ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN APENDIKSITIS A. KONSEP APENDISITIS 1. Anatomi dan Fisiologi a. Anatomi Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal. Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit kearah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens Apendisitis pada usia tersebut. Appendiks memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks terdapat tiga tanea coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi appendiks. Gejala klinik Apendisitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiks adalah retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di bawah sekum) 2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%, dan 7
56
Embed
perawatnews.files.wordpress.com · Web viewdan antigen intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN APENDIKSITIS
A. KONSEP APENDISITIS
1. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan
panjang kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama
kali tampak saat perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu
bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal,
pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang
akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal.
Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal
dan menyempit kearah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya
insidens Apendisitis pada usia tersebut. Appendiks memiliki lumen
sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada
appendiks terdapat tiga tanea coli yang menyatu dipersambungan sekum
dan berguna untuk mendeteksi posisi appendiks. Gejala klinik Apendisitis
ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiks adalah retrocaecal (di
belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di bawah
sekum) 2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%, dan postileal (di
belakang usus halus) 0,4%, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik nonfarmakologis, mencari bantuan),
b. Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri,
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda),
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyer berkurang
NICa. Pain management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperehensif termasuk lokasi, karakteristtik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien,
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi respon nyeri masa lampau6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan7. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan,
8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
9. Ajarkan tekhnik non farmakologis (relaksasi genggam jari)
10. Berikan analgetik untuk mengurangi
27
nyeri11. Tingkatkan istirahat12. Evaluasi keefektifan control nyeri13. Monitor penerimaan pasien tentang
mmanajemen nyeri.b. Analgesik Admistration
1. Tentukan karakteristik, lokasi kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
3. Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu
4. Tentukan pilihan anlgesik tergantung tipe dan berat nyerinya
5. Tentukan anlgesik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal,
6. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian anlgesik pertama kali
7. Berikan analgesic tepat waktu terutama ketika nyeri.
8. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala.
Tabel 2.1Diagnosa Nyeri Akut
28
b. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret.
29
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi2 Ketidakefektifan jalan nafas
berhubungan dengan akumulasi secret.
Batasan karakteristik:a. Tidak ada batukb. Suara nafas tambahanc. Perubahan irama nafasd. Sianosise. Kesulitan berbicaraf. Penurunan bunyi nafasg. Dispneah. Sputum dalam jumlah
yang berlebihi. Batuk tidak efektifj. Ortopneuk. Gelisahl. Mata terbuka lebar
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
b. Menunjukan jalan nafas paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi nafas dalam rentag normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambatjala nafas.
NICa. Airway Suction
1. Pastikan kebutuhan oral dan trakeal suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
3. Informasikan ada pasien dan keluarga tentang suctioning
4. Minta klien untuk nafas dalam sebelum suctioning
5. Berikan O2 melalui nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
7. Anjuran klien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
8. Monitor status oksigen pasien9. Ajarkan keluarga cara melakukan suction10. Hentikan suction dan berikan oksigen
bila pasien mengalami bradikardib. Airway management
1. Buka jalan nafas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw trust
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien bila perlunya menggunakan alat bantu nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu5. lakukan fisioterapi dada bila perlu6. Keluarkan secret dengan batuk atau
suction7. Auskultasi suara nafas8. Lakukan suction pada mayo bila perlu9. Berikan bronkodiator bila perlu10. Berikan pelembab udara menggunakan
kassa basah NaCl11. Monitor status respirasi dan status O2.
30
Tabel 2.2Diagnosa Ketidakefektifan Jalan Nafas
c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma insisi.No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi3. Hipertermi berhubungan
dengan penyakit atau trauma insisi.
Batasan karakteristik :a. Konvulsib. Kulit kemerahanc. Peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran normald. Kejange. Takikardif. Takipneag. Kulit terasa hangat
NOC :Thermoregulation
Kriteria Hasil :a. Suhu tubuh dalam rentang
normalb. Nadi dan RR dalam rentang
normalc. Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing
NICa. Fever Treattment
1. Monitor suhu sesering mungkin2. Monitor IWL3. Monitor warna dan suhu kulit4. Monitor tekanan darah, RR dan nadi5. Monitor penurunan tingkat kesadaran6. Monitor WBC, Hb, dan Hct7. Monitor intake dan output8. Berikan anti piretik9. Berikan pengobatan untuk mengatasi
demam10. Selimuti pasien
31
11. Berikan tapid sponge12. Kolaborasi dalam pemberian cairan
intravena13. Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila14. Tingkatkan sirkulasi udara15. Berikan pengobatan untuk terjadinya
menggigilb. Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal 2 jam2. Rencanakan monitor suhu secara
kontinyu3. Monitor TD, nadi dan RR4. Monitor warna dan suhu kulit5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh8. Ajarkan kepada pasien untuk cara
mencegah keletihan akibat panas9. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
11. Berikan anti piretik jika perlu
32
c. Vital sign monitor1. Monitor TD, nadi, RR dan suhu2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah3. Auskultasi TD pada kedua lengan lalu
bandingkan4. Monitor TD, nadi, RR sebelum, selama
dan sesudah aktivitas5. Monitor kualitas dari nadi6. Monitor frekuensi dan irama dan
pernafasan7. Monitor suara paru
Tabel 2.3Diagnosa Hipertermi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi4. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
Batasan karakteristik :a. Kram abdomenb. Nyeri abdomenc. Menghindari makanand. Berat badan 20% atau
lebih dibawah berat badan ideal
NOCa. Nutritional statusb. Nutritional status : food and
fluid intakec. Nutritional status : nutrient
intake weight control.
Kriteria hasil :a. Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuanb. Berat badan sesuai dengan
tinggi badan
NICa. Nutrition management
1. Kaji adanya alergi makanan2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkanprotein dan vitamin C
4. Berikan substansi gula5. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi6. Berikan makanan yang terpilih (sudah
33
e. Kerapuhan kapilerf. Diareg. Kehilangan rambut
berlebihanh. Bising usus hiperaktifi. Kurang makananj. Kurang informasik. Kurang minat pada
makananl. Penurunan berat badan
dengan asupan makanan adekuat
m. Tonus otot menurunn. Cepat kenyang setelah
makano. Sariawan rongga mulut
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
dikonsultasikan dengan ahli gizi)7. Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian8. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori9. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkanb. Nutrition monitoring
1. BB pasien dalam batas normal2. Monitor adanya penurunan berat badan3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan4. Monitor turgor kulit5. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi6. Jadwalkan pengobatan dan dan tindakan
tidak dilakukan pada saat jam makan7. Monitor mual dan muntah8. Monitor pertumbuhan dan perkembangan9. Monitor kemerahan, pucat dan kekeringan
jaringan konjungtiva10. Monitor kalori dan intake nutrisi
Tabel 2.4Diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi
34
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Distensi abdomen.
35
Tabel 2.5Gangguan Rasa Nyaman
f. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan terputusnya ujung saraf.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi5 Gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan Distensi abdomen.
Batasan karakteristik :a. Ansietasb. Menangisc. Gangguan pola tidurd. Takute. Ketidakmampuan untuk
rileksf. Iritabilitasg. Merintihh. Melaporkan merasa dingini. Melaprkan merasa panasj. Melaporkan perasaan
tidak nyamank. Melaporkan geja distressl. Melaporkan rasa gatal
NOCa. Sleep deprivationb. Comort, readlines or enchanced.
Kriteria hasil :a. Mampu mengontrol kecemasanb. Status lingkungan yang nyamanc. Mengontrol nyerid. Kualitas tidur dan istirahat
adekuate. Agresi pengendalian dirif. Respon terhadap pengobatang. Kontrol gejalah. Status kenyamanan meningkati. Support sosialj. Keinginan untuk hidup
NICa. Anxiety reduction
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pelaku pasien3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur4. Pahami perspektif pasien terhadap situasi
stres5. Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut6. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
36
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi6 Kerusakan integritas
jaringan berhubungan dengan terputusnya ujung saraf.
Batasan Karakteristik:a. Kerusakan jaringan
(Misal: kornea, membrane mukosa, integument, dan subkutan)
b. Kerusakan jaringan
NOCa. Tissue integrity: skin and
muccousb. Wound healing: Primary and
secondary intention.
Kriteria Hasil:a. Perfusi jaringan normalb. Tidak ada tanda-tanda infeksic. Ketebalan dan tekstur jaringan
normald. Menunjukan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedere
e. Menunjukan proses penyembuhan luka
NICa. Pressure ulcer prevention wound care
1. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian longgar
2. Jaga kulit agar tetap kering dan bersih3. Mobilisasi pasien setap 2 jam sekali4. leskan lotion atau minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan5. Monitor kulit adanya kemerahan atau tidak6. Monitor status nutrisi pasien7. Observasi luka8. Ajarkan keluarga tentang luka dan
perawatan luka9. Cegah kontaminasi feses dan urin10. Lakukan tekhik perawatan luka dengan
prinsip steril11. Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka12. Hindari kerutan pada tempat
tidurMandikan pasien dengan air hangat.Tabel 2.6
Diagnosa Kerusakan Integritas Jaringan
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya rasa nyeri post op.
37
Tabel 2.7Diagnosa Defisit Perawatan Diri
h. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan pasien terhadap tindakan/penyakit.
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteri Hasil Intervensi
7 Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya rasa nyeri post op.
penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
d. Jumlah leukosit dalam batas normal
e. Menunjukkan perilakku hidup sehat
NICa. Infection control(kontrol infeksi)
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain2. Pertahankan teknik isolasi3. Batasi pengunjung bila perlu4. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan6. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung7. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat.8. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal9. Monitor terhadap kerentanan infeksi10. Batasi pengunjung11. Dorong klien untuk mengonsumsi antibiotic sesuai
resep12. Ajarkan pasein dan keluarga akan tanda dan gejala
infeksi13. Ajarkan cara menghndari infeksi14. Laporkan kecurigaan infeksi.
40
8. Penurunan haemoglobin
Tabel 2.9Diagnosa Risiko Infeksi
j. Risiko kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi10 Risiko kekurangan cairan
berhubungan dengan mual dan muntah.Batasan Karakteristik:a. Perubahan status mentalb. Penurunan tekanan darahc. Penurunan tekanan nadid. Penurunan volume nadie. Penurunan turgor kulitf. Penurunan turgor lidahg. Penurunan haluaran urinh. Penurunan pengisian
venai. Membran mukosa keringj. Kulit keringk. Peningkatan hematokrit
NOCa. Fluid balanceb. Hydrationc. Nutritional status : food and
fluid intake
Kriteria hasil :a. Mempertahankan urine output
sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
NICa. Fluid management
1. Timbang popok atau pembalut jika memungkinkan2. Pertahankan catatan intake atau output yang akurat3. Monitor status hidrasi (kelembaban, membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan4. Monitor vital sign5. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake
kalori harian6. Kolaborasi cairan IV7. Monitor status nutrisi8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan9. Dorong masukan oral10. Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
b. Hypovolemia Management1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan2. Pelihara IV line3. Monitor tingkat Hb dan hematokrit4. Monitor tanda vital5. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
41
6. Monitor berat badanTabel 2.10
Diagnosa Risiko Kekurangan Cairan
k. Risiko ketidakefektifan gastrointestinal berhubungan dengan adanya perforasi.
42
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
11 Risiko ketidakefektifan gastrointestinal berhubungan dengan adanya perforasi.Faktor resiko :a. Anemiab. Usia >60 tahunc. Diabetes melitusd. Jenis kelamin wanitae. Varises gastroesofagus.
NOCa. Circulation statusb. Electrolite and acid
base balancec. Fluid balanced. Hidratione. Tissue perfusion :
abdominal organsKriteria hasil :a. Jumlah, warna,
konsistensi, dan bau feses dalam batas normal
b. Tidak ada nyeri perutc. Bising usus normald. Tekanan systole dan
dyastole dalam rentang normal
e. Gangguan mental, orientasi pengetahuan dan kekuatan otot normal
f. Na, K, Cl, Ca, Mg, dan biknat dalam batas normal
g. Tidak ada bunyi naas tambahan
h. Intake output seimbang
i. Membran mukosa lembab
NICa. Tube care gastrointestinal
1. Monitor TTV2. Monitor cairan dan elektrolit3. Monitor bising usus4. Monitor irama jantung5. Catat intake dan output secara akurat6. Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit sesuai instruksi dokter7. Monitor diare
b. Bledding reduction gastrointestinal1. Pantau tanda-tanda shock2. Ukur lngkar perut3. Memantau status cairan, termasuk inpu dan
output4. Hindari pemberian antikoagulan5. Memantau studi koagulan, termasuk waktu
protrombin6. Berikan obat (missal: vasopressin)7. Menilai status gizi pasien8. Anjurkan pada keluarga atau klien menghindari
penggunaan obat anti inflamasi (missal: aspirin, ibuprofen)
9. Mengkoordinasikan konseling untuk pasien dan keluarga (pendetaa, pecandu alcohol)
c. Bowel irrigationd. Medication administration
43
Tabel 2.11Risiko Ketidakefektifan Gastrointestnal
99
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan
tindakan kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen.
Interdependen dan dependen.
5. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak
teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan
antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format
evaluasi mengguanakan :
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diperbaiki
O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan
A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau
muncul masalah baru.
P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).
Prasetyo, Sigit Nian. 2010, Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri: Yogyakarta: Graha Ilmu.
Saydam, Gouzali, 2011. Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit pernafasan dan Gangguan Pencernaan): Bandung: Alfabeta.
T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru ; alih bahasa, Budi Anna Keliat. 2015, Diagnosa Keperawatan; Definisi & klasifikasi 2015=2017: Jakarta: EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2011, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan: Jakarta: Salemba Medika.
Tsamsuhidajat & Wim De jong.2010,Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Jakarta: EGC.
Pinandita, 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Op Laparatomi diakses pada tanggal 20 Mei 2016 dalam http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/download.php?id=284)
Liana, 2008. Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Keseimbangan Emosi. Diakses pada tanggal 20 Mei 2016 dalam (http://www.pembelajar.com/category/kolomnis/emmy-liana-dewi)
Lukman, 2008, Gambaran pasien Apendisitis yang Mengalami Perforasi Di RSUP Hasan Sadikin Bandung dalam (http://elibrary.unisba.ac.id/files/08-6155_Fulltext_Duplikat.pdf di akses pada 26 Mei 2016)
Evarica, 2015, Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Op Apendisitis dikutip dalam (http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-evaricawid-1323-1-ktievar-4.pdf diakses pada tanggal 9 juni 2016)
Solihah, 2014, Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari terhadap Penuruanan Intensitas Nyeri pada pasien Post Op Lumpektomi di kutip dalam (http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-solikhahha-844-1-ktisoli-1.pdf diakses pada tanggal 9 juni 2016)
http://citarum.org/citarum-knowledge/pusat-database/data-tabular/data-dalam-angka/386-dalam-angka-kab-cianjur-2008/file.html diakses pada tanggal 29 mei 2016 pukul 11.35
Anonim, 2016, Makalah perawatan pre dan post op apendiktomi di akses pada tanggal 02 Juni 2016 pukul 12.43 dalam (http://dokumen.tips/documents/pre-op-dan-post-op.html)
Anonim, Latar Belakang. Diakses pada tanggal 22 Juni 2016 pukul 11.22 dalam. (http://eprints.ums.ac.id/25910/2/BAB_I.pdf)