Please refer to important disclosures at the end of this report 1 Senin, 10 Februari 2020 Weekly Strategic Target Koreksi 5,696 & Peluang Konsolidasi 1) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 4Q 2019 sebesar 4.97% yoy. Dan secara keseluruhan selama 2019 sebesar 5.02% yoy, lebih rendah dari tahun 2018 yang sebesar 5.17% yoy. Menurut pemerintah capaian pertumbuhan ekonomi dikisaran 5% cukup stabil di tengah ketidakpastian global. Kualitas pertumbuhan juga semakin baik tercarmin dari laju inflasi yang rendah serta membaiknya indikator sosial. BPS juga mencatatkan konsumsi rumah tangga pada 4Q 2019 tumbuh lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya dan di kuartal empat tahun sebelumnya, seiring dengan melandainya pertumbuhan sejumlah komponen konsumsi seperti: a) Subkomponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan. b) Subkomponen transportasi dan komunikasi. c) Subkomponen makanan dan minuman. Sedangkan beberapa subkomponen konsumsi runah tangga yang masih mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan periode sebelumnya secara yoy diantaranya: a) Konsumsi untuk perumahan dan perlengkapan rumah tangga. b) Konsumsi untuk kesehatan dan pendidikan. c) Konsumsi untuk restoran dan hotel. 2) Bank Indonesia (BI) menyatakan adanya potensi perlambatan ekonomi pada 1Q 2020 karena laju pertumbuhan konsumsi yang diperkirakan masih akan melemah akibat wabah virus corona yang menghantam sektor pariwisata. BI menyatakan akibat wabah tersebut membuat aliran modal asing keluar dari Indonesia dalam sepekan terakhir sekitar Rp. 11 triliun. Namun secara keseluruhan masih terjadi aliran modal asing yang masuk sebesar Rp. 400 miliar ytd pada surat berharga Negara (SBN). Seiring dengan potensi perlambatan ekonomi pada 1Q 2020, BPS juga memproyeksi indeks tendensi konsumen (ITK) pada kuartal pertama menurun dari kuartal sebelumnya dari 107.86 menjadi 103.23. Indeks tendensi bisnis (ITB) juga diperkirakan menurun pada 1Q 2020 menjadi sebesar 102.9. Oleh sebab itu untuk mempertahankan daya beli masyarakat, pemerintah melakukan kebijakan penurunan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) menjadi 6% dan meningkatkan plafon KUR sebesar 37% menjadi Rp.140 triliun. Kebijakan tersebut diharapkan dapat menjaga geliat ekonomi pada kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah, baik dari sisi pendapatan maupun pengeluaran. Adapun BI tetap optimis perlambatan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi hanya akan terjadi pada awal tahun. Pada 2Q 2020 diharapkan pertumbuhan konsumsi dan investasi akan meningkat seiring dengan selesainya omnibus law dan adanya percepatan pengeluaran anggaran. BI juga mencatatkan cadangan devisa Indonesia pada bulan Januari 2020 meningkat sebesar US$ 2.5 miliar dibandingkan dengan bulan Desember 2019 menjadi US$ 131.7 miliar. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh: a) Penerbitan global bond pemerintah. b) penerimaan devisa migas. c) penerimaan valas lainnya. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Secara keseluruhan dalam sepekan terakhir IHSG berhasil menguat walaupun hanya sebesar 1% atau 59.56 point, ditutup di level 5,999.61. Akumulasi minat beli asing dalam sepekan terakhir juga tercatatkan mendukung penguatan IHSG walaupun hanya sebesar Rp.143.7 miliar diantaranya pada saham BBCA, UNTR, SMGR, TLKM, ASII, EXCL, ADRO, GGRM, LPPF, LSIP. Namun dalam dua pekan sampai dengan empat pekan terakhir masih tercatatkan minat jual asing masing masing sebesar Rp.2.21 triliun, Rp.2.54 triliun, dan Rp.1.78 triliun. Dalam sepekan terakhir nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatatkan menguat dari Rp.13.662 menjadi Rp.13.647. Masih terdapat ruang bagi IHSG untuk menguji level 5,696 sebagai target koreksi sementara selama masih bertahan di bawah level 6,090, dimana kekuatan beli yang mendorong terjadinya technical rebound dalam sepekan kemarin secara relatif masih lemah. Namun peluang terbentuknya konsolidasi baru juga dapat terjadi bila di pekan ini IHSG berhasil menguat dan bertahan di atas level 6,090. Kondisi jenuh jual (oversold) yang telah terbentuk membuat peluang terjadinya technical rebound di pekan ini. Namun bila di pekan ini IHSG masih bertahan di bawah kisaran level 6,090 membuat masih adanya peluang untuk menguji level 5,696 sebagai target koreksi sementara. Beberapa saham di LQ45 yang saat ini secara histori mendekati PE ratio terendah diantaranya ADRO, AKRA, ASII, BBNI, BSDE, CTRA, GGRM, HMSP, INDF, ITMG, JPFA, JSMR, KLBF, LPPF, MNCN, PGAS, PTBA, PTPP, PWON, SCMA, TLKM, UNTR, UNVR, WIKA, dan WSKT. Berita ekonomi domestik diantaranya transaksi berjalan 4Q2019, penjualan ritel December, penjualan sepeda motor Januari, dan neraca perdagangan Januari 2020. Widhi Indratmo Nugroho Analyst [email protected]+62 21 5785 1818 (Ext.2051) Close Weekly Return ▲ Yield to Date ▼ PE (X) Volume (miliar) ▼ Value (Rp. triliun) ▲ BI 7-Day RR IDR/USD Rp. COMPOSITE LAST TOTAL TRANSACTION 1.00% ECONOMIC INDICATORS 13,647 5.00% 34.37 30.97 14.05 -4.76% 5,999.61 Sumber: Lotus Sekuritas JCI vs Foreign Net Buy (Sell) YTD 5,700 5,925 6,150 6,375 6,600 2-Jan-20 21-Jan-20 7-Feb-20 (6,000) (3,500) (1,000) 1,500 4,000 Composite (left) Net Buy YTD in Rp.bn (right) Sumber: Lotus Sekuritas SECTOR Agriculture ▲ 2.78% ▼ -2.98% Basic Industry ▼ -0.65% ▼ -8.72% Consumer Goods ▲ 0.06% ▼ -3.72% Finance ▲ 2.39% ▼ -4.52% Infrastructure ▲ 0.47% ▼ -4.97% Manufacture ▼ -0.11% ▼ -6.02% Mining ▲ 1.65% ▼ -4.90% Misc. Industry ▲ 0.46% ▼ -7.77% Property ▲ 0.87% ▼ -4.63% Trade & Service ▼ -0.41% ▼ -2.48% WEEKLY RETURN 7-Feb-19 31-Jan-19 Sumber: Lotus Sekuritas SECTOR Agriculture ▲ 2.88% ▲ 0.36% Basic Industry ▼ -7.69% ▼ -11.89% Consumer Goods ▼ -8.96% ▼ -1.89% Finance ▲ 22.35% ▼ -42.53% Infrastructure ▲ 3.00% ▼ -9.20% Manufacture ▼ -35.90% ▼ -18.17% Mining ▲ 9.90% ▼ -6.59% Misc. Industry ▼ -2.73% ▼ -3.43% Property ▲ 3.78% ▼ -4.68% Trade & Service ▼ -2.80% ▲ 1.25% 7-Feb-19 31-Jan-19 WEEKLY CAPITAL FLOW Sumber: Lotus Sekuritas
9
Embed
Weekly StrategicTarget Koreksi 5,696 & Peluang Konsolidasi 1) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 4Q 2019 sebesar 4.97% yoy. Dan …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Please refer to important disclosures at the end of this report 1
Senin, 10 Februari 2020
Weekly Strategic
Target Koreksi 5,696 & Peluang Konsolidasi
1) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 4Q 2019 sebesar
4.97% yoy. Dan secara keseluruhan selama 2019 sebesar 5.02% yoy, lebih rendah dari tahun 2018
yang sebesar 5.17% yoy. Menurut pemerintah capaian pertumbuhan ekonomi dikisaran 5% cukup
stabil di tengah ketidakpastian global. Kualitas pertumbuhan juga semakin baik tercarmin dari laju
inflasi yang rendah serta membaiknya indikator sosial. BPS juga mencatatkan konsumsi rumah tangga
pada 4Q 2019 tumbuh lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya dan di kuartal empat tahun
sebelumnya, seiring dengan melandainya pertumbuhan sejumlah komponen konsumsi seperti: a)
Subkomponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan. b) Subkomponen transportasi dan komunikasi.
c) Subkomponen makanan dan minuman. Sedangkan beberapa subkomponen konsumsi runah
tangga yang masih mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan periode sebelumnya
secara yoy diantaranya: a) Konsumsi untuk perumahan dan perlengkapan rumah tangga. b) Konsumsi
untuk kesehatan dan pendidikan. c) Konsumsi untuk restoran dan hotel. 2) Bank Indonesia (BI)
menyatakan adanya potensi perlambatan ekonomi pada 1Q 2020 karena laju pertumbuhan konsumsi
yang diperkirakan masih akan melemah akibat wabah virus corona yang menghantam sektor
pariwisata. BI menyatakan akibat wabah tersebut membuat aliran modal asing keluar dari Indonesia
dalam sepekan terakhir sekitar Rp. 11 triliun. Namun secara keseluruhan masih terjadi aliran modal
asing yang masuk sebesar Rp. 400 miliar ytd pada surat berharga Negara (SBN). Seiring dengan
potensi perlambatan ekonomi pada 1Q 2020, BPS juga memproyeksi indeks tendensi konsumen (ITK)
pada kuartal pertama menurun dari kuartal sebelumnya dari 107.86 menjadi 103.23. Indeks tendensi
bisnis (ITB) juga diperkirakan menurun pada 1Q 2020 menjadi sebesar 102.9. Oleh sebab itu untuk
mempertahankan daya beli masyarakat, pemerintah melakukan kebijakan penurunan suku bunga
kredit usaha rakyat (KUR) menjadi 6% dan meningkatkan plafon KUR sebesar 37% menjadi Rp.140
triliun. Kebijakan tersebut diharapkan dapat menjaga geliat ekonomi pada kelompok masyarakat kelas
menengah ke bawah, baik dari sisi pendapatan maupun pengeluaran. Adapun BI tetap optimis
perlambatan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi hanya akan terjadi pada awal tahun. Pada 2Q 2020
diharapkan pertumbuhan konsumsi dan investasi akan meningkat seiring dengan selesainya omnibus
law dan adanya percepatan pengeluaran anggaran. BI juga mencatatkan cadangan devisa Indonesia
pada bulan Januari 2020 meningkat sebesar US$ 2.5 miliar dibandingkan dengan bulan Desember
2019 menjadi US$ 131.7 miliar. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh: a) Penerbitan global
bond pemerintah. b) penerimaan devisa migas. c) penerimaan valas lainnya. BI menilai cadangan
devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan.
Secara keseluruhan dalam sepekan terakhir IHSG berhasil menguat walaupun hanya sebesar 1%
atau 59.56 point, ditutup di level 5,999.61. Akumulasi minat beli asing dalam sepekan terakhir juga
tercatatkan mendukung penguatan IHSG walaupun hanya sebesar Rp.143.7 miliar diantaranya pada
saham BBCA, UNTR, SMGR, TLKM, ASII, EXCL, ADRO, GGRM, LPPF, LSIP. Namun dalam dua
pekan sampai dengan empat pekan terakhir masih tercatatkan minat jual asing masing masing
sebesar Rp.2.21 triliun, Rp.2.54 triliun, dan Rp.1.78 triliun. Dalam sepekan terakhir nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS tercatatkan menguat dari Rp.13.662 menjadi Rp.13.647. Masih terdapat ruang bagi
IHSG untuk menguji level 5,696 sebagai target koreksi sementara selama masih bertahan di bawah
level 6,090, dimana kekuatan beli yang mendorong terjadinya technical rebound dalam sepekan
kemarin secara relatif masih lemah. Namun peluang terbentuknya konsolidasi baru juga dapat terjadi
bila di pekan ini IHSG berhasil menguat dan bertahan di atas level 6,090. Kondisi jenuh jual (oversold)
yang telah terbentuk membuat peluang terjadinya technical rebound di pekan ini. Namun bila di pekan
ini IHSG masih bertahan di bawah kisaran level 6,090 membuat masih adanya peluang untuk menguji
level 5,696 sebagai target koreksi sementara. Beberapa saham di LQ45 yang saat ini secara histori
mendekati PE ratio terendah diantaranya ADRO, AKRA, ASII, BBNI, BSDE, CTRA, GGRM, HMSP,
Ave 2015 Ave 2016 Ave 2017 Ave 2018 Ave 2019 Note: Penghitungan berdasarkan nilai tengah rupiah
Sumber: Lotus Sekuritas
Yield to Date – Sector
Y ield t o D at e 2 0 2 0
Agr icul tur e
-10.15%Basic Industr y
-9.88%Consumer Good
-3.17%Finance
-0.51%Inf r astr uctur e
-7.75%Manuf actur e
-6.20%Mining
-7.80%Misc.Industr y
-8.08%Propert y & Const ; -
1.77%
Trade & Service
-6.50%
-15% -10% -5% 0% 5%
Y ield t o D at e 2 0 19
Agr icultur e
-2.55%Basic Industr y
14.44%Consumer Good
-20.11%Finance
15.22%Inf r astr uctur e
6.88%Manuf actur e
-9.72%Mining
-12.83%Misc.Industr y
-12.23%
Tr ade & Ser vice
-1.79%
Pr oper ty & Const
12.54%
-30% -15% 0% 15% 30%
Sumber: Lotus Sekuritas
Sector Performance of the JCI
Perf o rmance 2 0 2 0
Agr icul tur e
Basic Industr y
Consumer Good
Finance
Inf r astr uctur e
Manuf actur e
Mining
Misc.Industr y
Tr ade & Ser vice
Pr oper ty & Const
-10 -5 0 5 10
Perf ormance 2 0 19
Agr icul tur e
Basic Industr y
Consumer Good
Finance
Inf r astr uctur e
Manuf actur e
Mining
Misc.Industr y
Tr ade & Ser vice
Pr oper ty & Const
-34 -17 0 17 34
Note: Cumulative Return Rebase to JCI = 0
Sumber: Lotus Sekuritas
Volatilitas nilai tukar rupiah terus menurun dan terjaga di bawah 2% (rata rata volatilitas 2015, 2016, 2017, 2018, dan 2019: 2.1%, 1.9%, 0.9%, 1.6%, & 1.4%) seiring dengan kebijakan pre-emptive & ahead the curve untuk mendukung kestabilan nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi. Volatilitas IDR dalam sepekan terakhir dan selama bulan Februari 2020 sebesar 0.83%.
Selama 2019, sektor finance menguat (+15.22% ytd) menjadi penggerak positif terbesar IHSG dan berkinerja terbaik. Sedangkan sektor consumer goods menjadi penahan terbesar pergerakan IHSG (-20.11% ytd), dan berkinerja terburuk. Secara keseluruhan sektor finance, basic industry, property & constructions, dan infrastructure menjadi penggerak positif pergerakan IHSG sepanjang 2019. Dalam sepekan terakhir sebagian besar sektor menguat. Penguatan terbesar terjadi pada sektor agriculture (+2.78%), namun secara keseluruhan masih melemah (-10.15% ytd), dan saat ini kinerjanya terburuk. Sedangkan pelemahan terbesar terjadi pada sektor basic industry (-0.65%), dan secara keseluruhan masih melemah (-9.88% ytd), dan saat ini berkinerja terburuk kedua.
Sentimen pernyataan the Fed yang pertama kali akan menaikan tingkat bunganya di akhir 2015 membuat volatilitas IDR Oktober 2015 mencapai 5.1%
3
Weekly Strategic Senin, 10 Februari 2020
IHSG – P/E Trade
7.38x
10.36x
13.34x
16.32x
19.29x
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Dec-03 Feb-06 Apr-08 May-10 Jun-12 Aug-14 Sep-16 Oct -18 Dec-20
Beberapa saham yang berada di atas fairly price line (security market line) mencerminkan kondisi underprice. Investor dapat melakukan posisi beli maupun menambah proporsi (overweight) pada saham ini. Sedangkan beberapa saham yang berada di bawah fairly price line mencerminkan kondisi overprice. Investor dapat melakukan posisi jual atau mengurangi proporsi (underweight) pada saham ini. investasi pada aset berisiko seperti saham seharusnya memberi return lebih besar dari investasi pada aset bebas risiko. Investor harus mendapat kompensasi dari investasi di aset berisiko (risk premium). Makin besar kompensasi (risk premium) yang diterima investor dicerminkan oleh gradient (m) garis fairly price line yang bernilai positif menjauhi nol (m>0).
This report has been prepared by PT. Lotus Sekuritas on behalf of itself and its affiliated companies and is provided for information purposes only. Under no circumstances is it to be used or considered as an offer to sell, or a solicitation of any offer to buy. This report has been produced independently and the forecasts,
opinions and expectations contained herein are entirely those of PT. Lotus Sekuritas.
While all reasonable care has been taken to ensure that information contained herein is not untrue or misleading at the time of publication, PT. Lotus Sekuritas
makes no representation as to its accuracy or completeness and it should not be relied upon as such. This report is provided solely for the information of clients of
PT. Lotus Sekuritas who are expected to make their own investment decisions without reliance on this report. Neither PT. Lotus Sekuritas nor any officer or
employee of PT. Lotus Sekuritas accept any liability whatsoever for any direct or consequential loss arising from any use of this report or its contents. PT. Lotus
Sekuritas and/or person connected with it may have acted upon or used the information herein contained, or the research or analysis on which it is based, before
publication.
Wisma Keia 15th floor
Jl. Jendral Sudirman Kav. 3 Jakarta 10220
T +62 21 5785 1818
F +62 21 5785 1637
EQUITY DIVISION
Jakarta Branch Others Branch
Pluit Bandung
Kawasan CBD Pluit Blok A No.20 Komplek Paskal Hypersquare
Jl. Pluit Selatan Raya No.1 Blok C No. 15, Kebon Jeruk
Jakarta Utara 14440 Bandung 40181
T +6221 6667 5345 T +6222 8606 1027
F +6221 6667 5234 F +6222 8606 0684
Kelapa Gading Medan
Sentra Bisnis Artha Gading Jl. Kartini No.5
Jl. Boulevard Artha Gading Blok A6B Kav.7 Medan 20152 Kelapa Gading Barat T +6261 451 8855
Jakarta Utara 14240 F +6261 455 1836
T +6221 4585 6402
F +6221 4587 3961
Puri Surabaya Branch
Rukan Grand Taman Aries Niaga Blok G1 No.11 Ruko Permata Bintoro