3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen dalam Kedokteran Gigi 2.1.1 Definisi Semen Semen merupakan suatu bahan non logam yang digunakan untuk restoratif. Semen juga berfungsi sebagai perekat pada logam dan juga sebagai luting, basis, liner dan Varnis (Cralk dalam Kadariani. 2001). 2.1.2 Klasifikasi Klasifikasi semen kedokteran gigi berdasar bahan dasar yang digunakan menurut Craig et al (2006) : 1. Bahan dasar air (Water-Based Cements) : a. Zinc Phosphate Cements b. Zinc Polyacrylate/Polycarboxylate Cements c. Glass Ionomer Cements d. Resin-Modified Glass Ionomer Cements 2. Bahan dasar resin (Resin-Based Cements) : a. Composites and Adhesive Resin b. Compomers 3. Bahan dasar minyak (Oil-Based Cements) : a. Zinc Oxide-Eugenol b. Noneugenol-Zinc Oxide
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semen dalam Kedokteran Gigi
2.1.1 Definisi Semen
Semen merupakan suatu bahan non logam yang digunakan untuk restoratif.
Semen juga berfungsi sebagai perekat pada logam dan juga sebagai luting, basis,
liner dan Varnis (Cralk dalam Kadariani. 2001).
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi semen kedokteran gigi berdasar bahan dasar yang
digunakan menurut Craig et al (2006) :
1. Bahan dasar air (Water-Based Cements) :
a. Zinc Phosphate Cements
b. Zinc Polyacrylate/Polycarboxylate Cements
c. Glass Ionomer Cements
d. Resin-Modified Glass Ionomer Cements
2. Bahan dasar resin (Resin-Based Cements) :
a. Composites and Adhesive Resin
b. Compomers
3. Bahan dasar minyak (Oil-Based Cements) :
a. Zinc Oxide-Eugenol
b. Noneugenol-Zinc Oxide
2.1.3 Syarat Semen Kedokteran Gigi Secara Umum
Menurut Anusavice (2004) sarat semen kedokteran gigi secara umum,
diantaranya adalah sebagai berikut::
1. Semen yang digunakan di kedokteran gigi harus tidak beracun dan tidak
mengiritasi pulpa serta jaringan yang lain, agar kondisi kesehatan atau oral
hygiene tetap terjaga meskipun sedang melakukan perawatan.
2. S olubility rendah atau sifat kelarutannya rendah sehingga tidak mudah larut
dalam larutan saliva.
3
4
3. Aplikasinya harus mudah agar memudahkan operator untuk
mengaplikasikannya ke operator dan harus cepat mengeras.
4. Melindungi pulpa :
a. Rangsangan termis
b. Rangsangan kimia
c. Rangsangan galvanis
5. Dapat melekat baik pada enamel, dentin, porselen, akrilik, alloy, tetapi tidak
lengket pada alat Kedokteran Gig
6. Bakteriostatik
7. Tidak mengurangi sensitivitas dentin
8. Sifat rheological yaitu Kekentalan yang rendah (sesuai dengakebutuhan)
dan ketebalan selapis tipis (Film thickness).
2.1.4 Fungsi semen dan kegunaan semen
Semen Kegunaan Utama Kegunaan Sekunder
Seng fosfat
Seng oksida – eugenol
Polikarboksilat
Silikat
Silikofosfat
Bahan perekat untuk
restorasi dan peralatan
ortodontik
Restorasi sementara dan
menengah
Bahan perekat sementara
dan permanent untuk
restorasi, bahan penahan
panas, pelapik kavitas,
penutup pulpa.
Bahan perekat untuk
restorasi; basis penahan
panas.
Restorasi gigi anterior
Bahan perekat untuk
Restorasi jangka
menengah, basis penahan
panas.
Restorasi saluran akar
Penutup luka bedah
periodontal.
Bahan perekat untuk
perlatan ortodontik,
restorasi jangka menengh,
bahan perekat untuk
peralatan ortodontik.
5
GIC
Kalsium hidroksida
restorasi
Restorasi gigi anterior, bahan perekat untuk restorasi dan peralatan ortodontik, pelapik kavitas.
Bahan penutup pulpa (pulp capping) basis penahan panas
Penutup ceruk dan fisura,
basis penahan panas
Restorasi Sementara
2.1.5 Fungsi lain dari Semen:
a. Sebagai Perlekatan
Biokompatibilitas
Ditentukan oleh bahan restorasi tersebut pada pulpa dan jaringan
periodontal.respon pulpa dianggap penting karena keparahan iritasi di dalam
pulpa bersifat irreversibel dan kavitas bebas dari bakteri.
Sifat perlekatan
Perlekatan kimia pada dentin dan enamel untuk mendapatkan perlekatan
kimia yang baik diperlukan permukaan kavitas yang bersih karena akan
memperkecil perlekatan pada dentin dan enamel.
b. Semen sebagai Luting
pada awal abad ke 20,material kedokteran gigi yang digunakan sebagaia retensi
marginal seal pada protesa –protesa seperti inlays,onlays,crowns dan bridges
hanyalah semen oksida eugenol dan semen seng phosphate. Pada abad ke
20,material yang dapat digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi hanya
semen,oleh karena itu seng oksida eugenols memperbaiki protesa dengan
menempelkan protesa pada gigi disebut sementasi. Namun menjelang akhir abad
ke 20,mulai bermunculan variasi-variasi material kedokteran gigi yang bersifat
adhesif. Dalam perkembangannya,semen kedokteran gigi tidak hanya digunakan
dalam menempelkan protesa dengan gigi,oleh karena itu proses menempelkan
protesa pada gigi disebut sebagai luting bukan lagi sementasi.
6
Syarat Semen sebagai Luting
1. Biocompatibility
Semen yang digunakan sebagai luting biasanya diperlukan dalam
pemasangan mahkota gigi dan inlays,semen yang digunakan akan menutupi
dentin pada gigi.bahan luting tersebut nantinya juga akan menjalankan peran
yang sama dengan dentin,yakni melindungi pulpa ,makadari itu bahan
semen sebagai luting haruslah material yang biocompatibel dan tidak toksik
terhadap pulpa.Bahan luting yang baik tidak hanya melapisi seluruh
perrmukaan dentin dan protesa dengan baik,namun juga perlu material yang
bersifat anti bakteri agar pulpa terlindungi dari bakteri merugikan.
2. Retensi
Peran utama semen sebgai luting adalah menghasilkan retensi pada
restorasi.pada semen dengan bahan dasar air seperti semen seng
phosphate,retensinya diatur oleh geometri dari gigi yang telah direparasi,
kontrol pada saat insersi,dan kemampuan dalam memberikan mechanical
keying pada permukaan yang tidak rata. Kurangnya retensi merupakan
kegagalan dalam luting. Pada proses adesif bisa ditambahkan untuk
meningkatkan retensi secara signifikan dan resin adhesive technologies
Sifat Semen sebagai Luting
1. Marginal seal
2. Ketebalan (Film thickness)
3. Mudah digunakan
4. Radiopacity
5. Estetik baik
c. Semen Sebagai Basis
Basis adalah lapisan semen yang ditempatkan di bawah restorasi
permanen untuk memacu perbaikan dari pulpa yang rusak dan
melindunginya dari kerusakan. Kerusakan itu bisa dari thermal shock bila gigi
direstorasi dengan bahan logam dan kerusakan karena iritasi kimia. Basis
berfungsi sebagai tekanan selama proses kondensasi serta dapat memberi bentuk
yang structural bagi kavitas.
7
Syarat Semen sebagai Basis
Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap thermal schock
tidak dilakukan pada semua restorasi logam,hal ini tergantung pada kedalaman
kavitas yang dalam yaitu ketebalan yang tersisa kurang dari 1 mm merupakan
indikasi penggunaan basis,karena dentin yang tersisa tidak dapat bertindak
sebagai insulator panas. Kavitas yang sedang ketebalan dentin yang tersisa kurang
dari 2 mm tetapi lebih dari 1 mm memerlukan basis sebagai insulator terhadap
thermal shock. Kavitas yang dangkal yaitu ketebalan yang tersisa2 mm atau lebih
di antara lantai kavitas dan pulpa, tidak diperlukan bahan basis karena dentin yang
tersisa dapat memberikan insulator terhadap thermal schock.
Sifat Semen sebagai Basis
Tidak mengiritasi pulpa dan dapat merangsang pembentukan
dentin sekunder
Compresive strenght yang tinggi
Solubility yang rendah kaavitas atau ketebalan dentin yang tersisa.
d. Semen sebagai Liner dan Varnish
Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang tipis dan
berfungsi utamanya adalah untuk memberikan penghalang bagi iritasi
kimia. Liner tidak berfungsi sebagaii insulator terhadap thermal shock.
Varnish adalah rosin alami atau sintetik yang dilarutkan dalam
pelarut seperti etr atau chloroform yang dioleskan disekeliling kavitas.pelarut
menguap meninggalkan selapis tipis yang berfungsi untuk mengurangi
mikroleakage yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish yang ditempatkan di
bawah rstorasi logam tidak efektif sebagai insolator panas meskipun bahan
varnish merupakan penghantar panas yang rendah. (kadariani, 2001)
2.2 Macam-macam Semen
2.2.1 SEMEN SENG FOSFAT
Semen seng fosfat merupakan bahan semen tertuayang masih digunakan
sampai sekarang. Semen seng fosfat terdiri dari bubuk dan cairan. Semen ini
8
sering digunakan sebagai bahan lutting pada penggunaan material restoratif metal
maupun metal-keramik, selain itu juga sering digunakan sebagai basis amalgam
untuk melindungi pulpa dari konduksi thermal amalgam yang cukup besar (Baum,
1997).
2.2.1.1 Komposisi Semen Seng Fosfat:
Komposisi terdiri dari powder seng oksida 90% dan Magnesium 10 %
danasam phorporic, garam logam dan air sebagai liquid. Penggunaan sebagai
basis,konsistensi harus seperti dempul, campuran bubuk dan liquid dengan ratio
6:1 atau sesuai kebutuhan, membentuk adonan yang tidak cair tidak padat, aduk
dengan putaran melawan jarum jam, tempatkan adonan pada tumpatan yang telah
diberi semen eugenol sebagai subbasis. Waktu pengerasan sekitar 5-9 menit dan
kelebihan tumpatan dibuang (Phillips dalam Ricardo, R. 2004).
2.2.1.2 Sifat Semen Seng Fosfat
1. Semen seng fosfat menunjukkan daya larut yang relatif rendah didalam air
2. Pengerasan seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun dengan jaringan
keras disekitarnya atau bahan restorasi lainnya. Oleh karena itu, ikatan
utama adalah berupa kunci mekanis pada pertemuan keuda permukaan dan
bukan oleh interaksi kimia
3. Sifat biologi dari semen ini memiliki keasaman yang cukup tinggi pada saat
protesa ditempatkan pada gigi. Kemudian pH akan naik dengan cepat tetapi
masih sekitar 5,5 pada jam ke-24. Jika digunakan adukan yang encer pHh
akan lebih rendah dan akan tetap rendah pada jangka waktu yang lama
4. Sifat semen seng fosfat yang lain diantranya : meminimalkan kebocoran
mikro, memberikan perlindungan terhadap pulpa, memiliki daya anti
bakteri, rasio bubuk dan cairan mempengaruhi kecepatan pengerasan
(diputra, 2001)
2.2.1.3 Fungsi Semen Seng Fosfat:
1) Sebagai bahan tambalan sementara
Sebagai tambalan sementara, semen ini didasari oleh Seng okside yang
dicampur dengan cairan asam fosfat 50%. Bila menggunakan Seng
phosphatemaka kavitas tidak terlalu besar dan kekuatan pengunyahan yang
9
dipusatkan pada daerah gigi tersebut tidak boleh terlalu besar. Untuk menjamin
kestabilan dan kekuatan tambalan sementara serta mencegah fraktur dari sisa cups
di sekeliling kavitas yang besar, bahan ini di gunakan bersama dengan plat
tembaga lembut yang dipotong dan dibentuk yan gkemudian disemenkan di
sekliling mahkota dan tambalan sementara dengan menggunakan semen yang
sama (Smith BGN dalam Ricardo, R. 2004).
2) Sebagai Bahan Basis dan Pelapik
Sedangkan sebagai basis, digunakan dalam bentuk dempul dan bentuk
lapisan yang relative tebal untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan
untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia dan fisik serta menghasilkan penyekat
terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan selama penempatan bahan
restorative (Kidd EA dalam Ricardo, R. 2004).
3) Sebagai Bahan Perekat Inlay, Jembatan dan Pasak Inti
Sebelum memulai penyemenan, terlebih dahulu dilakukan pembersihan
dan pengeringan daerah kerja, semen fosfat dnegn slow setting dibuat dengan
menmbah bubuk dalam jumlah secukupnya dalam cairan sekitar 1-1,5 menit pada
glass slab yang dingin, semen yang telah dicampur dioleskan pada bahan
resatoratif dan dimasukkan kedalam kavitas kemudian ditekan secara intermitten
sampai posisinya benar-benar baik. Semen yang telah benar-benar mengeras,
sangat penting untuk membersihkan sisa-sisa semen di bagian proksimal dan
servikal untuk menghindari iritasi gingiva (Craig dalam Ricardo, R. 2004).
2.2.1.4 Manipulasi Semen Seng Fosfat
1. Siapakan 3-6 tetes cairan dan bubuk ke glass plate dengan perbandingan
rasio bubuk banding cairan 3:1. Semakin tinggi rasio semakin baik sifat-
sifatnya.
2. Campur bubuk dengan cairan. Campur bubuk sedikit demi sedikit. Untuk
memperoleh konsistensi yang diinginkan, suatu aturan yang baik untuk
diikuti adlah mengaduk selama 15 detik setelah setiap kali menambahkan
bubuk. Penyelesaian pengadukan biasanya membutuhkan waktu selama 1,5
menit.
10
3. Konsistensi sebenarnya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaan semen.
Untuk penggunaan sebagai basis harus mencapai konsistensi seperti pasta.
2.2.1.5 Waktu pengerasan
Waktu pengerasan seng fosfat sesuai dengan spesifikasi ADA No.9
adalah antara 5-9 menit
2.2.1.6 Faktor yang mempengaruhi waktu kerja dan pengerasan Semen Seng
Fosfat.
1. Rasio bubuk dan cairan
Waktu kerja dan pengerasan dapat ditingkatkan dengan mengurangi
rasio bubuk:cairan. Tetapi prosedur ini bukan cara yang bisa diterima
untuk memperpanjang waktu pengerasan karena tindakan ini mengganggu
sifat fisik dan menghasilkan semen dengan pH awal yang rendah.
2. Kecepatan pencampuran bubuk
Sejumlah bubuk yang secara bertahap ditambahkan pada saat pencampuran
kedalam cairan akan menambah waktu kerja dan pengerasan dengan
mengurangi jumlah panas yang ditimbulkan dan memungkinkan lebih
banyak bubuk yang bisa digabungkan dalam adukan. Karena itu cara seperti
ini merupakan prosedur yang dianjurkan untuk semen seng fosfat.
3. Temperatur alas aduk
Pendinginan alas akan memperlambat reaksi kimia antara bubuk dan cairan
sehingga pembentukan matriks juga diperlambat. Ini memungkinkan
dimasukkannya bubuk dalam jumlah optimal kedalam cairan tanpa adonan
menjadi sangat kental.
2.2.2 Zinc Okside Eugenol
Semen ini biasanya dikemas dalam bentuk bubuk dan cairan atau kadang-
kadang sebagai dua jenis pasta. Tersedia berbagai jenis formula OSE untk
restorasi sementara dan jangka menengah, pelapik kavitas, basispenahan panas,
dan semen perekat sementara serta permanen. Juga berfungsi sebagai penutup
saluran akar dan dresing periodontal. pH-nya 7 pada saat dimasukkan ke dalam
11
gigi. Semen OSE adalah salah satu bahan yang paling tidak mengiritasi dari
semua bahan gigi dan merupakan penutup yang istimewa terhadap kebocoran
(Anusavice, 2003).
Berbagai formula dan kegunaan disebutkan dalam spesifikasi ADA No.30
untuk bahan restorasi OSE, yang menyebutkan empat jenis OSE. Semen OSE
Tipe I digunakan untuk semen sementara. Tipe II digunakan untuk semen
permanen dari restorasi atau alat-alat yang dibuat di luar mulut. Tipe III
digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas. Sedangkan Tipe IV
digunakan untuk pelapik kavitas. Kegunaan yang terakhir ini menganjurkan
penggunaan bahan sebagai lapisan pada dinding pulpa untuk melindunginya
terhadap iritasi kimia dari bahan restorasi. Namun ketebalannya tidak menandai
untuk memberikan perlindungan panas pada pulpa (Anusavice, 2003).
2.2.2.1 Komposisi Zinc Oksida Eugenol
Bahan-bahan Fungsi
Powder Zinc oxide 69,0%
White rosin 29,3%
Zinc stearate 1,0%
Zinc acetate 0,7%
Magnesium oxide
Bahan utama
Untuk mengurangi
kerapuhan pada semen
Akselelator
Bereaksi dengan eugenol
Liquid Eugenol 85,0 %
Olive oil 15,0 %
Bereaksi dengan zinc
okside
Plasticizer
2.2.2.2 Fungsi Zinc Oksida Eugenol
a. Sebagai Restorasi Sementara
Bahan-bahan yang digunakan untuk restorasi sementara diharapkan
bertahan selama jangka waktu yang pendek, misalnya beberapa hari atau
paling lama beberapa minggu. Restorasi ini dapat berfungsi sebagai
perawatan restoratif sementara sambil menunggu pulpa sembuh atau sampai
tambalan jangka panjangnya selesai dibuat dan siap untuk dipasang. Semen
12
OSE Tipe I hampir secara universal digunakan untuk perawatan sedatif,
penutupan sementara, dan semen yang permanen. Karena tambalan semen ini
akhirnya akan dilepas, kekuatan maksimal yang diperbolehkan menurut
Spesifikasi ADA No.30 adalah 35 Mpa (Anusavice, 2003).
c. Sebagai Restorasi Jangka Menengah
Kadang-kadang muncul kebutuhan akan restorasi jangka menengah,
terutama pada pedodontik. Misalnya, pada pasien karies rampan yang lebih
baik membuang semua jaringan yang telah mengalami demineralisasi dari
lesi karies dengan sesegera mungkin untuk mengurangi kosentrasi bakteri
kariogenik sehingga menghentikan proses karies. Begitu penghilangan awal
dari karies selesai dijalankan dan pasien telah dialihkan ke keadaan resiko rendah
karies, dokter gigi dapat melanjutkan perawatan dengan restorasi jangka panjang.
Jarak waktu antara pembuangan jaringan karies dan penyelesaian pekerjaan
restorasi dapat beberapa bulan atau lebih lama lagi. Selama periode menunggu ini,
gigi harus dilindungi dengan jenis restorasi yang telah lama (Anusavice, 2003).
2.2.2.3 Sifat Zinc Oksida Eugenol
Sifat fisik. Seperti pada semua semen lain, rasio bubuk:cairan dari
semen OSE akan mempengaruhi kecepatan pengerasan. Semakin tinggi rasio
bubuk:cairan, semakin cepat pengerasannya. Pendinginan alas aduk akan
memper lambat waktu pengerasan kecuali temperaturnya di bawah titik
pengembunan. Di bawah titik embun ini, kondesat akan bergabung dengan
adukan dan reaksi pengerasan akan dipercepat (Anusavice, 2003).
Ukuran partikel akan mempengaruhi kekuatan. Pada umumnya,
ukuran perikel yang lebih kecil akan meningkatkan kekuatan. Penggantian
sebagai eogenol dengan asam orto-etoksibensoat berakibat peningkatan
kekuatan, seperti juga panggabungan polimer (Anusavice, 2003).
Formula OSE yang dirancang untuk berbagai kegunaan memiliki
kekuatan yang berkisar antara 3 sampai 55Mpa. Kekuatan semen OSE
tergantung pada tujuan kegunaanya dan pada formula yang dirancang untuk
tujuan tersebut (Anusavice, 2003).
13
2.2.2.4 Manipulasi bahan Zinc Oksida Eugenol
* Bubuk dalam jumlah secukupnya dan beberapa tetes eugenol
diletakkan pada glass plate
* Bubuk dan larutan eugenol diaduk sampai mencapai tekstur seperti
asta kental
* Pasta yang tercampur akan dapt dipegang tanpa melekat pada jari
* Kemudian masukkan adonan kedalam kavitas
2.2.2.5 Faktor yang mempengaruhi setting Zinc Oksida Eugenol
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi setting dari semen
oksida eugenol diantaranya:
a. Ukuran partikel
b. Rasio bubuk : cairan
c. Pendinginan alas aduk
2.2.2.6 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Semen Seng Oksida Eugenol
1. Meredakan rasa sakit
2. Basis insulatif
3. Tambalan Sementara, misalnya pada pulp capping tidak langsung
4. Sementasi inlay,crown, dan bridge
5. Karies dentin
Kontra-Indikasi : Kasus pulpa gangren atau mati. (harty, 1993)
2.2.3 Semen Seng Polikarboksilat
Di dalam pencairan bahan semen adhesif yang dapat mengikat kuat dengan
struktur gigi, seng polikarboksilat adalah system semen pertama yang memiliki
ikatan adhesif dengan struktur gigi.
2.2.3.1 Komposisi dan Kimiawi Semen Seng Polikarboksilat
Semen polikarboksilat adalah sistem bubuk-cairan. Cairannya adalah
larutan air dari asam poliakrilat atau kopolimer dari asam akrilik dengan
14
asam karboksilat lain yang tidak jenuh, misalnya asam itakonik. Berat
molekul dari poliasam berkisar antara 30.000 sampai 50.000. Konsentrasi
asam dapat bervariasi di antara satu semen dengan semen lainnya tetapi
biasanya sekitar 40%
Komposisi dan prosedur pembuatan bubuknya mirip semen seng fosfat.
Bubuknya mengandung oksida seng dengan sejumlah oksida magnesium.
Oksida stanium dapat menggantikan oksida magnesium. Oksida-oksida lain,
misalnya bismuth dan aluminium, juga dapat ditambahkan. Bubuk ini juga
dapat mengandung sejumlah kecil stannous fluorida, yang mengubah waktu
pengerasan dan memperbaiki sifat manipulasi. Unsur ini merupakan bahan
penambah yang penting karena juga meningkatkan kekuatan. Namun,
fluorida yang dilepaskan semen silikofosfat dan ionomer kaca.
2.2.3.2 Reaksi pengerasan Semen seng Polikarboksilat
Semen ini melibatkan pelarutan permukaan partikel oleh asam yang
kemudian melepaskan ion-ion seng, magnesium, dan timah, yang menyatu ke
rantai polimer melalui gugus karboksil, seperti yang digambarkan pada Gambar
25-12A. Ion-ion ini bereaksi dengan gugus karboksil dari rantai poliasam yang
ada di dekatnya sehingga terbentuk garam ikatan silang ketika semen mengeras.
Semen yang mengeras terdiri atas matriks gel tanpa bentuk di dalam mana
tersebar partikel-partikel yang tidak bereaksi. Gambar struktur mikronya mirip
dengan semen seng fosfat.
Juga ada jenis semen ini yang pengerasannya oleh air, seperti telah
dijelaskan pada Bab 24 untuk semen ionomer kaca. Poliasam adalah bubuk yang
dikeringkan dengan cara dibekukan kemudian dicampur dengan bubuk semen.
Cairannya adalah air atau larutan lemah dari NaH2PO4. Meskipun demikian, reaksi
pengerasannya adalah sama terlepas dari apakah poliasam ini dikeringkan dengan
dibekukan dan kemudian dicampur dengan air atau digunakan larutan poliasam
lemah yang konvensional sebagai cairannya.
2.2.3.3 Ikatan dengan Struktur Gigi Semen Seng Polikarboksilat.
15
Seperti telah dinyatakan sebelumnya, sifat yang menonjol dari semen
polikarboksilat adalah bahwa semen ini terikat secara kimiawi dengan struktur
gigi. Mekanismenya belum dimengerti sepenuhnya, tetapi mungkin mirip dengan
reaksi pengerasan. Seperti ditunjukkan pada Gambar 25-12B, asam poliakrilat
bereaksi melalui gugus karboksil dengan kalsium hidroksiapatit. Seperti dibahas
dalam Bab 24 yang mengacu pada semen ionomer kaca, komponen anorganik dan
homogenitas email lebih besar daripada dentin. Jadi, kekuatan ikatan dengan
email akan lebih besar daripada dengan dentin. Ini digambarkan dalam Gambar
25-13, dimana kekuatan ikatan dari semen polikarboksilat dengan email dan
dentin dibandingkan.
Ketebalan Lapisan. Ketika semen karboksilat diaduk pada rasio bubuk:
cairan yang benar, adonannya lebih kental daripada adukan semen seng fosfat.
Namun, adukan polikarboksilat diklasifikasikan sebagai pseudoplastik, dan
mengalami pengenceran jika kecepatan pengolesannya ditingkatkan (lihat Bab 3).
Secara klinis, ini berarti bahwa tindakan pengadukan dan penempatan dengan
getaran akan mengurangi kekentalan semen, dan prosedur ini menghasilkan
lapisan dengan ketebalan 25 m atau kurang.
2.2.3.4 Waktu Kerja dan Pengerasan Seemn seng Polikarboksilat.
Waktu kerja untuk semen polikarboksilat jauh lebih pendek daripada semen
seng fosfat, yaitu sekitar 2,5 menit dibanding 5 menit untuk seng fosfat. Ini
digambarkan pada Gambar 25-14 dimana kekentalan semen seng fosfat,
polikarboksilat dan ionomer kaca dicatat sebagai fungsi dari waktu. Garis datar
pada kurva mewakili waktu kerja. Penurunan temperatur reaksi dapat
meningkatkan waktu kerja yang diperlukan untuk sementasi jembatan cekat.
Sayangnya, temperatur alas aduk yang dingin dapat menyebabkan asam
poliakrilat mengental. Bertambahnya kekentalan membuat prosedur pengadukan
menjadi lebih sulit. Dianjurkan bahwa hanya bubuk yang didinginkan di lemari
pendingin.
2.2.3.5 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi :
1. Sementasi
16
2. Basis
3. Lapik pelekat
Kontra-Indikasi :
1. Perawatan pulpa
2. Kasus pulpa gangren atau mati (harty, 1993)
2.2.4 Semen Silikat
Semen Silikat dibuat dengan mencampur powder yang terbuatdari alumino
Fluoro-Silikat glass dengan liquid37% asam fosfat. Secara kimia asam
melarutkan dan menggabungkan sebagian kaca. Hal ini menciptakan suatu
matriks yang sangat keras dan rapuh. Campuran cairan semen ini sama dengan
semen Sengfosfat ,bagaimanapun ,penggunaan utama dalam kedokterangigi
adalah sebagai material yang sewarna dengan gigi. Karena matriks sangat keras,
rapuh dan kurangnya ketahanannya terhadap abrasi membatasi penggunaannya
sebagai bahan basis restorative (Martin S. 2011).
Sampai munculnya komposit resin, silikat adalah material gigi hanya
mengisi warna yang tersedia, dan satu-satunya alternatif untuk amalgam perak
sebagai (nonemas) sederhana bahan pengisi permanen. Penggunaannya terbatas
pada gigi depan ,atau daerah kerusakan tidak pada permukaan gigi belakang yang
mempunyai kekutan tekan besar (Martin S. 2011).
2.2.4.1 Keuntungan Semen Silikat
Selain warnanya ,adalah terdapat fluoride dari glass ,(komponen dari bahan
matriks karena reaksi kimia yang terlibat dalam pencampuran bubuk dengan
cairan), fluoride cenderung mencegah karies lebih lanjut disekitar margin,
(kenyataannya, merupakan karakteristik dari semua formula semen gunakanAl-Fl-
Si glass dan asam kombinasi). Masalah utama dengan semen silikat sebagai bahan
restoratif adalah tampilannya. Partikel- partikel kaca rentan terhadap tekanan,
mudah berubah warna dan kasar. Kesulitan lain adalah kerapuhan dari matriks
estetik karena menyebabkan permukaan krasing dan majinal chipping sebagai usia
restorasi dan menciptakan lebih banyak tempat potensial untuk noda untuk
memperparah (MartinS. 2011).
2.3.4.2 Fungsi Semen Silikat
17
Restorasi sementara gigi anterior (Rahmawati,D. 2011)
2.3.4.3 Komposisi Semen Silikat
Campuran dari powder Silika (SiO2), Alumina (Al2O3), senyawa fluorida,
beberapa garam kalsium dengan liquid phosphoric acid (Craig dalam Kadariani).