Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
This study aims to determine the financial performance and nonfinancial performance in Islamic
banks in seven countries ranked GFIR 2015 This research method uses descriptive quantitative
Quantitaf is used to calculate each ratio and then analyzed descriptively describing the
calculation scheme Measurement of financial performance in this study using the method of
Economic Value Added (EVA) Measurement of non-financial performance in this study using
maqashid syariah index consists of six ratios of ten ratios available The ratios consist of the
ratio of education funding research cost ratio training cost ratio promotion cost ratio fair
return ratio functional distribution ratio interest-free product ratio profit profit ratio
personal income ratio and real sector investment ratio From the research result it is found that
all sharia banks have good financial performance by generating positive EVA value In non-
financial performance the result of bank rankings with good performance are as follows Bank
Islam Malaysia Bahrain Islamic Bank Bank Mandiri Syariah Kuwait Finance House Abu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan dan kinerja non keuangan pada bank
syariah di tujuh negara peringkat GFIR 2015 Metode penelitian ini menggunakan kuantitif
deskriptif Kuantitaf digunakan untuk menghitung masing-masing rasio dan kemudian di analisis
secara deskriptif yang menggambarkan skema perhitungan Pengukuran kinerja keuangan pada
penelitian ini menggunakan metode Economic Value Added (EVA) Pengukuran kinerja non
keuangan dalam penelitian ini menggunakan maqashid syariah index terdiri atas enam rasio dari
sepuluh rasio yang tersedia Rasio-rasio tersebut terdiri atas rasio dana pendidikan rasio biaya
penelitian rasio biaya pelatihan rasio biaya promosi rasio pengembalian adil rasio distribusi
fungsional rasio produk bebas bunga rasio labakeuntungan rasio pendapatan pribadi dan rasio
investasi sektor riil Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua bank syariah telah memiliki
kinerja keuangan yang baik dengan menghasilkan nilai EVA yang positif Pada kinerja non
keuangan didapat hasil peringkat bank dengan kinerja yang baik berurutan sebagai berikut Bank
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
64
Islam Malaysia Bahrain Islamic Bank Bank Mandiri Syariah Kuwait Finance House Abu
Dhabi Islamic Bank Al-Rajhi Bank
PENDAHULUAN
Besarnya potensi keuangan syariah
dapat dilihat pada peringkat industri
keuangan syariah Indonesia yang menempati
peringkat ke empat setelah Iran Malaysia
dan Saudi Arabia (Global Islamic Financial
Report 2011) Penilaian ini didasarkan
kepada beberapa aspek dalam penghitungan
indeks seperti jumlah bank syariah jumlah
lembaga keuangan non-bank syariah
maupun ukuran aset keuangan syariah yang
memiliki bobot terbesar Menurut Ceramah
Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)
jika melihat beberapa aspek pengukuran
Indonesia di prediksi akan menduduki
peringkat pertama dalam beberapa tahun
kedepan (Adzhani dan Rini 2017) Namun
pada studi yang sama di tahun 2015
menyatakan bahwa Indonesia turun ke
peringkat ketujuh setelah Iran Malaysia
Saudi Arabia Bahrain Kuwait dan United
Arab Emirates (Global Islamic Financial
Report 2015) Pertumbuhan aset yang terus
meningkat yang dialami oleh bank syariah di
Indonesia tidak menjamin kinerja yang
dilakukanya pun bagus Buktinya dalam
studi yang dilakukan Global Islamic
Financial Report pada tahun 2015 Indonesia
hanya menjadi peringkat ke tujuh pada
peringkat industri keuangan syariah di
dunia hal ini merupakan penurunan dimana
pada tahun 2011 Indonesia sempat
menempati posisi ke kempat
Dalam kondisi perekonomian yang
sedang berkembang sektor bank memiliki
potensi dan peluang yang besar dalam
peranannya yang merupakan suatu lembaga
intermediasi keuangan Sektor perbankan
mempunyai peranan penting dalam
mengembangkan ekonomi nasional kondisi
perbankan baik tidaknya bisa berdampak
pula pada perekonomian secara keseluruhan
Sehingga upaya memperkuat sektor
perbankan nasional menjadi faktor penting
dalam memperkuat perekonomian nasional
Dengan kinerja yang baik maka bank akan
bisa mencapai laba usaha yang diinginkan
Laba yang meningkat setiap tahunnya belum
tentu dapat memberikan nilai tambah bagi
pemilik modal dan nasabah pemodal
Dengan ikut dihitungnya biaya modal akan
mengurangi keuntungan maka hasil dari
perhitungan tersebut akan mencerminkan
nilai tambah bagi pemegang saham dan
nasabah pemodal Menurut Rudianto (2006
340) EVA adalah suatu sistem manajemen
keuangan untuk mengukur laba ekonomi
dalam suatu perusahaan yang menyatakan
bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta
jika perusahaan mampu memenuhi semua
biaya operasi (operating cost) dan biaya
modal (cost of capital) Menurut Gulo dan
Ernawati (2011) EVA dapat mengukur
kinerja secara tepat dengan memperhatikan
sepenuhnya kepentingan dan harapan
penyedia dana (kreditur dan pemegang
saham)
Menurut Hammed (dalam Huda dan
Nasution 2009 132) menyatakan bahwa
lembaga keuangan syariah perlu
menggunakan prinsip full disclosure (Prinsip
yang mendorong lembaga seperti bank
syariah untuk melaporkan secara optimal
tidak saja kinerja keuangan melainkan
kinerja non keuangan) Siddiqi (1980) dalam
antonio etal (2012) menyatakan ldquobahwa
pendirian bank syariah memiliki tujuan
untuk memberikan kontribusi dalam
pencapaian Maqashid al-syarirsquoahrdquo Adanya
konsep tentang maqashid al-syarirsquoah dalam
konteks pengukuran kinerja non keuangan
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
65
bank syariah dinilai penting untuk
melengkapi pengukuran kinerja keuangan
menggunakan rasio-rasio keuangan yang
berasal dari bank konvensional Hal ini
bertujuan untuk memberikan evaluasi secara
menyeluruh terhadap aspek-aspek yang
dimiliki bank syariah Dari uraian diatas
maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
kinerja keuangan dan kinerja non keuangan
bank syariah dengan menggunakan metode
Economic Value Added (EVA) dan
Maqashid Syariah Index (MSI) pada bank
syariah dengan aset tertinggi di negara yang
masuk kedalam tujuh besar Global Islamic
Financial Report pada tahun 2015
KAJIAN PUSTAKA
Pengukuran Kinerja
Kinerja merupakan hasil pekerjaan
yang mempunyai hubungan kuat dengan
tujuan strategis organisasi kepuasan
konsumen dan memberikan kontribusi
ekonomi Kinerja adalah keluaran yang
dihasilkan oleh fugsi-fungsi atau indikator-
indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi
dalam waktu tertentu (Wirawan 2009 5)
Pengukuran kinerja merupakan salah satu
bagian dari sistem pengendalian manajemen
yang termasuk di dalamnya yaitu keputusan
perencanaan penilaian kinerja dan
operasional karyawan (Antonio etal 2012)
Dalam hal ini pengukuran kinerja juga
dapat diartikan sebagai salah satu alat
manajemen untuk menentukan sejauh mana
tujuan perusahaan telah tercapai
mengevaluasi kinerja dan aktivitas bisnis
manajer divisi dan individu di dalam suatu
perusahaan yang juga digunakan untuk
memprediksi ekspektasi perusahaan di masa
depan (Yuwono etal 2004)
Kinerja Keuangan Menggunakan Metode
EVA (Economic Value Added)
EVA (Economic Value Added) adalah
ukuran kinerja keuangan yang lebih mampu
menangkap laba ekonomis perusahaan yang
sebenarnya daripada ukuran-ukuran lain
EVA juga merupakan ukuran kinerja yang
secara langsung berhubungan dengan
kekayaan pemegang saham dari waktu ke
waktu Analisis penelitian ini dilakukan
karena peneliti ingin mendeskripsikan
kinerja keuangan dan juga ingin melihat
perbedaan besarnya nilai tambah maka
peneliti dalam model analisis data
menggunakan metode EVA EVA
merupakan hasil pengurangan total biaya
modal terhadap laba operasi setelah pajak
Biaya modal sendiri dapat berupa cost of
debt dan cost of equity Langkah ndash langkah
untuk menghitung EVA (Van Horne 2007)
Menghitung NOPAT (Net Operating After
Tax)
Rumus yang digunakan untuk
menghitung NOPAT adalah sebagai berikut
NOPAT = Laba (Rugi) Usaha - Pajak
Laba usaha yang digunakan adalah
laba operasi perusahaan dari suatu current
operating yang merupakan laba sebelum
bunga Pajak yang digunakan dalam
perhitungan adalah pengorbanan yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam
penciptaan nilai tersebut
Menghitung Invested Capital
Rumus yang digunakan untuk
menghitung Invested Capital adalah sebagai
berikut
Invested Capital = Total Hutang amp Ekuitas ndash
Hutang Jk Pendek
Total hutang dan ekuitas menunjukkan
beberapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
66
Pinjaman jangka pandek tanpa bunga
merupakan pinjaman yang digunakan
perusahaan yang pelunasan maupun
pembayarannya akan dilakukan dalam
jangka pendek (satu tahun sejak tanggal
neraca) dengan menggunakan aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan dan atas pinjaman
itu tidak dikenai bunga seperti hutang
usaha hutang pajak biaya yang masih harus
dibayar dan lain-lain
Menghitung WACC (Weighted Average
Cost of Capital)
Rumus yang digunakan untuk
menghitung WACC adalah sebagai berikut
WACC = (D x rd) (1 ndash Tax) + (E x re)
Keterangan
Perhitungan beban bunga pada bank
syariah adalah margin pembiayaan diterima
karena pembiyaan yang diterima merupakan
dana yang diperoleh dari entitas lain dengan
kewajiban membayar kembali sesuai dengan
persyaratan dalam akad Pembiayaan
diterima diakui sebesar nilai nominalnya
pada saat perjanjian ditandatangani
Menghitung Capital Charges
Rumus yang digunakan untuk
menghitung Capital Charges adalah sebagai
berikut
Capital Charges = WACC x Invested
Capital
Menghitung EVA (Economic Value
Added)
Rumus yang digunakan untuk
menghitung EVA adalah sebagai berikut
EVA = NOPAT ndash Capital charges
atau
EVA = NOPAT ndash (WACC x Invested
Capital)
Penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai
berikut (Rudianto 2006)
Apabila EVA gt 0 berarti nilai EVA
positif yang menunjukkan telah terjadi
proses nilai
tambah pada perusahaan
Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi
impas atau Break Event Point
Apabila EVA lt0 yang berarti EVA
negatif menunjukkan tidak terjadi
proses nilai
tambah
Kinerja Non Keuangan Menggunakan
Metode Maqashid Syariah Index
Maqashid al-syarirsquoah adalah maksud
Allah selaku pembuat syarirsquoah untuk
memberikan kemaslahatan kepada manusia
Yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan
dlaruriyah hajiyah dan tahsiniyah agar
manusia bisa hidup dalam kebaikan dan
dapat menjadi hamba Allah yang baik
(Sahroni dan Karim 20167) Metode
analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode Simple Additive Weighted seperti
pada penelitian sebelumnya Metode ini
digunakan untuk melihat seberapa besar
pencapaian indeks maqashid dengan
melakukan penjumlahan masing-masing
rasio yang memiliki bobot nilai tertentu
yang telah ditentukan oleh pakar syariah di
dunia (Antonio etal 2012)
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
67
Ukuran kinerja perbankan syariah
yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah berdasarkan kerangka maqashid
syariah index Tujuannya adalah untuk
mengukur kinerja perbankan syariah yang
selama ini masih menggunakan rasio
keuangan konvensional (Mohammed dan
Dzuljastri 2008) Dalam melakukan analisis
menggunakan pendekatan maqashid syariah
index ada beberapa langkah pengukuran
yang dilakukan yaitu menentukan rasio
kerja menghitung rasio kinerja bank syariah
dengan menggunakan masing-masing rasio
melakukan pembobotan masing-masing
rasio kinerja dan terakhir adalah
menjumlahkan nilai rasio kinerja tersebut
Berikut adalah langkah yang dilakukan
dalam penelitian menggunakan maqashid
syariah index
Penentuan Rasio Kinerja Non Keuangan
Berdasarkan Maqashid Syariah Index
Dalam penentuan rasio kinerja non
keuangan didasarkan pada ketersediaan data
yang
diperlukan dalam penelitian ini Penelitian
ini akan menggunakan enam rasio yang
mewakili
dua variabel untuk diuji pada bank
syariahenam rasio tersebut yaitu
Laba Total Pendapatan (R5)
Mudharabah dan MusyarakahTotal
Pembiayaan (R6)
Pendapatan bebas bungaTotal
pendapatan (R7)
Laba bersih Total Aset (R8)
Zakatlaba bersih (R9)
Investasi sektor rillTotal Investasi
(Penyaluran) (R10)
Menghitung Kinerja Berdasarkan
Masing-Masing Rasio Kinerja Non
Keuangan Maqashid Syariah Index
Langkah kedua dilakukan adalah
dengan melakukan perkalian antara bobot
setiap
variabel dengan bobot dan rasio kinerja
setiap elemen Secara sistematis model
penghitungan ini dapat dibuat seperti
berikut
Maqashid Syariah Index yang kedua
establishing justice
atau
(O2) adalah maqashid syariah index yang
kedua establishing justice
1198822
2 adalah bobot untuk keadilan
E6 adalah bobot untuk elemen keenam pada
O2
E7 adalah bobot untuk elemen ketujuh pada
O2
R6 adalah ukuran kinerja sampel
berdasarkan rasio elemen keenam O2
R7 adalah ukuran kinerja sampel
berdasarkan rasio elemen ketujuh O2
Maqashid Syariah Index yang ketiga
public interest
atau
1198823
3 adalah bobot untuk kepentingan
masyarakat
E8 adalah bobot untuk elemen kedelapan
pada O3
E9 adalah bobot untuk elemen kesembilan
pada O3
E10 adalah bobot untuk elemen kesepuluh
pada O3
R8 adalah bobot untuk elemen kedelapan
pada O3
R9 adalah ukuran kinerja sampel
berdasarkan rasio elemen kesembilan O3
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
68
R10 adalah ukuran kinerja sampel
berdasarkan rasio elemen kesepuluh O3
Menentukan Jumlah Masing-Masing
Rasio Kinerja Perbankan Dalam Tiga
Indikator Kinerja
Menghitung jumlah masing-masing
rasio kinerja dalam tiga indikator kinerja
kemudian membandingkan kinerja bank
syariah dan manganalisisnya Secara
sistematis penjumlahan tersebut ialah
sebagai berikut
Keterangan
IK (O2) Tujuan Keadilan
IK (O3) Tujuan Kesejahteraan Masyarakat
Peneliti sebelumnya melakukan
verifikasi pengukuran kinerja yang
dikembangkan kepada 16 ahli di bidang
perbankan melalui kuisioner Keenambelas
ahli tersebut diminta menjawab pertanyaan
terkait pembobotan yang diberikan kepada
masing-masing rasio agar dapat terukur
serta mengidentifikasi ulang komponen
pengukuran kinerja apakah diterima dan
sesuai dengan kondisi perbankan Dari hasil
penelitian tersebut maka ditetapkanlah
sepuluh rasio pengukuran kinerja perbankan
syariah menggunakan pendekatan maqashid
syariah index Bobot rata-rata yang
diberikan oleh para ahli dijelaskan dalam
tabel
Tabel Bobot Variabel dalam Maqashid
Syariah Index
Sumber Mohammed Dzuljastri dan Taib
(2008)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menurut pendekatanya
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif
Dalam penelitian ini penelitian deskriptif
digunakan untuk menjelaskan hasil dari
perhitungan dalam menganalisis kinerja
bank syariah sedangkan penelitian
kuantitatif digunakan untuk menghitung
tingkat presentasi rasio maqashid syariah
index dan menghitung kinerja keuangan
dengan EVA Pupolasi yang ditentukan
dalam penelitian ini adalah bank syariah
yang ada di Asia periode 2015 Sedangkan
sampel untuk penelitian ini diambil dengan
metode purposive sampling Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono
2013122) Metode ini digunakan karena
penulis mengambil sampel perbankan
syariah dengan pertimbangan sebagai
berikut
Bank syariah yang memilik aset tertinggi
di Asia
Bank syariah di negara yang termasuk
dalam tujuh peringkat Islamic Financial
Country Index 2015
Bank syariah yang menyediakan Annual
Report yang dipubilkasikan pada tahun
2015
Berdasarkan pertimbangan tersebut
dan setelah mempelajari ketersediaan data
penulis menentukan mengambil enam
sampel untuk diteliti yaitu Bank Syariah
Mandiri Bahrain Islamic Bank Abu Dhabi
Islamic Bank Kuwait Finance House Al-
Rajhi Bank dan Bank Islam Malaysia
HASIL PENELITIAN
Kinerja Keuangan Bank Syariah
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
69
Penilaian kinerja keuangan
berdasarkan EVA (Economic Value Added)
dapat dijadikan sebagai salah satu acuan
bagi pihak internal maupun eksternal dalam
mengambil keputusan Secara lengkap EVA
(Economic Value Added) enam bank syariah
dengan aset terbesar di Asia pada tahun
2015 adalah sebagai berikut
Tabel EVA (Economic Value Added) Bank
Syariah 2015
Sumber Hasil Olahan Microsoft Excel
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
nilai Economic Value Added yang dicapai
oleh semua bank yang diteliti bernilai
positif hal ini berarti kinerja keuangan bank
baik karena telah mampu menciptakan nilai
tambah ekonomis bagi pemilik modal
Perhitungan tingkat kinerja bank
syariah menggunakan metode Economic
Value Added pada enam bank syariah yang
diteliti telah menunjukkan hasil yang baik
Semua bank yang diteliti telah menunjukkan
nilai positif pada hasil akhir perhitungan
Menurut Gulo dan Ernawati (2011) EVA
menghasilkan nilai positif karena nilai
NOPAT lebih besar daripada nilai biaya
modal perusahaan hal ini menunjukan
bahwa perusahaan sudah dapat menambah
nilai ekonomis kedalam perusahaan Hal ini
sejalan dengan perhitungan yang dilakukan
pada setiap bank yang diteliti semua
menunjukkan bahwa nilai NOPAT lebih
besar dari pada nilai biaya modal yang harus
dikeluarkan perusahaan
Proporsi modal yang dikeluarkan
untuk kegiatan investasai juga harus
diperhatikan dengan baik karena hal ini juga
akan menekan biaya modal sendiri yang
dikeluarkan Semakin besar modal yang
diinvestasikan semakin besar juga biaya
modal yang akan dikeluarkan sehingga
peran manajemen sangat penting dalam
memilih dimana dana dapat diinvestasikan
dengan baik Sebagai contoh bisa dilihat
pada biaya modal yang ada di BSM dan
BisB Ketika BSM menginvestasikan
dananya senilai USD 5201204695 dan
BisB menginvestasikan dananya senilai
USD 2218669742 maka secara langsung
kita dapat melihat bahwa biaya modal yang
akan muncul akan lebih besar BSM
dibandingkan BisB karena dana yang
ditanamkan oleh BSM lebih besar Namun
pada hasil perhitungan biaya modal BisB
lebih besar yaitu USD 26703174
dibandingkan biaya modal BSM yang hanya
mencapai USD 21547050 hal ini terjadi
karena proporsi modal sendiri dibandingkan
total modal dan ekuitas yang diinvestasikan
BisB sangat besar yaitu 0744 jika
dibandingkan BSM yang hanya mencapai
00803 Seperti yang telah dikemukakan
pada penelitian Fatoni Hilman (2011)
proporsi ekuitas perlu diperhatikan untuk
menghindari peningkatan nilai cost of equity
sehingga dapat menurunkan nilai capital
charge menjadi lebih efektif Alternatif lain
manajemen dapat menggunakan sumber
dana lain untuk membiayai modalnya tetapi
tidak begitu mengandung resiko yang
dipengaruhi oleh faktor ekternal iklim
politik dan perekonomian
Menurut Karamoy Jilly dkk (2015)
dalam Fatoni Hilman (2011) manajemen
terus menciptakan laba yang besar dan
menurunkan biaya modal dngan selalu
mengedepankan prinsip kehati-hatian
perbankan (Prudential Banking) itu berarti
kinerja keuangan perusahaan dikatakan baik
dan perusahaan mampu menciptakan nilai
tambah bagi para pemilik modal Penciptaan
laba yang besar dan menurunkan biaya
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
70
modal dengan selalu mengedepankan prinsip
kehati-hatian adalah hal yang perlu
diperhatikan dalam meningkatkan nilai
tambah bagi perusahaan Hal ini terlihat
seperti yang terjadi pada ADIB dan KFH
ketika ADIB memperoleh laba sebesar USD
52441286916 dan biaya modal yang harus
dikeluarkan senilai USD 137804785 jika
dibandingkan dengan KFH yang
memperoleh laba lebih besar dibandingkan
ADIB sebesar USD 68999199316 dan
biaya modal yang harus dikelurkan lebih
besar sebesar USD 518934752 bisa
disimpulkan bahwa ADIB dapat menekan
biaya modal yang dikeluarkan jika
dibandingkan dengan KFH Meskipun KFH
memiliki laba yang lebih besar namun biaya
modal yang dikelurkan juga besar sehingga
menciptaan nilai tambah yang diperoleh
KFH sebesar USD 171057242 lebih kecil
dibandingkan ADIB yaitu sebesar USD
386608084
Pengukuran kinerja keuangan
menggunakan Economic Value Added perlu
diterapkan oleh perbankan syariah karena
dengan menggunakan EVA hasil
perhitungan dapat memperlihatkan secara
jelas apakah perusahaan telah mampu
menciptakan nilai tambah bagi para pemilik
modal sehingga dengan jelas nasabah atau
calon nasabah dapat melihat kinerja
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan
Namun perlu pengembangan metode EVA
agar sesuai dengan prinsip syariah Adanya
penyesuaian tentang data-data yang
digunakan dalam perhitungan karena
selama ini masih menggunakan istilah
konvensional
Kinerja Non Keuangan Bank Syariah
Perhitungan dari kinerja non keuangan
berdasarkan tujuan-tujuan dari Maqashid al-
Syariah dilakukan dengan menghitung
berdasarkan perhitungan dari kriteria rasio
yang memiliki bobot Empat rasio kinerja
yang berkaitan dengan tujuan syariah
pertama yaitu
pendidikan individu telah dihilangkan dari
analisis ini dikarenakan tidak tersedianya
data
yang memadai
Kinerja Non keuangan Bank Syariah
Berdasarkan Tujuan Keadilan
Tujuan kedua berdasarkan Maqashid
al-Syariah yaitu tujuan keadilan
Perhitungan aspek tujuan keadilan ini
mencakup rasio distribusi fungsional dan
rasio produk bebas bunga Secara lengkap
hasil perhitungan tujuan keadilan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel Pencapaian Tujuan Keadilan Bank
Syariah 2015
Sumber Hasil Olahan Microsoft Excel
Berdasarkan tabel di atas dapat
dijelaskan bahwa pencapaian tujuan
keadilan dari
Maqashid al-Syariah secara optimal dicapai
oleh Bank Syariah Mandiri Bahrain Islamic
Bank dan Al-Rajhi Bank karena nilai
pencapaian tujuan keadilan bank tersebut
berada
diatas rata-rata yaitu lebih dari 01854
Kinerja Non Keuangan Bank Syariah
Berdasarkan Tujuan Kepentingan
Masyarakat
Tujuan ketiga Maqashid al-Syariah
yaitu tujuan kepentingan masyarakat
Perhitungan aspek tujuan kepentingan
masyarakat ini mencakup rasio profitabilitas
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
71
rasio pendapatan personal dan rasio investasi
sektor riil Berdasarkan tabel IV3
pencapaian optimal tujuan kepentingan
masyarakat hanya diperoleh oleh Bank Islam
Malaysia dan Abu Dhabi Islamic Bank
dengan pencapaian nilai tujuan kepentingan
masyarakat diatas rata-rata Empat bank lain
masih belum memenuhi tujuan kepentingan
masyarakat karena nilai yang diperolehnya
masih dibawah rata-rata Hasil perhitungan
pencapaian tujuan kepentingan masyarakat
dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel Pencapaian Tujuan Kepentingan
Masyarakat Bank Syariah 2015
Sumber Hasil Olahan Microsoft Excel
Peringkat Kinerja Non Keuangan Bank
Syariah menggunakan Maqashid Syariah
Index
Perhitungan peringkat maqashid
syariah dengan maqashid syariah index
menggunakan metode perhitungan Sample
Additive Weighted atau penjumlahan
berbobot Perhitungan ini menghasilkan nilai
MSI (maqashid syariah index) dan nilai MSI
terbesar diberi peringkat pertama nilai
terbesar kedua diberi peringkat kedua dan
seterusnya Penilaian tersebut dapat dilihat
pada tabel IV4 dibawah ini
Tabel Perhitungan Peringkat Kinerja Non
Keuangan (Maqashid Syariah Index)
Bank Syariah 2015
Sumber Hasil Olahan Microsoft Excel
Berdasarkan di atas didapat peringkat
kinerja non keuangan berdasarkan Maqashid
al-Syariah peringkat pertama diraih oleh
Bank Islam Malaysia diikuti oleh Bahrain
Islamic Bank Bank Syariah Mandiri Abu
Dhabi Islamic Bank Kuwait Finance House
dan yang terakhir Al-Rajhi Bank Abu
Zahrah (2014) dalam Revaindi (2016)
mejelaskan bahwa maslahat menjadi tujuan
puncak dalam Maqashid al-Syariah
Meskipun pembagian tujuan Maqashid al-
Syariah sendiri juga mencakup tujuan
kepentingan masyarakat dan tujuan keadilan
Berdasarkan konsep tersebut dapat diketahui
bahwa dengan melihat rata-rata dari setiap
tujuan pada Tabel IV4 diatas maka
pencapaian tujuan keadilan lebih
mendominasi dengan nilai rata-rata 01854
jika dibandingkan dengan pencapaian tujuan
kepentingan masyarakat yang hanya sebesar
004920 jika mengacu pada konsep
maslahah maka belum ada bank syariah
yang mencapainya Karena belum ada bank
syariah yang dapat memenuhi semua nilai
dari rata-rata yang ada
Hasil perhitungan kinerja non
keuangan menggunakan Maqashid Syariah
Index menunjukkan peringkat sebagai
berikut berurutan dari peringkat pertama
ditempati oleh Bank Islam Malaysia
Bahrain Islamic Bank Bank Mandiri
Syariah Kuwait Finance House Abu Dhabi
Islamic Bank dan yang terakhir Al-Rajhi
Bank Perolehan tersebut didasarkan atas
nilai dari setiap rasio tujuan keadilan dan
rasio tujuan kepentingan Masyarakat yang
diperoleh setiap bank kemudian kedua rasio
tersebut dijumlahkan sehingga menghasilkan
nilai akhir MSI Hasil ini sangat berbeda jika
dibandingkan dengan laporan yang diliris
oleh Global Islamic Financial Reports pada
tahun 2015 Meskipun Malaysia tetap
diurutan teratas namun untuk Indonesia
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
72
sendiri naik keposisi ketiga jika dihitung
mengunakan MSI Bahrain pula naik ke
posisi kedua setelah malaysia Abu Dhabi
turun pada posisi kelima Kuwait turun pada
posisi keempat dan Saudi Arabia turun jauh
ke posisi keenam Perbedaan ini tejadi
karena rasio yang digunakan atau objek
penilaian yang dilakukan berbeda antara
GIFR dan yang dilakukan peneliti
Dari kedua hasil perhitungan
menunjukkan bahwa perbankan syariah
Indonesia belum bisa menjadi peringkat
pertama dalam hal pencapaian kinerjanya
Meskipun banyak faktor pendukung
Indonesia untuk bisa menjadi pemimpin
dalam dunia keuangan syariah seperti yang
dinyatakan dalam GIFR 2011 bahwa
Indonesia diprediksi akan menduduki
peringkat pertama dalam beberapa tahun
kedepan Namun pada kenyataannya laporan
GIFR 2015 menyatakan Indonesia masih
berada di peringkat ketujuh dan dalam
perhitungan Maqashid Syariah Index bank
syariah Indonesia masih berada di posisi
ketiga Hal ini berarti bank syariah Indonesia
harus mengupayakan usahanya dalam
memastikan kejujuran dan keadilan dalam
semua transaksi maupun kegiatan usaha
yang dapat menciptakan ketidakadilan
seperti riba kecurangan dan korupsi Hal ini
semata-mata untuk pencapaian tujuan
syariah pembentukan keadilan yang baik
lagi meskipun Indonesia sudah lebih unggul
dalam tujuan keadilan dibandingkan negara
lain Tujuan kepentingan masyarakat pada
bank syariah Indonesia perlu ditingkatkan
lagi mencakup profitabilitas dan investasi
pada sektor riil karena pencapaian
Indonesia pada tujuan kepentingan
masyarakat ini terbilang sangat kecil jika
dibandingkan dengan negara lain seperti
Malaysia UEA Kuwait Saudi Arabia dan
Bahrain
Pengukuran kinerja dengan
pendekatan Maqashid Syariah Index perlu
diterapkan oleh industri perbankan syariah
dibandingkan hanya fokus pada rasio
keuangan karena tujuan perbankan syariah
sendiri tidak hanya fokus pada pencapaian
keuangan melainkan untuk kemaslahatan
umat Bank syariah juga dapat mendukung
dengan menyajikan ketersediaan data
dengan menyiapkan sejumlah laporan
seperti laporan aktivitas pemegang
sahamlaporan aktivitas pegawai aktivitas
terkait nasabah (Pendanaan pembiayaan dan
jasa)
PENUTUP
Kinerja keuangan menggunakan
Economic Value Added untuk perbankan
syariah telah menghasilkan kinerja yang
baik yaitu bernilai positif Hal ini berarti
semua bank syariah telah mampu
menghasilkan nilai tambah bagi pemilik
modal Hasil perolehan nilai tambah masing-
masing bank berbeda sesuai dengan laba
yang diperoleh jumlah dana yang
diinvestasikan dan biaya modal yang harus
dikeluarkan
Kinerja non keuangan Berdasarkan
metode Maqashid Syariah Index dapat
diketahui pencapaian peringkat sebagai
berikut berurutan dari peringkat pertama dan
seterusnya beserta perolehan nilai MSI
1 Bank Islam Malaysia (028419)
2 Bahrain Islamic Bank (027100)
3 Bank Mandiri Syariah (025903)
4 Kuwait Finance House (021912)
5 Abu Dhabi Islamic Bank (019918)
6 Al-Rajhi Bank (017512)
Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa EVA yang dihasilkan dipengaruhi
oleh biaya modal yang dikeluarkan
Sehingga manajemen perlu menekan biaya
modal seminim mungkin agar nilai
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
73
pengembalian kepada pemegang saham
semakin baik Untuk hasil kinerja non
keuangan menggunakan Maqshid Syariah
Index dapat dijadikan acuan bank syariah
dalam operasinya agar lebih memperhatikan
faktor keadilan dan kepentingan masyarakat
agar dapat mencapai tujuan syariah itu
sendiri yaitu kemaslahatan umat
DAFTAR PUSTAKA
Anisa Tamba 2012 Analisis Kinerja
Keuangan Menggunakan Pendekatan
EVA dan MVA pada Perusahaan go
Public skripsi
Antonio SyafirsquoI 2001 Bank Syariah dari
Teori ke PraktikGema Insani Jakarta
Antonio etal 2012 ldquoAn Analysis of Islamic
Banking Performance Maqashid
Index Implementation in Indonesia
and Jordaniardquo
Ascarya 2006 Akad dan Produk Bank
Syariah Jakarta PT Raja Grafindo
Persada
Badan Pusat Statistik Jumlah penduduk
muslim di Indonesia [Online]
Tersedia httpswwwbpsgoid
diakses pada 5 Maret 2017
Ermawati Wita Juwita 2011 Analisis EVA
(economic value added) dan MVA
(market value added) Sebagai Alat
Pengukuran Kinerja Keuangan PT
SA Jurnal Institut Pertanian Bogor
Bogor
Fatoni Hilman 2011 Penilaian Kinerja
Bank Syariah dengan Menggunakan
Metode Economic Value Added (EVA)
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Global Islamic Financial Report 2011
httpwwwgifrnet diakses pada 17
Maret 2017
Global Islamic Financial report 2015
httpwwwgifrnet diakses pada 17
Maret 2017
Kasmir 2012 Manajemen Perbankan
Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Mahmud dan Rukmana 2010 Bank syariah
teori kebijakan dan studi Empiris di
Indonesia Jakarta Erlangga
Mamdud M Hanafi 2004 Manajemen
Keuangan Yogyakarta BPFE
Mohammed Dzuljastri dan Taib 2008 The
Performance Measures of Islamic
Banking Based on the Maqashid
Framework
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution
2009 Current Issues Lembaga
Keuangan Syariah Jakarta Kencana
Otoritas Jasa Keuangan Statistik
pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia
[Online]Tersediawwwojkgoididk
analsyariahdatadanstatistikdefault
aspx diakses pada 5 Maret 2017
Ramadhan Reviandi 2016 Analisis
Pengukuran Kinerja Non Keuangan
dan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah di Indonesia Tugas Akhir
Politeknik Negeri Bandung Bandung
Rudianto 2006 Akuntansi Manajemen
Jakarta Gransindo
Santoso 2009 Manajemen keuangan Teori
dan Aplikasi Yogyakarta BPFE
Sawir 2005 Analisis Kinerja Keuangan dan
Perencanaan Keuangan Jakarta
Gramedia Pustaka Utama
Soemarso 2004 Akuntansi sebagai
pengantar Jakarta Salemba Empat
Sudarsono Heri 2012 Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah Edisi keempat
Yogyakarta
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
74
Sugiono 2013 Metode Penelitian Bisnis
Bandung ALFABETA
Suwiknyo 2010 Dwi Analisis Laporan
Keuangan Perbankan Syariah
Yogyakarta Pustaka Pelajar
Ulum Ihyaul 2005 Akuntansi Sektor Publik
Sebuah Pengantar (Cet2) Universitas
Muhammadiyah Malang
Van Horne James C dan Wachowicz 2007
Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan Jakarta Salemba Empat
Wirawan 2009 Evaluasi kinerja sumber
daya manusia teori aplikasi dan
penelitian wirawan Jakarta Salemba
Empat
Yuwono Sony et al 2004 Petunjuk Praktis
Penyusunan Balance Scorecard
Menuju Organisasi yang Berfokus
pada Strategi Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama
httpwwwicmioridblog201508inilah-
bank-syariah-dengan-asset-terbesar-di-
dunia diakses pada 17 Maret 2017
httpwwwinfosyariahcom2016096-
bank-syariah-terbesar-di-duniahtml
diakses pada 17 Maret 2017
httpwwwicmioridblog201508inilah-
bank-syariah-dengan-asset-terbesar-di-
dunia diakses pada 17 Maret 2017
httpwwwconvertworldcomidmata-
uangarab-saudisar-
usdhtml13965880000 diakses ada 21
Maret 2017
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
75
INKLUSI KEUANGAN EFEKTIVITAS PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN
DANA ZAKAT
Hasna Katsurayya
Universitas Padjadjaran
ABSTRAK
Zakat tidak hanya berfungsi untuk menolong perekonomian mustahik tetapi juga dapat
menjadi instrumen penyeimbang dalam sektor ekonomi nasional Dalam jangka panjang tujuan
utama zakat adalah mentransformasi para mustahik menjadi muzakki Hal ini menunjukkan
bahwa zakat sangat berpotensi untuk mengatasi kesenjangan ekonomi dan kemiskinan di suatu
negara Geliat ekonomi syariah mulai menemukan momentumnya dan gaung inklusi dalam sektor
keuangan menandakan bahwa zakat memiliki peranan yang penting Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk melihat sejauh mana zakat sebagai instrumen inklusi keuangan dan perannya
sebagai pengentas kemiskinan selama 2010-2015 dilihat dari penghimpunan dan penyaluran dana
zakat nasional melalui OPZ di Indonesia
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif Populasi
dari penelitian ini adalah data zakat di Indonesia Sampel menggunakan data penghimpunan dan
penyaluran dana zakat pada tahun 2010-2015
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghimpunan dana zakat sudah mengalami
peningkatan dari tahun ke tahunnya peningkatan transparansi pengelolaan dana zakat dan juga
penyaluran dana zakat yang efektif diharapkan membantu inklusi keuangan yang dilakukan agar
mendorong peran zakat dalam bentuk pengentasan kemiskinan
Kata kunci Inklusi Keuangan Penghimpunan Zakat dan Pengentasan Kemiskinan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Zakat adalah salah satu sektor
penting dalam filantropi Islam Sebagai rukun
Islam ketiga zakat wajib dibayarkan oleh
setiap Muslim yang memenuhi syarat
(muzakki) untuk menyucikan hartanya
dengan cara menyalurkan zakatnya kepada
mustahik (penerima zakat) Zakat ini tidak
hanya berfungsi untuk menolong
perekonomian mustahik tetapi juga dapat
menjadi instrumen penyeimbang dalam
sektor ekonomi nasional Dalam jangka
panjang tujuan utama zakat adalah
mentransformasi para mustahik menjadi
muzakki Hal ini menunjukkan bahwa zakat
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
76
sangat berpotensi untuk mengatasi
kesenjangan ekonomi dan kemiskinan di
suatu negara
Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2015 penduduk
Indonesia berjumlah 21666 juta dengan
persentase penduduk Muslim 85 dari total
populasi Sebagai negara dengan jumlah
penduduk Islam yang sangat besar
Indonesia sangat berpotensi dalam
mengurangi kemiskinan salah satunya
melalui instrumen zakat Berikut data
pertumbuhan penghimpunan dana zakat
infak dan sedekah (ZIS) tahun 2002-2015
(BAZNAS 2016)
Tabel 11 Pertumbuhan
Penghimpunan Dana ZIS
Tahun
Rupiah
(miliar)
Petumbuhan
()
2002 6839 -
2003 8528 2470
2004 15009 7600
2005 29552 9690
2006 37317 2628
2007 740 9830
2008 920 6696
2009 1200 3043
2010 1500 2500
2011 1729 1530
2012 2200 2724
2013 2700 2273
2014 3300 2222
2015 3700 2121
sumber Outlook BAZNAS 2017 (data
diolah)
Gambar 11 Grafik Pertumbuhan
Penghimpunan Dana ZIS
Data tersebut mengindikasikan
bahwa terdapat peningkatan kesadaran
masyarakat yang cukup tinggi untuk
berzakat melalui organisasi pengelola zakat
(OPZ) baik BAZNAS maupun LAZ
Pertumbuhan yang sangat pesat pada tahun
2004 2005 dan 2007 diduga karena
terjadinya bencana alam tsunami di Aceh
dan gempa bumi di Yogyakarta Namun data
tersebut belum masih menunjukkan realisasi
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
77
zakat sebesar Rp 37 triliun yang sangat
timpang dibandingkan potensi zakat
nasional yang disebutkan dalam penelitian
BAZNAS Institut Pertanian Bogor (IPB)
dan Islamic Development Bank (IDB) yaitu
sebesar Rp 217 triliun dimana pada tahun
2015 OPZ hanya mampu menyerap dan
mengelola dana ZIS sebesar Rp 37 triliun
atau 17 dari total potensi zakat nasional
Sebagaimana perannya untuk
kesejahteraan masyarakat Berbagai
penelitian banyak dilakukan tentang sejauh
mana pengaruh zakat terhadap kesejahteraan
masyarakat Irfan Syauqi Beik amp Laily Dwi
Arsyianti (2013) melakukan penelitian yang
kemudian menjadi solusi dalam
meningkatkan peran zakat terhadap
pengentasan kemiskinan Dalam optimasi
instrumen zakat di Indonesia setidaknya
terdapat 4 langkah yaitu (1) sosialisasi dan
edukasi publik berkelanjutan mengenai
konsep zakat (2) dukungan peraturan
pemerintah (3) percepatan kapasitas
organisasi BAZNAS dan LAZ di bawah
kepemimpinan BAZNAS serta (4)
memperkuat kerjasama zakat internasional
Inklusi keuangan merupakan upaya
untuk mendorong sistem keuangan agar
dapat diakses seluruh lapisan masyarakat
sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas sekaligus mengatasi
kemiskinan (Irmawati et al 2013) Inklusi
Keuangan bertujuan untuk meniadakan
segala bentuk hambatan terhadap akses
masyarakat dalam memanfaatkan layanan
jasa keuangan dengan didukung oleh
infrastruktur yang ada (World Bank amp
European Commission 2008) Dengan
demikian inklusi keuangan merupakan suatu
bentuk pengentasan kemiskinan dengan
memaksimalkan infrastruktur keuangan
yang ada agar dapat diakses oleh seluruh
masyarakat yang ada
Inklusi keuangan merupakan isu
yang pada umumnya sering terjadi di
mayoritas negara yang kurang maupun
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
78
sedang berkembang Lebih dari setengah
penduduk Indonesia tidak memiliki akses
pada lembaga keuangan formal Hasil survei
rumah tangga yang dilakukan Bank
Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan
bahwa 62 rumah tangga tidak memiliki
tabungan sama sekali Hal ini
mengindikasikan bahwa Jumlah kepemilikan
rekening masyarakat Indonesia dinilai masih
rendah Sementara itu data Bank Dunia
menyebutkan bahwa pada tahun 2014
bahwa 359 orang dewasa di Indonesia
(umur 15 tahun ke atas) memiliki rekening
di lembaga keuangan formal (Canggih et al
2017)
Perkembangan teknologi pun
kemudian menjadi bagian tak terpisahkan
dalam prosesi inklusi keuangan termasuk
memfasilitasi pembayaran dan penyaluran
dana zakat Data yang tercatat menunjukkan
kecenderungan konsumen berperilaku saat
ini Menurut survei yang dilakukan
penghimpun donasi Rumah Zakat
pergeseran tren pembayaran zakat ke online
terjadi sejak 2015 Dari metode pembayaran
zakat yang biasanya dengan cara
konvensional (tatap muka) kini masyarakat
lebih memilih membayar zakat secara
online Pada 2016 75 dari dana zakat yang
berhasil dikumpulkan oleh Rumah Zakat
didapat dari donasi dan zakat online
(httpswwwduniafintechcomtren-baru-
menunaikan-zakat-lewat-e-commerce
diakses pada 7 Juli 2018)
Identifikasi Masalah
Geliat ekonomi syariah mulai
menemukan momentumnya dan gaung
inklusi dalam sektor keuangan menandakan
bahwa zakat memiliki peranan yang penting
Ada empat peran yang dilakukan oleh zakat
dalam pembagunan ini yaitu (1)
memoderasi kesenjangan sosial (2)
membangkitkan ekonomi kerakyatan (3)
mendorong munculnya model terobosan
dalam pengentasan kemiskinan dan (4)
mengembangkan sumber pendanaan
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
79
pembangunan kesejahteraan umat di luar
APBN maupun APBD (Outlook BAZNAS
2017)
Urgensi dari peran zakat sebagai
instrumen inklusi keuangan kemudian
menjadi tugas bagi berbagai pihak untuk
mensukseskannya Penelitian ini bertujuan
untuk melihat sejauh mana efektivitas zakat
sebagai instrumen inklusi keuangan dan
perannya sebagai pengentas kemiskinan
selama 2010-2015 dilihat dari
penghimpunan dan penyaluran dana zakat
nasional melalui OPZ di Indonesia
Kontribusi dan Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk
melihat efektivitas zakat sebagai instrumen
inklusi keuangan dalam rangka mendukung
pemerintah OPZ serta masyarakat untuk
turut serta membangun inklusi keuangan
melalui zakat
METODOLOGI PENELITIAN DAN
KAJIAN PUSTAKA
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian analisis deksriptif Metode
deskriptif adalah meode yang dilakukan
untuk mengetahui dan menjelaskan
karakteristik variabel yang diteliti dalam
suatu situasi dalam penelitian ini metode
deksriptif digunakan untuk mengetahui dan
menjelaskan zakat sebagai instumen inklusi
keuangan dan pengentas kemiskinan melalui
data penghimpunan dan penyaluran dana
zakat melalui dana zakat nasional melalui
BAZNAS dan atau OPZ formal lainnya
yang tercatat di BAZNAS
Populasi dalam penelitian ini adalah
jumlah dana zakat di Indonesia dan sampel
pada penelitian ini adalah penghimpunan
dan penyaluran dana zakat nasional melalui
OPZ di Indonesia pada tahun 2010-2015
Teknik penghimpunan data yang digunakan
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
80
adalah teknik dokumentasi untuk
memperoleh data laporan publikasi
Kajian Pustaka
Dari segi bahasa zakat memiliki kata
dasar ldquozakardquo yang berarti berkah tumbuh
suci bersih dan baik Zakat merupakan
kewajiban dari Allah SWT untuk
memberikan sebagian harta kepada yang
berhak menerima dengan ketentuan dan
syarat-syarat tertentu (Nurhayati dan
Wasilah 2013 278) Dalam Masterplan
Arsitektur Ekonomi dan Keuangan Syariah
Indonesia (MAKSI) yang dirilis oleh
BAPPENAS zakat merupakan salah satu
pilar penting dalam Religious Financial
Sector Keberadaan zakat dalam kerangka
ini menjadi komplemen penyempurna yang
tidak dimiliki oleh model keuangan
konvensional Penguatan ekonomi syariah
tidak bisa terlepas dari pertumbuhan
pengelolaan zakat di Indonesia Hadirnya
karakteristik aktivitas ekonomi syariah yang
berkualitas diharapkan memberikan
implikasi positif bagi perekonomian antara
lain akses sumberdaya ekonomi yang
merata dorongan implementasi konsep bagi
hasil harmonisasi sektor keuangan dan
sektor riil investasi berkelanjutan dan
bertanggung jawab praktek ekonomi yang
berhati-hati dan pemenuhan prinsip syariah
Praktik dari semua ini muaranya adalah
bagaimana tujuan pembangunan dan
ekonomi syariah itu bisa terwujud yakni
mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sejahtera
Literasi keuangan (financial literacy)
yang artinya melek keuangan menurut buku
podoman Strategi Nasional Literasi
Keuangan Indonesia yang dimaksud dengan
literasi keuangan adalah rangkaian proses
atau aktivitas untuk meningkatkan
pengetahuan (knowledge) keyakinan
(confidence) dan ketrampilan (skill)
konsumen dan masyarakat luas sehingga
mereka mampu mengelola keuangan yang
lebih baik Berdasarkan pengertian tersebut
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
81
dapat disimpulkan bahwa konsumen produk
dan jasa keuangan maupun masyarakat luas
diharapkan tidak hanya mengetahui dan
memahami lembaga jasa keuangan serta
produk dan jasa keuangan melainkan juga
dapat mengubah atau memperbaiki perilaku
masyarakat dalam pengelolaan keuangan
sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan mereka
Upaya pengentasan kemiskinan
harus mampu memadukan antara sosial
inklusif keuangan inklusif dan ekonomi
inklusif Sosial inklusif memberikan akses
seluas-luasnya kepada masyarakat
menyangkut kebutuhan dasar khususnya
bagi masyarakat terhadap layanan kesehatan
pendidikan dan mobilisasi sosial seperti
yang diamanatkan dalam pembukaan UUD
1945 yang menjadi peran pemerintah dalam
menyediakan kebutuhan masyarakatnya
Keuangan inklusif memperluas akses
masyarakat terhadap sektor keuangan formal
dengan meningkatkan kelayakan
masyarakat Sedangkan ekonomi inklusif
bertujuan untuk memberikan peluang atau
akses terhadap masyarakat dalam upaya
peningkatan pendapatan seperti
pemberdayaan UMKM (Syaifullah dalam
Susilo 2015)
I PEMBAHASAN
Organisasi pengelola zakat (OPZ)
yang ada di Indonesia terdiri dari BAZNAS
BAZNAS Provinsi BAZNAS
KabupatenKota dan LAZ yang terdata oleh
BAZNAS OPZ tersebut selama tahun 2015-
2017 telah melakukan penghimpunan dan
penyaluran dana zakat sebagai berikut
Tabel 31 Pertumbuhan Penghimpunan
Dana Zakat Tahun 2010-2015
Ta
hu
n
BAZ
NAS
BAZN
AS
Provin
si
BAZN
AS
KabK
ota LAZ
Nasion
al
(Total)
Pertu
mbu
han
20
10
3312
5920
074
30651
22580
82
52560
85806
93
63491
74821
26
15001
64240
975 -
20
11
4040
3967
865
20448
21577
49
82401
49644
26
65996
32693
58
17288
64359
398
1525
20
12
5021
2435
875
25325
28213
46
11797
16104
080
72921
75900
43
22123
98951
344
2797
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
82
20
13
5923
8304
066
16454
82867
203
28168
79746
12
65319
49238
48
26396
04069
729
1931
20
14
8229
3545
780
41545
10200
92
14223
64285
476
13798
91148
652
33000
00000
000
2502
20
15
9406
8893
820
64279
75148
41
88530
91698
50
22081
93434
453
36503
69012
964
1062
sumber Outlook BAZNAS 2017
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa
penghimpunan zakat nasional dari tahun ke
tahunnya selalu mengalami peningkatan
Namun pertumbuhan tersebut tidak selalu
meningkat di setiap tahunnya seperti pada
tahun 2013 dan 2015 Peningkatan pada
tahun 2013 (1931 persen) lebih rendah
daripada peningkatan di tahun 2012 (2797
persen) begitu pula peningkatan pada tahun
2015 (1062 persen) yang lebih rendah dari
peningkatan di tahun 2014 (2502 persen)
Meski demikian setiap tahun selalu ada
peningkatan jumlah dana zakat yang
terkumpul
Tabel 32 Penyaluran Zakat berdasarkan
Ashnaf berdasarkan OPZ
As
hna
f
Nasiona
l
OPZ
BAZN
AS
BAZN
AS
Provins
i
BAZN
AS
KabKo
ta
LAZ
Rp R Rp Rp Rp
(jut
a)
p
(j
ut
a)
(ju
ta)
(ju
ta)
(jut
a)
Fa
kir
Mi
ski
n
15
24
05
8
7
4
3
6
50
7
33
8
9
3
2
22
2
49
6
6
7
2
3
37
1
36
2
7
6
1
9
87
94
67
7
4
8
9
Mu
ala
f
19
09
8
0
9
3
10
0
0
2
7
29
6
2
2
0
5
88
2
1
2
1
59
11
0
5
0
Riq
ob
10
62
7
0
5
2
0
0
0
0
14
9
0
0
4
1
08
7
0
2
2
93
91
0
8
0
Gh
ari
mi
n
13
21
4
0
6
4
1
05
0
1
8
5
2
64
9
0
8
0
6
73
4
1
3
8
27
80
0
2
4
Fii
Sa
bili
lla
h
45
90
56
2
2
4
4
85
9
8
5
5
84
6
23
2
5
2
7
94
2
52
1
9
3
4
27
53
22
2
3
4
4
Ibn
u
Sa
bil
23
48
4
1
1
5
15
0
0
2
6
13
7
50
4
1
5
8
08
7
1
6
6
14
97
0
1
3
Tot
al
20
49
53
7
1
0
0
56
8
03
1
0
0
33
0
96
2
1
0
0
48
7
40
5
1
0
0
11
74
36
7
1
0
0
Di setiap OPZ proporsi penyaluran
ini bervariasi BAZNAS Provinsi seperti
halnya secara nasional menempatkan ibnu
sabil mualaf gharimin dan riqob
berurutan meskipun proporsinya berbeda
dari nasional BAZNAS dan BAZNAS
KabupatenKota juga menempatkan riqob
sebagai kelompok dengan alokasi paling
sedikit tetapi BAZNAS mengalokasikan
gharimin ibnu sabil dan mualaf berturut-
turut di atas riqob sementara BAZNAS
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
83
KabupatenKota menempatkan ibnu sabil
gharimin dan mualaf berturut-turut sebelum
riqob yang bahkan tidak mendapat alokasi
dana zakat Sementara itu LAZ
mengalokasikan dana zakat untuk riqob
lebih dari alokasi untuk mualaf gharimin
dan ibnu sabil berturut-turut
Selain data penghimpunan dan
penyaluran ZIS yang telah dijelaskan
sebelumnya hal penting lainnya yang perlu
dianalisis adalah rasio efektivitas
penyerapan dana zakatnya atau disebut
Allocation to Collection Ratio (ACR) Rasio
ini dapat mengukur kemampuan sebuah
lembaga zakat dalam menyalurkan dana
zakatnya dengan cara membagi total dana
penyaluran dengan total dana penghimpunan
(Zakat Core Principles 2015) ACR ini
dinyatakan dalam persentase yang dapat
dibagi ke dalam lima kategori yaitu
1 Highly effective (jika ACR ge
90 persen)
2 Effective (jika ACR mencapai
70 ndash 89 persen)
3 Fairly Effective (jika ACR
mencapai 50 ndash 69 persen)
4 Below Expectation (jika ACR
mencapai 20 ndash 49 persen)
5 Ineffective (jika ACR ˂ 20
persen)
Tabel 33 Allocation to Collection Ratio
(ACR) berdasarkan Provinsi di Tahun
2016
Provinsi ACR () Keterangan
Nanggroe Aceh
Darussalam 14706 Highly Effective
Sumatera Utara 2919 Below
Expectation
Sumatera Barat 6416 Fairly Effective
Riau 6286 Fairly Effective
Jambi 6910 Fairly Effective
Sumatera
Selatan 6292 Fairly Effective
Bengkulu 3687 Below
Expectation
Lampung 3231 Below
Expectation
Kepulauan
Bangka
Belitung
4527 Below
Expectation
Kepulauan Riau 5056 Fairly Effective
DKI Jakarta 2528 Below
Expectation
Jawa Barat 3801 Below
Expectation
Jawa Tengah 2117 Below
Expectation
Yogyakarta 2515 Below
Expectation
Jawa Timur 5048 Fairly Effective
Banten 4724 Below
Expectation
Bali 7158 Effective
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
84
Nusa Tenggara
Barat 5617 Fairly Effective
Nusa Tenggara
Timur 5297 Fairly Effective
Kalimantan
Barat 003 Ineffective
Kalimantan
Tengah 11372 Highly Effective
Kalimantan
Selatan 6265 Fairly Effective
Kalimantan
Timur 5298 Fairly Effective
Kalimantan
Tengah 11372 Highly Effective
Kalimantan
Selatan 6265 Fairly Effective
Kalimantan
Timur 5298 Fairly Effective
Kalimantan
Utara 5983 Fairly Effective
Sulawesi Utara 7810 Effective
Sulawesi
Tengah 1110 Ineffective
Sulawesi
Selatan 1516 Ineffective
Sulawesi
Tenggara 0 Ineffective
Gorontalo 7624 Effective
Sulawesi Barat 0 Ineffective
Maluku 2921 Below
Expectation
Maluku Utara 8022 Effective
Papua 3614 Below
Expectation
Papua Barat 0 Ineffective
Berdasarkan data pada Outlook
BAZNAS 2017 dari 34 provinsi terdapat
dua provinsi dengan kategori Highly
Effective empat provinsi dengan kategori
Effective sebelas provinsi dengan kategori
Fairly Effective sebelas provinsi dengan
kategori Below Expectation dan enam
provinsi dengan kategori Ineffective
Sedangkan total ACR seluruh provinsi di
Indonesia menunjukkan angka 45 persen
atau kategori Below Expectation Kategori
Below Expectation ini menunjukkan bahwa
total dana zakat yang disalurkan masih lebih
sedikit dibandingkan dana zakat yang
dihimpun
Rendahnya nilai efektivitas
penyerapan atau nilai ACR ini
mengindikasikan adanya pengelolaan zakat
yang belum efektif dilakukan oleh lembaga
zakat Hal ini dapat juga disebabkan oleh
kurang lengkapnya data pelaporan yang
terhimpun di dalam SIMBA sehingga belum
merepresentasikan keseluruhan data yang
terdapat di seluruh lembaga zakat yang
tersebar di Indonesia Belum optimalnya
data pelaporan SIMBA ini dapat dijadikan
evaluasi ke depannya agar setiap lembaga
zakat resmi dan BAZNAS di seluruh daerah
dapat mengoptimalkan penggunaan SIMBA
Potensi zakat nasional di Indonesia
mencapai Rp 217 triliun pada tahun 2007
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
85
lalu kalau dihitung sampai tahun 2017
jumlahnya mendekati Rp 300 triliun (Ketua
Forum Zakat Bambang Suherman dalam
httpswwwkiblatnet20180305forum-
zakat-potensi-zakat-di-indonesia-capai-rp-
217-triliun diunduh pada 22 Juni 2018)
Pada tahun 2017 Rp 217 triliun tersebut
setara dengan 340 dari total Produk
Domestik Bruto (Firdaus et al 2012)
Selanjutnya 34 dari PDB akan menjadi
estimasi untuk perhitungan potensi zakat
tahun 2010-2015 untuk kemudian
dibandingkan dengan jumlah penghimpunan
dana zakat pada tahun tersebut
Tabel 34 Estimasi Perbandingan Potensi
dan Realisasi Penghimpunan Dana Zakat
Tah
un
Realisasi
Zakat
Nasional
(dalam
rupiah)
Produ
k
Domes
tik
Bruto
(dala
m
miliar
rupiah
)
Estimasi
Potensi
Zakat
Nasional
(dalam
rupiah)
Perse
ntase
Realis
asi
atas
Poten
si
Dana
Zakat
()
201
0
1500164
240975
6864
1331
233380525
400000
064
201
1
1728864
359398
7287
6353
247779600
200000
069
201
2
2212398
951344
7727
0834
262720835
600000
084
201
3
2639604
069729
8564
8666
291205464
400000
091
201
4
3300000
000000
8962
5113
304725384
200000
108
201
5
3650369
012964
8982
5113
305405384
200000
119
sumber bpsgoid dan
puskasbaznascom (data diolah)
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat
bahwa tingkat realisasi penghimpunan zakat
sangat rendah dibandingkan dengan estimasi
potensi zakat di Indonesia Keefektifan zakat
dalam mengentas kemiskinan akan lebih
baik apabila jumlah penghimpunan dana
zakat semakin besar semakin mendekati
potensi dana zakat nasional Penyaluran
dana zakat oleh OPZ yang sudah cukup
baik harus ditingkatkan kembali agar dapat
mencapai seluruh pelosok nusantara
Berdasarkan beberapa penelitian
sebelumnya pun diindikasikan bahwa
tingkat pembayaran zakat khususnya zakat
atas pendapatan terutama pada kalangan
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
86
akademisi cukup rendah Banyak akademisi
yang belum membayarkan zakat terutama
zakat pendapatan (Syahrullah dan Ulfah
2016) Tingkat inklusi pembayaran zakat
yang rendah tersebut bertolak belakang
dengan fakta penduduk Indonesia yang
mayoritas Muslim Salah satu kemungkinan
penyebab rendahnya inklusi pembayaran
zakat tersebut adalah masih banyaknya
orang yang wajib zakat di Indonesia
menyalurkan zakatnya langsung kepada
mustahiq tanpa melalui lembaga zakat Hal
ini menyebabkan pembayaran zakat tersebut
tidak terdata oleh pengelola zakat (Dompet
Dhuafa 20093 Uzaifah 2007135 Infoz
201121)
Faktor lain yang juga menjadi salah
satu kemungkinan rendahnya tingkat inklusi
zakat adalah rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pengelola
zakat Kepercayaan kepada organisasi
pengelola zakat yang minim menjadi
penyebab kesenjangan hal ini disebabkan
oleh profesionalisme dan hasil pengelolaan
zakat yang tidak terpublikasikan kepada
masyarakat (Hafiduddin 2011 Chalikuzhi
2009 dan Wahid et al 2009) Hal ini
mengarahkan diskusi pada isu akuntabilitas
Penelitian tentang akuntabilitas Non
Government Organization (NGO) telah
banyak dilakukan Kenyataannya ditemukan
bahwa NGO memiliki banyak kelemahan
terkait akuntabilitas karena minimnya
penyampaian informasi kepada masyarakat
(Fikri et al 2010)
Ada OPZ yang melaporkan
keuangannya hanya dalam bentuk neraca
yang antara dana zakat dana infak dana
amil dan dana non halal dicampur menjadi
satu Hal ini menjadi sangat sulit untuk audit
keuangan Dana yang tercampur juga
menyulitkan manajemen untuk melakukan
pentasyarufan karena tidak mengetahui
besarnya jumlah dana ZIS dan dana bagian
amil (Amri 2015) Dari permasalahan
tersebut diajukan sejumlah solusi guna
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
87
mengurangi permasalahan dalam penerapan
PSAK 109 (Amri 2015) di antaranya
1 Memperbaiki niat dan menjaga
amanah masyarakat karena dana
ZIS itu hanyalan titipan yang
harus ditasyarufkan
2 Memperbaiki struktur pengurus
dan manajemen pengelolaan
ZIA karena masih banyak
pengelolaan ZIS hanya sekedar
sampingan
3 Pemaksimalan Forum
Organisasi Zakat (FOZ) yang
ada di daerah-daerah untuk
bersinergi sehingga saling
bertukar ilmu dan informasi
baik dari aturan pemerintah
sampai dengan pelaporan
terhadap muzzaki
4 Adanya pelatihan penggunaan
PSAK 109 yang ditujukan
untuk semua manajer keuangan
atau staf keuangan OPZ
sehingga pelaporan keuangan
dapat terstruktur dan rapi serta
berakibat pada meningkatnya
akuntabilitas OPZ
5 Bagi OPZ yang telah memiliki
dana amil yang cukup
disarankan memiliki software
khusus untuk laporan keuangan
sehingga memudahkan
accounting dalam pelaporan
Berkaitan dengan peran penting
zakat dalam inklusi keuangan pembayaran
zakat perlu menjadi perhatian semua pihak
yang terlibat Tindakan dan langkah nyata
untuk mempengaruhi masyarakat membayar
zakat melalui lembaga zakat khsusunya Hal
ini bisa dilakukan melalui banyak cara
misalnya dengan menyediakan informasi
yang tepat dan berkelanjutan seminar
kampanye dan juga diskusi terbuka tentang
isu terkini dalam zakat maal Pemahaman
orang yang wajib membayar zakat juga
harus ditingkatkan karena hal ini
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
88
mempengaruhi besaran dana zakat yang
dihimpun oleh lembaga zakat (Syahrullah
dan Ulfah 2016)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah
meluncurkan program Layanan Keuangan
Tanpa Kantor untuk keuangan inklusif
(Laku Pandai) Laku Pandai merupakan
program keuangan inklusif yang
memungkinkan masyarakat membuka
rekening tabungan menabung dan menarik
dana melalui perantara agen cabang dan
dikukung dengan penggunaan teknologi
informasi Program ini bertujuan
menyediakan produk-produk keuangan yang
sederhana mudah dipahami dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang belum
dapat menjangkau layanan keuangan Selain
itu juga melancarkan kegiatan ekonomi
masyarakat sehingga mendorong
pertumbuhuan ekonomi dan pemerataan
pembagunan antarwilayah di Indonesia
terutama antara desa dan kota
Pada Juni 2017 lalu Presiden pun
mengesahkan untuk membuka agen zakat
sebagai salah satu kegiatan dari Laku
Pandai Ketua OJK Muliaman Darmasyah
Hadad menjelaskan pemanfaatan agen laku
pandai merupakan salah satu cara untuk
mempermudah pembayaran zakat dari para
muzzaki dan membantu proses penyaluran
zakat kepada para mustahik
(httpswwwwartapilihancomzakat-
keuangan-inklusif-dan-pengentasan-
kemiskinan diunduh pada 22 Juni 2018)
Langkah nyata yang sudah dilakukan oleh
pemerintah ini kemudian menjadi bukti
nyata pentingnya mengakomodir zakat
sebagai salah satu instrumen inklusi
keuangan baik itu dalam penghimpunan
maupun penyaluran dana zakat
II KESIMPULAN
Penghimpunan dana zakat dari tahun
ke tahunnya selalu mengalami peningkatan
begitupun dengan persentase realisasi
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
89
penghimpunan dana zakat dibandingkan
dengan estimasi potensi dana zakat di
Indonesia dari tahun ke tahunnya meningkat
walupun angka realisasi penghimpunan dana
zakat dibandingkan dengan potensi dana
zakat sangat jauh terlampau dengan kisaran
realisasi pada 06-11 Adapun
penyaluran dana zakat lebih dari 50 sudah
efektif dalam penyalurannya yang berarti
juga masih ada sangat banyak evaluasi yang
diperlukan OPZ dalam mengelola dana zakat
dalam menyalurkan dana zakat dalam
rangka pengentasan kemiskinan
Dalam nuansa inklusi keuangan yang
sangat gencar sekarang ini zakat disebut
sebagai salah satu instrumen yang sangat
berperan penting Sehingga perbaikan masif
dari berbagai pihak sangat penting dalam
membantu inklusi keuangan Berdasarkan
data di atas dapat dilihat bahwa
kepercayaan masyarakat dalam menyalurkan
dana zakatnya terkendala oleh akuntabilitas
dari lembag a zakat itu sendiri sehingga
lebih memilih untuk menyalurkan zakatnya
langsung kepada mustahik Selain itu juga
masih ada rendahnya kesadaran masyarakat
dalam membayar zakat seperti zakat
profesi zakat maal dan lainnya
Lembaga zakat disini berperan untuk
meningkatkan efektivitasnya dalam
mengelola dana zakat meningkatkan
akuntabilitasnya dan juga melaksanakan
literasi zakat secara masif pada berbagai
kalangan Pemerintah pun perlu mendorong
sarana dan prasaran dalam mendukung
inklusi keuangan zakat ini Salah satunya
pada Juni 2017 lalu pemerintah meresmikan
pembayaran zakat dalam salah satu program
inklusi keuangan yang ada di bawah
naungan OJK yaitu program Laku Pandai
REFERENSI
[1] Bank Indonesia (2014) Booklet
Keuangan Inklusif Jakarta Bank
Indonesia
[2] Buku Statistik BAZNAS 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
90
[3] Canggih C Fikriyah K amp Yasin A
(2017) Inklusi Pembayaran Zakat di
Indonesia Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam (Journal of Islamic Economics
and Business) 3(1)
[4] Chalikuzhi A (2009) Problems amp
Prospects Of Contemporary Zakat
Management A Qualitative Embedded
Case Studies Investigation Dissertasi
tidak Dipublikasikan The Faculty Of
The Programme On Strategy Program
And Project Management Lille
Prancis
[5] Dompet Dhuafa (2009) Survey
Persepsi Publik Tentang Zakat dan
Pengelolaan zakat Maal Jabodetabek
[6] Fikri A M Sudarma EG
Sukoharsono dan B Purnomosidhi
(2010) ldquoStudi Fenomenologi
Akuntabilitas Non Government
Organizationrdquo Jurnal Akuntansi
Multiparadigma Vol 1 No 3 hal
409-420
[7] Firdaus M Beik I S Irawan T amp
Juanda B (2012) Economic estimation
and determinations of Zakat potential in
Indonesia Jeddah Islamic Research
and Training Institute
[8] Hafidhuddin D (2011) ldquoPeran
Strategis Organisasi Zakat Dalam
Menguatkan Zakat Di Duniardquo Al-Infaq
Jurnal Ekonomi Islam Vol 2 No 1
hal 4-7
[9] httpswwwduniafintechcomtren-
baru-menunaikan-zakat-lewat-e-
commerce
[10] httpswwwwartapilihancomzakat-
keuangan-inklusif-dan-pengentasan-
kemiskinan
[11] Infoz (2011) Perlu definisi Kontekstual
Mustahik edisi 13 Tahun 6 Juli-Agustus
2011
[12] Irmawati S Damelia D amp Puspita D
W (2013) Model Inklusi Keuangan
Pada UMKM Berbasis
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Email jebiunpadacid Volume VI Nomor 2 Desember 2016 ISSN 2089-306X
91
Pedesaan JEJAK Jurnal Ekonomi dan
Kebijakan 6(2)
[13] M Amri Cahyadi (2015)
Permasalahan dalam Penerapan
Akuntansi Zakat PSAK 109
[14] Nengsih N (2015) Peran perbankan
syariah dalam mengimplementasikan
keuangan inklusif di
Indonesia Etikonomi 14(2)
[15] Pusat Kajian Strategis Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) (2017)
Outlook Zakat Indonesia 2017
[16] Syahrullah Maria Ulfah (2016)
Response of Indonesian Academicians
toward Factors Influencing the Payment
of Zakat on Employment Income
Research on Humanities and Social
Sciences Vol6 No10 87-94
[17] Syauqi Beik Irfan dan Arsyiati Laily
Dwi (2015) Optimazation of Zakat
Instrument in Indonesiarsquos Poverty
Alleviation Programme ResearchGate
Conference Paper May 2013
[18] Uzaifah (2007) ldquoStudi Deskriptif
Prilaku Dosen Perguruan Tinggi Islam
DIY Dalam Membayar Zakatrdquo La Riba
Jurnal Ekonomi Islam Vol 1 No 1
hal 127-143
[19] Wahid H dan RA Kader (2010)
Localization Of Malaysian Zakat
Distribution
Perceptions Of Amil And Zakat
Recipients Seventh International
Conference
ndash The Tawhidi Epistemology Zakat and
Waqf Economy Bangi
[20] wwwojkgoid
- volume VI nomor 2 Desember 2016pdf
-
- Page 1
-
- Volume IV Nomor 2 Desember 2016pdf
- Belakang Indopdf
-