MENANGGULANGI KEMISKINAN Disusun oleh: Nur Aini (100231100027) Ahmad Zaini (120231100006) Yanti Rizka Daviqoh (120231100007) M. NUR WAHYUDI (120231100017) Sanah (120231100019) PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
22
Embed
poedjihermawan.files.wordpress.com€¦ · Web viewPROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS. UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA. 2014/2015. Pendahuluan. Adanya pembangunan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MENANGGULANGI KEMISKINAN
Disusun oleh:
Nur Aini (100231100027)Ahmad Zaini (120231100006)Yanti Rizka Daviqoh (120231100007)M. NUR WAHYUDI (120231100017)Sanah (120231100019)
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA2014/2015
1.1 Pendahuluan
Adanya pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
dalam pemahaman yang lebih operasional dapat di artikakn mendirikan, mengadakan,
memperbaiki, melengkapi, menyempurnakan atau melakukan sesuatu yang bermakna baik.
Namun upaya yang telah dilakukan masih sangta kurang memuaskan bahkan tidak dapat
menjawab persoalan yang dihadapi yang justru datang dari pemangku kekuasaan (stake
holder), sungguh sesuatu yang dilematis yang berakibat pada kebijakan yang kurang
konsisten dan kurang berkelanjutan. Berbagai kebijakan sudah dilakukan dan direnovasi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun kondisi yang dihadapi tidak
menglami perubahan yang signifikan, misalnya seputar ekonomi dan produktivitas yang
mengatakan bahwa kehadiran industri besar akan berpengaruh pada perekonomian
masyarakat sekitar tapi faktanya tidak demikian, kondisi yang kita saksikan justru sangat
mengherankan dan meperihatinkan kondisi msyarakat tetap terpuruk, kelompok lemah
semakin lemah dan sebaliknya, yang kaya malah semakin kaya.
Pasca krisis tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami ekspansi,
meskipun belum mampu menyamai pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Orde
Baru. Saat ini ekonomi Indonesia secara meyakinkan terus mengalami pertumbuhan dengan
besaran diatas 5-6% rata-rata per tahun, laporan terahir bank indonesia di kuartal ke III
pertumbuhan ekonomi indonesia sekitar 5,1 persen. Ini menarik perhatian beberapa lembaga
rating dan lembaga penelitian internasional yang melakukan prediksi tentang masa depan
ekonomi Indonesia.
Bank Dunia dalam laporan The New global Economy, lembaga rating G-Sachs dan
Standard Chartered Bank untuk Indonesia 2050 membuat analisis, bahwa diperkirakan
Indonesia akan masuk dalam salah satu negara pusat pertumbuhan ekonomi dunia (growth
pool) pada tahun 2025. Dalam laporan tersebut, juga diperkiran pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan mencapai 13% pada tahun 2025, dengan syarat pertumbuhan ekonomi riil
Indonesia harus berada antara 7-9% pertahun dan berkelanjutan. Namun pertumbuhan
ekonomi diatas dirasa belum mampu konsisten dalam mengentaskan kemiskinan di negera
indonesia. Jurang kemiskinan semakin lebar dan sebagian besar masyarakat semakin
termarginalkan, perbedaan tingkat kemiskinan antara pedesaan dengan perkotaan masih besar
seperti terlihat dibawah ini.
TahunJumlah Penduduk Miskin (Juta Orang)
Kota Desa Kota+Desa
2000 12.31 26.43 38.74
2001 8.60 29.27 37.87
2002 13.32 25.08 38.39
2003 12.26 25.08 37.34
2004 11.37 24.78 36.15
2005 12.40 22.70 35.10
2006 14.49 24.81 39.30
2007 13.56 23.61 37.17
2008 12.77 22.19 34.96
2009 11.91 20.62 32.53
2010 11.10 19.93 31.02
maret 2011 11.05 18.97 30.02
Sep-11 10.95 18.94 29.89
maret 2012 10.65 18.49 29.13
Sep-12 10.51 18.09 28.59
Mar-13 10.33 17.74 28.07
Dalam tabel ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di pedesaan masih sangat
besar dibandingkan dengan perkotaan, pada maret 2013 jumlah masyarakat miskin
dipedesaan sebesar 17,74 juta jiwa sedangkan di perkotaan sebesar 10,33 juta jiwa. apabila
hal ini tidak diatasi secara mendasar maka kondisinya semakin memperihatinkan, pada
saatnya mungkin saja akan menjadi faktor negatif yang memperlemah kedudukan pemerintah
untuk menjalankan tugas dan kewajibannya dalam mensejahterakan masyarakatnya.
Kesahalan paradigma pembangunan selama ini lebih ditekankan pembangunan yang berawal
dari pusat kemudian daerah sehingga hal ini tidak mampu menyentuh permasalahan utama
yang dihapai masyarakat.oleh karena itu kita harus mengubah konsep dan strategi
pembangunan sehingga garis kemiskinan kota maupun desa yang terus mengalami kenaikan
mengalami penurunan dengan adanya perubahan pradigma yang awalnya difokuskan ke kota
menjadi fokus pada desa yang mempunyai kontribusi besar dalam meningkatkan
pertumbuhan perekonomian.
1. Pengertian kemiskinan
Kemiskinan adalah “kurangnya kesejahteraan”. Pendapat konvensional mengaitkan
kesejahteraan terutama dengan kepemilikan barang, sehingga masyarakat miskin diartikan
sebagai mereka yang tidak memiliki pendapatan atau konsumsi yang memadai untuk
membuat mereka berada di atas ambang minimal kategori sejahtera .
Menurut bapenas 1993, kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi
bukan karena kehendak oleh simiskin,melainkan karena keadaan yang tidak dapat di hindari
dengan kekuatan yang ada padanya.
Levitan (1980)mengatakan bahwa kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan
pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak
Faturchman dan marcelinus molo (1994) mendefinisikan bahwa kemiskinan adalah
ketidak mampuan individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Menurut list (1994)kemiskinanmerupakan kejala multidimensional yang dapat
ditelaah dari dimensi ekonomi,sosial politik.
Menurut Bank Dunia (2000), “kemiskiinan aadalah kurangnya kesejahteraan”.
Berdasarkan hal ini maka timbullah pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan
kesejahteraan dan apa yang menjadi tolak ukur untuk mengukurnya ?
2. Menentukan tolak ukur kemiskinan
salah satu pendekatan yang pertama dengan menganggap kesejahteraan sebagai
penguasaan atas barang secara umum sehingga masyarakat dapat menjadi jauh lebih baik bila
memilki penguasaan yang lebih besar terhadap sumber daya alam. Fokus utamanya terletak
pada kenyataan apakah setiap rumah tannga atau individu memilki sumber daya yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka. Secara khusus kemiskinan diukur dengan
perbandingan pendapatan atau konsumsi setuap individu dengan beberapa standart
yang telah ditetapkan dimana mereka diaanggap miskin apabila pendapatan atau
konsumsi dibawah standart. Hal ini merupakan pendapat yang paling
konvensionalyang dilihat secara luas dalam hal keuangan yang menjadi tolak ukur
sebagian besar analisis tentang kemiskinan.
Pendekatan kedua, terhadap kesejahteraan juga kemiskinan dengan menanyakan
pada masyarakat apakah mereka memilki makanan yang cukup ? tempat tinggal ? perewatan
kesehatan ? pendidikan ? kemudian pertanyaan tersebut dianalisis mengembangkan
berbagai penilaian tradisonal tentang kemiskinan : kekurangan gizi dapat diukur
dengan memeriksa apakah anak-anak tumbuh kerdil atau ceking, kemiskinan dalam bidang
pendidikan dapat diukur dengan menanyakan apakah masyarakat memiliki kemampuan
membaca,menulis, atau sampai tingkat mana mereka mendapatkan pendidikan formal.
Pendektan yang paling luas terhadap kesejahteraan adalah pendekatan yang
diungkapkan oleh AMARTYA SEN (1987), berpendapat bahwa kesejahteraan berasal dari
kemampuan untuk menjalankan suatu fungsi dalam masyarakat, kemiskinan timbul apabila
masyarakat tidak memilki kemampuan utama tidak meiliki pendapatan dan tidak
memilki pendidikan yang memadai.
3. Faktor –faktor penyebab kemiskinan
Secara umum dapat dibagi kedalam 4 mazhab (spicker,2002)
1. Individual explanation, bahwa diakibatkan oleh karakteristik orang itu sendiri,
misalnya; malas, dan kurang sunguh-sungguh, termasuk dalam bekerja.
2. Familial Exlanation, bahwa kemiskinan lebih disebebkan misalnya, tingkat
pendidikan orang tua membawa dia ke dalam kemiskinan, akibatnya tidak
mampu memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya dan anaknya juga
jatuh pada kemiskinan.
3. Subcultural Explanation, bahwa kemiskinan dapat disebabkan oleh kultur,
kebiasaan, adat istiadat, atau akibat karakteristik lingkungan. Misalnya,
kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan, kebiasaan yang enggan untuk
bekerja keras dan menerima apa adanya, keyakinan mengabdi kepada para raja
atau orang terhormat meski tidak menerima bayaran.
4. Structural Explanation, bahwa kemiskinan timbul akibat dari ketidak
seimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat, dan aturan lain
menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan yang lainnya sehingga
menimbulkan kemiskinan diantara mereka yang statusnya rendah dan hak
terbatas. Mislanya, disebakan oleh kebijakan pemerintah atau kebijakan yang
tidak berpihak kepada kaum miskin sehingga sering disebut dengan kemiskinan
struktural
4. Langkah pertama untuk mengukur kemiskinan adalah menentukan indikator
kesejahteraan, seperti pendapatan atau konsumsi perkapita.
Pertama adalah pendapatan, Terdapat kecenderungan yang cukup menarik untuk mengukur kesejahteraan rumah tangga. Ukuran perdapatan yang paling diterima oleh haig dan simons (Haig 1921, Simons 1938)
Pendapatan = konsumsi + perubahan dalam kekayaan bersih.
Masalah pertama dari definisi ini adalah tidak diuraikannya jangka waktu secara tepatMasalah kedua adalah pengukuran. Pengukuran komponen-komponen pendapatan seperti
upah dan gaji adlah hal yang cukup mudah. Informasi yang memadai (apabila tidak dinyatakan
sepenuhnya) juga dapat diperoleh terkait dengan bunga, dividen, dan pendapatan dari
beberapa jenis wiraswasta. Namun, mungkin akan sulit untuk mendapatkan ukuran yang
akurat atas pendapatan peternakan,; atau nilai jasa perusahaan; atau laba modal (contohnya,
kenaikan nilai hewan dipeternakan atau perubahan nilai rumah yang dimiliki seseorang).
Kedua pengeluaran Konsumsi, mencakup barang maupun jasa yang dibeli serta barang dan jasa yang disediakan dari produksi sendiri (natural).
5. Pemantauaan Kemiskinan dan Evaluasi
Pemantauan kemiskinan
dalam pemantauan kemajuan pengurangan kemiskinan adala sebagai berikut:
Mengidentifikasi tujuan-tujuan yang hendak dicapai apakah strategi telah
dirancang, sperti “pemberantasa kelaparan” atau “menurangi separuh
kemiskinan dalam satu dekade”
Memilih inidkator-indikator kunci yang dapat mengukur kemajuan
pencapaian tujuan-tujuan tersebut, sperti proporsi individu yang
mengkonsumsi kurang dari 2.100 kalori per hari, dan sebagianya.
Menetapkan target-target yang menguantifikasi tingkat indikator yang hendak
dicapai sebelum batas waktu yang ditentukan. Misalnya, mengurangi separuh
dari rumah tangga yang hidup dengan kurang dari satu dollar per harti sebelum
2015.
EVALUASI
Evaluasi berupa yang mengukut perubahan-perubahan dalm kesejahteraan
yang dianggap berasal dari sebuah proyek atau kebijakan khususu(suatu
“intervensi”); hasilnya-hasilnya dapat membantu memberi informasi bagi keputusa-
keputusan tentang apakah intervensi sebiaknya di perluas atau di hapuskan.
6. Ukuran Kemiskinan
Asumsikan bahwa informasi tentang ukuran kesejahteraan, seperti pendapatan
perkapita, dan garis kemiskinan, untuk setiap rumah tangga atau individu, telah
tersedia.
Tingkat kemiskinan headcount index (Po) mengukur jumlah penduduk miskin
dalam suatu populasi
Indeks kedalamana miskin poverty gap index (P1) mengukur sejauh mana
penduduk berada di bawah garis kemiskinan (kesenjangan kemiskinan) sebagai suatu
bagian dari garis kemiskinan.
Indeks keparahan kemiskinan squared poverty gap index (P2) merupakan rata-
rata jumlah kuadrat kesenjangan kemiskinanrelatif terhadap garis kemiskinan. Indeks
ini adalah salah satu kelas ukuran kemiskinan Fosfer-Greer-Thorbecke (FGT) yang
memungkinkan kita untuk membedakan jumlah bobot yang diberikan pada tingkat
pendapatan atau pengeluaran penduduk termiskin dalam suatu populasi.