frekuensi estimasi berskala 16 kali

hasil pengamatan (observasi).

Menjelaskan terdapat keakurasian antara skala

frekuensi hasil pengamatan (observasi) terhadap

probabilitas Keputusan Konsumen guna

memilih Play School Bumble Bee di Perum

Delta Sari, Waru Sidoarjo sebagai wahana

pembentuk pola kreativitas anak, dengan sumbu

ordinat probabilitas keputusan sebesar 85%

menuju ke arah score binary (1).

Page 49: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

49

Analisis Koefisien Determinasi Cox & Snell

Menjelaskan bahwa perubahan variasi nilai Log

natural dari odds Keputusan Konsumen guna

memilih Play School Bumble Bee di Perum

Delta Sari, Waru Sidoarjo, dapat dijelaskan

pengaruhnya secara nyata oleh Sikap Kognitif

(X1), Sikap Afektif (X2) maupun Sikap Konatif

(X3) sebesar 72,6% satuan dan 70,2% satuan

sedangkan sisanya sebesar 27,4% satuan dan

29,8% satuan dijelaskan pengaruhnya oleh

parameter penelitian lainnya di luar model.

Artinya bahwa model regresi binary logistic

cukup representatip menjelaskan keberadaan

sampel penelitian atas keseluruhan populasi

konsumen pengguna jasa Play School Bumble

Bee di Perum Delta Sari, Waru Sidoarjo terkait

keputusan akhir konsumen guna

menyekolahkan anaknya di Play School favorit

tersebut.

1. Berdasar hasil uji parsial hipotesis ke satu

(1) menunjukkan nilai Wald-hit Sikap

Kognitif (X1) adalah sebesar 154,541 > dari

90,531 (nilai χi²α,1), Sikap Afektif (X2)

adalah sebesar 147,007 > dari 90,531 (nilai

χi²α,1) dan Sikap Konatif (X3) adalah

sebesar 150,035 > dari 90,531 (nilai χi²α,1).

Dimana signifikansi hasil uji Wald masing-

masing parameter Sikap Konsumen tersebut

berada dibawah alpha sebesar (5%), yaitu

(X1) sebesar 0,007, (X2) sebesar 0,010 dan

(X3) sebesar 0,009. Maka keputusan dalam

pengujian hipotesis ke satu adalah menolak

Ho dan menerima Hi, hal ini

mengindikasikan terdapat signifikansi

pengaruh parsial antara ketiga Sikap

Konsumen yaitu: Kognitif (X1), Afektif

(X2) dan Konatif (X3) terhadap Keputusan

Konsumen pada Play School Bumble Bee

(Y). Sehingga hipotesis ke 1 yang telah

dikemukakan sebelumnya oleh penulis,

dapat dibuktikan kebenarannya secara

nyata.

2. Berdasar hasil uji parsial pada hipotesis ke

satu (1), tersebut diatas maka dapat

disimpulkan bahwa Sikap Kognitif (X1)

merupakan parameter Sikap Konsumen

yang memiliki dominansi pengaruh

terhadap log natural dari odds Keputusan

Konsumen pada Play School Bumble Bee

dengan nilai kontribusi eksponensial beta

terdominan diantara parameter Sikap

Konsumen lainnya dengan bukti Eks.β (X1)

sebesar 38,1%, Eks.β (X2) sebesar 28,5%

sedangkan Eks.β (X3) yaitu sebesar 24,1%.

Sehingga hipotesis ke dua (2), yang telah

dikemukakan sebelumnya oleh penulis

dapat dibuktikan kebenarannya secara

nyata.

3. Proporsionalitas signifikansi fit test model

Hosmer & Lemeshow adalah sebesar

28,5%, berada di atas tingkat α (alpha)

sebesar 5% maka keputusan dalam

pengujian keakurasian model regresi binary

logistic tersebut yaitu: menerima Ho dan

menolak Hi, hal ini mengindikasikan bahwa

model cukup representatip dalam

mengestimasikan nilai observasinya dengan

pengertian lain bahwa model sangat cocok

terhadap data observasinya. Hal ini dapat

dibuktikan melalui paparan analisis kurva

probabilitas hasil estimasi observasi, berada

pada ambang optimalisasi sumbu absis

frekuensi estimasi berskala 16 kali hasil

pengamatan (observasi). Menjelaskan

terdapat keakurasian antara skala frekuensi

hasil pengamatan (observasi) terhadap

probabilitas Keputusan Konsumen guna

memilih Play School Bumble Bee di Perum

Delta Sari, Waru Sidoarjo sebagai wahana

pembentuk pola kreativitas anak, dengan

sumbu ordinat probabilitas keputusan

sebesar 90% menuju ke arah score binary

(1).

4. Implikasi akhir penelitian, menjelaskan

bahwa Keputusan Konsumen guna memilih

Play School Bumble Bee di Perum Delta

Sari, Waru Sidoarjo sebagai wahana

pembentuk pola kreativitas anak benar-

benar dipengaruhi oleh dominansi Sikap

Kognitif konsumen berdasarkan wacana

pengetahuan maupun persepsi diri pribadi

konsumen itu sendiri dalam mengevaluasi

aktualisasi kualitas pendidikan Play School

Bumble Bee ditinjau dari sarana maupun

prasarana yang ada, melalui pengalaman

langsung ataupun informasi yang diperoleh

dari orang tua murid yang telah

menyekolahkan anaknya di Play School

favorit tersebut saat ini.

SIMPULAN

Berdasarkan pokok bahasan atas permasalahan

yang ada dalam penelitian, dapat dikemukakan

simpulan akhir penelitian yaitu:

1. Hipotesis ke 1 yang telah dikemukakan

sebelumnya oleh penulis, dapat dibuktikan

Page 50: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

50

kebenarannya secara nyata, dimana Wald-

hit Sikap Kognitif (X1) adalah sebesar

154,541 > dari 90,531 (nilai χi²α,1), Sikap

Afektif (X2) adalah sebesar 147,007 > dari

90,531 (nilai χi²α,1) dan Sikap Konatif (X3)

adalah sebesar 150,035 > dari 90,531 (nilai

χi²α,1). Signifikansi hasil uji Wald masing-

masing parameter Sikap Konsumen berada

dibawah alpha sebesar (5%), yaitu (X1)

sebesar 0,007, (X2) sebesar 0,010 dan (X3)

sebesar 0,009.

2. Hipotesis ke dua (2), yang telah

dikemukakan sebelumnya oleh penulis

dapat dibuktikan kebenarannya secara

nyata, dimana Sikap Kognitif (X1)

merupakan parameter Sikap Konsumen

yang memiliki dominansi pengaruh

terhadap log natural dari odds Keputusan

Konsumen pada Play School Bumble Bee

dengan bukti Eks.β (X1) sebesar 38,1%,

Eks.β (X2) sebesar 28,5% sedangkan Eks.β

(X3) yaitu sebesar 24,1%.

3. Implikasi akhir penelitian, menjelaskan

bahwa Keputusan Konsumen guna memilih

Play School Bumble Bee di Perum Delta

Sari, Waru Sidoarjo sebagai wahana

pembentuk pola kreativitas anak benar-

benar dipengaruhi oleh dominansi Sikap

Kognitif konsumen berdasarkan wacana

pengetahuan maupun persepsi diri pribadi

konsumen itu sendiri dalam mengevaluasi

aktualisasi kualitas pendidikan Play School

Bumble Bee ditinjau dari sarana maupun

prasarana yang ada, melalui pengalaman

langsung ataupun informasi yang diperoleh

dari orang tua murid yang telah

menyekolahkan anaknya di Play School

favorit tersebut saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

R. Anandya. W. Suprihadi. 2005, Metodologi

Riset Terapan, Edisi Ke 1, Prehalindo

Offset, Jakarta.

Asael. R.1992, Consumer Behavior, Thomson

Learning Press, Singapore, Edisi

Terjemahan, Penyunting Hutabarat,

Multimedia Indonesia

Anandya S, Suprihadi G, 2005, Metode

Penelitian Dasar, Edisi Ke 1, Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Anggita S. 2007, Skripsi, Studi Komparatif

Antara Sikap Konsumen Sepatu Industri

Modern dan Home Industri di Daerah

Cibaduyut, Jawa Barat, Fakultas

Ekonomi, Universitas Kristen Petra,

Surabaya.

B. Swastha, H. Handoko. 1982, Dasar-Dasar

Pemasaran, Edisi Ke 5, BPFE,

Yoyakarta,

Ghozali I. 2006. Aplikasi Analisa Multivariate

Dengan Program SPSS, Cetakan Ke 4,

Badan Penerbit, Undip, Semarang.

Hawkins., Best., Coney, Consumer Behavior,

Journal Vol 10

J. Sumarwan. 2002. Perilaku Konsumen, Edisi

Revisi, Bina Rupa Aksara Press,

Semarang.

Kotler, Amstrong. 1997, Strategi Pemasaran,

Edisi Ke 7, Ghalia Indonesia, Jakarta

M. Loudon. D. Bita. 1998, Consumer Behavior,

Journal Vol 12

M. Umar. 2002. Metode Riset Bisnis dan

Aplikasi, Edisi Revisi, Prenada Media

Kencana, Jakarta

Prasetijo. J., Ihalauew. J. 2002, Perilaku

Konsumen, Edisi Terbaru, Andi Ofset,

Yogyakarta,.

P. Aswar. 2004, Perilaku Konsumen, Edisi Ke

8, Andi Offset, Yogyakarta,

Shiffman, Leon G, and Leslie Lazar Kanuk,

1997, Consumer Behavior, Fifth Edition,

Prenwce Hall Inc, Englewood Cliff, New

Jersey.

Soeratno. G. D. Arsyad. 1998. Metodologi

Penelitian Dasar. Edisi Ke 5, BPFE,

Yogyakarta.

Suhartono. 2002, Bisnis Riset, Edisi Revisi,

Ghalia Indonesia, Jakarta.

Santoso. S. 2002, Tutorial Pengolahan Data

SPSS Release 11, Intermedia, Bandung.,

Edisi Khusus

Y. Sumarsono. 2002. Metodologi Peneltian,

Edisi Ke 8, Salemba, Jakarta

Page 51: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

51

GAYA HIDUP DAN KELOMPOK ACUAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN HANDPHONE BLACKBERRY YESSY ARTANTI, WAHYU ADI PRADANA

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya Kampus UNESA, Ketintang Surabaya Jawa Timur Indonesia

E-mail:[email protected]

ABSTRACT Currently common phenomenon in various walks of life using the BlackBerry, ranging from children to adults. Ranging from housewives to work in the office. Shifting benefits to support the BlackBerry which was originally a person's performance to showcase the lifestyle and improve their social status. BlackBerry displays an interesting, diverse selection of product types, the application provided there is enough complete, and use the BlackBerry reflects a way of life (lifestyle) of the metropolis and up to date. With the growing number of BlackBerry users, will certainly attract the desires of others to participate using. Interest in someone with an idol who also uses a BlackBerry, or want to be considered equivalent to a person using the BlackBerry will be able to stimulate a person to make a purchase. In the current study focused on students because students are young people and intellectuals who are so thirsty for information technology. This study aims to discuss and analyze the influence of Lifestyle and Reference Group Buying Decision Against Mobile BlackBerry (Study On Students In South Surabaya).This study is conclusive research. The population in this study is that students studying in South Surabaya and use the BlackBerry as well as directly involved in purchasing decisions. Samples taken as many as 220 people with accidental sampling technique. Measuring instrument used was a questionnaire, and data were analyzed by multiple linear regression. The results showed that the value of the adjusted coefficient of determination (Adjusted R2) of 0.654 means that the influence of lifestyle and the reference group against the decision of a purchase of 65.4%, while the remaining balance of 34.6% influenced by other variables outside the research. In this study by looking at the results of t test, the partial effect of variables (sig <0.05) and the dominant effect is a variable reference group with a value of r

2

0,380 followed by a variable life style with a value of r2 0371.

Key words : Purchasing Decision, Lifestyle and Reference Group

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi komunikasi informasi

hingga akhir tahun 2010 lebih banyak diwarnai

dengan persaingan alat telekomunikasi dari

handphone hingga smartphone untuk

memudahkan kehidupan ini, baik untuk bekerja

maupun untuk memberikan hiburan. Sebuah

ponsel tidak lagi hanya menjadi alat

percakapan, tetapi juga mengakses e-mail,

memotret, membuat video, mengakses jejaring

sosial, dan bahkan untuk menonton televisi.

Di Indonesia sudah semakin banyak

pengguna handphone. Tidak memandang kelas,

pekerjaan, gaji, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas jelas terlihat

bahwa tingkat penggunaan handphone

sangat dipengaruhi oleh faktor demografis

konsumen yang tidak terlepas dari perilaku

konsumennya dalam keputusan pembelian

handphone.

Keputusan pembelian handphone pada

konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, yang besifat individual (internal)

maupun yang berasal dari lingkungan

(eksternal). Beberapa faktor yang berasal dari

lingkungan seperti budaya, kelas sosial,

kelompok acuan, dan keluarga dapat

mempengaruhi proses pengambilan keputusan

seseorang. Adapun beberapa hal yang bersifat

individual yang dapat mempengaruhi yaitu

sumber daya konsumen, motivasi dan

keterlibatan, pengetahuan, sikap dan

kepribadian dan gaya hidup serta demografi

(Engel dkk, 1995).

Dalam kaitannya dengan pemilihan

handphone, seseorang lebih memilih jenis

handphone yang sedang trend saat ini untuk

mengikuti lifestyle (gaya hidup). Dimana gaya

hidup mencerminkan pola konsumsi yang

menggambarkan pilihan seseorang bagaimana

Page 52: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

52

ia menggunakan waktu dan uang ( lifestyle

refers to a pattern of consumption reflection a

person’s choices of how hw or she spend time

and money, Solomon, 2007).

Gaya hidup pada prinsipnya bagaimana

seseorang menghabiskan waktu dan uangnya.

Ada orang yang senang mencari hiburan

bersama kawan-kawannya, berbelanja,

melakukan aktivitas yang dinamis. Gaya hidup

dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan

akhirnya menentukan pilhan-pilihan konsumsi

seseorang (hommarketing.blogspot.com, 2009).

Dengan demikian konsumen dalam

memilih suatu produk akan memilih

berdasarkan pada apa yang paling dibutuhkan

dan apa yang paling sesuai dengan dengan

dirinya yang salah satunya adalah gaya hidup

(lifestyle). Selain dari faktor internal, seseorang

juga dipengaruhi faktor eksternal, yaitu

kelompok acuan. Dari sudut pandang

pemasaran, kelompok acuan merupakan

kelompok yang dianggap sebagai kerangka

acuan bagi para individu dalam pengambilan

keputusan pembelian atau konsumsi mereka.

Kelompok acuan awalnya hanya dibatasi

secara sempit mencakup kelompok-kelompok

dengan siapa individu berinteraksi secara

langsung (keluarga dan teman akrab). Namun

berangsur-angsur telah diperluas mencakup

pengaruh orang atau kelompok secara langsung

dan tidak langsung. Kelompok acuan tidak

langsung terdiri dari orang-orang atau

kelompok yang masing-masing tidak

mempunyai kontak langsung, seperti para

bintang bintang film, pahlawan olah raga,

pemimpin politik, tokoh TV, ataupun orang

yang berpakaian baik dan kelihatan menarik di

sudut jalan (Schiffman, Kanuk, 2000).

Seiring dengan pesatnya perkembangan

ekonomi di negara ini, banyak muncul industri-

industri serta perusahaan - perusahaan baru,

salah satunya di bidang teknologi komunikasi

(Arifin, 2000). Salah satu perkembangan

teknologi telekomunikasi adalah perkembangan

telepon pintar atau smartphone. Termasuk yang

telah menjadi fenomena saat ini adalah

Blackberry. Berbagai kalangan memiliki gadget

ini dengan alasan yang berbeda, tidak peduli itu

sesuai dengan kebutuhan atau tidak, hingga

hanya untuk menaikkan status sosialnya.

Sebagai pendatang baru, BlackBerry

berusaha untuk menguasai pasarnya. Jumlah

pengguna BlackBerry di Indonesia sendiri

sudah mempunyai pelanggan sekitar 300-400

ribu orang pada awal Agustus 2009 dan

Indonesia diproyeksikan akan menjadi

pengguna smartphone BlackBerry terbanyak di

seluruh dunia dalam waktu dekat (detiknet.com,

Agustus 2009).

Menurut data-data yang diperoleh,

BlackBerry mengungguli iPhone di pasar global

secara keseluruhan, bahkan di pasar smartphone

Amerika Serikat, dimana Apple Inc. didirikan,

RIM dengan BlackBerrynya memimpin pangsa

pasar dengan share sebesar 56% (Fortuner

Magazine, Agustus 2009).

Meskipun pasar smartphone dunia secara

keseluruhan masih dikuasai Nokia, namun

pertumbuhan Research In Motion (RIM) dan

Apple juga tidak dapat dipandang sebelah mata.

Beberapa hari lalu, Gartner merilis data

penjulan perangkat bergerak dan smartphone

pada tahun 2010 untuk lingkup seluruh dunia.

Menurut data tersebut Nokia masih menguasai

penjualan handphone di dunia dan juga Nokia

Symbian masih menguasai pasar platform

smartphone. Nokia masih tetap menjadi market

leader walaupun market share mereka

menurun. Dan di lain sisi RIM dengan

BlackBerrynya mulai ada peningkatan

penjualan dari 34.346.600 unit meningkat

menjadi 47.451.600 dan akan terus mengalami

peningkatan.

Sementara itu tingkat persaingan pasar

smartphone di Indonesia begitu ketat. Menurut

data yang dirilis oleh comScore pada bulan

Desember 2009, BlackBerry mendominasi

pasar smartphone Indonesia dengan menguasai

40% pangsa pasar, diikuti oleh iPhone sebesar

25%.

BlackBerry adalah perangkat selular yang

memiliki kemampuan layanan push e-mail,

telepon, sms, menjelajah internet, dan berbagai

kemampuan nirkabel lainnya. Penggunaan

gadget canggih ini begitu fenomenal

belakangan ini, sampai menjadi suatu

kebutuhan untuk fashion. BlackBerry pertama

kali diperkenalkan pada tahun 1997 oleh

perusahaan Kanada, Research In Motion (RIM).

Kemampuannya menyampaikan informasi

melalui jaringan data nirkabel dari layanan

perusahaan telepon genggam hingga

mengejutkan dunia.

Fenomena yang kita tangkap sekarang ini

adalah bahwa segmen pasar dari handphone

pabrikan RIM, dalam hal ini BlackBerry telah

Page 53: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

53

berubah arah dari seorang pebisnis yang

membantu untuk meningkatkan produktivitas

berubah menjadi hampir semua kalangan yang

sebagian besar bukan pebisnis adalah untuk

lifestyle dan untuk meningkatkan harga diri atau

derajat seseorang. Padahal iPhone, salah satu

smartphone pesaiang dari BlackBerry yang

seharusnya untuk lifestyle, tidak terlalu kuat

untuk menarik minat masyarakat.

Produk smartphone merek BlackBerry ini

menampilkan tampilan yang menarik, pilihan

jenis produk yang beragam, aplikasi yang

disediakan tersedia cukup lengkap, dan

menggunakan BlackBerry mencerminkan suatu

gaya hidup (lifestyle) yang metropolis dan up to

date.

Hal ini bisa menjadi keuntungan buat

handphone BlackBerry, dimana pangsa pasar

penjualannya semakin meluas dan semakin

terbuka di negara Indonesia. Bahkan situs berita

internasional CNN, menjuluki handphone

BlackBerry sebagai “King of Indonesia”.

(Okezone.com. 2010)

Menurut Kemal Arsjad, Dirut Better-B

(2010), Dengan meningkatnya pengguna

handphone BlackBerry di Indonesia, akan

mendorong perubahan paradigma berfikir

masyarakat dalam berkomunikasi yang

biasanya meminta nomer handphone, namun

kini bergeser menjadi minta nomer PIN. Selain

itu juga akan meningkatkan penggunaan

aplikasi yang ada di dalamnya, terutama BBM.

Keputusan masyarakat membeli

handphone BlackBerry sangat beragam, mulai

ingin menampilkan gaya hidupnya serta ingin

dianggap sebagai atau setara dengan pebisnis.

Selain itu juga ada yang beralasan hanya ingin

bisa membuka situs jejaring sosial dengan

mudah karena telah tersedia aplikasi langsung

yang terhubung dengan internet dan lain-lain.

Dari hal ini saja sudah tampak terjadi

pergeseran fungsi yang seharusnya BlackBerry

untuk working bergeser menjadi lifestyle dan

meningkatkan harga diri seseorang.

Dalam penelitian kali ini, peneliti memilih

mahasiswa di Surabaya Selatan sebagai obyek

penelitian. Karena saat ini banyak di antara

kalangan mahasiswa maupun pelajar yang

membutuhkan BlackBerry, sebab harga

BlackBerry saat ini relatif terjangkau untuk

ukuran mahasiswa maupun pelajar. Selain itu,

mahasiswa merupakan kaum muda dan kaum

intelektual yang begitu haus akan teknologi

informasi dan juga BlackBerry digunakan

sebagai gaya hidup.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah

diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah

yaitu: Apakah terdapat pengaruh gaya hidup

dan kelompok acuan secara simultan dan parsial

terhadap keputusan pembelian handphone

Blackberry (Studi pada Mahasiswa di Surabaya

Selatan).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

membahas dan menganalisis gaya hidup dan

kelompok acuan secara simultan dan parsial

berpengaruh terhadap keputusan pembelian

handphone Blackberry (Studi pada Mahasiswa

di Surabaya Selatan).

Batasan-batasan terkait variabel penelitian

yang di teliti. Antara lain :

1. Mahasiswa yang menempuh pendidikan di

Surabaya Selatan.

2. Penggunahandphone BlackBerry dan

terlibat langsung dalam keputusan

pembelian.

3. Pengukuran gaya hidup dengan

menggunakan AIO dari Sumarwan (2002),

dimana indikator Activity (aktivitas)

menggunakan dimensi bekerja, hobi, dan

hiburan. Interest (ketertarikan)

menggunakan dimensi mode atau fashion,

komunitas, dan media. Opinion (pendapat)

menggunakan dimensi topik diri sendiri,

isu sosial dan budaya.

METODE

Jenis penelitian adalah kausal dan data yang

diperoleh dianalisis secara kuantitatif.

Adapun rancangan penelitian yang dibuat

adalah untuk mengetahui apakah gaya hidup

dan kelompok acuan terhadap keputusan

pembelian handphone BlackBerry oleh

mahasiswa di Surabaya Selatan dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 1: Alur Penelitian

Gaya

Hidup

Kelompok

Acuan

Keputusan

Pembelian

Page 54: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

54

Lokasi penelitian yang dimaksud adalah di

Surabaya Selatan dimana pada Surabaya

Selatan sendiri terdapat lebih banyak perguruan

tinggi jika dibandingkan dengan kawasan

Surabaya yang lain.

Adapun karakteristik yang dipilih atau

ditetapkan oleh peneliti di dalam penelitian ini

adalah mahasiswa yang menggunkan

handphone BlackBerry. Target populasi dalam

penelitian ini adalah mahasiswa yang telah

membeli handphone BlackBerry di kawasan

Surabaya Selatan dengan jumlah populasi

infinite.

Jumlah sampel minimal dalam penelitian

ini sebesar 200 responden. Untuk

mengantisipasi apabila terdapat data yang

rusak, maka ditambahkan 10% dari jumlah

sampel minimal yang diambil. Oleh karena itu,

penelitian ini mempergunakan sampel sebesar

220 orang.

Penarikan sampel dilakukan dengan

accidental sampling, yaitu teknik penentuan

sampel yang diambil dari siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti di Surabaya

Selatan dapat memenuhi karakteristik sampel

responden dalam penelitian, sehingga bisa

dipandang cocok dengan sumber data. Pada

penelitian ini, peneliti menyebarkan angket

sebanyak 220 pada mahasiswa di 12 perguruan

tinggi karena jumlah mahasiswa yang

menggunakan handphone BlackBerry masih

belum diketahui. Dimana pada delapan

perguruan tinggi disebarkan 18 angket,

sedangkan empat perguruan tinggi lainnya

disebarkan 19 angket penelitian.

Jenis dan sumber data yang terdapat dalam

penelitian ini terdiri atas:

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Sumber data primer

berupa jawaban responden yang diukur

dengan menggunakan instrumen penelitian

(angket) tujuannya adalah untuk

mengetahui jawaban responden atas

pertanyaan yang diberikan mengenai

pengaruh gaya hidup dan kelompok acuan

terhadap keputusan pembelian handphone

merk BlackBerry.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini berupa buku literatur,

jurnal, dan artikel yang terkait dengan teori

perilaku konsumen, gaya hidup, kelompok

acuan, dan keputusan pembelian

handphone merk BlackBerry.

Adapun teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini dengan cara

penyebaran kuesioner untuk mendapatkan data

primer.

Karena dalam penelitian ini terdapat dua sub

variabel bebas, maka persamaan regresi yang

dapat digunakan adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2

Dimana,

Y : Keputusan Pembelian

a : Konstanta

b1, b2... :Koefisien regresi (intercept)

X1 :Variabel yang mewakili gaya hidup

X2 :Variabel yang mewakili kelompok

acuan

Uji Hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah;

1. Uji F

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikatnya secara simultan

dapat juga membandingkan antara nilai

probabilitas signifikansinya dengan 0,05.

Jika nilai probabilitas signifikansinya lebih

kecil dari 0,05, maka variabel bebas dapat

mempengaruhi signifikan variabel

terikatnya secara simultan (Ghozali,

2007:87). Mengingat nilai Ftabel untuk

responden sebesar 110 tidak terdapat dalam

tabel distribusi F, maka cara yang

digunakan untuk melihat pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikatnya adalah

membandingkan nilai probabilitas

signifikansinya dengan 0,05.

2. Uji t

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikatnya secara parsial

dapat juga membandingkan antara nilai

probabilitas signifikansinya dengan 0,05.

Jika nilai probabilitas signifikansinya lebih

kecil dari 0,05, maka variabel bebas dapat

mempengaruhi secara signifikan variabel

terikatnya secara parsial dan dapat

diketahui variabel mana yang lebih

dominan dengan melihat nilai thitung yang

lebih besar dibandingkan nilai thitung variabel

bebas lainnya (Ghozali, 2007:87). Adapun

cara yang digunakan adalah

membandingkan antara nilai probabilitas

signifikansinya dengan 0,05 karena cara

Page 55: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

tersebut telah memenuhi syarat

perbandingan antara nilai thitung dan ttabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh gaya hidup dan kelompok acuan

terhadap keputusan pembelian handphone

BlackBerry secara simultan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya

hidup dan kelompok acuan secara simultan

mempengaruhi keputusan pembelian

handphone Blackberry sebesar 65,4% dan

sisanya sebesar 34,6% dipengaruhi oleh

variabel lain di luar variabel yang digunakan

dalam penelitian ini misalnya faktor budaya

seperti kultur, sub kultur, dan kelas sosial ;

faktor sosial seperti keluarga dan peran dan

status ; faktor pribadi seperti umur dan tahap,

siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi,

kepribadian dan konsep diri ; faktor psikologis

seperti motivasi, persepsi, pengetahuan,

keyakinan dan sikap. Hasil penelitian itu juga

menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu gaya

hidup dan kelompok acuan memiliki pengaruh

yang signifikan secara simultan terhadap

keputusan pembelian handphone blackBerry.

Hasil penelitian ini mampu disesuaikan

dengan penelitian Yuliana (2009) dimana gaya

berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan

juga Mexico Widodo (2009) dalam faktor sosial

budaya, yang berpengaruh paling besar dalam

keputusan pembelian adalah kelompok acuan.

Menurut Engel (1995), keputusan pembelian

pada konsumen dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu bersifat individual

(internal) maupun yang berasal dari lingkungan

(eksternal). Salah satu faktor yang berasal dari

lingkungan yaitu kelompok acuan, dapat

mempengaruhi proses pengambilan keputusan

seseorang. Adapun salah satu hal yang bersifat

individual yang dapat mempengaruhi yaitu gaya

hidup.

Dalam kaitannya dengan pemilihan

handphone, seseorang lebih memilih jenis

handphone yang sedang trend saat ini untuk

mengikuti lifestyle (gaya hidup). Dengan

demikian konsumen dalam memilih suatu

produk akan memilih berdasarkan pada apa

yang paling dibutuhkan dan apa yang paling

sesuai dengan dengan dirinya. Dimana seperti

dikutip dari hommarketing.blogspot.com (2009)

gaya hidup pada prinsipnya bagaimana

seseorang menghabiskan waktu dan uangnya.

Ada orang yang senang mencari hiburan

bersama kawan-kawannya, berbelanja,

melakukan aktivitas yang dinamis. Gaya hidup

dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan

akhirnya menentukan pilhan-pilihan konsumsi

seseorang.

Selain dari faktor internal, seseorang juga

dipengaruhi faktor eksternal, yaitu kelompok

acuan. Dari sudut pandang pemasaran,

kelompok acuan merupakan kelompok yang

dianggap sebagai kerangka acuan bagi para

individu dalam pengambilan keputusan

pembelian atau konsumsi mereka.

Schiffman Kanuk (2000) kelompok acuan

bisa terdiri dari orang-orang atau kelompok

yang masing-masing tidak mempunyai kontak

langsung, seperti para bintang bintang film,

pahlawan olah raga, pemimpin politik, tokoh

TV, ataupun orang yang berpakaian baik dan

kelihatan menarik di sudut jalan.

Agar mempengaruhi keputusan pembelian,

kelompok acuan harus memberitahu dan

mengusahakan agar individu menyadari adanya

suatu produk atau merek khusus, memberikan

kesempatan pada individu untuk

membandingkan pemikirannya sendiri dengan

sikap dan perilaku kelompok, mempengaruhi

individu untuk mengambil sikap dan perilaku

yang sesuai dengan norma-norma kelompok,

membenarkan keputusan untuk memakai

produk-produk yang sama dengan kelompok.

Pengaruh gaya hidup dan kelompok acuan

terhadap keputusan pembelian handphone

BlackBerry secara parsial.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa gaya hidup dan kelompok acuan secara

parsial juga mempengaruhi keputusan

pembelian handphone BlackBerry, studi pada

mahasiswa di Surabaya Selatan. Dimana

diketahui bahwa kelompok acuan adalah

variabel yang dominan dalam mempengaruhi

keputusan pembelian handphone BlackBerry

.

a. Gaya hidup berpengaruh terhadap

keputusan pembelian

Hasil penelitian diketahui bahwa gaya

hidup merupakan variabel yang

mempengaruhi keputusan pembelian

handphone Blackberry oleh mahasiswa di

Surabaya Selatan. Gaya hidup merupakan

bagaimana seseorang menggunakan waktu

dan uangnya.

Menurut Sutisna (2002:145), gaya hidup

secara luas didefinisikan sebagai cara hidup

yang diidentifikasikan oleh bagaimana

orang menghabiskan waktu mereka

Page 56: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

(aktivitas), apa yang mereka anggap

penting dalam lingkungannya

(ketertarikan), dan apa yang mereka

pikirkan tentang diri mereka sendiri dan

juga dunia di sekitarnya (pendapat).

Jika dilihat dari keadaan sebenarnya,

keputusan mahasiswa dalam membeli

BlackBerry juga berasal dari dalam dirinya.

Pada tabel 4.8, responden setuju dengan

pernyataan menggunakan BlackBerry

menunjang aktivitas perkuliahannya. Dalam

melakukan kegiatan yang berhubungan

dengan hobinya, serta untuk mengisi waktu

luangnya, mereka tidak pernah lepas dari

penggunaan BlackBerrynya.

Ketertarikan mahasiswa dalam membeli

BlackBerry agar bisa masuk dalam suatu

komunitas pengguna BlackBerry juga

dijawab setuju oleh rata-rata responden

pada tabel 4.9. Jawaban setuju juga muncul

pada pernyataan bahwa menggunakan

BlackBerry saat ini berarti telah mengikuti

trend anak muda, atau juga alasan

menggunakan BlackBerry karena memang

memiliki fitur-fitur yang menunjang

kebutuhannya.

Sedangkan menurut indikator pendapat

pada tabel 4.10, rata-rata responden

menjawab setuju jika setelah menggunakan

BlackBerry, mereka mau

menginformasikan kepada orang lain tanpa

disuruh sekalipun. Selain itu mereka yang

telah menggunakan BlackBerry lebih

cenderung mengakses informasi-informasi

melalui browsing di BlackBerry daripada

membaca media cetak, serta lebih banyak

menghabiskan waktunya untuk

bersosialisasi dengan orang lain melalui

aplikasi jejaring sosial yang ada.

Hasil penelitian ini mampu disesuaikan

dengan penelitian terdahulu oleh Yuliana

(2009) bahwa gaya hidup berpengaruh

terhadap keputusan pembelian seseorang

dalam membeli batik di Danar Hadi.

Berdasarkan indikator angket responden

tentang gaya hidup, menyatakan bahwa

aktivitas yang dilakukan dengan

BlackBerry untuk mengisi waktu luang

sebagai hiburan, ketertarikan seseorang

dalam menggunakan BlackBerry karena

telah menjadi trend di kalangan anak muda,

mempengaruhi seseorang dalam

memutuskan untuk membeli handphone

BlackBerry cukup kuat.

b. Kelompok acuan berpengaruh terhadap

keputusan pembelian handphone

Blackberry.

Hasil penelitian diketahui bahwa kelompok

acuan merupakan variabel yang

mempengaruhi keputusan pembelian

handphone Blackberry oleh mahasiswa di

Surabaya Selatan. Kelompok acuan

merupakan orang atau kelompok orang

yang mempengaruhi secara bermakna suatu

perilaku individu (Hyman, 1942).

Kelompok acuan memberikan standar

(norma atau nilai) yang dapat menjadi

perspektif penentu mengenai bagaimana

seseorang berfikir atau berperilaku.

Menurut Sumarwan (2003) bahwa

komunikasi pemasaran melalui iklan di

berbagai media sering menggunakan orang-

orang yang dianggap sebagai kelompok

acuan. Para kelompok acuan tersebut

adalah selebriti, pakar atau ahli, orang-

orang biasa para eksekutif perusahaan atau

pegawai biasa, dan karakter dagang (trade

spokes-character).

Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu

Harmanto (2009), bahwa dalam analisis

faktor eksternal, variabel kelompok

referensi / acuan berpengaruh secara

dominan terhadap keputusan pembelian

mobil honda jazz di Yogyakarta.

Pada penelitian ini, bisa dilihat pada tabel

4.11 hingga 4.15, dimana disetiap item

pertanyaan pada variabel kelompk acuan

bernilai setuju. Pada indikator pengetahuan

kelompok acuan, kedua item pernyataan

tentang orang lain / kelompok acuan

memberikan informasi mengenai

spesifikasi dan juga type Blackberry secara

lengkap.

Pernyataan suatu kepercayaan (kredibilitas)

terhadap orang / kelompok yang

memberikan informasi mengenai

BlackBerry dan juga tertarik menggunakan

BlackBerry karena mendengar informasi

dari pengguna BlackBerry dalam pada tabel

4.12 dan 4.13 dinilai setuju oleh responden.

Selain itu, seringnya mendengar informasi

dari pengguna BlackBerry juga mampu

membuat seseorang tertarik untuk mencoba

lalu membeli. Ketertarikan terhadap

pengguna BlackBerry atau pemberi

informasi tentang BlackBerry juga mampu

mempengaruhi untuk membeli. Hal ini bisa

Page 57: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

dilihat pada tabel 4.14 dan 4.15 dengan

jawaban setuju pada setiap item pertanyaan.

SIMPULAN Berdasarkan pembahasan dari hasil analisis data

dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh secara simultan sebesar

65,4% antara gaya hidup dan kelompok

acuan terhadap keputusan pembelian

handphone Blackberry dan sisanya 34,6%

dipengaruhi oleh variabel lain.

2. Gaya hidup dan kelompok acuan secara

parsial juga mempengaruhi keputusan

pembelian handphone BlackBerry. Dimana

diketahui bahwa kelompok acuan adalah

variabel yang dominan dalam

mempengaruhi keputusan pembelian

handphone BlackBerry.

DAFTAR PUSTAKA

Gonzales A. Ana dan Bello, Laurentino. 2000.

The Construct “Lifestyle” in Market

Segmentation the Behaviour of Tourism

Consumers: European Journal of

Marketing, (online), Vol 36, No. 1

(www.emerald.com)

Harmanto, Dwi. 2006. Pengaruh Eksternal

Dalam Pengambilan Keputusan

Pembelian Honda Jazz Di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

http://smartphoneindonesia.blogspot.com

(diakses Juni 2011)

Kasali, Rhenald. 1998. Membidik Pasar

Indonesia: Segmentasi, Targeting, dan

Positioning. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Kotler, Philip. dkk. 1999. Manajemen

Pemasaran perspektif Asia. Edisi

Pertama. Terjemahan oleh Fandy

Tjiptono. 1999. Jakarta: PT. Index.

Kotler, Philip. Armstrong, Gary. 2003. Dasar-

dasar Pemasaran. Jilid 1. Edisi

Kesembilan. Jakarta. PT. Indeks

Gramedia

Kotler, P. Keller, Kevin. 2003. Manajemen

Pemasaran Edisi 12. Cetakan III. Alih

Bahasa oleh Benyamin Molan.

Kotler, Philip. Keller, Kevin. 2006. Marketing

Management: 12th Edition. New Yersey:

Pearson Education Inc.

Malhotra, Naresh K. 2009. Riset Pemasaran

Pendekatan Terapan. Edisi Keempat.

Jilid 1. Terjemahan oleh Soleh Rusya

Maryam. 2005. Jakarta: PT. Indeks

Kelompok Gramedia.

Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. 2002.

Perilaku Konsumen. Edisi Revisi.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Mowen, John. C dan Minor, Michael. 2001.

Perilaku Konsumen. Edisi Kelima. Jilid

1. Terjemahan oleh Lina Salim. 2002.

Jakarta: PT Penerbit Erlangga.

Nugroho, Bhuono A,2005. Memilih Metode

Statistik Penelitian dengan SPSS.

Penerbit ANDI Yogyakarta.

Purwito, Edi. 2007. Pengaruh faktor budaya,

kelas sosial, dan kelompok referensi

terhadap keputusan pembelian kartu

prabayar simpati.

Santosa, Purbayu dan Ashari. 2005. Analisis

Statistik Dengan Microsoft Excel dan

SPSS. Andi Offset. Yogyakarta.

Schiffman, Leon G dan Kanuk, Leslie Lazar.

2000. Perilaku Konsumen. Edisi Ketujuh.

Terjemahan oleh Zoelkifli Kasip. 2008.

Jakarta: PT Indeks.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For

Business. Edisi Empat. Jilid 1 dan 2.

Jakarta: Salemba Empat.

Soeratno. Arsyad, L. 2003. Metodologi

Penelitian. Edisi Revisi. Yogyakarta:

UPP AMP YKPN

Solomon, Michael R. 2007. Consumer

Behavior 7th Edition: Buying, Having

and Being. New Jersey: Pearson Prentice

Hall.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis

(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D). Bandung: CV. Alfabeta

Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen

Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Bogor: Penerbit Ghalia

Indonesia.

Supranto, J dan Limakrisna, Nandan. 2007.

Perilaku Konsumen dan Strategi

Pemasaran untuk Memenangkan

Persaingan Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan

Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Widodo, Mexico. 2009. Analisis Faktor –

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Mahasiswa Universitas Gunadarma

Dalam Membeli Laptop.

Page 58: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

(http://www.gunadarma.ac.id/library/arti

cles/graduate/economy/2009/Artikel_102

05797.pdf)

Yuliana, Ratna. 2006. Pengaruh gaya hidup

terhadap keputusan pembelian pakaian

batik tulis danar hadi(studi konsumen

wanita pada outlet danar hadi

Diponegoro Surabaya).

(www.scribd.com)

www.detiknet.com diakses agustus 2009

www.gartner.com diakses februari 2011

www.hommarketing.blogspot.com 2009

www.okezone.com diakses Januari 2011

www.rim.com

www.surabaya.go.id

www.theglobal-review.com

www.vivanews.com diakses oktober 2010

www.wikipedia/daftar perguruan tinggi di

Surabaya

Page 59: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

KEBIJAKAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) STUDI KASUS PADA PT. TELKOM DIVRE V SURABAYA ROCHMAWATI

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

Kampus UNESA, Ketintang Surabaya Jawa Timur Indonesia

[email protected]

ABSTRACT The information is an essential requirement for investors to making a decision. Given complete information, timely and accurate so allow an investor to rational decision making and obtain results in line with expectations. Information requested for the company revealed today is information about the Corporate Social Responsibility (CSR). In Indonesia generally, when the companies, both state-owned enterprises and private (national and foreign) would run the CSR through a holistic approach, will undoubtedly greatly contribute to the welfare of society that exist around the company. After all people are subject and object in the CSR program undertaken by the company. The purpose of this study was to gain a scientific understanding of the CSR policy at PT. Telkom Divre V Surabaya. The results showed CSR policies are implemented by PT Telkom Divre V Surabaya is in conformity with the vision and mission of the company's CSR and in accordance with Law No. 40 of 2007 and Decree No. 236 of 2003 the company has spent on CSR focus for the Partnership and Environment Development Program (PKBL).

Key word: Corporate Social Responsibility, Partnership and Environment Development Program,

vision

PENDAHULUAN

Informasi merupakan kebutuhan penting bagi

para investor untuk pengambilan suatu

keputusan. Dengan adanya informasi yang

lengkap, tepat dan akurat sangat

memungkinkan seorang investor untuk

pengambilan keputusan secara rasional dan

memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan.

Informasi yang diminta untuk diungkap

perusahaan saat ini adalah informasi tentang

Corporate Social Responsibility (CSR). CSR

pada perusahaan dapat digambarkan sebagai

ketersediaan informasi keuangan dan non

keuangan yang berkaitan dengan interaksi

organisasi dengan lingkungan fisik dan

lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam

laporan tahunan perusahaan atau laporan social

terpisah ( Guthrie, 1985).

Tumbuhnya kesadaran publik akan peran

perusahaan di tengah masyarakat melahirkan

kritik karena menciptakan masalah sosial,

polusi, sumber daya, limbah, mutu produk,

tingkat safety produk, serta hak dan status

tenaga kerja ( Gray et. Al., 1987). Adanya

tekanan dari berbagai pihak memaksa

perusahaan untuk menerima tanggungjawab

atas dampak aktivitas bisnis terhadap

masyarakat. Perusahaan dihimbau untuk

bertanggungjawab terhadap pihak-pihak yang

lebih luas dari pada kelompok pemegang saham

dan kreditur saja. Tanggungjawab sosial

perusahaan untuk memaksimalkan laba tidak

secara universal lagi diterima ( Gray et. Al.,

1995a).

Beberapa institusi akuntansi mulai

mempertimbangkan akuntansi sosial

perusahaan pada pertengahan 70an

(Ramannathan, 1976 dalam Gray et. Al., 1995a)

yang bertujuan untuk mengakomodasi

kebutuhan perusahaan dalam melaporkan

tanggungjawab sosialnya kepada masyarakat.

Kemajuan yang diperoleh sangat lambat dan

sporadis, walaupun fenomena pengungkapan

tanggungjawab sosial ini telah muncul lebih

dari dua decade, penelitian tentang praktek

pengungkapan tanggungjawab sosial sepertinya

terpusat di Amerika Serikat, United Kingdom,

dan Australia (Hackston dan Milne, 1996).

Sedikit sekali penelitian yang dilakukan di

Negara lain seperti, Jerman, Kanada, Jepang,

Selandia Baru, Malaysia, Indonesia dan

Singapura. Penelitian tentang praktek

pengungkapan tanggungjawab sosial yang ada

di Indonesia antara lain dilakukan oleh Utomo

(2000), Hasibuan (2001), Sembiring (2003),

Page 60: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

60

Eddy (2003), Sayekti (2007) dan Ardana

(2008).

CSR merupakan proses pengkomunikasian

dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan

ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus

yang berkepentingan dan terhadap masyarakat

secara keseluruhan (Hackston dan Milne,

1996). Hal tersebut memperluas tanggungjawab

organisasi (khususnya perusahaan), di luar

peran tradisionalnya untuk menyediakan

laporan keuangan kepada pemilik modal,

khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut

dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan

mempunyai tanggungjawab yang lebih luas di

bandingkan hanya untuk mencari laba untuk

pemegang saham Gray et al. (1987).

Masih relatif baru konsep CSR tersebut

diperbincangkan oleh berbagai kalangan,

membuat pemahaman terhadap konsep CSR

tersebut juga masih berbeda-beda, dan

dipraktikkan secara berbeda-beda pula.

Seringkali dalam praktik, CSR ini disamakan

dangan derma (charity), sehingga ketika ada

perusahaan yang membagi-bagikan hadiah

kepada masyarakat di sekitar perusahaan sudah

dianggap melaksanakan tanggung jawab

sosialnya pada masyarakat. Sesungguhnya,

konsep CSR tidaklah sama dengan karikatif

(charity) atau philanthropy (kedermawanan)

yang lebih spontan pemberiannya dan kurang

memiliki efek jangka panjang bagi masyarakat

dalam arti pemberdayaan mereka baik secara

ekonomi, sosial, dan budaya. Peraturan CSR

dapat dilihat dalam Undang-Undang Perseroan

Terbatas UU No. 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, yang di dalamnya memuat

kewajiban perusahaan khususnya perusahaan

yang mengeksplorasi sumber daya alam untuk

melakukan CSR.

Di Indonesia umumnya, bila perusahaan-

perusahaan, baik perusahaan-perusahaan milik

negara maupun swasta (nasional dan asing)

mau menjalankan CSR melalui pendekatan

yang holistic, niscaya akan sangat berkontribusi

terhadap kesejahteraan masyarakat yang ada

disekitar perusahaan. Bagaimanapun juga

masyarakat adalah subjek dan objek dalam

program CSR yang dilakukan oleh perusahaan.

Masyarakat adalah pihak yang paling

merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu

perusahaan, baik itu dampak positif ataupun

negatif. Berbagai macam dampak negatif dapat

diminimalisir dengan menerapkan CSR,

misalnya dengan melakukan pemberdayaan

masyarakat, bantuan pendidikan, bakti

lingkungan, dan sebagainya. Apabila CSR tidak

dilakukan dengan baik, maka dapat

menyebabkan berbagai macam permasalahan.

Kasus konflik sosial yang pernah terjadi pada

perusahaan di Indonesia misalnya, konflik

sosial diduga diakibatkan suatu perusahaan

kurang peduli dengan masyarakatnya dan tidak

mengimplementasikan CSR dengan baik.

Beberapa konflik sosial yang pernah

terjadi antara perusahaan dengan masyarakat

sekitarnya adalah pada PT Lapindo Brantas di

Sidoarjo karena kelalaiannya menyemburkan

lumpur panas yang mengakibatkan 10.000

rumah warga tenggelam dan lebih dari 20.000

orang harus mengungsi.

PT Telkom adalah perusahaan jasa

telekomunikasi terbesar dan terluas jaringannya

yang ada di Indonesia dan merupakan salah satu

perusahaan milik Negara (BUMN) yang harus

menjalankan beberapa program CSR sesuai

dengan Keputusan Direksi Perusahaan

Perseroan (Persero) no

30/PR000/COP.B0030000/2007, UU no 40

tahun 2007 dan Kepmen no 236 tahun 2003.

Adapun program CSR yang dilakukan oleh PT

Telkom adalah program kemitraan dan program

bina lingkungan atau PKBL. Untuk program

kemitraan dibagi menjadi 8 sektor yang

meliputi industry, perdagangan, pertanian,

peternakan, perkebunan, perikanan, jasa dan

lainnya. Untuk program bina lingkungan dibagi

menjadi 6 pilar yang meliputi pendidikan,

kesehatan , lingkungan, layanan umum,

bencana dan IBO. Dari uraian diatas maka

peneliti ingin mengulas tentang kebijakan CSR

yang dilakukan oleh PT Telkom divrre V

Surabaya.

Dari latar belakang diatas maka tujuan

penelitian ini adalah untuk memperoleh

pemahaman yang ilmiah mengenai

kebijakan CSR pada PT. Telkom Divre V

Surabaya.

METODE Pendekatan dalam desain penelitian ini secara

kualitatif dengan menggunakan metode case

study mengenai penetapan kebijakan CSR pada

PT. Telkom Divre V Surabaya sehingga

diharapkan dari hasil penelitian ini mampu

memberikan gambaran secara menyeluruh yang

Page 61: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

61

berkaitan dengan motivasi dan pertimbangan

penyusunan kebijakan tersebut.

Alasan penelitian ini menggunakan studi

kasus sebagaimana yang diungkapkan oleh

Yin (2002:1) :

1. Rumusan masalah dalam penelitian ini

menggunakan pokok pertanyaan ”

bagaimana” yaitu bagaimana kebijakan CSR

pada PT Telkom?

2. Peneliti memiliki sedikit peluang untuk

mengendalikan peristiwa yang akan diteliti,

dan hanya mnegamati serta meneliti

peristiwa tersebut untuk diambil suatu

kesimpulan.

3. Fokus penelitian hanya pada kebijakan CSR

pada PT Telkom yang merupakan fenomena

masa kini yang ada dalam kehidupan nyata.

Batasan penelitian atau ruang lingkup

penelitian adalah suatu batasan penelitian yang

digunakan mengingat kompleksnya realita yang

dihadapi. Adapun batasan yang ditetapkan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan di PT. Telkom Divre V

Surabaya.

2. Penelitian ini membahas tentang kebijakan

CSR pada PT Telkom Divre V Surabaya.

Unit Analisis Sebagaimana dipaparkan

dalam latar belakang masalah maupun rumusan

masalah, termasuk di dalamnya pertanyaan

penelitian maka dapat dikemukakan bahwa unit

analisis dalam penelitian ini adalah kebijakan

dilihat dari visi dan misi pada PT Telkom.

Untuk menetapkan keabsahan data,

diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan

teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang

digunakan (Maleong, 2007:324), yaitu derajat

kepercayaan (credibility), keteralihan

(tranferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirm ability).

Derajat kepercayaan (credibility).Agar

tingkat kepercayaan penemuan dalam penelitian

ini terpenuhi, maka akan dilakukan hal-hal

sebagai berikut :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti

tinggal di lapangan penelitian sampai

kejenuhan pengumpulan data tercapai

(Maleong: 2007,327). Dalam penelitian ini,

perpanjangan keikutsertaan dilakukan

dengan cara turun ke lapangan dan

mengetahui proses kebijakan CSR. Dengan

demikian, peneliti dengan perpanjangan

keikutsertaannya akan banyak mempelajari

kebudayaan, dapat menguji ketidakbenaran

informasi akibat distorsi baik yang berasal

dari diri sendiri maupun dari responden,

serta membangun kepercayaan subyek

penelitian.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain (Maleong:2007,330). Sesuatu

yang lain tersebut digunakan untuk

pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data yang dikumpulkan.

Triangulasi dalam penelitian ini adalah hasil

wawancara dan dokumen yang berkaitan

dengan penelitian CSR yang meliputi : visi,

misi dan kebijakan program CSR.

3. Pengecekan Anggota

Pengecekan anggota berarti peneliti

mengumpulkan para peserta yang menjadi

sumber data dan mengecek kebenaran data

dan interpretasinya (Maleong, 2007,336).

Dalam hal ini pengecekan anggota dilakukan

dengan cara mengumpulkan sejumlah

pimpinan untuk dimintai pendapatnya

tentang data yang telah dikumpulkan.

Keteralihan (Transferrability), Kriteria ini

ditujukan untuk mempelajari kasus di

perusahaan yang bergerak dibidang jasa yang

sejenis agar diperoleh kesamaan simpulan

mengenai suatu gejala atau konsep. Dalam

keteralihan ini diharapkan dapat diperoleh hasil

penelitian yang dapat diterapkan dalam situasi

lain.

Kebergantungan (Dependability) dan

Kepastian (Confirm ability), Kriteria

kebergantungan merupakan substitusi istilah

reliabilitas dalam penelitian nonkualitatif.

Kriteria kepastian berasal dari konsep

objektivitas menurut nonkualitatif (Maleong,

2007, 325). Untuk memenuhi kriteria tersebut

dilakukan dengan cara dokumentasi terlebih

dahulu pada saat pengumpulan data dan

selanjutnya dibuat lembar koding sesuai dengan

kategori yang telah ditentukan. Setelah itu,

dipilih seseorang (hakim) yang akan melakukan

uji terhadap kategori tersebut dengan cara

seperti yang telah dilakukan peneliti. Dari

kedua uji tersebut akan diketahui hal-hal yang

disetujui bersama oleh peneliti dan hakim.

Jenis dan Sumber Data, Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi data

kualitatif melalui wawancara dengan dengan

Page 62: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

62

pihak internal sebanyak 3 orang manejer, untuk

data kuantitatif berupa laporan keuangan PT

Telkom Divre V Surabaya tahun 2010dan berita

acara penyerahan bantuan. Sedangkan menurut

sumber datanya, data yang digunakan meliputi :

1. Data Primer

Data yang dikumpulkan secara langsung dari

objek yang diteliti, yang didapatkan melalui

serangkaian observasi langsung dan

wawancara dengan menejemen dan

karyawan perusahaan. Sumber data ini

diperoleh melalui penelitian lapangan (field

research). Data yang diperoleh berupa hasil

wawancara dengan Ibu Rini selaku manajer

departemen CDC, bapak Agus selaku senior

manajer untuk program kemitraan dan bapak

Sarman selaku senior manajer untuk

program bina lingkungan.

2. Data Sekunder

Data yang dibutuhkan dalam penelitian yang

diperoleh melalui sumber-sumber lain yang

mendukung penelitian ini. Sumber data yang

diperoleh dari penelitian kepustakaan

(library research).Data sekunder dalam

penelitian ini adalah laporan CSR PT.

Telkom untuk tahun 2010 yang meliputi

laporan untuk program bina lingkungan dan

program kemitraan, berita acara penyerahan

dana CSR, berita acara pengajuan pinjaman,

jumlah dana yang digunakan untuk program

kemitraan dan jumlah mitra binaan yang ada

di PT. Telkom Divre V Surabaya.

Prosedur pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui kuisioner, wawancara dan

studi dokumen.

1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pihak

manajemen untuk mendapatkan

informasi yang lebih rinci sebagai

tindak lanjut dari kuisioner. Nara

sumber dalam penelitian ini terbagi

menjadi dua yaitu :

a) Pihak Internal, yaitu para pihak

yang ada dalam organisasi yang

berhubungan secara langsung

dengan penetapan kebijakan CSR

maupun yang berkaitan dengan

aktivitas utama orgnisasi adapun

pihak-pihak internal tersebut antara

lain :

1) Ibu Rini selaku manajer CDC

PT. Telkom Divre V Surabaya

Jawa Timur.

2) Bapak Agus selaku senior

manajer CDC PT. Telkom

Divre V Surabaya Jawa

Timur untuk program

Kemitraan.

3) Bapak Sarman selaku senior

manajer CDC PT. Telkom

Divre V Surabaya Jawa

Timur untuk program Bina

Lingkungan.

2. Pihak Eksternal, yaitu pihak di luar

perusahaan yang menerima bantuan

dana CSR dari PT. Telkom Divre V

Surabaya.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen dilakukan dengan

meminta dokumen terkait dengan

masalah yang diteliti dan mengkajinya

secara cermat. Dokumen yang dikaji

antara lain struktur organisasi yang ada

di PT Telkom Divre V Surabaya,

laporan CSR PT. Telkom untuk tahun

2010 yang meliputi laporan untuk

program bina lingkungan dan program

kemitraan, berita acara penyerahan

dana CSR, berita acara pengajuan

pinjaman, jumlah dana yang digunakan

untuk program kemitraan dan jumlah

mitra binaan yang ada di PT. Telkom

Divre V Surabaya.

Analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan

data dalam kategori, menjabarkan dalam unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam

pola, memilih mana yang penting yang akan

dipelajari, serta membuat kesimpulan yang

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang

lain (Sugiono: 2007,89). Dalam penelitian ini

analisis data difokuskan selama proses di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Aktivitas analisis data dalam penelitian ini

mengikuti model Miles dan Huberman yang

dikutip Sugiono (2007: 91-99), yang terdiri dari

reduksi data (data reduction), penyajian data

(data display), dan penarikan kesimpulan

(conclusion drawing).

Reduksi Data, Mereduksi berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

Page 63: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

63

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya sehingga memberikan

gambaran yang lebih jelas. Dalam penelitian

ini, semua data penelitian yang diperoleh

dikumpulkan, diolah dan disusun dengan rapi.

Dokumen yang diperoleh dikumpulkan dan

diseleksi mana yang relevan dengan penelitian

ini. Hasil

wawancara yang telah dilaksanakan

diklasifikasikan dan disusun secara sistematik

sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

Penulis selanjutnya melakukan abstraksi data

kasar tersebut menjadi uraian singkat atau

ringkasan. Data yang direduksi akan

dibandingkan dengan teori yang ada, dengan

demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan

akan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya

apabila diperlukan.

Penyajian Data (Data Display), Langkah

selanjutnya adalah penyajian data pada tahap

ini, data disajikan dalam bentuk uraian yang

bersifat naratif tentang kebijakan CSR,

implementasi CSR, evaluasi program CSR dan

memberikan rekomendasi kepada perusahaan

tentang program CSR yang telah dilakukannya

selama ini. Dengan penyajian data, akan

mempermudah peneliti dalam memahami apa

yang terjadi selanjutnya, melakukan analisis

secara mendalam berdasarkan yang telah

dipahami.

Penarikan Kesimpulan (Conclusion

Drawing), Langkah berikutnya adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi mengenai

temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada (Sugiono, 2008:99). Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada, temuan

berupa deskripsi atau gambaran suatu objek

yang sebelumnya masih remang-remang

menjadi jelas setelah diteliti. Dalam penelitian

ini dari hasil penelitian lapangan dan studi

literatur yang dilakukan, akan ditarik suatu

kesimpulan sesuai kondisi yang terjadi sehingga

diperoleh jawaban atas permasalahan penelitian

sekaligus memberikan saran yang dapat

menjadi alternatif solusi permasalahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Visi dan Misi CSR PT Telkom, Dalam

menjalankan program corporate social

responsibility (CSR) yang ada pada PT Telkom

Indonesia, maka PT Telkom menentukan visi

dan misinya sebagai berikut :

Visi CSR PT Telkom adalah Sebagai pelopor

Implementasi Corporate Social Responsibility

di Asia. Sedangkan misi CSR sebagai berikut :

1. Mencerdaskan masyarakat melalui

pendidikan teknologi infocom.

2. Meningkatkan kualitas hidup

masyarakat.

3. Menjaga kesinambungan lingkungan.

Visi dan Misi tersebut diatas sudah

sesuai dengan kebijakan CSR yang ada di PT

Telkom yaitu memberikan bantuan dalam

bidang pendidikan, memberikan bantuan

dalam bidang pelestarian alam, memberikan

bantuan dalam bidang sarana umum,

memberikan bantuan dalam bidang kesehatan

masyarakat, memberikan bantuan dalam

bidang sarana ibadah dan meningkatkan

kesejahteraan hidup masyarakat melalui

program bantuan dana kemitraan.

Kebijakan CSR yang ditetapkan oleh PT

Telkom merupakan suatu petunjuk yang

diharapkan dapat mempermudah penerapan

CSR di PT Telkom Divre V Surabaya.

Pernyataan nara sumber tentang kebijakan CSR

adalah :

“… Untuk kebijakan CSR sudah

dituangkan dalam milestone yang dimulai

tahun 2002 sampai dengan 2015 adapun

milestonenya dapat dilihat pada buku

balancing of life.” (P. Agus, manajer PK).

Kebijakan CSR tertuang dalam Milestone

Program CSR dari tahun 2002 sampai dengan

2015. Adapun Milestone program CSR PT

Telkom sebagai berikut :

Tahun 2002 Charity & Patnership yang

meliputi program :

1. Beasiswa.

2. IG2S.

3. Program magang.

4. Donor darah.

5. Sunatan masal.

6. Bantuan modal kerja.

7. Pembinaan mitra.

8. Telum berseri.

9. Perbaikan sarana umum.

10. Renovasi sarana ibadah.

11. Pembinaan drumband dan pramuka.

12. Bantuan bencana alam.

Page 64: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

64

13. Recovery daerah bencana.

Tahun 2003 5 care meliputi :

1. Care usaha kecil.

2. Care lingkungan pendidikan.

3. Care kesejahteraan masyarakat.

4. Care masyarakat pra sejahterah.

5. Care IBO.

Tahun 2004 kebijakan CSR meliputi :

1. Telkom business.

2. Telkom care.

Tahun 2005 Kebijakan CSR meliputi :

1. Terima kasih guru.

2. Klinik Telkom peduli.

3. Peduli anak dan balita.

4. Peduli anak jalanan.

5. Telkom berbuah.

6. Taman kota internet goes 2 community.

7. Kampanye employee care.

8. Advertorial & release tematis (CSR).

Tahun 2006 – 2015 kebijakan CSR meliputi :

1. Alur pikir 7 pilar CSR

a. Telkom Peduli Pelayanan umum.

b. Telkom Peduli Kesehatan.

c. Telkom Peduli lingkungan.

d. Telkom Peduli Bencana.

e. Telkom Peduli Kemitraan.

f. Telkom Peduli Iman Budaya dan

Olahraga.

g. Telkom Peduli Pendidikan.

2. Employee care program

a. Database.

b. Talk show mitra binaan.

Kebijakan yang dilakukan PT Telkom saat

ini sudah mengacu pada Keputusan Direksi

Perusahaan Perseroan (Persero) no

30/PR000/COP.B0030000/2007, UU no 40

tahun 2007 dan Kepmen no 236 tahun 2003

yaitu perusahaan telah mengeluarkan dana CSR

yang di fokuskan untuk Program Kemitraan dan

Bina Lingkungan (PKBL). Program PKBL

pada PT Telkom lebih di spesifikasikan

menjadi 7 pilar utama yaitu :

a. Telkom Peduli Pelayanan umum.

b. Telkom Peduli Kesehatan.

c. Telkom Peduli lingkungan.

d. Telkom Peduli Bencana.

e. Telkom Peduli Kemitraan.

f. Telkom Peduli Iman Budaya dan

Olahraga.

g. Telkom Peduli Pendidikan

Untuk Program Bina lingkungan lebih di

fokuskan untuk bantuan pendidikan hal ini

sesuai dengan pernyataan:

“… prosentase bina lingkungan di PT

Telkom lebih di fokuskan untuk bantuan

pendidikan yaitu terlihat dari besarnya

alokasi prosentaprotase dana dalam

program bina lingkungan, untuk bantuan

pendidikan sebesar 40% jauh lebih besar

daripada program-program lainnya…”

(P.Sarman, senior manajer Bina

Lingkungan)

“…sector pendidikan lebih diutamakan

karena dengan memfokuskan pada sector

pendidikan maka dapat mengentaskan

kemiskinan yang ada di Negara kita..”

(B.Rini, General manajer PKBL)

Dari pernyataan diatas maka kebijakan

untuk program bina lingkungan PT Telkom

lebih memprioritaskan pada sector pendidikan

karena dengan pendidikan bangsa kita akan

semakin maju dan pengangguran yang ada di

negara kita dapat kita kurangi, sedangkan

untuk program kemitraan lebih di fokuskan

pada usaha kecil menengah (UKM) yang ada

di wilayah Jawa Timur.

SIMPULAN

Kebijakan CSR yang dilaksanakan oleh PT

Telkom Divre V Surabaya sudah sesuai dengan

visi dan misi CSR perusahaan serta sesuai

dengan UU no 40 tahun 2007 dan Kepmen no

236 tahun 2003 yaitu perusahaan telah

mengeluarkan dana CSR yang di fokuskan

untuk Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL).

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan pada PT Telkom Divre 5 Surabaya,

berikut ini beberapa saran yang perlu untuk

dikemukakan dengan harapan dapat

dikembangkan untuk program CSR PT Telkom

selanjutnya :

1. Program yang dilaksanakan haruslah

bersifat sustainability, sehingga akan

bermanfaat untuk masyarakat.

2. Program Kemitraan menyertakan

masyarakat yang baru merintis usaha,

sehingga dengan demikian dapat

menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi

masyarakat. Cara yang tepat untuk program

kemitraan adalah melakukan pembinaan,

Page 65: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

65

pelatihan, pemasaran dan pemeran

sedangkan pelatihan yang diperlukan untuk

saat ini adalah kewirausahaan dan

pembukuan.

3. Kebutuhan masyarakat Surabaya saat ini

adalah lapangan olahraga, alangkah

baiknya jika program CSR untuk tahun

berikutnya adalah pembangunan lapangan

olahraga untuk masyarakat Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Achda Tamam. Perkembangan CSR dan

Implementasinya di Indonesia.

Community Development Institute, pada

Seminar Nasional: A Promise of Gold

Rating: Sustainable CSR, di Hotel

Hilton, Jakarta , 23 Agustus 2006.

Andi M. 2009 Implementasi CSR terhadap

Kesejahteraan Msyarakat. JESP. Vol 1

No1.

Ardana, I komang. 2008. “Bisnis dan

Tanggungjawab Sosial”. Buletin Studi

Ekonomi. Volume13. Nomor 1.

Ati H. 2008. Pengungkapan CSR pada Official

Website Perusahaaan Studi Pada PT.

Unilever Indonesia. Fakultas Ekonomi.

Universitas Gunadarma. ISSN: 1411-

6286.

Chairil N.S. 2007. Analisis Sosiologis terhadap

implementasi CSR pada Msyarakat

Indonesia. Jurnal Sosioteknologi. Edisi

12.

Gray, R. Kouhy. R and Lavers, S. 1995b.

Methodological Themes: Constructing A

Research Database of Social And

Environmental Reporting By Uk

Companies. Accounting, Auditing &

Accountability Journal. Vol. 8. No.2

pp.78-101.

Gray, R. Owen, D. and Maunders, K. 1987.

Corporate Social Reporting: Accounting

and Accountability. Prentice-Hall.

London.

Hasibuan, Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik

Perusahaan Terhadap Pengungkapan

Sosial”. Tesis. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Henny dan Murtanto. 2001. “Analisis

Pengungkapan Sosial pada Laporan

Tahunan”. Media Riset Akuntansi,

Auditing dan Akuntansi. Vol 1 no 2 hal

21-48.

Herlina Y.R. 2008. Relevansi Program CSR

Bagi Wacana Publik. National Confernce

UKWMS.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar

Akuntansi Keuangan. Jakarta.

I Komang A. 2008. Bisnis dan Tanggungjawab

Sosial. Buletin Studi Ekonomi. Vol 13

No 1.

Kotler. Philip. Dan Nancy Lee. 2005.

Corporate Sosial Responsibility: Doing

the Most Good for your Cause. John

Wiley & Sons Inc.

Maleong, Lexy j. 2007. Metodologi Penelitian

Kualitatif Edisi Revisi. Cetakan

keduapuluh empat. Penerbit Remaja

Rosdakarya Bandung.

Nugroho, Yanuar. 2007. Dilema

Tanggungjawab Korporasi. Kumpulan

Tulisan. www.unisosdem.org.

Priyanto M. 2008. Implementasi Corporate

Sosial Responsibility untuk mndukung

Pembangunan Berkelanjutan. Spirit

Publik. ISSN. 1907-0489. Vol 4 No 2.

Reza, M.M. 2009. Peranan Corporate Sosial

Responsibility (CSR) PT. Rekayasa

Industri Dalam Upaya Pengembangan

Masyarakat. IPB.

Sayekti, Yosefa. 2007. “Pengaruh CSR

disclosure terhadap Earning Response

Coefficient”. Makalah Disampaikan

dalam Simposium Nasional Akuntansi X.

Makasar, 26 – 28 Juli.

Suslisyanti, Eni, Dewi. 2005. Keterkaitan

Antara Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan dengan Kinerja dan Nilai

Perusahaan. UGM Pasca Sarjana

Siegel, Gary dan Helene Ramanauskas-

Marconi, 1989. Behavioral Accounting.

South-Western Publishing Co.

Sembiring, Edi Rismanda. 2005. “Karakteristik

Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial: Studi Empiris pada

Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek

Jakarta”. Makalah Disampaikan dalam

Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Solo, 15 – 16 September.

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian

Kualitatif. Cetakan Ketiga. Penerbit

Alfabeta, Bandung.

Scott, William R., 2003. Financial Accounting

Theory Third Edition. Prentice Hall

Toronto.

Page 66: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

66

Solihin, Ismail. 2008. Corporate Sosial

Responsibility from charity to

sustainable. Salemba Empat. Jakarta.

Sucada, et al., 2002. loc. Cit. Mengutip World

Business Council for Social

Development dalam Corporate Social

Responsibility, Jurnal WBSD

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40

tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Uzzi, B. 1997. Social structure and competition

in interfirm networks: The paradox of

embeddeness. Administrative Science

Quartetly, 42: 35-67.

Utomo, .2000. “Praktek Pengungkapan Sosial

Pada Laporan Tahunan Perusahaan di

Indonesia”. SNA 3, Hal. 99-122.

World Bank. 1999. Proverty Reduction and The

Word Bank. Progress and Challengers in

the 1990s. World Bank. Washington

D.C.

www.telkom Indonesia.com

Yin, Robert K., 2002. Studi Kasus: Desain dan

Model. Jakarta. Rajawali Pers.

Page 67: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

DAMPAK PAPARAN PRODUK PLACEMENT DALAM FILM TERHADAP PERUBAHAN SIKAP ATAS MEREK NUR LAILY

DIAN INDAHSARI

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik

Kampus GKB, Jl. Sumatra 101 GKB Gresik 61121 Jawa Timur Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRACT This research is used to determine if exposure to product placement Mie ABC and Nu greentea taste in films “Ayat-Ayat Cinta”effect on audience attitudes change over the brand to a more positive direction. Respondents were surveyed movie “Ayat-Ayat Cinta” in the form of DVD and VCD. The purpose of this study was to determine the effects of exposure to product placement in movies Ayat-Ayat Cinta to changes in audience attitudes on brand Nu greentea and Noodles Spicy Tastes ABC. Dependent variable in this study is the change in the attitude of the audience, while the experimental variable is exposure to product placement in movies Ayat-Ayat Cinta. Calculation results indicate that changes in audience attitudes toward the more positive the brand after exposure to product placement in movies Ayat-Ayat Cinta, it can be known from the change in the attitude of most of the respondents is the ABC Taste Spicy Noodle products amounting to Nu 0.700 is greentea is equal to 0.567.

Key words: exposure, product placement, brand

PENDAHULUAN

Perkembangan sebuah produk tidak dapat

dilakukakn tanpa bantuan marketing

management dalam melakukan promosi untuk

produk tersebut. Promosi dapat dilakukan

dengan memanfaatkan berbagai media yang

tersedia antara lain yang telah dan sedang

populer saat ini adalah media elektronik antara

lain televisi, radio. Berbagai cara yang

dilakukan pemasar untuk mempromosikan

produk melalui televisi yang mulai berkembang

saat ini dan banyak diminati oleh pemasar saat

ini adalah penempatan produk dalam acara-

acara televisi termasuk dalam film televisi dan

film layar lebar atau acara hiburan yang lain.

Ketika menonton sebuah film, sinetron,

ataupun talkshow ada produk yang secara

sengaja atau tidak disengaja mencuri perhatian

penonton dan secara tidak langsung membuat

penonton mengenali atau mengingat kembali

tentang produk itu. Dari logonya, ciri khas

warnanya, ataupun langsung dari bentuk

produknya secara utuh. Sebagai contoh, ambil

saja film D'bijis, yang pada beberapa scene

secara gamblang memperlihatkan beberapa

produk seperti Class mild sebagai latar pada

beberapa scene dan pada talkshow Bukan

Empat Mata yang selalu jadi incaran para

pemasar.

Joseph Jaffe melalui buku terbarunya,

"Life After The 30-second spot" menyatakan

bahwa industri advertaising mulai mengalami

kejatuhan karena hanya berfikir sempit pada

pemanfaatan iklan di televisi serta majalah saja

untuk membangun sebuah brand. Mengatakan

advertaising agency mulai mengembalikan

posisinya sebagai penggagas ide kreatif dan

memikirkan alternatif media lain yang bisa

membangun brand dengan dampak yang sama,

komentar ini diperkuat lagi melalui laporan

kerjasama antara Forrester Research dan ANA

(Assosiation of Nation Advertisers) yang

menyatakan bahwa 78% pengiklan merasakan

kalau iklan televisi sudah tidak efektif sejak 2

tahun terakhir (merdeka, 2008), riset tersebut

juga menyatakan kalau kini pemasar mulai

mengeksplorasi perkembangan teknologi

terbaru untuk menghabiskan budget iklan

televisinya. Salah satu iklan yang menjadi

alternatif tersebut adalah produk placement

dalam sebuah acara atau program hiburan.

Produk placement biasanya muncul dalam

sebuah film, video musik, buku cerita sampai

video games.

Belch (2004:450-452) mengemukakan

bentuk dari produk placement ini adalah seperti

iklan tapi tanpa medium. Kadang audiens tidak

Page 68: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

68

menyadari adanya promosi produk sedang

berjalan. Penonton melihat nama merek sebagai

bagian dari cerita. Akan tetapi dampak

pembelian oleh publik sangat nyata.

Sekarang ini produk placement mulai

banyak digunakan oleh para pemasar dalam

beriklan. Hal ini dikarenakan banyak manfaat

yang diperoleh dari produk placement di film,

antara lain; besarnya jumlah audiens yang

menonton, media lain yang mendukung,

sumber asosiasi , image produk dalam film,

biaya yang relatif lebih murah tapi jumlah

penonton yang tinggi, penerimaan oleh audiens

dan evaluasi yang positif dan sedikitnya

peraturan mengenai produk placement dalam

film, seperti menampakan orang merokok,

minum minuman keras.

Bagi produsen, film merupakan media

promosi yang cukup menjanjikan. Selain

audiensnya besar, efek brand awarness yang

ditimbulkannya sangat efektif apalagi film

tersebut juga diedarkan dalam bentuk

VCD/DVD. Artinya dengan sekali beriklan

produsen dapat beriklan dalam durasi yang

lama selama VCD/DVD itu masih beredar. Hal

inilah yang tidak diperoleh jika beriklan di

televisi, radio, media cetak atau media luar

ruangan (inviewmagazine, 2007).

Era kebangkitan film nasional di awal

tahun 2000-an ternyata menjadi awal maraknya

kembali produk plecement di dunia perfilman di

Indonesia. Para produsen kembali melirik dunia

film. Akan tetapi di Amerika, seiring dengan

berkembangnya film yang sangat pesat, produk

placement sudah sangat populer. Hal ini

dikarenakan produk placement telah mampu

meningkatkan penjualan produk yang

diiklankan, baik itu produk baru maupun

produk yang sudah popular (Kinney dan

Sapolsky, 2000).

Tidak dapat disangkal lagi bahwa

penggunaan produk placement dalam dunia

hiburan kini semakin populer dan sudah

menjadi trend. Dalam survey yang dilakukan

oleh ANA (Assosiation of Nation Advertisers)

di Amerika tahun 2005, sebanyak 63% pemasar

senior mangatakan sudah menggunakan

beberapa praktik brand entertaiment yaitu

produk yang dijalin dengan kontent sebuah

program hiburan (merdeka, 2007).

Keputusan tentang periklanan sangat

penting dalam bauran pemasaran karena iklan

merupakan cara yang paling efisien dalam

menyampaikan pesan massal kepada konsumen.

Disamping itu iklan juga bisa menciptakan

brand image dan kesan simbolis terhadap

perusahaan atau merek. Iklan juga bisa menarik

konsumen dan menciptaan penjualan. (Belch,

2004:452).

Para pemasar dalam menentukan media

harus mengevaluasi evektifitas media yang

dipilih untuk beriklan. Hal ini dimaksudkan

agar pemilihan media bisa mengefektifkan

biaya dan sesuai dengan tujuan iklan yang

diinginkan. Salah satu eveluasi yang dilakukan

pemasar adalah dengan mengeveluasi dampak

komunikasi dari iklan dan media yang harus

dipilih. Salah satu efek komunikasi yang

ditimbulkan adalah pembentukan sikap oleh

audien sasaran.

Sikap adalah kecenderungan berperilaku

yang bisa dipelajari dan bersifat konsisten

dalam menyingkapi objek tertentu.

Pembentukan sikap sangat dipengaruhi oleh

pengalaman individu, pengaruh keluarga, teman

dan juga pemasaran langsung serta media

massa. Menurut tricomponent atribut model,

sikap terdiri dari tiga komponen utama yaitu

kognitif, konatif dan afektif. Sikap akan

mempermudah proses pengambilan keputusan

konsumen. Apabila konsumen dihadapkan pada

beberapa alternatif, tidak perlu memproses dan

menganalisis informasi baru dan langsung

memilih alternatif yang cocok, sesuai dengan

pengalaman yang sebelumya (Kanuk dan

Schiffman, 2004:253-269).

Perubahan sikap adalah suatu hasil dari

pembelajaran, dipengaruhi oleh pengalaman

individu dan sumber informasi lain.

Pengukuran tantang sikap audiens bagi pemasar

merupakan hal yang sangat penting, salah

satunya untuk mengevaluasi iklan. Penting

untuk dipahami bahwa proses bagaimana iklan

terbentuk adalah sama dengan proses bagaiman

sikap berubah.

Produk placement dalam film tidak

menyajikan atribut-atribut produk dan bahwa

produk placement dalam film merupakan

sumber asosiasi, image film terhadap suatu

produk. (Belch, 2004:452-453). Asosiasi ini

menghasilkan image produk yang lebih positif.

Banyak praktisi dalam produk placement

meyakini bahwa asosiasi terhadap sumber

merupakan sebuah kunci kesuksesan dalam

sebuah produk placement dalam film. Saat ini

pengukuran audiens dalam produk placement

Page 69: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

69

masih sangat terbatas, walupun ada kebanyakan

masih dari sudut pandang pembuat film.

Seringkali para pemasar dalam membuat

keputusannya hanya menggunakan kredibilitas

para pembuat film dan artis yang dipakai dalam

filmnya. Hal inilah yang melatar belakangi

penelitian terhadap produk placement di dalam

sebuah film. Penelitian yang dilakukan adalah

penelitian dampak paparan produk placement di

dalam film terhadap perubahan sikap audiens

terhadap merek, khususnya film produksi

Indonesia.

Dari berbagai teori perubahan sikap atas

merek karena pengaruh iklan yang disebutkan

sebelumnya, diambil sebuah hipotesis bahwa

produk placement di dalam film layar lebar

mampu merubah sikap konsumen atas merek ke

arah yang lebih positif. Hipotesis tersebut akan

diuji pada produk placement mie ABC Selera

Pedas dan Nu Green tea dalam film Ayat-ayat

Cinta.

Peneliti mengambil sampel pada penonton

di Gresik, akan tetapi di Gresik tidak ada

gedung bioskop maka penonton atau audiens

yang diambil adalah audiens yang menonton

film Ayat-ayat Cinta yang diedarkan dalam

bentuk DVD atau VCD, sesuai dengan metode

penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu,

metode penelitian pre-experiment dengan

desain penelitian satu kelompok prauji-pascauji

(one group-posttest).

Ayat-ayat Cinta, adalah salah satu objek

yang mempresentasikan produk placement

dalam film produksi Indonesia. Ayat-ayat Cinta

adalah film yang disutradarai oleh Hanung

Bramantio. Film ini di produksi pada tahun

2007, dibintai oleh Fedi Nuril, Rianti

Cartwright, Carrisa Putri dan Zaskia Adya

Mecca, menceritakan tentang cinta dari

pandangan kehidupan umat muslim. Dalam

film ini terdapat penempatan produk mie ABC

Selera Pedas dan Nu Greentea, yang mana

kedua produk tersebut sudah tak asing lagi

dibenak masyarakat Indonesia, produk itu

adalah dari PT. ABC President Indonesia.

Dalam penelitian eksperiment ini desain

yang digunakan adalah desain penelitian pre-

experiment yaitu desain penelitian satu

kelompok prauji-pascauji (one group-posttest).

Pre-Experiment Design penelitian ini disebut

sederhana, karena obyek penelitian baik

kelompok tunggal atau kelompok jamak tidak

memiliki tidak memiliki kelompok kontrol,

sehingga sering disebut sebagai „Single Group

Experiment‟. Biasanya penelitian ini dilakukan

untuk tujuan exploratory (penyelidikan untuk

penemuan). Desain ini tidak menghasilkan

kesimpulan yang definitif tentang penyebab

dan efek dari hal yang diamati, karena

kelompok yang diamati tidak mewakili sampel

yang sebenarnya dan juga tidak ada pilihan

acak atau randomisasi dari yang diharapkan,

sehingga metode ini disebut Pre – Experiment

Design.(Parasuraman, 1991:312-313).

Berdasarkan penjelasan yang telah

disajikan tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dampak paparan product placement

mie ABC Selera Pedas dan Nu Greentea dalam

film Ayat-ayat Cinta terhadap perubahan sikap

penonton di Gresik atas merek ke arah yang

lebih positif.

METODE

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah

pendekatan eksperimen. Experiment adalah

suatu pendektan riset dimana suatu variabel

dimanipulasi dan dampaknya terhadap variabel

lain diamati (Daniel dan gates, 2001:221).

Penelitian eksperimen dibagi menjadi tiga

desain penelitian, yaitu pre-experiment, true-

experiment, quasi experiment.

Dalam penelitian eksperiment ini desain

yang digunakan adalah desain penelitian pre-

experiment yaitu desain penelitian satu

kelompok prauji-pascauji (one group-posttest).

Pre-Experiment Design penelitian ini disebut

sederhana, karena obyek penelitian baik

kelompok tunggal atau kelompok jamak tidak

memiliki tidak memiliki kelompok kontrol,

sehingga sering disebut sebagai „Single Group

Experiment‟. Biasanya penelitian ini dilakukan

untuk tujuan exploratory (penyelidikan untuk

penemuan). Desain ini tidak menghasilkan

kesimpulan yang definitive tentang penyebab

dan efek dari hal yang diamati, karena

kelompok yang diamati tidak mewakili sampel

yang sebenarnya dan juga tidak ada pilihan

acak atau randomisasi dari yang diharapkan,

sehingga metode ini disebut Pre – Experiment

Design (Parasuraman, 1991:312-313).

Populasi penelitian ini adalah masyarakat

Gresik yang menjadi audien film yang

diedarkan dalam bentuk VCD dan DVD.

Sampel yang ambil dalam penelitian ini

berjumlah 30 responden. Menurut Roscoe

dalam Sugiyono (2001:27) ukuran sampel yang

Page 70: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

70

layak digunakan dalam penelitian adalah 30

sampai dengan 200 responden. Sampel

penelitian dalam penelitian ini adalah

responden yang menjadi penonton film ayat-

ayat cinta. Kriteria sampel dalam penelitian ini

antara lain:

1. Penonton dengan rentang usia

diatas 15 tahun, berdomisili di Gresik.

2. Penonton pernah

mangkonsumsi produk yang bersangkutan

sehingga diharapkan mempunyai sikap

awal terhadap produk.

3. Penonton belum menyaksikan

film yang menjedi objek penelitian atau

belum menyaksikan paparan produk

placement dalam film yang menjadi objek

penelitian.

Operasionalisasi variable dalam penelitian

experiment peneliti mengubah atau

memanipulasi sesuatu, yang disebut sebagai

variabel penjelas (explanotory variabel),

variabel independent atau variabel

eksperimental digunakan untuk mengamati efek

perubahan pada hal-hal lain yang disebut

sebagai variabel dependent. Variabel

eksperimental adalah paparan produk

placement dalam film, sedangkan yang menjadi

variabel dependent adalah sikap atas merek

(Attitude toward the brand).

Variabel experiment yang mendefinisikan

variabel dengan keterangan-keterangan

percobaan yang dilakukan terhadap variabel

tersebut (Nazir, 2003:126). Dalam peneliltian

ini yang menjadi variabel independent adalah

dampak paparan produk placement dalam film.

Dimana responden akan memperoleh paparan

produk placement Mie ABC Selera Pedas dan

Nu Greentea dalam film Ayat-ayat Cinta yang

ditonton dalam sebuah ruangan yang menjadi

setting experiment. Product placement dalam

film layar berbentuk penempatan nama merek

dan kemasan atau tanda produk di dalam

adegan dalam film.

Sikap atas merek diartikan sebagai

evaluasi keseluruhan terhadap sikap atas merek

(overall brand evaluation). Pengukuran

terhadap sikap atas merek bisa dilakukan

dengan mengukur tingkat kesukaan seseorang

atas merek. Nilai sikap terhadap merek

diperoleh dengan mengukur tingkat kesukaan

(likebility) seseorang terhadap merek Mie ABC

Selera Pedas dan Nu Greentea.

Dalam penelitian ini variabel dependent

diukur bardasarkan skala likert. Skala likert

adalah teknik self report bagi pengukuran sikap

dimana subjek diminta untuk mengidentifikasi

tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan

terhdap masing-masing pernyataan. Skor sikap

seorang objek adalah nilai total yang diperoleh

setelah menjumlahkan masing-masing

pertanyaan. Tingkat persetujuan responden

akan diberi nilai 1, 2, 3, 4 dan 5 yang mewakili

5 kategori respon, responden dinilai memiliki

perasaan yang positif terhadap merek jika

responden setuju pada pernyataan positif

tersebut. Dalam penelitian ini skor sikap

seorang subjek adalah tingkat kesukaannnya

(likeability) terhadap merek Nu Greentea dan

Mie ABC Selera Pedas.

Penelitian ini menggunakan data

kuantitatif dan berbentuk data interval. Data

yang diambil berasal dari data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh dari

eksperimen yang dilakukan dengan

memberikan kuesioner.

Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah sebagai berikut: Kuesioner yang terbagi

menjadi dua kuesioner, kuesioner pertama

diberikan sebelum treatment (paparan product

placement dalam film) untuk mengetahui

karakteristik responden dan sikap awal

responden terhadap merek, Treatment (paparan

product placement dalam film), Kuesioner

kedua diberikan setelah treatment dan sekaligus

peneliti memberikan produk yang menjadi

product placement dalam film.

Uji validitas digunakan untuk mengetahui

bagaimana alat ukur yang digunakan mampu

untuk mengukur sesuatu yang akan diukur yaitu

sikap penonton atas merek. Uji validitas

dilakukan terhadap item pertanyaan dari

kuesioner dengan jalan melihat nilai keofisien

korelasi pada masing-masing pertanyaan (r

hitung) dibandingkan dengan angka kritis r

tabel (penelitian ini menggunakan pengujian

satu sisi) nilai kritis r tabel n = 30 adalah 0,355.

Untuk mengukur reliabilitas dapat

dilakukan dengan perolehan dua nilai dari

orang yang sama pada tes yang sarna, yakni

dengan cara rnengulanginya atau dengan

memberikan dua bentuk tes yang berbeda tetapi

setara. Jika setiap individu dapat mencapai skor

yang kuranglebih sama pada kedua pengukuran

tersebut, maka berari bahwa tes tersebut

reliabel. Meski suatu tes dapat dikatakan

Page 71: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

71

reliabel, beberapa perbedaan dapat muncul di

antara kedua karena adanya perbedaan peluang

dan kesalahan pengukuran. Oleh karena itu,

dibutuhkan pengukuran statistik mengenai

tingkat hubungan di antara seperangkat

pasangan skor. Tingkat hubungan tersebut

ditetapkan dengan koefisien korelasi (Atkinson

dkk., 1993).

Pengukuran dapat dikatakan reliable

apabila memiliki nilai keofisien alfa lebih besar

dari 0,6 (Malhotra, 1999:282). Penelitian yang

dilakukan peneliti adalah penelitian eksperimen

laboratorium atau disebut juga penelitian kelas.

Tes di kelas atau laboratorium tidak selalu

membutuhkan koefisien reliabilitas tinggi.

Ketika para responden lebih menguasai materi

yang diujikan, variabilitas tes akan menurun,

sehingga reliabilitas tes juga akan menurun.

Jika pengetahuan dan informasi yang diperoleh

dari tes, maka akan dapat menyediakan

informasi yang lebih lengkap. Suatu koefisien

reliabilitas sebesar 0.50 atau 0.60 mungkin

cukup untuk tes di kelas atau eksperimen

laboratorium (Rm.Arrum, 2009).

Penelitian ini menggunakan uji t one

sample untuk menganalisis data yang diperoleh.

Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikan

pengaruh variabel independent secara individu

atau parsial terhadap variabel dependent. Uji t

one sample dilakukan untuk membandingkan

data yang diperoleh dengan suatu standart (µ)

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pada observasi pertama diukur rata-rata

attitude to ward the brand A, juga intention to

buy brand A. selanjutnya hasil observasi

pertama dijadikan standart (µ) untuk uji t pada

observasi kedua.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden yang menjadi objek penelitian

adalah sebanyak 30 orang. Kriteria responden

adalah mereka yan menjadi penonton film

Ayat-ayat Cinta di Gresik, karena di Gresik

tidak terdapat gedung bioskop dan film tersebut

sudah cukup lama beredar maka yang menjadi

responden adalah penonton film Ayat-ayat

Cinta yang dalam bentuk DVD dan VCD.

Responden belum pernah menonton film yang

menjadi objek penelitian atau pernah menonton

tetapi tidak mengeahui adanya paparan product

placement dalam film tesebut.

Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin, diketahui Jumlah reponden

wanita lebih banyak dari pada responden pria,

perbandingan prosentase 70 : 30. Hal tersebut

membuktikan peminat dari film ini adalah

sebagian besar perempuan.

Karakteristik Responden Berdasarkan

Usia (umur) diketahui Jumlah responden

terbesar ditinjau dari usia saat dilakuakan

penelitian yaitu responden berusia antara 16-25

tahun dengan frekuensi 23 orang atau 76,6%.

Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan Terakhir, diketahui bahwa Jumlah

responden terbesar ditinjau dari pendidikan

terakhir yaitu responden dengan pendidikan

terakhir SMU/SMK sebesar 11 orang atau

36,7%.

Hasil Uji validitas diketahui item

pertanyaan dari kuesioner dengan jalan melihat

nilai keofisien korelasi pada masing-masing

pertanyaan (r hitung) dibandingkan dengan

angka kritis r tabel n = 30 adalah 0,355. Hasil

uji validitas pada kedua produk pada saat pre-

test dan post-test diketahui bahwa nilai r hirung

lebih besar dari r tabel sehingga item yang

digunakan valid.

Pengukuran dapat dikatakan reliable

apabila memiliki nilai keofisien alfa lebih besar

dari 0,6 (Malhotra, 1999:282). Penelitian yang

dilakukan peneliti adalah penelitian eksperimen

laboratorium atau disebut juga penelitian kelas.

Tes di kelas atau laboratorium tidak selalu

membutuhkan koefisien reliabilitas tinggi.

Suatu koefisien reliabilitas sebesar 0.50 atau

0.60 mungkin cukup untuk tes di kelas atau

eksperimen laboratorium (Rm.Arrum, 2009).

Dari data responden yang menguji

reliabilitas produk Nu Greentea, menunjukkan

bahwa nilai reliabilitas alat ukur sikap atas

merek adalah sebesar 0,6809 dan untuk Mie

ABC Selera Pedas adalah sebesar 0,5754

Penelitian dengan menggunakan desain

pre-experiment yaitu satu kelompok pra uji dan

pasca uji (one group pretest-posttest).

Observasi pra-uji dilakukan pada kelompok

subjek tunggal (O1) yang menerima perlakuan.

Selanjutnya diberikan treatment. Akhirnya

observasi pra-uji dilakukan (O2). Efek

perlakuan dalam penelitian ini adalah

perubahan sikap atas merek.

Untuk melakukan pengujian signifikan

efek perlakuan dari perubahan sikap penonton

atas merek digunakan teknik statistik uji t.

Langkah pertama adalah dengan melekukan

perumusan hipotesis:

Page 72: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

72

H1.0 : µ1 ≤ Y1, berarti Y1 lebih kecil

atau sama dengan nilai rata-rata sikap

atas merek pada pre-test, yang berarti

tidak terjadi perubahan sikap atas merek.

H1.1 : µ1 >Y1, berarti, Y1 lebih besar

dari nilai rata-rata sikap atas merek pada

pre-test, yang berarti terjadi perubahan

sikap ke arah yang lebih positif.

Langkah selanjutnya adalah menentukan

nilai kritis uji t, dengan melihat nilai tabel t

sesuai signifikansi sebesar 5% (penelitian ini

menggunakan pengujian satu sisi dan df = n-1 =

29 (dalam tabel nilai kritis uji t adalah sebesar

1,699).

Setelah menentukan nilai kritis uji t,

dilakukan perbandingan untuk nilai uji t hitung

pada masing-masing variabel sikap atas merek

dengan nilai kritisnya. Pada tabel 4.5 diketahui

bahwa nilai t hitung sikap atas merek Nu

Greentea adalah sebesar 3,676, sedangkan

untuk merek Mie ABC Selera Pedas adalah

sebesar 4,273. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa, H1.0 untuk kedua merek

ditolak dan H1.1 untuk kedua merek diterima,

artinya nilai sikap rata-rata post-testlebih tinggi

dari pre-test atau dapat disimpulkan bahwa

terjadi perubahan sikap responden kearah

positif untuk kedua produk (Nu Greentea dan

Mie ABC Selera Pedas) setelah paparan

product Placement dalam film Ayat-ayat Cinta.

Tabel 1:Efek perlakuan dari paparan product

placement dalam film Ayat-ayat Cinta

dengan Indikator Sikap

Test Nu Greentea

Rata-rata

Mie ABC

Selera Pedas

Rata-rata

O2 4,100 4,233

O1 3,533 3,533

O2-O1 0,567 0,700

t value 3,676 4,273

Kedua merek Nu Greentea dan Mie ABC

Selera Pedas dalam tabel diatas mempunyai

sikap rata-rata atas merek yang cukup baik

karena berada di atas 2,5 yang mempunyai nilai

tengah dari skala pengukuran yang digunakan.

Dari tabel 4.5 juga ditunjukkan bahwa terjadi

perubahan sikap responden yang positif atas

kedua merek tarsebut. Nilai perubahan sikap

responden yang paling besar adalah pada

produk Mie ABC Selera Pedas yaitu sebesar

0,700 sedang untuk Nu Greentea adalah sebesar

0,567.

Dari jawaban atas pertanyaan subjektif

pada responden tentang merek setelah paparan

product placement dalam film Ayat-ayat Cinta

diketahui bahwa rata-rata responden menyukai

kedua merek tersebut dan beberapa dari mereka

juga mendeskripsikan tentang alasan dari

kesukaan atas kedua merek tersebut.

Berdasarkan hasil analisis uji t diketahui

bahwa nilai t hitung untuk sikap atas merek (Nu

Greentea dan Mie ABC Selera Pedas) tersebut

adalah 3, 679 untuk merek Nu Greentea dan

untuk Mie ABC Selera Pedas adalah sebesar

4,273. Nilai t untuk kedua merek lebih besar

dari nilai kritis yaitu 1, 679. hal tersebut berarti

nilai sikap rata-rata post-test adalah lebih tinggi

dari nilai saar pre-test atau dapat disimpulkan

bahwa terjadi perubahan sikap kearah positif

untuk kedua merek tersebut setelah paparan

product placement dalam film Ayat-ayat Cinta

yang cukup signifikan dengan α sebesar 5%.

Hasil tersebut membuktikan hipotesis awal

yang menyebutkan bahwa paparan product

placement dalam film Ayat-ayat Cinta

berdampak kearah yang lebih positif.

Hasil ini sesuai dengan teori perubahan

sikap yang telah ada sebelumnya. Triandis

dalam Setiadi (2003:214) mengemukakan

bahwa perubahan sikap terjadi ketika

seseorang menerima informasi baru dari

orang lain atau media. Dalam penelitian ini

yang media pengembangan dan pembelajaran

adalah product placement dala film Ayat-ayat

Cinta.

Walaupun hasil penelitian ini dapat

dikatakan lemah karena tidak memiliki

kelompok kontrol (hanya menggunakan desain

one sample pretest-posttest). Akan tetapi karena

penelitian ini memang ditujukan untuk

menyarankan hipotesis yang baru, sehingga

hasil dari penelitian ini dinilai cukup untuk

menguji hipotesis-hipotesis baru bahwa paparan

product placement dalam film DVD dan VCD

mampu merubah sikap penonton atas merek ke

arah yang lebih positif atau dengan kata lain

seseorang akan lebih menyukai sebuah

mereksetelah melihat adanya paparan product

placement dalam film.

Lebel pre-eksperiment menunjukkan bahwa

penelitian ini lebih bersifat eksplorasi dari pada

menghasilkan kesimpulan kausalitas. Sehingga

diperlukan penelitian lanjutan dengan desain

Page 73: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

73

penelitian yang lebih baik dan mengukurnya

dengan faktor-faktor perubahan sikap yang

lebih beragam selain tingkat kesukaan

(likeability) untuk menguji dampak papara

product placement dalam film terhadap

perubahan sikap penonton kearah yang lebih

pisitif. Selain itu pemilihan film yang masih

populer juga dapat menyebabkan perubahan

sikap yang mungkin lebih tinggi karena minat

penonton pada film masih tinggi.

SIMPULAN

Hasil penelitian membuktikan Terjadi

perubahan sikap penonton atas merek Nu

Greentea dan Mie ABC Selera Pedas setelah

paparan produk placement dalam film Ayat-

ayat Cinta, hal tersebut dapat dilihat dari hasil

analisis uji t diketahui bahwa nilai t hitung

untuk sikap atas merek (Nu Greentea dan Mie

ABC Selera Pedas) tersebut adalah 3, 679 untuk

merek Nu Greentea dan untuk Mie ABC Selera

Pedas adalah sebesar 4,273. Nilai t kedua merek

lebih besar dari nilai kritis yaitu 1, 679 dan nilai

perubahan sikap responden pada produk Mie

ABC Selera Pedas yaitu sebesar 0,700 sedang

untuk Nu Greentea adalah sebesar 0,567.

Penelitian ini hanya berlebel pre-

eksperiment, sehingga diperlukan penelitian

lanjutan yang lebih general. Penelitian ini

memberikan sebuah hipotesis baru bahwa

seseorang akan lebih menyukai sebuah merek

setelah memperoleh paparan produk placement

dalam film DVD dan VCD.

Kelemahan dari penelitian ini adalah

jumlah sampel yang relatif kecil dan tidak

mempresentasikan keseluruhan penonton film

DVD dan VCD di Gresik. Hal tersebut dapat

dilihat dari karakteristik dempgrafis dari

responden yang menjadi sampel penelitian ini.

Sehingga diperlukan sampel yang lebih besar

yang dapat mewakili keseluruhan penonton film

VCD dan DVD di Gresik.

DAFTAR PUSTAKA

Belch, George E. and Michael A. Belch, 2001.

Advertising and Promotion. Fitfh edition.

New York: Mc Graw Hill Irwin.

Kotler, Philip, 2003, Marketing Management:

Analisis Planning, Implementation and

Control. Edisi Kesembilan. Terjemahan.

Jakarta.

Mowen, John C. and Michael Minor, 2002.

Perilaku Konsumen. Edisi Kelima.

Terjemahan: Penerbit. Airlangga.

Setiadi, Nugroho J., 2003. Perilaku Konsumen:

Konsep Strategi dan Implikasi untuk

Penelitian Pemasaran. Jakarta: Pranata

Media.

Schiffman, Leon G. and Leslie Lazar Kanuk,

2004. Consemer Behavior. International

Edition. New York: Prentice Hall Inc.

Sutisna, 2001. Perilaku Konsumen dan

Komunikasi Pemasaran, Jakarta: PT

Remaja Rosdakarya.

Asseal, Henry, 1998. Consumer Behavior and

Marketing Action. Fifth edition.

Cincinnati: South Wertern Collage

Publishing.

Blackwell, Roger D., Paul W Miniard and

James F Engel, 2001. Consumer

Behavior. Nith Edition. Hardcout Collage

Publishes.

Daniel, Carl Mc, and Roger Gates, 2001. Riset

Pemasaran Komtemporer. Terjemahan.

Jakarta.

Malhotra, Naresh K., 1999. Marketing

Research, An Applied Orientation. Third

Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Nazir, M., 2003. Metodologi Penelitian.

Jakarta: Penerbit Ghalia

www.inviewmagazine.com, 2007. Numpang

Promosi di Layar Lebar

Page 74: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

74

ANALISIS PERUBAHAN PADA ORGANISASI PENDIDIKAN TINGGI DENGAN TEORI 7’S MC.KINSEY

AWANG SETIAWAN WICAKSONO

Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik

Kampus GKB, Jl. Sumatra 101 GKB Gresik 61121 Jawa Timur Indonesia

Email:

ABSTRACT

University as an organization with the core business of education services, as long as the

student makes a major consumer. But with the direction of change in the orientation of the

organization began to notice changes in the external environment around them, the

organization felt the need to make changes in order to survive and compete in providing

quality education to the community. Shift in the role of universities has led to changes in

business processes, behaviors, and the orientation of the organization's strategic direction.

Therefore it can be said if the organization has begun steps that lead to organizational

changes, but in the process changes that take place are often less well-planned and

structured systematically. Under these conditions, it can be formulated the following

research problem formulation, how the process of organizational change in higher

education organizations. To answer these problems then made an attempt to define a

systematic process that changes according to the needs of the university by using a

theoretical model of change Mc.Kinsey 7 S Framework. The data was collected using the

method of observation, interviews and supporting data are relevant. Based on the data

obtained it can be obtained by the definition of each element S of 7'S Mc.Kinsey as

follows: Shared Value / Superordinat Goals; Basing on the principles of Islam and

Kemuhammadiyahan (rohmatan lil alamin) is always working to provide the best benefits

for the community. Strategy: Start utilize its resources to develop cooperation with the

industry to have the opportunity menjalain joint development of learning methods of

students. Structure: Compact and fit the needs of university functions. System: Do the

organization's business systems development process is structured and standardized user

friendly. Staff; Compiled planning, placement, and employee development in order to

always have the opportunity to grow and get a new challenge. Style: Develop procedures

that are easy to use service by service users. Skills: Conduct a needs analysis skills. As for

the process evaluation conducted by informal methods of group process, interviews, focus

group discussions, observations, and anecdotes. Key Words: Organizational Change, 7’S Mc.Kinsey’s Framework, and realistic education.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perubahan merujuk pada terjadinya suatu

proses yang berbeda dengan sebelumnya.

Perubahan dapat juga bermakna melakukan

sesuatu dengan cara baru, baik karena adanya

sistem baru, mekanisme prosedur baru, aplikasi

teknologi baru, restrukturisasi organisasi,

ataupun karena adanya peristiwa besar yang

cukup signifikan mengganggu organisasi secara

keseluruhan.

Dari catatan yang diperoleh dari berbagai

organisasi, diperoleh informasi jika selama ini

catatan rekam jejak organisasi dalam

menghadapi perubahan tidaklah terlalu baik,

mayoritas dari upaya perubahan yang dilakukan

organisasi gagal dalam meningkatkan

produktivitas organisasi dan hanya

menyebabkan pembengkakan biaya, waktu,

sumber daya manusia, mengecewakan

pelanggan, hingga menurunkan keyakinan

Page 75: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

75

terhadap pimpinan organisasi, belum lagi

mengakibatkan penurunan moral karyawan,

kesimpangsiuran budaya dalam organisasi.

(Anderson, 2001: 1-2).

Gambar 1. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan

(Sumber: Anderson, 2001: 17)

Perubahan internal dalam organisasi

melibatkan pemimpin organisasi dalam

melakukan restrukturisasi dan merampingkan

proses bisnis yang ada dengan tujuan untuk

dapat menguasai kompetisi secara legal dan

tetap memegang etika. (Weiss,2003: 2).

Dalam Anderson (2001), dijelaskan jika

perubahan disebabkan oleh beberapa hal yang

saling berkaitan dan saling mempengaruhi

secara berantai, dimana lingkungan eksternal

organisasi memberikan pengaruh yang cukup

besar dalam suatu peroses perubahan yang lebih

luas dari organisasi. Proses perubahan dimulai

dari adanya perubahan tuntutan lingkungan dan

pasar yang membuat organisasi menyusun

strategi bisnis yang lebih spesifik dalam desain

organisasi yang secara langsung akan

mempengaruhi perubahan tuntutan akan

spesifikasi baru dalam sumber daya manusia,

perubahan budaya organisasi yang akan

mempengaruhi pembentukan perilaku kerja dan

cara berpikir terhadap pekerjaan yang baru pada

karyawan. (gambar 1).

Jika organisasi hendak merubah budaya

dalam organisasi maupun norma kolektif yang

mendasari perilaku anggota organisasi maka

baik pemimpin dan anggota organisasi harus

merubah perilaku mereka. Dalam perubahan

perilaku ini terdapat dua jenis perubahan, jika

perubahan perilaku yang diharapkan tidak

terlalu signifikan maka cukup dilakukan

pelatihan atau dengan metode modifikasi

perilaku yang sederhana, tidak diperlukan

perubahan hingga level refleksi personal

individu. Namun jika perubahan perilaku yang

diharapkan cukup signifikan seperti halnya

tuntutan pada perubahan transformasional maka

diperlukan tidak hanya pelatihan tetapi dengan

merubah mind sets (pola dasar pemikiran) dari

pimpinan dan anggota organisasi. Jika anggota

organisasi tidak merubah cara pandang mereka

akan realita atau keyakinan pembentuk perilaku

mereka maka mereka tidak akan dapat

mempertahankan perubahan yang telah

diupayakan terjadi. (Anderson, 2001: 26).

Sering kali perubahan dalam organisasi

terjadi begitu saja seperti perubahan yang

terjadi sekedar untuk bertahan dan

menyesuaikan dengan tren kebutuhan pasar

seperti perubahan mode busana yang tidak

dapat dianalisis dan diprediksikan progresnya,

banyak pula organisasi memperlakukan

perubahan sebagai suatu peristiwa kebetulan

belaka. Namun ketika suatu organisasi

menyadari perlunya adanya suatu perubahan,

maka perubahan itu tidak lagi hanya dipandang

sebagai peristiwa kebetulan belaka namun

menjadi suatu peristiwa yang disengaja terjadi,

direncanakan, dan memiliki orientasi tujuan

tertentu sesuai dengan arah pengembangan

Page 76: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

76

organisasi. Sehingga perubahan yang dimaksud

dalam tulisan ini adalah suatu proses perubahan

yang terencana.

Menurut Robbins (1996), tujuan dari

perubahan yang terencana pada hakikatnya ada

dua. Pertama, perubahan itu mengupayakan

perbaikan kemampuan organisasi untuk

menyesuaikan diri terhadap perubahan

lingkungan. Kedua, perubahan itu

mengupayakan perubahan perilaku karyawan.

(Robbins, 1996: 324)

Kesuksesan maupun kegagalan suatu

organisasi pada hakikatnya disebabkan oleh

hal-hal yang dilakukan oleh para karyawannya,

oleh karena itulah dalam perubahan para agen

perubahan juga memperhatikan pola perubahan

perilaku individu-individu dan kelompok dalam

organisasi.

Menurut Robbins (1996), ditinjau dari

luasannya perubahan itu sendiri juga dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu perubahan

urutan pertama, yaitu suatu perubahan yang

bersifat linier dan berkesinambungan. Dalam

perubahan jenis ini tidak terdapat pergeseran

yang mendasar dalam pengandaian dan

mempersepsikan kenyataan tentang dunia yang

dianut para anggota organisasi dan bagaimana

organisasi itu menjalankan fungsinya.

Sedangkan jenis perubahan yang kedua yaitu

suatu perubahan yang bersifat multi

dimensional, multi tingkatan, tidak

berkesinambungan dan radikal mencakup

restrukturisasi ulang atas pengandaian dan

mempersepsikan kenyataan tentang organisasi

dan lingkungan dimana organisasi itu berada.

(Robbins, 1996: 325).

Perubahan yang disadari (concious

transformation) berarti menghadirkan

kesadaran dari seluruh anggota dari organisasi.

Setiap pemimpin yang mengutamakan

perubahan pola pikir dirinya dan karyawannya

sebagai topik utama perubahan organisasinya

akan sukses untuk menerapkan perubahan

sedangkan yang tidak memperhatikan

kebutuhan akan hal ini pasti akan gagal. Namun

pada kenyataannya, mayoritas pemimpin

organisasi dan konsultan perubahan masih

kurang memperhatikan perubahan pola pikir ini

sebagai topik utama dalam proses perubahan

yang mereka lakukan. (Anderson, 2004:27).

Perubahan secara umum dapat

dikategorikan kedalam tiga jenis, yaitu

developmental change, transitional change, dan

transformational change. Perbedaan dari ketiga

jenis perubahan tersebut secara singkat

digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Matrik Tiga Jenis Perubahan

(Sumber: Anderson, 2001: 33)

Page 77: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

76

Perubahan bersifat signifikan dan

berkesinambungan. Kudray dan Kleiner (dalam

Davidson, 2002) mendefinisikan perubahan

sebagai suatu proses penyejajaran yang

berkelanjutan sebuah organisasi dengan

pasarnya dan melakukannya dengan lebih

tanggap dan efektif dari para pesaingnya. Agar

suatu organisasi dapat disejajarkan, tuas-tuas

kunci dalam manajemen (strategi, operasi,

budaya dan pengharaan) harus diselaraskan

secara berkesinambungan.

Proses pengembangan budaya organisasi

secara adaptasi harus dimulai dari langkah

pimpinan organisasi dalam menciptakan dan

mengimplementasikan visi bisnis dan strategi

yang sesuai dengan konteks core bisnis

organisasi. Seorang pemimpin agar bisa

mencapai kesuksesan visi yang disusun,

menurut Kevin Jenkins (dalam

Kreitner&Kinicki, 2005:93), harus memastikan

jika para karyawan menerima filosofi dan

seperangkat nilai yang menekankan layanan

pada unsur pokok organisasi dan peningkatan

fungsi kepemimpinan. Sebuah infrastruktur

harus diciptakan untuk mempertahankan

kemampuan adaptasi organisasi.

Perubahan juga rentan terjadi dalam

organisasi bisnis layanan pendidikan, sebagai

organisasi dengan core bisnis di bidang layanan

pendidikan dan tentunya mahasiswa menjadi

konsumen utama, namun dengan adanya arah

perubahan orientasi organisasi yang mulai

memperhatikan perubahan lingkungan eksternal

disekitarnya, maka organisasi seharusnya perlu

untuk melakukan perubahan-perubahan dengan

tujuan agar dapat tetap bertahan dan bersaing

dalam memberikan layanan pendidikan pada

masyarakat serta dalam rangka untuk

meningkatkan kualitas layanan pada

mahasiswa.

Dengan adanya berbagai perubahan

yang terjadi dapat dikatakan jika Universitas

Muhammadiyah Gresik telah melakukan

perubahan proses bisnis, perilaku, dan orientasi

terhadap arah strategi organisasi. Oleh karena

itu maka dapat di katakan jika dalam organisasi

telah mulai dilakukan langkah yang mengarah

pada terjadinya perubahan organisasi.

Proses perubahan yang terjadi sangat

fundamental dan tidak hanya diharapkan terjadi

pada tataran penciptaan cara pandang baru bagi

organisasi namun hingga perumusan budaya

organisasi yang baru yang dapat tercermin

dalam perilaku karyawan.

Proses perubahan yang terjadi

diarahkan pada suatu upaya penyempurnaan

layanan pada konsumen melalui berbagai

langkah diantaranya dengan melakukan

perubahan struktur, analisis jabatan, roling

karyawan, perumusan perilaku pelayanan prima

bagi konsumen. Namun proses perubahan yang

dilakukan masih tanpa didahului tahapan proses

analisa secara mendalam dari rumusan visi dan

strategi organisasi, maka dapat disimpulkan jika

organisasi perlu melakukan evaluasi dan

merumuskan ulang budaya organisasi agar

sesuai dengan tuntutan lingkungan dan

kebutuhan internal organisasi dalam

menghadapi persingan bisnis serta dapat

diterima seluruh anggota organisasi dan

diaplikasikan dalam perilaku anggota

organisasi.

Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti ingin

menggali dan melakukan analisa proses

perubahan organisasi terjadi dengan

menggunakan paradigma teori utama dari teori

7‟S Mc.Kinsey dengan melakukan analisa pada

tiap aspek yang ada.

LANDASAN TEORI

Pengertian Perubahan

Menurut Porras & Robertson (1992),

perubahan (Change) adalah satu rangkaian teori

yang didasarkan pada keilmuan sosial perilaku,

nilai, strategi dan teknik yang ditujukan pada

perubahan yang terencana dari suatu seting

organisasi dengan tujuan untuk meningkatkan

pengembangan individu dan kinerja organisasi

melalui peningkatan kualitas anggota organisasi

dalam perilaku kerjanya. (Weick & Quinn,

1999:363).

Menurut Weiss (2003), perubahan

organisasi merupakan suatu proses yang

mengarahkan organisasi dari kondisi saat ini

menuju kondisi yang diinginkan dimasa

mendatang dengan tujuan meningkatkan

efektivitas organisasi. Perubahan organisasi

yang terencana (Planned Organizational

change) bertujuan untuk meningkatkan

kapabilitas organisasi dalam meningkatkan

Page 78: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

77

value organisasi terhadap para stakeholder dan

stockholder organisasi. (Weiss, 2003 : 2).

Berdasarkan pada definisi diatas, maka

dalam penelitian ini digunakan definisi

perubahan adalah maka suatu proses yang

berkesinambungan yang didasarkan pada

keilmuan sosial perilaku, nilai, strategi dan

teknik dengan tujuan melakukan suatu

perubahan yang terencana menuju kondisi yang

baru lebih efektif sehingga dapat meningkatkan

value organisasi.

Alasan – Alasan Yang Melatarbelakangi

Terjadinya Perubahan Organisasi

Menurut Kane (2008) pada setiap generasi

akan memiliki tantangan bisnis dan

ekonominya masing-masing. Kebutuhan untuk

berubah dari masing-masing generasi pasti akan

berbeda. Untuk dasawarsa terakhir ini terdapat

beberapa penyebab terjadinya perubahan yaitu:

1. Perubahan kebutuhan akan

keterampilan dasar yang selalu berubah

secara berkesinambungan

2. Adanya mekanisme untuk memperoleh

tanggapan positif dari stakeholder yang

berharap organisasi untuk

mengkomunikasikan nilai dan etika

organisasi pada seluruh lapisan dalam

organisasi tersebut, termasuk

didalamnya kebijakan dan peraturan

pemerintah.

3. Tuntuan pada pimpinan organisasi

untuk selalu mempelajari

perkembangan perubahan disekitarnya

sehingga dapat menyadari,

merencanakan, dan memberikan reaksi

yang tepat terhadap perubahan yang

terjadi.

4. Tuntutan pimpinan organisasi untuk

bersiap terhadap setiap ketidakpastian

yang mungkin terjadi seperti fluktuasi

dalam pasar modal, tekanan politis,

perubahan demografis, dan perubahan

inflasi.

Setiap perubahan ini terjadi secara cepat

dan menyebabkan efek yang cukup berat.

Selain itu menurut Beer (2006), dengan

perubahan lingkungan yang ada, maka mau

tidak mau suatu organisasi harus menghadapi

perubahan itu.

Meski dalam prosesnya perubahan itu tidak

hanya disebabkan faktor yang tidak terencana

namun juga ada suatu proses perubahan yang

sengaja direncanakan oleh organisasi yang

bersangkutan. Oleh karena itu, ditinjau dari

faktor yang melatarbelakangi proses perubahan,

perubahan terbagi menjadi dua jenis yaitu

perubahan yang terencana dan perubahan yang

tidak terencana.

Perubahan terencana merupakan suatu

proses perubahan yang merupakan hasil dari

keputusan strategis organisasi untuk merubah

metode organisasi dalam menjalankan

bisnisnya. Sedangkan perubahan yang tidak

terencana merupakan perubahan yang terjadi

karena :

1. Perubahan peta demografis karyawan

2. Munculnya penurunan kinerja dibawah

standar organisasi

3. Perubahan peraturan pemerintah

4. Kompetisi ekonomi/peningkatan

persaingan bisnis

Jenis – Jenis Perubahan Dalam Organisasi

Setiap organisasi akan selalu menghadapi

tantangan adanya perubahan teknologi, pesaing

baru, perubahan pangsa pasar, dan tuntutan dari

konsumen akan kinerja organisasi yang lebih

baik serta program yang beragam yang

dirancang untuk mengatasi hambatan yang ada

dalam peningkatan kinerja organisasi. Untuk

menghadapi segala tantangan diatas, pada

umumnya organisasi akan mengelompokkan

setiap jenis perubahan yang terjadi kedalam

beberapa jenis perubahan sebagai berikut:

1. Perubahan struktur organisasi; Dalam

proses perubahan ini biasanya

organisasi menganggap dirinya sebagai

mesin sehingga organisasi menganggap

setiap bagian dalam dirinya sebagai

suku cadang dari mesin yang setiap saat

dapat diganti, dirubah, dan ditata ulang

sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Dalam proses perubahan ini, pimpinan

organisasi tidak bekerja sendiri namun

membutuhkan bantuan dan tambahan

pemikiran dari pihak luar organisasi

untuk mendeteksi kinerja unit dalam

organisasi dan menata ulang masing-

masing unit sesuai kebutuhan

organisasi.

2. Pengetatan anggaran; Organisasi

menghapus setiap kegiatan yang dinilai

tidak perlu dilakukan atau menekan

pembiayaan seminimal mungkin dalam

proses bisnisnya.

Page 79: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

78

3. Perubahan proses bisnis; Proses ini

menekankan pada evaluasi proses

bisnis yang dilakukan dalam organisasi

dan bertujuan untuk menjadikan proses

bisnis berjalan dengan lebih cepat,

efektif, dan reliabel sehingga

diharapkan akan dapat menekan biaya

produksi.

4. Perubahan budaya organisasi; Program

ini berfokus pada sisi manusia dalam

organisasi tersebut. Seperti pendekatan

umum yang dilakukan organisasi

terhadap manajemen dan karyawannya

dalam menjalankan proses bisnisnya.

Perubahan dari manajemen instruksi

dan kontrol menjadi manajemen

partisipatif. Perubahan ini bertujuan

untuk menjadikan individu dalam

organisasi tersebut lebih merasa terlibat

dalam organisasi dan memiliki

organisasi.

Jika suatu organisasi mencoba untuk

menerapkan suatu perubahan, akan sangat

membantu jika pada awal proses perubahan,

organisasi tersebut memutuskan terlebih dahulu

perubahan yang seperti apa yang akan

dilakukan. Karena hal ini akan memudahkan

pemimpin organisasi dalam memprediksikan

kesuksesan proses perubahan yang dilakukan

terhadap keseluruhan organisasi. Serta

membantu organisasi untuk membayangkan

kesulitan yang akan muncul dalam proses

perubahan tersebut

Perubahan Yang Efektif

Menurut Bellingham (2001), terdapat tujuh

karakteristik perubahan yang efektif, yaitu:

1. Terdapat tujuan umum yang dimiliki

bersama oleh seluruh anggota

organisasi.

2. Mendorong setiap anggota organisasi

untuk berpikir dan bertindak secara

kreatif.

3. Adanya tekanan yang sehat antara

tuntutan akan stabilitas dan

fleksibilitas.

4. Anggota organisasi senantiasa belajar

dari kesalahan, terdapat semangat yang

lebih besar dalam memperbaiki

kesalahan daripada mencari obyek

kesalahan.

5. Aliran komunikasi langsung dan

terbuka pada setiap lini .

6. Keterbukaan informasi.

7. Adanya dukungan pimpinan organisasi

terhadap fleksibilitas organisasi.

(Bellingham, 2001: 112).

Proses perubahan dalam organisasi akan

gagal jika organisasi yang akan melakukan

proses perubahan tersebut salah dalam

menerapkan perubahan organisasi yang efektif.

Tahap Pembangunan Komitmen Dalam

Proses Perubahan

Setiap perubahan akan mengakibatkan

ketidaknyamanan dan ketidakamanan dan setiap

perubahan akan berhasil dilakukan ketika

mendapatkan dukungan dari anggota organisasi

dengan mencurahkan waktu dan energi yang

diperlukan untuk mencapai tujuan yang dituju.

Dukungan ini dapat dicapai dengan secara

jelas mengkomunikasikan visi yang fleksibel

dan terbuka terhadap ide-ide dan metode-

metode baru, karena dengan cara ini dapat

membantu anggota organisasi untuk

menyesuaikan diri terhadap ketidakpastian dan

tekanan yang muncul dikarenakan perubahan

yang terjadi.

Proses pembangunan komitmen anggota

organisasi dalam menghadapi perubahan dapat

dilalui melalui tiga tahap yaitu:

1. Persiapan; sosialisasi rencana

perubahan pada anggota organisasi

melalui edaran resmi, dalam proses

pertemuan, ataupun secara tidak

resmi didengar oleh anggota

organisasi melalui kontak personal

dengan individu lainnya.

2. Penerimaan; Proses pengembangan

pemahaman anggota organisasi akan

imbas dan hasil positif dari

perubahan yang akan terjadi, proses

ini bertujuan untuk meunculkan

persepsi positif akan proses

perubahan dari anggota organisasi

sehingga memunculkan semangat

untuk mengimplementasikan

perubahan.

3. Terciptanya komitmen; Terbagi

menjadi dua tahap yaitu instalasi dan

internalisasi. Instalasi merupakan

proses awal dalam munculnya

komitmen terhadap perubahan,

dimana pada tahap ini terjadi diskusi

antara pimpinan organisasi dengan

anggota organisasi untuk

Page 80: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

79

mendiskusikan tentang permasalahan

yang dihadapi dan memunculkan

kepedulian anggota organisasi.

Sedangkan internalisasi merupakan

tahap dimana anggota organisasi

tidak lagi menganggap perubahan

sebagai bagian terpisah dari

organisasi namun sudah menjadi hal

yang normal dan menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari proses

organisasi.

Pengertian Universitas

Menurut Direktorat Jendral Pendidikan

Tinggi (Dikti), Pendidikan tinggi pada

hakekatnya merupakan upaya sadar untuk

meningkatkan kadar ilmu pengetahuan dan

pengamalan bagi mahasiswa dan lembaga

dimana upaya itu bergulir menuju sasaran-

sasaran pada tujuan yang ditetapkan. Perguruan

tinggi sebagai lembaga yang berperan

menumbuh-dewasakan kadar intelektual,

emosional dan spirirtual para mahasiswa,

bergumul dengan nilai-nilai kehidupan

kemasyarakatan, mengejar dan

mendiseminasikan pengetahuan sebagai

pengabdian bagi kemajuan masyarakat.

Universitas tidak dapat bertahan dengan

menjalankan sistem bisnis seperti biasa, namun

universitas harus mampu merubah konsep

bisnis mereka dengan terlebih dahulu

mereformasi dan restrukturisasi sistem internal

mereka. Kemampuan sistem pendidikan

universitas dalam beradaptasi dan secara sukses

menghadapi tantangan baru yang ada menjadi

kunci sukses keberhasilan organisasi tersebut.

(Varghese, 2009: 53).

Tujuan Universitas

Menurut data Bank Dunia (2002),

Universitas juga berperan dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan cara yang

berbeda, yaitu dengan menghasilkan lulusan

yang berkemampuan sehingga dengan mudah

dapat diserap oleh dunia kerja, selain itu karena

tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang

tinggi akan mendapatkan gaji yang lebih baik,

sehingga mengarah pada peningkatan

pendapatan penduduk suatu wilayah.

Dari dokumen UNESCO tentang fungsi

universitas dapat diketahui jika universitas

merupakan salah satu kunci utama dalam

menghadapi dunia modern, universitas seperti

halnya organisasi yang lain harus senantiasa

melakukan pengembangan, pelatihan, dan

penyesuaian strategi dan kebijakan dengan

tuntutan kebutuhan lingkungan di masa

mendatang, universitas harus mengembangkan

harapan dan visi baru yang lebih relevan

dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan

masyarakat sekitar yang akan menjadi

pengguna jasanya. (Tunnerman, 1993: 23).

Perubahan Paradigma Pada Organisasi

Universitas

Universitas sebagai penyedia layanan jasa

pendidikan tidak lagi hanya berfokus untuk

dapat memberikan layanan yang terbaik namun

juga harus dapat bertahan menghadapi

tantangan pasar yang semakin ketat. Oleh

karena itu kini universitas banyak yang telah

turut mengadopsi sistem manajemen

perusahaan dagang dan mendorong diri

menjadi organisasi enterpreneur sehingga hal

ini menjadikan universitas tidak hanya berfokus

dalam peningkatan kualitas produksinya dalam

hal ini lulusannya namun juga berfokus untuk

mencari sumber pendanaan diluar sumber dana

dari proses belajar mengajar itusendiri.

Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan

dalam aktivitas, struktur, dan praktek

manajemen universitas. (Varghese, 2009: 25).

Dan perubahan terkini dari sistem pendidikan di

universitas dimana kini universitas lebih

menaruh perhatian pada isu-isu efisiensi dalam

operasional, evaluasi kinerja, dan pengukuran

akuntabilitas. (Varghese, 2009: 29).

Model Perubahan Mc.Kinsey 7’s Change

Framework

Model 7‟s adalah suatu metode yang

dikembangkan oleh Mc.Kinsey &Co pada awal

tahun 1970 dengan tujuan membantu para

manajer organisasi dalam melakukan analisis

dan merencanakan tindakan manajerial untuk

melihat organisasi secara keseluruhan dalam

menghadapi suatu proses perubahan sehingga

masalah organisasi dapat didiagnosa dan dapat

dikembangkan strategi yang tepat untuk

selanjutnya diimplementasikan.

Diagram 7‟s menggambarkan banyaknya

unsur-unsur yang saling berhubungan yang

mendefinisikan kemampuan organisasi untuk

berubah. Teori ini membantu mengubah

pemikiran pimpinan organisasi tentang

Page 81: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

80

bagaimana organisasi dapat diperbaiki. Dalam

teori ini tidak hanya sekedar persoalan

merencanakan strategi baru dan mengikutinya

tetapi juga tantangan membentuk sistem baru

dan membiarkannya membuat perbaikan.

Ketujuh aspek S dalam Mc.Kinsey 7‟s

Model dapat dikelompokkan kedalam dua

elemen yaitu hard elements dan soft elements

seperti tampak dalam tabel berikut ini:

Hard Elements Soft Elements

Strategy

Structure

Systems

Shared Values

Skills

Style

Staff

Tabel 2. Hard dan Soft Elements dalam konsep

7’s Mc.Kinsey

Dari pengelompokan diatas, dapat

dijelaskan jika hard elements lebih mudah

didefinisi dan diidentifikasikan sehingga

manajemen dapat mempengaruhi kelompok ini

secara langsung. Sedangkan sebaliknya soft

elements lebih susah untuk digambarkan, lebih

abstrak dan lebih dipengaruhi oleh budaya

organisasi.

Berikut penjelasan singkat menurut

Peters&Waterman (2009) mengenai ketujuh S

dalam model perubahan Mc Kinsey‟s 7s

Framework:

1. Shared Values / Superordinat Goals; Konsep ini berisi keyakinan, pola

pikir, dan asumsi yang dipegang yang

membentuk bagaimana organisasi

bertindak/ budaya organisasi yang

berkembang dalam organisasi. Shared

values adalah apa yang mendorong

kepercayaan. Nilai-nilai ini adalah

pusat model 7 S yang saling

berhubungan. Nilai-nilai ini harus

secara eksplisit dinyatakan sebagai

tujuan organisasi dan nilai-nilai

individu.

2. Strategy; Merupakan rencana yang

diformulasi organisasi untuk mencapai

tujuan yang diidentifikasi.

3. Structure; struktur menggambarkan

hierarki wewenang dan akuntabilitas

dalam organisasi, cara unit-unit

organisasi berhubungan satu sama lain.

4. System; Mendefinisikan arus kegiatan

yang ada di dalam operasional bisnis

sehari-hari, termasuk proses intinya

dan sistem pendukungnya. Sistem

mengacu pada prosedur, proses dan

rutinitas yang digunakan untuk

mengelola organisasi dan

menggambarkan bagaimana

pentingnya pekerjaan untuk dilakukan.

5. Staff; Mengacu pada jumlah dan jenis

pegawai dalam organisasi dan

membentuk nilai-nilai dasar.

Page 82: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

81

Gambar 2. Diagram Model Perubahan Mc.Kinsey’s 7s Framework

(Sumber: Anderson, 2001: 169)

6. Style; Merupakan gaya bagaimana

manajer kunci bertindak, berperilaku

dalam mencapai tujuan organisasi,

bagaimana manajer secara kolektif

menggunakan waktu dan perhatiannya.

7. Skills; Mengacu pada kapabilitas

khusus dominan dan kompetensi

pegawai organisasi secara keseluruhan.

Model ini menunjukkan bahwa sistem

kekebalan organisasi dan banyaknya variabel-

variabel yang saling berhubungan yang terlibat

membuat perubahan menjadi kompleks, dan

bahwa upaya perubahan yang efektif harus

menangani isu-isu ini secara simultan.

Agar model ini efektif diterapkan dalam

proses perubahan, maka organisasi harus

memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi, atau

kesesuaian internal diantara semua tujuh S.

Masing-masing S harus konsisten dengan dan

memperkuat S lainnya. Semua S saling

berhubungan, sehingga perubahan di satu S

akan memiliki dampak pada semua S lainnya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian

diskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan beberapa

metode pengumpulan data, yaitu: Observasi

yang difokuskan pada perubahan perilaku dan

hal lain yang terlihat secara kasat mata oleh

peneliti. Observasi dilakukan secara umum

pada keseluruhan jabatan dan level dalam

organisasi dan wawancara yang dilakukan pada

pimpinan organisasi sebagai pencetus

perubahan dan pihak–pihak lain yang terlibat

secara langsung dalam proses perubahan yang

terjadi. Serta digunakan data administratif

pendukung lainnya yang dapat bermanfaat

dalam proses analisa data.

Lokasi penelitian dilakukan di Universitas

Muhammadiyah Gresik Jawa Timur dengan

fokus penelitian pada dinamika proses

perubahan yang terjadi di dalam Universitas

Muhammadiyah Gresik dan analisis langkah

model perubahan yang dilakukan oleh pimpinan

organisasi.

Subjek penelitian ini adalah setiap

karyawan yang terlibat dalam proses perubahan

dan dilakukan proses penyaringan dan

pemilihan subyek dengan metode snowball

untuk menggali dan melengkapi data yang

diperoleh.

Metode triangulasi digunakan untuk proses

data agar diperoleh hasil analisa yang reliabel

dan tidak berpihak. Selain itu metode

triangulasi digunakan untuk mempertegas

bahwa dalam konteks analisa data pada tahapan

Page 83: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

82

yang dilakukan dimulai dari pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan-

kesimpulan dari data yang terdiri kemudian

penarikan kesimpulan dan verifikasi data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dapat

diketahui jika pada kenyataannya dalam

dasawarsa terakhir universitas sebagai penyedia

jasa layanan pendidikan mengalami berbagai

tantangan baik dari dalam maupun luar

universitas, diantaranya terdapat beberapa

tantangan yang berasal dari lingkungan

eksternal universitas yang melatarbelakangi

terjadinya perubahan organisasi di Universitas

seperti yang terlihat pada paparan singkat

berikut: (Lihat Gambar2)

1. Kesulitan Mendapat Mahasiswa

Sebagai organisasi dengan core bisnis

di bidang layanan pendidikan dan

tentunya universitas menjadikan

mahasiswa sebagai konsumen utama,

namun letak demografis universitas

juga turut menentukan perkembangan

organisasidiantaranya apabila

universitas terletak di daerah industri

dengan tingkat biaya hidup masyarakat

yang tinggi, hal ini akan mengarahkan

mayoritas masyarakat untuk lebih

memilih bekerja sebagai buruh industri

setelah menyelesaikan sekolah

menengah daripada melanjutkan

pendidikan ke jenjang pendidikan

tinggi. Selain itu citra sosial yang

melekat pada kota setempat turut

menjadi pertimbangan dalam memilih

lokasi belajar. Selain itu belum

dikenalnya eksistensi dan kurang

dikenalnya brand image universitas

secara luas menjadi salah satu sebab

sulitnya universitas dalam melakukan

promosi.

Peningkatan

Kualitas Layanan

Tingginya PeluangKesulitan

Mendapat Mahasiswa

Ketatnya

Persaingan

Tidak Memiliki

Brand Image

Tingginya

Biaya Hidup

Meningkatnya

Jumlah Pesaing

Peningkatan

Fasilitas Pesaing

Kurang Dikenal

Tingginya Persaingan

Biaya Pendidikan

Adanya

Sertifikasi Guru

Banyak Tersebar

Lembaga Pendidikan

Menengah Atas

Status Sebagai

UniversitasTerbesar

di Gresik

Banyak Tersebar

Perusahaan

Kebutuhan

Peningkatan Karir

Image Gresik

bukan

Kota Pendidikan

Tidak Adanya

Universitas Negeri

Tingkat Ekonomi

Masyarakat Relatif Rendah

Meningkatkan

Pendanaan

Mahasiswa

Sebagai Sumber

Dana UtamaUpaya meningkatkan

Kepercayaan MasyarakatMeningkatkan

Kerjasama

Merintis Sumber

Dana Sampingan

Gambar 3. Diagram Tulang Ikan Kondisi Eksternal dan Internal Yang Mendukung Perubahan Organisasi Dalam

Organisasi Pendidikan Tinggi

2. Ketatnya Persaingan

Munculnya beberapa perguruan tinggi

swasta baru dan mudahnya diperoleh ijin

pendirian lembaga pendidikan tinggi pada

kurun waktu beberapa tahun terakhir

menjadikan persaingan dalam mendapatkan

mahasiswa yang terbatas semakin ketat dan

kondisi ini menuntut lembaga pendidikan

tinggi untuk lebih bekerja keras dan

memacu diri dalam menampilkan brand

image dan memperkuat serta memperluas

eksistensinya pada calon konsumennya

Page 84: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

83

yaitu para lulusan sekolah menengah atas

dan sekolah kejuruan serta para karyawan

perusahaan dan institusi pemerintah yang

mengharapkan untuk dapat melakukan

peningkatan karirnya

3. Meningkatnya Kebutuhan Sumber

Pendanaan

Sebagai organisasi terlebih yang bersifat

kepemilikan modal pribadi/swasta yang

sangat tergantung pada sumber dana secara

swadaya, tentunya universitas swasta akan

membutuhkan dukungan sumber

pendanaan yang cukup besar guna

pemenuhan kebutuhan operasional layanan

pendidikan. Namun agar tetap dapat

menjalankan fungsinya dalam dakwah

mencerdaskan masyarakat dengan tetap

mempertahankan eksistensinya maka

organisasi harus menopang kebutuhan dana

tersebut dengan tidak hanya dari

mahasiswa sebagai sumber terbesar namun

juga harus menggunakan sumber dana

sampingan yaitu diantaranya dari program

hibah pemerintah dan dari beberapa

donatur/dewan penyantun meski jumlah

yang diperoleh tidaklah terlampau besar.

Untuk mengantisipasi keadaan ini pimpinan

organisasi semaksimal mungkin berupaya

untuk menekan anggaran dan melakukan

efisiensi anggaran dan mencari sumber

dana cadangan dengan merintis bisnis baru

di luar core bisnis pendidikan.

4. Masih Tingginya Peluang

Dari data kemahasiswaan di Universitas

Muhammadiyah Gresik, diketahui jika

lebih dari enam puluh persen mahasiswa

yang tercatat adalah mahasiswa yang

memiliki status sebagai karyawan pada

berbagai perusahaan yang tersebar di Kota

Gresik dan sekitarnya, dimana mayoritas

mereka bertujuan melanjutkan pendidikan

untuk meningkatkan karir dalam

pekerjaannya dengan bekal ijazah yang

diterimanya kelak. Dari data yang didapat

melalui wawancara dengan petugas pusat

layanan, biasanya mahasiswa dengan

karakteristik seperti ini dikarenakan

keterbatasan waktunya, mereka cenderung

pasif terhadap informasi dan menghendaki

kemudahan dalam setiap pelayanan yang

diberikan dan mereka memposisikan diri

sebagai konsumen yang harus dilayani

dengan cepat dan tepat sebagaimana

pelayanan cepat yang diperoleh oleh

konsumen dari perusahaan bidang jasa

lainnya.

Dari data dapat dirumuskan jika sebab

yang paling memungkinkan menyebabkan

terjadinya proses perubahan yang tidak

mengarah pada pencapaian visi universitas

adalah karena belum dirumuskannya secara

operasional konsep dasar nilai The Best

Learning University dan konsep dasar nilai

The Realistic Education yang terdapat

dalam visi organisasi sebagai panduan

dalam melakukan perubahan organisasi dan

proses perubahan yang kemudian menjadi

fokus dari organisasi adalah perubahan

dalam dalam memberikan layanan

pendidikan pada masyarakat dalam rangka

untuk mencitrakan brand image institusi.

Hal ini dilakukan untuk mancapai

peningkatan kualitas layanan pada

mahasiswa dengan berfokus pada

perubahan standar kualitas layanan oleh

staf pelayanan dan penggunaan teknologi

informasi dalam proses administrasi dan

belajar mengajar guna mempermudah,

mempercepat dan meningkatkan

keyamanan proses administrasi mahasiswa

serta menerapkan sistem struktur baru yang

didasarkan pada fungsi jabatan guna

meningkatkan efisiensi anggaran

Berdasarkan data yang diperoleh

peneliti dan dengan menggunakan

paradigma analisa dari teori McKinsey‟s

7‟S Framework maka diperoleh hasil

definisi untuk masing-masing aspek S

sebagai berikut:

1. Shared Value / Superordinat Goals;

Universitas harus mampu menyesiaikan diri

dengan lingkungan dan fleksibel dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitar namun tetap memegang teguh

keyakinan akan nilai-nilai dasar yang

menjadi landasan organisasi. Dalam hal ini

Universitas Muhammadiyah Gresik dengan

mendasarkan diri pada prinsip Islam dan

Kemuhammadiyahan sebagai rahmat bagi

seluruh alam (rohmatan lil alamin)

hendaknya sesuai dengan prinsip dasarnya

selalu berupaya memberikan manfaat yang

terbaik bagi masyarakat sekitarnya.

2. Strategy; pengembangan strategi,

universitas hendaknya memperhitungkan

Page 85: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

84

tujuan yang ingin dicapai dengan sumber

daya yang dimiliki sehingga tercipta

strategi yang sistematis dan realistis dalam

pengembangan universitas. Universitas

hendaknya mulai memanfaatkan sumber

daya yang dimiliki untuk mengembangkan

kerjasama dengan masyarakat industri

disekitarnya sehingga akan diperoleh

sumber dana sampingan sekaligus

kesempatan untuk menerapkan konsep

Realistic Education pada pembelajaran

mahasiswa dengan program magang dan

pelatihan lapangan.

3. Structure; Struktur organisasi universitas

hendaknya dibuat ringkas dan sesuai

kebutuhan fungsi yang dibutuhkan oleh

universitas. Dengan pola struktur organisasi

yang ringkas dan sesuai fungsi kebutuhan

organisasi akan dapat meningkatkan

efektivitas dan efisiensi bagi organisasi.

4. System; Universitas hendaknya

mengembangkan sistem organisasi dan

sistem proses bisnis organisasi yang

terstruktur dan terstandar menyesuaikan

dengan kemampuan dan pemahaman

pengguna layanannya (user friendly).

Setiap pengembangan sistem hendaknya

tidak hanya diupayakan untuk penyelesaian

permasalahan yang ada namun juga

hendaknya juga memiliki fungsi preventif

untuk mengantisipasi terjadinya

pengulangan kesalahan atau potensi

munculnya permasalahan baru di masa

mendatang.

5. Staff; Universitas perlu untuk menyusun

perencanaan, penempatan, dan

pengembangan para karyawannya dengan

tujuan agar karyawan senantiasa mendapat

kesempatan untuk berkembang dan selalu

merasa tertantang untuk menghadapi hal-

hal baru dalam rutinitas pekerjaannya.

6. Style; Universitas hendaknya mampu

mengembangkan suatu prosedur layanan

yang mudah digunakan oleh pengguna

layanan yang sekaligus mampu

menstimulasi pengguna layanan untuk

senantiasa melakukan perbaikan dan

pembelajaran yang berkelanjutan dalam

prosesnya.

7. Skills; Universitas hendaknya mulai

melakukan analisis kebutuhan skill.

Selanjutnya dilakukan proses perencanaan

sumber daya manusia dilakukan untuk

menyesesuaikan antara skill dan

kompetensi yang dimiliki oleh karyawan

universitas dengan kebutuhan universitas.

Upaya ini dilakukan untuk memudahkan

universitas dalam memperhitungkan dan

merencanakan strategi pengembangan

kedepan yang paling tepat dan efisien

sesuai dengan sumber daya manusia

universitas.

SIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat

disimpulkan jika proses perubahan adalah

suatu proses yang kompleks,

multidimensional yang senantiasa dinamis

yang dapat secara lebih sempurna

direncanakan dengan model proses

perubahan yang terstruktur.untuk

melakukan proses perubahan yang

terstruktur, dibutuhkan model perubahan

yang dapat menyediakan desain gambaran

proses perubahan yang mungkin akan

dihadapi dan petunjuk yang dapat

digunakan sebagai patokan untuk

menghadapi segala kesulitan dan hambatan

yang muncul.

Dalam proses perubahan dibutuhkan

aspek komitmen yang kuat dari pimpinan

organisasi untuk menginisiasi perubahan

dan dilanjutkan dengan perumusan definisi

operasional yang jelas dari konsep visi

organisasi agar proses perubahan yang

dilakukan dapat sejalan dengan visi

organisasi.

Dalam menghadapi proses perubahan

tidak terdapat model yang terbaik, ketika

suatu organisasi melakukan perubahan

perlu dilakukan proses pemilihan model

perubahan yang paling sesuai dengan

budaya, norma yang berlaku dalam

organisasi dan dalam penerapannya akan

sangat dibutuhkan adanya improvisasi dari

agen perubahan. (Orlikowski&Hofman,

1997, dalam Rothwell, 2005).

Dalam penerapannya proses perubahan

harus dikomunikasikan pada anggota

organisasi sebelum proses perubahan mulai

dilaksanakan untuk meminimalisasi

resistensi anggota organisasi akan

perubahan.

Dalam pelaksanaan proses perubahan

dibutuhkan penciptaan lingkungan yang

Page 86: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

85

aman secara psikologi bagi anggota

organisasi sehingga anggota organisasi

tidak merasa terancam dengan hadirnya

perubahan.

Mengikutsertakan seluruh anggota

organisasi dalam proses perubahan agar

anggota organisasi merasa menjadi bagian

dari proses perubahan yang terjadi dan

bukan sekedar menjadi obyek dari proses

perubahan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Dean, & Anderson, Linda

Ackerman. (2001). Beyond Change

Management. San Francisco: Jossey

Bass/Pfeiffer.

Beer, Michael. (2006). Understanding and

Managing Organization Behavior.

California: Delta Publishing Co.

Bellingham, Richard. (2001). The Manager’s

Pocket Guide to Corporate Culture

Change. Massachussets: HRD Press Inc.

Daft, Richard L. (2004). Organization Theory and

Design Eight Edition. Ohio: South Western

Thomson Learning.

Davidson, Jeff. (2005). The Complete Ideal’s

Guides: Change Management. Jakarta:

Prenada.

Kane, William S., (2008). The Thruth About

Thriving In Change. New Jersey: Pearson

Education Inc., FT Press.

Kotelnikov, Vadim. (2009). 7-s Model: A

Managerial Tool For Analyzing and

Improving Organization. Diunduh pada

tanggal 25 Agustus 2010 dari

http://www.1000ventures.com/business_gui

de/mgmt_inex_7s.html.

Kreitner, Robert, Angelo Kinicki. (2005).

Perilaku Organisasi Edisi Kelima. Jakarta:

Salemba Empat.

Leadership and Management In Organizations.

(2007). Burlington: Elsevier Linacre

House.

Managing Change and Transition. (2003).

Harvard Bussines Essentials Series,

Massachusetts: Harvard Bussiness School

Publishing.

Holman, Peggy, Tom Devane, Steven Cady.

(2007). The Change Handbook, California:

Berrett-Koehler Publishers Inc.

Mc. Kinsey 7S Framework: Ensuring that all parts

of your organization work in harmony.

(2010). Diunduh pada tanggal 5 Juli 2010

dari http://www.mindtools.com/

pages/article/newSTR_91.htm.

Peters, Thomas, J., Robert H. Waterman, Jullien

R.Phillips. (2009). Formula “Tujuh-S” –

sebuah Panduan Komprehensif untuk

Menganalisis Budaya dan Perilaku

Perusahaan/Organisasi. Diunduh

pada tanggal 5 Juli 2010 dari http://materibelajar.wordpress.com/2008/12

/14/model-7-s-mckinsey/.

Robbins, Stephen P. (1996). Perilaku Organisasi:

Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jakarta:

Penhallindo.

Rothwell, William, J., Rolland Sullivan. (2005).

Practicing Organization Development: A

Guide for Consultants Second Edition. San

Francisco: Pfeiffer.

Schein, Edgar, H. (2004). Organizational Culture

and Leadership Third Edition. California:

John Wiley & Sons Inc.

Senat Universitas Muhammadiyah Gresik. (2000).

Renstra Universitas Muhammadiyah

Gresik 2000-2010. Gresik: Universitas

Muhammadiyah Gresik.

Tunnermann, Carlos. (1996)., A New Vision Of

Higher Education. Higher Education Policy

Vol. 9 No.1. hal.11-27.

Varghese, N.V. (2009). Higher Education

Reforms Institutional Restructuring In Asia.

Paris: International Institute For

Educational Planning.

Weick, Karl E., Robert E. Quinn. (1999).

Organizational Change and Development.

Michigan: Annual Reviews.

Weiss, Joseph, W. (2003). Managing Change In

The Workplace. Phoenix: Leyh Publishing.

Westerheijden, Don F., Bjorn Stensaker, Maria

Joao Rosa. (2007). Quality Assurance In

Higher Education: Trends In Regulation,

Translation and Transformation.

Dordrecht: Springer.

Yuwono, Ino, Fendy Suhariadi, Seger Handoyo,

Fajrianthi, Budi Setiawan Muhamad,

Berlian Gressy Septarini. (2005). Psikologi

Industri & Organisasi. Bogor: Grafika

Mardi Yuana.

Page 87: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

86

EFEKTIFITAS PERENCANAAN JUMLAH KARYAWAN

ROZIANA AINUL HIDAYATI

AL KUSANI

MISBAHUL MUNIR

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik E-mail: [email protected]

E-mail: [email protected]

E-mail: [email protected]

ABSTRACT This study examined the planning of effective employees in the PD. BPR Bank Gresik, descriptive quantitative research methods using secondary data is the number of employees and the number of customers from 1998 to 2009. The purpose of this study is to evaluate the effective number of employees in 2009, knowing predictions of effective number of employees in 2010, and planning staff to determine strategies / Human Resources (HR) in an effort to meet the needs of employees who are effective in 2010. Human resource planning analysis tools used are Regression Method. Formula used to answer the first problem and second, and determine strategies needs of employees of the regression method. The calculations show that in 2009 the number of employees is less effective because the calculated 16 employees but in fact has 14 employees and in 2010 predicted the effective number of employees by 20 employees and need the addition of six

Page 88: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

87

employees. Based on these analysis results, the strategy used is to conduct recruitment through an external supply as many as six people to fill existing vacancies on the organizational structure and the addition of supporting its business activities primarily in Operations Section and Marketing Section, and nurturing relationships with educational institutions as a means of internships to help complete tasks and will save financing issued by the PD. BPR Bank of Gresik.

Key word :effective, predictions, employees

PENDAHULUAN

Setelah masa reformasi dua belas tahun yang

lalu, perencanaan dan pengembangan Sumber

Daya Manusia (SDM) perlu dilakukan secara

profesional. Hal ini berdasarkan pemberlakuan

AFTA sejak tahun 2003 yang menuntut bangsa

Indonesia untuk siap menghadapi pasar bebas

(pasar global). Konsep Global Trade Point

Network (GTPN) merupakan implementasi dari

trade efficiency programme yang dirancang

bertujuan untuk mengefektifkan dan

mengefisiensikan perdagangan internasional.

Perencanaan SDM didefinisikan sebagai

proses menentukan kebutuhan tenaga kerja dan

berarti mempertemukan kabutuhan tersebut

agar pelaksanaanya beriintegrasi dengan

rencana organisasi (Mangkunegara, 2008;06).

Perencanaan SDM dalam pelaksanaannya harus

disesuaikan dengan strategi tertentu agar tujuan

utama perencanaan yaitu memfasilitasi

keefektifan organisasi dapat dicapai

Melalui perencanaan kebutuhan tenaga

kerja yang efektif, maka perusahaan dapat

mempekerjakan karyawannya dengan baik,

karena karyawan akan bekerja sesuai dengan

kemampuannya. Tujuan perencanaan tenaga

kerja sendiri adalah untuk menyusun strategi

dan program pendayagunaan sumber daya

manusia ditingkat perusahaan untuk dipadukan

dengan strategi dan program perusahaan

dibidang lain guna mencapai tujuan perusahaan

serta sebagai pengadaan dan mempertahankan

SDM yang dapat melaksanakan tugasnya secara

efektif dan efisien.

PD. BPR Bank Gresik merupakan satu-

satunya bank milik pemerintah Kabupaten

Gresik, perusahaan ini mempunyai produk yang

sama dengan lembaga perbankan lainnya yakni

produk penghimpun dana berupa tabungan dan

deposito, dan produk peryalur dana berupa

kredit yang memprioritaskan pada masyarakat

menengah kebawah dan pengusaha kecil

menengah.

Selama ini pegawai yang dimiliki PD.BPR

Bank Gresik secara kuantitas dan kualitas

jumlah sumber daya manusia kurang memadai

dalam mengelola dan menjalankan beban

pekerjaan serta wewenang yang berada pada

masing-masing posisi/jabatan. Hal tersebut

tidak selaras dengan jumlah nasabah

perusahaan tersebut yang mengalami

peningkatan masing-masing sebanyak 3.201,

3.859, dan 4.736 nasabah. Perkembangan

perusahaan tersebut juga tidak diimbangi

dengan perencanaan sumber daya manusia yang

memadai (efektif), karena pada tiga tahun

terakhir pula perencanaan karyawan terjadi

penambahan hanya satu orang. Kepala Bagian

Umum dan Personalia PD. BPR Bank Gresik

juga menyampaikan, “Seiring dengan

perkembangan perusahaan perlu adanya

perencanaan karyawan yang efektif,

sebagaimana nampak pada struktur perusahaan

pada Bagian Operasional satu orang merangkap

dua jabatan yakni Kepala Bagian Operasional

dan Pembukuan, serta pada Bagian Umum dan

Personalia juga sama satu orang menjalankan

dua fungsi posisi yakni Kepala Bagian Umum

dan Personalia merangkap posisi sebagai Staf

Umum dan Personalia”. Permasalahan yang

dihadapi oleh PD. BPR Bank Gresik adalah

belum adanya perencanaan kebutuhan

karyawan yang efektif dibandingkan dengan

perkembangan dan beban kerja yang meningkat

dari tahun ke tahun.

Berdasarkan latar belakang dan

permasalahan yang dihadapi oleh PD. BPR

Bank Gresik tersebut, maka penelitian ini

dilakukan dengan tujuan mengevaluasi jumlah

karyawan yang efektif PD. BPR Bank Gresik

pada tahun 2009, mengetahui prediksi jumlah

karyawan yang efektif di PD. BPR Bank Gresik

pada tahun 2010 dan untuk menentukan strategi

perencanaan SDM yang dilakukan perusahaan

dalam upaya pemenuhan kebutuhan karyawan

yang efektif pada tahun 2010

Penelitian sebelumnya telah banyak

ditemukan pembahasan yang berkaitan dengan

perencanaan tenaga kerja/SDM, diantaranya

Page 89: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

88

Irfan Aziz Fakultas Ekonomi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Gresik berjudul

“Proyeksi Kebutuhan Karyawan yang Efektif di

PT. Karya Agung”. Penelitian yang telah

dilakukan melalui alat analisis proyeksi

kecenderungan dan analisis deskripsi ini

menunjukkan hasil bahwa pada tahun 2009

hasil proyeksi kecenderungan sebanyak 172

sedangakan jumlah karyawan yang dimiliki

sebanyak 126 sehingga ada kekurangan jumlah

karyawan sebanyak 46 karyawan. Kekurangan

jumlah karyawan tersebut seharusnya

perusahaan melakukan rekrutmen, dapat dari

internal perusahaan dan eksternal perusahaan,

namun itu semua dapat dipengaruhi oleh

rencana strategik dan rencana opersional

perusahaan, keadaan finansial perusahaan,

desain organisasi, faktor ekonomi, faktor

teknologi dan faktor order dari perusahaan.

Milkovich dan Nystrom (dalam

Mangkunegara, 2008;05-06) mendefinisikan

bahwa perencanaan tenaga kerja adalah proses

peramalan, pengembangan,

pengimplementasian dan pengontrolan yang

menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian

jumlah pegawai, penempatan pegawai secara

benar, waktu yang tepat, yang secara otomatis

lebih bermanfaat.

Perencanaan SDM mencakup

memperhitungakan persyaratan SDM,

membandingkan tuntutan persyaratan dengan

ketersediaan SDM (permintaan SDM,

kelebihan, dan kekurangan SDM), dan

perhitungan ketersediaan SDM dalam suatu

perusahaan. Perencanaan SDM sendiri sangat

perlu untuk memperhatikan faktor lingkungan

internal dan eksternal organsasi, sebagaimana

terlihat dalam gambar 1:

Kegiatan pengembangan untuk SDM

potensial yang sudah dimiliki merupakan

strategi untuk mempertahankan agar tidak

keluar/berhenti, terutama keahliannya sangat

dibutuhkan perusahaan. Strategi itu juga

penting untuk mempersiapkan para manajer dan

tenaga professional produk lini yang berkualitas

tinggi dalam mengantisipasi tantangan bisnis

masa depan. Sumber daya manusia yang rendah

kualitasnya memang tersedia banyak di pasar

tenaga kerja eksternal, SDM yang

berkemampuan tinggi untuk mengelola unit

kerja (departemen, devisi) dan yang mampu

melaksanakan proses produksi sacara tidak

mudah diperoleh dalam kegiatan rekrutmen.

SDM yang diperoleh dengan strategi yang tepat

dalam melaksanakan perencanaan SDM itu

akan dapat dimanfaatkan dan dikembangkan

secara maksimal dalam menghadapi tantangan

perubahan dan perkembangan lingkungan bisnis

dimasa depan.

Menurut Nawawi (2005;70 – 71) ada

beberapa manfaat Perencanaan SDM

diantaranya:

1. Meningkatkan efektifitas dan efisisensi

pendayagunaan SDM;

2. Menyelaraskan aktivitas SDM berdasarkan

potensi masing-masing pekerjaan;

3. Meningkatkan kecermatan dan

penghematan pembiyaan dan tenaga dalam

melaksanakan rekrutmen dan seleksi;

4. Menciptakan dan menyempurnakan Sistem

Informasi SDM; dan

Meningkatkan koordinasi antar manajer

unit kerja/departemen

External Environment

Internal Environment

Strategic Planning

Human Resource Planning

Forecasting

Human

Resource

Requirement

Forecasting

Human

Resource

Availability

Forecasting

Human Resource

Requirement

Demand =

Supply

Surplus of Workes Shortage of Workers

Rectricted Hiring, Recruitment

Page 90: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

89

Gambar 1: Model Perencanaan SDM dari Mondy dan Noe

Perencanaan SDM harus dilakukan jika

jelas sebab-sebab atau alasan perlunya

melakukan/menambah jumlah karyawan,

terutama jika diketahui tidak dapat diselesaikan

dengan melakukan kegiatan manajemen SDM

yang lain. Alasan dan sebab tersebut akan

diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor Internal Sebagai Sebab Permintaan

SDM

Faktor internal adalah kondisi persiapan

dan kesiapan SDM sebuah

organisasi/perusahaan dalam melakukan

operasional bisnis pada masa sekarang dan

untuk mengantisipasi perkembangannya

dimasa depan. Dengan kata lain faktor

internal adalah alasan permintaan SDM,

yang bersumber dari kekurangan dari

dalam perusahaan yang melaksanakan

bisnisnya, yang menyebabkan diperlukan

penambahan jumlah SDM. Alasan ini

terdiri dari:

a. Faktor rencana strategik dan rencana

operasional;

b. Faktor prediksi produk dan penjualan;

c. Faktor pembiayaan (cost) SDM;

d. Faktor pembukaan bisnis baru

(pengembangan bisnis);

e. Faktor desain organisasi dan desain

pekerjaan; dan

f. Faktor keterbukaan dan keikutsertaan

manajer .

2. Faktor Eksternal Sebagai Sebab

Permintaan SDM

Faktor eksternal adalah kondisi

lingkungan bisnis yang berada diluar kendali

perusahaan yang berpengaruh pada rencana

strategik dan rencana operasional, sehingga

langsung atau tidak langsung berpengaruh pada

perencanaan SDM. Faktor eksternal tersebut

pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai

sebab atau alasan permintaan SDM di

lingkungan sebuah perusahaan. Sebab atau

alasan terdiri dari:

1) Faktor ekonomi nasional dan

internasional (Global);

2) Faktor Sosial, Politik dan Hukum;

3) Faktor Teknologi; dan

4) Faktor pasar tenaga kerja dan pesaing.

Pelaksanaan perencanaan SDM yang

profesional harus dilakukan sebagai

implementasi tiga tugas pokok perencanaan

yakni tugas eksplenatif, tugas prediksi, dan

tugas kontrol. Dengan demikian, setiap kali

perusahaan yang akan melaksanakan

perencanaan SDM. Maka seharusnya diikuti

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghimpun dan mengolah suatu data dan

informasi SDM yang sudah dimiliki oleh

sebuah perusahaan/organisasi untuk

memperjelas kondisisnya sekarang, baik

dari segi jumlah (kuantitas) maupun

kualifikasinya (kualitas).

2. Memprediksi kekurangan SDM dengan

membandingkan SDM yang dimiliki

dengan permintaan (demand) jumlah SDM

untuk dapat melaksanakan operasinal bisnis

sekarang dan dimasa yang akan datang, baik

dari segi jumlah (kuantitas) maupun segi

kualifikasi (kualitasnya).

3. Mengontrol kesesuaian SDM yang

diprediksi berupa jumlah dan kualitasnya

dengan perencanaan bisnis, agar tujuan

strategik dan visi perusahaan/organisasi

dapat dicapai secara maksimal. Sebaliknya

Page 91: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

90

agar terhindar dari timbulnya masalah-

masalah baru, yang dapat terjadi apabila

hasil prediksi SDM secara kuantitatif dan

kualitatif tidak sesuai kebutuhan dalam

mewujudkan eksistensi perusahaan yang

diinginkan di masa yang akan datang.

Pandojo (2000;30) perencanaan tenaga

kerja dapat disusun melalui tahapan-tahapan

sebagai berikut:

1. Memperkirakan kebutuhan atau

permintaan sumber daya manusia;

2. Mengadakan analisis kedalam tubuh

organisasi;

3. Membandingkan kebutuhan umum;dan

4. Menyusun program-program

perencanaan.

Salah satu teknik yang dapat dipergunakan

untuk merencanakan jumlah SDM suatu

organisasi dapat digunakan Teknik Regresi

(Regression). Teknik ini dipergunakan dengan

asumsi terdapat korelasi (hubungan) antara

variabel SDM dengan banyaknya variabel

lainnya yang bersifat kuantitatif dalam

melaksanakan bisnis untuk mewujudkan tujuan

perusahaan. Diantaranya adalah variabel

produktivitas, laba, beban kerja, biaya

produksi, pembiayaan SDM.

Untuk itu teknik regresi harus didahului

dengan perhitungan korelasi untuk

mengetahuui apakah variabel yang akan

diprediksi atau prediktor (SDM) benar-benar

memiliki hubungan yang signifikan dengan

satu atau lebih variabel kriterium. Perhitungan

korelasi harus dilakukan lebih dahulu karena

Teknik Regresi untuk memprediksi hanya

dapat digunakan apabila antara variabel

prediktor dengan variabel kriterium, telah teruji

sebagai dua variabel yang saling berhubungan

secara pararel/sejajar atau berkorelasi positif

(+). Jika korelasinya ternyata negatif (-) atau

tidak berkorelasi/berhubungan (nol atau

mendekati nol), maka tidak dapat dilakukan

prediksi dalam arti tidak ada gunanya

melanjutkan dengan perhitungan regresi.

Prediksi dengan perhitungan regresi hanya

dapat dilakukan jika variabel prediktor telah

teruji memiliki hubungan dengan variabel

kriterium. Langkah selanjutnya adalah untuk

kepentingan memprediksi permintaan

(demand) SDM menggunakan rumus regresi

sederhana.

Hasil dari Teknik Regresi ini berupa

sebuah persamaan yang nantinya akan dapat

digunakan untuk mengevaluasi SDM yang

telah ada sesuai dengan variabel kriterum pada

tahun berkenaan pada setiap tahunnya. Begitu

juga dalam memprediksi SDM untuk tahun

selanjutnya dengan menetapkan variabel

kriterum yang diharapkan/diinginkan oleh

sebuah organisasi/perusahaan.

Teknik Regresi ini mempunyai catatan

yang harus diperhatikan, diantaranya

adalah:

a) Teknik ini sangat tergantung pada data

kuantitatif masa lalu;

b) Perhitungan bersifat keseluruhan organisasi

dan harus dibuat terpisah jika akan

dipergunakan menurut unit kerja atau

jenjang jabatan; dan

c) Untuk unit kerja atau individu variabel

kriterum lebih baik menggunakan

produktivitas.

Perencanaan SDM sebagai kegiatan

pengambilan keputusan tidak dapat dipisahkan

dari spektrum keputusan. Untuk itu

perencanaan SDM perlu menetapkan secara

jelas karakteristik masalahnya, dan

mengidentifikasi data SDM yang dapat

digunakan untuk melakukan analisis dalam

prediksi kebutuhan SDM dan variabel-variabel

lain yang mempengaruhinya. Perencanaan

dalam memprediksi kebutuhan SDM sangat

tergantung peda tingkat keakuratan proses

penetapan sebuah keputusan sebagai

pembuatan kebijaksanaan organisasi.

Model ini menjelaskan suatu proses atau

rangkaian kegiatan termasuk membuat

keputusan dalam perencanaan SDM. Terlihat

bahwa keputusan perencanaan SDM di

lingkungan sebuah organisasi/perusahaan

hanya dapat dimulai setelah ditetapkannya

pembagian dan pembidangan kerja di dalam

rencana operasional bisnis, untuk

mengimplementasikan rencana strategiknya.

Selanjutnya adalah menghimpun informasi

tentang SDM pada setiap unit kerja untuk

mewujudkan Sistem Informasi SDM sebagai

pelengkap Sistem Informasi Manajemen,

kegiatannya dapat berbentuk penjaringan,

pengumpulan, penelitian, dan pengembangan

data/informasi SDM. Nampak pada diagram

dibawah ini:

Alternatif

Keputusa

n

Analisis Data Data Operasional

Keputusan

Perencanaa

n SDM

Pelaksanaan

Keputusan

Umpan Balik/Masukkan

Page 92: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

91

Gambar 2 Teori Pengambilan Keputusan Perencanaan SDM

Pengambilan keputusan atau pembuat

kebijaksanaan adalah individu yang hidup di

dalam sebuah masyarakat sebagai makhluk

yang tidak sempurna, maka selalu mungkin

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari

dalam maupun dari luar dirinya. Berikut ada

tujuh faktor yang berpengaruh pada

pengambilan keputusan dan pembuatan

kebijaksanaan (Nawawi, 2005;101):

Gambar 3 Faktor-faktor Pengambilan Keputusan

METODE

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini,

jenis data yang akan digunakan berupa data

sekunder. Data yang diperoleh berasal dari PD.

BPR Bank Gresik. Data sekunder dalam

penelitian ini berupa jumlah karyawan dan

nasabah pada tahun 1998–2009.

Kondisi yang

Menekan

Nilai-Nilai Keputusan &

Kebijaksanaan

Tingkat

Kepastian

Kepribadian

Peraturan

Pertimbangan

Politik

Kualitas Informasi

Page 93: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

92

Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif, sehingga teknik pengambilan data

yang digunakan adalah wawancara (Interview)

dan dokumentasi. Sementara teknik analisis

yang digunakan untuk mengestimasi jumlah

karyawan adalah teknik regresi linier

sederhana. Teknik Regresi ini merupakan salah

satu metode kuantitatif dalam memprediksi

jumlan karyawan/SDM. Teknik ini

dipergunakan dengan terlebih dahulu

menganalisis korelasi antara variabel SDM

dengan salah satu variabel yang bersifat

kantitatif dalam pelaksanaan perusahaan untk

mewujudkan tujuan oerganisasi/perusahaan.

Diantarannya adalah variabel produktivitas,

pendapatan, beban kerja, biaya produksi dan

lain-lain.

Teknik ini veriabel yang akan diprediksi

atau prediktor harus memiliki hubungan yang

signifikan dengan variabel lainnya, telah teruji

sebagai dua variabel yang saling berhubungan

atau berkorelasi positif (mempunyai korelasi

tinggi). Untuk itu teknik regresi harus

didahului dengan perhitungan korelasi untuk

mengetahui apakah variabel yang akan

diprediksi atau prediktor (Y) berupa jumlah

karyawan (SDM) yang benar-benar memiliki

hubungan yang signifikan dengan variabel

kriterium (X) yang berupa jumlah nasabah.

Perhitungan korelasi harus dilakukan lebih

dahulu karena Teknik regresi untuk

memprediksi hanya dapat digunakan apabila

antara variabel prediktor dengan variabel

kriterium, telah teruji sebagai dua variabel

yang saling berhubungan secara pararel/sejajar

atau berkorelasi positif (+). Jika korelasinya

ternyata negatif (-) atau tidak

berkorelasi/berhubungan (nol atau mendekati

nol), maka tidak dapat dilakukan prediksi

dalam arti tidak ada gunanya melanjutkan

dengan perhitungan regresi.

Prediksi kebutuhan karyawan dengan

perhitungan regresi hanya dapat dilakukan jika

variabel prediktor telah teruji memiliki

hubungan positif dengan variabel kriterium.

Menentukan korelasi menggunakan rumus

angka kasar (raw score) dari Pearson, akan

tetapi dalam penelitian ini menggunakan alat

analisis dari melalui komputer yakni Program

SPSS. Kriteria pengujian dari hasil analisis

korelasi dari Program SPSS sebagai berikut:

a) Hubungan Negatif jika = r hitung ≤ r

tabel, atau

Sig. ˃0,05

b) Hubungan Positif jika = r

hitung ˃r tabel, atau

Sig. ≤ 0,05

Selanjutnya untuk menguji model

koefisien regresi ini menggunakan dan dilihat

dari hasil t hitung dan R Square, sehingga

untuk memprediksi perencanaan jumlah

permintaan (demand) SDM harus digunakan

perhitungan regresi sederhana melalui program

SPSS.

Hasil persamaan regresi nantinya akan

digunakan untuk mengevaluasi jumlah

karyawan (SDM) yang efektif ditahun 2009

dan digunakan untuk memprediksi jumlah

karyawan yang efektif pada tahun 2010,

selanjutnya dapat ditentukan strategi-strategi

yang tepat guna pemenuhan kebutuhan jumlah

karyawan (SDM) di PD. BPR Bank Gresik

yang sesuai dengan hasil perencanaan

(proyeksi) tahun 2010 tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Efektifitas Jumlah Karyawan Tahun

2009, Memperhatikan permasalahan yang ada

pada penelitian ini dan mengacu pada rumusan

masalah yang pertama, maka akan

menggunakan alat analisis metode teknik

regresi dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 1 Hasil Perhitungan Metode Regresi

Model/Uraian Koefisien

R Square B t hitung Sig.

Konstanta (a) 5,251 6,011 0,000 0,809

Variabel (b) 0,002139 6,508 0,000

Berdasarkan Tabel 1. tersebut maka dapat

dilakukan perhitungan dan prediksi kebutuhan

karyawan dengan persamaan sebagai berikut:

Y = 5,251 + 0,002139X

Kemudian persamaan tersebut digunakan

untuk mengevaluasi efektifitas jumlah

karyawan PD. BPR Bank Gresik pada tahun

2009, PD. BPR Bank Gresik saat ini

Page 94: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

93

mempunyai jumlah karyawan (Y) sebanyak 14

orang dan jumlah nasabah (X) sebanyak 4.736

nasabah. Berikut hasil analisisnya dengan

metode regresi:

Y = 5,251 + 0,002139X

= 5,251 + 0,002139(4.736)

= 5,251 + 10,789

= 16,04 dibulatkan 16 orang

Sedangkan tahun 2009 jumlah karyawan

yang dimiliki PD. BPR Bank Gresik sebanyak

14 orang, berarti kebutuhan jumlah karyawan

kurang efektif karena terdapat kekurangan

sebanyak dua orang yang seharusnya 16

karyawan.

Analisis Perencanaan Jumlah Karyawan

Tahun 2010, Perencanaan (proyeksi) jumlah

kebutuhan karyawan pada tahun 2010 di PD.

BPR Bank Gresik dengan metode regresi dari

hasil persamaan, maka prediksi kebutuhan

jumlah karyawan terlebih dahulu dengan

menetapkan jumlah nasabah yang akan

diharapkan, menurut Kepala Bagian Marketing

tahun 2010 menargetkan petumbuhan 50% dari

jumlah nasabah pada tahun 2009 yakni 7.104

nasabah baik sebagai debitur, kreditur dan

deposito, hal ini didasarkan pencapaian pada

tahun 2009. Berikut perhitungan prediksi

jumlah karyawan pada tahun 2010:

Y = 5,251 + 0,002139X

= 5,251 + 0,002139(7.104)

= 5,251 + 15,195

= 20,44 dibulatkan 20 orang

Berdasarkan perhitungan prediksi

kebutuhan jumlah karyawan pada PD. BPR

Bank Gresik dengan metode regresi pada tahun

2010 memerlukan 20 orang karyawan dalam

menjalankan usahanya untuk mencapai target

yang direncanakan, berarti kebutuhan jumlah

karyawan masih kurang dan memerlukan

penambahan karyawan sebanyak enam orang,

karena pada saat ini PD. BPR Bank Gresik

memiliki karyawan sebanyak 14 orang.

Strategi Perencanaan Karyawan Yang

Efektif Tahun 2010, Berdasarkan hasil

perhitungan yang telah dilakukan dengan

metode regresi dapat diketahui bahwa PD. BPR

Bank Gresik pada tahun 2010 memerlukan

penambahan jumlah karyawan sebanyak enam

orang pegawai karena masih memiliki 14

karyawan. Menurut Handoko (2001;59-60)

sebuah perusahaan mengalami kekurangan

karyawan maka dapat dilakukan penambahan

karyawan dapat melalui sumber internal dan

eksternal, suplai internal berasal dari para

karyawan yang ada sekarang, karyawan tersebut

dapat dipromosikan, dipindah atau didemosi

untuk memenuhi kebutuhan yang kosong.

Sumber suplai eksternal terdiri dari orang-orang

dalam pasar tenaga kerja, ini mencakup orang-

orang yang belum kerja dan para karyawan

organisasi-organisasi lain.

Kepala Bagian Umum dan Personalia PD.

BPR Bank Gresik juga menyampaikan, “Seiring

dengan perkembangan perusahaan perlu adanya

perencanaan karyawan yang efektif dan

penambahan karyawan agar sesuai dengan

struktur organisasi dan uraian tugasnya masing-

masing”. Pada tahun 2010 PD. BPR Bank

Gresik mempunyai rencana pengadaan

karyawan yang sudah mulai berjalan dan sesuai

dengan kesepakatan para manejemen dan

jajaran Direksi, penambahan karyawan dari

suplai ekternal yakni membuka kesempatan

kerja sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi

yang ditentukan.

Prediksi permintaan SDM di lingkungan

sebuah perusahaan pada dasarnya disebabkan

oleh berbagai alasan atau sebab-sebab tertentu.

Prediksi yang dilakukan tanpa alasan tidak akan

menghasilkan SDM yang mampu bekerja

secara efektif dan efisien, untuk memberikan

konstribusi pada PD. BPR Bank Gresik dalam

mencapai tujuan strategik dalam mencapai visi

dan mewujudkan pelaksanaannya berupa

misinya. Perencanaan SDM harus didasarkan

pada alasan yang kuat untuk memastikan bahwa

permintaan dapat mendayagunakan secara

efektif dan efesien. Alasan atau sebab yang

paling penting adalah kekurangan SDM dalam

melaksanakan perencanaan bisnis sehingga

banyak kegiatan yang tertunda atau tidak

terselesaikan. Menurut Nawawi (2005;148 –

172) sebab-sebab atau alasan perusahaan

menambah karyawan sebagai berikut:

1. Faktor Internal

a. Faktor Rencana Strategik (RENSTRA)

dan Rencana Operasional (RENOP).

Menurut Kepala Bagian Umum dan

Personalia, “Setiap posisi yang terdapat

pada struktur organisasi mempunyai

uraian tugas masing-masing, sehingga

harus benar-benar terisi oleh karyawan

agar dapat melaksanakan sesuai dengan

fungsi pokok setiap posisi”.

Memperhatikan misi yang dimiliki oleh

PD. BPR Bank Gresik, pada tahun 2010

Page 95: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

94

perlu dilakukan penambahan karyawan

untuk posisi yang masih kosong,

sehingga upaya untuk mewujudkan

misi PD. BPR Bank Gresik bisa

berjalan secara efektif sesuai dengan

tujuan.

b. Faktor Prediksi Produk

Prediksi produk pada dasarnya

merupakan prediksi laba dengan

menggunakan jumlah dan kualitas

SDM, sehingga kemampuan untuk

memasarkan dapat ditingkatkan dimasa

depan berdampak pada peningkatan

laba (Soeprihanto dan Sumarni,

2003;261–262). Menurut Kepala

Bagian Operasional, “Pada tiga tahun

terakhir jumlah nasabah mengalami

peningkatan baik produk penghimpun

dana maupun penyalur dana, terutama

pada nasabah penghimpun dana

mengalami peningkatan yang signifikan

khususnya pada tahun 2009”. Tingkat

produktivitas berupa jumlah nasabah

pada setiap tahunnya telah mengalami

peningkatan baik sebagai kreditur

maupun debitur PD. BPR Bank Gresik,

sehingga perencanaan karyawan harus

lebih diperhatikan untuk memberikan

pelayanan yang cepat terhadap nasabah

dan dapat menjalankan sesuai dengan

RENOP.

c. Faktor Pembiayaan SDM

Prediksi permintaan dalam perencanaan

SDM sangat dipengaruhi oleh anggaran

atau pembiayaan SDM yang dapat

disediakan perusahaan dari laba

kompetitif yang berkelanjutan.

Pembiayaan pada PD. BPR Bank

Gresik yang berkaitan dengan

pengadaan karyawan secara umum

sudah terpenuhi karena setiap tahunnya

telah mempunyai anggaran biaya yang

telah disepakati, sehingga dalam

pengadaan karyawan akan disesuaikan

dengan rencana penambahan pada

tahun tersebut. Menurut Kepala Bagian

Umum dan Personalia, “Faktor

pembiayaan dalam pengadaan

karyawan tergantung dari hasil yang

disepakati dalam rapat tahunan,

pembiayaan tersebut termasuk untuk

tim yang bertugas melaksanakan proses

pengadaan sehingga pembiayaan dalam

penambahan karyawan tidak

bermasalah”. Pembiayaan yang berupa

gaji pada pegawai juga sudah

dilaksanakan dengan strategi yang baik

yakni terlihat pada struktur organisasi

yang flat, nampak pembiayaan untuk

manajer menengah/lini sudah efisien.

Anggaran pengadaan karyawan pada

tahun 2010 telah disepakati empat

karyawan, sehingga dua karyawan

dapat dilakukan melalui kerjasama

dengan lembaga pendidikan (Magang).

d. Faktor Pembukaan Bisnis Baru

Bisnis baru dalam sebuah organisasi

berarti pengembangan secara

organisasional, kondisi ini dilakukan

apabila dari hasil survey pasar

diperoleh informasi terdapat kosumen

dalam jumlah yang cukup besar.

Pengembangan usaha baru akan

berdampak pada pemenuhan kebutuhan

karyawan berupa penambahan SDM,

karena terjadi penambahan pekerjaan

dan bahkan bertambahnya jabatan baru.

Menurut Kepala Bagian Operasional

“PD. BPR Bank Gresik saat ini masih

bisa menjalankan operasionalnya

dengan melayani nasabah secara

keseluruhan dengan baik, cepat dan

tidak ada masalah masalah yang

berarti” serta Kepala Bagian Marketing

menegaskan “Meskipun para nasabah

yang tempat tinggalnya jauh mereka

tidak mengeluhkannya, berdasarkan

jumlah nasabah masih bisa terjangkau

oleh para FO/AO untuk melakukan dan

menyelesaikan nasabah yang

bermasalah”. PD. BPR Bank Gresik

pada tahun 2010 belum ada

penambahan usaha baru yang berada

didaerah tertentu, hal ini didasarkan

pada prosedur tambahan yang cukup

memerlukan waktu dan biaya serta

kemampuan untuk melayani para

nasabahnya. Perencanaan SDM dalam

kaitannya pengembangan usaha baru

pada PD. BPR Bank Gresik di tahun ini

tidak perlu dilakukan karena masih

cukup untuk melayani para nasabahnya.

e. Faktor Desain Organisasi dan Desain

Pekerjaan

Struktur organisasi yang terdiri dari

unit-unit kerja disebut devisi,

Page 96: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

95

departemen ataupun bagian yang

tersusun secara vertikal dan horizontal,

pada tahap awal berpengaruh pada

prediksi jumlah manajer yang harus

dipekerjakan. Struktur organisasi PD.

BPR Bank Gresik menunjukkan masih

ada posisi yang kosong yakni di Bagian

Operasional dan Bagian Umum dan

Personalia. Kepala Bagian Umum dan

Personalia mengemukakan, “Nampak

pada struktur perusahaan pada Bagian

Operasional satu orang merangkap dua

jabatan yakni Kepala Bagian

Operasional dan Pembukuan, serta pada

Bagian Umum dan Personalia juga

sama satu orang menjalankan dua

fungsi posisi yakni Kepala Bagian

Umum dan Personalia merangkap

posisi sebagai Staf Personalia dan Staf

Umum diisi oleh seorang karyawan

sebagai keamanan”.

PD. BPR Bank Gresik seharusnya

mengisi kekosongan posisi/jabatan

yang ada pada struktur organisasi

sehingga pada tahun 2010 perlu

diadakan penambahan karyawan dalam

mencapai pemenuhan kebutuhan

karyawan yang efektif.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Ekonomi Nasional

Faktor ini pada dasarnya berupa kondisi

dan kecenderungan pertumbuhan

ekonomi dan moneter nasional dan

internasional yang berpengaruh pada

kegiatan bisnis setiap dan semua

perusahaan. Pengaruh yang potensial

terjadi adalah kondisi ekonomi/moneter

internasional berpengaruh pada trend

pertumbuhan ekonomi nasional dan

tidak pernah terjadi sebaliknya.

Beberapa bentuknya adalah kondisi

ekonomi dan moneter internasional

yang berpengaruh pada meningkatnya

atau menurunya pertumbuhan ekonomi

dan moneter nasional, tinggi rendahnya

atau tingkat penghasilan penduduk (in-

come perkapita), inflasi, nilai tukar

rupiah terhadap US Dollar (valuta

asing) yang berfluktuasi dengan

kecenderungan terus melemah, krisis

ekonomi dan krisis moneter,

menurunnya daya beli masyarakat yang

sangat besar pengaruhnya pada

kemampuan perusahaan dalam

memepertahankan dan

mengembangkan eksistensinya.

Dampak kondisi pertumbuhan ekonomi

internasional dan kondisi nasional pada

RENSTRA dan RENOP tersebut, bagi

sebuah perusahaan langsung

berpengaruh pada prediksi permintaan

SDM, baik jumlah kualifikasinya dalam

perencanaan SDM.

Sehubungan dengan keadaan

ekonomi yang terjadi sekarang, dimana

nilai tukar rupiah masih stabil dan

peranan pemerintah dalam upaya

peningkatan perekonomian Indonesia

yang tertuang pada program kabinet

untuk memperbaiki perekonomian

Indonesia. PD. BPR Bank Gresik akan

menjalankan usaha dengan lancar dan

baik seperti yang tertuang pada

RENSTRA dan RENOP, apabila akan

melakukan penambahan karyawan

dalam situasi ini tidak ada masalah

sehingga mengarahkan pada

kesempatan untuk meningkatkan

produktivitas dan memperluas

pemasaran produk..

b. Faktor Sosial, Politik dan Hukum

Faktor ini tercemin dalam kondisi

kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara di wilayah domestik

tempat menjalankan operasional

bisnisnya. Kondisi ketiga aspek

kehidupan ini secara umum

berpengaruh pada keinginan atau

kebutuhan anggota masyarakat dalam

mengkonsumsi produk yang dihasilkan

baik barang maupun jasa. Faktor sosial

sebagai kondisi kehidupan bersama di

lingkungan masyarakat yang

menggambarkan merata atau tidaknya

tingkat kesejahteraan anggotanya

sebagai hasil interaksi sosial individu,

kelompok termasuk juga organisasi

bisnis, kondisi tersebut akan

berpengaruh pada prediksi permintaan

SDM karena kondisi sosial pada suatu

wilayah berpengaruh pada produksi dan

hasil penjualan setiap dan semua

perusahaan (Nawawi, 2008;161).

Faktor politik menyangkut sikap

pemerintah terhadap peraturan

perusahaan, ketenagakerjaan dan

Page 97: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

96

kesejahteraan sosial, perusahaan akan

memberikan tunjangan kesehatan,

asuransi atau penyediaan dana pensiun

berdasarkan peraturan dari pemerintah.

Menurut Handoko (2001;56)

pemerintah mampu memberikan rasa

aman baik secara fisik maupun psikis

akan berdampak pada pelaku bisnis

yang akan memperluas dan

mengembangkan perusahaan, kondisi

ini akan diikuti meningkatnya

kebutuhan untuk menambah tenaga

kerja (SDM) yang harus diprediksi

pada perencanaan SDM yang tepat.

Faktor hukum berkaitan dengan

ketentuan kebijakan untuk memberikan

perlindungan bagi para pekerja untuk

mendapatkan hak dan kewajiban secara

proposional, posisi yang sama dan tidak

ada perbedaan disisi hukum

(Soeprihanto dan Sumarni, 2003;363).

Ketentuan hukum di Indonesia tertera

pada Hubungan Industrial Pancasila

yang realisasinya melalui pembuatan

undang-undang, peraturan pemerintah,

keputusan presiden dan keputusan

menteri dalam kaitannya bidang bisnis

yang tidak boleh bertentangan dengan

Pancasila. Ketentuan hukum akan

berpengaruh terhadap prediksi

permintaan SDM didalam perencanaan

SDM, karena pengembangan eksistensi

perusahaan tergantung pada

kemampuan perusahaan mematuhinya.

PD. BPR Bank Gresik dalam

kondisi ini stabil dari faktor sosial,

politik maupun hukum, karena sudah

menjalankan sesuai dengan ketentuan

peraturan pemerintah dan PD. BPR

Bank Gresik merupakan satu-satunya

perusahaan perbankan milik

Pemerintah Daerah (PD) sehingga akan

meningkatkan kinerjanya sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan konsumen

(nasabah) serta mempengaruhi

peningkatan pelayanan baik dari sisi

nasabah maupun kesejahteraan

karyawan.

c. Faktor Ilmu dan Teknologi.

Ilmu dan Teknologi yang pesat

kemajuannya banyak ditemukan, para

ilmuan di lingkungan lembaga

Perguruan Tinggi dan penemuan baru

yang berhubungan lansung maupun

tidak langsung pada operasional usaha

diantaranya berupa peralatan kerja yang

canggih akan berpengaruh pada

kecepatan dan kualitas proses

operasional dalam bentuk teknologi

untuk mendesain produk, meningkatkan

efesiensi kerja, produktivitas dan

kualitas produk, termasuk juga

teknologi. Suatu perusahaan

memerlukan IT (Ilmu Teknologi)

sebagai faktor utama untuk

melaksanakan operasional perusahaan

dan memberikan pelayanan yang sesuai

dengan kebutuhan maupun keinginan

konsumen yang terus menerus

menuntut perbaikan kualitas

(Soeprihanto dan Sumarni, 2003;220).

Perusahaan harus secara cepat

melakukan adaptasi perubahan,

perkembangan dan kemajuan ilmu dan

teknologi. Menurut Kepala Bagian

Operasional, “PD. BPR Bank Gresik

selalu berupaya untuk mengidentifikasi

perubahan dan kecanggihan ilmu

teknologi melalui unit kerja EDP, hal

ini akan lebih bisa bersaing dengan

perusahaan perbankan lainnya”. Usaha

untuk mengadaptasi kecanggihan

teknologi tersebut berpengaruh

langsung pada prediksi permintaan

SDM terutama dari segi kualifikasinya

dalam membuat perencanaan SDM.

PD. BPR Bank Gresik setidaknya

sudah mengadaptasi kecanggihan

teknologi seperti yang dilakukan oleh

perusahaan lainnya, terbukti dengan

membentuk unit kerja EDP (Electronic

Department Processing) yang

mempunyai fungsi pokok mengawasi

dan bertanggung jawab atas pekerjaan

yang berkaitan dengan perangkat lunak

(software) dan perangkat keras

komputer serta peralatan elektronik

lain, penggunaan alat tersebut dapat

mendukung operasionalnya dalam

meningkatkan pelayanan yang sesuai

dengan harapan nasabah dan menuntut

untuk melakukan perbaikkan secara

terus menerus dari semua aspek.

d. Faktor Ketenagakerjaan

Faktor ini adalah kondisi tenaga kerja

(SDM) yang dimiliki perusahaan

Page 98: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

97

sekarang dan prediksinya dimasa depan

yang berpengaruh pada permintaan

tenaga kerja baru.

Kondisi tersebut dapat diketahui

dari hasil audit SDM dan Sistem

Informasi SDM (SISDM) sebagai

bagian dari Sistem Informasi

manajemen (SIM) sebuah perusahaan.

Beberapa dari faktor ini adalah:

1) Jumlah, waktu dan kualifikasi

SDM yang pensiun harus

dimasukan dalam prediksi sebagai

pekerjaan/jabatan kosong yang

harus dicari penggantinya;

2) Prediksi jumlah dan kualifikasi

SDM yang akan berhenti/keluar

dan PHK sesuai dengan

Kesepakatan Kerja Bersama

(KKB) atau kontrak kerja, yang

harus diprediksi calon

penggantinya untuk mengisi

kekosongan pada waktu yang

tepat, baik yang bersumber internal

maupun eksternal; dan

3) Prediksi karyawan yang meniggal

dunia, perusahaan yang telah

memiliki jumlah SDM besar

seharunya memiliki Sistem

Informasi SDM yang akurat.

Prediksi ini dilakukan karena

kemungkinan terjadi diluar

kekuasaan manusia atau tidak

tergantung usia, mungkin saja

dialami oleh pekerja yang relatif

masih muda.

Handoko (2001;57) data masa lalu

tentang faktor ketersediaan karyawan

(pensiun, permohonan berhenti, PHK

dan kematian) dan trend

perkembangannya bisa berfungsi

sebagai pedoman perencanaan SDM

yang akurat. Prediksi jumlah dan

kualifikasi SDM yang akan

dipromosikan dan pindah internal

(rotasi), penting dilakukan karena

jabatan/pekerjaan yang ditinggalkannya

menjadi kosong dan perlu diisi baik

dari SDM internal maupun eksternal.

Pada tahun 2010 para karyawan juga

belum ada yang pensiun sehingga tidak

perlu penambahan karyawan yang

berkaitan dengan kekosongan jabatan

akibat pensiun, kegiatan operasional

PD. BPR Bank Gresik tidak mengalami

hambatan yang berarti terutama dalam

kaitannya dengan kebutuhan

ketersediaan karyawan.

Berdasarkan analisis data yang telah

diuraikan, hasil pengujian dengan metode

regresi dapat diketahui kondisi jumlah

karyawan di PD. BPR Bank Gresik pada tahun

2009 kurang efektif karena jumlah karyawan

yang dimiliki oleh PD. BPR Bank Gresik 14

orang karyawan, sementara dari perhitungan

seharusnya memiliki jumlah karyawan

sebanyak 16 orang karyawan sehingga ada

kekurangan dua karyawan.

Prediksi (perencanaan) karyawan pada

tahun 2010 hasil perhitungan teknik regresi

sebanyak 20 orang karyawan sedangkan jumlah

karyawan yang dimiliki PD. BPR Bank Gresik

sebanyak 14 karyawan sehingga ada

kekurangan jumlah karyawan sebanyak enam

orang karyawan. Kekurangan jumlah karyawan

tersebut, PD. BPR Bank Gresik dapat

melakukan penambahan karyawan melalui

rekrutmen dari eksternal perusahaan karena dari

internal belum tersedia dan masih ada

kekurangan/kekosongan posisi. Keputusan

penambahan karyawan dengan memperhatikan

sebab-sebab permintaan SDM dalam membuat

strategi pemenuhan jumlah karyawan yang

efektif, baik dari faktor internal, faktor eksternal

perusahaan dan faktor ketenagakerjaan.

Adanya kekurangan karyawan pada tahun

2010 sebanyak enam karyawan maka

perusahaan harus ada perekrutan untuk

pemenuhan kebutuhan karyawan pada PD. BPR

Bank Gresik, ada beberapa strategi yang dapat

dilakukan antara lain:

1. Strategi pertama penambahan karyawan

dengan rekrutmen eksternal sesuai dengan

kekurangan yang dibutuhkan oleh PD.

BPR Bank Gresik sebanyak enam

karyawan, karena ini satu-satunya pilihan

untuk pemenuhan kebutuhan karyawan;

dan

2. Strategi kedua dengan cara melakukan

kerjasama dengan lembaga pendidikan

seperti universitas, akademik maupun

sekolah kejuruan untuk menempatkan

anak didiknya untuk magang di PD. BPR

Bank Gresik. Cara ini diharapkan tugas

atau beban kerja pada bagian yang belum

terisi oleh karyawan dapat dikerjakan oleh

peserta magang dan perusahaan tidak akan

Page 99: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

98

mengeluarkan biaya yang terlalu besar

baik dari pembiayaan gaji maupun

pembiayaan proses pengadaan karyawan.

PENUTUP

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

melalui alat analisis metode regresi dalam

pemenuhan kebutuhan jumlah karyawan yang

efektif dan analisis deskripsi terhadap hasil

metode regresi dapat diketahui:

1. PD. BPR Bank Gresik pada tahun 2009

kebutuhan jumlah karyawan kurang efektif

karena diketahui jumlah karyawan yang

dimiliki sebanyak 14 orang karyawan,

tetapi hasil dari analisis metode regresi

sebanyak 16 orang karyawan sehingga

terjadi kekurangan dua orang karyawan.

2. Diketahui dari hasil prediksi jumlah

karyawan yang efektif di PD. BPR Bank

Gresik pada tahun 2010 sebanyak 20

karyawan, sementara yang dimiliki hanya

14 orang karyawan. Perlu dilakukan

perekrutan karyawan sebanyak enam orang

karyawan terutama untuk mengisi

posisi/jabatan yang kosong yakni Staf

Personalia, Staf Umum dan Pembukuan

serta penambahan pada posisi Teller untuk

mempercepat pelayanan dan dua orang

karyawan pada Bagian Marketing dalam

upaya mendukung pencapaian target dan

memperluas pemasaran produk.

3. Analisis metode regresi dapat digunakan

untuk mengetahui berapa seharusnya

jumlah karyawan yang harus dimiliki PD.

BPR Bank Gresik agar menjadi efektif.

4. Strategi dalam pemenuhan karyawan

dengan rekrutmen secara eksternal dan

untuk menghemat pembiayaan PD. BPR

Bank Gresik memberi kesempatan magang

bagi mahasiswa maupun siswa

kejuruan/sederajat.

Setelah mengetahui kesimpulan dalam

penelitian ini, maka selanjutnya dapat

disampaikan rekomendasi yang berguna bagi

PD. BPR Bank Gresik yang berkaitan dengan

perencanaan jumlah karyawan yang efektif

adalah sebagai berikut:

1. PD. BPR Bank Gresik diharapkan dapat

melakukan perencanaan jumlah karyawan

yang harus direkrut dengan menggunakan

teknik analisis yang telah digunakan dalam

penelitian ini yakni metode regresi, hasil

penelitian dapat digunakan sebagai acuan

untuk perencanaan pemenuhan kebutuhan

jumlah karyawan untuk tahun ini dan tahun

selanjutnya.

2. PD. BPR Bank Gresik bila akan

melakukan perekrutan karyawan maka

harus melihat beberapa faktor-

faktor/sebab-sebab yang

mempengaruhinya antara lain: faktor

internal meliputi, Faktor Rencana Strategik

(RENSTRA) dan Rencana Operasional

(RENOP), pembiayaan, prediksi produk,

pembukaan bisnis baru, desain organisasi

dan desain pekerjaan; faktor eksternal

antara lain faktor ekonomi nasional dan

internasional, sosial politik dan hukum,

ilmu dan teknologi; dan faktor

ketenagakerjaan.

3. PD. PBR Bank Gresik sebaiknya

melakukan penambahan karyawan pada

tahun 2010 sebanyak enam untuk mengisi

kekosongan yang ada pada struktur

organisasi yang telah dibuat dan

penambahan dalam mendukung kagiatan

usahanya terutama di Bagian Operasional

dan Bagian Marketing sehingga RESTRA

dan RENOP PD. BPR Bank Gresik bisa

berjalan sesuai dengan tujuan organisasi

yang tertuang dalam visi maupun misi.

Memperhatikan kondisi PD. BPR Bank

Gresik lebih efektif melakukan rekrutmen

malalui suplai eksternal.

4. Melakukan kerjasama dengan lembaga

pendidikan untuk menempatkan anak

didiknya magang di PD. BPR Bank Gresik,

diharapkan tugas atau beban kerja pada

bagian tertentu yang belum terisi karyawan

dapat dikurangi dan perusahaan tidak akan

mengeluarkan biaya yang terlalu besar

baik dari pembiayaan gaji maupun

pembiayaan proses pengadaan karyawan.

5. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

meneliti obyek/perusahaan berskala

menengah keatas dan pada Bagian atau

Divisi tertentu menggunakan metode yang

lainnya serta mengitegrasikan baik secara

kuantitatif maupun kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Amsyah, Drs. Zulkifli, 2005, Manajemen

Sistem Informasi, cetakan kelima,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Aziz, Irfan, 2009, Proyeksi Kebutuhan

Karyawan yang Efektif di PT. Karya

Page 100: WIWIN ERNAWATI RAHMAT AGUS SANTOSO - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/17/jipptumg--vol2nomer2-833-1... · kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan mendasar manusia berupa

99

Agung, Fakultas Ekonomi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Gresik.

Handoko, T. Hani, 2001, Manajemen

Personalia dan Sumber Daya Manusia,

Edisi kedua , BPFE, Yogyakarta.

Hermawanto, 2008, Analisis Pelaksanaan

Perencanaan Sumber Daya Manusia di

PT. DAN Liris Grogol Sukoharjo Tahun

2008, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, http://digilib.fkip.uns.ac.id/

Indriantoro, Nur dan Supomo, 2002,

Metodologi Penelitian: Akuntansi dan

Manajemen, BPFE, Yogyakarta.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2008,

Perencanaan dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia, cetakan ketiga,

Refika Aditama, Bandung.

Muhtar, Entang Adhy, Drs., 2009, Strategi

Perencanaan Sumber Daya Manusia

yang Efektif,

http://www.google.co.id/perencanaan+sd

m/html.

Nawawi, Hadari, 2005, Perencanaan SDM

untuk Organisasi Profit yang Kompetitif,

cetakan ketiga, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

Soeprihanto, John dan Murti Sumarni, 2003,

Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi

Perusahaan), edisi kelima, Liberty,

Yogyakarta.

Suharjo, Bambang, 2008, Analisis Regresi

Terapan dengan SPSS, cetakan pertama,

Graha Ilmu, Yogyakarta.

Suliyanto, SE. M.Si, 2006, Metode Riset Bisnis,

Andi Offset, Yogyakarta.

Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni, 2006,

Metode Penelitian Bisnis, Andi Offset,

Yogyakarta.