Top Banner
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan dalam proses Tugas Akhir ini didapat dari berbagai sumber, yaitu: 1. Literatur Mayoritas Pencarian data melalui buku dan artikel yang berhubungan dengan materi yang diangkat yaitu mengenai alat musik bambu Jawa Barat. 2. Wawancara Wawancara narasumberdari pihak terkait yaitu dengan Bpk. Rusmana selaku pemandu sekaligus pemerhati kesenian Sunda untuk mendapatkan informasi mengenai alat musik bambu Jawa Barat di Anjungan Jawa Barat, Taman Mini Indonesia Indah (TMII). 3. Website Pencarian data juga diperoleh dari website yang berhubungan dengan alat-alat musik bambu Jawa Barat, dan mengenai teori desain komunikasi visual yang digunakan untuk mendukung pembuatan buku. 2.2 Hasil Wawancara Hasil wawancara dengan Bpk. Rusmana adalah intinya mengenai perkembangan alat musik Jawa Barat. Ada banyak sekali alat musik bambu Jawa Barat, namun yang paling 3
33

library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

Dec 29, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

BAB 2

DATA DAN ANALISA

2.1 Sumber Data

Data dan informasi yang digunakan dalam proses Tugas Akhir ini didapat dari berbagai

sumber, yaitu:

1. Literatur

Mayoritas Pencarian data melalui buku dan artikel yang berhubungan dengan

materi yang diangkat yaitu mengenai alat musik bambu Jawa Barat.

2. Wawancara

Wawancara narasumberdari pihak terkait yaitu dengan Bpk. Rusmana selaku

pemandu sekaligus pemerhati kesenian Sunda untuk mendapatkan informasi

mengenai alat musik bambu Jawa Barat di Anjungan Jawa Barat, Taman Mini

Indonesia Indah (TMII).

3. Website

Pencarian data juga diperoleh dari website yang berhubungan dengan alat-alat

musik bambu Jawa Barat, dan mengenai teori desain komunikasi visual yang

digunakan untuk mendukung pembuatan buku.

2.2 Hasil Wawancara

Hasil wawancara dengan Bpk. Rusmana adalah intinya mengenai perkembangan

alat musik Jawa Barat. Ada banyak sekali alat musik bambu Jawa Barat, namun yang

paling terkenal adalah angklung. Angklung sudah berkembang sejak lama bahkan sudah

mencapai mancanegara seperti di Amerika dan di Eropa. Ada pula alat musik lain seperti

celempung, karinding, suling yang sering digunakan dalam karawitan Sunda masih

lumayan sering ditemukan dan dimainkan. Kemudian ada juga ansambel musik yang

disebut arumba yaitu alunan musik bambu, ini merupakan ensembel musik yang terdiri

dari angklung dan calung. Ansambel ini juga cukup terkenal. Untuk perkembangan alat

musik bambu lainnya masih kurang terlihat perkembangannya bahkan sekarang nyaris

sudah punah. Diharapkan hendaknya alat-alat music tersebut dapat dilestarikan dengan

cara diperkenalkan kepada pelajar yang masih sekolah dasar.

3

Page 2: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

4

2.3 Sejarah Masyarakat Sunda

Menurut data dan penelitian arkeologis Tanah Sunda telah dihuni oleh

masyarakat Sunda secara sosial sejak lama sebelum Tarikh Masehi. Situs Purbakala di

Cihampea (Bogor), Kelapa Dua (Jakarta), dataran tinggi (Bandung) dan Cangkuang

(Garut) member bukti dan informasi bahwa lokasi-lokasi tersebut telah ditempati oleh

kelompok masyarakat yang memiliki system kepercayaan, organisasi social, system

mata pencaharian, pola pemukiman dan lain sebagainya layaknya kehidupan masyarakat

manusia yang sederhana.

Era Sejarah di Tanah Sunda baru mulai pada pertengahan abad ke-5 seiring

dengan dibuatnya dokumen tertulis berupa beberapa buah prasasti yang dipahat batu

dengan menggunakan bahasa Sansekerta dan Aksara Pallawa. Prasasti-prasasti itu yang

diketemukan di daerah bogor, Bekasi dan Pandegelang dibuat pada zaman kerajaan

Tarumanegara dengan seorang rajanya bernama Purnawarman dan ibukotanya terletak

di Bekasi sekarang. Pada masa itu sampai abad ke-7, system kerajaan merupakan

pemerintahan, agama Hindu sebagai agama resmi negara, system kasta sebagai bentuk

stratifikasi social dan hubungan antar negara telah mulai terwujud walaupun masih

dalam tahap awal dan terbatas.

Negri yang menjalin kerjasama dengan kerajaan Tarumanegara adalah Sriwijaya

di Sumatra, India, dan China. Tetapi yang paling mempengaruhi dalam hal agama

adalah pengaruh dari India.

Sunda sebagai nama kerajaan kiranya baru muncul pada abad ke-8 sebagai

lanjutan atau penerus Kerajaan Tarumanegara. Pusat kerajaannya adalah di Bogor. Ada

dua sumber yang menyebut nama Sunda adalah nama kerajaan yaitu dari dua buah

prasasti (Bogor dan Sukabumi) dan dari beberapa buah naskah lama (yaitu dari Carita

Parahiyangan dan Sanghiyang siksa kendang karesian). Ibu kota kerajaan Sunda dinamai

Pakuan Pajajaran.

Di dalam tradisi lisan dan Naskah, Pakuan biasa disebut untuk nama ibu kota,

sedangkan Pajajaran biasa untuk sebutan nama kerajaan. Setelah mengalami masa

kejayaan akhirnya runtuh pada tahun 1579. Kejayaan Pakuan Pajajaran ditandai dengan

adanya luasnya wilayah Tatar Sunda, kesejahterahan rakyat, keamanan yang stabil, dan

baiknya kerjasama antara hubungan dengan dunia luar ( Majapahit, Portugis, Sriwijaya).

Page 3: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

5

Di masa ini dikenal ada dua raja termasyur yaitu Prabu Niskala Wastu Kancana dan Sri

Baduga Maharaja.

Pada masa kejayaan kerajaan Sunda, Pedagang islam sudah berdatangan ke kota-

kota pelabuhan besar seperti Banten, Sunda Kelapa (Jakarta Sekarang) dan Cirebon

untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Dan lama kelamaan para pedagang

islam tersebut bermukim di kota-kota pelabuhan Sunda, terutama di Banten, Karawang,

dan Cirebon dan penduduk-penduduk setempat pun banyak yang menganut ajaran Islam.

Dan berkat dukungan kesultanan Demak berdirilah kekuasaan Islam di Cirebon dan

Banten yang dalam perkembangan selanjutnya menumbangkan kekuasaan kerajaan

Sunda pada tahun 1579.

Pada periode selanjutnya sejak abad ke-17 Sejarah Sunda mengalami babak baru

karena dari arah pesisir utara Jayakarta (Batavia) masuk kekuasaan Kompeni Belanda

(1620) dan dari arah pedalaman sebelah Timur masuk kekuasaan Mataram (1625). Dan

secara perlahan-lahan seluruh Tanah Sunda akhirnya jatuh ke genggaman kekuasaan

Belanda tepatnya pada awal abad ke-19. Disebut pula saat ini adalah awal dari zaman

kekuasaan colonial Belanda. Masyarakat Sunda pun dieksploitasi habis-habisan dengan

mulai menyerahkan secara wajib hasil dari penanaman lada, nila, dan kopi dan

diperintahkan kerja paksa. Hal ini menjadikan rakyat pribumi tidak mendapatkan sama

sekali keuntungan yang setimpal dengan usaha keras mereka bahkan banyak kehidupan

mereka menderita.

Hal ini menimbulkan ketidakpuasan dan penentangan sebagian masyarakat. Oleh

karena itu timbulah gerakan perlawanan pemberontakan rakyat seperti Dipati Ukur di

Priangan (1628-1632); Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Purbaya di Banten (1659-

1683); Prawatasari di Priangan (1705-1708); Kiai Tapa dan Bagus Buang di Banten

(1750-1752); Bagus Rangin (1802-1818); Kiai Hasan Maulani di Kuningan (1842); Kiai

Washid di Banten (1888); Kiai Hasan Arifin di Garut (1918).

Ketidakpuasan tersebut masih berlanjut sampai dengan sejak awal abad ke-20

muncul lagi gerakan penentang social dan organisasi politik seperti Sarekat Islam,

Indische Partij, Paguyuban Pa-Sundan dan Partai Nasional Indonesia. Melalui

pendudukan Militer Jepang (1942-1945) yang menumbangkan kekuasaan colonial

Belanda (menyerah di Kalijati , Subang tanggal 8 Maret 1942) menjadikan kaum

Page 4: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

6

pribumi mendapatkan keberanian dan mempunyai keterampilan dalam berperang. Dan

pada saat ini pun pada umumnya masyarakat Indonesia berhasil mencapai

kemerdekaannya (1945). Pada saat itu pula masyarakat Sunda berada dalam Propinsi

Jawa Barat. Perkembangan sejarah menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat merupakan

Propinsi yang pertama dibentuk di Wilayah Indonesia yang dibentuk berdasarkan UU

No.11 tahun 1950, tentang pembentukan Propinsi Jawa Barat yang beribu kota di

Bandung.

2.4 Kesenian Sunda

Pada awal abad ke-16 orang Sunda sudah mengenal aneka jenis kesenian.

Berdasarkan hasil inventarisasi Laboratorium Kesenian Proyek Penunjang Peningkatan

Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat (1976-1981). Dalam masyarakat Sunda

masih dijumpai 243 jenis seni pertunjukan tergolong tradisional yang terdiri lagi dari 18

rumpun kesenian yaitu; angklung, beladiri, celempungan, debus, gamelan, helaran,

ibing, ketuk tilu, kacapian, macakal, mawalan, ngotrek, pantun, sandiwara, terbangan,

topeng, sekar, dan wayang. Dan semua kesenian tersebut dapat diklasifikasikan atas seni

suara, seni gerak dan seni teater.

Di dalam seni suara dibedakan menjadi dua yaitu suara vokal dan suara

instrumen. Di dalam suara vokal yaitu sperti:

a. Tembang yang dilantunkan penembang atau pesinden contohnya dalam tembang

cianjuran atau kliningan,

b. Senggak, yaitu suara aransemen vokal untuk mengisi kekosongan pada sela-sela

vokal, untuk member kesan suasana meriah.

Sedangkan,di dalam suara instrumen yaitu dapat diklasifikasi sebagai berikut:

a. Bahan yang dipakai:

- Bambu : angklung, angguk, calung, celempung

- Kayu : gambang, kolotok, kohkol

- Perunggu/ besi : Gamelan, bende, bonang, goong, bonang rincik, ketuk, saron,

demung, jenglong

- Kawat : kecapi, tarawangsa, rendo

- Kulit : dogdog, genjring, kendang, rebana.

Page 5: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

7

b. Cara memainkannya:

- Ditiup : suling, terompet, taleot, elet

- Dipukul : bonang, gender, saron, jengglong

- Dipetik : kecapi, siter, celempung

- Digesek : rebab, rendo, piul

- Digoyang : angklung, gengge, kelinting

Karawitan

Di Jawa Barat karawitan biasanya disebut kawiyagan, kagunan, karagunan, atau

rinenggaswara. Secara umum artinya sama dengan musik atau seni suara. Secara khusus

berarti seni suara yang bertangga nada pentatonik (sistem lima nada). Karawitan

meliputi bentuk-bentuk seni suara yang bertangga nada dan bunyi-bunyian tanpa skala

nada, yang biasanya dibawakan secara ritmis oleh alat-alat tertentu.

Dalam karawitan Sunda, karawitan bukan berarti gamelan semata, tetapi juga

mencakup alat-alat yang non gamelan, seperti kacapi, suling, calung. Begitu juga alat-

alat yang tidak bernada seperti dogdog, lisung, kohkol, bedug, kendang, keprak, dll.

Berdasarkan skala nadanya, antara musik dengan karawitan Sunda sangat

berbeda. Karena berdasarkan teorinya, Laras Pelog memiliki 9 suara, dan Laras Salendro

mempunyai 17 suara. Sedangkan musik memiliki 12 suara yang tersusun berdasarkan

interval dalam 1 oktaf. Namun sebenarnya untuk Laras pelog dan degung hal ini tidak

terlalu terasa, dengan kata lain juga dimainkan dengan tangga nada musik (diatonis)

perbedaan intervalnya tidak terlalu terasa. Tetapi untuk laras salendro, sangat terasa

perbedaan intervalnya dalam karawitan Sunda dan tidak pas.

2.5 Masa Lalu Musik Bambu

Sejak kapan timbulnya alat musik yang dibuat dari bambu di Indonesia, tidak

terdapat keterangan yang jelas. Beberapa ahli, seperti J. Kunst (Mr. J dan C.J. A Kunst

"Musical Exploration in the Indian Archipelago" dalam Asiatic Review (1936:814) dan

Will G. Gilbert Muziek uit Oost-en West, Inleiding tot de Inhemsche Muziek van

Nederlandsch Oost-en West India (tidak bertahun:9) berpendapat, bahwa beberapa

bentuk alat musik bambu berasal dari masa sebelum adanya pengaruh Hindu. Menurut

dugaan mereka, permulaan berkembangnya alat musik dari bambu di Indonesia sangat

Page 6: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

8

erat hubungannya dengan perpindahan penduduk dari daratan Asia yang kemudian

menjadi nenek moyang suku-suku Melayu Polinesia, beberapa Melanium sebelum

Masehi.

Dari bukti-bukti yang dapat dikumpulkan, dengan terdapatnya beberapa alat

musik dari bambu yang sama bentuknya di Asia Tenggara, dugaan tersebut dapat

diterima. Sebagai contoh, alat musik bambu berdawai yang di Sulawesi Selatan disebut

Gandrangbulo, di Priangan dikenal dengan sebutan Celempung, di Jawa Tengah disebut

Gumbeng atau Gumbeng Rebah, di Bali dinamai Guntang. Alat seperti itu, dengan

berbagai variasinya antara lain terdapat di Siam Utara, Hugo A. Bertzik, Die Gaister der

Gelben Blutter (1938:174); di Laos ,A. Schaeffoer, Origine des Instrumente de Musque

(1938:XII), di Kamboja dikenal dengan sebutan Dianglye, Curt Sachs, Die

Musikinstrumente Indiens und Indonesiens (1915:97). Di beberapa tempat di Malaysia

biasa disebut Gendang Batak, Henry Balfour, Musical Instruments from Malay

Peninsula, Antropology, part 11(1954:17) Orang-orang Sakai menyebutnya Krob, orang

Semang menyebutnya Amang (M. Kelsinki, "Die Musik der Primitiv Stamme auf

Malaka" Anthrops, XXV, 1930:591).

Dengan adanya persamaan bentuk alat musik dari bambu sebagaimana

dikemukakan di atas, yang dapat dikatakan salah satu ciri persamaan selera dari suatu

kebudayaan yang sama pendukungnya, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa

berkembangnya musik bambu di Indonesia erat kaitannya dengan perpindahan nenek

moyangnya dari daratan Asia. Perpindahan yang dimaksud mungkin sekali perpindahan

gelombang pertama, yakni perpindahan suku Negrito Weda yang terjadi pada zaman

Mesolitikum, bahkan tidak mustahil sebelumnya. Sebagaimana dimaklumi sebelum

adanya perpindahan suku bangsa Palaeo Mongoloid di Nusantara sudah ada suku-suku

bangsa yang menetap yang juga berasal dari daratan Asia yang kini sisa-sisanya antara

lain adalah penduduk asli Irian, M. Amir Sutarga, "Tjiri-tjiri Antropologi Fisik dari

Penduduk Pribumi" dalam buku: Penduduk Irian Barat, di bawah redaksi Koentjara-

ningrat dan Harsja W. Bachtiar (1963:22).

Penduduk Irian ternyata memiliki berbagai alat musik dari bambu, antara lain

yang bentuknya dikenal di Pasundan dengan sebutan Kerinding, di Jawa Tengah dan

Jawa Timur disebut rindhing atau Genggong, dan di Bali disebut Ginggung. Alat seperti

Page 7: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

9

itu dapat ditemui di berbagai tempat di Irian, seperti di sekitar Jabi, Tarung Gare,

Awembiak, Den Dama, di sekitar Gunung Jaya Wijaya dan di hulu sungai Apauwar.

Dengan dikenalnya alat musik dari bambu oleh penduduk pedalaman Irian Jaya

yang dapat dikatakan sebagai monumen kebudayaan zaman Batu Tua, dapatlah kiranya

diterima pendapat, bahwa alat musik dari bambu di Indonesia sudah berkembang sejak

zaman itu. Jadi tidak seperti pendapat Will Gilbert, yang menyebutkan berkembangnya

musik bambu di Indonesia sejalan dengan perpindahan penduduk dari daratan Asia atau

seribu tahun sebelum Masehi, melainkan jauh sebelum itu, mungkin antara 10.000

sampai 5.000 tahun sebelum perhitungan tahun Saka. Pada zaman itu kebudayaan

setingkat dengan orang Tasadi, suatu suku terasing di pedalaman Mindanau (Filipina)

yang belum mengenal logam dan cocok tanam dan masih hidup di goa-goa.

Orang Tasadi juga mengenal alat musik bambu, yakni alat musik bambu

berdawai yang mereka namai Kubing. Sebagaimana dimaklumi, suku Tasadi ini baru

ditemukan dan terjadi kontak dengan orang luar lingkungan mereka pada tahun 1971.

Alat-alat musik dari bambu yang tampak pada relief Candi Borobudur dan candi-

candi yang lain, dari bentuk dan jenisnya menunjukkan adanya pengaruh Hindu, seperti

Bangsing (suling lintang, wangsi).

Sedang alat-alat yang sudah ada sebelumnya, seperti alat musik bambu berdawai

dan sebagainya, tidak digambarkan. Gambang bambu seperti yang digambarkan pada

relief Borobudur dan teras depan Prambanan, sampai sekarang masih merupakan alat

musik sakral di kalangan penganut agama Hindu Bali. Di beberapa Pura tua, seperti di

Pura Kelaci Denpasar, terdapat gambang demikian yang kelihatan sudah sangat tua. Alat

itu biasa dipergunakan dalam upacaraupacara penting terutama dalam pengabenan.

Sebagai makhluk yang berakal, bagaimanapun juga sederhananya, dalam

mencukupi hajat kebutuhannya, nenek moyang bangsa Indonesia sejak zaman purba

telah memanfaatkan bahan yang mudah didapat dan dibuat alat, yaitu bambu.

Perubahan bentuk dan peningkatan mutu alat-alat musik dari bambu tampak

sangat lamban, bahkan ada yang sama sekali tidak mengalami perubahan. Di beberapa

daerah dewasa ini masih terdapat alat musik dari bambu yang hanya berupa ruasan

bambu yang dibunyikan dengan cara ditumbuk-tumbukkan pada sebuah papan, seperti

Page 8: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

10

Garantang di Tohpati Kasiman, Bali. Ada pula yang ditabuhnya dengan dipukul dengan

pemukul dari kayu, seperti Guyonbulon di Banjara.

Alat musik dari bambu yang mengalami perkembangan yang wajar adalah

suling. Hampir setiap suku bangsa di Indonesia mengenal dan memiliki suling dengan

berbagai bentuk dan jenis, serta fungsi. Contohnya di Pasundan terdapat semacam suling

yang disebut Surilit, Taleot, Elet, Calintu dan Bangsing.

Di antara berbagai macam suling terdapat pula yang digunakan sebagai alat

musik yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan setempat, seperti suling

Lembang, di Tanah Toraja. Suling dapat membawakan lagu-lagu sedih yang menyayat

hati, atau lagu-lagu riang yang menggembirakan pendengarnya. Dapat pula dibawakan

lagu-lagu syahdu berjiwa keagamaan. Itulah mungkin antara lain sebabnya di Maluku

suling diperkembangkan sebagai alat musik Gerejani. Di Ambon dan Lease nyanyi-

nyanyian Jemaat Gereja biasa diiringi Orkes Suling, yang dibawakan oleh sejumlah

pemuda.

Menurut pendapat Dr. Th. Muller Kruger, bila dibandingkan dengan iringan

orgel-orgel kecil yang dipakai oleh kebanyakan jemaat-jemaat di Indonesia, orkes suling

bambu jauh lebih baik dan bermanfaat. Alat-alatnya mudah dibuat sendiri dari bahan

yang banyak terdapat di Indonesia. Sedang orgel harus dibeli dengan harga yang mahal

dari luar negeri. Taraf musiknyapun orkes suling bambu tidak kurang indahnya dari

orgel.

Manfaatnya untuk kehidupan gerejani banyak pula, sebab dengan digunakannya

orkes suling bambu para pemuda mendapat tugas dan tanggung jawab dalam kebaktian-

kebaktian. Orkes suling bambu di Maluku dikembangkan oleh Jozef Kam, seorang

domine yang di sana dikenal dengan sebutan "Rasul Maluku" yang melakukan

pekabaran Injil di Indonesia bagian Timur sejak tahun 1816, Dr. Th. Muller Kruger,

Sejarah Gereja di Indonesia (1966:95).

Rupanya di Filipina suling bambu sebagai alat musik Gerejani pernah

ditingkatkan lagi bentuknya, yakni disusun sebagai organ. Sebuah pragan bambu yang

dibuat tahun 1819 di bawah pengawasan seorang Rahib Agustin diberitakan pada tahun

1973 dalam keadaan rusak berat, sehingga untuk perbaikannya diperlukan dana sebesar

64.000 dollar Amerika, Harian Umum Berita Buana (1973:4). Hal ini saya kemukakan

Page 9: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

11

sekedar memberikan gambaran betapa besar apresiasi masyarakat tetangga kita itu

terhadap alat musik bambu yang telah dikembangkan.

Alat musik bambu lainnya yang mengalami berbagai pasang surut dalam

perkembangannya adalah Angklung, sebagaimana akan kita tinjau bersama.

2.6 Alat Musik Bambu Jawa Barat

Bambu merupakan tanaman aneka guna, mudah didapat, dan sangat akrab

dengan kehidupan masyarakat. Persebaran bambu sendiri mencapai ke seluruh dunia,

tetapi sebagian besar di daerah tropis dan tumbuh secara liar pada ketinggian rendah

hingga sedang.

Jawa Barat merupakan propinsi yang terletak di daerah tropis serta memiliki

wilayah yang luas dengan bentuk permukaan tanah yang beragam, yaitu daerah datar,

landai, berbukit, dan pegunungan. Di Jawa Barat, bambu tumbuh subur di sekeliling

desa sehingga selalu tersedia bila akan digunakan sehari-hari. Bambu sangat dekat

dengan kehidupan masyarakat. terutama masyarakat di daerah pedesaan. Selain berguna

untuk menahan erosi tanah, akar bambu juga dapat dimanfaatkan sebagai obat

tradisional. Rebungnya dapat dikonsumsi atau diolah menjadi berbagai macam masakan.

Batang atau buluh bambu merupakan bagian yang paling sering dipakai oleh manusia

untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan bangunan, kerajinan tangan, dan

mebel. Bagian daunnya sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pembungkus

makanan, sedangkan bijinya digunakan sebagai bahan makanan dan obat tradisional.

Adapun serat bambudapat digunakan sebagai bahan pembuat kertas.

Selain menjadi salah satu bahan untuk bangunan rumah, perabot, seni dan ukiran,

makanan dan senjata, bambu juga dijadikan sebagai bahan beberapa jenis alat musik

yang sangat dikenal di Jawa Barat. Seperti angklung, calung, celempung, suling, dll.

Yang paling terkenal adalah angklung, alat music ini terbuat dari bambu, dapat

dimainkan sendiri, dapat dipadukan dengan alat music lain, namun umumnya dimainkan

secara massal. Pemainnya puluhan hingga ratusan orang. Selain banyak dikenal oleh

banyak daerah di Indonesia, angklung juga banyak peminatnya dari negara lain. Hal ini

menandakan bahwa alat musik angklung sudah sangat berkembang. Perkembangan alat

Page 10: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

12

musik angklung juga merupakan berkat pengembangan yang dilakukan oleh seorang

guru di Kuningan Jawa Barat yaitu Daeng Soetigna, yang mengembangkan alat music

angklung dari skala nada slendro ke skala nada diatonik pada tahun 1938. Kemudian

untuk melestarikan serta menciptakan dedikasi yang tinggi kesenian musik bambu Jawa

Barat, pada tahun 1966 didirikan Saung Angklung Udjo oleh seorang yang bernama

Udjo Ngalagena beserta istrinya, Uum Sumiati.

Alat musik bambu memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat dibentuk besar atau

kecil sesuai dengan nada yang akan dihasilkan. memiliki kelebihan dalam hal bentuk

yaitu bambu telah menyerupai tabung, sehingga mempunyai rongga sendiri untuk

bersuara. Contohnya adalah angklung dan calung.

Alat musik bambu di Jawa Barat sering dimainkan pada upacara pertanian untuk

memanggil hujan, untuk menandai mulainya musim tanam dan saat musim panen, serta

pada pertemuan keluarga dan dalam berbagai macam acara seperti peresmian gedung,

perayaan hari-hari besar, dan kegiatan seni.

Jika alat musik bambu dimainkan pada saat upacara tradisional keluarga,

instrumen tersebut umumnya bebas dari ikatan upacara. Sebagai bentuk hiburan yang

bebas, instrumen ini tidak harus berhubungan langsung dengan kegiatan upacara yang

mungkin diadakan.

2.6.1 Angklung Padaeng

Penciptanya yaitu Daeng Sutigna, tahun 1938, Kuningan, Berfungsi mula-mula

sebagai alat yang berguna dalam pendidikan dan disiplin untuk anak-anak, jenis nada

yang dihasilkan adalah diatonic cara memainkan alat music tersebut yaitu digoyangkan

(bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang

bergetar, persebaran alat music ini mencapai ke seluruh Indonesia, bahkan ke luar

negeri. Berawal dari kisah dua pengamen jalanan yang dating ke rumah Daeng Sutigna

di Kuningan. Di hadapan Daeng kedua pengamen tersebut memainkan angklung

pentatonis. Dan hati Daeng pun senang mendengarnya, kemudian Ia membeli kedua

angklung itu setelah dimainkan oleh pengamen. Setelah angklung itu di tangannya, Ia

Page 11: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

13

pun memiliki ide yakni ingin membuat angklung diatonis. Namun yang menjadi

persoalan, Daeng tidak dapat membuat angklung dan Ia pergi untuk belajar angklung

kepada Djaya yang saat itu berumur 80 tahun.

Setelah bisa membuat angklung, Ia kemudian berupaya sedemikian rupa untuk

mewujudkan membuat angklung yang bertangga nada diatonis. Pada awalnya,

permainan angklung ini hanya dikenal di kalangan anak-anak pramuka di Kuningan.

Selanjutnya, setelah dikenal di kalangan Pramuka sebagai alat music yang

menyenangkan, akhirnya permainan alat music angklung diatonis ini bias diterima oleh

masyarakat yang lebih luas dan diajarkan di sekolah-sekolah. Kemudian pada forum

Perundingan Linggarjati pada 12 November 1946, Konfrensi Asia Afrika (KAA) pada

tahun 1955 di Gedung Merdeka, Bandung. Daeng Sutigna diberi kesempatan untuk

konser angklung yang dikreasikan oleh dirinya dengan dihadiri oleh tokoh-tokoh asing

dari Negara Amerika, Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, Korea, Malaysia dan Negara-

negara lainnya. Saat inilah banyak tokoh dari Negara asing tersebut yang ingin belajar

angklung sehingga menjadikan alat music angklung Pa Daeng melang –lang buana.

Sampai pada akhirnya Daeng Soetigna meninggal tahun 1984. Kemudian Udjo

Nalagena (alm) selaku murid dan asistennya berupaya melestarikan dan

mengembangkan angklung lebih jauh. Udjo Ngalagena yang akrab dengan panggilan

Mang Udjo dan isterinya, Uum Sumiati, berhasil mengemas angklung dengan sangat

menarik. Mereka mendirikan Saung Angklung Udjo: Sundanese Art & Bamboo Craft

Center pada awal tahun 1967. Saung Angklung Udjo adalah sebuah tempat dimana seni

angklung berkembang dengan dinamis dan memukau dunia. Tidak hanya memainkan

musik instrumen tradisional tetapi juga memainkan lagu-lagu modern yang popular.

2.6.2 Angklung Dogdog Lojor

Angklung jenis ini dinamakan dogdog lojor terkait penggunaannya dalam suatu

kesenian yang bernama Dogdog Lojor yang terdapat di daerah sekitar Gunung Halimun

(berbatasan dengan jakarta, Bogor, dan Lebak).Dimainkan oleh 12 orang yang dibagi

menjadi dua kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua orang pemain dogdog dan

empat pemain angklung. Biasanya, salah seorang pemain dogdog ditunjuk menjadi ketua

kelompok.

Page 12: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

14

Permainan diawali dengan pemain menyanyikan lagu dan pantun yang sederhana

sambil terus bergerak membentuk lingkaran sambil mengikuti irama. Kemudian

permainan dilanjutkan dengan acara ngadu atau bertanding. Pertandingan yang

dilakukan antara lain gerakan ucing-ucingan, oray-orayan, ngadu bedug/dogdog, ngadu

domba, dan ngadu jalan.

Dogdog lojor dimainkan oleh orang dewasa sebagai pelengkap upacara adat

Seren Taun, Ngaruat dan Pesta Panen untuk memeriahkan suasana. Merupakan kesenian

yang dimainkan pada ritual panen padi atau seren taun. Namun, seiring dengan

perkembangan zaman, Angklung Dogdog Lojor juga dipentaskan pada acara khitanan.

Instrumen yang digunakan meliputi dua buah dogdog lojor (panjang) dan empat

buah angklung. Nama keempat angklung tersebut mulai dari ukuran terbesar adalag

Gonggong, Panembal, Kingking, dan Inclok. Keseluruhan, kesenian tersebut dimainkan

oleh enam orang. Lagu-lagu yang sering dimainkan antara lain Bale Agung, Samping

Hideung, Oleng-oleng Penganten, Si Tunggul Kawung, Adulilang, dan Adu-aduan.

Dahulu, Angklung Dogdog Lojor dimainkan saat musim kemarau tiba sebagai

permohonan agar diturunkan hujan. Saat itu, perayaan dilangsungkan dengan

memandikan seekor kucing yang kemudian diarak ramai-ramai. Kini, dalam

pementasannya, dapat diisi dengan dua kelompok yang bertanding kucing-kucingan

sambil mempertontonkan keterampilannya, saling mengintai, dan membuyarkan

kelompok lain.

Kesenian ini dimainkan oleh masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau

Kesatuan Adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun, Kabupaten

Sukabumi.Di Garut, Angklung Dogdog Lojor diyakini telah ada sejak tahun 1900-an,

tepatnya di Desa Sukadana, Kecamatan BI. Limbangan, Kabupaten Garut. Sedikit

berbeda dengan yang ada di Sukabumi, di Garut, Angklung Dogdog Lojor dimainkan

oleh delapan orang yang terdiri dari:

Dua orang pemain angklung

Tiga orang pemain dogdog lojor

Page 13: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

15

Dua orang pemain kohkol

Satu orang pemain keprak

Para pemain menggunakan busana baju takwa, celana sontog, dan totopong.

2.6.3 Angklung Kanekes

Angklung ini di daerah Kanekes (Badui) digunakan atau dibunyikan ketika

mereka menanam padi di huma (ladang). Di Kajeroan (Tangtu, Badui Jero) Angklung

dibunyikan secara bebas, sedangkan di Kalauran (Baduy luar) angklung dimainkan

dengan ritmis tertentu.

Meski demikian, angklung masih bisa ditampilkan di luar ritual menanam

padidan tetap mempunyai aturan, misalnya hanya boleh ditabur hanya sekitar tiga bulan

dari sejak ditanamnya padi. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya semua kesenian

tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim menanam padi berikutnya.

Sebagai sajian hiburan, angklung biasanya dimainkan saat terang bulan.

2.6.4 Angklung Buncis

Angklung Buncis merupakan nama sebuah orkes yang bersifat hiburan. Tediri

atas beberapa angklung, masing-masing dimainkan oleh seorang pemain sambil menari,

dengan diiringi gong bambu dan kendang. Jumlah angklung disesuaikan dengan jumlah

pemain yang ada atau yang diperlukan. Para pemain, yang juga penari, memakai busana

dan berdandan yang menurut mereka sebagai gaya Dayak (suku dari Kalimantan),

lengkap dengan topi berbulu serta wajah dan badan dicat. Mereka memakai kain

penutup semacam rok di atas celana pendek. Musik buncis awalnya dimainkan sebagai

hiburan di lapangan atau halaman rumah setelah panen atau pada perayaan hari besar.

Namun semenjak tahun 1940-an merupakan berakhirnya buncis sebagai ritual

sebab perubahan masyarakatnya yang tidak lagi mengindahkan hal-hal yang berbau

kepercayaan dan pada saat itu pula buncis beralih sebagai suatu hiburan. Tokoh dari

pencipta angklung ini adalah Pak Bonce (1795) di Daerah Ciwidey, Ujungberung,

Banjaran, dan Babakan Tarogong, Bandung.Pada mulanya buncis digunakan pada acara-

acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang buncis

Page 14: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

16

digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini berhubungan dengan semakin berubahnya

pandangan masyarakat yang mulai kurang mengindahkan hal-hal berbau kepercayaan

lama. Kini dimainkan dalam acara penyambutan tamu.Para pemain angklung

memainkan waditranya sambil bergerak dengan langkah beragam seperti banting suku,

tenggeng, tenggang, ban karet dan angkog. Kadang ada juga yang memainkan

angklungnya dengan terlentang. Lagunya adalah: Buncis, Renggong, Senggot, Jalantir,

Jangjalik, Ela-ela, Mega BeureumNama buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang

terkenal di kalangan rakyat, yaiutu cis kacang buncis nyengcle …, dst. Teks tersebut

terdapat dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis.

2.6.5 Calung Renteng

Adalah instrument yang terdiri dari deretan buluh-buluh bambu yang diikat dan

ditata berdasarkan panjangnya, sesuai dengan nada yang dihasilkan. Biasanya Calung

Renteng dibunyikan di saung sawah oleh penunggu sawah (orang yang menunggui padi

yang sedang menguning). Lagu yang biasa dimainkan antara lain Pok-pok Datang,

Papancara, Rara Muncang, Buncis, Cimplung, dan Barenuk Mundur.

Instrumen ini biasanya dimainkan pada upacara Seren Taun. Dimainkan di

beberapa daerah, yakni di kampung Ciptarasa, Kecamatan Sukabumi; Banjaran,

Kecamatan Banjaran dan Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Daerah asal alat

music ini yaitu dari Kampung Ciptarasa, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi;

Banjaran, Kecamatan Banjaran dan Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.

Dimainkan pada saat acara Seren Tau, dan untuk menghalau burung di sawah pada saat

padi mengunin. Kesenian Calung Renteng juga berfungsi untuk mengusir serta menakut-

nakuti berbagai satwa liar yang hendak datang dan masuk kedalam areal pertanian.

Terdiri dari 17 ruas bamboo, diikat secara berderet sehingga Nampak seperti gambang.

Dari 17 ruas bamboo yang disusun secara berderet dengan dua utas tali, ujung kedua

utas tali yang satu dibelitkan kepada pinggang pemain, sedangkan kedua ujung yang lain

diikatkan pada kaki meja atau pohon tergantung dimana akan dimainkan atau dibuatkan

ancak dudukan khusus dari bambu. Dan cara memainkannya yaitu dengan cara dipukul

dengan dua tangan sambil duduk bersilah. Dimainkan Terdiri dari:8 angklung dan beduk

Page 15: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

17

Lagunya: Pok-pok Datang, Papancara, Rara Muncang, Buncis, Cimplung, dan Berenuk

Mundur.

2.6.6 Calung Jinjing

Penemu dari alat music ini yaitu Eki Barkah, Parmas, dkk. Kampung Ciptarasa,

Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi; Banjaran, Kecamatan Banjaran dan

Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.Alat music ini biasanya digunakan pada saat

acara hiburan lawakan/guyonan dalam acara khitanan, perkawinan, peringatan HUT RI,

dan pasanggiri (Festival) Cara memainkannya Dipukul dengan tangan kanan memakai

pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut.Adapun alat waditra

calung jingjing tersebut adalah kingking, panempas,jongrong, dan gonggong. Memiliki

tugas masing-masing dalam penyajian permainannya calung, sementara calung

panempas mempunyai kemudian calung jongjrong mempunyai tugas rangkap, yaitu

sebagai penegas nada pokok kadang bertugas seperti kendang. Sedangkan calung

gonggong mempunyai tugas seperti halnya gong.Lagu nya yaitu Aha ehe, Sinyur,

Singgot. Gending yang dinamis, dan atraktif, dan diisi dengan komedian merupakan

andalan dalam penyajian seni calung, sehingga masyarakat sangat menggemarinya.

Daya apresiasi masyarakat pada seni calung, terutama pada sekitar Tahun 1970 sampai

Tahun 1985 sangat besar, dan hal ini ditunjukan dari berbagai kegiatan acara seperti,

acara khitanan, perkawinan, peringatan HUT RI, dan pasanggiri (Festival) selalu

mendominasi. Pada zaman Orde Baru program pembinaan pelestarian, dan festival seni

calung yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan sbuah Partai Politik selalu

mendominasi, sehingga dalam program pasanggiri mulai tingkat Kecamatan, Kabupaten,

dan tingkat Jawa Barat dengan katagori antar peserta usia anak-anak sampai dengan

dewasa (group calung) selalu semarak.Namun pada tahun 1995 sampai dengan saat ini

Seni Calung terasa hambar istilah hidup dan matinya tidak jelas, walaupun masih ada

group-group yang masih bertahan namun pada sajiannya sudah dikembangkan

berdasarkan selera apresiasi masyarakatnya.

2.6.7 Celempung

Waditra tradisional, dibuat dari ruas bambu dengan sembilunya sebagai senar.

Berfungsi sebagai pengatur irama lagu dalam orkestrasi yang dinamakan celempungan.

Page 16: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

18

Terbuat dari bahan ruas bambu yaitu awi gombong, ukuran diameter 20 cm, panjang 40

cm. Yang dijadikan muka, ditatah diratakan (membuang bagian yang tidak

dipergunakan sebagai senar) bagian tengah dilubangi agar suara senar menggema dalam

tabung. Kedua senar diatur nada-nadanya. Kedua senar tersebut dihubungkan dengan

bambu berbentuk persegi panjang (5x3 cm) disebut sumbi atau lilidah dipasang tepat

pada tengah permukaan di atas lubang. Celempung dibunyikan dengan alat pemukul

terbuat dari bahan bambu atau kayu yang ujungnya diberi kain atau benda tipis agar

menghasilkan suara nyaring yang disebut tarengteng. Biasanya pertunjukan

celempungan disertai dengan diiringi suara sinden. Lagunya seperti Banjaran,

Cangkurileung, Dayung Sampan, Eceng Gondok, Gendu, dsb. Sekarang musik bambu

ini jarang didapat dan hanya terdapat di daerah desa-desa di Jawa Barat seperti di Desa

Narimbang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.

2.6.8 Hatong

Salah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu

batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut

hatong sekaran, beberapa batang disebut hatong pangemat. Sering dipakai oleh

penggemar burung dara, disimpan dekat ekor merpati dan ketika terbang berbunyi

tertiup angin. Tukang putu menjajakan dagangannya memakai hatong, alatnya berbunyi

karena uap air yang mendidih melalui lubang hatong.

2.6.7 Karinding

Alat bunyi-bunyian dalam Karawitan Sunda. Dibuat dari bambu, dibunyikan

dengan pukulan jari tangan dengan rongga mulut sebagai resonator. Dahulu

dipergunakan sebagai sarana hiburan para penggembala kerbau atau biri-biri di

kampung-kampung. Di daerah Banten, karinding dipergunakan oleh remaja sebagai alat

komunikasi waktu mencari kekasih. Alat ini dibunyikan di serambi rumah ketika sore

hari saat bersantai setelah selesai bekerja. Para gadis yang mendengarnya biasanya

mendekati si penabuh alat itu, karena mereka mengetahui di tempat itu banyak pemuda.

Di daerah Cianjur dipergunakan seruas bamboo sebagai resonator di samping mulut

yang mengatur volume udara yang mengakibatkan tinggi rendahnya nada.

Page 17: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

19

2.6.10 Kohkol Bambu

Kentongan terbuat dari bambu atau kayu yang tengahnya dilubangi, berbentuk

bulat panjang dipukul dengan alat pemukul yang keras sehingga menimbulkan suara.

Kohkol bambu dipergunakan untuk komunikasi ketika meronda malam berkeliling

dengan cara memukulkan sebagai peringatan agar orang jangan terlalu nyenyak tidur.

Yang terbuat dari kayu biasanya digantungkan di langgar-langgar kampung, dibunyikan

pada waktu salat tiba sebagai pengganti beduk yang hanya terdapat di masjid. Selain itu

juga dipergunakan sebagai tanda bahaya jika terjadi banjir, kebakaran, perampokan, dll.

Bahan untuk membuat kohkol adalah kayu atau bambu yang dikeringkan dengan

dipanaskan. Bambu dipotong pada buku-bukunya, di tengah-tengahnya diberi lubang

panjang, untuk mengatur suara. Diberi tangkai untuk pegangan. Kohkol bamboo juga

dijadikan waditra karawitan.

2.6.11 Suling Bambu

Alat tiup dalam Karawitan sunda, terbuat dari bamboo tamiang. Tamiang salah

satu jenis bambu yang tipis dan diameter kecil sehingga cocok untuk dibuat suling.

Suling berlubang 4 dan 6 buah. Yang berlubang 4 berlaras pelog, dipakai untuk melodi

dalam Gamelan Degung; berukuran antara 24-28 cm. Suling berlubang 4 buah berlaras

salendro, membawakan melodi dalam gamelan salendro, berukuran antara 22-26 cm.

Suling lubang 6 berlaras: Salendro dab madenda yang berukuran 48-68 cm

dipergunakan dalam Kacapi Suling Kawih, dan yang berukuran 58-68 cm dipergunakan

dalam Tembang Sunda.

Dalam memainkan suling sunda tidak menggunakan notasi do-re-mi-fa-sol-la-si-

do melainkan memakai notasi da-mi-na-ti-la-da. Namun penggunaan notasi di suling

sunda sedikit miripdengan penggunaan notasi biasa jika kita memainkan recorder. Jika

kita sudah mengetahui lubang mana yang harus ditekan untuk menciptakan nada

tertentu, maka untuk memainkan lagu, kita hanya tinggal mengikuti partitur. Di daerah

Sunda, sebuah suling digunakan sebagai salah satu instrumen utama dalam kacapi suling

dan menyertai instrumen dalam Gamelan Degung, Tembang Sunda.

Page 18: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

20

2.7 Definisi Ensiklopedia

“Encyclopaedia” yang asal katanya dari bahasa Yunani (Greek), yaitu egkuklios,

adalah cyclon, all round (siklus) dan paedia adalah education, knowledge (pengetahuan,

widya).Dengan demikian bahwa pengertian sederhana Encyclopaedia, ialah siklus ilmu

pengetahuan atau ringkasan uraian ilmu pengetahuan.  Marilah kita perhatikan defenisi

Ensiklopedia berdasarkan beberapa sumber.

Ensiklopedia bukanlah buku teks pelengkap atau buku pegangan bagi pelajar

sebagaimana biasanya yang banyak digunakan oleh pelajar sesuai syllabus/kurikulum

pendidikan.  Tidak semua pelajar, mahasiswa terpelajar, terbiasa dengan menggunakan

ensiklopedia.  Oleh karena itu, seorang Konsultan Pembelajaran Handal harus tahu

menjelaskan bagaimana cara menggunakan suatu Ensiklopedia secara baik dan tepat

agar dapat digunakan dan cepat mendapatkan informasi yang diharapkan.  Itulah

sebabnya Ensiklopedia disebut dengan “Alat Bantu Cepat” (Quick Help).

2.8 Data Kompetitor

Judul : Ensiklopedia Junior, Hewan Pemecah Rekor

Penerbit : PT Bhuana Ilmu Populer

Pengarang : Emilie Beaumont

Tipe : Hard Cover

Ukuran : 18 x 22 Cm

Jumlah Halaman : 131 Halaman

Gambar 2.1

Page 19: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

21

Ensiklopedia Junior, Hewan Pemecah Rekor ini berisi berbagai fakta mengenai

keajaiban hewan-hewan yang ada dunia. Ensiklopedi ini disusun secara menarik dengan

menggunakan banyak ilustrasi sehingga dapat dijadikan sebagai buku referensi serta

dapat mengibur anak sebagai pembaca. Buku ensiklopedia ini dipilih sebagai kompetitor

karena memiliki kelebihan yaitu setiap entri disajikan secara ilustratif serta dengan gaya

bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami dan tidak memberi kesan monoton.

2.9 Target market

Secara Demografis

Usia : 8-11 tahun (Anak-anak yang duduk di Sekolah Dasar)

Gender : Laki – laki dan perempuan

Kelas sosial : B dan A

Secara Geografis

Masyarakat berkewarganegaraan Indonesia, berdomisili di Jawa Barat dan

di Jakarta.

Secara Psikografis

Anak-anak yang aktif, ceria, semangat untuk belajar sesuatu yang baru,

menyukai musik, tertarik membaca buku ilustrasi di waktu yang senggang, serta

mencintai budaya lokal.

2.10 Judul Buku

Ensiklopedia Alat Musik Bambu Jawa Barat

2.11 Format dan Gambaran Garis Besar Isi Buku

Format buku akan dicetak dalam ukuran 20 x 20 cm dengan struktur rangka

seperti berikut:

1. Cover

2. Kata Pengantar

3. Daftar Isi

4. Pendahuluan

Page 20: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

22

5. Alat musik bambu Jawa Barat:

1.Angklung Padaeng

2.Angklung Buncis

3.Angklung Dog dog lojor

3 Angklung Kanekes

4 Calung renteng

5 Calung jinjing

6 Celempung

7 Hatong

8 Karinding

9 Kohkol Bambu

10 Suling Bambu

6. Daftar Pustaka

2.12 Analisa SWOT

Streght

- Informasi pengetahuan tentang alat musik bambu sangat membantu anak untuk

dapat mengenalkan sekaligus mengapresiasi terhadap alat musik bambu Jawa

Barat.

- Visual yang menarik dan dengan pendekatan ilustrasi serta gaya bahasa yang

sederhana akan memudahkan dan meningkatkan minat untuk dibaca oleh anak

serta mudah mengingat informasi yang disampaikan.

Weakness

- Harga dari buku ini lumayan mahal, namun cocok untuk dikoleksi sebagai buku

kesayangan.

Opportunity

- Media buku untuk menyampaikan informasi pengetahuan tentang alat musik

bambu Jawa Barat sulit didapatkan bahkan jarang sekali ada.

Page 21: library.binus.ac.id · Web viewSalah satu alat tiup musik tradisional Sunda, terbuat dari bambu tamiang. Satu batang disebut hatong pamijen, dua batang disebut hatong pamijen, dua

23

Threat

- Minat baca yang masih kurang dari anak-anak.

- Anak-anak yang cepat bosan terhadap sesuatu.

- Harga buku yang mahal membuat masyarakat memilih membaca buku secara

online.