EDIS
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
1
Vatikan, 27/02/2013.
Cuaca di kota
Roma hari ini ti
dak seperti biasa
nya. Rabu, 27 Peb
ruari 2013,sebuah
hari musim dingin
yang sangat indah.
Matahari bersinar
cerah sejak pagi.
Inilah sebuah hari
penting di dalam
sejarah Gereja
Katolik: Sri Paus Benediktus XVI
tampil ke publik dalam upacara
audiensi umum untuk terakhir kali
setelah pengumuman pengundur an
dirinya dua pekan lalu.
Sejak pukul 07.00 pagi waktu Roma,
peziarah-peziarah sudah memenuhi
Via della Conciliazione, ruas jalan
panjang membujur dari Lapangan San
to Petrus hingga sungai Tiber. Di ruas
jalan itu pula sudah dipasang bebera
pa layar lebar. Di situ terdapat bebera
pa titik kontrol, selain dari arah Porta
Santa Anna, tepi barat, dan Porta
Sant’Angelo dari tepi arah timur
Vatikan. Ribuan polisi dan aparat ke
amanan pun siaga sekeliling Vatikan.
Para peziarah berjuang masuk ke Lap
angan Santo Petrus dan mengambil
tempat paling depan supaya bisa
melihat Sri Paus dari dekat dan meng
ucapkan kata-kata pisah yang bisa di
dengar oleh Bapa Suci sendiri.
Dari saat ke saat, Lapangan Santo
Petrus seperti digenangi lautan manu
sia. Mereka melambai-lambaikan ber
bagai bentuk dan ragam spanduk de
ngan tulisan bermacam-macam,
seperti “Grazie Santo Padre” (Terima
kasih Bapa Suci), atau “Arriveder
ci” (Sampai jumpa lagi), atau “Perga
per noi” (doakan kami), dan berbagai
tulisan dalam berbagai bahasa. Mere
ka pula tidak henti-hentinya meneriak
kan yel-yel “Benedetto”, nama Sri
Paus dalam bahasa Italia. Kadang
pula terdengar teriakan “Viva il Papa”
dan diikuti oleh paduan suara campur
yang menggetarkan suasana pagi ini.
Tepat pukul 10.35 pagi waktu Roma,
AKU PERGI TETAPI KAMU HARUS TETAP RIANG GEMBIRA
Tulisan Rm. Markus Solo, SVD yg. dikirim melalui milist PWKI (Paguyuban Wartawan Katolik
Indonesia).
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
2
DAFTAR ISI
� Aku pergi tetapi kamu harus tetap riang gembira 1
� Surat dari Romo 4
� Dari Bilik Redaksi 7
� Kerja = Uang 9
� Di Kiri dan Kanan Salib... 10
� Santa Perawan Maria la Salette dan Pater Jean Berthier,MS 11
� Menjadi Pelayan 17
� Ziarah Rekreasi Natal 20
� Kilas Balik, Paus Emeritus Benediktus XVI 22
� Kasih dari Sengsara 26
• Rekoleksi & Outbound Keluarga 28
� Bersyukur Karena Masa Prapaskah 31
� St. Paulus
Pelindung Paroki Kita 32
� Ngudo Roso, Mo Semar 36
• Program Kerja 2013,
Dewan Paroki 40
� Orang Pelit Masuk Surga.... 45
� Santa Bernadette Soubirous 46
� Gereja
di Tengah Bumi yang Memanas 48
� Jadilah Rasul Kelor 52
• Pastor vs Tukang Parkir... 55
• Ingin Seperti Yesus... 60
Papa Mobil meluncur pelan, masuk ke
Lapangan Santo Petrus dari samping
kanan Basilika. Di belakangnya du
duk Sekretaris pribadi, Mgr. Georg
Gaenswein, yang sudah ditahbiskan
beliau sendiri menjadi Uskup Agung
tanggal 6 Januari lalu dan merangkap
Kepala Rumah Tangga (Prefettura) Sri
Paus. Ketika melihat Papa Mobil,
massa semakin kuat dan ramai me
neriakkan yel-yel seraya bertepuk ta
ngan meriah. Setelah melewati bebera
pa blok untuk menyalami massa dan
disaluti oleh Musik Militer dari wila
yah kelahirannya, Bavaria, Jerman,
beliau naik ke singgasana, sebuah kur
si putih yang sudah akrab dengannya
sejak 8 tahun ini. Seperti biasa, sebe
lum duduk, beliau merentangkan ke
dua tangan ke arah para hadirin, se
olah-olah ingin merangkul mereka sa
tu persatu. Di saat itu keharuan mulai
terasa.
Setelah rangkaian salam dan pembaca
an dari Kitab Suci, beliau mulai mem
bacakan wejangannya yang terakhir.
Hadirin hening dan mendengar dengan
penuh perhatian. Sering juga hadirin
menyela Sri Paus dengan tepukan ta
ngan panjang dan yel “Benedetto”, ter
utama ketika beliau mengungkapkan
kata-kata peneguhan dan pujian yang
masuk hingga ke lubuk hati pen
dengar. Pertama-tama Sri Paus meng
ucapkan terima kasih kepada Tuhan
yang telah memilih dan mempercaya
kan tugas ini kepadanya. Katanya:
”Delapan tahun lalu, ketika sudah
jelas bahwa diri saya terpilih menjadi
Paus, pertanyaan yang dominan di
dalam hati saya adalah: Tuhan, apa
yang Kau inginkan dariku? Mengapa
Engkau memilih saya? Saya tahu bah
wa sejak itu saya memikul beban berat
di bahuku”. Lanjutnya: “Delapan
tahun yang lalu adalah tahun-tahun
yang indah dan penuh arti. Tetapi juga
masa-masa penuh tantangan, sehingga
Gereja ibarat bahtera para rasul yang
EDIS
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
3
terombang-ambing di danau Genesa
ret. Badai dan gelombang menerjang
menimbulkan rasa takut dan panik,
dan Tuhan tidur di buritan. Tetapi
syukur, Tuhan tidak meninggalkan
bahtera ini, karena bahtera ini bukan
milik kita manusia atau milik saya
pribadi, tetapi milik Tuhan sendiri.
Mendengar itu, massa bertepuk ta
ngan ramai sambil meneriakkan nama
Sri Paus. Beliau sadar bahwa selama
masa bakti, Tuhan senantiasa dekat de
ngan umatNya dan menganugerahkan
segala yang perlu untuk kemajuan Ge
rejaNya. Sri Paus juga mengungkap
kan terima kasih kepada para pekerja
nya di Tahta Suci Vatikan dan seluruh
umat yang tersebar di seluruh dunia.
Selama masa jabatannya, beliau betul
merasakan dukungan dan kedekatan
umat Katolik sejagad, sekalipun ba
nyak dari mereka yang belum pernah
berjumpa dengannya secara langsung.
Menjelang sambutannya yang ber
durasi kurang lebih 20 menit itu, be
liau meneguhkan hati dan iman umat
Katolik sedunia. Katanya dalam nada
getar: “Saya pergi. Itu keputusan yang
saya ambil dengan sukarela. Tetapi
kamu harus tetap riang gembira di
dalam iman. Saya pergi bukan untuk
urusan pribadi. Saya pergi untuk mem
baktikan diri kepada doa untuk Gereja
kita yang kita cintai ini. Tuhan yang
memanggil kita ke dalam satu komu
nitas iman, akan tetap bersama kita,
memenuhi hati kita dengan harapan
dan menyinari kita dengan kasihNya
tanpa batas.” Usai sambutan terakhir
ini, hadirin yang saat itu sudah mem
bludak hingga ujung Via della Concili
azione berdiri, memberikan aplaus
panjang. Lambaian bendera-bendera
dan spanduk-spanduk kelihatan se
makin tenang pertanda sedih. Sri Paus
pun berdiri, melambaikan tangan
kepada hadirin. Sebuah momentum
kuat yang sempat menuai deraian air
mata.
Upacara dilanjutkan dengan penyam
paian ucapan salam pisah dan terima
kasih dari para hadirin yang diwakili
melalui kelompok bahasa Inggris, Ita
lia, Jerman, Spanyol, Portugis, Polan
dia dan Arab. Di akhir audiensi, Sri
Paus dan hadirin bersama-sama me
nyanyikan lagu Bapa Kami di dalam
bahasa Latin. Lalu beliau menutup de
ngan berkat terakhirnya sebagai Paus.
Beliau turun tahta. Berjalan menuju
Papa Mobil, mengambil tempat du
duk. Papa Mobil turun perlahan dari
pelataran Basilika menuju hadirin.
Tahtanya, Kursi putih, tinggal kosong.
Sri Paus bergerak keluar, diiringi apla
us panjang, memanggil-manggil nama
nya dan seraya air mata tetap ber
derai. Di atas Papa Mobil beliau terus
merentangkan kedua tangannya, se
akan-akan ingin membawa pergi
sekitar 200.000-an hadirin bersama
nya. Rangkulan lengannya tentu ter
lalu pendek untuk jumlah sebesar ini,
apalagi untuk umat Katolik sedunia.
Tetapi di dalam doa dari atas bukit
Mons Vaticanus, beliau dan seluruh
umat Katolik di lima benua akan tetap
bersatu. Terima kasih Bapa Suci
Benediktus XVI. �
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
4
Surat dari Romo Salam dalam Kasih Kristus,
Paskah adalah Perayaan kebangkitan Tuhan. Perjumpaan para murid dengan
Tuhan Yesus yang telah bangkit, mengubah hidup para murid Kristus. Ada
suatu perubahan dan pembaharuan di dalam hidup mereka. Dari perasaan takut
menjadi penuh keberanian. Perubahan di dalam cara “melihat”, yang nampak
dalam cara berkata, cara berpikir dan bertindak, menjadi wujud kesaksian
nyata pada dunia mengenai kebangkitan. Pengalaman paskah adalah sungguh
personal, namun ini bukan berarti sebuah pengalaman iman yang tertutup dan
hanya “dinikmati” untuk diri sendiri.
Tema Aksi Puasa Pembangunan tahun 2013 ini adalah Semakin beriman de
ngan bekerja keras dan menghayati misteri Salib Tuhan. Salah satu alinea
gagasan dasar antara lain untuk menghargai setiap pekerjaan dan menempat-
kan manusia sebagai subyek atas pekerjaan. Sebagai ciptaan yang yang dicipta
kan Tuhan seturut citra Tuhan sendiri, dengan akal budi, kita dipercaya oleh
Tuhan untuk meneruskan karyaNya yang begitu agung dan mulia. Kita di-
harapkan dapat menemukan nilai-nilai hidup kristiani dalam setiap pekerjaan
harian kita. Dengan kata lain, kita ditantang untuk menemukan “wajah” Tuhan
sendiri melalui kerja dan pekerjaan kita sehari-hari. Sebab sering kali kita jum-
pai, dimana orang begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga melupakan Tu-
han dan sesama.
Akhir bulan Februari 2013 yang lalu, telah dilangsungkan Sidang Dewan
Pleno yang telah menetapkan program kerja tahun 2013 yang akan kita jalani
dan laksanakan bersama. Selain kegiatan rutin dan program kerja bidang,
Sidang Dewan Pleno juga telah menetapkan program visioner dengan sasaran
strategis terjadinya perjumpaan iman kristiani, dalam kelompok kecil, se
bagai gerakan eklesial dilingkungan, melalui gerakan ecopastoral, yang berbagi dan peduli dengan sesama ( KLMTD). Beberapa program kerja dapat
diperiksa pada bagian lain Warta Paulus edisi ini.
Keterlibatan seluruh umat untuk suksesnya program kerja 2013 sangat diharap
kan, dan ini juga bagian dari pekerjaan pelayanan kita yang perlu dilaksana
kan dengan sepenuh hati.
Tahun 2013 juga sebagai tahun kaderisasi, mengingat akhir tahun ini, kepeng
urusan dewan paroki, wilayah, dan lingkungan akan berakhir. Dengan
demikian diharapkan muncul kader-kader muda yang penuh semangat me-
EDIS
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
5
layani, mempunyai militansi seperti Santo Paulus, sehingga reksa pastoral di
paroki kita semakin hidup dan umat semakin menghayati misteri salib Tuhan.
Akhirnya, atas nama romo-romo Paroki Santo Paulus Sendangguwo, saya
mengucapkan SELAMAT HARI RAYA PASKAH 2013. Semoga aksi pan-
tang, puasa dan matiraga kita semakin membangkitkan semangat militansi
iman dan penghayatan hidup beriman kita terhadap Tuhan Yesus yang bangkit
melalui karya, tugas dan pelayanan kita.
Tuhan memberkati kita. �
“Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu
tertuju kepada Allah.” ( 1 Ptr 1 : 21 )
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
6
EDIS
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
7
Dari Bilik RedaksiDari Bilik RedaksiDari Bilik RedaksiDari Bilik Redaksi Shaloom pembaca budiman,
Masa pertobatan, Retret Agung kita sebagai umat Katolik telah memasuki pari
purna, dengan merayakan Paskah, pesta Kebangkitan Tuhan Yesus. Berbagai
laku tobat secara pribadi telah kita lakukan, demikian pula dengan bersarasehan
bersama dalam pertemuan-pertemuan APP di lingkungan masing-masing telah
memperoleh ’hadiah’nya. Selamat Paskah.
Dalam edisi awal di tahun ini, WP mencoba menyajikan beberapa inspirasi
kepada umat paroki, yang beberapa diantaranya merupakan sumbangsih dari
umat sendiri. Terimakasih dan salut untuk para kontributor.
Pada kesempatan ini redaksi juga ingin menyampaikan kepada umat bahwa
untuk ke depan, sedang dipikirkan sebuah sarana yang lebih mengena, lebih up
to date sebagai media komunikasi tulis bagi umat paroki Sendangguwo. Sarana
ini diharapkan dapat lebih menyapa umat dengan berita aktual dalam se
minggu, sebelum atau sesudah penerbitan. Sedangkan media Warta Paulus
tercinta ini akan lebih diarahkan sebagai buletin seremonial dalam peristiwa
besar paroki, misal Ultah Paroki, dengan isi yang lebih menarik lagi. Mohon
dukungan dari segenap umat.
Memasuki tahun yang baru ini, redaksi juga punya keinginan baru, mengingat
kondisi para pengasuh WP yang notabene adalah kaum di atas rata-rata
(usianya .Red), tentu kreatifitasnya pun
sudah kurang mumpuni lagi. Demi
menjaga ‘stamina’ WP, dibutuhkan
kaum yang jauh lebih muda, energik
dan kreatif. Kami yakin banyak talenta-
talenta dari kaum muda yang masih ter
sembunyi, malu-malu untuk tampil ke
depan. Kami para ‘lansia’ ini meng
himbau para muda, baik yang sudah
berkeluarga maupun yang masih
jomblo, untuk beramai-ramai berkarya
dan melayani umat lewat media ter
cinta ini.
Akhirnya, redaksi mengucapkan se
lamat menikmati bacaan. Semoga ber
manfaat bagi kita semua.
Berkah Dalem. �
Redaksi
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
8
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
9
KERJA = UANG oleh: P Wibowo Minggu ke 2 masa Prapaskah 2013
Belajar dari pendalaman APP 2013 pada pertemuan pertama: MAKNA
KERJA; dimana dikisahkan tentang Ibu Sinem yang setiap pagi hari sudah siap
untuk menyapu halaman gereja. Tanpa adanya harapan sebuah imbalan atas
jerih-payahnya. Sungguh mulia apa yang dikerjakan oleh Ibu Sinem dalam
kisah tersebut.
Kita sadari bersama, setiap orang pasti mencari dan membutuhkan pekerjaan.
Entah itu sebagai pembantu rumah-tangga, koster, direktur, dan masih banyak
lagi bidang pekerjaan yang digeluti oleh kita. Setiap kali kita bertemu teman
dan bertegur sapa, selalu muncul pertanyaan: “Kerja dimana?” dan “Gajinya
berapa?” Secara spontan pun kita menjawab seadanya dan sekenanya, “Ah,
cuma pegawai rendahan, tukang antar surat. Gajinya pun tidak gedhe koq.
Paling cukup untuk beli lauk saja.”
Pandangan kerja identik dengan uang, kiranya tidak berlaku bagi pribadi Ibu
Sinem, “Hanya ini yang dapat saya persembahkan kepada Tuhan, pekerjaan
yang sangat sederhana, saya tidak punya apa-apa. Saya pun gembira bisa me
lakukan seperti ini. Saya hanya melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan.”
Bacaan Injil Lukas 5:1-11 bisa menjadi inspirasi kita bersama. Mungkin saja
pada waktu itu Simon Petrus dan saudara-saudaranya bisa menolak dan mem
bantah, karena mereka lebih tahu dan paham tentang cuaca, seperti yang di
katakan Simon:”Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami
tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan
menebarkan jala juga.” Iman kepercayaan mereka bahwa Tuhan ada disisi
mereka membuat mereka membawa perahu-perahu mereka seperti yang
diperintahkan oleh Yesus.
Belajar dari dua kisah tersebut, kita tentunya dapat menemukan makna ter
sendiri dari pekerjaan-pekerjaan kita. Pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya
sekedar mendapatkan uang atau upah, namun bisa menjadi sarana bagi kita
untuk lebih merefleksikan kerja kita bagi perkembangan kepribadian kita.
Kalau kita bisa memetik buah-buah permenungan dari kisah tersebut, ternyata
Tuhan pun ikut bekerja bersama kita secara tidak langsung. Dan kita pun bisa
mengatakan seperti Ibu Sinem, “Ini Tuhan yang dapat aku lakukan untuk
memuliakan Engkau, terimalah persembahku ini.”
Selamat merayakan Paskah. Tuhan memberkati. �
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
10
DI KIRI DAN KANAN SALIB ... Suatu siang serombongan polisi memasuki rumah Pak Petrus dengan
marah-marah.
"Pak Petrus, apakah Anda tahu bahwa perbuatan Anda melecehkan
kepala negara?" bentak seorang polisi.
"Apa salah saya?" Pak Petrus menjawab dengan ketakutan.
"Anda memasang potret presiden dan wakil
presiden di kiri dan di kanan salib Kristus.
Pak Petrus tahu tidak, siapa yang berada di
kiri dan di kanan Yesus waktu Dia disalib?
Mereka adalah penjahat!" seorang polisi lain
malah menjelaskan. �
[Sumber: http://paskah.sabda.org/di_kiri_dan_kanan_salib]
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
11
Kenalkah aku dengan
Santa Perawan Maria La Salette
Dan Pater Jean Berthier, MS ? oleh: Ignatius Martin Sitepu
Bagaimanakah kisah Santa Perawan Maria dari La Salette?
Dampak Revolusi Perancis yang telah meneror Gereja, darah yang tertumpah
sepanjang masa ber kuasanya Napoleon,
meningkatnya sekularisasi pe mikiran masyarakat
dan maraknya kekacauan politik yang menyelimuti
Eropa telah mengakibatkan ke rusakan serius atas
iman masyarakat.
Melanie Calvat, 14 tahun, seorang dari delapan
bersaudara, berasal dari sebuah keluarga miskin dan
harus mulai bekerja ketika usianya tujuh tahun. Ia
tidak pernah bersekolah, hanya tahu sedikit saja
mengenai Katekese, jarang ke perayaan ekaristi, dan
nyaris tak dapat mendaraskan Bapa Kami ataupun
Salam Maria. Begitu pula, Maximin Giraud, 11 tahun, yang ibunya telah
meninggal dunia dan tidak cocok dengan ibu tirinya, hanya mempunyai sedikit
saja pendidikan agama dan tidak bersekolah.
Pada Sabtu siang, 19 September 1846, ketika kedua orang anak itu sedang
menggembalakan domba milik majikan mereka dekat La Salette di pegunung
an Alpen, Perancis, mereka melihat suatu cahaya kemilau yang lebih cemer
lang dari matahari. Ketika mendekat, mereka melihat seorang “Perempuan
Cantik” duduk di atas sebuah batu karang dan menangis, wajahnya dibenam
kan ke dalam kedua tangannya. Dengan berurai air mata, perempuan itu berdiri
dan berbicara kepada mereka dalam dialek Perancis setempat. Ia mengenakan
hiasan kepala dengan sebuah mahkota transparan di atasnya dan rangkaian
mawar sekelilingnya, gaun yang bersinar dengan cahaya dan alas kaki ber
pinggiran bunga-bunga mawar. Di lehernya tergantung sebuah salib emas: di
salah satu ujung palang salib terdapat sebuah palu serta paku-paku, dan di
ujung lainnya terdapat sebuah penjepit. Di sekeliling pundaknya tergantung
sebuah rantai yang berat.
Katanya, “Datanglah kepadaku, anak-anakku. Janganlah kalian takut. Aku
ada di sini untuk menyampaikan sesuatu yang sangat penting. Jika umatku
tidak taat, aku akan harus terpaksa melepaskan lengan Putraku. Lengan-Nya
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
12
begitu berat, begitu menekan, hingga aku tak lagi dapat menahannya. Aku
memberikan kepada kalian enam hari untuk bekerja. Hari ketujuh Aku
peruntukkan bagi Diri-Ku Sendiri. Namun, tak seorang pun hendak
memberikannya kepada-Ku. Inilah yang menyebabkan lengan Putraku berat
menekan. ........” Sungguh, suatu pesan yang serius. Kemudian Bunda Maria
mengatakan, “Apabila orang bertobat, maka batu-batu akan menjadi
tumpukan gandum, dan kentang-kentang akan didapati tersebar di tanah.”
Lalu ia bertanya kepada anak-anak, “Adakah kalian berdoa dengan baik, anak
-anakku?”
“Tidak, kami nyaris tak pernah berdoa sama sekali,” gumam mereka.
“Ah, anak-anakku, sungguh amat penting memanjatkan doa, malam maupun
pagi. Apabila kalian tak punya cukup waktu, setidak-tidaknya daraskanlah
satu Bapa Kami dan satu Salam Maria. Dan apabila memungkinkan,
berdoalah lebih banyak.” Ia mengakhirinya dengan mengatakan, “Anak-
anakku, kalian akan menyampaikan ini kepada segenap umatku.”
Kemudian ia berjalan pergi, mendaki sebuah jalanan yang tinggi, dan
kemudian menghilang dalam cahaya yang cemerlang.
Kedua anak itu menceriterakan kisah ini kepada majikan masing-masing.
Ketika orang banyak memastikan bahwa kedua kisah tersebut cocok sama, dan
beberapa orang saleh menyimpulkan bahwa ini adalah penampakan Bunda
Maria, maka mereka dikirim ke imam paroki La Salette. Para pejabat
pemerintahan memulai suatu penyelidikan dan kedua anak tetap bersikukuh
pada kisah yang mereka lihat walau diancam hukuman penjara. Suatu ketika
saat menyelidiki tempat kejadian, seseorang mematahkan bongkah batu karang
di mana tadinya Santa Perawan duduk; maka memancarlah suatu sumber mata
air di tempat yang tadinya kering terkecuali ketika saat salju mencair. Mata air
ini terus memancar dengan berlimpah. Seorang perempuan yang menderita
suatu penyakit serius yang telah menahun; meminum sedikit dari air tersebut
setiap hari sambil mendaraskan novena, dan pada hari kesembilan, ia
disembuhkan!
Ziarah ke tempat ini menjadi semakin populer. Lima tahun kemudian, pada 19
September 1851, Uskup Bruillard menetapkan bahwa penampakan “me
maklumkan dari dirinya sendiri segala tanda-tanda kebenaran dan bahwa umat
beriman dibenarkan untuk mempercayainya sebagai dapat dipercaya dan tak
diragukan.”
Pertobatan sejati telah terjadi. Tahun berikutnya, dibentuk suatu komunitas reli
gius baru, Misionaris dari La Salette (MS). Juga, Uskup Bruillard meletakkan
batu pertama untuk sebuah basilika baru. Para peziarah semakin banyak me
ngunjungi lokasi penampakan, dan Santa Perawan digelari sebagai “Pendamai
orang-orang berdosa” (Reconcilatrix of sinners). Banyak orang kudus besar
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
13
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
14
ber devosi kepada Santa Perawan Maria dari La Salette, di antaranya St.
Yohanes Bosco dan St. Yohanes Maria Vianney.
Siapakah Pater Jean Berthier, MS (Pendiri Konggregasi MSF) itu?
“Misionaris tanpa Kenal Lelah”
Jean Baptis Berthier lahir di Châtonnay – sebuah desa di Perancis Tenggara,
24 Pebruari 1840. Jean kecil mempunyai tubuh yang lemah dan sering sakit-
sakitan, oleh karena itu ayahnya berpendapat bahwa ia kurang cocok bekerja di
bidang pertanian. Ayah Jean pun kemudian mengirimnya ke sebuah sekolah
milik Yayasan Bruder Hati Yesus dan Maria. Pergaulan dengan pastor paroki
nya menumbuhkan benih panggilan dalam diri Jean Berthier, sehingga diputus
kannya untuk masuk Seminari, meskipun ia menerima protes dari ayahnya
namun ibunya sangat mendukung jalan hidup pilihannya. Di Seminari inilah
panggilan Jean Berthier sebagai seorang Imam semakin jelas. Ketika mem
peroleh kesempatan untuk berlibur, ia berkunjung ke Biara Grande Chartreuse
di Grenoble, kemudian berziarah ke La Salette. Nampaknya kunjungan ter
sebut sangat berkesan di hati Jean, sehingga dalam Buku Hariannya ia me
nulis, “Di sini aku akan kembali.”
Masuk Kongregasi Misionaris dari La Salette (MS) Tanggal 5 April 1862 Jean Berthier menerima tahbisan sebagai Diakon dan
menurut rencana akan ditahbiskan menjadi Imam pada bulan Juli tahun berikut
nya. Keputusan ini dibuat karena Jean dianggap masih terlampau muda, namun
di sisi lain Jean merasa keberatan dengan keputusan ini. Maka sehari setelah
temannya ditahbiskan, Jean pergi ke La Salette. Kemudian ia masuk Novisiat
Kongregasi Misionaris dari La Salette hingga ditahbiskan menjadi Imam pada
tanggal 20 September 1862 dengan hanya dihadiri oleh Magister dan seorang
teman di kapel pribadi Uskup Grenoble.
Sejak tarekat Misionaris dari La Salette (MS) didirikan pada tahun 1852,
jumlah anggota tetap sangat sedikit. Pater Archier, MS – Pemimpin Kongre
gasi Maria dari La Salette sejak tahun 1876, mengusulkan agar didirikan
Sekolah Apostolik di La Salette. Gagasan ini disambut dengan antusias oleh
rekan-rekan MS dan Uskup Grenoble. Kemudian Pater Berthier memikirkan
dan melaksanakan rencana tersebut selekas mungkin. Dan 12 tahun kemudian,
karya tersebut telah mampu menghasilkan 32 orang Imam, 5 orang diantaranya
berada di Norwegia untuk melaksanakan tugas misi. Peran Pater Berthier
sangat nampak sekali sebagai motor penggerak bagi Sekolah Apostolik ter
sebut.
Kelahiran Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF) Selama terlibat dalam kegiatan pendidikan Kongregasi dan ketika bertugas di
paroki-paroki di Perancis, Pater Berthier berulang kali mengalami kesedihan
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
15
karena harus menolak para pemuda yang hendak menjadi Imam maupun
Misionaris oleh karena alasan “umur” dan “kemiskinan.” Pater Berthier merasa
prihatin karena pada kenyataannya tenaga Misionaris terbatas. Keprihatinan ini
kemudian diwujudkan Pater Berthier dengan jalan mengaju kan usulan kepada
Kongregasi MS untuk mendirikan lagi Sekolah Apostolik bagi “panggilan
terlambat” dan “karena alasan kemiskinan”. Namun permohon an ini ditolak.
Namun ambisi Pater Berthier tetap berkobar. Pada tahun 1893 Kardinal
Langénieux mengundang Pater Berthier untuk memberikan retret bagi para
Imam di Keuskupan Agung Rheims. Secara pribadi, Pater Berthier
membicarakan ambisinya untuk memulai karya baru untuk “panggilan ter
lambat” dan “karena alasan kemiskinan”. Seusai retret, Kardinal berjanji akan
mencarikan dukungan di Roma bagi rencana Pater Berthier tersebut. Setahun
kemudian, pada tanggal 13 Nopember 1894, Pater Berthier dipanggil ke Roma.
Tanpa disangka-sangka, rencana karya Pater Berthier mendapat dukungan dari
Paus Leo XIII. Supaya segala sesuatunya lancar, maka Paus Leo XIII me
nunjuk Kardinal Langénieux sebagai Pelindung.
Karya Misi MSF Bermula di kota Grave, Belanda Tanggal 27 September 1895, Pater Berthier tiba di Grave, sebuah kota kecil di
pinggiran Sungai Maas, Belanda. Di sebuah gedung tua bekas tangsi militer,
didirikan Rumah Induk MSF, tempat di mana para Misionaris Keluarga Kudus
dididik. Tanggal 28 September 1895, setelah menerima ijin tertulis dari Uskup
‘s-Hertogenbosch, dimulailah karya di Grave dengan 10 orang murid. Pada
tanggal 4 Oktober 1900, 5 orang Novis mengucapkan Kaul. Tanggal 4 Oktober
1903, diadakan Kapitel yang pertama yang dihadiri oleh 30 orang Frater yang
telah mengucapkan Profesi. Pada tanggal 20 Agustus 1905, 3 orang Frater/
Diakon MSF ditahbiskan menjadi Imam. Selama Pater Berthier hidup di Grave,
ia kerapkali diserang oleh bronchitis yang kronis beserta sakit perut. Pada
tanggal 16 Oktober 1908 pagi, setelah diberikan Sakramen Perminyakan beliau
dipanggil menghadap Allah Bapa. Tugas Pater Berthier kemudian digantikan
oleh Pater Josef Carl, MSF yang dipilih pada Kapitel Pertama. Kongregasi
MSF yang didirikan pada tahun 1895 mendapatkan pengakuan resmi dari Sri
Paus pada tahun 1911. Setelah tahun 1957, Kongregasi MSF berpusat di Roma,
Italia.
Sejak tahun 1910, Kongregasi MSF telah mengirim para Misionarisnya ke
berbagai negara di berbagai belahan dunia. Saat ini Kongregasi MSF berkarya
di Belanda, Argentina, Brasilia, Chili, Kanada, Meksiko, Amerika Serikat,
Belgia, Perancis, Spanyol, Jerman, Norwegia, Indonesia (Kalimantan mulai
1926, Jawa mulai 1932 dan Flores 1993), Madagaskar, Polandia, Swiss, Italia,
Austria, Belorusia, Ukraina dan Papua New Guini. Tugas misioner seturut cita-
cita Pater Berthier untuk saat ini dilanjutkan dengan mengembangkan 3 karya
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
16
kerasulan : Kerasulan Keluarga, Kerasulan Panggilan dan Kerasulan Misioner.
Setelah kita membaca riwayat singkat kedua tokoh di atas, kita akhirnya me
nyadari bahwa peran mereka sangat besar bagi perkembangan Gereja pada
umumnya dan bagi Kongregasi MSF secara khusus. Akhirnya kita me ngetahui
bahwa Maria La Salette itu adalah Santa Perawan Maria atau Bunda Tuhan
Yesus sendiri yang dijadikan sebagai Pelindung MSF. Sedangkan Pater Jean
Berthier, MS adalah seorang pastor dari konggregasi Maria La Salette (MS)
yang kemudian menjadi pendiri Kongregasi MSF.
Terlepas dari kita menyadari atau tidak, bahwa sesungguhnya Gereja Santo
Paulus Sendangguwo ini adalah paroki MSF, karena gereja tercinta kita ini di
layani oleh pastor-pastor MSF. Namun paroki ini bukan hanya milik MSF
melainkan milik kita semua, milik semua umat.
Langkah konkrit yang bisa kita lakukan untuk mengenang Bunda Maria La
Salette dan mendoakan Pater Jean Berthier, MS adalah:
1. Hendaknya kita mengadakan triduum atau doa tiga hari sebelum hari
peringatan penampakan Bunda Maria di La Salette yang jatuh setiap
tanggal 19 September.
2. Mengadakan doa Beatifikasi bagi Pater Jean Berthier, MS agar beliau
segera diangkat menjadi seorang Beato.
3. Mengadakan devosi-devosi setiap kali kita berziarah ke gua-gua Maria. �
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
17
Inspirasi : Injil Matius 23:11
“Barangsiapa terbesar di antara
kamu, hendaklah ia menjadi pelayan
mu.”
Sepanjang pembentukan organi
sasi-Nya (yaitu Gereja, yang terbukti
mampu bertahan selama 2000 tahun),
Yesus berulangkali menekankan sikap
sebagai pelayan. Satu gagasan, bahwa
jalan menuju keberhasilan adalah de
ngan mendahulukan orang lain.
Banyak tipe aktivis Katolik yang
keras, dan memandang cara pendekat
an ini sebagai hal sentimentil, bahkan
aneh. Sesuatu yang hanya mungkin
berlaku untuk masa lain, yang ber-
beda dan pasti untuk kegiatan lain se
lain organisasi modern.
Kebijaksanaan yang konvensional
adalah : untuk menjadi nomor satu,
kita harus mengurus yang nomor satu
(urusan nomor satu, orang nomor
satu, jabatan nomor satu, dsb).
Kenyataannya adalah, cara yang
paling pasti untuk menjangkau ke
berhasilan, bagi seorang pegiat Kato-
lik adalah dengan mendahulukan ke-
pentingan publik dan Gereja. Artinya
menjadi pelayan dalam kegiatan-ke
giatan kelompok dan or-
ganisasi, yang diselengga-
rakan untuk menghasilkan
manfaat bagi publik dan
Gereja.
Sejarah organisasi-or
ganisasi Katolik mengajar
kan bahwa model “men
dahulukan kepentingan
orang banyak” (bentuk
lain: men for others; pro bono pub-
lico) merupakan rumus yang pasti
untuk keberhasilan. Yang menjadi
misteri adalah, begitu sedikit orang
yang “mendapatkan” rumus tersebut.
Begitu sedikit yang bersedia belajar
dari Yesus atau dari sejarah organisasi
-Nya (dalam hal ini Gereja Katolik).
Penting sekali bagi kita untuk me
nunjukkan bahwa menjadi pelayan
bagi sesama, bagi kepentingan publik
dan bagi Gereja, tidak berarti melepas
kan hak dan kehormatan sebagai ang-
gota Gereja Katolik atau anggota or-
ganisasi Katolik, atau bersikap lunak
dan tidak berpendirian. Sama sekali
tidak! Agar dapat memenuhi ke-
pentingan publik dan Gereja, organ
isasi harus kuat dalam karakter dan
sistemnya. Hanya organisasi yang ber
karakter dan mempunyai sistem saja
lah yang bisa lestari melayani ke-
pentingan publik dan Gereja.
Jenis sikap sebagai pelayan tidak
akan menyempatkan diri untuk ber-
tanya: ”Bagaimana kita dapat terlihat
sebagai yang terbaik dalam memenuhi
kepentingan publik dan Gereja seka-
ligus, dalam konteks sosial yang se-
makin pragmatis, menuntut hasil in-
MENJADI MENJADI MENJADI MENJADI
PELAYANPELAYANPELAYANPELAYAN oleh : R.B. Probo Anindito Pemuda Katolik Komcab Kota Semarang.
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
18
stant dan mengukur dari segi kuantitas
saja?”
Sikap sebagai pelayan bukan ber-
arti kita mengesampingkan visi dan
misi organisasi, atau mengaburkan
karakter dasar organisasi kita sendiri,
semata-mata untuk memenuhi keingi-
nan pihak-pihak dari luar organ isasi.
Hal semacam ini justru akan terlihat
menggelikan, merugikan organisasi
kita sendiri dan mengancam keber-
langsungan organisasi.
Dalam lingkungan intern suatu
kelompok, kebalikan model sikap pe-
layan adalah sikap: “Berharap menda-
patkan sebanyak mungkin manfaat
dari kelompok bagi dirinya sendiri,
dengan memberikan sesedikit mung-
kin pengorbanan bagi kelompok”.
Dalam prakteknya, sikap semacam itu
akhirnya hanya menghasilkan
“penggerutu-penggerutu” yang sangat
ahli dalam menilai dan menghakimi
orang lain (karena “merasa” dirinya
lebih daripada orang lain, namun ti-
dak mendapatkan manfaat apa pun
dari kelompok).
Dalam kehidupan menggereja,
jarang ada seseorang yang mendapat-
kan sesuatu dari Gereja, sebelum dia
sendiri memberikan dirinya bagi
Gereja atau orang lain. Satu kenyata
an yang tidak terbantahkan, kita men-
dapatkan sesuatu setelah kita mem-
berikan banyak hal!
Orang yang sesumbar, dengan
mengatakan tidak mendapatkan apa
pun dari Gereja, justru telah memper-
malukan dirinya sendiri. Dengan
demikian ia menegaskan bahwa se-
benarnya ia tidak mengenal Gereja
Katolik sama sekali, dan terlebih lagi
belum memberikan apa pun bagi
sesama dan Gereja.
Adakalanya kita tidak dapat sepe-
nuhnya memahami arti rasa kenyang
serta mensyukurinya, sebelum kita
benar-benar tahu bagaimana rasanya
kelaparan. Ada pula yang merasa ti-
dak pernah mendapatkan apa-apa,
karena yang sebenarnya ia pun belum
pernah merasakan apa artinya mem-
beri. Untuk benar-benar memahami
apa artinya menjadi yang terbesar,
hendaklah mengerti dan merasakan
pula apa artinya menjadi pelayan! �
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
19
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
20
ZIARAH REKREASI NATALZIARAH REKREASI NATALZIARAH REKREASI NATALZIARAH REKREASI NATAL Lingkungan Yoao Baptista Wilayah D3
Oleh: Prasetya Adiwibawa
Minggu, 20 Januari 2013, waktu masih menunjukkan jam 06.00 WIB.
Udara dingin, dan sisa hujan malam sebelumnya meninggalkan tanah basah
dan becek. Meski demikian, di depan SD Negeri Tlogosari Wetan 02 yang
berada di Jl. Wolter Monginsidi tepatnya di sebelah gapura Perumahan Dolog,
telah berkumpul kurang lebih 27 keluarga atau sekitar 70 jiwa umat lingkungan
Yoao Baptista, sudah bersiap-siap menunggu kedatangan bus pariwisata yang
akan menghantar mereka merayakan natal lingkungan dalam bentuk ziarah dan
rekreasi (ZIAREK). Ya, natalan lingkungan kali ini dilakukan dalam bentuk
ziarah dan rekreasi; Ziarah menuju Gua Bunda Maria Ratu, Besokor-Weleri,
Kabupaten Kendal dan rekreasi dilakukan di Pantai Sendang Sikucing, Ke-
camatan Rowosari, Kabupaten Kendal.
Tepat pukul 06.30 WIB, rombongan mulai perjalanan. Di dalam bus, Bapak
FX. Agus Suhardianto, selaku Ketua Lingkungan, memberi sambutan singkat
dan dilanjutkan dengan Doa Perjalanan. Setelah sambutan dan doa, seksi kon-
sumsi yang dikomandani oleh Ibu Dalilah Sujud, melayani seluruh peserta de
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
21
ngan kue, roti dan makanan kecil sebagai sarapan; maklum hampir seluruh
peserta belum sempat sarapan di rumah masing-masing.
Perjalanan ke Gua Bunda Maria Ratu, Besokor-Weleri berjalan lancar. Ke-
cepatan bis yang tidak terlalu laju membuat perjalanan ke Besokor ditempuh
dalam waktu sekitar 2 jam. Pukul 08.30 tepat rombongan sampai di Gua Bunda
Maria Ratu. Suasana perbukitan Besokor yang rimbun dan teduh ditambah sua-
sana basah sehabis hujan seakan menjadi sambutan selamat datang yang me
nyegarkan. Segera setelah turun dari bis, seluruh rombongan bersiap-siap untuk
melakukan doa jalan salib. Rute jalan salib tidaklah terlalu jauh; dirancang
sedemikian rupa melingkari perbukitan tempat kompleks gua berada. Meski
demikian, rute yang naik dan turun, meski tidak terjal, membuat sebagian besar
anggota rombongan berkali-kali mengatur nafas; lumayan untuk olah raga,
apalagi di tengah udara segar Besokor. Doa jalan salib berlangsung sekitar 1
jam dan dilanjutkan dengan doa di depan gua. Anggota rombongan dipersila
kan memanjatkan doa-doa pribadi masing-masing. Acara ziarah ditutup dengan
doa bersama yang di pimpin oleh Ketua Lingkungan.
Dari Besokor, rombongan kemudian bergerak menuju Pantai Sendang Si-
kucing. Waktu menunjukkan sekitar pukul 10.30 WIB ketika bus meninggal-
kan parkiran. Perjalanan ke Pantai Sendang Sikucing memakan waktu sekitar
45 menit, meski jarak yang ditempuh hanya sekitar 15 km dikarenakan kondisi
jalan yang sempit dan melewati permukiman penduduk, membuat bis tidak bisa
melaju kencang.
Cuaca mendung menyambut kedatangan rombongan di pantai Sendang Si-
kucing. Segera rombongan turun dan mempersiapkan tempat di tepi pantai un-
tuk memulai acara. Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Panitia Ziarek,
Bapak Al. Sujud yang menyampaikan terima kasih atas partisipasi seluruh
umat di lingkungan, khususnya ibu-ibu yang telah merancang mulai dari pem-
biayaan hingga pelaksanaan. Acara dilanjutkan dengan makan siang bersama
yang dilanjutkan dengan permainan-permainan yang melibatkan anak-anak,
remaja, juga para bapak dan ibu. Acara kemudian ditutup dengan tukar menu-
kar kado.
Tepat pukul 13.00 rombongan berkemas untuk meninggalkan pantai dan
mengadakan perjalanan pulang. Dalam perjalanan pulang, rombongan sempat
mengalami kejadian serius yang mengakibatkan perjalanan tertahan selama 4
jam di Kendal. Akhirnya setelah masalah diselesaikan, rombongan kembali ke
tempat awal keberangkatan tepat pukul 20.00 WIB. Syukur dan pujian untuk
Allah, karena rombongan ZIAREK Lingkungan Yoao Baptista boleh merasa-
kan kegembiraan dan sukacita, sekaligus kecemasan dan ketidak pastian. Yang
pasti semua selamat sampai tujuan. �
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
22
Kilas balik perjalanan hidup
Paus Emeritus
Benediktus XVI Pasangan Katolik yang saleh, Joseph Ratzinger (se
orang komisaris polisi yang berasal dari keluarga pe
tani dengan keadaan ekonomi lemah dan anti Nazi)
dan Maria Riger (berasal dari keluarga tukang dan
sebelum menikah bekerja sebagai tukang masak), di
karuniai tiga orang anak. Yang sulung, Georg
Ratzinger - kelak menjadi imam sekaligus musikus; anak kedua, seorang puteri
yang diberi nama Maria Ratzinger, dan yang bungsu Joseph Alois Ratzinger,
yang kini menjadi Bapa Suci Paus (Emeritus) Benediktus XVI.
Joseph Alois Ratzinger dilahirkan pada hari Jumat Agung, 16 April 1927 di
Marktl am Inn, Bavaria, Jerman, dan dibaptis keesokan harinya pada Malam
Paskah. Dalam otobiografinya, "Milestones", beliau menulis, "Sebagai orang
pertama yang dibaptis dengan air baru, sungguh merupakan suatu penyelengga-
raan ilahi yang luar biasa. Aku senantiasa dipenuhi rasa syukur bahwa hidupku
ditenggelamkan begitu rupa dalam Misteri Paskah.... Semakin aku merenung-
kannya, semakin tepat rasanya bahwa aku dibaptis pada Malam Paskah, bukan
pada Hari Raya Paskah. Kita masih menanti Paskah, belum berada dalam ter-
ang Paskah yang penuh, melainkan berjalan menuju terang itu, dengan penuh
pengharapan." Sejak masa kanak-kanaknya, Joseph kecil tidak bercita-cita lain
selain daripada menjadi seorang imam. Bahkan saat berusia enam tahun, ia te-
lah mengumumkan bahwa ia akan menjadi seorang uskup!
Masa Remaja Pada tahun 1939, Joseph yang masih belia masuk seminari di Traunstein.
Ketika usianya beranjak 14 tahun, Jo
seph bergabung dengan Pemuda Hit-
ler, sesuai ketentuan wajib sejak ta-
hun 1938. Joseph sama sekali tidak
tertarik, dan bersama teman-teman
seminari lainnya berusaha menghin-
darkan diri dari pertemuan-pertemu
an Nazi. Dua tahun kemudian, tahun
1943, saat ia berumur 16 tahun, Jo-
seph, bersama seluruh teman sekelas-
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
23
nya di seminari, ditugaskan wajib militer dalam korps
anti pesawat terbang. Mereka masih diperkenankan meng
ikuti pelajaran di Maximilians - Gymnasium di Munich
tiga hari dalam seminggu. Pada bulan September 1944,
Joseph yang saat itu berusia 17 tahun, ditugaskan wajib
militer di suatu batalyon yang dikomandani oleh seorang
Austria "Nazi Tua".
Bahaya maut mengancam Joseph pada hari-hari menje-
lang kekalahan Jerman pada awal bulan Mei 1945. Meng
ambil kesempatan dalam kekacaubalauan perang, ia me
ninggalkan dinas militer dan pulang ke rumah, memper-
taruhkan nyawa meluputkan diri dari para tentara yang ditempatkan di tiap-tiap
persimpangan jalan dengan perintah untuk menembak di tempat semua prajurit
yang "mangkir". Ia berhasil meloloskan diri dan tiba di rumah hanya untuk ma-
suk dalam bahaya yang bahkan lebih besar. Dua perwira SS masuk dan tinggal
di rumah keluarga Ratzinger. Beberapa teman mereka telah menggantung mati
beberapa prajurit muda yang ketahuan mangkir. Hanya karena perlindungan
Allah yang Mahabaik, kedua perwira SS itu sekonyong-konyong menghilang,
tanpa menyentuh baik Joseph maupun ayahnya.
Imamat Bulan Januari 1946, bersama Georg dan 120 teman seminari, Joseph masuk
kembali ke seminari di Keuskupan Munich. Kejamnya hidup dalam perang
yang harus mereka alami membuat mereka semua haus menuntut ilmu. "Kami
bertekad mengejar ketinggalan kami dari tahun-tahun yang hilang, untuk me-
layani Kristus dalam Gereja-Nya, demi masa depan yang baru, yang lebih baik,
demi Jerman yang lebih baik, demi dunia yang lebih baik," demikian tulis be-
liau dalam buku kenangannya. "Tak seorang pun dari antara kami yang ragu
bahwa Gereja merupakan pilih an yang tepat bagi harapan-harapan kami. Ken-
dati kelemahan-kelemahan manusiawi, Gereja tetap bertahan dalam mengha-
dapi serangan gencar Nazi. Di tengah neraka yang melahap segala kekuatan
lain dalam masyarakat, Gereja tetap kokoh dengan kekuatan yang bukan dari
dunia ini. Janji Kristus telah digenapi: alam maut tak akan menguasainya.
Kami tahu seperti apa alam maut itu. Kami telah melihatnya dengan mata kami
sendiri. Tetapi, kami melihat juga rumah yang tetap kokoh berdiri, sebab di-
bangun di atas batu karang."
Pada tanggal 29 Juni 1951, Georg dan Joseph Ratzinger ditahbiskan sebagai
imam oleh Kardinal Faulhaber di Katedral Freising, pada Pesta Santo Petrus
dan Paulus. Pastor Ratzinger mulai mengajar, di samping itu ia juga belajar
filsafat dan teologi di Universitas Munich dan di Sekolah Tinggi Freising. Pada
tahun 1953, ia memperoleh gelar doktor dalam bidang teologi dengan tesisnya
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
24
Gereja Santo Paulus kini juga memiliki sarana informasi dunia maya
berupa Blog. Kunjungi gsp-sendangguwo.blogspot.com dan jadi pengunjung setia kami.
yang berjudul "Umat dan Rumah Tuhan dalam Dok-
trin Gereja St. Agustinus". Empat tahun sesudahnya, ia
menjadi dosen, kemudian mengajar dogma dan teologi
fundamental di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi
Freising, lalu di Bonn dari tahun 1959 hingga 1969,
Munster dari tahun 1963 hingga 1966.
Bulan Maret 1977, Paus Paulus VI menetapkannya se
bagai Uskup Agung Munich dan Freising. Tanggal 28
Mei 1977 ia ditahbiskan. Moto episkopalnya adalah
"Cooperatores Veritatis", pekerja-pekerja kebenaran,
yang diambil dari 3 Yoh. 8. Moto ini melambangkan
jalinan kebenaran dan kasih, iman pribadi dan kekato-
likan Gereja, pun inter-relasi antara para gembala dan
umat beriman, yang, dengan caranya masing-masing, saling ikut ambil bagian
dalam kewajiban dan rahmat Injil. Dalam konsistori tanggal 27 Juni 1977, Paus
Paulus VI mengangkatnya sebagai kardinal.
Kardinal Ratzinger termasuk salah seorang yang paling berpengaruh dan dihor-
mati di Vatikan. Ia merupakan tangan kanan serta rekan terdekat Paus Yohanes
Paulus II. Ia pula yang memimpin pemakaman Sri Paus Yohanes Paulus II
pada tanggal 8 April 2005, dan ia juga yang memimpin conclave yang dimulai
pada tanggal 18 April 2005 yang lalu.
Berulangkali Kardinal Ratzinger mengatakan bahwa ia ingin mengundurkan
diri ke suatu desa di Bavaria dan mengabdikan sisa hidupnya untuk menulis.
Tetapi, akhirnya juga, ia mengatakan bahwa ia "siap menerima segala beban
tanggung jawab yang diletakkan Tuhan ke atas pundaknya."
Pada tanggal 19 April 2005 pukul 5.50 sore, Kardinal Ratzinger terpilih seba-
gai penerus Paus Yohanes Paulus II sebagai Paus Gereja Katolik Roma yang ke
-265 dengan nama Paus Benediktus XVI.
Bapa Suci Paus (Emeritus) Benediktus XVI menguasai sepuluh bahasa. Ia se
orang pianis ulung, teristimewa dalam karya-karya Mozart dan Beethoven.
Paus Emeritus Benediktus XVI merupakan Paus berkebangsaan German yang
kedelapan. �
Dikutip dari: YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
25
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
26
KASIH KASIH KASIH KASIH DARIDARIDARIDARI
SENGSARASENGSARASENGSARASENGSARA oleh : Nicolas Sularno Alumni STPKat St.Fransiskus Assisi dan Katekis di Semarang
”CINTA dalam tindakan merupakan hal yang
brutal dan mengerikan dibandingkan dengan kasih dalam impian!” Kalimat itu
menegaskan pemahaman tentang hakikat kasih sejati. Kasih sejati terjadi
dalam praksis-tindakan, bukan dalam impian dan janji. Kasih sejati siap me
nanggung segala risiko, sebrutal dan semengerikan apapun!
Dalam perspektif iman kristiani, kasih sejati terjadi dalam diri Yesus Kris-
tus yang mati tersalib! Kasih sejati-Nya terwujud saat Ia menerima tindakan
yang brutal dan mengerikan yang harus ditanggung-Nya pada hukuman salib.
Dalam sejarah Romawi, penyaliban adalah sebentuk tindakan brutal dan me
ngerikan. Namun sejak dan berkat Yesus Kristus, penyaliban diubah menjadi
tanda kasih sejati.
Kisah tentang salib Yesus senantiasa dipahami sebagai kisah kasih dalam
sengsara. Itulah sebabnya, dalam Gereja Katolik, secara liturgis, pada Hari
Minggu Palma dan Jumat Agung, selalu direnungkan Passio: Kisah Sengsara
Yesus Kristus. Dalam bahasa Indonesia, passio diterjemahkan sebagai penderi-
taan, kesengsaraan. Sebetulnya, kata passio maknanya lebih mendalam dari
sekadar penderitaan dan kesengsaraan. Dalam bahasa Latin, passio yang ditu-
runkan dari kata patior berarti cinta yang sangat kuat sehingga mendorong se-
seorang untuk rela berkorban dan menanggung penderitaan. Yesus rela me
nanggung passio ini demi umat manusia. Karenanya, passio-Nya bukan seka-
dar kesengsaraan dan penderitaan semata, melainkan demi manusia sehingga
menjadi compatior atau compassio, yakni belas kasih, bela rasa, kesetiakawan
an, dan solidaritas terhadap mereka yang sengsara dan menderita.
Benarlah kerelaan Yesus untuk mengorbankan diri-Nya pada salib merupa
kan bukti kasih sejati walaupun harus ditanggung dalam kesengsaraan dan
penderitaan. Itulah harga pasti dari kasih sejati untuk membayar dan menebus
umat manusia. Harga pasti itu ditempuh melalui tindakan nyata menerima hu-
kuman yang brutal dan mengerikan yang disebut skandal salib. Rasa sakit pada
zaman-Nya, salib memang merupakan skandal (bahasa Yunani: skandalon),
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
27
yang mendatangkan rasa sakit yang amat sangat, secara fisiologis maupun psi-
kologis. Namun, kesakitan dan penderitaan bahkan kematian itu menjadi bukti
kasih sejati. Maka; kesengsaraan, kesakitan, dan penderitaan itu adalah sebuah
kisah kasih dalam sengsara. Ini membuktikan kata-kata Yesus sendiri, ”Tidak
ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang menyerahkan nyawa
nya untuk sahabat-sahabatnya!” (Yohanes 15:13).
Kematian-Nya pada kayu salib adalah wujud penyerahan nyawa, bukti
konkret tindakan kasih sejati, meski dalam peristiwa yang brutal dan mengeri-
kan! Kita merindukan hadir dan tampilnya pemimpin-pemimpin jemaat yang
penuh cinta sejati yang rela berkorban dan berjuang demi umat, Kita pun seba-
gai bangsa merindukan pemimpin sejati yang pro rakyat, agar terwujud ke-
makmuran dan kasih sejati. Kenangan akan kesengsaraan, penderitaan dan
wafat Yesus Kristus demi keselamatan umat manusia dapat menjadi inspirasi
bagi siapapun untuk mewujudkan masa depan rakyat Indonesia semakin adil
dan sejahtera. Syaratnya, mereka harus rela menjadi pemeran utama pada
kisah kasih dalam sengsara untuk bangsa ini, melalui pengorbanan, bukan ke-
hausan akan kekuasaan! Selamat Paskah! Apakah kita sanggup menjadi peran
utama dalam perjuangan kasih? Semoga Tuhan memberkati. Berkah Dalem. �
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
28
REKOLEKSI & OUTBOUND KELUARGA Lingkungan St. Yusup - Liman Mukti, Wilayah G
oleh: Dominicus Slamet Parjono,
Ketua Lingkungan
Perayaan Natal tahun 2012 ini, Lingkungan St. Yusup - Liman Mukti, Wi
layah G, menyelenggarakannya di KSED Bandungan pada tanggal 12 – 13
Januari 2013. Dalam pelaksanaannya, perayaan mengambil nuansa sedikit ber-
beda dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 ini dilaksanakan dengan
Rekoleksi dan Outbound Keluarga, yang mengambil tema “ Menghadirkan
Kasih Allah dalam Keluarga dan Masyarakat. Acara ini dipandu oleh Pak Cece
Cs dan Romo Aristanto MSF.
Berangkat dari Semarang / Liman Mukti jam 14.30 dengan menggunakan 2
armada bus dan beberapa mobil pribadi, tiba di lokasi KSED Bandungan kira-
kira jam 15.30, istirahat sejenak sambil minum teh panas dan makan snack
yang telah di sediakan panitia, kemudian pembagiam kamar serta persiapan
mandi.
Rekoleksi dilaksanakan di Aula KSED mulai jam 17.00 – 19.00 Sesi Per-
tama, dilanjutkan makan malam sampai jam 19.30, masuk Sesi Kedua sampai
jam 21.00, dan ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh
Romo Aristanto MSF. Sehabis Misa, masih ada acara lain yaitu acara ramah-
tamah, bakar jagung sambil menikmati wedang ronde hingga jam 24.00, lalu
istirahat.
Hari Kedua, Minggu 13 Januari 2013 jam 05.00, sudah ada aktifitas yang di
lakukan oleh peserta yaitu
ngantri air panas untuk
mandi, kemudian dilanjut-
kan sarapan pagi. Jam 07.00
masuk Aula untuk doa ber-
sama, dan dilanjutkan pem
bagian acara Outbound di
sekitar area KSED, yang di
pandu Pak Cece beserta
team (ada Volly Air, Bakiak
team, memindahkan air dan
masukkan ke dalam botol,
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
29
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
30
merayap jebakan dll.) Seluruh
peserta antusias mengikuti, baik
tua, muda dan anak-anak. Acara
Outbound berakhir jam 12.00.
Setelah itu di Aula disampaikan
kesan dan pesan baik dari panitia
maupun peserta, diakhiri dengan
doa, sebagai tanda selesainya
kegiatan ini. Allah telah lebih
dahulu mengasihi kita melalui
keluarga, maka seharusnyalah
kita mengasihi dan berbagi dengan sesama.
Terima kasih kepada seluruh panitia (Pak Herry, Pak Eka, Bu Ike, Pak
Teguh, dan Bapak Ibu semua) yang telah menyediakan waktunya untuk me
rencanakan acara Perayaan Natal tahun 2012, serta terima kasih kepada Romo
Aris yang telah membekali kami semua dalam Rekoleksi, juga kepada Pak
Cece beserta team. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan. Tuhan Yesus mem-
berkati. �
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
31
oleh: AC Kismadi
Lingkungan Blasius 2
Keadilan menuntut bahwa orang
yang telah bersalah harus dihukum.
Ungkapan ini sangat mengganggu
aktifitas saya dan membuat saya se-
lalu gelisah karena dosa / kesalahan
yang telah saya perbuat, baik kepada
Tuhan, keluarga maupun sesama. Saat
-saat seperti itu membuat saya banyak
termenung dan berkata sendiri dalam
hati “Saya sedang dalam masa Pra
paskah”.
Masa Prapaskah merupakan per
siapan peristiwa Paskah yang sangat
indah, peringatan akan kebangkitan
Tuhan Yesus Kristus dari kematian.
Masa Prapaskah bagi saya adalah
masa untuk bertobat. Masa untuk
membaharui dan menyiapkan diri un-
tuk perayaan penebusan yaitu hari
raya Paskah. Masa Prapaskah saya
lalui dengan puasa, pantang, doa dan
solidaritas yang disertai dengan hati
yang bertobat.
Pertobatan ini saya ikuti dengan ke
inginan atau niat untuk merubah si-
kap, perilaku, tutur kata dengan harap
an agar saya menjadi semakin terbuka
untuk menerima sabda Tuhan. De
ngan pertobatan, saya menjadi se-
makin yakin dan memastikan bahwa
saya tidak akan pernah sendirian se-
lama saya masih bersama dengan Tu-
han Yesus Kristus dan hidup sesuai
dengan semua ajaran-Nya.
Tuhan Yesus Kristus telah men-
dorong saya menuju kebahagiaan
Paskah.
Melalui sharing masa Prapaskah,
saya serahkan seluruh kehidupan saya
kepada kerahiman Allah Bapa. Ka
rena saya mengakui dihadapan-Nya
bahwa saya telah berdosa baik dengan
pikiran, perkataan maupun perbuatan.
Saya hanya dapat berharap kepada-
Nya pengampunan atas segala kesalah
an / dosa-dosa saya.
Semoga Tuhan selalu dan senan-
tiasa melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita sekalian. Amien. �
BERSYUKUR
KARENA
MASA
PRAPASKAH
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
32
Merayakan Tahun Iman 2013 dengan lebih mengenal
PELINDUNG
PAROKI
KITA .... oleh: Ch. Slamet Kitri, umat paroki
Wajah Santo Paulus, secara visual profan
telah tampil dengan megah di gereja kita. Ter
lihat di ujung depan gereja, patung berpedang
membawa kitab suci; lalu di atas panti imam
dalam bentuk lukisan kaca patri yang bagus,
menggambarkan mujizat Damaskus.
Paling tidak, sehari-hari umat dapat melihat wajah close up st. Paulus, dari
kop surat paroki plus stempel resmi 67 lingkungan di paroki Sendangguwo.
Wajah rohani, semangat dan suasana ke“Paulus”an, belum sejelas tetenger
visual yang menjadi latar depan gereja kita . Ini pertanyaan reflektif kita
bersama ....
1. Sejarah.
Pilihan nama santo pelindung St. Paulus, adalah warisan sejak zaman Atmo
dirono, wilayah 5 Timur Kanal. Saya coba mencari tahu, dari para pendahulu /
sesepuh paroki (pak Adiarto, pak Djoko Narpodo, pak Untung dll), sebagai
saksi hidup; jawabnya, pokoknya sejak zaman kring dulu ya sudah St. Paulus.
Mungkin karena wilayah yang baru, jadi perlu semangat misioner; atau karena
daerah asing, maka perlu pola pastoral St. Paulus. Dan sampai saat ini nama
Santo Paulus tetap menjadi santo pelindung paroki.
Lucunya, setiap tanggal 29 Juni, kita lebih merayakannya sebagai hari
ulang tahun paroki, daripada kita memperingatinya sebagai pesta nama St.
Paulus kita. Faktanya, umat dan dewan paroki sering tak lupa, makan-makan
(soto) pesta ultah paroki, tetapi kurang tertarik untuk ritual liturgis “doakanlah
kami St. Paulus “. Ha ha ha ................. nggak ada yang salah , cuma sedikit
pelupa.
2. Siapakah St. Paulus ? Nama Paulus, disebut 204 kali dalam Perjanjian Baru (St. Petrus 173 kali,
Yohanes Pemandi dan Yohanes yang lain 148 kali). Dari 27 naskah Perjanjian
Baru, ada 13 naskah surat yang ditulis berkaitan peranan langsung St. Paulus.
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
33
Hebat.
Menurut M. Hart, (buku: 100 orang yang berpengaruh dalam sejarah),
St. Paulus mendapat nomor urut ke 6. Pasti di bawah Yesus, tetapi jauh diatas
rasul dan tokoh dunia lainnya. Alasannya ialah perannya dalam penyebaran
agama Kristen, surat-suratnya yang menjadi bagian penting dalam Perjanjian
Baru, dan peran dalam pengembangan awal Teologi Kristen.
Beliau (ref: ensiklopedia gereja) berbakat leadership yang kuat, organisator,
dan tegas. Mudah marah, tetapi setia. Beberapa tahun lebih muda dari Yesus,
dari keluarga Yahudi diaspora di Turki Selatan. Hidup dalam budaya Yunani.
Beliau murid rabbi terkenal Gamaliel. Karena itu ia seorang farisi, yang me
ngenal Taurat dengan baik.
Beliau berperan kuat dalam penganiayaan St. Stephanus dan umat Kristen
perdana di Yerusalem. Sebagai Yahudi militan, beliau melakukan perjalanan
ke Damaskus, dalam rangka mengorganisir pengejaran umat Kristen. Dalam
perjalanan pada tahun 34 ini, “ditegur” langsung oleh Yesus, melalui pe
nampakan, yang menjatuhkan St. Paulus dari kuda, dan membutakan kedua
matanya, tetapi membuka mata hati dan akal-budinya. Setelah disembuhkan
dari kebutaan, beliau mulai berbalik total arah pandangan hidupnya. ( Kis. 9,
Kis. 22 dan Kis. 26 ).
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
34
Beliau melakukan perjalanan misioner
3 kali. Atas aduan orang Yahudi, beliau
ditangkap di Yerusalem. Melakukan
pembelaan diri sendiri, di pengadilan
Romawi di Yerusalem dan Kaisarea.
Tanda bahwa beliau terpelajar dan pin
tar. Bahkan beliau sebagai civis
romanus / warga romawi, bisa “naik
banding” pada pengadilan kaisar di
Roma. Menurut tradisi, Paulus
ditangkap pada masa kaisar Nero,
dihukum penggal di Roma tahun 66 /
67.
3. Semangat (rohani) St. Paulus. Paulus sebagai pewarta : Paulus tampil sebagai seorang rasul, utusan atau
misionaris. Misionaris pionir yang membawa kabar gembira keluar wilayah Pa
lestina, di luar bangsa Yahudi. Karena itu dikenal sebagai rasul para bangsa
asing.
Paulus sebagai gembala sejati : Paulus merintis terbentuknya umat “paro
ki” baru. Memelihara iman umat, dan membela umat. Melalui surat-suratnya,
Paulus menanggapi berbagai masalah konkret, yang dikonsultasikan oleh umat
di paroki-paroki barunya.
Warisan rohani st. Paulus : Melalui surat-suratnya, Paulus mewariskan
ajaran Iman, nasehat pastoral, dan nasehat moral. Ajaran imannya merumus
kan pokok tiang ajaran kristiani. Nasehat pastoralnya mendorong kita untuk
terus menerus membangun kesatuan umat . Menginspirasikan, bahwa bukan
hanya “kecanggihan organisasi”, tetapi “karya Roh Kudus” yang ikut berperan
kuat. Sedangkan nasehat moralnya, mengisyaratkan bahwa moral orang ber
iman harus lebih baik dari “dunia moral “ di luar kita
4. Harapan. Sebagai umat paroki “Paulusian“, kita punya tugas dan kewajiban moral,
untuk memberi perhatian yang khusus kepada St. Paulus. Dengan bercermin
pada semangat St. Paulus dalam tugas misioner, suasana penggembalaan paro
ki dan pendalaman teologi kristen.
Beberapa inspirasi keseharian :
• Tahun 2013 ini adalah Tahun Iman (Year of Faith), tugas mensosial
isasikan Pewartaan Paulus harus habis-habisan lebih “dilirik” oleh umat.
Program ini sudah tercatat jelas di agenda 2013.
• Selanjutnya pendalaman penggalian nilai rohani, teologis dan sukacita
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
35
Paulus ( Flp. , 2 Kor. ) diupayakan menjadi agenda rutin .
• “St. Paulus, doakanlah kami“ adalah bagian dari doa-doa di paroki St.
Paulus kita. Teks bagus, yang belum selalu terdengar di doa-doa umat
paroki.
• Pesta nama 29 Juni dan Pesta pertobatan Paulus 25 Januari, harus benar-
benar menjadi “tanggal merah” di paroki.
• Leaflet 2008, tentang Paulus ( Litani Santo Paulus, Doa Paulus Efs. 3,
Madah Kasih 1 Kor.13, dll.) masih relevan kita sediakan bagi umat
paroki St. Paulus.
• Pernah ada ide konservatif, memberi nama ruang-ruang di paroki, dengan
nama daerah misionari Paulus, mengapa tidak ? (ide bagus nih, Red.)
• Ide lain?, Mari kita gali bersama.. �
Inilah ANUGERAH TERBESAR BAGI DUNIA, yaitu
ketika Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib bersabda,
"...SUDAH SELESAI ..." (Yohanes 19:30)
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
36
NGUDO ROSO (Mo Semar)
Petruk : Met sore kang Gareng, Sugeng Paskah ya!
Wah koq ndhithing temen to kang, pakai sur-
jan lurik, clana batik, iket biru, dasi kupu-
kupu. Bukan main kerennya deh, kayak bakul
sate Medura kae!?
Gareng : Met Paskah juga, adiku bagus si irung mancung! Bukan main pu-
jianmu, merdu shyahdu neng kuping. Mung wae buntute koq
sumbang swarane. Nggantheng-nggantheng ngene jare, dipa
dhak-ke bakul sate!? Lha kowe kok ya kadingaren, celanamu
komprang, klambi biru, nganggo rompi tahan peluru, cengengas-
cengenges kaya penghuni rumah gila, to Truk!
Petruk : We lha dalah balas dendam kesumat, to kang. Omong sakkecap
dibales brondongan seribu peluru. Celana lagi ngetrend ngene
koq dianggep penghuni rumah gila. Wis, wis, Paskah-Paskah
ngene mbok omong sing apik-apik wae to kang!
Gareng : Hiya deh Truk, bener. Kita kan baru merayakan Hari Suci Wu
ngu Dalem Gusti. Wis sakpantese rerembugan sing piguno kang
go urip rohani. Saiki tak takon: piye nggonmu cecawis Paskahan?
Petruk : Yen kuwi sing koktekokke kang, ya sakambrek-ambrek jawaban
ku. Mulai Rabo Abu nglakoni pasa lan sesirik. Njur ndherek
Jalan Salib Jumatan. Terus melu hadir neng pertemuan APP
Lingkungan lan ngudi sarira mati raga, urip lara lapa sajrone
mangsa Prapaskah, ngaku dosa lan sapanunggalane. Lha piye
sampeyan dhewe?
Gareng : Wah hebat kowe Truk! Yen aku, gandheng wis
kategori adi yuswo lan puntheren, ngrumangsani ora isa ngla-
koni macem-macem. Mbokne thole, mbakyumu Cangik malah
nglarang aku melu2 aktip kaya sing isih enom. Komentare: “Ora
susah melu jalan Salib, jalan biasa wae kecincak-kecincik koq
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
37
arep keneh-keneh jalan Salib. Apa meneh apa to manfaate Ja
lan Salib kuwi ?”
Semar : Ana apa anakku Nolo Gareng lan si irung mancung Petruk ? Koq
padha katon serius rembugane?
Gareng : O alah Mo, lagi ngomong-ngomong persiapan Paskah, mangsa
memetri urip rohani wingi kuwi. Lha koq si Cangik kuwi komen-
tar: “Ora susah Jalan Salib, apa to manfaate, wong jalan biasa
wae kecincalan susah, kok ndadak Jalan Salib barang?”
Semar : Wo, padha ngudo roso hidup rohani to? Pancen kanggo anakku
Gareng sing wis puntheren ngunduri tuwo lan laranen, ya bisa
dipahami yen ora bisa ndherek Jalan Salib. Nanging Jalan Salib
iku tetep piguno tumraping umat sing sanggup nglakoni.
Petruk : Aku setuju Mo, yen kang Gareng kuwi ora susah ndherek Jalan
Salib wae. Prayoga ndherek Misa ‘Orang Sakit Sedunia’ lan melu
nampa pengurapan lisah suci, ben ndang game, ora ngrepoti sanak sedulur.
Semar : Omonganmu aja ndlewer Truk! Kakangmu si Nolo Gareng kuwi
nadyan ora mari-mari bubule, kero matane, ceko tangane, nang-
ing isih dibutuhke brayate. Dadi wong kuwi mbok aja ngalub
kakange dhewe kon ndang game. Apa maneh Sakramen Peng urapan kuwi tujuane ora nyengkakke wong lara ndang mati. Jus-
tru kosok baline bisa paring kekuatan batin lan ketabahan nga
dhepi pecobaning urip, nyadhong berkah kesembuhan saka Gusti
Allah.
Petruk : Nyuwun duko Mo, anakmu ngomonge kebablasen, guyon ora wa
ton. Lha njur doa Jalan Salib kuwi guna
mafaate apa, to Mo?
Semar : Anak-anakku, ngertia ya, Jalan Salib kuwi
tumindake nganggo nglelimbang Jalan
Salib Dalem Sang Kristus, yakuwi
peristiwa2 sangsara Dalem tekan seda lan
pemakamane. Kita sebagai murid Dalem
diajak melu manggul Salib lan ndherek
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
38
gsp-sendangguwo.blogspot.com menyajikan berbagai informasi
tentang kegiatan paroki maupun seputar kehidupan Katolik
Gusti Yesus (Mt 16:24). Sang Kristus nandhang sangsara kanggo
kita lan paring tuladha supaya kita ndherek napak tilas pada
Dalem sarana manggul Salib uga. (1 Petr 2:21). Yaiki syarate
dadi murid Dalem sing sejati (Mk 8:34), supaya padha nepa
tulada Gustine, bisa dadi wong katolik sejati lan urip selaras
karo piwulang Dalem.
Petruk : Wah,wah, yen ngono melu Jalan Salib kuwi gedhe pigunane ya
Mo!
Gareng : Mulo kuwi, Truk, nadyan aku iki dilarang mbakyumu Cangik melu
jalan Salib neng greja, nanging aku tetep sembahyang Jalan
Salib dhewe neng ngomah, lho Truk.
Semar : Kejobo kuwi anak-anakku, lewat renungan Jalan Salib kita
disadarake betapa berharganya penderitaan dan sengsara
Kristus kanggo nebus dosa-dosaning menungsa. Bilur-bilur yang
ditanggung-Nya dan tetesan darah yang dikucurkan-Nya
memberi kita hidup kekal. Apa maneh lewat renungan Jalan
Salib kuwi kita diajak solider karo pepadha sing nandhang
sengsara, awit papa lan miskin, keleleran lan nelangsa. Kang
supaya ing dina Wungu Dalem Gusti, kabeh wae kepareng
ndherek tangi gumregah, bangkit dari keterpurukan, ndherek
ngrasakake mulya bareng karo Gusti Yesus sing wungu saka
seda ing dina Riyadi Paskah.
Gareng &
Petruk : Manthuk-manthuk sembari bareng-bareng berseru : ”Halleluia,
Puji Tuhan, Selamat Hari Raya Paskah lan Berkah Dalem!”
��
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
39
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
40
PROGRAM KERJA 2013 Dewan Paroki Oleh: Sekretariat Dewan Paroki
Setelah didahului beberapa rapat kecil dari masing-masing bidang bersama
Romo Paroki, yang membahas tentang rencana kerja di tahun 2013, maka pada
tanggal 24 Pebruari 2013, Minggu, bertempat di Aula SDK Sang Timur Sema
rang dilaksanakan Rapat Pleno Dewan Paroki dengan agenda utama melapor
kan hasil kinerja Dewan selama tahun 2012 sekaligus mencanangkan Rencana /
Program Kerja untuk tahun 2013.
Sasaran Strategis 2013 Terjadinya perjumpaan iman kristiani dalam kelompok sebagai gerakan
eklesial di lingkungan melalui gerakan ekopastoral yang peduli dan berbagi
dengan sesama (KLMTD)
Terwujudnya gerakan-gerakan iman, dan umat memperdalam iman dengan
Safari Bina Iman (Kelanjutan dari Sekolah Iman). Jadwal pelaksanaan dan
tempat sebagai berikut:
April - Kapel St. Petrus
Juni - Gereja St. Paulus
Juli - Kapel St. Theresia Avilla, Tlogosari
Agustus - SMK Fransiskus, jl. Wolter Monginsidi
Oktober - Kapel YMY, Plamongan Indah
November - Kapel Maria Goretti, Plamongan Hijau
Terjadinya gerakan mencintai keutuhan ciptaan dan ekopastoral dengan:
• Menyelenggarakan Diskusi ‘Mengolah sampah menjadi berkah’
• Mengadakan pengolahan sampah agar bermanfaat
• Penghijauan di sekeliling gereja, penanaman pohon di keluarga-keluarga
Adapun beberapa program dari masing-masing bidang yang perlu diperhatikan
umat sebagai berikut :
Bidang Liturgi
• Adorasi Jumat pertama
• Lomba koor antar lingkungan, mulai April
• Novena Roh Kudus di Gereja Santo Paulus, 10 - 18 Mei
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
41
• Rekoleksi Lektor, 24 - 26 Mei
• Adorasi Ekaristi satu malam di Gereja St. Paulus, Sabtu 1 Juni
• Triduum
St. Paulus, Pelindung Gereja 26 - 28 Juni
• Rekoleksi Prodiakon, Juli
• Porseni Misdinar , Juli
• Triduum Santa Maria dari Lasalette,
Pelindung Konggregasi MSF, 16-18 September
• Misa Hari Raya Pelindung MSF, 19 September
• Lomba lektor dan pemazmur , September
• Live In Misdinar , Oktober
Bidang Pewartaan
• Misa Hari Ulangtahun Perkawinan 3 bulanan
• PKS Kamisan:
Belajar ASG (Ajaran Sosial Gereja)
dan spiritualitas Santo Paulus Kamis minggu pertama
• Doa Senakel Sabtu pertama
• Katekese doa di lingkungan,
Credo : Menemukan kembali iman
dalam keluarga, April
• Talk-Show Panggilan dan
Temu OMK Paroki St.Paulus,
Hari Minggu Panggilan, 20 dan 21 April
• Penerimaan Sakramen Baptis Dewasa, April
• Penerimaan Sakramen Komuni Pertama , 2 Juni
• Live In Frater-frater MSF , 25-28 Juni
• Program keakraban
bagi PIR dan keluarga-keluarga, Sepeda ria
nonton bareng 29 Juni
• Lomba menghias bagi anak-anak , Juli
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
42
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
43
Bidang Persaudaraan
• Paulus Cup, April-Juni
• Bincang bincang : peran Ibu dalam mendidik anak
di era globalisasi , 21 April
• Ekaristi Kaum Muda, Agustus
• Re-Organisasi OMK , Desember
• Reading clubs , Senin pertama tiap bulan
Bidang Yanmas
• Pelatihan Pembuatan Makanan Kering , Juni
• Kenduri HUT Paroki , Juni
• Pelatihan Perawatan Jenasah , Juli
• Temu penggerak kemasyarakatan , Agustus
• Bazar Pangan , November
Bidang Sarana Prasarana
• Pengecatan interior gereja , April
• Pengecatan bangunan pastoran lama , April
• Pemeliharaan rutin sarpra gereja , sepanjang tahun
• Perbaikan secara sistemik jaringan listrik , April
• Pemeliharaan kebersihan secara bergilir/semester/2 wilayah , sesuai jadwal
Koordinator Wilayah
• Rekoleksi sehari untuk Ketua Wilayah dan Ketua Lingkungan,
bersama Romo M. Nur Widipranoto, Pr
(Ketua Komisi Karya Misioner KAS)
di Bangsal Pastoran. rencana 7 April
• Kunjungan Dewan Harian ke wilayah-wilayah. Waktu dan wilayah yang
dikunjungi akan diatur
kemudian
• Pertemuan rutin para Ketua Wilayah , dua bulanan, malam Sabtu
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
44
Bidang Litbang
• Penyempurnaan database umat , Maret-Desember
• Penyusunan desain Master Plan , Mei – Agustus
• Melanjutkan Penyusunan Buku Profile Paroki St. Paulus Sendangguwo, Maret-Desember
• Pelatihan FGD lingkungan , April-Mei
Program Investasi
• Pemasangan CCTV, 10.000.000
• Pemasangan AC di Gereja dan di bangsal bawah , Paroki - 20.000.000,
swadaya - 60.000.000
• Peningkatan daya listrik PLN , 15.000.000
• Pengadaan LCD , 7.500.000
• Pengadaan Wireless Portable , 3.500.000
• Pengadaan Alat Potong Rumput, 3.000.000
• Pembuatan Sumur artetis , 60.000.000
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
45
ORANG PELIT MASUK SURGA ... Ada seorang pelit meninggal. Entah bagaimana dia sampai di pintu
surga. Di sana Petrus berdiri menyambut dia, "Selamat datang di
surga, adakah se suatu yang ingin kamu katakan sebelum masuk ke
surga?"
"Em, bolehkah aku membawa 50 kg emasku bersamaku?" tanya si pelit.
Tentu saja Petrus menolak dengan tegas, tetapi si pelit terus memaksa
se hingga terjadi antrian panjang di pintu surga. Tiba-tiba radio
komunikasi Petrus berbunyi, lalu dia melakukan sedikit pembicaraan.
"Oke, Tuhan bermurah hati," kata Petrus, "kamu boleh membawa
emasmu. Tetapi Dia hanya mengizinkan kamu membawa 10 kg saja.
Bagaimana?" Si pelit berpikir sejenak lalu berkata, "Baiklah, daripada
tidak sama sekali," jawabnya dengan wajah lesu "Baiklah, silakan masuk
ke surga" kata Petrus.
Lalu mulailah si pelit berjalan-jalan menikmati keindahan surga. Tetapi
satu hal mengganggu hatinya. Ke mana pun dia pergi, dia melihat jalan
yang dilalui terbuat dari emas. Tiba-tiba dia merasa bodoh dan ingin
membuang emas yang selalu digendongnya ke mana-mana. Dia melihat
ke kiri dan kanan lalu berniat meninggalkan emasnya di suatu pojok
yang agak tersembunyi. Saat dia akan meletakkan emasnya, tiba-tiba
ada sebuah suara yang bergemuruh di langit "TOLONG JANGAN
BUANG SAMPAH SEMBARANGAN ! !"
Ternyata emasnya hanya menjadi sampah di surga. �
[Sumber dari: E-Humor]
• Pengadaan Tabung Oksigen (untuk ruang kesehatan) , 2.000.000
• Tabung APAR (Alat Pemadam Api) , 8.000.000
• Camera, monitor LED pm
Semoga program yang telah tersusun dapat berjalan baik sesuai rencana serta
menghasilkan buah-buah yang baik demi kemajuan paroki dan kebaikan serta
kenyamanan umatnya dalam beribadah. �
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
46
Santa Bernadette Soubirous Bernadette (artinya:Bernarde kecil),
dilahirkan pada 7 Januari 1844 dari
orangtua yang sangat miskin di kota
Lourdes, Prancis, dengan nama Marie
Bernarde. Perawakannya mungil dan
sakit-sakitan. Ketika ia bertumbuh
makin dewasa, ia sangat lambat dalam
studinya dan kehilangan banyak waktu
nya untuk sekolah karena serangan pe
nyakit asma yang hebat. Pada tanggal
11 Februari 1858, ketika Bernadette disuruh untuk mengumpulkan kayu bakar
dengan adik perempuan dan seorang temannya, ia melihat seorang wanita yang
cantik berdiri di atas semak-semak mawar dalam sebuah gua di Massabielle.
Wanita yang elok itu menggunakan pakaian biru dan putih, tersenyum pada
Bernadette dan kemudian membuat tanda salib dengan sebuah rosario dari gad-
ing dan emas. Bernadette lalu ber lutut, mengeluarkan rosarionya dan mulai
berdoa. Wanita cantik itu adalah Bunda Allah, Perawan Maria. Ia menampak-
kan diri kepada Bernadette seba nyak 17 kali dan pada penampakan yang tera-
khir, ia menyuruh Bernadette untuk pergi ke gua dan mulai menggali tanah
dengan tangannya. Pada awalnya tidak terjadi apapun, namun segera muncul
air mancur yang menakjubkan, yang sekarang ini terkenal dengan sebutan "air
mancur Lourdes", mulai meng alir terus dari tempat yang telah digali Berna-
dette.
Usia 22 tahun, Bernadette menjadi Suster Karitas di Nevers, Prancis. Walau-
pun banyak orang datang kepadanya, ia tetap mencari Allah dalam keheningan
di biara, melayani-Nya dalam kerendahan hati dalam kaul profesinya sebagai
seorang Suster Karitas. Ia tinggal di biara selama 13 tahun, dan menghabiskan
hampir seluruh hidupnya, sakit di rumah sakit. Ketika seorang suster kawannya
mengatakan bahwa ia adalah seorang "pemalas", Bernadette berkata,
"pekerjaanku adalah menjadi sakit." Suster Bernadette meninggal pada tanggal
16 April 1879.
Pada Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda, 8 Desember 1933, Bernadette
dikanonisasi, demikian-penggenapan janji dari Bunda Maria padanya pada ta-
hun 1858: "aku tidak berjanji memberimu kebahagiaan di dunia ini, tetapi
nanti."
Tubuh St. Bernadette sampai hari ini masih utuh dan diletakkan di biara St.
Gildard di Nevers, Prancis. �
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
47
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
48
Gereja
di Tengah Bumi yang Memanas Oleh: Al. Andang L. Binawan
Penggiat Gerakan Hidup Bersih dan Sehat Keuskupan Agung Jakarta
HIDUPKATOLIK.Com, Minggu, 27 Januari 2008
Salah satu keprihatinan Gereja Katolik Indonesia, seperti tertuang dalam tujuh-
belas keprihatinan dalam SAGKI (Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia)
2005, adalah masalah lingkungan hidup, baik yang terkait dengan hutan mau
pun yang terkait dengan masalah perkotaan. Keprihatinan itu dilengkapi de
ngan kesadaran bahwa Gereja Katolik, sebagai bagian dari masyarakat, me
nyadari sumbangannya pada masalah itu. Karena itu, Gereja juga ingin ber
peran lebih positif dengan ikut memperbaiki keadaan. Itulah yang mau dilaku
kan dengan program pembentukan habitus, termasuk habitus yang terkait de
ngan masalah lingkungan hidup ini.
Gereja dan pemanasan global Keprihatinan di atas tentu juga terkait dengan keprihatinan masyarakat dunia
terhadap masalah pemanasan global (global warming) yang berdampak pada
perubahan iklim (climate change). Keprihatinan ini pula yang melandasi ada
nya UNCCC (United Nations Conference on Climate Change atau Konferensi
Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Per
ubahan Iklim) seperti yang baru saja dise
lenggarakan di Bali, 3-15 Desember lalu.
Perlu diketahui, Takhta Suci atau negara
Vatikan, yang dalam arti tertentu menjadi
‘kenampakan’ Gereja Katolik universal,
ikut mengirimkan delegasi resminya da
lam konferensi itu. Hal ini menunjukkan
pula kemauan Gereja Katolik secara
umum untuk ikut melibatkan diri dalam
permasalahan dunia, seperti yang digaris
kan oleh Konsili Vatikan II, yang secara
khusus tertuang dalam dokumen Gaudium
et Spes (Kegembiraan dan Harapan).
Dalam hal ini, yang menjadi pokok masa
lah adalah bagaimana mengerem laju pe
manasan global dan mengurangi dampak
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
49
negatif pemanasan global itu. Meski hal itu disebabkan oleh banyak faktor,
yang menjadi sebab utama pada dasarnya adalah kerakusan manusia, beserta
struktur sosial yang dibangunnya. Untuk inilah berbagai upaya, di semua level,
perlu dilakukan secara utuh / sinergis dan berkesinambungan. Konferensi PBB
di Bali itu adalah upaya global, antar pemerintah, terkait dengan membuat ke
sepakatan bersama, syukur-syukur hukum universal, untuk mengatur hal ini.
Upaya ini tidak akan banyak bermanfaat jika tidak disertai upaya nyata di
tingkat nasional, dan juga di tingkat masyarakat, sampai akhirnya tingkat ma
sing-masing pribadi manusia, baik yang miskin maupun yang kaya, yang tua
maupun yang muda, tidak peduli apa agamanya.
Kalau Takhta Suci ikut berperan aktif dalam masalah ini, hal itu dilakukan da
lam kerangka upaya global, yang tentunya dilandasi sebuah keyakinan bahwa
pemanasan global adalah perkara kemanusiaan dan perkara kemanusiaan ada
lah perkara iman. Hanya saja, peran pada level global ini tidak akan banyak ber
arti bila tidak diikuti oleh upaya-upaya pada level nasional dan akhirnya juga
pada level personal. Karena itu, seiring dengan upaya Gereja Universal itu,
Gereja Katolik Indonesia juga harus aktif berpartisipasi dalam level nasional,
dan keuskupan-keuskupan sebagai gereja lokal perlu berperan di tengah kon
teks hidupnya masing-masing.
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
50
Peran Gereja: Habitus Untuk itu, Gereja perlu mengingat kemampuannya, supaya peran itu memang
maksimal. Karena tidak bisa secara langsung membuat hukum (yang menjadi
wewenang negara melalui lembaga legislatif), peran Gereja akan lebih banyak
pada level masyarakat dan pribadi. Sehubungan dengan hal itu, perannya men
jadi lebih khusus lagi, yaitu memberi penyadaran. Gereja bukan lembaga bisnis
yang punya banyak kemampuan menyediakan sarana dan prasarana
pendukung.
Peran Gereja itu pun perlu dibedakan antara peran organisatoris, yaitu Gereja
sebagai sebuah lembaga sosial, dan peran Gereja sebagai paguyuban umat ber
iman. Peran Gereja sebagai organisasi atau lembaga sosial adalah menyusun
program dan membuat kegiatan pendukung, yang mungkin akan tampak sere
monial dan simbolis. Karena itu, hal ini harus diikuti oleh peran umat sebagai
warga Gereja, yang lebih personal, yang dilakukan khususnya di tingkat komu
nitas basis / lingkungan, keluarga, dan akhirnya pribadi-pribadi. Pada dasar
nya, peran organisatoris ini hanya menjadi pendukung dari peran keluarga dan
pribadi. Peran organisatoris ini, misalnya kegiatan di tingkat keuskupan atau
juga paroki, tidak bisa menggantikan peran keluarga dan pribadi. Yang justru
lebih pokok adalah peran keluarga dan pribadi ini.
Dalam cakrawala inilah Gereja Katolik Indonesia menggulirkan program pem
bentukan habitus, suatu istilah sosiologis dari Pierre Bourdieu, seorang
sosiolog Perancis. Karena habitus adalah sebuah kebiasaan sosial, yang berarti
kebiasaan yang dilakukan secara perorangan, meski bersama-sama, dalam kon
teks kehidupan sosial, habitus justru mempunyai bobot nilai lebih dibanding ke
giatan yang lebih bersifat organisatoris tadi. Bobotnya bukan hanya terletak
pada kadar personalnya, tetapi juga keberlanjutan dan dampak waktunya yang
diharapkan lebih panjang. Benar, kadang issue-nya tampak sepele dan seder
hana, seperti misalnya menaruh sampah pada tempatnya, tetapi hal itu memuat
nilai iman yang besar. Dengan pertimbangan itu pula, gerakan peduli ling
kungan hidup dalam rangka APP (Aksi Puasa Pembangunan) 2008 tingkat na
sional akan sungguh mendapatkan arti pentingnya. Demikian juga halnya
dengan upaya kecil yang dilakukan di Keuskupan Agung Jakarta (dan juga
diikuti oleh Keuskupan Agung Semarang dalam masa prapaskah 2008) dengan
gerakan peduli sampah (atau tepatnya gerakan pembentukan habitus menaruh
dan memilah sampah, yang dimotori oleh Gerakan Hidup Bersih dan Sehat).
Selain itu, gerakan kecil itu bisa memberi tekanan pula bahwa masalah dunia
bernama global warming dan climate change, justru karena dampaknya juga
dirasakan oleh orang-perorangan, juga bisa disikapi dan ditanggapi oleh per
ubahan perilaku perorangan.
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
51
Memang, gerakan peduli lingkungan hidup dalam rangka menyikapi masalah
pemanasan global tadi tidak hanya berhenti pada peduli sampah. Gerakan pe
duli sampah bisa dikatakan sebagai entry point atau pintu masuk untuk bisa ber
buat lebih banyak. Artinya, sampah yang adalah perkara sehari-hari dan juga
perkara semua orang, diharapkan bisa membuka kesadaran lebih jauh pada
masalah lingkungan hidup yang lain, seperti misalnya masalah pencemaran air,
pencemaran tanah, dan pencemaran udara. Dengan kata lain, peduli sampah,
yang relatif mudah dilakukan, bisa dipandang sebagai latihan langkah pertama
untuk maju ke langkah yang lebih jauh dan lebih sukar.
Benar, sampah yang umum tidak menjadi penyebab pokok pemanasan global.
Ada sebab lain yang lebih besar, seperti misalnya pabrik-pabrik yang banyak
menghasilkan karbon. Karena itu, sampah hanyalah sekedar contoh pintu
masuk dalam konteks masalah lingkungan hidup perkotaan. Jika di daerah pe
desaan dan di luar perkotaan sampah belum sungguh jadi masalah, adalah tugas
dari masing-masing Gereja lokal untuk mencari pintu masuk yang relevan bagi
masyarakat, sekaligus menanamkan nilai kesabaran dan ketekunan, dalam
semangat iman, kasih dan harapan. �
Foto: Mgr. Johanes Pujasumarta menanam pohon kelor di Gua Maria Tritis, 3 Pebruari 2013,
(www.pujasumarta.web.id)
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
52
JADILAH RASUL KELOR Oleh: Mgr. Johanes Pujasumarta
Pada Duc in Altum (http://www.pujasumarta.web.id)
Jumat, 8 Maret 2013
Di wilayah Keuskupan Agung Semarang ada paroki di Kabupaten Gunung Ki
dul. Namanya Paroki Santo Petrus dan Paulus, Kelor. Berseberangan dengan ge
reja Kelor, dibangun Poliklinik Panti Rahayu Kelor. Sekarang ini sedang di
laksanakan pembangunan lanjut untuk meningkatkan poliklinik tersebut men
jadi Rumah Sakit Panti Rahayu Kelor.
10 Februari 2013 yang lalu saya menerima kabar sukacita dari Rama J.
Christ, yang bersama seluruh umat mengadakan gerakan kelorisasi.
“Mengawali kepengurusan Dewan Paroki baru, visi dan misi paroki
yang baru (direvisi-red), serta "dhawuh" dari bapak Uskup, kami umat
paroki Kelor mulai bergerak untuk menggali lebih dalam lagi tentang
"Kelor", sebuah "Pohon Super Nutrisi", "Miracle Tree", "Tree of
life" dan sebutan lainnya. Ternyata Kelor memiliki "keelokan" guna
yang luar biasa, tidak hanya bagi "keselamatan" manusia, tetapi ju
ga bagi "keselamatan" alam ciptaan, terutama tanah, air dan tumbuh
an lain.
Dunia memang tak selebar daun Kelor. Peribahasa ini memancarkan
pengharapan; dan kenyataannya "Kelor" pun mengandung sejuta
pengharapan bagi manusia dan alam. Saya temukan e-book yang cu
kup banyak mengupas tentang pohon Kelor (dalam attachment) atau
link ini: http://kelorina.com/
Semoga bermanfaat untuk inspirasi gerakan eklesial paroki.
Berkah Dalem, jchrist”
Terhadap email tersebut muncul dialog, sebagai berikut:
Aloys Budi Purnomo, Pr, “Wow, upaya inkulturasi ekologis dan teo
logis yang sip markusip dan joz gandoz!! Proficiat Rama! Salam n
doa Berkah Dalem,”
Saya, “Rama, mendengar berita tersebut hati saya bersukacita. Semo
ga dengan Kelor itu masyarakat Gunungkidul semakin sehat walafiat.
Sesanti: Kesehatan dari Kelor Gunungkidul untuk seluruh dunia.
Salam, doa 'n Berkah Dalem,”
J Christ, “Amin, maturnuwun, Bapak Uskup. Tadi malam kami ber
koordinasi bersama se-rayon Gunung kidul. Seluruh Dewan Hari
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
53
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
54
an bersepakat untuk menggerakkan umat dan masyarakat dengan
"KELORISASI" Gunungkidul.”
Saya, “Horeeeeeeeeee! Ketika saya misa novena di Gua Tritis, Ming
gu, 3 Februari 2013, saya diminta untuk menanam pohon Kelor juga.
Sesanti: Kesehatan dari Kelor Gunungkidul untuk seluruh dunia.
Salam, doa 'n Berkah Dalem, “
J Christ, “Berkah Dalem, Bapak Uskup, nyuwun pangapunten, Bapak
Uskup. Kami tidak sempat mendokumentasi gerakan penanaman kelor.
Gerakan ini dilakukan oleh keluarga-keluarga. Memang belum se
luruhnya melakukan. Kami masih perlu mengkonsientisasi dalam misa
-misa lingkungan (terutama di paroki Kelor). Ternyata banyak
di antara umat paroki yang belum tahu manfaatnya, bahkan ada yang
belum pernah melihat pohon kelor. Padahal hampir di setiap wilayah,
bisa dipastikan ada umat yang memiliki pohon Kelor tersebut. Oleh ka
rena itu, kami sembari terus mencari bibit dari umat untuk disalurkan
kepada umat yang belum memiliki, sekaligus memberi penjelasan
sederhana akan manfaatnya, yang tidak hanya untuk mengusir "cekel
EDISI PASKAH - 28 MARET 2013
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
55
PASTOR VS TUKANG PARKIR... Alkisah seorang pastor di Perancis meninggalkan pesan pada secarik
kertas yang diletakkan di antara kaca dan "wiper" mobilnya. Pesan itu
berbunyi: "Sudah sepuluh kali saya berkeliling blok ini, tidak ada tempat
parkir yang saya temukan, maka saya terpaksa parkir di sini. Ampunilah
kami akan segala kesalahan kami."
Ketika ia kembali ke mobilnya, ia mendapatkan pesan dari petugas
parkir di tempat yang sama. Pesan itu berbunyi: "Sudah sepuluh tahun
saya bekerja di sini.
Apabila saya tidak
memberikan surat
tilang parkir kepada
Anda, maka saya akan
dipecat. Janganlah
membawa kami ke
dalam pencobaan."
(Sumber : E-Humor)
an", tapi lebih-lebih untuk kesehatan.
Begitu, Bapak Uskup, gerakan ini sudah dimulai pada masa APP
ini, dan akan terus digalakkan sepanjang tahun, dengan target seluruh
umat (keluarga-keluarga) menanam pohon Kelor. Saya sertakan e-
book tentang Kelor yang cukup lengkap dalam attachment. JChrist,
Kelor”
Anda ingin hidup sehat? Ada e-book "KELOR POHON AJAIB". Click link
ini: http://kelorina.com/. Silakan membaca! Jadikanlah (kelor) santapan sehari-
hari. Beritakanlah kabar suka cita itu kepada yang lain. Jadilah Rasul Kelor!
Salam, doa 'n Berkah Dalem,
+ Johannes Pujasumarta
WARTA PAULUS NO. 90
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
56
WARTA PAULUS MEDIA KOMUNIKASI
PAROKI SANTO PAULUS SENDANGGUWO - SEMARANG
Pelindung Pastor Kepala Paroki
Penasehat Ketua Bidang Yan Mas Dewan Paroki
Penanggungjawab Koord. Tim Kerja KomSos
Dewan Paroki
Pemimpin Redaksi J Paryadi
Staf Redaksi Drs. St. Suripto Atmosuwito
Drs. A Mardiyono Pius Koesdyantoro
M Yunus Waas
Artistik Alf. Sungging V Suparyanto
B Riyanto
Tata Letak J Paryadi
M Yunus Waas
Distribusi Ketua - Ketua Lingkungan
Penerbit Dewan Paroki Santo Paulus
Jl. Dr. Muwardi 7, 024 - 6711509 Sendangguwo Semarang
Alamat E-mail [email protected]
Percetakan CV Rind Abadi
Edisi 90, Paskah 2013 28 Maret 2013
Cover Depan Keseharian beberapa karyawan
GSP Sendangguwo desain oleh : V Suparyanto
Ingin Seperti Yesus... Alkisah pada suatu hari, seorang pastor
tua terbaring sekarat di tempat tidur nya.
Dia meminta dokter dan pengacara, yang
kebetulan juga umat parokinya, datang ke
pastoran. Ketika mereka tiba, mereka
langsung diantar ke kamar pastor tua itu.
Saat melihat keduanya masuk, dia meng
ulurkan tangannya dan mengisyaratkan
agar mereka duduk di samping kiri dan
kanan tempat tidurnya. Kemudian dia me
raih tangan mereka, mendesah puas, lalu
tersenyum.
Waktu berjalan cukup lama, tanpa ada
yang berkata-kata. Diam-diam, dokter dan
pengacara tersentuh dan tersanjung ka
rena sang pastor menginginkan mereka
menemaninya di saat-saat terakhirnya.
Padahal, pastor itu tidak pernah me
nunjukkan rasa suka kepada mereka.
Khotbah-khotbahnya selalu menegur keras
mengenai keserakahan mereka dan tingkah
laku buruk lainnya, sehingga mereka acap
kali gelisah ketika mendengar khotbah
pastor tersebut.
Akhirnya si dokter memberanikan diri ber
tanya, "Pastor, mengapa Anda memanggil
kami untuk menemani Anda?"
Pastor tua mengerahkan sisa-sisa ke
kuatannya, dan berbicara dengan lemah,
"Yesus mati di antara dua pencuri... dan
aku ingin mati seperti-Nya." �