Top Banner
Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 INDONESIA MAKIN KUAT Ekonomi Indonesia terus menunjukan penguatan ditandai dengan kenaikan GDP dan inflasi yang terus terjaga.
12

Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Jan 15, 2017

Download

Documents

truongduong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Wealth Management Newsletter - Agustus 2016

iNdoNesiA MAkiN kuAtEkonomi Indonesia terus menunjukan penguatan ditandai dengan kenaikan GDP dan inflasi yang terus terjaga.

Page 2: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

GReetiNGs

Nasabah yang terhormat,

Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank. Pada edisi e-Market Perspective kali ini, Kami mengulas mengenai pergerakan pasar selama bulan Juli hingga pertengahan Agustus 2016 yang mengalami peningkatan signifikan terutama untuk negara Emerging Market dengan ditopang oleh rebalancing dana investasi global dari Developed Market ke Emerging Market, atas perkiraan tertundanya kenaikan suku bunga AS. Dari dalam negeri, kebijakan Presiden untuk melakukan reshuffle kabinet yang kedua serta membaiknya data makroekonomi, di mana pertumbuhan GDP 2Q sebesar 5,18% YoY, disambut positif oleh pasar. Kedepannya Kami melihat adanya peluang yang baik untuk memanfaatkan momentum ini dengan membangun portofolio investasi Anda yang ideal sesuai dengan tujuan dan profil risiko Anda.

Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager Kami di cabang terdekat. Dewi RustiniDirector of Retail Banking

Page 3: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Agustus 2016

1

Rally IHSG yang dimulai dari akhir Juni kembali berlanjut hingga menyentuh level 5.464 di 9 Agustus 2016. Setelahnya IHSG sedikit terkoreksi ke level 5.320 sebelum kembali melanjutkan penguatan. Kenaikan IHSG sendiri juga beriringan dengan penguatan indeks Emerging Market (EM). Masih kurang baiknya outlook ekonomi negara maju, sementara rendahnya yield yang ditawarkan membuat investor global berkepentingan mengalirkan dananya kembali ke Emerging Market (EM) yang menawarkan yield lebih baik. Dari berita domestik sendiri, penguatan IHSG semakin terjustifikasi dengan membaiknya laporan keuangan emiten pada 2Q. Sementara rilis data GDP 5,18% yang jauh melampaui konsensus semakin meningkatkan tingkat kepercayaan diri investor, pemulihan ekonomi Indonesia berada di jalur yang benar.

Tidak seperti yang dikhawatirkan sebelumnya, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) tidak memberikan dampak yang signifikan pada psikologi pasar global. Ditambah dengan momentum kenaikan suku bunga AS semakin memudar, investor semakin agresif berburu aset berisiko yaitu indeks saham terutama di Emerging Market (EM). Sejak awal Juli hingga akhir 15 Agustus indeks negara berkembang telah mengalami penguatan 10,3%. Pada periode yang sama indeks negara global juga mengalami peningkatan 5,48% sementara IHSG naik 7,04%. Hanya dalam 1,5 bulan dana asing yang masuk ke IHSG mencapai Rp25 Triliun, hampir 2x lipat dari dana yang masuk selama periode Januari hingga Juni. Total dana asing yang masuk hingga 15 Agustus sebesar Rp37.8 Triliun dan IHSG mengalami kenaikan 17,7%.

Pasca ketuk palu undang-undang tax amnesty oleh DPR seperti membuka bottleneck atas keringnya capital inflow terhadap pasar saham. Dampak yang diberikan dapat dikatakan jauh melampaui yang diekspektasikan oleh para analis sebelumnya. Besarnya dana asing yang masuk sebesar Rp37 Triliun telah jauh melampaui besarnya dana yang keluar pada tahun lalu sebesar Rp22 Triliun. Capital Inflow ini belum disertai masuknya dana repatriasi dan dana domestik yang telah diakui secara pajak, diekspektasikan akan banyak mengalir dana ke instrumen investasi termasuk IHSG di akhir tahun.

Bila pada umumnya bulan Agustus IHSG minim sentimen positif dan cenderung terkoreksi, maka di 2016 ini IHSG memiliki banyak amunisi yang dapat terus mendorong penguatannya. Setelah pengesahan tax amnesty sentimen positif kembali datang dari reshuffle kabinet jilid II dengan kejutan paling besar kembalinya Sri Mulyani ke posisi menteri keuangan, dengan track record yang sangat positif selama menjabat sebelumnya, kembalinya beliau ke posisi menkeu disambut positif oleh pasar. Selanjutnya rilis data laporan keuangan 2Q emiten di IHSG menunjukkan peningkatan secara QoQ ataupun YoY. Sentimen positif paling kuat datang dari rilisnya data GDP 2Q yang menunjukkan peningkatan 5,18% YoY, jauh melampaui ekspektasi analis yang hanya berada di level 5,00%.

Membaiknya data laporan keuangan IHSG ditambah sangat baiknya rilis data GDP yang keluar semakin menjustifikasi rally yang terjadi pada IHSG selama 2 bulan ini. Walaupun dari sudut pandang P/E ratio IHSG saat ini tidak dapat dikatakan murah, namun dengan outlook ekonomi yang terus membaik disertai capital inflow yang deras membuat IHSG terus melanjutkan penguatannya.

equity MARket RevieW Juli dAN AGustus 2016

Massive Capital Inflow to Emerging Market

Emerging Market Index Rally

Sumber: EPFR Global, CLSA

Sumber: Bloomberg

BoNd MARket RevieW Juli dAN AGustus 2016

Return positif kembali dicatatkan oleh pasar obligasi domestik pada Juli 2016 mengacu pada Bloomberg Indonesia Local Sovereign Index (BINDO Index) yang tercatat naik sebesar +6.95 poin MoM (+3,59% MoM) ke level 200.53 dan kembali mencatatkan all time high level-nya. Kondisi makroekonomi Indonesia yang stabil dan aliran likuiditas global yang masuk ke Emerging Market (EM) menopang kinerja positif pasar obligasi.

Rilis data inflasi bulan Juni yang naik +0,66% MoM atau 3,45% YoY (Mei: +0,24% MoM atau 3,33% YoY) masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada bulan Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya. Begitu pun data inflasi bulan Juli yang kembali catatkan inflasi sebesar +0,69% MoM atau turun menjadi 3,21% YoY. Catatan tersebut juga merupakan inflasi terendah pada bulan Juli

3.02.01.00.0

(1.0)(2.0)(3.0)(4.0)

Bra

zil

Cumulative funds flows (US$bn)

Equity flows - EM countries (16’ YTD)

16YTD fund flows

S. A

fric

a

Mal

aysi

a

Rus

sia

Taiw

an

Ind

ia

Ind

ones

ia

Phi

lipp

ines

Kor

ea

Thai

land

Chi

na

Page 4: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Agustus 2016

2

dalam 4 tahun terakhir. Inflasi yang terkendali hingga bulan Juli membuka peluang untuk dapat mencapai target inflasi Bank Indonesia sebesar 4±1% pada tahun ini.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada bulan Juli memutuskan untuk mempertahankan BI rate di level 6,50% dan 7 Days Reverse Repo Rate di 5,25% meskipun ekspektasi pelaku pasar akan adanya pemotongan suku bunga acuan. Ini menandakan hingga saat ini pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dianggap cukup untuk menopang laju pertumbuhan ekonomi, namun ruang untuk pemotongan suku bunga acuan dan pelonggaran kebijakan masih terbuka.

Kejutan datang dari Presiden Joko Widodo yang mengumumkan perombakan Kabinet Kerja Jilid II pada 26 Juli lalu. Sembilan nama baru ditunjuk untuk duduk sebagai menteri dan empat nama menteri digeser ke posisi yang baru. Dari sisi konsoldasi politik, perombakan kabinet kali ini cukup baik karena mencoba mengakomodir partai politik baru pendukung pemerintah seperti PAN dan Golkar. Dan yang tak kalah mengejutkan adalah kembalinya Sri Mulyani yang menggantikan Bambang Brodjonegoro sebagai Menteri Keuangan. Track record yang baik dan mereformasi kementerian yang dipimpinnya selama beliau menjabat sebagai Menteri Keuangan pada masa Presiden SBY (2005-2010) meningkatkan kepercayaan pasar akan berhasilnya proses tax amnesty dan peningkatan pendapatan pajak untuk pembiayaan program prioritas pemerintah.

Dari pidato yang disampaikan Trump di Detroit, Ia akan mengajukan untuk memperkecil golongan tarif pajak pendapatan pribadi dan akan memotong tarif pajak perusahaan jika menjadi presiden. Berdasarkan riset Societe Generale, rencana itu akan membawa dampak besar terhadap kinerja ekonomi AS, dengan ekspektasi penambahan 2% pada disposable income dan menambah porsi 1% terhadap pertumbuhan PDB.

Selain itu kebijakan ekonomi yang akan diambil Trump adalah akan melakukan review terhadap perjanjian perdagangan Trans-Pacific Partnership (TPP).

Walaupun keluarnya Inggris tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap psikologi pasar, namun untuk periode menengah hingga jangka panjang akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap Uni Eropa dan juga Inggris. Kondisi ini diperburuk dengan tragedi teror dibeberapa negara Eropa yang dapat berdampak semakin menurunnya aktivitas ekonomi dibenua tersebut.

Beberapa lembaga ekonomi global seperti IMF telah membuat perkiraan dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan menurunkan prospek pertumbuhan GDP, perdagangan dan peningkatan jumlah pengangguran baik untuk Inggris dan Uni Eropa.

Namun permasalah di Uni Eropa belum selesai dengan dampak semakin melambatnya pertumbuhan ekonomi. Risiko terbesar saat ini datang dari potensi disintegrasi dari Uni Eropa. Saat ini sikap skeptis masyarakat terhadap Uni Eropa semakin besar, terbukti dengan semakin menguatnya keberadaan partai yang mendukung peninjauan ulang status Uni Eropa tersebut. Pada bulan Oktober nanti Italia akan mengadakan referendum dengan tujuan mereformasi konstitusi di Italia. Risiko yang saat ini terjadi karena partai five star pendukung diadakannya referendum status Italia di Uni Eropa merupakan partai terpopuler di Italia. Referendum yang pada awalnya

Pertemuan FOMC terakhir masih mengirimkan pesan bahwa The Fed masih dovish. The Fed masih mempertahankan pandangannya bahwa untuk menaikkan FFR akan menilai dari data ketenagakerjaan dan tingkat inflasi 2% dengan memperhitungkan perkembangan kondisi global.

Dalam notulensi FOMC terakhir tersirat bahwa pandangan anggota The Fed terbagi dua mengenai waktu yang tepat untuk menyesuaikan level FFR. Hal tersebut bisa diartikan bahwa arah kenaikan FFR semakin tidak jelas dan belum akan terjadi dalam waktu dekat.

Semakin dekatnya pemilu presiden AS, semakin banyak wacana yang diperbincangkan. Dari survey Iowa Electronic Market, peluang kandidat dari partai demokrat, Hillary Clinton, memenangkan pemilu masih memimpin dan meningkat pada saat ini. Namun pasar sedang menghitung risiko ekonomi yang terjadi jika keadaan tidak seperti hasil survey, yakni kandidat dari partai republik, Donald Trump, yang memenangkan pemilu.

GloBAl MARket outlook

Sumber: Societe Generale

Pandangan The Fed Terbelah, Pemilu Presiden Menghangat

European Union Disintegration Threat

80

70

60

50

40

30

20

Democrat

Republican

Jul-15 Nov-15Sep-15 Jan-15 Mar-16 Jul-16May-16 Sep-16 Nov-16

%

Page 5: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Agustus 2016

3

Sumber: Media

Sumber: Thompson Reuters, Credit Suisse Research

Sumber: EPFR Global, CLSA

equity MARket outlook

PM Italy Matteo Renzi & Five Star leader Beppe Grillo

Fund Flow From Developed Market (DM) to EM

Net Income Margin EM Improved

A Two-edged Sword

Bull market are born on pessimism, grow on skepticism, mature on optimism, and die on euphoria

Hal penting yang harus diingat rally yang terjadi saat ini tidak hanya dialami oleh Indonesia saja. Negara Emerging Market (EM) lainnya juga mengalami kenaikan yang luar biasa. Contoh saja Brazil di mana indeksnya tahun ini telah mengalami kenaikan 65% dalam USD, yang tertinggi di dunia.

Dengan perlambatan ekonomi yang masih terus melanda negara maju, banyak negara yang dilanda masalah defisit fiskal sementara rasio hutang tergolong tinggi. Pada kondisi sulit seperti ini investor global berpikir rasional, walaupun menjanjikan likuiditas yang sangat baik, namun potensi return dengan risiko yang dimiliki tidak sebanding. Pada akhirnya dana investor global kembali berpindah dari

Dalam satu bulan terakhir perfoma IHSG terus melesat hingga telah menyentuh level 5.400an. Efek dari disetujuinya tax amnesty ditambah reshuffle kabinet jilid II disambut positif oleh pasar. Dilihat dari awal tahun IHSG telah naik 17%, padahal di awal tahun investor tampak pesimis pada potensi kenaikan IHSG. Dengan outlook kenaikan laba bersih yang hanya single digit, dapat dikatakan cukup jarang investor yang percaya IHSG mampu menyentuh level 5.200 saat itu. Rendahnya keyakinan membuat mayoritas masyarakat ataupun investor enggan berinvestasi atau menambahkan investasinya di IHSG.

Namun kondisi yang berbanding terbalik terjadi setelah IHSG menyentuh level 5.200. Banyak investor yang baru mau berinvestasi di IHSG. Bukannya riskan bila berinvestasi ketika IHSG sudah naik signifikan? Investor sesungguhnya sadar investasi yang tepat itu adalah membeli ketika sudah turun dalam dan menjual ketika sudah mengalami kenaikan yang signifikan. Namun kenapa pada prakteknya banyak

Developed Market (DM) menuju Emerging Market (EM) yang menjanjikan pertumbuhan dan yield lebih tinggi. Besarnya capital inflow ini membuat indeks negara-negara Emerging Market (EM) mengalami rally cukup signifikan.

Besarnya global fund flow yang mengalir ke Emerging Market (EM) dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi capital inflow yang terjadi saat ini menyebabkan bursa Emerging Market (EM) mengalami kenaikan signifikan,namun disatu sisi ketika investor global memutuskan menarik kembali dana ini, maka besarnya outflow dapat menyebabkan indeks terkoreksi. Tentu dengan didukung perbaikan data fundamental diharapkan dapat membuat investor global berinvestasi di Emerging Market (EM) untuk jangka waktu yang lama.

diajukan oleh PM Italia untuk mengurangi pengaruh partai five star diparlemen malah dapat menjadi kesempatan oleh partai five star untuk mengajukan agenda referendum status Uni Eropa. Hal ini memungkinkan karena dalam pembahasan konstitusi, status Uni Eropa merupakan salah satu topik yang akan dibahas.

350

300

250

200

150

100

50

0

20

0

(20)

(40)

(60)

(80)

(100)

(120)

DM

AII EM (RHS)

GEN (RHS)

Dec

-13

Mar

-14

Mar

-15

Mar

-16

Sep

-14

Sep

-15

Jun-

14

Jun-

15

Jun-

16

Dec

-14

Dec

-15

Cumulative fund flows (US$bn)

11%

10%

9%

8%

7%

6%

5%

4%

3%

2%

1%

Jan-95 Jan-01 Jan-10Jan-98 Jan-07Jan-04 Jan-13 Jan-16

Page 6: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Agustus 2016

4

Sumber: Media

Sumber: Russell Investment

Bubble Tulip 1634 - 1637

IHSG Dalam Fase Optimis

Siklus Psikologi Pasar

Indonesia sendiri juga tidak luput dari kasus euforia yang membentuk bubble besar membuat harga menjadi tidak masuk akal jauh melampaui nilai wajarnya karena terbawa aksi spekulasi dan sifat greedy. Pada awal tahun 2000 terjadi bubble ikan lohan, tingginya permintaan masyarakat untuk memelihara ikan lohan karena bentuknya yang unik disertai aksi spekulasi membuat harga ikan lohan meroket hingga ratusan juta. Paling baru terjadi meroketnya harga batu akik, tren mengoleksi batu akik membuat harga meroket menjadi tidak masuk akal. Selalu pada awalnya ada pembenaran untuk kenaikan harga, “this time it’s different” namun pada akhirnya nanti seperti kasus tulip mania, para spekulan menyadari batu akik hanyalah sebuah batu, bukan mesin uang.

Siklus psikologi pasar pada dasarnya terbagi menjadi 4 bagian. Pada bagian pertama dimulai dari optimisme, yakin ekspektasi akan berjalan sesuai harapan. Setelah ekspektasi tercapai investor menjadi gembira/thrilling, semakin percaya diri dan melihat potensi keuntungan yang lebih besar. Pada puncaknya berada di euforia, semua yang dipilih selalu benar sehingga merasa selalu bisa mengalahkan pasar.

Bagian kedua menjadi fase penurunan di mana investor menjadi khawatir, dilanjutkan penyangkalan/denial dan cepat menjadi ketakutan karena terus menurunnya nilai investasi. Pada bagian ketiga datangnya periode bearish market membuat investor menjadi depresi, panik dan menarik keluar investasinya karena takut akan kerugian yang lebih dalam, padahal ini merupakan titik terendah pada siklus psikologi pasar. Selanjutnya dibagian keempat investor menjadi skeptis walaupun pasar perlahan-lahan mulai pulih, ragu-ragu untuk berinvestasi mengkhawatirkan risiko-risiko lain, pada periode ini pasar terus meningkat hingga kembali pada bagian pertama.

Saat ini IHSG jelas dalam periode pertama, dimana investor menjadi optimis karena naiknya nilai investasi yang telah dimiliki. Apakah sudah difase euforia? rasanya belum bila mempertimbangkan rally saat ini baru genap 2 bulan dan belum banyak terdengarnya investor awam yang mengatakan “gampang main saham“ ataupun muncul “pakar – pakar saham baru” yang menceritakan mudahnya mencari untung

orang yang baru tertarik berinvestasi ketika IHSG sudah naik? kondisi ini persis seperti yang pernah dideskripsikan oleh investor legendaris dunia Franklin Templeton “Bull market are born on pessimism, grow on skepticism, mature on optimism, and die on euphoria”.

Memang dapat dipahami berinvestasi pada saat pasar sedang bergairah (bullish) jauh lebih menarik daripada ketika pasar sedang lesu, contoh saja booming properti pada periode 2009 - 2014. Namun catatan penting untuk investor cerdik adalah mengetahui dititik mana kita masuk pada siklus psikologi pasar.

Titik puncak pada siklus psikologi pasar adalah fase euforia. Ketika kondisi pasar sedang berada di fase euforia hal yang kerap terjadi investor menjadi kehilangan akal sehat dan terbawa keinginan untuk mendapatkan lebih (greedy). Contoh saja ketika booming properti ada papan banner yang menulis “ beli langsung untung 200 juta!”, mendadak muncul banyak ahli properti yang menulis buku atau menjadi pembicara sebagai “pakar properti”, semuanya terkesan sangat mudah seakan rally tidak akan berhenti dan selalu ada pembenaran untuk kenaikan harga. Saat sudah berlalu kejadian tersebut terdengar lucu, namun euforia yang membentuk bubble ini telah terjadi berulang-ulang dari jaman dahulu dengan kasus yang berbeda-beda.

Kasus tulip mania merupakan salah satu kasus bubble paling populer yang pernah tercatat dalam sejarah. Pada tahun 1634 negara Belanda diperkenalkan bunga tulip yang cantik oleh kerajaan Turki. Keindahan bunga tulip membuatnya sangat digemari oleh masyarakat Belanda dan menjadi penanda status sosial untuk masyarakat kelas atas Belanda. Tingginya permintaan bunga Tulip disertai spekulasi membuat harga meroket hingga menjadi tidak masuk akal. Pada akhirnya bubble yang terbentuk sedemikian besar meletus, dan masyarakat menyadari bunga tulip yang cantik hanyalah sebuah bunga, bukan mesin uang. Meletusnya bubble tulip memberikan dampak negatif pada perekonomian Belanda. Akibat meletusnya bubble tersebut membuat ekonomi Belanda mengalami depresi selama bertahun-tahun.

60

30

15

10

6

4

2

STARTEND(10S)

1634 16361635 1637

Gouda Tulip BulbsDec. 1, 1634 to Feb. 5, 1637Selected Price in Guilders / AA3Log Scale

Page 7: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Agustus 2016

5

Sumber: Mandiri Sekuritas

Rally IHSG Ditopang Peningkatan Fundamental

Deklarasi Aset Onshore Lebih Tinggi Peminat

Rekam Jejak Menkeu Sri Mulyani

Reshuffle Kabinet II

disaham. Memang tidak mudah memperkirakan kapan berada di titik euforia karena memiliki jangka waktu yang berbeda beda pada setiap kasus. Semakin lama euforia terjadi membentuk bubble yang semakin besar karena terlalu jauh melampaui nilai fundamentalnya. bubble yang semakin besar akan menjadi lebih berbahaya karena ketika meletus akan mengganggu kestabilan pasar.

Bila mempertimbangkan fundamentalnya, perusahaan-perusahaan yang terdaftar di IHSG sebagian besar telah merilis laporan keuangan 2Q. Rata-rata emiten menunjukkan peningkatan laba bersih baik secara QoQ ataupun YoY. Untuk semester-I ini dari 60% perusahaan yang telah merilis laporan keuangan menunjukkan kenaikan laba bersih sekitar 8%, lebih baik daripada 1Q kemarin naik sekitar 5%. Data SSSG retailer seperti ramayana menunjukkan peningkatan 7% YoY, sementara consumer confidence juga mulai pulih. Dengan perbaikan fundamental ini kenaikan IHSG menjadi terjustifikasi. Hal yang kurang nyaman mungkin bila kita melihat dari rasio P/E yang sudah cukup mahal saat ini walaupun dilihat dari rasio lainnya, Price to Book saat ini masih menarik.

Pada akhir Juli kemarin Presiden Jokowi kembali melakukan reshuffle kabinet untuk yang kedua kalinya. Berbeda dengan reshuffle pertama, pada reshuffle ini terjadi kejutan yang sangat positif yang diharapkan banyak orang Indonesia. Mantan menteri keuangan pada periode 2005-2008 Sri Mulyani kembali menduduki pos yang sama menggantikan Bambang Brodjonegoro yang dipindah menjadi menteri Bappenas. Kembalinya Sri Mulyani ke jajaran kabinet disambut positif oleh pasar modal, IHSG naik 1% lebih ketika market regional mengalami koreksi.

Ketika Sri Mulyani pertama kali menjabat sebagai menteri keuangan rata-rata pertumbuhan GDP Indonesia 6,1%, sementara rasio hutang Indonesia turun, penerimaan pajak meningkat pesat, foreign domestic investment deras masuk

Indonesia. Terutama dilihat dari kesuksesan Sri Mulyani sebagai woman behind the scene program sunset policy yang meningkatkan angka jumlah wajib pajak terdaftar dari 5,7 juta orang menjadi 17,2 juta orang.

Dengan target pemerintah menambah pendapatan pajak hingga Rp165 Triliun dari tax amnesty , sampai pertengahan bulan Agustus masyarakat yang telah mendeklarasikan asetnya baru mencapai Rp47,8 Triliun dan pendapatan pajak untuk pemerintah sebesar Rp962 Miliar atau 0,6% dari target. Dengan jendela tax amnesty periode pertama akan berakhir di bulan September, maka potensi penerimaan akan meningkat pesat di bulan September ini. Penting untuk diperhatikan pada bulan September nanti tingkat penerimaan dari tax amnesty akan menjadi tolak ukur suksesnya program ini dan menjadi katalis kuat yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG.

Fakta menarik lainnya dari berlangsungnya program tax amnesty hingga akhir Agustus ini adalah masyarakat yang mendeklarasikan asetnya di Indonesia (onshore) jauh lebih besar daripada yang diluar negeri (offshore) yaitu Rp40 Triliun dibandingkan RP6 Triliun, padahal pada awalnya diyakini pendaklarasian offshore lebih besar. Dengan rendahnya pendeklarasian aset offshore untuk direpatriasi maka tidak memberikan efek meningkatnya likuiditas di perbankan Indonesia seperti yang diharapkan. Dengan jauh lebih besarnya pengakuan onshore justru akan menurunkan tingkat likuiditas perbankan dalam jangka pendek karena dana partisipan tax amnesty akan ditarik untuk membayar pajak. Positifnya baik pengakuan onshore ataupun offshore akan meningkatkan konsumsi domestik karena partisipan tidak perlu lagi khawatir aset yang dimiliki akan diselidiki oleh bagian pajak.

Hingga pertengahan Agustus 2016 dana asing yang telah masuk ke Indonesia mencapai Rp37 Triliun. Dengan saat ini masih berada di periode pertengahan tahun maka bukan tidak mungkin dana asing yang masuk ke Indonesia akan memecahkan rekor 2014 di mana investor asing masuk sebesar Rp46 Triliun dan IHSG naik sampai 22%. Dengan rendahnya inflasi dan baiknya GDP 2Q tumbuh 5,18% semakin meningkatkan keyakinan baik investor domestik ataupun luar negeri untuk meningkatkan investasinya di Indonesia.

Tidak bisa dipungkiri kenaikan IHSG saat ini lebih ditopang capital inflow driven, seperti halnya negara Emerging Market (EM) lainnya. Namun dengan baiknya data domestik yang telah rilis dan kemungkinan kenaikan suku bunga AS baru terjadi tahun depan, serta kondisi ekonomi Developed Market (DM) masih melambat maka masih terdapat alasan kuat untuk investor global meningkatkan investasinya di Emerging Market (EM) termasuk Indonesia.

Average real GDP growth (%)

Average fiscal deficit to GDP (%)

Average inflation (%)

Average rupiah/US$ (%)

Average current account balance to GDP (%)

Government debt to GDP (%)

GDP per capita (US$)

FDI (US$ bn)

4.7

(1.4)

10.2

9,357

2.6

42.6

1,403.9

8.9

6.1

(0.9)

6.7

9,493

1.3

24.5

3,178.1

16.2

1 year before SMI(2005)

5 years before SMI(2001-2005)

Last year of SMI(2010)

5 years under SMI(2006-2010)

Page 8: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Agustus 2016

6

RekoMeNdAsi iNvestAsi

Risks to WAtch

Ke depan, perbaikan pertumbuhan PDB murni akan terukur pada kuartal ketiga mengingat efek konsumsi Idul Fitri sudah tidak ada. Jika konsumsi rumah tangga tetap mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan mengindikasikan daya beli masyarakat sudah pulih dan akan menopang pertumbuhan PDB ke depannya.

Namun pertumbuhan belanja pemerintah diprediksi akan mengalami perlambatan pada kuartal ketiga jika pemerintah gagal untuk mendorong pendapatan pajak dan uang tebusan amnesti pajak yang masih rendah. Dengan semakin melebarnya defisit anggaran, per 5 Agustus sudah mencapai Rp262.5 Triliun (88,5% dari target), memaksa pemerintah untuk melakukan pemangkasan anggaran dan berpotensi untuk menambah penerbitan obligasi.

Secara teori penambahan supply obligasi akan menekan harga di pasar sekunder, namun kami melihat potensi penambahan supply ini masih terjaga relatif terhadap permintaan. Minat yang tinggi peserta lelang SBN dalam tiga lelang terakhir diharapkan akan mempermudah pemerintah untuk menambal anggaran dari penerbitan obligasi dengan tidak menekan harga di pasar.

Pada pasar Saham, Ditundanya kenaikan suku bunga AS, negatifnya outlook ekonomi Developed Market (DM), rilis data laporan keuangan 2Q IHSG yang membaik, terkendalinya inflasi memberi ruang untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut, pertumbuhan GDP 2Q 5,18% YoY melampaui konsensus. Rentetan berita positif yang rilis membawa IHSG terus melanjutkan rally-nya hingga hampir menyentuh level all time high. Terhitung dari awal tahun investor asing yang telah masuk hampir mencapai Rp40 Triliun. Masifnya capital inflow yang masuk dan positifnya sentimen pasar membuat kecil kemungkinan IHSG terkoreksi dalam waktu dekat. Namun kami tetap meyakini berinvestasi yang sehat adalah dengan mengedepankan aspek fundamental dari

Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu kita waspadai dalam beberapa bulan ke depan :

BPS merilis data pertumbuhan PDB Indonesia 2Q16 yang mencatatkan pertumbuhan 5,18% YoY membaik dari 4,91% YoY pada 1Q16. Pertumbuhan ini juga lebih baik dari ekspektasi pasar di level 5,0% YoY.

Belanja pemerintah mencatatkan pertumbuhan yang paling tinggi mencapai 6,28% YoY dari 2,94% pada kuartal sebelumnya. Sedangkan konsumsi rumah tangga juga meningkat menjadi 5,04% YoY dari 4,94% YoY didukung oleh adanya perayaan hari raya Idul Fitri.

Secara struktur PDB Indonesia tidak banyak berubah, konsumsi rumah tangga masih menduduki porsi terbesar 55,2% dan disusul oleh investasi di posisi kedua dengan porsi 32,5%. Sedangkan porsi belanja pemerintah meningkat menjadi 9,4% dari 6,8% pada kuartal sebelumnya.

Dilihat dari aspek psikologi pasar keluarnya Inggris dari Uni Eropa hanya memberikan dampak kecil pada pasar global,

BoNd MARket outlook

Positif Berkat Dukungan Data Makroekonomi

Sumber: Mandiri Sekuritas

namun dalam periode menengah dan jangka panjang semakin turunnya outlook ekonomi Eropa dan global secara keseluruhan dapat kembali meningkatkan kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi pada pasar global dan dapat menurunkan appetite investor untuk berinvestasi.

Meningkatnya skeptisme masyarakat Eropa terhadap Uni Eropa dapat menyebabkan disintergrasi pada Uni Eropa. Fokus pasar saat ini beralih dari Inggris ke Italia. Dengan rencana Italia akan melakukan referendum untuk mereformasi konstitusi pada Oktober nanti, dikhawatirkan memberikan kesempatan bagi partai paling populer Italia saat ini Five Star untuk mengajukan proposal diadakannya referendum keberadaan status Italia di Uni Eropa. Ketidakpastian yang terjadi dapat meningkatkan volatilitas dipasar global dan membuat investor kembali memindahkan aset berisiko kembali ke safe heaven.

Dengan status AS sebagai negara terbesar di dunia maka pemilihan presiden yang akan diselanggarakan di negara tersebut pada bulan November nanti akan menyedot perhatian dunia. Pasar menantikan calon presiden yang baru dan kebijakannya. Meningkatnya potensi kemenangan capres yang cenderung untuk proteksionis dan tidak pro pasar dapat meningkatkan ketidakpastian terutama untuk Emerging Market (EM). Sementara walaupun potensi kenaikan suku bunga AS pada bulan September nanti kecil, namun tetap menjadi agenda yang harus diperhatikan karena selalu memberikan dampak yang besar pada perputaran dana pasar global.

Sampai pada pertengahan bulan Agustus ini defisit fiskal Indonesia telah mencapai 88,5% dari target. Pemerintah sangat menggantungkan harapan pemasukan tambahan dari tax amnesty. Dengan pendapatan tax amnesty baru 0,6% dan bila menjelang ditutupnya tax amnesty tahap pertama di akhir September penerimaan tetap rendah maka dapat menjadi sentimen negatif untuk pasar dan memaksa pemerintah menambah hutang yang lebih besar untuk menutup biaya anggaran APBN.

GDP

GDP (%, QoQ)

Household consumption

Non-profit institutions consumption

Government expenditures

Gross fixed capital formation

Exports of goods and services

Imports of goods and services

4.79

-

4.96

(0.63)

5.38

5.07

(1.97)

(5.84)

5.04

(1.83)

4.92

8.32

7.31

6.90

(6.44)

(8.05)

4.91

(0.36)

4.94

6.40

2.94

5.57

(3.53)

(5.08)

4.97

3.80

5.00

-

3.00

5.40

(3.00)

(4.00)

5.00

3.80

-

-

-

-

-

-

5.18

4.02

5.04

6.72

6.28

5.06

(2.73)

(3.01)

5.04

-

4.99

6.56

4.84

5.31

(3.13)

(4.04)

2015 4Q15 1Q16 2Q16 1H16%YoYMS forecast Consensus Actual Actual

Page 9: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Agustus 2016

7

Rilis Fed minutes atau notulensi rapat kebijakan moneter bank sentral AS bulan Juli menunjukkan peluang kenaikan suku bunga di bulan September masih terbuka, namun pelaku pasar masih pesimis hal tersebut akan terjadi. Peluang kenaikan suku bunga bulan depan diperkirakan hanya 12%, sementara di bulan November sebesar 16%, dan 48% di bulan Desember.

Rilis notulensi tersebut juga menunjukkan perbedaan pandangan para pembuat kebijakan dalam menentukan kenaikan suku bunga. Mayoritas para pembuat kebijakan juga ingin melihat dan yakin inflasi akan naik menuju target 2%. Pejabat lainnya melihat pasar tenaga kerja AS hampir pulih sepenuhnya dan suku bunga dapat dinaikan segera.

Pergerakan USD/IDR hingga awal Agustus 2016 tergolong cukup positif dengan range antara 13040-13185. Laju inflasi sedikit mengalami perlambatan di kisaran level 3,21% dibanding sebelumnya di 3,45% memberikan indikasi ke market bahwa Bank Sentral Indonesia tetap masih berpotensi untuk memangkas suku bunga dari 6,50% menjadi 6,25% di kuartal -III 2016 untuk lebih memacu pertumbuhan ekonominya dan mengurangi potensi berlanjutnya melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Langkah kebijakan ini diharapkan dapat memberikan sentimen positif ke ekonomi Indonesia untuk jangka waktu menengah, yang ditopang berbagai kebijakan oleh pemerintah. Pemerintah RI sudah mulai mengimplementasikan program tax amnesty pada tanggal 18 Juli kemarin, Pemerintah

usd/idR

RI memberlakukan pajak sebesar 2-5% untuk aset yang di repatriasikan sebelum Maret 2017. Aset-aset tersebut harus menetap di Indonesia selama 3 tahun dalam lembaga keuangan yang diatur oleh bank yang ditunjuk dan dapat diinvestasikan dengan beberapa alternatif termasuk obligasi pemerintah. Untuk dana yang direpatriasikan sampai tanggal 17 Agustus 2016 mencapai Rp1.14 Triliun tentunya angka ini masih jauh sekali dari target Rp1000 Triliun. Ditambah lagi belum jelasnya waktu kenaikan suku bunga USD membuat IDR masih bergerak dalam range yang terbatas.

Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 13150- 13400 pada kisaran bulan September ini.

ANAlisA vAlAs

investasi tersebut sebagai pegangan. Kami masih melihat risiko dari valuasi IHSG saat ini yang tidak dapat dikatakan murah dan risiko dari take up rate tax amnesty yang rendah dapat membalikkan sentimen pasar. Secara jangka panjang kami masih tetap bullish pada equity dan meningkatkan rekomendasi aset alokasi menjadi 50% seimbang dengan obligasi.

Pada pasar obligasi, sentimen positif masih mendukung pasar obligasi dalam beberapa bulan ke depan dengan adanya peluang Bank Indonesia untuk memotong suku bunga. Inflasi yang cenderung rendah serta masuk dalam target inflasi Bank Indonesia, data pertumbuhan PDB yang membaik, stabilnya rupiah dan ditambah dengan menyempitnya defisit transaksi berjalan 2Q adalah beberapa alasan untuk Bank Indonesia akan mempertimbangkan pemotongan

suku bunga lanjutan yang akan menopang pasar obligasi.Dari faktor global, arah kenaikan FFR yang belum jelas arahnya juga memberikan keuntungan bagi pasar keuangan EM termasuk Indonesia. Investor asing tercatat terus melakukan aksi beli di pasar obligasi domestik. Investor asing membukukan Rp112.5 Triliun YTD pada obligasi domestik, SUN maupun Sukuk. Aliran dana ini lebih tinggi dari tahun lalu yang mencapai Rp97.2 Triliun. Diperkirakan aliran dana asing masing akan terus masuk ke pasar obligasi dimana masih menawarkan yield yang atraktif mengingat yield obligasi Developed Market (DM) banyak yang menawarkan negative yield. Secara jangka panjang kami mempertahankan pandangan positif pada obligasi namun kami menurunkan porsi pada aset alokasi menjadi 50% mengingat kenaikan harga yang sudah cukup banyak sejak awal tahun.

Pada awal bulan Agustus ini, suku bunga RBA kembali dipangkas ke level terendah di 1,50% dengan indikasi pelonggaran moneter kemungkinan akan berakhir memberikan ekspetasi ke market bahwa suku bunga akan bertahan di level sekarang sampai akhir tahun. Akan tetapi dengan tingkat inflasi yang masih cukup rendah masih memungkinkan untuk RBA mengubah arah kebijakan paling tidak untuk 1 kuartal ke depan. Untuk jangka waktu menengah AUD masih cenderung akan

melemah terhadap mata uang lainnya, dikarenakan prospek kenaikan suku bunga US sampai akhir tahun dan melambatnya perekonomian China ke level terendah dalam 7 tahun terakhir cukup menyita perhatian market. Untuk jangka pendek AUD masih berpotensi melemah terbatas ke level 0.7550.

Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7400-0.7700 pada kurun waktu bulan September 2016.

Aud/usd

Page 10: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Agustus 2016

8

usd/JPy

JPY bergerak sangat fluktuatif dengan range 99.50-107.50 Kabinet Jepang menyepakati paket stimulus fiskal senilai 13,5 Triliun Yen (US$132,04 Miliar) untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang sedang melambat. Stimulus tersebut meliputi tunjangan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan belanja infrastruktur. Paket tersebut termasuk penambahan anggaran belanja sebesar 7,2 Triliun Yen untuk pemerintah pusat dan daerah, peruntukan dana senilai 6 Triliun Yen dari Program Pinjaman dan Investasi Fiskal yang tidak termasuk dalam anggaran umum pemerintah. Stimulus belanja itu juga merupakan pembaharuan upaya pemerintah Jepang untuk

menyesuaikan kebijakannya dengan Bank of Japan (BOJ), namun muncul kekhawatiran bahwa kebijakan bank sentral Jepang itu telah mencapai batasnya memicu aksi jual obligasi Jepang, yang terburuk dalam tiga tahun. JPY tetap menguat menguat dikarenakan aksi perburuan aset safe haven dan ekspetasi market akan adanya stimulus lebih besar tidak terjadi.

Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 100.50-103.50 pada bulan September 2016 dengan kecenderungan JPY melemah terbatas.

GBP/usd

Poundsterling bergerak fluktuatif di bulan Juli-Agustus ini disebabkan oleh keputusan BOE untuk memangkas suku bunga ke level terendah sejak 2009 seiring dengan ekonomi Inggris yang mulai kehilangan momentum setelah memutuskan untuk keluar dari Zona Eropa, BOE juga lebih agresif menambah program pembelian obligasi dari 375 Miliar Poundsterling

menjadi 435 Miliar Poundsterling dengan tujuan untuk mengimbangi melambatnya perekonomian setelah keluar dari Zona Eropa.

Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.2800-1.3150 pada kurun waktu bulan September 2016.

*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.

Entry Point

Profit Taking

Cut Loss

USD/IDR EUR/USD GBP/USD AUD/USD USD/JPY

RecoMMeNdAtioN

Expected buying level 13.100 - 13.200 1.1050 - 1.1150 1.2900 - 1.3000 0.7400 - 0.7450 101.00 - 101.50

Expected selling level 13.300 - 13.400 1.1300 - 1.1400 1.3150 - 1.3200 0.7650 - 0.7700 102.50 - 103.50

Long profit taking 13.300 and above 1.1300 and above 1.3150 and above 0.7650 and above 102.50 and above

Short profit taking 13.200 and below 1.1150 and below 1.3000 and below 0.7450 and below 101.50 and below

Long cut loss 13.000 - 13.050 1.1050 - 1.1100 1.2800 - 1.2850 0.7300 - 0.7350 100.00 - 100.50

Short cut loss 13.450 - 13.500 1.1450 - 1.1500 1.3250 - 1.3300 0.7700 - 0.7750 104.00 - 104.50

euR/usd

Nilai tukar Euro terhadap USD bergerak stabil di range 1.0950-1.1330 dengan kecenderungan menguat di bulan Agustus, dipicu oleh sentiment risk aversion yang masih cukup dominan, kekuatiran mengenai perlambatan ekonomi China dan keraguan market akan potensi naiknya suku bunga US dalam jangka waktu dekat mengakibatkan EUR bergerak menguat terhadap USD. Faktor Brexit dikuatirkan bisa memberikan

dampak yang signifikan terhadap perekonomian Zona Eropa untuk jangka panjang.

Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.1000-1.1300 pada kurun waktu bulan September 2016 dengan kecenderungan menguat dulu.

Page 11: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di [email protected].

disclAiMeRs

Page 12: Wealth Management Newsletter - Agustus 2016 iNdoNesiA MAkiN ...

Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Agustus 2016

10