PENDIDIKAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pembimbing :.Dr. H. Sofwan Manaf, M.Si
DISUSUN OLEH:
SYAHRI MAULANA
DADAN HAMDANI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM (TARBIYAH)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah swt. Atas segala nikmat dan karunianya
ats segala petunjuk dan hikmah agar manusia dapat mengatur
kehidupan di bumi. Shalawat dan salam kami curahkan kepada baginda
muhammad SAW. Yang telah membimbing umatnya dengan hukum dan hikmah
yang bersumber dari Allah swt.
Akhirnya, saya memohon kepada allah SWT, semoga makalah yang
sudah saya selesaikan ini bermanfaat bagi orang yang
membacanya.
Dan saya ucapkan banyak terima kasih kepada siapa saja yang
telah turut andil dalam pembuatan makalah ini, dengan berharap dan
memohon kepada allah untuk membalas amalnya dengan kebaikan.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه وسلم
Jakarta, september 2015
(penulis)
DAFTAR ISI
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
Bab I pendahuluan
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan penulisan 1
Bab II pembahasan
1. Pendidikan2
2. Faktor-faktor pendidikan2
3. Tujuan pendidikan3
4. filosofi dan tujuan pendidikan indonesia4
5. tokoh pendidikan nasional indonesia5
6. fungsi dan peran lembaga pendidikan.8
7. aliran-aliran dalam pendidikan.10
8. teori pendidikan.11
9. kebijakan-kebijakan (isu) pendidikan di indonesia.13
Bab III penutup
Kesimpulan.20
Daftar pustaka.21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lapangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas. Ruang
lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia
tentang pendidikan. Setiap orang pernah mendengar tentang perkataan
pendidikan, dan setiap orang waku kecilnya pernah mengalami
pendidikan, atau setiap orang sebagai orang tua, guru, telah
melaksanakan pendidikan. Namaun tidak semua orang mengerti dalam
arti yang sebenarnya apa pendidikan itu, dan tidak setiap orang
mengalami pendidikan ataupun menjalankan pendidikan sebagaimana
mestianya. Karena itu untuk memahami seluk beluk pendidikan kita
perlu mempelajari ilmu pendidikan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian, tujuan,
faktor-faktor pendidikan serta aliran dan teori pendidikan.
Mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya, terutama bagi mahasiswa
(teman-teman) sekalian.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu pendidikan ?
2. Apa saja faktor-faktor pendidikan ?
3. Apa tujuan pendidikan ?
4. Jelaskan filosofi dan tujuan pendidikan indonesia !
5. Siapa saja tokoh pendidikan nasional indonesia !
6. Jelaskan fungsi dan peran lembaga pendidikan !
7. Jelaskan aliran-aliran dalam pendidikan !
8. Jelaskan teori pendidikan !
9. Jelaskan kebijakan-kebijakan (isu) pendidikan di indonesia
!
C. Tujuan penulisan
Agar mahasiswa mengetahui tentang pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan
Dalam bahasa inggris istilalh pendidikan menggunakakn perkataan
“education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan
pendidikan di sekolah, dengan alasan, bahwa di sekolah tempatnya
anak dididik dibimbing oleh para ahli yang khusus mengalami
pendidikan dan latihan sebagai profesi. Kata education berhubungan
dengan kata latin “educere” yang berarti mengeluarkan sesuatu
kemampuan (e = keluar, ducere = pemimpin), jadi berarti membimbing
untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri anak.
Kata “educere” kita temukan dalam kata konduktor yaitu seseorang
yang memimpin sekelompok pemain musik, juga seseorang yang
“memimpin kereta api dalam perjalanan (kondektur)”. Dalam ilmu
listrik, konduktor ialah bahan (biasanya logam) yang dapat membawa
aliran listrik.
Menurut lengeveld, Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan
oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya.[footnoteRef:2] [2: Uyoh sadulloh, Pedagogik,
(Bandung : Alfabeta, 2014), h., 3]
B. Faktor-faktor pendidikan
Faktor-faktor pendidikan merupakan berbagai unsur yang menunjang
kedalam tujuan atau goal yang akan di capai dalam pendidikan.
Unsur-unsur tersebut penting fungsinya karena dapat menunjang dalam
sebuah tujuan secara berkesinambungan dan sistematik. Setidaknya
terdapat beberapa faktor yang menunjang dalam suatu
pendidikan.[footnoteRef:3] [3:
http://seputarpendidikan003.blogspot.co.id/2013/06/faktor-faktor-pendidikan.html]
Berikut beberapa faktor yang menunjang dalam sebuah pendidikan
sehingga dapat memiliki fungsi sebagai mana mestinya.
1. Faktor Pendidik
2. Faktor yang Didik
3. Faktor tujuan
4. Faktor metode pendidikan
5. Faktor lingkungan
6. Faktor materi pendidikan
C. Tujuan pendidikan
Di dalam bukunya beknopte theoretische paedagogiek, langeveld
mengutarakan macam-macam tujuan pendidikan sebagai berikut
:[footnoteRef:4] [4: Op.,cit, h. 75]
1. Tujuan umum
Tujuan umum merupakan sesuatu yang akhirnya akan dicapai oleh
pendidikan. Seperti dikemukakan di atas, kedewasaan merupakan
tujuan pendidikan, maka berarti semua aktivitas pendidikan harus
diarahkakn kesana untuk mencapai tujuan umum tersebut. Semua
manusia di dunia ingin mencapai tujuan itu, yaitu manusia dewasa.
Jadi jelasnya bahwa yang menjadi tujuan umum pendidikan adalah
“kedewasaan”.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus diartikan sebagai suatu pengkhususan dari tujuan
umum. Seperti disebutkan bahwa tujuan umum kedewasaan adalah
universal. Manusia dewasa yang universal itu diberi bentuk yang
nyata berhubungan dengan kebangsaan, kebudayaan, agama, sistem
politik dan sebagainya. Demikianlah manusia dewasa di indonesia
memiliki ciri khas sesuai dengan falsafah hidup bangsa indonesia
yaitu pancasila.
3. Tujuan insidental
Tujuan insidental ialah tujuan yang menyangkut peristiwa khusus.
Boleh dikatakan sukar mencari hubungan antara tujuan insidental
dengan tujuan umum atau kedewasaan, namun sebenarnya tujuan
insidental tersebut terarah kepada pencapaian tujuan umum. Contoh :
ibu melarang anaknya bermain di pintu terbuka, karena dapat
menyababkan kecalakaan terjepit pintu misalnya, atau karena pintu
merupakan arah masuknya angin bisa saja anak masuk angin, atau
mengganggu lalu lintas orang yang lewat di pintu. Jelaslah tujuan
insidental sangat jauh dari tujuan umum pendidikan yaitu
kedewasaan.
4. Tujuan sementara
Ialah tujuan yang terdapat pada langkah-langkah untuk mencapai
tujuan umum. Karena itu tujuan sementara lebih dekat kepada tujuan
umum dibandingkan dengan tujuan insidental seperti dijelaskan di
atas. Tujuan sementara merupakan titik perhatian sementara, yang
merupakan persiapan untuk menuju kepada tujuan umum. Tujuan
sementara memberi kesempatan kepada pendidik untuk mengguji nilai
yang ingin dicapainya dengan pebuatan nyata.
5. Tujuan tak lengkap
Ialah tujuan yang berkenaan pada salah satu aspek pendidikan.
Disebuut tidak lengkap karena setiap tujuan yang dihubungkan dengan
salah satu aspek pendidikan berarti tidak lengkap. Perlu diketahui,
bahwa kita tidak boleh mementingkan hanya salah satu aspek saja,
sehingga mengabaikan aspek yang lainnya.
6. Tujuan perantara
Ialah tujuan yang melayani tujuan pendidikan yang lain,
merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan yang lain
khususnya tujuan sementara. Misalnya, anak dapat menulis merupakan
pencapaian tujuan sementara, sedangkan anak menguasai tekhnik
menulis seperti cara memegang pensil, bagaimana menulis
huruf-hurufnya hal itu merupakan tujuan intermedier. Anak dapat
berjalan merupakan pencapaian tujuan sementara, sedangkan
penguasaan kordinasi gerakan-gerakan otot kaki merupakan tujuan
intermedier.
D. Filosofi pendidikan nasional indonesia
Ketika kita berbicara mengenai filosofis pendidikan Indonesia,
kita tidak dapat mengindahkan hakikat pendidikan Indonesia itu
sendiri. Pendidikan Indonesia adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang, dan pendidikan
nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, serta berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan Indonesia
berdasar kepada Pancasila. Pendidikan Indonesia disusun dengan
mempertimbangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Hal ini sekiranya sudah cukup tepat, mengingat nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila telah mencakup semua kepribadian bangsa.
Pendidikan Indonesia mengarah kepada terciptanya manusia
Indonesia yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan,
intelektual, dan kepribadian.[footnoteRef:5] [5:
https://dennysetiyanto.wordpress.com/2013/06/06/filosofis-pendidikan-indonesia/]
E. Tujuan pendidikan nasional indonesia
Tujuan pendidikan nasional yang dimaksud di sini adalah tujuan
akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan, baik formal,
non formal, maupun informal yang berada dalalm masyarakat dan
negara indonesia.
Telah dikatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami
perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan masyarakat
dan negara yang bersangkutan.[footnoteRef:6] [6: Ngalim purwanto,
Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1985)., h.36]
F. Tokoh pendidikan nasional indonesia[footnoteRef:7] [7:
http://adibabadi.blogspot.co.id/2014/01/5-tokoh-pendidikan-indonesia.html]
1. Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie
Di urutan pertama adalah Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie,
beliau lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang,
Jawa Timur, 10 April 1875 – meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25
Juli 1947 pada umur 72 tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan
1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah salah seorang
Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama,
organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan
Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan "Hadratus
Syeikh" yang berarti Maha Guru.
2. Ki Hadjar Dewantara
Nomor urut kedua tokoh pendidikan Indonesia adalah Raden Mas
Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hajar
Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar
Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di
Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun, beliau adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor
pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan
Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga
pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata
untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi
maupun orang-orang Belanda.
3. Kyai Haji Ahmad Dahlan
Di urutan ketiga adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad
Darwis (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di
Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang
Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh
bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah
seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah
puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan
mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah
diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia
juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul
Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi
Muhammad.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi
Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi
Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara
berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin
mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan
al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada
tanggal 18 November 1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan
bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial
dan bergerak di bidang pendidikan
4. Raden Adjeng Kartini
Di urutan ke empat adalah Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya
lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini, beliau lahir di Jepara, Jawa
Tengah, 21 April 1879 dan meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17
September 1904 pada umur 25 tahun. R.A Kartini adalah seorang tokoh
pendidikan perempuan dari suku Jawa dan Pahlawan Nasional
Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan
pribumi
5. Dewi Sartika
Di Urutan Ke lima adalah Dewi Sartika, beliau dilahirkan di
keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dengan Raden
Somanagara. Meskipun bertentangan dengan adat waktu itu,
ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah
Belanda. Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya
(kakah ibunya) yang menjadi patih di Cicalengka. Oleh pamannya itu,
ia mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda, sementara
wawasan kebudayaan Barat didapatkannya dari seorang nyonya Asisten
Residen berkebangsaan Belanda.
Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum
perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di
Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang
perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis dan
sebagainya, menjadi materi pelajaran saat itu.
Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A. Martenagara, pada 16
Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan)
pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang : Dewi
Sartika dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid.
Murid-murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan
ruangan pendopo kabupaten Bandung.
G. Fungsi Dan Peranan Lembaga Pendidikan
1. Keluarga
Secara umum keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas
suami istri dan anak-anaknya yang belum menikah, hidup dalam sebuah
kesatuan kelompok berdasarkan ikatan tertentu.
a. Fungsi keluarga
Keluarga berfungsi untu membekali setia anggota keluarganya agar
dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribadi, dan
llingkungan. Demi perkembangan dan pendidikan anak, keluarga harus
melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik dan seimbang. M.I.
Soelaeman mengemukakan beberapa fungsi keluarga yaitu :
1) Fungsi edukasi
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi proteksi
4) Fungsi religius
5) Fungsi afektif
6) Fungsi ekonomi
7) Fungsi rekreasi
8) Fungsi biologis
b. Peranan keluarga
1) Ibu
Ibu memegang peran penting dalam mendidik anak-anaknya. Sejak
lahir ibulah yang selalu di sampingnya, memberi makan,
minum,mengganti pakaian dan sebagainya. Pengalaman anak dengan
ibunya akan sangat terkesan, seumur hidupnya akan tetrkenang atas
perlindungan, pemeliharaan dan dorongan serta kasih sayangnya. Dari
seorang ibu diharapkan ia menghadapi anaknya dengan penuh kasih
sayang, sehingga dikatakan bahwa “ibu berperan sebagai lambang
kasih sayang”.
2) Ayah
Ayah mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap
pembentukan kepribadian anak. Anak memandang ayahnya sebagai orang
yang gagah dan berani. Kegiatan yang dilakukan ayah dalam pekerjaan
sehari-hari sangat berpengaruh besar kepada anak-anaknya. Jadi,
seorang ayah hendaknya memiliki kesadaran bahwa ia turut
bertanggung jawab dalam penjagaan, perawatan, dan pemeliharaan
serta pendidikan anak-anaknya itu bersama dengan seorang ibu.
2. Sekolah
a. Fungsi
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan
nasional pembelajaran di sekolah hendaknya memiliki fungsi dan
tujuan yang mengacu pada pendidikan nansional. Dalam kaitan ini
sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya
potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
b. Peranan
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan anak didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Kemampuan dan
potensi yang dimiliki anak tidak akan berkembang secara optimal
tanpa bantuan guru. Dalam persoalan ini guru dapat memperhatikan
anak didik secara individual, karena anak didik merupakan manusia
yang unik, sebagai individu yang berbeda antara individu yang satu
dengan individu lainnya.[footnoteRef:8] [8: Ibid., h186]
3. Masyarakat
a. Fungsi
1) Untuk mengembangkan kemampuan kehidupan beragama melalui
pesantren, pengajian, pendidikan agama di surau/langgar,
biara, sekolah minggu dan sebagainya.
2) Mengembangkan kemampuan kehidupan sosial budaya melalui
bengkel seni, teater, olahraga, seni bela diri, lembaga pendidikan
spiritual dan sebagainya.
3) Mengembangkan keahlian dan keterampilan melalui sistem magang
untuk menjadi ahli bangunan, muntir, dan sebagainya.
b. Peranan
Masyarakat memiliki peranan yang besar dalam pelaksanaan
pendidikan nasional. Peranan masyarakat itu antara lain menciptakan
suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut
menyelengglarakan pendidikan non pemerintah (swasta) dan yang
lainnya. Membantu pengadaan sarana dan prasarana serta menyediakan
lapangan kerja.[footnoteRef:9] [9:
http://kangmahfudz.blog.com/2013/11/21/fungsi-dan-peran-lembaga-pendidikan/]
H. Aliran dalam pendidikan [footnoteRef:10] [10: Ngzlim
purwanto, ibid.,h. 59]
1. Empirisme
Aliran empirisme berpendapat bahwa dalam perkembangan anak
menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh
lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya
sejak kecil. Manusia-manusia daat dididik menjadi apa saja (ke arah
yang baik maupun ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan
atau pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini
terkenal dengan nama optimisme pedagogis.
2. Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir,
pembawaan yang terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang
menentukan hasil perkembangannya. Menurut kaum nativisme itu,
pendidikan tidak mengubah sifat-sifat pembawaan. Dalam ilmu
pendidikan, hal ini disebut pesimisme peadagogis.
3. Nagturalisme
Nature artinya alam atau apa yang dibawa sejak lahir. Hampir
senada dengan aliran nativisme, maka aliran ini berpendapat bahwa
pada hakikatnya semua anak sejak dilahirkan adalah baik. Bagaimana
hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikakn
yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika
pengaruh/pendidikan itu baikm akan menjadi baiklah ia, akan tetapi
pengaruh itu jelek, maka jelek pula hasilnya
4. Konvergensi
Aliran konvergensi berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan
keduanya membentuk perkembangan manusia. Impllikasinya bagi
pendidikan adalah, bahwa dalam melaksanakan pendidikan, kedua momen
pembawaan dan lingkungan, hendaknya mendapat perhatian seimbang
I. Teori pendidikan[footnoteRef:11] [11:
http://rajanarai.blogspot.co.id/2012/11/teori-teori-pendidikan.html]
1. Behaviorisme
Kerangkah kerja teori pendidikan behaviorisme adalah empirisme.
Asumsi filosofis dari behaviorisme adalah manusia tumbuh secara
alami. Menurut paham ini pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari
pengalaman (empiris). Aliran behaviorisme didasarkan pada perubahan
tingkah laku yang dapat diamati. Oleh karena itu aliran ini
berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimanah
lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam
aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada
stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa prilaku yang diberikan
pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang
terjadi pada siswa. Jadi, berdasarkan teori behaviorisme pendidikan
dipengaruhi oleh lingkungan. Tokoh aliran behaviorisme antara lain
: Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie, dan Thorndike.
2. Kognitivisme
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan
kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi
filosofis yaitu Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan
pemikiran inilah yang disebut dengan filosofi rationalisme. Menurut
aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam
menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan.
Teori kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimanah
orang-orang berpikir. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu
sendiri.karena menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses
berpikir yang kompleks. Jadi, menurut teori kognitivisme pendidikan
dihasilkan dari proses berpikir. Tokoh aliran Kognitivisme antara
lain : Piaget, Bruner, dan Ausebel.
3. Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa
memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri.
Jadi, dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peranan siswa.
Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir maka dibutuhkan kebebasan
dan sikap belajar. Mereka harus menjalani sendiri berbagai
pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran tentang
pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran
adalah siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar. Dengan itu
ia bisa menjadi pembelajar mandiri dan menemukan sendiri
pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan. Tokoh
aliran ini antara lain : Von Glasersfeld, dan Vico.
J. Kebijakan pendidikan di indonesia
1. Wajib belajar 9 tahun
Dalam Peraturan Pemerintah, Wajib belajar adalah program
pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia
atas tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah
daerah.[footnoteRef:12] [12:
http://kemenag.go.id/file/dokumen/PP4708.pdf]
2. Ujian nasional
Ujian Nasional biasa disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi
standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan
mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat
Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan
bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional
dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri
secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk
menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses
pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara
berkesinambungan. Proses pemantauan evaluasi tersebut dilakukan
secara terus menerus dan berkesinambungan pada akhirnya akan dapat
membenahi mutu pendidikan. Pembenahan mutu pendidikan dimulai
dengan penentuan standar.[footnoteRef:13] [13:
https://id.wikipedia.org/wiki/Ujian_Nasional]
3. Otonomi dan desentralisasi pendidikan
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani autos yang
berarti sendiri, dan nomos yang berarti Hokum atau aturan
(Abdurrahman, 1987: 9). Dalam konteks etimologis ini, beberapa
penulis memberikan pengertian tentang otonomi. Otonomi diartikan
sebagai ‘perundangan sendiri’ (Danuredjo, 1977), ‘perundangan
sendiri’ (Koesoemahatmadja, 1979: 9), ‘mengatur atau rnemerintah
sendiri’ (Runt Nugroho, 2000: 46). Koesoemahatmadja (1979), lebih
lanjut mengemukakan bahwa menurut perkembangan sejarahnya di
Indonesia, otonomi selain mengandung arti ‘perundangan’, juga
mengandung pengertian `pemerintahan’.
Desentralisasi pendidikan merupakan sebuah sistem manajemen
untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang menekankan pada
kebhinnekaan. Menurut Santoso S. Hamijoyo (1999: 3), ada beberapa
hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan desentralisasi
pendidikan, yaitu :
· pola dan pelaksanaan manajemen harus demokratis
· pemberdayaan masyarakat harus menjadi tujuan utama
· peranserta masyarakat bukan hanya pada staheholders, tetapi
harus menjadi bagian mutlak dari sistem pengelolaan
· pelayanan harus lebih cepat, efisien, efektif, melebihi
pelayanan era sentralisasi demi kepentingan peserta didik dan
rakyat banyak
· keanekaragaman aspirasi clan nilai serta norma lokal harus
dihargai dalam kerangka clan demi penguatan sistem pendidikan
nasional.
4. Sertifikasi guru
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru
Tujuan dan manfaat sertifikasi guru adalah :
· menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai
agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional
· meningkatkan proses dan mutu hasil pendidika
· meningkatkan martabat guru
· meningkatkan profesionalitas guru
Adapun manfaat sertifikasi guru dapat dirinci sebagai
berikut:
· Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak
kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
· Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang
tidak berkualitas dan tidak profesional.
· Meningkatkan kesejahteraan guru
5. UU guru
Undang-undang republik indonesia no 14 thn 2005 tentang guru dan
dosen. Bahwa, guru dan dosen mempunyai fungsi, peran dan kedudukan
yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan sebagaimana dimaksud pada huruf a, sehingga perlu
dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.[footnoteRef:14] [14:
Undang-undang dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan
(Departemen agama RI thn 2006)]
6. Manajemen berbasis sekolah
Manajemen berbasis sekolah (school based management) mula-mula
dikenal di amerika serikat pada saat masyarakat mulai
mempertanyakan relevansi dan korelasi hasil pendidikan dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat. Hal ini dipicu oleh kinerja sekolah
yang di anggap tidak sesuai dengan tuntutan siswa untuk terjun ke
dunia kerja, bahkan sekolah di anggap tidak mampu memberikan
kemampuan dasar (basic skill) lahirlah konsep berbasis sekolah
sebagai upaya perubahan dalam pengelolaan sekolah.
Manajemen berbasis sekolah diartikan sebagai wujud reformasi
pendidikan, yang menginginkan adanya perubahan dari kondisi yang
kurang baik menuju kondisi yang lebih baikdengan memberikan
kewenangan kepada sekolah untuk memberdayakan dirinya
7. KBK : Kurikulum berbasis kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah
kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan
sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan
kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi,
sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994,
perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.
Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem
caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa
dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya
belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi
dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif
mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa
meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar
siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak
sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah
pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan
lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.
mulai di berlakukan pula wajib pramuka sebagai nilai tambah
ekstrakulikuler. Sejak tahun ajaran 2006/2007, diberlakukan
kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
yang merupakan penyempurnaan Kurikulum 2004.[footnoteRef:15] [15:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensi]
8. K-13
Kurikulum 2013 (K-13) merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh
pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013
masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan
beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Pada tahun 2014,
Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan
untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Kurikulum 2013
memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku.[footnoteRef:16] [16:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013]
9. KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006
adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh,
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.
KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah
sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor 23 Tahun
2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar
sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi, dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat :
· kerangka dasar, dan struktur kurikulum,
· beban belajar,
· kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di
tingkat satuan pendidikan, dan
· kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan
pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan
KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada
intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan
Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru, dan karyawan juga
melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan
tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam
penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi
masyarakat, situasi, dan kondisi lingkungan, dan kebutuhan
masyarakat.[footnoteRef:17] [17:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan]
10. RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran, atau disingkat RPP, adalah
pegangan seorang guru dalam mengajar di dalam kelas. RPP dibuat
oleh guru untuk membantunya dalam mengajar agar sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada hari tersebut.
Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar.
Selanjutnya menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 lampiran
IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran,
tahapan pertama dalam pembelajaran menurut standar proses adalah
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan peyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. RPP adalah rencana pembelajaran
yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema
tertentu mengacu pada silabus.
Sementara itu menurut Panduan Teknis Penyusunan RPP di Sekolah
Dasar, RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk
satu pertemua atau lebih. RPP dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai
Kompetensi Dasar (KD).
Setiap pendidik pada suatu pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
RPP disusun berdasarkan KD atau subtema dan dilaksanakan dalam satu
kali pertemuan atau lebih.[footnoteRef:18] [18:
https://id.wikipedia.org/wiki/Rencana_pelaksanaan_pembelajaran]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
Pedagogik sebagai ilmu sangat dibutuhkan oleh guru. Tugas guru
bukan hanya mengajar untuk menyampaikan atau mentransformasikan
pengetahuan pengetahuan kepada anak di sekolah., melainkan guuuru
mengemban tugas untuk mengembangkakn kepribadian anak didiknya
secara terpadu. Guru mengembangkan sikap mental anak, mengembangkan
hati nurani atau kata hati anak, sehingga anak akan sensitif
terhadap masalah-masalah kemanusiaan, harkat derajat manusia, dan
menghargai sesama manusia. Begitu juga guru harus mengembangkan
ketrampilan anak, ketrampilan hidup di masyarakat sehingga ia mampu
untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya. Dengan demikian,
guru menjadi sosok yang sangat berwibawa dan mencerdaskan
bangsanya.
Saran
Pendidikan di Indonesia dalam pelaksanaan, hendaknya selalu
berpedoman pada filsafat bangsa Indonesia, yaitu Pancasila agar
pendidikan Indonesia dapat berhasil seperti Negara-negara yang
telah Berjaya dalam bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh, Pedagogik, (Bandung : Alfabeta, 2014)
purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 1985)
Undang-undang dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan
(Departemen agama RI thn 2006)
http://seputarpendidikan003.blogspot.co.id/2013/06/faktor-faktor-pendidikan.html
http://adibabadi.blogspot.co.id/2014/01/5-tokoh-pendidikan-indonesia.html
https://dennysetiyanto.wordpress.com/2013/06/06/filosofis-pendidikan-indonesia/
http://kangmahfudz.blog.com/2013/11/21/fungsi-dan-peran-lembaga-pendidikan/
http://rajanarai.blogspot.co.id/2012/11/teori-teori-pendidikan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Ujian_Nasional
http://kemenag.go.id/file/dokumen/PP4708.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan
https://id.wikipedia.org/wiki/Rencana_pelaksanaan_pembelajaran