Top Banner
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
49

 · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

Dec 02, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGABERENCANA

Page 2:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk
Page 3:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

BAB XIX

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

A. PENDAHULUAN

Keadaan penduduk Indonesia dengan pertumbuhan yang masih tinggi, persebaran yang tidak merata dan kualitas yang kurang memadai merupakan tantangan dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasar-kan Pancasila.

Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat kelahiran yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kematian. Keadaan kependudukan ini akan menyebabkan kebutuhan akan papan, pangan, lapangan kerja maupun sarana pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar pula usaha yang diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup serta pemera-taan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu, tingkat kelahir-an yang tinggi menyebabkan jumlah penduduk berusia muda cukup besar yang selanjutnya merupakan beban bagi program kependuduk-an dan keluarga berencana.

Salah satu kendala dalam usaha pemerataan dan peningkatan kesejahteraan penduduk adalah persebaran penduduk yang kurang seimbang bilamana dikaitkan dengan persebaran sumber alam. Di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, kesempatan bagi pendu-duk untuk memanfaatkan sumber-sumber alam sangat sempit sedang tenaga kerja sangat melimpah. Sebaliknya, di daerah dengan kepadatan penduduk rendah mengalami kekurangan tenaga kerja sehingga pemanfaatan sumber-sumber alam yang ada masih kurang. Oleh karena itu, salah satu sasaran kebijaksanaan di bidang kependudukan adalah meningkatkan persebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih seimbang dalam rangka peningkatan dan pemera-taan kesejahteraan.

Pelaksanaan pembangunan sosial ekonomi perlu ditunjang oleh penduduk dengan kualitas yang memadai, oleh karena penduduk merupakan obyek dan subyek pembangunan. Untuk itu peningkatan fasilitas dan tingkat pendidikan, perluasan lapangan kerja serta peningkatan derajat kesehatan dan mutu gizi penduduk merupakan upaya yang harus terus dikembangkan.

XIX/3

Page 4:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

B. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

1. Kependudukan

Kebijaksanaan dan langkah-langkah di bidang kependudukan dilaksanakan secara terpadu dengan usaha pembangunan di bidang lainnya. Dalam hubungan ini, usaha-usaha operasional di bidang kependudukan dijabarkan ke dalam berbagai sasaran kualitatif dan kuantitatif dan diarahkan untuk menurunkan tingkat kelahir-an dan kematian, meningkatkan taraf hidup penduduk, menyerasi-kan persebaran penduduk serta meningkatkan kualitas penduduk.

Menyadari akan pentingnya partisipasi seluruh lapisan ma-syarakat dalam penyelesaian masalah-masalah kependudukan yang merupakan masalah jangka panjang, maka dalam tahun 1986/87 terus diusahakan peningkatan kesadaran penduduk mengenai masa-lah kependudukan. Usaha ini dilakukan melalui pendidikan baik jalur pendidikan formal maupun non-formal. Sementara itu, sejak tahun 1985/86 mulai pula dirintis pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup mengingat kedua masalah tersebut saling ber-kaitan sangat erat.

Di Indonesia tingkat kematian penduduk masih tinggi teruta-ma tingkat kematian bayi dan anak. Usaha penurunan tingkat kematian bayi dan anak dilaksanakan melalui berbagai upaya untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Di samping itu, diusahakan pula perbaikan pangan dan gizi serta usaha-usaha lain yang dapat mendorong penurunan tingkat kematian baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Penurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk.

Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Program transmigrasi merupakan salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut, dengan me-mindahkan penduduk dari daerah padat penduduk ke daerah jarang penduduk. Di samping itu telah pula ditumbuhkan kota-kota kecil sehingga arus perpindahan penduduk tidak hanya menuju kota-kota besar tertentu tetapi lebih tersebar.

2. Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana sebagaimana dinyatakan dalam GBHN 1983 mempunyai tujuan ganda, yakni meningkatkan kesejahte-

XIX/4

Page 5:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

raan ibu dan anak untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) serta mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui pengendalian tingkat kelahiran. Dalam mewujudkan tujuan ganda tersebut, pelaksanaan program KB dipadukan dengan kegia-tan berbagai sektor pembangunan lain. Sejalan dengan kebijaksa-naan tersebut, dalam tahun ketiga Repelita IV, kebijaksanaan dan langkah-langkah program keluarga berencana semakin diarah-kan pada integrasi dengan program-program pembangunan lainnya, pemantapan upaya alih peran program oleh masyarakat, pengem-bangan pelayanan dan pengayoman peserta KB serta meningkatkan daya guna dan hasil guna pengelolaan program.

Pada tahun 1986/87 telah diambil langkah-langkah pencapaian sasaran program berdasarkan kebijaksanaan yang telah digaris-kan, antara lain :

a. Peningkatan peran serta kaum bapak sebagai pengambil kepu-tusan dalam keluarga melalui pemberian informasi KB, serta peningkatan peranan kaum bapak dalam membina Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera.

b. Peningkatan partisipasi sektor swasta dan masyarakat de-ngan memperluas cakupan peserta KB baru.

c. Peningkatan partisipasi Generasi Muda yang diarahkan untuk menjadikan mereka sebagai subyek dalam program KB melalui kegiatan yang menunjang keberhasilan program KB serta me-ningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka mengenai KB.

d. Pembinaan institusi pengelola program dengan berbagai sis-tem pendukungnya, untuk menciptakan proses kegiatan yang dinamis melalui koordinasi aktip di lapangan, pembinaan secara ber jenjang terpadu dan berlanjut serta peningkatan keterampilan petugas yang ada sesuai dengan tuntutan dan dinamika program.

e. Peningkatan keterpaduan dengan sektor pembangunan lain guna meningkatkan pelaksanaan operasional dan mengoptimalkan sum-ber yang ada yang diarahkan untuk menunjang pelembagaan dan pembudayaan NKKBS.

XIX/5

Page 6:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

C. PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN

1. Pertumbuhan Penduduk, Kelahiran dan Kematian

Menurut Sensus Penduduk 1980 jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1980 adalah 147,490 juta orang dengan rata-rata laju per-tumbuhan penduduk antara 1971 dan 1980 sebesar 2,3 % per tahun. Sementara itu, dari hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 dilaporkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1985 adalah 164,047 juta orang. Dengan demikian, didapatkan rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun antara 1980 dan 1985 sebe-sar 2,1%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-ratanya untuk kurun waktu 1971 - 1980, yaitu 2,3%. Hal ini menunjukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk.

Peningkatan perbaikan keadaan sosial ekonomi penduduk pada umumnya dan usaha perbaikan kesehatan penduduk pada khususnya akan membawa dampak positif bagi penurunan tingkat kematian. Hal ini terlihat dari adanya penurunan tingkat kematian bayi dari 108 per seribu kelahiran pada tahun 1980 menjadi 70 - 75 pada tahun 1985. Makin cepatnya penurunan tingkat kematian bayi disebabkan oleh keberhasilan program kesehatan dan gizi yang makin dapat dijangkau oleh rakyat banyak. Adanya penurunan tingkat kematian ini akan menaikkan angka harapan hidup yang pada tahun 1985 diperkirakan sekitar 57,9 tahun untuk laki-laki dan 61,5 tahun untuk perempuan.

Hasil SUPAS 1985 juga menunjukkan angka kelahiran sebesar 3,7 anak per wanita berumur 15-49 tahun. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 1980, diperkirakan telah terjadi penurunan angka kelahiran sekitar 13,4% antara periode 1976 - 1979 dan 1980 - 1984.

2. Penundaan umur perkawinan

Umur perkawinan merupakan unsur yang menentukan tinggi - rendahnya tingkat kelahiran, karena dengan melangsungkan perka-winan pada usia yang muda, seseorang mempunyai kesempatan mela-hirkan anak yang lebih besar. Oleh karena itu, usaha untuk menurunkan tingkat kelahiran harus didukung dengan usaha penun-daan perkawinan. Hal ini terutama mengingat bahwa usia perka-winan di beberapa daerah masih cukup rendah.

Penerangan tentang pentingnya penundaan perkawinan telah diberikan kepada para remaja dan pemuda dengan menyarankan agar wanita menikah sesudah umur 20 tahun dan pria sesudah umur 25

XIX/6

Page 7:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

tahun. Selain itu dijelaskan pula kerugian dan bahaya perkawin-an usia muda terhadap kesehatan ibu dan anak pada waktu mela-hirkan serta sesudah melahirkan dalam merawat anak. Data yang ada menunjukkan kenaikan rata-rata umur perkawinan pertama dari 20,1 tahun pada tahun 1980 menjadi 21,2 tahun pada tahun 1985.

3. Peningkatan Tingkat Pendidikan

Peningkatan pendidikan penduduk berperan panting pada pe-ningkatan kualitas dan produktifitas serta mendorong kesediaan untuk menerima tatanan hidup baru, antara lain keluarga beren-cana. Sehubungan dengan itu perlu peningkatan penyediaan prasa-rana dan sarana pendidikan. Dalam tahun 1986/87 telah dibangun 2.772 gedung dan 7.745 ruang kelas Sekolah Dasar, 84 gedung dan 56 ruang kelas Sekolah Menengah Tingkat Pertama serta 36 gedung dan 32 ruang kelas Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Kebijaksanaan wajib belajar dalam Repelita IV bagi penduduk usia sekolah, 7 - 12 tahun telah mulai dilaksanakan. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah telah naik dari 97,2% pada akhir Repelita III menjadi 99,5% pada tahun 1986/87. Peningkatan yang cukup menyolok juga ditunjukkan pada tingkat SMTP dan SMTA. Dalam kurun waktu yang sama terdapat kenaikan masing-masing sebesar 8,3% dan 9,2%.

4. Program Terpadu Kependudukan dan Keluarga Berencana

Peningkatan keadaan gizi, terutama bagi bayi dan anak-anak, akan dapat menurunkan tingkat kematian bayi dan anak yang selanjutnya akan dapat membawa dampak penurunan kelahiran. Keterpaduan program kependudukan dan keluarga berencana dengan program perbaikan gizi, memungkinkan seorang peserta keluarga berencana sekaligus mendapatkan pelayanan kontrasepsi, penim-bangan anak dan pengetahuan gizi. Bagi ibu-ibu yang belum menjadi peserta KB, di samping diberikan pelayanan penimbangan anak juga mendapat motivasi serta penerangan kependudukan dan keluarga berencana. Untuk mendukung usaha tersebut kepada para kader UPGK telah diberikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana. Sampai dengan tahun 1983/84 telah diberikan latihan kepada 68.177 orang. Sedangkan pada tahun 1984/85, 1985/86 dan 1986/87 telah diberikan latihan kepada 3.224 orang, 18.781 orang dan 16.678 orang.

Perintisan keterpaduan program gizi dan KB ditingkat pede-saan yang semula dilakukan Pos-pos Penimbangan Balita atau Taman-taman Gizi dan Pos-pos KB, sejak tahun 1985/86 secara

XIX/7

Page 8:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

berangsur-angsur dipadukan dengan program-program lain seperti imunisasi dan kesehatan ibu dan anak dan penanggulangan diare. Pelayanan terpadu ditingkat desa ini kemudian dikenal dengan POSYANDU yang diusahakan dan dikelola oleh masyarakat .

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan kualitas fisik anak, program kependudukan dan KB telah dipadukan pula dengan kegiatan stimulasi untuk mencerdaskan anak yang disebut dengan kegiatan bina balita. Sehubungan dengan itu, dalam tahun 1985/86 telah diupayakan pengadaan alat permainan edukatif (APE) dengan memanfaatkan potensi dan tenaga terampil yang ada setempat serta sesuai dengan keadaan daerah. Kegiatan bina balita ini telah dilaksanakan di 14 propinsi pada tahun 1985/86 dan dikembangkan di 4 propinsi pada tahun 1986/87 sehingga telah meliputi sebanyak 251 desa. Untuk memantapkan pelaksanaan program bina balita telah diberikan latihan kepada 2.510 orang kader, 116 orang pelatih propinsi dan 70 orang pelatih kabupa-ten.

Program terpadu KB-Transmigrasi bertujuan agar pertumbuhan penduduk di daerah transmigrasi akan terkendali sehingga trans-migran tidak merupakan beban bagi daerah penerima transmigrasi, tetapi bahkan menjadi penyumbang tenaga kerja. Dalam tahun 1986/87 telah dimantapkan rumusan pola-pola pelaksanaan program KB di lingkungan masyarakat transmigrasi. Selain itu telah disusun kurikulum dan buku petunjuk untuk latihan bagi pengelo-la, pelaksana dan kader di lingkungan masyarakat transmigrasi. Dalam tahun 1986/87, telah dilakukan berbagai latihan bagi sejumlah 595 orang tenaga PLKB di lima propinsi penerima trans-migrasi (Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Bengkulu dan Kalimantan Barat) yang meliputi 595 unit pemukiman transmigrasi (UPT). Dengan demikian, di setiap UPT terdapat seorang petugas lapa-ngan keluarga berencana yang akan memberikan penyuluhan, pembi-naan dan pendistribusian alat kontrasepsi. Hal ini sangat me-nunjang kelancaran pelaksanaan program KB di daerah transmigra- si.

Kelestarian kesertaan dalam program keluarga berencana merupakan sasaran panting dari program keluarga berencana. Untuk menunjang pencapaian sasaran tersebut terus dikembangkan usaha peningkatan pendapatan keluarga peserta KB (UPPKA). Usaha yang dilakukan adalah memberikan bantuan modal kepada kelompok peserta KB yang digunakan dalam usaha berupa koperasi simpan pinjam atau memberikan kredit bagi usaha yang produktif. Hingga tahun 1986/87, jumlah kelompok peserta keluarga berencana yang mendapat bantuan modal telah mencapai 21.007 kelompok. Kelompok

XIX/8

Page 9:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

usaha ini secara bertahap dikembangkan menjadi pra koperasi atau koperasi.

Sementara itu, kepada para remaja dan pemuda telah pula diberikan keterampilan dalam bidang-bidang usaha yang akan dilakukan, seperti memelihara ternak, anyam-anyaman, jahit menjahit dan sebagainya. Usaha terpadu ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan peserta keluarga berenca- n a s e r t a dapat meningkatkan kemandirian masyarakat untuk ber-swadaya dalam mengembangkan peranan wanita melalui partisipasi aktif dalam kegiatan ekonomis produktif. Hal ini sekaligus memantapkan kelestarian pemakaian alat kontrasepsi sehingga dapat mempercepat pelembagaan NKKBS sehingga masyarakat dapat melakukan alih peran program keluarga berencana.

Sementara itu kepada para peserta KB aktif diberikan kelapa hibrida dan sertifikat Danareksa serta pemberian beasiswa bagi anak peserta KB dengan maksud untuk merangsang tumbuhnya rasa kebanggaan memiliki dan berpartisipasi dalam program kependu-dukan dan keluarga berencana. Dalam tahun 1986/87 telah diberi-kan 1.347.834 bibit kelapa hibrida sehingga sampai saat ini telah diberikan sebanyak 3,3 juta butir bibit kelapa hibrida. Usaha ini dimaksudkan juga untuk mendorong penduduk menggunakan tanah pekarangan secara produktif. Sementara itu, dalam tahun 1986/87 telah diberikan beasiswa bagi anak peserta KB lestari yang berpendidikan kejuruan dan mempunyai prestasi baik. Hal ini dimaksudkan untuk mengayomi mereka agar tetap menjadi pe-serta KB lestari. Kegiatan ini terlaksana sebagai upaya kerja sama dengan Yayasan Supersemar.

Agar didapatkan efektifitas yang tinggi dalam penyerasian kegiatan-kegiatan terpadu telah pula digiatkan Forum Konsulta-si. Melalui konsultasi ini dikomunikasikan hal-hal yang bersi-fat strategis mengenai program keluarga berencana kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian akan terjadi komuni-kasi timbal balik antar sektor pembangunan yang dapat memantap-kan keterpaduan program kependudukan dan keluarga berencana dengan program-program pembangunan lain.

5. Penerangan dan Motivasi

Program penerangan dan motivasi merupakan bagian penting dari program keluarga berencana. Pada tahap pertama kegiatan ini ditujukan untuk merangsang dan membangkitkan perhatian serta pengertian umum masyarakat tentang keluarga berencana dan masalah-masalah kependudukan. Pada tahap berikutnya, ditumbuh-

XIX/9

Page 10:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

kan dan ditingkatkan pengetahuan, sikap dan praktek keluarga berencana serta meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai masalah kependudukan.

Jumlah peserta keluarga berencana telah meningkat secara cepat. Oleh karena itu, kegiatan penerangan dan motivasi lebih diarahkan pada usaha-usaha mengajak penduduk memakai alat kon-trasepsi yang lebih mantap dan usaha-usaha pengayoman dan pe-lestariannya. Dengan demikian, kelangsungan pemakaian kontra-sepsi akan lebih tinggi yang akhirnya dapat mempercepat proses pelembagaan NKKBS. Sementara itu, mengingat bahwa 95,7% dari peserta KB adalah wanita, maka mulai tahun 1986/87 diting-katkan dan digalakkan penerangan dan motivasi KB untuk suami/ bapak. Hal ini juga berkaitan dengan sasaran swasembada kondom yang pabriknya di Banjaran - Bandung telah diresmikan dalam tahun 1986/87.

Dengan makin luasnya program keluarga berencana, isi pesan penerangan serta motivasi kependudukan dan keluarga berencana juga dikembangkan serta dimantapkan yang disesuaikan dengan situasi dan tingkat perkembangan program. Di daerah dengan tingkat kesertaan keluarga berencana tinggi dan sudah memakai alat kontrasepsi mantap, penerangan dan motivasi ditujukan untuk pelestarian pemakaian alat kontrasepsi. Sedangkan di daerah dengan tingkat kesertaan tinggi tetapi umumnya memakai alat kontrasepsi yang kurang mantap, isi pesan diarahkan pada penggunaan alat kontrasepsi mantap. Sebaliknya, di daerah de-ngan tingkat kesertaan keluarga berencana rendah, penerangan dan motivasi diarahkan untuk mengajak pasangan usia subur ber-keluarga berencana.

Sebagai akibat tingginya tingkat kelahiran di masa lalu, program keluarga berencana menghadapi tantangan peningkatan jumlah remaja yang akan memasuki usia reproduksi (Pra-PUS). Oleh karena itu, jangkauan sasaran penerangan dan motivasi telah dikembangkan untuk meliput kelompok penduduk tersebut, yaitu golongan pemuda dan remaja. Kepada kelompok muda ini disampaikan pesan-pesan mengenai masalah kependudukan dan ke-luarga berencana baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian, pada masanya, mereka bersedia menggu-nakan alat kontrasepsi lebih awal dan lebih mantap sehingga kelangsungan pemakaiannya lebih tinggi. Pelaksanaan penerangan dan motivasi untuk kelompok pemuda dan remaja ini juga dilaku-kan melalui organisasi pemuda, karang taruna, pramuka dan seba-gainya.

XIX/10

Page 11:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

Penerangan dan motivasi yang dilakukan secara massal harus diikuti dengan pendekatan perorangan sehingga kesadaran yang telah mulai berkembang dapat tumbuh menjadi keyakinan akan kebutuhan dan akhirnya mengarah pada tindakan untuk melaksana-kan keluarga berencana. Oleh karena itu terus diusahakan ke-lengkapan jumlah Petugas Keluarga Berencana Lapangan (PLKB) yang melakukan kontak langsung dengan penduduk dan masyarakat. Jumlah PLKB pada tahun 1985/86 adalah 14.979 orang dan pada tahun 1986/87 jumlahnya sudah menjadi 15.525 orang. Sementara itu terdapat pula 3.811 orang Pengawas PLKB. Di samping itu, ditingkatkan pula pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat dan ulama yang tidak hanya menjadi penyebar luas keluarga berencana tetapi juga menjadi panutan bagi masyarakat sekelilingnya untuk berkeluarga berencana.

Dalam tahun 1986/87 terus ditingkatkan penerangan dan moti-vasi kependudukan dan keluarga berencana melalui rumah sakit. Melalui kegiatan penerangan dan motivasi ini telah pula dikem-bangkan kegiatan penerangan medis yang berkaitan dengan penggu-naan alat kontrasepsi. Dengan demikian para peserta keluarga berencana akan merasa lebih mantap dalam kesertaan mereka dalam program keluarga berencana. Hal ini selanjutnya akan meningkat-kan kelestarian pemakaian alat kontrasepsi.

Tata cara pelaksanaan program keluarga berencana harus dibedakan dengan memperhatikan sifat dan tata kehidupan antara masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan. Bagi daerah perkotaan program KB dikembangkan dengan cara menumbuhkan ke-ikutsertaan sektor swasta dalam penanganan program kependudukan dan keluarga berencana. Hal ini dilakukan melalui mobilisasi sumber daya, dana dan saran. Dengan demikian, secara bertahap masyarakat dapat mengusahakan dan membiayai sendiri pelayanan KB sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing.

Untuk memperluas jangkauan program terutama meliput daerah-daerah terpencil, penerangan dilakukan pula dengan menggunakan Unit Penerangan Keliling dan Tim Keluarga Berencana Keliling (TKBK). Dalam hal yang terakhir ini, kegiatan penerangan dipa-dukan dengan kegiatan pelayanan kontrasepsi. Dengan demikian, petugas lapangan dapat mendatangi tempat/lokasi calon peserta keluarga berencana dan memberikan penerangan serta pelayanan kontrasepsi di tempat.

XIX/11

Page 12:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

6. Pelembagaan program

Dalam tahun 1986/87 pelembagaan pelaksanaan program Kepen-dudukan dan KB terus ditingkatkan. Dengan tumbuhnya lembaga-lembaga ini mulai terjadi proses pelembagaan dalam pengelolaan program keluarga berencana dan kependudukan di masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut antara lain adalah Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) atau Sub-Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (Sub-PPKBD).

Semakin meningkatnya peranan lembaga-lembaga masyarakat dalam pengelolaan program Kependudukan dan Keluarga Berencana, akan mendorong semakin cepat terwujudnya NKKBS. Pada akhir Repelita III, PPKBD dan Sub-PPKBD sudah berjumlah 184.191 buah. Jumlah tersebut telah naik menjadi 273.387 buah pada tahun 1986/87, berarti dalam waktu tiga tahun terjadi kenaikan hampir 50 persen (Tabel XIX - 1). Angka-angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan PPKBD dan Sub-PPKBD yang dibentuk secara sukarela oleh peserta keluarga berencana cukup pesat. Dengan demikian, peserta keluarga berencana tidak hanya merasa-kan dirinya sebagai sasaran program kependudukan dan keluarga berencana, tetapi mereka telah merasa memiliki dan ikut ber-tanggung jawab atas perluasan dan kelestarian program. Perubahan perilaku ini ditunjukkan dengan kesediaan mereka menjadi motivator dan pengelola sukarela program kependudukan dan ke-luarga berencana di daerah sekelilingnya. Keadaan demikian ini merupakan tahapan penting dalam rangka alih peran program kepa-da masyarakat.

Tumbuh dan berkembangnya PPKBD dan Sub-PPKBD secara pesat yang menjangkau sampai ke setiap pedukuhan sangat mendukung pelaksanaan program keluarga berencana terutama dalam hal pe-nyaluran alat-alat kontrasepsi kepada peserta keluarga berenca-na. Penyaluran yang semula hanya tergantung kepada pusat-pusat pelayanan maupun PLKB yang ada, dapat dilakukan melalui dan oleh PPKBD serta Sub-PPKBD. Dengan demikian, peserta keluarga berencana mempunyai kemudahan dalam memperoleh alat-alat kon-trasepsi. Di lain pihak, "kelupaan" peserta untuk mengambil alat kontrasepsi dapat dengan mudah diketahui dan diingatkan karena pemberi dan penerima alat kontrasepsi saling mengenal.

Untuk merangsang tumbuhnya rasa memiliki, partisipasi dan tanggung jawab dalam program keluarga berencana, kepada peserta KB aktif yang telah berpartisipasi selama 5, 10 dan 16 tahun diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan dilakukan dua tahun sekali. Dalam tahun 1984/85, telah diberikan penghargaan

XIX/12

Page 13:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 1

JUMLAH PEMBANTU PEMBINA KELUARGA BERENCANA DESA,1983/84 - 1986/87

(buah)

Jenis kelompok1983/8

Repelita IV

Peserta KB 1984/85 1985/86 *) 1986/87

Pembantu Pembina 57.440 65.559 69.858 71.958KB Desa (PPKBD)

Sub-Pembantu 126.751 185.416 193.715 201.429Pembina KB Desa(Sub-PPKBD)

Jumlah : 184.191 250.975 263.573 273.387

*) Angka diperbaiki.

XIX/13

Page 14:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

kepada 3.673 peserta KB aktif selama 16 tahun, 258.099 peserta KB aktif selama 10 tahun dan 648.634 peserta KB aktif selama 5 tahun. Dua tahun kemudian yaitu tahun 1986/87 pemberian peng-hargaan tersebut meningkat pesat untuk semua kategori, yaitu 19.780 peserta KB aktif selama 16 tahun, 365.770 peserta KB aktif selama 10 tahun dan 867.884 peserta KB aktif selama 5 tahun. Di samping itu, kepada pengelola program juga diberikan penghargaan pengelola teladan. Meningkatnya jumlah penerima penghargaan tersebut antara lain disebabkan oleh makin me-ningkatnya jumlah peserta KB yang melapor. Hal ini menandakan adanya rasa bangga sebagai peserta KB. Jadi perasaan "malu" sebagai peserta KB yang menghinggapi masyarakat pada awal pro-gram KB Nasional diperkenalkan sudah hilang.

7. Pendidikan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Generasi muda yang masih duduk dibangku sekolah maupun yang tidak, merupakan sasaran utama program ini. Bagi mereka telah dikembangkan materi pendidikan kependudukan untuk tiap jenjang pendidikan formal dan pendidikan KB untuk pendidikan non-for-mal.

Pendidikan kependudukan di sekolah atau pendidikan formal dilakukan dengan mengintegrasikan ke dalam 5 bidang studi yaitu pendidikan agama Islam, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, bahasa Indonesia dan pendidikan moral Pancasila. Untuk maksud tersebut, _telah dilakukan penataran bagi guru, kepala sekolah, penilik sekolah serta pengawas sekolah. Dalam penatar-an, peserta diberikan bekal pengetahuan mengenai masalah kepen-dudukan dan keluarga berencana serta cara-cara mengintegrasikan materi pendidikan kependudukan ke dalam bidang studi masing-masing. Pada tahun 1983/84, tahun terakhir Repelita III, telah dididik sebanyak 16.642 orang guru pendidikan kependudukan untuk berbagai jenis tingkatan pendidikan. Jumlah tersebut telah meningkat menjadi 21.292 orang pada tahun 1984/85. Dalam tahun 1985/86 telah dididik sebanyak 9.301 orang guru pendi-dikan kependudukan sedangkan dalam tahun 1986/87 sejumlah 15.057 tenaga guru pendidikan kependudukan. Sementara itu, jumlah guru pendidikan formal yang mendapat pendidikan kependu-dukan tahun 1986/87 sebanyak 4.057 orang sedangkan tahun 1985/86 sebanyak 6.984 orang. Turunnya jumlah ini karena sejak tahun 1985/86 pendidikan kependudukan lebih diarahkan kepada Kepala, Penilik dan Pengawas Sekolah yaitu dengan memberikan pendidikan kependudukan kepada 3.242 orang pada tahun 1986/87 (Tabel XIX-2). Dari mereka diharapkan terjadi imbas kepada guru-guru lain-nya. Cara pelaksanaan ini dinilai lebih efisien mengingat jum

XIX/14

Page 15:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 2

JUMLAH TENAGA GURU YANG MENDAPATKANLATIHAN PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN,

1983/84 - 1986/87(orang)

Repelita IVKategori Tenaga Guru 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87

Guru SD/Ibtidaiyah 3.411 4.670 3.365 339

Guru SMTP/Tsanawiyah 3.549 2.880 2.019 254

Guru SMTA/Aliyah 1.520 3.570 1.340 222

Guru Lainnya 60 1.270 260 3.242

Tenaga Lainnya 8.102 8.902 2.317 11.000

Jumlah : 16.642 21.292 9.301 15.057

XIX/15

Page 16:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

lah guru yang sangat banyak sedangkan penyebaran pendidikan kependudukan kepada anak sekolah dan generasi muda sangat dibu-tuhkan. Di samping pelaksanaan pendidikan kependudukan terse-but, dalam tahun 1985/86, telah selesai disusun bahan pengaja-ran, kurikulum maupun pedoman pelaksanaan pendidikan-keluarga berencana.

Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana program dalam kegiatan pendidikan dan latihan, telah dirintis pelaksanaan latihan jarak jauh. Pada tahun 1985/86 telah mulai disiapkan modul-modul yang dibutuhkan dan telah dilakukan uji coba bagi penyempurnaan dan pemantapannya. Selanjutnya, dalam tahun 1986/87 telah pula dilakukan pendidikan kependudukan secara tertulis bagi guru-guru SD, SMTP dan SMTA sebanyak 800 orang.

Secara umum sasaran pendidikan KB dibagi menjadi sasaran didik yang dalam waktu singkat akan memasuki pasangan usia subur (Pra-Pus) dan sasaran didik yang masih lama memasuki usia subur. Kelompok Pra-Pus dibekali dengan materi pendidikan yang meliputi pengetahuan dan kesadaran tentang kehidupan keluarga termasuk reproduksi, sehingga mereka mempunyai kesadaran kelu-arga berencana pada saat usia subur.

Pendidikan KB yang diberikan kepada kelompok sasaran didik yang lebih muda bertujuan memberikan bekal jangka panjang me-ngenai masalah kependudukan. Dalam tahun 1986/87 telah dibe-rikan pendidikan KB kepada 11.000 kader KB generasi muda yang tersebar di seluruh Indonesia. Sementara itu telah pula diman-tapkan koordinasi antara pendidikan keluarga berencana dan kependudukan agar tidak terjadi tumpang tindih antara kedua kegiatan tersebut, baik mengenai kebijaksanaan, materi maupun pelaksanaannya.

Diharapkan bahwa pendidikan kependudukan dan keluarga be-rencana menjadi satu kesatuan dalam sistem pendidikan nasional, dengan cara penataan kembali sistem pendidikan kependudukan dan KB. Dengan demikian pengelolaan pendidikan kependudukan dan KB diharapkan dapat diintegrasikan dengan pengelolaan sistem pen-didikan nasional.

Dengan terdapatnya keterkaitan antara masalah kependudukan dan lingkungan hidup, maka telah dirintis pendidikan kependu-dukan dan lingkungan dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan masalah kependudukan, lingkungan hidup serta kaitan antara kedua masalah tersebut. Dalam tahun 1985/86 telah dimantapkan konsepnya dan dilakukan latihan singkat sebagai penjajagan

XIX/16

Page 17:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

serta uji coba sedangkan dalam tahun 1986/87 telah dilakukan pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup kepada sekitar 100 dosen universitas negeri dan swasta.

8. Pendidikan dan latihan tenaga program

Sejalan dengan perkembangan program keluarga berencana yang telah meliput sebagian besar penduduk Indonesia maka diperlukan usaha untuk memperkuat lini lapangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, terus ditingkatkan kemampuan dan keterampilan tehnis operasional para pengelola dan pelaksana program. Selama tahun 1986/87 telah diberikan pendidikan dan latihan bagi 23.463 orang tenaga program dari berbagai macam kategori pendidikan dan latihan (Tabel XIX - 3). Dari jumlah tersebut 16.678 orang diantaranya adalah kader UPGK.

Dalam rangka pengembangan pengetahuan bagi peningkatan kualitas tenaga program, telah dilaksanakan pendidikan lanjutan di dalam dan di luar negeri bagi tenaga program di dalam pro-gram keluarga berencana dan di unit pelaksana. Dalam tahun 1986/87, telah dididik sebanyak 72 orang, baik untuk pendidikan jangka pendek maupun jangka panjang.

Untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan program maka dalam tahun 1986/87 telah pula diberikan latihan pengelolaan program bagi pengelola program tingkat Kabupaten/Kotamadya. Di samping itu telah pula dirintis pelaksanaan pendidikan jarak jauh bagi tenaga lapangan.

9. Pelayanan Kontrasepsi

Peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan keluar-ga berencana, mendorong timbulnya pelayanan KB yang meningkat jumlah dan mutunya. Untuk itu, diperlukan penambahan jumlah sarana pelayanan di Klinik KB dan di Rumah Sakit dengan pela-yanan KB dan TKBK. Sedang untuk distribusi alat-alat kontrasep-si seperti pil dan kondom telah digunakan pelayanan melalui pos-pos KB/Posyandu, PPKBD dan Sub-PPKBD.

Jumlah klinik keluarga berencana pada akhir Repelita III berjumlah 7.064 buah dan 556 buah dari jumlah tersebut dikelola oleh swasta. Dari Tabel XIX-4 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun telah terjadi peningkatan jumlah klinik KB. Pada tahun 1986/87 klinik KB berjumlah 8.464 buah; 802 buah dari jumlah tersebut dikelola oleh swasta. Dapat dilihat pula bahwa antara tahun 1983/84 dan 1986/87 kenaikan tertinggi jumlah klinik KB

XIX/17

Page 18:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 3

JUMLAH TENAGA PROGRAM KB YANG MENDAPATKANPENDIDIKAN DAN LATIHAN KELUARGA BERENCANA,

1983/84 - 1986/87(orang)

Repelita IVKategori Tenaga KB 1983/84

1984/85 1985/86*) 1986/87

Dokter 432 582 310 282

Bidan/Pembantu Bidan 1.383 1,312 146 302

Petugas Lapangan KB 2.725 2.594 4.225 1.824

Petugas Pencatatandan Pelaporan 693 1.087 256 886

Petugas Penerangan 587 314 1.399 794

Pembantu PembinaKB Desa 2.005 439 1.399 470

Kader UPGK 68.177 3.224 18.781 16.678

Tenaga lainnya 3.232 4.118 0 2,227

Jumlah : 79.234 13.670 26.516 23.463

*) Angka diperbaiki

XIX/18

Page 19:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 4

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA MENURUT STATUS,1983/84 - 1986/87

(buah)

Repelita IVStatus Klinik 1983/84

1984/85 1985/86 1986/87

Departemen Kesehatan 5.790 6.135 6.537 6.820

A B R I 479 482 518 523

Instansi PemerintahLainnya 239 261 281 319

Swasta 556 631 737 802

Jumlah : 7.064 7.509 8.073 8.464

XIX/19

Page 20:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

GRAFIK XIX — 1

JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA MENURUT STATUS,1983/84 — 1986/87

XIX/20

Page 21:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

adalah klinik yang dikelola oleh swasta (44,2%). Dengan demi-kian, dalam pengelolaan program KB pihak swasta telah menunjuk-kan peran sertanya yang lebih tinggi.

Sementara itu pelayanan KB di rumah sakit terus meningkat. Pada akhir Repelita III jumlah rumah sakit yang memberikan pelayanan keluarga berencana berjumlah 433 buah dan pada tahun 1984/85 menjadi 474 buah. Pada tahun ketiga Repelita IV (1986/87) jumlah rumah sakit yang memberi pelayanan keluarga berencana meningkat menjadi 954 buah yang terbagi dari 137 rumah sakit milik swasta dan 817 rumah sakit pemerintah.

Fungsi rumah sakit di dalam program KB bersifat ganda, yaitu sebagai pelayanan KB serta sebagai pusat rujukan dan pengayoman media bagi penanggulangan komplikasi dan efek sam-pingan penggunaan alat kontrasepsi. Selain itu dalam rangka PKBRS dilayani pula kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bagi calon peserta KB dibagian anak, bagian bedah dan kandungan. Dengan pelayanan KIE di rumah sakit diharapkan agar keputusan yang diambil oleh para ibu tentang kesertaannya dalam program KB dan pilihannya akan alat kontrasepsi, menjadi makin mantap.

Masalah keterbatasan pengadaan klinik dan rumah sakit dalam melayani peserta KB yang jumlahnya terus meningkat telah dapat diatasi dengan mengadakan pelayanan KB yang mobil atau pela-yanan keliling melalui TKBK. Dengan demikian peserta KB di daerah terpencil masih dapat didatangi untuk mendapatkan pela-yanan. Lebih dari itu, TKBK juga mempunyai fungsi penerangan dan motivasi.

Perluasan jangkauan program KB yang dapat dilakukan secara efektif melalui TKBK, dari tahun ke tahun menunjukkan, pening-katan frekuensi TKBK. Dari Tabel XIX-5 terlihat bahwa pada tahun 1983/84 kegiatan TKBK mencapai 391.714 kali. Pada tahun 1986/87 jumlah tersebut meningkat menjadi 574.752 kali. Tampak bahwa kegiatan TKBK yang makin berkembang dapat meningkatkan fungsi klinik KB, yaitu selain sebagai tempat pelayanan, juga sebagai pusat upaya perluasan jangkauan pelayanan KB. Dengan demikian keterbatasan pengadaan klinik dapat diatasi oleh ke-giatan TKBK.

Untuk memperluas jangkauan program KB dan kependudukan partisipasi masyarakat terus digalakkan. Di daerah perkotaan, partisipasi dokter dan bidan praktek swasta sangat penting

XIX/21

Page 22:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 5

JUMLAH KEGIATAN TIM KB KELILING (TKBK),1983/84 - 1986/87

( buah )

W i l a y a h 1983/84Repelita

1984/85 1985/86 1986/87

Jawa - Bali 253.969 250.360 312.937 341.845

Luar Jawa-Bali I 104.006 98.621 125.281 143.365

Luar Jawa-Bali II 33.739 35.669 52.661 89.542

Jumlah: 391.714 384.650 490.879 574.752

XIX/22

Page 23:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

dalam memberikan pelayanan alat kontrasepsi dan menerima rujuk-an. Sedang di daerah pedesaan, bentuk partisipasi masyarakat adalah partisipasi PPKBD dan Sub-PPKBD sebagai penyalur pemba-gian pil dan kondom.

Beberapa usaha peningkatan mutu pelayanan KB antara lain meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah menerima alat kontrasepsi, kunjungan rumah dan penanggulangan efek sampingan dan komplikasi bila ditemukan.

Peningkatan jumlah klinik, rumah sakit dan TKBK serta per-luasan jangkauan penggarapan program menyebabkan peningkatan kebutuhan akan tenaga. Untuk itu telah diusahakan pendidikan dan latihan tambahan dan ulangan terhadap tenaga-tenaga program yang meliputi dokter, bidan, pembantu bidan dan tenaga adminis-trasi.

Tabel XIX-6 menunjukkan perkembangan tenaga program di klinik KB selama tiga tahun terakhir. Pada akhir Repelita III, jumlah tenaga program tercatat sebanyak 20.953 orang. Jumlah tersebut naik menjadi 24.500 orang pada tahun 1984/85 sedangkan jumlahnya pada tahun 1986/87 sebanyak 27.610 orang. Dari angka-angka tersebut terlihat adanya kenaikan 31,8% selama tiga tahun pertama Repelita IV.

Pandangan dan perilaku peserta KB serta keragaman jenis alat kontrasepsi yang dipakai berpengaruh terhadap kelestarian program KB. Makin tinggi derajat perlindungan kontrasepsi ter-hadap kehamilan, makin lestari program KB. Oleh karena itu telah diusahakan penganekaragaman jenis alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan peserta KB. Uji coba terhadap minat calon peserta KB dan bagi derajat perlindungan terhadap kehamilan serta bahaya efek samping dan komplikasi selalu dilakukan sebe-lum suatu alat kontrasepsi dapat diterima dan dipakai dalam program KB.

Uji coba alat kontrasepsi norplant yang mempunyai daya perlindungan terhadap kehamilan selama 5 tahun telah dilakukan dalam tahun 1984/85 dan 1985/86 dengan hasil yang menunjukkan bahwa minat calon pemakai cukup tinggi. Sampai dengan tahun 1986/87, peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi norplant sebanyak 81,6 ribu orang. Sepintas lalu pemakai alat kontrasepsi tersebut relatif kecil, akan tetapi mengingat pema-kaian alat kontrasepsi ini baru diperkenalkan tahun 1985/86 maka pencapaian angka tersebut cukup menggembirakan.

XIX/23

Page 24:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX – 6

JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BERENCANA,1983/84 - 1986/87

(orang)

Repelita IVJenis Tenaga 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87

Dokter 4.601 4.954 5.325 5.583

B i d a n 6.544 6.961 7.483 7.845

Pembantu Bidan 5.141 6.596 7.090 7.433

Tenaga Administrasi 4.667 5.989 6.438 6.749

Jumlah: 20.953 24.500 26.336 27.610

XIX/24

Page 25:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

GRAFIK XIX — 2JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BERENCANA.

1983/84 — 1986/87

XIX/25

Page 26:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

10. Pencapaian Peserta KB Baru

Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di masa lalu yang disebabkan oleh tingginya tingkat kelahiran memberikan dampak jumlah penduduk muda yang besar pada saat ini. Misalnya, pendu-duk wanita yang berumur 15 - 49 tahun pada tahun 1980 sebanyak 35,9 juta. Jumlah tersebut telah meningkat menjadi 40,6 juta pada tahun 1985. Selanjutnya, dari jumlah tersebut terdapat 30,5 juta yang telah kawin dan berarti telah menjadi pasangan usia subur serta dapat melahirkan anak.

Besarnya jumlah pasangan usia subur terutama yang berusia muda merupakan tantangan yang berat bagi pelaksanaan program. Oleh karena itu, segala sumber dana dan daya telah dikerahkan untuk menarik dan mengajak pasangan usia subur muda untuk memakai alat kontrasepsi dan membina mereka yang telah memakai alat kontrasepsi agar tetap lestari memakai.

Salah satu petunjuk dari hasil usaha ini adalah jumlah peserta KB baru yaitu jumlah pasangan usia subur (PUS) yang berhasil diajak berkeluarga berencana. Jumlah peserta KB baru selama tiga tahun pertama Repelita IV dan keadaan pada akhir Repelita III disajikan dalam Tabel XIX - 7. Pada tahun 1983/84, dapat diajak sebanyak 5,2 juta PUS untuk menjadi peserta KB. Dari jumlah tersebut 3,9 juta PUS tinggal di Jawa - Bali. Untuk seluruh Indonesia terdapat pencapaian 185,6% sedangkan Jawa - Bali lebih tinggi lagi, yaitu 194,7%.

Pencapaian pada tahun pertama dari Repelita IV tidak sebaik tahun sebelumnya. Secara nasional, jumlah peserta KB baru ada-lah 4,1 juta PUS. Keadaan pada tahun kedua Repelita IV, tahun 1985/86, lebih baik dari pada tahun pertama Repelita IV walau-pun belum sebaik tahun 1983/84. Dalam tahun ke III Repelita IV, pencapaian hasil sasaran peserta KB baru turun dari tahun sebelumnya untuk semua wilayah. Secara nasional terdapat penca-paian sebesar 5,1 juta PUS.

Seperti terlihat pada Tabel XIX-8, ada kecenderungan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang lebih mantap pada tiga tahun pertama Repelita IV bila dibandingkan dengan Repelita III. Dalam tahun 1983/84 peserta KB baru yang memakai pil 44,1%, pada tahun 1986/87 turun menjadi 38,3%. Demikian pula untuk IUD pada tahun 1983/84 turun dari 27,2% menjadi 18,4% pada tahun 1986/87. Sebaliknya untuk alat kontrasepsi yang lebih mantap yaitu suntikan, telah terjadi peningkatan yang menyolok. Bila

XIX/26

Page 27:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 7

PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB BARU,1983/84 - 1986/87

( ribu )

Repelita IVW i l a y a h 1983/84

1984/85 1985/86 1986/87

Jawa – Bali

Sasaran Repelita 2.000,0 3.116,0 3.037,3 3.414,4

Pencapaian 3.895,1 2.724,8 3.504,9 3.351,0

(194,7%) (87,5%) (115,4%) (98,1%)

Luar Jawa-Bali I

Sasaran Repelita 650,0 910,0 1.173,5 1.159,6

Pencapaian 1.009,9 1.005,1 1.147,9 1.067,0

(155,4%) (110,5%) (97,8%) (92,0%)

Luar Jawa-Bali II

Sasaran Repelita 177,0 249,0 391,2 400,0

Pencapaian 341,2 342,9 414,9 399,0

(192,8%) (137,7%) (106,1%) (97,5%)

Indonesia

Sasaran Repelita 2.827,0 4.275,0 4.602,0 4.974,0

Pencapaian 5.246,2 4.072,8 5.067,7 4.808,0

(185,6%) (95,3%) (110,1%) (96,7%)

XIX/27

Page 28:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 8

JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARUMENURUT METODE KONTRASEPSI,

1983/84 - 1986/87(ribu)

*) Belum dilaksanakan

XIX/28

Page 29:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

GRAFIK XIX — 3JUMLAH PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI,.

1983/84 — 1986/87

XIX/29

XIX/25

Page 30:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

pada tahun 1983/84 suntikan baru mencapai 23,4%, pada tahun 1986/87 mengalami kenaikan sangat besar yaitu menjadi 36,7%. Begitu juga untuk alat kontrasepsi norplant meskipun kecil persentasenya pada awal diperkenalkannya pada tahun 1985/86 (0,2%), pada tahun 1986/87 meningkat menjadi 0,7%. Kenaikan tersebut ada hubungannya dengan lamanya perlindungan Norplant terhadap kehamilan yang dapat mencapai 5 tahun.

Pada tahun 1983/84 terlihat bahwa 40,8% peserta KB baru, berumur kurang dari 25 tahun (Tabel XIX-9). Persentase untuk kelompok wanita yang sama pada tahun 1986/87 adalah 44,1% yang berarti ada kenaikan 3,3%. Sebaliknya untuk wanita dalam kelom-pok umur 35-39 tahun, persentasenya turun dari 9,5% pada tahun 1983/84 menjadi 8,3% pada tahun 1986/87. Data ini menunjukkan program keluarga berencana telah mulai lebih banyak mengajak penduduk usia muda yang berarti telah terjadi penggeseran umur peserta keluarga berencana baru kearah yang lebih muda walaupun terjadinya belum terlalu cepat. Hal ini disebabkan PUS dalam kelompok umur muda jauh lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang berumur tua sebagai akibat tingginya tingkat kelahiran diwaktu lampau. Di samping itu, banyak PUS usia muda yang belum mau memakai alat kontrasepsi karena masih mengharapkan anak.

Tabel XIX-10 menunjukkan bahwa sebagian besar suami peserta KB bekerja di sektor pertanian. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa mata pencaharian sebagian besar penduduk Indo-nesia adalah di sektor pertanian.

Dari berbagai data yang disajikan dimuka dapat disimpulkan bahwa program KB telah menjangkau penduduk yang berumur muda dengan jenis alat kontrasepsi yang dipakai mengarah pada jenis yang lebih efektif serta mempunyai tingkat perlindungan terha-dap kemungkinan kehamilan yang tinggi.

11. Pencapaian Peserta KB Aktif

Peserta KB yang berhasil dibina dan masih menggunakan alat kontrasepsi disebut dengan peserta KB aktif. Pembinaan terhadap peserta KB aktif agar mereka tetap memakai alat kontrasepsi, terus ditingkatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembinaan langsung dilakukan dengan memberikan pelayanan dan pengayoman medis sedangkan pembinaan tidak langsung dilakukan dengan meningkatkan kesejahteraan peserta KB dan keluarganya.

Jumlah peserta keluarga berencana aktif pada tahun ketiga Repelita IV telah mencapai 16,7 juta pasangan usia subur se-

XIX/30

Page 31:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 9

PERSENTASE PESERTA KELUARGA BERENCANA BARUMENURUT KELOMPOK UMUR,

1983/84 - 1986/87( % )

XIX/31

Page 32:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

GRAFIK XIX - 4

PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT KELOMPOK UMUR,1983/84 - 1986/87

XIX/32

Page 33:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 10

PERSENTASE PESERTA KELUARGA BERENCANA BARUMENURUT PEKERJAAN SUAMI PESERTA KB,

1983/84 - 1986/87( % )

PekerjaanSuami 1983/84

Repelita IV

1984/85 1985/86 1986/87

Pegawai Negeri 8,4 8,8 7,7 5,5

Pegawai Swasta 8,3 11,7 10,7 9,7

A B R I 1,3 2,0 1,8 1,2

Pedagang 5,7 5,7 5,6 4,9

P e t a n i 59,0 53,8 58,0 60,9

Pekerjaan lainnya 17,3 18,0 16,2 17.8

Jumlah: 100,0 100,0 100,0 100,0

XIX/33

Page 34:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX -5PERSENTASE PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU

MENURUT PEKERJAAN SUAMI PESERTA KB.1983/84 — 1986/87

XIX/34

Page 35:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

dangkan pada akhir Repelita III jumlahnya 14,4 juta. Jadi, selama tiga tahun pertama Repelita IV jumlah peserta KB aktif telah naik dengan 2,3 juta PUS (Tabel XIX - 11). Kenaikan di daerah Jawa - Bali sebesar 0,7 juta sedangkan di luar Jawa - Bali I dan II masing-masing sebanyak 1,0 juta dan 0,6 juta. Kenaikan jumlah peserta KB ini memberikan dampak kebutuhan pembinaan peserta KB yang lebih efektif, terutama untuk daerah-daerah dengan kesertaan tinggi. Selanjutnya, jika dibandingkan jumlah peserta KB aktif dalam 3 tahun pertama Repelita IV, terlihat bahwa jumlah peserta KB aktif selalu bertambah. Hal ini menunjukkan keberhasilan program KB untuk membina peserta-nya agar tetap memakai alat kontrasepsi. Pencapaian sasaran Repelita pada tahun 1983/84 sebesar 151,8% sedang pada tahun 1984/85, tahun 1985/86 dan tahun 1986/87 masing-masing adalah 111,5%, 103,2% dan 106,6%. Tingkat pencapaian antar daerah tampak berbeda. Jumlah peserta KB aktif di Luar Jawa-Bali II masih terus naik dengan persentase yang cukup besar sejak akhir Repelita III. Sedangkan, untuk Jawa-Bali dan Luar Jawa-Bali I, pencapaian peserta KB aktif tahun 1985/86 sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 1984/85. Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan untuk daerah yang tingkat kesertaan KB-nya telah tinggi lebih sukar dibandingkan dengan daerah yang tingkat kesertaannya masih rendah. Untuk menjaga agar keadaan ini tidak terulang lagi, pola penggarapan program KB pada tahun 1986/87 dilakukan dengan pendekatan wilayah paripurna yaitu meningkatkan pembinaan dan pengayoman peserta KB aktif dengan memperhatikan kondisi dan situasi daerah. Usaha ini memberikan hasil yang cukup menggembirakan dengan kenaikan jumlah peserta KB aktif pada tahun 1986/87.

Dalam Tabel XIX-12 dapat dilihat perkembangan peserta KB aktif menurut jenis alat kontrasepsi yang dipakai sejak tahun 1983/84 dalam Repelita III alat kontrasepsi berupa pil adalah yang paling banyak digunakan. Sejak tahun 1984/85 persentase pemakai pil sejak akhir Repelita III cenderung mengalami penu-runan dari 55,4% menjadi 48,5% pada tahun ketiga Repelita IV. Begitu juga untuk pemakai alat kontrasepsi IUD dalam kurun waktu yang sama dari 27,0% menjadi 24,1%. Keadaan sebaliknya terlihat pada alat kontrasepsi yang mempunyai efektifitas dan kelangsungan yang tinggi. Jika pada tahun 1983/84 hanya terda-pat 9,6% peserta KB aktif yang memakai suntikan maka persentase tersebut telah naik menjadi 19,0% pada tahun 1986/87. Sedangkan alat kontrasepsi yang lebih efektif yang dikategorikan dalam "Lain-lain" dan "Norplant" persentasenya telah naik dari 3,1% pada akhir Repelita III menjadi 4,0% pada tahun ke tiga Repeli-ta IV. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan penurunan pema-

XIX/35

Page 36:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 11

PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB AKTIF,1983/84 - 1986/87

(ribu)

Repelita IVW i l a y a h 1983/84

1984/85 1985/86 1986/87

Jawa – Bali

Sasaran Repelita 8.000,0 10.266,0 10.817,0 11.030.0

Pencapaian 10.776,2 11.425,5 10.896,7 11.488,6

Persentase (134,7%) (111,3%) (100,7%) (104,2%)

Luar Jawa-Bali I

Sasaran Repelita 1.200,0 3.136,0 3.309,0 3.780,0

Pencapaian 3.137,2 3.637,8 3.578,6 4.123,9

Persentase (261,4%) (116,0%) (108,1%) (109,1%)

Luar Jawa-Bali II

Sasaran Repelita 300,0 678,0 712,0 844,0

Pencapaian 509,1 631,6 843,9 1.067,9

Persentase (169,7%) (93,2%) (118,5%) (126,5%).

Indonesia

Sasaran Repelita 9.500,0 14.080,0 14.838,0 15.654,0

Pencapaian 14.422,5 15.694,9 15.319,2 16.680,4

Persentase (151,8%) (111,5%) (103,8%) (106,6%)

XIX/36

Page 37:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 12

JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIFMENURUT METODE KONTRASEPSI,

1983/84 - 1986/87(ribu)

Metode 1983/84Repelita IV

Kontrasepsi 1984/85 1985/86 1986/87

Pi. 1 7.983,2 8.453,4 7.345,4 8.091,0(55,4%) (53,9%) (48,0%) (48,5%)

I U D 3.898,8 4.350,6 4.266,2 4.024,3(27,0%) (27,7%) (27,9%) (24,1%)

K o n d o m 708,8 686,8 641,0 734,0(4,9%) (4,4%) (4,2%) (4,4%)

Suntikan 1.387,6 1.751,2 2.501,8 3.167,0(9,6%) (11,1%) (16,3%) (19,0%)

Lain-lain 444,1 452,8 526,6 582,5

(3,1%) (2,9%) (3,4%) (3,5%)

Norplant *) *) 38,1 81,6(0,2%) (0,5%)

Jumlah : 14.422,5 15.694,8 15.319,1 16.680,4(100,0%) (100,0%) (100,0%)(100,0%)

*) Belum dilaksanakan.

XIX/37

Page 38:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

GRAFIK XIX - 6

JUMLAH PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI..1983/84 - 1996/87

XIX/38

Page 39:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

kaian alat kontrasepsi yang kurang efektif dan kenaikan pema-ka ia n alat kontrasepsi yang lebih efektif. Gambaran ini merupa-kan hal yang cukup menggembirakan karena perlindungan terhadap kehamilan makin besar yang berarti dapat diharapkan adanya penurunan angka kelahiran lebih lanjut.

12. Prasarana dan sarana

Sarana utama program KB adalah alat kontrasepsi. Untuk kelancaran pelaksanaan program, maka penyediaan alat kontrasep-si dalam jumlah yang lebih memadai, dengan mutu yang lebih baik dan peningkatan penyalurannya terus diupayakan. Sehubungan dengan itu, maka pola penyediaan alat kontrasepsi telah diman-tapkan dari tingkat nasional sampai tingkat desa dan pedukuhan/ sub desa. Dengan demikian penyediaan sarana program KB baik jenis, jumlah maupun ketetapan waktu dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Dalam Tabel XIX-13 dapat dilihat perkembangan penyediaan alat kontrasepsi untuk masing-masing jenis. Pada tahun 1986/87 disediakan 59,5 juta siklus pil KB, 1,6 juta buah IUD, 8,7 juta obat suntikan, 28,6 juta gros kondom dan 48,9 ribu set nor-plant. Jika dilihat perkembangan selama empat tahun terakhir, data dalam Tabel XIX - 13 menunjukkan bahwa penyediaan pil KB makin lama cenderung mengecil. Hal ini sesuai dengan kebu-tuhan akan alat kontrasepsi tersebut karena peserta keluarga berencana yang mempergunakan pil KB juga menurun. Di samping itu, penurunan secara cepat penyediaan pil dan IUD antara tahun 1983/84 dan 1984/85 disebabkan sisa dari penyediaan ta-hun-tahun sebelumnya masih cukup banyak terutama penyediaan yang dibiayai dari bantuan luar negeri. Sebaliknya karena peserta KB yang mempergunakan obat suntikan makin banyak, penyediaan obat suntikan juga meningkat terus. Untuk menunjang kebijaksanaan penggalakan kesertaan kaum pria dalam program keluar-ga berencana maka penyediaan alat kontrasepsi kondom juga di-tingkatkan.

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap penyediaan alat kontrasepsi dari luar negeri, sudah dirintis usaha swasembada alat kontrasepsi oleh PT Kimia Farma yang telah mampu mempro-duksi pil sebanyak 50.000.000 siklus pil KB pada tahun 1985/86. Demikian pula telah dilakukan perakitan IUD dengan produksi 1.500.000 buah per tahun sebagai alat kontrasepsi produksi dalam negeri. Pada tahun 1984/85 pabrik kondom mulai dibangun dan telah diresmikan pemakaiannya pada tahun 1986/87. Hasil uji coba produksi pabrik kondom menunjukkan bahwa hasil produksinya

XIX/39

Page 40:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

TABEL XIX - 13

PENYEDIAAN ALAT KONTRASEPSI PADA KLINIK KB,1983/84 1986/87

(ribu)

Jenis alat Kontrasepsi

Repelita IV

Satuan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87

P i l Siklus 148.604,7 91.947,6 58.245,9 59.456,7

I U D Buah 3.390,8 1.170,6 1.522,0 1.567,9

K o n d o m Gross 373,5 218,7 60,0 28.623,8

Suntikan Vial 5.218,5 5.461,9 7.830,0 8.675,9

Norplant set 0 35,3 16,5 48,9

XIX/40

Page 41:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

cukup baik. Oleh karena itu, produksi kondom ini akan diting-katkan serta diperluas dengan hasil-hasil samping lainnya se-hingga dapat merupakan salah satu komoditi ekspor non-migas dimasa yang akan datang.

Program kependudukan dan KB di samping menyediakan pelayan-an dan alat kontrasepsi juga terus meningkatkan sarana pengelo-laan programnya. Sehubungan dengan itu pengolahan data program KB telah dilaksanakan dengan komputer mikro sejak tahun 1985/86. Selain itu untuk mempertinggi daya gerak dan aktivitas para petugas lapangan KB, telah ditingkatkan pula pengadaan sarana mobilitas termasuk untuk TKPK dan unit penerangan keli-ling.

13. Pelaporan dan Penelitian

Dalam menunjang kegiatan pelaksanaan program KB Nasional yang semakin meningkat dan kompleks perlu ditunjang adanya sistem pelaporan yang lebih efektif dan efisien. Sejalan dengan usaha penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan, pada tahun 1986/87 telah dilaksanakan bimbingan dan pembinaan lapangan secara berjenjang dan teratur antara lain dengan melakukan latihan sistem pencatatan dan pelaporan program keluarga be-rencana bagi sebanyak 786 peserta dari 22 propinsi, sistem pelayanan kontrasepsi dan sistem pengendalian lapangan meliputi 27 propinsi dan bimbingan tehnis sistem pencatatan dan pelapor-an di 20 propinsi dengan sasaran klinik KB, PPLKB, PLKB dan PPKBD. Dengan demikian akan diperoleh informasi manajemen secara tepat guna. Selain itu telah pula diterapkan sistem pengendalian proyek yang dapat memantau pelaksanaan keluarga berencana dari berbagai aspek.

Dalam tahun 1986/87, telah pula diterapkan pedoman sub sistem penilaian program KB Nasional dari segi efek dan dampak program khususnya yang berkaitan dengan penurunan fertilitas. Sub sistem ini akan dapat memberikan gambaran seberapa jauh penurunan fertilitas yang terjadi dari usaha program KB Nasio-nal. Di samping itu untuk memberikan gambaran yang lebih obyek-tif terhadap keberhasilan pencapaian suatu wilayah program telah dikembangkan penilaian dengan menggunakan indikator ganda (multi indikator). Dari penilaian ini dapat diperoleh gambaran menyeluruh dari input, proses, output serta efek dampak program di masing-masing wilayah program sehingga dapat diketahui lebih nyata aspek-aspek pengelolaan program yang mana yang masih perlu ditingkatkan.

XIX/41

Page 42:  · Web viewPenurunan tingkat kematian ini selanjutnya akan membawa dampak positif bagi harapan hidup penduduk. Salah satu ciri kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk

Penelitian di bidang Keluarga Berencana ditujukan untuk menunjang usaha-usaha peningkatan program. Penelitian-peneli-tian Biomedis dan Reproduksi manusia terus dilaksanakan untuk lebih menjamin keamanan bagi para peserta keluarga berencana. Di samping itu juga terus diupayakan langkah-langkah untuk men-dapatkan cara dan alat kontrasepsi yang lebih ampuh dan lebih aman untuk memperkecil/menghilangkan efek samping penggunaan alat kontrasepsi seperti melalui penelitian Norplant lanjutan, studi perbandingan berbagai jenis alat kontrasepsi IUD dan penelitian tentang kembalinya kesuburan setelah penggunaan suntikan dan sebagainya. Selain itu telah dilakukan pula pene-litian tentang kelangsungan pemakaian kontrasepsi di 4 propinsi serta penelitian tentang pemakaian kontrasepsi. Hasil peneli-tian ini digunakan untuk memperbaiki angka kelangsungan pema-kaian alat kontrasepsi yang selama ini didasarkan atas peneli-tian yang dilakukan pada tahun 1976. Dalam hubungan ini telah dilakukan pengembangan metodologi penelitian. Jika pada tahun 1976 dilakukan pendekatan melalui klinik yang menunjukkan ba-nyak lewat cacah karena alamat yang tidak jelas maka dalam tahun 1986/87 dilakukan pendekatan rumah tangga. Dalam rangka mengembangkan kebijakan-kebijakan baru dalam pelaksanaan pro-gram, telah dilakukan kegiatan-kegiatan pengamatan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan.

XIX/42