WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN PT. PRIMARINDO ASIA
INFRASTRUCTURE, Tbk.ASPEK KESELAMATAN KERJA
Disusun oleh:Kelompok 3dr. Dwi Amellia Nurhadidr. Dwika
Audiyanandadr. Fikri Ramadhandr. Jannatin Aliya Indrinadr. Mario
Gunadidr. Muhammad Marikar Arsydr. Nida Nuraida Sinurayadr. Roshida
Fitridr. Sukmawatidr. Tasya Anizadr. Yunisa Pamela
BALAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJAKEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
RI2015
KATA PENGANTARSegala puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
untuk memenuhi persyaratan kelulusan pelatihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja di balai K# Bandung.. Laporan dengan judul WALK
THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE Tbk
(ASPEK KESELAMATAN KERJA) merupakan hasil observasi yang dilakukan
di PT.Primarindo Asia Infrastructure, Tbk, Bandung.Dalam penyusunan
laporan ini penulis banyak mendapatkan semangat, dukungan, dorongan
dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:1. Kepala Balai K3 Bandung Ir. Iyus
Hidayat, M.Kes.2. Seluruh panitia dan pengajar Pelatihan Hiperkes
dan Keselamatan Kerja bagi dokter/dokter perusahaan.3. Pimpinan,
Manajemen dan seluruh karyawan PT Primarindo Asia Infrastruktur
Tbk. 4. Rekan-rekan peserta pelatihan Hiperkes dan Keselamatan
Kerja.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak terdapat berbagai kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan
saranyang bersifat membangun sangat diharapkan demi menyempurnakan
laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya dan dapat ditindak lanjuti dengan
pengimplentasian saran.
Peserta Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Kelompok 3
DAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iDAFTAR ISIiiBAB 1
PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang1.2 Dasar Hukum1.3 Profil
Perusahaan1.4 Alur Produksi1.5 Landasan TeoriBAB II PELAKSANAAN2.1
Tanggal dan Waktu Pelaksanaan2.2Lokasi Pengamatan2.3 Dokumen
PengamatanBAB III HASIL PENGUKURAN DAN PENGAMATAN 3.1 Hasil
Pengukuran dan Pengamatan di Perusahaan3.2Pengendalian Potensi
Bahaya BAB IV PEMECAHAN MASALAHBAB V KESIMPULAN & SARAN5.1
Kesimpulan5.2 Saran BAB VI PENUTUPDAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
standar kerja yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan guna
menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif dengan
mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja.
Ruang lingkup K3 terdiri dari aspek tenaga kerja, sistem kerja,
sarana dan prasarana perusahaan. Pekerja di Dunia berjumlah 2,7
milyar, 312.000 mati akibat kecelakaan kerja, sedangkan di Amerika
Serikat dari 150 juta pekerjanya 6000 mati karena kecelakaan kerja.
Dewan keselamatan dan kesehatan kerja nasional, Dr. Harjono, MSc
mengatakan bahwa berdasarkan data ILO (2003) setiap tahun di dunia
terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita
penyakit akibat kerja, kematian 2,2 juta serta kerugian finansial
sebesar 1,25 triliun USD. Di Indonesia menurut data PT Jamsostek
dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300.000 kecelakaan
kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp
550 milyar. Berbagai macam permasalahan di bidang K3 yang masih
banyak ditemukan terutama di negara berkembang seperti Indonesia
antara lain kurangnya perhatian dari semua pihak akan pentingnya
keselamatan kerja, masih tingginya angka kecelakaan kerja dan
rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga
berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing
secara global. Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang
diselenggarakan oleh Pusat K3 Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke perusahaan PT.
Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.pada tanggal 16 Ferbruari 2015
yang memiliki jenis usaha dalam bidang industri sepatu yang
berlokasi di kawasan Gedebage, Bandung Timur. Melalui laporan ini
kami menyampaikan hasil inspeksi secara objektif dan subjektif pada
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.beserta hasil analisa data
dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 di
perusahaan tersebut.
B. Dasar HukumSistem manajemen K3 (SMK3) wajib diterapkan oleh
perusahaan di Indonesia dan memiliki landasan hukum yang diatur
dalam UUD 45 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1 tahun 1970,
Undang-undang No.13 tahun 2003 dan Permenaker No. 05/Men/1996. C.
Profil PerusahaanPT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.adalah
sebuah perusahaan yang berdiri sejak 1 juli 1988 dengan nama PT
Bintang Kharisma dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
yang bergerak dalam bidang industri sepatu dengan jumlah tenaga
kerja sampai saat ini yaitu sebanyak 1600 orang. Pada tahun 1994
telah mencatatkan dan menjual sahamnya di bursa Efek Jakarta dan
menjadi PT. Bintang Kharisma. Pada tahun 1997 perusahaan merencakan
untuk melakukan diversivikasi usaha ke bidang lain yang juga
mempunyai prospek cerah, untuk itu, perusahan mengganti nama
menjadi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. Sebelum
direncanakan diversivikasi dapat terealisasi, kondisi ekonomi di
Indonesia mulai memburuk sehingga perusahaan memutuskan untuk
menunda rencana tersebut. Pada tahun 2001, perseroan memproduksi
hanya satu branded buyer yaitu merek Reebok. Untuk mengantisipasi
risiko pemutusan kerjasama oleh Reebok, perseroan memutuskan untuk
menjadikan tahun 2001 sebagai tahun kosnolidasi dan mulai
mempersiapkan usaha pengembangan pasar domestik.Pada bulan April
2002, perseroan menerima pemberitahuan dari Reebok International
Limited sebagai Buyer dari perseroan bahwa pesanan sepatu yang
diberikan kepada perseroan hanya sampai dengan bulan Juli 2002,
sehingga sejak bulan Juli 2002 perseroan tidak lagi memproduksi
sepatu merk Reeebok.PT. Primarindo Asia Infrastructure,
Tbk.bergerak dibidang industri sepatu khususnya sepatu olahraga dan
memproduksi dalam berbagai fungsi dan ukuran. Selama ini produksi
PT Primarindo Asia Infrastructure,Tbk. Didasarkan atas pesanan dari
pelanggan yang berasal dari luar negeri. Dengan demikian hampir
seluruh sepatu olahraga hasil produksi adalah untuk diekspor dan
harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pembeli
dengan desain yang dibuat perusahaan atau pelanggan yang merupakan
pemegang merk atau pemegang lisensi dari merek terkemuka.PT
Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. Telah dipercaya memproduksi
merek terkenal seperti Oskhops Bgosh, Cheasepeaks, Body glove, US
Athletic, PUMA dan Avia. Tahun 1996 dari dua buyer besar yaitu
Reebok dan Fila. Pada tahun 2000 dalam pengembangan pasar domestik
telah memproduksi merek Tomkins. Sampai saat ini, PT Primarindo
Asia Infrastructure, Tbk. Belum/ sudah memiliki sertifikasi / dan
sedang dalam proses pengajuan.Pekerjaan dilakukan pada hari
Senin-Jumat pukul. 07.00 16.00 WIB. Waktu istirahat pada pukul
12.00-13.00 WIB. Tidak terdapat sistem pembagian shift, waktu
lembur dimulai pukul tidak tentu sesuai permintaan
produksi.Asuransi pegawai PT Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.
menggunakan Jamsostek / BPJS Ketenagakerjaan.Lokasi kantor pusat
ada di Jakarta dan pabrik terletak di . Jalan Raya Rancabolang No.
98 Gedebage Bandung, di atas tanah 9,7 ha dengan luas bangunan 4,1
ha. Bangunan utama berupa pabrik untuk unit material, cutting,
rubber, sewing, assembling, gudang bahan baku, gudang jadi dan
bangunan penunjang seperti kantor, kantin Pujasera, poliklinik, dan
mini market yang dikelola oleh koperasi karyawanD. Alur
Produksimaterial cutting sablon rubber sewing assembling E.
Landasan TeoriKeselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolaannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar
kerja yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan guna menciptakan
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif dengan mengendalikan
berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup
K3 terdiri dari aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan
prasarana perusahaan. Secara umum, kewajiban-kewajiban perusahaan
dalam meningkatkan keselamatan kerja dapat disimpulkan sebagai
berikut: 1. Memelihara tempat kerja yang aman dan sehat bagi
pekerja.2. Mematuhi standar dan syarat kerja. 3. Mencatat semua
peristiwa kecelakaan yang terjadi terkait keselamatan kerja.
Sistem manajemen K3 (SMK3) wajib diterapkan oleh perusahaan di
Indonesia dan memiliki landasan hukum yang diatur dalam UUD 45
pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1 tahun 1970, Undang-undang No.13
tahun 2003 dan Permenaker No. 05/Men/1996. Secara spesifik
kewajiban tersebut diatur dalam Undang-Undang No 1 tahun 1970 pasal
3 ayat 1 tentang keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu:1. Mencegah
dan mengurangi kecelakaan .2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran.3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.4. Memberi
kesempatan atau jalan menyelamatkan pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.5. Memberi pertolongan pada
kecelakaan.6. Memberi alat-alat pelindung diri pada pekerja.7.
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembapan, debu, kotoran asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran.8. Mencegah dan mengendalikan
timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan. 9. Mencegah dan mengendalikan
timbulnyapenyakit akibat kerja baik fisik dan psikis, peracunan,
infeksi dan penularan.10. Memperoleh penerangan yang cukup dan
sesuai.11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.12.
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.13. Memperoleh
keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan
orang, binatang, tanaman dan barang. Menurut peraturan Menteri
tenaga Kerja RI Nomor : 03/MEN/1998 tentang cara pelaporan dan
pemeriksaan kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah
suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan
merupakan suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak
dikendalikan dimana tindakan atau reaksi dari suatu objek, senyawa
atau orang menimbulkan cedera atau probabilitasnya terhadap
individu. Sebagian besar kecelakaan sebenarnya disebabkan oleh
pelepasan yang tidak direncakanan atau tidak diinginkan dari
sejumlah besar energi (mekanik, listrik, kimia, panas, radiasi
pengion) atau bahan berbahaya (seperti karbon monoksida, karbon
dioksida, hidrogen sulfida, metans).Namun demikian, dengan sedikit
pengecualian, pelepasan energi tersebut sebenarnya disebakan karena
tindakan tidak aman (unsafe acts) dan kondisi tidak aman (unsafe
condition). Jadi, tindakan dan kondisi tidak aman ini dapat menjadi
pemicu atau pencetus pelepasan dari sejumlah besar energi atau
bahan-bahan berbahaya sebagai penyebab timbulnya kecelakaan, kedua
hal tersebut sebenarnya hanyalah gejala-gejala dari suatu
kesalahan. Penyebab dasarnya biasanya dapat ditelusuri dan berasal
dari kebijakan manajemen dan pengambilan keputusan yang buruk,
faktor individu dan faktor lingkungan. Secara umum, dua penyebab
terjadinya kecelakaan kerja adalah penyebab dasar (basic causes)
dan penyebab langsung (immediate causes).Penyebab dasar Faktor
manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik,
mental dan psikologis; kurang atau lemahnya pengetahuan dan
keterampilan (keahlian); stres; dan motivasi yang tidak cukup atau
salah. Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena
ketidakcukupan kemampuan kepemimpinan dan/atau pengawasan, rekayasa
(engineering), pembelian atau pengadaan barng, perawatan
(maintanance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau
bahan-bahan, standar-standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan
yang terjadi di lingkungan kerja. Penyebab langsung kondisi
berbahaya (kondisi tidak standar-unsafe condition), yaitu tindakan
yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan pengamanan,
pelindung, atau rintangan yang tidak memadai atau tiadak memenuhi
syarat, bahan dan peralatan yang rusak, terlalu sesak atau sempit,
sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai, bahaya-bahaya
kebakaran dan ledakan, kerapian atau tata letak (housekeeping) yang
burk, lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap dan
lainnya), bising, paparan radiasi, serta ventilasi dan penerangan
yang kurang. Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standar-unsafe
act), yaitu tingkah laku, tindak-tanduk, atau perbuatan yang akan
menyebabkan kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa wewenang,
gagal untuk memberi peringatan dan pengamanan, bekerja dengan
kecepatan yang salah, menyebabkan alat-alat keselamatan tidak
berfungsi, memindahkan alat-alat dengan cara yang salah, serta
kegagalan memakai alat pelindung atau keselamatan diri secara
benar. Aktivitas pencegahan dini terhadap kecelakaan kebanyakan
mencakup hanya identifikasi dan koreksi dari kondisi dan tindakan
yang tidak aman. Walaupun hal ini mempunyai arti yang penting,
dewasa ini kita mengetahui bahwa peningkatan dan perbaikan jangka
panjang dapat dibuat dengan cara mengidentifikasi dan mengoreksi
penyebab dasar (basic causes). Hal ini dapatdikelompokkan menjadi
tiga kategori yang saling terkait, yaitu:1. Manajemen kebijakan
keselamatan dan pengambilan keputusan, mencakup antara lain
langkah-langkah manajemen yang berhubungan dengan keselamatan
kerja; prosedur kepegawaian/stafing; seleksi, training, penempatan
dan supervisi pekerja; arahan dan supervisi; prosedur komunikasi;
prosedur inspeksi; desain dan pemeliharaan peralatan; prosedur
pekerjaan standar dan darurat; dan kebersihan dan pemeliharaan
rumah tangga.2. Faktor indidvidu, mencakup motivasi; kemampuan;
pengetahuan dan keterampilan; pelatihan; kesadaran kinerja; waktu
reaksi; dan perhatian dan pemeliharaan perorangan.3. Faktor
lingkungan, meliputi suhu, tekanan, kelembaban, debu, gas, uap
kebisingan, pencahayaan, polusi udara, dan keadaan sekitar (lantai
licin, objek berbahaya, pelindung yang tidak adekuat).
Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan
terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih
ditemukan antara lain kurangnya perhatian dari semua pihak akan
pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka kecelakaan
kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal
ini juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat
bersaing secara global.
Menurut perkiraan ILO (International Labour Organization),
setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah
akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan
fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang
mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena
penyakit akibat kerja. ILO berpendapat bahwa apapun keadaan yang
menimpa suatu negara, keselamatan dan kesehatan pekerja adalah hak
asasi manusia yang mendasar.
Hirarki pengendalian potensi bahaya K3 diantaranya:A.
Pengendalian teknis (Engineering control) a. Eliminasi b.
Substitusi c. Isolasid. Perubahan prosese. Ventilasi B.
Pengendalian Administratif a. Pengurangan waktu kerjab. Rotasi
mutasiC. Alat Pelindung Diri a. A.P Kepalab. A.P Muka dan Matac.
A.P Telingad. A.P Pernafasane. A.P Tanganf. A.P Kaki g. Pakaian
Pelindungh. Safety Belt
BAB IIPELAKSANAAN
A. Tanggal dan Waktu PengamatanSenin, 16 Februari 2015, Pukul
13.00- WIB.
B. Lokasi PengamatanJalan Raya Rancabolang No. 98, Gedebage,
Bandung, INDONESIA
C. Dokumen PengamatanPengamatan secara langsung dan wawancara
dengan Bapak selaku Petugas K3PT. Primarindo Asia Infrastructure,
Tbk.
BAB IIIHASIL PENGAMATAN
Mesin dan Alat Kerja yang DigunakanBerdasarkan hasil wawancara
dan pengamatan secara langsung. Alat-alat yang digunakan dalam
pembangunan gedung tersebut berupa alat-alat berat
diantaranya:excavatorsebanyak 3 buah, Towing cranesebanyak 3 buah,
truk pengangkut tanah sebanyak 5 buah, dan truk pengaduk semen
sebanyak 3 buah. Dan ada yang masih dalam perencanaan seperti
gondola dan lift passenger. Setiap mesin dan pesawat yang digunakan
dalam pengerjaan proyek pembangunan apartemen ini dijalankan oleh 2
operator pada setiap mesin dan pesawat,dimana jam kerja
masing-masing operator bekerja selama 8 jam setiap hari, kecuali
jika tenaga kerja bekerja lembur.Bahan dan Proses Kerja Sesuai
Dengan Prinsip K3Dari hasil wawancara dengan divisi safety
perusahaan dan kunjungan perusahaan pada 16 Februari 2015
didapatkan informasi bahwa perusahaan melakukan safety talk setiap
ada tenaga kerja baru melamar pekerjaan dan tiap anggota divisi
safety selesai pelatihan K3 akan tetapi dalam pelaksanaannya, ada
tenaga kerja lapangan yang tidak menggunakan APD yang sesuai dengan
standar keselamatan kerja walaupun telah dibagikan, umumnya tenaga
kerja beralasan APD yang digunakan mengurangi keleluasaan dan
kenyamanan saat bekerja. Adapun bahan yang ditemukan sering
menyebabkan kecelakaan kerja dari catatan yang dimiliki divisi
safety adalah paku dan kabel kawat. Hingga saat ini kasus
kecelakaan kerja yang ditemukan adalah kaki tertusuk paku dan
anggota tubuh tergores kabel kawat yang ditangani di ruang P3K
first aid dengan diberikan wound treatment tanpa terapi obat. Untuk
saat ini tidak didapatkan kasus fatality incident.Sedangkan untuk
bahan material kimia berbahaya belum banyak dipakai perusahaan
untuk tahap pembangunan sampai saat ini, namun telah direncanakan
tempat khusus untuk penyimpanan bahan bahan berbahaya tersebut.
Landasan Kerja ( SOP )Proyek pembangunan Apartemen Green Pramuka
yang berada di bawah naungan PT. Primarindo Asia Infrastructure,
Tbk. pada dasarnya dibangun diatas rawa yang kemudian dikeruk dan
ditimbun dengan tanah sehingga permukaan tanahnya tidak rata.PT.
Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. telah memiliki SOP yang telah
disetujui oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah
Propinsi DKI Jakarta. SOP tersebut harus dilaksanakan oleh setiap
pekerja. Sosialisasi SOP tersebut menjadi tanggung jawab supervisor
agar setiap pekerjanya tahu tentang SOP perusahaan dan
melaksanakannya.
Instalasi
ListrikSumberlistrikberasaldariduagarduutama.Instalasilistrik di
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.tidak baik,
dikarenakanadakabel yang
terbukadantidaktersusunrapi,namunpengamataninihanyaterbataspadabeberaparuangan
saja.
Tidakterdapatpelindungpadasumberlistrik,haltersebutdapatmenimbulkanpotensi
bahaya. Ketikaterjadiaruspemadaman listrik,
perusahaaninimenyediakanGensetsebagaicadangan energy listrik yang
disimpan di luarruangansehinggadapatmencegahterjadinyakeracunan gas
bagipekerjaperusahaan.
Prasarana Kerja Lainnya ( seperti penangkal petir, lift, listrik
dll )Menurutpengamatan dan wawancara, tersedia lift pengangkut
pekerja, penangkal petir pada tower crane dan dipasang limit suite
pada tower crane sebagai tanda jika melebihi kapsitas beban, alarm
kebakaran dan pemadam kebakaran. Namun pada prakteknya, alat
pemadam kebakaran tidak diletakan pada area kerja, tetapi disimpan
di kantor manajemen, Prasarana kerja lainnya adalah Ekskavator atau
Mesin pengeruk merupakan alat berat yang terdiridaribatang,
tongkat, keranjangdalamsebuahwahanaputardandigunakanuntukpenggalian
(ekskavasi) di proyekkonstruksi, semua operator
memilikisertifikatresmisebagai operator. Perusahaan
jugameyediakanBatchingplantalat yang
berfungsiuntukmemproduksibetonready mixdalamproduksi yang besar
Konstruksi Tempat KerjaDari hasil pengamatan secara langsung
bahan yang digunakan berupa semen adukan beton, pasir, besi, batu,
serta bahan-bahan lain. Tetapi semua data yang didapat sangat
terbatas sekali sehingga tidak ada data lain yang dapat
dikemukakan.
Sarana Penanggulangan KebakaranSarana pengangguangan yang harus
dipenuhi pada suatu gedung berdasarkan Standar Nasional dan
Internasional , antara lain :1. Sistem deteksi dan alarm
kebakaran2. Sistem pemadam kebakaran3. Sistem pengendalian
kebakaran
Pada pembangunan Green Park City terdapat sarana penanggulangan
kebakaran sesuai dengan informan antara lain :1. Sistem deteksi dan
alarm kebakaranApabila terjadi kebakaran pekerja akan melapor ke
bagian safety lalu petugas safety membunykan alarm dan mengumumkan
lewat pengeras suara. Tombol alarm berada di ruangan safety. Alarm
panjang menandakan evakuasi full. Simulasi peringatan dilakukan
setiap 3 bulan sekali.2. Sistem pemadam kebakaran Terdapat 30 APAR
(Alat Pemadam Api Ringan) di lokasi pembangunan yang tersebar di
lokasi rawan kebakaran, yaitu panel istrik, bedeng pekerja, tempat
makan, dan gudang/tempat penyimpanan Terdapar macam APAR yaitu :
CO2 dan Powder Pemeliharaan APAR dilakukan setiap 2 minggu sekali3.
Sistem pengendalian kebakaran tenaga listrik cadangan : 1 buah
jenset paduan dan panduan tanggap darurat : terdapat tim tanggap
darurat yang terdiri dari HSE dan seluruh supervisor, panduan arah
menuju Asembly point
Rambu Rambu Keselamatan KerjaAlat Pelindung DiriAlat pelindung
diri (APD) standard yang digunakan oleh tenaga kerja di PT.
Primarindo Asia Infrasructure, Tbk. selama proses produksi
berlangsung diantaranya ialah :Penutup kepala ( helm)Rubber boot
Vest dengan scootch line yang dapat menyala saat keadaan gelap
Namun apabila pekerja bekerja diketinggian tinggi , yaitu
ketinggian lebih dari 2 meter dari permukaan lantai maka pekerja
akan diberikan tambahan berupa body harmless. Tambahan ini akan
diberikan 2 jam sebelum pekerja melakukan pekerjaaan di tempat
tinggi.Pekerja di tempat wheelding atau pengelasan akan diberian
alat pelindung diri tambahan berupa sarung tangan dan
googles.Setiap pekerja akan dibnerikan helm, sepatu boot dan rompi
dengan scooth line. Seluruh alat pelindung diri menjadi hak milik
dari setiap pekerja. Bila terdapat kerusakan pada alat pelindung
diri, seperti helm yang pecah maka dapat melapor pada departemen
safety dan akan mendapatkan penganti.Setiap akan memasuki tempat
kerja maka setiap pekerja wajib memakai alat pelindung diri dan
apabila ada pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri saat
berada di tempat kerja maka akan mendapat sanksi berupa dikeluarkan
dari pekerjaan.
Tanggap Darurat dan Jalur EvakuasiTim tanggap darurat terdiri
dari satu orang ketua dari departemen HSE, dan supervisor dari
semua bagian sebagai anggotanya.Sebagai tindakan antisipasi,
dilakukan simulasi bencana setiap 3 bulan sekali, yang melibatkan
seluruh pekerja. Simulasi bencana yang dilakukan yaitu bencana
kebakaran dan gempa bumi.Apabila terjadi keadaan darurat, maka
mandor atau supervisor di lokasi kejadian akan memberi tahu pihak
departemen HSE melalui Handy Talky (HT), lalu petugas HSE akan
menyalakan alarm panjang yang akan disiarkan melalui pengeras suara
yang dipasang di tower crane. Evakuasi akan dipimpin oleh
masing-masing supervisor menuju assembly hall. Setelah berkumpul di
assembly hall, para pekerja akan diberi tahu tentang kondisi
darurat yang sedang terjadi, dan dilakukan pendataan untuk
mengetahui apakah ada pekerja yang masih terjebak di lokasi proyek.
Selanjutnya, tim tanggap darurat bekerja sama dengan tim pemadam
kebakaran dan tim SARS setempat untuk melakukan penyelamatan dan
penanganan bencana.
Kejadian Kecelakaan KerjaSistem keselamatan kerja digunakan oleh
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. mengacu pada keputusan UU
no.1 tahun 1970. Oleh karena itu PT. Primarindo Asia
Infrastructure, Tbk. terdapat departement safety health environ
yang berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
dengan target zero fatality.Kegiatan pokok departement safety
memfasilitasi beberapa kegiatan agar mencapai zero fatality1.
Memberikan pre test pada para pekerja untuk memberikan penempatan
para tenaga kerja, untuk menghindari kecelakaan kerja sesuai dengan
pemahaman pekerja. 2. Melakukan pencegahan kecelakaan dan
ketidaktahuan akan kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak
aman setiap karyawan atau orang lain yang berada pada tempat kerja
dengan memberikan Introduction kepada para pekerja baru atau tamu
yang masuk kedalam lingkungan kerja.3. Memfasilitasi para tenaga
kerja untuk berdiskusi masalah keadaan tempat kerja, faktor dan
potensi yang ada serta kelengkapan alat pelindung diri yang
dibutuhkan baik internal maupun eksternal seminggu sekali4.
Memberikan tanda dan rambu pada daerah area lingkungan kerja
berbahaya5. Memberikan limit suite pada alat alat berbahaya6.
Menyiapkan dan memberikan Alat perlengkapan diri kepada tenaga
kerja7. Mengadakan pemeriksaan berkala baik hariaan dan pertiga
bulan pada mesin dan peralatan.8. Mengadakan kegiatan yang bisa
meningkatkan kesadaran tentang K3 .9. Memberlakukan surat izin
mengenai segala sesuatu mengenai segala aktivitas berbahaya yang
ada10. Melaksanakan statistik kecelakaan kerja.tiap mesin dan
peralatahn berbahay sudah disertifikasi dan rutin dilakukan
pengecekan. Begitu juga untuk pekerja yang bertugas menggunakan
mesin dan alat alat berbahaya wajib mempunyai SIO
Berdasarkan penjelasan departement safety, selama ini
Pelaksanaan dilapangan terdapat beberapa kecelakaan kerja. Data 6
bulan terakhir tahun 2014 , terjadi kecelakaan kerja accident
kurang lebih 10 kasus, berupa tertusuk paku dan luka gores yang
dapat ditangani dengan bagian P3K dan sudah diberikan pelatihan
kepada masing masing human resourche development. Kejadian
kecelakaan kerja yang lain hingga saat ini tidak terdapat fatal
accident. Data kecelakaan kerja hingga saat ini belum ada dan
dibuat oleh departement safety. Bagian safety dapertement sudah
berusaha dan menekan dan menimalisir kejadian kecelekaan kerja
dengan kegiatan diatas. Tetapi masih banyak kesadaran para tenaga
kerja yang kurang walau berbagai pelatihan telah dilakukan.
Personil Keselamatan KerjaPersonil keselamatan kerja di proyek
pembangunan Green Pramuka City terdapat 5 orang yang tergabung
dalam tim HSE. Dimana ke 5 orang tersebut terdiri dari:1. Seorang
Manager HSE dengan sertifikasi Ahli Madya K32. Asisten Manager HSE
dengan sertifikasi ahli muda K3 konstruksi3. 3 orang staff dengan
sertifikasi ahli K3 Umum
Kegiatan Yang Dilakukan Pada Proyek: Safety InductionSafety
Induction dilakukan untuk memberikan penjelasan K3 kepada Pekerja
terhadappentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Namun
kegiatan ini hanya dilakukan 1x pada pekerja baru yang baru masuk
proyek. Safety morning Dilaksanakan setiaphari sebelum menuju ke
lokasi kerja. Safety morning dilakukan oleh anggota K3 membahas
tentang progres kerja dan potensi bahaya. Safety PatrolSafety
patrol tidak dilakukan oleh petugas K3 namun diserahkan pada mandor
proyek. Hal ini dikarenakan jumlah personil K3 yang hanya 5 orang
saja tidak cukup mampu untuk melakukan patroli dengan jumlah
pekerja proyek yang sekitar 1000 orang dan luas area proyer sekitar
14 hektar.Namun pada kenyataannya dilapangan, pak mandor hanya
lebih mementingkan kepada hal tentang progres kerja saja.
BAB IVPEMECAHAN MASALAH
Secara umum PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.belum
menjalankan program K3 dengan baik. Kecelakaan yang terjadi
sebagian besar disebabkan oleh kelalaian dan ketidakpatuhan tenaga
kerja dalam menjalankan tugasnya, oleh karena itu perlu
ditingkatkan kesadaran dan kedisiplinan pekerja akan keselamatan
dan kesehatan kerja dengan cara peningkatan pengawasan terhadap
tenaga kerja dan pemberian sanksi yang mendidik tenaga kerja.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULANBerdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan di
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. dapat disimpulkan bahwa
perusahaan belum menerapkan standar K3 yang telah diatur oleh
undang-undang, diantaranya:1. Perusahaan belum sepenuhnya
melaksanakan program K3 dengan baik.2. Karyawan baru diberikan
pelatihan sebelum mulai bekerja, sehingga dapat mencegah kecelakaan
kerja.3. Tenaga kerja hanya sebagian menggunakan APD.4. Terdapat
jalur evakuasi khusus dan tanggap darurat.
B. SARAN1. Perlu dilakukan briefing rutin sebelum melakukan
kerja yang mengingatkan tentang pentingnya perhatian dan
kehati-hatian setiap pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja
(safety induction).2. Perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat
terhadap tenaga kerja dan pemberian sanksi yang mendidik tenaga
kerja agar lebih disiplin dalam menjalankan aturan yang berlaku di
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.3. Pimpinan agar lebih
memperhatikan tenaga kerja terutama mengenai keselamatan kerja.
BAB VIPENUTUP
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja
yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif dengan mengendalikan
berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup
K3 terdiri dari aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan
prasarana perusahaan. PT. Primarindo Asia Infrastructure,
Tbk.sebagai perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang belum
sepenuhnya menerapkan K3, sehingga pelaksanaannya belum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan keselamatan
kerja.
LAMPIRAN
KELOMPOK 3
mesin 1mesin 2
penaggulangan kebakaranAlat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD)
SOP 1SOP 2
SOP 3
10
FAKTOR-FAKTORRISIKO KECELAKAAN KERJA
BAHAN
ALAT
TENAGA KERJA
KESEHATAN KESELAMATANLINGKUNGANPROSES
APD APM PAK Kec. KerjaPOLUSINABdrs/Kebjk_K334
34
Structure kecelakaan kerjaImmediate CausesUnsafe Acts -Tidak ada
alat pengaman,-Sikap dan cara kerja kurang baik, -Penggunaan
peralatan tidak aman, gerakan berbahaya.Unsafe Condition
-Perlengkapan safety tidak efektif,- House keeping-Pakaian yang
tidak sesuai Factor lingkungan kerja tidak memenuhi
syarat.Contributing CausesSafety Manajemen SistemInstruksi tidak
jelas,Tdk taat peraturan keselamatan, -Tdk ada sosialisasi
keselamatan kerja, - Factor bahaya tidak dipantau, Kond. mental TK
-Kesadaran KK kurang, -Tdk kooperatif dan koordinatif-Sikap yang
buruk / kebiasaan burukKond. fisik TK, Kesehatan tdk memenuhi
syarat, Sering kejang,Tuli, Mata rabun dan lain-lain Tipe
kecelakaanTerjepit, jatuh, terpeleset, terbakar, ledakan, terpotong
dllakibatCacat , kematian, kerusakan materi, kegagalan proses
produksi
8
AEDBC
TEORI DOMINO(William W. Heinrich 1930)LINGKUNGANSOSIALSIFAT
INDIVIDUPERBUATAN/KONDISI
BERBAHAYAKECELAKAANCIDERA/RUSAKPERSYARATAN PENGENDALIAN :~
MENGENDALIKAN DAN MENIADAKAN PERBUATAN/KONDISI BERBAHAYA
(Diluar perusahaan)(Dalam perusahaan)88 % dari kecelakaan
disebabkan oleh pekerja, 10 % disebabkan oleh pekerjaan dan 2 %
karena takdir Tuhan.