BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, banyak sekali instrumen maupun bahan yang digunakan, salah satunya adalah wax atau malam. Malam dalam kedokteran gigi tidak lain harus memiliki syarat tertentu sehingga malam tersebut mampu memenuhi kebutuhan baik itu malam yang digunakan secara direct ataupun indirect. Pada proses laboratorium malam dental digunakan dalam banyak kepentingan, dan penggunaannya disesuaikan dengan jenis malam dan sifat dari masing-masing malam dental. Konstitusi dasar malam yang dipergunakan di kedokteran Gigi berasal dari tiga sumber utama, yaitu : a. Mineral, seperti malam paraffin b. Serangga, seperti malam beeswax c. Tumbuhan, seperti malam ceresin dan carnauba Ada beberapa jenis malam berdasarkan penggunaannya, antara lain : 1. Malam model : Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk keperluan membuat pola dan untuk pencatatan relasi rahang dalam bentuk gigi tiruan. Malam model yang digunakan untuk keperluan klinik hendaknya tidak mengalami perubahan dimensi ketika dipanaskan pada suhu mulut dan didinginkan pada suhu kamar. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang kedokteran gigi, banyak sekali instrumen maupun bahan
yang digunakan, salah satunya adalah wax atau malam. Malam dalam kedokteran
gigi tidak lain harus memiliki syarat tertentu sehingga malam tersebut mampu
memenuhi kebutuhan baik itu malam yang digunakan secara direct ataupun
indirect. Pada proses laboratorium malam dental digunakan dalam banyak
kepentingan, dan penggunaannya disesuaikan dengan jenis malam dan sifat
dari masing-masing malam dental.
Konstitusi dasar malam yang dipergunakan di kedokteran Gigi berasal dari
tiga sumber utama, yaitu :
a. Mineral, seperti malam paraffin
b. Serangga, seperti malam beeswax
c. Tumbuhan, seperti malam ceresin dan carnauba
Ada beberapa jenis malam berdasarkan penggunaannya, antara lain :
1. Malam model :
Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk keperluan membuat pola dan
untuk pencatatan relasi rahang dalam bentuk gigi tiruan. Malam model yang
digunakan untuk keperluan klinik hendaknya tidak mengalami perubahan
dimensi ketika dipanaskan pada suhu mulut dan didinginkan pada suhu
kamar.
2. Malam lembaran tuang :
Malam jenis ini tersedia dalam bentuk lembaran dengan ketebalan tertentu.
Bahan malam tuang dan komponen polimer harus dibakar habis dari
bumbung tuang tanpa meninggalkan residu.
3. Malam inlay :
Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk pembuatan pola inlay, yang
dapat dipergunakan langsung di dalam mulut atau dengan model.
4. Carding dan Boxing wax :
1
Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk melekatkan gigi tiruan pada
tempatnya dan untuk membuat dinding batas cetakan sebelum dilakukan
pengisian.
5. Malam perekat/sticky wax :
Malam jenis ini berbentuk batang yang mudah patah/brittle, warna kuning,
terbuat dari beeswax dan beberapa resin alami. Bahan ini hendaknya mudah
dilepas dengan air mendidih dan memiliki kontraksi minimal sewaktu
pendinginan untuk mencegah bergeraknya bagian-bagian yang hendak
disambung.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui berbagai macam-macam yang digunakan di kedokteran
gigi dan kegunaannya
2. Memahami sifat-sifat malam dental di kedokteran gigi
3. Memahami cara memanipulasi malam dental
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fungsi Malam Kedokteran Gigi
Malam gigi (dental wax) pada mulanya digunakan di kedokteran gigi sejak
awal abad 18 sebagai bahan cetak. Dalam perkembangan selanjutnya, malam
digunakan untuk berbagai prosedur klims dan laboratoris. Sebagai contoh, untuk
membuat pola malam gigi tiruan cekat (wax pattern), mereposisi gigi tiruan
sebagian yang patah (sticky wax), dan membatasi cetakan sebelum diisi gips
(boxingin wax). (Annusavice, 2003)
2.2 Komponen Malam Kedokteran Gigi
Malam adalah bahan termoplastis, berbentuk padat pada suhu kamar tetapi
meleleh tanpa mengalami dekomposisi dan membentuk cairan kental pada suhu
yang lebih tinggi. Malam yang berasal dari alam (natural waxes) ataupun sintetis
(synthetic waxes) memiliki sifat fisis dan kimawi yang berbeda-beda. Perlu
dilakukan pencampuran beberapa jenis malam untuk mendapatkan malam gigi
dengan sifat yang sesuai dengan kebutuhan. Malam gigi biasanya terdiri dari dua
atau lebih komponen, dapat berupa malam alami atau sintetis, resin, minyak (oils),
lemak (fats), dan pigmen (Annusavice, 2003). Komponen utama malam gigi
berupa malam alami atau sintetis. Dahulu, malam dikiasifikasikan berdasarkan
asalnya, yaitu : mineral, turnbuhan, insekta, dan binatang. Kiasifikasi yang lebih
baik wialah berdasarkan komposisi kimiawinya. Dua kelompok utama bahan
organik yang terkandung dalam malam adalah hidrokarbon dan ester. Malam
terdiri dan kombiriasi bahan organik yang kompleks dan mempunyai berat
molekul yang tinggi. Komposisi setiap jenis malam sangat bervariasi, tergantung
sumbernya dan saat pengambilannya (Hattrick, 2003).
3
1. Malam alami
a. Parafin (Paraffin)
Asal : fraksi petroleum (minyak bumi) dengan suhu tinggi.
Komposisi : hidrokarbon jenuh rantai lurus , mengandung 26 - 30 atom karbon.
Titik lebur : 40 - 71 °C. Akan meningkat bila berat molekul (BM) bertambah
dan akan menurun bila mengandung minyak. Parafin kedokteran
gigi mengandung minyak 0,5%.
Sifat : Beberapa hidrokarbon mengalami perubahan kristal saat
pendinginan. Bentuk kristal berubah dan jarum ke plat pada suhu 5
- 8 °C di bawah titik lebur. Selama pemadatan dan pendinginan
terjadi kontraksi volumetrik 11-15%.
b. Mikrokristalin (Microcrystalline)
Asal : fraksi petroleum
Komposisi : Hidrokarbon rantai bercabang, dengan atom karbon 41 - 50.
Titik lebur : 60-91°C.
Sifat : Hampir sama dengan parafin, tetapi lebih tough (tegar) dan
fleksibel. Perubahan volume selama pengerasan lebih kecil
daripada parafin. Memiliki afinitas terhadap minyak. Kekerasan
dan kelekatannya dapat diubah dengan menambahkan minyak.
c. Ceresin
Asal : Destilasi petroleum alami yang dimumikan
Komposisi : Hidrokarbon rantai lurus dan bercabang.
4
Sifat : Memiliki BM dan kekerasan yang lebih tinggi dan yang tidak
dimurnikan. Fungsi : Meningkatkan titik lebur parafin.
d. Carnauba & Komposisi Titik lebur
Komposisi : Campuran ester rantai lurus, alkohol, asam dan hidrokarbon
Titik lebur : Carnauba 84 -91 °C Ouricury 79- 84°C
Sifat : keras, getas, dan titik lebur tinggi.
Fungsi : Memiliki kualitas yang baik dalam meningkatkan titik lebur dan
kekerasan parafin. Carnauba lebih efektif daripada ouricury.
Contoh : parafin bila ditambah 10% carnauba wax maka titik leburnya
akan meningkat dari 20 ke 46°C.
e. Candelilla
Komposisi : 40-60% hidrokarbon parafin yang mengandung 29-33 atom C,
alkohol, asam, ester, dan lactones.
Titik lebur : 68-75°C
Fungsi : Mengeraskan parafin. Tidak efektif untuk meningkatkan titik
lebur parafin.
f. Japan wax & Cocoa butter
Bukan malam asli tetapi terutama berupa lemak.
Komposisi : Japan wax terdiri dan glisenda asam palmitat dan stearat, asam
dengan BM tinggi. Cocoa butter berupa lemak yang terdiri dan
gliserida asam stearat, palmitat, oleat, dan laurat dan asam lemak
rendah lainnya.
Sifat : Japan wax bersifat tough, malleable, dan lekat.
Titik lebur : 51°C. Cocoa butter bersifat getas pada suhu kamar.
Fungsi : Japan wax bila dicampur parafin akan memperbaiki tackiness dan
emulsifying ability. Cocoa butter untuk proteksi terhadap dehidrasi
janngan lunak. proteksi temporer semen ionomer kaca dan
kelembaban selama pengerasan dan kekeningan setelah mengeras.
5
g. Beeswax
Malam insekta yang terutama digunakan di kedokteran gigi.
Komposisi : Campuran ester kompleks, terutama mengandung mirisil palmitat,
hidrokarbon jenuh dan tak jenuh, serta asam organik dengan BM
tinggi.
Titik lebur : 63 -70 °C
Sifat : Getas pada suhu kamar, plastis pada suhu tubuh.
Fungsi : 1. memodifikasi sifat parafin.
2. komponen utama sticky wax. (Craig, 2002)
2. Malam Sintetis
Banyak digunakan di kedokteran gigi, tetapi malam alami masih
menupakan komponen utama. Malam sintetis berupa bahan organik kompleks
dengan komposisi kimiawi yang berfariasi. Meski secara kimiawi berbeda dengan
malam alami, sifat fisisnya seperti malam alami. Kemurnian malam sintetis Iebih
tinggi dari malam alami.
CONTOH :
1. Polietilena
2. Polioksietilena glikol
3. Hidrokarbon halogenasi
4. Hidrogenasi
5. Ester hasil reaksi asam dan fatty alcohol
SIFAT:
1. Rentang lebur (melting range)
Malam kedokteran gigi lebih cenderung mempunyai melting range
danpada melting point karena malam tersebut terdiri dan molekul yang sama
tetapi berat molekulnya berbeda, atau beberapa tipe molekul yang berbeda dan
masing-masing memiliki variasi berat molekul. Sebagai contoh titik lebur parafin
44 - 62 °C, titik lebur carnauba wax 50 - 90 °C. Campuran parafin 75% dan
carnauba 25% memiliki titik lebur yang berbeda.
6
2. Suhu transisi padat-padat (solid-solid transition temperature)
Bila malam dipanaskan hingga di bawah titik lebur, terjadi transisi
padatpadat yaitu perubahan struktur kristal lattice yang stabil (biasanya
orthorombik) menjadi heksagonal. Pada keadaan tersebut malam dapat
dimampulasi tanpa menyerpih, robek atau stress. Transisi padat-padat ini juga
menentukan sifat fisis dan kesesuaian malam untuk berbagai prosedur klinis dan
laboratoris. Malam yang harus tetap kaku bila ada dalam mulut, hams memiliki
suhu transisi padatpadat di atas 37°C.
3. Ekspansi termis (thermal expansion)
Seperti bahan lain, malam akan mengembang/ekspansi bila suhu
meningkat dan akan mengkerut/ kontraksi bila suhunya menurun. Koefisien
ekspansi termis malam lebih besar danpada bahan lain di kedokteran gigi. Sifat
ekspansi termis linier bahan malam dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan ikatan
valensi sekunder dan titik transisi. Malam yang berasal dari mineral umumnya
mempunyai koefisien ekspansi lebih besar dan malam tumbuhan. Malam mineral
ikatan valensi sekundemya lemah, bila suhu meningkat terjadi pergerakan yang
lebih besar pada komponennya, maka ekspansi termalnya lebih besar. Ekspansi
tennis mi berpengaruh terhadap ketepatan restorasi yang dibuat. Sebagai contoh,
malam dengan koeisien ekspansi tennis 350 x 10 / °C bila didinginkan dan suhu
37 ke suhu 20 derajat celcius akan mengalami pengkerutan linier sebesar hampir
0,6%. (Wilson, 1987)
4. Kekuatan mekanis
Modulus elastisitas, limit proporsional, dan kekuatan kompresi malam
lebih rendah daripada bahan lain. Sifat mekanis tersebut sangat dipengaruhi oleh
suhu.
5. Daya alir (flow)
Bila malam diberi beban pada waktu tertentu, akan terjadi deformasi atau
perubahan bentuk. Deformasi plastis dan prosentase daya alimya tergantung
temperatur. Di bawah suhu transisi, daya alirnnya rendah. Daya alir im penting
7
untuk malam inlay yang polanya dikerjakan secara direct. Pada suhu 5 derajat di
atas suhu mulut, daya alirnya harus besar, tetapi pada suhu mulut /37 derajat harus
tidak ada daya alirnya.
6. Stres internal (Internal stress)
Stres internal sering juga disebut residual stress. Malam memiliki
konduktivitas panas rendah, sehingga sukar mencapai pemanasan yang merata.
Bila malam dicetak atau dibentuk tanpa pemanasan yang cukup di atas suhu
transisi padat-padat, maka akan terjadi stress dalam bahan. Bila malam
dipanaskan, terjadi pelepasan stress dan mengakibatkan distorsi. (Combe, 1992)
2.3 Klasifikasi
Malam gigi dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, seperti tampak
pada tabel berikut:
Malam pola digunakan untuk membuat model restorasi gigi dengan bentuk
dan ukuran yang ditentukan, kemudian dibuat cetakan dan corlcasting dengan
bahan aloi emas, aloi mkel kromium, atau resin. Malam pemrosesan terutama
digunakan sebagai alat tambahan pada pembuatan alat restorasi gigi, baik di klinik
maupun laboratorium. Malam sebagai bahan cetak sekarang digunakan secara
terbatas untuk mencetak rahang yang tidak bergigi dan undercut, umumnya
dikombinasikan dengan bahan cetak lain seperti zink oksida eugenol.
1. Inlay pattern wax
Guna : malam pola untuk restorasi gigi inlay, mahkota dan jembatan.
Komposisi : komponen utamanya adalah parafin, mikrokristalin, ceresin,