WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY (KAJIAN PRAGMATIK GRICE) HUMOROUS DISCOURSE IN STAND UP COMEDY (PRAGMATIC STUDY GRICE) TESIS Oleh: NAJAMUDDIN Nomor Induk Mahasiswa: 10.50.413. 03918 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY
(KAJIAN PRAGMATIK GRICE)
HUMOROUS DISCOURSE IN STAND UP COMEDY
(PRAGMATIC STUDY GRICE)
TESIS
Oleh:
NAJAMUDDIN
Nomor Induk Mahasiswa: 10.50.413. 03918
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
WACANA HUMOR DALAM STAND UP COMEDY
(KAJIAN PRAGMATIK GRICE)
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun dan Diajukan Oleh
NAJAMUDDIN
Nomor Induk Mahasiswa: 105 04 13 039 18
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Najamuddin
NIM : 105 04 13 039 18
Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa tulisan ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, April 2021
Yang menyatakan
Najamuddin
v
ABSTRAK
Najamuddin, 2021. Wacana Humor Dalam Stand-Up Comedy: Kajian Pragmatik Grice. Dibimbing oleh Munirah dan Mulis Madani.
Penelitia ini bertujuan mengetahui Bentuk pelanggaran prinsip kerja sama Grice dalam wacana humor SUC dan Makna pesan sosial yang disampaikan Komika dengan pelanggaran prinsip kerja sama Grice. Jenis pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, dan sumber data dalam penelitian ini dari situs Youtube. Teknik pengumpulan data mengunakan teknik dokumentasi, observasi,simak, dan catat. Data dianalisis menggunakan teknik reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dan penampilan data.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bentuk pelanggaran prinsip kerja sama Grice yang ditemukan yaitu; 1) maksim kuantitas yang meliputi informasi yang disampaikan kurang informatif dan melebihi yang dibutuhkan, 2) maksim kualitas meliputi mengatakan sesuatu yang diyakini salah dan menyatakan sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara memadai, 3) maksim relevansi meliputi pemberian informasi yang tidak relevan dengan konteks tuturan, 4) maksim cara meliputi tuturan yang tidak jelas dan memiliki makna ganda. Dan makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika yaitu; 1) pemerintah harus menegakkan hukum, pemerataan pembangun diseluruh wilayah Indonesia, menyelesaikan angka buta huruf, pemerintah harus sigap, tanggap, meperhatikan korban bencana tanpa ada pilih kasih, dan institusi pendidikan harus memperhatikan alat musik tradisoanal, 2) senantiasa bernyukur dengan apa yang kita miliki, berhenti menilai orang dari penampilan luar, berhentilah melakukan kegiatan yang mubazir dan tidak mendidik, menjaga kebersihan, jangan mendiskreditkan beberapa pihak, berhenti melakukan bullying terhadap orang, serta para penyanyi dangdut harus lebih memperhatikan dan mementingkan kualitas dan makna lagu dibangding dengan goyangan, 3) perbedaan itu adalah hal yang wajar dan tidak perlu diributkan, banggalah dengan Indonesia, kesetaraan itu penting, namun harus proposional, dan membeli suatu barang harus lebih mengedepankan fungsi dari pada genggsi. Serta fashion kita harus enak dilihat dan bisa merepresentasikan sikap kita dan kita harus mampu bersikap toleran, dan 4) pondok pesantren selaku institusi pendidikan Islam agar memberikan perhatian serius pada persoalan kebutuhan gizi para santri. Dan iklan di Tv harus dapat menumbuhkan, mengajak, dan memicu kesadaran masyarakat untuk taat beribadah terkhususnya salat tahajud. Di samping itu juga DPR harus mampu dekat dan mendengar insprirasi rakyat dan mudah ditemui, didekati, dan merakyat.
Kata kunci: Stand-up comedy, prinsip kerja sama, kritik sosial.
vi
Najamuddin, 2021. Discourse on Humor in Stand-Up Comedy: Grice's Pragmatic Study. Supervised by Munirah and Mulis Madani.
This research aims to find out the form of violation of Grice's principle of cooperation in the SUC humorous discourse and the meaning of the social message conveyed by Komika in violation of Grice's cooperation principle. This type of research approach is qualitative descriptive, and the source of the data in this study is from the Youtube site. The technique of collecting data uses documentation, observation, observing, and taking notes. Data were analyzed using data reduction techniques, data presentation, drawing conclusions and data appearance.
The results of this study indicate that the forms of violations found in Grice's cooperation principles are; 1) the maxim of quantity which includes the information conveyed is less informative and exceeds what is needed, 2) the maxim of quality includes saying something that is believed to be wrong and stating something that cannot be proven adequately, 3) the maxim of relevance includes providing information that is not relevant to the context of the speech, 4) maxims include speech that is unclear and has multiple meanings. And the meaning of the social message conveyed by Komika, namely; 1) the government must enforce the law, develop equitable distribution of builders throughout Indonesia, resolve illiteracy rates, the government must be alert, responsive, pay attention to disaster victims without favoritism, and educational institutions must pay attention to traditional musical instruments, 2) always be grateful for what we have , stop judging people from outward appearances, stop doing redundant and uneducative activities, maintain cleanliness, don't discredit some parties, stop bullying people, and dangdut singers must pay more attention and give priority to the quality and meaning of songs compared to shaking, 3) That difference is a natural thing and there is no need to be fussed about, be proud of Indonesia, equality is important, but it must be proportional, and buying an item must prioritize function rather than prestige. As well as our fashion must be pleasing to the eye and can represent our attitude and we must be able to be tolerant, and 4) Islamic boarding schools as Islamic educational institutions to pay serious attention to the problem of nutritional needs of the santri. And advertisements on TV must be able to grow, invite, and trigger public awareness to obey worship, especially the
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberi hikmah kepada siapa
saja yang dikehendaki-Nya. Berbahagialah manusia yang telah mendapat
hikmah dari Allah, karena ia telah memperoleh kebaikan hidup dan
kehidupan. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada
Muhammad Rasulul lah yang telah menjadi al-mu’allim al-awwal bagi
kaum Muslim seluruh dunia. Juga kepada para sahabatnya, keluarganya,
dan semua manusia yang mengikuti jejak langkah konsep pendidikan
yang dipraktikkannya. Tesis ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari mencari
kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari
kehidupan seseorang. Begitupun dengan tesis ini yang tidak akan terlepas
dari kesalahan karena kapasitas penulis terbatas. Berbagai upaya telah
dilakukan demi tulisan ini selesai dengan baik.
Berbagai motivasi dari pihak yang sangat membantu selesainya
tulisan ini. Segala hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua tercinta penulis yang telah memberikan pendidikan
kedisiplinan, ilmu ketegaran, keyakinan dan material sehingga penulis
dapat melanjutkan pendidikan setinggi ini. Kepada Dr. Munirah, M.Pd dan
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si dosen pembimbing I dan pembimbing II, yang
telah memberi bimbingan dan arahan serta motivasi sejak awal
penyusunan tesis hingga selesai.
viii
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, H.
Darwis Muhdina, M.Ag Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Makassar, dan Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum Ketua Program Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta seluruh staf pegawai
dalam lingkungan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-
teman yang sama-sama bergelut di dalam organisasi Ikatan Mahasiswa
Muhammdiyah (IMM), Ikatan Mahasiswa Woja (IMW), dan Ikatan
Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan se Indonesia (IMAKIPSI) yang
begitu banyak memberikan saya inspirasi, ilmu, pengalaman dan motivasi
sehingga bisa sampai pada saat sekarang ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang membangun.
Semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri
pribadi saya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Makassar, Maret 2021
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI.................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................ ix
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang penelitian 1
B. Fokus Penelitian 5
C. Tinjuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 7
A. Tinjauan Hasil Penelitian 7
B. Tinjauan Teori dan Konsep 11
C. Kerangka Pikir 44
BAB III METODE PENELITIAN 46
A. Pendekatan Penelitian 46
x
B. Batasan Istilah 47
C. Data dan Sumber Data 47
D. Teknik Pengumpulan Data 48
E. Teknik Analisis Data 50
F. Mengecek Keabsahan Data 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52
A. Deskripsi Hasil Penelitian 52
B. Pembahasan 112
BAB V SIMPULA DAN SARAN 118
A. Simpulan 118
B. Saran 120
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR SINGKATAN
SUC : Stand Up Comedy
WH : Wacana Humor
PKS : Prinsip Kerja Sama
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat
TV : Televisi
TVRI : Televisi Republik Indonesia
O1 : Orang Pertama
O2 : Orang ke Dua
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Humor merupakan kebutuhan manusia yang sulit dihindari.
Sebagai kebutuhan nonmateri, humor bisa berdampak besar bagi
penikmatnya. Setiap orang, bahkan sekelompok orang, sering membuat
humor, baik disengaja maupun tidak. Humor biasanya sengaja dilakukan
di depan orang banyak, misalnya dalam pertunjukan komedi di atas
panggung, atau dalam pidato yang bertujuan untuk mencairkan suasana.
Humor secara tidak sengaja disebabkan oleh situasi yang tiba-tiba muncul
dan membuat orang lain disekitarnya tertawa dan bahagia.
Manfaat atau keutamaan membuat orang lain bahagia dalam islam
adalah mendapatkan pengampunan dosa dari Allah SWT. Hal ini tertulis
dalam kitab Al ‘Athiyyatul Haniyyah yang berbunyi:
ك السرور سبعين روي، من ادخل على مؤمن سرورا، خلق الله من ذل
الف ملك، يستغفرون له الى يوم القيامة
Artinya: Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah
Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan meminta ampunan
baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain.
Sudah sepatutnya orang muslim melakukan hal-hal yang terpuji
menurut pandangan Allah SWT. Salah satunya dengan membahagiakan
orang lain.
1
2
Hal ini seperti yang dituturkan dalam hadis riwayat Ibnu Abbas ra
yang menyatakan bahwa baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:
إن رسول الله صلى الله :قال عن ابن عباس رضى الله تعالى عنهما
رور عليه وسلم قال إن احب العمال الى الله بعد الفرائض إدخال الس
.على المسلم
Artinya: Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah
melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim
yang lain.
Setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam
menyampaikan keinginan atau perasaannya. Humor merupakan cara
seseorang menyampaikan sesuatu secara tidak langsung. Sebagai
fenomena kebahasaan, humor dapat ditemukan di berbagai tempat, dan
dalam berbagai bentuk. Inilah yang membuat humor begitu menarik di
masyarakat.
Humor merupakan sarana komunikasi, seperti menyampaikan
2:19-3:46 Di Malang itu teman-teman, saya suka sekali nonton Arema di stadion. Dan aremania di sana itu sudah mulai ada kubu- kubunya. Jadi, ada aremania tribun utara, tribun selatan, tribun ekonomi, manajemen, akuntasi, oi macam-macam, macam- macam. Akhirnya saya berpikir, kayaknya saya juga harus buat kubu sendiri. Saya beri nama Aremania tribun tenggara timur laut. Yang lain bawa terompet, kami bawa kompas. “Ini tenggara timur laut di bagian mana?” Begitu dapat tempat duduk, ada yang protes, “ah, di sini bukan tenggara timur laut. Di sini ini selatan barat daya”. Akhirnya harus cari
Maksim Kuantitas: Komika melakukan pelanggaran maksim kuantitas. Pelanggaran maksim kuantitas terjadi ketika awalnya Komika membahas terkait tribun yang ada di stadion namun berbalik membahas nama-nama jurusan dalam perkuliahan. Pembahasan nama-nama jurusan oleh Komika merupakan sebuah informasi yang berlebihan, tidak sesuai dengan tujuan pembahasan Komika sebelumnya terkait tribun stadion dalam sepak bola. Sehingga dalam wacana Komika melanggar makasim
Komika mengkritisi perbedaan perlakuan pemerintah dalam pemerataan pembangunan daerah di Indonesia. Hal itu terlihat dalam tuturan “Tapi teman-teman, paling tidak enak itu kalau kalian nonton dari tribun timur, karena kalau di tribun barat itu nonton pakai lampu, cahaya terang kelap-kelip di mana-mana, tapi di tribun timur itu masih gelap, listrik tidak ada. Di tribun barat itu dikasih kursi, dikasih sofa, makan enak-enak, tapi di tribun timur itu masih beralaskan tanah, makan seadanya”. Pernyataan Komika merupakan ungkapan kiasan yang mengandung makna dalam konteks ketimpangan pembangunan di wilayah
lagi. Begitu dapat tempat duduk yang benar, pertandingan sudah bubar. Tapi teman-teman, paling tidak enak itu kalau kalian nonton dari tribun timur, karena kalau di tribun barat itu nonton pakai lampu, cahaya terang kelap-kelip di mana-mana, tapi di tribun timur itu masih gelap, listrik tidak ada. Di tribun barat itu dikasih kursi, dikasih sofa, makrgergheran enak-enak, tapi di tribun timur itu masih beralaskan tanah, makan seadanya. Bahkan orang dari tribun barat itu berteriak ke tribun timur, “Woi, kalian yang ada di tribun timur, sabar saja, nanti kami bangun kursi di situ. Kami kasih makan enak.” Tetapi, sampai pertandingan berakhir tidak ada yang datang. (Abdur, SUCI 4)
kuantitas yaitu menyampaikan informasi yang melebihi yang dibutuhkan oleh mitra tutur atau penonton.
Indonesia. Frasa “tribun timur” mengacu pada wilayah Indonesia Timur yang digambarkan miskin infrastruktur dan kebutuhan hidup. Di sisi lain, ungkapan “tribun barat” merujuk pada wilayah Indonesia Barat yang digambarkan memiliki pembangunan infrastruktur yang baik dan penduduk yang sejahtera. Makna pesan sosial pada wacana ini ialah pemerintah harus melakukan pemerataan pembangun diseluruh wilayah Indonesia, agar tidak ada wiyalah yang tertinggal oleh karena ketidak merataan pembangunan.
2 Suara minor dari 1.25-2.15 Teman-teman, di sini ada Maksim Kualitas: Komika mengeluhkan
timur (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/KRrdfOnMLWo)
yang tahu Rokatenda? Tidak ada. Inilah suara minor yang mau saya bawa malam ini. Teman- teman, Rokatenda adalah gunung berapi di Pulau Flores. Dia meletus dari bulan Oktober 2012 sampai Desember 2013. Empat belas bulan, empat belas bulan. Bahkan dari pertama kali dia meletus sampai dia ulang tahun yang pertama, tiup- tiup lilin, tidak ada kado yang datang, tidak ada. Wajar kalau teman-teman tidak tahu karena memang berita Rokatenda meletus pada waktu itu, itu tertutup oleh berita banjir Jakarta. Bahkan berita banjir Jakarta itu diarahkan menjadi bencana nasional karena merugikan negara hampir Dua Puluh Triliun. Rokatenda selama empat belas bulan meletus itu negara cuma rugi seribu
Komika tidak mematuhi maksim kualitas, itu terlihat pada kalimat “Bahkan dari pertama kali dia meletus sampai dia ulang tahun yang pertama, tiup- tiup lilin, tidak ada kado yang datang, tidak ada”. Pada kalimat tersebut menunjukan adanya pelanggaran prinsip kerja sama yaitu Komika tidak mematuhi maksim kualitas. Komika mengatakan sesuatu yang tidak benar atau mengatakan sesuatu yang diyakini salah. Karena tepat satu tahun meletusnya gunung Rokatenda tidak ada acara peringatan tiup-tiup lilin ulang tahun seperti yang
minimnya perhatian pemerintah pusat di daerah terpencil di Indonesia, seperti di Flores Nusa Tenggara Timur. Hali tersebut ada di dalam kalimat “Bahkan dari pertama kali dia meletus sampai dia ulang tahun yang pertama, tiup- tiup lilin, tidak ada kado yang datang, tidak ada”. Tuturan ini menyiratkan periode terakhir letusan Gunung Rokatenda yang terjadi selama satu tahun, yaitu pada bulan Oktober hingga Desember 2013. Rokatenda merupakan gunung berapi yang terletak di Pulau Palue, sebelah utara Pulau Flores. Akibat letusan ini, beberapa desa ditimpa kerikil dan abu vulkanik, makanan dan air bersih berkurang, dan warga di sekitar Rokatenda meninggal dunia akibat tersapu awan panas. Meski
rupiah. Iya, dua koin lima ratus untuk tutup telinga.
dikatakan oleh Komika pada wacana.
bencana alam ini berlangsung lama, Komika mengaku pemerintah pusat tidak memberikan bantuan logistik dan uang kepada korban erupsi Rokatenda dan lebih memperhatikan banjir di Ibu Kota Jakarta. Makna pesan sosial, yaitu pemerintah harus sigap, tanggap, dan meperhatikan korban bencana tanpa ada pilih kasih.
3 Orasi dari timur (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/WfCVdopmpEE)
2:34-4:34 Bapak saya itu jadi caleg 2014. Kemarin beliau buat kartu nama, bagus sekali, lengkap dengan foto seperti Ursula potong poni begitu. Kemudian beliau bagi keseluruh masyarakat kampung. Beliau bagi, beliau bagi, beliau bagi. Begitu KPU datang untuk sosialisasi, ternyata di surat suara tahun ini itu tidak ada foto caleg, tidak ada. Bapak saya langsung stres. Iya, karena kalau tidak ada foto caleg, itu
Maksim Kualitas: Komika melanggar maksim kualitas. Pelanggara terdapat pada kalimat “Masyarakat disanakan rata-rata masih buta huruf. Jangankan mau memilih, huruf A besar macam gunung Krakatau saja mereka piker lam alif”. Kalimat huruf A besar seperti gunung krakatau
Komika mengkritisi aturan KPU pada pemilu 2014 tentang surat suara caleg 2014 yang tidak memuat gambar para caleg, tetapi hanya nomor urut dan nama masing-masing calon. Pada pemilu 2014, surat suara yang memuat foto caleg hanya untuk caleg DPD RI. Menurut Komika, hal ini membuat masyarakat di kampung tempat tinggal Komika kesulitan untuk memilih calon yang mereka ingin
bagai mana masyarakat disana mau memilih? Masyarakat disanakan rata-rata masih buta huruf. Jangankan mau memilih, huruf A besar macam gunung Krakatau saja mereka pikir lam alif.
adalah kalimat yang tidak dapat dibuktikan kebenaranya. Karena tidak pernah ada bukti bahwa pernah ada huruf A sebesar gunung Krakatau seperi yang dikatakan oleh Komika pada wacana. Informasi yang disampikan Komika menimbulkan efek humor bagi penonton, namun melanggar prinsip kerja sama. Oleh sebab itu, wacana yang disampaikan oleh Komika merupakan wacana yang melanggar maksim kualitas, yaitu mengatakan sesuatu yang idak dapat dibuktikan kebenarannya.
pilih. Itu dikarenakan masyarakat di sana rata-rata masih buta huruf sehingga mereka kesulitan membaca nama calon pada surat suara pileg 2014 silam. Makna pesan sosial pada wacana ialah pemerintah atau KPU harus mampu membuat aturan yang tepat sasaran tanpa merugikan orang lain. Dan pemerintah diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan angka buta huruf di wilayah Timur Indonesia.
4 Tempat kejadian 1.50-2.20 Teman-teman, memang Maksim Kualitas: Komika mengkritik tentang
kita sering kali menilai orang dari penampilan. Banyak orang yang bilang Don’t judge the book by its cover, tapi kita ini manusia. Stop tipu-tipu. Stop tipu-tipu. We are judging the book by its cover, we are. Cewek pake hotpants kita bilang cabe-cabean, cewek tutup aurat kita bilang ninja. Bahkan ada yang pake hotpants tapi tutup aurat, a kalau ini gila.
Pada kalimat terakhirnya, Komika mengatakan bahwa “ada yang pake hotpants tapi tutup aurat, a kalau ini gila”. Pernyataan ini merupakan pernyataan yang tidak bisa dibuktikan secara memadai. Sebab, bisa jadi orang-orang yang berpakain hotpants tapi tutup aurat adalah fashion mereka dalam berpenampilan dan tidak bisa langsung dijastifikasi bahwa mereka yang berpenampilan seperti itu adalah orang gila. Walaupun dalam pandangan Agama Islam berpakaian tertutup tetapi memperlihatkan
orang-orang yang sering melihat orang lain dari sampulnya saja. Menurut Komika, kata-kata “jangan menilai buku dari sampulnya” itu omong kosong untuk orang zaman sekarang, stop tipu-tipu tegasnya. Karena kita sekarang lebih banyak menilai buku dari sampunya atau menilai orang dari luarnya saja. Contohya sering terjadi dilingkup masyarakat, ketika kita melihat perempuan memakai rok mini atau pakaian ketat, kita sering mengatakan mereka cabe-cabean, perempuan nakal atau tidak baik. Dan ketika kita melihat perempuan memakai jilbab dan menutup aurat, kita sering mengolok mereka dengan sebutan ninja karea menggunakan cadar bahkan menyebut mereka
lekuk tubuh itu merupakan sesuatu yang dilarang, namun bukan berarti mereka yang menggunakan pakaian hotpants merupakan orang gila. Sehingga wacana yang disampaikan Komika merupaka wacana yang melangagar maksim kualitas, yaitu mengatakan sesuatu yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara memadai.
teroris. Itulah realitas yang disampaikan oleh Komika terkait kita yang sering menilai orang dari luarnya saja. Makna pesan sosial dalam wacana ialah berhenti menilai orang dari penampilan luarnya saja.
5 Tempat kejadian fashion (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/64k5X8nOxe8)
3.18-3:53 Dua minggu yang lalu kami ke pantai ancol itu teman-teman, aduh. Saya baru pertama kali lihat itu pantai ancol itu air lautnya itu hitam gelap tidak bisa lihat apa-apa. Itu macam oli mesin kita kasih pasir gitu. Itu pantai ancol men. Ada ubur-ubur yang berenang
Maksim Kualitas: “Ada ubur-ubur yang berenang itu napas satu-satu heu ha heu ha heu. Ada kala dia membentuk huruf SOS”. Kalimat yang disampaikan oleh Komika diatas adalah sebuah kalimat yang
Komika mengkritik bagaimana kondisi pantai ancol yang kotor dan airnya yag berwarna hitam, yang tidak layak digunakan untuk mandi dan dijadikan tempat pariwisata atau liburan. Saking gelapnya, Komika mengibaratkan air di pantai ancol seperti pasir yang
itu napas satu-satu heu ha heu ha heu. Ada kala dia membentuk huruf SOS. Orang Jakarta mungkin kasihan lihat saya main lampu merah. Tapi jujur saya menangis melihat kalian bisa mandi di pantai seperti itu. Jujur.
kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai. Karena ubur-ubur yang membentuk huruf SOS belum pernah ditemukan, sehinga kalimat yang disampiakan oleh Komika merupakan kalimat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara memadi dan kalimat teresebut merupakan kalimat yang melanggar prinsip kerja sama, yaitu melanggar maksim kualitas.
diberikan oli mesin, hitam pekat. Komika juga menyampaikan rasa keprihatinannya kepada orang-orang yang bisa mandi di pantai yang kondisinya kotor. Makna pesan sosial pada wacana adalah bagaimana kita harus menjaga kebersihan, sehingga tempat-tempat pariwisata tetap bersih dan terjaga. Sehingga masyarakat bisa menikmati tempat pariwisata dengan nyaman dan aman.
2:10-3:36 Teman-teman, beberapa tahun belakangan ini pemerintah kita itu menekankan pada pembelajaran kontekstual. Artinya pembelajaran yang diambil dari kehidupan kita sehari-hari. Tapi masih banyak kejadian di sekolah
Maksim Kualitas: “Pembelajaran membaca kelas 1 SD sampai sekarang, sampai detik ini itu masih ada pembelajaran begini: ini budi, ini ibu budi. Aduh mama sayang
Komika mengkritisi tentang kurikulum yang menekankan pada pembelajaran kontekstual. Artinya pembelajaran yang diambil dari kehidupan kita sehari-hari. Namun menurut Komika, masih banyak pembelajaran di
itu yang tidak kontekstual pada kehidupan kita. Ambil contoh pelajaran matematika, ada soal begini. Sebuah menara tingginya 60m, jika seorang mengamat dengan puncak menara membentuk sudut 60 derajat. Hitunglah jarak pengamat dengan menara. Soal ini kalau diberikan kepada kami yang di timur kami bingung. Bukan bingung hitungnya, kami bingung ini menara seperti apa? Seperti apa? Tempat saya itu tidak ada menara. Kenapa tidak diganti saja dengan tiang kapal kah, pohon kelapa kah, atau tiang listrik. Tapi percuma, listrik juga belum ada. Dan contoh lain. Pembelajaran membaca kelas 1 SD sampai sekarang, sampai detik ini itu masih ada pembelajaran begini ini: ini
e. Ini pelajaran perasaan dari zaman Pithecanthropus sampai politikus begini saja, tidak ada perubahan”. Pada wacana, Komika tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu mengatan sesuatu yang tidak benar. Komika mengatakan bahwa pembelajaran ini budi dan ini ibu budi sudah ada sejak zaman Pithecanthropus. Padahal manusia Pithecanthropus merupakan manusia purba yag hidup pada zaman batu tua (Palaeolthikum) yang berdasarkan sejarah dan hasil penelitian bahwasanya pada zaman itu belum mengenal huruf. Dan
sekolah yang tidak kontekstual pada kehidupan kita. Komika mengambil contoh pembelajaran yang tidak kontekstual itu di wilayah Komika. Contoh “Sebuah menara tingginya 60m, jika seorang mengamat dengan puncak menara membentuk sudut 60 derajat. Hitunglah jarak pengamat dengan menara.” Soal ini menurut Komika kalau diberikan kepada mereka diwilayah Timur akan kebingungan. Bukan karena mereka bingung bagaimana cara menghitungnya, melaingkan mereka bingung bentuk menara yang dimaksud pada pertanya tersebut. Karena menurut informasi dari Komika, di NTT tempat tinggal Komika tidak ada menara, sehingga mengakibatkan mereka
budi, ini ibu budi. Aduh mama sayang eeee. Ini pelajaran perasaan dari zaman Pithecanthropus sampai politikus begini saja, tidak ada perubahan. Lagian ini tidak kontekstual untuk daerah timur, sejak kapan ada orang timur nama budi? Sejak kapan? Jangan-jangan budi itu makhluk astral. Seharusnya kalau mau kontekstual untuk daerah timur itu diganti. Ini eduardus, ini mama eduardus, eduardus senang Karena sumberair sudah dekat.
buku peraga ini budi diterbitkan 1976. Sehingga pada wacana, Komika melanggar maksim kualitas dengan mengatakan sesuatu yang tidak benar.
sulit menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada wacana ini Komika memberikan saran agar pertanyaan seperti itu diganti dengan tiang kapal atau pohon kelapa yang notabeninya mereka sering melihatnya. Makna pesan sosial pada wacana ialah sekolah harus mampu menerapkan pembelajaran kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.
7 Indonesia ibarat kapal tua (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/3754EDgx_rc)
5:17-6:37 Saya heran, pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, selalu dibeda-bedakan. Padahal, kita ini kan satu Ibu Pertiwi, teman- teman, satu Ibu Pertiwi. Saya itu terkadang berpikir itu dengan frasa Ibu Pertiwi. Kalau kita memang satu
Maksim kualitas: Wacana melanggar prinsip kerja sama Grice, yaitu tidak mematuhi maksim kualitas, karena tuturan yang disampaikan oleh Komika tidak benar. Hal ini ditandai
Komika mengkritisi sikap diskriminatif pemerintah pusat dalam hal melaksanakan pembangunan di Indonesia (seperti pembangunan manusia dan infrastruktur) di Kawasan Timur Indonesia. Ini ditunjukkan dengan tuturan “Saya
Ibu Pertiwi begitu, apakah memang dulu itu ada satu seorang perempuan, kemudian melahirkan pulau-pulau di Indonesia kah? Iya, jadi kamar bersalin begitu, lampu terang, follow spot di mana-mana begitu, kemudian Ibu Pertiwi berbaring.
O1: Ya, Ibu Per. Ini panggilan akrab Ibu Pertiwi, ya. O1: Ya, Ibu Per, tarik nafas dalam-dalam, Ibu. Terus Ibu, terus, iya, terus, kuat, terus, kepalanya sudah keluar, oke, ya. Sumatera. Sumatera lahir, dan itu adalah pulau yang paling susah lahir karena gunungnya paling banyak. Itu Ibu Pertiwi sampai robek- robek itu. Dan mungkin setelah itu, Kalimantan lahir, Jawa lahir, Bali lahir, dan pulau-
melalui tuturan “Saya itu terkadang berpikir itu dengan frasa Ibu Pertiwi. Kalau kita memang satu Ibu Pertiwi begitu, apakah memang dulu itu ada satu seorang perempuan, kemudian melahirkan pulau-pulau di Indonesia kah?” peristilahan Ibu Pertiwi merupakan ungkapan kata yang menyimpang atau berbeda dengan makna dari kata-kata pembangunnya yang memiliki makna “tanah air” atau “tanah tumpah darah” bukan sosok seorang wanita yang bernama Pertiwi yang melahirkan pulau-pulau di
heran, pembangunan itu selalu dibeda-bedakan, selalu dibeda-bedakan dan Pulau-pulau di bagian Indonesia Timur itu lahirnya paling terakhir”. Kedua kalimat kunci di atas menyiratkan dikotomi dan kesenjangan pembangunan manusia dan pembangunan infrastruktur antardaerah di Indonesia, khususnya di kawasan timur Indonesia. Dalam pembangunan nasional, Indonesia Timur selalu dibelakangkan, sehinga mengakibatkan pembangunan tidak merata. Makna pesan sosial, yaitu permerintah harus melakukan pembangunan secara merata di seluruh wilayah Indonesia tanpa membeda-bedakan.
pulau di bagian Indonesia Timur itu lahirnya paling terakhir. O1: Ya, Ibu Per, tarik nafas dalam-dalam, Ibu. Terus Ibu, iya terus, sedikit lagi, sedikit lagi, kepalanya sudah keluar, oke, iya, listrik mati. Begitulah cara kami lahir. Makanya wajar kalau kami gelap- gelap.
Indonesia seperti yang di ungkapkan oleh Komika pada wacana.
8 Handphone sumber kecelakaan (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/tbGjHRM1D3k)
1:30-1:50 Ketika semua yang di sini itu sudah bersistem dengan online, di tempat saya itu, aduh, oh lain, lain dari yang lain. Buat akte kelahiran itu teman-teman di sana itu gratis. Tapi karena masih manual, itu antriannya itu panjangnya masyaAllahhuakbar.
Maksim Relevansi: Wacana tidak mematuhi maksim relevansi. Hal tersebut terdapat pada tuturan online dan oh lain. Terminologi online memiliki makna “konektivitas antarperanti elektronik atau peranti elektronik dengan jaringan internet”. Pada
Sasaran kritik Komika ialah pemerintah. Hal itu terlihat dalam tuturan “di tempat saya itu, aduh, oh lain, lain dari yang lain”. Tuturan ini menyiratkan kegagalan pemerintah menyediakan teknologi informasi di kampung halaman Komika. Kritikan Komika menyiratkan sikap diskriminatif pemerintah dalam pemerataan fasilitas teknologi informasi di berbagai daerah di
wacana ini, tuturan tersebut merupakan tuturan yang mengimplikasikan kemajuan teknologi informasi yang berada di Pulau Jawa, terkhususnya Ibu Kota Jakarta. Sedangkan tuturan “oh lain” bukan merupakan terminologi khusus sebagai antitesis dari istilah online, meskipun pada tuturan tersebut mengimplikasikan perbedaan perkembangan teknologi informasi di Nusa Tenggara Timur, secara khusus di Larantuka.
Indonesia. Dalam wacana ini, Komika mengungkap dikotomi keberadaan dan kemajuan teknologi antara daerah asal yang sangat memprihatinkan, yang ditandai melalui tuturan “oh lain”, dengan Jakarta yang diungkapkan melalui frasa “di sini”, dimana perkembangan teknologi informasi semakin maju, yaitu tersistematisnya berbagai aktivitas berbasis online. Hal ini diterangkan melalui tuturan "semuanya di sinisudah bersistem online". Makna pesan sosial ialah pemerintah harus mampu melakukan pemerataan fasilitas teknologi informasi pada berbagai daerah di Indonesia. Sehingga tidak ada daerah yang susah dalam mengurus administrasi dll seperti yang dikeluhkan oleh Komika.
9 Indonesia 2:51-3:08 Dangdut yang sekarang itu Maksim Relevansi: Komika mengeluhkan karya
masuk piala dunia (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/UEYEzNocKWc)
lebih mementingkan goyangan daripada lagu. Teman-teman ada yang tahu lagunya Zaskia? Tidak tahu. Kita tahunya dia goyang itik. Teman-teman tahu lagunya Inul Daratista? Tidak tahu. Kita tahunya dia goyang ngebor. Teman-teman tahu lagunya Angel Elga? Tidak tahu. Kita tahunya dia mantan Rhoma Irama.
Pada wacana melalui tuturan “Teman-teman tahu lagunya Angel Elga? Tidak tahu. Kita tahunya dia mantan Rhoma Irama”. Tuturan yang disampaiakan oleh Komika mengdandung humor yang mengakibatkan penonton tertawa, namun tuturan tersebut tidak mematuhi maksim relevansi, karena tuturan Komika merupakan tuturan yang tidak berkaitan dengan pokok pembicaraan Komika atau informasi yang telah mendahuluinya, karena pedangdut yang dimaksud oleh Komika hanya terbatas pada mereka yang dikenal karena memiliki goyangan khasnya, bukan karena sensasi hubungannya dengan
musik artis dangdut saat ini yang lebih identik dengan tarian atau goyangan, bukan lagu. Hal itu ditunjukkan Komika melalui kalimat “Dangdut yang sekarang itu lebih mementingkan goyangan daripada lagu”. Eksistensi musik dangdut dalam khazanah kancah hiburan Indonesia yang identik dengan nafas religius yang menjunjung tinggi etika dan estetika masih tetap dipertahankan hingga saat ini. Sayangnya, Komika berpandangan bahwa dangdut yang diperkenalkan dan dibawakan oleh generasi 2000-an itu bertentangan dengan karya pendahulunya. Seniman dangdut era 2000-an telah mengalihkan dan mengaburkan esensi seni yang mereka tampilkan, sehingga ironisnya publik
pedangdut laki-laki. lebih mengenalnya karena goyangannya, bukan lagu yang mereka nyanyikan. Sebut saja Inul Daratista yang lebih dikenal dengan goyang ngebornya, Zaskia Gotik yang terkenal dengan goyang itiknya, dan lain sebagainya. Sedangkan pedangdut Angel Elga terkenal karena hubungan asmaranya dengan Rhoma Irama, bukan karena karya atau lagunya. Makna pesan sosial dalam wacana ini ialah para penyanyi dangdut harus lebih memperhatikan dan mementingkan kualitas dan makna lagu dibangding dengan goyangan.
10 Saya mau jadi seperti kakak Glen (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/qMlvouSMcZk)
1.40-2.10 Film-film di Indonesia tuh mendiskriminasikan orang Timur sebenarnya, teman-teman. Iya. Orang timur itu, misalkan kita ambil contoh Iko Uwais gitu. Iko Uwais kalau mau main film berperan jadi orang timur
Maksim Relevansi: Informasi yang disampaikan tidak relevan. “jika Iko Uwais ingin bermain film berperan jadi orang timur itu gampang. Tinggal
Komika mengkritik karya sinematografi Indonesia yang mendiskreditkan masyarakat Timur karena kerap meberikan peran peran subversif. Hal ini ditunjukkan dengan kalimat (1) Film-film di Indonesia
itu gampang. Tinggal jemur dia di panas pakai baju merah, celana biru, sepatu hijo, goyang-goyang bombastic, selesai, selesai. Tapi, kalau orang Timur mau jadi Iko Uwais itu susah. Kalau pun main dengan Iko Uwais paling jadi penjahat, tukang pukul, pegang parang, kemudian, “Hei, ko stop tipu-tipu saya e”
jemur dia di panas pakai baju merah, celana biru, sepatu hijo, goyang-goyang bombastic, selesai”. Pada kalimat pertama bahwa untuk berperan menjadi orang timur yang identik dengan kulit hitam harus berjemur dipanas itu relevan, karena untuk menjadikan kulit hitam seperti orang timur itu bisa dengan berjemur. Namun, jika harus memakai baju merah, celana biru, sepatu hijo itu tidak relevan.
tuh mendiskriminasikan orang timur sebenarnya dan (2) Kalau pun main dengan Iko Uwais paling jadi penjahat, tukang pukul, pegang parang. Salah satu contohnya, Komika menyebut lakon antagonis aktor bernama Alfridus Godfred yang merupakan orang timur dalam film laga The Raid. Hal tersebut terungkap dalam kalimat "Hei, ko stop tipu-tipu saya e" yang merupakan penggalan dialog Alfridus Godfred di film The Raid. Aktor tersebut memainkan peran gangster dalam film The Raid. Mirip dengan Alfridus Godfred, di film laga lainnya, banyak aktor dari Indonesia Timur juga berperan sebagai antagonis, peran yang identik dengan kekerasan. Sehingga menjauhkan karakter dari simpati dan
empati penonton khususnya penonton Indonesia. Makna pesan sosial, yaitu para sinematografi Indonesia harus memberikan peran yang tanpa mendiskreditkan beberapa pihak.
3:44:5:05 Teman-teman, Indonesia itu telalu terpusat di Jakarta. Makanya penjahat itu juga datang disini. Pencuri itu teman-teman di timur itu dapat tangkap itu pasti dapat pukul sampai busuk, sampai busuk. Pencuri disini itu dapat foto, dapat suting, wawancara, masuk Tv, masuk penjara fasilitas mewah. Makanya anak-anak timur sana itu pikir-pikir, ah kita pencuri yang sama, tapi kok kita tidak pernah masuk Tv? Kita pencuri di Jakarta saja. Akhirnya mereka datang kesini, mencuri disini,
Maksim Relevansi: Wacana tidak mematuhi maksim relevansi. Ketakpatuhan terdapat pada kalimat “Akhirnya mereka datang kesini, mencuri disini, dapat tangkap Alhamdulillah. Dipukul sampai busuk juga, sampai busuk ummm sampai busuk”. Penggunaan kata Alhamdulillah pada kalimat diatas tidaklah relevan
Komika mengkritik tentang tentang perlakuan yang tidak adil oleh aparat hukum. Hukum tumpul ke atas dan runcing ke bawah kata yang tepat untuk menggambarkan hal yang dikritik oleh Komika. Hukum di Indonesia timpang sebelah atau tumpul ke atas runcing ke bawah. Keadilan di negara ini lebih tajam menghukum masyarakat kelas bawah daripada pejabat tinggi seperti para koruptor. Komika membandingkan dengan para pencuri yang berijazah yang notabenenya para pejabat
dapat tangkap Alhamdulillah. Dipukul sampai busuk juga, sampai busuk ummm sampai busuk. Kenapa mereka tidak masuk Tv? Karena mereka ini bukan pencuri yang berijazah. Akhirnya mereka pulang ke timur lagi untuk sekolah, tapi mereka tidak sadar, di timur itu sekolah juga susah. Jadi sama saja.
dengan situasi dan kondisi saat itu. Karena kalimat Alhamdulillah digunakan atau diungkapkan untuk menyatakan rasa syukur atas segala nikamat kebaikan. Bukan untuk mensyukuri perbuatan buruk seperti pada wacana tersebut. Kalimat yang disampaikan Komika mampu memancing penonton untuk tertawa, namun ungkapan tersebut tidak mematuhi maksim relevansi.
yang ekonominya kelas atas yang terjerat kasus korupsi dan suap. Mereka diperlakukan seperti seorang raja, foto dengan gagah, masuk TV, dan masuk penjara dengan fasilitas mewah. Berbeda dengan mereka yang melakukan kejahat kecil. Seperti mereka yang maling ayam, ubi, sandal dll. Mereka diperlakukan tidak manusiawi dan bahkan diperlakukan kasar sebelum dimasukan di dalam penjara. Hal ini sangat bertentangan dengan negara Indonesia yang notabenenya negara hukum. Komitmen Indonesia sebagai Negara hukum pun selalu dan dinyatakan secara tertulis dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 hasil amandemen. Makna pesan sosial pada wacana yaitu Indonesia sebagai negara hukum
harus menegakkan hukum tanpa ada perlakuan yang tidak adil. Hukum tidak boleh tumpul keatas dan runcing kebawah.
12 Orasi dari timur (Abdur, SUCI 4) (http://youtu.be/WfCVdopmpEE)
0:49-1:07 Teman-teman, sudah 16 Tahun kita tertatih dalam revormasi. Ditipu oleh politisi yang katanya berikan bukti bukan janji. Tetapi ketika ada tangis seorang minor di pelosok negeri, mereka sibuk mencari kualisi bukan solusi. Makanya teman-teman, dari pada sibuk nonton mereka debad di televisi, lebih baik datang kesini bisa cuci mata ada tate Veni.
Maksim Pelaksanaan/cara: Komika tidak mematuhi maksim pelaksanaan atau cara. Ajakan untuk datang ke studio kompas tv untuk cuci mata karena ada tante veni memiliki makna ganda atau ketaksaan. Karena cuci mata bisa berarti mencuci mata ditemani tante Veni dan cuci mata yang artinya bersenang-senang dengan melihat tante Veni.
Komika mengkritisi tentang politisi yang sering menipu rakyatnya dengan mengumbar-ngubar jani politiknya, yang katanya memberikan bukti bukan sekadar janji. Padahal, ketika ada tangisan dari rakyat karena penderitaan. Mereka malah sibuk mengurusi kekuasaannya, mencari kualisi untuk melanggengkan kekuasaan mereka. Padahal yang dibutuhkan masyarakat Indonesia adalah solusi dari para politisi atau para pejabat Negara, buka janji-janji manis. Makna pesan sosial pada wacana ialah janji harus ditepati. Dan politisi harus mampu memberikan bukti
0:08-1:11 Sebenarnya malam hari ini tuh saya kepingin sekali berada di panggung ini, kemudian bawa sasando, alat musik asli NTT begitu. Cuma apa daya, saya tidak bisa main sasando. Teman- teman, di NTT sekalipun belajar sasando itu tidak masuk dalam kurikulum. Tidak masuk. Sedikit lagi masuk museum itu. Saya takutnya, ini lama-kelamaan sasando itu hanya bisa tinggal cerita. Saya punya anak begitu, kemudian saya punya anak datang, tanya ke saya.
O1: Bapa, katanya
sasando itu alat musik NTT. Itu dia pung cara main bagaimana e?
O2: Ah, dia punya cara main itu, anak, ya
Maksim Pelaksanaan/cara: Informasi yang disampaikan Komika tidak jelas, ungkapan berkepanjangan dan tidak runtut atau teratur. Itu terjadi ketika dalam percakapan antara bapak dan anak. Seorang anak yang menanyakan bagaimana cara memainkan alat musik sasando kepada bapaknya. Kemudian ayahnya menjawab dengan jawaban yang tidak jelas, ungkapan yang disampaikan berkepanjangan dan tidak runtut/teratur, sehingga tidak menemui kejalasan
Komika mengkritik ketidakpedulian lembaga pendidikan di Nusa Tenggara Timur untuk memasukkan kesenian sasando dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Hal tersebut diungkapkan melalui tuturan Komika “Di NTT sekalipun belajar sasando itu tidak masuk dalam kurikulum”. Sebagai salah satu ikon kesenian NTT, sasando dihadapkan pada situasi yang ironis hingga tahun 2014, sasando belum pernah diajarkan secara formal oleh sekolah-sekolah di NTT. Secara tersirat, Komika menilai salah satu cara atau upaya pelestarian sasando adalah dengan meneruskan dan mengajarkannya kepada generasi muda melalui pembelajaran di sekolah.
begitu. O1: Ya begitu bagaimana? O2: Ya, begitu. Ya, kalau
gitar kan begini (sambil memetik gitar). Nah, gitar begini. Nah, sasando begitu.
O1: Ya itu begitu begitu bagaimana?
O2: Ah, sudah anak. Tidak usah pikir. Mari kita minum tuak saja.
dari suatu yang dipertanyakan oleh anaknya tersebut.
Dengan cara ini, sasando akan tetap menjadi budaya yang langgeng dan dapat dikenali dan dimainkan oleh generasi sekarang dan yang akan datang. Makna pesan sosial dalam wacana tersebut adalah bahwa lembaga pendidikan di Nusa Tenggara Timur harus lebih memperhatikan alat musik tradisional dan memasukkan kesenian sasando dalam kurikulum pembelajaran di sekolah.
DESKRIPSI DATA TERPILIH AKBAR
NO JUDUL VIDEO WAKTU DATA TERPILIH
PELANGGARAN MAKSIM
MAKNA
1 Fenomena di Indonesia, TKI Sudah Seperti Pakaian (Akbar, SUCI 1) (https://youtu.be/37D9hoz1YzY)
4:26-4:44 Ini ada sedikit kejadian menarik mengenai perbedaan hari raya Idhul Fitri di Indonesia. Padahal namanya Idul fitri itu adalah menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak ada yang sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36. Enggak usah diributin datangnya bulan.
Maksim Kualitas: wacana ini Komika melanggar maksim kualitas, yaitu mengatakan sesuatu yang diyakini salah. Pelanggaran terdapat pada kalimat “Istri saya taggal 25, itu tanggal 36”. Pada kalender tanggal hanya dimulai dari taggal 1 sampai dengan tanggal 31. Tidak ada dalam kalender sampai tanggal 36. Pernyataan Komika pada wacana menghasilkan humor, namun melanggar maksim kualitas.
Komika mengkritisi perbedaan hari raya Idhul Fitri di Indonesia. Perbedaan itu dikarenakan metode yang digunakan untuk melihat hilal berbeda. Pemerintah menggunakan metode ruqyat, sedangkan Muhammadiyah menggunakan hisab untuk mentukan bulan baru 1 Syawal. Makna pesan sosial dalam wacana ini ialah bahwa perbedaan itu adalah hal yang wajar dan tidak perlu diributkan.
2 Mencintai Indonesia (Akbar, SUCI 1) (https://youtu.be/GAgBjreqxxM)
3:43-4:24 Indonesia telah meredeka bagi sebagian orang, karena apa, ingat! kita tentu diajari dalam pembukaan Undang-Undang Dasar ya. Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, mengantar rakyat Indonesia dengan selamat sentosa ke pintu gerbang. Cuman sampai pintu gerbang lo ya, belum masuk lo ya. Cuman sampai pintu gerbang, kita belum masuk. Masih antri, hanya sebagian yang masuk, pejabat masuk, semua masuk, rakyat banyak yang belum masuk. Menuju masyarakat yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
Maksim Kualitas: Wacana tidak mematuhi maksim kualitas. Komika mengatakan sesuatu yang tidak benar atau salah. Pelanggaran terdapat pada kalimat “Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, mengantar rakyat Indonesia dengan selamat sentosa ke pintu gerbang”. Pernyataan Komika terkait UUD 1945 adalah salah, kesalahan terjadi karena Komika tidak menyebutkan beberapa bagian yang tedapat pada UUD 1945.
Komika mengritisi kemerdekaan yang hanya dinikmati oleh sebagian orang. Kemerdekaan hanyalah milik para pejabat dan penguasa di negri Indonesia. Rakyat Indonsia hanya di antar sampai ke pintu gerbang kemerdekaan namun belum bisa masuk dan menikmati kemerdekaan. Makna pesan pada wacana ini, yaitu pemerintah harus mampu memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia sesuai bunyi UUD 1945.
Susunan UUD 1945 yang benar adalah “dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
3 Fenomena di Indonesia, TKI Sudah Seperti Pakaian (Akbar, SUCI 1) (https://youtu.be/37D9hoz1YzY)
4:26-4:44 Ini ada sedikit kejadian menarik mengenai perbedaan hari raya Idhul Fitri di Indonesia. Padahal namanya Idul fitri itu adalah menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak ada yang sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36. Enggak usah
Maksim Relevansi: Komika melanggar maksim relevansi. Pelanggaran terdapat pada kalimat “Ini ada sedikit kejadian menarik mengenai perbedaan hari raya Idhul Fitri di
Komika mengkritisi perbedaan hari raya Idhul Fitri di Indonesia. Perbedaan itu dikarenakan metode yang digunakan untuk melihat hilal berbeda. Pemerintah menggunakan metode ruqyat, sedangkan Muhammadiyah menggunakan hisab untuk
diributin datangnya bulan. Indonesia. Padahal namanya Idul fitri itu adalah menanti datangnya bulan. Dari dulu datang bulan gak ada yang sama. Istri saya taggal 25, itu tanggal 36”. Tuturan ini tidak mematuhi maksim relevansi, karena tuturan Komika tidak berkaitan dengan pokok pembicaraan Komika atau informasi yang mendahuluinya, karena menanti datangnya bulan yang di maksud Komika sebelumnya adalah bulan untuk merayakan Idhul Fitri, bukan bulan yang dimaksudkan Komika setelahnya,
mentukan bulan baru 1 Syawal. Makna pesan sosial dalam wacana ini ialah bahwa perbedaan itu adalah hal yang wajar dan tidak perlu diributkan.
yaitu datang bulan perempuan.
4 Mencintai Indonesia (Akbar, SUCI 1) (https://youtu.be/GAgBjreqxxM)
2:38-3:04 Banggalah dengan Indonesia, banggalah dengan Indonesia. Tapi kita harus prihatin dengan Indonesia, semuanya banyak yang dikuasai asing. Pertambangan milik asing, bank milik asing, perusahaan-perusahaan milik asing. Tapi yang saya bingung, waktu saya tanya bapak saya, ya saya tanya bapak saya. O1: Pak, semua itu milik asing ya? O2: Ah itu sudah tidak asing, Hahahahahaha jadi sudah barang basi.
Maksim Cara: Komika tidak mematuhi maksim cara, yaitu menggunakan kalimat yang bermakna ganda. Itu terdapat pada percakapan O1 dan O2. O1: Pak, semua itu milik asing ya? O2: Ah itu sudah tidak asing. Jawaba dari O2 mengandung makna ganda. Makna pertama, yaitu sudah tidak asing lagi yag bermakana kekayaan Indonesia bukan milik atau dikelola oleh orang asing lagi, dan makna kedua yaitu semua kekeyaan Indonesia yang dikelolah oleh orang
Kekayaan alam Indonesia yang melimpah ternyata tak berbanding lurus dengan kesejahteraan bangsa Indonesia. Penyebanya karena banyaknya kekayaan Indonesia yang dikuasai oleh asing. Komika mengkritisi tentang bayaknya kekayaan atau aset Indonesia yang dimiliki atau dikelolah oleh Negara luar, itu terlihat pada wacana “Tapi kita harus prihatin dengan Indonesia, semuanya banyak yang dikuasai asing. Pertambangan milik asing, bank milik asing, perusahaan-perusahaan milik asing”. Penguasaan kekayaat atau aset Indonesia oleh asing sudah tidak asing dan sudah menjadi rahasia umum. Itu terlihat kertika percakapan O1 dan O2.. O1:
asing sudah menjadi rahasia umum atau sudah diketahui oleh banyak rakyat Indonesia.
Pak, semua itu milik asing ya? O2: Ah itu sudah tidak asing. Komika prihatin dengan Indonesia yang begitu banyak kekayaannya namun banyak yang dikuasai oleh asing. Asing kendalikan semua sektor. Menurut pengamat Ekonomi UGM Revrizon Baswir, sebagaimana dikutip dari Hitbut-Tahrir.or.id, bahaya yang paling penting adalah asing tidak hanya akan mengendalikan ekonomi tetapi mereka akan mengendalikan semuanya. Sehingga siapapun yang berkuasa di negeri ini akan bergantung kepada asing, karena asinglah yang mempunyai modal, mereka yag menguasai lahan, mengendalika regulasi, sampai pada kebijakan-kebijakan di tingkat mikro. Makna pesan sosial pada wacana ialah banggalah
dengan Indonesia, namun mari kita kembali mengelola sendiri kekayaan Indonesia untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
DESKRIPSI DATA TERPILIH ARI KRITING
NO JUDUL VIDEO WAKTU DATA TERPILIH PELANGGARAN
MAKSIM MAKNA
1 Pasar barang antik, tapi tidak ada yang istimewa (Ari Kriting, THE TOUR) (https://youtu.be/fXkxE0cbur8)
6:40-7:36 Orang sekolah sekarang itu, tambah aneh-aneh kurikulum itu, coba kalia perhatikan! Sekolah sudah macam-macam jenis sekolah, tiba-tiba di kota-kota besar ada lagi yang bikin sekolah, “sekolah alam”. Saya pas perhatikan, sekolah alam konsepnya apa? Dihutan-hutan, saya omong kosong. Bukannya apa-apa, kalian itu sepertinya tidak bersyukur, orang-orang kota itu. Sudah syukur-syukur dapat gedung, mereka pilih sekolah di hutan lagi. Eh saya kasih tahu, di Indonesia Timur sana banyak orang sekolah di hutan karena tidak bisa dapat gedung. Coba bersyukur kah. Kalau
Maksim Kuantitas: Komika tidak mematuhi maksim kuantitas. Pelanggaran terjadi ketika Komika mengatakan “Kamu yang mau sekolah di alam itu, kamu pergilah di Indonesia Timur itu, sekolah dengan kaswari-kaswari sekalian disana”. Pada kalimat tersebut, Komika menyampaikan informasi yang menimbulkan efek humor, namun informasi yang disampaikan oleh Komika merupakan informasi yang berlebihan yang melebihi yang dibutuhkan yaitu dengan menyuruh
Komika mengkritisi tentang sekolah alam yang dilakukan oleh orang-orang kota. Komika mengkritis sekolah alam yang bertemakan di hutan-hutan dan mengatakan orang-orang yang mengadakan sekolah itu tidak berysukur dengan fasilitas gedung yang ada di kota. Komika membandingkan dengan orang-orang yang ada di timur yang masih tertinggal terkait infrastruktur, terkhususnya infrastruktur untuk pendidikan. Di wilayah Papua, perkembangan pendidikan masih sangat memprihatinkan. Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Papua masih rendah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan jika lebih dari 50% anak-anak usia sekolah (3-19 tahun) tidak mendapatkan pendidikan di sekolah. Minimnya fasilitas masih menjadi faktor utama. Di Papua masih banyak sekolah yang berdiri seadanya dengan menggunakan
memang kamu mau sekolah di hutan, tidak usah kalian bikin lagi sekolah alam itu. Lebih bagus kita tukaran aja kan? Kita datang di kota sekolah di gedung. Kamu yang mau sekolah di alam itu, kamu pergilah di Indonesia Timur itu, sekolah dengan kaswari-kaswari sekalian di sana.
orang-orang di kota untuk sekolah dengan kaswari-kaswari. Kalimat ini jelas berlebihan, karena bagaimana mungkin manusia sekolah dan belajar dengan hewan yang ada di hutan, yang nota benenya hewan merupakan mahkluk yang tidak berakal. Sehingga dalam wacana ini Komika melanggar maksim kuantitas yaitu mengatakan sesuatu yang berlebihan.
tenda dan kursi yang lapuk. Melihat fenomena tersebut. Komika menawarkan untuk tukar sekolah. Orang-orang timur datang untuk sekolah di kota dan menggunakan fasilitas gedung dan orang-orang yang mau sekolah di alam pergi sekolah di wilayah Indonesia timur. Makna pesan sosial dalam wacana Komika, yaitu kita harus senantiasa bernyukur dengan apa yang kita miliki, terkhususnya fasilitas pendidikan yang layak. Karena masih banyak di tempat atau daerah lain yang pendidikannya belum atau tidak layak.
2 Harga diri saya tercoreng, diskriminasi terhadap orang timur (Ari, SUCI 3) (https://youtu.be/JrfLICx1_dE)
0:58-1:38 Tapi bebicara tentang harga diri, harga diri saya itu tercoreng, karena apa? Tim sepak bola kita kalah terus. Menurut saya kekalahan timnas sepak bola itu karena satu, dia punya satu kekurangan, kekurangan orang timur. Serius, sungguh ini.
Maksim Kualitas: Wacana mengandung humor yang menyebabkan lawan tutur tertawa, namun Komika tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu mengungkapkan sesuatu yang kebenarannya tidak
Komika mengkritik Tim Nasional Indonesia (Timnas) yang kalah terus, terkhususnya Timnas sepak bola Indonesia terus menerus merasakan kekalahan. Menurut Komika, kekalahan Timnas sepak bola Indonesia karena kekurangan pesepak bola dari timur. Indonesia memiliki potensi besar sebagai sebuah bangsa yang besar. Dikarenakan budaya dari ujung
Karena orang timur itu paling jago kalau main bola, dan kita jago main bola karena kebiasaan berburu. Betul, iyo. Orang lain kalau berburu itu pakai panah, tombak, senapan. Kalau kita orang timur beda, kita kalau berburu itu yang namanya anoa, kaswari, babi hutan itu kita kejar, kita kejar, kita kejar, kemudian kita tackling.
bisa dibuktikan secara memadai. Itu terdapat pada kalimat “Orang lain kalau berburu itu pakai panah, tombak, senapan. Kalau kita orang timur beda, kita kalau berburu itu yang namanya anoa, kaswari, babi hutan itu kita kejar, kita kejar, kita kejar, kemudian kita tackling”. Kalimat ini melanggar maksim kualitas, karena Komika mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak bisa dibuktika secara memadai. Itu karena Komika mengatakan bahwa orang timur kalau berburu anoa, kaswari, dan babi dengan cara dikejar lalu di tackling. Padahal orang timur masih menggunakan alat seperti panah
barat hingga ujung timur, membuat bangsa Indonesia begitu besar. Begitupun yang terlihat di dunia sepak bola. Di mana bintang-bintang Timnas Indonesia datang dari segala penjuru Nusantara. Tak sedikit pula mutiara dari timur Indonesia yang begitu berkilau mebela bangsa di level Internasional. Pesepak poda dari timur memang terkenal dengan talenta pesepak bolanya. Seperti Ronny Pattinasarani (Makassar), Rochi Putiray (Ambon), Elie Aiboy (Jayapura), Boaz Solossa (Papua), dan begitu banyak pemain yang berasal dari timur yang memiliki potensi yang sangat luar biasa di persepak bolaa Indonesia. Makna pesan sosial adalah agar pemerintah banyak merekrut orang timur masuk di Timnas Indonesia, karena orang-orang timur memiliki talenta dalam sepak bola.
untuk berburu.
3 Judul Film (Ari, Indosiar, lucunya tu disini) (https://youtu.be/ccZsltcoGE)
1:47-2:44 Jangan kaya anak-anak alay. Anak alay kalau temannya ulang tahun malah dikerjain sama dia. Wis saya paling benci dengan yang begitu. Temannya ulang tahun diikat, iyakan diikat, ditimpuk-timpukkin, disiram bensi, dibakar. Sudah begitu kenapa kalau orang ulang tahun itu identik dengan suka di lempar-lempar dengan telur, iya kan?. Itu kan mubazir, mending telurnya dimakan. Apalagi yang masih mahasiswa, sok kaya lagi lempar-lempar orang pakai telur, mending kalian goreng untuk dikossan kan. Ini di lempar-lempar dengan telur, menurut saya itu kegiatan yang mubazir dan tidak
Maksim Kualitas: Wacana tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu Komika mengungkapkan sesuatu yang kebenarannya tidak bisa dibuktikan secara memadai. Itu terdapat pada kalimat “temannya ulang tahun diikat, iyakan diikat, ditimpuk-timpukkin, disiram bensi, dibakar”. Kalimat ini tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara memadai, karena biasanya orang-orang ketika ulang tahun hanya mengikat dan menipuk temannya menggunakan telur dan tepung. Tidak pernah ada kasus yang ketika orang ulang tahun disiram dan dibakar seperti
Komika mengkritisi perilaku anak-anak ketika merayakan ulang tahun. Komika menyebut mereka anak alay karena berlebihan dalam melakukan sesuatu, terutama merayakan ulang tahun. Anak-anak zama sekarang sering kali merayakan ulang tahun dengan melempar telur dan tepung kepada temannya yang sedang berulang tahun. Menurut Komika kegiatan seperti itu sangat mubazir apatahlagi jika hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa yang hidup kos, menurut Komika lebih baik telur itu dimasak dan dimaka oleh anak-anak kos. Dilain sisi, kegiatan semacam ini juga tidak terdidik. Senghingga pada akhir kalimatnya Komika memberikan saran kepada mereka untuk jangan melempar telur, melainkan melempar pertanyaan yang menambah wawasan ilmu pengetahuan kepada teman yang sedang ulang tahun. Makna pesan sosialnya adalah berhenti melakukan kegiatan yang
mendidik sama sekali. Kalau mau, teman-teman kalian pas ulang tahun lakukanlah acara yang mendidik. Jangan dilempar telur, dilempar pertanyaan. Pas ulang tahun, siapakah penemu benua amerika?. Colombus. Bagus, jangan dilempar telur.
yang disampaikan oleh Komika.
mubazir dan tidak mendidik, terkhususnya ketika perayaan ulang tahun.
4 Beta Bangga Jadi Orang Timur, Indonesia Timur Itu Beda. (Ari Kriting) (https://youtu.be/UYfkl2NKaUE)
1:23-2:02 Dan terkait untuk masalah budaya. Saya sebenarnya juga bangga dengan seluruh budaya Indonesia, kecuali satu, budaya wayang orang. Menurut saya itu agak mendiskriminasi. Karena mendiskriminasi orang timur kalau menurut saya. Karena di budaya wayang orang itu. Kalau kita lihat itu tokoh-tokoh utamanya itu yang namanya Arjuna, yang
Maksim Kualitas: Wacana tidak mematuhi maksim kualitas, yaitu mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai. Itu terdapat pada kalimat “Itu pasti orang timur. Dan juga itu dinamakan Buto. Ini kalau menurut saya ini plesetan saja ini. Sebenarnya ini pasti namanya Beta itu”. Pada kalimat tersebut,
Komika mengkritisi tenyang budaya-budaya yang selalu mendiskriminasi orang-orang yang berkulit hitam dan berambut kriting. Seringkali tokoh-tokong yang ada dalam sebuah cerita budaya menjadikan tokoh utamanya adalah orang-orang yang gagah, tanpan, dan putih. Sedangkan penjahat selalu diperankan oleh orang-orang yang berkulit hitam, dan berambut keriting. Menurut Komika, ini merupakan perlakuan yang diskriminasi orang-orang timur yang secara fisik wajahnya hitam dan berambut keriting. Makna pesan sosial yang
namanya Rama, dan lain sebagainya itu kan gagah-gagah kan. Giliran penjahatnya itu diwujudkannya hitam dan rambutnya kriting. Itu pasti orang timur. Dan juga itu dinamakan Buto. Ini kalau menurut saya ini plesetan saja ini. Sebenarnya ini pasti namanya Beta itu.
Komika menyebutkan bahwa nama Buto yang merupakan raksasa yang dikenal berperangai jahat dalam mitologi Jawa adalah plesetan dari nama Beta yang merupakan bahasa yang sering digunakan oleh orang timur yang artinya adalah aku atau saya. Pernyataan ini merupakan pernyataan yang tidak mampu dibuktikan kebenarannya.
disampaikan oleh Komika adalah agar diskriminasi itu dihilangkan, agar semua tidak ada yang di beda-bedakan dan agar tidak ada kecemburuan sosial.
5 Orang Timur Itu Sering Dibully Pakai Fisik. (Ari, SUCI 3) (https://youtu.be/A-lOywUgG9c)
2:17-3:03 Dan masalah kulit, orang yang kulitnya gelap itu paling sering dibullying. Saya itu kalau masih menelpon di tempat umum ada saja yang celoteh-celoteh tidak enak itu. O1: Ih penumpang gelap ya. Kalau naik angkot juga begitu, baru naik, tak, ini sudah ada lagi
Maksim Cara: Wacana tidak mematuhi makasim cara, yaitu menggunakan kalimat yang memiliki makna ganda. Itu terdapat pada kalimat O1. “Kalau naik angkot juga begitu, baru naik, tak, ini sudah ada lagi penumpang di dalam
Komika mengkritisi tentang orang-orang yang sering membullying orang yang berkulit hitam, terkhususnya orang-orang timur yang memiliki kulit hitam da rambut keriting. Komika menceritakan bagaimana Komika dibully dengan kata penumpang gelap oleh orang lain ketika dia hendak menaiki angkot. Bullying memang sering kali terjadi di sekitara kita, terutama bullying yang berkaitan dengan
penumpang di dalam. O1: Ihiyyy, penumpang gelap?. Sampai di dalam angkot ditanya lagi. O1: Mau kemana mas? O2: Mau ke pasar O1: Pasti pasar gelap ya? Padahalkan tidak ada hal-hal seperti itu, omong kosong semua kan?. Mana ada tuh yang namanya pasar gelap. Memang pernah ke pasar terus O1: Ibu, mau beli O2: Beli apa? O1: Beli baju O2: Sabar sebentas saya carikan, ini gelap, ini gelap.
O1: Ihiyyy, penumpang
gelap ya?”. Kata penumpang gelap memiliki makna ganda yaitu penumpang yang tidak membayar angkot, dan penumpang gelap yang memiliki makna penumpang yang memiliki rupa yang gelap atau hitam. Namun pada wacana ini Komika membahas tentang orang yang memandang sebelah mata orang yang berkulit hitam.
fisik. Bullying memiliki dampang yang besar terhadap korban bully, dampaknya merusak kepercayaan diri korban dan bahkan sampai membuat korban bisa membunuh dirinya karena tidak sanggup menahan penderitaan mental dikarenakan bullying. Makna pesan sosial yaitu janganlah kita melakukan bullying terhadap orang lain, terutama bullying terhadap fisik orang lain, karena bisa merusak psikologis orang lain.
DESKRIPSI DATA TERPILIH DZAWIN
NO JUDUL VIDEO WAKTU DATA TERPILIH PELANGGARAN
MAKSIM MAKNA
1 Tim U 19 (Dzawin, SUCI 4). (https://youtu.be/V5QnTjJKAv0)
2:37-3:05 Gue benaran kurang suka sama bola gitu. Tapi ada teman gue bilang katanya gue banci karena gue enggak suka nonton bola. Sekarang gini, nonton bola itu adalah Fashion men. Lu suka nonton bola itu karena Fashion, gue nggak suka nonton bola karena gue punya Fashion lain, gue suka naik gunung. Dan naik gunung itu adalah salah satu olahraga ekstrem. Dan lu masih mau bilang kalu gue banci? Iya kan. Sekarag gini, kita kalau naik gunung kita pakai perlengkapan lengkap men. Kita bawa kompas, matras, tenda, kos-kossan, kamar madi dalam, ibu kos, waow dibawa semuanya.
Maksim Kuantitas:
Wacana tidak mematuhi maksim kuantitas. Itu terdapat pada tuturan “kita kalau naik gunung kita pakai perlengkapan lengkap men. Kita bawa kompas, matras, tenda, kos-kossan, kamar madi dalam, ibu kos, waow dibawa semuanya”. Informasi pada tuturan Komika berlebihan melebihi yang dibutuhkan oleh lawan tutur atau penonton. Karena pada wacana, Komika mengatakan bahwa ketika mereka naik gunung maka mereka membawa Ibu kos. Penyataan ini merupakan
Komika mengkritisi orang-orang yang menilai bahwa laki-laki yang tidak suka menonton sepak bola adalah banci. Tidak semua orang suka dengan sepak bola dan tidak semua orang yang tidak suka sepak bola tersebut adalah banci. Karena menurut Komika, menonton sepak bola adalah Fashion dan tidak semua orang Fashionnya sama.
Jadi, makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika ialah jangan menghujat atau menjustifikasi orang yang tidak suka menonton sepak bola adalah banci. Karena semua orang punya hobi yang berbeda-beda.
pernyataan yang berlebihan, yang mengundang tawa penonton namun melanggar maksim kuantitas, yaitu mengatakan sesuatu yang berlebihan.
2 Dzawin Roasting Abdur, bilang Beli Sepatu 1,2 Juta Dapet 4 Biji tapi KW (Dzawin, SUCI 4). (https://youtu.be/Eb-glHWR2oQ)
4:17-5:10 Tapi lo sadar nggak sih ketika banyak orang sekarang itu lebih rela untuk bangun malam untuk nonton bola ketimbang bangun malam sholat tahajud. Benar nggak sih. Iya nggak sih? Benarkan. Gue pikir-pikir ini adalah akibat dari salah satu faktornya adalah kebanyaka iklan. Iya kan?. Banyak iklan di Indonesia ini yang memicu kita untuk nonton bola, tapi nggak ada satupun iklan di Indonesia yang memacu kita untuk sholat tahajud. Bener nggak, sih? Iya,
Maksim Kualitas: Wacana tersebut tidak mematuhi maksim kualitas, karena terkandung tuturan-tuturan yang tidak benar. Itu terdapat pada tuturan “Extra joss susu jahe untuk menemani sholat tahajudmu, Kuku bima religi, dan Jangan sholat tahajud tanpa kacang garudo”. Tuturan Komika memiliki efek humor, namun tuturan Komika dianggap sebagai tuturan yang keliru dan tidak logis.
Komika mengkritisi tayangan iklan yang disiarkan di televisi Indonesia, yang hanya menampilkan konten produk barang dan jasa saja, tanpa memiliki pesan moral tertentu yang bisa bermanfaat untuk masyarakat, misalnya ajakan beribadah seperti salat tahajud. Dampaknya, kesadaran masyarakat untuk menjalankan ibadah pun berkurang, terkhususnya salat wajib dan tahajud. Hal ini ditunjukkan Komika pada kalimat “Banyak iklan di Indonesia ini yang memicu kita untuk nonton bola, tapi nggak ada satupun iklan di Indonesia yang memacu kita
nggak? Emang di sini ada yang pernah lihat iklan sholat tahajud gitu? Nggak ada, kan? Seharusnya ada, men, kayak “Extra joss susu jahe untuk menemani sholat tahajudmu”; atau “Kuku bima religi”; atau “Jangan sholat tahajud tanpa kacang garudo”.
Produk minuman energi seperti Extra Joss dan Kuku Bima berfungsi untuk menambah energi bagi peminumnya, terutama saat melakukan pekerjaan berat. Begitu juga dengan produk kacang Garuda yang biasanya dinikmati dalam keadaan santai. Produk makanan dan minuman ini biasanya tidak dikonsumsi saat beribadah atau salat seperti yang dikatakan oleh Komika.
untuk sholat tahajud.” Contoh beberapa iklan produk makanan dan minuman ringan mempersuasi masyarakat untuk lebih menyaksikan pertandingan sepak bola pada dini hari atau subuh, alih-alih melaksanakan salat tahajud (bagi pemeluk agama Islam).
Oleh karena itu, makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika ialah agar iklan di televise dapat menumbuhkan, mengajak, dan memicu kesadaran masyarakat untuk taat beribadah terkhususnya salat tahajud.
4:35-5:39 Kalau menurut gue fungsi dari pakaian, fungsi dari fashion itu ada dua. Yang pertama fisual, yang kedua fungsional. Enak dilihat dan bisa merepresentasikan sikap.
Maksim Kualitas:
Wacana tidak mematuhi maksim kualitas, ketakpatuhan terdapat pada tuturan “dia bangun malam
Tuturan tersebut mengimplikasikan ormas Islam yang diasosiasikan melalui frasa “peci, koko, sarung serta kata gerebek” yang berkenaan dengan aksi penggeledahan dan razia
Percuma pakai peci, koko, sarung, peci, koko, sarung. Tapi giliran pas bulan puasa, ada warteg masih digerebek. Iya kan? Padahal udah ditirai masih digerebek. Kan kasihan. Gue belum kenyang. Lagian gini men. Orang-orang yang makan di warteg pas bulan puasa, emang mereka pas makan pernah ada yang pamer? Keluar dari warteg terus bawa es teh gitu, ada orang yang lagi puasa, cie aus. Enggak pernah kan?. Gini men. Percuma gitu pakai peci, koko, sarung, peci, koko, sarung. Tapi giliran pas lagi ceramah di atas panggung, kepala orang dipiting. Percuma. Siapa namanya tuh? Ustad apa? Ustad apa? Ya, Ustad Harajuku. Ini
buat nonton smackdown”. Tuturan ini tidak mematuhi maksim kualitas karena hanya merupakan asumsi Komika yang bisa saja tidak berdasarkan fakta, dengan tujuan untuk menyindir Ustad Hariri yang melakukan tindakan kekerasan terhadap jamaah.
rumah makan oleh ormas Islam tertentu pada Bulan Ramadhan.
Makna pesan sosial pada wacana ini yaitu fashion kita harus enak dilihat dan bisa merepresentasikan sikap kita dan kita harus mampu bersikap toleran terkhususnya ormas Islam.
mungkin waktu dia masih di pesantren, temen-temennya bangun malam buat sholat tahajud, dia bangun malam buat nonton smackdown.
2:23-3:07 DPR itu tugasnya kan untuk mendengarkan suara rakyat, aspirasi rakyat. Tapi, gimana caranya DPR mendengarkan suara rakyat ketika DPR dihalangi oleh tembok yang begitu tinggi, pakai, naik ke kantor, ke kantor itu pakai Camry, ya kan? Seharusnya DPR itu bukan diletakkan di Senayan, tapi di tengah-tengah pasar, iya. Di pasar itu kan segala macam ada kan? Dari tukang ayam sampai tukang cabe, ayam kampus, cabe-cabean. Ada dari gembel ngemis sampai gembel ngelem ada men. Biasa ke kantor
Makasim Kualitas: wacana tidak mematuhi maksim kualitas. Pelangaran ditandai melalui tuturan “Seharusnya DPR itu bukan diletakkan di Senayan, tapi di tengah- tengah pasar”. Pendapat Komika melalui tuturan tersebut terlalu mengada-ada dan mustahil terjadi, karena cakupan tugas dan fungsi anggota DPR yang begitu luas. Bukan hanya mencakup pada tataran pasar atau pada level rakyat kecil saja, namun pada
Komika mengungkapkan, fungsi keterwakilan suara rakyat yang diemban oleh anggota DPR tidak berjalan secara ideal. Hal ini ditandai melalui tuturan “Tapi, gimana caranya DPR mendengarkan suara rakyat ketika DPR dihalangi oleh tembok yang begitu tinggi, pakai, naik ke Kantor, ke Kantor itu pakai Camry”. Tuturan Tembok yang begitu tinggi merupakan ungkapan yang berhubungan dengan Kantor DPR RI yang berada di Senayan Jakarta. Kata Camry mengacu pada mobil sedan berkelas menengah ke atas yang bernama Toyota Camry. Tuturan ini merupakan gambaran simbol kemewahan anggota DPR.
pake Camry, ini jalan jalan kaki, pas lagi jalan ketemu preman. Tapi enggak akan dipalak. Ndak berani preman pasar malak preman negara.
tataran yang lebih luas.
Oleh demikian, tuturan tersebut mengimplikasikan para anggota DPR yang begitu sulit, ditemui, didekati, dan tidak merakyat.
Sebagai simbol kerakyatan, Komika mengusulkan agar Kantor DPR RI dipindahkan ke lingkungan sosial yang dekat dengan aktivitas masyarakat, misalnya pasar tradisional yang dijadikan sebagai simbol kerakyatan, pasar menjadi tempat jual-beli masyarakat, terutama masyarakat lapisan menengah ke bawah. Hal itu dilakukan agar anggota DPR bisa mengetahui masalah yang dialami masyarakat serta mendengarkan aspirasi dan kebutuhan mereka secara langsung.
Makna pesan sosial yang disampaikan oleh Komika adalah DPR harus mampu dekat dan mendengar insprirasi rakyat dan mudah ditemui, didekati, dan
merakyat.
5 Tim U 19 (Dzawin, SUCI 4). (https://youtu.be/V5QnTjJKAv0)
0:58-1:28 Tapi sebenarnya jujur, gua kurang suka sama bola, gua kurang suka nonton bola, nggak suka bahkan. Karena kalau menurut gua, bola itu penuh dengan provokasi. Loe lihat kemarin itu ada kasus Materazzi disundul sama Zidane. Itu karena Materazzi memprovokasi Zidane. O1: Eh, Zidane, ibu kamu teroris ya? Zidane masih sabar. O1: Eh, Zidane, adik kamu teroris ya? Zidane masih sabar. O1: Eh, Zidane, Bapak kamu tukang siomay ya? O2: Eh, anjir, gua digombalin. Derrr (menanduk dada O1).
Maksim Relevansi: Wacana tidak mematuhi maksim relevansi terdapat pada dialog terakhir O1 dan O2
: “Eh, Zidane, Bapak kamu tukang siomay ya?” “Eh, anjir, gua digombalin. Derrr (menanduk dada O1).” Turan Komika mampu mengundang tawa penonton, namun tuturan tersebut tidak relevan, karena kehadiran kedua bagian wacana tersebut justru menjadi berlebihan dan tidak menambah informasi apapun yang relevan dengan tindakan provokasi berupa ucapan berbau SARA yang dilakukan oleh O1
Komika mengungkapkan ketidak sukaannya terhadap sepak bola. Ketidak sukaannya dikarenakan sikap provokasi yang ada dalam sepak bola yang berbau SARA. Hal tersebut ditandai melalui tuturan “bola itu penuh dengan provokasi, Materazzi, dan Zidane”. Ketiga tuturan tersebut mengimplikasikan kasus provokasi berbau isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang dilakukan oleh pemain bertahan timnas Italia, Marco Materazzi terhadap pemain Prancis Zinedine Zidane.
Makna pesan sosial yang disampaikan Komika, yaitu agar dalam persepakbolaan tidak ada provokasi yang mengandung SARA agar meminimalisir perkelahian dan permusuhan dalam sepak bola.
6 Penyakit Hati (Dzawin SUCI 4) (https://youtu.be/TqoWtWVQbuc)
4:14-5:00 Banyak orang sekarang itu beli Hp lebih mengedepankan gengsi ketimbang fungsi. Beli Hp sampai 12 Juta, tapi pengen pamerin, niatnya di pamerin. Pengen dipamerein tapi dikantongin, lu kalau pengen pamer jangan dikantongin, tempel di jidat, Hp Hp Hp. Beli Hp mahal banget sampai 12 Juta. Motor gue aja beli seken itu cuman 7 Juta. Lu beli Hp 12 Juta buat apa coba? Dipake ngojek nggak bisa, pake boncengan enggak bisa, ditaru di parkiran ilang. Beli Hp 12Juta, itu Hp 12 Juta 2 biji kalau digabungin dijual, mak gue umroh.
Maksim Relevansi:
wacana tidak mematuhi maksim relevan. Pelanggaran terdapat pada kalimat “Beli Hp mahal banget sampai 12 Juta. Motor gue aja beli seken itu cuman 7 Juta. Lu beli Hp 12 Juta buat apa coba? Dipake ngojek nggak bisa, pake boncengan enggak bisa, ditaru di parkiran ilang”. Kalimat tersebut tidak relevan karen fungsi dari Motor dan Hp berbeda dan tidak ada keterkaitan. Sehingga membandingkan fungsi Hp dan motor tidaklah relevan.
Pada wacana ini Komika mengkritisi terkait orang-orang yang membeli suatu barang dengan lebih mengedepankan gengsi ketimbang fungsi. Contoh yang disampaikan oleh Komika ialah orang-orang yang membeli Hp sampai 12 Juta hanya untuk dipamerkan.
Makna pesan sosial dalam wacana ini, yaitu mengajak agar orang-orang membeli suatu barang lebih mengedepankan fungsi dari pada genggsi.
7 Pedagang Asongan (Dzawin, SUCI
2:42-3:41 Lagian gini men. Cewek itu sering banget ngomongin masalah
Maksim cara:
Wacana tidak mematuhi maksim
Komika mengkritik kaum perempuan, secara khusus yang sering membicarakan
kesetaraan gender. Bener gak sih? Lagian kesetaraan gender itu maksudnya apa sih? Setara itu kan artinya sama, padahal sama belum tentu proporsional, belum tentu pas. Contohnya begini. Gua naik bis, gua naik kereta sama adek gua, tempat duduknya cuma satu. Adek gua duduk, gua berdiri; nggak setara, tetapi proporsional karena gua lebih kuat, hitungannya setara. Atau pakai solusi yang kedua, gua duduk, adik gua gua pangku. Ini cewek mintanya kesetaraan gender, tapi giliran di kereta tempat duduk cuma satu gua duduk dia berdiri ngelihatin gua terus. Ya, nggak gua kasih. Kan setara. Kalau mau, pakai solusi yang kedua: elu gua pangku.
cara. Tuturan melanggar maksim cara terletak pada ambiguitas frasa “adik gua”. Pada awal tuturan Komika, frasa “adik gua” bermakna “saudara kandung yang lebih muda”. Sementara pada akhir tuturan Komika, frasa “adik gua” dapat bermakna “kemaluan laki-laki” mengalami sebuah ketaksaan, terutama ketika diikuti oleh kata kerja “berdiri”. Sehingga maknanya tidak saja bermakna tunggal “saudara mudanya yang berdiri”, namun bisa juga bermakna “kemaluannya berereksi”. Dengan demikian, tuturan Komika tidak mematuhi maksim
dan menuntut persamaan hak atau kesetaraan gender terhadap kaum laki-laki. Hal tersebut terdapat pada kalimat “Cewek itu sering banget ngomongin masalah kesetaraan gender”. Hal yang dikritik pada wacana ini ialah kesalahpahaman kaum perempuan terhadap konsep kesetaraan gender. Hal ini ditunjukkan melalui tuturan “Lagian kesetaraan gender itu maksudnya apa sih? Setara itu kan artinya sama, padahal sama belum tentu proporsional, belum tentu pas”. Dalam ilustrasinya di atas, seorang wanita di kereta api yang tengah berdiri karena tidak mendapatkan kursi kosong, ia selalu memandangi Komika yang sedang duduk bersama adiknya, dengan harapan Komika mempersilakan wanita tersebut menduduki kursinya. Komika tidak
Iya, nggak? Kalau elu gua pangku, ya adik gua berdiri. Iya kan? Kalau masih nggak mau juga, ya udah silakan duduk, tapi elu pangku gua, ya adik gua berdiri lagi.
cara.
memberikan kursinya untuk ditempati oleh wanita tersebut karena ia memiliki hak untuk tetap menduduki kursi yang sudah ditempatinya sejak awal dan ia merasa tidak adil jika ia harus berdiri karena memberikan kursi yang didudukinya ditempati oleh wanita tersebut. Dengan kata lain, wanita itu ingin berusaha mendapatkan haknya untuk menduduki kursi tersebut dengan melanggar atau mengabaikan hak Komika menempati kursi tersebut. Makna pesan sosial Komika, yaitu kesetaraan itu penting, namun harus proposional.
8 Makanan Terenak Se-Nusantara (Dzawin, SUCI 4) (https://youtu.be/KY3sw-5Kg)
0:10-0:37 Eh, loe tahu nggak sih, dari sekian banyak makanan nusantara, makanan yang menurut gue paling enak itu adalah makanan pesantren. Kenapa? Karena makanan
Maksim Cara: Wacana tidak mematuhi maksim cara. Wacana tidak mematuhi maksim cara terdapat pada tuturan “malam-malam kita makan
Komika mengkritisi pondok pesantren selaku institusi pendidikan Islam yang tidak terlalu memberikan perhatian serius pada persoalan kebutuhan gizi para santri. Hal tersebut diungkapkan pada tuturan “Karena
pesantren itu bergizi men, bergizi rendah. Pagi-pagi kita makan nasi, tahu, kerupuk; siang-siang kita makan nasi, tempe, kerupuk. Malam-malam kita makan hati men. Makannya itu-itu mulu.
hati, men”. Tuturan “makan hati” diasumsikan mengandung dua arti. Pertama, makan hati yang berarti aktivitas mengonsumsi jeroan hati ampela. Dan kedua, ungkapan yang bermakna kecewa, sedih, atau kesal. Adapun tuturan yang dimaksudkan Komika mengacu pada arti yang kedua, yaitu kecewa, sedih, atau kesal.
makanan pesantren itu bergizi, men, bergizi rendah”.
Pada pagi hari, para santri dihidangakan nasi, kerupuk, dan tahu. Pada siang hari, nasi, tempe, dan kerupuk menjadi menu santap siang para santri. Jika menakar kandungan gizi makanan tersebut, maka didapat hasil sebagai berikut: nasi mengandung karbohidrat; tahu mengandung protein, lemak, dan karbohidrat; tempe mengandung protein, lemak, dan karbohidrat; kerupuk mengandung karbohidrat serta kadar gula dan garam yang tinggi. Komika menilai, kandungan dan keseimbangan gizi dari pangan-pangan tersebut memprihatinkan.
Sementara itu, tuturan “makan hati” yang diungkapkan Komika bukan mengacu pada aktivitas mengonsumsi jeroan ati ampela, melainkan sebuah
ungkapan yang bermakna “kecewa, sedih, atau kesal‟. Komika kecewa dan sedih karena sepanjang dan setiap hari para santri selalu disajikan menu makanan yang sama yang memiliki kualitas gizi yang rendah dan tidak seimbang.
Jadi makna pesan sosial pada wacan ini, yaitu harapan agar pondok pesantren selaku institusi pendidikan Islam agar memberikan perhatian serius pada persoalan kebutuhan gizi para santri.
RIWAYAT HIDUP
Najamuddin, lahir pada tanggal 21 Mei 1996 di
kelurahan Kandai Dua kecamatan Woja
kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat. Anak ke
Dua dari Dua bersaudara. Buah kasih sayang dari
pasangan bapak Jamaluddin dan ibu Nurjanah.
Peneliti memasuki jenjang pendidikan dasar
dibangku SD Negeri 7 Woja tahun 2002 dan tamat pada tahun 2008. Peneliti
melanjutkan jenjang pendidikan menengah pertama pada tahun 2008 di SMP
Negeri 1 Woja dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun 2011 peneliti
melanjutkan pendidikan sekolah menegah atas di SMA Negeri 1 Woja dan tamat
pada tahun 2014. Pada tahun yang sama, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa
pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, Program Studi Strata I
dan lulus pada tahun 2018. Kemudian di tahun itu juga peneliti melanjutkan
pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar dan
mengambil Jurusan Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Kerja keras, pengorbanan serta kesabaran dan atas izin Allah Swt,
pada tahun 2021 peneliti mengakhiri masa perkuliahan dengan menyusun karya
ilmiah yang berjudul “Wacana Humor Dalam Stand Up Comedy (Kajian