Top Banner
66

Volume 10 No 2 Complete

Nov 16, 2015

Download

Documents

rasthoen

Volume 10 No 2 Complete
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • MKMIMEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

    The Indonesia Journal of Public Health

    SekretariatRedaksi Jurnal Media Kesehatan Masyarakat IndonesiaSaudari Husni dan Syamsiah d.a Ruang Jurnal FKM Lt.1 Ruang K108 Kampus Unhas - Tamalanrea 90245Telp (0411) 586 658, Fax (0411) 586013, E-mail : [email protected]

    Volume 10, Nomor 2, Juni 2014 ISSN 0216-2482

    Media Kesehatan Masyarakat Indonesia adalah publikasi ilmiah yang menerima setiap tulisan ilmiah dibidang kesehatan, baik laporan penelitian (original articel research paper),

    makalah ilmiah (review paper) maupun laporan kasus (case report) dalam bahasa Indonesia atau Inggris.

    Penanggung JawabProf. Dr. dr. M. Alimin Maidin, MPH (Dekan FKM UNHAS)

    Pemimpin RedaksiDr. Ida Leida M. Thaha, SKM, M.KM, MSc.PH

    Wakil Pemimpin RedaksiWahiduddin, SKM, M.Kes

    Redaksi PelaksanaProf. Dr. dr. Muh. Syafar, MS

    Prof. Dr. dr. Buraerah H. Abd. Hakim, M.ScSudirman Natsir, S.Ked, MWH, Ph.D

    Ansariadi, SKM, MSc.PHBalqis, SKM, M.Kes, MSc.PH

    Irwandi Kapalawi, SKM, MSc.PH, MARSIndra Dwinata, SKM, MPH

    SekretariatHusni, SKM

    Muh. Asdar, SKM

    SirkulasiSyamsiah, S.E

    Drs. Syamsu Alam

    Tata UsahaAndi Selvi Yusnitasari, SKM

    Usman, SKMIntan Fatmasari, SKM

    PenerbitJurnal ini diterbitkan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin 4 kali setahun (Maret, Juni, September, Desember). Surat menyurat menyangkut naskah, langganan dan sebagainya dapat dialamatkan ke :

  • MKMIMEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

    The Indonesia Journal of Public Health

    Volume 10, Nomor 2, Juni 2014 ISSN 0216-2482

    DAFTAR ISI

    Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Walenreng Kabupaten LuwuNurbaeti, Hari Hartika

    Upaya Mempertahankan Kelangsungan Hidup Penderita Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes KupangMareta B. Bakoil

    Analisis Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja Berbasis Masyara-kat di Wilayah YogyakartaFitriani Mediastuti, Retno Heru Setyorini

    Anemia pada Remaja Putri dalam Kaitannya dengan Malaria, Pola Konsumsi Pangan dan Status Sosial Ekonomi di Daerah Endemik MalariaAnsar, Nurpudji A. Taslim, Nurhaedar Jafar

    Analisis Kebutuhan Air Bersih Kota Kupang Menurut Ketersediaan Sumber Air Bersih dan Zona PelayananRagu Theodolfi, Ferry WF Waangsir

    Uji Lapangan LO (Lethal Ovitrap) Skala Perumahan terhadap Daya Tetes Aedes AegeptyTri Ramadhani, Ulfa Farida Trisnawati

    Peran Kader Posyandu pada Pelayanan Terpadu Wanita Prakonsepsi di Wilayah Puskesmas PattingalloangParidah, Citrakesumasari, A. Razak Thaha

    Hubungan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen TonasaSholihin Shiddiq, Atjo Wahyu, Masyita Muis

    Hubungan antara Bauran Pemasaran dengan Loyalitas Pasien di Rawat Inap RSUD Syekh Yusuf Kabupaten GowaA. Yulyandhika AH, Indar, Alwy Arifin

    65-70

    71-79

    80-84

    85-89

    90-95

    96-101

    102-109

    110-116

    117-123

  • 65

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 65-70

    MOTIVASI KERJA TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS WALENRANG KABUPATEN LUWU

    Motivation of Health Workers in Walenrang Community Health CenterLuwu Regency

    Nurbaeti, Hari HartikaSekolah Tinggi IlmuKesehatan (STIK) Yayasan Pendidikan Tamalatea (YPT) Makassar

    ([email protected])

    ABSTRAKTenaga kesehatan bukan sekedar objek dalam pencapaian tujuan instansi, tetapi juga menjadi subjek atau

    pelaku. Tenaga kesehatan dapat menjadi perencana, pelaksana dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan instansi, serta mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat memengaruhi sikap nyata terhadap pekerjaannya, dalam interaksi tersebut perlu dukungan motivasi kerja khususnya tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui motivasi kerja tenaga kesehatan di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu dengan menggunakan metode survei analitik (observasional) dengan rancangan cross sectional study. Populasi penelitian adalah semua tenaga kesehatan (PNS, PTT dan Non PNS) yang ada di Puskesmas Walenrang sebanyak 106 orang. Sampel penelitian adalah tenaga kesehatan yang berstatus PNS sebanyak 30 orang, dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pem-berian insentif dengan motivasi kerja tenaga PNS (p=0,009), ada hubungan antara perhatian dengan motivasi kerja tenaga PNS (p=0,002), ada hubungan antara prestasi dengan motivasi kerja tenaga PNS (p=0,045) dan tidak ada hubungan antara tanggung jawab dengan motivasi kerja tenaga PNS (p=0,066). Kesimpulannya, ada hubungan antara insentif, perhatian, prestasi dengan motivasi kerja PNS. Kata kunci : Insentif, perhatian, prestasi, tanggung jawab, motivasi kerja

    ABSTRACTHealth workers are not just objects in the achievement of agency goals, but they also become the subject

    or executors. They may be planners, executors and controllers who have always played an active role in achiev-ing agency goals, who have thoughts, feelings and desires that can affect real attitude towards their work. In these interactions there is a need to support the work motivation of health workers in particular. This study aims to determine the motivation of health workers in Walenrang community health center, Luwu Regency. This study implemented an observational analytical survey method with cross sectional study approach. Population of this study were all 106 health workers in Walenrang Community Health Center which consisted of civil servants, three-year employee and non civil servants. 30 samples with civil servant status were selected using purposive sampling. Results of this study found that there was a relationship between the granting of incentives (p=0,009), attention (p=0,002), achievements (0,045) and the work motivation of civil servants. Meanwhile, it was also found that there was no correlation between responsibilities and the work motivation of civil servants (p=0,066). In conclusion, there is a relationship between incentive, attention, achievement and the work motivation of civil servants.Keywords : Incentives, attention, achievement, responsibility, work motivation

  • 66

    Nurbaeti : Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu

    PENDAHULUANKeberhasilan instansi kesehatan dalam

    mencapai tujuan tidak terlepas dari peran tenaga kesehatan Menurut World Health Organisation (WHO), Indonesia masuk dalam lima negara dengan motivasi tenaga kesehatan yang paling rendah, selain Vietnam, Argentina, Nigeria dan India. Hal ini disebabkan oleh, tidak diperha-tikannya kebutuhan tenaga kerja ditinjau dari aspek pemenuhan kesejahteraan.1 Hasil survei Depkes RI diperoleh informasi bahwa kurangnya motivasi kerja yang muncul dari tenaga kesehatan karena mereka memiliki berbagai rintangan mi-salnya tidak diperhatikan secara insentif oleh pi-hak dinas kesehatan. Berdasarkan hasil pantauan petugas Sistem Informasi Kesehatan (SIK) pusat Jakarta tahun 2009 diperoleh informasi bahwa dari sekitar 175.000 orang pegawai, 98.512 orang atau 56% mengeluhkan tentang rendahnya in-sentif yang diterima dari institusi tempat mereka bekerja.2

    Motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tin-dakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian ke-butuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Bila motivasi kerja rendah, maka unjuk kerja akan rendah pula meskipun me-miliki kemampuan. Setiap orang memiliki per-bedaan karakteristik yang menghasilkan unjuk kerja yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula. Unjuk kerja pada garis besarnya dipenga-ruhi oleh dua hal, yaitu faktor motivasi memiliki hubungan langsung dengan unjuk kerja indivi-dual sedangkan faktor kemampuan individual dan lingkungan kerja memiliki hubungan yang tidak langsung dengan unjuk kerja.3

    Insentif merupakan bagian yang sangat didambakan oleh setiap tenaga kerja, insentif (positif incentive) merupakan cara efektif dan berpengaruh dalam meningkatkan motivasi kerja, yang pada akhirnya secara langsung mening-katkan produktifitas kerja itu sendiri. Penelitian Wahyuni di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Timur, menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pemberian insentif dengan mo-tivasi kerja pegawai karena insentif atau upah diluar gaji yang mereka dapatkan membuat pega-

    wai termotivasi untuk bekerja.4

    Perhatian memberikan pengaruh terhadap motivasi kerja sesorang, dengan adanya perhatian baik dari atasan ataupun mitra atau rekan kerja secara tidak langsung tenaga kerja merasa nya-man, lebih giat, dan bertanggung jawab dalam melakukan aktivitas dalam pekerjaan, seperti hal-nya prestasi memberikan pengaruh terhadap motivasi kerja, penghargaan atas prestasi kerja merupakan alat motivasi yang bertujuan tenaga kerja semakin profesional dalam melaksanakan pekerjaan yang di embannya. Penelitian Nurhasia menunjukkan adanya hubungan antara perhatian dan penghargaan atas prestasi kerja dengan mo-tivasi kerja karena perhatian yang diwujudkan dalam bentuk pujian dari rekan kerja serta peng-hargaan yang diberikan pimpinan membuat pega-wai termotivasi dalam bekerja.3

    Suatu instansi para pegawai harus pula dididik secara sistematis jika diharapkan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan ber-tanggung jawab. Latihan juga dimaksudkan un-tuk memberikan motivasi serta kepuasaan psiko-logis kepada para pegawai, mengingat peranan faktor manusia di dalam organisasi atau perusa-haan sangat penting. Dengan latihan maka pega-wai menjadi lebih memahami maksud dan tujuan tugas pokok organisasi. Dengan demikian, pega-wai akan lebih menaruh minat dan perhatian pada bidang pekerjaan masing-masing.5

    Berdasarkan observasi awal yang telah di-lakukan di Puskesmas Walenrang dari hasil wa-wancara 15 diantara 30 orang PNS (50%) dan 26 diantara 63 orang sukarela (41,3%) mengatakan dilihat dari kedisiplinan, sebagian sering datang tidak tepat waktu, dan untuk upah berupa insen-tif yang didapatkan pada pegawai berstatus PNS bertugas pada malam hari, sebesar Rp.15.000,- per malam, tetapi dana itu dialihkan kepada tena-ga kesehatan non golongan (honor dan sukarela) sedangkan pembayarannya terhitung per triwu-lan. Keluhan lain dari tenaga kesehatan muncul berkenaan insentif non materi seperti tidak ada-nya anggaran pendidikan bagi tenaga kesehatan (PNS) yang ingin melanjutkan pendidikan.6

    Unsur pelaksana bidang kesehatan di Pus-kesmas Walenrang perlu mendeteksi masalah motivasi tenaga kesehatan sehubungan dengan

  • 67

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 65-70

    pemberian insentif, membina keakraban antara teman kerja dan perhatian dari atasan agar tena-ga kesehatan mampu memaksimalkan peran agar dapat melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab. Penelitian ini bertujuan me-ngetahui faktor yang berhubungan dengan moti-vasi kerja tenaga kesehatan di Puskesmas Walen-rang Kabupaten Luwu.

    BAHAN DAN METODEJenis penelitian yang digunakan adalah

    survei analitik (observasional) dengan rancang-an cross sectional study. Penelitian dilakukan di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu pada bulan Desember tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan (PNS, PTT, dan non PNS) yang ada di Puskesmas Walenrang sebanyak 106 orang. Sampel peneli-tian adalah tenaga kesehatan yang berstatus PNS sebanyak 30 orang, dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dengan kriteria bersedia menjadi responden, yaitu tenaga kese- hatan yang berstatus PNS, dan pernah mengikuti prajabatan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer yang dianalisis dengan uji chi square. Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel disertai narasi.

    HASILKelompok umur dengan distribusi ter-

    tinggi pada tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu adalah kelompok umur 41 ta-hun sebanyak 10 orang (33,3%) dan terendah ada pada kelompok umur 26-30 tahun, yaitu 4 orang (13,3%). Jenis kelamin dengan distribusi terting-gi pada tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Ka-bupaten Luwu adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang (86,7%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang (13,3%), sebagian be-sar tingkat pendidikan tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu adalah jenjang pen-didikan D3 sebanyak 15 orang (50%) (Tabel 1).

    Tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu yang menyatakan pemberian insentif baik sebanyak 19 responden (63,3%) sedangkan yang menyatakan pemberian insentif kurang, yaitu sebanyak 11 responden (36,7%).

    Tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Kabu-paten Luwu yang menyatakan perhatian baik se-banyak 18 responden (60,0%) sedangkan yang menyatakan perhatian kurang, yaitu sebanyak 12 responden (40,0%). Tenaga PNS di Puskes-mas Walenrang Kabupaten Luwu yang menilai prestasi baik sebanyak 20 orang (66,7%) sedang-kan yang menyatakan kurang sebanyak 10 res- ponden (33,3%). Tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu yang menilai tang-gung jawab baik sebanyak 24 orang (80,0%) se-dangkan yang menyatakan kurang sebanyak 6 responden (20,0%). Motivasi kerja tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu yang menyatakan baik sebanyak 18 (60,0%) sedang-kan tenaga PNS yang motivasi kerjanya kurang, yaitu 12 responden (40,0%) (Tabel 2).

    Hasil analisis menunjukkan terdapat 19 responden yang menyatakan baik dengan adanya insentif, terdapat 15 diantaranya (50,0%) yang menilai motivasi kerja tenaga PNS baik dan 4 orang (13,3%) yang menilai motivasi kerja tena-ga PNS kurang. Berdasarkan uji statistik (fisher exact) diperoleh nilai p=0,009. Hal ini berarti ada hubungan antara pemberian insentif dengan mo-tivasi kerja tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu. Terdapat 18 responden yang menyatakan baik dengan adanya perhatian dari atasan maupun rekan kerja, terdapat 15 dianta-

    Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas Walenrang

    Karakteristik n %Umur (tahun)

    20-2526-3031-3536-4041

    Jenis KelaminLaki-LakiPerempuan

    PendidikanSMASPKD1D3S1

    346710

    426

    142158

    10,013,320,023,333,3

    13,386,7

    3,313,36,750,026,7

    Sumber : Data Primer, 2012

  • 68

    Nurbaeti : Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu

    ranya (50,0%) yang menilai motivasi kerja tena-ga PNS baik dan 3 orang (10,0%) yang menilai motivasi kerja tenaga PNS kurang. Berdasarkan uji statistik (fisher exact) diperoleh nilai p=0,002. Hal ini berarti ada hubungan antara perhatian dengan motivasi kerja tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu (Tabel 3).

    Hasil analisis menunjukkan bahwa ter-dapat 20 responden yang menyatakan baik de-ngan adanya prestasi, terdapat 15 diantaranya (50,0%) yang menilai motivasi kerja tenaga PNS baik dan 5 orang (16,7%) yang menilai moti-vasi kerja tenaga PNS kurang. Berdasarkan uji statistik (fisher exact) diperoleh nilai p=0,045. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan an-tara prestasi dengan motivasi kerja tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu Terdapat 24 responden yang menyatakan baik dengan ada-nya tanggung jawab dalam bekerja, terdapat 15 diantaranya (50,0%) yang menilai motivasi kerja tenaga PNS baik dan 9 orang (30,0%) yang me-nilai motivasi kerja tenaga PNS kurang. Ber-dasarkan uji statistik (fisher exact) diperoleh nilai p=0,66. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara tanggung jawab dengan motivasi kerja tenaga PNS di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu (Tabel 3).

    PEMBAHASANInsentif merupakan salah satu jenis peng-

    hargaan yang dikaitkan dengan prestasi kerja. Se-makin tinggi prestasi kerja, diharapkan semakin besar pula insentif yang diberikan. Menurut Du-milah menyatakan bahwa fungsi utama dari in-sentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan kepada pegawai. Adapun tujuan pemberian insentif adalah untuk meningkatkan produktifitas kerja individu maupun kelompok.7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubung- an antara pemeberian insentif dengan motivasi kerja tenaga PNS. Hal ini berarti semakin besar insentif yang diterima oleh tenaga kesehatan, maka semakin meningkat motivasi dan begitu pula sebaliknya semakin rendah insentif maka akan semakin kurang motivasi kerja yang dimi-liki oleh tenaga kesehatan.

    Pada penelitian ini terdapat 4 orang (13,3%) yang menjawab baik adanya pemberian insentif, tetapi merasakan motivasi kerja kurang hal ini berarti bahwa meskipun mereka mendapatkan insentif tidak menyebabkan motivasi meningkat, disebabkan oleh mereka tidak merasa puas de- ngan insentif yang diterima. Serta terdapat 3 orang (10,0%) yang menjawab pemberian insentif kurang diberikan, tetapi motivasi kerjanya baik, hal tersebut bisa terjadi karena sebagian respon-den menilai motivasi kerja seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh besaran insentif yang diberikan, tetapi faktor lain juga mempunyai peranan dalam peningkatan motivasi misalnya hubungan dengan rekan kerja dan atasan serta reward, dan juga per-hatian dari teman dan atasan memberikan penga-ruh terhadap termotivasi atau tidaknya seorang tenaga kesehatan dalam bekerja.

    Menurut beberapa sumber yang menilai pemberian insentif hanya kadang-kadang di-berikan karena pembayaran insentif tenaga pe-rawat dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan. Namun, sering juga terlambat karena dananya belum cair. Keadaan ini mengurangi kepuasan tenaga kesehatan terhadap sistem pembayaran insentif di Puskesmas Walenrang. Selain sistem pembayaran tersebut, sistem penilaian dalam pemberian insentif tidak menggunakan jam ker-ja lembur, tetapi lebih mengacu pada golongan/ pangkat.6

    Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Insentif, Perhatian, Prestasi, Tanggung Jawab, Motivasi Kerja di Puskesmas Walenrang

    Karakteristik n %Insentif

    Baik Kurang

    PerhatianBaik Kurang

    PrestasiBaik Kurang

    Tanggung JawabBaik Kurang

    Motivasi kerjaBaik Kurang

    1911

    1812

    2010

    246

    1812

    63,336,7

    60,040,0

    66,733,3

    80,020,0

    60,040,0

    Sumber : Data Primer, 2012

  • 69

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 65-70

    Tenaga kesehatan yang puas dengan in-sentif yang diterima selama ini adalah tenaga ke-sehatan yang dari sisi tugas dan beban kerjanya tidak terlalu berat sehingga insentif yang diterima dalam bentuk uang dinilai cukup karena meru-pakan tambahan diluar gaji. Menurut teori Abra-ham Maslow, seseorang memiliki motivasi kerja tinggi apabila tingkat kepuasannya terpenuhi, dan biasanya orang dengan motivasi kerja cenderung juga memiliki tingkat kepuasan yang tinggi terha-dap yang dicapainya.8 Sejalan yang dikemukakan oleh Ishak, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pemberian insentif dengan motivasi kerja, apabila pemberian insentif ter-penuhi maka akan mampu mendorong semangat kerja dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas karena tingkat motivasi yang dimiliki oleh seseorang dapat dinilai dari yang dicapai dan yang diinginkan. Pada dasarnya setiap orang menginginkan hasil kerja yang memuaskan atau minimal mampu untuk memenuhi seluruh kebu-tuhannya.9

    Hasil penelitian juga menunjukkan ter-dapat 3 responden (10%) yang perhatian dari rekan kerja kurang, tetapi motivasi kerjanya baik. Hal ini disebabkan oleh, tenaga kesehatan terse-but tetap memilih mendahulukan kepentingan tim daripada kepentingan pribadi. Mereka mengang-gap bahwa pekerjaan tetap dilaksanakan tanpa ha-rus terpengaruh dengan adanya kondisi hubung-

    an dengan rekan kerja yang kurang baik sehingga motivasi kerjanya tinggi. Perhatian memberikan pengaruh terhadap motivasi kerja seseorang, de-ngan adanya perhatian baik dari atasan ataupun mitra atau rekan kerja secara tidak langsung tena-ga kerja merasa nyaman.10 Seperti pada penelitian ini terdapat sekitar 12 responden (40,0%) yang menyatakan perhatian dari atasan maupun rekan kerja kurang, hal tersebut disebabkan kurangnya bimbingan dan arahan pimpinan serta dorongan untuk sukses dalam menyelesaikan pekerjaan baik dari rekan kerja maupun atasan.

    Menurut Siagian, hubungan teman kerja merupakan hal paling pertama dialami oleh petu-gas disebabkan apabila hubungan teman kerja tidak tercipta sehingga tugas tidak dapat dilak-sanakan dengan sebaik-baiknya. Perlunya hubung- an teman sekerja adalah bagian yang selama ini dipertahankan oleh setiap instansi yang menerima tenaga kerja atau petugas.11 Sejalan dengan pene-litian Fitriani menunjukkan adanya hubungan perhatian atasan terhadap motivasi kerja petugas kesehatan karena perhatian atasan maupun rekan kerja mampu memberikan konstribusi yang posi-tif dalam bertugas/bekerja.8

    Pada penelitian terdapat 10 tenaga PNS (33,3%) menyatakan prestasi kurang, hal tersebut disebabkan tenaga PNS berusaha bekerja keras termasuk mengerjakan tugas tambahan, tetapi tidak mencapai prestasi terbaik. Sejalan peneli-

    Tabel 3. Hubungan Insentif, Perhatian, Prestasi, Tanggung Jawab dengan Motivasi Kerja Tenaga PNS di Puskesmas Walenrang

    VariabelMotivasi Kerja

    JumlahpBaik Kurang

    n % n % n %Insentif

    Baik Kurang

    PerhatianBaik Kurang

    PrestasiBaik Kurang

    Tanggung JawabBaik Kurang

    153

    153

    153

    153

    50,010,0

    50,010,0

    50,010,0

    50,010,0

    48

    39

    57

    93

    13,326,7

    10,030,0

    16,723,3

    30,010,0

    1911

    1812

    2010

    246

    63,336,7

    60,040,0

    66,733,3

    80,020,0

    0,009

    0,002

    0,045

    0,066

    Sumber : Data Primer, 2012

  • 70

    Nurbaeti : Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Walenrang Kabupaten Luwu

    tian Fitriani menunjukkan bahwa prestasi dalam perwujudan sebagai pengakuan atau penghargaan kepada tenaga perawat berhubungan dengan mo-tivasi kerja karena semakin sering adanya pe-ngakuan dan penghargaan maka semakin termo-tivasi tenaga perawat dalam menjalankan tugas atau pekerjaan.8

    Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban-nya. Pada penelitian ini sebagian besar tenaga PNS bertanggung jawab dalam bekerja de- ngan atau tanpa adanya motivasi, yang meliputi tanggung jawab dalam hal penyelasaian tugas-tugas tepat waktu, Setiap pekerjaan merupakan tanggung jawab secara bersama serta berusaha bekerja secara mandiri, tanpa menggantungkan pada orang lain. Tanggung jawab dalam bekerja merupakan interpretasi dari atasan maupun rekan kerja. Motivasi dapat memberikan dorongan atau penyemangat dalam bekerja sehingga tenaga pe-rawat mampu mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab.

    KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian tentang mo-

    tivasi kerja tenaga PNS di Puskesmas Walen-rang Kabupaten Luwu menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian insentif dengan mo-tivasi kerja tenaga PNS (p=0,009), ada hubungan antara perhatian dengan motivasi kerja tenaga PNS (p=0,002), ada hubungan antara prestasi dengan motivasi kerja tenaga PNS (p=0,045) dan tidak ada hubungan antara tanggung jawab de-ngan motivasi kerja tenaga PNS (p=0,066).

    Disarankan agar bentuk pemberian insen-tif sesuai dengan kebutuhan, harapan serta beban kerja, sehingga motivasi kerja tenaga kesehatan dapat lebih meningkat dari sebelumnya. Perlunya terjalin hubungan yang harmonis dengan rekan kerja untuk saling memperhatikan sinkronisasi antara tujuan bersama dengan tujuan masing-masing individu, tetap menciptakan dan mening- katkan suasana pergaulan yang menyenangkan, hubungan antara individu yang wajar, sadar akan

    hakikat individu yang lain serta memberikan suatu dorongan atau motivasi. Perlunya pembe-rian penghargaan atas prestasi kerja tenaga ke-sehatan. Perlunya menanamkan rasa tanggung jawab dalam bekerja bagi tenaga kerja kesehatan karena dengan tanggung jawab dalam menjalan-kan tugas akan mampu meningkatkan motivasi kerja.

    DAFTAR PUSTAKA1. Swarburg, R. C. Pengaturan Kepemimpinan

    dan Manajemen Keperawatan Untuk Pera-wat Klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005.

    2. Depkes RI. Insentif Tenaga Kesehatan. Ja-karta: Depkes RI; 2011.

    3. Nurhasia. Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja di Puskesmas Sudiang Raya Kota Makassar [Skripsi]. Makassar: STIK Tamalate; 2009.

    4. Wahyuni. Upaya Meningkatkan Motivasi Kerja Pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Timur [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2008.

    5. Handoko, T. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2. Yogya-karta: BPFE; 2007.

    6. Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu. Profil Kesehatan Kabupaten Luwu Tahun 2008. Palopo: Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu; 2008.

    7. Dumilah, A. Sistem Pemberian Insentif yang Berpihak pada Sumber Daya Manusia Kese-hatan di Daerah Terpencil [Skripsi]. Makas-sar: Universitas Hasanuddin; 2008.

    8. Fitriani, A. Gambaran motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di RSUD Salewang Kab. Maros [Skripsi]. Makassar: STIK Tamalate; 2010

    9. Ishak, A, Hendri, T. Manajemen Motivasi. Jakarta: Grasindo; 2005.

    10. Danim, S. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Bengkulu: PT Rineka Cipta; 2004.

    11. Siagian, S. P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara; 2005.

  • 71

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 71-79

    UPAYA MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUP PENDERITA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. DR.

    W.Z. JOHANNES KUPANG

    Efforts to Maintain the Survival of Patients with Cervical Cancer inProf . Dr. W.Z. JohannesKupang Regional Public Hospital

    Mareta B. BakoilJurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kupang

    ([email protected])

    ABSTRAKPenyakit kanker serviks berdasarkan data Yayasan Kanker Indonesia (2007) menyebabkan korban mening-

    gal sedikitnya 200.000 wanita per tahun. Berdasarkan rekam medik RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang, pen-derita kanker serviks tahun 2012 mencapai 37 kasus. Upaya pengobatan dilakukan untuk meningkatkan semangat hidup pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui upaya mempertahankan kelangsungan hidup dari penderita kanker serviks di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, jumlah informan enam orang. Cara pengambilan data dengan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara. Hasil penelitian, yaitu informan melakukan upaya mempertahankan kelang-sungan hidup secara fisik meliputi pengobatan secara medis maupun alternatif, memperhatikan pola diet dan gizi yang baik, berolahraga sesuai dengan kemampuan dan keadaan informan. Upaya psikologis meliputi informan memiliki keyakinan dan sikap yang positif terhadap keadaan dirinya, mengendalikan pikiran, dan mengembang-kan spiritualitas. Upaya secara sosial, yaitu menjaga keseimbangan antara kewajiban sosial dan kesenangan, dan membangun dukungan sosial. Kesimpulannya adalah upaya mempertahankan kelangsungan hidup secara fisik meliputi pengobatan, pola diet dan gizi yang lebih baik, aktivitas fisik atau olahraga, secara psikologis, yaitu me-miliki keyakinan dan sikap yang kuat untuk sembuh dan bertahan hidup, melakukan upaya pengendalian pikiran, mengembangkan kehidupan spiritualitas, sedangkan secara sosial meliputi menjaga keseimbangan antara kewa-jiban sosial, kesenangan, dan membangun dukungan sosial.Kata Kunci : Kanker serviks, fisik, psikologis, sosial

    ABSTRACTBased on data from the Indonesian Cancer Foundation (2007), cervical cancer killed at least 200,000

    women per year. Based on Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang Hospitals medical records, there were 37 cases of cervical cancer in 2012. Efforts were made to improve the patients will to live. This study aims to determine the viability of maintaining cervical cancer patients survival in Prof. Dr.W.Z.Johannes Kupang Regional Public Hospital. This research was conducted using a qualitative study with a phenomenological approach. There were a total of six informants. Data were collected through indepth interviews using interview guidelines. Results of this study found that informants had carried out efforts to maintain the survival of patients physically which included medical and alternative treatments, attention to diet and good nutrition, exercise suitable to the ability and state of the informant. On the other hand, psychological efforts include informants having confidence and a positive attitude towards his situation, conttrolling their minds and developing spirituality. Social efforts were maintaining a balance between social obligation and pleasure as well as building social support. In conclusion, the efforts to maintain survival physically included medical treatment, better dietary pattern and nutrition, physical activities or exercise, while psychologically included having a strong believe and attitude to recover and live, making efforts to control the mind, develop a spiritual life, where as socially it included maintaining a balance between social obligations, happiness and building social support.Keywords : Cervical cancer, physical, psychological, social

  • 72

    Mareta B. Bakoil : Upaya Mempertahankan Kelangsungan Hidup Penderita Kanker Serviks

    PENDAHULUANKanker serviks merupakan jenis kanker

    yang paling banyak diderita oleh wanita dan men-jadi penyebab kematian terbanyak pada perem-puan di dunia. Kanker serviks biasanya menye-rang wanita antara usia 35-55 tahun, dan paling sering ditemukan pada usia di atas 40 tahun.1 Se-tiap tahun tak kurang dari 500.000 perempuan di dunia terdiagnosa terkena kanker serviks. Sepa-ruh diantaranya, yakni 250.000 perempuan me-ninggal dunia. Setiap satu menit ditemukan satu kasus baru dan setiap dua menit merupakan satu kematian.2 Berdasarkan data Yayasan Kanker Indonesia tahun 2007, saat ini penyakit kanker serviks menyebabkan korban meninggal sedikit-nya 200.000 wanita per tahun atau diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus baru kanker ser-viks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut.

    Perempuan dan para ibu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan kelompok yang rawan menderita kanker serviks. Berdasar-kan data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT, terdapat 5% jumlah penduduk NTT yang me-ngidap kanker serviks. Penelitian yang dilakukan oleh Hadjam terhadap pasien kanker menemukan bahwa pasien yang mengalami kanker memper-lihatkan adanya stres dan depresi yang ditunjuk-kan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup, mera-sa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya.3

    Dampak fisik dan psikis tersebut berpenga-ruh pula pada kehidupan sosial penderita, seperti perubahan peran dan tugas di rumah karena pen-derita sudah tidak mampu melakukan tugasnya sebagai salah satu anggota keluarga. Hal ini dapat memicu munculnya kondisi yang menekan atau stres pada diri penderita. Berbagai cara mengatasi masalah fisik, psikis, dan sosial akibat penyakit kanker tersebut akan dilakukan oleh penderita yang telah berada pada fase penerimaan diagno-sis penyakit, antara lain secara aktif mencari cara penyembuhan yang mungkin, selalu menuruti saran dokter, ingin mengontrol dirinya, mencari dukungan, dan rajin bertanya. Penderita yang kooperatif ini, umumnya memiliki kemungkinan

    sembuh yang tinggi karena memiliki sistem keke-balan tubuh yang tinggi akibat dari sikapnya tadi.

    Berdasarkan rekam medik di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang, yang merupakan rumah sakit rujukan tipe B di Provinsi NTT, jum-lah penderita kanker serviks tahun 2010 seba-nyak 42 orang. Jumlah ini mengalami pening-katan pada tahun 2011 dan menduduki urutan pertama kanker pada sistem reproduksi wanita dengan jumlah 52 kasus. Bulan Januari sampai dengan Agustus 2012, jumlah penyakit kanker serviks mencapai 37 kasus, dengan jumlah pasien yang meninggal selama dua tahun terakhir seba-nyak tujuh orang.

    Hasil studi pendahuluan di rumah sakit tersebut menunjukkan bahwa pasien yang ter-diagnosis menderita kanker serviks dan kemu-dian datang berobat umumnya sudah mengalami kanker serviks dengan stadium lanjut. Adapun sebagian pasien yang terdeteksi pada stadium awal memilih pengobatan alternatif atas anjuran orang-orang di sekitarnya karena takut menjalani operasi dan kemoterapi, setelah kondisinya ber-tambah parah, baru pasien datang berobat. Ke-adaan psikologis pada penderita kanker serviks terutama stadium lanjut, umumnya diliputi kema-rahan dan depresi karena memikirkan penyakit yang dideritanya.

    Beberapa upaya pengobatan secara fisik dilakukan terhadap pasien yang datang berobat, diantaranya transfusi darah untuk memperbaiki keadaan umum pasien atau menaikkan kadar Hb pasien yang sering mengalami perdarahan yang berakibat anemia, pemberian vitamin terhadap pasien untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan persiapan rujukan. Upaya pengobatan secara psikologis dengan memberikan konseling serta melibatkan keluarga dalam proses perawatan pasien karena dukungan keluarga turut diperlu-kan yang bertujuan meningkatkan semangat hi-dup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani pengobatan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu un-tuk mengetahui upaya mempertahankan kelang-sungan hidup dari penderita kanker serviks dari aspek fisik, psikologis dan sosial di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang.

  • 73

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 71-79

    BAHAN DAN METODEJenis penelitian ini adalah penelitian kuali-

    tatif dengan pendekatan fenomenologis, yaitu je-nis penelitian yang dilakukan dengan tujuan uta-ma untuk memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.4 Oleh karena itu, pendekatan ini untuk menggali dan memahami upaya penderita kanker serviks untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dilihat dari sudut pandang fisik, psiko-logis, dan sosial penderita itu sendiri. Penelitian dilakukan di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang terhadap penderita kanker serviks yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit dan di rumah informan di Kota Kupang berdasarkan catatan alamat tempat tinggal penderita yang di-peroleh dari catatan rekam medik RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang. Waktu penelitian pada bulan Januari 2013.

    Populasi penelitian berjumlah 37 orang penderita kanker serviks. Subjek penelitian se-banyak enam informan dengan kriteria klien didiagnosa menderita penyakit kanker serviks oleh dokter, keadaan umum klien baik, klien melakukan tindakan pengobatan untuk penyem-buhan penyakit, klien dapat berkomunikasi de-ngan baik, dan bersedia menjadi informan, dan informan triangulasi yang merupakan pihak ter-dekat yang mengetahui dan menyaksikan upaya penderita kanker serviks dalam mempertahankan hidupnya, yaitu suami, keluarga, ataupun kepala ruangan/bidan koordinator.

    Cara pengumpulan data dengan melakukan indept interview menggunakan pedoman wawan-cara yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Pengolahan dengan menganalisa kata-kata yang disampaikan oleh informan, dilanjut-kan dengan identifikasi kategori dan penentuan tema. Kemudian membuat kesimpulan tentang tema yang paling banyak muncul dan dijadikan sebagai hasil penelitian. Analisa data dengan melakukan content analysis. Penyajian data di-lakukan dalam bentuk narasi.

    HASIL Penelitian dilakukan di RSUD Prof. Dr.

    W.Z. Johannes Kupang terhadap penderita kan-ker serviks yang sedang menjalani rawat inap

    dan di rumah masing-masing informan di Kota Kupang berdasarkan catatan alamat tempat ting-gal penderita yang diperoleh dari catatan rekam medik RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang.

    Penggabungan pengobatan ke dokter dan tradisional menjadi pilihan utama empat infor-man yang telah terdiagnosis menderita kanker serviks, yaitu IU1, 2, 3, dan 4. Berikut ini ungka-pan salah satu informan:

    dari awal itu secara tradisional dulu, mi-num daun sirsak. Kemudian kemoterapi tiga kali,radiasitiap dua bulan kon-trol (IU1)

    yang saya amati, sudah menjalani ke-moterapi tiga kali. Total penyinaran 35 kali. Dengan menjalani ramuan tradision-al, yang pertama daun sirsak, ada satu lagi sejenis benalu (IT1)

    Salah satu informan yang menderita kan-ker serviks stadium II memiliki rasa percaya yang kuat pada dokter, menyatakan ia hanya menjalani pengobatan medis. Sedangkan informan lainnya memilih pengobatan tradisional hingga melihat hasil akhirnya. Pernyataannya sebagai berikut:

    dokter bilang lebih baik ke Bali saja, tapi sonde jadi ke Bali. Alasannya karna sudah ada ahli ramuan. Nanti kita lihat dulu minum ramuan ini perkembangannya bagaimana (IU3)

    karena baru stadium awal, ternyata obat tradisional membantu untuk mengurangi, jadi kita masih tunggu hasil selanjutnya (IT3)

    Seluruh informan yang terdiagnosis secara medis menderita kanker serviks segera melaku-kan tindakan pengobatan baik dengan meng-gabungkan pengobatan secara medis/ke dokter (kemoterapi, radiasi, dan operasi) dan pengo-batan alternatif (tradisional) maupun memilih hanya melakukan salah satu diantara kedua jenis pengobatan tersebut.

    Berkaitan tujuan atau alasan melakukan pengobatan, para informan menunjukkan jawa-ban yang bervariasi. Berikut pernyataan infor-man:

  • 74

    Mareta B. Bakoil : Upaya Mempertahankan Kelangsungan Hidup Penderita Kanker Serviks

    karena ada perubahan (IU3)

    ternyata obatmembantu untuk mengu-rangi. Kan sistemnya penenang (IT3)

    Selain berdoa tentu kita juga harus beker-ja, jadi itu memperkuat alasan saya untuk tetap memeriksakan diri ke doker (IU5)

    mama menjalani prosesnya dengan baik walaupun itu tidak menyenangkan (IT5)

    Bagi penderita kanker serviks mengon-sumsi nutrisi yang baik dan maksimal dapat memperbaiki kondisi fisiknya. Dari hasil wawan- cara diketahui bahwa terdapat empat infor-man yang mengalami perubahan pola diet dan gizi yang baik, dan bahkan memiliki pantangan makanan. Berikut pernyataan salah satu dari ke empat informan tersebut:

    makan asupan gizi, jadi mulai atur menu, tidak makan sembarang. Banyak makan sayuran, banyak buah, dengan daging. Pantangan makanan ada, yang bakar-bakar tidak boleh. Kemudian makanan asinberlemak kurangipenyedap rasa, alcohol dihindari, yang goreng-gorengan bisa asal minyak baru (IU1)

    kita sudah tahu toh makanan yang harus dimakan itu seperti apa (IT1)

    Selain itu, berdasarkan jawaban para infor-man tersebut diketahui bahwa anjuran perubahan pola diet dan gizi tersebut diperoleh dari dokter, ahli gizi, keluarga dan bahkan dari diri sendiri, seperti yang disebutkan oleh tiga informan, yaitu IU1,3, dan 5. Berikut pernyataan dua informan:

    dokter dan dari kesehatan tu, ahli gizikeluarga juga (IU1)

    ada brosurnya dari ahli gizi pihak rumah sakit (IT1)

    ini belum ke dokter, tapi sudah pacu diri sendiri dengan makan makanan yang ber-gizi (IU5).

    mama sangat tertibsangat ketat, yang paling favorit itu jus. Dia tidak membiar-kan tubuhnya lemah. Makan-minum bukan masalah (IT5)

    Olahraga atau aktivitas fisik merupakan bagian penting dalam perjalanan penderita kan-ker. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar informan melakukan olahraga, yaitu IU4, 5, dan 6. Berikut pernyataan seorang informan:

    pagi-pagi saya bangun jalan, sore-sore jam tiga saya usaha jalan supaya jangan terlalu tidur (IU4)

    jadi kita usahakan untuk mobilisasi. Ja-lan pelan-pelan di sekitar ruangan (ITB)

    Sedangkan informan lainnya yang melaku-kan olahraga atau aktivitas fisik berpendapat bahwa olahraga yang dilakukan dapat membuat tubuh dan pikiran lebih segar, seperti yang di-nyatakan oleh informan berikut:

    saya berolahraga renang...yang saya rasakan tubuh lebih freshpikiran juga lebih segar (IU5)

    melakukan sedikit exercise atau jalan-ja-lan ringan bisa membuat tubuh kembali fit dan pasien bisa berpikir lebih enak, tidak terlalu drop (ITKR)

    Penderita yang selamat dari kanker dan juga memiliki keinginan bertahan hidup tentunya memiliki keyakinan dan sikap yang positif untuk memungkinkan dirinya sembuh. Hasil wawan-cara menunjukkan bahwa seluruh informan me-miliki keyakinan dan sikap yang optimis untuk sembuh dari penyakitnya. Berikut penuturan in-forman:

    saya yakin 100%...saya tidak mau men-galah dengan penyakit ini (IU4)

    mereka memiliki keyakinan yang san-gat kuat, semangat yang kuat untuk bisa mempertahankan hidupnya dan tidak me-nyerah pada sakit yang dialami (ITKR)

    Hasil wawancara tersebut dapat dianalisa bahwa seluruh informan memiliki keyakinan dan sikap untuk sembuh dari penyakit kanker dan mempertahankan hidup mereka. Hal ini dibukti-kan dengan pernyataan seluruh informan bahwa mereka memiliki pikiran yang positif, keyakinan akan pengobatan yang dijalani, kemauan untuk

  • 75

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 71-79

    sembuh dan tidak mengalah pada penyakit kan-ker serviks yang mereka derita.

    Pikiran adalah salah satu sumber daya yang memungkinkan penderita kanker serviks mampu bertahan. Teknik-teknik pengendalian terbukti sangat membantu penyembuhan berbagai penya-kit. Dua dari enam informan menyatakan bahwa pernah mengikuti meditasi atau perenungan dan merasa lebih baik setelah melakukan hal tersebut. Berikut pernyataan satu dari dua informan terse-but:

    oya, meditasi juga pernah, itu meditasi dari frater di Atambua, Belu, meditasi tiga kali, rasa enakan (IU1)

    dia mengikuti kelompok doa kerahiman (IT1)

    Hal berbeda terjadi pada informan lainnya yang mengaku tidak melakukan teknik-teknik pengendalian pikiran tertentu, seperti pada IU2, 4, dan 6. Berikut pengakuan informan dan ala-sannya:

    saya serahkan diri saja kepada Tuhan. Kalau Tuhan mau ambil na saya siap (IU6)

    sepanjang pengamatan kamiterbanyak hari-harinya diisi dengan mendekatkan diri pada Tuhan (ITKR)

    Adapun satu informan yang mengatakan tidak melakukan teknik-teknik pengendalian ter-tentu tersebut karena berpikir hal tersebut bukan merupakan jalan keluar dan merupakan bentuk sikap menyerah terhadap penyakit. Berikut penu-turannya:

    saya secara pribadi berpikir itu bukan jalan keluar. Kalau bermeditasi, yoga, itu cara termudah untuk menyerah. Kalau kita punya harapan, harus berani bertindak dan tetap percaya bahwa kesembuhan itu ada (IU5).

    kita hanya bersandar pada Tuhankita tahu hanya bisa menenangkan jiwa pada Tuhan (IT5)

    Hasil wawancara tersebut dapat dianalisa bahwa sebagian besar informan menyatakan

    bahwa mereka tidak melakukan teknik-teknik pengendalian pikiran tertentu dan hanya menye-rahkan diri saja kepada Tuhan. Bahkan salah satu informan menyatakan bahwa teknik-teknik pen-gendalian tertentu seperti meditasi, yoga bukan merupakan jalan keluar karena merupakan ben-tuk sikap menyerah terhadap penyakit.

    Kepasrahan kepada Sang Pencipta meru-pakan kunci dari penyembuhan segala penyakit. Umumnya penderita kanker mengembangkan spiritualitas yang lebih tinggi dalam hidup me-reka. Berdasarkan hasil wawancara, enam in-forman menunjukkan bahwa berdoa merupakan cara yang efektif dan penting untuk mengatasi dampak psikologis penyakit kanker yang mereka alami. Berikut pernyataan informan:

    saya berdoa, hal-hal spiritual ini sama dengan jumlah tarikan nafas saya. Saya berdoa supaya Tuhan kasih kekuatan un-tuk saya lewati semua pengobatan ini. Ke-sembuhan saya percaya pasti ada sesuai dengan iman (IU5)

    dengan mendekatkan diri, merenungkan apa yang ada di dalam Alkitab, membantu ibu untuk kuat menjalani proses penyakit (ITB)

    Seluruh informan mengalami peningkatan kehidupan spiritualitas dan bahkan mengandalkan spiritualitasnya sebagai cara utama yang efektif dan penting untuk mengatasi dampak psikologis penyakit mereka. Hal ini dapat dimengerti karena kepasrahan kepada Sang Pencipta adalah kunci dari penyembuhan segala penyakit.

    Selain berdoa, empati informan juga me-nyatakan bahwa mereka tetap mengikuti kegiatan rohani lainnya, antara lain IU1, 4, 5, dan 6. Beri-kut penuturan informan:

    selama saya masih bisa jalan yang saya lakukan adalah datang gereja dan ibadah. Selalu ada dalam komunitas dan selalu bercerita tentang pengalaman banyak orang yang sakit tapi sembuh (IU5)

    setiap kesempatan ibadah mama mem-berikan kesaksian. Beribadah di gereja, masuk dalam komunitas untuk berdiskusi dan tukar pikiran (IT5)

  • 76

    Mareta B. Bakoil : Upaya Mempertahankan Kelangsungan Hidup Penderita Kanker Serviks

    Pengembangan spiritualitas yang lebih tinggi dalam hidup para informan selain ditandai dengan frekuensi doa yang meningkat, juga ada-nya keterlibatan aktif informan dalam berbagai kegiatan rohani, seperti kelompok doa, perse-kutuan doa, pelayanan gereja, dan ibadah rumah tangga.

    Dampak fisik dan psikis penyakit kanker serviks tentu berpengaruh pula pada kehidupan sosial penderita, seperti perubahan peran dan tugas di rumah karena penderita sudah tidak mampu melakukan tugasnya sebagai salah satu anggota keluarga. Oleh karena itu, berbagai cara mengatasi dampak sosial ini akan dilakukan oleh penderita yang telah berada pada fase penerimaan diagnosis penyakit.

    Penderita kanker yang berusaha mem-pertahankan hidupnya perlu menyeimbangkan kewajiban sosial yang dimiliki dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Hasil wawancara dengan para informan menunjukkan bahwa wa-laupun tidak dapat bekerja secara optimal, me-reka tetap berusaha melakukan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga, yaitu oleh IU1, 2, 4, 5, dan 6. Hal ini dapat dilihat pada pengakuan infor-man berikut ini:

    saya tetap melakukan kegiatan, tapi tidak 100%, sudah berkurang karena saya sakit. Karena saya belum mati, jadi saya bisa kerjakan tugas saya sebagai seorang istri dan ibu (IU4)

    tetap. Tapi masak, cuci pakaian dikuran-gi (IT4)

    Seluruh informan tetap berusaha melaku-kan kewajiban mereka sebagai istri dan ibu rumah tangga, seperti memasak, dan tugas rumah lain-nya, walaupun hal tersebut tidak dapat dilakukan secara optimal, seperti yang diungkapkannya berikut ini:

    istirahat sajatugas di rumah ini, su perubahan karna sonde kerja-kerja lagi, hanya duduk-duduk saja. Karna saya ma-sih sakit (IU3)

    kurang esementara masih sakit ini (IT3)

    Berkaitan dengan kegiatan menyenangkan atau menghibur diri, informan memiliki jawaban yang bervariasi. Berikut pengakuan mereka:

    kayak ke tokojalan dengan temanmain facebook, game di laptoppergi ari-san ju (IU1)

    saya lihat maitua ni selalu main game dan facebook untuk menghilangkan stress (IT1)

    menghibur diri ya kita ke tetangga, ceri-ta-cerita, terhibur dengan anak-anak (IU2)

    Dia suka curhat dengan teman-teman. Berkelakar dengan anak-anak (IT2)

    hobi seperti masak-masak. Saya senang dan lupakan sakit yang ada (IU4)

    mama hobi masak (IT4)

    kadang-kadang main music dan nyanyi bersama, nonton TV dan khotbah bersama. Hobi saya membaca (IU5)

    dia membaca bukujuga menyaksikan film, khotbah (IT5)

    Masing-masing informan memiliki cara yang berbeda dalam menyenangkan atau meng-hibur diri, mulai dari melakukan kegiatan di luar rumah, baik melakukan hobi seperti memasak, membaca, bermain alat musik, menghabiskan waktu dengan keluarga, berinteraksi sosial, mau-pun bermain facebook dan game di laptop.

    Penderita kanker sebaiknya membangun hubungan yang membuat mereka lebih baha-gia. Hubungan yang baik dengan orang di seki-tarnya dapat membuat mereka bahagia. Seluruh informan dalam penelitian ini menyatakan bah-wa mereka sangat memerlukan dukungan dan merasa senang dan lebih kuat setelah menerima dukungan dari orang-orang di sekitar mereka, terutama suami, anak-anak, dan keluarga. Berikut penuturan informan:

    mereka datang kasih kekuatan dan peng-hiburan. Saya sangat bahagia, saya punya anak dan suami yang selalu memperhati-kan (IU4)

  • 77

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 71-79

    Selama dirawat banyak yang datang un-tuk melihat. Suami dan anak-anakkelu-arga dekat ditambah kelompok-kelompok doa datang untuk memberikan dukungan doa dan support agar menjalani sakit den-gan lebih kuat, sehingga mereka senangmerasa ada yang memperhatikan. (ITB)

    Berkaitan dengan cara membangun du-kungan sosial dan menjaga hubungan yang baik, para informan seperti IU1, 5, dan 6, menyatakan bahwa membuka diri, bergaul, berkomunikasi, berpikir positif merupakan cara yang dilakukan, seperti penuturan informan berikut ini:

    seperti mama bilang, komunikasi, mem-buka diri (IU1)

    pasien berkomunikasi,bercerita dengan keluarga, teman-teman, sahabat tentang sakitnya sehingga dari bercerita itu, ia mendapatkan masukan bagi dirinya untuk selalu kuat didalam menghadapi sakit-nyameringankan beban stresnya. Dia bisa berbagisehingga beban pikirannya menjadi lebih ringan (ITB)

    Para informan berusaha membuka diri, ber-gaul, berkomunikasi, dan berpikir positif untuk membangun dukungan sosial dan hubungan yang baik tersebut. Pada dasarnya, penderita kanker memang perlu meluangkan waktu dan energi lebih banyak untuk membangun hubungan yang membuat mereka lebih bahagia dan menghindari hal-hal yang dapat meracuni hubungan tersebut.

    PEMBAHASANMenurut Maharani beberapa penderita

    kanker serviks biasanya menggunakan pengo-batan pelengkap dan alternatif yang digunakan bersama atau menjadi pengganti dari perawatan standar. Menggabungkan pengobatan alternatif dengan perawatan standar mungkin atau bah-kan lebih berbahaya sehingga penderita harus mendiskusikan kemungkinan manfaat dan efek pengobatan alternatif tersebut dengan dokter.5

    Hasil wawancara menunjukkan bahwa wa-laupun cara informan menyampaikan jawaban berbeda, tetapi seluruh informan sesungguhnya memiliki tujuan yang sama dalam pengobatan-nya, yaitu untuk memperoleh kesembuhan dan

    mempertahankan hidupnya. Hal ini sejalan de-ngan pernyataan Sudewo bahwa tujuan pengo-batan pada penderita kanker adalah menyem-buhkan, memperpanjang harapan hidup, dan memperbaiki kualitas hidup pada pasien.6

    Pengobatan yang dilakukan penderita kanker serviks juga memberikan dampak fisik secara langsung bagi penderitanya, yakni mudah ginekologik yang memiliki tingkat keganasan le-lah, perubahan warna kulit, maupun penurunan yang cukup tinggi dan menjadi penyebab berat badan menurun secara drastis. Pada penderita kanker serviks yang menjalani pengobatan de-ngan radioterapi akan menunjukkan efek sam-ping yang cukup besar, seperti semakin membu-ruknya kemampuan fungsi seksual, lebih mudah mengalami gangguan somatisasi serta timbulnya gangguan psikososial. Kondisi psikologis yang terjadi pada penderita kanker serviks yang men-jalani pengobatan radioterapi, yakni munculnya perasaan takut, tidak berdaya, rendah diri, sedih dan lebih mudah mengalami kecemasan maupun depresi.7

    Sebagian besar informan mengalami pe-rubahan pola diet dan gizi yang baik, seperti le-bih banyak mengonsumsi buah-buahan dan sa-yur, dan memiliki beberapa pantangan makanan seperti mengurangi daging, makanan berlemak dan gorengan, yang tentunya dapat menunjang kondisi fisik dan menolong mereka untuk ber-tahan hidup. Hal ini terangkum dalam pernyataan Sartono bahwa makanan dapat menghasilkan ke-gunaan bagi tubuh manusia, diantaranya memeli-hara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak, diperlukan untuk proses yang ter-jadi dalam tubuh, dan menghasilkan energi un-tuk dapat melakukan aktivitas, serta memiliki peranan untuk mempertahankan hidup.8 Penge-tahuan mengenai pola diet dan gizi yang baik beserta pantangannya tersebut diperoleh dari berbagai sumber, seperti dokter, ahli gizi, ke-luarga, dan bahkan dari diri sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan sumber informasi para informan, dapat diketahui bahwa pengetahuan seseorang bisa diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber.9 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Efrida menunjukkan bahwa pengetahuan berhubungan dengan upaya pencegahan dan pengobatan kanker serviks.10

  • 78

    Mareta B. Bakoil : Upaya Mempertahankan Kelangsungan Hidup Penderita Kanker Serviks

    Hasil penelitian juga menunjukkan bah-wa informan melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang dalam hal ini dapat membuat tubuh dan pikiran mereka lebih segar. Olahraga atau aktivitas fisik tersebut efektif untuk membantu informan memperbaiki kondisi fisik mereka. Efek olahraga yang teratur akan membantu me-ningkatkan sistem imun bagi penderita kanker sehingga dapat mengalahkan sel-sel kanker yang ada dalam tubuh mereka.6 Olahraga juga terkait dengan kebugaran tubuh, membiasakan jalan kaki di pagi hari merupakan hal yang baik untuk menjaga kondisi fisik tubuh.2

    Dampak kanker serviks tidak hanya meli-puti aspek fisik penderita, tetapi juga mencakup aspek psikologi. Hal ini menyebabkan, pasien kanker biasanya mengalami sakit dua kali lipat dari kebanyakan penyakit lain, yakni selain men-derita penyakit kanker itu sendiri mereka juga menderita depresi, rasa tertekan, takut, dan kuatir. Oleh karenanya, dalam mempertahankan kelang-sungan hidup, penderita juga memfokuskan dirinya pada masalah psikologis yang menyertai penyakit yang dialaminya.3 Berdasarkan penang-gulangan dampak penyakit kanker serviks dari aspek psikologis, terdapat tiga kategori tindakan informan yang ditemukan dalam penelitian ini, yakni keyakinan dan sikap, berpikir kreatif untuk mengendalikan pikiran, dan spiritualitas.

    Berpikir kreatif dengan cara mengendali-kan dan menggunakan pikiran untuk menyem-buhkan diri sendiri perlu dilakukan untuk me-lengkapi program pengobatan penderita kanker. Cara pengendalian ini umumnya dapat dilakukan dengan meditasi, berdoa, berbicara dengan diri sendiri melalui visualisasi, dan cara-cara self healing lainnya. Meditasi merupakan kegiatan berpikir tentang suatu hal secara berulang-ulang di dalam pikiran dengan tujuan memandang hi-dup secara positif.11

    Membangun hubungan yang baik dengan orang di sekitar dan mendapatkan dukungan so-sial dari orang-orang di sekitar mereka, terutama suami, anak-anak, dan keluarga, merupakan salah satu hal yang informan lakukan untuk mengatasi dampak sosial penyakit mereka dan sangat mere-ka perlukan untuk merasa lebih kuat dan bahagia. Oleh karena itu, mencari dan menemukan dukung- an sosial turut menjadi salah satu upaya yang

    dapat dilakukan penderita untuk menanggulangi dampak penyakitnya. Dukungan sosial tersebut dapat berasal dari berbagai sumber, seperti pasa-ngan hidup, keluarga, pacar, teman, rekan kerja, dan organisasi komunitas. Hubungan yang baik dengan teman, kerabat, pasangan, anak-anak, atasan, bawahan, mitra kerja, dan sebagainya dapat membuat bahagia.

    Menurut Cancer Treatment Centres of America, keluarga merupakan pendukung utama dalam proses pemulihan penderita yang mengal-ami kanker serviks. Pelibatan keluarga dalam in-tervensi spiritual pada individu yang mengalami penyakit kronik sangat diperlukan. Hal ini dise-babkan dukungan keluarga dan sosial merupakan salah satu faktor penentu pencapaian kesejahtera-an psikospiritual individu yang mengalami kan-ker stadium lanjut.12

    KESIMPULAN DAN SARANUpaya mempertahankan kelangsungan

    hidup secara fisik meliputi pengobatan, pola diet dan gizi yang lebih baik, aktivitas fisik atau olah-raga, secara psikologis, yaitu memiliki keyakinan dan sikap yang kuat untuk sembuh dan bertahan hidup, melakukan upaya pengendalian pikiran, mengembangkan kehidupan spiritualitas, sedang-kan secara sosial meliputi menjaga keseimbangan antara kewajiban social, kesenangan, dan mem-bangun dukungan sosial. Bagi peneliti selanjut-nya dapat melihat pengaruh maupun hubungan baik dari konsep yang dikaji maupun yang tidak dikaji dengan memperluas area, fokus, jumlah informan, jumlah populasi dan lokasi penelitian untuk penelitian lanjutan.

    DAFTAR PUSTAKA1. Manan, E. Miss V. Yogyakarta: Buku Biru;

    2011.2. Faizah. Waspada Kanker Serviks. Yogyakar-

    ta: Lintang Aksara; 2010.3. Lubis, N. L, Hasnida. Terapi Perilaku Kog-

    nitif pada Pasien Kanker [Artikel]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2009.

    4. Saryono, Anggraeni, D. M. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehat-an. Yogyakarta: Mulia Medika; 2011.

  • 79

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 71-79

    5. Maharani, S. Mengenal 13 Jenis Kanker dan Pengobatannya. Yogyakarta: Katahati; 2009.

    6. Sudewo, B. Basmi Kanker dengan Herbal. Jakarta: Visimedia; 2012.

    7. Fitriana, N. A, Ambarini, T. K. Kualitas Hidup pada Penderita Kanker Serviks yang Menjalani Pengobatan Radioterapi. Jur-nal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 2012;1(2):123-9.

    8. Sartono. Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika; 2005.

    9. Istiarti, T. Menanti Buah Hati, Kaitan antara Kemiskinan dan Kesehatan. Yogyakarta: Me-dia Pressindo; 2005.

    10. Efrida, Mutia. Hubungan Pengetahuan dan Minat Remaja Putri dengan Pencegahan Kanker Serviks di Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Kabupaten Aceh Besar [Artikel]. Banda Aceh: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan UBudiyah; 2013.

    11. Warren R. The Purpose Driven Life: Kehidu-pan yang Digerakkan oleh Tujuan. Surabaya: Gandum Mas; 2010.

    12. Hasnani, F. Respon Spiritual Penderita Kan-ker Serviks (Studi Kasus Pengalaman Spiri-tual Penderita Kanker Serviks di Yayasan kanker Indonesia) [Skripsi]. Jakarta: Univer-sitas Islam Negeri Jakarta; 2010.

  • 80

    Fitriani Mediastuti : Analisis Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja Berbasis Masyarakat

    ANALISIS PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA BERBASIS MASYARAKAT DI WILAYAH YOGYAKARTA

    The Analysis of Community Based Center for Information and Adolescent Counseling Management in Yogyakarta

    Fitriani Mediastuti, Retno Heru SetyoriniAkademi Kebidanan Yogyakarta

    ([email protected])

    ABSTRAKRemaja berkualitas sangat diharapkan dalam peningkatan pembangunan bangsa. Di Indonesia, upaya untuk

    meningkatkan sumberdaya manusia khususnya remaja selalu menemui kendala. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengurangi perilaku berisiko pada remaja, yaitu melalui Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIKR) yang berbasis masyarakat. Fokus penelitian ini untuk mengetahui pegelolaan PIKR yang berbasis ma-syarakat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis penelitian ini kualitatif dengan rancangan studi kasus dan bersifat deskriptif. Subjek penelitian adalah pengurus PIKR, pengguna PIKR dan stakeholder terkait. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi dan penelusuran dokumen. Untuk menge-tahui keabsahan data menggunakan metode triangulasi sumber. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan metode explanation building. PIKR Lentera Merapi, PIKR Friends dan PIKR Tunas Harapan merupakan contoh PIKR berbasis masyarakat dan dalam setiap kegiatannya melibatkan pemberdayaan masyarakat serta stakeholder terkait. PIKR Lentera Merapi memiliki support manajemen yang bagus, terutama dari segi perencanaan, peng-organisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Pelayanan dengan konsep Primary Health Care (PHC), seperti adanya PIKR berbasis masyarakat ini, sangat dibutuhkan. Hal ini juga terkait dengan mengubah pola pikir masyarakat, yaitu datang ketika sudah sakit diubah dengan konsep datang sebelum sakit. Pengelolaan PIKR berbasis ma-syarakat yang efektif membutuhkan support manajemen, pemberdayaan masyarakat, dan koordinasi dari berbagai stakeholder. Kata kunci : Pengelolaan, PIKR, masyarakat

    ABSTRACTQuality youth are highly expected in improving national development. In Indonesia, the effort to increase

    the quality of human resources, especially youth, has always met obstacles. Therefore, the effort to reduce young-sters risky behaviors is needed, that is by using community based Youth Counseling and Information Centre (in Indonesia it is termed PIKR). This study aims to find out how the community based youth counseling and informa-tion centre is managed in Yogyakarta.This research was conducted using the qualitative method with a descriptive case study design. The subjects of this research were PIKR managers, PIKR users, and related stakeholders. The data were collected using indepth interviews, observation and document investigation. To find out the validity of the data, the triangulation resource method was conducted. Analysis of data were carried out using the explanation building qualitative method. The Lentera Merapi PIKR, Friends PIKR and Tunas Harapan PIKR are examples of community based PIKR and they involve community empowerment and related stakeholders in all of their activi-ties. Lentera Merapi PIKR has a good management support, especially in the organization, implementation, and evaluation. Services with a primary health care concept (PHC) such as the community based PIKR is necessary. This is also related to changing the societys mindset, in order for them to come before not after they get sick. The effective management of the community based PIKR needs support from the manager, community empowerment, and coordination among various stakeholders.

    Keywords : Management, PIKR, community

  • 81

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 80-84

    PENDAHULUANGenerasi remaja adalah generasi harapan

    bangsa. Remaja berkualitas sangat diharapkan dalam peningkatan pembangunan bangsa. Na-mun, upaya untuk meningkatkan sumberdaya manusia khususnya remaja di Indonesia dari waktu ke waktu selalu menemui kendala. Salah satu kendalanya adalah semakin meningkatnya kecenderungan remaja untuk melakukan perilaku berisiko. Perilaku berisiko pada remaja antara lain adalah hubungan seks di luar nikah, kehami-lan di luar nikah, kriminalitas remaja, tawuran, kekerasan dalam pergaluan dan penyalahgunaan NAPZA.1

    Kasus-kasus yang terkait perilaku berisiko pada remaja sangat tinggi. Pada lima tahun ter-akhir, jumlah remaja usia 15-19 tahun yang mela-hirkan melonjak 37%. Jumlah remaja putri yang melahirkan pada 2007 hanya 35 per 1.000 remaja putri. Namun, pada 2012, jumlahnya 48 per 1.000 remaja putri. Hal ini membuat upaya pengenda-lian penduduk makin sulit dan juga remaja putri kehilangan kesempatan untuk tumbuh kembang dengan baik. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, 45,9% penderita AIDS adalah rema-ja. Selain itu terkait dengan pengguna NAPZA, 51.986 dari 115.404 pengguna NAPZA adalah berusia remaja (16-24 tahun) dan diantara remaja tersebut yang kategori pelajar berjumlah 5.484 dan mahasiswa berjumlah 4.055.2

    Salah satu upaya untuk mengurangi perilaku berisiko pada remaja adalah melalui Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIKR)yang merupakan suatu wadah dari, oleh dan un-tuk remaja yang berguna untuk memberikan in-formasi dan konseling remaja terkait kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Keberadaan pusat informasi dan konsel-ing remaja berbasis masyarakat telah dikembang-kan di beberapa daerah, salah satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun, belum semua wilayah di DIY memiliki wadah PIKR. Padahal kegiatan ini dipandang cukup efektif karena dari, untuk dan oleh remaja sendiri. Pada remaja ada kecenderungan untuk memiliki per-sonal fable, yaitu keyakinan bahwa hanya dia yang mengalami pengalaman unik, bukan orang dewasa lain.3 Oleh karena itu, penguatan melalui

    PIKR dipandang cukup bermakna untuk diterap-kan.

    Penguatan remaja untuk meningkatkan pencegahan diri terhadap perilaku berisiko sudah banyak dilakukan. Namun, upaya yang dilaku-kan masih sebatas menjadikan remaja sebagai obyek, misalnya melalui ceramah dan pelatihan. Penguatan yang menjadikan remaja aktif untuk penguatan diri dan kelompoknya sendiri melalui keterlibatan remaja dalam penanganan masalah kesehatan reproduksi, misalnya melalui penge-lolaan PIKR. Dengan penelitian ini diharapkan pemerintah maupun masyarakat dapat menge-tahui pengelolaan PIKR dan peranannya dalam mengatasi masalah perilaku berisiko serta men-ciptakan generasi berencana. Penelitian ini bertu-juan mengetahui pegelolaan pusat informasi dan konseling remaja di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

    METODE PENELITIANPenelitian menggunakan jenis penelitian

    kualitatif dengan rancangan studi kasus dan bersifat deskriptif. Lokasi penelitian, yaitu PIKR Friends (Kota Yogyakarta), PIKR Lentera Mera-pi (Kecamatan Cangkringan Sleman dan PIKR Tunas Harapan (Kecamatan Patuk Gunungkidul). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2013. Subyek penelitian ini adalah pengelola/pengurus PIKR, pengguna PIKR dan stakeholder terkait. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, obser-vasi dan penelusuran dokumen, untuk mengetahui keabsahan data menggunakan metode triangulasi sumber. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan metode explanation building.4 Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi.

    HASIL Salah satu strategi dalam upaya mening-

    katkan derajat kesehatan masyarakat adalah adanya pusat informasi dan konseling remaja (PIKR) berbasis masyarakat. Dengan adanya PIKR Lentera Merapi, PIKR Friends dan PIKR Tunas Harapan diharapkan dapat menjadikan salah satu cara mengubah pola pikir masyarakat terhadap kesehatannya, yaitu datang sebelum-

  • 82

    Fitriani Mediastuti : Analisis Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja Berbasis Masyarakat

    sakit. Hal ini terkait dengan fungsi pusat infor-masi dan konseling remaja, yaitu sebagai wadah kegiatan program Generasi Berencana (GenRe) dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja di masyarakat guna memberi-kan pelayanan informasi dan konseling tentang perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja serta kegiatan- kegiatan penunjang lainnya. Beri-kut adalah hasil wawancara dengan informan ter-kait PIKR:

    Adanya PIKR memberikan akses ke-mudahan pada remaja sekitar dalam mendapatkan informasi khususnya kese-hatan reproduksi, meski demikian PR kami juga masih banyak, karena belum semua remaja mengenal PIKR ini (ASY)

    Penelitian ini mencoba menggali ten-tang pengelolaan pusat informasi dan konseling remaja berbasis masyarakat di wilayah Daerah Is-timewa Yogyakarta. Adapun dimensi reproduksi meliputi masalah malnutrisi, anemia, aborsi, In-feksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS, in-fertilitas, kekerasan seksual, gender dan masalah kesehatan reproduksi lainnya. Berikut adalah ku-tipan wawancara dengan informan:

    Banyak orang tua yang menganggap ma-salah kesehatan reproduksi itu menjadi masalah yang tabu, padahal remaja itu bu-tuh informasi, butuh pengetahuan kespro, kadang mau tanya juga malu, nah disini-lah kita bisa berbagi bersama teman yang memang paham tentang kespro (HSC)

    Pengelolaan PIKR sendiri tidak lepas dari manajemen, dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ada dalam PIKR ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti pembuatan proposal kegiatan dan hal yang paling penting harus diper-hatikan terkait dengan anggaran organisasi. Beri-kut adalah hasil wawancara dengan informan:

    ..dalam setiap kegiatan kita sharing kemudian wajib membuat proposal yang kita ajukan ke warga sekitar dan toko-toko sekitar, Alhamdulillah banyak yang memberi dukungan, bahkan anggaran kita selalu sisa, jadi kas kita tidak pernah ko-song (HSN dan WMR)

    Pengorganisasian dapat dilihat dari adanya struktur organisasi dengan komponen-komponen organisasi yang jelas, rekruitmen dengan admi-nistrasi yang jelas, dan dokumen struktur organi-sasi. Organisasi PIKR Lentera Merapi, Friends maupun Tunas Harapan, dikelola secara profe-sional merupakan organisasi formal karena ter-dapat struktur organisasi yang jelas dan diakui secara resmi oleh Desa/ Kecamatan setempat. Pada pelaksanaan kegiatan PIKR dilakukan pem-bagian tugas pada masing-masing anggota. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Berikut hasil wawancara dengan informan :

    Sudah sesuai masing-masing tugasnya, karena setiap kegiatan yang kita jalankan pasti berjalan lancar , dan sudah terlak-sana dengan baik (ESR)

    PEMBAHASANBeberapa layanan kesehatan primer be-

    lum memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi, sebagian besar masyarakat, khususnya remaja sulit mendapatkan akses informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan layanan kesehatan reproduksi yang bertanggungjawab.5 Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat sangat dibu-tuhkan. Konsep Primary Health Care (PHC) adalah strategi yang dapat dipakai untuk men-jamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua masyarakat.

    PHC menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kese-hatan yang diberikan adalah esensial bisa diraih oleh seluruh masyarakat. Pelayanan yang meng-utamakan pada peningkatan serta kelestarian di-sertai percaya diri sendiri dan disertai partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan. Pelayanan kesehatan pokok yang ber-dasarkan kepada metode dan teknologi praktis, il-miah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam ma-syarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menen-tukan nasib sendiri (self detemination). Fokus

  • 83

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 80-84

    dari primary health care luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebu-tuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan, yaitu konsumen pelaya- nan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut serta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.5

    Manajemen merupakan kebutuhan yang niscaya untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam organisasi, serta mengelola ber-bagai sumberdaya organisasi, seperti sarana dan prasarana, waktu, SDM, metode dan lainnya se-cara efektif, inovatif, kreatif, solutif, dan efisien.6 Kunci utama dari suksesnya sebuah organisasi adalah manajemen.7 Kedudukan masing-masing anggota dalam sebuah organisasi adalah seim-bang, sehingga fungsi manajemen yang berpe-ngaruh terhadap pencapaiaan tujuan adalah pe-rencanaan, pengorganisasian, dan koordinasi. Dari hasil penelitian dijelaskan, perencanaan di PIKR Lentera Merapi memiliki perencanaan yang lebih matang. Hal ini disebabkan di PIKR Lentera Merapi sebelumnya sudah melakukan kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyara-kat (LSM) yang ada di daerah tersebut. Pada-hal pada tahapan perencanaan inilah seharusnya semua pihak yang duduk bersama menentukan langkah yang akan dilakukan sekarang untuk tu-juan di masa yang akan datang.8

    Perencanaan merupakan salah satu unsur manajemen yang harus ada. Bentuk dan sifat hubungan antara anggota sektor yang beraliansi (dalam hal ini sekolah dan PKBI) sangat bera-gam, sehingga memerlukan sebuah manajemen yang tidak sederhana. Adanya tujuan yang jelas, prosedur pelaksanaan dan kebijakan, serta ang-garan yang jelas sangat dibutuhkan dalam peren-canaan pada aliansi ini. Pada organisasi formal terjadi pola-pola kerja dan hubungan-hubungan pribadi disusun secara sadar dan diakui secara resmi.9

    Keberadaan organisasi ini akan memper-mudah dalam koordinasi sebuah pelaksanaan ke-giatan. Hal ini disebabkan setiap individu dalam organisasi yang beraliansi memiliki tugas yang jelas dan koordinasi mudah dilakukan. Sebuah aliansi diperlukan suatu organisasi yang memiliki fungsi dan tugas yang jelas untuk menentukan

    hubungan antara anggota organisasi aliansi. Ada-pun keuntungan dari organisasi adalah dengan terbentuknya struktur organisasi dapat memben-tuk hubungan persekutuan (aliansi) yang kuat, membangun institusional dan kemampuan per-sonal. Organisasi dapat dikatakan bagus apabila ada pembagian tugas dan unit usaha yang jelas.

    Ketertiban administrasi menunjukkan ada-nya profesionalisme dan kesungguhan organisasi dalam melaksanakan kegiatan PIKR. Profesiona-lisme memang tidak dapat mutlak ditinjau dari ketertiban administrasi, akan tetapi adanya tertib administrasi menjadi salah satu bukti nyata bagi kejadian yang telah terjadi di masa lalu. Selain ketertiban administrasi juga dilaksanakan koor-dinasi antara stakeholder terkait dalam setiap kegiatan PIKR. Handoko menyebutkan bahwa koordinasi merupakan kontrol yang mencegah tiap-tiap individu untuk mengejar kepentingan sendiri yang seringkali merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.7 Adanya koordinasi yang baik pada pengelolaan PIKR dapat tetap saling memantau dan mengetahui perkembangan masing-masing.

    Berdasarkan uraian tersebut, dapat di-katakan bahwa networking sangat berperan dalam pengelolaan PIKR. Hal ini sesuai yang disampai-kan oleh Ullah, et al, yaitu aliansi (kolaborasi) di antara penyelenggara pelayanan kesehatan dapat membangkitkan sinergi dan memfasilitasi aliran informasi sedangkan bentuk isolasi (pemisahan) dapat mengakibatkan usaha menduplikasi dan kegagalan untuk menyempurnakan tujuan pela-yanan kesehatan.10

    KESIMPULAN DAN SARANPusat informasi dan Konseling Remaja

    (PIKR) berbasis masyarakat sangat dibutuhkan, terutama dalam sebagai primary health care. Pengelolaan PIKR berbasis masyarakat yang efektif membutuhkan support manajemen, pem-berdayaan masyarakat, dan koordinasi dari ber-bagai stakeholder. Diharapkan setiap daerah dapat membentuk PIKR dengan konsep manaje-men yang kuat dan konsep primary health care dapat terpenuhi. Perlu adanya stimulus, dukung-an, dan apresiasi yang besar dari pemerintah ke-pada masyarakat yang telah bersedia dan sanggup

  • 84

    Fitriani Mediastuti : Analisis Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja Berbasis Masyarakat

    mengelola PIKR. Hal tersebut diharapkan dapat mendorong daerah lain untuk melaksanakan prog- ram PIKR tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA1. Badan Kependudukan dan Keluarga Beren-

    cana Nasional. Program GenRe dalam Pe-nyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Rema-ja/Mahasiswa. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; 2012.

    2. Badan Narkotika Nasional. Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia: Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narko-ba. Jakarta: Badan Narkotika Nasional; 2008.

    3. Lapsley, Mattew, Flannery. Personal Fables, Narcissism and Adolescent Adjusment. Psi-cology in The Schools. 2006;43(4).

    4. Blaxter L, Hughter C, Thight M. How to Research; Seluk Beluk Melakukan Riset. Edisi kedua. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia; 2001.

    5. Tegeng A, Yazachew M, Gelaw Y. Reproduc-tive Health Knowledge and Attitude among Adolescents : A Community Based Study in Jimma Town Southwest Ethiopia. 2008.

    6. De Vet, R, et al. Effectiveness of Case Ma-nagement for Homeless Persons: A System-atic Review. American Journal of Public Health. 2013;103(10):13-26.

    7. Handoko, T. H. Manajemen. Edisi kedua. Yog- yakarta: PBFE; 2003.

    8. Hicks, D. Planning For Succes [online] 2007 [diakses 29 Januari 2013]. Available at: http://proquest.umi.com.

    9. Winardi, J. Teori Organisasi dan Pengorgani-sasian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2006.

    10. Ullah, A.N.Z, et al. Government-NGO Col-laboration: the Case of Tuberculosis Control in Bangladesh. the London School of Hygiene and Tropical Medicine. 2006;23(1):143-55.

  • 85

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 85-89

    ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DALAM KAITANNYA DENGAN MALARIA, POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS SOSIAL

    EKONOMI DI DAERAH ENDEMIK MALARIA

    Anemia among Female Adolescents in Relationship with Malaria, Food Consumption Pattern and Socio Economic Status in Malaria Endemic Areas

    Ansar,1 Nurpudji A. Taslim,1,2 Nurhaedar Jafar1,31Pusat Unggulan Kajian Malaria Universitas Hasanuddin

    2Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin3Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

    ([email protected])

    ABSTRAKAnemia pada remaja putri merupakan salah satu masalah gizi utama di negara berkembang apalagi pada

    mereka yang bermukim di wilayah endemik malaria. Penelitian ini bertujuan menilai faktor yang berperan dalam kejadian anemia pada remaja putri di wilayah endemik malaria. Penelitian ini merupakan penelitian cross section-al yang dirancang dalam bentuk survei pada wilayah kabupaten, pada setiap kecamatan dipilih beberapa desa yang dilakukan dalam bentuk cluster. Terdapat 314 sampel remaja putri yang terpilih dalam penelitian ini. Pengumpu-lan data menggunakan kuesioner, anamnesa malaria, pemeriksaan darah untuk hemoglobin, dan formulir frekuen-si makanan. Analisis data menggunakan uji chi square. Ditemukan prevalensi anemia sebesar 29,9%. Responden dengan pola makan bervariasi lebih sedikit yang anemia (10,2% vs 33,6%) (p=0,001). Responden yang tidak terbiasa sarapan pagi lebih banyak yang anemia (44,3% vs 26,5%) (p=0,006). Dan yang pernah menderita gejala malaria klinis dalam tiga bulan terakhir hampir dua kali lebih banyak yang anemia (45,1% vs 27,0%) (p=0,010). Sedangkan berdasarkan penghasilan keluarga ditemukan pula bahwa remaja putri dengan penghasilan keluarga yang rendah lebih banyak yang anemia (32,5% vs 24,8%) (p=0,156). Sebagai kesimpulan bahwa pola konsumsi pangan, kebiasaan sarapan pagi, dan penyakit malaria memiliki hubungan yang bermakna dengan anemia pada remaja putri di wilayah endemik malaria.Kata kunci : Anemia, malaria, konsumsi pangan, sosial ekonomi

    ABSTRACTAnemia among female adolescents is one of the main nutrition problems in a developing country especially

    for those who live in malaria endemic areas. This study aims to assess the factors that contribute to anemia among female adolescents in malaria-endemic areas. This study implemented a cross sectional study design in the form of surveys in the regency area, in which in each district villages were chosen in a cluster setting. There were 314 samples of female adolescents involved in this study. Data were collected using questionnaires, malaria anam-nesis, blood assessment for haemoglobin, and food consumption frequency questionnaires. Data analysis by chi square test. Results of this study found the prevalence of anemia was 29,9%. In addition, anemia was more preva-lent among female adolescents with lack of food variation (33,6% vs 10,2%) (p=0,001). Respondents who has a habit of having breakfast had lower anemia (26,5% vs 44,3%) (p=0,006). Meanwhile, the respondents who had a history of clinical symptoms of malaria in the last three months were twice more likely to have anemia (45,1% vs 27,0%) (p=0,010). Anemia was also more prevalent in the respondents with low family income (32,5% vs 24,8%) (p=0,156). In conclusion, food consumption pattern, breakfast habits, and clinical symptoms of malaria had as-sociations with anemia among female adolescents in malaria endemic areas. Keywords : Anemia, malaria, food consumption, socio economic

  • 86

    Ansar : Anemia pada Remaja Putri dalam Kaitannya dengan Malaria, Pola Konsumsi Pangan dan Status Sosial Ekonomi

    PENDAHULUANWorld Health Organization (WHO) me-

    nyatakan bahwa 300 sampai 500 juta kasus malaria terjadi setiap tahun dan mengakibatkan 750.000 sampai 2 juta kematian dan lebih dari 3000 kematian anak terjadi setiap harinya. Seba-gian besar dari penderita malaria ini bermukim di wilayah yang endemis malaria, yang memung-kinkan terjadinya infeksi kronis atau infeksi ber-ulang.1

    Di Indonesia, malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan keting-gian sampai 1800 meter di atas permukaan laut.2 Berdasarkan Riskesdas Nasional tahun 2007, pe-nyakit malaria menempati urutan ke enam dari mortalitas penyakit menular, yaitu sebesar 4,6%, dan menempati urutan ketiga pada proporsi pe-nyebab kematian kelompok umur 5-14 tahun di daerah perdesaan.3

    Infeksi malaria tidak selalu memperli-hatkan gejala atau penyakit yang jelas. Anak-anak yang mengalami infeksi malaria, tetapi ti-dak memperlihatkan gejala-gejala akut, disebut memiliki parasitemia asimptomatik.4 Malaria asimptomatik ini sangat umum ditemukan pada wilayah endemik malaria, seperti di Afrika yang beberapa wilayahnya memiliki prevalensi para-sitemia malaria sebesar 90%.5

    Anemia pada remaja putri merupakan salah satu masalah gizi utama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Remaja putri yang bermu-kim di wilayah endemis malaria akan menambah beban anemia yang diderita. Anemia merupakan komplikasi yang umum ditemukan pada malaria akut dan kronis. Pada semua anemia yang ter-jadi pada infeksi malaria, disebabkan oleh pato-fisiologi yang berbeda-beda. Pada setiap kasus, berbagai mekanisme dapat terjadi, akan tetapi anemia pada beberapa kasus individu biasanya disebabkan oleh satu atau dua mekanisme pato-fisiologi utama.1

    Provinsi Sulawesi Barat termasuk daerah endemik malaria. Prevalensi malaria klinis di Mamuju adalah 3,5%, berada di atas angka pre- valensi nasional sebesar 2,9% (rentang = 0,2-26,1%).3 Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kejadian anemia pada remaja putri dalam kaitan-

    nya dengan malaria, pola konsumsi pangan dan tingkat sosial ekonomi di daerah endemik mala-ria, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.

    BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Mamuju (14 kecamatan) Provinsi Sulawesi Barat yang merupakan salah satu kabupaten yang en-demis malaria. Rancangan penelitian yang di-gunakan adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah anemia dan kadar hemoglo-bin, sedangkan variabel independen adalah para-sitemia malaria, pola konsumsi pangan keluarga dan tingkat sosial ekonomi.

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berada di Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi barat. Sampel pada penelitian ini adalah penduduk yang terpilih pada lokasi desa yang menjadi tempat pengambilan sampel. Jumlah sampel sebanyak 4700 responden. Res-ponden dipilih pada 47 desa yang tersebar pada 15 kecamatan, pada setiap desa akan diambil 100 responden. Setelah dilakukan restriksi data dan penyesuaian umur (remaja putri), jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 314 sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan menggu-nakan kuesioner terstruktur, meliputi kuesioner rumah tangga dan individu melalui wawancara dan lembar anamnesa riwayat malaria. Peng-ukuran hemoglobin, sampel darah vena diambil dengan finger-prick untuk pemeriksaan hemoglo-bin (Hb) dalam darah dengan menggunakan Hb analyzer (hemocue). Analisis data dimulai dari pemeriksaan data isian pada instrumen, kemu-dian dilanjutkan dengan pemberian kode, entry data, dan cleaning data. Data yang telah diolah dengan benar selanjutnya dilakukan analisis de-ngan SPSS 18 yang meliputi analisis univariat, dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji chi square dengan nilai =0,05. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi.

    HASIL

    Prevalensi anemia pada remaja putri yang ditemukan pada penelitian ini cukup tinggi, yai-tu sebesar 29,9%. Berdasarkan hasil anamnesa

  • 87

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 85-89

    riwayat malaria diperoleh data bahwa sebesar 19,1% remaja putri memiliki riwayat malaria dalam tiga bulan terakhir. Untuk pola konsumsi pangan dari segi variasi makanan ditemukan se-bagian besar (86,9%) responden memiliki pola makan yang tidak bervariasi dan sekitar seperlima (19,4%) dari responden memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi. Sedangkan tingkat sosial ekonomi berdasarkan penilaian penghasilan keluarga yang dibandingkan dengan UMR (Upah Minimum Re-gional) Provinsi Sulawesi barat ditemukan seba-gian besar (66,6%) responden memiliki keluarga dengan penghasilan yang rendah (

  • 88

    Ansar : Anemia pada Remaja Putri dalam Kaitannya dengan Malaria, Pola Konsumsi Pangan dan Status Sosial Ekonomi

    mia pada remaja putri. Anemia pada remaja pu-tri harus ditangani dengan baik karena memiliki potensi gangguan fisik ketika mereka hamil di kemudian hari. Menurut Yip, status besi harus diperbaiki pada saat sebelum hamil, yaitu sejak remaja sehingga keadaan anemia pada saat ke-hamilan dapat dikurangi.8

    Sebagai wilayah endemik malaria, trans-misi malaria terus berlangsung dan memungkin-kan terjadinya infeksi berulang sebagaimana dite-mukan dalam penelitian ini bahwa sebesar 19,1%

    responden memiliki riwayat malaria dalam tiga bulan terakhir. Infeksi parasit malaria ini sangat mungkin menimbulkan anemia karena dalam proses invasi pada tubuh, plasmodium melibat-kan fungsi sel darah merah.2,9 Keterlibatan sel darah merah dalam invasi parasit ini tergambar dari rendahnya kadar hemoglobin dan tingginya prevalensi anemia pada responden yang memiliki riwayat malaria dalam tiga bulan terakhir.

    Sebagaimana hasil penelitian lain menun-jukkan bahwa pola makan umum yang ditemu-

    Tabel 2. Distribusi Status Anemia Responden Berdasarkan Status Malaria, Pola Konsumsi Pangan dan Tingkat Sosial Ekono-mi di Daerah Endemik Malaria, Kabupaten Mamuju

    VariabelAnemia

    pYa Tidak% %

    Riwayat Malaria 3 Bulan TerakhirPositifNegatif

    Pola Konsumsi PanganKurang BervariasiBervariasi

    Kebiasan SarapanYaTidak

    Penghasilan KeluargaRendah (

  • 89

    JURNAL MKMI, Juni 2014, hal 85-89

    kan pada masyarakat Indonesia adalah kurang bervariasi, pada penelitian ini ditemukan pula hal yang sama, yaitu 86,9% responden memiliki pola makan yang kurang bervariasi. Dalam proses pembentukan sel darah merah dan hemoglobin diperlukan berbagai zat gizi yang tentunya diper-oleh dari makanan yang beraneka ragam dan ber-gizi. Responden dengan pola makan bervariasi ditemukan tiga kali lebih rendah (10,2%) men-derita anemia dibandingkan dengan yang berva-riasi (33,6%). Kondisi ini semakin diperparah de- ngan kebiasaan tidak sarapan pagi, apalagi remaja putri yang masih berstatus bersekolah.

    Sebagai provinsi yang masih tergolong baru di Indonesia, Sulawesi barat masih harus banyak berbenah utamanya dari aspek sosial eko-nomi masyarakat sebagaimana ditemukan dalam penelitian ini bahwa sebagian besar (66,6%) ke-luarga responden memiliki penghasilan di bawah Upah Minimum Regional (UMR) yang dapat dikatakan bahwa mereka berada pada posisi so-sial ekonomi rendah dan menengah. Dengan pendapatan yang minim, masyarakat cenderung membatasi diri dalam hal konsumsi makanan yang bergizi dan akses terhadap pelayanan kese-hatan. Prevalensi anemia ditemukan lebih tinggi pada remaja putri yang memiliki keluarga dengan penghasilan di bawah UMR. Hal ini sejalan de-ngan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farida juga menunjukkan bahwa ada korelasi yang sig-nifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua dengan kejadian anemia pada remaja putri.10

    KESIMPULAN DAN SARANSebagai kesimpulan bahwa pola konsumsi

    pangan, kebiasaan sarapan pagi, dan penyakit malaria memiliki hubungan yang bermakna de- ngan anemia pada remaja putri di wilayah en-demik malaria. Perlu dilakukan upaya yang ter-integrasi dalam penanggulangan anemia pada remaja putri di wilayah endemik malaria khusus-nya melalui edukasi gizi seimbang dan penang-gulangan penyakit malaria.

    DAFTAR PUSTAKA1. Ghosh, K, Kinjalka, G. Pathogenesis of Ane-

    mia in Malaria: a Concise Review. Parasitol Res 2007(101):1463-9.

    2. Soedarmo, S.S, Garn, H, Hadinegoro, S.R, Satari, H.I. Malaria dalam Buku Ajar Infek-si & Pediatric Tropis. Edisi ke dua. Jakarta: IDAI; 2008.

    3. Balitbangkes RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2007. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;2007.

    4. Crookston B, et al. Exploring the Relation-ship between Chronic Undernutrition and As-ymptomatic Malaria in Ghanaian Children. Malaria Journal. 2010;11(9):39.

    5. Njama-Meya D, Kamya, M.R, Dorsey, G. Asymptomatic Parasitaemia as A Risk Fac-tor for Symptomatic Malaria in A Cohort of Ugandan Children. Trop Med Int Health,. 2004(9):862-8.

    6. Daily J. Malaria. Edisi ke 11. Philadelphia: Mosby; 2004.

    7. Gunatmaningsih, D. Faktor-Faktor yang Ber-hubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun 2007 [Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang; 2007.

    8. Hasrul. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja di Indonesia (