Forestry Research Institute of Kupang (Forist) Warta Cendana Balai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VI No.2 November 2013 KURA-KURA LEHER ULAR ROTE Telaah Burung Feral di Kupang | FOKUS | PEMANFAATAN MANGROVE Oleh Masyarakat di Nusa Tenggara Timur RESENSI : Conserving Biodiversity in Arid Regions : Best Practices in Developing Nations EVALUASI HUTAN KEMASYARAKATAN EKS. PERUM PERHUTANI DI KABUPATEN KUPANG
32
Embed
Warta Cendana Edisi VI No.2 2013 - BALAI PENELITIAN DAN ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Forestry Research Institute of Kupang (Forist)
WartaCendanaBalai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VI No.2
November 2013
KURA-KURALEHER ULARROTE
Telaah Burung Feral
di Kupang
| FOKUS |
PEMANFAATAN MANGROVE Oleh Masyarakat di Nusa Tenggara Timur
RESENSI :Conserving Biodiversity in Arid Regions :Best Practices in Developing Nations
EVALUASI HUTAN KEMASYARAKATAN EKS. PERUM PERHUTANI DI KABUPATEN KUPANG
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN KUPANG | FORESTRY RESEARCH INSTITUTE OH KUPANG
Dewan Redaksi Sekretaris Redaksi
PENERBIT
Balai Penelitian Kehutanan Kupang Jln Untung Suropati No 7 B. Kupang
merupakan majalah ilmiah poluler Balai Peneleitian Kehutanan Kupang yang diterbitkan 3 kali dalam satu tahun, berisikan tema rehabilitasi
hutan dan lahan, konservasi, sosial ekonomi, ekowisata, lingkungan, HHBK, managemen, hukum
kelembagaan, kebijakan publik dan lain-lain. www.foristkupang.org
Redaksi menerima sumbangan artikel sesuai tema terkait, Tim Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mngubah isi materi tulisan, Tulisan dapa dikirim melalui email ke [email protected]
DAFTAR ISI
SEKAPUR SIRIHMenuju penghujung akhir tahun, Karyawan/ti Balai Penelitian Kehutanan Kupang berhasil mengukir
prestasi pada bidangnya masing-masing. Sepanjang paruh kedua tahun 2013 tercatat sejumlah torehan
prestasi diantaranya: Rattahpinnusa H Handisa, S.Sos terpilih menjadi juara 1 Pustakawan Berprestasi
Terbaik Tingkat Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013, Oki Hidayat, S.Hut berhasil masuk 3 besar
lulusan terbaik Diklat Calon Peneliti Angkatan II yang diselenggarkan oleh Pusdiklat Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Hal tersebut seolah mengikis pameo LIBANG sebagai Akronim suLIT
berkemBANG. Terbangunnya iklim kompetisi yang positif di Balai Penelitian Kehutanan Kupang patut
disyukuri karena hal ini akan semakin mendorong para karyawan/ti untuk berinovasi dibidangnya
masing-masing.
Pembaca yang Budiman, Majalah Warta Cendana pada edisi ini mengangkat topic tentang potensi
keanekaragaman hayati endemic Nusa Tenggara Timur. Selama ini kita hanya mengenal Komodo sebagai
satwa khas bumi Flobamora. Namun NTT sebagai New Treasure Teritory menyimpan kekayaan hayati
yang tak ternilai. Patut kita sadari bersama bahwa potensi tersebut perlu di eksplorasi. Pantas kiranya
jika kami sajikan sejumlah artikel yang terkait dengan topic tersebut. Semoga artikel yang berjudul: Kura-
kura Leher Ular, Telaah awal burung Feral akan semakin menambah wawasan kita..
Semoga sajian informasi tersebut dapat memenuhi rasa keingintahuan pembaca. Tak lupa kami
mengundang para pembaca untuk mengirimkan artikelnya. Maupun memberikan masukan, kritik dan
sarannya. Sehingga warta cendana yang hadir ditengah-tengah kita dapat semakin eksis.
| FOKUS | | RAGAM | | PERISTIWA |
Kura-Kura Leher UlarRote
h.1oleh: Kayat
Telaah AwalKeberadaan Burung Feral di Kupang
h.5Oleh : Oki Hidadat
Conserving Biodiversity In Arid Regions: Best Practices in Developing Nations
Pemanfaatan Mangrove Oleh Masyarakat Di Nusa Tenggara Timur
h.9Oleh : M. Hidayatullah
Evaluasi Hutan Kemasyarakatan Eks. Perum Perhutani di Kabupaten Kupang
h.16Oleh : Dani Pamungkas
| GALERI |h.24
| KILAS BERITA |
h.26
PENDAHULUAN disadari bahwa spesies endemik ini
Kura-kura leher ular rote (Chelodina berada di ujung kepunahan.
mccordi Rhodin, 1994) termasuk satwa Berdasarkan kriteria generik pada
liar yang bernilai ekonomi sehingga P e r a t u r a n M e n t e r i Ke h u t a n a n
terjadi penangkapan yang terus-menerus No.P.57/Menhut-II/2008 tentang Arahan
yang menyebabkan populas inya Strategis Konservasi Spesies
menurun (Shepherd dan Bonggi, 2005). Nasional 2008-2018, kriteria yang
rote dideskripsikan diterapkan secara umum kepada semua
tahun 1994 oleh Anders G.J. Rhodin kelompok taksa flora dan fauna, yang
sebagai spesies endemik Pulau Rote Nusa meliputi 5 kriteria yaitu (1) Endemisitas,
Tenggara Timur (NTT), Indonesia. (2) Status populasi, (3) Kondisi habitat, (4)
Dikatakan demikian karena satwa ini Ke te rancaman , dan (5 ) S ta tus
hanya ditemukan di Pulau Rote, dan tidak pengelolaan spesies, kura-kura leher ular
ditemukan di belahan bumi yang lainnya. rote memiliki bobot penilaian spesies
(Shepherd dan Bonggi, 2005). prioritas paling tinggi pada kelompok
Pada tahun 1970an satwa ini herpetofauna, yaitu 100. Artinya kura-
banyak sekali ditemukan di Pulau Rote. kura leher ular rote termasuk spesies
Namun tahun 1997 sampai 2001 kuota dengan daerah penyebaran yang sangat
ekspor ditetapkan untuk spesies ini, dan terbatas; status populasi merupakan
dalam kurun waktu tersebut 259 ekor spesies yang di alam memiliki jumlah
kura-kura leher ular rote secara legal individu yang kecil; habitat yang sesuai
diekspor dari Indonesia. Namun karena hampir habis (habitat khusus); termasuk
banyak kegiatan eksploitasi ilegal yang spesies yang banyak ditangkap/diburu
mencapai ratusan bahkan ribuan ekor, s e c a r a b e s a r - b e s a r a n u n t u k
maka sejak tahun 2002 kuota bagi kura- diperdagangkan; dan termasuk spesies
kura leher ular rote dikurangi hingga yang belum memperoleh perhatian cukup
mencapai 0 (nol) oleh PHKA, karena dari sisi pengelolaan (Dephut, 2008).
Kura-kura leher ular
1Edisi VI No.2 November 2013
| FO
KUS
|
oleh: Kayat
KURA-KURALEHER ULARROTESALAH SATU SATWA ENDEMIK NUSA TENGGARA TIMUR
2 Edisi VI No.2 November 2013
PEMBAHASAN memanfaatkan sumberdaya alam untuk
Kura-kura leher ular rote merupakan kelangsungan hidupnya. Pemanfaatan
satwa endemik pada beberapa lokasi di yang dilakukan tanpa upaya untuk
Pulau Rote (Provinsi NTT), populasi melestarikan kelangsungan hidup jenis
berkurang drastis karena pencemaran yang dimanfaatkan tentunya akan
perairan di darat dan perdagangan untuk berdampak negatif bagi jenis fauna
hewan peliharaan. Laporan terakhir tersebut seperti kura-kura leher ular rote.
menyatakan bahwa hewan ini sudah tidak Penurunan populasi suatu jenis selain
ditemukan lagi di habitat aslinya. karena eksploitasi yang berlebihan juga
Dikategorikan CR pada IUCN dan dikarenakan kerusakan habitat.
Apendiks II CITES. Diajukan untuk Berdasarkan hasil wawancara
dilindungi. Untuk melindungi kura-kura dengan petugas dari Dinas Pertanian,
berleher ular itu, Dirjen Perlindungan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) juga Rote Ndao serta beberapa masyarakat
bekerja sama dengan Lembaga Ilmu lokal, diperoleh informasi bahwa
Pengetahuan Indonesia (LIPI), sebagai beberapa danau yang pernah menjadi
Otoritas Ilmiah CITES (Konvensi Mengenai habitat kura-kura leher ular di Kabupaten
Perdagangan Internasional terhadap Rote Ndao diantaranya adalah :
Species Satwa dan Tumbuhan Dilindungi) 1. Kecamatan Rote Tengah : Danau Peto
di Indonesia, untuk memasukkan kura- dan Danau Manute
kura berleher ular dari Pulau Roti ke dalam 2. Kecamatan Rote Selatan : Danau Seda
daftar spesies yang dilindungi penuh. 3. Kecamatan Lobalain : Danau Holoama
Menurunnya populasi suatu jenis dan mata air Lelain
fauna di alam lebih banyak diakibatkan 4. Kecamatan Rote Barat Daya: Danau Tua
o l e h a k t i v i t a s m a n u s i a d a l a m dan Danau Ana
5. Kecamatan Rote Barat Laut: Danau
Lenggu, Danau Naluk
6. Kecamatan Rote Barat : Danau Hela
7. Kecamatan Rote Timur : Danau Oendui,
Danau Ina, Danau Ledulu
Hasil survei menunjukkan bahwa
sebaran danau habitat kura-kura leher
ular rote, baik yang masih sesuai maupun
yang sudah tidak sesuai lagi disajikan
pada Gambar 1. di samping.
Hasil wawancara dengan seorang
pengumpul kura-kura leher ular rote di
Ba'a diperoleh informasi bahwa usahanya
dimulai dari tahun 1988, saat itu kura-
kura leher ular dewasa dijual dengan
harga Rp 1.500. Dalam seminggu bisa
dilakukan 2 kali pengiriman per minggu ke
3Edisi VI No.2 November 2013
Kupang dengan jumlah 100 ekor per perjumpaan langsung dengan satwa
minggu. Tahun 1988-1990an merupakan tersebut, namun menurut informasi dari
masa puncak perdagangan kura-kura masyarakat setempat bahwa di 2 danau
leher ular rote karena pada masa itu tersebut masih sering dijumpai kura-kura
hewan ini masih sangat mudah dijumpai leher ular rote. Untuk itu apabila kita
sehingga banyak orang yang menangkap serius ingin mengkonservasi kura-kura
dan menjualnya. Pada tahun 2004 leher ular rote yang masih tersisa agar
pengumpul tersebut menjual 7 ekor induk tidak punah, maka pihak Pemerintah
kura-kura leher ular rote dengan harga Rp bekerjasama dengan masyarakat harus
1.500.000/ekor. Transaksi tersebut melindungi kedua danau tersebut.
m e r u p a ka n y a n g t e r a k h i r ka l i Penetapan kedua danau tersebut menjadi
dilakukannya. kawasan yang dilindungi dan/atau
Berdasarkan hasil observasi dari dengan memberlakukan hukum adat
beberapa danau yang dulu diidentifikasi yang ketat merupakan salah satu
sebagai habitat kura-kura leher ular rote, alternatif solusi yang bisa diambil.
ada beberapa kriteria yang menandakan Perbandingan kondisi danau yang
bahwa danau yang disurvei tersebut masih sesuai sebagai habitat kura-kura
masih layak sebagai habitatnya, leher ular rote dengan yang sudah tidak
diantaranya adalah (1) Baik sebagian atau sesuai lagi dapat dilihat pada Gambar 2 di
seluruh badan danau masih ditumbuhi balik halaman ini.
oleh berbagai jenis tumbuhan, mulai
tingkat semai sampai pohon; (2) Banyak
jenis tumbuhan air yang tumbuh di dalam
maupun di permukaan danau; (3) masih
ditemukanan hewan air sebagai pakan
alami kura-kura leher ular rote, seperti
ikan, anak katak, dan hewan air lainnya;
(4) Akses dari rumah atau perkampungan
cukup jauh sehingga interaksi masyarakat
dengan danau sangat minim; (5) Ada
aturan/hukum adat yang mengatur
berbagai aktivitas masyarakat yang
berkaitan dengan danau seperti
hukuman/denda apabila melakukan
aktivitas berikut : memanen ikan,
mengambil kayu dan aktivitas lainnya
yang mengganggu kelestarian lingkungan
danau.
Hasil survei menunjukkan bahwa
dari 11 danau yang diobservasi hanya
tinggal 2 danau yang masih layak sebagai
habitat kura-kura leher ular rote, yaitu
Danau Peto dan Ledulu. Walaupun hasil
i n v e n t a r i s a s i t i d a k d i t e m u k a n
Reptillovers.blogspot.com
TAXONOMY Chelodina mccordi 1.1 Class : Reptilia 1.2 Order : Testudines (Chelonia) 1.3 Family : Chelidae 1.4 Species : Chelodina mccordi Rhodin, 1994 1.5 Scientific synonyms: None. The species was previously considered an isolated population of Chelodina novaeguineae Boulenger, 1888 (see Wermuth and Mertens, 1961 [1996], de Rooij 1915, Rhodin, 1994). 1.6 Common names: English: Roti snake-necked Sumber: http://www.cites.org/common/cop/13/
4 Edisi VI No.2 November 2013
Selain usaha konservasi in-situ Rote
tersebut di atas, perlu juga usaha Hasil survei menunjukkan dari danau-danau yang masih ada, hanya konservasi secara ek-situ melalui Danau Peto dan Danau Ledulu yang masih penangkaran kura-kura leher ular rote. cocok sebagai habitat dan masih
Saat ini Balai Penelitian Kehutanan (BPK) ditemukan kura-kura leher ular rote, Ku p a n g s u d a h m u l a i m e n c o b a sedangkan danau lainnya sudah tidak menangkarkan kura-kura leher ular rote di cocok lagi.
Stasiun Penelitian Oelsonbai. Diharapkan
apabila penangkarannya sudah berhasil DAFTAR PUSTAKA
memperbanyak kura-kura leher ular rote, Anonimous. 2006. Kura-Kura Leher Ular Pulau Roti Terancam Punah. Diakses sebagiannya bisa dikembalikan ke habitat dari Internet pada tanggal 13 April aslinya, seperti yang sudah dilakukan oleh 2010
Menteri Kehutanan yang bekerjasama Dephut. 2008. Peraturan Menteri
dengan PT. Alam Nusantara (Alnusa) Kehutanan No.P.57/Menhut-II/2008 Jayatama pada tanggal 16 Juli 2009 tentang Arahan Strategis Konservasi melepasliarkan kura-kura leher ular rote Spesies Nasional 2008-2018. Jakarta.
sebanyak 40 ekor ke Danau Peto di Pulau
Gambar 2. Perbandingan antara danau yang masih layak sebagai habitatkura-kura leher ular rote
Danau LeduluKondisi Danau Peto dan Ledulu yang masih cocok sebagai habitat kura-kura leher ular rote
Danau OenduiKondisi Danau Ina dan Oendui yang sudah tidak cocok lagi sebagai habitat kura-kura leher ular
5Edisi VI No.2 November 2013
| FO
KUS
|
Telaah AwalKeberadaan
Burung Feral di Kupang
Oleh : Oki Hidayat
PENDAHULUAN kesehatan manusia, pada tingkat
Burung feral diartikan sebagai ekosistem, individu maupun genetik.
jenis burung dari luar (asing) yang Invasi IAS merupakan ancaman utama
diintroduksi, dalam pengertian lain jenis t e r h a d a p e k o s i s t e m d a n
burung lepasan (lepas dari peliharaan) keanekaragaman hayati. Pengaruh IAS
kemudian berkembangbiak secara terhadap spesies lokal dan ekosistem
alami di alam. Burung-burung tersebut sangat beragam. Biasanya bersifat
bukan merupakan jenis alami setempat, tetap (irreversible). Dampak invasi IAS
sehingga keberadaannya dapat terkadang sangat besar. Spesies-
membawa pengaruh ekologis. Secara spesies yang diintoduksikan seringkali
umum keberadaan jenis asing atau jenis menjadi pemangsa, mengalahkan
pendatang tersebut dikenal dengan pertumbuhan, menginfeksi atau
istilah Invasive Alien Spesies (IAS). menjadi vektor penyakit, berkompetisi,
Berdasarkan IAS Indonesia, sampai
tahun 2002 terdapat 36 jenis spesies
asing invasif di Indonesia, enam di
antaranya merupakan jenis-jenis yang
masuk dalam daftar IAS yang
dikeluarkan oleh ISSG (Invasive Spesies
Specialist Group).
Menurut CBD-UNEP definisi IAS
adalah spesies yang diintroduksi baik
secara sengaja maupun tidak disengaja
dari luar habitat alaminya. Bisa pada
tingkat spesies, subspesies, varietas
dan bangsa. Meliputi organisme utuh,
bagian-bagian tubuh, gamet, benih,
telur maupun propagul yang mampu
hidup dan bereproduksi pada habitat
barunya. Yang kemudian menjadi
ancaman bagi biodiversitas, ekosistem,
pertanian, sosial ekonomi maupun
6 Edisi VI No.2 November 2013
menyerang, bahkan berhibridisasi di Sulawesi dan Lombok, Kerak kerbau di
dengan spesies lokal (Kristanto, 2012). Sulawesi. Sedangkan dalam buku
Panduan Lapangan Burung-burung di
PEMBAHASAN Kawasan Wallacea, tercatat Cucak
Tidak banyak catatan mengenai kutilang tersebar di Sulawesi, Merbah
jenis burung feral di Kupang, hingga cerukcuk di Sulawesi dan Lombok, Kerak
saat ini belum ada literatur ilmiah resmi kerbau di Sulawesi, Sumba dan Flores.
di dalam jurnal kapan pertama kali Karena belum adanya tulisan
burung feral tercatat di Kupang. i l m i a h y a n g m e n g ko n f i r m a s i
Beberapa catatan merupakan laporan keberadaan burung feral di Kupang,
birdtour yang hanya mencatat maka untuk memperkirakan catatan
pertemuan jenis. Di Kupang tercatat tiga pertama burung feral dilakukan dengan
jenis burung feral, yaitu Cucak Kutilang menelusuri beberapa Birdtour report.
(Pycnonotus aurigaster), Merbah Berdasarkan penelusuran catatan di
cerukcuk (Pycnonotus goiavier) dan Birdtour report, catatan pertama burung
Kerak kerbau f e r a l d i
(Acridotheres k u p a n g
c i n e r e u s ) . diperkirakan
Jenis tersebut pada bulan
d i t e t a p k a n J u l i 2 0 0 6
berdasarkan untuk jenis
k o f i r m a s i C u c a k
b e b e r a p a k u t i l a n g .
l i t e r a t u r Untuk jenis
b u r u n g d i Kerak kerbau
Timor yang pada bulan
tidak pernah S e p t e m b e r
mencantumk 2 0 1 1 ,
a n j e n i s s e d a n g k a n
t e r s e b u t M e r b a h
dalam daftar c e r u k c u k
burung/annot tercatat pada
ated list (Tabel J u n i 2 0 1 2 .
1). Namun untuk
D i jenis Merbah
dalam tiga literatur utama di atas cerukcuk penulis menemukan pertama
mengenai burung di Timor, tidak ada kali jenis ini di kupang pada tanggal 13
yang mencatat keberadaan tiga spesies April 2012. Catatan ini diperkuat dengan
burung feral di Timor. Dalam buku The bukti foto (Gambar 1). Cucak kutilang
Bird of Wallacea, tercatat Cucak kutilang dan Merbah cerukcuk termasuk ke
tersebar di Sulawesi, Merbah cerukcuk dalam famili Pycnonotidae (burung
7Edisi VI No.2 November 2013
cucak-cucakan), di Pulau Jawa dan Bali introduksi ke Sulawesi.
jenis ini merupakan jenis yang tersebar Kerak kerbau termasuk ke dalam
paling luas dan umum. Cucak kutilang famili Sturnidae (burung jalak-jalakan).
hidup dalam kelompok yang aktif dan Secara global tersebar di Asia timur,
ribut, lebih menyukai pepohonan Asia tenggara (kecuali Semenanjung
terbuka atau habitat bersemak di Ma lays i a ) , Su lawes i , Sumat ra
pinggir hutan, tumbuhan sekunder, (Introduksi), Jawa dan Bali. Hidup dalam
taman, dan pekarangan bahkan kota kelompok kecil atau besar. Sebagian
besar. Tersebar secara global mulai dari besar mencari makan di atas tanah,
Cina selatan, Aisa tenggara (kecuali lapangan rumput dan sawah. Sering
Semenajung Malaysia), dan Jawa. hinggap di atas atau di dekat sapi dan
Diintroduksi ke Sumatera dan Sulawesi kerbau, menangkap serangga yang
Selatan, baru-baru ini mencapai terhalau (MacKinnon et al., 2010).
Kalimantan Selatan (MacKinnon et al., Beberapa kurator menuliskan Kerak
2010) . Di Pulau Jawa, karena kerbau sebagai Acridotheres Javanicus,
populasinya yang cukup melimpah di namun Coates dan Bishop (1997)
perkotaan jenis ini dikenal sebagai menuliskannya sebagai Acridotheres
"burung sejuta umat". cinereus.
Sama seperti kerabatnya Cucak Burung feral yang paling mudah
kutilang, MacKinnon et al. (2010) dijumpai di kota kupang adalah Cucak
menyebutkan bahwa Merbah cerukcuk kutilang. Jenis ini biasa dijumpai di
juga hidup secara berkelompok, sering pemukiman dan taman kota. Beberapa
berbaur dengan jenis cucak-cacakan kali terlihat di Taman Nostalgia dan
lain, berkumpul beramai-ramai di bermain di jalur hijau Jalan Frans Seda.
tempat bertengger. Menyukai habitat Di Kampus Undana juga mudah
terbuka, tumbuhan sekunder, tepi jalan dijumpai, hidup dalam kelompok kecil.
dan kebun. Menghabiskan waktu lebih Untuk jen i s Merbah ce rukcuk
lama untuk makan di atas tanah berdasarkan pengamatan hanya
daripada cucak- d i j u m p a i d i
cucakan jenis daerah Kayu
lain. Tersebar Putih. Jenis ini
secara global di cukup jarang
Asia tenggara, di jumpai dan
F i l i p i n a , biasanya hanya
Semenanjung satu atau dua
Malaysia, Sunda individu yang
B e s a r d a n t e r a m a t i .
L o m b o k . D i Burung fera l
Gambar 1. Merbah cerukcuk, Cucak kutilang, Kerak kerbau
8 Edisi VI No.2 November 2013
DAFTAR PUSTAKA yang hidup dalam kelompok besar di
Coates, B.J., Bishop, K.D. dan Gardner, D. Kupang yaitu Kerak kerbau. Satu 1997. A Guide to the Birds of Wallacea : kelompok besar berjumlah sekitar 50 Sulawesi, the Mollucas and Lesser individu hidup di Hutan Mangrove Sunda Island. Indonesia. Dove Oesapa (Teluk Kupang). Hutan kecil Publication, Australia. yang terisolasi ini menjadi habitat yang
Eaton, J. 2006. Lesser Sundas, Indonesia nyaman bagi burung tersebut. Pernah and Post-tour Extension to West Java teramati turun ke pantai untuk mencari 16th – 29th /31st July 2006. kerang, siput dan hewan kecil lainnya BirdtourAsia, England. sebagai makanan. Sangat berbeda
Kelly, A.G. 2012. Report on a Birding trip to dengan kebiasaannya di Jawa yang Bali and The Lesser Sundas (Sumba, mencari makan di atas tanah, lapangan W. Timor, Flores, and Komodo) 25th rumput dan sawah, Kerak kerbau di May - 20th June 2012. Tidak Kupang telah mampu beradaptasi dengan dipublikasikan. l i n g ku n g a n n y a s e h i n g g a d a p a t
Kristanto, Ady. 2012. Pendatang yang menyesuaikan diri dalam hal mencari merajalela. Majalah Biodiversitas makan. Indonesia Vol.02/No.01/2012.
MacKinnon, J., Philips, K., dan Balen, B.V. PENUTUP 2010. Burung-burung di Sumatera, Keberadaan burung feral di Kupang saat Jawa, Bali dan Kalimantan (Termasuk ini telah menyebar dengan cukup luas. Sabah , Se rawak dan B rune i Besar kemungkinan burung tersebut Darussalam). LIPI/Burung Indonesia, dapat menyebar ke seluruh Daratan Indonesia. Timor. Populasinya yang terbilang relatif
Noske, R. dan Saleh, N. 1996. The kecil hingga saat ini akan menjadi Conservation Status of Forest Birds in bertambah seiringnya waktu. Karena West Timor. Report to LIPI. burung tersebut merupakan burung
Robson, C. 2009. The Lesser Sundas 25 dengan tingkat adaptasi yang tinggi. August – 13 September 2009 Tour Kehadirannya dapat mendatangkan report. Birdquest, England. bencana ekologis jika populasinya
Robson, C. 2010. The Lesser Sundas 30 semakin besar. Jenis-jenis burung asli August – 19 September 2009 Tour (native species) dengan niche yang sama report. Birdquest, England. dengan burung feral tersebut secara
Robson, C. 2011. The Lesser Sundas 4 – 22 langsung akan merasakan dampak September 2009 Tour report. ke h a d i r a n n y a . T i d a k m e n u t u p Birdquest, England. kemungkinan jika jenis asli kalah bersaing
White, C.M.N. dan Bruce, M.D. 1986. The maka dengan sendirinya akan tersingkir. Birds of Wallacea (Sulawesi, the Oleh karena itu kajian yang lebih Moluccas, and Lesser Sunda Island, mendalam mengenai populasi burung Indonesia): an annotated check-list. feral perlu dilakukan untuk menjaga British Ornithologists Union: Checklist keaslian ekologi di Kupang (Timor Barat). No. 7. B.O.U. London.
9Edisi VI No.2 November 2013
| FO
KUS
|
PENDAHULUAN bakar dan bahan bangunan, berbagai
Mangrove memiliki beragam manfaat keperluan rumah tangga, pariwisata, ba-
bagi kehidupan manusia dan sejarah han makanan, obat-obatan, perikanan,
pemanfaatan-ya telah dilakukan sejak penelitian dan berbagai macam bentuk
lama. Berbagai produk dari magrove pemanfaatan yang lain. Menurut Noor, Y.
dapat dihasilkan baik secara langsung R, dkk (2006) nilai ekonomi dari hasil
maupun t idak langsung sepert i perikanan pesisir merupakan manfaat
penggunaan kayu mangrove untuk kayu mangrove yang sangat tinggi karena ban-
PEMANFAATAN MANGROVE OLEH MASYARAKAT
DI NUSA TENGGARA TIMUROleh : M. Hidayatullah
10 Edisi VI No.2 November 2013
yak jenis ikan yang bernilai ekonomi yang memberi manfaat bagi masyarakat, baik
mengha-biskan sebagian siklus hidupnya yang dapat dimanfaatkan secara
pada habitat man-grove, beberapa langsung maupun melalui pengolahan
diantaranya seperti kakap dan salmon sederhana terlebih dahulu. Pada satu sisi
maupun kepiting dan udang. bentuk pemanfataan seperti ini tidak
Bentuk pemanfaatan yang hanya men-imbulkan kerusakan berarti pada
mengandalkan produksi kayu atau hab i ta t mangrove , ser ta dapat
konversi lahan untuk mendukung memberikan keuntungan ekonomi bagi
p e r t u m b u h a n e k o n o m i , a k a n masyarakat melalui pengolahan bagian-
mempercepat terjadinya kerusakan hutan bagian tanaman mangrove tersebut.
man-grove. Padahal resiko yang Dengan demikian, perlu mendapat
ditimbulkan akibat ke-rusakan tersebut perhatian bagi semua pihak agar
sampai pada tingkat mengancam men ingka tkan pemahaman dan
kelangsungan hidup termasuk manusia. ke t ramp i l an masya raka t da lam
Secara umum pengaruh lingkungan pemanfaatan hasil-hasil dari hu-tan
terhadap kerusakan hutan magrove dapat mangrove.
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: 1). Sifat
fisik-kimia seperti peningkatan su-hu, PEMBAHASAN
pencemaran, terganggunya salinitas, A. Potensi Mangrove Sebagai
sedimenta-si dan lain-lain, 2). Sifat biologi Sumber Alternatif Bahan Pangan
seperti perubahan spesies dominan, Sesuai dengan UU NO. 7 tahun 1996, pan-
kerapatan populasi serta strukturnya gan merupakan kebutuhan dasar
sehingga akan menggangu kesimbangan manusia dan pemenuhannya menjadi hak
rantai makanan dan keserasian in-teraksi asasi setiap rakyat In-donesia serta harus
antara komponen eksistem. dilaksanakan secara adil dan merata
Terkait dengan hal tersebut, maka berdasarkan kemandirian dan tidak
kedepannya diharapkan pemanfaatan berten-tangan dengan keyakinan
mangrove dapat berorientasi pada masyaraka t un tuk mewu judkan
bentuk-bentuk pemanfaatan yang sumberdaya manusia yang berkualitas
memperhatikan eksistensi keberadaan dalam mendukung pembangunan
hutan mangrove. Pemanfaatan dimaksud nasional. Priyono, dkk (2010) mengatakan
dapat berupa pemanfaatan bagian- bahwa upaya pemenuhan kebutuhan
bagian dari mangrove seperti daun, pangan harus terus dil-akukan mengingat
bunga dan buah untuk mendukung peran pangan sangat strategis, yaitu
berbagai keperluan rumah tangga terkait dengan pengembangan kualitas
termasuk sebagai bahan makanan dan sumber daya manusia, ketahanan
obat-obatan. Berdasarkan beberapa hasil ekonomi dan ketahanan nasional
penelitian disebutkan bahwa jenis sehingga ketersediaanya harus dalam
mangrove di Nusa Tenggara Timur (NTT) jumlah yang cukup, bergizi, seimbang,
ditemukan lebih dari 20 jenis mangrove merata dan terjangkau oleh daya beli
(mangrove sejati dan mangrove ikutan). masyarakat.
Kalau dicermati lebih mendalam diketahui Penambahan jumlah penduduk
bahwa semua jenis tersebut dapat akan berdampak pada semakin
11Edisi VI No.2 November 2013
meningkatnya kebutuhan pangan, dan menemukan sumber-sumber lain untuk
kebutuhan pangan bagi masyarakat pada memenuhi kebutuhan karbohidrat kita
umumnya akan menyesuaikan dengan sehari-hari. Potensi sumberdaya wilayah
pola makan masyarakatnya, bagi dan sumberdaya alam yang dimiliki
masyararakat Indone-sia pada umumnya Indonesia memberikan sumber pangan
makanan pokoknya bersumber pada satu yang beragam, baik bahan pangan
sumber karbohidrat. Meskipun pada be- sumber kar-bohidrat, protein maupun
berapa wilayah seperti bagi sebagian lemak sehingga strategi pengembangan
masyarakat Papua menggunakan sagu pangan perlu diarahkan pada potensi
sebagai makanan pokok-nya dan sumberdaya wilayah dan sumber pangan
sebagian masyarakat NTT menjadikan ja- spesifik.
gung sebagai makanan pokok. Hal ini Sumberdaya alam yang terdapat di
tentu saja dapat mempengaruhi wilayah pesisir seperti hutan mangrove
ketahanan pangan baik pada skala lokal memiliki potensi yang cukup tinggi untuk
maupun nasional, kondisi ini tidak akan pemenuhan berbagai kebutuhan hidup
terjadi apabila kita memiliki kemampuan manusia. Berbagai kebutuhan hidup
untuk me-nyediakan sumber bahan m a n u s i a d a p a t t e rc u ku p i d a r i
pangan tersebut secara rutin dalam pemanfaatan hutan mangrove, mulai
jumlah yang banyak. Adanya impor beras p e m a n f a a t a n l a n g s u n g s e p e r t i
dalam jumlah besar dalam beberapa pengambi lan kayu untuk bahan
tahun terakhi menggambarkan bahwa bangunan dan kayu bakar, pembukaan
kemampuan kita untuk menyediakan lahan untuk area budidaya perikanan
beras sebagai sumber kar-bohidrat utama tambak, maupun pem-anfaatan dalam
bagi masyarakat belum maksimal. bentuk lain seperti pengolahan daun, kulit
Berdasarkan hasil sensus pada batang, daun dan buah mangrove untuk
tahun 2011, jumlah penduduk provinsi berbagai produk seperti bahan baku
Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapai pembuatan obat, bahan dasar dalam
4.776.485 jiwa dengan laju pertumbuhan pembuatan makanan mau-pun yang
setiap tahunnya mencapai 2,11 %. Hal ini dapat dikonsumsi secara langsung.
berarti bahwa pada setiap tahun terjadi
penambahan jumlah penduduk lebih dari B. Manfaat Lain Dari Mangrove
100.000 jiwa. Sementara itu ketersediaan Sejauh ini pemanfaatan mangrove oleh
lapangan kerja bagi masyarakat di NTT masyarakat lebih banyak dalam bentuk
masih sangat terbatas, se-bagian besar pengambi-lan kayu untuk bahan
bekerja sebagai petani penggarap dan bangunan atau kayu bakar serta
nelayan. Dari total 2.158.039 jiwa pembukaan hutan mangrove untuk
angkatan kerja pada tahun 2012, terdapat dikonversi menjadi area budidaya
pengangguran sebanyak 62.356 jiwa. perikanan tambak. Bentuk-bentuk
Jumlah penduduk yang terus mening-kat pemanfaatan seperti ini jika tidak ada
tersebut juga berdampak terhadap pengawasan dari pihak-pihak terkait
kebutuhan sandang dan papan dapat berdam-pak buruk terhadap
masyarakat yang semakin meningkat. kelestarian ekosistem mangrove,
Kondisi ini mendorong kita untuk sehingga manfaat yang dapat diberikan
12 Edisi VI No.2 November 2013
m a n g r o v e d a l a m m e n u n j a n g juga dapat diolah menjadi gula dan kolak
kelangsungan hidup manusia akan terus nipah.
menurun seiring dengan menurunya Begitu pula di sebagian wilayah
kualitas mangrove. Menurut Suraya-wan Timor barat, Flores, Sumba, Sabu dan
(2004) tingkat kerapatan hutan mangrove Alor, masyarakat menggunakan buah
yang semakin menurun akan berdampak mangrove ini sebagai pengganti beras
pada semakin menurunnya kemampuan dan jagung pada waktu terjadi krisis
hutan mangrove untuk menjalankan pangan (Fortuna, 2005). Masyarakat di
fungsi-fungsinya. kabupaten Lembata, Nusa Tenggara
Keberadaan mangrove juga Timur, sudah terbiasa mengkonsumsi
berkorelasi positif dengan produksi udang buah mangrove dan kacang hutan
dan kepiting bakau, dimana makin luas sebagai pangan lokal pada waktu
hutan mangrove maka produksi udang tertentu. Buah mangrove jenis lindur
dan kepiting juga semakin tinggi (Bruquiera gymnorrhiza) yang secara
begitupun sebaliknya. Dengan demikian tradisional diolah menjadi kue, cake,
diperlukan pem-anfaatan mangrove yang dicampur dengan nasi atau dimakan
lebih bijak sehingga selain nilai sosial langsung dengan bumbu kelapa (Sadana,
ekonomi yang diperoleh dari pemanfaa- 2007) mengandung energ i dan
tan tersebut, nilai ekologi dan kelestarian karbohidrat yang cukup tinggi, bahkan
lingkungan juga dapat dipertahankan. melampaui berbagai jenis pangan sumber
Pada beberapa wi layah d i karbohidrat yang biasa dikonsumsi
Indonesia su-dah banyak produk-produk masyarakat seperti beras, jagung
makanan yang d ihas i l kan da r i singkong atau sagu.
pengolahan bagian-bagian dari tana-man Pemanfaatan mangrove oleh
m a n g ro v e . Pu rn o b a s u k i ( 2 0 1 1 ) masyarakat di Kabupaten Manggarai
mengatakan bahwa di Kabupaten Biak Barat dan masyarakat di sekitar kawasan
Numfor memanfaatkan buah mangrove Cagar Alam Maubesi Kabupaten Malaka
untuk dimakan terutama jenis Bruguiera (pemekaran dari Kabupaten Belu) juga
gymnorrhiza yang buahnya diolah masih sangat terbatas pemanfaatannya
menjadi kue, kemudian penduduk sebagai ba-han baku dalam pembuatan
disekitar sekitar hutan mangrove di Muara obat-obat tradisional, sedangkan
Angke Jakarta dan teluk Balikpapan pengolahan untuk dijadikan sebagai
secara tradisional telah mengkonsumsi sumber bahan pangan alternatif belum
beberapa jenis buah mangrove sebagai banyak dilakukan. Menurut Hidayatullah,
sayuran, seperti Rhizopora mucronata, M. dkk (2012) di desa Sepang dan Golo
dan Acrostecum aerum (kerakas). Sepang kecamatan Boleng kabupaten
Bruguiera gymnorrhiza atau biasa disebut Manggarai Barat ditemukan sebanyak 10
L indur d ikonsumsi dengan cara jenis mangrove. Se-mentara itu di
mencampurkannya dengan nas i kawasan Cagar Alam Maubesi ditemukan
sedangkan buah Avicennia alba (api-api) sebanyak 23 jenis mangrove yang terdiri
dapat diolah menjadi keripik. Buah dari 17 jenis mangrove sejati dan 5 jenis
Sonneratia alba (pedada) diolah menjadi mangrove ikutan. Dari beragam jenis
sirup dan permen. Jenis Nipah fructicans mangrove tersebut, banyak yang
13Edisi VI No.2 November 2013
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai Kendala utama yang dihadapi masyarakat
alternatif sumber bahan pangan karena dalam pemanfaa-tan mangrove secara
keterbatasan pengetahuan dalam lestari adalah terbatasnya pengetahuan
pengolahanya. Berikut ini akan dijelaskan dan pemahaman mereka dalam men-
beberapa bentuk pemanfaatan mangrove golah bagian-bagian tanaman mangrove
yang dilakukan oleh masyarakat di dua terutama daun dan buah menjadi produk
lokasi tersebut. yang dapat dikonsumsi. Hal ini menjadi
penting ditengah daya beli mereka
PENUTUP terhadap sumber bahan makanan pokok
Potensi mangrove yang dimiliki oleh seperti beras dan jagung yang sangat
provinsi Nusa Tenggara Timur tersebar rendah, bahkan produk-produk dari
hampir pa-da semua wilayah kabupaten, mangrove tersebut dapat menjadi
sehingga sumberdaya tersebut dapat sumber pendapatan bagi mereka jika
menjadi sumber bahan pangan yang dikemas dalam bentuk yang menarik.
melimpah jika dimanfaatkan secara bijak. Pembinaan dan pendampingan
14 Edisi VI No.2 November 2013
15Edisi VI No.2 November 2013
kepada masyarakat pesisir sangat Mangrove di Indonesia. Wetlands
diperlukan agar kedepannya masyarakat International.
dapat mengadalkan mangrove sebagai Priyono, A dkk. 2010. Beragam Produk
salah satu sumber dalam pemenuhan Olahan Berbahan Dasar Mangrove.
kebutuhan, pada sisi lain kegiatan KeSemaT. Semara
pendampingan dan pembinaan tersebut Purnobasuki, H. 2011. Potensi Buah
diharapkan dapat mengurangi tekanan Mangrove sebagai Alternatif Simber
masyarakat terhadap mangrove seperti P a n g a n . h t t p : / / h e r y p u r b a -
konversi hutan mangrove untuk tambak fst.web.unair.ac.id
maupun penebangan untuk bahan Sadana, D. 2007. Buah Aibon di Biak Timor
bangunan seh ingga ke les ta r ian mengandung Protein Tinggi. Situs
ekosistem mangrove dapat terus Resmi Pemda Biak.
dipertahankan. Suryawan, F. 2004. Keanekaragaman
vegetasi mangrove pasca tsunami di
DAFTAR PUSTAKA kawasan pesisir pantai timur
Fortuna, 2005. Ditemukan buah Nangroe Aceh Darussalam. Jurnal
mangrove sebagai Makanan Pokok. Biodefersitas, Jurusan Biologi FMIPA -
www.tempointeraktif.com Universitas Syiah Kuala. Volume 8
Hidayatullah, M. dkk, 2012. Kajian Model Nomor 4.
Kemitraan Pemanfaatan Hutan Dan Undang Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang
Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove Di Pangan
Mang-garai Barat.
Noor, Y. R, Khazali, M dan Suryadiputra, I.
N. N, 2006. Panduan Pengenalan
16 Edisi VI No.2 November 2013
| FO
KUS
|
EKS. PERUM PERHUTANI DI KABUPATEN KUPANG
EVALUASI HUTAN KEMASYARAKATAN
Oleh : Aziz Umroni
PENDAHULUAN Kabupaten Dompu, Sumbawa dan Bima
Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah (Perhutani, 2000).
satu dari tiga skema pengelolaah hutan Perhutani merupakan BUMN yang
kolaboratif (Hutan Kemasyarakatan, bergerak disektor kehutanan yang
Hutan Desa dan Hutan Tanaman Rakyat) wilayah konsesinya be-rada di Pulau Jawa.
yang dikembangkan oleh Kementerian Embrio Perum Perhutani ada sejak zaman
Kehutanan bersama masyarakat. Menurut Belanda yang dikenal dengan Jatibedrijf.
peraturan menteri kehutanan No.37 Pasca kemerdekaan Perusahaan Negara
Tahun 2007, HKm adalah hutan negara (PN) Perhutani dibentuk pada tahun 1963.
yang pemanfaatan utamanya ditujukan Perhutani mengalami pasang surut
untuk memberdayakan masyarakat p e r u b a h a n ke l e m b a g a a n , d a r i
setempat. Namun sebelum terminologi Perusahaan Negara (PN) pada awal
HKm ini muncul dan diformalisasikan berdirinya, kemudian Perusahaan Umum
dalam peraturan menteri, terminologi (Perum) pada tahun 1972, Perusahaan
HKm terlebih dahulu dipakai oleh proyek Perseroan (PT) pada tahun 2001 dan
rehabilitasi yang menggandeng swasta kembali menjadi Perus-ahaan Umum
(Perum Perhutani) melalui skema Dana (Perum) pada tahun 2003 dan paling
kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan berubah menjadi Perusahaan Umum
(RHL) pada tahun 1988-1999 di Nusa ( P e r u m ) K e h u t a n a n N e g a r a
Tenggara Timur (NTT) dengan luas (Suryohadikusumo, 2013). Perhutani
kegiatan 32.800 Ha yang tersebar di mendapatkan mandat untuk mengelola
Kabupaten Kupang, Rote Ndao dan Timor sebagian besar kawasan hutan di Jawa
Tengah Selatan. Kegiatan serupa dan menjadi pemangku kawasan hu-tan.
dilaksanakan juga oleh Perum Perhutani di Pada era tahun 1988 Perum Perhutani
Provinsi Nusa Teggara Barat (NTB) dengan mendapatkan proyek RHL yang didanai
luas areal 15.362 Ha dengan sebaran di dari skema dana reboisasi (DR) tahun
17Edisi VI No.2 November 2013
jamak (multi years). Kegiatan ini Perhutani di Desa Oebola relatif dekat
berlangsung sampai dengan awal dengan pemukiman (3-4 km). Batas
reformasi tahun 1999-2000, tidak antara pem-ukiman penduduk dengan
diperpanjang kemudian diserahkan kawasan hutan dibatasi oleh hutan desa
kembali ke kementerian ke-hutanan. yang juga sebagai buffer terhadap lokasi
Setelah kegiatan HKm selesai, banyak HKm Eks Perhutani. HKm blok Oebola
masyarakat masih menganggap bahwa ditanami Johar (Cassia siamea), Gmelina
kawasan HKm eks Perhutani merupakan (Gmelina arborea Roxb.) dan Jati (Textona
kawasan milik atau kawasan yang dikelola grandis).
Perhutani. Masyarakat pada awal pembuatan
Jenis yang dikembangkan pada plot dilibatkan sebagai tenaga menanam
kegiatan HKm di NTT antara lain: Jati dan pesanggem. Pesanggem ini diberikan
(Textona grandis), Johar (Cassia siamea), konsesi untuk menanam tanaman
Ampupu (Eucaliptus urophylla), Mahoni semusim sekaligus menjaga anakan
(Swetenia macrophylla), Cendana (tumpang sari). Beberapa masyarakat
(Isantalum album), Kayu Putih (Melaleuca masih ada yang tinggal di dalam kawasan
luecadendron), Kayu Merah (Pterocarpus hutan namun hanya satu atau dua kepala
indicus), Jambu Mete (Anacardium keluarga. Awalnya, disekitar kawasan
ocidentale) , Nangka (Artocarpus hutan merupakan pemukiman (kampung
heterophyllus) dan Gmelina (Gmelina lama) kemudian masyarakat berangsur-
arborea). Namun dari dari kesemuanya angsur memin-dahkan huniannya ke
yang tersisa merupakan blok-blok yang lokasi yang lebih dekat dengan jalan desa.
ditanami Jati dan Mahoni. Kabupaten Topografi kawasan ini pada
Kupang memiliki kurang lebih 10.000 Ha umumnya burbukit-bukit dan merupakan
lahan eks Perhutani yang masuk dalam lereng dari sungai kecil yang menjadi
rencana pengembangan HKm dan batas antara Oebola di Kecamatan Fatuleu
Kabupaten Rote Ndao memiliki kurang dengan Reknamo di Kecamatan Kupang
lebih 4.000 Ha yang saat ini dikelola oleh Timur. Vegetasi alaminya berupa rumpun
Kesatuan Pemangkuan Hutan Produksi bambu jenis bambu duri (Bambusa
(KPHP) Rote Ndao. blumeana J.A & J.H Schultes) dan kabesak
(Acacia leucophloea) kemudian dibangun
PEMBAHASAN menjadi HKm dengan membuka lahan
Desa Oebola merupakan desa yang dan membersihkan rumpun bambu dan
berbata-san langsung dengan hutan vegetasi ala-minya. Blok HKm diberi
k e m a s y a r a k a t a n " H K m " y a n g tanaman pagar berupa kabesak duri
dikembangkan oleh Perum Perhutani di untuk menjaga dari kegiatan ernak lepas.
NTT. Desa Oebola terletak di Kecamatan Kegiatan survey lokasi eks HKm perum
Fatuleu yang dibatasi oleh desa Reknamo, p e r h u t a n i d i l a k s a n a k a n u n t u k
Kecamatan Kupang Timur di sebelah mengetahui kondisi aktual dari areal
utara, Desa Silu di sebelah Timur, lokasi HKm. Survey dilakukan dengan
Kecamatan Am Abi Oefeto di Sebelah sampling menggunakan metode transek.
selatan dan Desa Oenunuthono di sebelah Sampling berjumlah sepuluh titik, disetiap
barat. Hutan kemasyarakatan eks Perum titik diinventarisasi tegakan tinggalnya.
18 Edisi VI No.2 November 2013
Kondisi aktual evaluasi yang
H K m B l o k d i l a k u k a n ,
Oebola dapat tidak semua
dilihat pada kawasan eks
Gambar 1. P e r u m
P e r h u t a n i
A. PELUANG d i r e k -
PENGEMBAN omendasikan
GAN HKm u n t u k
Evaluasi yang dikembangkan
dilakukan oleh menjadi areal
kementerian konsesi HKm.
kehutanan ter- Pengembanga
h a d a p n H K m
k a w a s a n sebagaimana
hutan eks Pe- dalam pasal 3
rum Perhutani Permenhut No.
di NTT dan NTB 37 tahun 2007
m e r e k - m e m p u n y a i
omendasikan beberapa lokasi untuk maksud untuk: (1) pengembangan ka-
dikem-bangkan men-jadi HKm sesuai pasitas masyarakat (2) Pemberian akses
dengan P.37 Tahun 2007 dan seba-gian masyarakat setempat terhadap hutan (3)
lagi tidak merekomen-dasikan. Hal ini Ketersediaan lapangan kerja dan (4)
disesuaikan dengan kondisi te-gakan dan Solusi bagi masalah ekonomi dan sosial.
kondisi sosial masyarakat sekitar hutan. Maksud yang dikandung P.37 tahun 2007
Hasil Evaluasi yang dilakukan di NTT dan seharusnya menjadi ruh bagi rek-
NTB dapat dilihat pada Tabel 1. omendasi pengembangan HKm agar
Berdasarkan Tabel 1 peluang tepat sasaran dan benar-benar men-jadi
pengembangan Hutan Kemasyarakatan solusi bagi permasalahan masyarakat
di NTT masih terbuka lebar.
Target pengembangan
HKm sebesar 98 ribu Ha
sejak tahun 2008 sampai
saat ini belum sepenuhnya
tere-alisasi, bahkan dalam
r a p a t k o o r d i n a s i
pengembangan
Hkm di NTT pada tahun
2012, diketahui bahwa
realisasi penetapan HKm
masih sangat kecil dari
t a r g e t . N a m u n d a r i
Gambar 1. Lokasi HKm Eks Perhutani Blok Oebola.
Tabel 1. Evaluasi Hutan Kemasyarakatan di NTB dan NTT.
Sumber:* Direktorat Perhutanan Sosial tahun 2012. (Soehartono, 2012)** Lampiran Surat Direktur Perhutanan Sosial Kemeterian KehutananNo: 5.165/BPS-3/2009. dari www.samantafoundation.org# Data luas dan jenis tanaman hasil pembangunan HKm PerumPerhutani di wilayah NTT tahun 1987/1988 s/d 199/2000. dariwww.samantafoundation.org# # Data target lokasi HKM tahun 2008 dariwww.samantafoundation.orgKeterangan :* Data sampai dengan Tahun 2011 dari delapan kabupaten di NTB.# Data Tegakan Tinggal HKm eks Perum Perhutani dari KabupatenKupang, Rote Ndao dan Timor Tengah Selatan..
Provinsi Evaluasi Luasan Rekomendasi Realisasi
(Ha) (Ha) Pengembangan HKm
NTB 18.415* 4.328** 14.837*
NTT 32.800# 98.322## --
19Edisi VI No.2 November 2013
desa disekitar kawasan hutan. kelas diameter pohon, jenis yang domi-
nan adalah kabesak dengan nilai
B. KONDISI VEGETASI dominasi sebesar 15,03% dan INP 57 %
Vegetasi yang tersisa di blok Oebola dari nilai maksimalnya 300%. Hal ini
didominasi rumpun bambu duri (Bambusa didukung dengan sebarannya dalam plot
blumeana J.A & J.H Schultes) yang yang relatif tersebar. Hal ini diketahui dari
tersebar didalam blok. Jenis lain yang nilai frekwensi ditemukannya jenis ini
ditemui antara lain: Johar (Cassia siamea), dalam plot sebesar 57 % atau sebagai
Dupe, Kabesak (Acacia leucophloea), gambaran, separuh lebihdari plot yang
Lamtoro (Leucaena leucocephala), diamati, ditemukan jenis kabesak.
Kom/bidara (Zizipus mauritiana) dan Kerapatan relatif kabesak juga
asam (Tamarindus indicus). Sebagian termasuk tinggi sebesar 25,24 % atau dari
besar merupakan jenis-jenis yang hidup s e l u r u h p o h o n y a n g d i a - m a t i ,
s e c a r a
a l a m i
a t a u
b u k a n
h a s i l
penanam
an.
Pen
a n a m a n
y a n g
dilakukan
p a d a
m a s a
H K m
a n t a r a
l a i n :
j o h a r ,
g m e l i n a
dan jati,
n a m u n
h a n y a seperempatnya adalah kabesak. johar yang masih tersisa dengan Tanaman yang tersisa dari kegiatan HKm f r e k w e n s i y a n g r e l a t i f j a r a n g yaitu johar nilai INPnya relatif rendah yaitu dibandingkan jenis lainnya. Jati tidak 25,75 % dari nilai maksimalnya 300% dan ditemukan lagi karena persaingan dengan kelimpahannya hanya sepuluh persen. rumpun bambu yang menekan pertum-Hasil tersebut belum menam-bahkan buhannya. Sementara gmelina, rusak aki-rumpun bambu dalam analisis, karena bat adanya aktifitas penggem-balaan. keterbatasan metode yang digunakan Hasil analisis vegetasi dapat dilihat pada dan bambu dikategorikan sebagai Hasil Tabel 2. Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada Hutan Bukan Kayu (HHBK). Gambarannya
Nama Jenis D DR K KR F FR INP
Asam 2,05 20,82 25,00 9,71 0,50 10,87 41,40
Dupe 1,46 14,80 40,00 15,53 0,60 13,04 43,38
Gewang 0,20 2,02 2,50 0,97 0,10 2,17 5,17
Hau Buni 0,16 1,65 5,00 1,94 0,10 2,17 5,77
Haupenak 0,06 0,66 2,50 0,97 0,10 2,17 3,80
Johar 0,41 4,20 27,50 10,68 0,50 10,87 25,75
Kabatek 0,04 0,36 2,50 0,97 0,10 2,17 3,50
Kabesak 1,48 15,03 65,00 25,24 0,80 17,39 57,66
Kayu Merah 0,56 5,74 7,50 2,91 0,20 4,35 13,00
Kayu Ular 0,03 0,34 2,50 0,97 0,10 2,17 3,49
Kesambi 0,78 7,93 10,00 3,88 0,30 6,52 18,33
Kom 0,95 9,67 27,50 10,68 0,50 10,87 31,22
Kula 0,63 6,38 12,50 4,85 0,30 6,52 17,75
Lamtoro 0,93 9,42 25,00 9,71 0,30 6,52 25,65
Panaat 0,10 0,99 2,50 0,97 0,10 2,17 4,14
Tabel 2. Tabel Indeks Nilai Penting
Sumber : data survey (diolah).
20 Edisi VI No.2 November 2013
secara umum adalah bam-bu selalu ada masyarakat relatif masih rendah dilihat
dalam setiap plot dan lebih dominan dari daya dukung lahan di Desa Oebola
daripada kabesak. tergolong rendah.
Untuk mengetahu i t i ngkat
C. KONDISI SOSIAL kepahaman masyaraat terhadap hutan
Masyarakat yang berbatasan langsung dan kawasan hutan dilakukan survey
dengan kawasan HKm adalah masyarakat dengan metode wawancara mendalam
dusun IV Desa Oebola. Masyarakatnya dengan empat pertanyaan kunci antara
secara umum pernah terlibat dalam lain: (1). Kepahaman masyarakat
kegiatan penanaman di lokasi Blok HKm terhadap hutan dan kawasan hutan (2).
baik sebagai pesanggem maupun sebagai Kondisi aktual lokasi blok HKm. (3).
buruh harian. Pekerjaannya mayoritas Kendala pengelolaan dan (4). Harapan
sebagai petani dan peternak subsisten masyarakat terhadap pengelolaan
dan menggantungkan hidupnya pada kawasan hutan dimasa depan. Hasilnya
hutan terutama untuk ternak lepas secara kualitatif dapat dilihat pada Tabel
m e r e k a . T i n g k a t p e n g h i d u p a n 3. Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
Kepahaman tentang hutan danKawasan hutan
Kondisi aktual blok LokasiHkm
Kendala Pengelolaan
Harapan Masyarakat
Mengetahui : 80 %Tidak Mengetahui : 10 %Abstain : 10 %
Hanya Menyisakan Rumpun BambuKondisinya sangat panasHanya Johar Yang tersisaTanaman gmelina banyak yang mati karena ternakKondisinya sama sesudah dan sebelum ada HKmTidak pernah ke lokasiKurang mengetahui karen a jarang kesana
Jarak yang agak jauh dari kampungTertutup oleh rumpun bambu semuaTernak sapi lepas yang mengupas kulit anakan gmelinaTakut dengan petugas kehutanan
Mau ikut mengelola apabila sudah dibicarakandengan bapak desaTetap terjaga/dibiarkan seperti apa adanyaHutan harus ada tidak hanya padangTidak menanam lagi jati putih namun diganti jenisyang lain.Tanam jati dan kemiriBisa ikut menanam jagung dan ikut terlibat dalammengelola hutan.
No JawabanPertanyaan Kunci
1
2
3
4
Tabel 3. Tabulasi Data Hasil Wawancara
Sumber: data wawancara Tahun 2013.
21Edisi VI No.2 November 2013
secara umum masyarakat paham tentang masyarakat terhadap pengelolaan hutan
keberadaan kawasan hutan dengan antara lain: (1). terlibat seperti pada awal
persentase 80 persen masyarakat kegiatan HKm dengan bercocok tanam di
mengetahuinya. Hal ini karena: (1). Lokasi areal HKm dengan tanaman semusim (2).
kawasan hutan tersebut pernah Masyarakat ingin terlibat dalam pemilihan
digunakan sebagai lokasi pengembangan jenis, belajar dari pengala-man gmelina
HKm oleh Perum Perhutani (2). yang rentan terhadap aktifitas ternak.
masya raka t d i l i ba t kan sebaga i Secara umum masyarakat berharap
pesanggem dan buruh lepas pada saat keberadaan hutan tetap dipertahankan
membangun pada tahap awal (3). Adanya untuk penyangga kehidupan.
kabesak sebagai pagar hidup dan masih
bertahan sampai saat ini sehingga PENUTUP
memudahkan melihat batas kawa-san, Blok HKm di Desa Oebola telah berganti
(4). Adanya hutan desa yang membatasi menjadi rumpun bambu duri (Bambusa
lokasi blok HKm dengan pemukiman blumeana J.A & J.H Schultes) yang
sehinnga mampu menjadi buffer dan mendominasi dan menekan tanaman
penanda. HKm dan tegakan yang tersisa dari
Seca ra umum masya raka t tanaman HKm adalah johar (Cassia
memahami kondisi aktual yang ada di siamea) namun kelimpahannya hanya
dalam lokasi blok HKm. Mayoritas sepuluh persen. Hasil analisis vegetasi
masyarakat menyebutkan kondisinya menunjukkan bahwa Kabesak menjadi
saat ini berupa rumpun bambu, tegakan jenis yang dominan sampai dengan 50 %.
yang tersisa berupa johar dan gmelina Secara umum masyarakat mengetahui
yang rusak karena ternak lepas. Sangat keberadaan lokasi HKm karena adanya
sed ik i t yang menyatakan t idak batas yang definitif berupa Kabesak
mengetahui kondisi aktual dari lokasi (Acacia leucophloea) sebagai tanaman
HKm (10 %). pagar. Kendala pembangunan kehutanan
Kendala pengelolaan hutan yang (HKm) di blok Oebola adalah aktifitas
dirasakan masyarakat dikarenakan: (1). ternak lepas dan pemilihan jenis tanaman
Lokasi yang tidak berdampingan dengan HKm yang salah karena rentan terhadap
pemukiman sehingga tidak bisa ikut akt i f i tas ternak lepas. Harapan
mengontrol (2). Keberadaan rumpun masyarakat secara umum adalah ingin
bam-bu yang tumbuh secara masif, ikut terlibat dalam kegiatan HKm dengan
karena tidak ada perawatan plot menanam tanaman semusim dan
akibatnya menekan tanaman pokok (3). sebagian lagi berharap kondisi hutan
Ternak lepas yang merusak tanaman dibiarkan tetap seperti apa adanya
gmelina dan (4). Tanaman pagar yang (status quo).
rusak sehingga ternak lepas dapat masuk Pengembangan HKm di Blok
ke lokasi HKm. Namun yang menarik Oebola direkomendasikan setidaknya
adalah kendala yang d i rasakan karena memenuhi maksud dalam
masyarakat karena takut dengan petugas Permenhut P.37/Menhut-II/2007 dalam
kehutanan namun hal ini dapat juga dinilai beberapa aspek antara lain: (1). Lokasi
sebagai modal potensial. Harapan blok Oebola yang relatif dekat dengan
22 Edisi VI No.2 November 2013
? Second, in the same year, I launched the One Billion Indonesia Trees for the World (OBIT) program. I am very pleased with the progress of this program, for we—in the past three year—have successfully planted some 4.4 billion trees.? H.E. DR. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
masyarakat, (2). Kondisi masyarakat yang Direktur Bina Perhutanan Sosial
membutuhkan pemberdayaan untuk Kementerian Kehutanan. Di akses dari
(3) Masyarakat yang masih dibawah garis November 2013.
kemiskinan dan membutuhkan lapangan -------------____________________. 2008.
pekerjaan dan lahan untuk bercocok Sasaran Evaluasi HKm (Pasal Peralihan
tanam dan (4) Merehabilitasi plot HKm eks Permenhut P. 37/Menhut-II/2007). Di
Perum Perhutani yang pernah dibangun. akses dari www.samntafoundation.org
Penulis mengucapkan terima kasih 15 November 2013.
kepada: BPDAS Benain Noelmina yang Permenhut P.37/Menhut-II/2007 Tentang
memfasilitasi penelitian ini. KRPH Kec. Hutan Kemasyarakatan. Diakses dari
Fatuleu dan tim evaluasi HKm Kabupaten www.dephut.go.id. 8 November 2013.
Kupang Tahun 2013. P e r h u t a n i . 2 0 0 0 . S P H u t a n
Kemasyarakatan Unit II Jawa Timur di
DAFTAR PUSTAKA K u p a n g . D i a k s e s d a r i
Dinas Kehutanan Propinsi NTB. Tanpa www.samantafoundation.org, 11
Tahun. Lokasi HKm/HTR di Eks November 2013.
P e r h u t a n i . D i a k s e s d a r i Soehartono, T.R. 2012. Evaluasi
www.samntafoundat ion.org 15 P e n g e m b a n g a n H u t a n
November 2013. Kemasyarakatan di Nusa Tenggara
Jamaludin, S. 2013. Dari Perum Kembali ke Barat. Presentasi: Rapat Koordinasi
Perum: Jatuh Bangun Kelembagaan P e n g e m b a n g a n H u t a n
Hutan Jati Di Jawa. Kumpulan Tulisan Kemasyarakatan di Provinsi Nusa
Darurat Hutan Indonesia, Mewujudkan Tenggara
A rs i te tek tu r Baru Kehutanan
Indonesia. Wana Aksara. Jakarta.
Kemente r i an Kehu tanan . 2009 .
Rekapitulasi Hasil Evaluasi HKm Tahun
2008 di Propinsi NTB. Lampiran Surat
23Edisi VI No.2 November 2013
| RA
GAM
|
DESKRIPSI : kebijakan dan peningkatan partisipasi
Setidaknya sepertiga bagian dari bumi masyarakat local serta memperkuat
adalah kawasan lahan kering (arid) dan peningkatan kapasita diri antar lembaga.
lebih dari satu juta orang yang hidup Buku ini berisi 36 makalah yang
dan bertahan di kawasan ini. Ekologi merupakan hasil penelitian yang
lahan kering memiliki keunikan sekaligus disajikan pada Konferensi Konvensi
kerentanan. Sehingga kepunahan Keanekaragaman Hayati. (Convention on
species flora dan fauna pada kawasan Biological Diversity) dan Konferensi
lahan kering dapat meningkatkan anacm Penanggulan-gan Penggurunan
terhadap keberlangsungan hidup jutaan (Convention to Combat Desertification).
orang yang hidup dikawasan ini. Profil para editornya pun cukup
Buku Conserving Biodiversity In meyakinkan. Dr. John Lemons
Arid Regions: Best Practices in merupakan Profesor ilmu biologi dan
Developing Nations merupakan sintesa lingkingan di Universty of New Englang,
hasil penelitian para ilmuwan yang Biddeford, Maine. Beliau telah menjadi
bertujuan menjaga kesinambungan per-reviuw lebih dari 100 artikel jurnal
konservasi biodiversity di kawasan arid dan menulis tujuh buku yang bertema
dan semi arid yang berada khusunya pembangunan berkesinambungan,
dinegara-negara berkembang. Buku ini ekologi dan permasalahan lingkungan.
menyajikan pedoman ringkas dan Buku ini akan membuka wawasan kita
paparan para ahli terkait konservasi tentang pentingya menjaga
kawasan arid. Sehingga kehadiran buku kesinambungan biodiversitas di kawasan
ini sangat berguna bagi pembuat arid. (pinusa)
Editor : John Lemons, Reginald Victor, Daniel Scaffer
Penerbit : Kuwer Academic Publishers, 2003 Deskrispi fisik : xv, 495 hl. Ilustrasi, index, ISBN : 1-4020-7483-2 Resensor : Rattahpinnusa H Handisa, S.Sos Nomor Klasifikasi : 577.3 CON J
Conserving Biodiversity In Arid Regions: Best Practices in Developing Nations
24 Edisi VI No.2 November 2013
| GA
LERI
|
Seminar Regional Tata Ruang. Kupang, 2 Juli 2013
25Edisi VI No.2 November 2013
| PE
RIST
IWA
|Gelar Tekmologi Persemaian Cendana. Atambua 16 November 2013
26 Edisi VI No.2 November 2013
| KI
LAS
BERI
TA |
Pengelolaan tata ruang wilayah yang produktif dan berkelanjutan.
baik dapat menghindarkan terjadinya Target isu ini dirasakan sangat
bencana, konflik serta mewujudkan sentral seiring dengan tingginya
kualitas lingkungan hidup yang produktif perhatian masyarakat akan banyaknya
dan berkelanjutan. Hal tersebut bencana akibat kerusakan lingkungan
merupakan perwujudan amanat seperti banjir, kekeringan dan
pelaksanaan Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 pemanasan global serta timbulnya
, dimana bumi dan air serta kekayaan konflik lahan. Kenyataan tersebut
alam yang terkandung didalamnya sebagaimana diduga merupakan akibat
dikuasai oleh Negara dan digunakan kelalaian manusia dalam mengelola
sebesar-besarnya untuk kemakmuran lingkungan. Kondisi tersebut telah
rakyat. Pengelolaan tata ruang yang baik menyadarkan para pihak akan perlunya
memiliki nilai yang lebih penting di reposisi perilaku manusia dalam
regional Bali Nusra yang memiliki alam mengelola lingkungan hidup yang
yang ekstrim dan tingkat kesejahteraan diletakkan pada sebuah kerangka pikir
masyarakat yang relatif rendah. dan pendekatan yang komprehensif. Hal
Bertolak pada kenyataan diatas, ini akan memung-kinkan terjadinya
Balai Penelitian Kehutanan Kupang (BPK sinergi para pihak dalam merevitalisasi
Kupang) bekerjasama dengan Fakultas ruang kehidupannya menuju ruang yang
Kehutanan UGM menggelar Seminar nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Regional Pembangunan Kehutanan Pengelolaan tata ruang, termasuk
Berkelanjutan Dalam Perspektif Tata kawasan hutan, merupakan
Ruang. Seminar ini meryupakan bagian permasalahan yang kompleks. Untuk
peringatan 100 tahun Badan Litbang membedah kompleksitas tersebut,
Kehutanan dan 50 Tahun Fakultas seminar ini menghadirkan para ahli yang
Kehutanan UGM yang diperingati kedua membidangi tata ruang dari berbagai
lembaga. insti-tusi di Indonesia. Para pembicara
Seminar diselenggarakan di Hotel tersebut berasal dari Direktorat
Swiss Bellin Crystal Kupang pada tanggal Penataan Ruang Wilayah Kementerian
2 Juli 2013 dan dibuka secara resmi oleh Pekerjaan Umum, Tropenbos
Kepala Badan Lit-bang Kehutanan International (TBI) Indonesia, Universitas
Kementerian Kehutanan yang diwakili Gad-ah Mada, Praktisi Hukum, Dinas
oleh Sekretaris Badan Litbang Kehutanan Provinsi NTT dan
Kehutanan Ir. Tri Djoko, M.M. Seminar ini Kementerian Kehutanan (Direktorat
diharapkan dapat merumuskan arah Perencanaan Kawasan Hutan, Puslitbang
penataan ruang regional Bali Nusra Perubahan Iklim dan Kebijakan serta
dalam konteks pembangunan kehutanan Balai Penelitian Kehutanan Kupang).
berkelanjutan sehingga dapat terwujud Sentralnya isu ini juga terlihat dari be-
ruang ke-hidupan yang nyaman, ragamnya para peserta seminar yang
SEMINAR REGIONAL, 2 JULI 2013 “PEMBANGUNAN KEHUTANAN BERKELANJUTAN DALAM PERSPEKTIF TATA RUANG" ”
27Edisi VI No.2 November 2013
| KI
LAS
BERI
TA |
Mutasi merupakan hal yang alami Program, Evaluasi dan Kerjasama terjadi dalam sebuah organisasi, tak BPKK terkecuali Balai Penelitian kehutanan Jabatan sekarang : Kepala Bidang Kupang. Pada tanggal 28 Oktober 2013 Data, Informasi dan Kerjasama dan bertempat di Aula Rapat diadakan BBPBTH Yogyakarta acara pisah sambut terhadap para 2. Nama : Kristina Yuniati, S.Hut pejabat struktural yang mengalami Jabatan sebelum : Kepala Sub rotasi dan promosi. Adapun pejabat Bagian Tata Usaha BPKK baru di lingkup Balai Penelitian Jabatan sekarang : Kepala Sub Kehutanan Kupang adalah: Bidang Program dan Anggaran 1. Nama : Imam Budiman, S.Hut, M.A Penelitian Pusat Litbang Konservasi
Jabatan sebelum : Staf pada Pusat Rehabilitasi Hutan. Litbang Konservasi Rehabilitasi Acara yang diikuti oleh seluruh Hutan karyawan/ti BPKK berlangsung dengan Jabatan sekarang: Kepala Seksi penuh nuansa kekeluargaan. Para Perencanaan, Evaluasi dan perwakilan karyawan/ti memberikan Anggaran BPKK kesan dan pesannya. Pada kesempatan
2. Nama : Tipuk Purwandari, S.Kom, tersebut, Ir. Misto, MP selaku Kepala M.Sc Balai Penelitian Kehutanan Kupang Jabatan sebelum : Staf pada Balai turut memberikan sambutan. Beliau Penelitian Kehutanan Kupang berpesan kepada para pejabat baru Jabatan sekarang : Kepala Sub agar segera beradaptasi dengan Bagian Tata Usaha BPKK. lingkungan kerjanya. Sehingga beban
Sedangkan pejabat struktural dari tugas yang dibebankan kepada pejabat BPKK yang memperoleh penugasan tersebut dapat dijalani seoptimal baru adalah: mungkin. Pemberian cenderamata 1. Nama : Ir. Sigit Baktya Prabawa, menjadi acara puncaknya dan
M.Sc selanjutnya kegiatan diakhiri dengan Jabatan sebelum : Kepala Seksi acara makan bersama. (pinusa).
PISAH SAMBUT PEJABAT STRUKTURAL, 28 OKTOBER 2013
antara lain berasal dari praktisi Kupang, Universitas Kristen Artha
kehutanan, instansi pemerintahan pusat Wacana dan Universitas Widya Mandira
dan daerah, LSM, tokoh masyarakat, hadir dalam seminar. Menariknya, para
peenliti dan para akademisi. Dari peserta tidak hanya berasal dari region
kalangan akademisi tercatat para Bali Nusra (NTB, NTT dan Bali), namun
pemerhati dari Universitas Nusa juga berasal dari Maluku, Yogyakarya,
Cendana, Universitas Gadjah Mada, Jakarta dan Surabaya.
Politani Undana, Universitas Muham-
madiyah Kupang, Universitas PGRI
28 Edisi VI No.2 November 2013
Panta
i Paga, M
aum
ere
Nusa Te
nggara
Tim
ur
sourc
e : tra
velle
rmeds.b
logspot.c
om
, photo
by w
illy s
teven
BAHASA Naskah artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, memuat tulisan bersifat popular/semi ilmiah dan bersifat informatif.
FORMAT Naskah diketik diatas kertas kuarto putih pada satu permukaan dengan 2 spasi. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong minimal 3,5 cm.
JUDUL Judul dibuat tidak lebih dari 2 baris dan harus mencerminkan isi tulisan. Nama penulis dicantum-kan dibawah tulisan.
FOTO Foto harus mempunyai ketajaman yang baik, diberi judul dan keterangan pada gambar.
GAMBAR GARISGrafik atau ilustrasi lain yang berupa gambar diberi garis harus kontas dan dibuat dengan tinta hitam. Setiap gambar garsi harus diberi nomor, judul dan keterangan yang jelas dalam bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka yang dirujuk harus disusun menurut abjad nama pengarang dengan mencantum-kan tahun penerbitan, sebagai berikut :
Allan, J.E. 1961. The Determination of Copper by atomic Absorbstion of spectrophotometry. Spec-tophotometrim Acta (17), 459-466.