LAPORAN DEMOPLOT TEMBOKREJO “ DEMOPLOT BUDIDAYA PADI PADA MUSIM PENGHUJAN (MP) DENGAN MENGGUNAKAN VARIETAS TAHAN WERENG COKLAT PAK TIWI 1” OLEH: MUKHLIS, SP ANDI PRIYAWAN, STP SIGIT PRASETYO NUGROHO ENGGAR AMBARSARI RINA ARYANTINI, SP LUTFI AGUSTINA, A.Md DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN
20
Embed
andipriyawan.files.wordpress.com · Web viewKebiasaan petani bertani secara konvensional dengan tidak mementingkan jarak tanam, penggunaan benih unggul dan alih varietas mengakibatkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN
DEMOPLOT TEMBOKREJO
“ DEMOPLOT BUDIDAYA PADI PADA MUSIM PENGHUJAN (MP) DENGAN MENGGUNAKAN VARIETAS TAHAN WERENG
DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN
KOTA PASURUAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah, kehadirat Allah SWT berkat
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
kegiatan demoplot.
Kebiasaan petani bertani secara konvensional dengan tidak mementingkan jarak
tanam, penggunaan benih unggul dan alih varietas mengakibatkan kondisi pertanian tidak
berkembang, maka dari itu perlu diadakan percontohan untuk mengubah pola pikir petani.
Kegiatan demoplot di Kelurahan Tembokrejo Kecamatan Purworejo pada tahun
2015 ini merupakan kegiatan ujicoba varietas padi unggul baru, dengan adanya ujicoba ini
diharapkan petani dapat mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan
produktivitas padi di Kota Pasuruan.
.
Pasuruan, Juni 2015
Penulis
Andi Priyawan,STp
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Diperkirakan adanya ledakan hama wereng di sentra-sentra produksi padi Pulau Jawa
sehingga mengganggu ketersediaan pangan khususnya beras untuk 9,5 juta orang pada
2014.
Sepanjang 2014 muncul titik-titik serangan wereng di sentra produksi padi Pulau Jawa.
Wereng suka dengan hujan, ramalan BMKG hampir di seluruh sentra produksi padi akan
mengalami curah hujan di atas normal. Penggunaan pestisida secara berlebihan oleh petani
justru menjadi pemicu munculnya wereng. Perkembangan hama ini akan semakin pesat di
musim hujan mengingat wereng senang dengan lingkungan basah.
Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan, menunjukkan penggunaan aplikasi pestisida
yang semakin banyak untuk mengatasi wereng membuat lahan puso atau gagal panen
semakin luas. Praktik di lapangan memang ada reaksi cepat dari pihak Dinas Pertanian,
sudah diatasi dengan cara menyemprot padi dengan pestisida secara bersama-sama dan
penyuluhan penggunaan varietas tahan wereng yang sudah termasuk dalam PHT. Tetapi hal
ini tidak akan berhasil dengan baik jika penggunaan pestisida kurang tepat sehingga muncul
masalah baru.
Diperlukan respon masif dan "komando" tegas seperti yang dilakukan pada 1986 untuk
memerangi wereng untuk mencegah terjadinya gagal panen secara besar-besaran melalui
Inpres Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penerapan Pengendalian Hama Penyakit secara
Terpadu (PHT) dan Pelarangan 57 Jenis Insektisida. Manager advokasi Koalisi Rakyat
untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mengatakan, jika ledakan wereng tidak
dapat dicegah, diperhitungkan gagal panen akan mencapai enam juta ton gabah kering
giling petani (GKP) pada akhir 2014.
Angka tersebut setara dengan 3,3 juta ton beras senilai Rp 19 triliun, yang dapat dikonsumsi
9,5 juta orang. Sebanyak 1,5 juta petani diperkirakan akan kehilangan penghasilan karena
gagal panen.Ahli dari Direktorat Kajian Strategis Kebijakan Pertanian IPB Suryo Wiyono
mengatakan, pentingnya penyelarasan dan perbaikan kebijakan di sektor pertanian pangan.
Keselarasan kebijakan diperlukan dari pemerintah pusat hingga daerah, jika tidak persoalan
pertanian sulit diatasi. (JAKARTA, KOMPAS.com)
Pembangunan pertanian dengan pendekatan pertanian berkelanjutan dan PHT perlu
dilakukan. Hal ini untuk menghindari gangguan hanya penyakit seperti dalam kasus hama
wereng yang muncul kembali pada tahun 2015 ini dan berikutnya.
I.2 Rumusan Masalah
1. Pengendalian wereng hanya dengan pestisida kurang tepat karena akan menambah
masalah baru yaitu semakin cepatnya perkembangbiakan hama wereng
2. Lahan demplot Tembokrejo dalam satu hamparan merupakan basis penyakit yang
disebabkan oleh dua jenis wereng, yaitu wereng coklat dan wereng hijau
3. Pengendalian secara terpadu secara penuh, petani terbatas oleh modal usaha, petani
sewa dan SDM petani
I.3 Tujuan
1. Untuk menguji varietas tahan hama dan penyakit serta menyebarkan hasil uji
sehingga menekan biaya pengendalian dan menambah keuntungan usaha tani
2. Menerapkan pertanian ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan pestisida
kimia.
3. Meningkatkan hasil produksi GKP (Gabah Kering panen) di tingkat petani Kota
Pasuruan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Karakter Padi Varietas Pak Tiwi 1
Berdasarkan SK Mentan No. 2434/Kpts/SR.120/7/2012
Jumlah anakan produktif ± 17
Potensi hasil bisa mencapai ± 11
ton/ha GKG.
Bentuk gabah slender panjang.
Rata-rata hasil ± 8 ton/ha.
Dapat dipanen mulai umur ± 115 hari
setelah semai.
Tahan hama wereng coklat biotipe 1,2
dan 3.
Agak tahan virus tungro.
Rendemen berat ± 69%.
Nasinya pulen dengan rasa enak.
Dapat dipindah tanam pada umur 18-
21 HSS,cukup 2-3 bibit per rumpun.
Dari : http://benihpertiwi.co.id/padi-pak-tiwi-1/
Benih padi PAK TIWI ini merupakan benih padi unggul yang diproduksi oleh Pertiwi. Perusahaan ini mengembangkan varitas sendiri yang diberi nama PAK TIWI. Benih padi ini merupakan menghasilkan beras putih yang pulen, tahan terhadap hama, tingkat kecambahnya cukup tinggi, tingkat pertumbuhannya cukup baik sehingga umur panennya relatif pendek.
Kelemahan Pak Tiwi 1 menurut petani adalah mudah terserang penyakit jamur saat padi sudah premordia, meski sudah di atasi dengan fungisida. Jika nitrogennya terlalu tinggi memang rentan sekali terhadap jamur. Kelemahan lainnya, butir padi yang kecil dan nasi yang kurang pulen. “Masalah nasi kurang pulen, tinggal ditambahkan air saat memasak. Itu sudah kami buktikan bisa ditambahkan air sebanyak 25 persen supaya nasi pulen,” kata Junaidi. Sedangkan masalah penyakit jamur, Junaidi mengakui, memang tanaman jika kelebihan nitrogen bisa memancing timbulnya jamur. Khusus padi, pemakaian nitrogen atau urea bisa iturunkan hingga 25 persen. “Selain itu Pak Tiwi 1 ini teruji tahan genangan, namun belum teruji untuk kekeringan,” katanya. Dari http://m.tabloidsinartani.com/
4 Plastik untuk alas persemaian 15 m 7.500 112.0005 Tenaga kerja:
a. Galengan 600.000b. Pengolahan tanah 3 patok 200.000 600.000c. Tanam 3 patok 150.000 450.000d. Persemaian dan ndaut 300.000e. Penyiangan dan menyulami 45 orang 20.000 900.000f. Pemupukan 3 x 3 orang 6 orang 45.000 270.000g. Pengendalian hama dan penyakit 14 orang 30.000 420.000 7 x 2 orangh. Pengairan / ulu-ulu 3 patok 60.000 180.000
6 SEWA 1.500.000,-7 PBB 375.000,-
JUMLAH 8.431.000,-HASIL PANEN 12.000.000,-KEUNTUNGAN 3.568.000,-
SUSUNAN TIM PELAKSANADEMOPLOT BUDIDAYA PADI SEMI ORGANIK PADA
MUSIM PENGHUJAN (MP) MENGGUNAKAN VARIETAS UNGGUL PAK TIWI 1
Pembina : Erdeny Dinarta, SP
Ketua Pelaksana : Sigit Prasetyo Nugroho
Sekretaris : Andi Priyawan, STP
Bendahara : Rina Aryantini,SP
Anggota : 1. Mukhlis, SP
2. Enggar Ambarsari
3. Lutfi Agustina, A.Md
IV. PEMBAHASAN
Penanganan budidaya padi di demplot tembokrejo menggunakan varietas Pak Tiwi 1
berdasarkan data mentah yang diperoleh dari Balitbang ; jumlah anakan produktif ± 17,
potensi hasil bisa mencapai ± 11 ton/ha GKG , bentuk gabah slender panjang, rata-rata hasil
± 8 ton/ha, dapat dipanen mulai umur ± 115 hari setelah semai, tahan hama wereng coklat
biotipe 1,2 dan 3, agak tahan virus tungro, rendemen berat ± 69%, nasinya pulen dengan
rasa enak, dapat dipindah tanam pada umur 18-21 HSS, cukup 2-3 bibit per rumpun.
Berdasarkan kondisi nyata di lapangan kelemahan Pak Tiwi 1 mudah terserang penyakit
jamur saat padi sudah premordia, meski sudah di atasi dengan fungisida. Kelemahan
lainnya, butir padi yang kecil dan mudah pecah waktu gabah digiling, dengan penampilan
fisik beras yang kurang bening pertanda kemasakan gabah kurang, dikarenakan daun
bendera yang kering terlebih dahulu sebelum gabah kering sebelum gabah masak penuh.
Hal ini menjadi potensi kerugian petani jika menanam varietas ini dikarenakan sangat
berdampak pada harga gabah dan beras serta rendahnya rendemen.
Untuk kelebihannya Pak Tiwi 1 teruji tahan genangan, namun belum teruji untuk
kekeringan karena pada masa tanam adalah musim penghujan, tetapi melihat kondisi
tanaman meski dalam kondisi kering varietas ini tetap mempunyai potensi rawan serangan
jamur.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil demplot Tembokrejo serta informasi dari petani
adalah varietas Pak Tiwi 1 tidak cocok dengan kondisi yang ada di Kota Pasuruan,
dikarenakan banyak kelemahan yang sudah disebutkan di atas, mengingat dapat berisiko
menimbulkan kerugian bagi petani., sehingga kami sebagai Penyuluh Pertanian Kecamatan
Purworejo tidak merekomendasikan varietas tersebut tidak digunakan. Semoga informasi
ini bisa dipergunakan sebaik-baiknya sehingga peningkatan produksi di atas 15% tercapai.
Pasuruan, Juni 2015
KoordinatorPenyuluh Pertanian Kec. Purworejo Ketua Pelaksana Demplot
Mukhlis, S P Sigit Prasetyo . N
NIP. 19781018 200801 1 012
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN DEMPLOT VARIETAS PAK TIWI 1