Top Banner
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN BADAN LITBANG KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN ARTA W ISSN 1907-7971 Vol. 8 No. 1 2013 Teknologi Bambu Lamina : Peluang Penyedia Bahan Mebel dan Desain Interior Alternatif yang Berkelas Menuju Pustekolah yang Lebih Baik Melalui Akreditasi KNAPPP Mengenal Beberapa Instrument di Laboratorium Instrumentasi dan Proksimat Terpadu Teknologi Pembuatan Pelupuh Bambu Secara Tradisional Kayu Hutan Rakyat : Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu Rakyat di Kabupaten Ciamis dan Cirebon Penyaradan Kayu dengan Cara Dipikul di BKPH Cikawung (Sukabumi) Indonesia Butuh Ahli Anatomi Kayu Beberapa Penerbit Masih Belum Aktif Implementasikan UU No. 4 Tahun 1990 Pemasyarakatan Iptek Pustekolah Melalui Ekspose Hasil Penelitian
24

WARTA - FORPRO

Oct 28, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: WARTA - FORPRO

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN

DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

BADAN LITBANG KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN

ARTAWISSN

1907-7971

Vol. 8 No. 1

2013

Teknologi Bambu Lamina : Peluang PenyediaBahan Mebel dan Desain Interior Alternatifyang Berkelas

Menuju Pustekolah yang Lebih BaikMelalui Akreditasi KNAPPP

Mengenal Beberapa Instrument di LaboratoriumInstrumentasi dan Proksimat Terpadu

Teknologi Pembuatan Pelupuh BambuSecara Tradisional

Kayu Hutan Rakyat :Potret Industri Penggergajian & PenggunaanKayu Rakyat di Kabupaten Ciamis dan Cirebon

Penyaradan Kayu dengan Cara Dipikuldi BKPH Cikawung (Sukabumi)

Indonesia Butuh Ahli Anatomi Kayu

Beberapa Penerbit Masih Belum AktifImplementasikan UU No. 4 Tahun 1990

Pemasyarakatan Iptek Pustekolah MelaluiEkspose Hasil Penelitian

Page 2: WARTA - FORPRO

Dari RedaksiISSN 1907-7971

Vol. 8 No. 1/2013

REDAKSI

Pelindung

Kepala Pusat Penelitian dan PengembanganKeteknikan Kehutanan dan Pengolahan HasilHutan

Ketua : Kepala Bidang PengembanganData dan Tindak Lanjut Penelitian

Sekretaris : Sujarwo Sujatmoko, S.Hut., M.Sc.Anggota : 1. Prof. Dr. Gustan Pari, M.Si.

2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si.3. Ir. Syarif Hidayat, M.Sc.4. Wening Sri Wulandari, S.Hut., M.Si.5. Ir. Sona Suhartana6. Rusty Rushelia, B.Sc.

Dewan Redaksi

Reporter

Sekretariat Redaksi

ARTAARTAWWHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Tim Redaksi

Diterbitkan oleh:Pusat Penelitian dan PengembanganKeteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil HutanBadan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Kementerian Kehutanan

Alamat Redaksi:

Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610

Telp. (0251) 8633378; Fax. (0251) 8633413

e-mail: publikasi@

website: pustekolah.org

pustekolah.org

PETUNJUK BAGI PENULIS

Redaksi menerima tulisan ilmiah populer berupa hasil liputan, artikel

atau laporan penelitian maupun informasi IPTEK bidang keteknikan

kehutanan dan pengolahan hasil hutan serta hasil liputan terkait. Tulisan

dikirim dalam bentuk file (disket, CD atau melalui e-mail) disertai hasil

-nya dan foto-foto yang berhubungan dengan isi tulisan. Panjang

tulisan maksimal empat halaman quarto dengan spasi ganda.

print out

DAFTAR ISI

Dari Redaksi..............................................................................................................................................................................

Teknologi Bambu Lamina : Peluang Penyedia Bahan Mebel dan Desain Interior Alternatif yang Berkelas .............

Mengenal Beberapa Instrument di Laboratorium Instrumentasi dan Proksimat Terpadu ..........................................

Teknologi Pembuatan Pelupuh Bambu Secara Tradisional ...............................................................................................

Kayu Hutan Rakyat : Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu Rakyat di Kabupaten Ciamis dan

Cirebon ......................................................................................................................................................................................

Penyaradan Kayu dengan Cara Dipikul di BKPH Cikawung (Sukabumi).....................................................................

Indonesia Butuh Ahli Anatomi Kayu....................................................................................................................................

Menuju Pustekolah yang Lebih Baik Melalui Akreditasi KNAPPP.................................................................................

Beberapa Penerbit Masih Belum Aktif Implementasikan UU No. 4 Tahun 1990 ...........................................................

Pemasyarakatan Iptek Pustekolah Melalui Ekspose Hasil Penelitian..............................................................................

2

3

6

8

13

16

18

1. Dian Anggraini, S.Hut., M.M.

2. M. Iqbal, S.Hut.

3. R. Esa Pangersa Gusti, S.Hut.

1. Ayit T. Hidyat, S.Hut., T. M.Sc.

2. Drs. Juli Jajuli

3. Deden Nurhayadi, S.Hut.

19

10

Salam rimbawan,

Terbitnya majalah Warta Hasil Hutan edisi kali ini bertepatan dengan

suasana akhir bulan suci Ramadhan dan menyambut bulan Syawal 1434 H,

dimana kaum muslimin sedang menjalankan ibadah puasa dan menjelang

perayaan Idul Fitri. Oleh karenanya kami atas nama jajaran Redaksi Majalah

Warta Hasil Hutan mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa dan

Selamat Idul Fitri 1434 H, mohon maaf lahir dan bathin atas segala khilaf dan

salah.

Warta Hasil Hutan Vol 8 No.1 ini memuat artikel tentang pemanfaatan

bahan baku alternatif yaitu dengan judul: “Teknologi Bambu Lamina: peluang

penyedia bahan mebel dan desain interior alternatif yang berkelas”, “Teknologi

Pembuatan Pelupuh Bambu secara Tradisional”. Sedangkan untuk pemanfaatan

bahan baku kayu yang berasal dari hutan tanaman/hutan rakyat disajikan dalam

artikel yang berjudul: “Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu

Rakyat di Kabupaten Ciamis dan Cirebon”, Artikel lain yang dipandang perlu

dan dapat melengkapi informasi pada terbitan ini adalah: “Mengenal Beberapa

Instrumen di Laboratorium Instrumentasi dan Proksimat Terpadu”,

“Penyaradan Kayu dengan Cara Dipikul di BKPH Cikawung (Sukabumi)”,

“Indonesia Butuh Ahli Anatomi Kayu”, “Menuju Pustekolah yang Lebih Baik

Melalui Akreditasi KNAPPP”, “Beberapa Penerbit Masih Belum Aktif

Implementasikan UU No.4 Tahun 1990”, dan “Pemasyarakatan IPTEK

Pustekolah Melalui Ekspose Hasil Penelitian”.

Semoga informasi yang disajikan dalam terbitan warta kali ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak dan tak lupa kami mengharapkan saran dan

masukan demi terbitan yang lebih baik pada edisi selanjutnya. Selamat

membaca.

21

Page 3: WARTA - FORPRO

3

Pen

gola

han

Hasi

lH

uta

n

Buk

an

Kayu

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Vol. 8 N0. 1. 2013

A. Bambu sebagai Substitusi Kayu Pertukangan yang

Cantik dan Elegant

Kondisi kekurangan bahan baku kayu yang

dihadapi oleh industri pengolahan kayu di Indonesia

saat ini telah mendorong usaha pencarian bahan

alternatif sebagai substitusi kayu pertukangan. Bambu

yang tumbuh subur dan tersebar di seluruh wilayah

Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam

yang cukup menjanjikan sebagai bahan substitusi kayu

pertukangan. Sumber daya bambu yang cukup

melimpah tersebut perIu ditingkatkan pemanfaatannya

agar dapat memberi sumbangan terhadap pertumbuh-

an ekonomi nasional. Pemanfaatan bambu di Indonesia

saat ini pada umumnya untuk mebel, barang kerajinan,

sumpit dan konstruksi ringan. Bambu yang digunakan

untuk mebel biasanya berbentuk bulat atau kombinasi

antara bambu bulat dan anyaman dimana masih ada

kulitnya.

Sebagai bahan substitusi kayu, bambu harus

memiliki dimensi tebal, lebar dan panjang seperti

papan atau balok kayu. Masalah yang timbul dalam

pemanfaatan bambu sebagai bahan substitusi kayu

tersebut adalah keterbatasan bentuk dan dimensinya.

Bambu yang bentuk aslinya bulat dan berlubang jika

akan digunakan sebagai pengganti papan atau balok

kayu harus memenuhi persyaratan lebar dan tebal

tertentu. Dalam bentuk pipih bambu mempunyai

ketebalan yang relatif kecil (tipis) sehingga untuk

menambah ketebalannya perlu dilakukan usaha

laminasi. Kemajuan dalam teknologi perekatan

diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Di

samping itu untuk mendapatkan produk bambu

dengan ukuran seperti papan atau balok kayu maka

bambu yang bentuk aslinya bulat dan diameternya

semakin kecil ke arah ujung harus dibelah dengan alat

tertentu sehingga diperoleh bilah yang lurus dan

mudah direkat kearah samping (lebar). Bilah yang

dihasilkan kemudian diserut pada kedua permukaan-

nya sehingga mudah direkat kearah tebal. Hasil produk

perekatan bilah bambu tersebut dikenal dengan nama

bambu lamina.

Bambu lamina adalah suatu produk yang dibuat

dari beberapa bilah bambu yang direkat dengan arah

serat sejajar. Perekatan dilakukan kearah lebar

TEKNOLOGI BAMBU LAMINA :

PELUANG PENYEDIA BAHAN MEBEL DAN

DESAIN INTERIOR ALTERNATIF YANG BERKELASI.M. Sulastiningsih, Agus, Dede Rustandi, Ayit T. Hidayat

( dan ke arah tebal ( ). Hasil perekatan

tersebut dapat berupa papan atau balok tergantung dari

ukuran tebal dan lebarnya. Keunikan serat bambu serta

adanya buku pada bilah penyusun bambu lamina

memberi penampilan yang unik dan sangat indah

sehingga produk tersebut sesuai untuk mebel, lantai,

dinding penyekat dan bahan untuk desain interior

lainnya. Di samping itu penggunaan bambu lamina

untuk mebel dan desain interior dapat menyediakan

pilihan motif penampilan yang berbeda dibanding

motif penampilan bahan baku kayu dan bambu yang

digunakan saat ini.

Kecantikan penampilan bambu lamina dapat diatur

sesuai dengan selera atau keinginan pengguna. Warna

bambu lamina yang dibuat biasanya dengan warna

alami seperti warna asli bilah/bambu penyusunnya,

berwarna putih atau cokelat. Untuk mendapatkan

warna putih maka perIu dilakukan proses pemutihan

atau " " pada bilah bambu, sedangkan untuk

mendapatkan warna cokelat maka perlu dilakukan

proses karbonisasi pada bilah bambu. Agar produk

bambu lamina tahan lama maka bilah bambu penyusun

bambu lamina perIu diawetkan terlebih dahulu karena

bambu mudah sekali diserang oleh bubuk kayu kering.

Pengawetan bilah bambu dapat dilakukan dengan cara

sederhana yaitu dengan cara rendaman dan dapat

dilakukan bersama-sama dengan proses pemutihan.

Untuk tujuan tertentu (efisiensi bahan baku) komposisi

lapisan penyusun bambu lamina dapat diatur dan

dikombinasikan dengan kayu.

Pada akhirnya faktor yang sangat penting untuk

diperhatikan dalam penggunaan bambu lamina

sebagai bahan mebel dan desain interior adalah

finishing. Seperti halnya pada produk kayu, penerapan

bahan finishing pada mebel dan desain interior dari

bambu lamina bertujuan untuk melindungi produk

tersebut dari pengaruh luar yang dapat menurunkan

kualitas, memperindah penampilan, memperjelas

keindahan corak bambu, mempermudah membersih-

kannya, dan membuat produk tersebut lebih cepat laku

horizontal) vertical

bleaching

Produk mebel dari bambu lamina

Page 4: WARTA - FORPRO

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Pen

gola

han

Hasi

lH

uta

n

Buk

an

Kayu

4

Vol. 8 N0. 1. 2013

dijual. Bahan finishing yang tersedia di pasaran

mempunyai keragaman cukup tinggi, namun demikian

bahan finishing yang digunakan untuk mebel dan

desain interior dari bambu lamina harus sesuai dengan

sifat bambu tersebut dan film yang dihasilkan harus

tahan goresan dan benturan, tahan terhadap tumpahan

air dan bahan kimia.

Bambu yang digunakan untuk bambu lamina harus

mempunyai diameter yang cukup besar dan dinding

bambunya tebal sehingga diperoleh bilah bambu yang

cukup tebal. Pada prinsipnya proses pembuatan

bambu lamina adalah sebagai berikut :

Bambu dipotong bagian pangkalnya sepanjang 50

cm - 80 cm ( tergantung kondisi bambu tersebut ) untuk

menghilangkan bagian batang bambu yang tidak lurus

(cacat) dan panjang ruas yang tidak beraturan. Setelah

dipotong bagian pangkalnya, batang bambu tersebut

dipotong-potong menjadi beberapa bagian dengan

panjang 1,2 m - 2 m tergantung dari kelurusan batang

bambu dan tebal dinding bambu. Hasil potongan

bambu harus lurus, silindris dan dinding bambunya

cukup tebal. Potongan bambu yang telah dipilih

kemudian dibuat bilah dengan menggunakan mesin

pembelah bambu. Bilah bambu yang digunakan adalah

yang betul-betul lurus pada kedua sisi panjangnya.

B. Proses Pembuatan Bambu Lamina

1. Pembuatan dan pengawetan bilah bambu

Lantai ( ) dari Bambu LaminaFlooring

Bilah bambu hasil pembelahan selanjutnya diserut

pada bagian atas dan bawah untuk mendapatkan

permukaan bilah yang rata kemudian diawetkan

dengan larutan boron dengan cara rendaman dingin

dengan target retensi 6 kg/m . Bilah tersebut kemudian di-

keringkan dengan sinar matahari dan dilanjutkan dalam

dapur pengering hingga kadar airnya mencapai 12%.

Pada tahap ini perlu dilakukan kegiatan penyiapan

perekat. Jenis perekat yang digunakan tergantung

pada tujuan penggunaannya. Jenis perekat yang umum

digunakan adalah urea formaldehida, melamin

formaldehida, fenol formaldehida dan isosianat atau

menggunakan perekat alami seperti tanin formal-

dehida. Perekat dan bahan lain (ekstender, pengisi,

pengeras dan air) disiapkan dan ditimbang sesuai

dengan komposisi yang dikehendaki. Bahan tersebut

selanjutnya diaduk dalam mesin pengaduk perekat dan

pengadukan harus merata. Beberapa bilah bambu yang

telah disiapkan dan dipilih kemudian direkat kearah

lebar dengan menggunakan perekat yang telah

disiapkan dengan berat labur sesuai dengan anjuran

pabrik pembuat perekat atau berdasarkan hasil

penelitian. Bilah bambu (bahan papan) yang telah

dilaburi perekat pada bagian sisi panjangnya dan

direkat ke arah lebar kemudian dikempa dingin atau

dikempa panas dalam waktu tertentu tergantung dari

jenis perekat dan anjuran pabrik pembuat perekat yang

digunakan. Proses pengempaan dapat dilakukan

dengan kempa dingin atau kempa panas tergantung

dari mesin yang tersedia. Hasil perekatan tersebut

berupa papan-papan bambu tipis ( tebal 10 mm ).

a. Bambu lamina dengan susunan bilah mendatar

Bambu lamina yang dibuat terdiri dari beberapa

lapis papan bambu tipis. Jumlah lapisan dapat ber-

variasi tergantung dari tujuan penggunaan serta per-

timbangan teknis dan ekonomis. Komposisi lapisan

bambu lamina dapat dikombinasikan dengan kayu

atau produk kayu (papan sambung, kayu lapis dll).

Pada umumnya bambu lamina untuk lantai terdiri dari

3 lapis. Bambu lamina dibuat dengan merekatkan

beberapa buah papan bambu tipis (hasil perekatan

bilah bambu kearah lebar) dengan arah serat sejajar.

Perekat yang telah dipersiapkan dilaburkan pada

permukaan papan yang akan direkat dengan berat

labur dan komposisi perekat seperti tersebut pada

butir 2 di atas. Bahan bambu lamina tersebut kemudian

dikempa dingin atau dikempa panas dalam waktu

tertentu sesuai dengan jenis perekat yang digunakan,

mesin kempa yang tersedia dan tebal bahan yang

dikempa. Bambu lamina yang dihasilkan kemudian

dibiarkan selama beberapa waktu untuk proses

penyesuaian dengan kondisi lingkungan.

3

2. Perekatan bilah bambu ke arah lebar

3. Pembuatan bambu lamina

Panel Pintu dan Jendela dari Bambu Lamina

Page 5: WARTA - FORPRO

5

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Vol. 8 N0. 1. 2013P

engola

han

Hasi

lH

uta

n

Buk

an

Kayu

b. Bambu lamina dengan susunan bilah tegak

Perekatan bilah bambu kearah lebar bisa dilakukan

secara tegak ( ) dengan merekatkan bilah bambu

pada bagian sisi lebarnya. Bilah bambu yang telah

dilaburi perekat pada permukaan lebarnya (perekatan

secara tegak) dan direkat dengan target lebar tertentu

selanjutnya dikempa dalam waktu tertentu tergantung

dari jenis perekat dan anjuran pabrik pembuat perekat

yang digunakan. Proses pengempaan dapat dilakukan

dengan kempa dingin atau kempa panas tergantung

dari mesin yang tersedia. Hasil perekatan bilah bambu

secara tegak berupa papan bambu lamina yang

memiliki tebal sama dengan lebar bilah bambu

penyusunnya.

vertical

4. P

n

B

.

5. Finishing

M

emotongan menjadi ukuran akhir dan

pengampelasa

ambu lamina yang telah dibuat selanjutnya

dipotong pada keempat sisinya untuk mendapatkan

ukuran yang ditargetkan. Pemotongan harus benar-

benar siku dan dilanjutkan dengan pengampelasan

untuk menghaluskan permukaannya. Pengampelasan

dilakukan pada kedua permukaan bambu lamina

dengan menggunakan mesin ampelas

ebel, lantai atau desain interior dari bambu lamina

yang sudah jadi perlu dilapisi dengan bahan finishing.

Papan bambu lamina dengan susunan

bilah mendatar

Papan bambu lamina dengan susunan bilah tegak

Bahan finishing yang tersedia di pasaran mempunyai

keragaman cukup tinggi, namun demikian bahan

finishing yang digunakan untuk produk dari bambu

lamina harus sesuai dengan sifat bambu tersebut dan

film yang dihasilkan harus tahan goresan dan benturan,

tahan terhadap tumpahan air dan bahan kimia. Tahap

pererapan bahan finishing pada mebel, lantai dan

desain interior dari bambu lamina sama seperti pada

produk yang terbuat dari kayu

ejak jaman dahulu kayu jati sudah dikenal sebagai

kayu pertukangan berkualitas tinggi karena kayunya

tahan terhadap rayap (kelas awet I), mempunyai corak

penampilan yang indah dan kekuatan yang tinggi

(kelas kuat II). Papan bambu lamina (3 lapis) dari

bambu andong dan bambu mayan yang dibuat dengan

perekat urea formaldehida dan isosianat setara dengan

kayu kelas kuat II. Tergantung dari perlakuan

pendahuluan yang diterapkan, jenis perekat dan

komposisinya, jenis bahan baku, komposisi lapisan

penyusun dan kondisi pengempaan yang diterapkan,

maka papan atau balok bambu lamina yang dihasilkan

memiliki kekuatan yang setara dengan kayu kelas kuat

III sampai II. Balok bambu lamina yang lapisan

tengahnya dari kayu kelas kuat IV memiliki kekuatan

setara dengan kayu kelas kuat III. Di samping itu

permukaan papan bambu lamina yang dihasilkan

memiliki corak penampilan serat yang bagus dan unik

( ) dengan adanya buku pada bilah bambu

penyusun bambu lamina tersebut sehingga sangat

sesuai untuk bahan mebel dan desain interior yang

berkelas

engembangan industri pengolahan bambu

khususnya bambu lamina di Indonesia, jika dilakukan

dengan sungguh sungguh dapat mengurangi tekanan

terhadap hutan alarn sebagai sumber bahan baku kayu

untuk industri pengolahan kayu. Kebijakan i tersebut

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena

mereka dapat ambil bagian dalam proses produksi serta

memperoleh nilai tambah yang tinggi dari tanaman

bambu yang mereka miliki atau mereka kelola.

Pengembangan industri bambu lamina harus didukung

oleh kebijakan pemerintah, tersedianya pasokan bambu

secara berkesinambungan, sosialisasi budidaya bambu

kepada masyarakat luas khususnya bambu yang

berdiameter besar dan dindingnya tebal, alokasi lahan

untuk tanaman bambu, mesin pengolahan bambu yang

murah, dan kegiatan penelitian diarahkan untuk

meningkatkan teknologi pembuatan bambu lamina

.

S

.

P

.

C. Kualitas Bambu Lamina Tidak Kalah dengan Kayu

Utuh ( )

D. Peluang Pengembangan

solid

fancy

Page 6: WARTA - FORPRO

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Pen

gola

han

Hasi

lH

uta

n

6

Vol. 8 N0. 1. 2013

Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan

Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

mempunyai laboratorium pengujian dengan

nama Laboratorium Instrumentasi dan Proksimat

Terpadu, laboratorium tersebut memiliki beberapa

instrument/peralatan yang digunakan untuk kegiatan

penelitian di bidang teknologi pengolahan hasil hutan

diantaranya untuk identifikasi suatu komponen

maupun pengujian sifat suatu produk. Beberapa

intrument tersebut antara lain :

Mikoskop Pemindai Elektron (Scanning Electrone

Microscope/SEM-EDX) adalah jenis mikroskop

elektron yang memindai permukaan contoh dengan

menggunakan sinar elektron berenergi tinggi dalam

pola pemindai pixel. Mikroskop Pemindai Elektron

(SEM) adalah mikroskop yang menggunakan

hamburan elektron dalam membentuk bayangan

elektron yang berinteraksi dengan atom membentuk

contoh dan menghasilkan sinyal yang berisi informasi

tentang topografi permukaan contoh, EDX, serta sifat

lain seperti ukuran pori.

A. Mikroskop Pemindai Elektron (

/SEM-EDX)

Scanning Electrone

Microscope

MENGENAL BEBERAPA INSTRUMENT DI LABORATORIUM

INSTRUMENTASI DAN PROKSIMAT TERPADU

Poedji Hastoeti dan Rusty Rushelia

Mikroskop Pemindai Elektron

( /SEM)Scanning Electrone Microscope

Contoh foto dinding sel kayu

(perbesaran 350 X)

Alat ini memiliki banyak kelebihan jika di-

bandingkan dengan mikroskop cahaya. SEM

menghasilkan bayangan dengan resolusi yang tinggi,

dan pada jarak yang sangat dekat tetap dapat meng-

hasilkan perbesaran yang maksimal tanpa memecah-

kan gambar. Selain itu, persiapan contoh yang di-

lakukan relatif mudah. Kombinasi dari perbesaran

kedalaman jarak fokus, resolusi yang bagus dan

persiapan yang mudah, membuat SEM menjadi satu

dari alat-alat yang penting untuk digunakan dalam

penelitian saat ini.

Spektrofotometer merupakan suatu alat untuk

menganalisis kandungan/kadar suatu zat atau senyawa

kimia yang berdasarkan pengukuran intensitas cahaya

yang diserap oleh media, besarnya akan sebanding

dengan tebal dan kepekatan zat, sehingga setiap zat

akan memberikan intensitas yang berbeda-beda.

Masing-masing media akan memberikan panjang

gelombang tertentu tergantung pada senyawaan dan

kepekatan dari zat tersebut. Intensitas cahaya yang

dipancarkan akan dideteksi oleh detektor dan direkam

oleh suatu detektor yang saat ini telah dibuat dalam

bentuk digital sehingga hasilnya dapat langsung

diketahui, biasanya dalam bentuk transmisi (% T) atau

absorbansi (A). Alat ini bisa menganalisis antara lain

kadar gula, kadar karbohidrat/pati, kadar emisi suatu

bahan dll.

B. Spektrofotometer Sinar Ganda

Page 7: WARTA - FORPRO

7

Pen

gola

han

Hasi

lH

uta

n

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Vol. 8 N0. 1. 2013

Spektrofotometer sinar ganda

( )Double Beam Spectrophotometer

C. Pyrolysis Spektrometri Massa Kromatografi Gas

(Py-GCMS)

Pirolisis kromatografi gas spektrometri massa (Py-

GCMS) adalah metode instrumental yang me-

mungkinkan karakterisasi dari makromolekuler volatil

dan kompleks ditemukan di hampir semua materi

dalam lingkungan alam. Perbedaan dengan GCMS

(tanpa pirolisis) yaitu ada pada jenis contoh yang

dianalisa dan metode yang diperkenalkan ke sistem

GCMS Pada Py-GCMS, contoh padatan langsung

diinjeksikan ke dalam tempat contoh. Contoh padatan

yang diperlukan untuk analisa hanya beberapa mg

(atau dalam kasus material dengan kandungan karbon

organik yang tinggi, <mg) dan asli bahan alami

(misalnya tanah, sedimen, vegetasi, kayu, serangga

kutikula, rambut, dll). Contoh yang diambil di-

masukkan ke dalam ruang kuarsa dalam pirolisis unit

yang kemudian dipanaskan dalam lingkungan bebas

oksigen pada suhu yang sudah ditentukan sebelumnya

selama beberapa detik (misalnya 600°C selama 10

Pyrolysis Spektrometri Massa

Kromatografi Gas (Py-GCMS)

detik). Reaksi menghasilkan panas yang memutuskan

ikatan kimia dalam struktur makromolekuler dan

menghasilkan berat molekul rendah dengan komposisi

kimia yang mengindikasikan jenis spesifik

makromolekul (misalnya lignin, selulosa, kitin, dll).

Campuran senyawa ini kemudian masuk ke kolom

analisa GC dan GCMS berlangsung seperti biasa.

Kegunaan alat ini adalah untuk mengidentifikasi

komponen senyawa organik yang terkandung dalam

suatu bahan.

Spektroskopi difraksi sinar-X (X-Ray Diffraction/

XRD) merupakan salah satu metode karakterisasi

material yang paling tua dan paling sering digunakan

sampai sekarang. Teknik ini digunakan untuk

mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan

menentukan parameter struktur kisi serta untuk

mendapatkan ukuran partikel.

D. Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X- /

XRD)

Ray diffraction

Spektroskopi Difraksi Sinar-X

( /XRD)X-Ray Diffraction

Keuntungan utama penggunaan sinar-X dalam

karakter isas i mater ia l adalah kemampuan

penetrasinya, sebab sinar-X memiliki energi sangat

tinggi akibat panjang gelombangnya yang pendek.

Sinar ini dihasilkan dari penembakan logam dengan

elektron berenergi tinggi. Elektron ini mengalami

perlambatan saat, masuk ke dalam logam dan

menyebabkan elektron pada kulit atom logam tersebut

terpental dan membentuk kekosongan. Elektron

dengan energi yang lebih tinggi masuk ke tempat

kosong dengan memancarkan kelebihan energinya

sebagai foton sinar-X.

Page 8: WARTA - FORPRO

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Pen

gola

han

Hasi

lH

uta

n

8

Vol. 8 N0. 1. 2013

Metode difraksi sinar-X digunakan untuk

mengetahui struktur dari lapisan tipis yang terbentuk.

Contoh diletakkan pada sampel holder difraktometer

sinar-X. Proses difraksi sinar-X dimulai dengan

menyalakan difraktometer sehingga diperoleh hasil

difraksi berupa difraktogram yang menyatakan

hubungan antara sudut difraksi 20 dengan intensitas

sinar-X yang dipantulkan.

Difraksi sinar-X merupakan teknik yang digunakan

dalam karakteristik material untuk mendapatkan

informasi tentang ukuran atom dari meterial kristal

maupun nonkristal. Difraksi tergantung pada struktur

kristal dan panjang gelombangnya. Jika panjang

gelombang jauh dari ukuran atom atau konstanta kisi

kristal maka tidak akan terjadi difraksi karena sinar

akan dipantulkan sedangkan jika gelombangnya

mendekati atau lebih kecil dari ukuran atom atau kristal

maka akan terjadi peristiwa difraksi. Alat ini bisa juga

untuk mengukur sudut mikrofibril (MFA) untuk

selulosa, MFA adalah sudut yang terbentuk antara

mikrofibril selulosa dengan sumbu batang. MFA

merupakan informasi penting dalam proses

pengolahan kayu.

Diharapkan instrument/peralatan yang ada di

Laboratorium Instrumentasi dan Proksimat Terpadu

dapat membantu dan memudahkan semua orang

untuk melakukan penelitian dan mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Balai Penelitian Kimia Surabaya. 1977. Penuntun

Analisa Kolorimetri. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Aneka Industri dan Kerajinan.

Departemen Perindustrian.

Djalil, Latifah Abdul dan Nina. M. 2009. Praktikum

Kimia Terpadu. Departemen Perindustrian. Bogor.

Riandari,Dwika dan Rini.K. 2009. Analisis Proksimat.

Departemen Perindustrian. Bogor.

Stuart SA, Evans R. 1994. X-Ray Diffraction Estimation

of MicrofibrilAngle Variation in Eucalypt Increment

Cores. Di dalam : Research Report. The CRC for

Hardwood Fibre & Paper Science. University of

MelbourneAustralia.

Daftar Pustaka

1. Latar Belakang

Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan

dengan rongga dan ruas ada di batangnya. Bambu

memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah

buluh, aur, daneru. Di dunia ini bambu merupakan salah

satu tanaman dengan tingkat pertumbuhan paling

cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik,

dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24

Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan

klimatologi tempat bambu ditanam.

Bambu dapat dimanfaatkan dalam banyak hal baik

berbentuk bulat maupun belahan. Sebagai komponen

bangunan bambu banyak dijumpai dalam bentuk tiang,

balok lantai, dinding, struktur rangka, pintu, jendela,

tangga, dinding penahan tanah, perancah dan

sebagainya (Krisdianto dkk, 2003) dan Morisco (1999).

Jenis-jenis bambu yang tumbuh dan familier dengan

kehidupan masyarakat di Indonesia diantaranya

bambu betung, gombong, tali, temen, aur kuning, aur

hijau, bambu hitam dan lain-lain. Penggunaan jenis-

Rumpun bambu dan bambu bulat

jenis bambu oleh masyarakat berbeda-beda karena

dipengaruhi oleh bentuk dan panjang buku.

Masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan

bambu baik sebagai konsumsi makanan maupun

sebagan bahan konstruksi rumah seperti tiang, dinding,

atap, lantai dan lain-lain.

a. Persiapan bahan dan peralatan

Bahan yang digunakan biasanya bambu andong,

bambu hitam, bambu temen atau bambu tali tergantung

2. Pembuatan Pelupuh

Abdurahman, Endang Sudarajat, Aries Sembiring & Nuryani

TEKNOLOGI PEMBUATAN PELUPUH BAMBU

SECARA TRADISONALSECARA TRADISONAL

Pen

gola

han

Hasi

lH

uta

n

Buk

an

Kayu

Page 9: WARTA - FORPRO

9

Pen

gola

han

Hasi

lH

uta

n

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Vol. 8 N0. 1. 2013

Bambu bulat disamakan panjangnya

Dibelah

Gambar 3. Proses pembuatan pelupuh

Pelupuh yang sudah siap digunakan

penggunaan pelupuhnya, untuk penggunaan lantai

lebih banyak digunakan bambu andong. Peralatan yang

diperlukan adalah gergaji potong, golok, kapak, limas

dan meteran

b. Proses Pembuatan Pelupuh

1). Bambu sepanjang 3 m dibelah ruasnya dengan

kapak atau parang.

2). Batang bambu dikuliti menggunakan pisau raut

untuk mengeliminasi penyerutan pada saat akan

direkat.

3). Batang bambu dibelah pada satu sisi.

4). Batang bambu direntangkan

5). Sekat rongga pada ruas dan kulit dalam

dihilangkan

6). Pelupuh siap diproses lebih lanjut.

Pelupuh yang sudah siap digunakan dirapikan

sisinya dan dikeringkan secara alami. Ukuran ukuran

panjang pelupuh disesuaikan dengan tujuan

3. Pelupuh Siap Digunakan

Pelupuh sebagai lantai rumah

Pelupuh sebagai dinding rumah

penggunaannya. Untuk lantai dan dinding rumah

biasanya berukuran panjang 3-4 m, untuk panel

dinding panjangnya berkisar 90-120 cm.

Daftar Pustaka

Frick, Hein. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu,

Pengantar Konstruksi Bambu. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Krisdianto, Gimuk. S & Agus, I (2003). dari Hasil

Penelitian Rotan dan Bambu. Pusat Litbang Hasil

Hutan. Bogor.

Marico. 1999. Rekayasa Bambu. Nafiri Offset,

Yogyakarta

Yup I. 1984 Konstruksi Bambu. Penerbit Binacipta,

Jakarta

Diratakan

Page 10: WARTA - FORPRO

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

10

Vol. 8 N0. 1. 2013

Pendahuluan

Jenis-Jenis Kayu Hutan Rakyat

Kayu masih menjadi pilihan utama masyarakat

sebagai bahan baku konstruksi maupun furniture.

Dewasa ini produksi kayu nasional tidak lagi dominan

berasal dari hutan alam. Produksi kayu yang bahan

bakunya diharapkan dapat ditopang dari hutan

tanaman industri (HTI) pada kenyataannya masih jauh

dari harapan, karena banyak mengalami kendala dalam

pembangunannya. Hal ini berdampak terhadap

ketidak seimbangan jumlah kebutuhan kayu dengan

produksi kayu tersedia. Untuk menutupi kekurangan

tersebut, kebutuhan kayu di pasaran sebagian dipenuhi

dari jenis-jenis kayu yang berasal dari areal kebun dan

hutan rakyat (jenis kayu dari pohon buah-buahan

maupun non buah-buahan). Terutama di Pulau Jawa,

penjualan dan pemanfaatan kayu di kalangan

pedagang dan pengguna sudah banyak didominasi

oleh jenis-jenis kayu ini. Berdasarkan data Badan

Planologi Kehutanan (2008), kayu hutan tanaman (HTI

dan Hutan Rakyat) mulai mendominasi pasokan bahan

baku industri (58%).

Mengacu kepada UU Pokok Kehutanan No.41 tahun

1999 dan SK Menhut No.49/Kpts-II/1997, hutan rakyat

adalah hutan yang dimiliki rakyat dengan ketentuan

luas minimal 0,25 Ha dan penutupan tajuk tanaman

kayu-kayuan lebih dari 50 % dan atau pada tanaman

tahun pertama sebanyak minimal 500 tanaman. Dengan

demikian Jenis kayu hutan rakyat dapat diartikan

sebagai jenis-jenis kayu yang diperoleh atau dihasilkan

dari hutan milik rakyat. Kabupaten Ciamis (Jawa Barat)

merupakan salah satu sentra penghasil kayu rakyat

yang memiliki potensi jenis-jenis seperti johar (

), kemenyan ( ), kipare (

), trembesi ( ), waru (

), akasia ( ), lame (

), lamtoro ( ), kiara

( sp.), picung ( ), alpukat (

), rambutan ( ), nangka

( ), jengkol (

Cassia

siamea Styrax benzoin Glochidion

capitalum Samanea saman Hibiscus

similis Acacia mangium Alstonia

angustiloba Leucaena leucocephala

Pisonia Pangium edule Persea

americana Naphaleum napaceum

Artocarpus heterophyllus Pithecellobium

AndiantoPusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan,Lab. Anatomi TumbuhanE-mail : [email protected]

Kayu Hutan Rakyat :

Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu Rakyat

di Kabupaten Ciamis dan Cirebon

Kayu Hutan Rakyat :

Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu Rakyat

di Kabupaten Ciamis dan Cirebon

Kayu Hutan Rakyat :

Potret Industri Penggergajian & Penggunaan Kayu Rakyat

di Kabupaten Ciamis dan Cirebon

jiringa Parkia speciosa Gnetum gnemon

Durio zibethinus Sondaricum koecapi

Schima wallichii Pterospermum

javanicum Albizzia chinensis Hibiscus

macrophyllus Maesopsis eminii

Swietenia macrophylla

Sandoricum Albizzia

procera Santiria tomentosa Mangifera

Artocarpus heterophyllus Persea

americana Naphaleum napaceum

Pithecellobium jiringa Parkia speciosa

Gnetum gnemon Acacia

mangium

Lagerstroemia ovalifolia Alstonia

), pete ( ), melinjo ( ),

duren ( ), kecapi ( ),

puspa ( ), caruy/bayur (

), albizia ( ), tisuk (

), afrika ( ) dan mahoni

( ). Namun demikian hanya

beberapa jenis saja yang potensinya cukup melimpah,

yaitu, albizia, tisuk, caruy (bayur) dan mahoni.

Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan dan

informasi data yang diperoleh dari sumber Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis,

sebaran jenis tersebut hampir merata di 36 kecamatan di

wilayah kabupaten Ciamis.

Ketua Asosiasi Perkayuan Ciamis dan sekaligus

pemilik penggergajian yang berhasil ditemui penulis

menjelaskan bahwa beberapa jenis kayu hutan rakyat

memiliki potensi untuk digunakan sebagai kayu

pertukangan, karena memiliki kekerasan dan kekuatan

yang baik (BJ 0,7). Jenis-jenis tersebut di antaranya

seperti sentul ( sp.), ki hiang (

), laban ( ), limus ( sp.),

nangka ( ), alpokat (

), rambutan ( ), jengkol

( ), pete ( ), melinjo

( ) dan akasia/mangium (

).

Berdasarkan peta perwilayahan jenis pohon andalan

untuk rehabilitasi hutan dan lahan di Jawa Barat, jenis

kayu andalan Kabupaten Ciamis adalah sengon,

mahoni, bungur ( ), pulai (

sp.) dan jati. Jenis kayu yang banyak ditanam pada

lahan masyarakat adalah sengon, mahoni, jati, dan

caruy di samping jenis-jenis lain dalam jumlah terbatas

terutama tanaman pohon buah-buahan (nangka,

mangga, durian, rambutan dan lain-lain). Sedangkan

jenis kayu yang banyak diperjual-belikan di toko-toko

material bahan bangunan adalah sengon merah, sengon

putih dan caruy.

Industri penggergajian skala kecil di daerah

cijeunjieng (nama daerah di Kabupaten Ciamis) banyak

Industri Penggergajian Skala Kecil

Pen

gola

han

Hasi

lH

uta

n

Page 11: WARTA - FORPRO

11

Pen

gola

han

Hasi

lH

uta

n

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Vol. 8 N0. 1. 2013

menggergaji kayu jenis sengon (usia pohon 10 - 20

tahun), kemudian jenis tisuk dan caruy. Penggergajian

memasok bahan baku kayu gelondongan berdiameter

15 - 30 cm yang dibeli dari pohon berdiri milik masya-

rakat dengan harga antara 300.000 - 500.000 per pohon.

Pada beberapa usaha penggergajian masyarakat ter-

dapat upaya pengeringan kayu secara alami (dijemur),

namun tidak terlihat adanya upaya teknik pengawetan.

Produk kayu gergajian yang dihasilkan berupa kaso,

lispang, reng, balok dan papan dengan kapasitas

produksi berkisar antara 10 - 80 m per bulan. Terdapat

pula usaha penggergajian yang khusus mengolah jenis

kayu mahoni untuk suplai bahan baku mebel.

Berdasarkan informasi dari Dinas Cipta karya

Kabupaten Ciamis, kayu untuk bangunan perumahan

dikelompokkan menjadi dua, yaitu kayu teknis dan

kayu kampung. Kayu teknis terdiri atas Kelas I (kayu

dari luar Jawa) dan Kelas II (kayu lokal seperti caruy,

heras ( ), besi ( ,

johar ( ) dan manglid ( )).

Sengon sebenarnya tidak direkomendasikan sebagai

kayu pertukangan sehingga tidak termasuk kayu

teknis. Jenis kayu yang banyak dipergunakan dalam

pembangunan perumahan sederhana adalah bayur dan

sengon. Bayur biasanya digunakan untuk konstruksi

penahan beban seperti kuda-kuda dan tiang karena

kekuatan kayunya. Kayu sengon pada umumnya untuk

bahan kaso, kusen dan kadang-kadang sebagai kuda-

kuda yang dikombinasikan dengan kayu yang lebih

kuat. Sedangkan kayu tisuk juga diperuntukkan untuk

reng. Umumnya perumahan menggunakan kayu

campuran antara sengon dengan jenis yang lebih kuat

seperti caruy dan jenis kayu buah-buahan (nangka,

durian dan rambutan). Menurut sumber dari kantor

Dinas Cipta Karya Kabupaten Ciamis, selama ini belum

ada pihak yang berwenang dalam mengawasi

spesifikasi bangunan perumahan. Pengembang hanya

melibatkan pihak Dinas Cipta Karya

Ciamis apabila terdapat kasus atau komplain dari

konsumen perumahan.

Kabupaten Cirebon merupakan daerah pesisir

sekaligus kota pelabuhan yang memiliki karakteristik

3

Vitex pubescens Chaetocarpus castanocarpus)

Cassia siamea Michelia montana

Kabupaten

hutan rakyat yang berbeda. Untuk wilayah barat

kabupaten (Kecamatan Depok dan Plered), jenis kayu

yang mendominasi industri penggergajian ialah jati,

mangium dan mahoni. Sementara di wilayah timur

(Kecamatan Sedong dan Greged), jenis yang dominan

ialah jati dan sengon. Namun secara umum, wilayah

Kabupaten Cirebon didominasi oleh jenis jati dan

sengon. Di wilayah barat, jati kebanyakan disuplai dari

perhutani sedangkan di wilayah timur jati kebanyakan

disuplai dari kebun-kebun milik rakyat. Jenis kayu

sengon banyak disuplai dari luar Kabupaten Cirebon,

terutama Kabupaten Kuningan.

Kayu jati gelondongan berdiameter 10-13 cm

banyak dipakai sebagai bahan baku kerajinan mebel.

Bahan baku kayu jati yang masih relatif muda dengan

ukuran diameter kecil banyak disukai oleh masyarakat

karena harganya masih terjangkau. Namun demikian,

bila mengacu pada beberapa pendapat dan informasi

yang diperoleh, kayu jati muda rentan terhadap

serangan hama dan penyakit, sehingga termasuk jenis

inferior.

Umumnya jenis-jenis kayu yang dijual di toko

material ialah sengon, rawa dan sebagian kecil jenis

tisuk. Kayu Rawa merupakan istilah untuk jenis-jenis

campuran terutama jenis kayu buah-buahan seperti

kayu mangga, rambutan, melinjo, afrika, petai dan lain-

lain. Produk yang dijual berupa sortimen papan, balok

dan reng.

Jenis kayu yang digunakan untuk perumahan di

wilayah ini sebagian besar merupakan kayu rakyat,

namun dalam penggunaannya dipilih jenis-jenis yang

dianggap setara dengan kualitas kayu kamper

( sp.). Penggunaan kayu sendiri hanya

terbatas untuk kusen dan daun pintu atau jendela.

Sementara untuk penggunaan atap sudah digantikan

dengan baja ringan.

Pemilik dan pekerja yang ditemui baik di industri

penggergajian, toko material dan proyek bangunan

perumahan mengandalkan ciri umum seperti warna,

Dryobalanops

Kemampuan Mengenali Jenis Kayu

Tabel teknik pengenalan beberapa jenis kayu rakyat yang berlaku di masyarakat

Jenis kayu Ciri umum

Mangium Warna mirip jati , permukaan lebih kasar, banyak mata kayu, ukuran pori besar

Jati Kesan raba halus, tidak cepat terserang bubuk kayu

Nangka Warna kuning

Mahoni Warna merah

Durian Lebih lunak dibanding mahoni, bila kering berwarna merah

Sukun Warna agak kekuningan

Jengkol Warna mirip durian, bau jengkol

Petai Warna putih, bau petai

Randu Warna putih

Page 12: WARTA - FORPRO

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Pen

gola

han

Hasi

lH

uta

n

12

Vol. 8 N0. 1. 2013

Tegakan jati dan produk kayu hutan rakyat

bau, kesan raba, bentuk dan arah serat kayu dalam

mengenali jenis kayu. Contohnya seperti serat yang

kasar ditemui pada kayu bayur, warna merah dimiliki

oleh bayur dan mahoni, kayu jengkol berwarna kuning

muda.

Hasil identifikasi melalui pengamatan struktur

anatomi pada beberapa jenis contoh kayu yang diambil,

ternyata jenisnya sesuai dengan penamaan jenis kayu

yang dilakukan oleh tenaga kerja di penggergajian.

Keakuratan mengenal jenis beberapa kayu rakyat dapat

dikatakan tinggi. Kemampuan mengenal jenis-jenis

kayu rakyat diperoleh berdasarkan pengalaman selama

bertahun-tahun melihat dan mengenal ciri-ciri umum

kayu serta terjun langsung ikut menebang pohon.

Demikian halnya dengan penjual kayu pada toko

material, mereka selain memiliki pengalaman juga

mendapatkan informasi nama jenis kayu melalui

pekerja di penggergajian. Namun demikian,

pengenalan nama jenis kayu hutan rakyat umumnya

baru sebatas tingkat genus, contohnya seperti jenis

sengon (genus:Albizzia), jenis nangka (genus:

Artocarpus), jenis bayur (genus: Pterospermum).

Seperti diketahui bahwa dalam suatu genus dapat

memiliki beberapa species (jenis) yang tentunya

memiliki ciri-ciri dan sifat yang berbeda, sehingga

penamaan jenis yang dilakukan masyarakat

kemungkinan tidak tepat untuk species tertentu. Genus

yang beranggotakan sedikit (satu atau dua) species

seperti jati, melinjo, mahoni, pengenalannya bisa lebih

mudah dan tepat. Namun lain halnya dengan genus

yang memiliki jenis (species) yang banyak dan memiliki

sifat dan penampakan yang berbeda tentunya akan

menemui kesulitan dalam membedakannya. Di sisi

lain, kesulitan menentukan jenis kayu mungkin sangat

dirasakan bagi pembeli kayu yang tidak memiliki

pengalaman dalam mengenal kayu. Untuk itu perlu

dicari metode pengenalan jenis kayu yang tepat dan

mudah dipahami oleh masyarakat umum.

Potensi jenis-jenis kayu rakyat di Kabupaten Ciamis

dan Cirebon masih cukup tersedia. Beberapa industri

penggergajian skala kecil di Kabupaten Ciamis

memperlihatkan dominansi jenis kayu sengon, tisuk

dan caruy. Sedangkan di wilayah Kabupaten Cirebon

didominasi oleh jenis jati dan sengon. Industri ini rata-

rata menghasilkan berbagai jenis produk seperti kaso,

reng, balok dan papan. Penentuan jenis kayu hutan

rakyat yang dilakukan oleh tenaga kerja penggergajian

hasilnya sesuai dengan hasil identifikasi melalui

pengamatan ciri mikroskopis. Wilayah Kabupaten

Ciamis dan Cirebon dapat dijadikan salah satu

permodelan (contoh) salah satu usaha industri

penggergajian kayu berbasis bahan baku kayu hutan

rakyat di Indonesia.

Badan Planologi Kehutanan. 2008. Eksekutif Data

Strategis Kehutanan. Depertemen Kehutanan.

Keputusan Menteri Kehutanan No. 49/Kpts-II/1997

Tentang Pendanaan dan Usaha Hutan Rakyat.

Jakarta.

Undang-Undang No.41 Tahun 1999 Tentang

Kehutanan.

Andianto, N.E. Lelana, A. Ismanto, E. Sarwono, E., J.

M a l i k . 2 0 1 0 . Te k n i k P e n g e n a l a n d a n

Penyempurnaan Sifat Jenis Kayu Inferior. Laporan

H a s i l Pe n e l i t i a n . P u s a t Pe n e l i t i a n d a n

Pengembangan Hasil hutan. Bogor. Tidak

diterbitkan.

Penutup

Daftar Pustaka

Page 13: WARTA - FORPRO

13

Pem

anen

an

Hasi

lH

uta

n

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Vol. 8 N0. 1. 2013

A. Pendahuluan

B. Penyaradan Manual

Penyaradan adalah pemindahan kayu dari tempat

penebangan ketempat pengumpulan kayu sementara

(TPn) yang berada dipinggir jalan angkutan (Suhartana

., 2012). Berdasarkan hal tersebut di atas ada dua

macam teknik pemanenan/penyaradan kayu, yaitu

secara manual yang digunakan oleh perusahaan kecil

ataupun perorangan dan secara mekanis yang

digunakan oleh perusahaan besar baik swasta maupun

BUMN (Elias, 2009).

Penyaradan manual dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis yaitu : 1. Penyaradan dengan sapi, 2.

penyaradan dengan gajah, 3. penyaradan dengan

gletrek, 4. penyaradan dengan cara pikul, 5.

penyaradan dengan roda, 6. penyaradan dengan

gravitasi dan 7. penyaradan dengan tenaga kuda.

Salah satu contoh penyaradan manual, dapat dilihat

di kawasan hutan Perum Perhutani Sukabumi di BKPH

Cikawung KPH Sukabumi, tepatnya di kampung

Cikeuyeup Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.

Daerah ini memiliki kondisi lapangan yang cukup

berat karena memiliki kemiringan lebih dari 30 derajat.

Penyaradan secara manual di tempat ini dilakukan

dengan menggunakan tenaga manusia atau disebut

juga blandong, dimana setiap regunya terdiri atas 8

sampai 12 orang.

et.al

Sahro Abdul Syukur, Yayan Sugilar dan Agus Hidayat

PENYARADAN KAYU DENGAN CARA DIPIKULDI BKPH CIKAWUNG (SUKABUMI)

PENYARADAN KAYU DENGAN CARA DIPIKULDI BKPH CIKAWUNG (SUKABUMI)

PENYARADAN KAYU DENGAN CARA DIPIKULDI BKPH CIKAWUNG (SUKABUMI)

Dalam penyaradan manual di BKPH Cikawung

KPH Sukabumi, digunakan beberapa alat bantu yaitu :

bambu andong berukuran 1,30 m, tali tambang

plastik/ijuk, baji berbentuk hurup U dan roda dari kayu

(gambar 1 dan 2). Bambu andong berfungsi sebagai

tempat tumpuan para blandong dalam membawa

sortimen kayu, sedangkan tali berfungsi untuk

penghubung antara bambu dan sortimen kayu. Baji

berbentuk hurup U berguna sebagai tempat untuk

mengikatkan tali ke sortimen kayu dengan cara

ditancapkan ke kayu menggunakan palu dari kayu.

Adapun roda dari kayu berfungsi untuk memuat

sortimen kayu sehingga memudahkan para blandong

dalam membawa kayu sehingga pekerjaannya akan

lebih mudah. Cara kerja blandong dalam menyarad

kayu dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 1. Baji berbentuk hurup U

Roda dari kayu berlapis

ban karet diameter 40 cmTempat muat kayu

Gambar 2. Roda dari kayu

Page 14: WARTA - FORPRO

sedangkan prestasi kerja para blandong, dapat dihitung

dengan persamaan,yaitu :

............................................................................(2)

dimana P = Prestasi kerja (m³/jam), V = Volume (m³),

W = Waktu (jam)

Volume dihitung berdasarkan formula sebagai berikut :

V = ¼

dimana V = Volume (m³/jam) , = Nilai 22/7 (3,14) , D =

Diameter rata-rata (cm), L = Panjang rata-rata

(m)

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

14

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Pem

anen

an

Hasi

lH

uta

n

Vol. 8 N0. 1. 2013

Gambar 3. Penyaradan kayu dengan cara dipikul

Pada gambar di atas kita dapat melihat bagaimana

para blandong membawa sortimen kayu. Kayu dibawa

oleh 8 orang blandong, masing-masing di sebelah kiri

ada 4 orang dan dikanan ada 4 orang. Mengingat

keadaan lapangan yang menanjak, blandong tidak

menggunakan roda dari kayu. Roda kayu hanya

digunakan dalam keadaan tanah datar.

Para blandong bekerja dari jam 7.30 pagi sampai

dengan jam 3 siang, dengan waktu istirahat jam

9.00 sampai jam 9.30, serta jam 12.00 sampai dengan

jam 12.30 untuk makan siang. Mereka bekerja setiap

ada penebangan dilakukan atau setiap hari kecuali

hari Jumat. Para blandong mendapat upah ber-

dasarkan banyaknya kayu yang mereka pikul, semakin

banyak kayu yang mereka bawa dari tempat

penebangan ke tempat pengumpulan kayu semakin

besar upah yang diperoleh. Berdasarkan informasi

dan hasil pengamatan kami di lapangan, para

blandong mendapat upah sebesar Rp. 220.000/m³.

Pembayaran upah dilakukan setiap hari Kamis dan

Sabtu.

Secara umum, model penyaradan manual tersebut

memiliki beberapa keuntungan antara lain : a) bersifat

padat karya, b) biaya relatif murah, c) investasi awal

rendah, d) sederhana, e) tidak memerlukan tenaga

terampil, f) tahan terhadap cuaca, g) pengawasan

minimal. Meskipun demikian, penyaradan manual ini

memiliki beberapa kelemahan yaitu : a) volume kayu

yang disarad tidak terlalu banyak, b) tenaga yang

dikeluarkan terbatas, c) resiko keselamatan kerja lebih

beresiko.

Para blandong berhasil memikul kayu hasil

penjarangan berupa kayu Rasamala yang mempunyai

kisaran diameter rata-rata 21 - 44 cm dan panjang

3 - 4,5 m. Adapun volume kayu disarad perhari setiap

tim/regu blandong disajikan pada Tabel 1.

C. Prestasi Kerja Pengeluaran Kayu Manual

Tabel 1. Volume kayu yang dapat dipikul blandong perhari

No

Jumlah kayu

yang dipikul

(batang)

Panjang kayu

(m)

Diameter kayu

(cm)

Volume(m³)

1 7 3,2 4,2 25 - 32 1.59

2 4 3,3 – 4,1 39 - 42 1.88

3 10 3,3 4,4 22 - 38 3.15

4 10 3,2 – 4,5 23 - 43 3.39

5 16 2,5 – 4,5 17 - 44 2.52

6 13 3,3 – 4,5 19 - 39 4,26

7 13 3,3 – 4,5 19 - 39 4,37

Rata - rata 10,42 3,77 31,50 3,02

....................................................................(1)

Page 15: WARTA - FORPRO

15

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Pem

anen

an

Hasi

lH

uta

nVol. 8 N0. 1. 2013

Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa

rata-rata perharinya para blandong dapat menyarad

kayu secara manual sebanyak 3,02 m³, dimana setiap

regunya terdiri dari 12 orang apabila dikalikan dengan

upah seperti yang ditetapkan oleh Perum Perhutani

sebesar Rp. 220.000/m³, maka setiap orangnya akan

mendapatkan upah sebesar Rp. 55.366,- /hari.

Hasil perhitungan prestasi kerja seperti disajikan

pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa prestasi

kerja berkisar antara 0,244 - 0,672 m³/jam. Perbedaan

prestasi kerja tersebut disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain :

a. Cuaca

Apabila cuaca cerah, volume yang disarad para

blandong akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, bila

hujan volume kayu yang disarad para blandong akan

berkurang karena jalan yang dilalui licin. Aktivitas para

penebang akan berhenti apabila hari hujan, sehingga

dapat mempengaruhi hasil tebangan yang akan

diangkut ketempat penampungan kayu.

b. Jarak sarad

Semakin jauh jarak sarad semakin berkurang

volume yang didapat para blandong. Perum Perhutani

dalam memberikan harga tidak menghitung jauh dan

dekatnya jarak sarad, sehingga semakin jauh jarak

sarad akan berpengaruh pada penghasilan pihak

blandong.

c. Kondisi lapangan

Apabila jalan datar para blandong tidak ada

kesulitan dalam mengangkut kayu, tapi bila jalan yang

Tabel 2. Prestasi kerja pikul blandong di Sukabumi

No Waktu

(jam)

Volume

(m3 /hari)

Prestasi

(m /jam)3

1. 6,5 1,59 0,244

2. 6,5 1,88 0,289

3. 6,5 3,15 0,484

4. 6,5 3,39 0,521

5. 6,5 2,52 0,387

6. 6,5 4,26 0,655

7 6,5 4,37 0,672

Jumlah 21,16 3,252

Rata - rata 3,02 0,464

dilalui mempunyai kelerengan yang cukup berat dapat

menyebabkan volume yang disarad berkurang

d. Jumlah blandong

Semakin banyak jumlah blandong per regunya

maka akan semakin banyak pula volume yang didapat

perharinya.

1. Cara pengeluaraan kayu manual di KPH Sukabumi,

BKPH Cikawung, kampung Cikeuyeup dilakukan

dengan cara pikul dilakukan oleh 4 sampai 12 orang

per regu, tergantung ukuran kayu.

2. Setiap harinya, satu regu sarad dapat mengeluarkan

kayu sebanyak 3,02 m³/hari, dengan perolehan upah

Rp. 55.366 /orang/hari.

Elias, 2009. Modul 19. Penyaradan dan Pengangkutan

kayu

dan pengangkutan.

pdf. Diakses tanggal 23April 2012

Suhartana, S.,Yuniawati dan Rahmat 2012. Peningkatan

produktivitas, penurunan biaya produksi dan

penggeseran lapisan tanah atas melalui penerapan

teknik penyaradan terkontrol : kasus di KPH

Cianjur. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI 14,

tanggal 2 Nopember 2011 di University Club

Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hlm. 742-746.

MAPEKI. Bogor.

D. Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

.www.bpphp17.web.id/database/modul/

wasganis-menhut/penyaradan

Page 16: WARTA - FORPRO

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

16

Opin

i

Vol. 8 N0. 1. 2013

Tidak banyak orang yang mampu mengenal

nama/ jenis sebatang kayu yang tergeletak di

depan mata. Apalagi jika dihadapkan pada

beberapa kayu secara bersamaan. Kenampakan kayu

tersebut bisa sangat mirip satu dengan lainnya.

Kebingungan tersebut beralasan karena Indonesia

diperkirakan memiliki 4000 jenis kayu. Meskipun kita

mengenal salah satu jenis kayu yang umum seperti jati

dan mahoni, namun jika kita dihadapkan pada

kelompok kayu meranti yang terdiri dari puluhan jenis,

tentulah orang awam akan mengalami kebingungan.

Pertanyaan lainnya adalah siapa yang benar-benar

bisa memastikan jenis kayu yang bertumpuk dalam

kotener sesuai dengan dokumennya? Bisa jadi kayu-

kayu tersebut bukan merupakan kayu yang dilindungi

dan tidak boleh diperual belikan. Siapakan yang benar-

benar bisa memastikannya?

Disinilah para ahli anatomi/

berperan. Mereka melihat kayu sampai ke tingkat

susunan sel-sel penyusunnya. Para ahli anatomi

melakukan identifikasi jenis kayu secara makroskopis

dan mikroskopis. Dengan cara tersebut mereka

dapat dengan jitu memastikan jenis dari suatu

potongan kayu.

Meskipun bukan profesi dan bidang ilmu yang

popular, para ahli dan kegiatan litang anatomi kayu

tidak terkira peranannya dalam pembangunan

kehutanan. Sayangnya, profesi dan kegiatan mereka

mereka sangatlah minim dikenal masyarakat dan

pemerintah serta mendapatkan dukungan mereka.

Para ahlinya yang sangat sedikitpun terus mengalami

penurunan jumlah.

Para ahli anatomi kayu Indonesia baru saja

berkumpul di Bogor pada tanggal 3 - 4 Juni 2013.

Mereka menghadiri Diskusi Litbang Anatomi Kayu

Indonesia. Menyadari hal tersebut, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan

Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah). Mereka berasal

dari Kementrian Kehutanan (Pustekolah dan Balai

Penelitian Kehutanan di daerah), LIPI, dan berbagai

peguruan tinggi di Indonesia.

Mereka berkumpul untuk meninjau hasil capaian

penelitian selama ini dan merumuskan arah litbang

anatomi kayu ke depan dalam rangka mempercepat

penyelesaian penelitian semua jenis kayu Indonesia

dan dapat secepatnya dimanfaatkan oleh pemerintah

dan masyarakat.

wood anatomist

Hasil penelitian para ahli anatomi kayu, selama ini

telah menjadi dasar kebijakan pemanfaatan jenis-jenis

kayu di hutan alam dan pengembangan suatu jenis

kayu untuk komoditas tertentu. Hasil pengamatan

mereka bahkan menjadi fatwa dan dasar penyelesaian

sebuah perkara di pengadilan, sebuah sengketa bisnis,

sebuah keputusan ijin ekspor.

Kayu dari hutan Indonesia memiliki bermacam-

macam sifat dan karakter, seperti warna alami kayu.

Warna alami kayu bervariasi dari hitam sampai putih

pucat serta kemerahan. Karakter lain yang lebih

berperan adalah susunan pori yang sangat khas dari

tiap jenisnya. Seperti membedakan tipe wajah manusia

dengan mata lebar ataupun mata sipit begitu juga

susunan dan ukuran pori dalam setiap jenis kayu dapat

dibedakan.

Selain struktur anatomi kayu sebagai pengenal

identitas jenisnya, karakteristik seratnya juga dapat

menentukan kegunaan kayunya. Dimensi serat berupa

panjang, tebal dinding dan diameter sel nya

menentukan kegunaan suatu kayu. Semakin panjang

serat kayu, semakin bagus kualitas kertas yang

dihasilkan. Selain itu, semakin tebal dinding selnya

semakin kuat kayunya menahan beban.

Disinilah para wood anatomist berperan. Mereka

mampu menggambarkan sifat suatu jenis kayu.

Informasi yang mereka keluarkan menjadi dasar dari

pengetahuan suatu jenis kayu cocok untuk digunakan

pada tujuan tertentu. Tentu saja setelahnya, penelitian

mereka akan dilengkapi oleh hasil analisa fisik

mekanik, kimia, sifat pengerjaan, pengeringan dan

lain-lain. Namun dari informasi awal merekalah

terlihat kemanfaatan suatu jenis kayu yang bermacam-

macam tersebut. Jenis jenis kayu komersial,

dan bahkan telah mereka

teliti.

Hasil-hasil penelitian anatomi kayu di Pustekolah,

telah menjadi dasar penetapan jenis-jenis kayu

komersial dari hutan alam. Hasil-hasil penelitian

tersebut juga termuat dalam Atlas Kayu Indonesia jilid

1,2 dan 3, serta Atlas Rotan yang juga telah terbit hingga

tiga edisi. Buku-buku tersebut telah menjadi acuan

berharga para pengguna kayu dalam memilih jenis

kayu yang cocok untuk mereka.

Mengapa Kayu Indonesia Perlu Dikenali

lesser known

species, the least known species

AHLI ANATOMI KAYUAHLI ANATOMI KAYU

Indonesia Butuh

AHLI ANATOMI KAYUSujarwo Sujatmoko

Page 17: WARTA - FORPRO

dibeberapa tempat mampu mengungkap jenis dan

umur kayu yang telah menjadi arang pada rumah-

rumah jaman kerajaan yang tertimbun lava vulkanik.

Peneliti Pustekolah, Ir. Y.I. Mandang misalnya,

bersama para peneliti Laboratorium Anatomi

Pustekolah lainnya telah terbiasa mengidentifikasi

fossil-fossil kayu yang banyak ditemukan di Jawa Barat.

Mereka menemukan bahwa fossil-fossil kayu tersebut

berasal dari kayu kelapa, aren, dan .

Fakta temuan mereka tersebut menguatkan bukti

bersatunya daratan Sumatera dan Jawa pada masa lalu.

Mereka juga berhasil melakukan identifikasi kayu dari

perahu kuno dari tepian Bengawan Solo, Bojonegoro,

Jawa Timur.

Saat ini, jumlah anatomiwan kayu Indonesia

diperkirakan tidak lebih dari 100 orang saja. Jumlah

yang sangat sedikit bila kita sandingkan dengan jumlah

jenis kayu dan luas hutan di Indonesia. Regenerasi para

ahli/profesi ini juga berjalan sangat lambat. Sebagai

ilmu dasar, anatomi kayu sering dipandang sebelah

mata. Bidang ini kerap dianggap hanya menghasilkan

informasi ilmiah dasar yang hanya berguna bagi ilmu

pengetahuan itu sendiri. Padahal jika menilik cerita

sebelumnya, banyak peranan para ahli anatomi

tersebut dalam dunia terapan yang berpengaruh

terhadap kelestarian hutan dan suatu jenis kayu.

Dalam diskusi anatomi yang diselenggarakan

Pustekolah, para ahli anatomi kayu akan mendeklarasi-

kan berdirinya asosiasi anatomiwan kayu indonesia.

Wadah ini akan mengembangkan para profesional

dalam bidang anatomi kayu. Di masa yang akan datang,

Indonesia harus memiliki ahli anatomi yang profesional

dan mencukupi jumlahnya. Kecukupan para ahli ini

diperlukan untuk menggali semua 4000 jenis kayu

Indonesia. Hasil pengamatan mereka akan mendukung

pemanfaatannya secara tepat. Selain itu, mereka juga

akan terus membantu memastikan kelestarian jenis-

jenis tertentu yang dilindungi dari tangan-tangan tidak

bertanggung jawab.***

dipterocapaceae

Profesi Terbatas

Informasi lebih lanjut:Sujarwo Sujatmoko (082138252828)Email: [email protected]/Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah)

Disisi lainnya, banyak jenis-jenis kayu indonesia

yang terancam punah. Para penjual kayu terkadang

kurang peduli akan kelestarian jenis-jenis tersebut.

Meskipun dalam dokumen pengangkutan kayu jenis

yang diperdagangkan adalah kayu yang boleh

dieksploitasi, namun tak jarang dicurigai terdapat

kayu-kayu yang dilindungi.

Disini jugalah para anatomis kayu berperan dalam

memastikan jenis kayu tersebut. Dengan pengamatan

yang seksama secara makroskopis dan mikroskopis,

serta membandingkannya dengan koleksi otentik kayu

yang sudah ada, mereka dapat dengan tepat

menentukan jenis kayu yang dimuat tersebut. Sehingga

dengan hasil analisa merekalah akhirnya kayu tersebut

dapat dikonfirmasi sebagai kayu dilindungi.

Penjualnya tentu saja dapat terkena sanksi hukum

karena hal tersebut dan berhadapan dengan pengadilan

jika kayu tersebut termasuk jenis yang dilindungi

dalam daftar kayu yang sudah punah (CITES). Hasil

analisa para anatomiwan kayu ini seakan menjadi fatwa

akan kebenaran suatu jenis kayu. Tentu saja dalam

penelitiannya anatomi kayu tersebut, juga tidak lepas

dari litbang botani yang juga melakukan identifikasi

pohon secara morfologis.

Dalam catatan sejarah, para ahli anatomi kayu

Pustekolah beberapa kali membantu mengidentifikasi

jenis yang akhirnya menyelesaikan beberapa kasus

hukum. Beberapa kasus tersebut diantaranya

penyeludupan log sonokeling dan eboni melalui

pelabuhan Tanjung Priok, penyelundupan ramin dan

jenis-jenis kayu lainnya yang terdaftar dalam CITES,

kasus kayu “pacar” dari Sulawesi Tengah, penggunaan

jenis kayu yang tidak sesuai spesifikasi oleh perusahaan

konstruksi, dan pencurian kayu di Taman Nasional

Salak-Halimun. Sampai saat inipun para ahli anatomi

Pustekolah seperti Dra. Sri Ruliati, M.Sc, Andianto,

S.Hut, Listya Mustika Dewi, S.Hut, dan Dr. Krisdianto,

S.Hut. M.Sc. terus terlibat dalam identifikasi jenis kayu

untuk ekspor atas permintaan Dirjen Bea dan Cukai.

Kepastian jenis tersebut juga terkadang diperlukan

dalam sengketa yang melibatkan banyak pihak. Tidak

hanya keperluan penegakan kebijakan pemerintah,

namun terkadang sengketa antar pihak swasta yang

melakukan transaksi suatu jenis kayu.

Para anatomiawan kayu tidak hanya mampu

menganalisa satu jenis kayu yang masih tampak utuh

sebagai kayu. Hebatnya, mereka masih mampu

mengidentifikasi jenis kayu meskipun kayu tersebut

sudah berbentuk arang, bahkan fosil. Dengan teknik

yang tepat, para anatomiwan kayu tertentu dapat

mengetahui jenis kayu dan umur kayu yang menjadi

fosil. Penelitian-penelitian para anatomiwan kayu

Arang dan Fosil

17

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Opin

iVol. 8 N0. 1. 2013

Profile potongan batang kayu

Page 18: WARTA - FORPRO

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

18

Vol. 8 N0. 1. 2013

Liputa

nK

egia

tan

KNAPPPKomisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan ( ) Penelitian

dan Pengembangan (Litbang) adalah Tim Kerja dalam lingkungan Kementrian Riset dan

Teknologi, yang diketuai secara oleh Deputi Menteri Negara Riset dan Teknologi.

Dalam hal ini, KNAPPP memiliki kewenangan untuk memberikan apresiasi atas kinerja

lembaga atau badan penelitian dan pengembangan mencakup kemampuannya dalam

melaksanakan penelitian dan pengembangan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta

mutu keluaran hasil litbang.

ex officio

Secara sederhana bisa diuraikan sebagai berikut :

1. Pranata litbang mengajukan permohonan

kesekretariat KNAPPP dan mengirim dokumen

untuk di periksa kelengkapannya.

2. Jika dokumen sudah lengkap, asesor KNAPPP akan

mengakses pranata litbang bersangkutan.

3. Pembahasan hasil asesmen oleh panitia teknis.

4. Jika memenuhi syarat akan diusulkan kerapat pleno

anggota KNAPPP.

5. Jika angota KNAPPP menyetujui maka akreditasi

diberikan.

Pentingnya peningkatan kinerja dan untuk semakin

memasyarakatkan serta pengakuan akan keberadaan

Pustekolah, maka Pustekolah menargetkan tercapai

aktreditasi KNAPP tahun ini. Dalam mencapai

akreditasi ini, Pustekolah melalui SK Kepala Pusat

telah membentuk tim akreditas KNAPPP yang ber-

anggotakan 15 Orang. Anggota tim telah melakukan

3 kali pertemuan dengan hasil sudah mencapai

penyusunan panduan mutu. Semoga tim dapat

memberikan hasil maksimal dalam proses akreditasi

KNAPPP untuk Pustekolah.

Menuju Pustekolah yang Lebih Baik

R. Esa Pangersa G.

Akreditasi KNAPPPMelalui

Keberadaan KNAPPP tentunya memberikan

banyak manfaat baik bagi pemerintah, pranata

litbang, maupun khalayak umum (masyarakat

dan pihak swasta). Bagi pemerintah, akreditasi

KNAPPP ini memberikan kemudahan dalam hal

evaluasi pranata litbang, pembinaan kelembagaan,

pemeringkatan dan prioritasi, dan memilih pranata

litbang yang kompeten di bidangnya.

Bagi pranata litbang, akreditasi KNAPPP ini selain

sebagai suatu pengakuan formal juga sebagai sarana

untuk mengukur kinerja, jembatan bagi management

dan peneliti, serta nilai positif bagi sistem insentif

RISTEK. Bagi khalayak umum, akreditasi KNAPPP

dapat memudahkan masyarakat mengenali kualitas

pranata litbang dan pihak swasta, memudahkan

industri untuk memilih pranata litbang yang sesuai

dengan rencana pengembangan produknya sehingga

manfaat litbang dapat dirasakan secara nyata.

Namun dalam proses pemberian akreditasi

KNAPPP tidaklah mudah. Diperlukan usaha dalam

hal mempersiapkan segala aspek kebutuhan akreditasi.

Tentunya semua itu bukan untuk birokrasi semata

melainkan proses pembelajaran yang bertujuan untuk

menata kinerja Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan

dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) sebuah

instansi penelitian dan pengembangan. Berikut alur

proses akreditasi KNAPPP :

Tim Akreditasi KNAPPP Pustekolah

Page 19: WARTA - FORPRO

19

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Liputa

nK

egia

tan

Vol. 8 N0. 1. 2013

Beberapa Penerbit

UU No. 4 Tahun 1990

Masih Belum Aktif Implementasikan

Bandung-Pustekolah (12 Juni 2013). Badan

Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (BPKD)

Provinsi Jawa Barat menyerahkan penghargaan

tahunan kepada 12 penerbit se-Provinsi Jawa Barat

sebagai “Penerbit Aktif” dalam melaksanakan

implementasi Undang-undang Nomor 4 tahun 1990

tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam

(SS-KCKR) di Gedung Perpustakaan Deposit Provinsi

Jawa Barat di Jalan Sukarno Hatta No. 629 Bandung.

Piagam penghargaan diserahkan langsung oleh Kepala

BPKD Provinsi Jawa Barat (Enny Ratnasari Soebari, SH,

MH, CN). Acara dilangsungkan paralel dengan Temu

Wicara Undang-undang Nomor 4 tahun 1990 tentang

SSKCKR.

Penerbit yang menerima penghargaan kali ini terdiri

dari penerbit swasta, pemerintah dan PTN/PTS.

Lingkup Badan Litbang Kehutanan yang menerima

penghargaan adalah Puslitbang Keteknikan Kehutanan

dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) dan Pusat

Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) Bogor.

Penerbit lainnya yaitu; Alfabeta Bandung, Sarana Panca

Karya, Grafindo Media Pratama, Remaja Rosda Karya,

Kiblat Buku Utama, BPBI “Abiyoso”, Humas Provinsi

Jawa Barat, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran

Teknologi Pertanian, LPPM UNPAD, Fak. Seni Rupa

dan Design ITB, LPPM ITB, Fak. MIPA UNPAD dan

Aspensi.

Hadir dalam acara tersebut tidak kurang dari 60

penerbit yang merupakan perwakilan dari 162 penerbit

se-Provinsi Jawa Barat anggota IKAPI, juga hadir

pejabat struktural dan fungsional lingkup Badan PKD

Provinsi Jawa Barat, Ketua IKAPI Provinsi Jawa Barat,

Kepala Direktorat Deposit Bahan Pustaka Perpustakaan

Nasional (H.T. Syamsul Bahri), dan Kepala Biro Hukum

Setwilda Provinsi Jawa Barat.

Kepala BPKD Provinsi Jawa Barat mengharapkan

agar semua penerbit yang ada di Provinsi Jawa Barat

baik swasta maupun pemerintah untuk terus selalu

Kepala BPKD Provinsi Jawa Barat (kiri) memberikan arahan pada acara Temu Wicara

sekaligus penyerahan penghargaan “Penerbit Aktif” dalam implementasikan UU No.4./1990 di Bandung

Page 20: WARTA - FORPRO

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

20

Vol. 8 N0. 1. 2013

Liputa

nK

egia

tan

Kepala BPKD Provinsi Jawa Barat (tengah) memberikan penghargaan

kepada Pustekolah dan 11 penerbit lainnya se-Jawa Barat sebagai

“Penerbit Aktif” dalam implementasikan UU No.4 /1990 di Bandung

mengirim hasil terbitan minimal 1

buah ke Perpustakaan Deposit

Daerah. Hal ini sebagaimana

amanah UU nomor 4 tahun 1990,

dimana setiap penerbit diwajibkan

menyerahkan karya cetak/karya

rekam kepada Perpustakaan

Nasional di Jakarta sebanyak 2

eksemplar dan 1 eksemplar lagi

kepada Perpustakaan Deposit

Daerah di Bandung.

Berdasarkan hasil evaluasi

wajib serah simpan karya cetak dan

rekam oleh BPKD Provinsi Jawa

Barat sampai dengan 2012, tercatat

penerbit aktif sebanyak 199

penerbit, yang aktif menyerahkan

7 0 ( 3 5 % ) . U n t u k p e n e r b i t

pemerintah (BUMD, Puslitbang,

dll.) sejumlah 260 institusi yang

aktif 34 (13%). Untuk kategori

PTN/PTS sejumlah 376, yang aktif

23 (6%). Hal serupa disampaikan

pula oleh Direktur Deposit Bahan Pustaka

Perpustakaan Nasional (H.T. Syamsul Bahri), bahwa

pelaksanaan pengumpulan koleksi di Perpusnas juga

serupa dengan yang dialami Perpusda, yakni

prosentase serah-simpan KCKR oleh penerbit secara

nasional masih kecil. Padahal, KCKR merupakan salah

satu hasil budaya bangsa yang sangat penting dalam

menunjang pembangunan nasional, khususnya di

bidang pendidikan.

Disampaikan pula, bahwa karya-karya berharga

tersebut tentu perlu dikelola dengan baik agar jejak

rekam karya anak bangsa tersebut dapat terus

ditemukan oleh generasi selanjutnya, walaupun

penulis maupun penerbitnya sudah tidak ada lagi.

Kalau tidak, dikuatirkan rekaman peristiwa yang telah

dihasilkan oleh berbagai lembaga tersebut akan sulit

ditemukan kembali, sehingga terjadinya kehilangan

informasi. Bentuk terbitan yang wajib diserahkan

menurut UU tersebut berupa buku fiksi, buku non fiksi,

buku rujukan, karya artistik, karya ilmiah yang

dipublikasikan, majalah, surat kabar, peta, brosur, dan

karya cetak lainnya, sedangkan untuk karya rekam

adalah bentuk pita, piringan seperti film, kaset audio,

kaset video, video disk, piringan hitam, disket dan

bentuk lain sesuai dengan perkembangan teknologi.

Hal yang disayangkan adalah, meski UU Nomor 4

Tahun 1990 telah memiliki kekuatan hukum tetap, akan

tetapi tidak semua penerbit atau pengusaha rekaman

menyerahkan setiap enam bulan sekali sesuai

ketentuan. Sanksi/hukuman yang telah disiapkan pun

belum pernah diterapkan sama sekali kepada penerbit

maupun pengusaha rekaman yang lalai. Oleh

karenanya Kepala BPKD Provinsi Jawa Barat,

mengharapkan kepada yang telah menerima

penghargaan untuk terus konsisten menyerahkan

publikasinya dan yang belum aktif agar lebih aktif

menyerahkan karya cetak/rekam ke Perpustakaan

Deposit, jangan sampai menunggu sanksi UU No. 4

tahun 1990 tersebut benar-benar dijalankan. (Kiriman

Ayit T. Hidayat).

Pustekolah

Page 21: WARTA - FORPRO

21

Liputa

nK

egia

tan

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Vol. 8 N0. 1.2013

PEMASYARAKATANIPTEK PUSTEKOLAH MELALUI

EKSPOSE HASIL PENELITIAN

Tugas pokok dan fungsi Pusat Penelitian dan

Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan

Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH)

adalah melaksanakan kegiatan penelitian dan

pengembangan dibidang keteknikan kehutanan dan

pengolahan hasil hutan.

Aspek-aspek kegiatan penelitian meliputi

keteknikan dan pemungutan, pemanfaatan hasil hutan,

pengerjaan, pengolahan kimia hasil hutan dan hasil

hutan bukan kayu, yang dijabarkan dalam 5 Rencana

Penelitian Integratife (RPI) yaitu:

1. RPI Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu

2. RPI Keteknikan Kehutanan dan Pemanenan Hasil

Hutan

3. RPI Pengolahan Hasil Hutan Kayu

4. RPI Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu

5. RPI Rekayasa dan Formulasi Bahan Pembantu

Data dan informasi IPTEK hasil kegiatan penelitian,

dikemas dalam beberapa bentuk media yang telah

disediakan antara lain melalui penerbitan buku,

pameran, gelar teknologi, pelatihan, workshop,

seminar/ekspose hasil penelitian dll. Ini semua

merupakan bentuk diseminasi dalam rangka

penyebarluasan IPTEK hasil penelitian kepada para

pengguna baik itu perorangan dan secara kelompok/

organisasi dari kalangan pemerintah maupun swasta.

Bentuk pemasyarakatan IPTEK tersebut diberi

nama diseminasi hasil penelitian.

Pada tanggal 30 April 2013, bertempat di IPB

Internasional Conventional Center Bogor Pustekolah

Kepala Badan Litbang Kehutanan (Dr. Ir. R. Iman Santoso, M.Sc) sedang memberi pengarahan pada acara ekspose

telah melaksanakan diseminasi hasil penelitian berupa

ekspose hasil-hasil penelitian dan pameran dengan

mengambil tema: “

selama 1 hari. Makalah yang

disampaikan terdiri dari makalah oral dan makalah

poster makalah oral meliputi: 1 makalah ,

11 makalah utama dan makalah poster sebanyak 18

judul. Parallel dengan acara Ekspose, disela-sela waktu

istirahat persidangan melakukan kegiatan pameran

hasil IPTEK, dan presentasi makalah poster.

Untuk materi pameran terdiri dari contoh produk

dari hasil-hasil penelitian yang berasal dari Pustekolah

meliputi: contoh produk dari bambu lamina, Produk

arang dan turunannya, contoh Produk MDF, Glulam

dan publikasi hasil penelitian berupa, Jurnal Penelitian

Hasil Hutan, Forpro, Warta Hasil Hutan, Atlas Kayu

Indonesia, Atlas Rotan Indonesia, contoh Kayu

Indonesia dan beberapa hasil penelitian dari Balai

Penelitian Kehutanan Teknologi Serat Kuok berupa

madu dan turunannya.

Makalah yang disampaikan sebagai berikut:

1. “ ” kebijakan nasional industri agro

menuju revitalisasi industri kehutanan”. Oleh Ir.

Arya Warga Dalam, MA, Direktur Industri Hasil

Hutan dan Perkebunan, Ditjen Industri Agro,

Kementerian Perindustrian.

Teknologi Peningkatan Nilai

Tambah Hasil Hutan”

Keynote Speech

Keynote Speech

A. Makalah Oral, terdiri dari:

Page 22: WARTA - FORPRO

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Vol. 8 N0. 1.2013

Liputa

nK

egia

tan

22

2. Teknologi Pengawetan Kayu Alternatif untuk Bahan

Bangunan Kelautan oleh Drs. M. Muslich, M.Sc dan

Dra. Sri Rulliaty, M.Sc.

3. Analisis Teknis dan Finansial Mesin Pengering Kayu

Sistem Panas Tungku untuk Usaha Kecil, Ir. Efrida

Basri, M.Sc, Drs.Ahmad Supriadi, MM dan Rahmat

4. Pemanfaatan Kayu Trembesi untuk Furniture

dengan Teknologi Laminasi, Abdurachman, ST, dan

Jamaludin Malik, S.Hut, M.Sc

5. Pemanfaatan Ekstak Cair Limbah Kayu Merbau

sebagai Bahan Perekat Balok Lamina, Prof. Dr. Drs.

Adi Santoso, M.Si

6. Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Pelepah Nipah

dan Sabut Kelapa untuk Papan Serat Berkerapatan

Sedang Menggunakan Perekat Terbarukan TF, Dr.

Han Roliadi, M.Sc, Dian Anggraini, S.Hut, MM,

Rossi Margareth T, M.Si, Prof. Dr. Gustan Pari, M.Si

7. Teknologi Glulam untuk Pembuatan Komponen

Kapal, Ir. Nurwati Hadjib, MS, Drs. M. Muslich,

M.Sc

8. Potensi Ekonomi Limbah Kayu Pinus Bekas

Sadapan dan Diskursus Pengelolaan Tegakan Pinus

sebagai Penghasil Getah, Ir. Soenarno, M.Si,

Wesman Endom, M.Sc, Dr. Maman M. Idris, M.S

dan Prof. Ir. Dulsalam, MM

9. Teknik Pembuatan Dekstrin secara Enzimatis dari

Tepung Buah Sukun, Drs. D. Martono

10. Potensi Pemanfaatan untuk

Produk Kosmetik dan Obat oleh Gunawan Pasaribu,

Dryobalanops aromatic

M.Sc, Drs. Gusmailina, M.Si, Dra. Sri Komarayati

dan Dra. Zulnely

11. Pembuatan Vernis dari Damar Batu, R. Esa Pangersa

G, S.Hut, Dra. Zulnely dan Erik Dahlian

12. Bambu komposit sebagai material alternatif

pensubstitusi kayu pertukangan berkualitas, Ir. IM.

Sulastiningsih, M.Si & Prof. Dr.Adi Santoso

1. Teknologi Kayu Laminasi Mendukung Produk-

tivitas Kayu Rakyat, Abdurachman dan Nurwati

Hadjib

2. Pemanenan Kayu Ramah Lingkungan di Hutan

Tanaman Rawa Gambut di Sumatera dan

Kalimantan, Sona Suhartana & Yuniawati

3. Pemahaman Keselamatan dan Kesehatan Kerja

pada Pemanenan Kayu di Satu Perusahaan Hutan di

Jambi, Yuniawati & Sona Suhartana

4. Pemanfaatan Limbah Penggergajian Menjadi

Produk Cinderamata dalam Menunjang Industri

Kreatif oleh Achmad Supriadi

5. Sumber-Sumber Bahan Pengawet Kayu Nabati

dalam Mendukung Industri Kreatif, Agus Ismanto

danAchmad Supriadi

6. Jernang ( Berpotensi sebagai

Antioksidan dan Koagulan, Totok K. Waluyo dan

Gunawan Pasaribu

7. Sistem Kabel Layang untuk Pengeluaran Kayu pada

Topografi Sulit, Wesman Endom, Soenarno dan

B. Makalah Poster, terdiri dari:

Dragon's Blood)

Kepala Pustekolah (Dr. Ir. I. B. Putera Parthama, M.Sc) sedang memberikan sambutan pada acara ekspose

Page 23: WARTA - FORPRO

Maman Mansyur Idris

8. Stimulasi berbahan Dasar Hayati untuk

Penyadapan Pohon Pinus, Sukadaryati dan

Dulsalam

9. Kerusakan Tegakan Tinggal Pohon Akibat

Penyaradan kayu pada areal Tebang Pilih Tanam

Indonesia Intensif (TPTII) di PT Gunung Meranti

Kalimantan Tengah, Dulsalam, Sukadaryati dan

Sona Suhartana

10. Teknologi Sederhana untuk Perbaikan Mutu Madu

Hutan dan Pelestarian Lebah Apisdorsata di

Provinsi Riau, Avry Pribadi dan Purnomo

11. Teknologi Pengolahan Nata Pinata untuk

Peningkatan ragam Produk dan Nilai Ekonomi Nira

Aren, Mody Lempang

12. Sifat Dasar dan Kegunaan Jenis Kayu Alternatif

Jabon ( Miq.), Rimma

Risnanda.

Anthocephalus cadamba

13. Kajian Potensi Pasar Suplay Demand dan

Trend Kertas Khusus Perangko dan Materai,

Febriyanti Kurniasih.

14. Pembuatan Papan Serat dari Kayu Jabon

( A.Rich) dan Gerunggang

( BL) oleh Agus Wahyudi, Edi

Nurohman dan Eko Sutrisno

15. Teknik Pembuatan Kompos dan Pupuk Ramah

Lingkungan dari Limbah Industri Pulp, Siti

Wahyuningsih

16. Pola Agroforestry pada Jabon untuk Meningkatkan

Nilai Tambah Hutan Rakyat Penghasil Kayu Pulp,

Syofia RacmaYanti

17. Karakteristik Komposit Kayu Palstik Bermatrik

Polypropilena dari Jenis Kayu Jabon oleh Yenni

Apriyani Tulus Swasonoso, Eko Sutrisno dan Fitri

Windra Sari

18. Usaha Pembuatan EGG Tray Berbahan Dasar

Limbah Kertas Industri, Febriyanti Kurniasih

Anthochephaus cadamba

Cratocsilon arthorescens

23

Liputa

nK

egia

tan

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Vol. 8 N0. 1.2013

Penyaji makalah: Ir. Sunarno, M.Si (kiri), Prof. Dr. Adi Santoso, M.Si (ke dua dari kiri),

(Prof. Dr. Yusuf S. Hadi sebagai moderator (tengah),

Ir. Nurwati Hadjib, M.Sc (ke dua dari kanan), Dr. Han Roliadi, MS, M.Sc (kanan)

C. Peserta

Peserta Ekspose berjumlah ± 150 orang berasal dari

Instansi Kehutanan, Perguruan Tinggi, Pemerintah

Daerah, Pengusaha Perkayuan, Lembaga Penelitian,

Asosiasi, LSM, dll.

Dengan terselenggaranya diseminasi hasil

penelitian Pustekolah ini diharapkan dapat meng-

hasilkan rumusan yang konstruktif dan memberikan

sumbangan pikiran dan alternatif untuk jalan keluar

dari permasalahan permasalah yang dihadapi dalam

pengelolaan produksi hasil hutan. Khususnya input

teknologi pengolahan hasil hutan dalam neningkatkan

nilai tambah.

Page 24: WARTA - FORPRO

WWARTAARTAHASIL HUTANHASIL HUTANHASIL HUTAN

Liputa

nK

egia

tan

24

Vol. 8 N0. 1.2013

Makalah poster

Materi pameran ekspose

Suasana persidangan di ruangan ekspose

D. Pameran

Materi pameran yang ditampilkan dalam

rangka Ekspose Hasil Penelitian berupa contoh

produk kayu dn non kayu dan beberapa publikasi

hasil penelitian terbitan Pustekolah (Kiriman:

Juli Jajuli, Deden Nurhayadi dan Dede Rustandi)