Page 1
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN: THYPOID ABDOMINALIS DI RUANG
BOUGENVILE PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
NISKA KURNIASIH
NIM. 14401 2017 000556
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018
Page 2
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN: THYPOID ABDOMINALIS DI RUANG
BOUGENVILE PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan
Oleh :
NISKA KURNIASIH
NIM. 14401 2017 000556
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018
Page 5
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : NISKA KURNIASIH
Nim : 14401 2017 000556
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Gangguan Sistem
Pencernaan :Thypoid Abdominalis di Ruang Bougenvile
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, Juni 2018
Yang Membuat pernyataan
NISKA KURNIASIH
Page 6
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
1. Nama lengkap : Niska Kurniasih
2. Nim : 14401 2017 000556
3. Tempat/Tanggal Lahir : Ambaipua/ 31 Agustus 1977
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
7. Alamat : Jln. Pattimura No. 84, Ds. Amoito, Kec.
Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan
B. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri : SDN 1 Angkasa, Tamat Tahun 1990 di Ambaipua
2. Sekolah Menengah Pertama : SMPN Angkasa, Tamat Tahun 1993 di Ambaipua
3. Sekolah Menengah Umum : SPK Depkes Kendari, Tamat Tahun 1996 di
Kendari
4. Sejak Tahun 2017 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Keperawatan sampai sekarang
Page 7
vii
MOTTO
Kejujuran adalah perhiasan jiwa yang lebih bercahaya daripada berlian
Page 8
viii
ABSTRAK
Niska Kurniasih “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Gangguan Sistem
Pencernaan: Thypoid Abdominalis di Ruang Bougenvile Puskesmas Lepo-Lepo
Kota Kendari”.
Dibimbing oleh Ibu Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep (xvi + 6 tabel + 3 gambar +
lampiran).
Thypoid Abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
enterica serovar typhi (S typhi) Gejala biasanya muncul 1-3 minggu setelah terkena, dan
gejala meliputi demam tinggi, malaise, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan,
sembelit atau diare, bintik-bintik merah muda di dada (Rose spots), dan pembesaran
limpa dan hati. Tujuan studi kasus ini adalah mampu melakukan Asuhan Keperawatan
pada Tn. A dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Thypoid Abdominalis di Ruang
Bougenvile Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari. Studi kasus ini dilaksanakan di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari pada tanggal 8 Juni 2018 sampai 10 Juni 2018.
Studi kasus ini dilakukan 3 metode yakni studi kepustakaan, studi kasus dan diskusi,
dengan hasil studi kasus yakni pengkajian dilakukan secara komprehensif klien
mengatakan badannya panas sudah demam dua hari dan bersifat turun naik, suhu tubuh:
39ºC, kulit teraba hangat, serta klien mengatakan selama sakit belum pernah sikat gigi,
belum pernah mandi dan di bantu keluarga saat ke kamar mandi, gigi terlihat kotor dan
lidah: kotor berselaput putih. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus ini
merupakan hasil dari analisa data dan perumusan masalah diantaranya hipertermi
berhubungan dengan penyakit dan devisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan
kelemahan. Perencanaan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada Tn. A dengan kasus gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid Abdominalis
dan pelaksanaan implementasi keperawatan dilakukan 3x24 jam dengan melibatkan
keluarga klien untuk melakukan perawatan secara mandiri terhadap klien, masalah
keperawatan yang ditemukan dapat teratasi sebagian sehingga intervensi keperawatan
tetap dipertahankan. Klien yang mampu mengidentifikasi diri dengan keadaan yang
dialaminya dapat diberikan penanganan secara dini. Evalusi dari tindakan keperawatan
yang dilakukan selama 3 hari terhitung mulai tanggal 8 juni 2018 sampai 10 juni 2018
selama 3x24 jam. Ke dua diagnosa keperawatan pada studi kasus taratasi sebagian dan
intervensi tetap dipertahankan
Kata Kunci : Thypoid Abdominalis, Asuhan Keperawatan, Sistem Pencernaan
Daftar Pustaka: 24 Literatur (Tahun 2006-2017)
Page 9
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memeberikan rahmat, hidayah, kesehatan, kekuatan, ketenangan jiwa
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid
Abdominalis Di Ruang Bougenvile Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari”. penelitian
ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
program Diploma III (DIII) pada Poltekkes Kemenkes Kendari.
Rasa hormat, terimakasih dan penghargaan kepada Ayahanda dan Almarhumah
Ibunda tercinta yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih
sayang dan pengorbanan tiada tara yang setulusnya, serta doanya demi kesuksesan studi
yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini dan juga
kepada Suami Tercinta yang tiada hentinya memberikan dukungan motivasi serta
doanya demi kesuksesan studi penulis serta Kakak dan Adik tersayang yang selalu
memberikan dukungan serta motivasi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa suatu kesuksesan dan cita-cita tidak
selamanya berjalan mulus untuk mewujudkannya. Demikian pula keterbatasan
pengetahuan yang penulis miliki masih dalam proses belajar, sehingga terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Karena itu sepatutnya penulis
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Selesainya karya tulis ilmiah
ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Page 10
x
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Ibu dr. Hasmirah selaku Kepala Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua jurusan keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari
4. Bapak Sahmad, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji I, Ibu Dewi Sartiya Rini,
M.Kep., Sp.KMB selaku penguji II, Ibu St. Muhsinah, M.Kep., Sp.KMB
selaku penguji III yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun
demi kesuksesan penulis, serta arahan perbaikan demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini.
5. Para dosen dan seluruh staff pengajar di Poltekkes Kemenkes Kendari jurusan
keperawatan atas segala ilmunya , bimbingan dan arahanya selama penulis dalam
proses hingga akhir perkuliahan
6. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari jurusan
keperawatan angkatan 2017 yang telah berjuang bersama-sama dalam suka
maupun duka untuk mencapai cita-cita sebagai perawat professional.
Kebersamaan yang kita lewati selama menuntut ilmu di Poltekkes Kemenkes
Kendari
7. Rekan-rekan kerja di Puskesmas Wua-Wua Kota Kendari yang selalu memberi
dukungan penuh.
8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak languung
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Page 11
xi
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya di Poltekkes Kemenkes
Kendari khususnya jurusan keperawatan serta mendapat Ridho Allah SWT.
Kendari, Juli 2018
Penulis
Page 12
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii
KEASLIAN PENELITIAN ........................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan ............................................................................................. 5
D. Metode Penelitian .............................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ............................................................................................................ 10
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan ................................................................ 11
C. Etiologi .............................................................................................................. 18
Page 13
xiii
D. Patofisiologi ....................................................................................................... 18
E. Manifestasi Klinis .............................................................................................. 20
F. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 20
G. Komplikasi ......................................................................................................... 21
H. Penatalaksanaan Medis ...................................................................................... 22
I. Pathway .............................................................................................................. 25
J. Fokus Pengkajian ............................................................................................... 26
K. Fokus Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 30
L. Fokus Intervensi Keperawatan .......................................................................... 37
M. Implementasi ...................................................................................................... 50
N. Evaluasi .............................................................................................................. 51
BAB III LAPORAN KASUS
A. Identitas klien ....................................................................................................... 51
B. Pengkajian .......................................................................................................... 51
C. Data Fokus ......................................................................................................... 59
D. Perumusan Masalah ........................................................................................... 60
E. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 62
F. Rencana Tindakan Keperawatan ....................................................................... 64
G. Implementasi dan Evaluasi ................................................................................ 69
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................................... 81
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................... 83
C. Intervensi Keperawatan ..................................................................................... 85
Page 14
xiv
D. Implementasi Keperawatan ............................................................................... 87
E. Evaluasi .............................................................................................................. 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 91
B. Saran .................................................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 15
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 31
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 39
Tabel 3.1 Data Fokus Pengkajian Keperawatan ................................................. 62
Tabel 3.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 63
Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan ....................................................... 67
Tabel 3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ......................................... 71
Page 16
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan ........................................... 12
Gambar 2.2 Pathway ......................................................................................... 26
Gambar 3.1 Bagan Genogram ........................................................................... 56
Page 17
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Melakukan Studi Kasus
Lampiran 2 Lembar Bimbingan KTI
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian
Page 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data World Health Organisation (WHO) memperkirakan angka
insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian
akibat Thypoid Abdominalis mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia.
Di Indonesia sendiri, penyakit Thypoid Abdominalis bersifat endemik,
menurut WHO angka penderita Thypoid Abdominalis di Indonesia mencapai
81% per 100.000 (WHO, 2013).
Profil kesehatan Indonesia tahun 2010 Thypoid Abdominalis masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diketahui dari 10 macam penyakit
menepati urutan ke-3, terbanyak dari pasien rawat inap di rumah sakit tahun
2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus dan yang meninggal 274 orang Case
Fatality Rate sebesar 0,67%. Penyakit ini tersebar di seluruh wilayah dengan
insidensi yang tidak berbeda jauh antara daerah. Diperkirakan terdapat 800
penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun
(Kemenkes RI, 2011).
Hasil laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
bahwa tahun 2011 yang menderita Thypoid Abdominalis sebanyak 991
penderita, sedangkan menurut data tahun 2012 sebanyak 1.049 orang yang
mengidap penyakit Thypoid Abdominalis selain itu ada data yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan Provinsi pada tahun 2014, pasien yang menderita
Page 19
2
demam thypoid sebanyak 1172. Kejadian penyakit Thypoid Abdominalis
meningkat dalam 5 tahun terakhir (Dinkes Provinsi Sultra, 2014).
Hasil laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Kendari tahun 2016
distribusi penderita Thypoid Abdominalis pada Puskesmas Kota Kendari
antara lain, Puskesmas Mata (18 orang), Puskesmas Benu-Benua (22 orang),
Puskesmas Kemaraya (0), Puskemas Labibia (31 orang), Puskesmas Puwatu
(0), Puskesmas Perumnas (26), Puskesmas Mekar (43 orang), Puskesmas
Lepo-Lepo (401 orang), Puskesmas Poasia (489 orang), Puskesmas Abeli (91
orang), Puskesmas Mokoau (52 orang), Puskesmas Jatiraya (56 orang) dan
Puskesmas Wua-Wua (1 orang). Dengan demikian jumlah terbanyak yang
menderita penyakit Thypoid Abdominalis yaitu berada pada puskesmas poasia
dengan jumlah penderita (489 orang) (Dinkes Kota kendari, 2016).
Hasil laporan tahunan pada tahun 2017 distribusi penderita Thypoid
Abdominalis pada Puskesmas Kota Kendari antara lain: Puskesmas Mata (14
orang), Puskesmas Benu-Benua (43 orang), Puskesmas Kemaraya (0),
Puskemas Labibia (6 orang), Puskesmas Puwatu (0), Puskesmas Perumnas (7
orang), Puskesmas Mekar (2 orang), Puskesmas Lepo-Lepo (326 orang),
Puskesmas Poasia (366 orang), Puskesmas Abeli (89 orang), Puskesmas
Mokoau (88 orang), Puskesmas Jatiraya (15 orang) dan Puskesmas Wua-Wua
(1 orang) (Dinkes Kota kendari, 2017).
Thypoid Abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella enterica serovar typhi (S typhi) (Nelwan, 2012). Menurut
Inawati (2017) Gejala biasanya muncul 1-3 minggu setelah terkena, dan gejala
Page 20
3
meliputi demam tinggi, malaise, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan,
sembelit atau diare, bintik-bintik merah muda di dada (Rose spots), dan
pembesaran limpa dan hati (Inawati, 2017).
Salah satu masalah yang timbul pada pasien demam Thypoid yaitu
hipertermia. Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seorang individu
mengalami peningkatan suhu tubuh di atas 37,8ºC peroral atau 38,8ºC
perrektal karena faktor eksternal. Hipertermi berhubungan ketika sistem
kontrol suhu normal tubuh tidak dapat secara efektif mengatur suhu internal
(Librianty, 2014).
Peran perawat dalam hal penanganan masalah kesehatan ini mencakup
4 peranan yaitu upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeuruh, hal-hal yang bias
dilakukan adalah seperti memberikan penyuluhan mengenai masalah
kesehatan, memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien maupun
masyarakat seperti memberikan informasi bagaimana melakukan pencegahan
secara dini terhadap masalah Thypoid Abdominalis dan upaya
penyembuhannya. Serta peran kita yang terakhir adalah bagaimana cara kita
memberikan pelayanan yang baik sebagai seorang perawat dalam pemulihan
kesehatan pasien atau masyarakat (Syaiful, 2015).
Pengkajian tanggal 8 juni 2018 di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
pada klien Tn. A dengan keluhan klien mengatakan sudah demam dua hari
sebelum di rawat di Puskesmas Lepo-Lepo. Bersifat turun naik demam yang
Page 21
4
dirasakan disertai pusing, sakit kepala, mual, demam yang dirasakan terjadi
pada sore hari menjelang malam dan berkurang apabila klien beristirahat dan
minum obat, namum berkurang hanya sementara, pemeriksaan tanda vital
ditemukan suhu yang tinggi yaitu 39ºC dan hasil pemeriksaan oleh dokter Tn.
A di diagnosa thypoid abdominalis.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengambil judul
Asuhan Keperawatan pada pada Tn. A dengan Gangguan Sistem Pencernaan:
Thypoid Abdominalis di Ruang Bougenvile Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan
Gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid Abdominalis di Ruang Bougenvile
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. A dengan
Gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid Abdominalis di Ruang
Bougenvile Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari.
b) Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada Tn. A dengan
Gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid Abdominalis di Ruang
Bougenvile Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari.
Page 22
5
c) Mampu membuat intervensi keperawatan pada Tn. A dengan
Gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid Abdominalis di Ruang
Bougenvile Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari.
d) Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. A dengan
Gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid Abdominalis di Ruang
Bougenvile Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari.
e) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. A dengan
Gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid Abdominalis di Ruang
Bougenvile Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam
menerapkan asuhan keperawatan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang
telah didapat selama manempuh pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat/Pasien
Sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang pelayanan
asuhan keperawatan sehingga mampu merubah perilaku masyarakat
kearah perilaku yang sehat dan bagi pasien dapat memperoleh manfaat
dari pelayanan keperawatan agar mempercepat proses penyembuhan
dan mengurangi perilaku maladaptiv pasien dari pelayanan kesehatan.
b. Institusi/Pendidikan
Page 23
6
Sebagai bahan dokumentasi atau acuan mahasiswa selanjutnya
dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
c. Rumah Sakit/Puskesmas
Sebagai bahan acuan bagi tenaga keperawatan untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam penerapan asuhan
keperawatan.
D. Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode dalam
pelaksanaan studi kasus yaitu:
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Studi Kasus
a) Tempat pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari.
b) Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2018 sampai 10
Juni 2018
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam studi kasus ini terdiri dari :
a) Studi Kepustakaan
Dengan melakukan studi kepustakaan melalu penelusuran
berbagai sumber referensi terkait dengan judul yang diambil guna
melengkapi pendahuluan, konsep dasar medik, dan konsep dasar
keperawatan.
b) Studi Kasus
Page 24
7
Merupakan kegiatan terorganisir yang bertujuan untuk bahan
dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang terdiri dari :
1) Pengkajian dan menganalisa data klien
2) Menentukan diagnosa keperawatan
3) Merencanakan intervensi keperawatan
4) Mengimplementasikan intervensi keperawatan
5) Mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan keperawatan dan
perkembangan klien.
Untuk mencapai tahap ini, maka dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan beberapa cara antara lain, pengkajian bio-psiko-sosio-
spiritual melalui:
1) Observasi
Merupakan kegiatan pengamatan terhadap objek yang akan
diamati yang berkaitan dengan perkembangan dan keadaan umu
klien.
2) Wawancara
Mengadakan wawancara langsung dengan klien dan keluarga
untuk mengetahui data subjektif klien.
3) Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik klien melalui : inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
4) Studi Dokumentasi
Page 25
8
Kegiatan berupa pengambilan data dari medical recoerd dan
hasil laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya.
5) Metode Diskusi
Pelaksanaan diskusi dilakukan dengat tenaga kesehatan yang
terkait pada perawat yang bertugas di ruang perawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan
c) Diskusi
Melakukan diskusi dengan perawat ruangan dan mahasiswa
yang terkait dengan masalah dalam studi kasus ini.
3. Sistematika Penulisan
Teknik penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara
sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu :
BAB I : Pendahuluan Pada bagian ini terdiri dari pendahuluan
dengan latar belakang, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan, dan teknik penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka yang mencakup konsep dasar medik
terdiri dari: definisi, anatomi fisiologi sistem pencernaan,
klasifikasi, etiologi, penularan, patofisiologi, manifestasi
klinik, pemeriksaan penunjang, komplikasi, penanganan
medis, pencegahan, pathway. Sedangkan konsep
keperawatan terdiri dari : pengkajian, bagan
patofisiologi, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Page 26
9
BAB III : Laporan Kasus yang memuat tentang pengamatan kasus
yang meliputi identitas klien, pengkajian, data fokus,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
BAB IV : Pembahasan kasus yaitu membandingkan antara teori
dengan kasus nyata.
BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
Page 27
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Thypoid Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna dan gangguan kesadaran (Wijayaningsih, 2013).
Thypoid Abdominalis ialah penyakit sistemik akut yang di sebabkan oleh
infeksi bakteri negatif, genus salmonella yaitu salmonella typhi yang masuk
ke dalam makanan, minuman atau bahan-bahan lain yang dicemari bakteri
tersebut (Yudi, 2008).
Thypoid Abdominalis adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus
dan terkadang pada aliran darah, yang di sebabkan oleh kuman salmonella
typhi atau salmonella paratyphi A, B dan C, yang terkadang juga dapat
menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak
menyerang usus). (Ardiansyah, 2012).
Demam typhoid atau Typhoid Fever ialah suatu sindrom sistemik
terutama disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam merupakan jenis
terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam
paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S.
paratyphi B), dan S. hirschfeldii (semula S. paratyphi C). Thypoid
Abdominalis memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik
yang lain (Widagdo, 2011).
Page 28
11
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit Thypoid
Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang manusia
khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan atau minuman
yang tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih dari satu
minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih di perburuk dengan
gangguan penurunan kesadaran.
B. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Page 29
12
1. Organ Pencernaan Utama
a. Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran
pencernaan. Terdiri atas dua bagian, bagian luar yang sempit atau
vestibula yaitu ruang diantara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan
bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi di sisi - sisinya oleh
tulang maxilaris dan Semua gigi, dan di sebuah belakang bersambung
dengan awal faring. Atap mulut di bentuk oleh palatum, dan lidah
terletak di lantainya dan terikat pada tulang hioid. Di garis tengah
terdapat lipatan membran mukosa (frenulum linguas) menyambung
lidah dengan lantai mulut. Di kedua sisi terletak papila sublingualis,
yang memuat lubang kelenjar ludah submandibularis. Sedikit external
dari papila ini terletak lipatan sublingualis tempat lubang-lubang halus
kelenjar ludah sublingualis bermuara. Selaput lendir mulut di tutupi
oleh epitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar –
kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan
pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris
(Pearce Evelyn,2009).
b. Faring dan Esofagus
Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut dan laring
(tenggorokan). Faring berupa saluran berbentuk kerucut dari bahan
membran berotot (maskulo membranosa) dengan bagian terlebar di
sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian
Page 30
13
vertebra servikal ke enam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid
tempat faring bersambung dengan esofagus. Esofagus adalah sebuah
tabung berotot yang panjangnya dua puluh sampai dua puluh lima
sentimeter, di atas di mulai dari faring sampai pintu trakea dan di
depan tulang punggung. Setelah melalui torax menembus diafragma
untuk masuk ke dalam abdomen dan menyambung dengan lambung.
Esofagus berdinding empat lapis. Di sebelah luar terdiri atas lapisan
jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas dua
lapis serabut otot, yang satu berjalan longitudinal dan yang lain
sirkuler, sebuah lapisan submukosa dan di paling dalam terdapat
selaput lendir mukosa (Pearce Evelyn, 2009).
c. Lambung
Merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari bagian
atas disebut fundus, bagian utama dan bagian bawah yang horizontal
yakni antrum pilorik. Lambung berhubungan langsung dengan
esofagus melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui
orifisium pilorik, lambung ini terletak di bawah diafragma dan di
depan pankreas, limfa menempel pada sebelah kiri fundus. Lambung
memiliki dua fungsi. Pertama fungsi motorik, yakni sebagai reservoir
yaitu menampung makanan sampai dicerna sedikit - demi sedikit dan
sebagai pencampur yakni memecah makanan menjadi partikel-partikel
kecil dan campur dengan asam lambung. Kedua fungsi sekresi dan
pencernaan yakni untuk mensekresi pepsin dan HCl yang akan
Page 31
14
memecah protein menjadi pepton, sedang amylase memecah amilum
menjadi maltose, lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan
gloserol, untuk membentuk sekresi gastrin, mensekresi faktor intrinsik
yang memungkinkan mengabsorpsi vitamin B12 usus halus yaitu di
ilieum dan mensekresi mukus yang bersifat protektif. Pada lambung
makanan berada 2-6 jam kemudian mencampur makanan dengan getah
lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0.4 %
HCl yang mengasamkan semua makanan yang bekerja sebagai
antiseptik dan desinfektan. Dalam getah lambung terdapat beberapa
enzim diantaranya pepsin yang dihasilkan oleh pepsinogen yang
berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang lebih mudah larut
dan renin yang berfungsi untuk membekukan susu atau membentuk
kasein dari karsinogen yang dapat larut.
d. Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah
meter panjang dalam keadaan hidup. Angka yang biasa di berikan
enam meter adalah penemuan setelah mati bila otot telah kehilangan
tonusnya. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ileo-
kolika tembang bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di
daerah umbilicus dan di kelilingi oleh usus besar. Usus halus terdiri
dari 3 bagian yaitu :
1) Duadenum adalah bagian pertama usus halus yang 25 cm
panjangnya, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi
Page 32
15
kepala prankeas. Satu lubang yaitu di sebut ampula
hepatoprankeatika atau ampula pateri, sepuluh sentimeter dari
vilorus.
2) Yeyunum menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus
yang selebihnya.
3) Ileum menempati tiga per lima akhir. Fungsi usus halus adalah
mencerna dan mengabsorsi khime dari lambung. Isinya yang cair
(khime) di jalankan oleh serangkaiaan gerakan peristaltik yang
cepat. Setiap gerakan lamanya satu second dan antara dua gerakan
ada istirahat beberapa second.
Terdapat juga dua jenis gerakan lain seperti berikut :
1) Gerakan segmental ialah gerakan yang memisahkan beberapa
segmen usus yang satu dengan yang lain karena diikat oleh gerakan
konstriksi serabut sikuler. Hal ini memungkinkan isi yang cair ini
sementara bersentuhan dengan dinding.
2) Gerakan penduluan atau ayunan menyebabkan isi usus
bercampuran dua cairan pencerna masuk duodenum melalui
saluran-saluran mereka yaitu empedu melalui hati dan getah
prankeas.
e. Usus besar
Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter
panjangnya adalah sambungan dari usus halus dan mulai di katup
ilekolik atau ileosekal yaitu tempat sisa makanan lewat. Kolon sebagai
Page 33
16
kantung yang mekar dan terdapat apendix vermiformis atau umbay
cacing. Apendik juga terdiri atas empat lapisan dinding yang sama
seperti usus lainya hanya lapisan submukosanya berisi sejumlah besar
jaringan limfe yang di anggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil.
Sebagian terletak di bawah sekum dan sebagian di belakang sekum
atau di sebut retrosekum. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan
menempel pada otot iliopoas. Dari sini kolon naik melalui daerah
sebelah kanan lumbal dan di sebut kolon asendens. Di bawah hati
berbelok pada tempat yang di sebut flexura hepatika, lalu berjalan
melalui peti daerah epigastrik dan umbilikal sebagai kolon transversus.
Di bawah limpa membelok sebagai kolon desendens. Di daerah kanan
iliaka terdapat belokan yang di sebut flexura sigmoid dan di bentuk
kolon sigmodieus atau kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis dan
menjadi rektum. Rektum ialah yang sepuluh sentimeter terbawah dari
usus besar, di mulai pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran
yang kira-kira tiga sentimeter panjangnya. Saluran ini berakhir ke
dalam anus yang di jaga oleh otot internal dan external.
2. Organ aksesoris
Organ aksesoris terdiri dari hati, kantung empedu, dan prankeas. Ke
tiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara
kimia.
a. Hati
Page 34
17
Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di
bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah
diafragma. Hati terbagi dalam dua belahan utama kanan dan kiri.
Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma.
Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan (fisura
tranversus). Permukaannya di lintasi oleh berbagai pembuluh darah
yang masuk keluar hati. Visura longitudinal memisahkan belahan
kanan dan kiri di permukaan bawah
b. Kantung Empedu
Merupakan sebuah kantung berbentuk terong dan merupakan
membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan disebelah
permukaan bawah hati sampai di pinggiran depannya. Panjangnya
delapan kantung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan, leher
dan terdiri dari atas tiga pembungkus yakni :
1) Sebelah luar pembungkus serosa peritoneal
2) Sebelah tengah jaringan berotot tidak bergaris.
3) Sebelah dalam membran mukosa.
c. Prankeas
Merupakan kelenjar majemuk bertandan, struknya sangat mirip
dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas sentimeter
mulai dari duodenum sampai limpa. Prankeas terdiri atas tiga bagian:
yaitu bagian kepala prankeas yang terletak di sebelah kanan rongga
abdomen dan di dalam lekukan rongga abdomen, badan prankeas yang
Page 35
18
letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama
dan ekor prankreas yang merupakannbagian yang runcing di sebelah
kiri dan menyentuh limpan (Pearce Evelyn, 2009).
C. Penyebab
Penyebab utama dari penyakit Thypoid Abdominalis adalah salmonella
enteric yang dapat hidup di lingkungan yang kering tetapi peka terhadap
klorinisasi dan plepasteurisasi. Salmonella paratypi adalah kuman penyebab
penyakit demam paratifoid. Sedangkan yang dinamakan salmonella
schotmulleri dahulu disebabkan sebagai penyebab demam paratifoid C (Ranuh
2013).
Menurut Widagdo (2011) Etiologi dari demam tifoid adalah
Salmonella typhi, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam family
Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora, tidak
berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa
hari/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan
farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C
dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik) adalah
komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan
antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi,
juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida
kapsul.
Page 36
19
D. Patofisiologi
Bakteri salmonella typhi masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan
air yang tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung, dan
sebagian masuk ke usus halus, mencapai plague peyeri di ileum terminalis
yang hipertrofi. Salmonella typhi memiliki fimbria khusus yang dapat
menempel ke lapisan plague peyeri, sehingga bakteri dapat di fagositosis.
Setelah menempel, bakteri memproduksi protein yang mengganggu brush
bonder usus dan memaksa sel usus untuk membentuk kerutan membran yang
akan melapisi bakteri dalam vesikel. Bakteri dalam vesikel akan menyebrang
melewati sitoplasma sel usus dan di presentasikan ke makrofag (Wibisono et
al, 2014).
Kuman memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar dari
serangan system imun seperti polisakarida kapsul Vi. Penggunaan makrofag
sebagai kendaraan dan gen Salmonella patogencity Island 2 (SPI2) (Wibisono
et al, 2014).
Setelah sampai kelenjar getah bening mensenterika, kuman kemudian
masuk ke aliran darah melalui duktus torasikus sehingga terjadi bakteremia
pertama yang asimtomatik. Salmonella typhi juga bersarang dalam sistem
retikuloendotelial terutama hati dan limpa, dimana kuman meninggalkan sel
fagosit berkemang biak dan masuk sirkulasi darah lagi sehingga terjadi
bakteremia kedua dengan gejala sistemik. Salmonella typhi menghasilkan
endotoksin yang berperan dalam inflamasi lokal jaringan tempat kuman
berkembang biak merangsang pelepasan zat pirogendan leukosit jaringan
Page 37
20
sehingga muncul demam dan gejala sistemik lain. Perdarahan saluran cerna
dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague peyeri. Apabila
proses patologis semakin berkembang, perorasi dapat terjadi (Wibisono et al,
2014).
E. Manifestasi Klinik
Menurut Wibisono et al (2014) menifestasi klinik tifoid yaitu:
1. Nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot pada minggu pertama,
2. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu,
minggu pertama peningkatan suhu tubuh berflukutasi. Biasanya suhu
tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pagi hari. Pada minggu
kedua suhu tubuh terus meningkat, dan minggu ketiga suhu
berangsurangsur turun dan kembali normal.
3. Gangguan pada saluran cerna: halitosis (bau nafas yang menusuk), bibir
kering dan pecah-pecah lidah di tutupi selaput putih kotor (coated tongue),
metorismus, mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, splenomegali yang
disertai nyeri perabaan.
4. Gangguan kesadaran: penurunan kesadaran (apatis, somnolen).
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2006) pemeriksaan penunjang Thypoid
Abdominalis adalah :
1. Pemeriksaan darah tepi Leokopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia,
trombositopenia.
Page 38
21
2. Pemeriksaan sum-sum tulang Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum
tulang.
3. Biakan empedu
Terdapat basil salmonella typosa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil
salmonella typosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul
sembuh.
4. Pemeriksaan widal
Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan
titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan akan dapat tetap tinggi
setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.
G. Komplikasi
Menurut Widagdo (2011) Komplikasi dari Thypoid Abdominalis dapat
digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal. Komplikasi intestinal
diantaranya ialah :
1. Perdarahan
Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu pertama dengan
ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan peningkatan
denyut nadi.
2. Perforasi usus
Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama didahului oleh
perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian distal ileum ditandai
Page 39
22
dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala peritonitis.
Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :
a. Sepsis
Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobic
b. Hepatitis dan kholesistitis
Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada pemeriksaan amylase
serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi
pancreatitis
c. Pneumonia atau bronchitis
Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10 %, umumnya
disebabkan karena adanya superinfeksi selain oleh salmonella
d. Miokarditis toksik
Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan perubahan segmen
ST dan gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan
nekrosis
e. Trombosis dan flebitis
Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan gejala
residual yaitu termasuk tekanan intrakranial meningkat, thrombosis
serebrum, ataksia serebelum akut, tuna wicara, tuna rungu, mielitis
tranversal, dan psikosis
f. Komplikasi lain
Page 40
23
Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis, sindrom
nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis, dan
artritis.
H. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005) & Ranuh (2013) pasien yang di rawat
dengan diagnosis observasi Thypoid Abdominalis harus dianggap dan
diperlakukan langsung sebagai pasien Thypoid Abdominalis dan di berikan
pengobatan sebagai berikut:
1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta
2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain
3. Istirahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri
kemudian berjalan diruangan
4. Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang
dan tidak menimbulkan gas.dianjurkan minum susu 2 gelas sehari. Apabila
kesadaran pasien menurun di berikan makanan cair, melalui sonde
lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga di berikan
makanan lunak.
5. Pemberian antibiotik
Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran bakteri. Obat
antibiotik yang sering di gunakan adalah :
Page 41
24
a. Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per oralatau dengan
dosis 75 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 4 dosis.
Cloramhenicol dapat menyembuhkan lebih cepat tetapi relapse terjadi
lebih cepat pula dan obat tersebut dapat memberikan efek samping
yang serius
b. Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV di bagi dalam 6
dosis. Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan dengan chloramphenicol
c. Amoxicillin dengan dosis 100mg/kg/24 jam per os dalam3 dosis
d. Trimethroprim-sulfamethoxazol masing-masing dengan dosis 50 mg
SMX/kg/24 jam per os dalam 2 dosis,merupakan pengobatan klinik
yang efisien
e. Kotrimoksazol dengan dosis 2x 2 tablet (satu tablet mengandung
400mg sulfamethoxazole dan 800 mg trimetroprim.Efektifitas obat ini
hampir sama dengan cloromphenicol
Page 42
25
I. Pathway
Gambar 2.2 Pathway (Ranuh, 2013)
Salmonella thyposa
Di serap oleh usus
halus
masuk saluran pencernaan
reaksi inflamasi
lambung
Masuk peredaran darah
Hati
Meningkatkan set.point suhu
dihipotalamus
pelepasan zat piragen
kelenjar limfoid
sel usus vili naik
reaksi inflamasi parasimpatik
Nyeri ulu hati
Ketidakseimbangan
nutrisi
Hepatomegali
Hipertermi
Demam
Mual muntah
Nyeri
Anoreksia
gangguan pencernaan
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
diare
ADL terganggu
Devisit volume cairan
Output cairan berlebih
Devisit perawatan
diri: mandi
Page 43
26
J. Fokus Pengkajian
Proses keperawatan adalah rangkaian tindakan asuhan keperawatan
yang harus di lakukan perawat secara sistematis, sinambung, terencana, dan
profesional. Mulai dari mengidentifikasi masalah kesehatan klien,
merencanakan tindakan, mengurangi atau mencegah terjadinya masalah baru,
melaksanakan tindakan keperawatan, hingga mengevaluasi keberhasilan dari
tindakan tersebut
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Fase
proses keperawatan ini cukup dua langkah: Pengumpulan data dari sumber
primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis
data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Rohmah, 2009).
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah kegiatan untuk menghimpun informasi
tentang status kesehatan klien (Rohmah,2009).
a. Identitas klien Meliputi : nama, umur , jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, status dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utaman Pada penyakit Thypoid Abdominalis harus dikaji
gejalandan tanda meningkatnya suhu tubuh yang intermiten dan
nyeri perut serta penurunan kesadaran. Gejala tersebut sebagai data
penunjang untuk menegakan diagnose infeksi kuman salmonella
pada tubuh.
Page 44
27
2) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi pengembangan dari pengaruh utama yang terdiri dari :
a) Provokative /palliative yaitu faktor penyebab keluhan pada
Thypoid Abdominalis kuman salmonella masuk ke dalam tubuh
melalui makanan atau minuman yang tercemar kemudian
setelah masa inkubasi akan muncul gejala dan biasanya gejala
dirasakan semakin berat apabila kondisi tubuh dalam keadaan
lemah.
b) Qualitative /quantity bagaimana gejala dirasakan? Apakah
menyebar atau lokal, berapa kali gejala dirasakan?
c) Region Dibagian mana gejala dirasakan , apakah gejala
dirasakan menyebar kebagian lain? Adanya nyeri perut
biasanya akan terasa pada daerah perut bagian atas.
d) Skala Seberapa parah gejala dirasakan, apakah masih dalam
batas normal atau terasa nyeri hebat?
e) Time Kapan gejala timbul , seberapa sering gejala timbul ?
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Jenis penyakit apakah yang dideritanya? apakah pernah dirawat di
RS? Apakah mempunyai riwayat alergi? Apakah pernah
sebelumnya penyakit sekarang di derita di masa lalu.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang sama penyakitnya dengan
pasien? Apakah keluarga mempunyai herediter seperti diabetes
Page 45
28
melitus? di dalam riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji secara
spesifik karena Thypoid Abdominalis merupakan penyakit menular
yang hanya memerlukan vektor yang sangat mudah yaitu air
(Priharjo, 2006).
5) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi. Adapun pengkajian fisik tersebut di
lakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ujung kaki.
1. Sistem pernafasan
Tanda : respirator rate normal kecuali bila terjadi infeksi sekunder
yaitu bronkopneumonia, penggunaan obat bantu pernafasan
kemungkinan terjadi karena tirah baring yang lama, mukosa mulut
kering.
2. Sistem Kardiovaskuler
Tanda : takikardi, respon terhadap demam, proses inflamasi dan
nyeri.
3. Sistem pencernaan
Tanda : pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering
dan pecah-pecah lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan
tepinya kemerahan, pada abdomen mungkin ditemukan keadaan
perut kembung. Hati dan limpa di sertai nyeri pada perabaan.
Gejala : lidah kotor biasanya didapat konstipasi bahkan dapat
terjadi diare.
Page 46
29
4. Sistem persyarafan
Tanda : kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa
dalam, yaitu apatis sampai samnolen , jarang terjadi sopor , coma,
gelisah.
5. Sistem penglihatan
Komplikasi Thypoid Abdominalis tidak mengenai system
penglihatan . Apabila ada merupakan manifestasi dari gejala
penyerta.
6. Sistem Genitourinaria
Pada biakan urine di dapatkan bakterimia, pada genetalia, eksternal
tidak di dapatkan kelainan. Produksi urine normal, warna jernih
dan tidak di dapatkan hematuria. Frekuensi menurun, kandung
kemih kosong.
7. Sistem musculoskeletal
Gejala : merasa lemah, kekuatan otot normal.
8. Sistem integument
Kulit hangat , warna kulit normal . Suhu tubuh meningkat, turgor
kulit buruk.
9. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola makan akan berubah karena adanya mual dan muntah, adanya
penurunan berat badan , pola tidur pada pasien Thypoid
Page 47
30
Abdominalis akan berubah karena adanya nyeri pada perut dan
kecemasan, personal hygiene kurang terawat, pola BAB pada
pasien Thypoid Abdominalis berubah kemungkinan adanya diare
atau konstipasi, pola BAK mungkin terjadi anuria karena dehidrasi
karena diare yang berat. Demikian pula dengan pola aktivitas dan
kebiasaan akan mengalami perubahan dikarenakan adanya
gangguan pada pola-pola tersebut diatas (Nursalam, 2008)
2. Analisa Data
Analisa data merupakan tahap penting yang kita lakukan setelah
data klien terkumpul sehingga berguna untuk menegakkan masalah atau
kebutuhan klien (Prihardjo, 2006).
K. Fokus Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah (Nurarif .A.H, 2015).
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhus abdominalis berdasarkan
prioritas masalah adalah :
Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan Batasan Karakteristik
1. Hipertermi
Definisi : suhu tubuh
Batasan Karakteristik:
a. kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
Page 48
31
naik diatas rentang
normal
b. serangan atau konvulsi (kejang)
c. kulit kemerahan
d. pertambahan RR
e. takikardi
f. saat disentuh tangan terasa hangat
Faktor faktor yang berhubungan :
a. penyakit/ trauma
b. peningkatan metabolisme
c. aktivitas yang berlebih
d. pengaruh medikasi/anastesi
e. ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk
berkeringat
f. terpapar dilingkungan panas
g. dehidrasi
h. pakaian yang tidak tepat
2. Devisit volume cairan
Definisi : Penurunan
cairan intravaskuler,
interstisial, dan/atau
intrasellular. Ini
mengarah ke dehidrasi,
kehilangan cairan
dengan pengeluaran
Batasan Karakteristik :
a. Kelemahan
b. Haus
c. Penurunan turgor kulit/lidah
d. Membran mukosa/kulit kering
e. Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan
darah, penurunan volume/tekanan nadi
f. Pengisian vena menurun
Page 49
32
sodium
g. Perubahan status mental
h. Konsentrasi urine meningkat
i. Temperatur tubuh meningkat
j. Hematokrit meninggi
k. Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada
third spacing)
Faktor yang berhubungan: Kehilangan volume
cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme
pengaturan.
3. Nyeri akut
Definisi : Sensori yang
tidak menyenangkan
dan pengalaman
emosional yang
muncul secara aktual
atau potensial
kerusakan jaringan atau
menggambarkan
adanya kerusakan
(Asosiasi Studi Nyeri
Internasional):
serangan mendadak
atau pelan
Batasan karakteristik :
a. Laporan secara verbal atau non verbal
b. Fakta dari observasi
c. Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
d. Gerakan melindungi
e. Tingkah laku berhati-hati
f. Muka topeng
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau, menyeringai)
h. Terfokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)
j. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan,
Page 50
33
intensitasnya dari
ringan sampai berat
yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang
dapat diprediksi dan
dengan durasi kurang
dari 6 bulan.
menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
k. Respon autonom (seperti diaphoresis,
perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil)
l. Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
m. Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
n. Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis)
4. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi
tidak cukup untuk
keperluan metabolisme
tubuh.
Batasan karakteristik :
a. Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
b. Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang
dari RDA (Recomended Daily Allowance)
c. Membran mukosa dan konjungtiva pucat
d. Kelemahan otot yang digunakan untuk
menelan/mengunyah
e. Luka, inflamasi pada rongga mulut
f. Mudah merasa kenyang, sesaat setelah
mengunyah makanan
Page 51
34
g. Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan
makanan
h. Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
i. Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah
makanan
j. Miskonsepsi
k. Kehilangan BB dengan makanan cukup
l. Keengganan untuk makan
m. Kram pada abdomen
n. Tonus otot jelek
o. Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
p. Kurang berminat terhadap makanan
q. Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
r. Diare dan atau steatorrhea
s. Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
t. Suara usus hiperaktif
u. Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
5. Intoleransi aktivitas
Definisi:
Batasan karakteristik :
a. Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau
Page 52
35
Ketidakcukupan energi
secara fisiologis
maupun psikologis
untuk meneruskan atau
menyelesaikan aktifitas
yang diminta atau
aktifitas sehari hari.
kelemahan.
b. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi
terhadap aktifitas
c. Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau
iskemia
d. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
Faktor yang berhubungan :
a. Tirah Baring atau imobilisasi
b. Kelemahan menyeluruh
c. Ketidakseimbangan antara suplei oksigen
dengan kebutuhan
d. Gaya hidup yang dipertahankan.
6. Devisit perawatan diri :
mandi
Definisi : Gangguan
kemampuan untuk
melakukan ADL pada
diri
Batasan karakteristik :
a. Ketidakmampuan untuk membasuh tubuh
b. Ketidakmampuan mengakses kamar mandi
c. Ketidakmampuan mengambil perlengkapan
mandi
d. Ketidakmampuan mengatur air mandi
e. Ketidakmampuan menjangkau sumber air
f. Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
Faktor yang berhubungan : ansietas, kelemahan,
Page 53
36
nyeri, penurunan motivasi, gangguan kognitif,
gangguan muskuloskeletal, kendala lingkungan,
gangguan fungsi kognitif, ketidakmampuan
merasakan bagian tubuh.
L. Fokus Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, penulis
menyusun kriteria hasil yang berpedoman pada SMART yaitu S (Specific)
dimana tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M
(Measurable) dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur khususnya
tentang perilaku pasien (dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan), A
(Achievable) dimana harus dapat dicapai, R (Reasonable) dimana tujuan harus
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (Time) dimana mempunyai
batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008).
Pembuatan kriteria hasil dan intervensi atau perencanaan tindakan
adalah tahap ketiga dari proses keperawatan. Setelah penulis mengkaji kondisi
pasien menetapkan diagnosa keperawatan, penulis perlu membuat rencana
tindakan dan tolak ukur yang akan digunakan untuk mengevaluasi
perkembangan pasien (Debora, 2011).
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observasi) adalah rencana tindakan
mengkaji atau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk
Page 54
37
memantau secara langsung yang dilakukan secara kontinue, (Nursing) adalah
rencana tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan
mencegah perluasan masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang
berbentuk pendidikan kesehatan, dan (Colaboration) adalah tindakan medis
yang dilimpahkan pada perawat (Rohman, 2012).
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Nursing Outcome
Classification (NOC)
Nursing Intervention Classification
(NIC)
Hipertermia NOC :
Thermoregulation
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam
rentang normal
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
3. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
ada pusing, merasa
nyaman
Fever treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor IWL
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi dan
RR
5. Monitor penurunan tingkat
kesadaran
6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
7. Monitor intake dan output
8. Berikan anti piretik
9. Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
Page 55
38
12. Berikan cairan intravena
13. Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
16. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
17. Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
18. Monitor TD, nadi, dan RR
19. Monitor warna dan suhu kulit
20. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
21. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
22. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
23. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
24. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
25. Beritahukan tentang indikasi
Page 56
39
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
26. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
27. Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
28. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
29. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
30. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
31. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
32. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
33. Monitor kualitas dari nadi
34. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
35. Monitor suara paru
36. Monitor pola pernapasan abnormal
37. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Page 57
40
38. Monitor sianosis perifer
39. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
40. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Devisit volume cairan NOC:
1. Fluid balance
2. Hydration
3. Nutritional Status :
Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan urine
output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
2. Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas
normal
3. Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa
Fluid management
1. Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
2. Monitor status hidrasi ( kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ), jika
diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin )
4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
6. Kolaborasi pemberian cairan IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan
9. Berikan diuretik sesuai interuksi
Page 58
41
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
10. Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
11. Dorong masukan oral
12. Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
13. Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
14. Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
15. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
16. Atur kemungkinan tranfusi
17. Persiapan untuk tranfusi
Nyeri akut NOC
1. Pain Level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi
Page 59
42
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
5. Tanda vital dalam
rentang normal
respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Page 60
43
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
NOC :
1. Nutritional Status :
food and Fluid Intake
2. Nutritional Status :
nutrient Intake
3. Weight control
Kriteria Hasil :
2. Mengerti factor yang
meningkatkan berat
badan
3. Mengidentfifikasi
tingkah laku dibawah
kontrol klien
4. Memodifikasi diet
dalam waktu yang lama
untuk mengontrol berat
Weight Management
1. Diskusikan bersama pasien
mengenai hubungan antara intake
makanan, latihan, peningkatan BB
dan penurunan BB
2. Diskusikan bersama pasien
mengani kondisi medis yang dapat
mempengaruhi BB
3. Diskusikan bersama pasien
mengenai kebiasaan, gaya hidup
dan factor herediter yang dapat
mempengaruhi BB
4. Diskusikan bersama pasien
mengenai risiko yang berhubungan
dengan BB berlebih dan penurunan
BB
Page 61
44
badan
5. Penurunan berat badan
1-2 pounds/mgg
6. Menggunakan energy
untuk aktivitas sehari
hari
5. Dorong pasien untuk merubah
kebiasaan makan
6. Perkirakan BB badan ideal pasien
Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin
C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih (
sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan
Page 62
45
kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Intoleransi aktivitas NOC :
1. Energy conservation
2. Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan
RR
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri
Energy Management
1. Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
2. Dorong anal untuk mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi
tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
Page 63
46
1. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang
tepat
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda
6. Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Page 64
47
9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual
Devisit perawatan diri NOC :
Self care : Activity of Daily
Living (ADLs)
Kriteria Hasil :
1. Klien terbebas dari bau
badan
2. Menyatakan
kenyamanan terhadap
kemampuan untuk
melakukan ADLs
3. Dapat melakukan
ADLS dengan bantuan
Self Care assistane : ADLs
1. Monitor kemampuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri
2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan
makan
3. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari
4. Sediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
melakukan self-care
5. Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki
Page 65
48
6. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
7. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
8. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan
9. Berikan peralatan kebersihan
pribadi (seperti: deodorant, sikat
gigi dan sabun mandi )
10. Ciptakan rutinitas aktivitas
perawatan diri
O. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/
pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
intervensi keperawatan (Rohman, 2012).
Page 66
49
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan,
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan (Wijayaningsih, 2013).
1. Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan tanpa pesanan Dokter. Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang
tenang, mengompres hangat saat klien demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan
bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.
P. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan.
Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya
adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien
mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa
keperawatan (Wijayaningsih, 2013).
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan
kontak dengan klien dan penulis menggunakan metode sesuai teori (SOAP)
yaitu S (Subyektif) berisi data dari pasien melalui anamnesis atau wawancara
Page 67
50
yang merupakan ungkapan langsung, O (Obyektif) analisa dan interpretasi, A
(Asesment) berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
yang meliputi diagnosis, antisipasi atau laboratorium serta potensial perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera, P (Planing) merupakan rencana dari
tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis,
atau laboratorium serta konseling untuk tindak lanjut (Potter dan Perry, 2009).
Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP,
yaitu :
S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien
O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa keperawatan.
A : Analisis dan diagnosa.
P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan
datang dari intervensi.
Page 68
51
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
Nama Mahasiswa : Niska Kurniasih
NIM : 14401 2017 000556
Ruangan : Bugenvile
Tanggal Pengkajian : 8/6/2018 Jam : 09.20
Identitas Klien
Nama : Tn. A No. Reg. : 2018110606
Umur : 30 Tahun Tgl. MRS : 04/06/2018
Jenis Kelamin : ♂ Diagnosa : Thypoid Abdominalis
Suku/Bangsa : Tolaki
Agama :Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Ranomeeto
Penanggung : BPJS
B. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama
Klien mengatakan badannya panas
Page 69
52
b. Riwayat keluhan utama
Klien mengatakan sudah demam dua hari sebelum di rawat di
Puskesmas Lepo-Lepo. Bersifat turun naik demam yang dirasakan
disertai pusing, sakit kepala, mual, anoreksia, demam yang dirasakan
terjadi pada sore hari menjelang malam dan berkurang apabila klien
beristirahat dan minum obat, namum berkurang hanya sementara.
c. Upaya yang telah dilakukan
Klien mengatakan hanya meminum obat paracetamol 1 kali sehari dan
tidak ada perubahan yang dirasakan.
d. Terapi/operasi yang pernah dilakukan
Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan tindakan operasi.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit berat yang diderita,
belum pernah di rawat di RS, klien belum pernah operasi. Klien
mengatakan tidak ada alergi pada obat-obatan ataupun pada makanan,
klien mengatakan perokok aktif.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarga dari ayahnya ada yang pernah menderita
dengan penyakit yang sama dan tidak ada anggota keluarga yang serumah
menderita penyakit yang sama dengan klien saat ini.
Page 70
53
Genogram :
30
Gambar 3.1 Bagan Genogram
Keterangan Gambar:
: Laki-Laki
: Perempuan
X : Meninggal
? : Tidak diketahui umur
: Klien
: Tinggal Serumah
4. Observasi dan pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum lemah
b. Kesadaran
Tingkat kesadaran composmentis
c. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
N : 82x/menit
30 25 22
?
?
x
x
?
60
x
55
x
x
?
x
28 35
x
x
x
x ? x
Page 71
54
S : 39ºC
P : 20x/menit
d. Berat badan: 54 kg tinggi badan: 160 cm
e. Pemeriksaan body systems
1) Pernafasan (B1: Breathing)
Hidung terlihat simetris, tidak ada secret atau cairan dan tidak ada
polip, fungsi penciuman baik, serta dapat membedakan bau minyak
angin dan parfum. Bentuk dada simetris, palpasi dada tidak ada
massa, suara nafas vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan,
perkusi redup.
Klien mengatakan tidak ada keluahan pada pernafasan.
2) Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Tidak ada nyeri tekan ictus cordis teraba jelas tiga jari dibawah
putting susu. Perkusi dada redup. Suara jantung : normal S1 dan S2
tunggal regular.
Klien mengatakan tidak ada keluhan pada jantung.
3) Persyarafan (B3: Brain)
Glasgow Coma Scale (GCS) :15
E : 4 V : 5 M : 6
Kepala dan wajah simetris, gerakan wajah normal, sklera putih,
konjungtiva anemis, pupil sama besarnya kiri dan kanan, kornea
bening, bola mata simetris, kelopak mata dapat membuka dan
menutup secara spontan, kemampuan penglihatan baik dan tatapan
Page 72
55
terlihat lemah dan sayu. Telinga simetris tanpa adanya serumen.
Lidah kotor berselaput putih, bibir kering dan pecah-pecah. tidak
ada caries gigi. Leher dan bahu terlihat simetris, tidak ada
pembengkakan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. klien dapat
menelan dengan baik. Persepsi Sensori pendengaran telinga kiri
dan kanan fungsi pendengaran baik, fungsi penciuman baik, serta
dapat membedakan bau minyak angin dan parfum, pengecapan
baik dengan mampu membedakan manis asin dan pahit,
penglihatan kiri dan kanan melihat secara normal, klien mampu
membedakan panas, dingin atau ada nyeri. Klien tidak ada
disorientasi baik pada waktu, tempat dan orang.
4) Perkemihan-Eliminasi (B4: Bladder)
Produksi urine : ± 1000 ml/hari, frekuensi BAK klien 3-4x/hari,
urine warna kuning bening dengan bau khas amoniak. Klien
mengatakan tidak ada gangguan pada pola eliminasi urine.
5) Pencernaan-Eliminasi (B5: Bowel)
Tidak ada radang pada mulut, gigi terlihat kotor, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada nyeri saat menelan dan tidak ada peradangan pada
tenggorokan. Pada abdomen tidak ada nyeri, kembung pada perut,
peristaltik usus 14 x/menit. Klien mengatakan dalam dua hari
hanya satu kali BAB. Klien mengatakan mual tanpa disertai
muntah.
Page 73
56
6) Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Pergerakan sendi klien terbatas dengan kekuatan otot kiri dan
kakan 5/5, tonus ototnya baik. Ekstremitas atas tidak ada nyeri
otot, tidak ada kaku pada persendian, tidak ada nyeri persedian
pada bahu, tidak ada fraktur dan tidak menggunakan alat bantu.
Ekstremitas bawah tidak ada nyeri otot, tidak ada nyeri persedian
pada daerah lutut dan sendi kaki, tidak ada fraktur dan tidak
menggunakan alat bantu. Klien terlihat merah, tidak ada ikterik,
sianosis, kemerahan dan pigmentasi pada kulit, Kulit teraba hangat,
turgor kulit cukup kembali dalam waktu ≤ 3 detik dan tidak ada
jaringan parut, laserasi, ulserasi, ekimosis dan lepuh, kulit bersih.
7) Sistem endokrin
Tidak ada masalah pada hormon.
8) Sistem reproduksi
Tidak ada keluhan pada reproduksi.
5. Pola aktivitas
a. Makan
Frekuensi makan klien 3x/hari dengan porsi tidak dihabiskan, jenis
menu, nasi, ikan, sayur yang disediakan Puskesmas klien tidak ada
alergi pada makanan.
b. Minum
Frekuensi minum klien 6-7 gelas/hari, jenis minuman air putih klien
tidak ada pantangan atau alergi minuman
Page 74
57
c. Kebersihan perorangan
Klien mengatakan selama sakit belum pernah mandi, klien mengatakan
selama sakit belum pernah sikat gigi, klien hanya mengganti pakaian
dan dibantu keluarga.
d. Istrahat dan aktivitas
Klien tidur siang selama 1 jam mulai jam 13.00 s/d jam 14.00 dan tidur
malam selama 7 jam : jam 22.00 s/d jam 05.00, tidak ada gangguan
pada tidur. Klien mengatakan di bantu keluarga saat ke kamar mandi.
6. Psikososial
a. Sosial/interaksi
Klien mengatakan mendapat dukungan penuh dari keluarga, klien
kooperatif saat berinteraksi kepada perawat dan keluarga. Tidak ada
konflik yang terjadi baik berupa konflik peran, nilai dan lainnya.
b. Psikologis
Klien mengatakan paham sedikit tentang penyakit yang dideritanya
namun tidak mengerti cara pengobatan yang diberukan untuk
penyembuhan penyakitnya dan klien mengatakan berharap bias cepat
sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya.
c. Spiritual
Tidak ada masalah dalam beribadah. Klien aktif dalam beribadah
menjalankan kewajibannya.
7. Terapi yang diberikan saat ini
IVFD RL 20 Tpm
Page 75
58
Cholorampenicol 4x500 mg/hari
Ranitidine inj/IV/12 jam
Paracetamol 3x500 mg/hari
8. Data pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hematologi tanggal 5 juni 2018:
Hemoglobin : 14,5 (L 14-16)
Leukosit : 7.100 (4.000-10.000)
Eritrosit : 4,92 (4,5-5,5)
Trombosit : 265.000 (250.000-450.000)
HT : 40% (37-43%)
Pemeriksaan Imunoserologi 5 juni 2018:
Widal/Typhi
S. Typhi O : pos. 1/160 (1/80)
S. TyphiH : pos. 1/160 (1/80)
S. Paratyphi AH : pos. 1/160 (1/80)
S. Paratyphi BH : pos. 1/160 (1/80)
Page 76
59
C. Data Fokus
Nama pasien : Tn. A Nama Mahasiswa : Niska Kurniasih
No. RM : 2018110606 Nim : 14401 2017 000556
Ruang Rawat : Bougenvile
Tabel. 3.1 Data Fokus Pengkajian Keperawatan
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
1. Klien mengatakan badannya
panas
2. Klien mengatakan sudah demam
dua hari dan bersifat turun naik
demam yang dirasakan
3. Klien mengatakan di bantu
keluarga saat ke kamar mandi
4. Klien mengatakan selama sakit
belum pernah sikat gigi
5. Klien mengatakan selama sakit
belum pernah mandi
1. Keadaan umum lemah
2. Kulit teraba hangat
3. Widal/Typhi
S. Typhi O: pos. 1/160
S. TyphiH : pos. 1/160
S. Paratyphi AH: pos. 1/160
S. Paratyphi BH: pos. 1/160
4. Klien terlihat merah
5. Gigi kotor
6. Lidah : kotor berselaput
putih
7. TTV: TD : 90/70 mmHg, N:
82x/menit, S: 39ºC, P:
20x/menit
Page 77
60
D. Rumusan Masalah
Nama pasien : Tn. A Nama Mahasiswa : Niska Kurniasih
No. RM : 2018110606 Nim : 14401 2017 000556
Ruang Rawat : Bougenvile
Tabel. 3.2 Perumusan Masalah
NO DATA
Kemungkinan
Penyebab (Pohon
Masalah)
MASALAH
1. DS:
Klien mengatakan badannya
panas
Klien mengatakan sudah demam
dua hari dan bersifat turun naik
demam yang dirasakan
DO:
1. Keadaan umum lemah
2. Kulit teraba hangat
3. Klien terlihat merah
4. Widal/Typhi
S. Typhi O: pos. 1/160
S. TyphiH : pos. 1/160
S. Paratyphi AH: pos. 1/160
S. Paratyphi BH: pos. 1/160
Salmonella thyposa
masuk saluran
pencernaan lambung, di
serap oleh usus halus
Masuk peredaran darah
kelenjar limfoid
reaksi inflamasi
reaksi inflamasi
parasimpatik
pelepasan zat piragen
meningkatkan set. Point
Hipertermi
Page 78
61
5. TTV: TD : 90/70 mmHg, N:
82x/menit, S: 39ºC, P:
20x/menit
suhu dihipotalamus
Demam
Hipertermi
2. DS:
Klien mengatakan selama sakit
belum pernah sikat gigi
Klien mengatakan selama sakit
belum pernah mandi
Klien mengatakan di bantu
keluarga saat ke kamar mandi
DO:
1. Keadaan umum lemah
2. Gigi terlihat kotor.
3. Lidah : kotor berselaput putih
Salmonella thyposa
masuk saluran
pencernaan lambung, di
serap oleh usus halus
Masuk peredaran darah
kelenjar limfoid
reaksi inflamasi
reaksi inflamasi
parasimpatik
gangguan pencernaan
Mual muntah
Anoreksia
Devisit
perawatan diri :
mandi
Page 79
62
Kelemahan
ADL terganggu
Devisit perawatan diri :
mandi
E. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit, ditandai dengan :
DS:
Klien mengatakan badannya panas
Klien mengatakan sudah demam dua hari dan bersifat turun naik demam
yang dirasakan
DO:
Keadaan umum lemah
Kulit teraba hangat
Klien terlihat merah
Widal/Typhi
S. Typhi O: pos. 1/160
S. TyphiH : pos. 1/160
S. Paratyphi AH: pos. 1/160
S. Paratyphi BH: pos. 1/160
TTV: TD : 90/70 mmHg, N: 82x/menit, S: 39ºC, P: 20x/menit
Page 80
63
2. Devisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan kelemahan, ditandai
dengan :
DS:
Klien mengatakan selama sakit belum pernah sikat gigi
Klien mengatakan selama sakit belum pernah mandi
Klien mengatakan di bantu keluarga saat ke kamar mandi
DO:
Keadaan umum lemah
Gigi terlihat kotor.
Lidah : kotor berselaput putih
Page 81
64
F. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama pasien : Tn. A Nama Mahasiswa : Niska Kurniasih
No. RM : 2018110606 Nim : 14401 2017 000556
Ruang Rawat : Bougenvile
Tabel. 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit,
ditandai dengan :
DS:
Klien mengatakan badannya panas
Klien mengatakan sudah demam dua hari
dan bersifat turun naik demam yang
dirasakan
DO:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh
normal, dengak kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan
tidak ada pusing, merasa nyaman
Fever treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
5. Berikan anti piretik
6. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
demam
Page 82
65
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
1. Keadaan umum lemah
2. Kulit teraba hangat
3. Klien terlihat merah
4. Widal/Typhi
S. Typhi O: pos. 1/160
S. TyphiH : pos. 1/160
S. Paratyphi AH: pos. 1/160
S. Paratyphi BH: pos. 1/160
5. TTV: TD : 90/70 mmHg, N: 82x/menit,
S: 39ºC, P: 20x/menit
7. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
8. Tingkatkan sirkulasi udara
Temperature regulation
9. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
10. Monitor warna dan suhu kulit
11. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
12. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2. Devisit perawatan diri : mandi berhubungan
dengan kelemahan, ditandai dengan :
DS:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan Self care :
Activity of Daily Living (ADLs), dengan
Self Care assistane : ADLs
1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri
yang mandiri
Page 83
66
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
Klien mengatakan selama sakit belum
pernah sikat gigi
Klien mengatakan selama sakit belum
pernah mandi
Klien mengatakan di bantu keluarga saat ke
kamar mandi
DO:
1. Keadaan umum lemah
2. Gigi terlihat kotor.
3. Lidah : kotor berselaput putih
Kriteria hasil :
1. Keadaan umum baik
2. Klien tampak rapih dan bersih
3. Klien merasa nyaman
2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan
makan
3. Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari
4. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care
5. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki
6. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
7. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika
Page 84
67
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nursing Outcome Classification (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
pasien tidak mampu untuk melakukannya.
8. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan
9. Berikan peralatan kebersihan pribadi (seperti:
deodorant, sikat gigi dan sabun mandi )
10. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri
Page 85
68
G. Inplementasi dan Evaluasi Keperawatan
Nama pasien : Tn. A Nama Mahasiswa : Niska Kurniasih
No. RM : 2018110606 Nim : 14401 2017 000556
Ruang Rawat : Bougenvile
Tabel. 3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
1. 8/6/2018
09.30
1. Memonitor suhu sesering mungkin
Hasil: Observasi perawat setiap 2 jam sekali, S : 39ºC
2. Memonitor warna dan suhu kulit
Hasil : kulit teraba hangat, klien terlihat merah
3. Memonitor tekanan darah, nadi dan RR
Hasil : TTV: TD 90/70 mmHg, N 82x/menit, P 20x/menit
4. Memonitor penurunan tingkat kesadaran
9/6/2018
09.30
S:
Klien mengatakan suhu
tubuhnya meningkat saat
sore hari.
Klien mengatakan setalah
minum obat suhu tubuh
berangsur menurun
Page 86
69
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
Hasil : Keadaan umum lemah, tingkat kesadaran
composmentis
5. Pemberian anti piretik
Hasil : Paracetamol 3x500 mg/hari
6. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Hasil : Pemberian obat anti biotik 4x1 tablet/hari
(Cholorampenicol 4x500 mg/hari)
7. Mengompres pasien pada lipat paha dan aksila
Hasil : Kompres hangat pada aksila dan frontal
8. Meningkatkan sirkulasi udara
Hasil : Sirkulasi udara cukup
9. Memonitor suhu minimal tiap 2 jam
Klien mengatakan suhu
tubunhnya tidak seperti hari
sebelumnya yang terasa lebih
panas
O :
Keadaan umum cukup
Tingkat kesadaran
composmentis
Kulit teraba hangat
Klien nampak tenang
Frekuensi minum 5-7 kali/
Page 87
70
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
Hasil : Observasi rutin perawat S: 37,9ºC
10. Memonitor warna dan suhu kulit
Hasil : kulit teraba hangat, klien terlihat merah
11. Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
Hasil : Frekuensi minum klien 6-7 gelas/hari, Frekuensi
makan klien 3x/hari dengan porsi tidak dihabiskan
12. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Hasil : peningkatan suhu tubuh saat sore hari menjelang
malam
hari
Frekuensi makan 3 kali/ hari
dengan porsi makan pagi di
habiskan
TTV: TD 100/70 mmHg, N
80x/menit, S 37,9ºC, P
20x/menit
A: masalah belum teratasi
Page 88
71
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
P: intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11 dan 12 di
lanjutkan
2. 8/6/2018
09.30
1. Memonitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang
mandiri
Hasil : Klien hanya mampu beraktivitas di tempat tidur,
makan secara mandiri, ke kamar mandi di bantu oleh
keluarga, klien belum mandi dan menggosok gigi selama
di rawat di Puskesmas
2. Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
Hasil : Kebutuhan klien di bantu keluarga dalam
9/6/2018
09.30
S :
Klien mengatakan ke kamar
mandi untuk toileting masih
di bantu keluarga
Klien mengatakan sudah
mandi dengan cara mengelap
basah badan dan menggosok
gigi sendiri
Klien mengatakan makan
Page 89
72
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
mengganti pakaian setiap hari, aktivitas toileting di bantu
keluarga, kebersihan klien masih kurang seperti mandi
gosok gigi, makan dilakukan secara mandiri.
3. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari
4. Menyediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care
Hasil : Perawat dan keluarga membantu klien dalam proses
pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien
5. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan yang dimiliki
Hasil : Saat ini klien masih banyak di bantu oleh keluarga
dilakukan secara mandiri
O :
Keadaan umum cukup
Klien nampak tenang
Klien terlihat bersih dan rapi
Kulit lembab sehabis mandi
A :
Masalah belum teratasi
Page 90
73
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
dan perawat, terlihat upaya klien untuk bisa mandiri
6. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukannya
Hasil : Motivasi kemandirian klien
7. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya
Hasil : Motivasi kemandirian klien untuk memenuhi
kebutuhannya
8. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
Hasil : Membuat jadwal aktivitas klien mandi dan gosok
gigi di bantu oleh perawat dan kelurga
P :
Intervensi 1, 2, 4, 5 , 6, 7, 8,
9, dan 10 di lanjutkan
Page 91
74
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
9. Berikan peralatan kebersihan pribadi (seperti: deodorant,
sikat gigi dan sabun mandi )
Hasil : Keluarga menyiapkan kebutuhan kebersihan klien
10. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri
Hasil : Pelaksanaan jadwal perawatan diri klien pagi dan
sore mandi dan gosok gigi
1. 9/6/2018
09.30
1. Memonitor suhu sesering mungkin
Hasil: Observasi perawat setiap 2 jam sekali, S : 37,9ºC
2. Memonitor warna dan suhu kulit
Hasil : kulit teraba hangat
3. Memonitor tekanan darah, nadi dan RR
Hasil : TTV: TD 100/70 mmHg, N 80x/menit, S 37,9ºC, P
10/6/2018
09.30
S:
Klien mengatakan tidak
demam lagi
Klien mengatakan suhu
tubuhnya tidak meningkat di
sore hari lagi
Page 92
75
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
20x/menit
4. Memonitor penurunan tingkat kesadaran
Hasil : Keadaan umum cukup, tingkat kesadaran
composmentis
5. Pemberian anti piretik
Hasil : Paracetamol 3x500 mg/hari
6. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Hasil : Pemberian obat anti biotik 4x1 tablet/hari
(Cholorampenicol 4x500 mg/hari)
7. Mengompres pasien pada lipat paha dan aksila
Hasil : Kompres hangat pada aksila dan frontal saat merasa
demam
S :
Keadaan umum baik
Tingkat kesadaran
composmentis
Kulit teraba hangat
Klien nampak tenang
Frekuensi minum 5-7 kali/
hari
Frekuensi makan 3 kali/ hari
Page 93
76
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
8. Meningkatkan sirkulasi udara
Hasil : Sirkulasi udara cukup
9. Memonitor suhu minimal tiap 2 jam
Hasil : Observasi rutin perawat S: 37,2ºC
10. Memonitor warna dan suhu kulit
Hasil : kulit teraba hangat
11. Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
Hasil : Frekuensi minum klien 6-7 gelas/hari, Frekuensi
makan klien 3x/hari dengan porsi tidak dihabiskan
12. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Hasil : peningkatan suhu tubuh saat sore hari menjelang
malam
dengan porsi makan pagi di
habiskan
TTV: TD 100/80 mmHg, N
80x/menit, S 37,1ºC, P
18x/menit
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi di pertahankan
Page 94
77
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
2. 9/6/2018
09.30
1. Memonitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang
mandiri
Hasil : klien mengatakan makan, mengganti pakain
dilakukan secara mandiri, mandi dan toileting masih perlu
bantuan perawat dan keluarga
2. Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
Hasil : Kebutuhan klien di bantu keluarga dalam aktivitas
toileting dan mandi
3. Menyediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care
Hasil : Perawat dan keluarga membantu klien dalam proses
10/6/2018
09.30
S :
Klien mengatakan sudah
mampu mandi sendiri tanpa
bantuan lagi
Klien mengatakan sudah
mampu kekamar mandi
sendri
Klien mengatakan kadang
berjalan keluar kedepan
kamar dirawat untuk
berjalan-jalan
Page 95
78
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien
4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan yang dimiliki
Hasil : Klien terlihat mulai mandiri dalam beraktivitas dan
sedikit memerlukan bantuan
5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukannya
Hasil : Motivasi kemandirian klien
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya
Hasil : Motivasi kemandirian klien untuk memenuhi
O :
Keadaan umum baik
Kesadaran composmentis
Klien terlihat rapi
Klien tenang dan
berkomunikasi dengan baik
Aktivitas klien dilakukan
secara mandiri
A : masalah teratasi sebagian
Page 96
79
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
IMPLEMENTASI PARAF
HARI,
TANGGAL
DAN JAM
EVALUASI
(SOAP)
PARAF
CI
kebutuhannya
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
Hasil : Membuat jadwal aktivitas klien mandi dan gosok
gigi di bantu oleh perawat dan kelurga
8. Berikan peralatan kebersihan pribadi (seperti: deodorant,
sikat gigi dan sabun mandi )
Hasil : Keluarga menyiapkan kebutuhan kebersihan klien
9. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri
Hasil : Pelaksanaan jadwal perawatan diri klien pagi dan
sore mandi dan gosok gigi
P: intervensi di pertahankan
Page 98
81
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membandingkan dan menganalisa antara teori dengan
kasus yang telah dibahas pada bab III mengenai Asuhan Keperawatan pada Tn. A
dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Thypoid Abdominalis di ruang Bougenvile
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari.
Adapun yang akan dibahas dalam bab ini meliputi kesamaan, kesenjangan antara
teori dan kasus yang ditemukan pada klien Tn. A terjadinya penyakit hingga
memunculkan diagnosa keperawatan pada pasien thypoid abdominalis keperawatan yang
dilakukan selama 3 (tiga) hari yaitu terhitung mulai tanggal 8 Juni 2018 – 10 Juni 2018.
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan
dimana penulis berusaha mengkaji klien secara menyeluruh pada aspek bi-psiko-
sosial-spiritual. Hasil pengkajian berupa data dasar, data khusus, data penunjang,
pemeriksaan fisik, membaca catatan medik dan catatan keperawatan. Berdasarkan
landasan teori, data yang sering didapatkan pada klien dengan thypoid abdominalis
antara lain nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot pada minggu pertama. Demam yang
tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu, minggu pertama peningkatan
suhu tubuh berflukutasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan
menurun pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan minggu
ketiga suhu berangsur angsur turun dan kembali normal. Gangguan pada saluran
cerna: halitosis (bau nafas yang menusuk), bibir kering dan pecah-pecah lidah di
tutupi selaput putih kotor (coated tongue), metorismus, mual, tidak nafsu makan,
Page 99
82
hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri perabaan. Gangguan kesadaran:
penurunan kesadaran (apatis, somnolen) (Wibisono et al. 2014).
Sedangkan pengkajian pada studi kasus Tn. A tanggal 8 juni 2018. Klien
mengatakan sudah demam dua hari sebelum di rawat di puskesmas lepo-lepo.
Bersifat turun naik demam yang dirasakan disertai pusing, sakit kepala, mual, demam
yang dirasakan terjadi pada sore hari menjelang malam dan berkurang apabila klien
beristirahat dan minum obat, namum berkurang hanya sementara. Fokus pengkajian
pada klien ditemukan adanya, demam, lidah kotor di tutupi selaput putih (coated
tongue), dan lemah, serta ditemukan pula klien selama sakit belum pernah sikat gigi,
belum pernah mandi, dan aktivitas klien di bantu keluarga saat ke kamar mandi.
Jadi tidak ada kesenjangan namun kesamaan dari teori telah ada, hanya
bebarapa manifestasi tidak ditemukan karena data pendukung pada pengkajian tidak
ditemukan seperti data nyeri otot pada minggu pertama, gangguan pada saluran
cerna: halitosis (bau nafas yang menusuk), metorismus, tidak nafsu makan,
hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri perabaan, gangguan kesadaran:
penurunan kesadaran (apatis, somnolen). Hal ini tidak ditemukannya gejala diatas
disebabkan oleh karena penyakit klien masih dalam fase awal penyakit (Wibisono et
al, 2014).
Faktor pendukung tersedia buku referensi yang mendukung dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini, serta saat pengkajian yaitu klien kooperatif saat di lakukan
tindakan keperawatan, sedangkan faktor penghambat yang penulis temukan adalah
penulis masih kurang up todate referensi penulisan pada teori-teori tekait thypoid
Page 100
83
abdominalis. Untuk mengatasi masalah ini penulis menggunakan beberapa buku
panduan yang selalu dibawa ketika melakukan pemeriksaan fisik.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah, dan mengubah (Nurarif .A.H, 2015). Diagnosa yang mungkin muncul
pada klien thypoid abdominalis. berdasarkan prioritas masalah adalah :
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit/trauma (proses infeksi salmonella
typhi)
2. Devisit volume cairan berhubungan dengan Kehilangan volume cairan secara
aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilisasi, kelemahan
menyeluruh, ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan, gaya
hidup yang dipertahankan
6. Devisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan ansietas, kelemahan, nyeri,
penurunan motivasi, gangguan kognitif, gangguan muskuloskeletal, kendala
lingkungan, gangguan fungsi kognitif, ketidakmampuan merasakan bagian tubuh.
Page 101
84
Berdasarkan studi kasus pada Tn. A dengan pengkajian yang ditemukan Klien
mengatakan badannya panas sudah demam dua hari dan bersifat turun naik, suhu
tubuh: 39ºC, kulit teraba hangat, sehingga ditegakkan diagnosa keperawatan yang
utama hipertermi berhubungan dengan penyakit. Serta klien mengatakan selama sakit
belum pernah sikat gigi, belum pernah mandi dan di bantu keluarga saat ke kamar
mandi, gigi terlihat kotor dan lidah : kotor berselaput putih dengan, sehingga di
tegakkan pula diagnosa keperawatan devisit perawatan diri: mandi berhubungan
dengan kelemahan.
Dari data tersebut tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori dimana
diagnosa keperawatan yang telah ditemukan pada kasus Tn. A terdapat dalam teori
namun tidak memuat diagnosa keperawatan secara keseluruhan seperti: Devisit
volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan
mekanisme pengaturan. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan tirah baring atau imobilisasi, kelemahan menyeluruh,
ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan, gaya hidup yang
dipertahankan. Hal ini terjadi karena tidak ada data pendukung saat pengkajian untuk
menegakan diagnosa kepearawatan tersebut. Setiap klien mempunyai daya presepsi
pemahaman tentang kesehatan dan penyakit yang berbeda-beda dan juga dipengaruhi
kemampuan tubuh untuk merespon penyebab suatu penyakit yang dialami pasien
(Rohmah, 2009).
Page 102
85
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi
dilakukan dengan ONEC yaitu (Observasi) adalah rencana tindakan mengkaji atau
melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau secara langsung
yang dilakukan secara kontinue, (Nursing) adalah rencana tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan masalah, (Education)
adalah rencana tindakan yang berbentuk pendidikan kesehatan, dan (Colaboration)
adalah tindakan medis yang dilimpahkan pada perawat (Rohman, 2012).
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, penulis menyusun
kriteria hasil yang berpedoman pada SMART yaitu S (Specific) dimana tujuan harus
spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M (Measurable) dimana tujuan
keperawatan harus dapat diukur khususnya tentang perilaku pasien (dapat dilihat,
didengar, diraba, dirasakan), A (Achievable) dimana harus dapat dicapai, R
(Reasonable) dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T
(Time) dimana mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008).
Pembuatan kriteria hasil dan intervensi atau perencanaan tindakan adalah
tahap ketiga dari proses keperawatan. Setelah penulis mengkaji kondisi pasien
menetapkan diagnosa keperawatan, penulis perlu membuat rencana tindakan dan
tolak ukur yang akan digunakan untuk mengevaluasi perkembangan pasien (Debora,
2011).
Setelah diagnosa keperawatan prioritas di tetapkan pada klien Tn. A maka perlu
penetapan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut.
Page 103
86
Kegiatan intervensi ini meliputi: memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan,
kriteria hasil serta tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Rencana keperawatan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan Nursing
Outcome Classification (NOC) dan Nursing Intervention Clasification (NIC) antara
lain pada diagnosa utama hipertermi berhubungan dengan penyakit yaitu : NOC :
Thermoregulation. Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR
dalam rentang normal. NIC : Fever treatment monitor suhu sesering mungkin,
monitor warna dan suhu kulit, monitor tekanan darah, nadi dan RR, monitor
penurunan tingkat kesadaran, berikan anti piretik, berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam, kompres pasien pada lipat paha dan aksila, tingkatkan
sirkulasi udara. Temperature regulation monitor suhu minimal tiap 2 jam, monitor
warna dan suhu kulit, tingkatkan intake cairan dan nutrisi, identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign (Nurarif .A.H, 2015).
Rencana keperawatan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan Nursing
Outcome Classification (NOC) dan Nursing Intervention Clasification (NIC) antara
lain pada diagnosa kedua devisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan
kelemahan yaitu : NOC : Self care, Activity of Daily Living (ADLs). Kriteria hasil :
Klien terbebas dari bau badan, menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk
melakukan ADLs, Dapat melakukan ADLS dengan bantuan. Self Care assistane :
ADLs. NIC: Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri, monitor
kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
toileting dan makan, pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari, sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-
Page 104
87
care, dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki, dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya, ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya, berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan, berikan
peralatan kebersihan pribadi (seperti: deodorant, sikat gigi dan sabun mandi ),
ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri (Nurarif .A.H, 2015).
Dalam intervensi tidak didapatkan adanya kesenjangan antara intervensi yang
ada dalam teori dan intervensi yang penulis terapkan dalam praktek. Alasannya
karena semua intervensi yang ada dalam teori telah diterapkan dalam praktek klinik
dilapangan.
D. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan intervensi keperawatan (Rohman, 2012).
Pelaksanaan implementasi keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai
rencana intervensi keperawatan, dan tidak adanya kesenjangan antara teori dengan
studi kasus untuk implementasi keperawatan.
Implementasi keperawatan ini akan merumuskan respon terhadap
implementasi yang diberikan kepada klien untuk melanjutkan proses keperawatan
yang telah ada. Seperti ditemukan pada respon di hari pertama tindakan keperawatan
Page 105
88
pada tanggal 8 juni 2018 yang belum menunjukan perubahan dalam tindakan
keperawatan sehingga intervensi keperawatan tetap dilaksanakan dan pada tanggal 9
juni 2018 sampai 10 juni 2018 terjadi perubahan kesehatan pada klien dan
implementasi keperawatan tetap dipertahankan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak
dengan klien dan penulis menggunakan metode sesuai teori (SOAP) yaitu S
(Subyektif) berisi data dari pasien melalui anamnesis atau wawancara yang
merupakan ungkapan langsung, O (Obyektif) analisa dan interpretasi, A (Asesment)
berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi
diagnosis, antisipasi atau laboratorium serta potensial perlu tidaknya dilakukan
tindakan segera, P (Planing) merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis, atau laboratorium serta konseling
untuk tindak lanjut (Potter dan Perry, 2009).
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang
diberikan. Pada teori maupun kasus dalam membuat evaluasi berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil yang dicapai. Dimana pada kasus penulis memerlukan evalusi dari
tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari terhitung mulai tanggal 8 juni
2018 sampai 10 juni 2018 selama 3x24 jam.
Evaluasi hari pertama pada tanggal 9 Juni 2018 pukul 09.30 WITA Diagnosa
utama dengan data subyektif: Klien mengatakan suhu tubuhnya meningkat saat sore
hari, klien mengatakan setalah minum obat suhu tubuh berangsur menurun, klien
Page 106
89
mengatakan suhu tubunhnya tidak seperti hari sebelumnya yang terasa lebih panas.
Obyektif : Keadaan umum cukup, tingkat kesadaran composmentis, kulit teraba
hangat, klien nampak tenang, frekuensi minum 5-7 kali/ hari, frekuensi makan 3 kali/
hari dengan porsi makan pagi di habiskan, TTV: TD 100/70 mmHg, N 80x/menit, S
37,9ºC, P 20x/menit. Asesment: masalah belum teratasi. Planing: intervensi di
lanjutkan. Diagnosa kedua dengan data Subyektif: Klien mengatakan ke kamar mandi
untuk toileting masih di bantu keluarga, klien mengatakan sudah mandi dengan cara
mengelap basah badan dan menggosok gigi sendiri, klien mengatakan makan
dilakukan secara mandiri. Obyektif: Keadaan umum cukup, klien nampak tenang,
klien terlihat bersih dan rapi, kulit lembab sehabis mandi. Asesment: Masalah belum
teratasi. Planing: Intervensi di lanjutkan.
Evaluasi hari ke dua pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 09.30 WITA Diagnosa
utama dengan data Subyektif: Klien mengatakan tidak demam lagi, Klien mengatakan
suhu tubuhnya tidak meningkat di sore hari lagi. Obyektif: Keadaan umum baik,
tingkat kesadaran composmentis, kulit teraba hangat, klien nampak tenang, frekuensi
minum 5-7 kali/ hari, frekuensi makan 3 kali/ hari dengan porsi makan pagi di
habiskan, TTV: TD 100/80 mmHg, N 80x/menit, S 37,1ºC, P 18x/menit. Asesment:
masalah teratasi sebagian. Planing: intervensi di pertahankan. Diagnosa kedua
dengan data. Subyektif : Klien mengatakan sudah mampu mandi sendri tanpa bantuan
lagi, klien mengatakan sudah mampu kekamar mandi sendiri, klien mengatakan
kadang berjalan keluar kedepan kamar dirawat untuk berjalan-jalan. Obyektif:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, klien terlihat rapi, klien tenang dan
Page 107
90
berkomunikasi dengan baik, aktivitas klien dilakukan secara mandiri. Asesment:
masalah teratasi sebagian. Planing: intervensi di pertahankan.
Pada teori maupun kasus dalam membuat evaluasi berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil yang dicapai. Dimana pada kasus penulis memerlukan evalusi dari
tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari terhitung mulai tanggal 8 juni
2018 sampai 10 juni 2018 selama 3x24 jam. Ke dua diagnosa keperawatan pada studi
kasus taratasi sebagian dan intervensi tetap dipertahankan, selama studi kesus
dilaksanakan klien dan keluarga sangat kooperatif serta adanya kerjasama yang baik
dengan tim medis lain dan petugas ruangan.
Page 108
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah mempelajari teori-teori dari pengalaman langsung di lahan praktek
melalui studi kasus serta kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek tentang
teori penyakit thypoid abdominalis, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Umumnya klien thypoid abdominalis yang berkunjung ke Puskesmas setelah ada
keluhan : demam tinggi biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan
menurun pagi hari, nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot pada minggu pertama,
gangguan pada saluran cerna : halitosis (bau nafas yang menusuk), bibir kering
dan pecah-pecah lidah di tutupi selaput putih kotor (coated tongue), metorismus,
mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri
perabaan. Gangguan kesadaran : penurunan kesadaran (apatis, somnolen) yang
sama ditemukan keluhan Tn. A saat pengkajian adanya, demam, bibir kering dan
pecah-pecah lidah di tutupi selaput putih kotor (coated tongue), dan lemah.
2. Diagnosa keperawatan pada kasus Tn. A masih sama terdapat pada teori antara
lain adalah hipertermi berhubungan dengan penyakit dan devisit perawatan diri :
mandi berhubungan dengan kelemahan.
3. Perencanaan tindakan keperawatan dilakukan secara komprehensif terstruktur
masalah keperawatan tersebut. Mulai degiatan intervensi ini meliputi:
memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan
keperawatan, pelaksanaan implementasi keperawatan yang akan dilaksanakan
Page 109
92
sesuai rencana intervensi keperawatan, dan tidak adanya kesenjangan antara teori
dengan studi kasus untuk implementasi keperawatan.
4. Implementasi ini akan merumuskan repon terhadap implementasi yang diberikan
kepada klien untuk melanjutkan proses keperawatan yang telah ada. Seperti
ditemukan pada respon di hari pertama tindakan keperawatan pada tanggal 8 juni
2018 yang belum menunjukan perubahan dalam tindakan keperawatan sehingga
intervensi keperawatan tetap dilaksanakan dan pada tanggal 9 juni 2018 sampai
10 juni 2018 terjadi perubahan kesehatan pada klien dan implementasi
keperawatan tetap dipertahankan.
5. Evalusi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari terhitung mulai
tanggal 8 juni 2018 sampai 10 juni 2018 selama 3x24 jam. Pada teori maupun
kasus dalam membuat evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang dicapai.
Dimana pada kasus penulis memerlukan evalusi dari tindakan keperawatan yang
dilakukan selama 3 hari terhitung mulai tanggal 8 juni 2018 sampai 10 juni 2018
selama 3x24 jam. Ke dua diagnosa keperawatan pada studi kasus taratasi
sebagian dan intervensi tetap dipertahankan, selama studi kesus dilaksanakan
klien dan keluarga sangat kooperatif serta adanya kerjasama yang baik dengan
tim medis lain dan petugas ruangan.
B. Saran
1. Untuk Klien dan Keluarga
Penyakit thypoid abdominalis merupakan gangguan pada sistem
pencernaan yang disebabkan oleh “Salmonella Typhi” dan masih merupakan
penyakit yang terdapat baik secara endemik maupun diberbagai negara
Page 110
93
dengan keadaan seperti ini untuk mengidentifikasi keadaan dirinya.
Pendidikan/penyuluhan kesehatan perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara
intensif kepada; individu, keluarga, kelompok, masyarakat, tentang cara
penularan dan cara pencegahan, pemberantasan, penanggulangan, pengobatan
penyakit thypoid abdominalis, agar masyarakat dapat berperan serta aktif
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya serta dapat segera
memeriksakan kesehatannya.
2. Untuk Petugas di Ruangan
Tingkatkan kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat dengan
perawat, perawat dengan klien, dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan,
sebab dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik akan
memperlancar dalam tindakan perawatan. Selain itu perlu juga di berikan
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baik , karena dalam hal ini manusia
harus di pandang sebagai makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual.
Page 111
94
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. Muhamad. 2012. Medikal Bedah untuk mahasiswa. DIVA Press: Jogjakarta
Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2016. Laporan Data Angka Kesakitan 2016. Dinas
Kesehatan Kota Kendari: Kendari.
Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2017. Laporan Data Angka Kesakitan 2017. Dinas
Kesehatan Kota Kendari: Kendari.
Dinas Kesehatan Provinsi Sultra, 2014. Laporan Data Angka Kesakitan 2015. Dinas
Kesehatan Provinsi Sultra: Kendari.
Debora. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisisk. Jakarta: Salemba medika.
Inawati, 2017. Demam Tifoid. Artikel Kesehatan Departemen Patologi Anatomi Dosen
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Kemenkes RI, 2011. Laporan Data Angka Demam Thypoid. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Dinas: Jakarta.
Librianty, 2014. Gangguan Metabolisme Hipertermia. Artikel kesehatan diakses di
http://www.kerjanya.net padatanggal 10 Juni 2018 pukul 20.15 WIB.
Nelwan, 2012. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. Jurnal penelitian CDK-192/vol. 39
no. 4 Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
FKUI/RSCM-Jakarta.
Ngastiyah. (2006). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak( Untuk Perawat dan Bidan).
Jakarta : Selemba Medika Pearce.
Pearce, Evelyn C.( 2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :Gramedia.
Purba, dkk, (2017). Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: tantangan dan
peluang. Jurnal Penelitian Media Litbangkes, Vol. 26 No. 2, Juni 2016, 99 –
108.
Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik
Volume 1 Edisi 4. EGC : Jakarta.
Page 112
95
Priharjo, Robert. (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC Republik
Indonesia, Ranuh, IG.N. Gde, 2013, Beberapa Catatan Kesehatan Anak,
Jakarta: CV Sagung Seto.
Rohmah, Nikmatur (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :Ar.Ruzz
media.
Rohman. 2012. Pedoman Praktik Keperawatan. EGC : Jakarta.
Suriadi dan Yulianni. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta :Sagung
Seto Taylor.
Syaiful. (2015). Fungsi dan Peran Perawat dalam Menyelenggarakan Praktik Mandiri
di Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Wibisono Elita et al. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Widagdo, (2012). Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam. Jakarta
:Sagung Seto.
Widoyono, (2011), Penyakit Tropis Epidimologi, Penuluran, Pencegahan &
pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Wijayaningsih, Kartika sari. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans
Info Media.
Yudi,G. (2008). Tinjauan umum Anamnesis Pediatri. Jakarta : FKUI.
Page 113
96
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Melakukan Studi Kasus
Page 114
97
Lampiran 2 Lembar Bimbingan KTI
Page 115
98
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian