1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman materi dan prestasi belajar, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran yang pasif akan menghambat kreatifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika siswa dituntut benar-benar aktif, sehingga daya ingat siswa tentang apa yang telah dipelajari akan lebih baik. Suatu konsep akan lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah- langkah yang tepat, jelas dan menarik.
106
Embed
asmara132.files.wordpress.com · Web viewOleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika siswa dituntut benar-benar aktif, sehingga daya ingat siswa tentang apa yang telah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan
siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat
dilihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi belajar siswa. Semakin
tinggi pemahaman materi dan prestasi belajar, maka semakin tinggi pula
tingkat keberhasilan pembelajaran.
Pembelajaran yang pasif akan menghambat kreatifitas pola pikir siswa
dalam memahami suatu konsep. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran
matematika siswa dituntut benar-benar aktif, sehingga daya ingat siswa
tentang apa yang telah dipelajari akan lebih baik. Suatu konsep akan lebih
mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui
prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik.
Permasalahan lain pembelajaran matematika yang ditemukan adalah
faktor guru dan materi ajar. Mengingat pentingnya belajar matematika,
seorang guru matematika dituntut untuk memahami dan mengembangkan
suatu metode pengajaran di dalam kelas untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Hal ini juga bertujuan agar dapat mengurangi rasa jenuh pada
siswa dan juga rasa takut.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka perlu dicarikan formula
pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika. Para guru terus
1
2
berusaha menyusun dan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang
bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar matematika. Salah
satunya adalah metode pembelajaran Team Assisted Individualization.
Menurut Slavin(2008:187) Team Assisted Individualization merupakan salah
satu metode pembelajaran kooperatif dimana para siswa bekerja dalam tim-
tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab individu, saling
membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah dan saling memberi
dorongan untuk maju.
Metode tersebut dikolaborasikan dengan metode tutor sebaya karena
di dalam proses pembelajaran tidak semua materi yang disampaikan oleh
guru bisa langsung dicerna siswa. Ada sebagian siswa yang cenderung takut
untuk bertanya langsung pada gurunya. Dalam metode tutor sebaya yang
menjadi tutor tidak harus yang paling pandai tetapi siswa yang tuntas
terhadap bahan pelajaran yang akan dibahas dan memiliki hubungan
emosional yang baik, bersahabat dan menunjang situasi pemberian
bimbingan(tutoring). Peran seorang tutor adalah sebagai fasilitator yang
bertugas memberi bantuan. Guru hanya menjadi pengontrol keadaan siswa,
motivator dan pengelola kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
Berkaitan dengan masalah-masalah di atas, setelah peneliti melakukan
observasi pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri 2 Sawit, Boyolali
ditemukan permasalahan antara lain: 1) siswa cenderung kurang mampu
menggunakan rumus/ konsep yang diperlukan dalam pemecahan masalah, 2)
3
siswa cenderung kurang aktif dalam proses pembelajaran, 3) kemampuan
siswa dalam memahami konsep materi masih kurang.
Bertolak dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian pembelajaran matematika melalui metode Team Assisted
Individualization berbasis tutor sebaya di SMP Negeri 2 Sawit. Melalui
metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya diharapkan
dapat meningkatkan keaktifan siswa dan selanjutnya dapat meningkatkan
pemahaman konsep pada pembelajaran matematika.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan
dirumuskan adalah “Adakah peningkatan pemahaman konsep matematika
setelah dilakukan kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran Team
Assisted Individualization berbasis tutor sebaya?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya peningkatan
pemahaman konsep matematika setelah dilakukan pembelajaran melalui
metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama pada peningkatan
pemahaman konsep siswa melalui metode pembelajaran Team Assisted
Individualization berbasis tutor sebaya. Hal tersebut dianggap penting dan
4
perannya cukup besar dalam hal meningkatkan pemahaman dan prestasi
dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu guru dapat menerapkan
pada pembelajaran matematika.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
Meningkatkan pemahaman konsep matematika.
Menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Mendorong siswa berperan aktif dalam mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya dalam menyelesaikan soal-soal matematika
dengan baik
b. Bagi Guru
Sebagai alat bantu memperjelas konsep-konsep dalam
matematika.
Membantu dalam mengembangkan metode pembelajaran
yang tepat dalam mengajarkan matematika.
Menambah variasi dalam penyampaian materi.
c. Bagi Sekolah, penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka
perbaikan metode pembelajaran matematika.
d. Bagi Penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran
Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Menurut Della Alifah (2005) dalam penelitiannya diperoleh
kesimpulan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa pada topik himpunan
antara siswa yang diberi pengajaran metode pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization dan siswa yang diberi pengajaran
konvensional. Hal ini menunjukkan metode pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization memberikan prestasi yang lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Menurut Fibrian Hendra Kusuma(2008) dalam penelitiannya
diperoleh kesimpulan adanya peningkatan prestasi matematika siswa setelah
dilakukan pembelajaran melalui pendekatan learning community dengan tutor
sebaya.
Menurut Ummu Fathonah(2009) dalam penelitiannya diperoleh
kesimpulan bahwa Team Assisted Individualization lebih baik dalam
meningkatkan prestasi dibandingkan dengan metode inkuiri.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di atas,
perbedaan dan persamaan hasil penelitian tersebut dengan penelitian yang
akan dilakukan dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini.
6
Tabel 2.1
Perbedaan dan persamaan dari setiap variabel yang diteliti
Variabel
PenelitiX1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
Della Alifah √ √ √ √
Fibrian Hendra Kusuma √ √ √ √ √
Ummu Fathonah √ √ √
Peneliti √ √ √ √
Keterangan :
X1 : model pembelajaran learning community
X2 : peningkatan pemahaman konsep siswa
X3 : model pembelajaran Team Assisted Individualization
X4 : peningkatan prestasi siswa
X5 : model pembelajaran tutor sebaya
X6 : model pembelajaran inkuiri
X7 : perbedaan hasil belajar
Penelitian di atas menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran dengan
menggunakan metode Team Assisted Individualization dan metode tutor
sebaya sangat membantu siswa dalam mencapai keberhasilan belajar siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas peneliti merasa perlu untuk
5
7
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dan menjadikan
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan.
Dalam penelitian ini lebih menekankan pada peningkatan pemahaman konsep
matematika siswa dengan menggunakan metode Team Assisted
Individualization berbasis tutor sebaya pada siswa kelas VII SMP N 2 Sawit.
B. Kajian Teori
1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika Siswa
a. Pengertian Konsep
Konsep menurut Chaplin dalam Mulyati (2005: 53) adalah satu ide
atau pengertian umum yang disusun dengan kata, simbol dan tanda
atau ide yang mengkombinasikan beberapa unsur sumber-sumber
berbeda ke dalam satu gagasan tunggal.
Konsep menggambarkan satu susunan atau kerangka yang ada di
seputar satu tema utama sebagai tujuan dasar dari semua rangkaian
informasi. Konsep merupakan titik awal dari sekumpulan hubungan
atau ide dan semua hal lain yang dihubungkan dengan ide tersebut
(Edmund Bachman, 2005: 49-50)
Dari pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
konsep adalah ide yang disusun dengan kata atau simbol yang menjadi
titik tolak awal dari semua hal yang berhubungan dengan ide tersebut.
b. Pemahaman Konsep
8
Pemahaman meliputi penerimaan dan komunikasi secara akurat
sebagai hasil komunikasi dalam pembagian yang berbeda dan
mengorganisasikan secara singkat tanpa mengubah pengertian.
Memahami suatu konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan
peserta didik dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes,
akurat, efisien dan tepat. Indikator yang menunjukkan pemahaman
konsep matematika menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 149)
meliputi:
a. Menyatakan ulang sebuah konsep.
b. Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat
tertentu (sesuai dengan konsepnya).
c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis.
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu
konsep menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau
operasi tertentu
f. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam
pemecahan masalah.
Aspek yang diamati dalam penelitian ini mencakup aspek:
a. Kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan guru dan
mengerjakan soal di papan tulis secara tepat.
b. Kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep secara tepat.
9
c. Kemampuan peserta didik memberi tanggapan tentang jawaban
peserta didik lain.
d. Kemampuan peserta didik dalam membuat kesimpulan yang
meliputi mendefinisikan konsep, menemukan sifat-sifat dari konsep
dan memberikan contoh dan non contoh dari konsep
Dalam penelitian ini, upaya untuk mengoptimalisasi pemahaman
konsep pada siswa adalah siswa harus berani mengungkapkan
pendapatnya tentang materi yang disampaikan guru atau temannya
yang menjadi tutor, serta siswa harus aktif dalam proses belajar
mengajar.
2. Metode Team Assisted Individualization
Team Assisted Individualization adalah menggabungkan pembelajaran
dengan cara kelompok dan individu. Program yang diberikan haruslah
bersesuaian dengan kemahiran yang dimiliki setiap siswa. Siswa dalam
setiap kumpulan terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda. Ketua kelompok bertanggung jawab memastikan
anggotanya untuk siap mengikuti ujian akhir setiap unit.
Metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
adalah suatu pengajaran yang dikemukakan oleh Slavin. Metode
pembelajaran tipe Team Assisted Individualization ini merupakan teori
belajar yang kognitif. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai
fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup
10
menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta
didiknya.
Menurut slavin (2008:195), secara umum metode pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization terdiri dari 8 komponen
utama, yaitu:
a. Team
Para siswa dalam metode pembelajaran Team Assisted
Individualization terdiri dari 4-5 orang. Fungsi utama dari tim adalah
membentuk semua anggota agar mengingat materi yang telah
diberikan dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan dalam
persiapan mengerjakan lembar kerja sehingga bisa mengerjakan
dengan baik. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan dapat
bertanya kepada anggota yang lain telah ditunjuk sebagai ketua
kelompok/anggota lain yang lebih tahu.
b. Tes Penempatan
Para siswa diberikan tes pada awal program. Hasil dari tes awal
digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan point yang mereka
peroleh.
c. Materi-Materi kurikulum
Pada proses pengajaran harus disesuaikan dengan materi yang
terdapat pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan
strategi pemecahan masalah untuk penguasaan materi.
d. Kelompok Belajar
11
Berdasarkan tes pengelompokkan, maka bentuk belajar siswa
dalam kelompoknya dengan cara mendengarkan presentasi dari guru
dan mengerjakan lembar kerja. Jika ada siswa yang belum paham
tentang materi, maka dia dapat bertanya pada anggota lainnya dalam
satu kelompok atau ketua kelompok yang telah ditunjuk. Kalau belum
paham juga baru meminta penjelasan dari guru.
e. Penilaian dan pengakuan team
Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai
berdasar kriteria tertentu. Team akan mendapatkan sertifikat atau
penghargaan atau sejenisnya jika dapat melampaui kriteria yang telah
ditentukan.
f. Kelompok Pengajaran
Materi pelajaran yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat
ditanyakan kepada guru dan guru menjelaskan materi pada kelompok
tersebut. Pada saat guru mengajar, siswa dapat sambil memahami
materi baik secara individual ataupun kelompok dengan kebebasan
tetapi bertanggung jawab.
g. Lembar Kerja
Pada setiap sub pokok bahasan diberikan lembar kerja secara
individual untuk mengetahui pemahaman individu. Bahan atau materi
dapat berupa ringkasan materi yang dipelajari di rumah.
h. Mengajar Seluruh Kelas
12
Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi, guru
menghentikan program pengelompokkan dan menjelaskan konsep-
konsep yang belum dipahami dengan strategi pemecahan maswsalah
yang relevan dan pada akhir pelajaran diberikan kesimpulan dari
materi.
Dari pendapat-pendapat dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization adalah
salah satu cara pembelajaran kooperatif dimana siswa dengan
kemampuan individualnya masing-masing bekerja sama di dalam
kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan yang berbeda.
3. Tutor Sebaya
a. Pengertian Tutor Sebaya
Menurut Suharsimi Arikunto(1988:62) tutor sebaya yaitu mereka
yang mempunyai usia hampir sebaya dengan sesamanya dimintai
bantuan oleh guru untuk menerangkan kepada teman-temannya dalam
proses pembelajaran.
Menurut Nasution(2008:44) bantuan tutor yaitu orang yang dapat
membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu jangan
gurunya sendiri sehingga ia dapat memberi bantuan dengan cara yang
lain daripada guru itu. Hendaknya diusahakan agar murid selekas
mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan tutor.
b. Pemilihan Tutor Sebaya
13
Menurut Suharsimi Arikunto (1988:62) dalam pemilihan dan
penentuan siswa sebagai tutor sebaya diperlukan pertimbangan
tersendiri. Seorang tutor belum tentu siswa yang paling pandai. Yang
penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan tutor adalah sebagai
berikut:
1. Dapat diterima (disetujui) oleh siswa sehingga siswa tidak
mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya.
2. Dapat menerangkan pelajaran yang dibutuhkan oleh siswa yang
mendapat bantuan
3. Tidak tinggi hati, keras hati, sombong terhadap sesama kawan
4. Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Untuk dapat menentukan dan memilih siswa yang memenuhi
kriteria dan syarat-syarat di atas memang sulit, tapi hal ini dapat
diatasi dengan jalan guru memberikan petunjuk yang sejelas-jelasnya
kepada tutor sebaya tentang apa yang harus dilakukan. Petunjuk ini
memang mutlak diperlukan bagi setiap tutor karena hanya gurulah
yang mengetahui jenis kelemahan siswa, sedangkan tutor hanya
membantu perbaikan, bukan mendiagnosa.
c. Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya
Menurut Suharsimi Arikunto(1988:64) kelebihan pelaksanaan tutor
sebaya sebagai berikut:
14
1. Adakalanya hasil lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai
perasaan takut atau enggan bertanya kepada gurunya.
2. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan bermanfaat bagi dirinya sendiri
untuk memperkuat konsep yang dibahas.
3. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang
tanggung jawab dalam mengemban tugas, dan melatih kesabaran.
4. Mempererat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal
perasaan sosial.
Adapun kekurangan dari pelaksanaan tutor sebaya adalah:
1. Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena merasa
hanya berhadapan dengan temannya.
2. Ada beberapa anak yang malu bertanya karena takut rahasianya
diketahui oleh teman sebayanya.
3. Bagi guru sulit menentukan tutor yang tepat bagi seseorang atau
beberapa orang yang dibimbingnya.
4. Pokok Bahasan Persegi Dan Persegi Panjang
A. PERSEGI PANJANG
1. Sifat–Sifat Persegi Panjang
a) Panjang-panjang sisi yang berhadapan sama panjang.
b) Keempat sudutnya siku-siku.
c) Panjang diagonalnya sama dan saling membagi sama besar.
d) Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara.
AO=BDAO=CODO=BO
Gambar 2.1
D C
BA
O
15
Berdasarkan sifat-sifat di atas dapat disimpulkan bahwa :
Persegi Panjang adalah bangun segi empat yang memiliki dua pasang
sisi yang berhadapan sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku.
2. Keliling Persegi Panjang
Rumus keliling persegi panjang :
Pada bangun datar, keliling adalah batas paling luar dari sebuah
bangun.
Sisi : AB = CD dan AD = BC
Keliling ABCD = AB+CD+BC+AD
= CD+CD+BC+BC
= 2(CD) + 2(BC)
Keliling persegi panjang adalah K = 2 panjang + 2 lebar
K = 2 p + 2 l
K = 2 ( p + l )
CD = Panjang BC = Lebar
Gambar 2.2
A B
D C
16
3.Luas Persegi Panjang
Maka luas persegi panjang :
B. PERSEGI
1. Sifat-Sifat Persegi antara lain :
1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
2) Keempat sudutnya siku-siku.
3) Panjang diagonal-diagonalnya sama dan saling membagi dua sama
panjang.
4) Panjang keempat sisinya sama
5) Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalny a
6) Diagonal-diagonal berpotongan saling tegak lurus.
Berdasarkan sifat-sifat di atas dapat disimpulkan pengertian persegi :
Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang.
2. Keliling Persegi
Diagonal AC = diagonal BD CAB = CAD
Gambar 2.3
O
A B
D C
BA
CDKarena AB=BC=CD=ADKeliling = AB+BC+CD+AD
= AB+AB+AB+AB = 4 AB
AB = sisi Keliling Persegi =
K =
K= keliling s = sisi Gambar 2.4
17
3. Luas Persegi
Maka luas persegi panjang :
C. Kerangka Berpikir
Hakekat belajar matematika adalah belajar konsep. Untuk belajar
matematika diperlukan cara-cara khusus dalam belajar dan mengajarkannya.
Seorang guru berusaha mengajar dengan sebaik-baiknya, sehingga siswa
dapat memahami konsep dengan benar dan akan memperoleh hasil belajar
yang baik.
Hal ini juga berlaku pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi.
Materi ini bukanlah materi yang mudah karena membutuhkan pemahaman
yang lebih. Tingkat pemahaman siswa dalam satu kelas pastilah berbeda –
beda. Oleh karena itu guru membutuhkan metode pembelajaran yang sesuai
sehingga pemahaman konsep siswa menjadi meningkat. Metode
pembelajaran yang sesuai adalah Team Assisted Individualization berbasis
tutor sebaya. Metode ini adalah dengan mengelompokkan siswa dalam
kelompok pembelajaran kooperatif dan menuntut tanggung jawab siswa.
18
Selain itu diperlukan juga seseorang yang bisa dipercaya untuk membantu
siswa – siswa memperjelas konsep materi. Seseorang ini diambil dari siswa –
siswa yang ada di kelas itu sendiri. Seseorang tersebut dinamakan tutor
sebaya.
Pada sub pokok bahasan pengertian dan sifat-sifat persegi panjang dan
persegi tidak mungkin guru menerangkan lebih dari dua kali karena akan
mengganggu alokasi waktu materi yang lainnya. Siswa sulit membayangkan
dan memahami tentang diagonal, sudut, dan sisi dalam persegi panjang dan
persegi. Adanya tutor sebaya dalam kelompok-kelompok akan bisa
membantu teman – teman dalam kelompoknya untuk memahami bahwa sudut
- sudut dalam persegi panjang dan persegi adalah siku-siku, sisi persegi
panjang sejajar dan sama panjang bagi sisi-sisi yang berhadapan, sisi-sisi
persegi semuanya sama panjang, diagonal-diagonalnya membagi dua sisi
menjadi sama besar dan sifat-sifat yang lainnya. Cara ini lebih efektif karena
siswa juga cenderung tidak takut untuk bertanya pada teman sebayanya yang
menjadi tutor. Latihan – latihan yang sering diberikan juga akan membantu
siswa.
Pada sub pokok bahasan luas dan keliling persegi panjang dan persegi
serta penerapannya dalam pemecahan masalah, guru juga akan melakukan hal
yang sama yaitu membagi siswa dalam kelompok-kelompok dan
memperbanyak latihan soal agar mereka terbiasa menggunakan rumus-rumus
tersebut dalam pemecahan masalah dan bisa menentukan algoritma
pemecahan masalahnya. Jika siswa terbiasa mengerjakan soal dengan terlebih
19
dahulu berusaha mengerjakan secara individu dan apabila tidak bisa baru
bertanya kepada tutor maka lama kelamaan konsep luas dan keliling persegi
panjang dan persegi akan melekat di benak mereka. Hal ini dibuktikan
dengan cara mereka mengerjakan, menjawab pertanyaan, mengoreksi
jawaban temannya, membuat kesimpulan dan pada akhirnya berdampak pada
nilai yang akan mereka peroleh.
Pemilihan metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya
diharapkan dapat menarik minat siswa dalam belajar sehingga akan
berpengaruh pada peningkatan pemahaman konsep mereka. Melalui
penerapan metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya,
siswa dilatih untuk aktif bekerja dalam tiap-tiap kelompok dengan tanggung
jawab memahami materi secara individu khususnya dalam memahami materi
pokok bahasan persegi panjang dan persegi. Pokok bahasan persegi panjang
dan persegi yang dirasa siswa materi yang sulit dapat menjadi materi yang
mudah. Hingga pada akhirnya dengan penerapan metode Team Assisted
Individualization berbasis tutor sebaya, pemahaman konsep siswa dapat
ditingkatkan terutama pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi.
Dari kerangka berfikir tersebut dapat dibuat skema kerangka berfikir pada gambar
2.5:
20
D. Hipotesis Tindakan
TINDAKAN
KONDISIAWAL
KONDISIAKHIR
Pembelajaran matematika dengan menerapkan
metode pembelajaran yang kurang tepat
menyebabkan siswa menjadi bosan dan kurang
tertarik. Hal tersebut membuat materi yang
disampaikan oleh guru sulit diterima siswa
Metode Team Assisted Individualization
berbasis tutor sebaya tepat diterapkan pada
siswa. Dalam metode ini siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dan tiap kelompok
harus bertanggung jawab pada kesiapan tiap-
tiap individu. Adanya siswa yang menjadi
tutor di tiap kelompok agar saling membantu
sehingga semua anggota kelompok
memahami materi yang dipelajari.
Pemahaman konsep matematika siswa
menjadi meningkat sehingga akan menunjang
keberhasilan belajar tiap-tiap siswa
21
Dari refleksi hasil kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut
dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Dengan
menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis
tutor sebaya, maka pemahaman konsep matematika siswa menjadi
meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
Uraian mengenai pertanggungjawaban metode-metode yang digunakan
melibatkan pembahasan mengenai: jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, subjek penelitian, rancangan penelitian, metode pengumpulan
data, instrumen penelitian dan teknik analisis data.
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas atau Classrom Action Research (CAR). Menurut Suharsimi
Arikunto (2008:3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini merupakan
kolaborasi antara peneliti dengan guru matematika dalam peningkatan
pemahaman konsep matematika terutama dalam pokok bahasan persegi
panjang dan persegi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Sawit.
Pelaksana tindakan penelitian adalah guru matematika, berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat. Guru melaksanakan tindakan pembelajaran
dengan menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization
21
22
berbasis tutor sebaya. Pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan oleh
peneliti. Pengamatan dilakukan berdasarkan perencanaan tindakan yang
sudah disiapkan. Ciri PTK adalah adanya perbaikan terus menerus sehingga
kepuasan peneliti sering menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya siklus
tersebut.
Refleksi dilaksanakan peneliti bersama guru. Kegiatan ini merupakan
langkah untuk menganalisis hasil kerja siswa. Pada refleksi ini dipakai
peneliti untuk memperbaiki kekurangan pada siklus ini, hasilnya akan
dilaksanakan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian tentang penggunaan metode
pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya untuk
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa adalah kelas VII E
SMP Negeri 2 Sawit.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahapan pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Februari
2010 sampai minggu keempat bulan Februari 2010.
b. Tahap Pelaksanaan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Maret
2010 sampai minggu keempat bulan Maret 2010.
23
c. Tahap Laporan dilaksanakan pada minggu pertama bulan April 2010
sampai minggu pertama bulan Mei 2010.
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini guru matematika kelas VII E SMP Negeri 2 Sawit
bertindak sebagai subjek yang membantu dalam perencanaan teknik
pengumpulan data penelitian. Subjek penelitian yang menerima tindakan
adalah siswa kelas VIIE yang berjumlah 36 siswa.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian
yang bersifat praktis, situasional, kondisional dan kontekstual berdasarkan
permasalahan yang muncul dalam kegiatan sehari-hari. Penelitian ini
ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan
masalah yang dihadapi untuk memperbaiki sesuatu dan pada umumnya
dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan subjek penelitian,
melalui prosedur penelitian ini, kepala sekolah, guru kelas dan peneliti
senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan
prosedur yang paling efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang
berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi
guru kelas, kepala sekolah dan peneliti dilibatkan sejak: dialog awal,
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan monitoring,
refleksi, evaluasi dan penyimpulan hasil berupa pengertian dan pemahaman.
24
Langkah-langkah penelitian untuk setiap siklus tindakan pembelajaran
matematika seperti pada gambar:
Dialog awal
Observasi awal
Perencanaan Putaran I
Tindakan I
Evaluasi Observasi dan monitoring
Refleksi
Pengertian dan pemahaman
Perencanaan terrevisi Tindakan II
Putaran IIEvaluasi
Refleksi
Observasi dan monitoring
Pengertian dan pemahaman
Seterusnya sesuai dengan alokasi waktu harapan tindakan yang direncanakan
25
Gambar 3.1 Proses Penelitian Tindakan
Modifikasi dari Kemmis & Mc Tanggart (Zainal Aqib, 2008: 108)
Keterangan:
1. Dialog awal
Dialog awal dilaksanakan pada hari Senin, 11 Januari 2010 bertempat
di SMP Negeri 2 Sawit. Dialog awal dilakukan dengan mengadakan
pertemuan antara peneliti, guru matematika, dan kepala sekolah bersama-
sama melakukan pengenalan, penyatuan ide, dan berdiskusi membahas
masalah dan upaya optimalisasi pemahaman konsep matematika siswa
melalui metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya.
Peserta dialog membicarakan model dan alternatif pembelajaran yang
akan dipraktekkan dan dikembangkan sehingga diperoleh kesepakatan
untuk menangani masalah upaya peningkatan pemahaman konsep
matematika siswa melalui metode Team Assisted Individualization
berbasis tutor sebaya dalam pembelajaran matematika.
2. Perencanaan Tindakan
Membuat tentang tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki
dan meningkatkan perilaku dan sikap sebagai solusinya. Rencana tindakan
ini harus bersifat fleksibel untuk dapat diadaptasikan dengan pengaruh
26
yang tidak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat.
Antara lain:
a. Memperbaiki kompetensi material guru dalam bidang matematika.
Setiap guru pasti mempunyai permasalahan sendiri dalam
pembelajaran, maka lebih baik jika guru mengajukan masalah
kemudian peneliti membantu mencari solusi masalah itu atau peneliti
mengamati guru dalam pembelajaran dan kemudian memberi masukan
jika melakukan suatu kesalahan.
Berdasarkan hal itu maka tindakan yang dilakukan:
1) Mengenai materi matematika yaitu a) mengidentifikasikan materi
matematika kelas VII semester 2 yang akan dibahas dan diajarkan,
b) mendiskusikan sifat-sifat dan konsep matematika yang
memerlukan katajaman penalaran dalam mempelajarainya.
2) Mengenai metodologi pembelajaran yaitu mendiskusikan
bagaimana penggunaan pembelajaran matematika melalui metode
Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya pada persegi
panjang dan persegi.
b. Identifikasi masalah dan penyebabnya
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah peningkatan
pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran
matematika adalah menerapkan metode yang menarik dan
menyenangkan. Untuk keperluan itu guru sebaiknya mempunyai
gambaran permasalahan dan penyebab tidak keefektifan
27
pembelajaran matematika. Informasi tentang permasalahan ini
dapat diperoleh dari pemgalaman-pengalaman guru mengahadapi
situasi di kelas dari tahun ke tahun. Kemudian mendiskusikan
bersama untuk melihat keterkaitan masalah tersebut dengan hal-hal
yang terkait. Tindakan yang dilakukan adalah diskusi antara guru
matematika dan peneliti.
c. Perencanaan Solusi Masalah
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan usaha
peningkatan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran
matematika SMP Negeri 2 Sawit melalui pembenahan gaya pengajaran
guru yakni:
1) Pembelajaran di laksanakan melalui metode Team Assisted
Individualization berbasis tutor sebaya
2) Tindakan pembelajaran untuk memperbaiki pemahaman konsep
siswa adalah: a) Membangun hubungan baik, b) Pembelajaran
dengan melalui metode Team Assisted Individualization berbasis
tutor sebaya c) Mendorong dan membimbing siswa agar berani
menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis, d)
membimbing siswa menerapkan konsep secara tepat, e) mendorong
dan membimbing siswa membuat kesimpulan materi.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas oleh guru yang akan diobservasi. Guru
menjadi mitra, karena guru berfungsi sebagai pengelola kegiatan belajar
28
mengajar. Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, guru mengajar
melalui metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya
untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.
4. Observasi
Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang
terjadi selama tindakan itu berlangsung. Observasi itu bersifat terbuka
pandangan dan pikirannya serta pelaksanaannya berorientasi ke masa yang
akan datang dan memberikan dasar dari refleksi. Proses tindakan,
pengaruh tindakan yang disengaja atau tidak disengaja, situasi tempat, dan
kendala pelaksanaan tindakan semua dicatat dalam kegiatan observasi
yang terencana secara fleksibel dan terbuka. Kegiatan ini dilakukan oleh
guru matematika kelas VII E dan peneliti dengan mencatat hasil observasi
pada lembar pengamatan menurut aspek identifikasi. Waktu pelaksanaan
observasi disesuaikan dengan jam pelajaran pada jadwal matematika di
kelas VII E SMP Negeri 2 Sawit semester II tahun pelajaran 2009/2010.
5. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan pengkajian secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul atau
pengkajian terhadap keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian tujuan
sementara. Pelaksanaan refleksi berupa diskusi yang dilakukan peneliti
dan guru matematika untuk memberi makna dan menyimpulkan hasil
tindakan yang dilakukan.
6. Evaluasi
29
Evaluasi hasil penelitian dilakukan untuk mengkaji hasil pelaksanaan,
observasi dan refleksi pada setiap pelaksanaan PTK. Evaluasi diarahkan
pada penemuan bukti-bukti dari peningkatan pemahaman konsep dan
aktivitas peserta didik dalam pembelajaran matematika yang terjadi setelah
dilaksanakan serangkaian tindakan. Tahap ini merupakan proses
mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi yamg dapat
digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.
Kegiatan ini dilakukan dalam setiap tindakan yang dilaksanakan.
Penyajian ini dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan
informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
Jika tujuan dalam program yang dilaksanakan belum berhasil, maka
diperlukan langkah revisi untuk memperbaiki atau menyusun program
rencana baru yang akan dilaksanakan pada putaran II, dan apabila putaran
II masih belum berhasil, maka disusun rencana program untuk putaran III
dan seterusnya.
Tindakan dinyatakan berhasil bila setelah dilakukan tindakan terjadi
perubahan perilaku belajar lebih baik dari sebelumnya. Jika perilaku
belajar tidak berbeda bahkan lebih buruk, maka tindakan dinyatakan
belum berhasil.
E. Metode pengumpulan Data
1. Metode Pokok
Metode pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan
Metode observasi.
30
a. Metode Tes
Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus
ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites
(Asep Jihad dan Abdul Haris, 2009:677). Metode tes digunakan untuk
memperoleh data tentang tingkat kemampuan akademik dan hasil
belajar matematika siswa sebelum penelitian, selama penelitian dan
setelah penelitian.
b. Metode Observasi
Menurut Marshal dalam Sugiyono (2007: 226) melalui observasi,
peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut. Sanafiah
Faisal dalam Sugiyono (2006:310) mengklasifikasikan observasi
menjadi observasi berpartisipasi, observasi yang secara terang-
terangan dan tersamar serta observasi yang terstruktur.
Observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis. Kegiatan
observasi dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui adanya
perubahan tingkah laku tindakan belajar peserta didik yaitu
peningkatan pemahaman konsep matematika. Peneliti melakukan
observasi sesuai dengan pedoman observasi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data yang ingin diperoleh tentang pemahaman konsep
peserta didik, maka peneliti dan guru matematika melaksanakan
observasi dengan pedoman observasi. Pedoman observasi ini terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu : a. observasi tindak mengajar yang
31
disesuaikan dengan rencana pembelajaran, b. observasi tindak belajar
yang berkaitan dengan inisiatif dan reaksi peserta didik Kelas VII E
SMP Negeri 2 Sawit, c. keterangan tambahan yang berkaitan dengan
tindak mengajar maupun tindak belajar. Observasi dilaksanakan sesuai
dengan jam pelajaran pada jadwal pembelajaran matematika di SMP
Negeri 2 Sawit.
2. Metode Bantu
Penelitian ini menggunakan metode bantu dokumentasi dan catatan
lapangan. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya(Arikunto, 2006:231).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data berupa nama-nama
siswa dan daftar nilai tes awal dan tes akhir serta foto rekaman proses
tindakan. Dalam hal ini catatan lapangan digunakan untuk mencatat
kejadian-kejadian yang muncul pada saat proses pembelajaran matematika
berlangsung yang belum terdapat pada pedoman observasi.
F. Instrumen Penelitian
1. Definisi Operasional Istilah
a. Pemahaman Konsep Siswa
Pemahaman konsep adalah pemahaman terhadap ide atau
pengertian umum yang disusun dengan kata atau simbol yang menjadi
titik tolak awal dari semua hal yang berhubungan dengan ide tersebut.
Indikator pemahaman konsep meliputi:
32
1) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan
mengerjakan soal di papan tulis secara tepat.
2) Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat.
3) Kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain.
4) Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi.
b. Metode Team Assisted Individualization
Team Assisted Individualization adalah menggabungkan
pembelajaran dengan cara kelompok dan individu. Program yang
diberikan haruslah bersesuaian dengan kemahiran yang dimiliki setiap
siswa. Siswa dalam setiap kumpulan terdiri dari siswa yang
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ketua kelompok
bertanggung jawab memastikan anggotanya untuk siap mengikuti
ujian akhir setiap unit.
c. Tutor Sebaya
Menurut Suharsimi Arikunto(1988:62) tutor sebaya yaitu mereka
yang mempunyai usia hampir sebaya dengan sesamanya dimintai
bantuan oleh guru untuk menerangkan kepada teman-temannya dalam
proses pembelajaran.
Menurut Nasution(2008:44) bantuan tutor yaitu orang yang dapat
membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu jangan
gurunya sendiri sehingga ia dapat memberi bantuan dengan cara yang
lain daripada guru itu. Hendaknya diusahakan agar murid selekas
33
mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan tutor. Jadi tutor harus
mendidik agar dapat belajar sendiri.
2. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dengan menggunakan:
a. Pedoman Observasi.
Pedoman observasi dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Observasi tindak mengajar yang berkaitan dengan metode yang
digunakan guru dalam mengajar.
2) Observasi tindak belajar yang berkaitan dengan kegiatan siswa
dalam proses pembelajaran.
3) Keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar
maupun tindak belajar yang belum tercapai.
b. Pedoman Tes
Tes digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan
data sehingga dapat diketahui data mengenai kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep persegi panjang dan persegi dalam menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan persegi panjang dan persegi.
3. Validitas Data
Untuk menjamin kemantaban dan kebenaran data yang
dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian, maka diplih dan ditentukan
34
cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang
diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Lexy J.
Moleong, 2008:330). Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi
penyidik, yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya
untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
G. Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan
pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai
proses penyusunan laporan Data akan dianalisis secara diskriptif kualitatif
dengan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.
Menurut M.B. Miles (1992:20) Proses analisis interaktif dapat
digambarkan dalam skema berikut:
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data Penarikan Kesimpulan
35
Gambar 3.2 Proses Analisis Interaktif
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah prose pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan
lapangan. Kegiatan ini mulai dilakukan dalam setiap pasca tindakan
dilakukan. Hasil dari reduksi data berupa uraian singkat yang telah
digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu.
Data kualitatif dapat juga diadakan perubahan kedalam angka-
angka atau peringkat-peringkat. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga pada akhirnya
dapat ditarik kesimpulan.
2. Penyajian Data
Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk teks
naratif yang disusun, diatur, diringkas dalam kategori-kategori, sehingga
mudah dipahami yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap dari kumpulan
makna tiap kategori disimpulkan sementara, kemudian dilakukan
penyimpulan dengan cara berdiskusi mitra kolaborasi. Verifikasi adalah
sebagai pemikiran kembali yang dilakukan oleh penganalisis tentang apa
36
yang ditulis dan juga tinjauan ualang pada catatan-catatan lapangan. Data-
data yang telah diseleksi dapat diambil kesimpulannya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah Tempat Penelitian
Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 2 Sawit.
Lokasi SMP tersebut terletak di dukuh Karangduren Kecamatan Sawit
Kabupaten Boyolali. SMP Negeri 2 Sawit dibangun dan menyelenggarakan
pendidikan sejak tahun 1967.
Lingkungan fisik sekolah ini cukup baik, hal ini peneliti amati dari cara
mengatur dan memelihara ruang kelas, ruang – ruang kerja, laboratorium,
perpustakaan, halaman sekolah dan ruang lain seperti toilet, mushola, dan
kantin. Kerapian dan kebersihan ruang kelas selalu diperhatikan setiap hari.
Ditinjau dari kuantitas dan kualitas guru, SMP Negeri 2 Sawit
mempunyai 47 orang guru dan karyawan, dengan 44 orang berstatus pegawai
negeri sipil (PNS), 2 orang berstatus guru bantu dan 1 orang berstatus guru
tidak tetap (GTT).
37
Guru matematika di SMP Negeri 2 Sawit ada 6 orang dengan pendidikan
terakhir S1 ada 3 orang, D3 ada 3 orang dan berstatus PNS. Sebagian besar
guru telah mempunyai pengalaman mengajar selama kurang lebih 3 tahun.
Keadaan siswa di SMP ini secara kuantitas ada 18 kelas yang terdiri
kelas VII sebanyak 6 kelas, kelas VIII sebanyak 6 kelas dan kelas IX sebanyak
6 kelas. Rata-rata banyak siswa setiap kelas ada 36 orang anak.
B. Deskripsi Data
1. Kondisi awal
Tindakan yang disepakati untuk mengidentifikasi masalah adalah
diskusi antara guru kelas, kepala sekolah, dan peneliti. Dalam hal ini sudah
dilakukan pada waktu dialog awal. Masalah yang perlu segera diatasi
dalam tindakan penelitian ini adalah rendahnya pemahaman konsep siswa
dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan kurang efektif dan menarik
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilaksanakan
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran
Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya sebagai metode
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam
belajar matematika.
Analisis kolaboratif menyimpulkan akar permasalahan rendahnya
pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika adalah sebagai
berikut : a) kebosanan siswa, karena dalam pembelajaran hanya
36
38
diposisikan sebagai pendengar, b) teknik pembelajaran yang kurang
menarik.
Salah satu solusi yang dikembangkan adalah penggunaan metode
pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya dalam
proses pembelajaran. Dengan metode pembelajaran Team Assisted
Individualization berbasis tutor sebaya diharapkan akan menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, menumbuhkan semangat belajar
siswa, meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pemahaman konsep siswa dalam belajar
matematika disini dilihat dari 4 macam indikator yaitu:
a. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan
soal di papan tulis secara tepat.
b. Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat.
c. Kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban peserta didik
lain.
d. Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi
Berdasarkan hasil observasi dan dialog awal dengan guru mitra
diperoleh beberapa keterangan atau gambaran bahwa dari sejumlah 36
siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di
papan tulis secara tepat mengenai materi persegi panjang dan persegi
sebanyak 8 orang (22,2 %), dapat menerapkan konsep secara tepat dari
konsep persegi panjang dan persegi sebanyak 14 orang (38,9 %), mampu
39
memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain sebanyak 8 orang (22,2 %)
dan mampu membuat kesimpulan materi sebanyak 4 orang (11,1%).
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Tindakan Kelas Putaran I
1) Perencanaan Tindakan Kelas Putaran I
Materi yang diajarkan pada putaran I adalah sub pokok
bahasan luas dan keliling persegi panjang dan persegi yang
memiliki alokasi waktu 80 menit dan didistribusikan dalam satu
kali pertemuan di kelas. Pembelajaran dilaksanakan dengan
menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization
berbasis tutor sebaya yaitu dengan melakukan pengelompokkan
yang terdiri dari 4-5 orang dengan berdasar pada tes awal yang
telah dilakukan. Tiap kelompok berhak menunjuk dua orang siswa
untuk dijadikan ketua kelompok dan tutor. Tim dalam kelompok
mengerjakan lembar kerja dan apabila menemui kesalahan bisa
bertannya pada tutor agar semua menguasai konsep dan bisa
meraih nilai yang tinggi.
2) Pelaksanan Tindakan Kelas Putaran I
Tindakan kelas putaran I dilaksanakan pada hari Kamis, 11
Maret 2010 mulai pukul 09.55 sampai pukul 11.15 WIB. Siswa
yang hadir dalam putaran pertama sebanyak 36 siswa. Pada putaran
ini pelaku tindakan adalah guru matematika dan dibantu oleh
40
peneliti. Selain membantu guru, peneliti juga melakukan observasi
dan monitoring terhadap reaksi siswa.
3) Observasi Tindakan Kelas Putaran I
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam kemudian guru
menyampaikan tujuan dan materi ajar yang akan dipelajari. Guru
memberikan tes awal kepada siswa mengenai persegi panjang dan
persegi sebelum menyampaikan materi untuk mengetahui sejauh
mana siswa memahami persegi dan persegi panjang. Guru
menyampaikan materi ajar yaitu mengenai pengertian dan sifat-
sifat persegi panjang dan persegi.
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan
metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis
tutor sebaya. Guru mengenalkan kepada siswa apa itu metode
pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor
sebaya.
Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok dengan masing –
masing kelompok memiliki 4 anggota. Pengelompokan dilakukan
secara heterogen berdasar nilai yang didapat pada tes awal. Setiap
kelompok wajib menunjuk anggotanya untuk menjadi ketua
kelompok dan untuk menjadi tutor. Guru memberikan sedikit
penjelasan tentang materi yang dipelajari kemudian guru
membagikan lembar kerja kepada semua siswa dan masing –
41
masing peserta didik harus mengerjakan soal tersebut secara
individu.
Setelah semua siswa selesai mengerjakan, siswa dalam satu
kelompok mencocokkan hasil pekerjaan mereka. Siswa yang
ditunjuk sebagai tutor mulai menjalankan perannya untuk
memberikan informasi lebih lanjut kepada teman satu kelompok
tentang soal – soal yang baru saja dikerjakan. Ketua kelompok
harus bisa memastikan bahwa semua anggotanya menguasai
materi.
Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga guru
hanya berperan sebagai pengontrol keadaan siswa dan pengarah
jalannya pengelompokkan apabila ada kelompok yang masih
memerlukan bimbingan. Guru akan memberikan bantuan tentang
soal – soal yang dikerjakan apabila siswa satu kelompok tidak bisa
mencari solusinya. Setelah semua siswa dianggap siap, guru
menginstruksikan kepada siswa untuk menukar hasil pekerjaan
mereka kepada kelompok lain untuk dilaksanakan penilaian. Guru
meminta perwakilan satu orang dari masing-masing kelompok
untuk maju ke depan dan mempresentasikan jawaban soal hasil
diskusi kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk menanggapi.
Guru mengumumkan nilai terbaik dari semua kelompok dan
menghentikan pengelompokan. Bersama-sama dengan peserta
42
didik guru membuat kesimpulan mengenai materi yang telah
dipelajari. Guru memberikan PR dan menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.
4) Refleksi Terhadap Tindakan Kelas Putaran I
Refleksi tindakan kelas putaran ini dilakukan peneliti dengan
guru matematika untuk mendiskusikan hasil observasi kelas yang
telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal
yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan
selanjutnya, yaitu :
a) Pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal ini
terlihat dari guru masih banyak memberikan penjelasan dan
membantu peserta didik dalam menemukan konsep serta
menjawab soal-soal latihan yang diberikan.
b) Keadaan kelas masih sangat gaduh ketika proses
pembelajaran berlangsung.
c) Pemahaman konsep siswa masih kurang, hal ini
terlihat dari banyaknya siswa yang masih bingung ketika
mengerjakan soal latihan.
d) Peran tutor juga masih sangat kurang karena
banyaknya siswa yang kurang bertanggung jawab dan berbuat
seenaknya sendiri.
e) Kebersamaan antar anggota masih sangat
kurang.
43
f) Bimbingan dari guru kurang menyeluruh.
Untuk menyusun rencana pada tindakan kelas putaran II,
maka perlu diadakan revisi terencana dari tindakan kelas putaran I.
Berdasarkan hasil dari refleksi tindakan kelas putaran I, maka
beberapa revisi yang disepakati antara peneliti dengan guru
matematika adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan pembelajaran lebih dipusatkan pada
siswa.
b) Guru harus lebih memfokuskan perhatian pada
siswa untuk mengurangi kegaduhan.
c) Guru perlu memberi motivasi baik pengulangan
materi maupun dorongan untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa di setiap kegiatan pembelajaran.
d) Guru memberikan pengertian kepada siswa
pentingnya rasa kebersamaan antar teman tanpa membedakan
satu sama lain.
e) Memberikan bimbingan secara menyeluruh.
f) Siswa perlu dibiasakan menemukan sendiri
konsep maupun menemukan sendiri jawaban soal latihan agar
ide mereka muncul.
Selain itu, perlu diadakan evaluasi terhadap tindakan kelas
pada putaran I. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan
44
yang dihadapi pada tindakan kelas putaran I. Adapun evaluasi yang
dihasilkan peneliti bersama guru matematika antara lain:
a) Guru harus lebih giat meningkatkan motivasi dan aktivitas
belajar siswa.
b) Guru harus mampu mengendalikan situasi kelas.
c) Guru harus memberikan bimbingan kepada siswa secara
menyeluruh tanpa membeda-bedakan siswa.
d) Guru harus lebih banyak memberikan semangat kepada tutor
agar lebih percaya diri dan mampu memberikan informasi
kepada teman satu kelompok dengan sebaik-baiknya sehingga
mayoritas temannya bisa memahami materi.
b. Tindakan Kelas Putaran II
1) Perencanaan Tindakan Kelas Putaran II
Rencana tindakan putaran II dibuat berdasarkan kegiatan
refleksi, revisi dan evaluasi pada putaran I. Pembelajaran pada
putaran II akan dilaksanakan dengan mengajarkan materi sub
pokok bahasan luas dan keliling persegi panjang dan persegi yang
memiliki alokasi waktu 80 menit dan didistribusikan dalam satu
kali pertemuan di kelas. Pembelajaran dilaksanakan dengan
menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization
berbasis tutor sebaya yaitu dengan melanjutkan pengelompokkan
seperti sebelumnya. Tim dalam kelompok mengerjakan lembar
kerja dan apabila menemui kesalahan bisa bertannya pada tutor
45
agar semua menguasai konsep dan bisa meraih nilai yang tinggi.
Berdasarkan kegiatan refleksi, revisi dan evaluasi pada putaran I
maka tindakan kelas putaran II guru harus lebih giat meningkatkan
motivasi dan aktivitas belajar siswa. Guru harus mampu
mengendalikan situasi kelas. Guru memberikan pengertian kepada
siswa pentingnya rasa kebersamaan antar teman tanpa
membedakan satu sama lain dan guru harus memberikan
bimbingan kepada siswa secara menyeluruh tanpa membeda-
bedakan siswa.
2) Pelaksanan Tindakan Kelas Putaran II
Tindakan kelas putaran II dilaksanakan pada hari Sabtu, 13
Maret 2010 mulai pukul 09.55 sampai pukul 11.15 WIB. Siswa
yang hadir dalam putaran II sebanyak 36 siswa. Pada putaran ini
pelaku tindakan adalah guru matematika dan dibantu oleh peneliti.
Selain membantu guru, peneliti juga melakukan observasi dan
monitoring terhadap reaksi siswa.
3) Observasi Tindakan Kelas Putaran II
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam kemudian
menanyakan apakah ada PR. Guru membahas PR bersama siswa.
Kemudian, tujuan dan materi ajar yang akan dipelajari
disampaikan guru sebelum memberikan materi selanjutnya.
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan
metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis
46
tutor sebaya. Guru melanjutkan sistem pengelompokkan yang telah
dilakukan pada hari sebelumnya. Peran ketua kelompok dan tutor
tetap. Guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi yang
dipelajari kemudian guru membagikan lembar kerja untuk
dikerjakan secara individu.
Setelah semua siswa selesai mengerjakan, siswa dalam satu
kelompok mencocokkan hasil pekerjaan mereka. Siswa yang
ditunjuk sebagai tutor mulai menjalankan perannya untuk
memberikan informasi lebih lanjut kepada teman satu kelompok
tentang soal – soal yang baru saja dikerjakan. Ketua kelompok
harus bisa memastikan bahwa semua anggotanya menguasai
materi.
Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga guru
hanya berperan sebagai pengontrol keadaan siswa dan pengarah
jalannya pengelompokkan apabila ada kelompok yang masih
memerlukan bimbingan. Guru akan memberikan bantuan tentang
soal – soal yang dikerjakan apabila siswa satu kelompok tidak bisa
mencari solusinya. Guru memberikan perhatian secara menyeluruh.
Setelah semua siswa dianggap siap, guru menginstruksikan
kepada siswa untuk menukar hasil pekerjaan mereka kepada
kelompok lain untuk dilaksanakan penilaian. Guru meminta
perwakilan satu orang dari masing-masing kelompok untuk maju
ke depan dan mempresentasikan jawaban soal hasil diskusi
47
kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menanggapi.
Guru mengumumkan nilai terbaik dari semua kelompok dan
menghentikan pengelompokan. Bersama-sama dengan peserta
didik guru membuat kesimpulan mengenai materi yang telah
dipelajari. Guru memberikan PR dan menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.
4) Refleksi Terhadap Tindakan Kelas Putaran II
Refleksi tindakan putaran ini mendiskusikan hasil observasi
kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh
beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan
pada tindakan selanjutnya, yaitu:
a) Pada tindakan kelas putaran II ini, pembelajaran
sudah mulai berpusat pada siswa meskipun belum sepenuhnya
berpusat pada siswa. Hal ini terlihat dari siswa yang mulai
menemukan sendiri jawaban soal-soal latihan.
b) Keadaan kelas sudah tidak terlalu gaduh ketika
proses pembelajaran berlangsung.
c) Siswa yang belum memahami konsep sudah
berkurang meskipun sedikit. Hal ini terlihat dari siswa yang
mulai mau mencoba mengerjakan soal latihan sendiri.
d) Bimbingan dari guru sudah lebih menyeluruh
dengan melakukan pendekatan terhadap siswa.
48
e) Kebersamaan antar anggota kelompok sudah
terlihat
f) Adanya komunikasi yang baik antara tutor dengan anggota yang
lain karena informasi yang diberikan oleh tutor sudah bisa
diterima dan bahkan mereka sudah bisa bertukar pendapat.
Untuk menyusun rencana pada tindakan kelas putaran III,
maka perlu diadakan revisi terencana dari tindakan kelas putaran
II. Berdasarkan hasil dari refleksi tindakan kelas putaran II, maka
beberapa revisi yang disepakati antara peneliti dengan guru
matematika adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan pembelajaran diupayakan berpusat pada siswa dan
meminimalkan dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran.
Guru lebih bersikap sebagai fasilitator.
b) Pemberian motivasi dalam kegiatan pembelajaran perlu
ditingkatkan agar siswa termotivasi dan lebih bersemangat
dalam kegiatan pembelajaran.
c) Guru sudah tidak membantu siswa lagi dalam menemukan
jawaban latihan-latihan soal yang diberikan sebelum dikoreksi
agar siswa lebih mandiri, sehingga pemahaman terhadap materi
maupun konsep dapat meningkat.
Selain itu perlu diadakan evaluasi terhadap tindakan kelas
pada putaran II. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan
49
yang dihadapi pada tindakan kelas putaran II. Adapun evaluasi
yang dihasilkan peneliti bersama guru matematika antara lain:
a) Sikap guru dalam kegiatan pembelajaran harus lebih ramah
agar siswa merasa nyaman selama kegiatan pembelajaran dan
tidak ada rasa takut untuk bertanya terhadap guru.
b) Guru harus memberikan bimbingan kepada seluruh siswa
secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan siswa.
c) Latihan soal-soal diperbanyak lagi baik yang diberikan di kelas
pada waktu kegiatan pembelajaran maupun yang diberikan
sebagai tugas rumah agar siswa dapat mengaplikasikan
kesimpulan yang telah diperoleh dari materi yang telah
dipelajari dan guru sudah tidak membimbing siswa lagi dalam
menemukan jawaban.
d) Guru harus selalu memberikan pengertian kepada siswa bahwa
semua teman memiliki hak dan kewajiban yang sama dan
pentingnya rasa kebersamaan dalam satu kelompok.
c. Tindakan Kelas Putaran III
1) Perencanaan Tindakan Kelas Putaran III
Rencana tindakan putaran III dibuat berdasarkan kegiatan
refleksi, revisi dan evaluasi pada putaran II. Pembelajaran pada
putaran III akan dilaksanakan dengan mengajarkan materi sub pokok
bahasan sub pokok bahasan menerapkan konsep luas dan keliling
persegi panjang dan persegi dalam pemecahan masalah yang
50
memiliki alokasi waktu 80 menit dan didistribusikan dalam satu kali
pertemuan di kelas. Pembelajaran masih dilaksanakan dengan
menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization
berbasis tutor sebaya dan diharapkan pembelajaran akan berjalan
lebih baik dan bisa mendorong siswa untuk belajar lebih giat agar
pemahaman konsepnya meningkat. Berdasarkan kegiatan refleksi,
revisi dan evaluasi pada putaran II maka tindakan kelas putaran III
Sikap guru dalam kegiatan pembelajaran harus lebih ramah agar
siswa merasa nyaman selama kegiatan pembelajaran dan tidak ada
rasa takut untuk bertanya terhadap guru. Latihan soal-soal
diperbanyak lagi baik yang diberikan di kelas pada waktu kegiatan
pembelajaran maupun yang diberikan sebagai tugas rumah agar siswa
dapat mengaplikasikan kesimpulan yang telah diperoleh dari materi
yang telah dipelajari dan guru sudah tidak membimbing siswa lagi
dalam menemukan jawaban. Guru harus selalu memberikan
pengertian kepada siswa bahwa semua teman memiliki hak dan
kewajiban yang sama dan pentingnya rasa kebersamaan dalam satu
kelompok.
2) Pelaksanan Tindakan Kelas Putaran III
Tindakan kelas putaran III dilaksanakan pada hari Kamis,
18 Maret 2010 mulai pukul 09.55 sampai pukul 11.15 WIB. Siswa
yang hadir dalam putaran III sebanyak 36 siswa. Pada putaran ini
pelaku tindakan adalah guru matematika dan dibantu oleh peneliti.
51
Selain membantu guru, peneliti juga melakukan observasi dan
monitoring terhadap reaksi siswa.
3) Observasi Tindakan Kelas Putaran III
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam kemudian
menanyakan apakah masih ada kesulitan terhadap materi yang
disampaikan pada pertemuan sebelumnya dan kemudian
menanyakan apakah ada PR. Guru membahas PR bersama siswa.
Guru mengingatkan kembali tentang materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tujuan dan materi ajar yang akan dipelajari
disampaikan guru sebelum memberikan materi selanjutnya.
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan
metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis
tutor sebaya. Guru melanjutkan sistem pengelompokkan yang telah
dilakukan pada hari sebelumnya. Peran ketua kelompok dan tutor
tetap. Guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi yang
dipelajari kemudian guru membagikan lembar kerja untuk
dikerjakan secara individu. Guru selalu menekankan kepada siswa
pentingnya rasa kekeluargaan antar anggota kelompok.
Setelah semua siswa dianggap siap, guru menginstruksikan
kepada siswa untuk menukar hasil pekerjaan mereka kepada
kelompok lain untuk dilaksanakan penilaian. Guru meminta
perwakilan satu orang dari masing-masing kelompok untuk maju
ke depan dan mempresentasikan jawaban soal hasil diskusi
52
kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menanggapi.
Guru mengumumkan nilai terbaik dari semua kelompok dan
menghentikan pengelompokan. Bersama-sama dengan peserta
didik guru membuat kesimpulan mengenai materi yang telah
dipelajari. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
4) Refleksi Terhadap Tindakan Kelas Putaran III
Refleksi tindakan putaran ini mendiskusikan hasil observasi
kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh
beberapa hal, yaitu:
a) Pada tindakan kelas putaran III ini, pembelajaran sudah lebih
berpusat pada siswa. Hal ini terlihat dari siswa yang
menemukan sendiri penyelesaian permasalahan yang diberikan
tanpa bimbingan guru.
b) Keadaan kelas jauh lebih tenang dan siswa mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan sungguh-sungguh.
c) Siswa lebih memahami materi ajar. Hal ini terlihat dari banyak
siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan tepat.
d) Perhatian guru terhadap siswa juga lebih menyeluruh. Hal ini
terlihat guru lebih sering berkeliling untuk memberi bimbingan
pada siswa yang kurang memahami materi.
e) Kebersamaan antar anggota sudah sangat kuat.
53
f) Tutor sudah sangat mahir dalam berkomunikasi kepada teman-
temannya. Banyak siswa yang sudah mampu menguasai materi
sendiri sehingga peran tutor cenderung berubah sebagai teman
bertukar pendapat dan saling memberikan informasi tentang
materi.
Dengan mengamati perubahan-perubahan perilaku yang terjadi
setelah tiga putaran ke arah yang lebih baik yaitu adanya
peningkatan-peningkatan yang cukup signifikan seperti
peningkatan pemahaman konsep, maka peneliti tidak melakukan
revisi maupun tindakan kelas berikutnya.
3. Hasil Pelaksanaan Tindakan
a. Hasil Pelaksanaan Tindakan Kelas Putaran I
Hasil pelaksanaan tindakan kelas putaran I menunjukkan
bahwa guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran meskipun
telah ada upaya untuk memusatkan kegiatan pembelajaran pada siswa
namun belum sepenuhnya dapat dilakukan. Hal ini disebabkan siswa
masih membutuhkan bimbingan dan arahan penuh dari guru. Siswa
belum mampu menemukan sendiri konsep-konsep materi ajar. Guru
menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization
54
berbasis tutor sebaya untuk mengurangi dominasinya dalam kegiatan
pembelajaran.
Guru melatih siswa bekerjasama dalam satu kelompok. Guru
memberikan lembar kerja untuk melatih mereka memahami konsep
persegi dan persegi panjang. Adanya tutor yang telah ditunjuk
berfungsi untuk membantu teman-temannya yang belum paham karena
biasanya siswa lebih leluasa untuk bertanya kepada teman sebayanya.
Meskipun metode ini masih sangat minim dalam pelaksanaannya tetapi
setidaknya sudah bisa melatih siswa memiliki rasa tanggung jawab
terhadap dirinya dan memaksa siswa secara halus agar mau berusaha.
Selain itu, siswa terlihat lebih bersemangat mengikuti kegiatan
pembelajaran karena kegiatan pembelajaran dilakukan tidak seperti
biasanya.
Perubahan perilaku baik yang dilakukan oleh guru maupun
yang dilakukan siswa ke arah yang lebih baik menunjukkan bahwa
penerapan metode pembelajaran Team Assisted Individualization
berbasis tutor sebaya dalam kegiatan pembelajaran membawa dampak
yang cukup baik. Dari hasil observasi pada penelitian tindakan kelas
putaran I ini diperoleh data yaitu meskipun kegiatan pembelajaran
belum berpusat pada siswa dan guru masih mendominasi kegiatan
pembelajaran serta perhatian guru belum menyeluruh, namun telah
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pemahaman konsep
55
siswa juga telah menunjukkan peningkatan meskipun hanya sedikit
dan pemahaman konsepnya masih dikatakan rendah.
Indikator-indikator yang diamati dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat 11 (30,5%) siswa yang mampu
menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara
tepat. Siswa yang mampu menerapkan konsep secara tepat sebanyak
17 (47,2%). Kemudian, siswa yang mampu menanggapi jawaban
peserta didik lain ada sekitar 14 (38,9%) dan siswa yang mampu
membuat kesimpulan materi terdapat sekitar 7 (19,4%).
b. Hasil Pelaksanaan Tindakan Kelas Putaran II
Hasil observasi yang dilakukan pada tindakan kelas putaran II
ini menunjukkan bahwa sudah terlihat kegiatan pembelajaran
dipusatkan pada siswa, meskipun belum sepenuhnya dilakukan. Guru
masih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, namun tidak terlalu
dominan dan guru juga terlihat lebih memperhatikan siswa bila
dibandingkan dengan putaran I.
Guru juga sudah tidak terlalu terlibat dalam proses kerja
kelompok. Guru hanya membantu beberapa siswa saja yang
mengalami kesulitan. Guru memberi kebebasan pada siswa untuk
berkreasi dengan pikiran mereka sendiri. Hal ini bertujuan agar siswa
mau mengeluarkan buah pikirannya dalam mmemahami konsep materi
yang telah diajarkan. Siswa terlihat mampu mengerjakan lembar kerja
dengan lancar. Kebersamaan dalam satu kelompok sudah terlihat.
56
Tutor sudah sangat handal dalam berkomunikasi dengan teman –
teman sehingga tercipta diskusi yang sangat baik. Hal ini terlihat sudah
tidak banyak siswa yang bertanya pada guru. Siswa dilibatkan aktif
dalam kegiatan pembelajaran dengan cara memberi kesempatan untuk
menceritakan hasil pekerjaan mereka. Siswa tampak tidak mengalami
hambatan saat menceritakan hasil pekerjaan mereka bahkan terlihat
lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
Data hasil pelaksanaan tindakan kelas putaran II yang diamati
melalui indikator yaitu, kemampuan siswa dalam menjawab
pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat,
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat,
kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban peserta didik
lain, kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi
menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan putaran I,
meskipun hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan.
Peningkatan ini dapat dilihat dari naiknya prosentase tiap-tiap
indikator yang diamati. Indikator yang diamati dalam penelitian ini
yaitu siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan
soal di papan tulis secara tepat ada 18 (50%) siswa. Indikator kedua
yang diamati menunjukkan bahwa terdapat 29 (80,5%) siswa yang
mampu menerapkan konsep secara tepat. Indikator ketiga yang diamati
yaitu kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban peserta
didik lain menunjukkan bahwa ada 17 (47,2%) siswa yang mampu
57
menanggapi jawaban siswa lain, dan indikator keempat yang diamati
menunjukkan bahwa terdapat 10 (27,7%) siswa yang mampu membuat
kesimpulan materi.
c. Hasil pelaksanaan Tindakan Kelas Putaran III
Hasil observasi yang dilakukan pada tindakan kelas putaran III
ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dipusatkan pada siswa
dan guru hanya bertindak sebagai peninjau keadaan siswa. Hal ini
terlihat saat kerja kelompok, guru sudah tidak terlihat membantu
peserta didik. Guru memberi kebebasan siswa berdiskusi dalam
kelompok. Siswa dibiarkan menemukan dan menyusun konsep keliling
dan luas persegi dan persegi panjang dalam pemecahan masalah
kemudian menyampaikan kepada siswa lain apa yang telah mereka
susun.
Data hasil pelaksanaan tindakan kelas putaran III yang diamati
melalui indikator kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru
dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat, kemampuan siswa
dalam menerapkan konsep secara tepat, kemampuan siswa memberi
tanggapan tentang jawaban siswa lain, kemampuan siswa dalam
membuat kesimpulan materi yang meliputi mendefinisikan konsep,
menemukan sifat-sifat dari konsep dan memberikan contoh dan non
contoh dari konsep menunjukkan adanya peningkatan yang cukup
berarti. Hasil yang dicapai juga sudah sesuai dengan yang diharapkan.
58
Peningkatan ini dapat dilihat dari naiknya prosentase tiap-tiap
indikator yang diamati. Indikator-indikator yang diamati dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 24 (66,7%) siswa yang
mampu menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan
tulis secara tepat. Siswa yang mampu menerapkan konsep secara tepat
terdapat 30 (83,3%). Siswa yang mampu menanggapi jawaban siswa
lain ada 20 (55,5%), dan terdapat 14 (38,9%) siswa yang mampu
membuat kesimpulan materi.
C. Pembahasan
Pembahasan terhadap permasalahan penelitian maupun hipotesis
tindakan berdasarkan pada analisis data kualitatif hasil penelitian dari kerja
kolaborasi antara peneliti dengan guru matematika SMP Negeri 2 Sawit. Hal
ini sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep melalui metode
pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Adapun
permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah:
“Adakah peningkatan pemahaman konsep matematika setelah dilakukan
kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran Team Assisted
Individualization berbasis tutor sebaya?”
Pada putaran I siswa belum mampu menjawab pertanyaan guru
maupun mengerjakan soal di papan tulis dengan tepat. Kebersamaan dalam
kelompok juga belum tercipta. Peran tutor juga masih sangat kurang karena
teman – temannya sangat sulit dikendalikan. Guru belum memberikan
perhatian yang menyeluruh terhadap seluruh siswa. Pada putaran ini peserta
59
didik juga belum mampu menanggapi jawaban siswa lain. Hanya beberapa
siswa saja yang mampu membuat kesimpulan materi persegi dan persegi
panjang. Perbaikan yang dilakukan antara lain memberikan perhatian yang
menyeluruh kepada seluruh siswa tanpa membeda-bedakan siswa.
Memberikan semangat kepada siswa untuk lebih giat berlatih dan memberi
semangat kepada tutor untuk lebih percaya diri. Siswa dapat menerapkan
konsep persegi panjang dan persegi. Penerapan metode pembelajaran Team
Assisted Individualization berbasis tutor sebaya belum berjalan maksimal.
Pada putaran kedua suasana tampak berubah, penerapan metode
pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya
membantu siswa didik membuat kesimpulan materi dan memahami konsep.
Beberapa siswa mampu menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di
papan tulis. Ada beberapa siswa yang mampu menanggapi jawaban peserta
didik lain dan membuat kesimpulan materi. Jumlahnya pun lebih banyak dari
pada putaran I. Tutor lebih bersemangat karena teman – temannya lebih
bersemangat dan terjadi pertukaran pendapat.
Pada putaran ketiga kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya
membawa perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Mayoritas peserta didik
sudah cukup kuat pemahaman konsepnya. Peran tutor semakin bisa
diandalkan karena rasa kebersamaan semakin kuat sehingga komunikasinya
berjalan dengan sangat baik. Tukar pendapat juga sering terjadi karena
pemahaman konsep yang dimiliki sudah semakin kuat. Konsep persegi
60
panjang dan persegi sudah sangat melekat di benak siswa. Dampaknya adalah
peserta didik mampu menjawab pertanyaan guru dan mampu mengerjakan
soal-soal dengan tepat. Jumlah siswa yang mampu menanggapi jawaban siswa
lain dan membuat kesimpulan materi jauh lebih banyak dari sebelumnya.
Data yang diperoleh untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
pemahaman konsep siswa dalam penelitian ini dirinci ke dalam 4 indikator
yang diamati, yaitu:
1. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan
soal di papan tulis secara tepat. Indikator diamati saat proses pembelajaran
berlangsung yaitu banyaknya siswa yang mampu menjawab pertanyaan
guru dengan tepat dan mengerjakan soal di papan tulis dengan benar. Data
yang diperoleh dari menunjukkan bahwa siswa yang mampu menjawab
pertanyaan guru dan mengerjakan soal secara tepat terdapat 11 (30,5%)
siswa pada putaran I, 18 (50%) siswa pada putaran II dan 24 (66,7%)
siswa pada putaran III. Dari putaran I dan putaran II ini terdapat
peningkatan prosentase dari 30,5% menjadi 50% atau meningkat sebesar
19,5%, sedangkan dari putaran II dan III mengalami peningkatan yaitu
dari 50% menjadi 66,7% atau meningkat sebesar 16,7%. Dari kenaikan
prosentase indikator yang diamati pada putaran I, putaran II dan putaran
III ini mengalami peningkatan sehingga indikator pertama yaitu
kemampuan siswa menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal di
papan tulis secara tepat ini mengalami peningkatan.
61
2. Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat. Indikator ini
diamati dari cara siswa mengerjakan tugas mandiri , yaitu apakah siswa
mengetahui konsep atau algoritma pengerjaan latihan tersebut dan
menerapkan konsep yang ia miliki secara tepat atau tidak dalam
mengerjakan soal tersebut. Data yang diperoleh dari putaran I
menunjukkan bahwa siswa yang mampu menerapkan konsep secara tepat,
pada putaran I terdapat 17 (47,2%), Pada putaran II ada 29 (80,5%) dan
pada putaran III terdapat 30 (83,3%) siswa yang mampu menerapkan
konsep secara tepat. Dari putaran I dan putaran II ini terdapat peningkatan
prosentase dari 47,2% menjadi 80,5% atau meningkat sebesar 33,3%.
Diperoleh peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 33,3%. Dari
putaran II dan III mengalami peningkatan yaitu dari 80,5% menjadi 83,3%
atau meningkat sebesar 2,8%. Prosentase indikator kedua yang diamati
pada putaran I, putaran II dan putaran III ini mengalami peningkatan
sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa menerapkan konsep
secara tepat mengalami peningkatan.
3. Kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain.
Indikator ini diamati saat kegiatan pembelajaran, yaitu dilihat dari apakah
siswa mampu mengoreksi jawaban siswa secara tepat dan mampu
memberikan jawaban yang benar dengan algoritma yang tepat. Data yang
diperoleh dari putaran I menunjukkan bahwa siswa yang mampu
menanggapi jawaban siswa lain terdapat 14 (38,9%) siswa pada putaran I.
putaran II terdapat 17 (47,2%) siswa dan putaran III terdapat 20 (55,5%)
62
siswa. Dari putaran I dan putaran II ini terdapat peningkatan prosentase
dari 38,9% menjadi 47,2% atau meningkat sebesar 8,3%. Dari putaran II
dan III dapat dilihat bahwa indikator yang diamati ini mengalami
peningkatan yaitu dari 47,2% menjadi 55,5% atau meningkat sebesar
8,3%. Prosentase indikator ketiga yang diamati pada putaran I, putaran II
dan putaran III ini mengalami peningkatan sehingga dapat disimpulkan
bahwa kemampuan siswa memberi tanggapan terhadap jawaban siswa lain
mengalami peningkatan.
4. Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi. Indikator
ini diamati saat proses pembelajaran yaitu saat siswa diminta
mempresentasikan jawaban dari kelompoknya dan saat siswa membuat
kesimpulan materi. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa yang
mampu membuat kesimpulan materi terdapat 7 (19,4%) pada putaran I.
Pada putaran II terdapat 10 (27,7%) dan putaran III terdapat 14 (38,9%)
siswa. Dari putaran I dan putaran II ini terdapat peningkatan prosentase dari
19,4% menjadi 27,7% atau meningkat sebesar 8,3%. Meskipun peningkatan
masih dikatakan sedikit, namun sudah menunjukkan adanya peningkatan.
Dari putaran II dan III dapat dilihat bahwa indikator yang diamati ini
mengalami peningkatan yaitu dari 27,7% menjadi 38,9% atau meningkat
sebesar 11,2%. Prosentase indikator keempat yang diamati pada putaran I,
putaran II dan putaran III ini mengalami peningkatan sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan siswa membuat kesimpulan materi
mengalami peningkatan.
63
Adapun data hasil peningkatan pemahaman konsep persegi
panjang dan persegi dapat disajikan dalam tabel dan juga grafik sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Data hasil peningkatan pemahaman konsep peserta didik
IndikatorSebelum
TindakanPutaran I
Putaran
II
Putaran
III
Kemampuan menjawab
pertanyaan dan mengerjakan
soal di papan tulis dengan
tepat
8
(22,2%)
11
(30,5%)
18
(50%)
24
(66,7%)
Kemampuan menerapkan
konsep dengan tepat
14
(38,9%)
17
(47,2%)
29
(80,5%)
30
(83,3%)
Kemampuan menanggapi
jawaban
8
(22,2%)
14
(38,9%)
17
(47,2%)
20
(55,5%)
Kemampuan membuat
kesimpulan materi
4
(11,1%)
7
(19,4%)
10
(27,8%)
14
(38,9%)
Grafik 4. 1Grafik Peningkatan Pemahaman Konsep
64
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan mulai dari putaran I,
putaran II dan putaran III. Ada yang mengalami peningkatan cukup signifikan,
namun ada pula yang hanya mengalami sedikit peningkatan, meskipun begitu
penelitian ini sudah menunjukkan adanya peningkatan atau perubahan perilaku
ke arah yang lebih baik, sehingga jawaban dari permasalahan dalam penelitian
ini yaitu ada peningkatan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan
persegi panjang dan persegi setelah dilakukan pembelajaran dengan metode
pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
65
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif
antara peneliti, guru kelas VII SMP Negeri 2 Sawit dan kepala sekolah, dari
hasil penelitian itu dapat disimpulkan terperinci sebagai berikut :
1. Dialog awal tentang usaha peningkatan pemahaman konsep siswa dalam
proses pembelajaran melalui metode pembelajaran Team Assisted
Individualization berbasis tutor sebaya diperoleh kesepakatan bahwa
pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran
kooperatif dan mengemban tanggung jawab individu, saling membantu
satu sama lain dalam menghadapi masalah dan saling memberi dorongan
untuk maju. Hal ini akan mendorong siswa untuk bisa menjawab
pertanyaan guru dan mengerjakan soal dengan tepat, berani memberi
tanggapan dan memberi pembetulan dari jawaban teman lain yang dirasa
salah, dan bisa membuat kesimpulan materi. Usaha peningkatan ini
ditinjau dari permasalahan nyata yang dirasakan guru pada kelas yang
diampunya dan permasalahan yang ada adalah kebosanan siswa karena
dalam pembelajaran hanya diposisikan sebagai pendengar, siswa
cenderung kurang mampu menggunakan rumus/ konsep yang diperlukan
dalam pemecahan masalah karena kemampuan siswa dalam memahami
konsep materi masih kurang.
2. Perencanaan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini
ditunjukkan oleh evaluasi berdasarkan tindakan kelas, yaitu pembelajaran 64
66
yang biasa menggunakan ceramah berubah menjadi pembelajaran dengan
metode pembelajaran Team Assisted Individualization berbasis tutor
sebaya yang mengajak siswa untuk kerja kelompok dan bisa menerapkan
konsep dengan tepat karena adanya saling membantu antar teman
sebayanya, berani menjawab pertanyaan guru, berani mengoreksi hasil
pekerjaan temannya dan mempresentasikan jawaban yang benar.
3. Peningkatan pemahaman konsep siswa dapat dilihat dari indikator yang
diamati dalam penelitian ini yaitu:
a. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan
soal di papan tulis dengan tepat meningkat. Pada putaran I kemampuan
siswa hanya 30,5%. Putaran II meningkat menjadi 50% dan pada
putaran III meningkat lagi menjadi 66,7%.
b. Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat mengalami
peningkatan setelah dilakukan peningkatan. Pada putaran I
kemampuan siswa 47,2% meningkat menjadi 80,5% pada putaran II,
dan meningkat lagi pada putaran III menjadi 83,3%.
c. Kemampuan siswa dalam menanggapi jawaban peserta didik lain
meningkat setelah dikenai tindakan. Putaran I kemampuan siswa
38,9% meningkat pada putaran II menjadi 47,2% dan mengalami
peningkatan lagi pada putaran III menjadi55,5%.
d. Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi. Putaran I
kemampuan siswa 19,4% meningkat pada putaran II menjadi 27,8%
dan mengalami peningkatan lagi pada putaran III menjadi 38,9%.
67
B. IMPLIKASI
Kesimpulan butir kesatu memberi implikasi, bahwa para praktisi
khususnya guru kelas yang terlibat dalam penelitian ini mempunyai
kesukarelaan dan komitmen bagi usaha perbaikan pembelajaran matematika.
Oleh karena itu agara usaha perbaikan pembelajaran tercapai, maka kerja
kolaboratif untuk memahami kelas secara terus menerus perlu dilakukan.
Kesimpulan butir kedua memberika implikasi, bahwa dengan bekal
kemampuan yang tinggi, dan mendengarkan saran dari pihak lain, guru kelas
mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran
seperti menerapkan proses pembelajaran melalui metode pembelajaran Team
Assisted Individualization berbasis tutor sebaya. Pembelajaran dengan
menerapkan metode Team Assisted Individualization berbasis tutor sebaya ini
mengajak para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan
mengemban tanggung jawab individu, saling membantu satu sama lain dalam
menghadapi masalah dan saling memberi dorongan untuk maju. Hal ini akan
mendorong siswa untuk bisa menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal
dengan tepat, berani memberi tanggapan dan memberi pembetulan dari
jawaban teman lain yang dirasa salah, dan bisa membuat kesimpulan materi.
Pembelajaran ini diterapkan sejak penelitian dimulai dengan revisi pada setiap
tindakan kelas.
Kesimpulan ketiga memberikan implikasi bahwa dalam penelitian di
SMP, pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Team
Assisted Individualization berbasis tutor sebaya ini memiliki peran utama
68
dalam kaitannya dengan usaha peningkatan pemahaman konsep siswa. Dalam
usaha peningkatan pemahaman konsep ini, ada baiknya menyentuh
pengembangan kreatifitas guru, hal ini dapat dilakukan melalui kerja
kolaboratif guru dengan peneliti untuk mengatasi masalah-masalah
pembelajaran amtematika yang selalu dihadapi di kelas.
Faktor yang dapat mendukung peningkatan pemahaman konsep siswa
antara lain, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengerjakan
soal di papan tulis dengan tepat, kemampuan siswa dalam menerapkan konsep
secara tepat, kemampuan siswa dalam menanggapi jawaban peserta didik lain
dan kemapuan siswa dalam membuat kesimpulan materi, yang cenderung
masih rendah karena diterapkannya pembelajaran yang konvensional. Oleh
sebab itu, pengembangan kemampuan siswa dapat dilakukan pembelajaran
dengan menerapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualization
berbasis tutor sebaya.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif yang
telah dilaksanakan, maka diajukan sejumlah saran, yaitu :
1. Terhadap Guru matematika
a. Berdasar hasil kesimpulan yang telah diperoleh diharap guru
matematika menerapkan metode pembelajaran yang menarik, misalkan
menggunakan metode pembelajaran Team Assisted Individualization
berbasis tutor sebaya sebagai alternatif lain agar siswa semangat dalam
69
kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa.
b. Guru kelas perlu memperbanyak latihan selama proses pembelajaran.
Hal ini akan membantu guru untuk dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa dalam pembelajaran matematika.
c. Guru matematika perlu mengadakan pemantauan tingkah laku siswa
selama proses pembelajaran. Hal ini akan membantu guru untuk
memahami setiap permasalahan yang muncul dan dapat dipakai untuk
usaha perbaikan pembelajaran.
2. Terhadap siswa
a. Setiap siswa hendaknya dapat
menjalin hubungan baik dengan guru agar proses belajar mengajar
terasa nyaman dan menyenangkan.
b. Siswa hendaknya tidak takut
bertanya apabila tidak mengerti karen dengan bertanya siswa dapat
memahami materi pelajaran yang disampaikan guru.
c. Siswa hendaknya mengulangi
kembali dirumah pelajaran yang suda disampaikan guru sehingga
siswa yang lambat dalam memahami materi dapat mengikuti dan
menutupi ketertinggalan dengan teman-teman lainnya.
3. Terhadap Peneliti Berikutnya
70
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran
matematika. Hal ini dilakukan agar proses belajar mengajar di sekolah
berjalan efektif tanpa hambatan, sesuai dengan yang kita inginkan.