LAPORAN TOKSIKOLOGI PESTISIDA (Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Praktikum Toksikologi Pestisida) Disusun Oleh : Nama : Elvina Sari NIM : 4442120791 Kelas : 7 A Agroekoteknologi JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN
TOKSIKOLOGI PESTISIDA
(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Praktikum Toksikologi Pestisida)
Disusun Oleh :
Nama : Elvina Sari NIM : 4442120791 Kelas : 7 A Agroekoteknologi
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan laporan
toksikologi pestisida ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen toksikologi pestisida yang
bersangkutan dan teman-teman yang telah membantu dalam melaksanakan
praktikum. Sehingga dapat terlaksana dengan baik.
Saya menyadari bahwa laporan toksikologi pestisida ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan toksikologi
pestisida ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya untuk saya
umumnya untuk pembaca, dan semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha yang telah dilakukan. Amin.
Serang, Oktober 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pestisida 3
2.2 Penggolongan Pestisida 3
2.3 Cara Mengaplikasikan Pestisida 7
2.4 Keuntungan dan Kerugian Dalam Penggunaan Pestisida 8
2.5 Delsene MX-80 WP 10
2.6 Sidazinon 600 EC 12
2.7 Niclosan 250 EC 13
2.8 Tambistan 50 WP 14
2.9 Decis 25 EC 15
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum 17
3.2 Alat dan Bahan 17
3.3 Cara Kerja 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 18
4.2 Pembahasan 18
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan 23
5.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 25
ii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Delsene MX-80 WP Dalam Kemasan 12
2. Sidazinon 600 EC Dalam Kemasan 13
3. Niclosan 250 EC Dalam Kemasan 14
4. Tambistan 50 WP Dalam Kemasan 15
5. Decis 25 EC Dalam Kemasan 16
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Petunjuk Penggunaan 11
2. Pengamatan Label Kemasan Pestisida 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis, kultur
teknis, dan kimia. Pengendalian secara mekanis adalah dengan cara menangkap
hama yang menyerang tanaman atau membuang bagian tanaman yang terserang
hama atau penyakit. Pengendalian secara kultur teknis antara dengan pengaturan
kelembaban udara, pengaturan pelindung dan intensitas sinar matahari.
Pengendalian secara kimia dengan menggunakan pestisida. Menurut Food
Agriculture Organization (FAO) 1986 dan peraturan pemerintah RI No. 7 tahun
1973, pestisida adalah campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah,
membasmi dan mengendalikan hewan atau tumbuhan penggangu seperti binatang
pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit, dengan tujuan kesejahteraan
manusia. Pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur
tubuh atau perangsang tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang
digunakan untuk perlindungan tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik
beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah
batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa
pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat tanaman yang
dibudidayakannya. Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama.
Hal ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan
meningkat dan akan membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera.
Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap
lahan pertanian. Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang
penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran
pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah. Informasi penting mengenai
pestisida sebenarnya sudah melekat pada kemasan pestisida itu sendiri, dengan
catatan pestisida yang telah terdaftar dan diakui oleh pemerintah. Informasi ini
terletak pada label kemasan. Label adalah bagian yang sangat penting dalam
1
kemasan pestisida. Label memberikan informasi produk yang terdapat dalam
kemasan, namun sayangnya konsumen atau petani seringkali mengabaikan dan
tidak memperhatikannya. Label bukan hanya semata-mata untuk melindungi
kepentingan konsumen, tetapi juga seluruh stakeholder yang berperan dalam
industri pertanian.
Peranan pestisida dapat dikatakan sangat besar dan merupakan sarana penting
yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian
yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan
pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan
perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan
jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan
membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem,
sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan
tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu
tersebut yang paling mudah dan efektif hanya pestisida. Memang tersedia cara
lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga
yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi
tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih
berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh
jasad pengganggu.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk lebih mengetahui dan memahami
tentang berbagai jenis pestisida yang sering digunakan oleh petani dalam
pengendalian hama dan penyakit serta pengaplikasiannya di lapangan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pestisida
Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari
bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud
hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda
(cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan (Djojosumarto, 2008).
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang
digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan
manusia. Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama
bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target
organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya
pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target
meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan
keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng,
2008).
2.2 Penggolongan Pestisida
Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-beda,
karena itu dikenal banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan menurut
berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan sasaran
yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur kimianya
dan berdasarkan bentuknya. Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yang
akan dikendalikan yaitu (Wudianto, 2007) :
1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa
mematikan semua jenis serangga.
2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan.
3
3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif
beracun yang bisa membunuh bakteri.
4. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda atau cacing.
5. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau,
caplak, dan laba-laba.
6. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang,
siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di
tambak.
8. Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
Sedangkan jika dilihat dari sifat dan cara kerja pestisida tersebut dalam
membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi enam golongan, yaitu
(Djojosumarto, 2008) :
1. Racun Kontak
Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat
kulit (kutikula) dan di transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida
aktif bekerja.
2. Racun Pernafasan (Fumigan)
Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem
pernapasan.
3. Racun Lambung
Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk ke
dalam organ pencernaannya.
4. Racun Sistemik
Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan herbisida.
Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan
terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat
membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan
4
bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati setelah memakan atau
menghisap cairan tanaman yang telah disemprot.
5. Racun Metabolisme
Pestisida ini dapat membunuh serangga dengan mengintervensi proses
metabolismenya.
6. Racun Protoplasma
Jenis ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak.
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut
bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh
organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient), Menurut Wudianto
(2010), Beberapa jenis formulasi pestisida sebagai berikut :
1. Tepung Hembus, debu (dust = D)
Bentuknya tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya belerang
atau dicampur dengan pelarut aktif, kandungan bahan aktifnya rendah sekitar 2-
10%. Dalam penggunaannya pestisida ini harus dihembuskan menggunakan alat
khusus yang disebut duster.
2. Butiran (granula = G)
Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan aktif
berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap, bagian luarnya ditutup
dengan suatu lapisan.
3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wettable powder = WP)
Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara langsung
digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih dahulu dibasahi air.
Hasil campurannya dengan air disebut suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut
dalam air, melainkan hanya tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu
disemprotkan harus sering diaduk atau tangki penyemprotnya digoyang-goyang.
4. Tepung yang larut dalam air (water-sofable powder = SP)
Pestisida berbentuk SP ini sepintas mirip WP. Penggunaanya pun ditambahkan
air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila WP tidak bisa terlarut dalam
air, SP bisa larut dalam air. Larutan ini jarang sekali mengendap, maka dalam
5
penggunaannya dengan penyemprotan, pengadukan hanya dilakukan sekali pada
waktu pencampuran.
5. Suspensi (flowable concentrate = F)
Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambah pelarut serbuk
yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya adalah seperti pasta yang
disebut campuran basah. Campuran ini dapat tercampur air dengan baik dan
mempunyai sifat yang serupa dengan formulasi WP yang ditambah sedikit air.
6. Cairan (emulsifiable concentrare = EC)
Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan aktif
dengan perantara emulsi (emulsifiet). Dalam penggunaanya, biasanya dicampur
dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengencerannya atau cairan semprotnya
disebut emulsi.
7. Solution (S)
Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke
dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad pengganggu
secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain. Formulasi ini hampir
tidak ditemui.
Merek dagang pestisida biasanya selalu diikuti dengan singkatan formulasinya
dan angka yang menunjukkan besarnya kandungan bahan aktif. Penggunaan
pestisida yang paling banyak dan luas berkisar pada satu diantara empat kelompok
besar berikut (Kusnoputranto, 1996) :
1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)
Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro toxins) yang
merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia, menyebabkan
tremor dan kejang-kejang.
2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops)
Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut
terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal (cicak) dan
mamalia), mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
6
Organofosfat dapat menghambat aktifitas dari cholinesterase, suatu enzim yang
mempunyai peranan penting pada transmisi dari signal saraf.
3. Karbamat (carbamat)
Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat enzim-enzim
tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat efek toksik dari
efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami proses penguraian
yang sama pada tanaman, serangga dan mamalia. Pada mamalia karbamat dengan
cepat diekskresikan dan tidak terbio konsentrasi namun bio konsentrasi terjadi
pada ikan.
4. Piretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester
yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum. Jenis
pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah: deltametrin,
permetrin, fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan
sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin,
fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. Piretrum mempunyai
toksisitas rendah pada manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka,
dan mempunyai keunggulan diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang
relatif sedikit, spekrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek
melumpuhkan yang sangat baik.
5. Kelompok lain
Berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, terdiri dari berbagai urutan senyawa
yang diproduksi secara alami oleh tumbuh-tumbuhan. Produk tumbuhan yang
secara alami merupakan pestisida yang sangat efektif dan beberapa (seperti
nikotin, rotenon ekstrak pyrenthrum, kamper dan terpentium) sudah dipergunakan
oleh manusia untuk tujuan ini sejak beberapa ratus tahun yang lalu.
2.3 Cara Mengaplikasikan Pestisida
Cara mengaplikasikan pestisida ada bermacam-macam diantaranya adalah